perilaku akses internet mahasiswa pendidikan tinggi … · 2019. 10. 19. · berbasis asmaul husna...

112

Upload: others

Post on 28-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas
Page 2: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas
Page 3: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

i

Editorial .................................................................................................................................... .... ii - iv

Kumpulan Abstrak ......................................................................................................................... v - xii

PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUHDI SURAKARTA ............................................................................................................................ 001 - 012Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri Harijati

EVALUASI PEMANFAATAN TV EDUKASI DI 10 KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014 .................. 013 - 028Ika Kurniawati

MENGINTEGRASIKAN TIK KE DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATANSAINTIFIK SESUAI KURIKULUM 2013........................................................................................ 029 - 046Ai Sri Nurhayati

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS ASMAUL HUSNA UNTUKMENINGKATKAN NILAI-NILAI RELIGIUS ................................................................................... 047 - 058Herwina Bahar; Imam Mujtaba; Ismah

EVALUASI BAHAN BELAJAR DIKLAT ONLINE CALON PEJABAT FUNGSIONALPENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN ....................................................................... 059 - 072Bambang Warsita

PENGEMBANGAN MODEL MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA DINI ............................................................................ 073 - 084Faiza Indriastuti

EVALUASI MODEL MEDIA AUDIO “PERMATA NUSANTARA” UNTUK PEMBELAJARANANAK USIA DINI (PAUD) .............................................................................................................. 085 - 096Suparti

*********

Daftar Isi

Vol. 20, Nomor 1 - Juni 2016

TEKNOLOGI PENDIDIKANMulai tahun 2016, terbit dua kali setahun, pada bulan Juni dan Desember.

TEKNODIKJU R N A L

Page 4: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

ii

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

EDITORIAL

Jurnal Teknodik Volume 20 nomor 1 edisi Juni 2016 hadir kembali untuk para pembaca setia. Berbeda dariedisi sebelumnya, Jurnal TEknodik edisi ini memuat 7 artikel yang masih terkait dengan teknologi pendidikanmaupun teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan/pembelajaran. Ketujuh artikel yang disajikanberikut ini meliputi hasil penelitian maupun kajian pada ranah pengembangan, pemanfaatan, dan evaluasimedia atau model pembelajaran. Selamat membaca!

Djoko Rahardjo, Sumardjo, Djuara P. Lubis dan Sri Harijati melakukan penelitian tentang hubunganantara perilaku mahasiswa dalam mengakses internet dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Media internetsudah banyak diterapkan untuk berbagai kepentingan dalam dunia pendidikan. Meskipun media internet sudahdikenal luas, mahasiswa pendidikan tinggi jarak jauh yang tinggal di daerah perdesaan di beberapa wilayahIndonesia masih menghadapi permasalahan dalam mengaksesnya. Perilaku akses internet mencakup tigakomponen utama yaitu kogintif, afektif, dan konatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku akses internetmeliputi faktor lingkungan, karakteristik pesan, dan kredibilitas sumber. Penelitian survei yang dilaksanakan diwilayah Surakarta dengan sampel 320 responden. Hasil analisis data dengan metode Model PersamaanStruktural. menunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh nyata terhadap perilaku mahasiswa dalammengakses internet. Ternyata peningkatan akses internet lebih mudah dilakukan dengan peralatan berupahandphone yang lebih murah, namun dibutuhkan pengembangan perangkat lunak yang sesuai dengan peralatantersebut. Strategi lain yang mendukung peningkatan akses adalah peningkatan kemampuan mahasiswa dalammenelusur informasi.

Ika Kurniati melakukan studi untuk mengetahui pemanfaatan TV Edukasi oleh pengguna (guru maupunsiswa) yang ditinjau dari sisi akses, konten, promosi, maupun dari pengguna itu sendiri. Penelitian dilakukan diPulau Jawa yang tersebar pada 10 lokasi kabupaten/kota yaitu: Bandung, Banyumas, Malang, Semarang,Surabaya, Tangerang, Garut, Purwokerto, Yogyakarta, dan Cianjur dengan jumlah responden guru dan siswasebanyak 250 responden. Waktu pelaksanaan penelitian antara Bulan Juni-Agustus 2014. Pengumpulan datadilakukan menggunakan instrumen angket kemudian dianalisis secara deskriptif persentase untuk kemudiandikonsultasikan pada kriteria evaluasi yang telah dikembangkan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkanbahwa dari sisi akses, >70% responden menonton TV Edukasi di rumah, responden mengakses melalui antenabiasa (TVRI) sebesar 35% - 45%, sisanya melalui akses lainnya. Responden mengakses TV Edukasi di sekolahsebesar 45% - 50% melalui komputer (streaming TV Edukasi) dan TV Lokal. Dari sisi konten, hasilnya cukupsesuai dengan kebutuhan pengguna. Keikutsertaan responden dalam kegiatan promosi program baik yangsifatnya fasilitasi, sosialisasi, maupun penyelengaraan Kuis Ki Hajar masih relatif kurang. Hal ini dikarenakankegiatan tersebut kebanyakan hanya dilakukan di sekitar ibu kota propinsi. Secara tidak langsung, hal iniberdampak pada frekuensi pemanfaatan TV Edukasi di mana responden hanya 1 kali dalam seminggumemanfaatkan TV Edukasi.

Ai Sri Nurhayati melakukan kajian tentang pengintegrasian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kedalam pembelajaran berbasis pendekatan saintifik sesuai Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan padadimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah).Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, danmenyajikan data atau informasi, serta dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan mencipta.Tuntutan perubahan guru di antaranya yaitu: merancang pembelajaran (RPP) dengan pendekatan saintifikyang mengintegrasikan TIK; mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang kreatif denganmengintegrasikan TIK; guru lebih berperan sebagai fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan temanbelajar; dan guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalamiperistiwa belajar. Sementara itu siswa dituntut menjadi partisipan aktif dalam menghasilkan karya dan berbagi

Page 5: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

iii

pengetahuan/keterampilan, baik saat belajar secara individu maupun kolaboratif dengan siswa lain, danmelakukan eksplorasi dalam berbagai aktivitas ilmiah menggunakan TIK sebagai sarananya. Peran TIK dalampembelajaran saintifik di antaranya yaitu: memberikan kesempatan kepada guru untuk merancang pengalamanbelajar yang bermakna dengan menggunakan teknologi; dan memberikan peluang kepada guru untukmengembangkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan suasanapembelajaran yang berpusat pada siswa, menarik, dan menyenangkan sebagai wahana interaktif untuk diskusibagi guru dan siswa baik sinkronous maupun asinkronous, sesuai tuntutan keterampilan abad 21.

Herwina Bahar, Imam Mujtaba dan Ismah meneliti tentang penerapan model pembelajaran tematikberbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School FakultasIlmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan untukmenanamkan nilai-nilai religius yang menyangkut konsep tentang ketuhanan, ibadah, dan moral sejak usiadini sehingga mampu membentuk religiusitas anak yang mengakar secara kuat dan mempunyai pengaruhsepanjang hidup. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom actionresearch) diterapkan melalui tiga siklus tindakan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modelpembelajaran tematik berbasis asmaul husna sangat efektif untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anakusia dini. Efektivitas penerapan model tersebut dapat dilihat pada beberapa perubahan positif, baik yang terjadipada guru maupun yang terjadi pada diri peserta didik, terutama perubahan pada peningkatan nilai-nilai religiusdalam kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi pihak-pihak terkait sepertiTaman Kanak-Kanak Islam untuk dapat menerapkan model pembelajaran tematik berbasis asmaul husna.Selain itu, model pembelajaran tematik berbasis asmaul husna dapat menjadi salah satu model pembelajaranyang menunjang keberhasilan pendidikan karakter yang islami.

Bambang Warsita melakukan evaluasi bahan belajar Diklat Online calon pejabat Fungsional PengembangTeknologi Pembelajaran. Bahan belajar menempati posisi strategis dan vital dalam sebuah pendidikan danpelatihan (Diklat) yang diselenggarakan secara online. Bahan belajar tersebut harus dipelajarinya untukmencapai kompetensi tertentu. Permasalahannya adalah bagaimana kualitas bahan belajar modul dan powerpoint yang digunakan dalam Diklat online calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran?Penelitian ini menggunakan metode survei secara online. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner secaraonline kemudian dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Responden penelitian adalah pesertaDiklat online calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran angkatan 2 pada tahun 2014sebanyak 135 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan belajar (modul dan power point) yangdigunakan telah memenuhi kriteria dengan kategori berkualitas baik. Hal ini menunjukkan bahwa bahan belajar,baik modul maupun powerpoint yang digunakan dalam Diklat online mudah dipelajari oleh peserta Diklat dalamrangka mencapai/menguasai kompetensi yang disyaratkan sebagai calon fungsional Pengembang TeknologiPembelajaran.

Faiza Indriastuti melakukan pengembangan model media audio pembelajaran untuk meningkatkankemampuan menyimak bagi anak usia dini. Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peran penting termasukuntuk mengembangkan kemampuan sosial. Penguasaan keterampilan sosial dalam masyarakat dimulai dengankemampuan berbahasa, dan dimulai sejak dini. Salah satu aspek tolok ukur dari keterampilan berbahasaadalah menyimak. Menyimak akan mendukung kemampuan kosa kata seseorang sehingga memperlancarkemampuan berkomunikasinya. Peningkatan kemampuan menyimak pada anak usia dini akhir-akhir ini banyakdiabaikan. Beberapa bahkan hanya fokus pada pengenalan huruf dan angka. Pengembangan salah satumodel pembelajaran yang memfokuskan pada peningkatan kemampuan menyimak anak usia dini, yaitu melaluiprogram Aku Kenal Suara Itu (AKSI). Selain pengembangan AKSI, artikel ini juga membahas efektivitas modelmedia audio pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode mix research yang menggabungkan metode

Page 6: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

iv

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

penelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan melibatkan 300 anak usia dini dan 88 pendidik PAUD di 8 propinsidi Indonesia. Hasil dari penerapan model AKSI untuk peserta didik usia dini menunjukkan nilai 150,50 yangberarti bahwa desain pembelajaran AKSI layak atau sesuai untuk digunakan sebagai model pembelajaransudah sesuai. Sedangkan hasil penerapan oleh pendidik dalam pembelajaran, menunjukkan nilai rata-rata44,50 yang berarti bahwa model ini efektif untuk digunakan sebagai salah satu desain model pembelajarandalam meningkatkan kemampuan menyimak bagi anak usia dini. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwamodel AKSI sesuai dan efektif untuk digunakan sebagai salah satu model pembelajaran dalam meningkatkankemampuan menyimak bagi anak usia dini kelompok usia 4-6 tahun.

Suparti mengevaluasi efektivitas model media audio Permata Nusantara ditinjau dari aspek edukatif,teknis, dan estetis dalam mencapai tujuan program. Bercerita, bernyanyi, dan bermain merupakan metodepembelajaran di PAUD. Ketiga metode tersebut diramu dalam media audio pembelajaran “Permata Nusantara”.Permasalahannya adalah apakah media audio Permata Nusantara efektif sebagai sebuah model media audiopembelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, catatan harian guru, pengamatan,dan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015. Populasi yang diambil adalah guru TK/PAUD di Garut, Jawa Barat dan Mamuju, Sulawesi Barat. Sampel diambil dengan teknik purpossive samplingdan ditetapkan respondenya 20 orang guru. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat efektifitas dari aspekedukatif adalah sebesar 75,28%; dari aspek teknis sebesar 78,25%, dan dari aspek estetis sebesar 79,75%dengan beberapa catatan perbaikan. Oleh karena itu, Permata Nusantara sangat efektif digunakan sebagaimedia pembelajaran di PAUD. Namun demikian, dalam pengembangan selanjutnya model ini perlu diperbaharuidari sisi durasi cerita audio dan modifikasi penyajian lirik lagu permainannya (bw).

..

Page 7: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

v

PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGIJARAK JAUH DI SURAKARTA

INTERNET ACCESS BEHAVIOUR OF DISTANT HIGHER EDUCATIONSTUDENTS IN SURAKARTA

Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri HarijatiDepartemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, PPS – IPB, Bogor, Indonesia

[email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]

Diterima tanggal: 10 Januari 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 02 Februari 2016, disetujui tanggal: 21 Februari 2016

Abstrak: Media internet sudah banyak diterapkan untuk berbagai kepentingan dalam dunia pendidikan.Meskipun media internet sudah dikenal luas, mahasiswa pendidikan tinggi jarak jauh yang tinggal di daerahperdesaan di beberapa wilayah Indonesia masih menghadapi permasalahan dalam mengaksesnya. Tujuanpenelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara perilaku mahasiswa dalam mengakses internetdan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perilaku akses internet mencakup tiga komponen utama yaitukogintif, afektif, dan konatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku akses internet meliputi faktorlingkungan, karakteristik pesan, dan kredibilitas sumber. Penelitian survei ini dilaksanakan di wilayah Surakartadengan sampel 320 responden. Data dianalisis dengan metode Model Persamaan Struktural. Hasil analisismenunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh nyata terhadap perilaku mahasiswa dalam mengaksesinternet. Ternyata peningkatan akses internet lebih mudah dilakukan dengan peralatan berupa handphoneyang lebih murah, namun dibutuhkan pengembangan perangkat lunak yang sesuai dengan peralatan tersebut.Strategi lain yang mendukung peningkatan akses adalah peningkatan kemampuan mahasiswa dalammenelusur informasi.

Kata kunci: akses internet, pendidikan jarak jauh, perilaku belajar mahasiswa

Abstract: Internet has been widely applied for educational purposes. Although the media is well known,distant higher education students who live in remote or rural areas in Indonesia are still facing problems inaccessing it. The purpose of this study is to analyze the relationship between the behavior of the students inaccessing the Internet and the factors that influence it. Internet access behavior includes three maincomponents, namely cogintive, affective, and conative components. Factors that influence the behaviorinclude environmental factors, message characteristics, and source credibility. This survey research wasconducted in seven districts in Surakarta with a sample of 320 respondents. Data were analyzed in StructuralEquation Model method. The result shows that environmental factors significantly affect the behavior ofstudents in accessing the internet. It turns out that the increase in internet access is more easily done withcheaper equipment such as mobile phones, but it is necessary to develop appropriate software for suchequipment. Another strategy that supports increased access is improving students’ capability in informationsearching on the internet.

Key words: internet access, distant education, student learning behavior

Page 8: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

vi

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

EVALUASI PEMANFAATAN TV EDUKASIDI 10 KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014

EVALUATION OF TV EDUKASI UTILIZATIONIN 10 DISTRICTS/CITIES OF 2014

Ika KurniawatiPusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan,

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJl. RE. Martadinata, Ciputat -Tangerang Selatan, Banten, Indonesia

([email protected])

Diterima tanggal: 12 Februari 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal 19 Februari 2016, disetujui tanggal 02 Maret 2016

Abstrak: Artikel ini merupakan hasil studi yang bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan TV Edukasi oleh pengguna(guru maupun siswa) yang ditinjau dari sisi akses, konten, promosi, maupun dari pengguna itu sendiri. Penelitian inidilakukan di Pulau Jawa yang tersebar pada 10 (sepuluh) lokasi kabupaten/kota yaitu: Bandung, Banyumas, Malang,Semarang, Surabaya, Tangerang, Garut, Purwokerto, Yogyakarta, dan Cianjur dengan jumlah responden guru dansiswa sebanyak 250 responden. Waktu pelaksanaan penelitian antara Bulan Juni-Agustus 2014. Instrumen yangdigunakan untuk mengumpulkan data dari guru dan siswa berupa angket. Metode analisis data yang digunakan adalahdeskriptif persentase yang selanjutnya dikonsultasikan pada kriteria evaluasi yang telah dikembangkan sebelumnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sisi akses, >70% responden menonton TV Edukasi di rumah, respondenmengakses melalui antena biasa (TVRI) sebesar 35% - 45%, sisanya melalui akses lainnya. Responden mengaksesTV Edukasi di sekolah sebesar 45% - 50% melalui komputer (streaming TV Edukasi) dan TV Lokal. Dari sisi konten,hasilnya cukup sesuai dengan kebutuhan pengguna. Keikutsertaan responden dalam kegiatan promosi program baikyang sifatnya fasilitasi, sosialisasi, maupun penyelengaraan Kuis Ki Hajar masih relatif kurang. Hal ini dikarenakankegiatan tersebut kebanyakan hanya dilakukan di sekitar ibu kota propinsi. Secara tidak langsung, hal ini berdampakpada frekuensi pemanfaatan TV Edukasi di mana responden hanya 1 kali dalam seminggu memanfaatkan TV Edukasi.

Kata kunci: evaluasi, TV Edukasi, akses, konten program

Abstract: This article is the result of study aiming to know the utilization of TV Edukasi by teachers and students fromthe aspects of access, content, promotions, as well as the viewers. The research was conducted in June throughAugust 2014 in 10 districts/cities in Java, namely: Bandung, Banyumas, Malang, Semarang, Surabaya, Tangerang,Garut, Purwokerto, Yogyakarta, and Cianjur by involving 250 teachers and students as the respondents. The instrumentused to collect the data from teachers as well as students was questionnaires. The data analysis method was descriptivepercentages which was then consulted to the evaluation criteria having been developed earlier. The result shows that interms of the access, >70% of respondents watch TV Edukasi at home, respondents accessing it via regular antennas(TVRI) is 35% - 45%, the remainings access it via other media. Respondents accessing TV Edukasi in schools is 45%- 50% through computer (streaming TV Education) and local TV. The content of TV Edukasi is in accordance with theviewers’ needs. The participation of the respondents in promotional activities such as facilitation, socialization, and KiHajar Quiz is still relatively low. This is because the activities are mostly done in and around the provincial capitals. Thisindirectly impacts the frequency of TV Edukasi utilization by the respondents which is only once in a week.

Key words: evaluation, TV Edukasi, access, program content

Page 9: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

vii

MENGINTEGRASIKAN TIK KE DALAM PEMBELAJARANBERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK SESUAI KURIKULUM 2013

INTEGRATING ICT INTO SCIENTIFIC APPROACH-BASED LEARNING INACCORDANCE WITH 2013 CURRICULUM

Ai Sri NurhayatiPusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJl. R.E Martadinata Km 15.5 Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15411, Indonesia

[email protected]; [email protected]

Diterima tanggal: 16 Februari 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal 27 Februari 2016, disetujui tanggal 12 Maret 2016

Abstrak: Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakanpendekatan saintifik (pendekatan ilmiah). Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi kegiatanmengamati, menanya, mencoba, mengolah data atau informasi, dan menyajikan data atau informasi, serta dilanjutkandengan menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan mencipta. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tuntutanperubahan guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuai Kurikulum 2013 danmengidentifikasi peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran saintifik. Tuntutan perubahanguru tersebut di antaranya yaitu: merancang pembelajaran (RPP) dengan pendekatan saintifik yang mengintegrasikanTIK; mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang kreatif dengan mengintegrasikan TIK; guru lebih berperansebagai fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar; dan guru dapat memberikan pilihan dantanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Adapun tuntutan terhadap siswa yaitusiswa dituntut sebagai partisipan aktif yang menghasilkan karya dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan,berpartisipasi sebanyak mungkin baik saat belajar secara individu maupun kolaboratif dengan siswa lain, dan melakukaneksplorasi dalam berbagai aktivitas mulai dari melihat, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasi denganmenggunakan TIK sebagai sarananya. Peran TIK dalam pembelajaran saintifik di antaranya yaitu: memberikankesempatan kepada guru untuk merancang pengalaman belajar yang bermakna dengan menggunakan teknologi; danmemberikan peluang kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran sehingga mampumenciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa, menarik, dan menyenangkan. Selain itu, sebagai wahanainteraktif untuk diskusi bagi guru dan siswa baik sinkronous maupun asinkronous, serta membangun kreativitas siswadalam mengakses berbagai sumber belajar maupun sebagai sarana berbagi (sharing) hasil karya siswa sesuai tuntutanketerampilan abad 21.

Kata kunci: kurikulum 2013, pendekatan saintifik, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), mengintegrasikan TIK.

Abstract: The 2013 curriculum emphasizes on modern pedagogical dimension of learning, i.e. scientific approach.Scientific approach includes the activities of observing, questioning, experimenting, processing as well as presentingdata and information, and followed by analyzing, reasoning, summarizing, and creating. This paper aims to identify thechanging demands of teachers and students in scientific approach-based learning of 2013 Curriculum and identify therole of Information and communication Technology (ICT). The demands to the teachers are such as: developing ascientific based-lesson plan by integrating ICT into it; developing some creative teaching methods with ICT; being afacilitator, collaborator, mentor, trainer, guide, and colleague; and giving significant choice and responsibility to thestudents in terms of learning experiences. Meanwhile, the students are required to be more active in individual as wellas collaborative learning, to create as well as share knowledge/information; and to explore the material widely throughthe scientific approach activities with ICT. The role of ICT in scientific approach learning are such as: giving a chance tothe teachers to develop a meaningful ICT-integrated learning experience and their creativity so that the learning processbecomes student centered, interesting, and full of fun. It can be a sincronous or asincronous forum of interactivitybetween teacher and students. It can develop the students’ creativity to access various learning sources and share theircreation with others as required by the 21st Century Skills.

Key words: 2013 curriculum, scientific approach, Information and Communication Technology (ICT), integrating ICT

Page 10: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

viii

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS ASMAULHUSNA UNTUK MENINGKATKAN NILAI-NILAI RELIGIUS

THE APPLICATION OF THEMATIC LEARNING MODEL BASED ONASMAUL HUSNA TO INCREASE RELIGIOUS VALUES

Herwina Bahar; Imam Mujtaba; IsmahFakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jl. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu-Ciputat, Tangerang Selatan, [email protected]; [email protected]; [email protected]

Diterima tanggal: 17 Maret 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 27 Maret 2016, disetujui tanggal: 15 April 2016

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menanamkan nilai-nilai religius yang menyangkut konseptentang ketuhanan, ibadah, dan moral sejak usia dini sehingga mampu membentuk religiusitas anak yang mengakarsecara kuat dan mempunyai pengaruh sepanjang hidup. Penelitian ini mendeskripsikan penerapan model pembelajarantematik berbasis asmaul husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School FakultasIlmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatanpenelitian tindakan kelas (classroom action research) yang diterapkan melalui tiga siklus tindakan. Teknik pengumpulandatanya diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkanbahwa penerapan model pembelajaran tematik berbasis asmaul husna sangat efektif untuk meningkatkan nilai-nilaireligius pada anak usia dini. Efektivitas penerapan model tersebut dapat dilihat pada beberapa perubahan positif, baikyang terjadi pada guru maupun yang terjadi pada diri peserta didik, terutama perubahan pada peningkatan nilai-nilaireligius dalam kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi pihak-pihak terkait sepertiTaman Kanak-Kanak Islam untuk dapat menerapkan model pembelajaran tematik berbasis asmaul husna. Selain itu,model pembelajaran tematik berbasis asmaul husna dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang menunjangkeberhasilan pendidikan karakter yang islami.

Kata kunci: model pembelajaran tematik, asmaul husna, nilai religius, anak usia dini

Abstract: The background of this research is the desire to implant religious values of God concept, worship, andmorals since early aged-children so that it can create strong religious characters to them that will give lifelong impacts.The research is aimed to describe the implementation of asmaul husna based-thematic-learning-model to increasereligious values held by early-aged children at Lab School Kindergarten of Educational Faculty – MuhammadiyahUniversity, Jakarta. This research applies descriptive method of action research (classroom action research) implementedthrough three cycles of action. The data is collected through observation, interviews, documentation studies, andliterature. The results shows that the implementation of asmaul husna based-thematic-learning-model is very effectivein increasing religious values held by early-aged children. It can be seen from some positive changes experienced bythe teachers as well as by the children (students), especially in the teaching-learning process activities. The result isexpected to inspire related parties such as Islamic Kindergartens to apply asmaul husna based-thematic-learning-model because it is one of the models that can support the success of Islamic character teaching.

Keywords: thematic learning model, asmaul husna, religious values, early aged children

Page 11: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

ix

EVALUASI BAHAN BELAJAR DIKLAT ONLINE CALON PEJABATFUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

EVALUATION OF LEARNING MATERIALS OF ONLINE TRAINING FORINSTRUCTIONAL TECHNOLOGY DESIGNER CANDIDATES

Bambang WarsitaPusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan,

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJl. RE. Martadinata, Ciputat, Tangerang Selatan, Indonesia

[email protected] atau [email protected]

Diterima tanggal: 08 Maret 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal 17 Maret, disetujui tanggal: 17 April 2016

Abstrak: Bahan belajar menempati posisi strategis dan vital dalam sebuah pendidikan dan pelatihan (Diklat) yangdiselenggarakan secara online karena merupakan materi pembelajaran yang digunakan oleh peserta Diklat dalammengikuti program Diklat online. Bahan belajar tersebut harus dipelajarinya untuk mencapai kompetensi tertentu.Permasalahannya adalah bagaimana kualitas bahan belajar modul dan powerpoint (ppt) yang digunakan dalam Diklatonline calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran? Penelitian ini menggunakan metode surveisecara online. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner secara online. Respondennya adalah pesertaDiklat online calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran angkatan 2 pada tahun 2014 sebanyak135 orang. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan belajar(modul dan powerpoint) yang digunakan Diklat online calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajarantelah memenuhi kriteria dengan kategori berkualitas baik. Hal ini berarti bahwa bahan belajar baik modul maupunpowerpoint yang digunakan dalam Diklat online mudah dipelajari oleh peserta Diklat dalam rangka mencapai/menguasaikompetensi yang disyaratkan sebagai calon fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran. Oleh karena itu, untukmendapatkan bahan belajar yang berkualitas perlu dilakukan evaluasi bahan belajar.

Kata kunci: diklat online, evaluasi, bahan belajar, modul, powerpoint (ppt)

Abstract: Learning material is a strategic and vital thing in a training which is held online because the participants useit during the online training. They use it to achieve certain competencies.The problem is how the quality of the learningmaterials modules and powerpoint (ppt) used in the online training for functional Instructional Designer candidates is.This study uses an online survey method. The data are collected by using online questionnaire. Respondents are theparticipants of online training for functional Instructional Designer candidates of class 2 in 2014 amounting 135 people.The analysis is done with quantitative descriptive technique. The result indicates that the learning materials (moduleand powerpoint) used in online trining for functional Instructional Designer candidates have met the criteria with thecategory of good quality. This means that the learning materials (module and powerpoint) used in this online trainingare easy to learn by the training participants in achieving certain competencies required to get a functional position ofan Instructional Designer. Therefore, to get good learning materials, an evaluation to it is required.

Keywords: online training, evaluation, learning materials, modules, powerpoint (ppt)

Page 12: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

x

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PENGEMBANGAN MODEL MEDIA AUDIO PEMBELAJARANUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

ANAK USIA DINI

INSTRUCTIONAL AUDIO MEDIA DEVELOPMENTTO INCREASE LISTENING SKILL OF EARLY-AGED CHILDREN

Faiza IndriastutiBalai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan (BPMRPK), Yogyakarta

Jl. Sorowajan Baru No 367, Banguntapan, Yogyakarta, [email protected]

Diterima tanggal: 02 April 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 21 April 2016, disetujui tanggal: 08 Mei 2016

Abstrak: Bahasa adalah alat komunikasi yang penting bagi setiap orang. Melalui bahasa, seseorang dapatmengembangkan kemampuan sosialnya. Penguasaan keterampilan sosial dalam masyarakat dimulai dengan kemampuanberbahasa, dan dimulai sejak dini. Salah satu aspek tolok ukur dari keterampilan berbahasa adalah menyimak. Menyimakakan mendukung kemampuan kosakata seseorang sehingga memperlancar kemampuan berkomunikasinya. Peningkatankemampuan menyimak pada anak usia dini akhir-akhir ini banyak diabaikan. Beberapa bahkan hanya fokus padapengenalan huruf dan angka. Untuk itu, melalui kelebihan-kelebihan media audio, BPMRPK mengembangkan salahsatu model pembelajaran yang memfokuskan pada peningkatan kemampuan menyimak anak usia dini, yaitu programAku Kenal Suara Itu (AKSI).Selain pengembangan AKSI, artikel ini juga membahas efektivitas model media audiopembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode mix research yang menggabungkan metode penelitian kuantitatifdan kualitatif, dengan melibatkan 300 anak usia dini dan 88 pendidik PAUD dari 8 propinsi di Indonesia. Hasil daripenerapan model AKSI untuk peserta didik usia dini menunjukkan nilai 150,50 yang berarti bahwa desain pembelajaranAKSI layak atau sesuai untuk digunakan sebagai model pembelajaran.Sedangkan hasil penerapan oleh pendidik dalampembelajaran,menunjukkan nilai rata-rata 44,50 yang berarti bahwa model ini efektif untuk digunakan sebagai salahsatu desain model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan menyimak bagi anak usia dini.Oleh karena itu,model AKSI sesuai dan efektif untuk digunakan sebagai salah satu model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuanmenyimak bagi anak usia dini kelompok usia 4-6 tahun.

Kata kunci: menyimak, pendidikan anak usia dini, model media audio pembelajaran

Abstract: Language is an essential communication instrument for everyone. Through language,someonecan developtheir social skill. Social skill masterystarts with language skill, which has been developing since early ages. One of thelanguage aspects indicating someone’s language skill is listening. Listening will support vocabulary mastery, which isvery important for language skill. However, listening skill development at early-aged child is overlooked. Some even justfocus on literacy and numeracy. Therefore, through the advantages of audio media, BPMRPK develops a learningmodel which focuses on improving listening skill of early-aged children, i.e. Aku Kenal Suara Itu (AKSI) program.BesidesAKSI, this article also discusses about the effectiveness of instructional audio media model in learning. This study usesmix research method that combines quantitative and qualitative research methods, involving 300 early-aged childrenand 88 early-aged child educators from 8 provinces in Indonesia. The result of AKSI model implementation for early-aged children shows the value of 150.50, which means that AKSI as instructional design is suitableto be used as alearning model. The result of AKSI implementation by educators shows an average value of 44.50, which means thatthis model is effective to be used to improve early-aged children’s listening skill. Therefore, it can be concluded that AKSImodel is suitable and effective to be used to improve early-aged children’s listening skill (4-6 years old).

Keywords: listening, early-aged child education, instructional audio media model

Page 13: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

xi

EVALUASI MODEL MEDIA AUDIO “PERMATA NUSANTARA”UNTUK PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (PAUD)

EVALUATION OF “PERMATA NUSANTARA” AUDIO MEDIA MODELFOR EARLY-AGED CHILD LEARNING

SupartiBalai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan (BPMRPK), Yogyakarta

Jl. Sorowajan Baru 367 Banguntapan, Yogyakarta, [email protected]

Dterima tanggal: 12 April 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 26 April 2016, disetujui tanggal: 30 April 2016

Abstrak: Bercerita, bernyanyi, dan bermain merupakan metode pembelajaran di PAUD. Ketiga metode tersebutdiramu dalam media audio pembelajaran “Permata Nusantara”. Permasalahannya adalah apakah media audioPermata Nusantara efektif sebagai sebuah model media audio pembelajaran. Tujuan evaluasi ini adalah untukmenilai efektivitas model media audio Permata Nusantara ditinjau dari aspek edukatif, teknis, dan estetis dalammencapai tujuan program. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, catatan harian guru,pengamatan, dan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015. Populasi yang diambil adalahguru TK/PAUD di Garut, Jawa Barat dan Mamuju, Sulawesi Barat. Sampel diambil dengan teknik purpossivesampling dan ditetapkan respondenya 20 orang guru. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat efektifitasdari aspek edukatif adalah sebesar 75,28%; dari aspek teknis sebesar 78,25%, dan dari aspek estetis sebesar79,75% dengan beberapa catatan perbaikan. Oleh karena itu, Permata Nusantara sangat efektif digunakansebagai media pembelajaran di PAUD. Namun demikian, dalam pengembangan selanjutnya model ini perludiperbaharui dari sisi durasi cerita audio dan modifikasi penyajian lirik lagu permainannya.

Kata kunci: evaluasi, media audio pembelajaran, Permata Nusantara, PAUD

Abstract: Telling a story, singing, and playing are teaching methods applied in Early-aged Child Education.These three teaching methods are integrated into a learning audio media model of “Permata Nusantara”. Theproblem is whether it is effective as a learning audio media model. Thus, the aim of this evaluation is to get dataabout the educational, technical, and aesthetic aspects of Permata Nusantara in attaining the goals. The datacollecting methods used here are questionnaire, portfolio, observation, and interview. This research is carriedout in October 2015 in Garut, West Java and Mamuju, West Sulawesi. The population of this research iskindergarten/Early-aged Child Education teachers in both locations.The samples is taken by using purposivesampling to get 20 Kindergarten teachers. The result shows that the effectivity level of educational aspect is77.7%, of technical aspect is 82.5%, and of aesthetic aspect is 85.7% with some improvement suggestion forthe model being developed. In short, the model of Permata Nusantara is very effectice to be applied as learningmedia in kindergarden/Early-aged Child Educational schools. However, further production of the model shouldreduce the duration of the program and modify the lyrics of the game song more creatively.

Keywords: evaluation, learning audio media, Permata Nusantara, Early-aged Child Education

Page 14: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

1

Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri Harijati: Perilaku Akses Internet Mahasiswa Pendidikan Tinggi Jarak Jauh di Surakarta.

PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGIJARAK JAUH DI SURAKARTA

INTERNET ACCESS BEHAVIOUR OF DISTANT HIGHER EDUCATIONSTUDENTS IN SURAKARTA

Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri HarijatiDepartemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, PPS – IPB, Bogor, Indonesia

[email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]

Diterima tanggal: 10 Januari 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 02 Februari 2016, disetujui tanggal: 21 Februari 2016

Abstrak: Media internet sudah banyak diterapkan untuk berbagai kepentingan dalam dunia pendidikan.Meskipun media internet sudah dikenal luas, mahasiswa pendidikan tinggi jarak jauh yang tinggal di daerahperdesaan di beberapa wilayah Indonesia masih menghadapi permasalahan dalam mengaksesnya. Tujuanpenelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara perilaku mahasiswa dalam mengakses internetdan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perilaku akses internet mencakup tiga komponen utama yaitukogintif, afektif, dan konatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku akses internet meliputi faktorlingkungan, karakteristik pesan, dan kredibilitas sumber. Penelitian survei ini dilaksanakan di wilayah Surakartadengan sampel 320 responden. Data dianalisis dengan metode Model Persamaan Struktural. Hasil analisismenunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh nyata terhadap perilaku mahasiswa dalam mengaksesinternet. Ternyata peningkatan akses internet lebih mudah dilakukan dengan peralatan berupa handphoneyang lebih murah, namun dibutuhkan pengembangan perangkat lunak yang sesuai dengan peralatan tersebut.Strategi lain yang mendukung peningkatan akses adalah peningkatan kemampuan mahasiswa dalammenelusur informasi.

Kata kunci: akses internet, pendidikan jarak jauh, perilaku belajar mahasiswa

Abstract: Internet has been widely applied for educational purposes. Although the media is well known,distant higher education students who live in remote or rural areas in Indonesia are still facing problems inaccessing it. The purpose of this study is to analyze the relationship between the behavior of the students inaccessing the Internet and the factors that influence it. Internet access behavior includes three maincomponents, namely cogintive, affective, and conative components. Factors that influence the behaviorinclude environmental factors, message characteristics, and source credibility. This survey research wasconducted in seven districts in Surakarta with a sample of 320 respondents. Data were analyzed in StructuralEquation Model method. The result shows that environmental factors significantly affect the behavior ofstudents in accessing the internet. It turns out that the increase in internet access is more easily done withcheaper equipment such as mobile phones, but it is necessary to develop appropriate software for suchequipment. Another strategy that supports increased access is improving students’ capability in informationsearching on the internet.

Key words: internet access, distant education, student learning behavior

123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456781234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567812345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456781234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567812345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456781234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567812345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678

Page 15: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

2

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, April 2016

PENDAHULUANMeskipun media internet telah dikenal luas dan

minat mahasiswa untuk belajar di pendidikan tinggijarak jauh meningkat, masih jarang ada penelitianmengenai perilaku akses internet mahasiswapendidikan tinggi jarak jauh yang tinggal di beberapawilayah perdesaan di Indonesia. Laporan yangdisampaikan oleh Asosiasi Penyelenggara JasaInternet Indonesia (APJII 2013) menggambarkanbahwa para pengguna internet masih terbatas padapengguna internet yang tinggal di kota besar diIndonesia dengan pemanfaatan akses yang terbataspada internet untuk bisnis. Penggunaan internet untukpendidikan terutama di daerah perdesaan Indonesiamasih jarang dilaporkan.

Menurut Miarso (2004), kecuali memperluaskesempatan pendidikan, pendidikan tinggi jarak jauhjuga harus berfungsi meningkatkan mutu pendidikansecara merata, meningkatkan relevansi pendidikandengan kebutuhan pembangunan dan meningkatkanefisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal inisesuai dengan kebijakan pemerintah sepertidituangkan dalam Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional dan Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang PendidikanTinggi.

Karakteristik pendidikan tinggi jarak jauh ditandaidengan adanya jarak antara pengajar danmahasiswa. Adanya jarak ini memungkinkan hadirnyamedia komunikasi sebagai alat untuk menyampaikaninformasi dan ilmu pengetahuan dalam proses belajarmahasiswa. Salah satu alternatif media yangdigunakan dalam proses belajar mengajar adalahmedia internet. Harapannya adalah bahwa aksesinternet sekarang ini bukan lagi hanya untukmasyarakat perkotaan saja, tetapi agar merata dandapat dijangkau oleh masyarakat perdesaan diseluruh Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan telahditerbitkannya Peraturan Menteri Komunikasi danInformatika Nomor: 48/Per/M.Kominfo/11/2009tentang Penyediaan Jasa Akses Internet padaWilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi InternetKecamatan dan kemudian disusul denganperubahanannya Nomor:19/Per/M.Kominfo/12/2010.

Dengan demikian, dukungan pemerintah terhadappemerataan akses informasi melalui internet cukupnyata.

Universitas Terbuka (UT) tercatat memiliki jumlahmahasiswa sebanyak 565.264 orang per 30Nopember 2012 dengan perincian mahasiswa NonPendidikan Guru Sekolah Dasar (Non Pendas)150.741 orang sedangkan selebihnya mahasiswaPendidikan Guru Sekolah Dasar (UniversitasTerbuka, 2013). Banyaknya jumlah mahasiswa UTdengan kemampuan yang beragam sertaketerbatasan media internet di wilayah tempat tinggalmereka telah menjadi sebuah tantangan besar. UTsebagai institusi pendidikan jarak jauh sudahberupaya untuk memberikan layanan baik berupapenyebaran informasi secara satu arah, maupunpembelajaran secara interaktif melalui berbagaimedia. Media internet merupakan salah satu pilihanbagi mahasiswa terutama yang tinggal jauh darisumber informasi.

Media internet merupakan media yang palingtepat dalam pendidikan jarak jauh. Media ini memilikikelebihan dibandingkan dengan media lain sepertiradio dan televisi. Media internet dapat mencakupteks, suara, gambar dan video. Interaktivitasnya punjuga melebihi media yang lain. Penelitian Zaidin(2004) tentang persepsi mahasiswa UT terhadapinternet di wilayah Makassar menyimpulkan bahwasebagian besar respondennya sangat tertarik denganpenggunaan UT online. Rye dan Zubaidah (2008)meneliti tentang masalah pengaksesan internet padamahasiswa pascasarjana UT di Bangka Belitung danmenyimpulkan bahwa kesulitan mahasiswa tidakhanya pada ketersedian sarana yang terbatas sajatetapi juga pada kenyataan bahwa belummembudayanya penggunaan internet di kalanganmereka. Hal ini justru menjadi tantangan bagimahasiswa karena tidak tersedianya saranapendukung lainnya yang tepat.

Berdasarkan dari permasalahan di atas,diperlukan kajian yang komprehensif mengenaisejauh mana perilaku mahasiswa dalam mengaksesmedia internet serta faktor-fator apa saja yangmempengaruhi perilaku aksesnya.

Page 16: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

3

Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri Harijati: Perilaku Akses Internet Mahasiswa Pendidikan Tinggi Jarak Jauh di Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1)menganalisis hubungan perilaku pengaksesaninternet pada mahasiswa pendidikan tinggi jarak jauhdan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (2)merumuskan strategi untuk meningkatkan danmenguatkan akses internet mahasiswa.

KAJIAN LITERATURElemen Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur penting dalamsebuah proses belajar mahasiswa karena hal inimencakup penyampaian informasi dan ilmupengetahuan. Proses komunikasi melibatkanberbagai elemen seperti: sumber, pesan, media, dankomunikan yang saling terkait dan salingmempengaruhi.

Harold Lasswell (Littlejohn, 2009a:405)mendefinisikan komunikasi sebagai suatu kegiatanyang melibatkan lima pertanyaan, yaitu who, sayswhat, in which chanels to whom and with what effect.Dengan demikian, menurut Lasswell, ketika seseorangmenyampaikan pesan maka akan menghasilkan efek,baik positif maupun negatif pada diri penerima pesan.

Menurut DeVito (1997:47), komunikasi mengacupada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yangmengirim dan menerima pesan yang terdistorsi olehgangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu,mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatanuntuk melakukan umpan balik.

Littlejohn dan Foss (2009b: 802), yang mengkritikmodel komunikasi Berlo yang cenderung linier,menjelaskan bahwa komunikasi adalah interaksisimultan terus menerus dari sejumlah besar variabel,bergerak, berubah, dan dinamis, tidak statis danberhenti, tanpa awal atau akhir tetap, yang mana setiapvariabel mempengaruhi setiap variabel yang lain danpada gilirannya dipengaruhi oleh variabel lain. MediaKomunikasi Internet. Salah satu elemen komunikasiyang bisa menghubungkan subjek-subjek yang terlibatdalam proses komunikasi adalah media internet.

Istilah internet merupakan singkatan dariinterconnection-networking yang memiliki arti seluruhjaringan komputer yang saling terhubung dengansistem tertentu untuk melayani miliaran pengguna diseluruh dunia. Sebagai media komunikasi baru, intenet

diharapkan dapat melengkapi dan menggantikankomunikasi tatap muka dengan keunggulan biayarendah dan meningkatkan efisiensi dalam banyaksituasi. Berbagai pihak menghabiskan banyak usaha,waktu, dan uang untuk memperkenalkan danmemanfaatkan teknologi ini.Richard Daft dan Robert Lengel (Littlejohn & Foss,2009b:641-2) mengajukan hipotesis tentang kapasitasmedia dalam membawa informasi. Teori ini dikenaldengan media richness theory (MRT). Kapasitasmedia meningkat sejauh mana media memenuhiempat kriteria yaitu: 1) kemampuan umpan balik yaitukemampuan media memfasilitasi umpan balik seketika(sinkronisitas) dan klarifikasi masalah selamahubungan itu; 2) pemanfaatan saluran komunikasiyang meliputi berbagai isyarat yang difasilitasi olehmedia; 3) adanya variasi bahasa yang menunjukkankemampuan media memfasilitasi keterlibatan angkadan bahasa alami; dan 4) fokus pribadi / sumber yangmenggambarkan bahwa media ini memilikikemampuan untuk menyampaikan perasaan danemosi pribadi dari pihak yang berkomunikasi.Munculnya teknologi komputer dalam duniakomunikasi merupakan jawaban dari kriteria kapasitasmedia yang memenuhi syarat perkembangankomunikasi dalam MRT yang disebutkan di atas.

Komunikasi yang dimediasi komputer menurutThurlow et al. (2004:15) pada dasarnya mengacu padakomunikasi manusia yang dicapai melalui, atau denganbantuan, teknologi komputer. Teknologi komputer inimerupakan alat bantu proses komunikasi yang palinglengkap dalam paradigma media baru (new media).

Dewdney A. dan Ride P. (2006:8)mengungkapkan bahwa media baru terfokus secaraeksklusif pada teknologi komputer sedangkan medialain lebih menekankan pada bentuk-bentuk budayadan konteks tempat teknologi digunakan, misalnya:seni rupa, film, perdagangan, dan ilmu pengetahuan.Fokus utama yang dimaksud adalah internet.

Menurut Green L. (2010:3), istilah internetmencakup infrastruktur teknologi yang salingberhubungan dan jaringan yang mendukung WorldWide Web; situs milik pribadi yang terhubung ke web;sumber dan pembuat perangkat lunak terbuka dantertutup (misalnya Firefox, Wikipedia, Internet

Page 17: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

4

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, April 2016

Explorer, Google); komputer dan bahasa sehari-haridalam hal membuat internet diakses orang dariberbagai budaya dan tingkat kemahiran; email,chatting dan pesan instan; blog dan situs jejaringsosial (misalnya facebook); game, komunitas,lingkungan dan dunia (misalnya World of Warcraft,Second Life); dan banyak hal tentang komunikasiyang dimediasi secara digital telah masuk menjadikehidupan sehari-hari.

Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya,menurut Cantoni dan Tardini (2006:189), internetmemiliki kelebihan antara lain: memungkinkanpenggabungan dengan beberapa media sebelumnya;teks digital dapat diubah dan direproduksi dengansangat mudah; diakses oleh kelompok besarmasyarakat sehingga meningkatkan rasio melekdigital yang menjadikan orang-orang non-profesionalpun dapat mengolah dan membuat gambar digitaldan film digital, menulis dan mencetak teks, ataumempublikasikannya melalui internet; memungkinkanuntuk komunikasi dua arah dan multi arah. Namunkelemahan utama dunia elektronik adalah dukunganfisik tidak kuat, perangkat keras dan perangkat lunakyang digunakan berubah sangat cepat sehinggamembutuhkan peningkatan terus menerus dari setiapkoleksi digital.

Akses Media InternetInternet telah menjadi media komunikasi utama,

seperti yang dilaporkan oleh Internet World Stat tahun2012 (http://www.internetworldstats.com) yangmenyatakan bahwa jumlah pengguna di Asia 44,8%dari pengguna internet di seluruh dunia. Peringkatjumlah pengguna di negara-negara Asia dimulai dariChina, India, Jepang, dan peringkat keempatIndonesia dengan jumlah pengguna diperkirakan 55juta atau 22,1% dari total penduduk Indonesia.Peningkatan akses ini mendorong perkembanganberbagai hal seperti bidang ekonomi, sosial,pendidikan, dan teknologi internet itu sendiri.

Akses memiliki enam pengaruh antara lain:pengaruh fisik, kognitif, afektif, ekonomi, sosial danpolitik (Rice, McCreadie dan Chang, 2001:70).Sedangkan menurut Bucy dan Newhagen (2004:7-14), akses ke media internet dapat dibagi menjadi

empat dimensi. Akses teknologi yang berbicaramengenai perangkat keras dan infrastruktur memilikidua dimensi, yaitu: akses fisik ke komputer dan akseske internet sebagai suatu sistem. Akses kontenmenyangkut motivasi untuk menggunakan teknologiinformasi dan kemampuan untuk memproses maknasegera setelah pengguna terhubung ke sistemkomunikasi. Akses konten juga memiliki dua dimensi,yaitu: akses sosial dan kognitif.

Lebih lanjut Bucy dan Newhagen (2004:15)menjelaskan bahwa satu arah aliran informasi dalamsistem media massa mendorong pemodelan aksessebagai suatu proses linear. Dengan media massaseperti koran, pembaca harus memiliki hard copyuntuk mengetahui apa yang wartawan bicarakan,pemirsa televisi harus memiliki pesawat televisi untukmenonton acara pada waktu tertentu. Denganinternet, pengguna membutuhkan modem atausaluran telepon dan komputer. Dalam kasus apapun,pada umumnya dapat dikatakan bahwa aksesteknologi adalah linear dalam arti bahwa antarmukafisik yang dapat dilihat biasanya komputer pribadi,harus hadir untuk mengakses konten yang beradadalam sistem informasi yang terhubung.

Penelitian TerdahuluChaudhuri et al. (2005) meneliti dampak

bervariasinya sosio ekonomi yang memengaruhikeputusan rumah tangga dalam membayar aksesinternet. Hasil penelitian Chaudhuri menemukanbahwa penghasilan dan tingkat pendidikanmerupakan prediktor yang paling kuat dalampembelian akses internet. Masalah kepemilikanpekerjaan dan masalah gender tidak berasosiasidengan akses internet, dan tarif bulanan internethanya berdampak kecil terhadap akses.

Omotayo (2006) melakukan survei terhadappenggunaan internet di kalangan mahasiswa tingkatsarjana. Hasil penelitian Omotayo menyimpulkanbahwa penggunaan internet cukup tinggi terutama diwarung internet. Penggunaan internet tidakmemengaruhi penggunaan perpustakaan. Masalahumum yang dihadapi mahasiswa adalah lemahnyasinyal penerimaan dari server dan masalah biaya.

Page 18: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

5

Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri Harijati: Perilaku Akses Internet Mahasiswa Pendidikan Tinggi Jarak Jauh di Surakarta.

Lin dan Yu (2008) meneliti perbedaan gender dalampengaksesan internet remaja, motivasi menggunakan,dan kegiatan online. Penelitian Lin & Yu menghasilkankesimpulan bahwa gap dalam perbedaan gendersemakin menurun. Tidak ada perbedaan gender dalammotivasi penggunaan internet. Perbedaan gendernampak pada kegiatan online.

Chen dan Fu (2009) meneliti hubungan antarapenggunaan internet dan prestasi akademik siswasekolah menengah di Taiwan utara. Temuannyamengonfirmasikan bahwa penelusuran informasimelalui online membantu meningkatkan nilai ujian.Sedangkan internet yang digunakan untuk sosialisasiserta bermain dan pengaksesan melalui warunginternet menurunkan performa ujian mereka. Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan pola dalammenggunakan internet.

Peou et al (2011) menguji hubungan penggunaaninternet dan sikap pengguna terhadap internet, sertapemanfaatan bidang akademik oleh mahasiswaKamboja. Penggunaan internet untuk tujuan akademikmasih jarang di kalangan mahasiswa. Dugaan utamabiaya adopsi teknologi dan membangun pendekatanpragmatis untuk menyesuaikan visi pendidikanmenjadi tantangan utama dalam mengintegrasikaninternet ke dalam pendidikan tinggi di Kamboja

Omotesho et al. (2012) meneliti bagaimanapetugas penyuluh pertanian di provinsi Kwara Nigeriamengakses teknologi informasi dan komunikasi.Penelitian ini menemukan bahwa hambatan utama daripara penyuluh dalam menggunakan teknologiinformasi dan komunikasi adalah biaya tinggi,ketiadaan listrik, kurangnya akses ke internet,lemahnya kemampuan memahami teknologi informasidan komunikasi.

Zamani (2012) membandingkan keterampilaninternet antara mahasiswa dan instrukturnya padapusat pelatihan guru di kota Isfahan Iran. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa instruktur tidak dapatmenyampaikan pengetahuan komputernya karenaantara lain kurangnya infrastruktur, tidak tersedianyainternet bandwidth yang memadai dan tidak cukupnyadukungan pada pemecahan masalah teknis. Sertatidak cukupnya dukungan finansial dan dukunganmoral.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode survei

dengan cara memberikan kuesioner kepadamahasiswa yang melakukan registrasi pada masaregistrasi 2013.2 di wilayah Surakarta. Penelitiandilakukan di tujuh kabupaten atau kota yangmenyelenggarakan Tutorial Tatap Muka (TTM) yangmeliputi kabupaten Boyolali, Karanganyar, Klaten,Sragen, Surakarta, Sukoharjo, dan Wonogiri.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September2013. Jumlah sampel sebanyak 320 mahasiswa nonpendidikan dasar (Non-Pendas) secara acak tanpamemandang program studi dan tahun masukmahasiswa. Metode analisis yang digunakan dalampenelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM).Analisis SEM digunakan untuk melihat hubungan antarvariabel.

Penelitian ini menggunakan empat variabel utama.Variabel laten faktor lingkungan dengan indikator-indikator hubungan reflektif terdiri atas: ketersediaaninternet, dukungan lingkungan terhadap pengaksesaninternet, dan hambatan terhadap pengaksesaninternet. Variabel laten karakteristik pesan denganindikator-indikator hubungan reflektif terdiri atas:kejelasan, kecepatan, keakuratan, relevansi dankelengkapan informasi. Variabel laten kredibilitassumber dengan indikator-indikator hubungan reflektifterdiri atas: kepercayaan, dayatarik, dan keahliansumber. Variabel laten endogen perilaku akses internetdengan indikator-indikator hubungan reflektif terdiriatas: aspek kognitif, afektif, dan konatif. Konseppenelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Konsep hubungan antar variabel perilakuakses internet dan faktor yang mempengaruhinya

KREDIBITITASSUMBER

KARAKTERISTIKPESAN

FASILITASINTERNET

DUKUNGAN

HAMBATAN

FAKTORLINGKUNGAN

PERILAKU AKSESINTERNET

KOGNITIF

AFEKTIF

KONATIF

Page 19: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

6

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, April 2016

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANKepemilikan Alat Akses

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatkepemilikan alat cukup baik yaitu sebesar 93.13%responden memiliki alat untuk mengakses internet.Sedangkan hanya 6.88% saja yang tidak mempunyaialat akses.

Tabel 1 Kepemilikan alat akses internet

Kepemilikan alat Jumlah (%)

Tidak punya alat 22 6.88

Telepon Selular (HP) 155 48.44

Komputer/tablet/laptop 37 11.56

HP dan komputer/tablet/laptop 106 33.12

Total 320 100.00

Tingginya kepemilikan alat akses ini merupakanpotensi yang cukup nyata bahwa umumnyamahasiswa siap untuk mengakses internet.Dibandingkan dengan alat akses internet yang lain,telepon selular bisa lebih murah dan lebih praktiskarena dapat dibawa kemanapun. Kelebihan inimemungkinkan mahasiswa untuk belajar setiap adawaktu luang. Lorencowicz et. al. (2014) menelitimahasiswa Polandia dengan hasil 96% mahasiswamemiliki komputer sendiri maupun komputer keluargadan 97% dari yang memiliki komputer tersebutmemiliki akses ke internet. Menurut KompasPrint(2015) (http://print.kompas.com/baca/2015/07/21/Penetrasi-Internet-Belum-Merata), Tim Kompas telahmelakukan jajak mendapat di seluruh Indonesia danhasilnya menunjukkan bahwa 84% pengguna internetmemanfaatkan telepon gengggam untuk mengaksesinternet.

Kepemilikan Akun InternetHasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

kepemilikan akun cukup baik yaitu 78.75% respondenmemiliki akun. Sedangkan 21.25% responden tidakmempunyai akun internet. (Tabel 2). Fakta bahwakepemilikan akun yang cukup tinggi ini menunjukkanbahwa secara umum mahasiswa siap untukberkomunikasi melalui internet dengan akun yangdimilikinya.

Tabel 2: Kepemilikan akun internet

Kepemilikan akun internet Jumlah (%)

Tidak punya akun 68 21.25

Email saja 112 35.00

Email+(Facebook/Twitter) 91 28.44

Email+Facebook+Twitter 33 10.31

Facebook/Twitter 16 5.00

Total 320 100.00

Menurut penelitian Morley DA (2014), Facebookbagi mahasiswa merupakan alat yang mudahdigunakan dan diakses setiap saat dan cukupmembantu sebagai sarana untuk saling mendukungsesama mahasiswa. Hasil penelitian tersebut jugamenyatakan bahwa email dianggap terlalu formaluntuk berkomunikasi.

Indeks Perilaku Akses Internet dan Faktor yangMempengaruhinya

Secara umum, indeks perilaku mahasiswa dalammengakses internet pada aspek kognitif, dan afektifcukup baik. Namun demikian, pada aspek konatif,tingkatannya adalah sedang (Tabel 3).

Tabel 3: Nilai skor variabel

Variabel Nilai skor (%)

Faktor LingkunganKetersediaan Internet 57.70Dukungan 70.47Hambatan 32.88

Kredibilitas SumberKepercayaan 68.65Dayatarik 63.44Keahlian 67.92

Karakteristik PesanKejelasan 54.79Kecepatan 49.79Keakuratan 61.56Relevansi 58.23Kelengkapan 55.00

Perilaku Akses InternetKognitif 75.03Afektif 83.13Konatif 56.70

Page 20: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

7

Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri Harijati: Perilaku Akses Internet Mahasiswa Pendidikan Tinggi Jarak Jauh di Surakarta.

Mahasiswa memiliki wawasan yang cukuptentang komputer berinternet, menelusuri internetuntuk mencari informasi, dan berkomunikasi melaluiinternet. Internet bukan barang baru bagi mahasiswa,umumnya mahasiswa mengenal dengan cukup baikmelalui telepon selular yang dapat mengaksesinternet.

Hal itu didukung oleh sikap mereka terhadappenggunaan internet antara lain kemauan merekadalam menggunakan komputer berinternet, perasaanmereka atas perlunya menelusuri informasi melaluiinternet dan kesukaan mereka terhadap penggunaaninternet untuk berkomunikasi. Sikap ini merupakanbentuk emosi atau motivasi mahasiswa terhadappengaksesan internet. Mahasiswa yang memilikikemampuan tidak akan tergerak mengakses apabilamereka tidak memiliki kemauan untuk melakukannya.Aspek konatif pada pengaksesan internet nampaknyaperlu diperhatikan mengingat bahwa kebisaanmahasiswa mengakses internet memiliki nilai skor56.70. Mahasiswa nampaknya belum terbiasamenggunakan internet terutama pada masalahpembelajaran mereka. Hal ini diduga bahwa

penggunaan internet dalam proses pembelajaranmereka di UT baru sebatas pilihan apabila mahasiswatidak mendapatkan alternatif lain yang bisamendukung mereka.

Indeks kredibilitas sumber menunjukkan bahwamahasiswa memiliki persepsi yang cukup baikterhadap institusi sebagai sumber informasinya.Kepercayaan terhadap institusi memiliki tingkat yangpaling tinggi di antara dayatarik dan keahlian. Persepsimahasiswa terhadap karakteristik pesan menunjukkanbahwa keakuratan pesan dan relevansi informasi yangdibutuhkan menempati urutan yang paling tinggi.Dukungan lingkungan mendapatkan nilai skor yangpaling tinggi dalam faktor lingkungan. Mahasiswamerasa bahwa ketersediaan akses internet yang baikmasih belum memadai.

Hubungan Perilaku Akses dan Faktor-faktor yangMempengaruhinya

Setelah dilakukan modifikasi pada modeldiperoleh goodness of fit yang memenuhi syaratsebagai model yang baik (Gambar 2).

Gambar 2: Hasil akhir model hubungan Faktor lingkungan, Kredibilitas sumber, Karakteritikpesan, dan Perilaku akses internet Mahasiswa UT

Page 21: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

8

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, April 2016

Model menunjukkan bahwa faktor lingkunganberpengaruh positif secara langsung terhadapperilaku akses internet. Faktor lingkungan jugaberpengaruh pada karakteristik pesan dan kredibilitassumber. Temuan ini mengkonfirmasi teori-teori Riceet al. (2001) dan Bucy dan Newhagen (2004).Karakteritik pesan dan kredibilitas sumber merupakanvariabel antara yang menghubungan faktorlingkungan dan perilaku akses internet.

Indikator-indikator yang memengaruhi perilakumahasiswa dalam mengakses internet adalahketersediaan internet di rumah, dukungan keluarga(faktor lingkungan), relevansi, dan keakurataninformasi (karakterisitik pesan), serta kepercayaanterhadap sumber informasi (kredibilitas sumber).Sedangkan indikator yang paling kuat dipengaruhiadalah wawasan, kemauan dan kebisaan menelusurinformasi melalui internet.

Analisis Kepentingan dan PerformaSecara umum, perilaku akses internet merupakan

kelompok atribut yang layak dipertahankan danmendapat prioritas paling tinggi dalam perbaikan dandipertahankan, sedangkan persepsi mahasiswaterhadap karakteristik pesan pada indikator relevansidan keakuratan informasi merupakan prioritasberikutnya untuk ditingkatkan. Persepsi mahasiswaterhadap kredibilitas sumber mendapat prioritas samapentingnya dengan perilaku mahasiswa dalammengakses internet (Gambar 3).

Menurut Pike (2004), importance-performanceanalysis adalah teknik analisis yang dapat digunakanuntuk membantu dalam pengambilan keputusanmenurut skala prioritasnya. Analisis ini berupa matriksyang terbentuk oleh dua sumbu yaitu, sumbu X dansumbu Y. Sumbu X adalah nilai skor jawabanresponden, sedangkan sumbu Y adalah loading factoryang diperoleh melalui analisis SEM.

Sumber informasi dalam model komunikasipembelajaran pendidikan jarak jauh ini adalah UTsebagai institusi pendidikan. Sumber informasimerupakan unsur utama yang memiliki kewajiban danbertanggung jawab untuk selalu memperbaiki diri agarinformasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhanmahasiswa. Seluruh stakeholder UT yaitu pejabatdan seluruh staf yang menghasilkan informasi harussadar bahwa selalu menjadi bahan yang dipersepsikanoleh mahasiswa dan masyarakat umum termasukcalon mahasiswa. Daya tarik, kepercayaan, dankeahlian suatu sumber menjadi tolok ukur tingkatkredibilitas institusi. Informasi yang dihasilkan institusimerupakan pedoman bagi mahasiswa yang selaluditunggu-tunggu. Oleh karena itu, setiap produksi

Keterangan:

itn1 = internet rumahitn3 = adanya warnetdkg1 = dukungan keluargadkg2 = dukungan pemerintahhbt1 = hambatan keluargahbt2 = hambatan jarak warnethbt4 = hambatan waktu aksesjls = kejelasan informasicpt = kecepatan informasiakr = keakuratan informasirlv = relevansi informasilkp = kelengkapan informasipcy = kepercayaan pada sumberdyt = daya tarik sumberahl = keahlian sumberkog1 = wawasan berinternetkog2 = wawasan menelusurkog3 = wawasan berkomunikasiaft1 = kemauan berinternetaft2 = kemauan menelusuraft3 = kemauan berkomunikasikon1 = kebisaan berinternetkon2 = kebisaan menelusurkon3 = kebisaan berkomunikasi

Kelompok:

Faktor lingkungan Kredibilitas sumber

Karakteristik pesan Perilaku akses internet

1234512345123451234512345

1234123412341234

1234512345123451234512345

123456123456123456123456123456123456123456

Gambar 3: Matriks Kepentingan dan Performa Indikator

Page 22: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

9

Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri Harijati: Perilaku Akses Internet Mahasiswa Pendidikan Tinggi Jarak Jauh di Surakarta.

merupakan aspek penting dalam berbagaikepentingan pembelajaran. Untuk itu mahasiswaperlu meningkatkan kemampuan ini agar berhasildalam proses belajar mereka. UT sebagai institusipendidikan perlu mendorong mahasiswa agarmeningkatkan kemampuan dalam hal akses internet.Dorongan yang nyata berupa pelatihan yangkomprehensif diperlukan agar mahasiswa dapatmempraktekkan kemampuan penelusuran informasimelalui internet ini; 2) ketersediaan fasilitaspengaksesan internet berpengaruh langsungterhadap akses mahasiswa terhadap internet.Umumnya mahasiswa mengakses melalui PCataupun laptop karena alat ini yang paling mudahbagi mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas.Namun demikian, alat ini bagi beberapa mahasiswakurang ekonomis. Oleh karena itu, UT perlumenyiapkan program internet yang mudah diaksesmahasiswa melalui alat telepon seluler maupuntablet yang jauh lebih murah. Dengan demikian, dimanapun mahasiswa berada mereka bisameluangkan waktu untuk belajar melalui internet; 3)kredibilitas sumber yang meliputi kepercayaanterhadap sumber, daya tarik, serta keahlian sumbermerupakan faktor yang sangat penting bagi institusiuntuk dipertahankan. Untuk itu terjaminnyamahasiswa memperoleh informasi yang memadaibagi kebutuhannya merupakan syarat mutlak; dan(4) karaktersitik informasi terutama pada aspekkeakuratan informasi dan relevansi informasi perluditingkatkan. Untuk itu, UT perlu menjaga agarproduk informasi selalu terkendali. Di samping itu,perlu diprioritaskan informasi yang benar-benardibutuhkan mahasiswa saja.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Terdapat hubungan antara fasilitas internet danperilaku mahasiswa dalam mengakses internet.Faktor relevansi dan keakuratan pesan/informasiberhubungan dengan faktor kepercayaanmahasiswa terhadap sumber informasi. Terdapathubungan antara faktor kepercayaan terhadapsumber dan perilaku mahasiswa dalam mengaksesinternet. Wawasan, kemauan, dan kebisaan

informasi yang tidak sesuai dengan kebijakan yangtelah ditentukan akan merugikan institusi secarakeseluruhan.

Pesan merupakan produk dari sumber yang harusselalu mengandung syarat karakteristik tertentu yangdapat diukur. Pesan berkaitan erat dengan citra sumber,karena pesan mewakili kredibilitas sumber. Pesan harusselalu terkendali untuk menghindari kemungkinanterjadinya kesalahan. Pesan yang disampaikan jugaharus sesuai dengan kebutuhan mahasiswa sehinggadapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi.

Media komunikasi internet merupakan perantarapokok antara sumber dan penggunanya. Rendahnyatingkat perilaku akses internet banyak disebabkanoleh rendahnya ketersediaan peralatan untukmengakses media ini. Untuk meningkatkan aksesinternet, diperlukan alat pengaksesan internet yangmurah dan dapat diakses di banyak tempat.Penggunaan komputer PC untuk komunkasi melaluiinternet nampaknya perlu biaya tinggi danketerjangkauan jaringan telepon.Pengguna utamaadalah mahasiswa dan pengguna kedua adalahmasyarakat umum/calon mahasiswa. Penggunautama yang memerlukan informasi dan yangberkepentingan untuk komunikasi memiliki tanggungjawab untuk juga mengembangkan diri.Pengembangan diri dengan meningkatkankemampuan menggunakan komputer berinternetakan bermanfaat bagi diri mereka di masa depan.Mahasiswa dapat saling membantu untukmeningkatkan kemampuan ini. Dengan belajarmelalui peer group akan lebih memudahkanmahasiswa memahami dan mempraktekkanpenggunaan komputer berinternet.

Strategi Peningkatan Akses Mahasiswa UTProses komunikasi melalui media elektronik

seperti internet mensyaratkan tidak hanya hadirnyaperangkat keras, perangkat lunak, serta peralatanuntuk akses ke internet dihadapan penggunanya,tetapi juga wawasan dan kemauan menggunakansehingga menjadi kebiasaan.Berdasarkan hasilanalisis yang telah diuraikan, strategi untukmeningkatkan akses internet dapat dirumuskansebagai berikut: 1) kemampuan menelusur informasi

Page 23: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

10

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, April 2016

DAFTAR PUSTAKA[APJII]. Association of Indonesian Internet Service Provider. 2013. (http://www.apjii.or.id/v2/read/index-article/Statistik.html)

diunduh Juli 2013

Bucy EP & Newhagen JE. (editor). 2004. Media access: social and sychological dimensions of new technology use. London

(UK): Lawrence Erlbaum Associates, Inc

Cantoni L dan Tardini S. 2006. Internet. New York(US): Routledge

Chaudhuri A, Flamm KS & Horrigan J. 2005. An analysis of the determinants of internet access. Telecommunication Policy.

29: 731-755

Chen SY dan Fu YC. 2009. Internet use and academic achivement: gender differences in early adolescence. Adolescene,

44(176):797-812

Devito JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Edisi 5. Penerjemah: Maulana A. Jakarta : Professional Books

Dewdney A, & Ride P. 2006. The New Media Handbook. London(UK): Routledge

Green L. 2010. The internet: an introduction to new media. New York (US): Berg.

InternetWorldStat 2012. ( http://www.internetworldstats.com) diunduh Agustus 2012.

KompasPrint. 2015 (http://print.kompas.com/baca/2015/07/21/Penetrasi-Internet-Belum-Merata), diunduh Agustus 2015.

Lin CH & Yu SF. 2008, Adolescent internet usage in Taiwan: Exploring gender differences. Adolescence.43(170): 317-331.

Littlejohn SW, & Foss KA. 2009a. Teori Komunikasi Edisi 9. Hamdan MY, penerjemah; Jakarta(ID): Salemba Humanika.

Littlejohn SW, & Foss KA (editor). 2009b. Encyclopedia of communication theory. California(US): Sage Pub.

Lorencowicz E, Kocira S, Uziak J, & Tarasiñska J. 2014. Application Of Ict By Students At Selected Universities In Poland.

TOJET: The Turkish Online Journal Of Educational Technology 2014: vol 14.

Miarso, Y. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta (ID): Kencana

Moore MG, & Kearsley G. 2012 Distance Education: A system view of online learning. Edition-3. Belmont(US): Wadsworth

Morley DA. 2014. Supporting student nurses in practice with additional online communication tools Nurse Education in

Practice. 14 : pp69-75

Omotayo BO. 2006. A survey of Internet access and usage among undergraduates in an African University. The International

Information & Library Review, 38:215-224

Omotesho KF, Ogundale IO, dan Lawal M. 2012. Assessment of access to Information and Communication Technology

among Agricultural Extension Officer in Kwara State, Nigeria. Asian Economic and Social Society. 2(2): pp 220-225.

mahasiswa dalam menelusur informasi melaluiinternet merupakan faktor yang paling dipengaruhidalam model ini. Oleh karena itu, kemampuanmenelusur internet merupakan faktor utama yangmembutuhkan upaya peningkatan.

Strategi peningkatan akses internet yang patutdiperhatikan adalah perluasan program yang dapatmengakomodasi peralatan internet yang lebih murahseperti telepon selular (HP). Bagi mahasiswa yangtelah memiliki alat akases, strategi yang tepat untukmenguatkan mahasiswa dalam mengakses internetadalah dengan meningkatkan kemampuanmenelusur internet.

SaranUntuk meningkatkan akses internet mahasiswa,

insititusi UT perlu menambahkan program aplikasiinternet yang dapat diakses melalui alat yang lebihbanyak digunakan oleh mahasiswa dan yang tidakbergantung pada fasilitas yang bersifat tetap sepertikomputer. Hal ini akan memungkinkan mahasiswayang hanya memiliki telepon selular/handphone (HP)saja dapat mengakses website UT melalui internet.Untuk meningkatkan akses, mahasiswa perlumeningkatkan kemampuan menelusur informasimelalui internet agar kemampuan mengaksesinternet secara keseluruhan meningkat. UT sebagaiinstitusi diharapkan memberikan pelatihan yangkomprehensif mengenai cara menelusur informasimelalui internet kepada mahasiswanya melaluikelompok belajar.

Page 24: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

11

Djoko Rahardjo; Sumardjo; Djuara P. Lubis; Sri Harijati: Perilaku Akses Internet Mahasiswa Pendidikan Tinggi Jarak Jauh di Surakarta.

Peou C, dan Lwin M. 2011. Integrating the Internet into Cambodian Higher Education: Exploring Students’ Internet Uses,

Attitudes & Academic Utilisation. International Journal of Emerging Technologies and Society 9(2): 95–115

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 48/Per/M.Kominfo/11/ 2009 tentang Penyediaan Jasa Akses Internet

pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet Kecamatan.

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 19/Per/M.Kominfo/12/ 2010 tentang perubahan Penyediaan Jasa

Akses Internet pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet Kecamatan.

Pike S. 2004. The use of repertory grid analysis and importance-performance analysis to identify determinant attributes of

universities. Journal of marketing for higher education, 14 (2): 1-14.

Rice, McCreadie, and Chang. 2001. Accessing and Browsing Information and Communication.Cambridge, MA: MIT Press

Rye SA and Zubaidah I. 2008. Distance education and the complexity of accessing the internet. Open Learning. 23(2):95-

102

Thurlow C, Lengel L., and Tomic A. 2004. Computer Mediated Communication Social Interaction And The Internet.

London(UK): Sage Publications Ltd

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

[UT] Universitas Terbuka. 2013. http://www.ut.ac.id/tentang-ut/ut-dalam-angka.html

Zaidin, A. 2003. Studi tentang persepsi mahasiswa Universitas Terbuka terhadap pelayanan bahan ajar, tugas mandiri, dan

internet di UPBJJ-UT Makassar. Laporan Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka (diunduh dari http://

www.pustaka.ut.ac.id/pdfpenelitian/70048.pdf)

Zamani BE. 2012. The comparison between student’ self efficiacies and their instructors in using Internet at Teacher

Training Center of Isfahan city (Iran). Interdisiplinary Journal of Contemporary Research in Business 3 (10): pp. 36-49

Ucapan TerimakasihPeneliti mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah RI c/q

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan c/q Universitas Terbuka yang telah mendanai penelitian ini.*******

Page 25: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

12

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, April 2016

Page 26: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

13

Ika Kurniawati: Evaluasi Pemanfaatan TV Edukasi di 10 Kabupaten/Kota tahun 2014

EVALUASI PEMANFAATAN TV EDUKASIDI 10 KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014

EVALUATION OF TV EDUKASI UTILIZATIONIN 10 DISTRICTS/CITIES OF 2014

Ika KurniawatiPusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan,

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJl. RE. Martadinata, Ciputat -Tangerang Selatan, Banten, Indonesia

([email protected])

Diterima tanggal: 12 Februari 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 19 Februari 2016, disetujui tanggal: 02 Maret 2016

Abstrak: Artikel ini merupakan hasil studi yang bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan TV Edukasi oleh pengguna(guru maupun siswa) yang ditinjau dari sisi akses, konten, promosi, maupun dari pengguna itu sendiri. Penelitian inidilakukan di Pulau Jawa yang tersebar pada 10 (sepuluh) lokasi kabupaten/kota yaitu: Bandung, Banyumas, Malang,Semarang, Surabaya, Tangerang, Garut, Purwokerto, Yogyakarta, dan Cianjur dengan jumlah responden guru dansiswa sebanyak 250 responden. Waktu pelaksanaan penelitian antara Bulan Juni-Agustus 2014. Instrumen yangdigunakan untuk mengumpulkan data dari guru dan siswa berupa angket. Metode analisis data yang digunakanadalah deskriptif persentase yang selanjutnya dikonsultasikan pada kriteria evaluasi yang telah dikembangkansebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sisi akses, >70% responden menonton TV Edukasi di rumah,responden mengakses melalui antena biasa (TVRI) sebesar 35% - 45%, sisanya melalui akses lainnya. Respondenmengakses TV Edukasi di sekolah sebesar 45% - 50% melalui komputer (streaming TV Edukasi) dan TV Lokal. Darisisi konten, hasilnya cukup sesuai dengan kebutuhan pengguna. Keikutsertaan responden dalam kegiatan promosiprogram baik yang sifatnya fasilitasi, sosialisasi, maupun penyelengaraan Kuis Ki Hajar masih relatif kurang. Hal inidikarenakan kegiatan tersebut kebanyakan hanya dilakukan di sekitar ibu kota propinsi. Secara tidak langsung, hal iniberdampak pada frekuensi pemanfaatan TV Edukasi di mana responden hanya 1 kali dalam seminggu memanfaatkanTV Edukasi.

Kata kunci: evaluasi, TV Edukasi, akses, konten program

Abstract: This article is the result of study aiming to know the utilization of TV Edukasi by teachers and students fromthe aspects of access, content, promotions, as well as the viewers. The research was conducted in June throughAugust 2014 in 10 districts/cities in Java, namely: Bandung, Banyumas, Malang, Semarang, Surabaya, Tangerang,Garut, Purwokerto, Yogyakarta, and Cianjur by involving 250 teachers and students as the respondents. The instrumentused to collect the data from teachers as well as students was questionnaires. The data analysis method was descriptivepercentages which was then consulted to the evaluation criteria having been developed earlier. The result shows thatin terms of the access, >70% of respondents watch TV Edukasi at home, respondents accessing it via regular antennas(TVRI) is 35% - 45%, the remainings access it via other media. Respondents accessing TV Edukasi in schools is 45%- 50% through computer (streaming TV Education) and local TV. The content of TV Edukasi is in accordance with theviewers’ needs. The participation of the respondents in promotional activities such as facilitation, socialization, and KiHajar Quiz is still relatively low. This is because the activities are mostly done in and around the provincial capitals.This indirectly impacts the frequency of TV Edukasi utilization by the respondents which is only once in a week.

Key words: evaluation, TV Edukasi, access, program content

1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890112345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789011234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890112345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789011234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890112345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901

Page 27: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

14

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PENDAHULUANPembangunan di bidang pendidikan nasional

masih dihadapkan pada beberapa permasalahanyang perlu ditangani secara serius, yaitu: (1) belummeratanya kesempatan memperoleh pendidikan; (2)rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; serta(3) lemahnya manajemen pendidikan. Berbagaiupaya telah dan sedang dilakukan oleh pemerintahuntuk mengatasinya. Salah satu upaya yangdilakukan yaitu pendayagunaan Teknologi Informasidan Komunikasi (TIK) (Kementerian PendidikanNasional, 2010).

Pustekkom di bawah Kementerian Pendidikandan Kebudayaan telah memanfaatkan TIK untukmemecahkan permasalahan pendidikan. Salah satupendayagunaan TIK adalah pemanfaatan siarantelevisi pendidikan. Pemanfaatan siaran televisipendidikan sebagai media pembelajaran telah lamamenjadi program dari Kementerian Pendidikan danKebudayaan melalui Pustekkom. Hal ini diawalidengan penyiaran program pendidikan luar sekolahdengan judul Bina Bakat bekerjasama dengan TVRIpada tahun 1983. Kerjasama dengan TVRI inidilanjutkan dengan penyiaran program pendidikanbudi pekerti yang pada saat itu dikenal denganprogram ACI (Aku Cinta Indonesia). Ada dua seri dibawah bendera ACI yang disiarkan oleh TVRI yaitucelah-celah kehidupan siswa SMP (ACI SMP) dancelah-celah kehidupan siswa SMA (ACI SMA).

Setelah kerjasama dengan TVRI berakhir, padatahun 1990 Departemen Pendidikan Nasionalbekerjasama dengan TPI menyiarkan program siarantelevisi pendidikan sekolah (STVPS). Kerjasama iniberakhir pada tahun 1995 karena pihak TPImemutuskan program kerjasama tersebut(Pustekkom Depdiknas, 2009:98).

Sejak tahun 2004, karena adanya kebutuhansiaran televisi yang khusus menyiarkan programpendidikan, Kementerian Pendidikan Nasionalmelalui Pusat Teknologi Informasi dan KomunikasiPendidikan (Pustekkom) kembali menyelenggarakansiaran televisi pendidikan dengan nama TelevisiEdukasi (TVE). TVE diresmikan di Jakarta olehMenteri Pendidikan Nasional pada saat Itu yaitu Prof.Malik Fajar pada tanggal 12 Oktober 2004. TVE

didirikan dengan misi mencerdaskan masyarakat,menyajikan ketauladanan, menyebarluaskaninformasi dan kebijakan pendidikan, serta memotivasimasyarakat untuk gemar membaca. Sasaran TVEyaitu peserta didik di semua jalur, jenjang, dan jenispendidikan.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yangdilakukan selama ini, pemanfaatan siaran TVE belumoptimal (Pustekkom Kementerian PendidikanNasional, 2010). Salah satu penyebabnya adalahkendala akses, di mana siaran TVE ini hanya dapatdimanfaatkan oleh mereka yang telah memiliki antenaparabola. Dalam rangka mengatasi kendala aksesini upaya yang dilakukan Pustekkom yaitu: (1)bekerjasama dengan TV Lokal dan TV Kabel (± 70stasiun TV Lokal dan TV Kabel) untuk membantudalam penyiarannya; (2) bekerjasama dengan TVRIdalam menyiarkan siaran pendidikan interaktif; (3)mengembangkan video on demand (VoD) sertasiaran TVE live streaming yang dapat diakses melaluiweb tve.kemdikbud.go.id. (4) mekerjasama dengantelkomvision; (5) memberikan bantuan berupaperangkat ke beberapa sekolah baik pesawat televisi,parabola, set top box, VCD/DVD player bahkangenset (bagi sekolah yang belum mendapat aliranlistrik) agar mereka dapat menangkap siaran TVE;dan (6) menerapkan teknologi TV berbasis IP (IPTV).

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa upayayang telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikandan Kebudayaan melalui Pustekkom pada waktu itutelah cukup maksimal, seperti pemberian perangkatTV dan parabola, set top box, serta mengadakankerjasama dengan beberapa TV Lokal dan TV Kabeldalam penyiarannya. Disamping itu, Pustekkom jugatelah mengadakan sosialisasi pemanfaatan TVE ke33 propinsi. Upaya yang telah dilakukan olehpemerintah ini tentunya menghabiskan dana yangcukup besar. Hal ini perlu diimbangi denganpemanfaatan yang optimal dari sasaran TVE. Olehkarena itu, perlu ada studi evaluasi pemanfaatan TVEdukasi baik dari aspek masukan (akses dan kontenprogram), aspek aktivitas (promosi program),keluaran (output program terkait pengguna), danoutcome program.

Page 28: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

15

Ika Kurniawati: Evaluasi Pemanfaatan TV Edukasi di 10 Kabupaten/Kota tahun 2014

Berdasarkan hal tersebut, maka dapatdirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1)bagaimana para pengguna dalam mengakses siaranTV Edukasi? (2) bagaimana kualitas tampilan siaranTV Edukasi? (3) apakah konten TV Edukasi sesuaidengan kebutuhan pengguna? (4) apakah konten TVEdukasi sudah memadai baik dari sisi kuantitasmaupun kualitas? (5) dalam rangka mensosialisasikanTV Edukasi, aktivitas promosi apa saja yang telahdilakukan? (6) berapa jumlah responden yang telahmengikuti aktivitas promosi TV Edukasi? (7)bagaimana efektifitas dari kegiatan promosi tersebut?(8) bagaimana minat dan motivasi pengguna dalammemanfaatkan TV Edukasi? dan (9) bagaimana polapemanfaatan TV Edukasi oleh pengguna?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut,penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipemanfaatan TV Edukasi oleh pengguna baik gurumaupun siswa ditinjau dari sisi akses, konten,promosi, maupun dari pengguna itu sendiri.

KAJIAN LITERATURTV Edukasi (TVE)

Sebelum membahas TV Edukasi (TVE), perlu kitamereview kembali televisi dalam pembelajaran.Teknologi televisi menawarkan berbagai jenis polapengajaran kepada siswa. Format-formatpenyampaiannya bergantung kepada jenis pilihanteknologi dan penyiaran sebagai berikut: (1) videosatu arah dan audio satu arah (penyiaran); (2) videosatu arah dan audio dua arah (interaktif); dan (3) videodua arah dan audio dua arah (interaktif), (Smaldinoetc, 2008:215)

Selanjutnya Smaldino menyatakan bahwaprogram penyiaran televisi instruksional biasanyatidak menyajikan pengajaran inti dalam matapelajaran. Peran televisi instruksional untuk melayanitujuan antara lain membantu memperjelas materi dimana siswa sering mengalami kesulitan dalammemahaminya, melengkapi bahan belajar yangsudah ada, serta membangkitkan motivasi dan minatbelajar siswa. Hal-hal inilah yang menjadipertimbangan dalam pengembangan TVE olehpemerintah saat itu melalui Departemen PendidikanNasional (Depdiknas).

Sejak tahun 2004 Departemen Pendidikan Nasionalmelalui Pusat Teknologi Informasi dan KomunikasiPendidikan (Pustekkom) telah menyelenggarakansiaran Televisi Pendidikan melalui TV Edukasi (TVE).TV Edukasi memiliki visi “Menjadi siaran televisipendidikan yang santun dan mencerdaskan”.

Program pada Televisi Edukasi antara lainmeliputi: 1) pendidikan formal baik dari PAUD sampaiperguruan tinggi; 2) pendidikan informal (agama,budaya, kesehatan, pendidikan karakter/budi pekerti,pertanian, peternakan, keterampilan, otomotif, danlain-lain); 3) pendidikan non formal (program paketA, paket B, paket C, dan lain-lain); 4) informasikebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/news, e-magazine; 5) program pendukung ujiannasional (siaran pendidikan interaktif untuk SD, SMP,SMA, dan sederajat); dan 6) program sertifikasi guru.Di antara program-program tersebut, yang menjadiprogram unggulan siaran TV Edukasi yaitu: 1) siaranpendidikan interaktif; 2) budaya; 3) kuis Kihajar; dan4) ACI. Siaran pendidikan interaktif diluncurkanpertama kali pada tahun 2007. Program ini dirancangkhusus untuk membantu siswa menghadapi ujiannasional dan ujian akhir semester. Program budayadibuat untuk mengangkat dan memperkenalkanbudaya-budaya lokal yang ada agar dikenal luas olehmasyarakat. Sementara itu program Kuis Kihajarmerupakan program yang diselenggarakan setiaptahun dalam rangka menyosialisasikan TV Edukasikepada para siswa dengan cara mengajak siswabelajar sambil mengikuti kuis. Program TV Edukasidalam bentuk drama dapat dilihat pada serial dramaACI (Aku Cinta Indonesia). Program ini sangatterkenal pada era tahun 1980-an dan telahdidigitalkan sehingga dapat ditonton kembali di TVEdukasi.

Untuk menonton (mengakses) siaran TV Edukasiini antara lain dapat melalui: (1) s a t e l i t / a n t e n n aparabola dengan frekuensi 3787 MHz; (2) streamingdengan alamat http://tve.kemdikbud.go.id; (3) siaranTV internet berlangganan; (4) siaran relay TVRI; (5)TVRI digital Jakarta; dan (6) jaringan TV lokal diIndonesia.

Berkenaan dengan televisi yang dikhususkanuntuk pembelajaran, menurut Combes dan Tiffin,

Page 29: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

16

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

sistem televisi pembelajaran memiliki 4 subsistemyaitu: produksi, pengiriman (penyiaran),penggunaan, dan evaluasi. Sistem pengiriman(penyiaran) merupakan sistem yang membawaprogram televisi kepada peserta didik. Output-nyaberupa suara dan gambar pada televisi penerimaatau monitor di mana para peserta didik dapatmelihat dan mendengar. Tipe sistem penyiarannyayaitu: sistem tranmisi terbuka, sistem sirkuit tertutup,dan sistem perpustakaan (Peter Combes dan JohnTiffin, 1978:15). Beberapa upaya Pustekkom untukmenyosialisasikan TV Edukasi selain dalam bentukkuis seperti telah disebutkan sebelumnya yaitumelalui kegiatan pameran baik tingkat lokal maupunnasional serta kegiatan sosialisasi dan fasilitasipemanfaatan TV Edukasi.

Evaluasi Pemanfaatan TV EdukasiPemanfaatan siaran TV Edukasi oleh pengguna

(dalam hal ini guru dan siswa) belum optimal,padahal upaya yang telah dilakukan olehKementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaluiPustekkom cukup maksimal terutama dalammengatasi kendala akses. Sebelum membahas lebihjauh bagaimana mengevaluasi pemanfaatan TVEdukasi termasuk komponen-komponen apa sajayang perlu dievaluasi, ada baiknya kita bahasterlebih dahulu apa yang dimaksud dengan evaluasi.Evaluasi merupakan proses untuk menaksir kualitasdari apa yang sedang berlangsung (Kaufman &Thomas, 1980).

Alasan dasar adanya evaluasi adalah untukmenyediakan informasi bagi diadakannya suatutindakan tertentu. Evaluasi memberikanrasionalisasi dalam pengambilan keputusan.Informasi yang dihasilkan dari evaluasi dapatdijadikan acuan dalam menentukan implementasiprogram kedepannya (Carol H Weiss, 1972).Informasi dari hasil evaluasi dapat menentukanimplementasi program selanjutnya karena padadasarnya evaluasi merupakan kegiatan yangbertujuan memperoleh data atau masukan tentangmanfaat, nilai, serta kegunaan suatu program untukmengambil keputusan (Meredith D.Gall, etc, 2003).

Peter H. Rossi dan Howard E. Freeman sepertihalnya dengan Suchman, menggunakan istilahevaluasi riset sebagai berikut: Evaluation researchis the systematic application of social researchprocedures in assesing the conceptualization anddesign, implementation, and util ity of socialintervention program. In other words, evaluationresearch involves the use of social researchmethodologies to judge and to improve the planning,monitoring, effectiveness, and efficiency of health,education, welfare, and other human serviceprograms (Peter H.Rossi,1982:20).

Evaluasi riset merupakan penerapan sistematisprosedur riset sosial dalam menilai konseptualisasi,desain, implementasi, serta kegunaan dari suatuprogram. Jadi evaluasi tidak hanya sekedar menilaidari sisi implementasi program, tetapi juga dari sisikonsep, desain, dan yang terutama adalahkegunaan dari program. Kegiatan evaluasimenggunakan metode riset sosial untukmemutuskan serta memperbaiki aspekperencanaan, monitoring, efektivitas, dan efisiensidari suatu program.

Senada dengan apa yang dinyatakan oleh Rossidan Freeman, Debra dan Zimmermanmendefinisikan evaluasi program sebagai berikut:Program evaluation involves the use of socialresearch methods to systematically investigate theeffectiveness of social intervention programs in waysthat are adaptes to their political and organizationalenvironment and are designed to inform social actionto improve social condition (Debra J. Holden & MarcA. Zimmerman, 2009:1).

Menurut pendapat di atas, evaluasi programmelibatkan penggunaan metode riset sosial yangsecara sistematis menyelidiki keefektifan programdengan cara disesuaikan pada lingkungan politikdan organisasi mereka selanjutnya didesain untuktindakan sosial dalam rangka memperbaiki kondisisosial. Tujuan dari evaluasi program di sini dalamrangka memperbaiki kondisi sosial.

Dengan demikian, penelit ian evaluasimempunyai konotasi kegiatan pengumpulan dataatau informasi tentang pencapaian tujuan, prosesdan pelaksanaan kegiatan (program), dilakukan

Page 30: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

17

Ika Kurniawati: Evaluasi Pemanfaatan TV Edukasi di 10 Kabupaten/Kota tahun 2014

secara sistematik dan metodologik ilmiah sehinggamenghasilkan data yang akurat dan objektif. Hasilpenelitian evaluasi ini dapat dipergunakan untukmenentukan nilai atau tingkat keberhasilan suatukegiatan (program) dilihat dari segi efektivitasmaupun efisiensinya untuk pertimbangan apakahprogram dilanjutkan, dimodifikasi atau dihentikan.Dalam menentukan nilai atau tingkat keberhasilansuatu program tersebut diperlukan kriteria yang jelasdan terukur. Dari sisi waktu, evaluasi tidak hanyadilakukan di akhir program, tetapi juga pada saatproses program sedang berlangsung.

Berkenaan dengan evaluasi pemanfaatan TVEdukasi perlu dilakukan evaluasi yang meliputiaspek masukan (akses dan konten program),aktivitas (promosi program), keluaran (outputprogram terkait pengguna), dan outcome program.

Masukan (Input): Komponen masukan meliputiakses dan konten program. Komponen akses terkaitbagaimana para pengguna dalam mengakses siaranTV Edukasi dengan perangkat siaran yang dimilikipengguna dan apakah dengan perangkat tersebutmemudahkannya menerima siaran TV Edukasi, sertakualitas tampilan siaran TV Edukasi. Komponenprogram secara garis besar berkenaan dengankesesuaian konten TV Edukasi dengan kebutuhanpengguna baik ditinjau dari sisi kuantitas maupunkualitas. Bagaimana kesesuaian konten TV Edukasidengan kurikulum, kemudahan pengguna dalammemahami konten TV Edukasi, daya tarik konten,kecukupan konten program TV Edukasi, sertakonsistensi materi siaran TV Edukasi.

Aktivitas (promosi program): Komponen aktivitas(promosi program) meliputi jenis dan strategi promosiTV Edukasi yang telah dilakukan terhadap pengguna.

Keluaran (Output): Komponen keluaran (output)terkait dengan aktivitas promosi adalah sebagaiberikut: (a) jumlah responden yang telah mengikutiaktivitas promosi TV Edukasi baik sosialisasi, fasilitasi,maupun kuis; (b) efisiensi dan efektifitas pelaksanaanpromosi TV Edukasi (sosialisasi, fasilitasi, maupunkuis); (c) jumlah responden yang menonton TVEdukasi; (d) frekuensi menonton siaran TV Edukasioleh responden dalam seminggu.

Perolehan hasil keluaran (Outcome): Komponenperolehan hasil keluaran (outcome) memfokuskanpada outcome jangka pendek dan jangka menengah.Outcome jangka pendek yaitu: persepsi (kesan)pengguna terhadap peran atau kontribusi siaran TVEdukasi dalam membantu pengguna memahamimateri khususnya materi pelajaran. Untuk outcomejangka menengah berkenaan dengan minat danmotivasi pengguna dalam memanfaatkan siaran TVEdukasi serta pola pemanfaatannya.

Setelah menentukan komponen TV Edukasi yangakan dievaluasi, langkah selanjutnya adalahmenentukan model evaluasi yang sesuai. Menurutpenulis, model yang sesuai adalah logic modelberdasarkan komponen dari TV Edukasi. Model inimembantu mendesain evaluasi dan mengukurkinerja, memfokuskan pada elemen penting dariprogram serta mengidentifikasi pertanyaan evaluasiapa yang seharusnya ditanyakan. Model ini jugamembantu evaluator dalam menentukan alat ukur apayang tepat dalam mengukur kinerja program sertamembantu dalam penyusunan laporan evaluasi(Joseph S. Wholey et al, 2004).

Menurut Bickman seperti dikutip oleh Wholey dkk(2004), model logic merupakan model yang cukuplogis berkaitan dengan bagaimana program berjalanberdasarkan kondisi lingkungan yang pasti untukmemecahkan permasalahan yang telah diidentifikasisebelumnya. Elemen dari model logic yaitu: resources(sumber-sumber), activity (aktifitas), output, danoutcome yang dibagi dalam outcome jangka pendek,jangka menengah, dan jangka panjang.

Berikut ini adalah penggambaran model logic:

How Why

Resources Activities Output Customers

Shortterm Intermediate Longer-term

Outcome Outcome Outcome

(problem)

Program Delivered Result From Program

Gambar 1. Model Logic yang Mendasar(Sumber: John A. McLaughlin & Gretchen B. Jordan, 2004:7)

Page 31: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

18

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Resources (sumber-sumber) meliputi sumber-sumber SDM, keuangan (dana), sumber-sumber yangdapat dinyatakan sebagai input yang diperlukan untukmendukung program seperti kerjasama. Informasiberdasarkan kebutuhan pengguna merupakan sumberyang penting bagi program. Sementara itu, aktivitasmerupakan semua tahapan tindakan yang diperlukanuntuk menghasilkan output program.

Output yaitu produk, barang, serta layanan yangdiberikan kepada pengguna langsung program ataupartisipan program. Output di sini merupakan outputdari aktivitas. Hubungan antara sumber dan hasil tidakdapat terjadi tanpa adanya orang (staf program) sertapelanggan yang dilayani dan rekan sejawat yangbekerja dalam program.

Outcomes merupakan perubahan atau hasil yangmenguntungkan dari aktivitas dan output. Jenisoutcomes yaitu outcomes jangka pendek, jangkamenengah dan jangka panjang. Outcome jangkapendek adalah perubahan atau keuntungan yangpaling dekat yang disebabkan oleh output program.Outcomes jangka menengah merupakan hasil darioutcomes jangka pendek. Outcomes jangka panjangmerupakan keuntungan yang diperoleh dari outcomesjangka menengah. Contoh dari outcome programpelatihan guru, hasil dari pelatihan guru belajarketerampilan dan pengetahuan baru tentang teknikmanajemen kelas (outcome jangka pendek).Selanjutnya mereka menerapkan keterampilan barumereka di kelas (outcome menengah), di manahasilnya dapat memperbaiki pembelajaran (outcomejangka panjang).

Hasil Penelitian yang RelevanHasil penelitian yang relevan terkait pemanfaatan

TV untuk program pendidikan antara lain dilakukanPiotrowski dalam penelitiannya yang berjudulEvaluating Preschoolers’ Comprehension ofEducational Television: The Role of ViewerCharacteristics, Stimuli Features, and ContextualExpectations, merupakan evaluasi dengan modeleksperimen yang bertujuan mengevaluasi impak dari3 area kunci yaitu pengalaman menonton televisipada anak-anak, stimulus, serta lingkungan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa program televisi pada

anak kurang meningkatkan pemahaman apabila tidakdisertai penggunaan isyarat partisipatori terutamapada anak-anak dengan skema cerita rendah dananak-anak yang menonton TV dengan tujuan hiburan(Jessica T. Piotrowski, http://repository,upenn.edu/edissertations/106).

Sementara itu penelitian yang dilakukan olehAkhter terkait evaluasi program televisi pendidikanuntuk pembelajaran jarak jauh menggunakan metodesurvei. Evaluasi semacam ini sering dilakukankhususnya oleh TV Edukasi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa program televisi ini sangatbermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yangmuncul adalah bahwa mayoritas peserta didik tidakmendapatkan jadwal dari program televisi ini. Hal inimenyebabkan mereka ketinggalan program danhampir mendekati separuh dari peserta didik tidakdapat mencatat hal-hal penting dari program karenakecepatan caption tulisan serta tidak tersedianyafasilitas perekam (Nasreen Akhter, http://www.tojet.com).

Evaluasi pemanfaatan TV Edukasi, selaindilakukan oleh Pustekkom, juga dilakukan oleh StafAhli Mendiknas Bidang Penerapan dan PengkajianIPTEK, serta Staf Ahli Mendiknas Bidang Media. Hasilpenelitiannya menunjukkan bahwa pemanfaatan TVEdukasi oleh pengguna belum optimal karena adanyabeberapa kendala, antara lain kendala akses, kendalajadwal yang tidak sesuai dengan jadwal sekolah, sertakendala perbedaan waktu antara Wilayah IndonesiaBarat, Tengah, dan Timur. (Kementerian PendidikanNasional, 2010).

Sementara itu, hasil penelitian (monev) yangdilakukan oleh Pustekkom dengan melibatkanresponden (sumber data) kepala sekolah, guru,pengelola TIK, dan siswa di 64 lokasi menunjukkan hasilsebagai berikut: (1) TVE belum dimanfaatkan secaraoptimal oleh responden; (2) terkait pemberian bantuan,pihak yang memberi bantuan terkadang hanyamemberikan bantuan tanpa disertai dengan petunjukbagaimana memanfaatkan perangkat tersebut;m (3)sebagian kondisi perangkat ada yang rusak meskipunperangkat tersebut jarang dimanfaatkan; (4) darikeseluruhan responden, yang banyak memanfaatkanTVE adalah responden siswa dibandingkan dengan

Page 32: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

19

Ika Kurniawati: Evaluasi Pemanfaatan TV Edukasi di 10 Kabupaten/Kota tahun 2014

responden kepala sekolah maupun guru; (5) dalammemanfaatkan TVE kebanyakan melalui TVRIdisamping melalui TV lokal. Responden siswamemanfaatkan TVE di rumah baik sendiri maupundengan keluarga. Hal ini bisa dimaklumi, karena paraguru jarang (hampir tidak pernah) meminta anak untukmemanfaatkan TVE di sekolah; (6) berkenaan dengansiaran interaktif, baru 27% siswa dan 39% guru yangtelah mengetahui siaran interaktif. Mereka yang telahmengetahui siaran interaktif ini meminta agar jamtayangnya disesuaikan dengan jam mereka di rumah.Karena untuk persiapan ujian nasional, kalaumemungkinkan format siaran interaktif ini dibuat sepertidi bimbingan belajar; (7) pemanfaatan TVE tidakterintegrasi secara langsung di kelas; (8) beberaparesponden ± 30% dari keseluruhan responden ternyatakurang setuju dengan adanya pemberian penghargaankepada mereka yang telah memanfaatkan TVE secaraoptimal. Menurut mereka memanfaatkan konten-kontenpembelajaran itu sudah seharusnya, bukan karena inginmemperoleh penghargaan; (9) banyak faktor yangmenyebabkan TVE tidak dimanfaatkan secara optimal.Di antaranya adalah kebijakan, peralatan, SDM, kendalaakses, kualitas teknis seperti kejelasan gambar dansuara, ketepatan waktu siaran, serta kurangnyasosialisasi; dan (10) pengelola TIK belum banyakberperan dalam pemanfaatan TVE. Peran mereka yangantara lain adalah menyiapkan perangkat untukmenyaksikan dan merekam siaran TVE agar dapatdimanfaatkan sewaktu-waktu juga sangat kurang.Hanya sekitar 8% responden dari pengelola TIK yangikut membantu memfasilitasi pemanfaatan TVE disekolah (Pustekkom Kementerian Pendidikan danKebudayaan, 2011).

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian evaluasi

dengan menggunakan model logic. Pada model logicseperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapatkomponen input, activity, output, dan outcome.Berkenaan dengan evaluasi TV Edukasi yangkomprehensif, komponen akses dan konten programTV Edukasi masuk dalam input, komponen promosiTV Edukasi masuk dalam activity dan output,sementara itu untuk pengguna TV Edukasi masuk

dalam komponen outcome. Apabila digambarkanmodel evaluasinya adalah sebagai berikut.

Setelah komponen dan model evaluasi TVEdukasi ditetapkan, tahapan selanjutnya yang perluditempuh adalah menentukan kriteria evaluasi.Kriteria/standar yang digunakan sebagai acuanpenilaian tingkat keberhasilan implementasi programsiaran TV Edukasi sebagian besar hendaknyamengacu pada target capaian yang tertuang dalamRenstra Pustekkom serta standar yang ditetapkanPustekkom Kemdikbud. Kriteria maupun standarimplementasi program siaran TV Edukasi dapat dilihatpada tabel 1.

Penelitian ini dilakukan di Pulau Jawa yangtersebar pada 10 (sepuluh) lokasi kabupaten/kotayaitu: Bandung, Banyumas, Malang, Semarang,Surabaya, Tangerang, Garut, Purwokerto,Yogyakarta, dan Cianjur yang melibatkan respondenguru dan siswa. Jumlah keseluruhan respondensebanyak 250 responden. Waktu pelaksanaanpenelitian antara Bulan Juni- Agustus 2014. Instrumenyang digunakan untuk mengumpulkan data dari gurudan siswa adalah berupa angket. Metode analisisdata yang digunakan adalah deskriptif persentaseyang selanjutnya dikonsultasikan pada kriteriaevaluasi yang dikembangkan sebelumnya.

Gambar 2. Model Evaluasi Pemanfaatan ProgramSiaran TV Edukasi

Page 33: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

20

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

1. Input 1. Akses 1.Terdapat sarana dan prasarana yang memadai pada pengguna(guru dan siswa) untuk menangkap siaran TV Edukasi.

2.Pengguna mudah menerima siaran TV Edukasiberdasarkan sarana dan prasarana yang dimilikinya.

3.Kualitas tampilan gambar dan suara (aspek teknis) dari setiapdistribusi penyiaran bagus,

2. Konten 1.Konten program TV Edukasi sesuai dengan kebutuhan pengguna.2.Konten program TV Edukasi menarik bagi pengguna.3.Jumlah konten program TV Edukasi cukup memadai.4.Konten program TV Edukasi sesuai dengan standar

kurikulum yang berlaku.5.Pengguna (guru dan siswa) mudah memahami konten TV

Edukasi pada setiap distribusi siaran.6.TV Edukasi membantu pengguna (khususnya siswa) memahami

materi pelajaran.7.Materi siaran TV Edukasi konsisten (tidak sering mengalami

perubahan jadwal).8.Pola siar TV Edukasi cukup jelas terpola.

2. Aktivitas Aktivitas Promosi1.Fasilitasi 1.Fasilitasi TV Edukasi terhadap pengguna berjalan sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan.2.Strategi fasilitasi TV Edukasi cukup efektif menjangkau pengguna.

2.Sosialisasi 1.Sosialisasi TV Edukasi terhadap pengguna berjalan sesuaidengan prosedur yang telah ditetapkan.

2.Strategi sosialisasi TV Edukasi cukup efektif menjangkaupengguna.

3.Kuis Ki Hajar 1.Pelaksanaan Kuis Ki Hajar berjalan sesuai prosedur yang telahditetapkan.

2.Strategi pelaksanaan Kuis Ki Hajar cukup efektif menjangkaupengguna.

3. Output Output Aktivitas Promosi1.Fasilitasi 1.Responden yang mengikuti fasilitasi >75%.

2.Dari sisi waktu dan biaya pelaksanaan fasilitasi cukup efisien danefektif.

2.Sosialisasi 1.Responden yang mengikuti sosialisasi >75%.2.Dari sisi waktu dan biaya pelaksanaan sosialisasi cukup efisien

dan efektif.3.Kuis Ki Hajar 1.Responden yang mengikuti kuis Ki Hajar >75%

2.Dari sisi waktu dan biaya pelaksanaan kuis cukup efisiendan efektif.

4. Outcome Outcome terkait pengguna1.Outcome jangka 1.Jumlah pengguna TV Edukasi meningkat sesuai target yang

pendek diharapkan.2.Minat dan motivasi pengguna terhadap TV Edukasi cukup tinggi.

2.Outcome jangka 1.Jumlah frekuensi menonton siaran TV Edukasi oleh penggunamenengah meningkat.

2.Pola pemanfaatan TV Edukasi oleh pengguna terintegrasi dalamproses pembelajaran.

Tabel 1Kriteria Evaluasi Implementasi Program Siaran TV Edukasi

No.Komponen Aspek yang Kriteria/Standar EvaluasiEvaluasi dievaluasi

Page 34: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

21

Ika Kurniawati: Evaluasi Pemanfaatan TV Edukasi di 10 Kabupaten/Kota tahun 2014

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPertaman, Masukan (Input)

Komponen masukan meliputi akses dan kontenprogram. Komponen akses terkait dengan perangkatsiaran yang dimiliki pengguna dan apakah denganperangkat tersebut memudahkannya menerimasiaran TV Edukasi, serta kualitas tampilan siaran TVEdukasi. Lokasi di mana pengguna biasanyamenonton TV Edukasi dapat dilihat pada gambar 3berikut.

Gambar 3. Lokasi Responden Menonton TV Edukasi

Berdasarkan data tersebut, nampak bahwa baikguru (78%) maupun siswa (76,04%) kebanyakanmenonton TV Edukasi di rumah. Selain di rumah, gurumaupun siswa menonton di sekolah meskipunpersentasenya tidak begitu besar. Guru maupunsiswa yang menonton di sekolah tersebar di lokasiruang media, kelas, perpustakaan, dan aula.Perangkat yang dimiliki pengguna di rumah untukmengakses TV Edukasi dapat dilihat pada gambar 4berikut.

Gambar 4. Perangkat yang Dimiliki Pengguna di rumah

Terkait perangkat yang dimiliki pengguna dirumah untuk mengakses TV Edukasi, persentaseterbesar baik guru (44%) dan siswa (35,35%) adalahmenggunakan antena biasa melalui TVRI.Selanjutnya guru mengakses TV Edukasimenggunakan komputer (22%), TV lokal (20%),antena parabola (8%), dan TV berlangganan (6%).Sementara itu, siswa selain persentase terbesarmelalui TVRI, mereka juga mengaksesnya melaluiTV lokal (26,26%), komputer (23,23%), dan sisanyamelalui TV berlangganan (8,08%) serta antenaparabola (7,07%). Berdasarkan data ini, nampakbahwa sebagian besar pengguna mengakses TVEdukasi melalui TVRI, komputer, dan TV lokal.Mereka yang mengakses TVE melalui parabolapersentasenya tidak begitu besar hanya berkisarantara 7 – 8%, tidak sampai 10%.

Perangkat siaran TV Edukasi yang terdapat disekolah dapat dilihat pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Perangkat Siaran TVE di Sekolah

Guru maupun siswa di sekolah mengakses TVEdukasi persentase terbesar melalui komputer (47%responden guru dan 50,63% responden siswa).Perangkat siaran yang memudahkan penggunamenerima siaran TV Edukasi dapat dilihat padagambar 6 berikut.

Page 35: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

22

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Gambar 6. Perangkat Siaran yang MemudahkanPengguna Mengakses TV Edukasi

Terkait perangkat siaran yang memudahkanpengguna mengakses TV Edukasi, persentaseterbesarnya adalah menggunakan antena biasa(TVRI) dan komputer. Selanjutnya melalui antenaparabola, TV lokal dan TV berlangganan. Apabiladisesuaikan dengan kriteria evaluasi yangdikembangkan di sini, nampak bahwa sudah tersediafasilitas yang memadai pada pengguna untukmengakses TV Edukasi.

Terkait kualitas tampilan siaran TVE, sebanyak44,6% responden siswa menyatakan bagus, 14,9%responden menyatakan sangat bagus, dan 29,7%menyatakan cukup bagus. Sementara itu menurutresponden guru, sebanyak 34% menyatakan bagus,37,7% menyatakan cukup bagus dan 22,5%menyatakan kurang bagus.

Komponen program antara lain meliputi:kesesuaian konten TV Edukasi dengan kebutuhanpengguna, kesesuaian konten dengan standarkurikulum yang berlaku, kemudahan pengguna dalammemahami konten TV Edukasi, serta konsistensimateri siaran TV Edukasi. Lebih jelasnya dapat dilihatpada tabel 2 berikut.

Tabel 2 Kesesuaian, Kemudahan, Daya Tarik, danKonsistensi Konten

No. Komponen Responden Responden Program Guru Siswa

Terkait kesesuaian konten program TV Edukasidengan kebutuhan pengguna, sebagian besarresponden menyatakan cukup sesuai, begitu jugakesesuaian konten program TV Edukasi denganmateri pelajaran (kurikulum) di sekolah. Respondenjuga menyatakan bahwa konten program cukupmudah dipahami dan menarik. Konsistensi programmenurut responden guru cukup konsisten meskipunterkadang ada perubahan jadwal dalam hitunganmenit dan jam. Untuk jadwal penayangan programterutama siaran pendidikan interaktif persiapan UNdi mana penayangannya bekerjasama dengan TVRI,sebaiknya disesuaikan waktunya di mana siswasudah pulang dari sekolah. Selama inipenayangannya jam 13.00-14.00 WIB siswa masih

1. Kesesuaian konten program TV Edukasi dengan kebutuhanpenggunaa. sangat sesuai 3,00% 10,12%b. sesuai 39,80% 36,71%c. cukup sesuai 43,75% 46,84%d. kurang sesuai 11,71% 1,00%e. tidak sesuai 1,00% 5,00%

2. Kesesuaian konten dengan materi pelajaran (kurikulum)a. sangat sesuai 4,00% 12,32%b. sesuai 32,72% 34,25%c. cukup sesuai 55,45% 45,20%d. kurang sesuai 7,00% 5,00%e. tidak sesuai 1,00% 3,00%

3. Kemudahan pengguna dalam memahami konten TV Edukasia. sangat mudah 10,52% 9,90%b. mudah 34,73% 60,27%c. cukup mudah 53,68% 28,76%d. kurang mudah 1,00% 1,00%e. tidak mudah - -

4. Daya tarik kontena. sangat menarik 7,00% 10,58%b. menarik 32,55% 49,41%c. cukup menarik 39,53% 37,64%d. kurang menarik 18,60% 2,00%e. tidak menarik 1,00% -

5. Konsistensi kontena. sangat konsisten 3,00%b. konsisten 32,74%c. cukup konsisten 45,13%d. kurang konsisten 18,58%e. tidak konsisten 1,00%

6. Jadwal siarana. selalu tetap 6,00% 14,28%b. perubahan dalam hitungan

menit 34,83% 32,86%c. perubahan dalam hitungan jam 23,59% 14,28%d. perubahan hari 19,10% 17,14%e. perubahan hari dan jam 16,85% 21,43%

Page 36: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

23

Ika Kurniawati: Evaluasi Pemanfaatan TV Edukasi di 10 Kabupaten/Kota tahun 2014

ada di sekolah dan sebagian besar masih dalamperjalanan pulang. Mungkin bisa dipakai jadwal soreatau jam belajar masyarakat.

Kedua, Aktivitas (Promosi Program)Komponen aktivitas (promosi program) meliputi

jenis dan strategi promosi TV Edukasi yang telahdilakukan terhadap pengguna. Jenis promosi TVEdukasi antara lain: fasilitasi, sosialisasi sertapenyelenggaraan kuis Ki Hajar. Pada kegiatanfasilitasi ini, peserta ikut terlibat aktif bagaimanamemanfaatkan TV Edukasi. Strategipenyelenggaraan Kuis Ki Hajar diantaranya melaluiSMS, media web, dan penyelenggaraan kuislangsung di lokasi. Para pemenang kuis baik melaluiSMS, media web maupun penyelenggaraan kuis didaerah diuji lagi dalam Kuis Ki Hajar Tingkat Nasional.Beberapa saran terbuka dari responden munculantara lain agar dalam melakukan promosi terutamauntuk kegiatan fasilitasi maupun sosialisasi janganmelalui streaming karena jaringan di lokasi belumtentu bagus. Lebih baik membawa versi offlinenyajuga. Untuk sekolah yang dikunjungi jangan hanyasekolah-sekolah terdekat dengan ibu kota propinsi.Kerjasama penyiaran dengan TV lokal maupun TVkabel lebih digalakkan lagi.

Ketiga, Keluaran (Output)Komponen keluaran (output) terkait dengan

aktivitas promosi adalah sebagai berikut:(a) Jumlah responden yang telah mengikuti fasilitasiTV Edukasi, dapat dilihat pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Keikutsertaan respondenpada kegiatan fasilitasi

Terkait keikutsertaan pada kegiatan fasilitasi,49,59% dari responden menyatakan tidak pernah ikutfasilitasi TV Edukasi, 39,84% menyatakan pernahmengikuti fasilitasi TV Edukasi hanya 1 kali, dansisanya (10,55%) menyatakan mengikuti fasilitasilebih dari 1 kali. Apabila dikaitkan dengan kriteriaevaluasi, keikutsertaan responden dalam fasilitasibelum sesuai dengan kriteria dimana > 75%responden mengikuti fasilitasi.

(b) Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan fasilitasi TVEdukasi, dapat dilihat pada gambar 8 berikut:

Gambar 8. Efektifitas fasilitasi

Efektifitas pelaksanaan fasilitasi TV Edukasimenurut sebagian responden (29,75%) cukup efektif.Sementara sebagian besar lainnya (25,62%)menyatakan kurang efektif.

(c) Jumlah responden yang telah mengikuti sosialisasiTV Edukasi

Gambar 9. Responden yang mengikuti sosialisasi

Tidak pernah(49.59%) 1 kali

(39,84%)

123456712345671234567123456712345671234567

12345671234567123456712345671234567

123456781234567812345678123456781234567812345678

>5 kali(6,5%)

4-5 kali(0,8%)

2-3 kali(3,25%)

123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012123456789012

> 5 kali

4-5 kali

2-3 kali

1 kali

Tidak pernah

kurang efektif(25,62%)

sangat efektif(19,83%)

efektif(19%)

cukup efektif(29,75%)

tidak efektif(5,78%)

Page 37: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

24

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Terkait keikutsertaan dalam sosialisa TVE,responden baik guru (44,62%) maupun siswa(44,73%) menyatakan tidak pernah mengikutikegiatan sosialisasi TVE. Responden guru sebesar33,88% dan siswa sebesar 36,84% menyatakanpernah mengikuti sosialisasi TVE sebanyak 1 kali.Jawaban responden guru dan siswa terkaitkeikutsertaan mereka pada kegiatan sosialisasi tidakbegitu jauh berbeda. Keikutsertaan responden dalamkegiatan sosialisasi juga relatif kurang.

(d) Efisiensi dan efektifitas sosialisasi TV Edukasi,lihat gambar 10 berikut ini.

Gambar 10. Frekuensi menonton setelahmendapatkan sosialisasi

Terkait frekuensi responden menonton TVEdukasi setelah mendapatkan sosialisasi daripetugas pusat, persentase terbesar responden siswa(44,76%) menyatakan belum pernah menonton TVEdukasi. Sementara itu, persentase terbesarresponden guru (35,89%) menyatakan telahmenonton TV Edukasi sebanyak 2-3 kali. Hasilsosialisasi TV Edukasi ternyata efektif terhadapresponden guru. Hal ini nampak sebesar 22,22%responden guru menonton TV Edukasi > 5 kali.

(e) Jumlah responden yang mengikuti kuis Ki Hajar.Jumlah responden yang mengikuti Kuis Ki Hajarsebanyak 1% mengikuti antara 4 – 5 kali, 9%responden mengikuti kuis sebanyak 1 kali, dan 88%responden menyatakan tidak pernah mengikuti KuisKi Hajar. Belum banyak responden yang terlibat padakegiatan kuis Ki Hajar.

(f) Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kuis KiHajar.Menurut responden guru efektifitas pelaksanaan kuis

dalam meningkatkan jumlah siswa menonton TVEdukasi sebanyak 13,26% menyatakan sangat efektif.Sebanyak 26,53% dan 43,87% menyatakan efektif dancukup efektif, sisanya menyatakan kurang efektif.

g) Jumlah responden yang menonton TV EdukasiJumlah responden yang menonton TV Edukasiprogram Siaran Pendidikan Interaktif (SPI) persiapanUN dan UAS dapat dilihat pada gambar 11 berikut.

Gambar 11. Jumlah responden yang menontonSPI TV Edukasi

Baik responden guru maupun siswa persentaseterbesar untuk guru (36,50%) dan siswa (55,40%)tidak pernah menonton SPI. Selanjutnya sebesar20,27% untuk siswa dan 20,44% untuk gurumenonton SPI sebanyak 1 kali. Sebesar 18,92%untuk siswa dan 21,89% untuk guru menonton SPIsebanyak 2 – 3 kali. Responden guru sebesar 18,97%menonton SPI sebanyak > 5 kali.

(h) Frekuensi menonton siaran TV Edukasi olehresponden dalam seminggu. Frekuensi menontonsiaran TV Edukasi dalam seminggu oleh respondenseperti terlihat pada gambar 12 berikut.

Gambar 12. Frekuensi menonton siaran TV Edukasidalam seminggu

Page 38: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

25

Ika Kurniawati: Evaluasi Pemanfaatan TV Edukasi di 10 Kabupaten/Kota tahun 2014

Terkait frekuensi menonton TV Edukasi olehresponden dalam seminggu, sebesar 21,62%responden siswa dan 47,71% responden gurumenyatakan mentonton sebanyak 1 kali. Sebesar47,71% responden guru dan 29,73% respondensiswa menonton TV Edukasi sebanyak 2-3 kali dalamseminggu.

Keempat, Perolehan Hasil Keluaran (Outcome)Komponen perolehan hasil keluaran (outcome)

memfokuskan pada outcome jangka pendek danjangka menengah. Outcome jangka pendek yaitu:persepsi (kesan) pengguna terhadap peran ataukontribusi siaran TV Edukasi dalam membantupengguna memahami materi khususnya materipelajaran. Untuk outcome jangka menengahberkenaan dengan minat dan motivasi penggunadalam memanfaatkan siaran TV Edukasi serta polapemanfaatannya.

Persepsi (kesan) pengguna terhadap peran ataukontribusi siaran TV Edukasi dalam membantupengguna memahami materi khususnya materipelajaran dapat dilihat pada gambar 13 berikut.

Gambar 13. Daya dukung materiprogram siaran TV Edukasi

Terkait kontribusi siaran TV Edukasi dalammembantu pengguna memahami materi khususnyamateri pelajaran, sebesar 42,98% responden gurudan 40,78% responden siswa menyatakan bahwasiaran TV Edukasi cukup membantu, sebesar 17,54%responden guru dan 14,47% responden siswamenyatakan sangat membantu. Responden yangmenyatakan kurang membantu dan tidak membantupersentasenya kecil tidak sampai 10%.

Sementara itu, minat dan motivasi pengguna dalammemanfaatkan TV Edukasi serta pola pemanfaatan TVEdukasi dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3: Minat dan Motivasi Pengguna sertaPola Pemanfaatan TV Edukasi

Minat dan motivasipengguna serta polapemanfaatan

RespondenGuru

1. Minat dan motivasi penggunaa. sangat berminatb. berminatc. cukup berminatd. kurang berminate. tidak berminat

6,00%34,83%23,59%19,10%16,85%

2. Pola pemanfaatana. belajar di kelasb. penugasanc. mencari informasid. jam pelajaran kosonge. jam istirahat sekolah

3,20%8,80%

68,00%13,60%

6,40%

No. RespondenSiswa

4,00%36,00%42,67%13,33%4,00%

4,16%5,56%

72,22%18,05%

___

Berdasarkan tabel tersebut nampak bahwa padadasarnya responden baik guru maupun siswaberminat dengan TV Edukasi. Rata-rata sebagianbesar pemanfaatannya dalam rangka mencariinformasi. Pemanfaatan untuk belajar di kelasmaupun penugasan masih relatif kurangpemanfaatannya. Dengan demikian pemanfaatannyabelum terintegrasi sepenuhnya dalam prosespembelajaran.

SIMPULAN DAN SARANSimpulanBerdasarkan penyajian dan pembahasan data, dapatdisimpulkan beberapa hal berikut ini:

Pertama, Masukan (Input): Berkenaan denganbagaimana para pengguna dalam mengakses siaranTV Edukasi dan kualitas tampilan siaran TV Edukasi.Baik guru (78%) maupun siswa (76,04%) kebanyakanmenonton TV Edukasi di rumah. Perangkat yangdimiliki pengguna di rumah untuk mengakses TVEdukasi persentase terbesar baik guru (44%) dansiswa (35,35%) menggunakan antena biasa melaluiTVRI. Berdasarkan penyajian data juga nampakbahwa pengguna mengakses TV Edukasikebanyakan melalui TVRI, komputer, dan TV lokal.Mereka yang mengakses melalui parabolapersentasenya tidak begitu besar hanya berkisarantara 7-8% tidak sampai 10%.

Page 39: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

26

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Guru maupun siswa di sekolah mengakses TVEdukasi persentase terbesar melalui komputer (47%responden guru dan 50,63% responden siswa).Perangkat siaran yang memudahkan penggunamengakses TV Edukasi persentase terbesarmenggunakan antena biasa (TVRI) dan komputer.Selanjutnya melalui antena parabola, tv lokal dan tvberlangganan. Apabila disesuaikan dengan kriteriaevaluasi yang dikembangkan disini nampak bahwasudah tersedia fasilitas yang memadai padapengguna untuk mengakses TV Edukasi. Dari sisikualitas tampilan siaran TV Edukasi kebanyakanresponden menyatakan bagus.

Kesesuaian konten program TV Edukasi dengankebutuhan pengguna sebagian besar respondenmenyatakan cukup sesuai, begitu juga kesesuaiankonten program TV Edukasi dengan materi pelajarandi sekolah. Responden juga menyatakan kontenprogram cukup mudah dipahami dan menarik.Konsistensi program menurut responden guru cukupkonsisten meskipun terkadang ada perubahan jadwaldalam hitungan menit dan jam.

Untuk jadwal penayangan program terutamasiaran pendidikan interaktif persiapan UN dimanapenayangannya bekerjasama dengan TVRIsebaiknya disesuaikan dengan jadwal siswa sudahdi rumah. Selama ini penayangannya jam 13.00 –14.00 WIB siswa masih ada di sekolah dan sebagianbesar masih dalam perjalanan pulang. Mungkin bisadipakai jadwal sore atau jam belajar masyarakat.

Kedua, Aktivitas (promosi program): Jenis promosiTV Edukasi antara lain: fasilitasi, sosialisasi sertapenyelenggaraan kuis Kihajar. Pada kegiatan fasilitasiini peserta ikut terlibat aktif tentang bagaimanamemanfaatkan TV Edukasi. Strategi penyelenggaraanKuis Kihajar diantaranya melalui SMS, media web, danpenyelenggaraan kuis langsung di lokasi. Parapemenang kuis baik melalui SMS, media web maupunpenyelenggaraan kuis di daerah di uji lagi dalam KuisKihajar tingkat nasional. Dalam melakukan promositerutama untuk kegiatan fasilitasi maupun sosialisasijangan melalui streaming karena jaringan di lokasibelum tentu bagus. Lebih baik membawa versiofflinenya juga. Untuk sekolah yang dikunjungi janganhanya sekolah-sekolah terdekat dengan ibu kota

propinsi. Kerjasama penyiaran dengan TV lokalmaupun TV kabel lebih digalakkan lagi. Apabiladikaitkan dengan kriteria evaluasi yang dikembangkanpada komponen ini, maka dari sisi penyelenggaraandapat dikatakan sesuai dengan prosedur yang telahditetapkan. Untuk strategi terutama melalui streamingbelum efektif. Aktivitas promosi juga belumsepenuhnya menjangkau pengguna karena sekolahyang dikunjungi hanya sekolah-sekolah terdekatdengan ibu kota propinsi.

Ketiga, Keluaran (Output): Keikutsertaanresponden pada kegiatan fasilitasi sebesar 49,59%menyatakan tidak pernah ikut fasilitasi TV Edukasi,sebesar 39,84% mengikuti fasilitasi TV Edukasi hanya1 kali, dan sisanya (10,55%) mengikuti fasilitasi lebihdari 2 kali. Apabila dikaitkan dengan kriteria evaluasi,keikutsertaan responden dalam fasilitasi belum sesuaidengan kriteria di mana > 75% responden mengikutifasilitasi. Terkait efektifitas pelaksanaan fasilitasi TVEdukasi, sebagian responden (29,75%) menyatakancukup efektif, sementara sebagian besar lainnya(25,62%) menyatakan kurang efektif.

Terkait keikutsertaannya, sebagian besarresponden baik guru (44,62%) maupun siswa(44,73%) menyatakan tidak pernah mengikutikegiatan sosialisasi TV Edukasi. Responden gurusebesar 33,88% dan siswa sebesar 36,84%menyatakan 1 kali mengikuti sosialisasi TV Edukasi.Bila dikaitkan dengan kriteria, keikutsertaanresponden dalam kegiatan sosialisasi relatif kurang.Berkenaan dengan efektifitas sosialisasi, ternyatasosialisasi efektif terhadap responden guru. Hal ininampak pada data bahwa sebesar 22,22%responden guru menonton TV Edukasi > 5 kali. Untukresponden guru, persentase terbesarnya (35,89%)menonton TV Edukasi sebanyak 2-3 kali. Hasilsosialisasi TV Edukasi ternyata efektif terhadapresponden guru. Hal ini nampak sebesar 22,22%responden guru menonton TV Edukasi > 5 kali.

Belum banyak responden yang terlibat padakegiatan kuis Kihajar. Sebesar 88% respondenmenyatakan tidak pernah mengikuti Kuis Ki Hajar.Padahal menurut sebagian besar responden guru,kuis Ki Hajar efektif dalam meningkatkan jumlah siswayang menonton TV Edukasi.

Page 40: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

27

Ika Kurniawati: Evaluasi Pemanfaatan TV Edukasi di 10 Kabupaten/Kota tahun 2014

Berkenaan dengan siaran pendidikan interaktifpersiapan ujian nasional, hampir sebagian besarresponden terutama responden siswa (55,40%)menyatakan tidak pernah menonton SPI. Frekuensimenonton TV Edukasi oleh responden dalamseminggu antara guru dan siswa ternyata lebihbanyak guru antara 2-3 kali dalam seminggu.

Keempat, Perolehan hasil keluaran (Outcome) :Terkait kontribusi siaran TV Edukasi dalam membantupengguna memahami materi khususnya materipelajaran, responden menyatakan cukup membantu.Dari sisi minat, pada dasarnya responden baik gurumaupun siswa berminat dengan TV Edukasi. Rata-rata sebagian besar pemanfaatannya dalam rangkamencari informasi. Pemanfaatan untuk belajar dikelas maupun penugasan masih relatif kurang.Dengan demikian, pemanfaatannya belumterintegrasi sepenuhnya dalam proses pembelajaran.

SaranSaran maupun rekomendasi yang dapat diajukan

oleh penulis terkait hasil studi evaluasi pemanfaatanTV Edukasi dalam rangka mengoptimalkanpemanfaatan TV Edukasi yaitu:

Pertama, Berkenaan dengan akses, karenakebanyakan responden menonton TV Edukasi dirumah dan melalui TVRI, komputer serta TV lokal,kerjasama penyiaran dengan TVRI perlu dioptimalkandengan memilih jadwal yang tepat saat respondenberada di rumah (bukan di sekolah). Untuk siaran

streaming agar lebih mudah dibuka oleh responden.Kerjasama dengan TV lokal maupun TV kabel lebihditingkatkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.Untuk jadwal penayangan program terutama siaranpendidikan interaktif persiapan UN di manapenayangannya bekerjasama dengan TVRIsebaiknya disesuaikan dengan jadwal siswa yaitusetelah siswa pulang dari sekolah. Selama inipenayangannya adalah jam 13.00 – 14.00 WIB ketikasiswa masih ada di sekolah dan sebagian besarmasih dalam perjalanan pulang. Mungkin bisa dipakaijadwal sore atau jam belajar masyarakat.

Kedua, Kegiatan promosi program agar lebihbanyak menjangkau pengguna dengan tidakmemfokuskan kegiatan promosi hanya di sekitar ibukota propinsi, tetapi lebih diperluas mungkin sampaiwilayah kabupaten dengan melibatkan pemdasetempat. Dengan demikian, kegiatan promosi ini bisamenjangkau lebih banyak siswa maupun guru. Untuksosialisasi maupun fasilitasi juga bisa melibatkan timMGMP dan tidak kalah pentingnya yaitu sosialisasike orang tua siswa.

Ketiga, Pemanfaatan TV Edukasi yangberkembang saat ini adalah dalam rangka mencariinformasi, bukan pemanfaatan khusus di kelas. Olehkarena itu, tim pengembang program perlumemperbanyak konten yang mudah diakses olehpengguna utamanya yang memanfaatkan siaranstreaming TV Edukasi.

PUSTAKA ACUANAkhter, Nasreen. “Evaluation of Educational Television Program for Distance Learning.” The Turkish Online Journal of

Educational Technology - October 2011, volume 10 Issue 4, http://www.tojet.com. diakses tanggal 5 Mei 2012.

Combes, Peter & John Tiffin.1978. Television Production for Education. London: Focal Press.

Creswell, Jhon W. 2012. Educational Research: Planning Conducting Quantitative and Qualitative Research 4th edition.

Boston: Pearson Education.

Davidson, E Jane. 2005. Evaluation Methodology Basics: The Nuts and Bolts of Sound Evaluation. California: Sage Publication,

Inc.

Gall Meredith D, Joyce P. Gall & Walter R. Borg. 2003. Educational Research: An Introduction. Boston: Pearson Education

Inc.

Holden, Debra J & Marc A. Zimmerman. 2009. A Practical Guide to Program Evaluation Planning Theory and Case Examples.

California: Sage Publication.

Kemdiknas. Kepmendiknas Nomor 38 Tahun 2008: Tugas dan Fungsi Pustekkom. Jakarta: Kemdiknas, 2008.

———————— 2010. Evaluasi TVE: Laporan Evaluasi TVE oleh Staf Ahli Mendiknas Bidang Penerapan dan Pengkajian

IPTEK. Jakarta: Kemdiknas.

Page 41: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

28

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

——————— 2010.Renstra Kemdiknas 2010 - 2014. Jakarta: Kemdiknas.

Morissan MA.2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Pustekkom Kemdiknas. 2009. Kajian Pengembangan TV Edukasi 2004 - 2014. Jakarta: Pustekkom Kemdiknas.

—————— 2010.Monitorig dan Evaluasi Pemanfaatan TVE. Jakarta: Pustekkom Kemdiknas.

—————— 2009.30 Tahun Kiprah Pustekkom dalam Pendidikan. Tangerang Selatan: Pustekkom Depdiknas,

—————— 2011.Laporan Evaluasi TVE oleh Pustekkom Kemdiknas. Jakarta: Pustekkom Kemdiknas).

Piotrowski, Jessica T. 2010. “Evaluating Preschoolers’ Comprehension of Educational Television: The Role of Viewer

Characteristics Stimuli Features, and Contextual Expectations.”http://repository.upenn.edu/edissertations/106 (diakses

5 Mei 2015).

Rossi, Peter H & Howard E. Freeman.1982. Evaluation A Systematic Approach. California: Sage Publication.

Smaldino, Sharon E, Deborah L.Lowther, & James D. Russell.2011.Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar

terjemahan Arif Rahman.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Weiss, Carrol H. 1972. Evaluation Research. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Wholey, Joseph S, et al. Handbook of Practical Program Evaluation, 2nd edition. California: John Wiley & Sons Inc., 2004.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Purwanto, M.Pd yang telah membimbing dan

memberikan masukan dalam tulisan ini.

Page 42: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

29

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

MENGINTEGRASIKAN TIK KE DALAM PEMBELAJARANBERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK SESUAI KURIKULUM 2013

INTEGRATING ICT INTO SCIENTIFIC APPROACH-BASED LEARNING INACCORDANCE WITH 2013 CURRICULUM

Ai Sri NurhayatiPusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJl. R.E Martadinata Km 15.5 Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15411, Indonesia

[email protected]; [email protected]

Tanggal: 16 Februari 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal 27 Februari 2016, disetujui tanggal 12 Maret 2016

Abstrak: Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakanpendekatan saintifik (pendekatan ilmiah). Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputikegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah data atau informasi, dan menyajikan data atau informasi, sertadilanjutkan dengan menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan mencipta. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasituntutan perubahan guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuai Kurikulum2013 dan mengidentifikasi peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran saintifik. Tuntutanperubahan guru tersebut di antaranya yaitu: merancang pembelajaran (RPP) dengan pendekatan saintifik yangmengintegrasikan TIK; mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang kreatif dengan mengintegrasikan TIK;guru lebih berperan sebagai fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar; dan guru dapatmemberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Adapun tuntutanterhadap siswa yaitu siswa dituntut sebagai partisipan aktif yang menghasilkan karya dan berbagi (sharing)pengetahuan/keterampilan, berpartisipasi sebanyak mungkin baik saat belajar secara individu maupun kolaboratifdengan siswa lain, dan melakukan eksplorasi dalam berbagai aktivitas mulai dari melihat, menanya, menalar, mencoba,dan mengomunikasi dengan menggunakan TIK sebagai sarananya. Peran TIK dalam pembelajaran saintifik di antaranyayaitu: memberikan kesempatan kepada guru untuk merancang pengalaman belajar yang bermakna denganmenggunakan teknologi; dan memberikan peluang kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya dalam prosespembelajaran sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa, menarik, danmenyenangkan. Selain itu, sebagai wahana interaktif untuk diskusi bagi guru dan siswa baik sinkronous maupunasinkronous, serta membangun kreativitas siswa dalam mengakses berbagai sumber belajar maupun sebagai saranaberbagi (sharing) hasil karya siswa sesuai tuntutan keterampilan abad 21.

Kata kunci: kurikulum 2013, pendekatan saintifik, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), mengintegrasikan TIK.

Abstract: The 2013 curriculum emphasizes on modern pedagogical dimension of learning, i.e. scientific approach.Scientific approach includes the activities of observing, questioning, experimenting, processing as well as presentingdata and information, and followed by analyzing, reasoning, summarizing, and creating. This paper aims to identify thechanging demands of teachers and students in scientific approach-based learning of 2013 Curriculum and identify therole of Information and communication Technology (ICT). The demands to the teachers are such as: developing ascientific based-lesson plan by integrating ICT into it; developing some creative teaching methods with ICT; being afacilitator, collaborator, mentor, trainer, guide, and colleague; and giving significant choice and responsibility to thestudents in terms of learning experiences. Meanwhile, the students are required to be more active in individual as wellas collaborative learning, to create as well as share knowledge/information; and to explore the material widely throughthe scientific approach activities with ICT. The role of ICT in scientific approach learning are such as: giving a chanceto the teachers to develop a meaningful ICT-integrated learning experience and their creativity so that the learningprocess becomes student centered, interesting, and full of fun. It can be a sincronous or asincronous forum of interactivitybetween teacher and students. It can develop the students’ creativity to access various learning sources and sharetheir creation with others as required by the 21st Century Skills.

Key words: 2013 curriculum, scientific approach, Information and Communication Technology (ICT), integrating ICT

1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212

Page 43: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

30

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PENDAHULUANPada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemdikbud) mulai menerapkanKurikulum 2013. Untuk mendukung implementasipelaksanaan Kurikulum 2013 Kemdikbud juga telahmelakukan pelatihan kepada guru-guru inti yangbertujuan untuk menyiapkan guru dalam merancangdan melaksanakan pembelajaran saintifik sertamelakukan penilaian autentik dengan menggunakansilabus sebagai acuan.

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan darikurikulum sebelumnya untuk merespon berbagaitantangan internal dan eksternal. (Kemdikbud 2013).Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalahpenyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelolakurikulum, pendalaman dan perluasan materi,penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaianbeban belajar agar dapat menjamin kesesuaianantara apa yang diinginkan dengan apa yangdihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amatpenting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmupengetahuan, teknologi, dan seni budaya sertaperubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional,regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuandan perubahan itu melahirkan tantangan internal daneksternal di bidang keguruan. Oleh karena itu,implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkahstrategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutanmasyarakat Indonesia masa depan.

Salah satu dampak dari perubahan kurikulum2013 yaitu hilangnya mata pelajaran TeknologiInformasi dan Komunikasi (TIK) dari SD sampaidengan SMA. Mata pelajaran TIK dihapus, tetapi TIKterintegrasi di dalam semua mata pelajaran.Keputusan ini didasari oleh kesadaran bahwaperkembangan TIK telah berpengaruh terhadapberbagai aspek kehidupan manusia (Warsihna,2014).

Perubahan kurikulum ini merupakan upaya dalammengantisipasi perubahan zaman dan tuntutanmasyarakat yang terus berkembang seiring denganperkembangan teknologi dalam mempersiapkangenerasi abad 21. Perubahan kurikulum juga terjadikarena adanya pergeseran paradigma belajar abad21 yang berdasarkan ciri abad 21 dan model

pembelajaran yang harus dilakukan. Ciri abad 21ditandai dengan adanya: 1) informasi yang bisadiakses di mana saja dan kapan saja; 2) komputasilebih cepat karena memakai mesin; 3) otomatisasiyang menjangkau segala pekerjaan rutin; dan 4)komunikasi yang dapat dilakukan dari mana saja danke mana saja. Sedangkan model pembelajaran abad21 dapat diidentifikasi, yaitu: 1) pembelajarandiarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dariberbagai sumber observasi, bukan diberi tahu; 2)pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskanmasalah, bukan hanya menyelesaikan masalah; 3)pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis(pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanis(rutin); 4) pembelajaran menekankan pentingnyakerjasama dan kolaborasi dengan menyelesaikanmasalah (Anwas, 2013).

Tantangan guru abad 21 yang terangkum dalamframework pembelajaran abad 21 menyajikanpandangan holistik mengenai pengajaran danpembelajaran abad ke-21 yang menggabungkanoutcome yang diharapkan dari siswa yakni perpaduanketerampilan khusus, pengetahuan, keahlian danliterasi dengan sistem pendukung yang inovatif untukmembantu siswa menguasai kemampuan multi-dimensi yang diperlukan dari siswa di abad ke-21(http://www.p21.org/about-us/p21-framework). Salahsatu elemen kecakapan dari 21st Century Outcomeyaitu kecakapan informasi, media, dan Teknologi.Saat ini, siswa kita hidup dalam pesatnyaperkembangan teknologi dan media. Hal ini ditandaidengan ketersediaan akses ke sejumlah informasi,perubahan yang cepat dalam perkembangan alat-alatteknologi, dan tuntutan kemampuan untukberkolaborasi dan membuat kontribusi individu padaskala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Olehkarena itu, diperlukan kecakapan melek informasi,melek media, dan melek TIK.

Potensi TIK dalam pendidikan yang demikianbesar dan sudah banyak dirasakan oleh guru maupunsiswa merupakan sebuah peluang dalam mendukungkesuksesan pelaksanaan implementasi kurikulum2013. Kurikulum 2013 ini menekankan pada dimensipedagogik modern dalam pembelajaran yangmenggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator

Page 44: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

31

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

utamanya. Pendekatan ilmiah (scientific approach)diyakini sebagai titian emas perkembangan danpengembangan sikap, keterampilan, danpengetahuan siswa dalam pendekatan atau proseskerja yang memenuhi kriteria ilmiah (Atsnan danGazali, 2013).

Permasalahannya adalah perubahan apa sajayang diperlukan guru dalam pembelajaran denganpendekatan saintifik yang mengintegrasikan TIK?Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana peranTIK dalam membantu guru mengimplementasikankurikulum 2013 terutama bagaimana gurumengintegrasikannya ke dalam pembelajarandengan pendekatan saintifik. Secara khusus, tujuanpenulisan ini adalah untuk: (1) mengidentifikasituntutan perubahan guru dan siswa dalampelaksanaan pembelajaran dengan pendekatansaintifik sesuai Kurikulum 2013; (2) mengidentifikasiperan TIK dalam pembelajaran saintifik.

KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASANKurikulum 2013

Kurikulum menurut Undang Undang Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NasionalPasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana danpengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan tertentu. PengembanganKurikulum 2013 merupakan langkah lanjutanpengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensiyang telah dirintis tahun 2004 dan KTSP 2006 yangmencakup kompetensi sikap, pengetahuan, danketerampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 adalahkurikulum berbasis kompetensi (outcomes-basedcurriculum). Oleh karena itu, pengembangankurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensiyang dirumuskan dari SKL.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalampengembangan kurikulum didasarkan pada: (1)kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulandaftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanyamerupakan sumber materi pembelajaran untukmencapai kompetensi; (2) kurikulum didasarkan padastandar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk

satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, danprogram pendidikan. Sesuai dengan kebijakanpemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun makaStandar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasarpengembangan kurikulum adalah kemampuan yangharus dimiliki siswa setelah mengikuti prosespendidikan selama 12 tahun; (3) kurikulumdidasarkan pada model kurikulum berbasiskompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensiditandai oleh pengembangan kompetensi berupasikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilanpsikomotorik yang dikemas dalam berbagai matapelajaran; (4) kurikulum didasarkan pada prinsipbahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuanyang dirumuskan dalam kurikulum berbentukKompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasaisetiap siswa (mastery learning) sesuai dengan kaidahkurikulum berbasis kompetensi; (5) kurikulumdikembangkan dengan memberikan kesempatankepada siswa untuk mengembangkan perbedaandalam kemampuan dan minat; (6) kurikulum berpusatpada potensi, perkembangan, kebutuhan, dankepentingan siswa dan lingkungannya. Kurikulumdikembangkan berdasarkan prinsip bahwa siswaberada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar;(7) kurikulum harus tanggap terhadap perkembanganilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; (8)kurikulum harus relevan dengan kebutuhankehidupan; (9) kurikulum harus diarahkan padaproses pengembangan, pembudayaan danpemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjanghayat; (10) kurikulum didasarkan pada kepentingannasional dan kepentingan daerah; (11) penilaian hasilbelajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaikipencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasilbelajar adalah alat untuk mengetahui kekuranganyang dimiliki setiap siswa atau sekelompok siswa.Kekurangan tersebut harus segera diikuti denganproses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasilbelajar yang dimiliki seorang atau sekelompok siswa(Kemdikbud, 2013)

Ada enam hal prinsip perubahan dalam kurikulum2013 yaitu: 1) kurikulum 2013 sepenuhnya diarahkanberbasis kompetensi, dimana kompetensi ini untukmenyongsong kebutuhan dan tuntutan abad 21; (2)

Page 45: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

32

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

pengembangan kurikulum 2013 didasarkan atasbanyaknya rasionalitas dalam rangkamengembangkan siswa yang kreatif, inovatif,produktif, dan afektif. Sehingga kurikulum 2013diarahkan untuk peningkatan kompetensi yangseimbang antara kompetensi sikap (attitude),keterampilan (skill), dan pengetahuan (cognitive)pada siswa; (3) inti dari Kurikulum 2013 terletak padaupaya penyederhanaan dan tematik-integratif yangbertujuan untuk mendorong siswa mampu lebih baikdalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, danmengkomunikasikan apa yang diperoleh setelahpembelajaran; (4) proses pembelajaran yangmendukung kreativitas, di mana mengedepankanpengalaman personal melalui proses mengamati,menanya, menalar, dan mencoba untukmeningkatkan kreativitas siswa serta dibiasakanuntuk bekerja dalam jejaringan melalui collaborativelearning; (5) objek yang menjadi pembelajaran dalampenataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, danbudaya; (6) Kurikulum 2013 menekankan padaproses, baik dalam proses pembelajaran maupunproses penilaian dengan pelaksanaan kurikulummenggunakan pendekatan ilmiah (scientificapproach). (Anwas,2013).

Pendekatan SaintifikPendekatan saintifik atau lebih umum dikatakan

pendekatan ilmiah merupakan pendekatan dalamkurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yangmenjadikan saintifik sebagai pendekatan ataupunmetode. Namun karakteristik dari pendekatan saintifiktidak berbeda dengan metode saintifik (scientificmethod).

Menurut McLelland metode saintifik dapatdikatakan sebagai cara belajar atau prosesmenggunakan pemikiran kritis komparatif. Parailmuwan menggunakan metode ilmiah untukmenemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannyadan untuk memecahkan masalah. Sedangkan menurutMichael (2002), metode saintifik dapat digambarkandalam empat tahapan yaitu: (1) pengamatan danpendeskripsian fenomena atau sekelompok fenomenayang terkait; (2) perumusan hipotesis untuk

menjelaskan fenomena; (3) memprediksi keberadaanfenomena lain menggunakan hipotesis ataumemprediksi hasil pengamatan baru; dan (4)melakukan pengujian eksperimental dari prediksi olehbeberapa peneliti independen yang menggunakanmetode eksperimental yang tepat.

Metode saintifik merupakan proses menemukanjawaban atas pertanyaan dengan melakukanpercobaan. Ada enam langkah yang harus diikuti jikakita menggunakan metode saintifik yaitu: pengamatan(observasi), mengajukan pertanyaan, membuathipotesis, menentukan metode, memperoleh hasil, dankesimpulan (www.nysipm.cornell.edu/teaching_ipm/sole/green_sci/scientific_method.pdf diakses 4 Maret2016).

Langkah pertama yaitu melakukan pengamatan(observasi). Langkah observasi merupakan tahapanyang menggunakan salah satu dari lima indera(penglihatan, sentuhan, rasa, pendengaran, danpenciuman) untuk mempelajari lebih lanjut tentangsesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Setelahmelakukan pengamatan tentunya akan munculpertanyaan-pertanyaan terkait dari hasil pengamatantersebut. Tahapan mengajukan pertanyaan inimerupakan langkah di mana siswa memikirkanpertanyaan berdasarkan pengamatannya. Siswamungkin bertanya-tanya mengapa sesuatu terjadi atauapa lagi yang bisa terjadi. Misalnya, pertanyaan tentangmengapa langit berwarna biru? Mengapa pelangimemiliki susunan warna merah, jingga, kuning hijau,biru, nila, ungu? Apa yang membuat minuman sodabersoda? dan kemungkinan lainnya yangmenimbulkan pertanyaan yang tak ada habisnya.

Setelah melakukan pengamatan dan juga tanyajawab serta menemukan sesuatu yang benar-benarmenarik minat siswa di mana siswa ingin mempelajarilebih lanjut tentang sesuatu, siswa akan tergerak untukmencari beberapa sumber ke perpustakaan atauinternet untuk menemukan informasi awal yangdibutuhkan. Kemudian, hal ini akan memunculkansebuah hipotesis. Hipotesis merupakan tahapanmembuat prediksi atau menebak jawaban daripertanyaan yang diajukan. Siswa dapat memprediksiapa yang akan terjadi atau tidak akan terjadiberdasarkan apa yang sudah ketahuinya.

Page 46: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

33

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

Tahapan berikutnya yaitu menentukan metode.Metode merupakan langkah di mana siswamerancang dan melakukan percobaan untuk mengujihipotesisnya sehingga melihat apakah hipotesisnyabenar atau tidak. Untuk menguji hipotesis tersebut,siswa harus melakukan eksperimen. Ada tiga jenisvariabel yang perlu pertimbangkan siswa ketikamerancang eksperimen yaitu variabel independen,variabel dependen, dan variabel kontrol(www.elcsd.k12.oh.us/Downloads/Logston%20-%20Blizzard%20Bag%20Day%201%20.pdf, diakses4 Maret 2016).

Langkah terakhir yaitu menarik sebuahkesimpulan. Kesimpulan ini akan menentukan apakahhipotesis yang diprediksi benar atau tidak. Langkahakhir dari metode ilmiah ini akan menganalisis datayang telah dikumpulkan dari seluruh percobaan danmenarik kesimpulan tentang data tersebut. Penarikankesimpulan ini memiliki tujuan utama yaitu untukmerangkum temuan eksperimen dan untukmenentukan apakah bukti eksperimental mendukungatau membantah hipotesis awalnya. Siswa dapatmempelajari hasil eksperimen dan dapat mengulangpercobaan beberapa kali untuk melihat hasilnya.Berdasarkan langkah-langkah metode saintifiktersebut tentunya jika diterapkan dalam setiapaktivitas pembelajaran akan membangun sikapberpikir kritis komparatif. Hal ini sejalan denganpendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013.

Proses pembelajaran dengan berbasispendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah.(Kemdikbud 2013).Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensipengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan,dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengandemikian, proses pembelajaran harus dilaksanakandengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteriailmiah. Terdapat tujuh kriteria yang harus dipenuhidalam proses pembelajaran ilmiah yaitu: (1) substansiatau materi pembelajaran berbasis pada fakta ataufenomena yang dapat dijelaskan dengan logika ataupenalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan,legenda, atau dongeng semata; (2) penjelasan guru,respons siswa, dan interaksi edukatif guru-siswaterbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran

subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alurberpikir logis; (3) mendorong dan menginspirasi siswaberpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalammengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,dan mengaplikasikan substansi atau materipembelajaran; (4) mendorong dan menginspirasisiswa mampu berpikir hipotetik dalam melihatperbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yanglain dari substansi atau materi pembelajaran; (5)mendorong dan menginspirasi siswa agar mampumemahami, menerapkan, dan mengembangkan polaberpikir yang rasional dan objektif dalam meresponssubstansi atau materi pembelajaran; (6) berbasispada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan; dan (7) tujuanpembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas,dan menarik sistem penyajiannya.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensipedagogik modern dalam pembelajaran, yaitumenggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah(scientific appoach) dalam pembelajaran semua matapelajaran meliputi aktivitas menggali informasi melaluipengamatan, bertanya, percobaan, kemudianmengolah data atau informasi, menyajikan data atauinformasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatanilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secaraprosedural untuk mata pelajaran, materi, atau situasitertentu. Pada kondisi seperti ini, tentu saja prosespembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atausifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah. Gambar di bawah ini merupakantahapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.

Gambar 1: Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901

123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901

123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901

123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901

123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901123456789011234567890112345678901

Obs

ervi

ng(m

enga

mat

i)

Que

stio

ning

(men

anya

)

Ass

ocia

ting

(men

alar

)

Expe

rimen

ting

(men

coba

)

Net

wor

king

(mem

bent

ukja

ringa

n)

Pendekatan Ilmiahdalam Pembelajaran

Page 47: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

34

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran menurutKemdikbud (2013) meliputi lima aspek. Pertama,adalah mengamati. Metode mengamatimengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran(meaningfull learning). Metode ini memilikikeunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyeksecara nyata, siswa senang dan tertantang, danmudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangatbermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa.Sehingga proses pembelajaran memilikikebermaknaan yang tinggi. Dengan metodeobservasi siswa menemukan fakta bahwa adahubungan antara obyek yang dianalisis denganmateri pembelajaran yang digunakan oleh guru.Adapun kegiatan belajar dalam kegiatan mengamatidapat dilakukan dalam bentuk membaca, mendengar,menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Hal inidapat melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencariinformasi.

Kedua, adalah menanya. Bagaimana aktivitasmenanya dilakukan? Guru perlu membimbing siswauntuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaanyang terkait dengan hasil pengamatan objek yangkonkrit sampai kepada yang abstrak berkenaandengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lainyang lebih abstrak (Lazim, 2013).

Dalam Lampiran IV Permendikbud Nomor 81aTahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013,Pedoman Pembelajaran menyebutkan bahwakegiatan “menanya” dalam pembelajaran yaitumengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidakdipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untukmendapatkan informasi tambahan tentang apa yangdiamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai kepertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yangdiharapkan dalam menanya adalah mengembangkankreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskanpertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perluuntuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Ketiga, menalar (associating). Menurut LampiranIV Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentangImplementasi Kurikulum Pedoman Pembelajaranmenyebutkan bahwa kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatanpembelajaran adalah memproses informasi yang

sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatanmengumpulkan/eksperimen maupun hasil darikegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkaninformasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkandari yang bersifat menambah keluasan dankedalaman sampai kepada pengolahan informasiyang bersifat mencari solusi dari berbagai sumberyang memiliki pendapat berbeda sampai kepada yangbertentangan. Kegiatan ini dilakukan untukmenemukan keterkaitan satu informasi denganinformasi lainya, menemukan pola dari keterkaitaninformasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan darikegiatan menalar ini yaitu mengembangkan sikapjujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuanberpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Keempat, mencoba (experimenting). Dalammateri pelatihan implementasi Kurikulum 2013(Kemdikbud, 2013) dijelaskan bahwa untukmemperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik,siswa harus mencoba atau melakukan percobaan,terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dalamaspek mencoba ini dapat berupa melakukaneksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan wawancaradengan narasumber. Aplikasi metode eksperimenatau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkanberbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap,keterampilan, dan pengetahuan.

Kelima, mengkomunikasikan. Kegiatan“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaransebagaimana disampaikan dalam Lampiran IVPermendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentangImplementasi Kurikulum Pedoman Pembelajaranyaitu menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulanberdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, ataumedia lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkandalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikapjujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas,serta mengembangkan kemampuan berbahasa yangbaik dan benar. Pada pendekatan saintifik gurudiharapkan memberi kesempatan kepada siswa untukmengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.

Page 48: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

35

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatanmenuliskan atau menceritakan apa yang ditemukandalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikandan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswaatau kelompok siswa tersebut.

Pemanfaatan TIK dalam PembelajaranBerdasarkan Lampiran IV Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 81a Tahun 2013 Tentang ImplementasiKurikulum, Pedoman Umum Pembelajaran secaraprinsip, kegiatan pembelajaran merupakan prosespendidikan yang memberikan kesempatan kepadasiswa untuk mengembangkan potensi merekamenjadi kemampuan yang semakin lama semakinmeningkat dalam sikap, pengetahuan, danketerampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup danuntuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusipada kesejahteraan hidup umat manusia. Olehkarena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untukmemberdayakan semua potensi siswa menjadikompetensi yang diharapkan.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa pemanfaatanTIK dalam pembelajaran memberikan kontribusi yangbesar dalam peningkatan hasil belajar. PemanfaatanTIK dirasakan telah membantu memberikankemudahan dalam kegiatan pembelajaran. Hal inidirasakan oleh guru dan siswa yang tidak hanya dikota-kota besar tetapi sudah masuk daerah pelosok.Seperti dewasa ini TIK telah menyentuh kehidupanmasyarakat di daerah-daerah tertinggal, terpencil danterdepan yang dikenal dengan daerah 3T (Rivalinadan Siahaan, 2013).

Hasil penelitian di SMPN 4 Cijaku KabupatenLebak yang merupakan kategori daerah Terdepan,Terpencil dan Tertinggal (3T) menyebutkan bahwapemanfaatan TIK dalam pembelajaran telahmemberikan kontribusi bagi siswa terutama terkaitaspek pembelajaran yang lebih menarik, motivasibelajar meningkat, wawasan bertambah, danmeningkatkan harapan melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi, serta mengubah cita-citauntuk meraih hidup yang lebih baik. Sedangkankontribusi terhadap guru yaitu memacu untuk terus

belajar, mendalami kemampuan TIK, meningkatkanilmu pengetahuan, pendalaman substansi materipelajaran, dan metode pembelajaran (Anwas, 2013).

Penelitian lain di satuan pendidikan SD dan SMPdaerah perbatasan Sebatik Tengah, KabupatenNunukan Provinsi Kalimantan Utara. Hasilpenelitiannya menunjukan bahwa pemanfaatan TIKuntuk pembelajaran memberikan pengaruh yangpositif dalam meningkatkan nilai ujian akhir siswa baikuntuk siswa Sekolah Dasar (SD) maupun SekolahMenengah Pertama (SMP) untuk setiap matapelajaran yang diujikan (Waldopo, 2014).

Hasil penelitian tersebut telah menunjukan bahwapemanfaatan TIK dalam pembelajaran memberikanmanfaat bagi guru dan siswa. TIK seperti apa yangdapat meningkatkan kualitas pembelajaran? Berbagaipotensi TIK yang dirasakan seiring dengan pesatnyaperkembangan TIK memungkinkan bagi siswa danguru untuk mengakses sumber-sumber belajar yangdilengkapi dengan berbagai media audio, video,animasi, simulasi, dan multimedia. Hal ini akanmenumbuhkan motivasi siswa dalam memahamimateri pembelajaran. TIK dapat mengurangihambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktorjarak (letak geografis), waktu, dan tempat, sehinggaseseorang bisa mengakses berbagai sumber belajar,berkomunikasi, dan berkolaborasi dimana saja, kapansaja, dan dengan siapa saja.

Perlu diingat kembali bahwa TIK terdiri darikonsep teknologi informasi dan teknologi komunikasi.Teknologi informasi menekankan pada proses,manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologikomunikasi berkaitan dengan bagaimanamentransfer informasi kepada sasaran melaluiberbagai perangkat atau media komunikasi. Olehkarenanya, pemanfaatan TIK untuk pembelajarantidak hanya berbasis internet tetapi dapat berbasisteknologi online, offline, atau teknologi broadcast,misalnya audio, radio, video, televisi, web, multimediadan bentuk lainnya (Anwas, 2013).

Salah satu pemanfaatan TIK yang berbasis onlineadalah dengan memanfaatkan media sosial. Mediasosial merupakan fenomena yang tersebar luas saatini. Media sosial memungkinkan orang untukterhubung satu sama lain tanpa batas, saling berbagi,

Page 49: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

36

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

dan berkolaborasi. Media sosial dapat digunakanuntuk kepentingan pribadi, bisnis, dan pendidikan.Media sosial memungkinkan orang untukberhubungan kembali dengan teman, rekan kerjadan menghidupkan kembali hubungan masa lalu.Melalui media sosial orang berbagi foto, video, danberbagi informasi dengan sering update informasiyang berkaitan dengan kehidupan mereka. Selainitu, media sosial juga memfasilitasi kolaborasi untukproyek-proyek sekolah, organisasi, dan kegiatanmasyarakat.

Dalam pendidikan, media sosial memberikanpeluang baru yang menarik untuk pembelajaran.Media sosial dapat dimanfaatkan untuk menerapkanparadigma baru dalam berkomunikasi dan belajar.Wiki, blog, mikroblog, grup online dan forum,podcast, mashup Web, dunia maya, recommender/sistem evaluasi, repositori sosial, dan tag sosial/bookmark adalah beberapa aplikasi yangmemungkinkan untuk melakukan inovasi dalamkegiatan akses, manipulasi, pengolahan,pengambilan, presentasi, dan visualisasi informasidalam pembelajaran. Sehingga dalam hal ini mediasosial memungkinkan pembelajaran menjadidinamis, dapat diakses di mana-mana, mudah untukdidistribusikan, bersifat real time, kolaboratif, bersifatbottom up, dari banyak ke banyak, berdasarkansuatu nilai, dan bersifat personal (Bosman and Tom,2011). Pemanfaatan TIK lainnya yaitu denganmenggunakan email. Menurut Thorsen (2003), emailmerupakan sarana pembelajaran yang bersifatasynchronous, di mana email sebagai sarana belajaryang menawarkan media komunikasi yangmenghindari konflik penjadwalan (as cited in Dawley,2007).

Saat ini, orang yang memanfaatkan aplikasionline sudah tentu mempunyai akun email. Emaildalam pembelajaran merupakan salah satu saranayang memungkinkan terjadinya proses komunikasiantara siswa dan guru yang tidak terbatas pada zonawaktu. Manfaat lainnya juga memungkinkan wakturespons yang cepat untuk menjawab pertanyaansiswa. Email ini pun relatif mudah diperoleh denganbiaya rendah, dan mudah diakses melalui web.

Sarana lainnya yaitu dengan memanfaatkan

forum diskusi. Forum diskusi merupakan salah satusarana yang paling umum digunakan dalampembelajaran online. Forum diskusi memberikankemampuan untuk diskusi secara asynchronous(nonsimultaneous) yang terjadi selama periodewaktu yang ditentukan oleh instruktur. (Dawley,2007)

Forum diskusi dapat digunakan untuk seluruhkelas secara asynchronous atau diskusi kelompokkecil. Pada forum diskusi dapat melampirkandokumen, slideshow, dan presentasi grafis lainnya.Menurut Sherer & Shey (2002), diskusi secaraasynchronous memberikan siswa waktu untukmerenungkan jawaban mereka dan mengeditpekerjaan hasil tugas mereka sebelum dikirimkan(posting) di forum diskusi (as cited in Dawley, 2007)sehingga kondisi seperti ini akan mengakibatkanhasil pekerjaan siswa menjadi lebih baik. Bukanhanya karena tersedianya waktu untukmerefleksikan hasil pemikirannya dari waktu kewaktu, tetapi juga karena siswa menyadaripekerjaan dan potensi umpan balik yang dilihat olehrekan-rekannya dalam forum diskusi. MenurutGagne, Yekovich, & Yekovich Ferdig (1997),pengaruh teman sebaya pada proses pembelajaran,bahkan untuk pelajar dewasa, memiliki dampak yanglebih besar dari pada belajar dari guru atau instruktur(as cited in Dawley, 2007).

Forum diskusi juga dapat berfungsi sebagairuang publik bagi peserta diskusi sehingga akanmemberikan kesempatan kepada siswa untukmembuat koneksi dan mengembangkankemampuannya untuk membuat forum sendiritentang topik yang menarik. Pada forum diskusi,selain guru dan siswa, tamu ahli (pakar) juga dapatdiajak untuk berdiskusi.

Salah satu kelemahan dari forum diskusi iniadalah kurangnya umpan balik yang cepat. Dalamforum diskusi, dimungkinkan adanya posting yangmengandung ungkapan serangan terhadap siswalain sehingga harus dikendalikan oleh instruktur.Selain itu, perlu juga disepakati kode etik dalaminteraksi di forum.

Bentuk aktivitas pemanfaatan TIK lainnya yaitudengan memanfaatkan chatting dan instant

Page 50: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

37

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

messaging yang merupakan kebalikan dari forumdiskusi. Chatting dan instant messagingmenyediakan ruang kepada guru dan siswa untukberdiskusi secara sinkronous (real time). Komunikasisinkronous memberikan manfaat menciptakaninteraksi yang lebih spontan dan dapat berinteraksilebih mendalam mengenai topik tertentu.

Pada chatting dan instant messaging, siswa dapatberdiskusi tentang hal-hal yang baru serta dapatmelibatkan pembicara tamu di suatu kelas online.Instant messaging memungkinkan siswa untukmelakukan dialog secara real time.

Bentuk interaksi lainnya yang bersifat sinkronousadalah video konferensi (video conferencing). Videokonferensi merupakan bentuk komunikasi interaktifyang terjadi ketika dua orang atau lebih terlibat dalamtatap muka audio dan pertukaran visual yangmenggunakan kamera, mikrofon, monitor, danperangkat lunak dokumen. Kelebihan dari videokonferensi ini yang paling jelas adalah penggunaanvideo yang tentunya harus didukung oleh tingkatkoneksi yang memadai. Penggunaan videokonferensi ini biasanya dalam penyelenggaraanpendidikan dan pelatihan jarak jauh.

Bentuk pemanfaatan TIK lainya dalampembelajaran yaitu dengan menggunakan blog danwiki. Blog atau wiki merupakan sarana untukmengekspresikan potensi diri (self-express) dalamforum publik. Blog dan wiki banyak digunakan olehguru atau instruktur untuk mendukung prosespenulisan, refleksi dalam pembelajaran, memberikanpemberdayaan siswa, dan untuk mempromosikan idesiswa sebagai layaknya seorang ahli dalam prosesbelajar mereka sendiri. Setiap interaksi sosial dankolaborasi antara rekan siswa akan meningkatkanhubungan siswa/guru yang positif, mengembangkankemampuan berpikir kritis, dan meningkatkanfleksibilitas dalam proses belajar mengajar.

Menurut Ferdig & Trammel (2004), pemanfaatanblog dan wiki memberikan siswa pengalaman belajarotentik. Penekanannya memberikan pengalamanmenulis itu sendiri, bukan pada teknologinya. Blogjuga mempermuda guru untuk memberikan umpanbalik tertulis kepada siswa dalam bentuk komentarpada blog siswa yang telah diposting. Selain itu orang

tua peserta didik memiliki kesempatan untuk melihatdan berpartisipasi dalam pengalaman belajar siswa(as cited in Dawley, 2007).

Secara tidak langsung dengan pemanfaatan bogatau wiki ini akan menjadikan siswa memahamibagaimana menggunakan blog atau wiki dilingkungan kelas. Sehingga siswa kemudian mampumengambil keterampilan itu dan menggunakannyauntuk bekerja atau kepentingan pribadi. Blog jugadapat menggabungkan banyak fitur-fitur canggihseperti video, grafis, audio, add-in, mash-up, danhyperlink.

Berdasarkan bentuk-bentuk pemanfaatan TIKyang berbasis online maupun offline tersebut,seorang guru yang akan memanfaatkan TIK dalampembelajaran sebaiknya melakukan identifikasi jenisperalatan dan media seperti apa yang tepat untukdigunakan dalam proses pembelajaran. Identifikasiterhadap materi atau topik-topik yang akan dipelajaridengan menggunakan TIK merupakan langkah awalyang harus dilakukan. Kemudian identifikasi peralatanTIK yang tersedia di sekolah merupakan hal yangpenting, sehingga hal ini akan tertuang pada rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan disusunoleh guru.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang guruMuhammadiyah 1 Surabaya, yang mengembangkanRPP berdasarkan pada Kurikulum 2013 denganpendekatan saintifik dan terintegrasi dengan TelevisiEdukasi menyatakan bahwa RPP yangdikembangkan tersebut layak untuk dipergunakandan disebarluaskan. RPP tersebut merupakan RPPpada mata pelajaran matematika yang menggunakanmedia televisi dalam proses pembelajarannya(Martiningsih, 2014). Hal ini membuktikan bahwa gurudituntut kreativitasnya dalam menyusun RPP yangmengintegrasikan TIK berdasarkan kurikulum 2013.

Televisi Edukasi (TV Edukasi) merupakan siarantelevisi pendidikan yang diselenggarakan oleh PusatTeknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan danKebudayaan (Pustekkom) sejak tahun 2004. TelevisiEdukasi yang memiliki visi “Menjadi siaran yangsantun dan mencerdaskan” merupakan salah satusarana sumber belajar yang memanfaatkan TIK.Mencerdaskan masyarakat, menjadi tauladan

Page 51: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

38

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

masyarakat, menyebarluaskan informasi dankebijakan Kemendikbud, dan mendorong masyarakatgemar belajar merupakan misi dari TV Edukasi.Adapun program-program unggulan yang dapatdigunakan siswa dalam pembelajaran antara lain: 1)siaran pendidikan interaktif yang dirancang untukmembantu siswa dalam menghadapi ujian nasionaldan ujian akhir semester; 2) program budaya yangmemberikan informasi tentang budaya-budaya lokalyang ada agar dikenal luas oleh masyarakat; dan 3)program Kuis Kihajar yang mengajak siswa belajarsambal mengikuti kuis (Kurniawati, 2013).

Penelitian lainnya tentang Penggunaan PortalRumah Belajar pada siswa Kelas VII A SMPMuhammadiyah 1 Surabaya terhadap materiHimpunan pada mata pelajaran matematikamenunjukkan bahwa adanya peningkatan prestasibelajar siswa. Hasil penelitian tersebut menyatakanbahwa sebanyak 73,3% siswa yang tuntas belajar.Pada Siklus I siswa yang tuntas sebanyak 76,7% danpada SIklus II siswa yang tuntas sebanyak 93,3%.Hal ini menunjukan bahwa penggunaan mediapembelajaran yang berbasis TIK denganmenggunakan Portal Rumah Belajar memberikandampak positif terhadap hasil belajar siswa(Martiningsih, 2013).

Portal Rumah Belajar merupakan lamanpembelajaran yang menyediakan berbagai materibelajar dan fasilitas komunikasi serta interaksi antarkomunitas pendidikan. Rumah Belajar dikembangkanuntuk menjadi wadah dari berbagai kebutuhanfasilitas e-pembelajaran, bahan belajar berbasis web,fasilitas e-pembelajaran untuk pelatihan danpengembangan profesi berkelanjutan bagi guru dantenaga kependidikan. Rumah belajar terdiri dari fiturkelas maya, sumber belajar, Pengembangan ProfesiBerkelanjutan (PPB), buku kurikulum 2013 danwahana jelajah angkasa. Rumah belajar dapatdiakses melalui alamat http:\\belajar.kemdikbud.go.id.Salah satu fitur yang dapat digunakan guru dan siswadalam proses pembelajaran yaitu fitur SumberBelajar. Fitur Sumber Belajar menyediakan bahanbelajar Materi Pokok; Modul Online; PengetahuanPopuler; Multimedia Interaktif; dan Katalog Mediauntuk siswa SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Sumber

Belajar ini dapat digunakan sebagai bahan belajarsiswa baik yang bersifat pengayaan maupun sebagaibahan latihan. Sumber bahan belajar pada RumahBelajar dapat diunduh dan digunakan sesuaikebutuhan belajar siswa (Nurhayati, dkk, 2013).

Menurut Martiningsih (2013), pembelajarandengan menggunakan materi belajar yang tersediadi portal Rumah Belajar (yang dalam hal ini materiHimpunan) memunculkan suasana belajar yang lebihmenarik saat guru memberikan kesempatan siswauntuk mencoba, meningkatkan rasa tanggungjawabsiswa saat guru memberikan tugas individu pada tiapkelompok, memberikan rasa percaya diri saat siswamelakukan presentasi, dan menimbulkan suasanabelajar yang lebih menyenangkan.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telahdiuraikan di atas, pemanfaatan TIK dalampembelajaran telah memberikan pengaruh yangpositif dalam peningkatan hasil belajar. Potensi TIKini akan memberikan dukungan bagi guru dalampembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuaituntutan Kurikulum 2013.

Pemanfaatan TIK dalam Pendekatan SaintifikDalam konteks pendidikan, sesungguhnya peran

TIK adalah sebagai “enabler” atau alat untukmemungkinkan terjadinya proses pembelajaran yangefektif dan efisien serta menyenangkan. Jadi, TIKdijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan,bukan tujuan itu sendiri (Chaeruman, 2012).

Peran guru dalam proses pembelajaran yangmengintegrasian TIK yaitu memungkinkan seorangguru sebagai fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih,pengarah dan teman belajar. Kemudian dapatmemberikan pilihan dan tanggung jawab yang besarkepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar.

Pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaranyang hanya bertujuan untuk mempermudah gurumenyampaikan materi, di mana guru berperansebagai satu-satunya sumber informasi dan sumbersegala jawaban tidak ada bedanya denganpembelajaran konvensional yang menggunakan TIK.Sementara itu, bila dilihat dari sisi peran siswa,pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaranharus memungkinkan siswa menjadi partisipan aktif;

Page 52: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

39

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkinsebagaimana layaknya seorang ahli; belajar secaraindividu sebagai mana halnya juga kolaboratif dengansiswa lain.

Jika pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masihmembuat siswa tetap pasif, mereproduksipengetahuan (sekedar menghafal), seperti gurumengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana yang masih dominan adalah guru, sia-sialahteknologi tersebut diintegrasikan dalam prosespembelajaran yang dilakukan (Chareuman, 2012).Oleh karena itu, esensi kurikulum 2013 adalahmerubah paradigma praktek pembelajaran daripembelajaran tradisional menuju pembelajaranmodern yaitu pembelajaran yang berpusat pada gurumenuju kepada pembelajaran yang berpusat padasiswa. Karena sesungguhnya belajar itu terjadinyasaat siswa mengalami peristiwa belajar yaitu melihat,mendengar, merasakan, mencoba, melakukan,membuat, menilai, dan mempublikasikan. Sehinggakurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifikyang bertujuan untuk mengoptimalkan pengalamanbelajar pada diri siswa.

Adapun peran penting pemanfaatan TIK dalampembelajaran yaitu memberikan kesempatan kepadaguru untuk merancang pengalaman belajar yangbermakna dengan menggunakan teknologi (Eady &Lockyer, 2013). Namun demikian, tidak semua TIKdapat mendukung pembelajaran. Supaya prosespembelajaran itu terjadi maka guru harus merancangpembelajaran dengan menggunakan TIK sesuaidengan prinsip pembelajaran. Menurut Eady &Lockyer (2013), guru dapat menggunakan TIKsebagai sumber belajar dalam berbagai tujuan dancara, di antaranya yaitu: sebagai cara untukmemperkenalkan suatu topik pembelajaran, sebagaibagian dari pembelajaran atau demonstrasi, sebagaistimulus dalam kelompok diskusi atau seluruh kelas,sebagai alternatif dalam mengakses jenis teks yangberbeda, untuk melibatkan para siswa dalam kegiatanyang tidak mungkin dilakukan dalam kelas, dansebagai review atau kegiatan tambahan sesuaidengan tingkat kemampuan belajar siswa.

Bagaimana TIK digunakan dalam PendekatanSaintifik?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnyabahwa pendekatan saintifik terdiri atas kegiatanmengamati, menanya, menalar, mencoba, danmengomunikasikan. Kegiatan mengamati dapatberupa mencari informasi, melihat, mendengar,membaca, dan atau menyimak melalui bahan belajardigital (learning object). Di era teknologi ini, banyaksekali sumber belajar yang bisa diperoleh siswadengan mudah. Pencarian informasi dapat dilakukandi antaranya melalui buku elektronik, buku sekolahelektronik, multimedia pembelajaran, animasi/simulasi, video pembelajaran, slide presentasi,games, dan lain-lain. Dengan memanfaatkan TIK,aktivitas mengamati dapat dilakukan dengan lebihbervariasi dan menyenangkan.

Kegiatan mengamati yang berupa mencariinformasi, melihat, mendengar, membaca, dan ataumenyimak dapat dilakukan dengan menggunakansocial bookmarking. Sosial bookmarking adalah alatyang digunakan untuk mengingat dan mengatursumber-sumber online. Melalui sosial bookmarkingini siswa dan guru dapat menyimpan link situs ke satulokasi dan dapat diakses kembali melalui Internet.Link ini memungkinkan siswa dan guru untuk denganmudah menemukan situs di waktu yang lain. Contohyang termasuk situs social bookmarking yaituEdTags, Delicious, Google Reader, dan Diigo.Dengan menggunakan sosial bookmarking, siswadan guru dapat memanfaatkan potensi besar internetdengan berkolaborasi dan berbagi situs. Siswa danguru dapat mengakses dan mencari bookmark darikomputer manapun yang terhubung ke internet.Siswa dengan mudah dapat berkolaborasi denganrekan-rekan mereka dan guru, serta memberikankontribusi untuk proses belajar dan memvalidasisumber-sumber referensi yang dijadikan bahanbelajar.

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakantindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukandengan menggali dan mengumpulkan informasi dariberbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu,siswa dapat membaca buku yang lebih banyak,memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti,

Page 53: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

40

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatantersebut, terkumpul sejumlah informasi. DalamPermendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitasmengumpulkan informasi dilakukan melaluieksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,mengamati objek/kejadian/, aktivitas wawancaradengan narasumber dan sebagainya.

Adakah Peran TIK dalam Aktivitas Menanya?Aktivitas menanya yang dalam hal ini bertujuan

untuk membanguan pengetahuan dan metakognitif.Kegiatan menanya dapat dilakukan melalui bertanyajawab, beropini, dan berdiskusi melalui forum diskusionline, konferensi video, chating online, mailinglist,sms messenger, grup messenger, dan lainnya.Aktivitas menanya tidak hanya dilakukan saatkegiatan pembelajaran saja, namun siswa dapatbertanya terhadap guru atau teman lainnya di waktuyang lain melalui fasilitas tersebut. Hal ini akanmemberikan ruang bagi siswa yang memiliki kesulitandalam bertanya secara langsung. Adakalanya lewatmedia seseorang dapat mengungkapkan pertanyaandengan lebih lugas tanpa ada beban takut salah ataumalu saat bertanya.

Aktivitas mengasosiasi yang dilakukan dengancara menganalisis data, mengelompokan, membuatkategori, menyimpulkan, dan memperkirakan/memprediksi dapat diintegrasikan dengan TIKdengan menggunakan maindmapping, pengolahdata, pengolah kata, pengolah gambar,pemrograman, pengolah ilustrasi dan grafis. Kegiatanmenyimpulkan dalam pembelajaran denganpendekatan saintifik merupakan kelanjutan darikegiatan mengolah data atau informasi. Setelahmenemukan keterkaitan antar informasi danmenemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut,selanjutnya secara bersama-sama dalam satukesatuan kelompok, atau secara individual, siswamembuat kesimpulan.

Saat ini, siswa atau guru dapat melakukan sebuahanalisis dengan menggunakan media pengambilankeputusan sosial. Media ini dapat digunakan untukmengevaluasi ide-ide baru, ataupunmempertimbangkan beberapa pilihan. Salah satucontoh media pengambilan keputusan sosial yaitu

dengan menggunakan google survey. Misalnya siswaatau guru yang akan melakukan survei terhadapsuatu masalah dapat menggunakan google surveydengan membuat instrumen pertanyaan dankemudian meminta responden mengisinya secaraonline. Guru atau siswa dapat menggunakan mediaini untuk polling kelas atas pilihan buku yang akandijadikan bahan kajian, pemilihan proyek, bertukarpikiran dan memilih ide terbaik, untuk menilai hasilproyek kelas, atau untuk mendapatkan umpan balikpembelajaran.

Siswa dapat menggunakan TIK dalam melakukanaktivitas mencoba. Aktivitas mencoba yang meliputikegiatan merencanakan, merancang, danmelaksanakan eksperimen, serta memperoleh,megolah, dan menyajikan data dapat dilakukanmelalui online searching, pengolah data, virtual lab,maindmapping, diskusi online, kolaborasi online, danpengolah angka. Aktivitas mencoba ini sangatmembantu bagi sekolah yang masih dalamketerbatasan alat-alat laboratorium. Tetapi denganadanya fasilitas virtual lab, siswa dapat melakukanberbagai percobaan dengan berulang-ulangmeskipun dengan percobaan yang cukup berbahayajika dilakukan secara nyata tanpa biaya yang besardan tidak berbahaya. Siswa juga dapat melakukananalisis dan pengolahan data terhadap hasilpercobaan tersebut.

Aktivitas mengomunikasikan dalammenyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuklisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram atau grafikakan sangat menarik jika menggunakan TIK. Apalagiperkembangan TIK yang mendukung pembelajaransudah banyak dikembangkan pada saat ini. Siswadapat melakukan aktivitas mengomunikasikan melaluiblogging, microblogging, produk proyek, menulispaper, prakarya, slide presentasi, foto, video/audio,animasi/simulasi, dan games. Komunikasi melaluisarana TIK akan sangat diminati siswa di era gadgetini.

Siswa dapat menggunakan social blogging untukmembangun pemahaman dan mengomunikasikanpemahamannya kepada orang lain. MenurutAnderson dan Krathwohl (2001), yang dimaksuddengan pemahaman adalah membangun makna dari

Page 54: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

41

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

pesan lisan, tertulis, dan grafis melalui aktivitasmenafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi,meringkas, menyimpulkan, membandingkan, danmenjelaskan (as cited in White, 2011). Blog adalahmetode yang efisien untuk mempelajari apa yangdiketahui tentang topik yang spesifik dan tempat untukmenyampaikan ide-ide baru. Blog dapat memberikaninformasi melalui tulisan, gambar, video, musik, dan/atau audio. Contoh blog antara lain Edublogs,LearnerBlogWordpress, Google Blogger, Tumblr, danphotoblog. Siswa dapat menggunakan blog ini untukmeringkas konsep, artikel, dan sumber pentinglainnya yang digunakan dalam kelas. Guru dapatmenggunakan blog ini untuk manajemen kelasmisalnya meminta siswa untuk mengunggah tugaskelas, handout, dan menyediakan sebuah forumuntuk diskusi dan tanya jawab, serta dapat dijadikansebagai portofolio siswa. Contoh situs yang dapatdigunakan sebagai media komunikasi dan berbagimeliputi: berbagi video (YouTube, Metacafe, danUvouch), berbagi gambar (Flickr, Photobucket, SnapFish), dan penerbitan (Scribd, Writeboard, Pixton).

Menurut Chaeruman dalam paparannya tentangMetode Pembelajaran dan Pemanfaatan TIK (http://www.teknologipendidikan.net/2010/07/29/metode-pembelajaran-dan-pemanfaatan-tik/), jika mengacupada model strategi pembelajaran menurut Smaldino,dalam prakteknya guru melakukan prosespembelajaran menurut dua kategori yaitupembelajaran yang berpusat pada guru danpembelajaran yang berpusat pada siswa. Keduanyadiintegrasikan atau dipadukan sedemikian rupasehingga tercapai tujuan pembelajaran yangdiinginkan. Metode pembelajaran yang berorientasipada guru adalah presentasi, demonstrasi, tutorial,dan drill & practice. Sedangkan metode-metodepembelajaran yang berorientasi pada siswa adalahdiskusi, pembelajaran kooperatif (seperti project),problem-based learning, simulasi dan permainan.

Metode pembelajaran secara kreatif, diantaranyayaitu: pertama, metode presentasi denganmenggunakan TIK yang efektif, efisien dan menarik.Guru hendaknya memikirkan cara mengajar denganmenggunakan slide presentasi yang baik dari sisikualitas teknis slide presentasinya itu sendiri maupun

proses presentasi dengan menggunakan slidepresentasi tersebut. Hal ini perlu dipikirkan bagaimanacara mengawali/membuka, posisi berdiri, mimik,interaksi yang sebaiknya terjadi, dan lain-lain. Adapunaplikasi TIK yang dapat digunakan untuk presentasiantara lain adalah Open Office, MSOffice (MSPowerpoint), dreamweaver, dan lain-lain denganmengkombinasikan format media lain didalamnyasecara terpadu seperti audio (music, effect), video,animasi, gambar, grafik, dan lain-lain.

Kedua, metode tutorial dengan memanfaatkanTIK yang baik, efektif dan menarik. Tutorial adalahproses bimbingan yang dilakukan oleh guru secaraintensif. Secara tradisional, guru melakukanbimbingan langsung bagi siswa-siswa yang tertinggaldibanding dengan yang lain. Dewasa ini, denganadanya fasilitas komunikasi seperti chatting, forumkomunikasi, mailinglist, bahkan sms dan audio-conference menggunakan handphone sangatmemungkinkan (walau masih mahal dari sisi pulsayang harus dibayarkan). Pemahaman akan fungsitool-tool TIK, termasuk pemanfaatan tool jejaringsosial (social network) untuk pembelajaran,hendaknya ditanamkan dan diterapkan pada diri guru.

Ketiga, metode demonstrasi denganmemanfaatkan TIK. Demonstrasi, masih lebih baikdengan menggunakan obyek sebenarnya. Tapi untukbeberapa hal tertentu, karena keterbatasan tertentuseperti bahaya, waktu, biaya, jarak dan lainsebagainya, harus didemonstrasikan dengan caralain. TIK dalam hal ini sangat diperlukan. Contohnya,adalah bagaimana proses bunga mekar, dapatdisajikan dengan video (dalam bentuk slow motiontentunya). Gunung api di bawah laut, bisa disajikanmelalui video atau animasi, cara kerja otak bisadisajikan dengan animasi, cara kerja helikopter bisadisajikan dengan animasi dan bahkan simulasi, danlain-lain.

Keempat, metode drill and practice denganmenggunakan TIK. Saat ini, bentuk-bentuk soalapapun dengan jawaban apapun bisa dibuat dengansoftware tertentu sejauh itu bersifat obyektif (pilihanganda, benar salah, jawaban singkat). Urutanmunculnya soal secara acak dengan pilihan jawabanacak bisa dibuat dengan software tertentu. Drill and

Page 55: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

42

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

practice bisa disajikan secara online seperti bank soaldan uji kompetensi. Soal-soal bisa disajikan secaraoffline dalam bentuk CD-interaktif, atau bahkan bisadikirim melalui sms dengan memanfaatkan fasilitassms-gateway.

Kelima, metode diskusi dengan memanfaatkanTIK. Seorang guru dapat melakukan diskusi langsungsecara tatap muka di dalam kelas. Namun, saat iniseorang guru dapat memanfaatkan fasilitaskonferensi seperti text-based conference melaluikomputer (chatting) dengan memanfaatkanmessenger tertentu (seperti yahoo messenger).Bentuk lainnya, guru dapat memanfaatkan forumdiskusi seperti babaflash forum, atau diskusiweb.com.Fasilitas milist juga bisa dijadikan sarana forumdiskusi. Tantangan bagi guru yaitu bagaimanamembimbing forum yang dilakukan agar terarah,menantang dan menarik untuk siswa. Aktivitas forumdilakukan mulai dari memunculkan topik diskusi,membuat pertanyaan yang menantang dan memilikialasan yang kuat, dan seterusnya.

Keenam, pembelajaran kooperatif (cooperativelearning) dan pembelajaran berbasis masalah(problem-based learning) dengan memanfaatkan TIK.Guru secara kreatif memberikan tugas yangmenantang kepada siswa secara kelompok di manaproses pengerjaannya dan produk yang dihasilkansemuanya berbasis TIK. Misalnya dalam melakukankomunikasi antar anggota kelompok bisa dilakukanmelalui sms, email, chatting, dan lain-lain. Pencarianide bisa dilakukan melalui browsing di internet denganmemanfaatkan teknik searching yang efektif danefisien. Hasil pencarian siswa dapat disajikan dalamaneka ragam sajian berbasis TIK yang relevandengan kemampuan mereka, seperti animasi,gambar, slide presentasi, video atau kombinasi darisemuanya. Bentuk lainnya mungkin dapat berupasuatu proyek tertentu, tapi proses pengerjaannyadilakukan dengan memanfaatkan TIK yang relevan.

Ketujuh, metode permainan dan simulasiberbasis TIK. Metode permainan dan simulasi sangatmemungkinkan dilakukan oleh guru dan siswa dalampembelajaran. Banyak contoh permainan atausimulasi yang tersedia dan bisa dimanfaatkan siswa.Guru dituntut kreatif mencarinya melalui browsing dan

searching di internet. Guru yang sudah memilikikemampuan membuat media permainan dan simulasidapat memanfaatkannya dalam pembelajarannya,namun dibutuhkan tim khusus dalam pengerjaannya.

Salah satu keberhasilan guru dalammelaksanakan pembelajaran dengan pendekatansaintifik yang mengintegrasikan TIK adalahmerancang pembelajaran dan menuangkannyadalam RPP.

Seorang guru harus benar-benar memikirkan danmerencanakan aktivitas–aktivitas siswa dalamkegiatan mengamati, menanya, mengasosiasi,mencoba dan mengomunikasikan, serta menentukanTIK yang dapat digunakan. Fryer (2001) dalam modulRencana Pembelajaran yang Mengintegrasikan TIKyang ditulis oleh Chaeruman menjelaskan bahwa adadua pendekatan yang dapat dilakukan guru dalammenyusun RPP yang mengintegrasikan TIK, yaitu:1) pendekatan Pragmatis (theme-centered approach);dan 2) pendekatan software (software-centeredapproach). Pada pendekatan pragmatis, pragmatisatau tujuan pembelajaran dijadikan sebagai acuan.Secara sederhana langkah yang dilakukan adalah:1) menentukan pragmatis; 2) menentukan tujuanpembelajaran yang ingin dicapai; dan 3) menentukanaktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK(seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alatkomunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya)yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajarantersebut (Chaeruman, 2010).

Contoh, seorang guru akan mengajarkan tentang“perubahan zat”, maka dengan mengacu pada KD danindikator, guru tersebut akan menentukan tujuanpembelajaran yang diharapkan untuk dicapai oleh siswadan menentukan aktivitas pembelajaran yang terdiri darikegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup yangdi dalamnya terdapat aktivitas mengamati, menanya,mengasosiasi, mencoba, dan mengomunikasikan.Dalam menentukan aktivitas untuk kegiatan awal, intidan penutup tentunya guru tersebut juga harusmenentukan aktivitas-aktivitasnya dan TIK (sepertimodul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM,bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasisinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan.

Page 56: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

43

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

Salah satu kelebihan utama dari pendekatan iniadalah pembelajaran yang dirancang secara ideal.Oleh karena itu, fasilitas TIK seperti tercantum dalamRPP tersebut harus tersedia. Namun demikian,kelemahannya yaitu jika fasilitas TIK tidak menunjang,pembelajaran akan menjadi kurang optimal.

Pendekatan yang kedua yaitu pendekatansoftware. Pada pendekatan software, kondisi dankesiapan atau keberadaan fasilitas TIK-nya yangdijadikan sebagai patokan, sehingga dalampendekatan software berangkat dari apa yang dimilikiatau apa yang ada di sekolah maupun lingkungansekitar. Dalam pendekatan ini, langkah pertamadimulai dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku,modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM,bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasisinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada ataumungkin bisa dilakukan atau digunakan. Kemudian,dengan kondisi TIK yang ada tersebut, guru memilihParagmatis-Paragmatis apa yang bisa didukung olehkeberadaan TIK tersebut. Selanjutnya gurumerencanakan strategi pembelajaran yang relevanuntuk mencapai kompetensi dasar dan indikatorcapaian hasil belajar dari Paragmatis mata pelajarantersebut.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013menuntut adanya perubahan terhadap guru dansiswa dalam pembelajaran. Salah satu perubahantersebut yaitu implementasi pendekatan saintifik(pendekatan ilmiah) dalam pembelajaran di kelas.Tuntutan perubahan guru di antaranya yaitumerancang pembelajaran (RPP) denganpendekatan saintifik yang mengintegrasikan TIK,mengembangkan berbagai metode pembelajaranyang kreatif dengan mengintegrasikan TIK, gurulebih berperan sebagai fasilitator, kolaborator,mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar sertadapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yangbesar kepada siswa untuk mengalami peristiwabelajar. Adapun tuntutan terhadap siswa yaitu siswadituntut sebagai partisipan aktif, menghasilkan karyadan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan,

serta berpartisipasi sebanyak mungkin baik saatbelajar secara individu maupun kolaboratif dengansiswa lain, melakukan eksplorasi dalam berbagaiaktivitas mulai dari melihat, menanya, menalar,mencoba, dan mengomunikasikan denganmenggunakan TIK sebagai sarananya.

Peran TIK dalam pembelajaran saintifik diantaranya yaitu memberikan kesempatan kepadaguru untuk merancang pengalaman belajar yangbermakna dengan menggunakan teknologi,memberikan peluang kepada guru untukmengembangkan kreativitasnya dalam prosespembelajaran sehingga mampu menciptakansuasana pembelajaran yang berpusat pada siswa,menarik, dan menyenangkan, sebagai wahanainteraktif untuk diskusi bagi guru dan siswa baiksinkronous maupun asinkronous, membangunkreativitas siswa dalam mengakses berbagaisumber belajar serta sarana berbagi (sharing) hasilkarya siswa sesuai tuntutan keterampilan abad 21.

SaranUntuk mendukung terpenuhinya tuntutan

perubahan terhadap guru dan siswa dalampelaksanaan pembelajaran dengan pendekatansaintif ik yang mengintegrasikan TIK sesuaiKurikulum 2013, perlu dikembangkan berbagaimedia TIK yang bisa dimanfaatkan guru dalampembelajaran baik secara offline maupun online.Media pembelajaran dengan teknologi offline yangberisi bahan ajar yang berbentuk teks, audio, video,animasi, simulasi, multimedia interaktif dapatdikemas dalam bentuk CD atau DVD disebarkan kesekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Adapun mediapembelajaran dengan teknologi online dapatdisajikan dalam web yang mudah diakses oleh gurudan siswa di Indonesia, misalnya bahan ajar yangterdapat di Portal Rumah Belajar, web TV Edukasiyang menyediakan siaran live streaming dan VOD(Video On Demand), serta web Suara Edukasi yangmenyediakan bahan ajar dalam bentuk audio.Disamping itu, perlu juga ada pelatihan-pelatihanbagi guru dalam memanfaatkan peralatan TIK untukpembelajaran, serta dukungan pihak sekolah danberbagai pihak terkait dalam membantu

Page 57: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

44

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

DAFTAR PUSTAKAAnwas, Oos M. 2013. Kontribusi Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Daerah Tertinggal. Jakarta: Jurnal

Teknodik Vol 17, No 3, September 2013. Pustekkom, Kemdikbud.

Anwas, Oos M. 2013. Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Jurnal

Teknodik Vol 17, No 1, Maret 2013. Pustekkom, Kemdikbud.

Atsnan, M.F dan Gazali, Rahmita Yuliana. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran matematika SMP

Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Guruan

Matematika pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Guruan Matematika FMIPA UNY. eprints.uny.ac.id/10711/1/

Daftar%20Isi.pdf diakses tanggal 24 Februari 2015.

Bosman and Tom Zagenczyk. 2011. Revitalize Your Teaching: Creative Approaches to Applying Social Media in the Classroom.

Chapter 1 dalam Bebo White, Irwin King, Philip Tsang (Eds.) Social Media Tools and Platforms in Learning Environments.

Heidelberg: Springer-Verlag Berlin.

Chaeruman, Uwes A. 2012. Mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran. Jakarta:

Pustekkom, Kemdikbud.

Chaeruman, Uwes A. 2014. Pembelajaran Saintifik yang Mengintegrasikan TIK. Bahan Presentasi pada Seminar Nasional

“Pengembangan Profesi Guru Sain Melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum

2013. http://www.slideshare.net/uweschaeruman diakses tanggal 11 Februari 2015.

Chaeruman, Uwes A. 2013. Pemanfaatan TIK Dalam Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013. Bahan Presentasi. http://

www.slideshare.net/uweschaeruman diakses tanggal 11 Februari 2015.

Chaeruman, Uwes A. 2010. Metode Pembelajaran dan Pemanfaatan TIK. http://www.teknologipendidikan.net/2010/07/29/

metode-pembelajaran-dan-pemanfaatan-tik/ diakses tanggal 10 Februari 2015.

Chaeruman, Uwes A. 2010. Pengembangan Rencana Pembelajaran Yang Mengintegrasikan TIK. Modul 3 Pelatihan

Pengembangan Konten Jardiknas Tingkat Nasional Tahun 2010. Jakarta: Pustekkom, Kemdiknas.

Dawley, Lisa. 2007. The Tools for Successful Online Teaching. USA: Boise State University.

Eady, Michelle J & Lockyer, Lory. 2013. Tools for Learning: Technology And Teaching Strategies. University of Wollongong.

Research Online. http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1413&context=asdpapers diakses tanggal 14 Februari

2015.

Framework For 21st Sentury Learning. http://www.p21.org/about-us/p21-framework, diakses 19 Maret 2015.

Kemdikbud. 2013. Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun

2013 Tentang Implementasi Kurikulum, Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru. Implementasi Kurikulum 2013 SMP/Mts Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kurniawati, Ika. 2013. Evaluasi Sistem Pemanfaatan TV Edukasi. Jakarta. Jurnal Teknodik Vol 17, No 3, September 2014.

Pustekkom, Kemdikbud.

Lazim, M. 2013. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013. <https://www.google.com/

webhp?source id=chrome- ins tan t& ion=1&espv=2&ie=UTF-8#q= langkah- langkah+pendeka tan+

saintifik&revid=1727758164> diakses tanggal 14 Februari 2015.

Logston – Blizzard Bag Day 1.pdf. Student Scientists:The Scientific Method. www.elcsd.k12.oh.us/Downloads/Logston%20-

%20Blizzard%20Bag%20Day%201%20.pdf, diakses 4 Maret 2016.

Martiningsih, Rr. 2014. Pengembangan RPP Kurikulum 2013 Terintegrasi Televisi Edukasi. Jakarta. Jurnal Teknodik Vol 18,

No 3, Desember 2014. Pustekkom, Kemdikbud.

memfasil itasi para guru untuk memenuhiketersediaan sarana TIK di sekolah.

.

Page 58: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

45

Ai Sri Nurhayati: Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran berbasis pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013

Martiningsih, Rr. 2013. Peningkatan Prestasi Belajar Himpunan Melalui Penggunaan Portal Rumah Belajar. Jakarta. Jurnal

Teknodik Vol 17, No 1, Maret 2013. Pustekkom, Kemdikbud.

McLelland, Christine V. The Nature Of Science and The Scientific Method. GSA Distinguished Earth Science Educator in

Residence. The Geological Society Of America http://www.geosociety.org/educate/NatureScience.pdf diakses 8 Maret

2016

Nurhayati, Ai Sri, dkk. 2013. Pedoman Pemanfaatan Rumah Belajar. Jakarta: Pustekkom. Kemdikbud.

Rivalina, Rahmi dan Siahaan Sudirman.2013. As eited ini Dawley.2009.

Scientific method for Kids. www.nysipm.cornell.edu/teaching_ipm/sole/green_sci/scientific_method.pdf diakses 4 Maret 2016.

Tamimuddin, Muh. 2013. E-Learning dan Pembelajaran Abad 21 (Best Practice E-Learning PPPPTK Matematika). Makalah

pada Seminar Nasional Pemanfaatan TIK Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013, PPPPTK Matematika, 11 Mei

2013 http://www.p4tkmatematika.org/seminar2013/Makalah-Seminar-Tamim.pdf diakses 19 Maret 2015.

Warsihna, Jaka. 2014. Peran TIK Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar Sesuai Kurikulum 2013. Jakarta: Jurnal Teknodik

Vol 18, No 2, Agustus 2014. Pustekkom, Kemdikbud.

Waldopo. 2014. Pengaruh Pemanfaatan TIK Pembelajaran Terhadap Nilai Ujian Akhir di Daerah Perbatasan. Jakarta.

Jurnal Teknodik Vol 18, No 2, Agustus 2014. Pustekkom, Kemdikbud.

Ucapan Terima KasihPenulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Purwanto, M.Pd yang telah

membimbing dan memberi masukan pada penulisan artikel ini.

*******

Page 59: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

46

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Page 60: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

47

Herwina Bahar, Imam Mujtaba, Ismah: Penerapan Model Pembelajaran Termatik berbasis Asmaul Husna untuk Meningkatkan Nilai-nilaiReligius

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS ASMAULHUSNA UNTUK MENINGKATKAN NILAI-NILAI RELIGIUS

THE APPLICATION OF THEMATIC LEARNING MODEL BASED ONASMAUL HUSNA TO INCREASE RELIGIOUS VALUES

Herwina Bahar; Imam Mujtaba; IsmahFakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jl. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu-Ciputat, Tangerang Selatan, [email protected]; [email protected]; [email protected]

Diterima tanggal: 17 Maret 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 27 Maret 2016, disetujui tanggal: 15 April 2016

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menanamkan nilai-nilai religius yang menyangkut konseptentang ketuhanan, ibadah, dan moral sejak usia dini sehingga mampu membentuk religiusitas anak yang mengakarsecara kuat dan mempunyai pengaruh sepanjang hidup. Penelitian ini mendeskripsikan penerapan model pembelajarantematik berbasis asmaul husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School FakultasIlmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatanpenelitian tindakan kelas (classroom action research) yang diterapkan melalui tiga siklus tindakan. Teknik pengumpulandatanya diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkanbahwa penerapan model pembelajaran tematik berbasis asmaul husna sangat efektif untuk meningkatkan nilai-nilaireligius pada anak usia dini. Efektivitas penerapan model tersebut dapat dilihat pada beberapa perubahan positif, baikyang terjadi pada guru maupun yang terjadi pada diri peserta didik, terutama perubahan pada peningkatan nilai-nilaireligius dalam kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi pihak-pihak terkait sepertiTaman Kanak-Kanak Islam untuk dapat menerapkan model pembelajaran tematik berbasis asmaul husna. Selain itu,model pembelajaran tematik berbasis asmaul husna dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang menunjangkeberhasilan pendidikan karakter yang islami.

Kata kunci: model pembelajaran tematik, asmaul husna, nilai religius, anak usia dini

Abstract: The background of this research is the desire to implant religious values of God concept, worship, andmorals since early aged-children so that it can create strong religious characters to them that will give lifelong impacts.The research is aimed to describe the implementation of asmaul husna based-thematic-learning-model to increasereligious values held by early-aged children at Lab School Kindergarten of Educational Faculty – MuhammadiyahUniversity, Jakarta. This research applies descriptive method of action research (classroom action research) implementedthrough three cycles of action. The data is collected through observation, interviews, documentation studies, andliterature. The results shows that the implementation of asmaul husna based-thematic-learning-model is very effectivein increasing religious values held by early-aged children. It can be seen from some positive changes experienced bythe teachers as well as by the children (students), especially in the teaching-learning process activities. The result isexpected to inspire related parties such as Islamic Kindergartens to apply asmaul husna based-thematic-learning-model because it is one of the models that can support the success of Islamic character teaching.

Keywords: thematic learning model, asmaul husna, religious values, early aged children

Page 61: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

48

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PENDAHULUANFenomena tindak kriminal akan meningkat pada

saat ekonomi semakin sulit dan angka pengangguransemakin tinggi. Di Indonesia, pelaku kriminal berasaldari beragam usia, mulai dari anak-anak hinggadewasa. Perkembangan teknologi informasimenambah cepatnya penyebaran informasi.Dibutuhkan bantuan semua pihak untuk dapatmeminimalkan tindak kriminalitas, di antaranya pihaksekolah melalui penanaman pendidikan yang mampumenanamkan nilai-nilai religius pada anak sejak dinisehingga mengakar dalam diri mereka sepanjanghidup.

Anak usia dini adalah kelompok anak yangberada dalam proses pertumbuhan danperkembangan yang bersifat unik. Mereka memilikipola pertumbuhan dan perkembangan yang khusussesuai dengan tingkat pertumbuhan danperkembangannya (Mansur, 2005:88). Anak usia dinimemiliki karakteristik, yaitu: 1) memiliki rasa ingin tahuyang besar; 2) merupakan pribadi yang unik; 3) sukaberfantasi dan berimajinasi; 4) masa potensial untukbelajar; 5) memiliki sikap egosentris; 6)memiliki rentandaya konsentrasi yang pendek; dan 7) merupakanbagian dari mahluk sosial (Hartati, 2005:8-9). Olehkarena itu, diperlukan penanganan yang benar dalammemperlakukan anak usia dini, khususnya oleh parapendidik, orang tua, dan masyarakat dalam prosesperawatan, pengasuhan, dan pendidikan. Denganmenciptakan aura dan lingkungan yang baik, anakdapat mengeksplorasi pengalamannya yangdiperolehnya dari lingkungan melalui caramengamati, meniru dan bereksperimen denganmelibatkan seluruh potensi kecerdasannya.

Pembelajaran yang memisahkan secara tegaspenyajian mata pelajaran hanya akan membuahkankesulitan bagi setiap anak karena akan memberikanpengalaman belajar yang bersifat artificial ataupengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh karenaitu, proses pembelajaran terutama untuk kelas-kelasawal, harus memperhatikan karakteristik anak yangakan menghayati pengalaman belajar tersebutsebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasanpembelajaran harus dirancang secara tepat karenaakan berpengaruh terhadap kebermaknaan

pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yangmenunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, akan memberipeluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif danlebih bermakna (meaningful learning). Idealnya,pembelajaran secara integralistik atau terpadudidefinisikan sebagai sebuah pendekatan dalampembelajaran sebagai suatu proses untukmengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatumata pelajaran dengan semua aspek pengembangananak, kebutuhan, dan minat anak, serta kebutuhandan tuntutan lingkungan sosial keluarga (Saud, dkk,2006:5).

Selain itu, upaya-upaya untuk melejitkan semuapotensi anak, baik motorik, bahasa, kognitif,emosional, dan sosial dengan mengedepankankebebasan memilih, merangsang kreativitas, danpenumbuhan karakter yang berlandaskan kepadasifat-sifat Illahiyah akan mendorong anak untuk lebihmengenal Allah lebih dekat.

Hasil penelitian tentang “Strategi PembelajaranKeagamaan Model Tematik di Madrasah DiniyahTakmiliyah An-Nidzamia Palengaan Pamekasan”,menunjukkan bahwa hasil pembelajaran yang efektiftercermin pada peserta didik aktif, menyenangkan,komunikasi metakognitif sehingga prestasi belajarpeserta didik lebih efektif (Atiqullah, 2012).

Selain itu, hasil penelitian dengan judul“Penerapan Pembelajaran Tematik untukMeningkatkan Hasil Belajar IPA Pada MateriLingkungan Siswa Kelas I SD Negeri 018 LetawaKecamatan Sarjo Kabupaten Mamuju Utara”,menunjukkan peningkatan hasil belajar siswaberdasarkan ketuntasan belajar (Masdiana, dkk.,2014). Dengan demikian, pembelajaran tematik dapatmeningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dibutuhkan pengembangan sebuah modelpembelajaran terpadu berbasis tematik baik secarajenjang maupun model pembelajaran yang didesainsesuai kebutuhan anak, sehingga akan tercipta hasilbelajar yang maksimal dan optimal dalammerangsang tumbuh kembang anak sesuai denganusia, perkembangan fisik, mental intelektual, sosialmaupun emosional. Melalui pembelajaran tematik,peserta didik dapat memperoleh pengalaman

Page 62: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

49

Herwina Bahar, Imam Mujtaba, Ismah: Penerapan Model Pembelajaran Termatik berbasis Asmaul Husna untuk Meningkatkan Nilai-nilaiReligius

langsung sehingga dapat menambah kekuatan untukmenerima, menyimpan, dan menerapkan konsepyang telah dipelajarinya.

Model pembelajaran yang terintegrasi dengankegiatan anak dapat menambah pengenalan anaksecara lebih dekat kepada Allah yaitu melaluipenerapan model pembelajaran tematik berbasisAsmaul Husna. Penerapan model pembelajarantematik berbasis Asmaul Husna diharapkan dapatmeningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini.Dalam penelitian ini, rumusan masalahnya adalah:(1) bagaimana penerapan model pembelajarantematik berbasis Asmaul Husna; dan (2) apakahpenerapan model pembelajaran tematik berbasisAsmaul Husna dapat meningkatkan nilai-nilai religiuspada anak usia dini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipersentase peningkatan nilai-nilai religius pada anakusia dini setelah diterapkan model pembelajarantematik berbasis Asmaul Husna. Hasil penelitian inidiharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru dalammenerapkan model pembelajaran pada anak usia dinisehingga mampu meningkatkan nilai-nilai karakterreligius pada anak usia dini.

KAJIAN LITERATURPembelajaran Tematik

Pembelajaran merupakan pendekatan belajaryang memberi ruang kepada anak untuk berperanaktif dalam kegiatan belajar (Yunanto, 2004:4). Temamerupakan alat atau wadah untuk mengedepankanberbagai konsep kepada anak didik secara utuh(Kunandar, 2007:311). Pembelajaran yangmenggunakan tema adalah untuk mengaitkan materi-materi pelajaran yang diberikan di kelas sehinggadapat memberikan pengalaman yang bermaknakepada peserta didik. Oleh karena itu, pembelajarantematik terpadu adalah pembelajaran denganmemadukan beberapa mata pelajaran melaluipenggunaan tema, di mana peserta didik tidakmempelajari materi mata pelajaran secara terpisah,semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasarsudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaranyang diikat dengan tema (Kemendikbud, 2013:7).

Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan diantaranya, yaitu: (1) menyenangkan karenaberangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik;(2) memberikan pengalaman dan kegiatanpembelajaran yang relevan dengan tingkatperkembangan dan kebutuhan peserta didik; (3) hasilbelajar dapat bertahan lama karena lebih berkesandan bermakna; (4) mengembangkan keterampilanberpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yangdihadapi; (5) menumbuhkan keterampilan sosialmelalui kerja sama; (6) memiliki sikap toleransi,komunikasi dan tanggap terhadap gagasan oranglain; (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyatasesuai dengan persoalan yang dihadapi dalamlingkungan peserta didik (Kunandar, 2007:315).

Pembelajaran Berbasis Asmaul HusnaPengertian Asmaul Husna adalah nama-nama

atau sebutan-sebutan yang menunjukkan suatu sifatyang tidak ada bandingannya dan termasuk sifatqadim (azali) bukan pemberian manusia tetapi AllahSWT sendirilah yang telah menanamkan zat Allahdengan nama-nama tersebut sejak semula danseterusnya (Samiy, 2006:26). Di dalam Al Qur’an,nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut:

Artinya: hanya milik Allah asmaa-ul husna, Makabermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yangmenyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapatbalasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Kemudian dijelaskan lagi pada hadits Nabi SAW:

Artinya: “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 namayaitu 100 kurang 1, barang siapa yang menjaganyaakan masuk surga (H.R Bukhori dan Muslim).”

Page 63: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

50

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Penerapan Asmaul Husna pada pembelajaranmerupakan ciri khas pendidikan Islam. PendidikanIslam adalah upaya mengembangkan, mendorong,serta mengajak peserta didik untuk lebih dinamisdengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dankehidupan yang mulia (Nizar, 2002:31-32). Denganproses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadipeserta didik yang lebih sempurna, baik yangberkaitan dengan potensi, akal, perasaan maupunperbuatannya.

Terdapat kerja sama timbal balik antara ketigalingkungan pendidikan untuk mengembangkan diripeserta didik. Karakter atau akhlak yang baik akannampak jika melakukan kerjasama ketiga lingkunganseperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:(1) lingkaran adalah hasil kerjasama ketigalingkungan; (2) garis putus-putus menerangkanbahwa masing-masing lingkungan ingin menjadikananak sebagai anggota masyarakat yang baik; (3)anak berada di posisi sentral yang menjadi pusatlingkaran untuk dipengaruhi melalui pendidikan; dan(4) segitiga merupakan perpaduan kerjasama yangerat ketiga lingkungan dengan tujuan yang samayakni menghasilkan peserta didik yang berkarakteratau berakhlak.

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalamPembelajaran

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikankarakter bisa terlaksana atau terinternalisasi dalamproses pembelajaran das sollen dengan melakukanthree in one, yaitu: Pertama, pembelajaran yangmemberikan pengetahuan dan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik sesuai denganpedoman dan petunjuk yang ditetapakan. Kedua,

mendidik, di mana guru memberi contoh tuntunan,petunjuk dan keteladanan yang dapat diterapkan atauditiru peserta didik dalam sikap dan perilaku yang baik(akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-haripeserta didik. Ketiga, melatih, di mana gurumembimbing dan memberi contoh dan petunjukpraktis yang berkaitan dengan gerakan, ucapan danperbuatan lainnya (Dewantara, 2012:8-10).Selanjutnya, perhatikan gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2: Pola Pengembangan Karakter

Pola yang ditunjukkan pada gambar 2 di atas tidakbisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.Semuanya saling berkaitan dalam membentukkarakter anak. Oleh karena itu, proses pendidikankarakter tidak selayaknya diajarkan dengan carasempit, karena hal itu akan menjadikan peserta didikmempunyai kecenderungan pemikiran yang sempit.Pendidikan karakter pada anak usia dini dalamkonsep agama tidak melihat bahwa karakter yang adadalam diri anak adalah produk dialektika denganpengalaman historisnya dan sejarah hubungannyadengan orang lain. Keberagamaan yang dialami olehanak semacam itu hanya akan menghasilkan sosokyang mengetahui halal dan haram berdasarkan teksyang ditafsirkan secara saklek dan selektif atauditafsirkan sesuai dengan kepentingan tertentu (Muin,2011:316-317).

Selanjutnya, proses internalisasi atau penanamannilai-nilai pendidikan karakter ditempuh melaluibeberapa tahapan. Pertama, transformasi nilai. Tahapini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh gurudalam menginformasikan nilai-nilai pendidikankarakter, melalui komunikasi verbal antara guru danpeserta didik. Kedua, tahap transaksi nilai. Dalamtahap ini, pendidikan karakter disajikan dengan jalan

Kreativitas dankarakter akanberkembangdengan sendirinyabila aspek kognitif,afektif danpsikomotorikdikembangkan disekolah

123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567123456789012345678901234567

PsikomotorikMelatih

123456789012345678901234512345678901234567890123451234567890123456789012345123456789012345678901234512345678901234567890123451234567890123456789012345123456789012345678901234512345678901234567890123451234567890123456789012345123456789012345678901234512345678901234567890123451234567890123456789012345

KognitifMengajar

1234567890123456789123456789012345678912345678901234567891234567890123456789123456789012345678912345678901234567891234567890123456789123456789012345678912345678901234567891234567890123456789123456789012345678912345678901234567891234567890123456789

AfektifMendidik

Gambar 1: Sketsa Lingkungan Pendidikan

Page 64: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

51

Herwina Bahar, Imam Mujtaba, Ismah: Penerapan Model Pembelajaran Termatik berbasis Asmaul Husna untuk Meningkatkan Nilai-nilaiReligius

melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antarapeserta didik dengan guru yang bersifat timbal balik.Ketiga, tahap trans-internalisasi. Tahap ini jauh lebihmendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini, bukanhanya dilakukan dengan komunikasi verbal,melainkan juga melalui sikap mental dan kepribadianke dalam jiwa peserta didik. Oleh karena itu, padatahap ini komunikasi kepribadian yang dijalankan gurukepada peserta didik lebih dominan dan berperangsecara aktif (Muhaimin, 2003:153).

Beberapa nilai dalam pembelajaran disajikanpada tabel 1. Nilai-nilai pendidikan karakter pada tabel1 tidak akan ada artinya bila hanya menjadi tanggungjawab guru semata dalam menanamkannya kepadapeserta didik. Perlu bantuan seluruh komponenmasyarakat untuk mewujudkan terciptanya tatanankomunitas yang dijiwai oleh sebuah sistem pendidikanyang berbasis karakter (Sahlan dan Prastyo,2012:40). Masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai pendidikan karakter akan memiliki spirit dandisiplin serta tanggung jawab, kebersamaam,keterbukaan, kejujuran, semangat hidup, sosial, danmenghargai orang lain, serta persatuan dan kesatuan.

Berdasarkan pemahaman tersebut, pendidikankarakter perlu ditanamkan secara terus meneruspada anak didik, sehingga akan menjadi kebiasaanbagi anak didik muslim. Bahkan orang yang berhasildalam bidangnya masing-masing umumnyamempunyai sikap konsistensi yang tinggi dalammemegang nilai yang dianutnya.

Dalam menanamkan nilai-nilai pendidikankarakter, guru menjadi kunci. Oleh sebab itu, gurudalam perspektif dunia pendidikan adalah salah satukomponen yang menjadi indikator kemajuanpendidikan, hal ini disebabkan karena gurumemegang peranan penting dalam mencerdaskanpeserta didik. Tentu saja pernyataan ini harus diiringikerja profesional yang merupakan sebuahkeniscayaan dalam proses pendidikan. Guru harusmemiliki komitmen seperti yang sudah dibangun olehcendikiwaan pendidikan Ki Hajar Dewantara yangberbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangunkarsa, dan tut wuri handayani (Dewantara, 2012).

Melalui pendidikan, manusia dapat memasukidimensi kehidupan yang ideal. Salah satu dimensi

kehidupan ideal Islam diantaranya adalahmengandung nilai yang dapat (mengintegrasikan)memadukan antara kepentingan hidup dunia danakhirat (Arifin, 1994:120).

Tabel 1: Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran (PusatKurikulum, Kemendikbud, 2010:9-10)

Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksa-nakan ajaran agama yang dianutnya, toleranterhadap pelaksanaan ibadah agama lain, danhidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Jujur Perilaku yang didasarkan pada upayamenjadikan dirinya sebagai orang yang selaludapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,dan pekerjaan.

Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargaiperbedaan agama, suku, etnis, pendapat,sikap, dan tindakan orang lain yang berbedadari dirinya.

Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertibdan patuh pada berbagai ketentuan danperaturan.

Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagaihambatan belajar dan tugas, sertamenyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untukmeng-hasilkan cara atau hasil baru dari sesuatuyang telah dimiliki.

Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudahtergantung padaorang lain dalammenyelesaikan tugas-tugas.

Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yangmenilai sama hak dan kewajiban dirinya danorang lain.

Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selaluTahu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam

dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,dilihat, dan didengar.

Semangat Cara berpikir, bertindak, dankebangsaan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di ataskepentingan diri dan kelompoknya.

Cinta Tanah Cara berfikir, bersikap, dan berbuatAir yang menunjukkan kesetiaan

NILAI Deskripsi

Page 65: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

52

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Nilai adalah suatu kualitas atau penghargaanterhadap sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentutingkah laku seseorang (Hazlitt, 2003: 32). Oleh karenaitu, sangat tepat jika nilai religius menjadi salah satunilai karakter dalam pembelajaran untuk menentukansikap positif anak seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Selain itu, hasil penelitian yang berjudul“Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak UsiaPra Sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu(TK IT) Az-Zahra Sragen” menunjukkan bahwamenanamkan nilai-nilai religius pada anak (aqidah,syari’ah dan mua’malah) secara efektif memiliki fungsi:1) mencegah (preventif), yakni mencegah kerusakanmoral yang lebih tinggi; 2) mengobati (kuratif), yaknimengobati kerusakan moral yang dialami oleh anak;dan 3) mengembangkan (developmental), yaknimengembangkan nilai-nilai yang telah tertanam dalamdiri anak supaya tetap tertanam dan bahkan lebih dapatmengembangkan nilai-nilai yang tertanam pada dirianak (Setyoko, 2004).

METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak

(TK) Lab School Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitasMuhammadiyah Jakarta, yang berlokasi di Cirendeu,Ciputat, Tangerang Selatan. Subjek penelitian adalahpeserta didik kelompok A usia 4-5 tahun yangberjumlah 10 anak pada semester genap tahunakademik 2014-2015. Secara umum, karakteristikpeserta didik dikategorikan hampir sama dalam halemosional dan pengetahuan. Hal ini memudahkanpeneliti dalam melakukan tindakan dikarenakan tidakada peserta didik yang dominan sehingga harusmendapatkan perlakuan khusus.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Mei2015. Pada kurun waktu tersebut, kegiatanpembelajaran sedang berjalan efektif sehinggamemungkinkan peneliti untuk melakukan tindakanpenelitian. Penelitian meliputi berbagai rencanapersoalan penelitian yang dilakukan, sehingga dapatmemberi suatu pemahaman yang lebih mendalammengenai penelitian yang dilakukan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalahobservasi untuk mengetahui peningkatan nilai-nilaireligius anak, pedoman observasi tindakan berupa19 indikator perkembangan anak yang tertera padatabel 2. Selain itu, dilakukan wawancara kepada gurudan beberapa orang tua anak, serta dokumentasi.Teknik wawancara dan dokumentasi dilakukan untukmendapatkan informasi tambahan serta memperkuathasil observasi. Setelah data terkumpul, datadianalisis secara deskriptif dan direfleksikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif kualitatif, denganmenggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas(classroom action research). Tindakan yang dilakukanyaitu proses pembelajaran menggunakan modelpembelajaran tematik berbasis Asmaul Husna,dengan rancangan tindakan menggunakan modelHopkins.

Menyusun rencana uji coba bersama gurupelaksana dan guru kolabolator yang mengamati.Guru pelaksana adalah guru yang melaksanakanmodel yang dirumuskan dalam proses pembelajaran.Guru kolabolator adalah guru yang bertugasmengamati proses pembelajaran dan mendiskusikan

Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorongPrestasi dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang

berguna bagi masyarakat, dan mengakui,serta menghormati keberhasilan orang lain.

Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senangKomunikatif berbicara, bergaul, dan bekerja sama

dengan orang lain

Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yangmenyebabkan orang lain merasa senang danaman atas kehadiran dirinya.

Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untukMembaca membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupayaLingkungan mencegah kerusakan pada lingkungan alam

di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alamyang sudah terjadi.

Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu inginmemberi bantuan pada orang lain danmasyarakat yang membutuhkan.

Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untukmelaksanakan tugas dan kewajibannya, yangseharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,masyarakat, lingkungan (alam, sosial danbudaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Page 66: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

53

Herwina Bahar, Imam Mujtaba, Ismah: Penerapan Model Pembelajaran Termatik berbasis Asmaul Husna untuk Meningkatkan Nilai-nilaiReligius

segala sesuatunya terkait pelaksanaan modeldengan guru pelaksana dan peneliti.

Tahap PertamaPada tahap ini, peneliti sudah membuat

perencanaan awal, namun rencana ini harusdidiskusikan dengan guru pelaksana dan gurukolabolator. Tidak tertutup kemungkinan rencana inidiubah sesuai dengan masukan dari kedua gurutersebut. Dalam perencanaan itu dirumuskan kiat-kiat(strategi) pelaksanaan penggunaan model, tugas dankewajiban, baik guru pelaksanaan dan gurukolabolator maupun peneliti. Menentukan alokasiwaktu pelaksanaan dan cara-cara pengamatanmaupun pencatatannya. Pada tahapan ini jugadidiskusikan bagaimana menjabarkan modelpembelajaran menjadi rencana pembelajaran yangdibuat oleh guru pelaksana.

Tahap KeduaPada tahap ini dilaksanakan 2 kali uji coba.

Pertama bersifat teoritis dengan cara mencarimasukan dari ahli dan guru yang berpengalaman.Kedua melakukan uji empiris sebanyak 2 kali.

Pelaksanaan uji coba model secara empiris. Gurupelaksana melaksanakan proses pembelajaransesuai model yang dijabarkan menjadi rencanapembelajaran. Sementara itu, guru kolabolator danpeneliti melakukan pengamatan terhadap semuaproses pembelajaran yang berlangsung. Agarpengamatan terfokus, dibuat tabel pengamatan yangberisi butir-butir pelaksanaan nilai dalampembentukan pendidikan karakter anak usia dini,pengembangan kreativitas dan nilai-nilai kecakapanemosional. Namun demikian, dibuat juga pencatatanyang rinci tentang proses secara keseluruhan,hambatan yang dialami dan teman serta aktivitasyang dilaksanakan juga dicatat. Untuk menajamkanpengamatan, pada pertemuan tertentu (kedua atauketiga) digunakan handycam untukmendokumentasikan proses pembelajaran agarpengamatan dapat lebih teliti.

Tahap KetigaPada tahap ini dilakukan revisi dan perbaikan

dengan tekanan pada pencarian kelemahan modeldan kendala pelaksanaannya oleh guru. Peneliti, gurupelaksana, dan guru kolabolator mendiskusikan hasil-hasil pengamatan dan pengalaman guru pelaksana.Kemudian dilakukan perbaikan model sesuai denganmasukan dari pelaksanaan uji coba.

Tahap KeempatPada tahap ini dilakukan evaluasi dan refleksi

yang bersifat menyeluruh terhadap dua aksi yangtelah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk menilaiseluruh pelaksanaan model terkait dengan kendala,kekurangan, dan kelebihan model serta kemungkinanpenyempurnaan. Refleksi dilakukan untukmengetahui secara mendalam tentang kendala,kekurangan, dan kelebihan model, termasukpelaksanaan uji coba. Berdasarkan hasil evaluasi danrefleksi, model diperbaiki.

HASIL DAN PEMBAHASANPada tahap observasi awal terdapat beberapa

temuan, antara lain yaitu: nilai-nilai religius pada anakusia dini masih rendah terlihat pada sikap emosionalyang labil, belum terdapat rasa peduli dan empatipada teman, serta belum menghadirkan unsurIlahiyah dalam setiap kegiatan berdasarkan aspekyang terukur dalam 19 indikator perkembangan anakyang tertera pada tabel 2. Salah satu upaya untukmeningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia diniadalah dengan menerapkan model pembelajarantematik berbasis Asmaul Husna yang dirancangdalam silabus, Rencana Kegiatan Harian (RKH), danRencana Kegiatan Mingguan (RKM).

Beberapa hal yang perlu diperbaiki antara lainadalah mengenai pembelajaran dan cara memotivasianak agar anak senang melaksanakan pembelajaran.Pembelajaran ini dapat dilaksanakan denganmenggunakan media bantuan, sehingga modelpembelajaran tematik berbasis Asmaul Husnamenjadi pembelajaran yang menyenangkan bagianak.

Berawal dari temuan pada tahap observasi (prasiklus), pemberian tindakan pada tahap 1 (siklus 1)

Page 67: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

54

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

dilakukan pada anak-anak kelompok A TK Lab SchoolFIP UMJ. Penilaian perkembangan anak terkait moraldan nilai-nilai agama pada siklus 1 menunjukkan hasilyang meningkat dari pra siklus, namunpeningkatannya tidak signifikan. Hasil refleksimenunjukkan bahwa peningkatan yang tidaksignifikan itu disebabkan oleh dua factor, yaitu:kurangnya pembiasaan anak mengenal nama-namaAllah (Asmaul Husna) dan kurangnya pembiasaananak-anak terhadap kegiatan rutinitas yang dikaitkanpada unsur-unsur ketuhanan. Kedua faktor tersebutdijadikan sebagai dasar perbaikan untuk melakukantindakan pada siklus 2.

Menangani anak usia dini dalam membiasakandiri mereka melakukan kegiatan yang dikaitkandengan unsur ketuhanan harus dengan tingkatkesabaran yang tinggi serta dibutuhkan kreativitasguru. Oleh karena itu, pada siklus 2, pembelajarandilakukan dengan bantuan video pembelajaran yangberisi pengenalan terhadap nama-nama Allah(Asmaul Husna) yang dikaitkan pada kegiatan sesuaidengan tema yang diusung “Allah An-Nur MahaPemberi Cahaya Api yang bermanfaat bagimasyarakat Indonesia”.

Pencapaian hasil pada siklus 2 lebih baikdibandingkan dengan siklus 1. Ditinjau dari aktivitasguru, pembelajaran pada siklus 2 sudah mulaiberjalan dengan baik dan berhasil. Namun demikian,pencapaian pada siklus 2 belum mencapai targetmaksimal yang telah disepakati peneliti dengan guruyaitu 80%. Oleh karena itu, dilakukan tindakanlanjutan pada siklus 3.

Tindakan yang diberikan pada siklus 3pembelajaran dengan menggunakan media laguAsmaul Husna, dengan arransement lagu yangdirancang sendiri oleh tim guru Lab School.Arransement lagu dibuat seminimalis mungkindengan iringan nada yang mudah di cerna oleh anak-anak.

Berdasarkan uraian terhadap hasil yang diperolehmulai dari pra siklus sampai dengan siklus 3, dapatdisimpulkan bahwa penerapan model pembelajarantematik berbasis Asmaul Husna dapat meningkatkannilai-nilai religius anak. Peningkatan nilai-nilai religiusdiukur berdasarkan 19 indikator perkembangan anak

pada aspek moral dan nilai-nilai agama. Persentasepeningkatan nilai-nilai religius mulai dari pra siklussampai dengan siklus 3, dapat dilihat dari Tabel 2dan Gambar 3 berikut:

Tabel 2: Persentase peningkatan nilai-nilaireligius anak.

1. Senang dan terbiasa 10% 22% 50% 81%berdoa sebelum mela-kukan kegiatan

2. Senang dan terbiasaberdoa sesudah mela-kukan kegiatan 5% 15% 43% 80%

3. Membiasakan dirimengucapkan salam 15% 40% 70% 92%

4. Membiasakan dirimembalas salam 12% 42% 75% 85%

5. Berbicara sopan/-berbahasa yang baik/-sopan dengansesama teman 14% 38% 70% 88%

6. Berbicara sopan/-berbahasa yang baik/-sopan dengan orangdewasa 20% 41% 72% 85%

7. Meminta tolong dengansopan 15% 25% 50% 80%

8. Mau berbagi miliknya,misal: makan, mainan, dll 10% 25% 48% 80%

9. Senang menerima tugassebagai pemimpin sesuaikemampuan denganbimbingan Allah 6% 20% 50% 75%

10.Mengenal mana yangsalah pada suatupersoalan petunjuk dariAllah 10% 30% 55% 78%

11.Mengenal mana benarpada suatu persoalanpetunjuk dari Allah 10% 45% 60% 85%

12.Mendengarkan orang tua,teman berbicara dengansopan 15% 38% 52% 81%

13.Mau menyapa sertamenjawab sapaan deng-an ramah 18% 46% 72% 85%

14.Mau mengalah denganbimbingan dari Allah 10% 30% 68% 80%

15.Mau menghormati teman, guru,ortu atau orangdewasa 10% 55% 75% 85%

16.Memberi makanan padahewan 20% 50% 78% 93%

Pra- Siklus-1 Siklus-2 Siklus-3 siklus

Penilaian Indikator PerkembanganAnak

Moral danNilai-nilai Agama

Page 68: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

55

Herwina Bahar, Imam Mujtaba, Ismah: Penerapan Model Pembelajaran Termatik berbasis Asmaul Husna untuk Meningkatkan Nilai-nilaiReligius

Tabel 2 dan gambar 3 di atas menunjukkanpeningkatan dari mulai prasiklus sampai dengansiklus 3. Tindakan diberikan sampai dengan siklus 3karena peningkatan yang dicapai sampai pada siklus2 belum maksimal. Namun demikian, pada indikatormenyiram tanaman, peningkatan yang maksimaldiperoleh pada siklus 2. Hal ini karena anak-anakmenyukai kegiatan-kegiatan yang menggunakanmedia air. Sementara itu, nilai rata-rata persentasedari data yang tertera pada tabel 2 diperoleh untukpra siklus sebesar 12%, siklus 1 sebesar 37%, siklus2 sebesar 64%, dan siklus 3 sebesar 84%.

Interpretasi terhadap hasil yang diperoleh,berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus 1, adalahadanya beberapa hal yang menjadi catatan peneliti,baik positif maupun negatif sebagai konsekuensi daripenerapan model pembelajaran ini. Beberapa catatannegatif yang belum teratasi pada siklus 1, kemudiandilakukan perbaikan pada siklus 2 agar capaian hasilyang diperoleh lebih baik. Karena pencapaianpeningkatan belum maksimal pada siklus 2, proseslanjut ke siklus 3.

Upaya perbaikan terhadap optimalisasipeningkatan nilai-nilai religius anak melalui kegiatan

penerapan model pembelajaran tematik berbasisAsmaul Husna akan kelihatan semakin baik dansemakin nyata hasilnya. Hal ini dapat dilihat darimeningkatnya nilai yang diperoleh pada setiapindikator yang dicapai oleh anak. Persentasepeningkatan nilai-nilai religius anak melaluipenerapan model pembelajaran tematik berbasisAsmaul Husna meningkat dari siklus 1, 2, dan 3. Halini memberikan arti bahwa perbaikan yang telahdilakukan terhadap kelemahan yang ditemukan padasiklus 1 dan 2 telah berhasil dicapai dengan baik.Ketertarikan anak terhadap media yang diberikanseperti film atau video kisah-kisah islami yangmengandung Asmaul Husna serta lagu-lagu AsmaulHusna membantu penyelesaian kelemahan yang adapada siklus 1.

Berdasarkan tingkatan anak mulai dari prasiklussampai dengan siklus 3, dapat diuraikan rata-ratakeberhasilan anak terus mengalami peningkatansebesar 25% dari pra siklus ke siklus 1, 26% darisiklus 1 ke siklus 2, dan 20% dari siklus 2 ke siklus 3.Nilai rata-rata persentase tersebut terlihat meningkatdi setiap siklus, sedangkan peningkatan dari prasiklus sampai dengan siklus 3 mencapai 72%.

Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajaran padasiklus 2 sudah berjalan dengan baik dan berhasil.Peningkatan nilai-nilai religius anak melaluipenerapan model pembelajaran tematik berbasisAsmaul Husna tidak akan berhasil tanpa didukungoleh kemampuan guru. Tingkat kesenangan belajaranak juga diperkuat dengan hasil wawancara kepadaanak yang dilakukan secara langsung dan dapatdipercaya kepada anak. Hasil observasi yangdilakukan oleh guru terbukti memiliki tingkat ketetapanyang lebih baik karena didukung oleh hasilwawancara.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambilkesimpulan bahwa penerapan model pembelajarantematik berbasis Asmaul Husna mampumeningkatkan nilai-nilai religius anak di TK LabSchool FIP UMJ. Dalam model pembelajaran tersebutnilai-nilai religius anak meningkat diukur berdasarkan

Gambar 3: Grafik Peningkatan nilai-nilai religius

17.Menyiram tanaman 15% 55% 80% 95%18.Menyangi sesama teman 12% 45% 68% 80%19.Menyebutkan ciptaan-

ciptaan Allah misalnya:manusia bumi, langit,tanaman, hewan 10% 50% 78% 90%

Page 69: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

56

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

19 indikator yang meliputi aspek moral dan agama.Besarnya peningkatan nilai-nilai religius tampak padanilai rata-rata persentase kenaikan pada setiapindikator dari pra siklus sampai dengan siklus 3mencapai 72%.

Ketercapaian nilai-nilai religius anak secaramaksimal ditopang oleh penggunaan mediapembelajaran, di antaranya film atau video kisah-kisah Islami yang mengandung unsur-unsur AsmaulHusna, kartu Asmaul Husna serta lagu-lagu AsmaulHusna. Media tersebut membantu daya ingat anakserta membuat suasana belajar menjadi lebihmenyenangkan.

DAFTAR PUSTAKAArifin, M. 1994. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipline. Jakarta:

Bumi Aksara.

Atiqullah. 2012. Strategi Pembelajaran Keagamaan Model Tematik di Madrasah Diniyah Takmiliyah An-Nidzamia Palengaan

Pamekasan, Jurnal Nuansa. Volume. 9, No. 2.

Depdiknas. 2005. “Penulisan Karya Ilmiah” dalam Materi Pelatihan Terintegrasi Jilid 3, Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan

Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Mengengah, Depdiknas.

Dewantara, Ki Hajar. 2012. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini, Jakarta: Depdiknas.

Hazlitt, Henry. 2003. Dasar-dasar Moralitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi

Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Masdiana, dkk. 2014. Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi pada Lingkungan

Siswa Kelas I SD Negeri 018 Letawa Kecamatan Sarjo Kabupaten Mamuju Utara. Jurnal Kreatif Tadulako Online.

Volume. 3, No. 2. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/2879, di unduh 10 Desember 2015.

Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muin, Fatchul. 2011. Pendidikan karakter: Kostruksi Teoritik dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press.

Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Balitbang Kemendikbud.

Sahlan, A dan Prastyo, A, T. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Samiy, Mahmud. 2006. Rahasia 99 Nama Allah yang Indah Hc: Riwayat, Manfaat & Keutamaan Nya, Bandung: Pustaka

Hidayah

Saud, dkk. 2006. Pembelajaran terpadu. Bandung: UPI Press

Setyoko, Agung. 2004. Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra Sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam

Terpadu (TK IT) Az-Zahra Sragen, Semarang: Skripsi fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

SaranBerdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa

saran yang ingin penulis sampaikan, yaitu: (1) agarpembelajaran lebih menarik perhatian dan minatanak, hendaknya guru lebih kreatif menciptakansuasana pembelajaran yang menyenangkan; (2)penyelenggara Taman Kanak-kanak hendaknyamampu menyediakan alat peraga yang dapatmenunjang perkembangan anak; (3) dalampembelajaran, guru harus mampu menciptakanstrategi pembelajaran agar anak tidak bosan dalamproses pembelajaran sehingga tujuan pembelajarantercapai; dan (4) bagi peneliti yang lain, diharapkandapat meningkatkan nilai-nilai religius anak melaluimetode dan media yang lain.

Page 70: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

57

Herwina Bahar, Imam Mujtaba, Ismah: Penerapan Model Pembelajaran Termatik berbasis Asmaul Husna untuk Meningkatkan Nilai-nilaiReligius

Ucapan TerimakasihUcapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) yang telahmembiayai sepenuhnya penelitian ini dalam skema penelitian Hibah Bersaing tahun 2015. Selain itu, ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada Drs Bambang Warsita, M.Pd sebagai dewan redaksijurnal Teknodik atas koreksi dan masukannya

*******

Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo.

Page 71: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

58

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Page 72: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

59

Bambang Warsita: Evaluasi Bahan Belajar DIklat Online Calon Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran

EVALUASI BAHAN BELAJAR DIKLAT ONLINE CALON PEJABATFUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

EVALUATION OF LEARNING MATERIALS OF ONLINE TRAINING FORINSTRUCTIONAL TECHNOLOGY DESIGNER CANDIDATES

Bambang WarsitaPusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan,

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanJl. RE. Martadinata, Ciputat, Tangerang Selatan, Indonesia

[email protected] atau [email protected]

Diterima tanggal: 08 Maret 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal 17 Maret, disetujui tanggal: 17 April 2016

Abstrak: Bahan belajar menempati posisi strategis dan vital dalam sebuah pendidikan dan pelatihan (Diklat) yangdiselenggarakan secara online karena merupakan materi pembelajaran yang digunakan oleh peserta Diklat dalammengikuti program Diklat online. Bahan belajar tersebut harus dipelajarinya untuk mencapai kompetensi tertentu.Permasalahannya adalah bagaimana kualitas bahan belajar modul dan powerpoint (ppt) yang digunakan dalam Diklatonline calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran? Penelitian ini menggunakan metode surveisecara online. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner secara online. Respondennya adalah pesertaDiklat online calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran angkatan 2 pada tahun 2014 sebanyak135 orang. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan belajar(modul dan powerpoint) yang digunakan Diklat online calon pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajarantelah memenuhi kriteria dengan kategori berkualitas baik. Hal ini berarti bahwa bahan belajar baik modul maupunpowerpoint yang digunakan dalam Diklat online mudah dipelajari oleh peserta Diklat dalam rangka mencapai/menguasaikompetensi yang disyaratkan sebagai calon fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran. Oleh karena itu, untukmendapatkan bahan belajar yang berkualitas perlu dilakukan evaluasi bahan belajar.

Kata kunci: diklat online, evaluasi, bahan belajar, modul, powerpoint (ppt)

Abstract: Learning material is a strategic and vital thing in a training which is held online because the participants useit during the online training. They use it to achieve certain competencies.The problem is how the quality of the learningmaterials modules and powerpoint (ppt) used in the online training for functional Instructional Designer candidates is.This study uses an online survey method. The data are collected by using online questionnaire. Respondents are theparticipants of online training for functional Instructional Designer candidates of class 2 in 2014 amounting 135 people.The analysis is done with quantitative descriptive technique. The result indicates that the learning materials (moduleand powerpoint) used in online trining for functional Instructional Designer candidates have met the criteria with thecategory of good quality. This means that the learning materials (module and powerpoint) used in this online trainingare easy to learn by the training participants in achieving certain competencies required to get a functional position ofan Instructional Designer. Therefore, to get good learning materials, an evaluation to it is required.

Keywords: online training, evaluation, learning materials, modules, powerpoint (ppt)

12345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345671234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456712345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345671234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456712345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345671234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456712345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567

Page 73: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

60

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PENDAHULUANJabatan Fungsional Pengembang Teknologi

Pembelajaran (JF-PTP) adalah jabatan yangmempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab,dan wewenang untuk melakukan kegiatanpengembangan teknologi pembelajaran yangdiduduki oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan hakdan kewajiban yang diberikan secara penuh olehpejabat yang berwenang. JF-PTP merupakan jabatankarier yang bersifat keahlian (Menteri Negara PAN,2009).

Selanjutnya, teknologi pembelajaran merupakansuatu bidang yang secara sistematik memadukankomponen sumber daya belajar yang meliputi: orang,isi ajaran, media atau bahan belajar, peralatan, teknik,dan lingkungan yang digunakan untukmembelajarkan peserta didik pada semua jalur,jenjang, dan jenis pendidikan (Menteri Negara PAN,2009). Pengembangan teknologi pembelajaranadalah suatu proses analisis, pengkajian,perancangan, produksi, penerapan, dan evaluasisistem/model teknologi pembelajaran.

Dalam pengembangan JF-PTP,terdapat duainstansi yang berperan penting, yaitu instansipembina dan instansi pengguna. Instansi pembinaadalah instansi yang bertanggung jawab terhadapperencanaan, pelaksanaan, dan pengawasanjabatan fungsional. Instansi pembina JF-PTP adalahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan(MenteriNegara PAN, 2009).Sebagai unit yang berada dibawah naungan Kementeria Pendidikan danKebudayaan, Pustekkom mempunyai tugas untukmelaksanakan pengembangan dan pendayagunaanTeknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untukpendidikan dan kebudayaan, dan menyelenggarakanfungsipembinaan jabatan fungsional pengembangteknologi pembelajaran(Kemdikbud, 2015).

Tugas instansi pembina JF-PTP adalahmelaksanakan: (1) penyusunan petunjuk teknispelaksanaan JF-PTP; (2) penyusunan pedomanformasi JF-PTP; (3) penetapan standar kompetensiJF-PTP; (4) pengusulan tunjangan JF-PTP; (5)sosialisasi JF-PTP serta petunjuk pelaksanaannya;(6) penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihanfungsional/teknis fungsional PTP; (7) penyelenggaran

pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis bagi PTPdan penetapan sertifikasi; (8) pengembangan sisteminformasi JF-PTP; (9) fasilitasi pelaksanaan JF-PTP;(10) fasilitasi pembentukan organisasi profesi PTP;(11) fasilitasi penyusunan dan penetapan etika profesidan kode etik PTP; dan (12) monitoring dan evaluasiJF-PTP (Menteri Negara PAN, 2009).

Salah satu tugas instansi pembina JF-PTP yangtelah dilaksanakan adalah menyelenggarakanpendidikan dan pelatihan (Diklat) dalam jabatan (in-service training) untuk calon pejabat fungsional PTP.Diklat ini dilaksanakan secara online sehingga tidakmengganggu pekerjaan dan juga mengurangi biaya(biaya transport dan biaya-biaya lain) jika merekaharus datang ke lembaga penyelenggara Diklat.Pilihan Diklat online/daring dilakukan dengan tujuanuntuk efisiensi dan efektivitas dari segi biaya, tenaga,kehadiran atau mengatasi keterikatan tempat danwaktu. Diklat online/daring calon pejabat fungsionalPTP ini memanfaatkan portal rumah belajar, denganalamat laman http://belajar. kemdikbud.go.id/ptp.

Dunia kehidupan dan pendidikan khususnya padaabad 21 ini telah dicirikan oleh hadirnya TIK, yangdampaknya telah mengubah berbagai sendikehidupan yang bersifat mendasar (Moeloek, dkk.,2010). Paradigma pendidikan di abad 21 lebihmengedepankan sistem pembelajaran berbasis TIK.Dalam kaitan ini, setiap calon pejabat fungsional PTPsudah seharusnya mempersiapkan diri agar dapatmengikuti trend pendidikan abad 21. Setidaknya ada5 konsep penting dalam sistem teknologipembelajaran di abad 21 ini, yaitu: (1) mobile learning,orang berharap dapat bekerja dan belajar kapanpundan dimanapun yang mereka inginkan; (2) cloudcomputing, orang menginginkan agar informasi dapatdiakses di perangkat manapun; (3) collaborativelearning, dunia semakin menuntut collaborativenessuntuk mendorong perubahan dengan cara proyekpeserta didik yang terstruktur; (4) hybrid learning,model tatap muka dan online dapat memanfaatkankemampuan peserta didik secara online dimana telahdikembangkan secara independen dari sistemakademisi; (5) student centered, pergeseran daripembelajaran yang berpusat kepada guru menjadiberpusat kepada peserta didik dan melibatkan

Page 74: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

61

Bambang Warsita: Evaluasi Bahan Belajar DIklat Online Calon Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran

mereka dengan menghubungkan kurikulum dengankehidupan nyata para peserta didik. Denganmengikuti Diklat online, calon pejabat fungsional PTPakan belajar dan memanfaatkan TIK untuk menjawabtantangan pendidikan di abad 21.

Salah satu fitur portal rumah belajar adalah fiturPengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).Fitur PKB ini merupakan layanan sistempembelajaran terbuka jarak jauh atau pembelajaranonline/daring (online learning). Komposisipembelajarannya yaitu belajar mandiri 80%, danbimbingan tutorial secara online/daring 20%(Warsita,dkk., 2014).

Sistem Diklat online/daring merupakan hal barubagi sebagian besar peserta Diklat Online calonpejabat fungsional PTP. Setelah ditetapkan sebagaipeserta Diklat Online calon pejabat fungsional PTP,peserta dapat langsung memulai sistem Diklatdengan cara login, memilih jenis diklat, mengunduhmateri atau bahan belajar, mengikuti kegiatan tutorialonline, dan mengerjakan tes/ujian yang dilakukansecara online/daring.

Bahan belajar merupakan salah satu komponenpenting dalam penyelenggaraan Diklat online. Bahanbelajar memberikan informasi atau gambaran yangrelatif operasional bagi pengelolaan prosespembelajaran (Harijanto, 2007). Melalui bahanbelajar, guru/instruktur akan lebih mudahmelaksanakan pembelajaran dan peserta didik jugaakan lebih terbantu dan mudah dalam memahamibahan belajar (Direktorat Pembinaan SMA, 2008).Bahan belajar adalah seperangkat materi/substansipembelajaran (teaching material) yang disusunsecara sistematis, menampilkan sosok utuh darikompetensi yang harus dikuasai peserta Diklat dalamkegiatan pembelajaran.

Bahan belajar sangat menentukan keberhasilanpeserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajarandi sekolah. Bahan belajar yang baik dan bermutuselain menjadi sumber pengetahuan yang dapatmenunjang keberhasilan belajar peserta didik jugadapat membimbing dan mengarahkan prosespembelajaran di kelas ke arah proses pembelajaranyang bermutu. Oleh karena itu, bahan belajar yangdigunakan dalam Diklat online calon pejabat

fungsional PTP ini perlu dievaluasi untuk melihat ataumengukur kualitasnya.

Bahan belajar Diklat online calon pejabatfungsional PTP ini meliputi modul yang dikemasdalam beberapa format file, yaitu doc dan pdf (teks),jpeg dan png (gambar), presentasi atau powerpoint(ppt),dan video. Namun, mengingat keterbatasanwaktu, tenaga, dana, dan lain lain, penulis membatasicakupan penelitian ini hanya pada pengevaluasianbahan belajar yang berupa modul dan mediapresentasi atau powerpoint (ppt). Rumusanmasalahnya adalah bagaimana kualitas bahan belajarmodul dan powerpoint Diklat online calon pejabatfungsional PTP melalui portal rumah belajar.

Tujuan evaluasi bahan belajar Diklat online calonpejabat fungsional PTP ini adalah untuk mengukurkualitas bahan belajar modul dan powerpoint yangdigunakan dalam Diklat online calon pejabatfungsional PTP. Secara khusus evaluasi bahanbelajar Diklat online ini adalah untuk: (1) menilaikualitas bahan belajar modul; dan (2) menilai kualitasbahan belajar power-point.

KAJIAN LITERATURJabatan Fungsional Pengembang TeknologiPembelajaran (JF-PTP)

Pengakuan terhadap keberadaan profesiPengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) telahdiberikan oleh Pemerintah melalui Peraturan MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara NomorPER/2/M. PAN/3/2009 tentang Jabatan FungsionalPengembang Teknologi Pembelajaran dan AngkaKreditnya tertanggal 10 Maret 2009.TerbitnyaPermenpan tersebut menandai babak baru bagilahirnya profesi atau jabatan fungsional PengembangTeknologi Pembelajaran. Lahirnya profesi ataujabatan fungsional tersebut merupakan harapan barudalam peningkatan karier dan pengabdian sebagaiPNS yang berkiprah di bidang pengembanganteknologi pembelajaran.

Fungsi pengembangan teknologi pembelajaranadalah suatu paduan antara riset/teori, desain,produksi, logistik, pemanfaatan/diseminasi, danpenilaian sarana belajar yang memberikankesempatan dan kemudahan bagi peserta didik untuk

Page 75: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

62

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

belajar pada semua jenis, jenjang, dan jalurpendidikan (Kemdikbud, 2014).

Tugas pokok (core business) PengembangTeknologi Pembelajaran adalah melaksanakananalisis dan pengkajian sistem/model teknologipembelajaran, perancangan sistem/model teknologipembelajaran, produksi media pembelajaran,penerapan sistem/model dan pemanfaatan mediapembelajaran, pengendalian sistem/modelpembelajaran, dan evaluasi penerapan sistem/modeldan pemanfaatan media pembelajaran.

Tugas PTP melakukan dua bidang kajian utama,yaitu: (1) teori belajar dan perilaku manusia lainnya(soft technology), dan (2) teknologi terapan yangdiaplikasikan untuk memecahkan masalahpembelajaran (hard technology). Namun, fokus dariteknologi pembelajaran terletak pada prosesbagaimana teknologi perangkat lunak dan kerasdigunakan untuk mengomunikasikan pengetahuan,keterampilan, atau sikap kepada peserta didiksehingga peserta didik mengalami perubahanperilaku (Warsita, 2014). Salah satu tugas PTP adalahmengembangkan dan mengevaluasi bahan belajarberbasis teknologi.

Evaluasi Bahan BelajarDalam pendidikan jarak jauh atau Diklat jarak jauh

ini, bahan belajar menempati posisi yang strategisdan vital. Bahan belajar memegang peranan yangsangat vital karena perannya sebagai satu-satunyamedia utama pembelajaran atau memungkinkanpeserta Diklat belajar secara independen dan otonom(Yunus & Panen, 2004). Pemanfaatan sarana mediayang berbasis TIK ini memungkinkan terjadinyainteraksi dan komunikasi antara peserta Diklatdengan instruktur atau dengan bahan belajar, bahkandengan penyelenggara Diklat jarak jauh (Suparmandan Zuhairi, 2004). Salah satu model Diklat jarak jauhadalah Diklat online yang memanfaatkan internet.

Bahan belajar adalah materi pembelajaran yangdisusun secara sistematis untuk digunakan pendidikdan peserta didik dalam proses pembelajaran(Wuryanto, 2010). Bahan belajar atau materipembelajaran (instructional materials) secara garisbesar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang harus dipelajari peserta Diklat dalamrangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan.Dengan kata lain, bahan belajar merupakan materipembelajaran yang digunakan oleh peserta Diklatdalam mengikuti program Diklat jarak jauh. Secaraterperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri daripengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),keterampilan, dan sikap atau nilai (Warsita, 2008).Dengan demikian, bahan belajar adalah saranapembelajaran yang digunakan untuk menyampaikanmateri pelajaran kepada peserta Diklat (Yunus &Panen, 2004).

Ditinjau dari pihak pengajar (instruktur), materipembelajaran itu harus disampaikan dalam kegiatanpembelajaran. Ditinjau dari pihak peserta Diklat,bahan belajar itu harus dipelajarinya dalam rangkamencapai kompetensi yang akan dinilai denganmenggunakan instrumen penilaian yang disusunberdasarkan indikator pencapaian hasil belajar.Dengan demikian, bahan belajar berfungsi sebagaisumber belajar utama seperti halnya guru/instrukturdalam pembelajaran konvensional.

Bahan belajar dalam Diklat jarak jauh dikemasdalam berbagai kombinasi mulai dari media cetak(modul), dan bahan belajar non cetak berupa programaudio, program video, komputer, powerpoint, dansebagainya yang terintegrasi dengan bahan belajarcetak. Kehadiran bahan belajar mewakili sosokpengajar (instruktur) dan keberadaannya didesainuntuk membelajarkan peserta Diklat. Oleh karena itu,sajian dalam bahan belajar harus berorientasi kepadakepentingan belajar peserta Diklat (Warsita, 2008).

Bahan belajar tidak hanya memuat materipembelajaran tetapi juga berbagai pola kegiatan yangdapat merangsang, memacu, memicu, danmenantang peserta Diklat untuk belajar dan menilaisendiri kemajuan belajarnya.

Dalam kegiatan pembelajaran,bahan belajarberfungsi sebagai:(1) pedoman bagi guru yang akanmengarahkan semua aktivitasnya dalam prosespembelajaran, sekaligus merupakan substansikompetensi yang seharusnya diajarkan kepadapeserta didik; (2) pedoman bagi peserta didik yangakan mengarahkan semua aktivitas belajarnya dansekaligus juga merupakan substansi kompetensi

Page 76: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

63

Bambang Warsita: Evaluasi Bahan Belajar DIklat Online Calon Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran

yang seharusnya dipelajari/dikuasai; dan (3) alatevaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran(Direktorat Pembinaan SMA, 2008). Oleh karena itu,bahan belajar dilengkapi dengan pedoman bagipeserta Diklat baik untuk kepentingan belajar mandirimaupun dalam kegiatan tatap muka terjadwal,metode dan evaluasi (Harijanto, 2007).

Evaluasi merupakan proses menilai sesuatuberdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkandengan tujuan untuk mengambil keputusan atas objekyang dievaluasi (Mutmainah, 2014).Hal ini berartibahwa dalam evaluasi ada kegiatan pengukuran danpenilaian.

Evaluasi merupakan suatu bagian integral dariproses pendidikan jarak jauh. Dalam Diklat jarak jauh,evaluasi dilakukan secara terus menerus sehinggaproses kegiatannya dimungkinkan untuk direvisiapabila ada kekurangan atau kesalahan. Evaluasipendidikan jarak jauh secara garis besar mencakupdua kegiatan evaluasi, yaitu evaluasi sistempembelajaran dan evaluasi media atau bahan belajar.Evaluasi bahan belajar pada dasarnya merupakansuatu proses pengumpulan data untuk menentukankualitas bahan belajar tersebut.

Data dan informasi yang dikumpulkan dalamevaluasi media atau bahan belajar adalah mengenai:(1) aspek isi atau konten dari media pembelajaran;(2) aspek pembelajaranyang menyangkut prosedurpemanfaatan media pembelajaran; dan (3) aspekmedia dalam hal kualitas fisik dari mediapembelajaran itu sendiri (Kurniawati, 2011).

Informasi pada aspek isi atau konten antara lainmencakup: (1) kebenaran dan keakuratan materi, (2)kecukupan materi, (3) kejelasan materi, (4) kejelasantujuan, (5) kesesuaian materi dengan tujuan, (6)keterkaitan antar materi, dan (7) ketersediaan ilustrasidan contoh.

Informasi pada aspek pembelajaran mencakup:(1) kejelasan petunjuk belajar, (2) kesesuaian tingkatkesukaran materi dengan karakteristik peserta Diklat,(3) ketersediaan penjelasan terhadap istilah asingatau teknis, (4) kesesuaian aktivitas belajar dengantujuan, dan (5) kesesuaian tugas yang diberikandengan tujuan yang telah ditetapkan.

Informasi yang dikumpulkan berkaitan denganaspek media, mencakup: (1) kejelasan tulisan (font)huruf yang dipilih, (2) kejelasan bahasa yangdigunakan, (3) daya tarik tampilan fisik media, dan(4) ketersediaan gambar/ilustrasi dalam memperjelasmateri.

Tujuan evaluasi bahan belajar adalah untukmenentukan kualitas bahan belajar sehingga dapatditentukan kelayakannya untuk digunakan dalampembelajaran. Ditetapkan “layak” apabila memenuhistandar kecukupan ditinjau dari aspek: (1) materi ataukonten untuk mencapai tujuan pembelajaran, (2)petunjuk belajar yang memudahkan peserta didikmempelajari materi atau konten, dan (3) ilustrasi/visualisasi yang mendukung atau memperjelas materiatau konten yang dipelajari, dan sebagainya.

Standar kecukupan isi bahan belajar adalahkompetensi atau tujuan instruksional. Materi yangdisajikan dalam bahan belajar harus memudahkanpeserta Diklat untuk mencapai kompetensi yang telahditetapkan. Dengan demikian, evaluasi bahan belajarini adalah untuk memperoleh data dan informasimengenai kualitas bahan belajar.

Diklat OnlinePengertian pendidikan dan pelatihan online atau

dalam jaringan (Diklat online) adalah pendidikan jarakjauh dengan program belajar yang terstruktur, relatifketat, dan pola pembelajarannya berlangsung tanpatatap muka atau adanya keterpisahan antarainstruktur dengan peserta Diklat (Miarso, 2004).Selain itu, Diklat online dapat diartikan sebagai jenispelatihan di mana peserta Diklat tidak berada ditempat yang sama dengan instruktur pada waktu yangbersamaan sehingga tidak ada kegiatanpembelajaransecara tatap muka. Penyajian materipembelajaran kepada peserta Diklat dilakukanmelalui media atau bahan belajar dan jaringaninternet.

Ciri khas utama Diklat online, yaitu: (1) adanyaketerpisahan antara instruktur dengan peserta Diklat,dan (2) individualisasi dan kemandirian dalam belajar,(3) adanya bahan belajar yang biasanyadikembangkan sendiri oleh lembaga penyelenggaraDiklat, (4) penggunaan berbagai media pembelajaran,

Page 77: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

64

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

(5) adanya bantuan belajar yang berupa tutorialonline, bantuan belajar lainnya yang terbatas, dan(6) penggunaan web atau aplikasi tertentu.

Salah satu karakteristik Diklat online yangmenonjol adalah keterpisahan kegiatan pembelajarandari kegiatan belajar. Keterpisahan, baik karena faktorgeografis tempat yang sulit dijangkau secara fisik,jarak, waktu maupun kombinasi ketiganya. Olehkarena itu, untuk keperluan komunikasidimanfaatkanlah berbagai media dan jaringan.Proses pembelajaran dalam sistem Diklat onlinedilakukan dengan berbagai media pembelajaran.

Sebagai kesimpulan dapatlah dikemukakanbahwa Diklat online merupakan sistem pembelajaranmelalui internet. Artinya, tanpa adanya internet, tidakakan ada Diklat online. Selain itu, penggunaaninternet dalam Diklat online merupakan konsekuensilogis dari adanya keterpisahan ruang dan waktuantara instruktur dengan peserta Diklat.

METODE PENELITIANEvaluasi bahan belajar Diklat online calon pejabat

fungsional PTP ini dilaksanakan pada bulanNovember sampai dengan Desember 2014 di seluruhIndonesia. Evaluasi bahan belajar Diklat online calonpejabat fungsional PTP ini menggunakan metodesurvei secara online. Survei online merupakan salahsatu cara mengumpulkan data dalam bentukkuesioner dimana responden dapat menjawabpertanyaan secara online melalui internet.

Kelebihan penelitian secara online adalah: (1)ketersediaan responden, peningkatan penggunainternet dari hari ke hari sebagai responden untukpenelitian online, (2) hemat biaya, karena tidak perlumencetak dan mengirimkan kuesioner, (3) hematwaktu karena siaga selama 24 jam, kecepatanpengiriman data melalui emailatau aplikasi, (4)jangkauan sangat luas sejauh adaakses internet, (5)memungkinkan penggunaan berbagai variasi teks,audio, video, dan gambar sehingga kuesioner mudahdipahami, (6) memungkinkan jumlah respondenhampir tidak terbatas, sejauh kapasitas databasepeneliti, dan (7) sangat memudahkan respondenmengakses, baik menggunakan komputer desktop,notebook, mobile device, smartphone, tablet, maupun

melalui handphone yang digunakan oleh masyarakat(Setiawan, 2012). Oleh karena itu, evaluasi bahanbelajar ini menggunakan penelitian survei online.

Data dikumpulkan dengan menggunakankuesioner secara online. Instrumen evaluasi bahanbelajar Diklat online ini berisi 18 butir pernyataan/pertanyaan tertutup, dan masing-masing memiliki limaalternatif jawaban. Butir pernyataan terdiri dari duajenis, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Teknik pengumpulan data evaluasi bahan belajarDiklat online calon pejabat fungsional PTP inimenggunakan instrumen elektronik (web-basedinstrument). Kepada responden diminta untukmembuka alamat Web (URL)http://survei.belajar.kemdikbud.go.id/index.php/159465.Kemudian, responden mengisi instrumen tersebutsecara online dari komputer masing-masing yangterhubung ke internet, dan kemudian mengirimkan(submit) instrumen yang telah diisi tersebut.

Populasi adalah wilayah generalisasi berupasubjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari dandiambil kesimpulan. Populasi dalam evaluasi bahanbelajar Diklat online ini adalah seluruh peserta Diklatonlinecalon pejabat fungsional PTP angkatan 2 padatahun 2014. Pengambilan sampel ditempuh denganteknik purposive sampling yaitu dipilih denganpertimbangan dan tujuan tertentu denganmemperhatikan karakteristik peserta Diklat yaitusebanyak 135 orang peserta Diklat.

Teknik analisis data yang digunakan dalamevaluasi bahan belajar Diklat online ini adalah teknikanalisis deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan danmemaknai data dari masing-masing komponen yangdievaluasi. Hasil perhitungan statistik deskriptif akandisajikan dalam bentuk tabel berdasarkan persentaseyang diperoleh dari hasil penilaian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANProgram Diklat online calon pejabat fungsional

PTP ini merupakan sebuah sistem yang mempunyaibeberapa komponen yang saling berhubungan danterintegrasi satu sama lain. Salah satu komponenyang sangat menentukan terhadap keberhasilanpeserta Diklat adalah bahan belajar modul danpowerpoint (ppt). Kualitas bahan belajar harus

Page 78: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

65

Bambang Warsita: Evaluasi Bahan Belajar DIklat Online Calon Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran

memenuhi kriteria ideal yang telah ditentukan dalamDiklat PTP online. Adapun deskripsi dan hasil evaluasidari masing-masing bahan-bahan belajar adalahsebagai berikut:

Kualitas Bahan Belajar ModulModul merupakan bahan belajar utama dalam

Diklat online calon pejabat fungsional PTP. Sekalipundemikian, peserta Diklat tidak disarankan untukmempelajari materi modul secara online. Merekadianjurkan untuk mengunduhnya terlebih dahulu danmenyimpannya di dalam file atau folder agar dapatdipelajari kapan saja dan di mana saja sesuai denganketersediaan waktu mereka masing-masing.

Modul merupakan bahan belajar yang palingmudah diperoleh yang dapat dipelajari dan dibaca dimana saja dan kapan saja, tidak perlu alat khususdan mahal untuk memanfaatkannya (Wuryanto,2010). Satu hal yang perlu diperhatikan dalam moduladalah cakupannya, yaitu meliputi keluasan,kedalaman, dan kecukupan materi. Dengan demikian,materi modul tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak,tidak terlalu dangkal atau terlalu mendalam.

Pada Tabel 1 berikut ini disajikan hasil jawaban135 orang peserta Diklat online terhadap kuesionertentang keluasan, kedalaman, dan kecukupan materiuraian modul untuk pencapaian kompetensi yangditetapkan.Tampaklah bahwa hampir semuaresponden (97,04%) luas, mendalam, dan memadaiuntuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan olehpeserta Diklat. Artinya, keluasan, kedalaman, dankecukupan materi sesuai dengan tuntutankompetensi calon pejabat fungsional PTP.

Kemudian, kesesuaian materi pada setiap moduldengan tugas/pekerjaan sehari-hari peserta Diklatdisajikan pada Tabel 2 berikut ini.

15,5648,1533,332,960,00

Tabel 1: Kedalaman, keluasan, dankecukupan uraian materi modul

Aspek yang dinilai Alternatif F %Jawaban

Kedalaman, keluasandan kecukupan uraianmateri pada setiapmodul.

a.Sangat luasb.Luasc. Cukup luasd.Kurang luase.Tidak luas

Jumlah 135 100,00

21654540

17,7843,7032,595,190,74

Tabel 2: Tingkat kesesuaian materi pada setiap modul dengantugas/pekerjaan peserta Diklat sehari-hari di lapangan

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Kesesuaian materipada setiap moduldengan tugas/pekerjaannyasehari-hari dilapangan.

a. Sangat sesuaib. Sesuaic. Cukup sesuaid. Kurang sesuaie. Tidak sesuai

24594471

Jumlah 135 100,00

Berdasarkan Tabel 2 di atas, hampir semuaresponden (94.07%) mengatakan bahwa materi padasetiap modul adalah sesuai dengan tugas/pekerjaanmereka sehari-hari di lapangan. Artinya, uraian materiyang disajikan di dalam modul sesuai atau relevandengan kebutuhan peserta Diklat sebagai calonpejabat fungsional PTP.

Selanjutnya, pendapat responden tentangpemberian contoh, ilustrasi, dan gambar di dalamuraian materi modul disajikan pada Tabel 3 berikutini.

Berdasarkan tabel 3 di atas,hampir semuaresponden peserta Diklat (97,79%) mengatakanbahwa pemberian contoh, ilustrasi, dan gambarsesuai dengan uraian materi pada setiap modul.Artinya, pemberian contoh, ilustrasi, dan gambardapat menjelaskan suatu konsep, teori, dan dalil yangdisajikan dalam uraian materi modul. Oleh karena itu,sajian materi modul berisi uraian materi yang disertaidengan contoh, ilustrasi, dan latihan (Julaeha,2004).

15,5655,5626,670,741,48

Tabel 3: Tingkat kesesuaian contoh, ilustrasi, dangambar dengan uraian materi pada setiap modul

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Kesesuaiancontoh, ilustrasi,dan gambardengan uraianmateri pa-dasetiap modul.

a. Sangat sesuaib. Sesuaic. Cukup sesuaid. Kurang sesuaie. Tidak sesuai

21753612

Jumlah 135 100,00

Page 79: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

66

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Bahan belajar modul dapat memaparkan kata-kata,angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi,serta diagram (Wuryanto, 2010). Mengingat modulsebagai bahan belajar utama dalam Diklat online ini,kualitas modul sangat menentukan hasil belajarpeserta Diklat.

Adapun pendapat responden tentang dukunganaktivitas kegiatan belajar yang disediakan di dalammodul ini disajikan dalam Tabel 4 berikut ini.

Berdasarkan Tabel 5 di atas, hampir semuaresponden (98.52%) menyatakan bahwa pemberiangambar, bagan, diagram, grafik, skema, danilustrasivisual di dalam modul dinilai memperjelas ataumendukung uraian materi yang disajikan. Artinya,pemberian visualisasi modul dapat mempermudahpeserta Diklat memahami materi modul.

Modul sebagai bahan belajar mandiri harus dapatmemudahkan peserta Diklat untuk belajar ataumembelajarkan (Yunus dan Panen, 2004). Salah satuaspek yang harus diperhatikan dalam pengembanganmodul adalah tingkat keterbacaan. Keterbacaanmodul dapat dilihat dari kejelasan judul dan sub judul,sistematika penyajian dan susunan paragraf,penggunaan kalimat, penggunaan kata dan istilah,kemudahan bahasa, kemenarikan dan kesesuaianbahasa dengan lingkungan peserta Diklat.Selanjutnya, gambaran tingkat keterbacaan(penggunaan bahasa) pada setiap modul ini disajikandalam Tabel 6 berikut.

Berdasarkan Tabel 4 di atas, hampir semuaresponden (97,78%) mengemukakan bahwapemberian latihan, tugas, dan tes aktivitas belajardalam modul dinilai dinilai mendukung penguasaanpeserta Diklat terhadap materi setiap modul. Artinyamateri modul dapat mendorong peserta untukmerefleksikan tujuan, proses dan kemajuanbelajarnya. Modul harus memuat materi pelajaran,berbagai aktivitas dan pengalaman belajar yangbermakna. Selain itu, aktivitas dalam modul harusdapat memicu dan memacu peserta Diklat secaraaktif untuk belajar (Yunus & Panen, 2004). Dengankata lain, komponen modul sebagai bahan belajarmandiri lengkap, yaitu memuat uraian materi, latihan,umpan balik, dan penguatan (Wuryanto, 2010).

Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalampengembangan modul adalah penggunaanvisualisasi di dalam modul. Visualisasi berfungsiuntuk membantu peserta Diklat memahami materimodul yang abstrak. Sehubungan dengan hal ini,pendapat responden mengenai penggunaanvisualisasi di dalam modul disajikan dalam Tabel 5berikut ini. Berdasarkan Tabel 6 di atas, terkait keterbacaan

modul, hampir semua responden (94.81%) menilaibahwa pilihan kata, susunan kalimat, danpenggunaan bahasa pada setiap modul mudah

36,3043,7017,781,480,74

Tabel 4: Aktivitas belajar dalam modul

Pemberian lati-han, tugas dan tesmendukung dalampengua-saanmateri pada setiapmodul.

a. Sangat mendukungb. Mendukungc. Cukup mendukungd. Kurang mendukunge. Tidak mendukung

49592421

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Jumlah 135 100,00

Jumlah 135 100,00

Tabel 5: Penggunaan visualisasi dalam modul

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Pemberian gambar,bagan, diagram,grafik, skema,dan ilustrasimemperjelas ataumendukung uraianmateri modul.

a. Sangat mendukungb. Mendukungc. Cukup mendukungd. Kurang mendukunge. Tidak mendukung

38633211

28,1546,6723,700,740,74

Jumlah 135 100,00

Tabel 6: Tingkat keterbacaan modul(Penggunaan bahasa pada setiap modul)

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Pilihan kata,susunan kalimatdan penggunaanbahasa padasetiap modul.

a.Sangat mudahb.Mudahc.Cukup mudahd.Sulite.Sangat sulit

20733570

14,8154,0725,93 5,190,00

Page 80: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

67

Bambang Warsita: Evaluasi Bahan Belajar DIklat Online Calon Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran

dipahami atau dimengerti. Artinya tingkat keterbacaanmodul ini sudah baik.

Adapun pendapat responden tentang kejelasanmateri pada setiap modul sehingga mudah dipahamidan dimengerti disajikan dalam Tabel 7 berikut ini.

mengatakan bahwa materi yang disajikan pada setiapmodul sesuai dengan kebutuhan calon pejabatfungsional PTP. Artinya, materi yang disajikan dalammodul ini sesuai atau relevan dengan kebutuhancalon pejabat fungsional PTP. Adapun materi yangdibutuhkan calon pejabat fungsional PTP antara lainmodel-model pembelajaran dan media pembelajaranyang enovatif berbasis TIK.

Selain itu, salah satu aspek yang juga perlumendapat perhatian adalah kemutakhiran ataukekinian (up to date) materi modul. Selanjutnyamengenai kemutakhiran materi modul disajikan Tabel9 berikut.

Berdasarkan tabel 7 di atas, terkait kejelasanuraian materi modul, hampir semua responden(97,79%) mengatakan bahwa uraian materi padasetiap modul ini jelas sehingga mudah dipahami dandimengerti. Artinya penyajian uraian materi dalammodul ini telah menggunakan urutan yang logis dansistematis, komunikatif dan interaktif, tidak kaku sertamenarik sehingga peserta Diklat mudahmemahaminya (Julaeha, 2004).

Salah satu prinsip penyusunan bahan belajaradalah relevansi atau kesesuaian antara materi yangdiberikan dengan kebutuhan peserta. Pendapatresponden mengenai relevansi materi modul dengankebutuhan calon pejabat fungsional PTP disajikandalam Tabel 8 berikut.

Berdasarkan tabulasi data di atas, hampir semuaresponden (97,77%) mengatakan bahwakemutakhiran atau kekinian (up to date) materi padasetiap modul dalam kategori aktual. Artinya materiyang disajikan dalam modul sesuai denganperkembangan zaman. Oleh karena itu, materi yangdisajikan dalam modul hendaknya sesuai dengankebutuhan peserta Diklat benar dan terkini (up to date)(Julaeha,2004). Dengan demikian, modul telahmenyajikan model-model pembelajaran dan mediapembelajaran berbasis TIK yang inovatif dan efektif.

Kualitas Bahan Belajar/Presentasi PowerpointSetiap sajian materi bahan belajar/presentasi

powerpoint harus memperhatikan kedalaman,keluasan dan kecukupannya. Untuk itu, pendapatresponden mengenai keluasan, kedalaman, dankecukupan materi untuk setiap bahan belajar/presentasi powerpoint disajikan dalam Tabel 10berikut ini.

Jumlah 135 100,00

Tabel 7: Kejelasan uraian materi

Kejelasan uraianmateri pada setiapmodul sehinggamudah dipahamidan dimengerti

a. Sangat jelasb. Jelasc. Cukup jelasd. Kurang jelase. Tidak jelas

21753630

15,5655,5626,672,22 0,00

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Jumlah 135 100,00

Tabel 9: Kemutakhiran uraianmateri pada setiap modul

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Kemutakhiranuraian materipada setiapmodul.

a. Sangat aktualb. Aktualc. Cukup aktuald. Kurang aktuale. Tidak aktual

18694530

13,3351,1133,332,220,00

Jumlah 135 100,00

Tabel 8: Kesesuaian Materi Modul dengan Kebutuhancalon pejabat fungsional PTP

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Kesesuaianmateri padasetiap moduldengan kebu-tuhan calonpejabat fung-sional PTP.

a. Sangat mudahb. mudahc. Cukup mudahd. Sulite. Sangat sulit

106054110

7,4144,4440,008,150,00

Berdasarkan tabel 8 tersebut, terkait relevansimateri modul, hampir semua responden (91,85%)

Page 81: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

68

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Berdasarkan tabulasi data di atas, terkait aspekcakupan materi, hampir semua responden (96,27%)menilai bahwa materi yang disajikan pada setiapbahan belajar/presentasi powerpoint ini luas danmendalam. Artinya uraian materi pada setiap bahanbelajar/presentasi powerpoint ini luas, mendalam, danmemadai untuk mencapai kompetensi yangdibutuhkan oleh peserta Diklat.

Salah satu prinsip penyusunan bahan belajartermasuk powerpoint adalah prinsip relevansi. MateriDiklat hendaknya relevan atau ada hubungannyadengan pencapaian kompetensi. Selanjutnyamengenai relevansi atau tingkat kepentingan materipowerpoint dengan kebutuhan pejabat fungsionalPTP disajikan dalam Tabel 11 berikut ini.

Kemudian mengenai kesesuaian contoh, ilustrasi,dan gambar dengan uraian materi dalam powerpointdisajikan dalam Tabel 12 berikut ini.

Tabel 10: Kedalaman dan keluasan uraian materipadabahan belajar/presentasi powerpoint.

Berdasarkan Tabel 11 di atas, terkait relevansimateri,hampir semua responden (91,04%)mengatakan bahwa materi yang disajikan pada setiappowerpoint ini sesuai dengan kebutuhan pejabatfungsional PTP. Dengan demikian, programpowerpoint ini memudahkan peserta untukmenguasai komptensi pejabat fungsional PTP.

Tabel 11: Kesesuaian materi dalam setiap media powerpointdengan tugas pekerjaan pejabat PTP

sehari-hari di lapangan

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Kedalaman,keluasan dankecukupan uraianmateri pada setiapbahan belajarpowerpoint.

a.Sangat luasb.Luasc.Cukup luasd.Kurang luase.Tidak luas

204861

41

Jumlah 135 100,00

14,9335,8245,522,990,75

Berdasarkan Tabel 12 di atas,terkait aspek sajianmateri, hampir semua responden (97,76%)menyatakan bahwa pemberian contoh, ilustrasi, dangambar adalah sesuai atau relevan dengan uraianmateri pada setiap bahan belajar powerpoint. Dengandemikian, pemberian contoh, ilustrasi, dan gambardapat memperjelas suatu konsep, teori, dalil, dansebagainya yang disajikan dalam programpowerpoint.

Pembelajaran yang baik harus selalu bersifatinteraktif. Artinya peserta dapat memberikan responsetelah memperhatikan powerpoint, misalnya denganmengerjakan tugas, latihan, mempraktekkan, dansebagainya. Selanjutnya, mengenai dukunganpemberian latihan, tugas, dan kuis/tes dalampenguasaan materi powerpoint disajikan dalam Tabel13 berikut.

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Kesesuaian materipada setiap bahanbelajar powerpointdengan kebutuhanpejabat fungsionalPTP.

a. Sangat sesuaib. Sesuaic. Cukup sesuaid. Kurang sesuaie. Tidak sesuai

18 4262111

Jumlah 135 100,00

13,4331,3446,278,210,75

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Pemberian latihan,tugas dan kuis/tesmendukung ataumemper-mudahdalam penguasaanmateri power point.

a. Sangat mudahb. Mudahc. Cukup mudahd. Sulite. Sangat sulit

35702630

Jumlah 135 100,00

26,1252,2419,402,240,00

Tabel 13: Dukungan pemberian latihan, tugas dankuis/tes terhadap penguasaan materi powerpoint

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Kesesuaian contoh,ilustrasi, dan gam-bar dengan uraianmateri dalam bahanbelajar power point.

a.Sangat sesuaib.Sesuaic.Cukup sesuaid.Kurang sesuaie.Tidak sesuai

19644821

Jumlah 135 100,00

14,1847,7635,821,490,75

Tabel 12: Tingkat kesesuaian contoh dan ilustrasi denganuraian materi dalam bahan belajar/presentasi powerpoint

Page 82: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

69

Bambang Warsita: Evaluasi Bahan Belajar DIklat Online Calon Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran

Berdasarkan Tabel 13 tersebut, terkait aspekaktivitas belajar, hampir semua responden (97,76%)menyatakan bahwa pemberian latihan, tugas dankuis/tes mempermudah penguasaan materi dalampowerpoint. Dengan demikian, pemberian latihan,tugas dan kuis/tes mempermudah peserta dalammenguasai materi powerpoint.

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalampengembangan bahan presentasi adalah informasiyang berkaitan dengan kualitas teknis (presentation),kualitas visual (gambar, animasi, caption), dankemenarikan. Pendapat responden mengenai tingkatkualitas visual gambar, tulisan (caption), animasi,bagan, diagram, dan lain-lain di dalampowerpointdisajikan padaTabel 14 berikut ini.

Berdasarkan Tabel 15 di atas, terkait alur sajian,hampir semua responden (98,51%) menyatakanbahwa urutan atau format penyajian materi (alursajian) dalam setiap powerpoint mudah dipahami ataudimengerti. Dengan demikian, sajian powerpoint inilogis dan sistematis sehingga peserta mudahmemahaminya.

Selanjutnya, pendapat responden mengenaikejelasan uraian materi dalam setiap powerpointdisajikan dalamTabel 16 berikut.

Tabel 14: Tingkat kualitas visual dalamprogram powerpoint

Jumlah 135 100,00

Kejelasan atau keta-jaman visual gambar,tulisan (caption), ani-masi, bagan, diag-ram, dll dalam powerpoint.

a. Sangat jelasb. Jelasc. Cukup jelasd. Kurang jelase. Tidak jelas

23614631

17,16%45,52%34,33%2,24%0,75%

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Berdasarkan Tabel 14 di atas, terkait aspekkualitas visual, hampir semua responden (97,01%)mengatakan bahwa kualitas visual gambar, tulisan(caption), animasi, bagan, diagram, dan lain-lain didalam powerpoint jelas. Artinya powerpoint initelahmenyajikan visual sesuai dengan pesanpembelajaran yang akan disampaikan.

Bahan belajar/presentasi powerpoint inidigunakan pada kegiatan tutorial online. Salah satuaspek yang harus diperhatikan dalampengembangan bahan belajar powerpoint adalahformat sajian materinya. Mengenai apakah urutanatau format penyajian materi (alur sajian) dalamsetiap powerpoint mudah dipahami atau tidakdisajikan dalam Tabel 15 berikut.

Tabel 15: Format sajian presentasi powerpoint

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Urutan atau formatpenyajian materi(alur sajian) dalamsetiap power pointmudah dipahami/dimengerti.

a. Sangat mudahb. Mudahc. Cukup mudahd. Sulite. Sangat sulit

15684920

Jumlah 135 100,00

11,1950,7536,571,490,00

Tabel 16: Kejelasan uraian materi dalam setiap powerpoint.

Jumlah 135 100,00

Kejelasan uraianmateri dalamsetiap powerpoint.

a. Sangat jelasb. Jelasc. Cukup jelasd. Kurang jelase. Tidak jelas

22594931

16,4244,0336,57

2,240,75

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Berdasarkan Tabel 16 di atas,terkait kejelasanuraian, hampir semua responden (97,02%)mengatakan bahwa uraian materi dalam setiappowerpoint ini jelas sehingga mudah dipahami dandimengerti. Artinya,uraian materinya telah disajikansecara logis dan sistematis sehingga mudahmemahaminya.

Kemudian, pendapat responden mengenaipenerapan isi materi yang disajikan dalam powerpointdalam tugas pekerjaan pejabat fungsional PTPsehari-hari di lapangan disajikan dalam Tabel 17berikut.

Page 83: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

70

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Berdasarkan Tabel 17 di atas,terkait aspekpenerapan, hampir semua responden (87,31%)mengatakan bahwa uraian atau isi materi yangdisajikan dalam powerpoint ini mudah untukditerapkan atau dipraktikkan dalam pelaksanaantugas pekerjaan pejabat fungsional PTP sehari-haridi lapangan. Dengan demikian, powerpoint sangatefektif untuk mendukung tutorial online.

Selanjutnya, pendapat responden mengenaiinformasi yang berkaitan dengan bahasa dalampowerpoint yaitu struktur kalimat, pilihan kata,pemberian contoh, ilustrasi, ketepatan pengucapantanda baca, dan lain-lain disajikan dalam Tabel 18berikut.

Pembahasan Kualitas Bahan Belajar ModulAda beberapa faktor yang dapat berpengaruh

terhadap kualitas bahan belajar dan harus selaludiperhatikan dalam pengembangan bahan belajar,yaitu: isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi,perwajahan dan pengemasan (Irwanof, dkk. 2010).Berdasarkan hasil pembahasan, hampir semuaresponden (91,85%) mengatakan bahwa bahanbelajar modul adalah sebagai berikut: (1) aspekcakupan-uraian materi modul luas, mendalam, danmemadai untuk mencapai kompetensi yangdibutuhkan oleh peserta Diklat; (2) aspek relevansi-uraian materi yang disajikan di dalam modul sesuaiatau relevan dengan tugas/pekerjaan peserta sehari-hari di lapangan sebagai calon pejabat fungsionalPTP; (3) aspek sajian-pemberian contoh, ilustrasi,dan gambarsesuai dengan uraian materi pada setiapmodul; (4) aspek aktivitas belajar-pemberian latihan,tugas, dan tes dinilai mendukung penguasaanpeserta Diklat terhadap materi yang diuraikan padasetiap modul atau dapat memicu dan memacupeserta Diklat secara aktif untuk belajar; (5) aspekpenggunaan visualisasi-pemberiangambar, bagan,diagram, grafik, skema, dan ilustrasimemperjelas ataumendukung uraian materi yang disajikan di dalammodul sehingga mudah dimengerti dan dipahami; (6)aspek keterbacaan-pilihan kata, susunan kalimat, danpenggunaan bahasa pada setiap modul mudahdipahami atau dimengerti; (7) aspek kejelasan-uraianmateri pada setiap modul jelas sehingga mudahdipahami dan dimengerti; (8) aspek relevansi-materiyang disajikan pada setiap modul sesuai dengankebutuhan calon pejabat fungsional PTP; dan (9)aspek kemutakhiran atau kekinian (up to date)- materiyang disajikan pada setiap modul dalam kategoriaktual. Artinya materi yang disajikan dalam modulsesuai dengan perkembangan zaman.

Pembahasan Kualitas Media PresentasiPowerpoint

Berdasarkan pembahasan,hampir semuaresponden (87,31%) mengatakan bahwa mediapresentasi powerpoint (ppt) adalah sebagai berikut:(1) aspek cakupan-uraian materi pada setiap bahanbelajar/presentasi powerpoint ini dinilai luas,

Tabel 17: Penerapan isi materi yang disajikan dalam powerpoint dalam tugas pekerjaanfungsional PTP sehari-hari di lapangan

Berdasarkan Tabel 18 di atas,terkait aspekbahasa,hampir semua responden (97,02%)mengatakan bahwa pilihan kata, susunan kalimat,dan penggunaan bahasa dalam setiap powerpointini mudah dipahami atau dimengerti. Artinya sajianpowerpoint ini telah menggunakan bahasasederhana, komunikatif, kalimatnya pendek, kata-katanya mudah dimengerti, kata-kata yang dipakaisehari-hari.

Tabel 18: Penggunaan bahasa dalam powerpoint

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Secara keseluruhanpilihan kata, susunankalimat danpenggunaan bahasadalam setiappowerpoint apakahmudah dimengerti.

a. Sangat mudahb. Mudahc. Cukup mudahd. Sulite. Sangat sulit

176548

31

Jumlah 135 100,00

12,6948,5135,822,240,75

Aspek yang dinilai Alternatif Jawaban F %

Penerapan isi materiyang disajikan dalampowerpoint dalam tugaspekerjaan pejabatfungsional PTP sehari-hari di lapangan.

a. Sangat mudahb. Mudahc. Cukup mudahd. Sulite. Sangat sulit

12426317

0

Jumlah 135 100,00

8,9631,3447,0112,690,00

Page 84: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

71

Bambang Warsita: Evaluasi Bahan Belajar DIklat Online Calon Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran

mendalam, dan memadai untuk mencapai kompetensiyang dibutuhkan oleh peserta Diklat; (2) aspekrelevansi-uraian materi yang disajikan pada setiapmedia powerpoint dinilai sesuai atau relevan dengantugas/pekerjaan peserta sehari-hari di lapangansebagai calon pejabat fungsional PTP; (3) aspeksajian-pemberian contoh, ilustrasi, dan gambar dinilaidapat memperjelas suatu konsep, teori, dalil, dansebagainya yang disajikan dalam media powerpoint;(4) aspek aktivitas belajar-pemberian latihan, tugas dankuis/tes dinilai dapat mempermudah peserta Diklatmenguasai materi powerpoint; (5) aspek visualisasi-kualitas visual gambar, tulisan (caption), animasi,bagan, diagram, dan lain-lain di dalam powerpointdinilai jelas sehingga mudah dimengerti dan dipahami;(6) aspek alur sajian-urutan atau format penyajianmateri (alur sajian) dalam setiap powerpoint dinilaimudah dipahami atau dimengerti karena logis dansistematis; (7) aspek kejelasan uraian materi dalamsetiap powerpoint ini dinilai cukup jelas sehinggamudah dipahami dan dimengerti; (8) aspek penerapan-uraian atau isi materi yang disajikan dalam powerpointini dinilai cukup mudah untuk diterapkan ataudipraktikkan dalam pelaksanaan tugas pekerjaanpejabat fungsional PTP sehari-hari di lapangan; dan(9) aspek bahasa-pilihan kata, susunan kalimat danpenggunaan bahasa dalam setiap powerpoint dinilaicukup mudah dipahami atau dimengerti karenabahasanya sederhana, komunikatif, kalimatnyapendek, kata-katanya mudah dimengerti, dan kata-katayang dipakai sehari-hari.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Karakteristik bahan belajar modul telahmemenuhi kriteriasebagai bahan belajar yangberkualitas baik. Pada aspek keluasan, kedalaman,dan kecukupan materi untuk setiap modul dalamkategori baik. Pemberian contoh, ilustrasi, dan lainlain sesuai atau relevan dengan uraian materi.Pemberian latihan, tugas dan tes mendukung ataurelevan dengan uraian materi.

Tingkat keterbacaan modul dinilai sudah cukupbaik karena pilihan kata, susunan kalimat, danpenggunaan bahasanya mudah dipahami atau

dimengerti. Penyajian uraian materi jelas karenaurutan sajiannya logis dan sistematis. Pemberianvisualisasi modul dapat mempermudah pemahamanterhadap materi modul. Materi yang disajikan padamodul relevan atau sesuai dengan kebutuhan calonpejabat fungsional PTP. Materi yang disajikan dalammodul aktual (up to date) atau tidak ketinggalanzaman. Uraian atau isi materi setiap modul ini mudahditerapkan dalam pelaksanaan tugas pekerjaanfungsional PTP.

Karakteristik bahan belajar powerpoint ini telahmemenuhi kriteria dan masuk dalam kategoriberkualitas baik. Pada aspek keluasan, kedalaman,dan kecukupan uraian materi baik. Pemberian contoh,ilustrasi, dan gambar sesuai atau relevan denganuraian materi. Format penyajian materi atau alururaian atau pembahasannya mudah dipahami ataudimengerti.

Pilihan kata, susunan kalimat dan penggunaanbahasa dalam powerpoint ini mudah dipahami ataudimengerti. Uraian materi dalam powerpoint ini mudahuntuk diterapkan dalam pelaksanaan tugas pekerjaansehari-hari calon pejabat fungsional PTP. Pemberianlatihan, tugas dan kuis/tes mempermudahpenguasaan materi. Materi yang disajikan dalampowerpoint ini relevan atau sesuai dengan kebutuhanpejabat fungsional PTP. Uraian materi (narasi) dalamprogram powerpointini jelas.

SaranBahan belajar merupakan media dan sumber

belajar yangg memiliki kedudukan yang strategisdalam Diklat online. Oleh karena itu, bahan belajarlain seperti program video tutorial supaya dievaluasitingkat kualitasnya agar dapat meningkatkan hasilbelajar peserta Diklat. Selain itu, dalam upaya untukmeningkatkan penguasaan atau pencapaiankompetensi peserta Diklat, perlu adanya evaluasipada aspek yang lain, misalnya evaluasi kualitaskegiatan pembelajaran mandiri, belajar kelompok dantutorial online. Artinya, perlu juga dievaluasi aspekpengelolaan atau penyelenggaraan Diklatnya dansistem penilaian hasil belajarnya untuk memastikanlayanannya berkualitas. Bahkan perlu ada kajianbagaimana kinerja mereka setelah menjadi PTP.

Page 85: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

72

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PUSTAKA ACUANDirektorat Pembinaan SMA. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta: Dirjen ManDikdasmen, Depdiknas.

Julaeha, Siti. 2004. Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Jarak Jauh, Pondok Cabe-Tangerang Selatan: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka.

Harijanto, Muhammad. 2007. Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkakan Kualitas Pembelajaran Program PGSD,

Surabaya: Jurnal Didaktika, Vol.2 No.1 Maret 2007: 216-226.

Irwanof, Prayekti, Sukmayadi, Dodi. 2010. Evaluasi Bahan Ajar, Kajian terhadap Subtansi dan Media PEFI4309 Praktikum

Fisika1, Pondok Cabe-Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas terbuka

Kurniawati, Ika. 2011. Pengujian Prototipa Media Pembelajaran, Ciputat-Tangerang Selatan: Pustekkom Kemdikbud.

Kemdikbud. 2014. Permendikbud No: 128 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi

Pembelajaran, Jakarta: Kemdikbud.

Kemdikbud. 2015. Permendikbud No: 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta: Kemdikbud.

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Moeloek, Farid Anfasa, dkk. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP).

Mutmainah, Siti. 2014. Evaluasi Media dan Sistem Pembelajaran. Ciputat-Tangerang Selatan:Pustekkom Kemendikbud.

Menteri Negara PAN. 2009. Permenpan No: PER/2/M.PAN/3/2009 tentang Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi

Pembelajaran dan Angka Kreditnya, Jakarta: Meneg PAN.

Setiawan, Titus Permadi. 2012.Survei Online Penunjang Penelitian Praktis dan Akademis, Seminar Nasional Tekno-logi

Informasi & Komunikasi Terapan 2012 (Semantik 2012), Semarang: 23 Juni 2012

Suparman, M. Atwi & Zuhairi, Aminudin. 2004. Pendidikan Jarak Jauh Teori dan Praktek,Pondok Cabe: Penerbit Universitas

Terbuka.

Yunus, Muhamad, Panen, Paulina. 2004. Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Tinggi Jarak Jauh, Pondok Cabe: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Penerbit PT. Reneka Cipta.

Warsita, Bambang. 2014.Peran profesi pengembang teknologi pembelajaran di sekolah dalam mensukseskan pelaksanaan

kurikulum 2013, Ciputat-Tangerang Selatan:Jurnal Teknodik, Pustekkom Kemdikbud, Volume 18 No.: 2, Agustus 2014.

Warsita, Bambang, Yanuarti, Rica, dan Steviano, Irfana. 2014. Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pengembang

Teknologi Pembelajaran Secara Online, Ciputat-Tangerang Selatan: Pustekkom Kemdikbud.

Wuryanto, Agus. 2010. Evaluasi bahan Ajar, https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/09/02/evaluasi-bahan-ajar/,diunduh

26 Desember 2015.

Website:http://survei.belajar.kemdikbud.go.id/ index.php/159465

Website:http://belajar.kemdikbud.go.id/ptp

Website:http://vicon.kemdikbud.go.id/scopia/ entry/index.jsp

UCAPAN TERIMAKASIHPenulis menyadari bahwa artikel ini dapat diselesaikan atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada peserta Diklat online calon pejabat fungsioanal PTPtahun 2014 yang telah berperanserta dalam kegiatan penelitian ini. Secara khusus, ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada Drs. Sudirman Siahaan, M.Pd sebagai dewan redaksi Jurnal Teknodikatas koreksi dan masukannya.

*******

Page 86: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

73

Faiza Indriastuti: Pengembangan Model Media Audio Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini

PENGEMBANGAN MODEL MEDIA AUDIO PEMBELAJARANUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

ANAK USIA DINI

INSTRUCTIONAL AUDIO MEDIA DEVELOPMENTTO INCREASE LISTENING SKILL OF EARLY-AGED CHILDREN

Faiza IndriastutiBalai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan (BPMRPK), Yogyakarta

Jl. Sorowajan Baru No 367, Banguntapan, Yogyakarta, [email protected]

Diterima tanggal: 02 April 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 21 April 2016, disetujui tanggal: 08 Mei 2016

Abstrak: Bahasa adalah alat komunikasi yang penting bagi setiap orang. Melalui bahasa, seseorang dapatmengembangkan kemampuan sosialnya. Penguasaan keterampilan sosial dalam masyarakat dimulai dengankemampuan berbahasa, dan dimulai sejak dini. Salah satu aspek tolok ukur dari keterampilan berbahasa adalahmenyimak. Menyimak akan mendukung kemampuan kosakata seseorang sehingga memperlancar kemampuanberkomunikasinya. Peningkatan kemampuan menyimak pada anak usia dini akhir-akhir ini banyak diabaikan. Beberapabahkan hanya fokus pada pengenalan huruf dan angka. Untuk itu, melalui kelebihan-kelebihan media audio, BPMRPKmengembangkan salah satu model pembelajaran yang memfokuskan pada peningkatan kemampuan menyimak anakusia dini, yaitu program Aku Kenal Suara Itu (AKSI).Selain pengembangan AKSI, artikel ini juga membahas efektivitasmodel media audio pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode mix research yang menggabungkan metodepenelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan melibatkan 300 anak usia dini dan 88 pendidik PAUD dari 8 propinsi diIndonesia. Hasil dari penerapan model AKSI untuk peserta didik usia dini menunjukkan nilai 150,50 yang berartibahwa desain pembelajaran AKSI layak atau sesuai untuk digunakan sebagai model pembelajaran.Sedangkan hasilpenerapan oleh pendidik dalam pembelajaran, menunjukkan nilai rata-rata 44,50 yang berarti bahwa model ini efektifuntuk digunakan sebagai salah satu desain model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan menyimak bagianak usia dini. Oleh karena itu, model AKSI sesuai dan efektif untuk digunakan sebagai salah satu model pembelajarandalam meningkatkan kemampuan menyimak bagi anak usia dini kelompok usia 4-6 tahun.

Kata kunci: menyimak, pendidikan anak usia dini, model media audio pembelajaran

Abstract: Language is an essential communication instrument for everyone. Through language,someonecan developtheir social skill. Social skill masterystarts with language skill, which has been developing since early ages. One of thelanguage aspects indicating someone’s language skill is listening. Listening will support vocabulary mastery, which isvery important for language skill. However, listening skill development at early-aged child is overlooked. Some evenjust focus on literacy and numeracy. Therefore, through the advantages of audio media, BPMRPK develops a learningmodel which focuses on improving listening skill of early-aged children, i.e. Aku Kenal Suara Itu (AKSI) program.BesidesAKSI, this article also discusses about the effectiveness of instructional audio media model in learning. This studyuses mix research method that combines quantitative and qualitative research methods, involving 300 early-agedchildren and 88 early-aged child educators from 8 provinces in Indonesia. The result of AKSI model implementationfor early-aged children shows the value of 150.50, which means that AKSI as instructional design is suitableto be usedas a learning model. The result of AKSI implementation by educators shows an average value of 44.50, which meansthat this model is effective to be used to improve early-aged children’s listening skill. Therefore, it can be concludedthat AKSI model is suitable and effective to be used to improve early-aged children’s listening skill (4-6 years old).

Keywords: listening, early-aged child education, instructional audio media model

123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123

Page 87: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

74

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PENDAHULUANPendidikan anak usia dini telah menjadi sangat

populer dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, saatini, kita dapat dengan mudah menemukan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan dari pelosokdesa hingga perkotaan yang menyelenggarakanPAUD mulai dari kelompok bermain hingga TamanKanak-kanak, mulai dari usia 3 sampai 6 tahun.Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 14menyatakan bahwa Pendidikan Anak UsiaDini(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enamtahun yang dilakukan melalui pemberian rangsanganpendidikan untuk membantu pertumbuhan danperkembangan jasmani dan rohani agar anakmemiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebihlanjut. Pendidikan hendaknya dibangun denganempat pilar, yaitu: learning to know, learning to do,learning to be, dan learning to live together.

Layanan pendidikan pada anak usia dini sangatberpengaruh pada perkembangan mereka. Tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yangcenderung bertahan dan mempengaruhi sikap danperilaku anak sepanjang hidupnya. Hasil penelitianyang dilakukan oleh Benyamin S. Bloom,menunjukkan bahwa pertumbuhan sel jaringan otakpada anak usia 0-4 tahun mencapai 50% hingga usia8 tahun mencapai 80%. Artinya, bila pada usiatersebut otak anak tidak mendapatkan rangsanganyang maksimal, otak anak tidak akan berkembangsecara optimal. Pada dasawarsa kedua yaitu usia 18tahun perkembangan jaringan otak telah mencapai100%. Oleh sebab itu, masa kanak-kanak dari usia0-8 tahun disebut sebagai masa emas (GoldenAge)yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangankehidupan manusia sehingga sangat penting untukmerangsang pertumbuhan anak dengan memberikanperhatian baik kesehatan anak, penyediaan gizi yangcukup dan layanan pendidikan (Diktentis, 2003:1).Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembagapendidikan non formal yang mengupayakanpembinaan bagi anak yang dilakukan melaluipemberian rangsangan pendidikan untuk membantupertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasukipendidikan lebih lanjut (UU No. 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional).

Pertumbuhan anak usia dini tidak hanya diukurdari bagaimana mereka tumbuh dan berkembangsecara fisik dan akademik, namun juga kemampuansosialnya. Salah satu tolok ukur yang masih belumbanyak dilihat adalah keterampilan berbahasa anak.Bahasa merupakan alat komunikasi bagi semuaorang, tidak terkecuali seorang anak. Mereka dapatmengembangkan kemampuan sosialnya melaluikomunikasi atau berbahasa. Selain untukberkomunikasi, bahasa juga dapat digunakan untukmengekspresikan keinginan dan pemikiran. Dalamilmu kesehatan, kemampuan berbahasa seoranganak dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunyaadalah adanya stimulus dari lingkungan, baik itulingkungan sekolah, lingkungan bermain, ataupunlingkungan keluarga.

Namun demikian, fenomena yang terjadi akhir-akhir ini justru menurunnya kemampuan komunikasitersebut. Hal ini dikarenakan: (1) kurangnya waktuorangtua untuk berkomunikasi secara intensif dengananak; dan (2) adanya daya tarik lain yang bersaingdengan pembicaraan atau perhatian lain (Orange,Teresa, and Louis O’Flynn, 2007: 64).

Mengingat pentingnya pengembangankemampuan berbahasa anak sejak dini tersebut,BPMRPK mengembangkan sebuah modelpembelajaran melalui media audio untuk merangsangperkembangan berbahasa bagi anak usia dini. Modelini menitikberatkan pada stimulus auditif anak.

KAJIAN LITERATURKemampuan Berbahasa Anak Usia Dini

Berbahasa merupakan keterampilan pentingyang memungkinkan seseorang untukberkomunikasi. Anak-anak akan mulaimengembangkan kemampuan berbahasasederhananya untuk mendapatkan kebutuhannya,mulai dari saat masih bayi yang menangis untukmendapatkan keinginannya. Keterlambatan dalamberkomunikasiakan menyebabkan anak menjadifrustrasi dan terjadi miskomunikasi tentang apa yangmungkin sedang dia coba diungkapkan (Brannagan,

Page 88: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

75

Faiza Indriastuti: Pengembangan Model Media Audio Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini

2015:1). Jadi, jelas artinya bahwa pengembanganbahasa menjadi sangat penting bagi seorang anakdalam dalam mencapai keinginannya melaluikomunikasi.

Perkembangan keterampilan berbahasamelibatkan empat kemampuan dasar dan interaktifyaitu: (1) mendengarkan (menyimak); (2) berbicara;(3) membaca; dan (4) menulis (Bozorgian, 2012:658).Keterampilan mendengar dari seorang anak sangatpenting artinya bagi perkembangan keterampilanberbahasanya. Hal ini dikarenakan keterampilantersebut akan membantu anak dalam belajar tentangbagaimana mengembangkan kemampuanberbahasa. Keterampilan mendengarkan adalahkemampuan anak untuk mendengar danmenginterpretasikan informasi yang disampaikansecara lisan. Dibutuhkan kemampuan untukmemahami dan menyimpan informasi, sertabagaimana menanggapinya. (Newstat, 2016).

Pendidik sebagai fasilitator idealnya menyusunpembelajaran yang memberikan stimulasiperkembangan kemampuan menyimak yang dapatmembantu menciptakan makna dari perkembangankemampuan menyimak yang dapat membantumenciptakan makna dari pengalaman anak sendiridalam dunia nyata ke dalam varietas mental linguistikyang lebih luas. Adapun pelaksanaan pembelajarandalam mengembangkan kemampuan menyimakanak usia dini ini membutuhkan strategi dan mediapembelajaran yang sesuai agar hasil pembelajaranberhasil dengan baik (Nurhayati, 2013: 3).

Dalam sebuah penelitian di Inggris, disimpulkanbahwa dibutuhkan perhatian lebih pada poinpeningkatan keterampilan menyimak sehingga anak-anak dapat membangun kosakata dan belajarmenyimak dengan lebih konsentrasi (Rose, 2006:4-7).Artinya, perkembangan kemampuan berbahasa anakusia dini sangat penting karena melalui bahasa anakdapat berkomunikasi dengan orang lain dan menjadisalah satu kebutuhan dasar kemampuan yang harusdimiliki oleh seorang anak akan meningkatkankemampuan yang lain. Pada dasarnya, semuaaktifitas yang dapat merangsang kemampuanberbahasa anak usia dini dapat dilakukan olehpendidik dan orang tua. Pendidik dapat menstimulasi

perkembangan bahasa anak melalui penggunaanbahasa yang baik dan benar, berkomunikasi secaraaktif dengan anak. Selain itu, pendidik juga dapatberimprovisasi dengan menggunakan media atau alatbantu yang sesuai dengan lingkungan. Demikian jugaorang tua, dapat membantu perkembangankebahasaan anak di rumah. Melalui programparenting ini, orang tua dapat membantumeningkatkan kemampuan berbahasa anak melaluipemanfaatan media yang tersedia (misalnya televisidan radio) atau disesuaikan dengan lingkungannya.

Peningkatan Kemampuan Menyimak pada AnakUsia Dini Melalui Media Audio dengan FormatCerita

Peningkatan kemampuan menyimak bagi anakusia dini dapat dilakukan melalui media audiointeraktif yang digunakan oleh pendidik dalampembelajaran. Materi yang disampaikan juga dapatdisesuaikan dengan kelompok usia dan indikatoryang akan dicapai. Salah satu contoh adalahpengenalan huruf abjad sebagai dasar bekalkemampuan membaca anak. Kunci utama daripeningkatan kemampuan ini adalah pengulanganpemutaran media audio, sehingga anak dapatmemahaminya (Suswati dan Mas’udah, 2015:2-8).

Menyimak atau mendengarkan adalah merupakanketerampilan berbahasa pertama yang dikembangkanoleh anak-anak dan hal tersebut merupakanketerampilan komunikasi yang paling dominan bagimereka di kelas dan kehidupan sehari-hari. Salah satucara dalam mengembangkan keterampilan menyimakadalah melalui dongeng atau cerita (Oduoluwu &Akintemi, 2014: 100). Menyimak dalam pembahasanini didefinisikan sebagai bentuk komunikasi yangmelibatkan pendengaran, menafsirkan danmembangun makna. Proses yang secara aktif merekabangun tidak terbatas pada kata yang diucapkan,partisipasi dalam rutinitas sehari-hari serta prosespengambilan keputusan (Jalongo, 2010: 4). Sangatpenting bagi anak-anak untuk mengembangkanketerampilan menyimak dengan baik untukmenghadapi tuntutan akademik dari sekolah danbelajar tentang keterampilan keaksaraan.Keterampilan menyimak ini membantu membimbing

Page 89: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

76

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

anak-anak dan memungkinkan mereka menjadipendengar yang aktif, sehingga dapat dengan cepatmemahami dan mendapatkan wawasan (Brown,2012).

Metode menyimak merupakan kegiatanmendengarkan dengan seksama melalui simbol-simbol suara sehingga diperlukan keseriusan dankonsentrasi pada anak. Menyimak juga merupakansuatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengarmelalui bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik danmereaksi makna yang terkandung dalam bahasasimakan (Tarigan, 1991:14). Menyimak adalah suatuoperasi psikologis yang rumit yang merupakan saranauntuk merasakan bukti-bukti atau bagian lambangdan tanda yang telah disandikan oleh sistem sarafpusat dan sistem saraf otomatis yang diubah menjadipesan-pesan yang dapat dipahami (Tarigan,2008:132).

Keterampilan menyimak adalah kegiatanmendengarkan secara aktif dalam memperolehinformasi, memahami isi, dan mengerti maknapengetahuan secara lisan. Mengingat pentingnyakemampuan menyimak dalam proses belajar anakusia dini tersebut, diperlukan strategi dan media yangsesuai dan efektif untuk mengembangkankemampuan menyimak tersebut. Salah satu mediayang dapat digunakan adalah media audio.Mengingat media audio merupakan media yangmengandalkan pendengaran dan isi atau pesannyapun disampaikan dalam bentuk lambang-lambangauditif, media ini berpotensi untuk dapat digunakandalam meningkatkan kemampuan menyimak ataumendengarkan.

Media juga merupakan salah satu faktor penentukeberhasilan pembelajaran. Melalui media, prosespembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan(joyfull learning). Dengan media pembelajaran, sedikitbanyak tugas pendidik untuk menyampaikan pesanpembelajaran dapat disampaikan dengan lebihmudah menyerap materi pembelajaran (Susilana danRiyana, 2009:25). Selain itu, aspek penting lainnyaadalah bahwa penggunaan media dapat membantumemperjelas pesan pembelajaran. Adakalanyapenyampaian informasi melalui lisan atau tatap mukasaja tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh peserta

didik. Oleh karenanya, perlu adanya peran mediasebagai alat bantu untuk memperjelas pesanpembelajaran.

Sedangkan format sajian dari media audio yangefektif digunakan untuk pembelajaran anak usia diniadalah dalam format cerita. Dongeng dan cerita efektifbagi anak-anak untuk mengembangkan pemahamandalam menyimak dan menjadi bahan yang bergunabagi keaksaraan baik sebagai bahasa pertamamapun bahasa kedua (Zevenbergenn andWhitehurst, 2003:177-200).

Cerita bagi anak usia dini adalah penyajian materipembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dariguru kepada anak usia dini. Dalam pelaksanaankegiatan pembelajaran anak usia dini, metodebercerita dilaksanakan dalam upayamemperkenalkan, memberikan keterangan ataumenjelaskan tentang hal baru dalam rangkapenyampaian pembelajaran yang dapatmengembangkan kompetensi dasar anak usia dini(Dhieni, 2008:65). Anak TK dapat menyimak ceritadengan kalimat yang kompleks dan durasi selama15 sampai 20 menit. Salah satu perkembangan utamaselama lima tahun perkembangan usia anak,kemampuan mereka adalah untuk fokus pada tugasmendengarkan. Kegiatan menyimak ini dapat merekalakukan secara aktif sehingga mereka dapatmengembangkan kosakata dan pengetahuan tentangdunia yang akan membantu mereka saat belajarmemahami bacaan (PBS parents, 2016).

Berangkat dari batasan tersebut di atas,makacerita yang dibawakan oleh guru harus menarik danmengundang perhatian anak. Untuk mempertinggiefektifitas pembelajaran pada anak usia dini, gurudapat menggunakan media audio saat kegiatanbercerita. Cerita bagi anak usia dini ini akan lebihmenarik bila ditambahkan dengan ilustrasi-ilustrasiberupa soundeffect untuk membangun suasana,musik atau lagu untuk menambah kemenarikan daricerita atau dongeng yang disampaikan dalam bentuknarasi dan dialog. Melalui model ini, diharapkan anakusia dini akan mempunyai imajinasi untuk materi dariabstrak ke kongkrit. Efek jangka panjangnya,diharapkan dapat meningkatkan keterampilanberbahasa anak usia dini melalui kegiatan menyimak.

Page 90: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

77

Faiza Indriastuti: Pengembangan Model Media Audio Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini

Manfaat bercerita bagi anak diantaranya adalah:(1) memberikan pengalaman belajar melaluimenyimak dan berlatih mendengarkan; (2)membangun imajinasi anak tentang suatu hal yangada di lingkungannya; (3) penanaman pendidikankarakter secara sederhana; (4) memberikanpengetahuan tentang nilai-nilai agama dan moral, fisikmotorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seniyang merupakan STPPA. Sedangkan tujuan kegiatanbercerita adalah: (1) menanamkan pendidikankarakter pada anak usia dini; dan (2) memberikaninformasi dan pengetahuan tentang segala sesuatuyang ada di lingkungan anak usia dini.

Model Media Audio untuk MeningkatkanKemampuan Menyimak Anak Usia Dini

Berbagai penelitian dilakukan dalammeningkatkan kemampuan menyimak untuk anakusia dini mulai dari memperkenalkan hal-halsederhana seperti penyebutan benda sampaimenyebutkan suara atau bunyi. Salah satu modelmedia audio pembelajaran tersebut telahdikembangkan oleh BPMRPK. Sebagai salah satuUnit Pelaksana Teknis dari Kementerian Pendidikandan Kebudayaan, BPMRPK bertugasmengembangkan media audio untuk pembelajaran.

Salah satu sifat dasar anak adalah rasa ingin tahuyang besar, termasuk keingintahuan tentanglingkungan alam sekitar, salah satunya adalah bunyi/suara. Pengenalan tentang bunyi/suara dapatmembantu meningkatkan kemampuan anak dalammengenali lingkungannya. Selain itu, pengenalanbunyi/suara juga dapat membantu mengeksplorasikemampuan terhadap lingkungannya. Denganmempertimbangkan hal tersebut, maka materi padamodel peningkatan kemampuan berbahasa anak usiadini tersebut dipilih materi dari hal yang palingsederhana yaitu mengenalkan suara atau bunyimelalui format cerita.

Model yang dikembangkan tersebut dinamakanAku Kenal Suara Itu yang kemudian disingkat menjadiAKSI. Model ini dikemas dalam format (1) cerita ataudongeng; (2) cerita yang disisipi dengan lagu. AKSIdikembangkan untuk anak usia dini, dengankelompok umur 4-6 tahun (TK). Model ini dirancang

dengan tujuan; (a) jangka pendek, untukmengenalkan bunyi atau suara melalui cerita,dongeng atau cerita dan lagu yang diharapkan dapatmemberikan pemahaman kepada anak, sehinggamenunjang tingkat pencapaian perkembangan anakusia dini pada aspek-aspek nilai-nilai Agama danMoral (NAM), kognitif, bahasa, sosial emosional danseni; serta (b) jangka panjang, sebagai model mediaaudio yang diharapkan dapat meningkatkankemampuan menyimak bagi anak usia dini sehinggameningkatkan kemampuan berbahasa mereka.

AKSI mempunyai spesifikasi: (1) dirancangsebagai bahan ajar yang menjadi alat bantu kegiatanpembelajaran bagi pendidik PAUD; (2) disajikandalam format audio MP3; dan (3) diputar melalui CD/DVD player, komputer, laptop, atau MP3 player. Selainitu, model juga dilengkapi dengan alat evaluasipembelajaran bagi anak didik yang diisi oleh pendidik.Melalui alat evaluasi tersebut, pendidik dapat denganmudah memantau perkembangan kemampuanmenyimak anak didiknya.

Kelebihan dan Kekurangan AKSI dalamPembelajaran PAUD

AKSI termasuk ke dalam media audiopembelajaran yang penyajiannya dalam bentuk audio.Karena media audio merupakan media yangmenyampaikan pesan melalui bentuk auditif, AKSImempunyai kelebihan pada sisi tertentu, yaitu: (1)dapat merangsang perasaan, perhatian sehinggamembuat anak berkeinginan lebih untukmendengarkan; (2) kemenarikan program yangdisampaikan dalam bentuk dongeng dan dikuatkandengan soundeffect maupun musik sebagaipembangun suasana sehingga seolah-olah anak didikmengalami kejadian tersebut melalui imajinasinya; dan(3) pengenalan bunyi atau suara melalui dongengdalam AKSI merangsang daya ingat anak.

Selain kelebihan, AKSI juga mempunyai kelemahandalam pembelajaran anak usia dini, yaitu: (1)karakteristik media audio yang hanya mengandalkanpendengaran. Oleh karena itu, media AKSI ini tidakmenampilkan visual yang dapat digunakan sebagaibahan pendukung pembelajaran; (2) media audio inimemerlukan daya konsentrasi (pemusatan perhatian)

Page 91: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

78

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

yang lebih tinggi dibandingkan media lainnya sehinggadibutuhkan kreatifitas pendidik pada saatmemanfaatkannya; dan (3) media AKSI yangmengandalkan kemampuan auditif anak usia dini inimemerlukan appersepsi ataupun penjelasan lebih bagianak usia dini yang masih berpikir konkrit untukmenumbuhkan kemampuan pikir abstrak mereka.

Dari beberapa kekurangan yang ada tersebut, AKSItelah menyertakan solusinya, yaitu diantaranya adalah:(1) durasi program yang disesuaikan dengan masadurasi konsentrasi maksimal anak usia dini;dan (2)penyajian program yang terbagi menjadi beberapa trackyaitu dongeng, lagu, kumpulan soundeffect pada bunyiatau suara, serta kumpulan gambar atau photo yangdapat mendukung visualiasasi anak usia dini tentangtema yang sedang dipelajari. Hal ini dilakukan juga untukmengantisipasi kebutuhan pembelajaran bagi pendidik.Artinya, pendidik dapat langsung memilih salah satutrack yang sesuai dengan kebutuhannya dalamkegiatan pembelajaran.

METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan dalam analisis ini

adalah mixed research yang merupakan gabunganantara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.Penelitian kualitatif dalam hal ini bertujuan untukmenggambarkan secara jelas sesuai dengan kenyataanempiris yang terjadi di lapangan serta dituangkan kedalam pernyataan-pernyataan sesuai denganfenomena yang terjadi (Moleong, 2006:11). Fokuspenelitian ini terdiri dari dua hal, yaitu: (1) efektifitasmedia audio AKSI untuk peningkatan kemampuanmenyimak pada peserta didik usia dini, dan (2) efektifitasdesain model pembelajaran bagi peserta didik PAUDdengan melibatkan media audio AKSI.

Populasi penelitian ini adalah pendidik dan pesertadidik PAUD di seluruh Indonesia. Sedangkan sampelpenelitian ini ditentukan secara purposive (dipilih denganpertimbangan dan tujuan tertentu). Dari penentuansampel tersebut, diperoleh subyek penelitian sejumlah300 anak usia dini kelompok umur 4-6 tahun (TK A danTK B) serta 88 pendidik PAUD.

Lokasi penelitian untuk pemanfaatan program iniberada di 8 kota di Indonesia, yaitu: Bengkulu, Banten,Garut, Yogyakarta, Bangkalan, Banjarmasin, Mamuju,

dan Kupang. Sedangkan waktu penelit iandilaksanakan mulai dari bulan Agustus sampaidengan Oktober 2015. Teknik pengumpulan data:(1) metode observasi, yang menggunakan lembarpenilaian peserta didik yang dilakukan oleh pendidik;dan (2) metode angket tentang efektivitas desainpembelajaran media AKSI dalam pembelajaran olehpendidik.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Analisis Pemanfaatan

Perlu dipahami bahwa efek jangka panjang yangdiharapkan dalam rangka peningkatan kemampuanmenyimak bagi anak usia dini ini adalah untukmeningkatkan kemampuan berbahasa mereka,terutama bahasa lisan atau komunikasi. Sangat pentingbagi anak usia dini untuk mempunyai kemampuanberkomunikasi secara interpersonal maupunintrapersonal. Melalui komunikasi yang baik, anak usiadini akan lebih mudah mengembangkan setiap tahapanaspek perkembangan mereka.

Untuk melihat sejauh mana efektifitas model AKSIdalam membantu dan memfasilitasi pendidik dalammeningkatkan kemampuan menyimak anak usia dini,penulis sebagai pengembang model di BPMRPKmelakukan penelitian tentang hal tersebut.

Tabel 1. Instrumen untuk peserta didik

Menyimak Mendengarkan mendengarkan programminimal 5 menit.

Interpretasi Menyebutkan tokohMengenali suara tokohMenyebutkan sifat tokohDapat menyebutkan sifattokoh dalam ceritaDapat menyebutkan bunyi/suara dalam cerita

Variabel Indikator Butir Pernyataan

Dapat mengenali suara tokohdalam ceritaDapat menyebutkan temadalam ceritaDapat menyebutkan isi cerita

Reaksi Dapat menirukan suara/bunyiDapat mengekspresikangerakan sesuai denganperintah program

Page 92: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

79

Faiza Indriastuti: Pengembangan Model Media Audio Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini

menggambarkan data yang telah terkumpulsebagaimana adanya tanpa bermaksud membuatkesimpulan yang umum yang berlaku untuk umum(Sugiyono, 2012:199). Data kuantitatif diperoleh dariangket berupa kuesioner yang diberikan kepadaresponden oleh peneliti. Data yang dianalisisdimaksudkan untuk mendeskripsikan ataumenggambarkan sampel dengan apa adanya.Langkah yang digunakan untuk menganalisis datakuantitatif yang telah terkumpul yaitu: (1) pemberianskor jawaban responden; (2) menjumlahkan skoryang didapat dari responden berdasarkan tingkatkecenderungan; (3) mengelompokkan skor yangdidapat dari responden berdasarkan tingkatkecenderungan; dan (4) melihat presentase tingkatkecenderungan dengan kategori yang ada, sehinggadiperoleh informasi mengenai hasil penelitian.Pemberian skor dalam penelitian efektifitas ini dalamskala 1-4.

Untuk menentukan kecenderungan masing-masing aspek, dilakukan dengan mengkategorikantingkat kecenderungan. Data penelitian yangdiperoleh dari hasil pengukuran dideskripsikanmenjadi beberapa kategori. Kriteria yang digunakanyaitu skor rata-rata ideal (M) dan simpangan bakuideal (Sbi). Empat kategori tingkat kecenderungan(Saifudin Azwar, 2003: 163), adalah sebagai berikut(Tabel 6):

Tabel 6. Pedoman Koversi Skor ke dalam Empat kategori

Skor Rumus Koversi Kategori4 M+1,5Sbi X < M+3Sbi Sangat Baik3 M X < M+1,5Sbi Baik2 M-1,5Sbi X < M Kurang Baik1 M-3Sbi X < M-1,5Sbi Tidak Baik

Keterangan :

X: skor rata-rata

M: rata-rata ideal

½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Sbi: simpangan baku

1/6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

Skor maksimal ideal : butir x skor tertinggi

Skor minimal ideal : butir x skor terendah

Sumber: Saifudin Azwar.

Sedangkan untuk melihat efektifitas desainpembelajaran bagi pendidik dengan melibatkanmodel media audio AKSI, digunakan instrumendengan skala pengukuran Guttman. Skala Guttmanpada instrumen dalam penelitian ini, diberikan nilaiskala berikut:

Ya diberi skor 1Tidak diberi skor 0

Tabel 2: Instrumen untuk pendidik

Variabel Indikator Butir Pernyataan

Ketersediaan alat Alat pemutar program yangtersedia.

Kemudahan Kemudahan dalampembelajaran

Keamanan Keamanan untuk digunakanPetunjuk Petunjuk pemanfaatanpemanfaatan dipahami dengan mudah.

Artistik Artikulasi jelasIntonasi enak didengar.Pengisi suara sesuai dengankarakterMusik sesuai dengan materiprogramSoundeffect sesuai materiprogram

Bahasa Kosakata mudah dipahami.

Minat Minat menggunakan dalampembelajaranDapat diterapkan dalampembukaan pembelajaranDapat diterapkan dalam intipembelajaranDapat diterapkan dalampenutupan pembelajaran

Teknis

Estetika/Tampilan

Motivasi

Dapat menyanyikan lagusesuai dengan program

Attitude Mendengarkan dengantenangMendengarkan dengan penuhperhatian

Teknik analisis data metode kuantitatif dalampenelitian ini digunakan untuk mengukur persentaseguru yang menjawab pertanyaan yang diberikanpeneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalahstatistik deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untukmenganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

<<

<<

Page 93: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

80

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Hasil Analisis DataAnalisa efektifitas model untuk peserta didik

Tabel 7. Tabel analisis peserta didikDescriptive Statistics

N Min Max Sum Mean SDStat. Stat. Stat. Stat. Stat.Stat.

Responden 300 1 300 45150 150,50 86,747 Valid N 300 (listwise)

Tabel 7. Tabel analisis peserta didik (lanjutan)Descriptive Statistics

N Skewness KurtosisStat. Stat. Std. Error Stat. Std. Error

Responden 300 ,000 ,141 -1,200 ,281Valid N 300(listwise)

Sumber: data olahan penulis dengan SPSS

Kurtosis dan Skewness merupakan ukuran yangdigunakan untuk melihat apakah data respondenpengguna program AKSI didistribusikan secaranormal atau tidak. Skewness mengukurkemencengan dari data sedangkan Kurtosismengukur puncak dari distribusi data. Dasarpengambilan keputusan pada penelitian ini adalahdata dinilai terdistribusi normal jika nilai Kurtosis danSkewness mendekati 0.

Berdasarkan informasi yang disajikan pada tabeloutput SPSS di atas, dapat dilihat bahwa jumlahresponden atau N adalah sebanyak 300 orang,dengan skor rata-rata150,50 dan standar deviasi86,747. Berdasarkan output tersebut,dapat dilihatbahwa nilai Kurtosis dan Skewness mendekati 0,sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang adaterdistribusi dengan normal.

Sedangkan melalui rumus konversi dari SaifudinAzwar (2003: 163), dapat dilihat efektifitas programsebagai berikut:

X: skor rata-rata= 150,5

M: rata-rata ideal

½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

= ½ (88+1)

= 150,5

Sbi: simpangan baku

= 1/6 (skor maksimal ideal-skor minimal ideal)

= 49,83

Skor maksimal ideal: butir x skor tertinggi = 300

Skor minimal ideal : butir x skor terendah = 1

M + 1,5Sbi = 225,3

M - 1,5Sbi = 75,75

M + 3Sbi = 300

M - 3Sbi = 1

Skor Rumus Koversi Kategori Konversi

efektifitas

4 225,3 X < 300 Sangat Baik Sangat efektif

3 150,5 150,5 < 225,3 Baik Efektif

2 75,75 X < 150,5 Kurang Baik Kurang efektif

1 1 X < 75,75 Tidak Baik Tidak efektif

Dari penghitungan tersebut, nilai X berada padaskor antara 150,5 X < 225,3. Oleh karena itu,program AKSI dinilai baik oleh responden. Sehinggadapat disimpulkan bahwa model media audio AKSIdapat digunakan dengan efektif sehingga sesuaiuntuk digunakan peserta didik dalamkegiatanmenyimak.

Analisa efektifitas desain model untuk pendidikTabel 8. Tabel analisa efektifitas model

Descriptive Statistics

N Range Min Max Sum Mean

Stat Stat Stat Stat Stat Stat Std.

Error

R 88 87 1 88 3916 44,5 2,723

Valid N 88

(listwise)

Tabel 8. Tabel analisa efektifitas model (lanjutan)

Descriptive Statistics

N SD Variance Skewness Kurtosis

Stat Stat Stat Stat Std. Error Stat Std.

Error

R 88 25,547 652,667 ,000 ,257 -1,200 ,508Valid N 88(listwise)

Sumber: data hasil olahan penulis dengan SPSS

<

<

<

<

<

Page 94: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

81

Faiza Indriastuti: Pengembangan Model Media Audio Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini

Berdasarkan informasi yang disajikan dalamoutput SPSS di atas, dapat dilihat bahwa jumlahresponden atau N sebanyak 88 orang, dengan skorrata-ratanya = 44,50 dan standar deviasi 25,547 sertanilai Kurtosis dan Skewness mendekati 0. Olehkarena itu, dapat disimpulkan bahwa data yang adaterdistribusi dengan normal. Melalui rumus konversiSaifudin Azwar (2003: 163), dapat dihitungefektifitasnya sebagai berikut:

X : skor rata-rata = 44,5M : rata-rata ideal

½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)= ½ (88+1) = 44,5

Sbi: simpangan baku1/6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)= 14,5Skor maksimal ideal: Ó butir x skor tertinggi = 88Skor minimal ideal: Ó butir x skor terendah = 1

M + 1,5Sbi = 66,25M - 1,5Sbi = 22,75M+3Sbi = 88M-3Sbi = 1

Dari konversi rumus kelayakan tersebut, dapatdikonversikan kembali dengan pembahasaankelayakan sebagai berikut:

Skor Rumus Koversi Kategori Konversi Kelayakan

4 66,25 X < 88 Sangat Baik Sangat layak

3 44,5 X < 22,75 Baik Layak

2 22,75 X < 44,5 Kurang Baik Kurang layak

1 1 X < 22,75 Tidak Baik Tidak layak

Nilai X berada pada skor antara 44,5 X < 22,75maka dinilai baik oleh responden. Dari konversitersebut, dapat disimpulkan bahwa desain modelpembelajaran yang melibatkan penggunaan mediaaudio AKSI dinilai efektif untuk digunakan olehpendidik dalam pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Hasil penelitian tentang pengembangan danpemanfaatandesain model media audio Aku KenalSuara Itu (AKSI) menunjukkan adanya efektivitasyang signifikan berupa kesesuaian media tersebutuntuk digunakan dalam kegiatan menyimak pada

peserta didik usia dini. Dari informasi yang telahdikumpulkan, selain efektivitas model media audioAKSI, para pendidik sebagai responden jugamemberikan simpulan tentang penerapan modelmedia audio AKSI bagi peserta didik usia dini, yangdiantaranya adalah: (1) kesesuaian program-programAKSI dapat digunakan untuk meningkatkanpemahaman terhadap pembelajaran melalui cerita;(2) program AKSI dapat digunakan sebagai peningkatdaya konsentrasi pada anak usia dini; dan (3)mempercepat pemahaman kebahasaan anak tentangbenda, bunyi, dan suara.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapatdisimpulkan bahwa desain pembelajaran modelmedia audio AKSI ini efektif untuk digunakan olehguru dalam pembelajaran, karena: (1) track nyanyiandapat digunakan sebagai pembukaan maupunkegiatan penutupan pembelajaran; (2) track ceritadapat digunakan sebagai cerita secara terpisah untukmembantu guru dalam bercerita dan mendongeng;dan (3) meningkatkan motivasi guru dalammengintegrasikan penggunaan TIK dalampembelajaran.

SaranBeberapa saran dari penelitian pemanfaatan

AKSI ini adalah terkait dengan kekurangan mediaaudio sebagai media auditif yang sangatmengandalkan pendengaran yang berdampak padatingkat konsentrasi anak didik. Untuk itu, disarankanpendidik harus lebih kreatif dalam memanfaatkanya,misalnya pada saat konsentrasi menurun, pendidikdapat mengintegrasikan pembelajaran denganaktivitas fisik, misalnya: menggambar atau mewarnaitemplate gambar yang telah disertakan dalam paketprogram AKSI. Kemudian, pendidik dapatmengkondisikan peserta didik untuk kembalimenyelesaikan pemanfaatan program. Selain itu,perlunya diperhatikan durasinya. Durasi dalamprogram masih dinilai cukup panjang. Mengingatkonsentrasi anak usia dini yang masih terbatas,program dapat dibuat lebih pendek, agar anak didiktetap dapat mengikuti program sampai selesai dantidak mengurangi ketercapaian materi.

<

<

<

<

<

Page 95: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

82

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Saran selanjutnya adalah bahwa untuk mencapaitujuan pembelajaran dengan lebih optimal danadanya efek yang signifikan berupa peningkatankemampuan menyimak bagi peserta didik,perludiperhatikan intensitas penggunaan media AKSI

PUSTAKA ACUANAzwar, Saifudin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bozorgian, Hossein. 2012. The Relationship Between Listening and Other Language Skills in International English Language

Testing System. Journal. Theory and Practice in Language Studies, Vol. 2, No. 4, pp 657-653, April 2012. Finland:

Academy Publisher.

Brannagan, Meg. 2015. Why Language Development is Importantant to a Child. [online] livestrong.com. http://

www.livestrong.com/article/174703-why-is-language-development-important-to-a-child/ diakses pada tanggal 24 Maret

2016.

Brown, L. 2012. Developing Effective Listening Skills in Children. [online]. http://www.neverendingstories.co.za/educational-

resources/item/2-developing-effective-listening-skills in children.htm diakses pada tanggal 24 Maret 2016.

Dhieni, Nurbiana, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Direktorat Tenaga Teknis (Diktentis). 2003. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0-6 tahun. Jakarta: Ditjen PLSP

Departemen Pendidikan Nasional.

Jalongo, Mary Renck. 2010. Listening in Early Childhood: An Interdiciplinary Review of The Literature. [online]Article on ILA

Conferrence Albuquerque. www.listen.org/Resources/Documents/jalongo.pdf. diakses pada tanggal 24 Maret 2016.

Oduolowu, Esther and Akintemi, Eileen Oluwakemi. 2014. Effect Story Telling Skills of Primary One Pupil in Ibadan North,

Local Government Area of Oyo State, Nigeria. International Journal of Humanities and Social Science (IJHSS), Vol. 4,

No. 9, July 2014.

Newstat, Marsha.A Place of Our Own: Listening Skill. [online], aplaceofourown.org, http://aplaceofourown.org/

question_detail.php?id=111 diakses pada tanggal 23 Maret 2016.

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhayati, Nunung. 2013. Meningkatkan Kemampuan Anak Dalam Menyimak Melalui Penggunaan Media Audio Interaktif.

Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Orange, Teresa and Louis O’Flynn. 2007. The Media Diets for Kids. Jakarta: Serambi.

PBS parents. 2016. Kindergartner Listening Milestones.[online] Article on www.pbs.org/parents/education/reading-language/

reading-milestones/kindergartner-language-development-milestones/kindergartner-listening/ yang diunduh pada tanggal

24 Maret 2016.

Rose, Jim. 2006. Independent Review of The Teaching of Early Reading. Final Report Education and Skills. [Laporan

Penelitian Ilmiah] England: DfES Publication, Nottingham.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung:

CV. Wacana Prima.

Suswati, Ida dan Mas’udah. 2015. Meningkatkan Kemampuan Menyimak tentang Mengenal Huruf Abjad Melalui Media

Audio Pembelajaran Interaktif pada Anak Kelompok A. Jurnal Ilmiah PAUD Teratai, Vol. 4 No. 2. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Tarigan, Djago. 1994. Menyimak Sebagai Suatu Pengantar Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak. Bandung: Penerbit Angkasa

Zevenbergenn, AA and Whitehurst, GJ. 2003. Dialogic Reading: A Shared picture book reading intervention for prescholers.

Reading Books to Children: Parents and Teachers.Eds. Kleek, V. Astahl, S. and Bauer, EB, Mahwah, JJ: Lawrence

Erlbaum Associates.

dalam pembelajaran perlu diperhatikan. Untuk itu,diperlukan perulangan pada pemanfaatan programdalam media audio AKSI sehingga mencapai tujuanyang diharapkan.

Page 96: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

83

Faiza Indriastuti: Pengembangan Model Media Audio Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini

UCAPAN TERIMAKASIHUcapan terimakasih disampaikan kepada BPMRPK Yogyakarta, tim pengembang model AKSI dan kepada Bapak

Zainuddin Nasution yang telah membimbing penulis sehingga artikel ini layak untuk diterbitkan.Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan beliau.

*******

Page 97: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

84

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Page 98: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

85

Suparti: Evaluasi Model Media Audio “Permata Nusantara” untuk Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD)

EVALUASI MODEL MEDIA AUDIO “PERMATA NUSANTARA”UNTUK PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (PAUD)

EVALUATION OF “PERMATA NUSANTARA” AUDIO MEDIA MODELFOR EARLY-AGED CHILD LEARNING

SupartiBalai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan (BPMRPK), Yogyakarta

Jl. Sorowajan Baru 367 Banguntapan, Yogyakarta, [email protected]

Dterima tanggal: 12 April 2016, dikembalikan untuk direvisi tanggal: 26 April 2016, disetujui tanggal: 30 April 2016

Abstrak: Bercerita, bernyanyi, dan bermain merupakan metode pembelajaran di PAUD. Ketiga metode tersebutdiramu dalam media audio pembelajaran “Permata Nusantara”. Permasalahannya adalah apakah media audioPermata Nusantara efektif sebagai sebuah model media audio pembelajaran. Tujuan evaluasi ini adalah untukmenilai efektivitas model media audio Permata Nusantara ditinjau dari aspek edukatif, teknis, dan estetis dalammencapai tujuan program. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, catatan harian guru,pengamatan, dan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015. Populasi yang diambil adalahguru TK/PAUD di Garut, Jawa Barat dan Mamuju, Sulawesi Barat. Sampel diambil dengan teknik purpossivesampling dan ditetapkan respondenya 20 orang guru. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat efektifitasdari aspek edukatif adalah sebesar 75,28%; dari aspek teknis sebesar 78,25%, dan dari aspek estetis sebesar79,75% dengan beberapa catatan perbaikan. Oleh karena itu, Permata Nusantara sangat efektif digunakansebagai media pembelajaran di PAUD. Namun demikian, dalam pengembangan selanjutnya model ini perludiperbaharui dari sisi durasi cerita audio dan modifikasi penyajian lirik lagu permainannya.

Kata kunci: evaluasi, media audio pembelajaran, Permata Nusantara, PAUD

Abstract: Telling a story, singing, and playing are teaching methods applied in Early-aged Child Education.These three teaching methods are integrated into a learning audio media model of “Permata Nusantara”. Theproblem is whether it is effective as a learning audio media model. Thus, the aim of this evaluation is to get dataabout the educational, technical, and aesthetic aspects of Permata Nusantara in attaining the goals. The datacollecting methods used here are questionnaire, portfolio, observation, and interview. This research is carriedout in October 2015 in Garut, West Java and Mamuju, West Sulawesi. The population of this research iskindergarten/Early-aged Child Education teachers in both locations.The samples is taken by using purposivesampling to get 20 Kindergarten teachers. The result shows that the effectivity level of educational aspect is77.7%, of technical aspect is 82.5%, and of aesthetic aspect is 85.7% with some improvement suggestion forthe model being developed. In short, the model of Permata Nusantara is very effectice to be applied as learningmedia in kindergarden/Early-aged Child Educational schools. However, further production of the model shouldreduce the duration of the program and modify the lyrics of the game song more creatively.

Keywords: evaluation, learning audio media, Permata Nusantara, Early-aged Child Education

123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345

Page 99: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

86

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

PENDAHULUANMedia merupakan salah satu komponen penting

yang dapat digunakan sebagai alat bantu untukmencapai tujuan pembelajaran. Dengan penggunaanmedia secara tepat, kualitas pembelajarandiharapkan juga dapat ditingkatkan. Mediamerupakan salah satu komponen sumber belajaryang mengandung materi instruksional ataupembelajaran yang dapat merangsang peserta didikuntuk belajar.

Media dapat dibedakan dalam beberapa jenis,yaitu: media cetak, media grafik, media fotografik,media audio, media televisi/video, komputer, simulasi,dan permainan (Naz & Akbar, 2012:36-37). Mediaaudio merupakan sebuah media yang dalampenyampaiannnya menggunakan unsur suara/kata,musik, dan efek suara. Media audio yangdipergunakan untuk tujuan-tujuan pembelajarandisebut media audio pembelajaran.

Balai Pengembangan Media Radio Pendidikandan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan danKebudayaan (BPMRPK Kemdikbud) bertugas untukmengembangkan model-model media audiopembelajaran. Beberapa model media audiopembelajaran yang telah dikembangkan antara lain:Media Audio Penunjang Pendidikan (MAPP), MediaAudio Pendidikan Kreatif (MAPK), Media Audio untukPendidikan Anak Usia Dini (MAPAUD), Media AudioJelang Ujian Nasional untuk Tunanetra (Majunetra),Media Audio Book untuk Tunanetra (Buku SekolahAudio), dan lain-lain.

Pengembangan model-model media audiopembelajaran tersebut melalui proses analisis,perancangan, pengembangan, pemanfaatan, danevaluasi untuk menghasilkan media audiopembelajaran yang berkualitas. Prosedur yangdigunakan dalam mengembangkan model-modelmedia audio pembelajaran ini mengadopsi modelADDIE yaitu: Analyze, Design, Develop, Implement,and Evaluate (Cullata, 2013: 1-2).

Evaluasi merupakan salah satu tahapan pentingdalam pengembangan media audio pembelajaran.Evaluasi program dimaksudkan untuk melihatpencapaian target program. Evaluasi juga merupakankegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasitersebut digunakan untuk menentukan kebijakanselanjutnya secara tepat. Evaluasi sejatinya jugamerupakan kegiatan untuk mengukur efektivitas danefisiensi dari sebuah program untuk mengetahui hasildan rekomendasi dari program yang dikembangkan(Arikunto, 2015:325-327). Dengan demikian, evaluasisuatu program adalah sebuah kegiatan yangbertujuan untuk mengumpulkan informasi tentangrealisasi atau implementasi dari suatu program yangtelah dikembangkan yang berguna untukpengambilan keputusan.

Berdasarkan tujuannya, evaluasi dapatdibedakan menjadi evaluasi formatif dan evaluasisumatif. Evaluasi formatif bertujuan memberikaninformasi tentang sebuah program/proyek yangdikembangkan dengan tujuan perbaikan produk.Sementara tujuan dari evaluasi sumatif adalah untukmenilai kualitas dan dampak dari program atau proyekyang telah diimplementasikan. Istilahnya adalah“When the cook tastes the soup, that’s formative;When the guests taste the soup, that’s summative.”Ketika seorang koki atau juru masak merasakan supyang dia masak, itulah evaluasi formatif. Namunketika tamu atau orang lain mencicipi sup dan menilaimasakan tersebut, itulah evaluasi sumatif (Frechtlingdan Westat, 2010: 7-8).

Pada tahun 2015, BPMRP mengembangkanModel Media Audio Permainan Tradisional AnakNusantara (Permata Nusantara). Permata Nusantaramerupakan model media audio pembelajaran yangdilengkapi dengan media cetak yang memuat materitentang berbagai permainan tradisional nusantarayang disajikan dalam format cerita, lagu, danpermainan. Permata Nusantara merupakan sebuahalternatif media yang dapat digunakan guru TK/PAUDuntuk membantu mengembangkan kemampuanbahasa, seni, dan sosial-emosional anak.

Hasil penelitian tentang metode permainantradisional untuk pembelajaran di PAUD TK ABARejodani, Sleman, Yogyakarta menunjukkan bahwaberbagai permainan tradisional yang diajarkanterbukti dapat meningkatkan kemampuan anak dalamberhitung, berfikir fokus, bergaul, berkomunikasi,bersosialisasi, dan menjalin kerjasama (Ulfatun, 2014:

Page 100: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

87

Suparti: Evaluasi Model Media Audio “Permata Nusantara” untuk Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD)

viii). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwapembelajaran dengan memanfaatkan permainantradisional dapat meningkatkan kemampuan kognitifdan social-emosional anak.

Permainan tradisional nusantara yang dikemasdalam model Permata Nusantara dapat dimanfaatkanuntuk meningkatkan beberapa aspek perkembangananak, antara lain: kognitif, bahasa, social-emosional,dan seni. Hal ini karena model Permata Nusantaradilengkapi dengan media audio berupa dramatisasicerita permainan, media audio berlatih menyanyikanlagu permainan, dan panduan praktik bermain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusanpermasalahan dalam penelitian ini adalah apakahmedia audio Permata Nusantara efektif dalammencapai tujuan pengembangan model sebagaisebuah media pendidikan yang baik ditinjau dariaspek edukatif, teknis, dan estetis.

Dengan demikian, penelitian evaluasi inibertujuan untuk menilai tingkat efektifitas mediaPermata Nusantara dalam mencapai tujuanpengembangan model yaitu menstimulasipengembangan aspek kognitif, bahasa, sosialemosional, dan seni ditinjau dari aspek edukatif,teknis, dan estetis.

Bagi lembaga, penelitian evaluatif ini bermanfaatuntuk menentukan kebijakan selanjutnya. Sementaraitu, bagi pengembang media, penelitian inibermanfaat dalam memberikan data, masukan, dansaran mengenai pengembangan model-model mediaaudio pembelajaran untuk PAUD pada periode-periode berikutnya.

KAJIAN LITERATURMedia Audio Pembelajaran

Media merupakan alat yang dapat digunakanuntuk mengomunikasikan informasi antara sumber(guru/pendidik) dan penerima (peserta didik) dansebaliknya. Salah satu jenis media yang digunakandalam kegiatan pendidikan adalah media audio yangdi dalamnya bisa memuat unsur tutur, musik, dan efeksuara. Apabila media audio ini digunakan untukmencapai tujuan pembelajaran, media ini disebutsebagai media audio pembelajaran (Suparti;2015:223). Media audio pembelajaran dapat juga

didefinisikan sebagai alat atau sarana yang dapatdigunakan untuk menyampaikan pesan-pesan ataumateri pembelajaran melalui tutur, musik, dan jugaefek suara atau bunyi tertentu yang direkam dan dieditdengan menggunakan peralatan tertentu untukkemudian diperdengarkan kembali kepada anak didiksebagai alat bantu guru dalam mengajar(Kesumawidayani, dkk., 2013: 4).

Media Audio Pembelajaran untuk Anak Usia DiniMedia audio adalah media yang mengandung

pesan dalam bentuk suara yang hanya dapatdidengar dengar indera pendengaran atau telinga.Ketika dimanfaatkan dalam proses pembelajaran,media audio dapat merangsang pikiran, perasaan,perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isitema atau sub tema di PAUD dengan cara-cara yangmenyenangkan. Penggunaan media audio dalamkegiatan pembelajaran di PAUD umumnya digunakanuntuk melatih keterampilan mendengarkan (Zamandan Eliyawati, 2010:5). Dengan demikian, mediaaudio, khususnya media dalam format cerita, sangattepat digunakan untuk mengembangkan aspekketerampilan berbahasa bagi anak PAUD. Selain itu,media audio juga dapat digunakan untukmengembangkan aspek seni misalnya untukmenyampaikan materi lagu atau nyanyian. Namundemikian, karena media audio hanya bersifat auditif,media ini masih mengandung kelemahan yang bisadiatasi dengan memanfaatkan media lain, misalnyadalam bentuk media cetak.

Dalam mengembangakan media audio untukPAUD, ada beberapa pertimbangan yang perludiperhatikan dengan disesuaikan tingkat usiaperkembangan anak. Pertama, anak usia diniumumnya baru mampu berpikir secara konkrit. Olehkarena itu, penggunaan media audio bagi anak usiadini perlu dilakukan dengan berbagai modifikasi yangdisesuaikan dengan kemampuan berpikir anak.Kedua, pemanfaatan media audio membutuhkanpemusatan perhatian yang relatif tinggi dibandingkandengan pemanfaatan dengan media lain. Karena itu,dalam memanfaatkan media audio untuk anak usiadini dibutuhkan teknik-teknik tertentu yang sesuaidengan kemampuan anak. Ketiga, karena sifatnya

Page 101: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

88

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

yang auditif, untuk memperoleh hasil belajar yangoptimal, pengalaman-pengalaman belajar yang bersifatvisual dapat mempermudah pemahaman anak (Zamandan Eliyawati, 2010:6). Jadi, dalam mengembangkanmodel media audio untuk anak usia dini, kita harusmemperhatikan karakteristik anak usia dini dankemampuan mereka dalam berpikir dan menyerapinformasi melalui media dengar. Sebagai contoh, untukmemaksimalkan pemanfaatan media audio PermataNusantara, media audio ini juga dilengkapi denganpanduan pemanfaatan, baik untuk pemanfaatan mediaaudio track 1, track 2, dan track 3 maupun panduanpemanfaatan praktik bermain untuk guru.

Prosedur Pengembangan Media AudioPembelajaran

Dalam pengembangan model media audiopembelajaran, BPMRPK mengadopsi sebuah modelyang dinamakan ADDIE model, yaitu: Analyze,Design, Develop, Implement, and Evaluate (Analisis,Perancangan, Pengembangan, Implementasi/Pemanfaatan, dan Evaluasi (Cullata, R. 2013: 1-2).Analisis adalah proses mendefinisikan apa yang perludipelajari, apa yang dibutuhkan, dan bagaimanakahkarakteristik dari target sasaran. Desain adalahproses perancangan blue print atau cetak biru darimodel yang dikembangkan, seperti apakahspesifikasinya, bagaimanakah pesan/materipembelajaran tersebut akan disampaikan.Pengembangan adalah proses memproduksi materipembelajaran sesuai dengan blue print yang telahditetapkan. Implementasi atau pemanfaatan adalahsebuah proses untuk menentukan kelayakan darimodel yang telah dikembangkan (McGriff, 2011).Evaluasi adalah proses untuk menentukankeakuratan dan kelayakan dari model yangdikembangkan yang hasilnya digunakan untukmembuat keputusan apakah akan ditindaklanjutiataukah dihentikan (Reiser and Dempsey, 2002:12).

Dari definisi dan pengertian mengenai prosedurpengembangan media dengan mengadopsi modelADDIE, model ini sangat tepat digunakan dalampengembangan media audio pembelajaran, termasukdalam pengembangan model Permata Nusantarayang dikembangkan oleh BPMRPK.

Media Audio Pembelajaran Permata NusantaraModel media audio “Permainan Tradisional Anak

Nusantara” disingkat Permata Nusantara adalahmodel media pembelajaran berbasis audio yangdigunakan untuk membantu mengembangkan sikap,pengetahuan, dan keterampilan anak TK/PAUD padaaspek bahasa, seni, dan sosial-emosional. Mediaaudio ini memuat materi yang mengungkapkanberbagai permainan tradisional anak dari penjuruNusantara yang disajikan dengan menarik danmengacu pada Kurikulum PAUD 2013. Model mediaaudio Permata Nusantara ini dimaksudkan untukmendukung kurikulum pembelajaran berbasisbudaya. Media audio ini dilengkapi dengan panduanpemanfaatan bagi guru dalam bentuk media cetakuntuk memudahkan dalam pemanfaatannya.

Media audio ini dapat dimanfaatkan guru PAUD/TK sebagai media alternatif dalam mengenalkanbudaya nusantara yang memiliki ciri khas sesuaidaerahnya. Selain itu, memberikan referensi sumberbelajar bagi anak/guru TK/PAUD mengenaipermainan tradisional anak nusantara.

Media audio Permata Nusantara merupakanmedia audio yang terdiri dari satu atau tiga track fileyang dikemas dalam format mp3. Apabila permainanyang diangkat mengandung unsur lagu permaian,track audio terbagi menjadi tiga track yaitu track ceritapermainan, track mengajarkan lagu permainan, dantrack instrumen lagu permainan. Namun, jika tidakada unsur lagu permainan, media audio tersebuthanya terdiri dari satu track yang berisi dramatisasicerita permainan (Suparti dkk., 2015;5-6).

Pada tahun 2011-2012, BPMRPmengembangkan model media audio untuk PAUDyaitu MAPAUD. Salah satu format yangdikembangkan adalah format permainan. MAPAUDPermainan merupakan model media audio interaktifyang digunakan untuk menyajikan tema-tema tertentudalam standar isi kurikulum PAUD dengan durasi 10-15 menit. MAPAUD Permainan menerapkan prinsipbelajar melalui bermain secara interaktif yangmemungkinkan anak-anak saling berinteraksi, baikdengan teman maupun pendidik selamapemanfaatan program tersebut (Innayah, 2012: 11).

Page 102: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

89

Suparti: Evaluasi Model Media Audio “Permata Nusantara” untuk Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD)

Evaluasi Model Media PembelajaranEvaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk

memberikan nilai terhadap sesuatu, baik menyangkutproses, program, atau produk. Evaluasi jugamerupakan suatu upaya untuk membandingkan hasilmodel/program yang dikembangkan dengan tujuanprogram yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasijuga diartikan sebagai penerapan prosedur ilmiahyang sistematis untuk menilai rancangan,implementasi dan efektivitas suatu program(Hadipramana, 2009:1). Dengan demikian, evaluasimedia pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukanuntuk memberikan nilai terhadap suatu mediapembelajaran, baik pada tahapan perancangan,pengembangan, pemanfaatan, bahkan pada tahapanevaluasi.

Sebelum digunakan secara luas, suatu mediapembelajaran perlu dievaluasi terlebih dahulu baikdari aspek materi, edukasi, maupun segi teknis per-media-an untuk memastikan bahwa media tersebutsudah memenuhi kriteria sebagai mediapembelajaran yang baik (Sungkono, 2012:1). Dengankata lain, evaluasi model media pembelajaran perludilakukan terhadap tiga sisi/aspek yaitu aspekedukasi (materi), aspek teknis (ke-media-an), danaspek estetika (ke-media-an) untuk menilai efektifitasmodel media sebelum dimanfaatkan oleh calonpengguna.

Tujuan Evaluasi Media Audio PembelajaranEvaluasi media audio pembelajaran memiliki

beberapa tujuan antara lain: (1) menentukan apakahmedia audio pembelajaran tersebut efektif dan dapatdiperbaiki atau ditingkatkan; (2) menentukan apakahisi atau konten pembelajaran sudah tepat disajikandalam media tersebut; (3) menilai apakah calonpengguna/guru memiliki kemampuan untukmemanfaatkannya, dan (4) mengetahui respon calonpengguna/anak didik terhadap media audiopembelajaran tersebut (Salamah, 2012).

Selain itu, evaluasi media audio pembelajaranjuga bertujuan untuk mendapatkan data dan informasimengenai kelemahan-kelemahan dari model yangdikembangkan untuk tujuan perbaikan danpengambilan keputusan. Hasil evaluasi terhadap

media yang dikembangkan juga bertujuan untukpengambilan keputusan apakah akan dilanjutkan ataudihentikan (Sukmadinata, 2005: 121).

Hasil evaluasi selanjutnya digunakan untukmenentukan alternatif yang tepat dalam mengambilkeputusan (Rahadi, 2016). Evaluasi pengembanganmodel media pembelajaran juga merupakan prosesuntuk mengumpulkan, mengolah sertamenginterpretasi data dan informasi terhadap prosesdan hasil pengembangan dan pemanfaatan programmedia pembelajaran.

Evaluasi Formatif dan SumatifEvaluasi media audio pembelajaran dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu evaluasi formatifdan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah prosesevaluasi yang dilakukan untuk mengumpulkan datatentang efektivitas dan efisiensi media untukmencapai tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya, datayang diperoleh digunakan untuk memperbaiki danmenyempurnakan media agar lebih efektif danefisien. Evaluasi sumatif merupakan prosespengumpulan data untuk menentukan apakah mediayang dibuat dapat digunakan, benar-benar efektif atautidak setelah media tersebut mendapatkan perbaikanatau penyempurnaan (Sungkono, 2003: 2).

Evaluasi formatif sedikit lebih kompleks karenadi dalamnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu: evaluasisatu lawan satu atau one to one evalaution, evaluasikelompok kecil atau small group evaluation, danevaluasi lapangan atau field group evaluation(Sungkono, 2003: 2). Evaluasi formatif biasanyadilaksanakan selama pengembangan denganmaksud memperbaiki produk atau program (Scriven,1991).

Evaluasi sumatif adalah kelanjutan dari evaluasiformatif di mana media yang telah diperbaiki dandisempurnakan tersebut kemudian diteliti kembaliapakah media tersebut layak digunakan atau tidakdalam situasi-situasi tertentu (Subqi, 2014: 6).

Evaluasi sumatif dilakukan setelahpengembangan program berakhir. Evaluasi ini lebihmemfokuskan pada hasil atau akibat dan ditujukanuntuk memberikan informasi tentang kegunaan atausebuah program (Rahadi, 2016).

Page 103: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

90

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian evaluatif,

yaitu penelitian yang bertujuan untuk menilaiefektivitas program ditinjau dari aspek edukatif,teknis, dan estetis sebagai persyaratan sebuahmedia pendidikan yang baik atau berkualitas. Hasilyang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akandigunakan untuk kepentingan pengambilankeputusan dan kebijakan pada pengembanganmodel media audio untuk PAUD di masa berikutnya.

Penelitian ini dilakukan selama bulan Oktober2015. Populasi dalam penelitian ini adalah guru TK/PAUD yang berada di wilayah Garut, Jawa Baratdan Mamuju, Sulawesi Barat. Sementara sampelpenelitian diambil dengan tenik purposive samplingyaitu teknik pengambilan data dengan pertimbanganmewakili kelompok sekolah TK/PAUD di wilayahGarut dan Mamuju. Kriterianya mewakili kelompokTK yang berada di daerah perkotaan di manapermainan-permainan tradisional mulaiterpinggirkan yaitu TK Baiturahman 3 dan TKSejahtera 2 (Garut, Jawa Barat) serta TK NegeriPembina dan TK Wildan (Mamuju, Sulawesi Barat).Responden yang dipilih yaitu masing-masing 5 gurudari tiap TK sehingga sampel keseluruhan adalah20 orang guru. Obyek dalam penelitian ini adalahmodel media audio Permata Nusantara yangdikembangkan oleh BPMRPK Kemdikbud padatahun 2015.

Sebelum evaluasi model media audio PermataNusantara dilakukan, pertama dipastikan tentangkesiapan guru di lapangan. Selanjutnya gurudiberikan media audio Permata Nusantara untukdimanfaatkan/diimplementasikan dalampembelajaran di masing-masing TK/PAUD. Masing-masing responden juga diberikan instrumenpenelitian yang berupa catatan harian guru, formatevaluasi, dan lembar pengamatan dalampemanfaatan model media audio PermataNusantara untuk mengetahui efektifitas media dalammenstimulasi perkembangan anak usia dini.

Selanjutnya diadakan pertemuan denganpara guru dan dilakukan wawancara terkait denganpemanfaatan model media audio PermataNusantara dan juga pemberian instrumen penelitian

yang berupa angket guru yang mengupas efektifitasmodel media ditinjau dari aspek edukatif, teknis, danestetis.

Teknik analisis data dalam penelitian inimenggunakan gabungan antara teknik kuantitatif dankualitatif. Teknik kuantitatif digunakan untukmenganalisis hasil kuesioner dengan menggunakanpersentase. Teknik ini digunakan untuk mengukurtingkat efektifitas media ditinjau dari aspek edukatif,teknis, dan estetis. Sementara itu, teknik kualitatifdigunakan untuk menganalisis hasil catatan harianguru dan wawancara guru sebagai cross checkterhadap hasil yang diperoleh dari teknik kuantitatifyang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASANDari hasil pengamatan, secara umum tiap sekolah

telah memiliki fasilitas untuk memutar media audioPermata Nusantara dalam pembelajaran di PAUD.Namun, untuk wilayah Mamuju masih adaketerbatasan dalam kualitas ruang untuk pemutaranaudio di mana sekat antar ruang yang tidak maksimaldan keterbatasan ruang yang dimiliki membuatpemafaatan media audio kurang maksimal.

Selanjutnya hasil catatan harian guru,wawancara, dan angket responden terhadap evaluasimodel Media Audio Permata Nusantara disajikanberturut-turut sebagai berikut:

Hasil Evaluasi Permata Nusantara Aspek EdukatifDitinjau dari aspek edukasi terhadap efektifitaspemanfaatan Media Audio Permata Nusantarasebagaimana ditampilkan pada grafik 1 diperolehhasil persentase tingkat keefektifan sebesar 72,78%untuk lokasi Garut, sedangkan 77,78% untuk lokasiMamuju. Ini berarti dari sisi konten materi, modelMedia Audio Permata Nusantara menunjukkan hasilsangat efektif untuk dimanfaatkan dalampembelajaran di PAUD, seperti disajikan dalam grafik1 berikut:

Page 104: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

91

Suparti: Evaluasi Model Media Audio “Permata Nusantara” untuk Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD)

Grafik 1: Tingkat Kelayakan Model MA Permata NusantaraDitinjau dari Aspek Edukasi

Sementara itu, jika dirunut dari butir pertanyaandari kuesioner yang diberikan pada respondensebagaimana tersaji dalam grafik 2, dapat dilihatbahwa dari aspek edukasi, Media Audio PermataNusantara efektif digunakan sebagai sebuah modelmedia audio pembelajaran untuk PAUD. Namundemikian, ada dua butir pertanyaan yangmenunjukkan tingkat persentase yang rendah. Yangpertama pada butir pertanyaan nomor 4 yangberkaitan dengan penggunaan bahasa, khususnyabahasa daerah pada lagu permainan yangmenunjukkan persentase sebesar 57,5% untuk TK/PAUD di Garut dan 59,4% TK/PAUD di Mamuju.Artinya, hal ini masuk dalam kategori ambang bawah.Persentase rendah kedua ada pada butir pertanyaannomor 9 yang berkaitan dengan materi dalam lagupermainan yang sulit untuk diikuti karenamenggunakan bahasa daerah dengan persentasesebesar 55% untuk lokasi Garut dan 68,75% untuklokasi Mamuju.

Sementara itu, berdasarkan hasil catatan hariandan wawancara dengan responden guru diperolehdata mengenai peningkatan kemampuan anak padalingkup perkembangan bahasa, kognitif, seni, danpsikomotorik. Setelah anak mendengarkan ceritadramatisasi permainan yang tersedia pada track 1,anak dapat memahami cerita yang ada dalam mediaaudio tersebut. Anak dapat menjawab dengan benarketika ditanya tentang judul cerita, tokoh dalam cerita,apa yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita, sertadapat menunjukkan sikap baik atau pun tidak baikdari tokoh atau cerita yang disajikan. Demikian puladari aspek perkembangan kognitif yang mana denganmendengarkan cerita dramatisasi permainan, anaklebih mampu mengenal berbagai benda yang ada disekitar mereka, bagaimanakah bentuk, ukuran,warna, dan fungsinya. Selain itu, anak juga terdorongingin tahu tentang sesuatu hal yang baru bagi merekadan mendorong mereka untuk bersikap kritis dankreatif.

Ditinjau dari aspek edukasi saat anak melakukanpraktik permainan, hasil observasi menunjukkanbahwa anak-anak sangat antusias dan bergembiraketika melakukan praktik bermain. Praktik permainanyang dilakukan secara tak langsung telahmengajarkan pada anak bagaimana bekerja samadengan teman, bagaimana mengendalikan emosi,bagaimana bersikap sportif, dan menunjukkan reaksiemosi yang wajar ketika dalam bermain kalah ataumenang, tidak menjadi cengeng ketika misalnya tidaksengaja terjatuh, dan lain-lain.

Aspek TeknisDitinjau dari aspek teknis terhadap efektifitas

pemanfaatan MA Permata Nusantara sebagaimanaditampilkan pada grafik 3, persentasa tingkatkeefektifan menunjukkan persentase sebesar 74%untuk TK/PAUD di Garut dan 85% untuk Mamuju. Iniberarti dari sisi konten materi, model Media AudioPermata Nusantara menunjukkan hasil sangat efektifuntuk dimanfaatkan dalam pembelajaran di PAUD.

Grafik 2: Persebaran Butir Pertanyaan untuk Aspek Edukasi

Page 105: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

92

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

Sementara itu, jika dirunut dari butir pertanyaandari kuesioner yang diberikan pada guru sebagaimanatersaji dalam Grafik 4, dapat dilihat bahwa dari aspekteknis, Media Audio Permata Nusantara efektifdigunakan sebagai model media audio pembelajaranuntuk PAUD. Namun pada aspek teknis, butirpertanyaan nomor 13 yang berkaitan dengan durasiwaktu yang dipakai dalam dramatisasi permainanmenunjukkan persentase terendah yaitu sebesar53,1% (Mamuju). Ini artinya dari sisi durasi, programmenunjukkan tingkat keefektifan pada ambang batasbawah. Hal ini didukung oleh data dari angket guruyang mengatakan bahwa dari sisi durasi waktu,dramatisasi cerita permainan pada track 1 dianggapterlalu lama. Idealnya menurut guru, durasi cerita untukanak-anak berkisar 5-8 menit saja sehingga jikatampilan cerita memang cukup panjang untukmenampilkan secara utuh dramatisasi permainantradisional tersebut, perlu dibuat dalam penggalan-penggalan pendek dalam penyampaian ceritanya.

Selain itu, salah satu yang juga menjadi kendalaguru dalam memutar media audio cerita adalahruangan dan lingkungan yang kurang representatifuntuk mendengarkan cerita. Volume suara dari mediaaudio yang sedang diputarkan kadang menggangguaktifitas kelas lain karena dinding penyekat yangkurang baik. Selain itu, suasana kegaduhan dari luarkadang juga mengganggu konsentrasi anak dalammendengarkan cerita. Menurut pendapat guru,Panduan Guru juga bermanfaat karena memudahkan

guru memahami dan mentransfer materi permainanyang akan diajarkan. Hal ini dikarenakan selama iniguru kurang memiliki pedoman tentang berbagaipermainan tradisional yang ada. Menurut mereka, MAPermata Nusantara ini juga telah menginspirasimereka untuk menggali berbagai permainantradisional yang ada di daerah mereka sendiri danmengajarkannya secara terintegrasi pada anaksehingga nilai-nilai budaya yang ada pada permainandaerah yang memiliki tidak punah.

Grafik 4. Persebaran Butir Pertanyaan untuk Aspek Teknis

Aspek EstetisDitinjau dari aspek estetis terhadap efektifitas

pemanfaatan MA Permata Nusantara sebagaimanaditampilkan pada grafik 5, tingkat keefektifanmenunjukkan persentase sebesar 74,4% untuk TK/PAUD di Garut dan 85,07% untuk Mamuju. Ini berartidari sisi estetika atau kemenarikan program, modelMA Permata Nusantara menunjukkan hasil sangatefektif untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran diPAUD.

Grafik 5. Tingkat Kelayakan Model MA Permata NusantaraDitinjau dari Aspek Estetis

Grafik 3. Tingkat Kelayakan Model MA Permata NusantaraDitinjau dari Aspek Teknis

Page 106: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

93

Suparti: Evaluasi Model Media Audio “Permata Nusantara” untuk Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD)

Namun bila dirunut dari butir pertanyaan yangdiberikan sebagaimana ditampilkan pada grafik 6,persentase terendah ditunjukkan pada butirpertanyaan nomor 21 yang berkaitan dengankemenarikan lagu dalam permainan denganpersentase sebesar 50% (lokasi Mamuju) yangartinya tidak cukup efektif. Menurut pendapatresponden, lagu permainan pada dasarnya menarik,hanya saja guru dan anak sering terkendala denganpenggunaan bahasa, terutama bahasa daerah/bahasa Jawa.

Grafik 6. Persebaran Butir Pertanyaan untuk Aspek Estetis

Berdasarkan hasil masukan dari responden,responden menyarankan ada baiknya jika lagupermainan dalam bahasa daerah bisa diubah dalambahasa Indonesia yang dapat dipahami secaranasioal. Selain itu, versi dalam berbagai bahasadaerah dapat juga disertakan dalam panduan guru.

Kesulitan lain yang ditemui guru ketikamengajarkan lagu permainan adalah adanya syairlagu atau kosa kata baru dalam permainan yangmenggunakan bahasa Jawa atau bahasa yangkadang belum masuk dalam daftar kosa kata anaksehingga kurang bisa dipahami. Kadang beberapakosakata tersebut telah diterjemahkan dalam bahasaIndonesia, tapi pada sebagian anak kadang memangbelum jelas. Dengan demikian, ada baiknya beberapakosakata yang dianggap baru atau asing dapatdimasukkan dalam panduan guru dengan diberikandefinisi atau pengertiannya.

Selanjutnya, berdasarkan hasil catatan harian,pada dasarnya anak-anak mempunyai ketertarikanpada suara dan instrumen musik yang ditampilkan.Mereka tanggap terhadap musik yang ditampilkan.

Mereka pun berusaha untuk menirukan syair laguyang ada, terutama untuk lagu yang menggunakanbahasa Indonesia. Hanya saja untuk lagu yangmenggunakan bahasa daerah (bahasa Jawa), anak-anak mengalami kesulitan untuk melafalkan danmenyanyikannya. Sementara itu, untuk instrumenmusik pengiring lagu yang ada pada track 3 dirasaterlalu singkat jika hanya diputar sekali, sehinggahanya sekali mencoba bernyanyi, musik instrumensudah berhenti. Oleh karena itu, ada baiknya untukinstrumen lagu dibuatkan pengulangan.

Kontribusi Model Media Audio Permata Nusantarauntuk Pembelajaran di PAUD

Penelitian ini berusaha untuk mengevaluasiPemanfaatan Media Audio Permata Nusantara untukmendukung pembelajaran di PAUD yang dari hasilevaluasi diperoleh data jika model ini sangat efektifdan memberi nilai tambah bila digunakan dalampembelajaran di PAUD. Dengan melalui sajian mediaaudio cerita permainan yang ada pada track 1, anak-anak dapat memperoleh gambaran tentangpermainan yang akan dilakukan. Selain itu, merekajuga bisa mengenal budaya dari daerah lain.Selanjutnya, anak-anak juga dapat meningkatkanaspek kemampuan seni mereka denganmemanfaatkan track 2 yang berisi pembelajaran lagupermainan dan track 3 yang berisi instrumentalia lagupermainan yang diajarkan.

Setelah pemanfaatan Media Audio PermataNusantara track 1, 2, dan 3 selesai, selanjutnya anak-anak melakukan praktik bermain dengan panduanguru. Secara umum, dengan melakukan praktikbermain, bukan hanya aspek social-emosional anaksaja yang meningkat, tetapi juga aspekperkembangan agama dan moral, kognitif, bahasa,seni, dan fisik motorik, anak juga dapat terstimulasidengan baik.

Bermain merupakan salah satu metode pentingdalam proses pembelajaran di PAUD. Melalui bermainsifat jujur, sportif, dan kemandirian anak akanterbentuk. Demikian juga dengan kreativitas,kemampuan untuk memecahkan masalah,menemukan ide dan gagasan serta hal unik lainnyapun akan bisa terbentuk (Nurmayani: 2014).

Page 107: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

94

Jurnal Teknodik Vol. 20 - Nomor 1, Juni 2016

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan analisis data dari evaluasi modelMedia Audio Permata Nusantara di wilayah Garut,Jawa Barat dan Mamuju, Sulawesi Barat diperolehkesimpulan sebagai berikut: 1) Model Media AudioPermata Nusantara sangat layak dan/atau layakdigunakan sebagai media pembelajaran untuk PAUDbaik ditinjau dari aspek edukatif, teknis, dan estetisdengan tingkat kelayakan sebesar 78,2%.

Sementara itu, ditinjau dari aspek edukatif, MediaAudio Permata Nusantara menunjukkan tingkatpersentase kelayakan sebesar 75,28% atau masukkategori sangat layak untuk menjadi sebuah modelmedia audio pembelajaran PAUD, khususnya dalammengembangkan aspek bahasa dan kognitif(pemanfaatan dramatisasi permainan pada track 1),aspek seni (pemanfaatan pembelajaran lagupermainan pada track 2 dan 3), serta aspek social-emosional, bahkan fisik motorik pada praktikpermainan sebagaimana didramatisasikan pada track1 Media Audio Permata Nusantara. Alur cerita dalamdramatisasi permainan, kesesuaian dengankarakteristik anak, dan bagaimana Media AudioPermata Nusantara tersebut digunakan sebagaialternatif media untuk mengajarkan bagaimanabelajar dengan bermain menunjukkan persentaseyang sangat layak.

Namun demikian, ditinjau dari aspek edukatif, adadua butir pertanyaan yang menunjukkan tingkatpersentase yang rendah yaitu pada butir nomor 4yang berkaitan dengan penggunaan bahasa,khususnya bahasa daerah dan butir pertanyaannomor 9 yang berkaitan dengan lagu permainan danmasuk dalam kategori layak meskipun berada padaambang kelayakan tengah ke bawah.

Ditinjau dari aspek teknis, Media Audio PermataNusantara mudah disimpan dan digunakan, perintah-perintah dalam media audionya juga jelas, sertapanduan untuk guru yang disertakan mempermudahguru dalammemanfaatkan program Media AudioPermata Nusantara. Persentase tingkatkelayakannya adalah sebesar 78,25% atau sangatlayak.

Namun demikian, ditinjau dari aspek teknis,persentase terendah ditunjukkan pada butirpertanyaan nomor 13 yang berkaitan dengan durasiprogram yang dianggap terlalu panjang sehinggamemang masuk dalam kategori layak. Namundemikian, secara umum responden menganggapbahwa durasi dramatisasi permainan pada track 1dianggap masih terlalu panjang.

Ditinjau dari aspek estetis, kemasan dan casingprogram Media Audio Permata Nusantara menarik,ceritanya juga menarik. Demikian juga denganintonasi dan artikulasi. Tingkat persentase kelayakanditinjau dari aspek estetis adalah 79,75% atau sangatlayak. Namun demikian, persentase terendahditunjukkan pada butir pertanyaan nomor 21 yangberkaitan dengan kemenarikan lagu yang masihberada pada level bawah layak.

SaranDari kesimpulan tersebut, diajukan beberapa saranberikut ini untuk pengembangan selanjutnya: (1)materi dalam Media Audio Permainan TradisionalAnak Nusantara (Media Audio Permata Nusantara)perlu dimodifikasi atau diperbaharui sehingga materibahasa terutama penggunaan bahasa daerah dalamlagu permainan perlu diterjemahkan ataudialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesiasehingga bisa dipahami oleh semua kalangan dariberbagai daerah di Indonesia yang memiliki beranekaragam bahasa daerah. Dengan demikian, MediaAudio Permata Nusantara lagi berorientasi padaMedia Audio Permainan Tradisional Anak Nusantara,tapi cukup dengan istilah Media Audio PermainanAnak Nusantara; (2) dari segi durasi pada ceritadramatisasi terlalu panjang sehingga perlu dipenggal-penggal menjadi potongan-potongan pendek yangmemudahkan guru dalam mengarahkan fokus/perhatian anak ketika sedang mendengarkandramatisasi cerita permainan dengan durasi tiappotongan sekitar 5-8 menit dan bisa terdiri dari 2-3potongan atau dipersingkat saja durasinya sesuaikebutuhan lapangan.

Page 108: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

95

Suparti: Evaluasi Model Media Audio “Permata Nusantara” untuk Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD)

PUSTAKA ACUANAnitah, Sri dan Jutmini, Sri. Dkk., 2007. Panduan Evaluasi Pembelajaran, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan

Universitas Sebelas Maret.

Akhtar A.N, Rafaqat dan Akbar, R. A. 2012. Use of Media For Effective Instruction its Importance: Some Consideration.

Punjab: Journal of Elementary Education A Publication of Punjab University of the Punjab.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Cullata R., 2013. ADDIE Model. http://www.instructionaldesign.org/models/addie.html. Diakses 8 April 2016.

Frechtling, Joy dan Westat. 2010. The 2010 User-Friendly Handbook for Project Evaluation.

https://www.purdue.edu/research/docs/pdf/2010NSFuser-friendlyhandbookforprojectevaluation.pdf. Diakses 15 Juni 2016.

Hadipramana, 2016. Penelitian Evaluasi. www.academia.edu/.../Penelitian_Evaluasi. Diakses 18 Februari 2016.

Innayah, 2012. Media Audio Pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini dengan Model Permainan. Yogyakarta: Jurnal

Majalah Ilmiah Pembelajaran, Jurusan Teknologi Pendidikan, UNY Volume 1, Mei 2012.

Kesumawidayani, dkk. 2013. Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan

Keterampilan Menyimak.www. jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/.../pdf. Diakses 11 Desember 2015.

McGriff, Stefen. 2011. The ADDIE Model: Designing, Evaluating Instructional Coach Effectiveness. www.asq.org/.../the-

addie-model-designing-evaluating-instructional-coach-effecti...2011American Society for Quality. Diakses 12 Desember

2015.

Nurmayani. 2014. Bermain dan Kreatifitas pada Anak Usia Dini. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat LPM, Vol.20,

No.77, Tahun XX, September 2014. Publication URL http://digilib.unimed.ac.id/bermain-dan-kreativitas-pada-anak-usia-

dini-38266.html. Diakses 10 Maret 2015.

Rahadi, Aristo. 2016. Evaluasi Pengembangan dan Pemanfaatan Media. Yogyakarta: Bahan Pelatihan Penyusunan Instrumen

Pengembangan Model Media Audio Pembelajaran tanggal 13 April 2015 di hotel Sahid Raya, Yogyakarta.

Reiser, R.A dan Dempsey, J. 2002. Trends and Issues in Instructional Design and Technology. New Jersey: Pearson Education.

Subqi, Imam. 2014. Evaluasi Media Pembelajaran. http://imamsubqi.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/89/

2014/03/K-14-EVALUASI-MEDIA-PEMBELAJARAN.pdf. Diakses 13 Juni 2016.

Sukmadinata, S. N. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

dan PT Remaja Rosdakarya.

Sungkono. 2003. Evaluasi Media. staff.uny.ac.id/sites/.../sungkono.../evaluasi-media.pdf. Diakses 17 Desember 2015.

Sungkono. 2012. Pengembangan Instrumen Evaluasi Media Modul Pembelajaran. http://journal.uny.ac.id/index.php/mip/

article/view/3201. Diakses 13 Juni 2016.

Suparti. 2015. Pemanfaatan Media Audio Pendidikan untuk Ujian Nasional Peserta Didik Tunanetra. Jakarta: Jurnal Teknodik

Volume 19, Nomor 2, Agustus, 2015.

Suparti, dkk. 2015. Rancangan Model Media Audio Permainan Tradisional Anak Nusantara. Yogyakarta: BPMRP.

Ulfatun, Siti. 2014. Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan kecerdasan Emosi Anak di TK ABA Rejodani,

Sariharjo, Ngaglik, Sleman. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sunan Kalijaga.

Zaman, Badru dan Eliyawati, Cucu. 2010. Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru (PPG): Media Pembelajaran Anak Usia Dini.

Bandung: Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, UPI.

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis menyadari bahwa artikel ini dapat diselesaikan atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaianartikel ini. Secara khusus, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. Bambang Warsita, M.Pd sebagai

dewan redaksi jurnal Teknodik atas koreksi dan masukannya.*******

Page 109: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

ACUAN PENULISAN

1. Naskah belum pernah dimuat/diterbitkan di jurnallain.

2. Naskah diformat dalam bentuk dua kolom dan spasi1. Ukuran kertas yang digunakan A4 (210 mm X297 mm) dengan batas (margin) 2 cm untuk setiaptepi. Naskah ditulis dengan rata kiri-kanan (justified).Naskah diketik menggunakan jenis huruf Arial (fontsize: 11). Setiap naskah berjumlah 10 sampaidengan 15 halaman.

3. Judul ditulis dalam dua bahasa (bahasa Indonesiadan bahasa Inggris) dengan huruf kapital (maksimal14 kata) menggunakan kalimat yang spesifik danefektif.

4. Di bawah judul, dicantumkan identitas penulis (namapenulis, asal dan alamat lembaga, dan alamatemail).

5. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (bahasa Indonesiadan bahasa Inggris) dengan 200 s.d 250 kata dankata kunci terdiri dari 3-5 kata.

6. Naskah dikirim ke alamat redaksi PustekkomKemdikbud Jln RE Martadinata, Ciputat, TangerangSelatan atau dikirim melalui e-mail:[email protected], atau Website:http://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id.

7. Naskah yang diterima akan melalui prosespeninjauan (review) oleh Tim Reviewer Ahlisebidang dan naskah juga akan melalui prosesrevisi bila diperlukan. Redaksi berwenangmengambil keputusan menerima, menolak maupunmenyarankan pada penulis untuk memperbaikinaskah. Penulis bersedia melakukan revisi artikeljika diperlukan.

8. Naskah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputitulisan tentang kebijakan, penelitian, pemikiran,kajian, analisis dan atau reviu teori/konsep/metodologi, resensi buku baru dan informasi lainyang secara substansi berkaitan dengan TeknologiPendidikan dan Teknologi Informasi danKomunikasi.

9. Artikel tentang hasil penelitian mempunyai strukturdan sistematika serta persentase jumlah halamansebagai berikut:a.PENDAHULUAN (10 %), meliputi latar belakang,

perumusan masalah, dan tujuan penelitian.b.KAJIAN LITERATUR (10%), mencakup kajian

teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan.c. METODE PENELITIAN (10%), berisi rancangan/

model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknikpengumpulan data, dan teknik analisis data.

d.HASIL DAN PEMBAHASAN (50%).e.SIMPULAN DAN SARAN (20%).f. PUSTAKA ACUAN, pada artikel hasil penelitian

minimal berjumlah 10. Dari jumlah tersebut 80%berasal dari sumber primer yaitu artikel yangditerbitkan pada jurnal/majalah ilmiah, disertasi,dan tesis terbitan 10 tahun terakhir, kecualipustaka acuan klasik (tua) yang memangdimanfaatkan sebagai bahan kajian historis.

g.UCAPAN TERIMA KASIH.

10. Artikel tentang kajian mempunyai struktur dansistematika serta persentasenya dari jumlahhalaman sebagai berikut:a. PENDAHULUAN (10%), meliputi latar belakang,

perumusan masalah, dan tujuan penulisanb. KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN

(70%).c. SIMPULAN DAN SARAN (20%).d. PUSTAKA ACUAN, pada artikel kajian/

pemikiran/ gagasan minimal berjumlah 25 buah.Sekitar 80% atau lebih Pustaka yang diacuhendaknya bersumber dari hasil-hasil penelitian,gagasan, teori/konsep yang telah diterbitkan dijurnal/majalah ilmiah, disertasi, dan tesis(konposisi sumber acuan dari hasil penelitianlebih banyak daripada sumber yang diacu daribuku teks). Hasil penelitian paling lama 10 tahunterakhir, kecuali Pustaka acuan yang klasik (tua)yang memang dimanfaatkan sebagai bahankajian historis.

e. UCAPAN TERIMA KASIH11. Artikel buku resensi selain menginformasikan

bagian-bagian penting dari buku yang diresensi jugamenunjukkan bahasan secara mendalam tentangkelebihan dan kelemahan buku tersebut sertamembandingkan teori/ konsep yang ada dalam bukutersebut dengan teori/ konsep dari sumber-sumberlain.

12. Khusus naskah hasil penelitian yang disponsori olehpihak tertentu harus ada pernyataan(acknowledgement) yang berisi isi sponsor yangmendanai dan ucapan terimakasih kepada sponsortersebut.

13. Tabel dan Gambar diberi nomor urut sesuai urutanpemunculannya. Tabel dan Gambar harus jelasterbaca dan dapat dicetak dengan baik. Untuk Tabelmaupun Gambar grafis dari Microsoft Excel, mohonmenyertakan file asli (excel atau jpeg, denganresolusi minimal 150 mp). Mohon diperhatikan,bahwa naskah akan dicetak dalam format warnahitam putih (grayscale) sehingga untuk gambargrafik mohon diberikan gambar yang asli yang dapatdicetak dengan jelas.

14. Format penulisan pustaka acuan: Nama penulis.Tahun. Judul (italic). Kota penerbit: Nama Penerbit.Publikasi dari penulis yang sama dan dalam tahunyang sama ditulis dengan cara menambahkan hurufa, b, atau c dan seterusnya tepat di belakang tahunpublikasi (baik penulisan dalam pustaka acuanmaupun sitasi dalam naskah tulisan).Contoh:Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih TeknologiPendidikan. Jakarta: Prenada Media.Norton, Priscilla dan Apargue, Debra. 2001.Technology for Teaching. Boston, USA: Allyn andBacon.

15. Penulisan Pustaka acuan yang bersumber dariinternet, agar ditulis secara berurutan sebagaiberikut: Penulis, Judul, Alamat Web, dan TanggalUnduh (download).

16. Isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Acuan Penulisan

Page 110: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

PENDAHULUANDiantaranya berisi: Latar belakang, alasan ilmiah,

fenomena aktual/sosial/kultural/teknis, permasalahanpenting yang diteliti. Dimasukkan juga reviewmengenai penelitian terkait yang pernah dilakukanorang lain atau sendiri. Perumusan Masalah/Identifikasi permasalahan dengan pertanyaanpenelitian. Rumusan Tujuan, manfaat penelitiansecara spesifik. Permasalahan dan tujuan, sertakegunaan penelitian ditulis secara naratif dalamparagraf-paragraf, tidak perlu diberi subjudul khusus.Demikian pula definisi operasional, apabila dirasaperlu, juga ditulis naratif.

KAJIAN LITERATURMembahas teori-teori ataupun hasil-penelitian

yang relevan dengan topik/judul KTI.

Segala bentuk rujukan yang dipakai harus ditulissumbernya. Penulisan sitasi/rujukan menggunakancatatan perut ((pengacuan berkurung). Catatan perutadalah pengacuan dengan cara menuliskan namapenulis dan tahun penulisan atau halaman yangdiacu yang diletakkan di dalam kurung. Untuk jurnalteknodik, catatan perut dituliskan nama belakangpenulis dan tahun terbitnya saja (Reizer, 2007).

Judul subbab yang menjadi bagian dalam kajianliteratur, dituliskan dengan penggunaan huruf kapitaldi awal kata.

Misal:PENGERTIAN TIK……MANFAAT TIK…….

Jurnal TeknodikPustekkom Kemdikbud

Judul Maksimum 14 Kata, ditulis dalam dua bahasa(Indonesia dan Inggris)

dengan huruf KAPITAL, jenis ARIAL, 16 point

Nama Penulis (nama lengkap, tidak disingkat, dan tanpa title)Asal instansi penulis

Alamat lengkap instansiEmail penulis

Abstrak: Abstrak merupakan gambaran singkat dari keseluruhan KTI, yang isinya meliputi unsur-unsur: 1)permasalahan pokok yang dibahas, alasan penelitian, tinjauan/ulasan, dan kajian yang dilakukan; 2) bagaimanapenelitian, tinjauan/ulasan, dan kajian yang dilakukan, dan metode yang digunakan; 3) pernyataan singkat tentangkegiatan yang telah dilakukan atau hasil serta prospeknya. Abstrak ditulis tidak dalam bentuk matematis, pertanyaan,dan dugaan. Selain itu, abstrak ditulis dalam satu paragraf serta tanpa acuan, tanpa catatan kaki atau kutipan pustaka,dan tanpa singkatan/akronim serta bersifat mandiri, paling banyak memuat 250 kata dalam bahasa Indonesia.

Kata kunci: 3-5 kata kunci, kata kunci 1, kata kunci kata 2, dst.

Abstract: Abstract contain research aim/purpose, method, and reseach results; written in 1 paragraph, single spaceamong rows, using past tense sentences. Consist 0f 200 words.

Keywords: 3-5 keywords, keyword 1, keyword 2, dst…

Template penulisan Jurnal Teknodik (1).

Page 111: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

METODE PENELITIANBerisi jenis penelitian, sampel dan populasi, waktu

dan tempat penelitian, target/sasaran, subjekpenelitian, prosedur, instrumen dan teknik analisisdata serta hal-hal lain yang berkait dengan carapenelitiannya. dapat ditulis dalam sub-subbab,dengan sub-subheading. Sub-subjudul tidak perludiberi notasi, namun ditulis dengan huruf kecilberawalkan huruf kapital.

Untuk lebih detail dapat merujuk pada Acuan dariLIPI (Peraturan Kepala LIPI tentang Penulisan KTI).

HASIL DAN PEMBAHASANUraian tentang kegiatan penelitian harus didukung

referensi, hasil, kontribusi dan analisis, sehinggapenjelasannya dapat diterima secara ilmiah. Penulisanmakalah bukan berbentuk laporan penelitian.Pembahasan harus fokus dan dihindari sub bab yangterlalu banyak. Hasil percobaan sebaiknya ditampilkandalam berupa grafik atau pun tabel. Keterangan gambar,grafik atau chart (caption) mengunakan Arial 9 ptdiletakkan di bawah gambar (posisi di tengah/ center).Contoh:

Gambar 1 Worldwide Telscope

Gambar dan tabel harus diletakkan sedekatmungkin dengan teks yang berhubungan. Hindaripenggunaan gambar dan tabel berwarna, karenajurnal akan dicetak hitam-putih. File gambar harusdisertakan dalam format.gif, .jpg, .bmp, .png, .psd,atau .ai. Semua gambar dan tabel harus disertaiketerangan dan nomor gambar atau tabel.

Bentuk Penyajian Informasi (Tabel, Gambar,Grafik, Foto, dan Diagram) Bentuk penyajianinformasi/ilustrasi merupakan rangkuman dari hasilaktivitas/kegiatan penelitian yang dapat berupa tabel,gambar, grafik, foto, dan diagram.

Sebagai pendukung pada bagian hasil danpembahasan, penyajian ide atau hasil penelitiandalam bentuk ilustrasi bisa lebih mengefisienkanvolume tulisan, karena tampilan sebuah ilustrasiadakalanya lebih lengkap dan informatif daripadatampilan dalam bentuk narasi.

Ilustrasi harus memiliki judul dan berdiri sendiriserta diikuti perincian eksperimen dalam legendayang harus dapat dimengerti tanpa harus membacamanuskrip. Setiap kolom dari tabel harus memilikitajuk (heading). Setiap singkatan harus dijelaskan dilegenda dan bawahnya diikuti dengan keterangan/sumber yang jelas.

Gambar 2 Grafik perbandingan

Sedangkan untuk tabel yaitu keterangan tabelharus diletakkan rata kiri di atas tabel tersebut denganmenggunakan Arial 9 point. Tabel dibuat denganukuran lebar 1 kolom seperti contoh Tabel 1. Tabelmeminimalisir penggunaan garis vertikal.

Untuk keperluan pembuatan ilustrasi yangmenggunakan perangkat lunak (software) khusus,hendaknya perangkat yang dipakai harus legal dandisebutkan namanya. Contohnya: peta hasil Mapinfo,Arcview, dan lain-lain.

Test Value = 0Sig.(2- Mean 95% Confidence

T df tailed) Differen Interval of thece Difference

Lower Upper

Skor 57.921 23 .000 89.500 86.30 92.70Motivasi.Sik.1Skor. 51.394 23 .000 94.542 90.74 98.35Motivasi.Sik.2

Tabel 1 Rangkuman Anava dua jalur

Template penulisan Jurnal Teknodik (2)

Page 112: PERILAKU AKSES INTERNET MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI … · 2019. 10. 19. · berbasis Asmaul Husna untuk meningkatkan nilai-nilai religius pada anak usia dini di TK Lab School Fakultas

SIMPULAN DAN SARANSimpulanSimpulan harus mengindikasikan secara jelas hasil-hasil yang diperoleh, kelebihan dan kekurangannya,serta kemungkinan pengembangan selanjutnya.Simpulan harus menjawab permasalahan yangdiungkap dalam pendahuluan, serta relevan denganpermasalahan dan tujuan. Simpulan hendaknyadisampaikan secara deskriptif, bukan dalam bentukpointers.

SaranSaran yang ditululiskan harus mengacu padasimpulan. Dapat berisi rekomendasi akademik atautindak lanjut atas simpulan yang diperoleh. Saranditulis dalam bentuk narasi (bukan pointers).

(Naskah jenis kajian menyesuaikan)

PUSTAKA ACUANContoh penulisan (sumber buku, jurnal, dan

website):

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Norton, Priscilla dan Apargue, Debra. 2001. Technology for Teaching. Boston, USA: Allyn and Bacon.

Fitzgerald, Lynn dan Frank Eijnatten. 1998. Letting Go For Control: The Art of Managing the Chaordic Enterprise,The International Journal of Business Transformation, Vol. 1, No. 4, April, pp 261-270.

Goldberg, John dan Louis Markoczy. Complex Rhetoric and Simple Games, [online], Cranfield University,http: //www.Cranfield.ac.za/public/ cc/cc047/ papers/ complex/html/ complex.html, diakses 30 Agustus 2007.

UCAPAN TERIMA KASIH

*******

Template penulisan Jurnal Teknodik (3)