asmaul husna kel 3

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT adalah Dzat yang Maha Perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang telah di larang-Nya. Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum, dan seterusnya. Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka kita wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah

Upload: hanif-nanda-zakaria

Post on 02-Aug-2015

1.021 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asmaul Husna Kel 3

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Allah SWT adalah Dzat yang Maha Perkasa, keperkasaan Allah tiada

bandingannya, tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam

semesta ini untuk kepentigan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak

pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba

Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu

mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala

sesuatu yang telah di larang-Nya.

Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud

dari Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di

antaranya ialah Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-

Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum, dan seterusnya. Nama-nama tersebut telah

disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai bukti bahwa

Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka kita wajib mengamalkan

Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Rumusan Masalah

1. Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al-‘Aziiz, Al-Ghaffaar, Al-Basith,

An-Nafii`, Ar-Ra’uuf, Al-Baar, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-‘Adl, Al-

Qayyuum).

2. Menujukkan Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul

Husna (Al-‘Aziiz, Al-Ghaffaar, Al-Basith, An-Nafii`, Ar-Ra’uuf, Al-Baar,

Al-Hakim, Al-Fattah, Al-‘Adl, Al-Qayyuum).

3. Menujukan perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna

(Al-‘Aziiz, Al-Ghaffaar, Al-Basith, An-Nafii`, Ar-Ra’uuf, Al-Baar, Al-

Hakim, Al-Fattah, Al-‘Adl, Al-Qayyuum) dalam kehidupan sehari-hari.

Page 2: Asmaul Husna Kel 3

4. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna

(Al-‘Aziiz, Al-Ghaffaar, Al-Basith, An-Nafii`, Ar-Ra’uuf, Al-Baar, Al-

Hakim, Al-Fattah, Al-‘Adl, Al-Qayyuum) dalam kehidupan sehari-hari.

Page 3: Asmaul Husna Kel 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni al-Aziz, al-Ghaffar, al-Basith, an-

Naafi’, ar-Ra’uuf, al-Barr, al-Hakim, al-Fattah, al-‘Adl, al-Qayyum.

Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan

menurut istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti

keagungan dan kemuliaan-Nya. Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik

dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :

Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-

Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang

menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan

mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7:

180)

Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan

ulama Sunni, dapat dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih.

Dimulai dengan lafadz al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap

angka kesempurnaan, disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai

angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau

kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa

cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li

Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-

Nya).

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT

berjumlah 99 nama. Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat

wajib Allah, yakni sifat-sifat dan  pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah

Asmaul Husna Rasulullah SAW bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu

mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa

menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya maka ia masuk syurga,

sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali sesuatu yang

ganjil. (HR. Ibnu Majah).

Page 4: Asmaul Husna Kel 3

Kembali lagi ke pembahasan awal, yakni menguraikan sifat Allah dalam

Asmaul Husna (al-Aziz, al-Ghaffar, al-Basith, an-Naafi’, ar-Ra’uuf, al-Barr, al-

Hakim, al-Fattah, al-‘Adl, al-Qayyum)

1. Al-Aziz

Kata aziz berasal dari ‘azza ya’uzzu yang berarti mengalahkan. Namun

juga dapat beasal dari kata ‘azza ya’izzu yang bermakna tidak ada duanya,

sangat susah diraih.atau dapat juga berasal dari ‘azza ya’azzu yang berarti

menguatkan sehingga tidak terbendung. Kata Al Aziz sendiri sering diberi

makna yang Maha Perkasa atau yang Maha Mulia. Sedang kata izzat sering

dimaknai kemuliaan, keperkasaan atau kekuatan. Seperti firman Allah di

dalam surat Fathir di atas falillahil‘izzatu jami’a (Maka kemuliaan itu milik

Allah semuanya)

Ada beberapa unsur keperkasaan yang menyusun al izzat manurut Imam

Ghazali yakni perannya yang sangat penting, sangat dibutuhkan, dan sulit

diraih. Peran Allah dalam mengatur jagad raya ini sangat penting. Tanpa

peran Allah jagad raya ini akan hancur berantakan. Tidak ada satu

makhlukpun yang mampu menggantikan peran Allah dalam mengatur jagad

raya. Di sisi lain Allah yang Maha Mulia, kesempurnaan sifat-Nya yang

Maha Mulia ini sangat sulit atau tidak mungkin diraih oleh makhluknya sama

sekali. Bahkan untuk membayangkan seberapa besar kemuliaan Allahpun

tidak ada manusia yang mampu. Laisa kamitslihi syaiun (Tidak ada yang

serupa dengan-Nya). Puncak kemuliaan yang tidak pernah tersentuh oleh

kehinaan sama sekali, tanpa cacat dan tanpa cela. Bahkan sebenarnyalah

bahwa tidak ada satu mehlukpun yang mampu mengenal Allah dalam arti

yang sebenarnya. Hanya Allah sendiri yang menganal siapa sebenarnya Allah

yang Maha Mulia itu. Sedangkan Allah dengan segala kekayaan yang

dimilikinya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk yang hidup di semesta

alam ini. Allahusshshamad, Allah tempat bergantung segala sesuatu. Semua

makhluk yang hidup maupun yang tidak hidup keberadaannya di dunia ini

tergantung kepada Allah. Lengkaplah sudah sifat keperkasaan atau kemuliaan

Allah seperti apa yang dipersyaratkan oleh Imam Ghazali di atas. Tidak ada

seorang manusiapun yang dapat meraih ketiga usur bersama-sama.

Page 5: Asmaul Husna Kel 3

Karena keperkasaan atau kemuliaan itu milik Allah semuanya maka bagi

siapa saja yang menghendaki keperkasaan atau kemuliaan tidak ada jalan lain

kecuali memohonnya kepada Allah. Dia harus meyandarkan segala upaya

untuk mencapai keperkasaan atau kemuliaan tersebut kepada Allah.

Menempuh jalan dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan Allah

untuk memperoleh kemuliaan tersebut. Dalam surat Al father 35: 10 Allah

berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka kemuliaan itu

seluruhnya hanya milik Allah.” Maka hanya dengan berbuat taat kepada Allah

kita bisa mendapatkan kemuliaan tersebut. Dan memang demikianlah bahwa

dihadapan Allah orang yang paling taat dalam arti paling taqwa akan menjadi

orang yang paling mulia. Dalam surat Al Hujurat Allah berfirman: Inna

akramakum ‘indallahi atqaakum (Sesungguhnya orang yang paling mulia di

antaramu adalah orang yang paling bertakwa.) disamping itu dengan nada

menghibur Allah memberitakan kepada orang-orang beriman bahwa mereka

itu memiliki derajat yang sangat tinggi kalau mereka termasuk ke dalam

kelompok orang yang beriman. Janganlah kalian bersedih dan jangan

khawatir sedang kalian lebih tinggi derajatnya jika kamu termasuk orang-

orang beriman (SQ Ali Imran 3: 139).

2. Al-Ghaffar

Al-Qur’an menyebut kata “Ghaffar” sebanyak lima kali, tiga kali berdiri

sendiri, sedang dua kali lainnya dirangkai setelah penyebutan sifat dan nama

Indah lainnya, yaitu Al-Aziz.

"Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas maghfirah-Nya."

(QS. At-Taubah: 117)

Al-Ghaffar berasal dari fi’il madhi “ghafara”, yang berarti menutupi.

Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa kata itu terambil dari kata

“alghafaru” yang berarti sejenis tumbuhan yang digunakan untuk mengobati

luka. Jika kita mengambil makna yang pertama, maka Al-Ghaffar berarti

Allah menutupi dosa hamba-hamba-Nya karena kemurahan dan keluasan

ampunan-Nya.

Page 6: Asmaul Husna Kel 3

Adapun jika kita memaknai dengan kata yang kedua, berarti Allah

menganugerahkan sifat penyesalan kepada hamba-hamba-Nya sehingga bisa

menjadi obat penawar sekaligus penghapusan dosa.

Menurut pendapat kami, keduanya benar dan bisa dipakai, sebab dalam

kenyataannya, Dialah yang meniupkan rasa penyesalan pada diri manusia,

sehingga hati manusia cenderung meminta maaf ketika berbuat dosa. Dia pula

yang memberi ampunan sebesar apapun kepada hamba-hamba-Nya yang

menyesal dan bertaubat kepada-Nya.

Al-Ghaffar tidak sekadar mengampuni dosa hamba-hamba-Nya yang

berkaitan dengan pelanggaran terhadap syari’at, tapi pengampunan-Nya

meliputi segala hal, termasuk dalam hal akhlaq yang oleh hukum syari’at

tidak dianggap sebagai pelanggaran hukum. Sedemikian luasnya

pengampunan itu, bahkan meliputi cinta dan emosi. Rasulullah saw

senantiasa berusaha adil kepada isteri-isterinya, karenanya Allah

mengampuninya jika hati beliau lebih condong kepada salah satu atas yang

lain.

Luar biasa, akhlak Allah yang senantiasa menampakkan kebaikan untuk

menutupi keburukan. Perhatikanlah, Dia menutupi sisi dalam jasmani

manusia dengan penampakan luar yang sedap dipandang mata. Bagian dalam

yang kotor dan menjijikkan ditutupi dengan tampilan lahir yang menawan.

Adalah Al-Ghaffar pula yang menutupi bisikan hati dan kehendak-

kehendak kotor yang tersembunyi. Seandainya niat kotor, kemauan jahat, niat

menipu, sangka buruk, iri hati, dan kesombongan itu terkuak ke permukaan

dan diketahui semua orang, sungguh manusia akan mengalami berbagai

kesulitan hidup. Jika yang terbetik dalam hati manusia tampak secara

telanjang, sungguh masing-masing kita tidak ada yang saling percaya. Isteri

tidak percaya kepada suami, anak tidak percaya kepada orangtua, rakyat tidak

percaya kepada pemimpinnya. Begitu juga sebaliknya.

Dia, Al-Ghaffar bahkan tetap menutupi sekian banyak salah dan dosa yang

telah dilakukan manusia, baik yang dilakukan secara tidak sengaja maupun

yang disengaja. Segala aib tetap ditutupi oleh Allah. Itulah sebabnya Dia

sangat marah kepada orang yang malam harinya berbuat dosa, sementara di

Page 7: Asmaul Husna Kel 3

siang harinya ia sebarkan perbuatan dosanya kepada orang lain. Andaikata ia

segera menyesal dan bertaubat, pintu ampuan-Nya segera dibuka. Siksa-Nya

tidak meliputi orang-orang yang bertaubat.

Al-Ghaffar senantiasa menyambut hamba-Nya yang tulus meminta

ampunan, sebesar apapun dosa yang disandangnya. Dia berfirman:

“ Sampaikan kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap

diri mereka sendiri: “Janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya

Allah mengampuni segala dosa, Dialah Yang Mahapengampun lagi

Mahapenyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

3. Al-Qayyum

Al-Qayyum ialah Dzat yang berdiri sendiri, yang dalam berdirinya itu

tidak membutuhkan pertolongan yang lain, bahkan yang lainlah yang

membutuhkan pertolongan kepada-Nya.

Ketahuilah (semoga Allah menunjuki Anda), bahwa segala sesuatu terbagi

menjadi: (1) benda yang tidak membutuhkan tempat, seperti kehormatan dan

sifat-sifat, dan ini dikatakan “ia tidak bisa berdiri sendiri”; (2) ada pula benda

yang membutuhkan tempat, seperti permata, dan ini dikatakan “berdiri

sendiri.” Tetapi sekalipun permata itu berdiri sendiri, ia masih membutuhkan

beberapa perkara yang harus ada demi keberadaannya dan menjadi syarat

baginya. Jika di dalam wujud ini ada sesuatu yang maujud yang telah cukup

dzatnya dengan dzatnya, tidak ada pendiri baginya dengan yang lainnya, dan

tidak diisyaratkan dalam keberadaannya itu ada yang lainnya, maka dialah

yang berdiri sendiri secara mutlak. Jika di sampingyang disebutkan tadi, ia

juga mengurus segala yang ada, sehingga tidak ada sesuatu pun yang wujud

kecuali dialah yang mengurusnya, maka ia adalah Al-Qayyum, dan ini tidak

lain adalah Allah SWT.

Masuknya seorang hamba ke dalam sifat ini hanyalah menurut kadar rasa

cukupnya kepada selain Dia. Dikatakan bahwa bangsa Israel pernah meminta

kepada Nabi Musa a.s., ketika mereka memasuki lautan, agar mengajarkan

kepada mereka ism a’zham. Lalu Nabi Musa menjawab: “Ahyan syarahiyan

Page 8: Asmaul Husna Kel 3

(yakni Ya Hayyu Ya Qayyum), maka Allah menyelamatkan mereka dari

bahaya tenggelam.

4. Al-Baasith

Nama ini berkaitan dengan al-Qabidh. Al-Qabidh artinya Dzat yang

menahan rezeki dari orang yang dikehendaki-Nya dengan cara yang

dikehendaki-Nya. Sedangkan Al-Basith adalah lawannya, yaitu Dzat yang

meluaskan rezeki dengan cara yang dikehendaki-Nya kepada orang yang

dikehendaki-Nya.

Dikatakan bahwa Al-Qabidh ialah Dzat yang mencabut nyawa pada saat

kematian; sedangkan Al-Basith ialah meluaskan bayangan bagi arwah di

dalam kehidupan.

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Al Qabidh ialah Dzat yang

menerima sedekah dari orang-orang kaya, sedangkan Al-Basith ialah Dzat

yang memberi reezeki kepada orang-orang lemah dan meluaskan rezeki

kepada orang-orang kaya sehingga tidak tersisa kemelaratan, dan

menahannya dari orang-orang miskin sehinggga tidak tersisa kemampuan.

Berakhlak dengan kedua ism ini adalah dengan menahan diri dari semua

selain dari Dia, dan melapangkan diri dalam setiap sesuatu yang diridhai-Nya.

Tidak menyusahkan orang lain dan tidak terlalu menaruh kepercayaan kepada

mereka.

5. An-Naafi’

Nama ini juga berkaitan dengan nama lain yaitu adh-Dharr. ism ini adalah

ism sifat yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah. Tidak ada

kemudharatan, keemanfaatan, kejahatan, dan kebaikan kecuali dengan iradah-

Nya jua. Allah SWT berfirman: “ Katakanlah, bahwa semuanya berasal dari

sisi Allah.”

Namun adab terhadap hak Allah itu mengharuskan agar kejahatan itu

dinisbatkan kepada hamba. Sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allah

dalam mengajak manusia supaya bersikap adab terhadap hak-Nya:

Page 9: Asmaul Husna Kel 3

“ Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja

bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri … (QS An

Nisa’: 79)

Lihatlah adab Sayyidina Khidhir a.s. yang telah meenisbatkan keaiban

kepada dirinya sendiri, sebagaimana diceritakan oleh Allah di dalam firman-

Nya:

“ … dan aku bermaksud merusakkan bahtera itu … (QS Al Kahfi: 79)

Padahal, dari cerita sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

beliau melakukan itu adalah atas petunjuk dan kehendak dari Allah, seperti

terungkap dalam firman Allah berikut:

“ … dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri … (QS

Al Kahfi: 82)

Dikatakan bahwa Yang Memberi mudarat dan Yang Memberi Manfaat itu

ialah Dzat yang berasal dari-Nyalah segala kebaikan, kejahatan, kemanfaatan,

dan kemudaratan, dan itu semua dinisbatkan kepada Allah SWT; baik dengan

perantaraan malaikat, manusia, benda-benda mati, maupun tanpa perantara.

Janganlah Anda sangka bahwa racun itu sendiri yang mematikan atau

mencelakakan, dan bahwa makanan itu sendiri yang mengenyangkan atau

memberi manfaat, dan bahwa malaikat, manusia, setan atau makhluk lain

seperti planet, bintang, dan lain-lain bisa memberikan kebaikan, kejahatan,

kemanfaatan atau kemudaratan dengan dirinya sendiri. Semua itu adalah

dengan sebab-sebab yang ditundukkan bagi mereka.

Ber-taqarrub dengan kedua ism ini menghendaki Anda tidak

mengharapkan kemanfaatan dari selain Allah SWT dan tidak minta tolong

dari kesulitan kepada selain-Nya.

6. Al-Hakim

Ism ini berasal dari kata al-hikmah yang merupakan kesempurnaan ilmu

dan kebaikan perbuatan. Atau, pengetahuan tentang sesuatu yang paling

utama dengan ilmu yang paling utama. Jika kita telah mengetahui bahwa ilmu

Allah itu meliputi dan maha-luas, tidak ada batas dan ujungnya, maka hanya

Allah sajalah yang Hakim sebenarnya, sebab Dia mengetahui sesuatu yang

Page 10: Asmaul Husna Kel 3

paling besar dengan ilmu yang paling banyak. Ilmu-Nya azali (tak ada

permulaan), da’im (tak ada penghabisan), tidak bisa lenyap dan tidak ditimpa

kerahasiaan dan kesamaran.

Terkadang kepada orang yang bagus buatannya dikatakan: Shana’aha

hakim (dibuat oleh ahli). Padahal bantuan yang diperolehnya tidak lain adalah

berasal dari Allah jua, yang merupakan Sang Hakim yang sebenarnya.

Barangsiapa mengetahui segala sesuatu dan tidak mengenal Allah SWT,

maka dia tidak berhak disebut hakim, sebab dia tidak mengetahui sesuatu

yang paling mulia dan paling utama.

Perbandingan hikmah seorang hamba dengan hikmah Allah itu adalah

seperti perbandingan ma’rifah-nya terhadap dirinya dengan ma’rifat Allah

terhadap Dzat-Nya. Sungguh jauh sekali perbedaan keduanya itu.

Berkaitan dengan hikmah ini, baiklah kami kemukakan beberapa di

antaranya:

a. Pertama, sabda penghulu para Nabi saw.: Raja dari segala hikmat itu

adalah rasa takut kepada Allah.

b. Kedua: Orang cerdas ialah mereka yang memperbudak nafsunya dan

beramal untuk kehidupan sesudah matinya. Sedangkan orang yang

lemah itu ialah mereka yang menurutkan hawa nafiunya dan berangan-

angan mendapatkan ampunan Allah.

c. Ketiga: Sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi itu lebih baik daripada

sesuatu yang banyak tetapi melalaikan.

d. Keempat: Barangsiapa bangun di pagi hari dalam keadaan sehat

badannya, selamat hatinya, mempunyai makanan untuk hari itu, seolah-

olah dihaturkan dunia dengan segenap isinya kepadanya.

e. Kelima: Jadilah orang yang wara’ (yang menjaga diri dari perbuatan

tak berguna), maka Anda akan menjadi orang yang paling ‘abid. Dan

jadilah orang yang qana’ah (nrimo), niscaya Anda akan menjadi orang

yang paling bersyukur.

f. Keenam: Rencana itu berkaitan dengan omongan.

g. Ketujuh: Di antara bagusnya Islam seseorang itu adalah

ditinggallkannya apa-apa yang tak berguna kepada yang berguna.

Page 11: Asmaul Husna Kel 3

h. Kedelapan: Sifat qana’ah (nrimo) itu adalah harta yang tak habis-

habisnya.

i. Kesembilan: Sabar itu separuh dari iman, dan yakin itu iman

seluruhhnya.

Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bertindak sempurna dalam

semua amal saleh, yaitu selalu berada dalam keadaan yang diridhai yang

asasnya adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala

larangan-Nya.

7. Ar-Ra’uuf

Ar Ra’uf berasal dari kata ar-ra’fah yang artinya sangat ramah. Rahmat itu

termasuk sifat iradat yang paling tinggi, sebab sifat ini melenyapkan

kesulitan dan menolak kejahatan dengan lemah-lembut dan kasih sayang.

Berakhlak dengan ism ini menghendaki Anda bersikap kasih sayang

terhadap hamba-hamba Allah, seperti yang dinyatakan oleh Nabi saw.:

Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh yang

ada di langit.

8. Al-Fattah

Dialah yang dengan inayah-Nya terbuka segala yang terkunci. Dan dengan

hidayah-Nya tersingkap segala yang musykil. Terkadang Dia membukakan

kerajaan-kerajaan bagi para nabi-Nya, dan mengeluarkannya dari tangan

musuh-musuh-Nya. Dan terkadang pula diangkat-Nya hijab dari hati para

aulia-Nya, serta dibukakan-Nya bagi mereka pintu-pintu kerajaan langit-Nya

dan keelokan kebesaran-Nya. Di Tangan-Nyalah kunci-kunci alam gaib

berada, dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. Allah berfirman yang

artinya:

Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka

tidak ada seorang pun yang dapat menahannya … (QS. Fathir: 2)

Berakhlak dengan ism ini mengharuskan orang rindu sampai menjadi

terbuka kunci-kunci musykilat Ilahiyah oleh lisannya, dan menjadi mudah

dengan ma’rifah-Nya urusan duniawi dan ukhrawi yang sulit atas makhluk

lainnya, agar ia memperoleh bagian dari-Nya.

9. Al-‘Adl

Page 12: Asmaul Husna Kel 3

Kata ini adalah kata dasar, di mana Allah menyifatkan diri-Nya sebagai

sifat mubalaghah, yakni bersifat adil yang sempurna. Dia bersih dari sifat

aniaya, baik dalam hukum-Nya maupun dalam perbuatan-Nya. Di antara

hukum-Nya mengenai hak hamba-hamba-Nya adalah, bahwasanya tidak ada

bagi manusia itu kecuali apa yang dia usahakan, dan bahwa hasil dari segala

usahanya itu akan dilihatnya. Sesungguhnya orang-orang yang saleh berada

di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, dan bahwa orang-orang

durhaka akan dimasukkan ke dalam api neraka jahanam.

Keberuntungan seorang hamba beragama dari ism ini adalah percaya

bahwa Allah SWT itu sangat adil, yang tidak terbantahkan pengurusan-Nya,

hukum-Nya, dan segala af’al-Nya, baik yang sesuai dengan kehendaknya

maupun yang tidak sesuai. Sebab, semuanya itu adil. Dia seperti apa yang

seharusnya dan atas apa yang seharussnya. Kalau Ia tidak melakukan apa

yang telah dilakukan-Nya itu, tentu akan terjadi perkara lain, yang mungkin

akan lebih besar mudaratnya.

Berakhlak dengan ism ini menuntut seseorang agar senantiasa adil dalam

menghukum, berperilaku, dan bersikap, dan tidak boleh menganiaya seorang

pun.

10. Al-Barr

Al Barr ialah Dzat yang menyampaikan kebaikan kepada siapa saja yang

dikehendaki-Nya dengan lemah-lembut. Al-Barr yang mutlak itu ialah yang

semua kebajikan dan kebaikan itu berasal dari-Nya. Sedangkan seorang

hamba dapat menjadi barran sesuai dengan kebajikan yang ia lakukan,

terutama terhadap kedua ibu bapaknya dan guru-gurunya.

Diriwayatkan dari Nabi Musa a.s. ketika beliau berada di hadirat

Tuhannya, beliau melihat seorang laki-laki berada di sisi tiang ‘Arsy, lalu

beliau dengan keheranan bertanya kepada Tuhannya: “Oh Tuhan, dengan

amal apakah orang ini mencapai derajat ini?”

Allah menjawab: “Ia tidak pernah merasa iri kepada hamba-hamba-Ku

yang Aku beri karunia, dan dia juga sangat berbakti kepada ibu bapaknya.”

Berakhlak dengan ism ini menuntut anda agar banyak memberikan

manfaat kepada hamba-hamba Allah dan bersikap kasih terhadap mereka.

Page 13: Asmaul Husna Kel 3

B. Menujukan perilaku orang yang mengamalkan sifat Allah dalam 10

Asmaul Husna (Al-‘Aziiz, Al-Ghaffaar, Al-Basith, An-Nafii`, Ar-Ra’uuf,

Al-Baar, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-‘Adl, Al-Qayyuum) dalam kehidupan

sehari-hari

1. Al-‘Aziiz (Yang Maha Perkasa)

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Al-‘Aziiz (Yang Maha

Perkasa) di antaranya :

a. Seorang mukmin yang mengamalkan Al Aziz dengan cara menjadi

orang kuat secara fisik dan mental.

b. Dia tidak merokok, tidak makan dan minum yang haram, serta

menjauhi narkoba.

c. Orang yang secara mental dan melatih diri untuk bisa mengendalikan

diri dari diperbudak oleh hawa nafsu.

d. Menggunakan kekuatannya itu untuk tidak merugikan, menyakiti, dan

mencelakai orang lain.

e. Dia juga tidak sombong karena dia meyakini bahwa masih banyak

orang lain yang lebih kuat dari dirinya.

f. Selalu ingin agar kemampuan yang dimilikinya dapat bermanfaat untuk

membantu orang lain.

2. Al-Ghaffaar (Yang Maha Pengampun)

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Al-Ghaffaar (Yang

Maha Pengampun) sebagai berikut :

a. Menjadi sosok seorang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain

b. Mampu merahasiakan keburukan-keburukan saudaranya (tidak

menyebarkan aib orang lain)

c. Tidak berkhianat

d. Tidak berburuk sangka tetapi selalu berhusnudzon kepada saudaranya

e. Tidak menggunjing orang lain

3. Al-Basith (Yang Maha Melapangkan)

Page 14: Asmaul Husna Kel 3

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Al-Basith (Yang Maha

Melapangkan) sebagai berikut :

a. Berlapang dada saat ditimpa musibah

b. Selalu membagi rizeki yang ia miliki kepada orang lain (terutama

kepada yang lemah)

c. Tidak berlaku sombong apalagi kikir

d. Tidak suka menyusahkan orang lain

e. Rajin melaksanakan sholat dhuha

4. An-Nafii`(Yang Maha Pemberi Manfaat)

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah An-Nafii`(Yang Maha

Pemberi Manfaat) sebagai berikut :

a. Menjadi pribadi yang selalu memberi manfaat kepada orang lain

b. Selalu berlaku sopan santun

b. Mengajak kepada yang ma’ruf

c. Mencontohkan perilaku yang sesuai dengan adab

5. Ar-Ra’uuf (Yang Maha Pengasih)

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Ar-Ra’uuf (Yang Maha

Pengasih) sebagai berikut :

a. Bersikap kasih sayang kepada orang lain

b. Bersikap ramah tamah

c. Bersikap Lemah lembut

d. Tidak suka marah

e. Murah senyum

6. Al-Baar (Yang Maha Dermawan)

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Al-Baar (Yang Maha

Dermawan) sebagai berikut :

a. Menyukai sedekah

b. Menyampaikan kebaikan dengan lemah lembut

c. Berbakti kepada ibu-bapak (kedua orang tua)

Page 15: Asmaul Husna Kel 3

d. Berlaku hormat guru dan orang yang lebih tua

e. Tidak mudah merasa iri hati

f. Suka melakukan kebaikan

7. Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana)

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Al-Hakim (Yang Maha

Bijaksana) sebagai berikut :

a. Memutuskan hukum dengan bijak

b. Tidak mudah terpengaruh

c. Rajin menuntut ilmu

d. Hanya takut kepada Allah (Allah yang Paling benar)

e. Merasa cukup meski dengan sesuatu yang sedikit

f. Bangun pagi dalam keadaan sehat (yakin dengan rizki Allah) Orang

yang wara’ (menjaga diri dari perbuatan yang tidak berguna)

g. Tidak merasa paling benar

h. Cerdas (tidak menuruti hawa nafsu)

i. Orang yang qana’ah (menerima)

j. Pandai bersyukur

k. Penyabar

8. Al-Fattah (Yang Maha Membuka Hati)

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Al-Fattah (Yang Maha

Membuka Hati) sebagai berikut :

a. Mau menerima pendapat orang lain

b. Mau berteman dengan siapa saja (tidak pilih kasih)

c. Menjadi pendengar yang baik saat orang lain menyampaikan pendapat

d. Mau membantu saudaranya mencarikan solusi atas masalahnya

e. Taat dan beriman kepada Allah

f. Menghibur saudara yang sedang sedih, gundah, dan gulana

9. Al-‘Adl (Yang Maha Adil)

Page 16: Asmaul Husna Kel 3

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Al-‘Adl (Yang Maha

Adil) sebagai berikut :

a. Bersifat adil kepada kebenaran

b. Bijak dalam mengambil keputusan

c. Tidak membeda-bedakan antara si kaya dan si miskin

d. Menyukai ketentraman, keserasian, keseimbangan, keteraturan dan

ketertiban, serta keadilan

e. Tidak tahan dengan penderitaan, kerusakan, sakit hati, dan

kekacauan yang terjadi pada orang lain (selama dalam kebaikan dan

kebenaran)

f. Tidak mementingkan diri sendiri

g. Tidak mudah mengejek orang lain

10. Al-Qayyuum (Yang Maha Mandiri)

Beberapa perilaku yang mengamalkan sifat Allah Al-Qayyuum (Yang

Maha Mandiri) sebagai berikut :

a. Tidak bersikap manja

b. Mengatur urusan pribadi dengan baik

c. Mandiri (tidak mudah bergantung kepada orang lain)

C. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna

(Al-‘Aziiz, Al-Ghaffaar, Al-Basith, An-Nafii`, Ar-Ra’uuf, Al-Baar, Al-

Hakim, Al-Fattah, Al-‘Adl, Al-Qayyuum) dalam kehidupan sehari-hari

1. Al-‘Aziiz (Yang Maha Perkasa)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Al-‘Aziiz (Yang Maha Perkasa) sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan fisik (jasmani) dan mental (rohani)

b. Memelihara kehormatan diri dengan tidak meminta-minta kepada

orang lain (mau bekerja keras)

c. Menggunakan kelebihan yang dimiliki untuk memberi manfaat

kepada orang lain

d. Berusaha sekuat tenaga untuk selalu rajin bekerja dan tekun

Page 17: Asmaul Husna Kel 3

2. Al-Ghaffaar (Yang Maha Pengampun)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Al-Ghaffaar (Yang Maha Pengampun) sebagai berikut:

a. Memupuk sifat pemaaf

b. Lapang dada dan mudah memaafkan kesalahan orang lain

c. Tidak membeberkan aib orang lain, cacat, dan kesalahan orang lain

d. Memiliki rasa belas kasihan untuk tidak menganggap kesalahan

sebagai kesalahan.

3. Al-Basith (Yang Maha Melapangkan)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Al-Basith (Yang Maha Melapangkan) sebagai berikut :

a. Berlapang dada atas segala sesuatu yang menimpa (kebaikan maupun

keburukan

b. Belajar untuk mengeluarkan zakat, sedekah maupun infaq

c. Selalu mencoba ringan tangan untuk membantu yang lemah

d. Menghindari sikap kikir dan sombong

4. An-Nafii`(Yang Maha Pemberi Manfaat)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna An-Nafii`(Yang Maha Pemberi Manfaat) sebagai berikut :

a. Berazzam untuk mampu memberikan manfaat kepada orang lain

sekuat tenaga

b. Banyak berdzikir kepada Allah

c. Berdo’a tentang kebaikan untuk dirinya dan orang-orang disekitarnya

d. Menjadi anak yang sholih/sholihah

e. Menaati etika/norma/adab yang berlaku

5. Ar-Ra’uuf (Yang Maha Pengasih)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Ar-Ra’uuf (Yang Maha Pengasih) sebagai berikut :

Page 18: Asmaul Husna Kel 3

a. Mencintai orang lain karena Allah semata

b. Menahan diri ketika marah

c. Berusaha menebar senyum setiap hari

d. Beramah tamah kepada siapa saja

6. Al-Baar (Yang Maha Dermawan)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Al-Baar (Yang Maha Dermawan) sebagai berikut :

a. Mau menyisihkan sebagaian rezeki yang dimiliki untuk dibagikan

kepada yang lain

b. Menahan diri dari sifat iri, dengki

c. Patuh kepada kedua orang tua dan guru

d. Belajar memberikan manfaat kepada orang lain dengan penuh kasih

sayang

7. Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana) sebagai berikut :

a. Belajar untuk berlaku bijak dalam memutuskan segala persoalan

b. Mencintai ilmu pengetahuan

c. Belajar menjaga diri dari perbuatan tak berguna

d. Belajar menjadi orang yang qana’ah (menerima)

e. Belajar menjadi orang yang mudah bersyukur

f. Bersabar dalam segala hal

g. Berusaha bertindak sempurna dalam semua amal saleh

8. Al-Fattah (Yang Maha Membuka Hati)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Al-Fattah (Yang Maha Membuka Hati) sebagai berikut :

a. Membuka hati untuk siapa saja dalam menerima kebaikan

b. Meyakini bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya

Page 19: Asmaul Husna Kel 3

c. Meyakini bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya diluar batas

kemampuannya

d. Menerapkan sikap tolong-menolong sesama

e. Mengasihi yang miskin

f. Menghindari (membenci) kedzaliman

9. Al-‘Adl (Yang Maha Adil)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Al-‘Adl (Yang Maha Adil) sebagai berikut :

a. Berbicara, bersikap dan bertingkah laku terhadap orang lain dengan

baik

b. Menjaga ketentraman, keserasian, keseimbangan, keteraturan, dan

ketertiban

c. Mencoba membebaskan penderitaan, kerusakan, sakit hati, dan

kekacauan

d. Menahan diri dari rasa dendam

10. Al-Qayyuum (Yang Maha Mandiri)

Berikut adalah cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam

Asmaul Husna Al-Qayyuum (Yang Maha Mandiri) sebagai berikut :

a. Berusaha mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri

b. Melakukan segala hal dengan rajin dan tekun

c. Melepaskan diri dari ketergantungan kepada selain Allah karena

hanya Allah-lah tempat bergantung segala sesuatu