arsitektur vernakular rote

27
TUGAS MATA KULIAH: ANTROPOLOGI ARSITEKTUR VERNAKULAR DOSEN MATA KULIAH: IR. PILIPUS JERAMAN, MT PERKEMBANGAN ARSITEKTUR VERNAKULAR ROTE DI KELURAHAN NUNBAUN DELHA OLEH ANDREAS MUKIN APRIANI D. KUDJI JULITA S. LAPENANGGA LEOPOLD G. SERAN RICHARD DOLPALY YUSTINUS WAGORAGA OCTOVIANUS SANTI CHRISTOFORUS DEWELI JOHANES OLA MADO SEBASTIANUS LEGA LAOT FREDERICO COLO TOLAN HENDRIKUS SILLAN WILFRIDUS KOSAT PETRUS CHR. AMALO HENRIQUE M. DASILVA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2014

Upload: andres-sevenfold

Post on 04-Oct-2015

118 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Di era modern sekarang ini, manusia terus berusaha mengikuti perkembangan zaman dalam berbagai aspek kehidupan.Tanpa disadari, perkembangan zaman ini membuat kebudayaan manusia dari berbagai pelosok dunia terutama kebuayaan timur mulai berubah. Mereka mulai meninggalkan kebudayaan lama yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kebudayaan lama mulai hilang dan diganti dengan kebudayaan baru. Beberapa faktor, baik faktor eksternal dan faktor internal seperti; perkembangan ipteks, perubahan waktu, program pembangunan, pola pikir manusia yang juga berkembang, kontak dengan kelompok lain sehingga menyebabkan masuknya gagasan-gagasan baru yang berasal dari kelompok lain, dan lain-lain. Hal-hal diatas merupakan faktor-faktor penyebab terjadi perubahan kebudayaan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama kebutuhan utama masyarakat seperti; sandang, pangan dan papan yang juga mengalami perubahan. Jika ditelaah satu persatu unsur-unsur kebudayaan maka dapatlah kita temukan secara jelas perubahan-perubahan yang dimaksud. Indonesia secara khusus dikenal sebagai negara yang memiliki suku bangsa yang beragam. Didalamnya, terkandung berbagai macam nilai, norma, gagasan dari setiap suku bangsa sebagai sebuah identitas. Suku Jawa memiliki bahasa, norma, dan gagasan yang berbeda dengan suku Bugis. Kraton adalah salah satu ciri yang dikenal jika kita menyebut Suku Jawa. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote semua memiliki apa yang disebut sebagai sebuah kebudayaan. Rumah adat, bahasa, dan unsur-unsur seni lainnya terkandung didalam setiap suku. Rumah adat suku Bajo berbeda dengan suku Bugis. Rumah adat suku Rote di Nusa Tenggara Timur berbeda dengan Suku Sabu yang juga berada di kawasan Timur Indonesia. Bertolak dari pembahasan awal, apakah sejak dulu rumah adat setiap suku tetap bertahan hingga sekarang? Mulai dari struktur, penempatan ruang, hingga ragam hias yang terkandung didalamnya. Apakah perubahan yang dimaksud diawal pembahasan. 1.4 TUJUAN & SASARAN1.4.1. TujuanAdapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah:1. Untuk mengetahui tata ruang, pola tapak, dan struktur dari rumah adat Rote dan perbandingannya dengan pemukiman orang rote di Nunbaun Delha.2. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadipada rumah adat Rote bertolak dari warisan sejak dulu kala.3. Untuk mengetahui sistem pewarisan kebudayaan di objek studi yakni Pemukiman Orang Rote di Nunbaun Delha.4. Untuk mengetahui cara-cara pelestarian kebudayaan lokal sehingga mampu bersaing dengan kebudayaan modern.1.4.2. SasaranSedangkan sasaran yang ingin dicapai dari penulisan karya ilmiah ini adalah:1. Terwujudnya masyarakat lebih menghargai dan memahami serta berusaha melestarikan kebudayaan lokal yang ada.2. Terwujudnya pemahaman yang baik dan benar mengenai pola tapak, konsep ruang, serta struktur dari rumah adat suku rote, sehingga pewarisan kebudayaan terus berjalan dari waktu kewaktu.3. Terwujudnya pemahaman dikalangan kaum awam dan kaum intelektual secara khusus yang berkecimpung di dunia teknik arsitektur mengenai pengaplikasian pengetahuan arsitektur vernakular sehingga dapat diterapkan dalam dunia arsitektur masa kini.

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH: ANTROPOLOGI ARSITEKTUR VERNAKULAR

DOSEN MATA KULIAH: IR. PILIPUS JERAMAN, MT

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR VERNAKULAR ROTE DI KELURAHAN NUNBAUN DELHAOLEH

ANDREAS MUKIN

APRIANI D. KUDJI

JULITA S. LAPENANGGA

LEOPOLD G. SERAN

RICHARD DOLPALY

YUSTINUS WAGORAGA

OCTOVIANUS SANTI

CHRISTOFORUS DEWELIJOHANES OLA MADO

SEBASTIANUS LEGA LAOT

FREDERICO COLO TOLAN

HENDRIKUS SILLAN

WILFRIDUS KOSAT

PETRUS CHR. AMALOHENRIQUE M. DASILVA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era modern sekarang ini, manusia terus berusaha mengikuti perkembangan zaman dalam berbagai aspek kehidupan.Tanpa disadari, perkembangan zaman ini membuat kebudayaan manusia dari berbagai pelosok dunia terutama kebuayaan timur mulai berubah. Mereka mulai meninggalkan kebudayaan lama yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kebudayaan lama mulai hilang dan diganti dengan kebudayaan baru. Beberapa faktor, baik faktor eksternal dan faktor internal seperti; perkembangan ipteks, perubahan waktu, program pembangunan, pola pikir manusia yang juga berkembang, kontak dengan kelompok lain sehingga menyebabkan masuknya gagasan-gagasan baru yang berasal dari kelompok lain, dan lain-lain. Hal-hal diatas merupakan faktor-faktor penyebab terjadi perubahan kebudayaan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama kebutuhan utama masyarakat seperti; sandang, pangan dan papan yang juga mengalami perubahan.

Jika ditelaah satu persatu unsur-unsur kebudayaan maka dapatlah kita temukan secara jelas perubahan-perubahan yang dimaksud. Indonesia secara khusus dikenal sebagai negara yang memiliki suku bangsa yang beragam. Didalamnya, terkandung berbagai macam nilai, norma, gagasan dari setiap suku bangsa sebagai sebuah identitas. Suku Jawa memiliki bahasa, norma, dan gagasan yang berbeda dengan suku Bugis. Kraton adalah salah satu ciri yang dikenal jika kita menyebut Suku Jawa. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote semua memiliki apa yang disebut sebagai sebuah kebudayaan. Rumah adat, bahasa, dan unsur-unsur seni lainnya terkandung didalam setiap suku. Rumah adat suku Bajo berbeda dengan suku Bugis. Rumah adat suku Rote di Nusa Tenggara Timur berbeda dengan Suku Sabu yang juga berada di kawasan Timur Indonesia. Bertolak dari pembahasan awal, apakah sejak dulu rumah adat setiap suku tetap bertahan hingga sekarang? Mulai dari struktur, penempatan ruang, hingga ragam hias yang terkandung didalamnya. Apakah perubahan yang dimaksud diawal pembahasanbetul-betul merubah wajah dasar dari sebuah rumah adat?

Selain daripada itu manusia sebagai faktor utama dan terpenting dari sebuah kebudayaan patut juga dibahas dalam kaitannya dengan perkembangan IPTEKS dan kaitannya dengan rumah adat. Manusia sendiri mengalami sebuah perubahan mulai dari anatomi tubuh, hingga bentuk gagasan dan pikiran yang menjadi hasil dari sebuah perubahan anatomi tubuh. Dari homo Pitecantropus Erectus hingga homo sapiens manusia menjadi makhluk hidup yang begitu mandiri, memiliki sebuah kehendak bebas. Manusia tidaklah menjadi hewan purbakala tetapi menjadi sebuah manusia modern yang tau akan segala sesuatu, dan menguasai segala sesuatu. Disinilah sebuah faktor yang yang perlu dikaji. Ketika manusia menjadi sebuah pribadi yang modern sedangkan sebuah produk kebudayaan seperti rumah adat yang merupakan warisan turun-temurun diperhadapkan satu sama lain, apa yang mesti dilakukan.

Suatu fenomena aktual yang ditemui dijaman ini adalah sikap apatis dari manusia modern terhadap kebudayaan lokal yang boleh dikatakan produk kebudayaan jaman dulu (kuno). Inilah sebuah kenyataan, yang juga sebuah pola pikir yang berkembang. Produk kebudayaan seperti rumah adat diwariskan secara turun temurun, namun dengan adanya pola pikir yang berkembang sekarang ini, pewarisan produk-produk kebudayaan menjadi sebuah hambatan. Pengetahuan akan prinsip perencangan, struktur, yang menjadi ciri khas setiap rumah adat, yang menjadi pembeda rumah adat yang satu dengan yang lainnya perlahan-lahan mulai luntur. Pewarisan menjadi terhambat ketika setiap individu memiliki pola pikir yang menghambat. Dan jika terus dipelihara, maka perlahan-lahan semua tinggal kenangan. Kebudayaan lokal akan menjadi sejarah. Dan yang tinggal hanyalah bangunan pencakar langit yang menjadi tren, hanyalah sebuah bangunan minimalis yang merupakan produk kebudayaan negeri lain yang diwariskan. Bangunan-bangunan arsitektural datang dari negara lain, dan membahana di negeri ini. Dengan kata lain, penghargaan terhadap produk kebudayaan lokal juga mulai hilang dari detik ke detik. Penghargaan hanya sekedar mengakui keberadaannya tanpa mencoba untuk mewariskan kembali apa yang telah didapat.

Sedangkan dilihat dari kacamata jaman sekarang, pola pikir yang ortodox pola pikir yang menganut status quo perlu dipertanyakan kembali. Apakah masih relevan bangunan lokal jaman dulu hidup dan bisa beradaptasi dengan bangunan jaman sekarang. Banyak sekali pertentangan yang terdapat dalam kaitannya dengan produk kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Apakah wajah alami dari bangunan arsitektur jaman dahulu perlu dipelihara kealamiannya atau perlu dirubah mengikuti perkembangan jaman.

Disinilah makalah ini hadir untuk menjawab apa yang telah dibahas diawal tadi. Makalah ini mencoba untuk mempelajari lebih dalam sebuah bangunan arsitektur yang juga merupakan warisan atau produk masa lampau yakni PERKEMBANGAN ARSITEKTUR VERNAKULAR ROTE DI KELURAHAN NUNBAUN DELHA. Makalah ini hadir sekaligus membahas fenemona aktual yang mempunyai begitu banyak masalah dan pertentangan dari dua jaman yang berbeda. Sangat diharapkan makalah ini bisa memuaskan setiap pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh bangunan arsitektur Rumah Adat Suku Rote.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan seluruh pembahasan diatas maka dapatlah diidentifikasi masalah-masalah yang terkandung di dalamnya :a) Perkembangan IPTEKS menghasilkan sebuah pola pikir yang menghambat pewarisan kebudayaan lokal

b) Sikap apatis dari setiap Individu modern yang lebih mengagungkan bangunan arsitektur budaya barat dibandingkan budaya sendiri.

c) Pengetahuan akan kebudayaan lokal dan pengetahuan akan pemahaman pola tapak, struktur, konsep ruang ,dari rumah Adat suku Rote yang sangat minim.

d) Timbul pola pikir yang status quo yang menentang adanya perubahan.1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat disimpulkan rumusan masalahnya, yakni:1. Bagaimana konsep ruang, pola tapak, dan struktur dari rumah adat suku Rote?

2. Apa saja perubahan yang terdapat pada rumah tinggal suku Rote di pemukiman Nunbaun Delha jika dibandingkan dengan rumah adat asli suku Rote?

3. Bagaimana sistem pewarisan akan pengetahuan mengenai rumah adat suku Rote? Dan bagaimana solusi yang efektif agar pewarisan akan pengetahuan mengenai Rumah Adat Suku Rote tidak terhambat?

4. Bagaimana cara melestarikan kebudayaan lokal di zaman modern agar dapat bertahan khususnya dalam dunia arsitektur?1.4 TUJUAN & SASARAN1.4.1. TujuanAdapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah:

1. Untuk mengetahui tata ruang, pola tapak, dan struktur dari rumah adat Rote dan perbandingannya dengan pemukiman orang rote di Nunbaun Delha.

2. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadipada rumah adat Rote bertolak dari warisan sejak dulu kala.

3. Untuk mengetahui sistem pewarisan kebudayaan di objek studi yakni Pemukiman Orang Rote di Nunbaun Delha.

4. Untuk mengetahui cara-cara pelestarian kebudayaan lokal sehingga mampu bersaing dengan kebudayaan modern.

1.4.2. SasaranSedangkan sasaran yang ingin dicapai dari penulisan karya ilmiah ini adalah:

1. Terwujudnya masyarakat lebih menghargai dan memahami serta berusaha melestarikan kebudayaan lokal yang ada.2. Terwujudnya pemahaman yang baik dan benar mengenai pola tapak, konsep ruang, serta struktur dari rumah adat suku rote, sehingga pewarisan kebudayaan terus berjalan dari waktu kewaktu.

3. Terwujudnya pemahaman dikalangan kaum awam dan kaum intelektual secara khusus yang berkecimpung di dunia teknik arsitektur mengenai pengaplikasian pengetahuan arsitektur vernakular sehingga dapat diterapkan dalam dunia arsitektur masa kini.1.5 RUANG LINGKUP

1.5.1. Lingkup Substansial

1.5.2. Lingkup Spasial

1.6 METODOLOGI

1.5.1 Data primer :- Survei lokasi objek studi

-Pengambilan foto objek studi

-Wawancara dengan objek studi

1.5.2 Data sekunder: - Studi pustaka1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah,rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup dan batsan studi, metodelogi, sistematika penulisan

BAB II TINJAUAAN PUSTAKA, tentang materi umum tentang Antropologi Arsitektur VernakularBAB III KAJIAN OBJEK STUDI, berisi data lapangan, dan karakteristik objek studi Nunbaun Delha

BAB IV KAJIAN KASUS, berisi pembahasan rumusan masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi tentang kesimpulan, saran dan daftar pustaka.BAB II

HUBUNGAN ANTROPOLOGI,KEBUDAYAAN DAN ARSITEKTUR

2.1. ANTROPOLOGI

Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar/berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang memelajari manusia.Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggriscross-cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup.Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian yang berbeda.

Antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup yang sama.

Ada juga beberapa pendapat para ahli yaitu:

David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusiaKoentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkanWilliam A. Haviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

Percabangan AntropologiAntropologi merupakan disiplin ilmu yang luas di mana humaniora, sosial, dan ilmu pengetahuan alam digabung dalam menjelaskan apa itu manusia dan artinya menjadi manusia. Antropologi dibangun berdasarkan pengetahuan dari ilmu alam, termasuk penemuan tentang asal-usul dan evolusi Homo sapiens, ciri-ciri fisik manusia, perilaku manusia, variasi di antara berbagai kelompok manusia, bagaimana masa lalu evolusi Homo sapiens telah memengaruhi organisasi dan budaya sosial. Serta dari ilmu-ilmu sosial, antropologi memelajari organisasi hubungan manusia sosial dan budaya, sistem keturunan dan hubungan kekerabatan, spiritualitas dan religi, lembaga, konflik sosial, dan lain-lain. Antropologi awal berasal dari Yunani klasik dan Persia yang memelajari dan mencoba untuk memahami keragaman budaya yang dapat diamati. Pada saat ini, antropologi (akhir abad ke-20) telah menjadi sentral dalam pengembangan beberapa bidang interdisipliner baru seperti ilmu kognitif, studi globalisasi, genetik, dan berbagai penelitian etnis.

Secara garis besar antropologi terdiri dari:

Antropologi Biologi/FisikAntropologi Biologi atau juga disebut Antropologi Fisik merupakan cabang ilmu antropologi yang memelajari manusia dan primata bukan manusia (non-human primates) dalam arti biologis, evolusi, dan demografi. Antropologi Biologi/Fisik memfokuskan pada faktor biologis dan sosial yang memengaruhi (atau yang menentukan) evolusi manusia dan primata lainnya, yang menghasilkan, mempertahankan, atau merubah variasi genetik dan fisiologisnya pada saat ini.

Antropologi Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya yaitu:

Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi manusia melalui bukti fosil-fosil.

Somatologi adalah ilmu yang memelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik.

Bioarkeologi adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan melalui analisis sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam situs-situs arkeologi.

Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada lingkungannya (mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeni) dengan perspektif ekologis dan evolusi. Studi ekologi manusia juga disebut dengan studi adaptasi manusia, atau studi tentang respon adaptif manusia (perkembangan fisik, fisiologi, dan genetik) pada tekanan lingkungan dan variasinya.

Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak hanya berfokus pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa jaringan (misalnya pada mumi), tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi tulang, atau juga bukti-bukti stres pada fisik.

Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia. Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi sisa-sisa fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam rangka memahami variasi fisik manusia. Pada saat ini, antropometri berperan penting dalam desain industri, desain pakaian, desain industrial ergonomis, dan arsitektur di mana data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dalam populasi digunakan untuk mengoptimalkan produk yang akan digunakan konsumen.

Osteologi/osteometri adalah ilmu tentang tulang yang memelajari struktur tulang, elemen-elemen pada kerangka, gigi, morfologi mikrotulang, fungsi, penyakit, patologi, dsb. Osteologi digunakan dalam menganalisis dan mengidentifikasi sisa-sisa tulang (baik kerangka utuh mau pun yang telah menjadi serpihan) untuk menentukan jenis kelamin, umur, pertumbuhan dan perkembangannya, sebab kematian, dan lain sebagainya dalam konteks biokultural.

Primatologi adalah ilmu tentang primata bukan manusia (non-human primates). Primatologi mengkaji perilaku, morfologi, dan genetikprimata yang berpusat pada homologi dan analogi dalam mengambil kesimpulan kenapa dan bagaimana ciri-ciri manusia berkembang dalam primata.

Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal (hukum), biasanya menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia, paleopatologi, dan osteologi dalam kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI, CIA, dan militer) untuk menganalisis kondisi korban yang sudah tidak utuh (terbakar, rusak, terpotong-terpotong karena mutilasi, atau sudah tidak dikenali lagi) atau dalam tahap dekomposisi lanjut (sudah menjadi kerangka tulang).

Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi, dan persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan perbandingan sekuens DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein dalam melihat variasi populasi dan hubungan antar atau inter-populasi dalam menentukan suatu populasi masuk ke dalam haplogrup tertentu atau berasal dari wilayah mana (geographical origin).

Antropologi Sosial BudayaAntropologi sosial merupakan studi yang memelajari hubungan antara orang-orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda-beda. Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri) dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat. Dalam praktiknya tidak ada perbedaan yang sangat mencolok antara Antropologi Sosial dan Antropologi Budaya, dan bahkan sering saling tumpang tindih di antara keduanya.

Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.

Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di bumi.

Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.

Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI

Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:

Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua (tahun 1800-an)Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya.Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

ISTILAH ISTILAH DALAM ARSITEKTUR

Antropologi,adalah suatu istilah umum untuk pengetahuan tentang perkembangan jasmania Masyarakat serta kebudayaan umat manusia sejak adanya di bumi.

Etnologi atau ilmu bangsa bangsa,adalah ilmu tentang sistem sosio-ekonomi dan warisan warisan kebudayaan suku-suku bangsa yang masih berada pada taraf teknologis yang rendah.

Etnografi,ialah pelukisan atau gambaran tentang suku suku bangsa.

2.2. KEBUDAYAAN

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya sebagai makhluk sosial, digunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (lingkungan alam dan lingkungan sosial). Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan karena kebudayaan mendasari dan mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul. Kebutuhan tersebut di antaranya kebutuhan jasmani, rohani, sosial. Kebudayaan berwujud sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak, terletak di dalam alam pikiran manusia. Kebudayaan dapat dibedakan menurut tahapan alam pikiran yang mendasarinya: mitis, ontologis, fungsional.

Arsitektur (dari bahasa Yunani) = arche dan tektoon. Arche berarti: yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon menunjuk sesuatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya sudut pandangan teknis statika bangunan belaka. Architectoon artinya pembangunan utama atau sebenarnya: tukang ahli bangunan yang utama.

Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut: magister operis (guru atau ahli karya) atau magister lapidum (guru atau ahli batu). Di jaman kerajaan para Firaun Mesir, kaisar-kaisar Roma, dan dalam hampir semua sistem kemaharajaan, arsitek menduduki profesi politik tinggi, sebab gengsi dan kebesaran maharaja selalu diukur dari bangunan-bangunan istana dan gedung-gedung negara.

Di India arsitek disebut Sthapati (chief architect, ahli bangunan, pemimpin bangunan, penasehat bangunan) atau Achariya, yakni direktur umum, atau Sutradhara (arsitek, seniman, pemahat). Namun yang penuh hikmah adalah pengertian dan istilah Vasthu. Dalam bahasa Jawa Kuno,Vasthuvidya atau Wastuwidya berarti: ilmu bangunan (widya = ilmu kebijaksanaan; wastu =bangunan).

Hubungannya kebudayaan dengan arsitektur, Konteks kebudayaan dalam bentuknya yang akan tercermin dalam karya arsitektur meliputi:agama, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, estetika. Nilai sebagai salah satu perwujudan kebudayaan akan mencakup hal yang berkenaan dengan kebenaran (logika), kebaikan (etika), keindahan (estetika). Faktor fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur ditentukan oleh kebutuhan, teknologi,asosiasi, estetika,telesik(kesejamanan).jadi, pembahasan saat ini adalah apakah kita melihat budaya melayu dalam setiap bangunan yang ada di riau? dari sudut pandang mana kita melihatnya, apakah seni bangunan riau hanya berupa selembayung di atap, bagaimana filosofi susunan ruangan menurut budaya melayu lalu bagaimana reaktualisasi rancang bangun melayu? . itulah Antropologi arsitektur.

PEMAHAMAN TENTANG KEBUDAYAAN

Pembahasan mengenai Antropologi arsitektur tidak terlepas dari kebudayaan karena arsitektur merupakan salah satu produk kebudayaan.Beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli:

Koentjaraninggrat(1974),kebudayaan berasal dari kata budidayah(sansekerta),jamak tunggalnya Budhi.

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN BUDAYA DALAM ARSITEKTUR

1. DEFINISI MANUSIA Banyak hal yang mendefinisikan tentang manusia (1952),budaya merupakan perubahan dari kata majemuk budidaya yang berarti dayanya budi atau daya nya akal.

M.M.Djojodiegono,budaya adalah daya dari budi yang berupa : cipta,karsa,dan rasa.

Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (bahasa latin untuk manusia), sebuah spesies primate dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Secara kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ke tuhanan atau makhluk hidup dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Sedangkan dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

2. DEFINISI BUDAYAKebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyaraka dan kebudayaan juga dapat di artikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begut saja ditengan alam, melainkan mengubah alam.

3.DEFINISI ARSITEKTURArsitektuR adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota perancangan perkotaan arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil hasil proses perancangan tersebut.

Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

4.HUBUNGAN MANUSIA DENGAN BUDAYAManusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa dan kebudayaan itupun sangatlah penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, salah satunya dalam arsitektur.

5.HUBUNGAN ANTARA MANUSIA BUDAYA DI DALAM ARSITEKTURMari kita bermain majikan dan si pembantu yang cerdasDisini saya akan menjadikan arsitek ke dalam aktor pembantu yang mempunyai aktris majikan (manusia - budaya).Dapat dibayangkan peranan seorang pembatu yang akan selalu patuh dan setia terhadapa majikannya di zaman seperti sekarang ini supaya seorang pembantu tersebut dapat bertahan hidup dari apa yang diberikan majikan kepadanya.

Mungkin sama halnya peranan terhadap arsitek dengan budaya. Arsitek yang selalu mengikuti budaya menelusuri budaya dan mencoba budaya itu sendiri untuk mencapai tujuan yang sangat di dambakan seorang arsitek terhadap desain desainnya.

KEBUDAYAAN DAN SUMBER PERGESERAN KEBUDAYAAN

1. Peradaban dan adat sebagai bagian dari kebudayaan

Biasanya digunakan untuk bagian bagian dan unsur unsur kebudayaan yang

halus dan indah seperti:kesenian,ilmu pengetahuan,sopan santun,dan sistem pergaulan.

2. Pergeseran pendapat tentang kebudayaan dan sumber perubahan.

pergeseran pergeseran biasanya di pengaruhi oleh ;

Lingkup kebudayaan,perbandingan baik budaya yang dulu sekarang

Makna kebudayaan

Lingkungan fisik

Lingkungan fisis (alamiah)

Lingkungan sosial perubahan penduduk

kebutuhan kebutuhan yang bisa di rasakan

3. Komunikasi simbolik

Bahasa percakapan

Bahasa terulis

Bahasa isyarat

4. Akulturasi dan ethnossentrisme

Akulturasi,penyerapan sifat sifat atau cirri cirri kebudayaan lain terhadap suatu kebudayaan tertentu,atau diterima nya suatau unsur kebudayaan dalam suatu kebudayaan dalam suatu masyarakat tanpa merubah kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

Ethnossentrisme,suatu kecenderungan individu di dalam masyarakat yang menganggap bahwa kebudayaan sendiri adalah yang paling ungula.

5. Kenilaian kebudayaan

Masyarakat super kultur

Relativitas kebudayaan

KEBUDAYAAN TIMUR DAN BARAT

KEBUDAYAAN BARAT

Dimulai dari pandangan pokok mengenai eksistensi hakiki manusia sebagai individu,secara garis besar dapat dikatakan bahwa kebudayaan barat di mulai dari pandangan dasar bahwa manusia adalah individu yang bebas dan merdeka,individu bebas adalah dasar hidup mereka dan tiap individu bebas pula mengejar kebahagiannya

KEBUDAYAAN TIMUR

Dimulai dari pandangan dasar mengenai hubungan alam dengan manusia.

Sehingga kebudayaan barat menghasilkan masyarakat yang demokratais,juga dalam teknologi guna memenuhi hasrat individu individunya serta banyak merubah alam/menaklukan alam,sedangkan kebudayaan timur,menghasilkan masyarakat yang komunal,tidak mengembangkan usaha usaha untuk memenuhi hasrat individu,tetapi berkembang dalam usaha memenuhi fungsi/kewajiban terhadap alam.

2.3. ARSITEKTUR

ARSITEKTUR VERNAKULAR SEBAGAI ARTEFAK /PRODUK KEBUDAYAAN

Pemahaman tentang arsitektur vernacular

Arsitektur vernacular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik tertebut, istilah arsitektur vernacular juga dikaitkan dengan arsitektur primitif dengan menunjukan perbedaan kedunya dengan variabel variabel pembeda, seperti bentuk hunian, pemanfaatan ruang, ornamentasi, konstruksi, pengaruh alam dan perilaku manusia.

Arsitektur vernacular berasal dari kata vernaculus (Latin ) yang berarti asli (Native), bahasa daerah/setempat,logat asli, dan bahasa rakyat.Maka arsitektur cernaklar dapat di artikan sebagai arsitektur asli yang di bangun oleh masyarakat setempat. Elemen setempat tersebut bisa saja pada keseluruhan bentknya atau hanya melekat pada detail ornament.

ARSITEKTUR VERNAKULAR DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT NTT

Klompok masyarakat etnik/suku suku yang bertempat di propinsi NTT:

Orang Manggarai

Orang Ngado

Orang Nagekeo

Orang Lio

Orang Sikka

Orang Lamaholot(Flores timur,Solor,Waiwerang/Adonara,Lembata)

Orang Pantar

Orang Alor

Orang Tetun

Orang Atoni (Helong,Kupang,TTS,TTU)

Orang Rote

Orang Sabu

Orang Sumba

Orang bajo

RAGAM ARSITEKTUR VERNAKULAR YANG TERDAPAT DI PROPINSI NTT:

Arsitektur Manggarai

Arsitektur Ngado

Arsitektur Nagekeo

Arsitektur Lio

Arsitektur Sikka

Arsitektur Lamaholot

Arsitektur Pantar

Arsitektur Alor

Arsitektur Belu Utara

Arsitektur Belu Selatan

Arsitektur Rote

Arsitektur sabu Arsitektur Sumba Arsitektur BajoNORMA,GAGASAN DAN BENTUK

Norma adalah aturan aturan,baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang berlaku di suatu lingkungan tertentu.

Norma merupakan alat pengontrol atau pengendali dan sekaligus sebagai pengikat agar bentuk yang merupakan gagasan tadi dapat bertahan sebagai ekspresi dari masyarakat pemiliknya.Dengan demikian perubahan pada norma akan berdampak pada perubahan bentuk arsitektur dari suatu kelompok suku (Etnik)yang bersangkutan.BAB III

TINJAUAN OBJEK STUDI

3.1 KONDISI IKLIM DAN CUACA.

Letak Kel.Nunbaun Delha yang berada di Kec.Alak, Kota Kupang, membuatnya memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Memiliki kondisi tanah yang kering dan sedikit berbatu dengan banyak vegetasi yang tumbuhan di wilayah ini, yang digolongkan menjadi dua (2) bagian, yaitu:

a. Vegetasi produktif, terdiri dari :pohon kelapa, pohon kapuk, pohon pisang,

b. Vegetasi non produktif, terdiri dari:

3.2 LETAK OBJEK STUDI

Objek studi terdiri dari tiga (3) rumah warga yang terletak di RT 06/RW 02, Kel.Nunbaun Delha, Kec. Alak, Kota Kupang.

3.3 KONDISI SOSIAL BUDAYA

Kondisi sosial-budaya masyarakat setempat dapat digambarkan dengan masih diterapkannya adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada sebuah pernikahan (belis), pemakaman , serta pembuatan rumah tinggal.

Pada acara pernikahan, masyrakat masih menganut sistem belis dimana untuk menikah secara adat, calon mempelai pria harus menyediakan segala permintaan yang sudah di tentukan oleh keluarga calon mempelai wanita , namun semua permintaan tersebut dibicarakan terlebih dahulu agar mencapai kesepakatan antara keluarga kedua calon mempelai. Maksud dari adanya belis ini, antara lain:

1. Sebagai tanda terima kasih kepada keluarga wanita karena telah menerima lamaran dari pihak pria dan juga sebagai rasa terimakasih kepada pihak wanita karena telah merelakan anaknya untuk pindah mengikuti pria.

2. Pengganti wanita karena sudah tidak lagi ada dalam suku keluarganya.

3. Sebagai pembuka hubungan keluarga baru untuk seterusnya dan untuk memberi nilai pada seorang wanita.

3.4 KONDISI SOSIAL EKONOMI

Kondisi sosial-ekonomi masyarakat suku Rote yang menetap di Kelurahan Nunbaun Delha dibentuk oleh mata pencaharian masyarakat setempat yang mulai berkembang dari awalnya berprofesi sebagai nelayan pada ketika pertama kali datang dan menetap di wilayah tersebut. Namun, pada masa sekarang ini, sebagian besar penduduk setempat telah beralih profesi menjadi pegawai negeri dan pegawai swasta.

3.5 RELIGI

Masyarakat suku Rote yang menetap di Kelurahan Nunbaun Delha sudah mengenal agama sejak pertama kali menetap di wilayah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari menghilangnya tata cara upacara adat saat proses membangunan tempat tinggal, misalnya saat membangun sebuah rumah di rote mereka melakukan beberapa ritual adat yang dipercaya akan mendatangkan keberuntungan bagi sang pemilik rumah jika dilakukan dengan adat istiadat yang ada. Sedangkan pada rumah orang Rote yang dibangun di Nunbaun Delha masyakrat tidak lagi mempercayai dan menggunakan tata cara tersebut.

Hal lain ditandai dengan tidak lagi dilakukan berbagai jenis uparaca adat seperti ritual tolak bala, ritual syukuran hasil panen maupun beberapa ritual lainya yang biasa dilakukan guna menghormati sang pencipta dalam aliran kepercayaan lokal.

BAB IVANALISIS OBJEK STUDI

Sejak dulu suku Rote mendirikan rumah-rumah mereka di dataran-dataran rendah yang subur dan selalu dekat dengan sumber mata air. Pola perkampungannya memanjang dan susunan rumah-rumahnya membentuk seperti NGGOLAK atau mengikuti jalur sungai. Rumah dari kepala marga atau MANE LEO selalu berada paling depan. Kandang-kandang terletak di belakang rumah penduduk. Sistem penyebarannya atau pemencarannya kelompok-kelompok rumah ini ada hubungannya dengan sistem mata pencaharian yakni berladang dan menyadap lontar. Jalan yang menghubungkan kampung A dengan kampung lainnya melalui jalan setapak. Bentuk rumah asli suku Rote tidak bulat, tetapi mirip trapesium dengan atapnya sampai menyentuh tanah. Pintu rumahnya hanya sebuah dan harus selalu menghadap kesebelah selatan atau utara. Hal itu sangat era sekali dengan sistem kepercayaan suku Rote , tentang asal-usul kedatangan para leluhurnya, serta ada pula kepercayaan mereka yang tidak boleh menentang matahari si Penguasa dari Timur.Rumah adat suku Rote biasanya disebut dengan uma Nitu. Halamann rumahnya dipagari dengan batu-batu karang yang disusun satu batu di atas yang lain setinggi satu setengah per dua meter atau memakai pelepah lontar yang mengelilingi rumahnya. Pada umumnya seluruh bahan bangunan rumah adat tersebut terdiri dari bahan pohon lontar dan kayu.

Rumah orang Rote terdiri dari dua tingkat. Tingkat pertama, dipergunakan sebagai tempat tinggal yang disebut UMA LAI dan tingkat kedua ialah loteng UMA HUNUK LAIN. Panggung pertama di huni oleh manusia dan tempat untuk penyimpanan makanan. Panggung kedua (loteng) dipakai sebagai tempat menyimpan makanan (lumbung), seperti jagung, padi, sorgum, dan kacang-kacang.

Tingkat pertama

Luas pbanguan pada gambar dibawah ini kurang lebih kali luas bangunan (menurut lebar bangunan). Bangunan ( gambar) yang tertera berikut ini adalah panggung pertama dari rumah adat rote. Keterangan untuk panggung pertama :

a) Uma langgak (bagian timur) sebagai tempat untuk tidu, upacar-upacara adat juga untuk menyimpan makan. Uma langgak terdiri dari bagian-bagian:

IV. buu konak (IV) sudutkanan

V. Buu kik (V) sudut kiri

IV dan V tempat untuk lambang-lambang upacara

b) Uma deak (bagian tengah) terdiri atas:

I sosoik dulu ( tangga sebelah timur) sebagai tempat tidur

II sosoik Muli (tangga sebelah barat) sebagai tempat tidur

III Uma tena Dalek (inti dari rumah). Tempat mayat disemayamkan, tempat tidur, dan tempat menyimpan makanan.

c) Uma dalek terdiri atas bagian-bagian sebagai berikuta. Tempat untuk melahirkan (bersalin)

b. Tungku (dapur)

c. Tempat untuk tidur

d. Pintu pemisah B dan C

e. Hulus, tempat menaruh/menyimpan alat-alat dapur (untuk memasaka dan lain-lain) di atas dapur digantung tempat untuk menyimpan makan masak yang disebut Ndalik d) Di bawah panggung (lantai dasar bagian depan) terdapat tempat duduk

1) Loanak dulu (bangku besar timur)

2) Loanak muli (bangku besar barat)

3) Banggu dullu (bangku timur)

4) Banggu kona (bangku selatan bagian timur)

5) Banggu Kona (bangku selatan bagian barat)

6) Banggu Muli (bangku barat)

Bila ada pertemuan-pertemuan formal (resmi) misalnya pada upacarr pesta dan lain-lain tempat No. 1,3, dan 4 ditempati oleh orang-orang tua terpandang, atau para bangsawan, sedangkan bagian barat yaitu nomor 2, 5, dan 6 bagi kelompok orang-orang biasa.1. Sedangkan pada rumah tinggal masyarakat Suku Rote pada masa kini sudah memiliki banyak perubahan baik perubahan pola tapak, konsep ruang maupun konstruksi bangunan yang digunakan. Hal ini dapat dilihat dari pola tapak yang terbentuk sekarang ini. Dimana pola tapak yang terbentuk linier menghadap ke jalan. Permukiman warga tidak lagi memperhatikan arah matahari terbit dan terbenam seperti konsep tapak pada jaman dahulu karena pada jaman dahulu, rumah masyarakat Suku Rote menghadap ke arah utara-selatan karena jika menghadap ke arah timur-barat dianggap menentang sang pemberi hidup. Dalam kepercayaan masyarakat Suku Rote, arah timur atau arah terbitnya matahari melambangkan sang pencipta atau sang pemberi hidup. Sedangkan arah barat atau arah matahari tenggelam melambangkan kematian. Sehingga sangat tidak baik jika masyarakat Suku Rote jika membangun rumah yang menghadap ke arah barat atau arah timur.Perubahan lain yang terjadi dapat terlihat dari konsep ruang yang terdapat pada rumah masyarakat Suku Rote saat ini. Pembagian ruang tidak lagi mengikuti pembagian ruang yang terdapat pada rumah adat Suku Rote. Pembagian ruang dibuat berdasarkan keinginan pemilik rumah serta mengikuti perkembangan jaman. Perubahan penataan ruang di dalam rumah sekarang ini dapat dilihat dari pembagian zona ruangan seperti zona privat, zona semi publik atau semi privat, zona privat dan zona servis. Pada rumah adat Suku Rote, tempat penyimpanan hasil panen yang termasuk pada zona servis berada pada bagian lantai paling atas, sedangkan bagian untuk tempat tidur atau tempat peristirahatan berada pada lantai bawah dari bagian penyimpanan hasil panen. Namun, pada penataan ruang dalam rumah masyarakat Suku Rote saat ini tempat untuk menyimpan bahan makanan termasuk pada area servis atau zona servis dimana orang-orang beranggapan bahwa area servis merupakan secondary place sementara area publik, area semi publik dan area privat merupakan primary place.Selain perubaan-perubahan diatas, salah satu hal yang membedakan antara rumah adat Suku Rote dan rumah tinggal masyarakat Suku Rote di Kelurahan Nunbaun Delha adalah konstruksi yang digunakan. Pada rumah adat Suku Rote, konstruksi yang digunakan adalah konstruksi ikat dan pen. Sedangkan pada bagian tiang-tiang utama rumah langsung ditanam ke dalam tanah.

Jika dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada saat ini, sudah banyak perubahan yang terjadi. Rumah-rumah saat ini sudah banyak yang menggunakan konstruksi beton. Pada bagian pondasi rumah sekarang ini, digunakan batuan-batuan untuk pengecoran pondasi. Pada bagian dinding bangunan digunakan batu bata atau batako, bahkan yang lebih modern lagi, dengan berkembangnya teknologi, dinding bangunan dapat diproduksi dipabrik. Selain pada konstruksi atap, alat-alat sambung yang digunakan sudah berubah. Jika pada jaman dahulu menggunakan konstruksi ikat, pada jaman sekarang lebih mengunakan sistem konstruksi modern.

Dalam suatu peradaban terdapat suatu benang merah yang mengkomunikasikan bagaimana peradaban itu dapat berlangsung terus menerus, keberadaan benang merah ini dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah atau sarana yang merekam alur atau plot, urut urutan rentet peristiwa dari masa kemasa peradaban ini.

Sambung menyambung antara informasi dari suatu masa ke masa lain pada suatu peradaban merupakan sebuah sistem pewarisan yang dipakai oleh manusia dalam rangka mempertahankan memori dari suatu masa agar dapat dikenal di masa selanjutnya, perwujudan dari sarana penyambung informasi ini adalah bahasa baik lisan maupun tulisan pemakaian bahasa ini berbeda tergantung pada kreatifitas manusia untuk mengolahnya agar efektif dalam mewujudkan tujuan awal dari suatu pewarisan informasi yaitu agar memori tentang suatu masa tetap diketahui dari masa kemasa dengan orientasi bahwa memori itu dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk sebuah kemajuan dimasa depan . Dalam keterkaitannya dengan studi kasus di NUNBAUN DELHA, dapat diperoleh berbagai indikasi adanya pemakaian pewariasan informasi yang mana informasi ini sebagai suatu pengetahuan, pengetahuan untuk menafsirkan segala sesuatu dalam hal ini menyangkut dengan rote dan hubungan timbal balik dengan masyarakat NUNBAUN DELHA serta produk kebudayaannya, salah satunya arsitektur dalam lingkup kehidupan mereka terkhusus segala sesuatu yang berkaitan dengan arsitektur vernakular dan peralihannya dalam adaptasi di tengah arus dominasi arsitektur global.

Secara garis besar orang timur dalam mewariskan segala sesuatu lebih menitik beratkan pada metode tutur atau lisan, pemakaian metode ini hampir digunakan oleh semua suku bangsa yang tersebar di nusantara tidak luput pula pada pewarisan budaya dan produk-produknya di ROTE, masyarakat pada masa keemasan budaya kuno memilih metode tutur bukan tanpa alasan, menurut yang kami telaah pengambilan metode ini dikarenakan beberapa alasan yakni:

1. Pengilhaman dari kepercayaan atau keyakinan kuno yang identik dengan kata tabu sehingga informasi-informasinya dianggap keramat untuk disebar luaskan sebagai suatu pengetahuan

2. Keterbatasan teknologi (dalam hal ini teknologi tulis).

3. Kecenderungan untuk mengubur budaya mereka sebagai suatu yang hanya dapat diketahui oleh manusia dalam lingkup mereka saja,dalam artian tidak adanya proses dinamis yang selektif dari bentuk-bentuk vitalitas dalam budaya mereka

Dalam pemahaman mereka mungkin pewarisan secara tutur adalah metode yang terbaik karena sistem pewarisan tutur memiliki unsur ekspresi seni dalam penyampaiannya namun dalam sudut pandang keilmuan kelemahan dari sistem pewarisan secara tutur memiliki kelemahan yang lebih besar dibanding dengan sistem pewarisan secara tertulis, keunggulan dari cara pewarisan tertulis adalah kejelasan informasi yang dapat diperoleh dan pertanggung jawaban dari kebenaran informasi itu jelas, dan juga informasinya tidak mudah hilang dan terputus pada suatu generasi karena pewarisan secara tertulis dapat diperbanyak dan dikembangkan.Sedangkan pada pewarisan tutur kejelasan informasinya dapat pula diragukan karena pemahaman setiap orang yang dibahasakan berbeda satu sama lain.

Dalam pewarisan budaya tentu bersamaan dengan pewarisan produk-produk budaya yang merupakan inti dari produk budaya yang menjadi fokus pembahasan adalah arsitektur tradisional dan vernakularnya dalam segala peralihanya dan adaptasinya diarsitektur global

arsitektur vernaular.

Arsitektur vernakular yang adalah produk kebudaayaan masyarakat Rote menjadi ciri khas masyarakat Rote yang menjelaskan saratnya makna-makna yang tersirat dibalik bentuk dan tata ruangnya serta unsur-unsur lain yang merupakan bagian dari keseluruhan rumah adat itu

Pada perkembangannnya dari masa ke masa tentu mengalami perubahan baik penambahan atau pengurangan unsur-unsur aslinya sebagai bentuk dari adaptasi terhadap akulturasi, inkulturasi, maupun hegemoni yang terjadi pada budaya asli masyarakat rote yang berimbas pada produk-produk kebudayaannya termasuk arsitekturnya. Perubahan perubahan ini dapat ditafsirkan dari pola pewarisan secara tutur yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat Rote baik yang sudah berada di NUNBAUN DELHA

Karena kelemahan dari sistem pewarisan secara tutur yang cukup besar pengaruhnya bagi kesinambungan pengetahuan khususnya akan arsitektur vernakular dan perkembangannya dari waktu ke waktu maka berbagai solusi perlu di terapkan untuk dapat meminimalisir atau mugkin mengentas kemungkinan terputusnya pengetahuan akannya.

Solusi-solusi ini dapat dipaparkan menurut sudut pandang ilmu arsitektur itu sendiri,secara teoritis arsitektur tradisional adalah arsitektur yang sudah menjadi paten dan tidak dapat dirubah tampilan maupun makna-makna simbolis yang terkandung dalamnya,namun jika berbicara tentang arsitekrtur vernakulr maka arsitektur itu adalah arsitektur yang dapat dimodifikasi baik itu lewat penambahan atau pegurangan serta pengabungan yang menuju pada suatu bentuk baru dari hasil proses modifikasi itu.

Pada modifikasinya pewarisan yang dapat secara efektif adalah dengan secara perdata merangkum dalam rangka merampungkan rekam jejak dari informasi-informasi penting karena itu secara ringkas kami rangkum beberapa solusi dalam mensiasati kemungkinan terputusnya mata rantai informasi tentang kekayaan arsitektur vernakular dan peralihannya khususnya dari ROTE ke NUNBAUN DHELA.

1. Pembukuan

Dimasa lalu teknologi sederhana yanng digunakan untuk menyimpan seperti batu tulis, papirus dan lain sebagainya namun seiring perkembangan tenologi keterbatasan teknologi-teknologi itu yaitu dalam hal sifat portable (praktis untuk dibawa kemana-mana) maka terobosan salah satu sarana yang paling sederhana dan efektif untuk menyimpan sebuah informasi adalah buku, maka pembukuan akan informasi-informasi tentang arsitektur Rote dan sampai keberadaannya di NUNBAUN DELHA adalah salah satu alternatif solusi yang dapat ditempuh

2. Film dokumenter

Dengan semakin mutakhirnya teknologi tidak menutup kemungkinan penerapan film dokumenter dapat dipakai sesuai dengan pengalaman-penglaman pengabadian sejarah yang telah dipakai negara-negara maju yakni dengan difilmkan

3. Promosi

Promosi disini dalam artian dengan minimnya perhatian pemerintah terhadap aset-aset masa lalu yang harus dilesterikan dan mungkin dikawinkan dengan berbagai modifikasi untuk pengawetan segala bentuk aset-aset itu mungkin dapat diadakan pendekatan-pendekatan untuk bagaiman cara-cara mengekspose aset-aset itu seperti mengadakan pameran,dan mungkin pemkaian prodak-prodak yang membawa nama aset-aset itu.

Sedangkan cara melestarikan kebudayan lokal seperti yang dimaksud adalah Rumah adat Suku Rote adalah sebagai berikut, Cara melestarikan budaya lokal di jaman modern agar dapat bertahan kususnya dalam dunia arsitektur. Tentu tak dapat kita pungkiri bahwa di jaman modern ini telah terjadi perubahan kebudayaan akibat pengaruh globalisasi, baik itu bersifat akulturasi, inkulturasi maupun Hegemoni. Namun sayangnya lebih sering budaya lokal tertindas oleh kebudayaan luar ( Hegemoni ). Hal ini tentu bukan merupakan sebuah hal yang baik bagi kebudayaan lokal. Karna, lama kelamaan budaya lokal akan tergerus bahkan akan menghilang.

Untuk itu kita harus mencari solusi guna mengatasi permasalahan tersebut seperti dapat memadukan atau mengabungkan budaya lokal dengan budaya luar, hal ini mungkin merupakan solusi terbaik yang dapat dilakukan agar budaya lokal dapat bertahan era modern sekarang ini khususnya dalam dunia arstitektur, seperti gaya arsitektur minimalis, hal ini dapat membuktikan bahwa dengan memadukan dua kebudayaan akan menghasilkan kebudayaan baru yang lebih baik, karna seperti yang kita ketahui gaya minimalis merupakan konsep dasar dari rumah tradisional Jepang dimana penggunaan prabot, ukuran dan bentuk ruang yang dibuat sederhana dengan sedikit ornamen dengan lebih mengutamakan fungsi. Konsep dasar rumah tradisional Jepang ini yang dipadukan dengan masuknya budaya dan teknologi barat menghasilkan sebuah gaya arsitektur baru yg dikenal dengan gaya arsitektur Minimalis yg sekarang menjadi tren dan menjadi favorit dalam dunia Arsitektur masa kini, hal ini tentu menjadi sebuah pembuktian nyata bahwa sebuah kebudayaan dalam hal ini kebudayaan lokal apabila dipadukan dengan budaya asing seperti budaya barat akan menghasilkan sebuah produk kebudayaan yang baik.

Dalam dunia arsitektur perpaduan antara budaya lokal dan budaya luar telah diterapkan kedalam berbagai perancangan masa kini, misalnya Kantor DPRD NTT yang mengunakan atap sumba dalam perancangannya. BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan dari awal, hingga permaasalahan yang diambil, maka dapat disimpulkan bahwa, kebudayaan lokal merupakan sebuah jati diri suatu daerah. Kebudayaan lokal menggambarkan kembali apa yang terkandung dalam sebuah daerah. Hal ini nampak dalam bentuknorma, gagasan dan bentuk, dan secara khusus lagi dalam sebuah produk lokal yaitu Rumah adat Suku rote.

Berdasarkan semua pembahasan, pewarisan kebudayaan dianggap penting, dan dianggap sebagai hal vital, agar terpeliharanya sebuah tradisi, sebuah kekayaan budaya. Dan pewarisan sendiri tidak terlepas dari perkembangan jaman. Pewarisan kebudayaan berusaha untuk menghidupkan kembali apa yang telah diwariskan sehingga semuanya tidak habis termakan jaman.

Perkembangan jaman bukanlah halangan, ataupun hambatan. Perkembangan jaman haruslah dilihat secara positif sebagai media yang baik untuk mendukung pewarisan tersebut.

Dan perkembangan IPTEKS bisa menjadi sebuah sarana inovasi untuk mengembangkan kebudayaan lokal sehingga tidak saja hidup, namun mampu beradaptasi dengan kebudayaan asing. Mampu menjadi tren disetiap jaman, sehingga akhirnya mampu menjadi sebuah kebanggaan suatu daerah dan terlebih lagi sebuah negara yang memilikinya.

Dunia arsitektur dalam kaitannya dengan pembahasan ini, haruslah membuka diri terhadap kebudayaan lokal sehingga mampu menjadikan kebudayaan lokal menjadi kebanggan disetiap pelosok negeri ini.

Demikianlah simpulan yang dapat diambil. Penghargaan, rasa cinta terhadap kebudayaan lokal dianggap penting guna menunjang pembangunan di seluruh pelosok negeri.. Segala sesuatu yang dipaparkan dalam makalah ini memiliki sebuah harapan agar terciptanya suatu pemahaman baru yang mendasar tentang arsitektur vernakular yang ada di Pulau Rote.

Akhirnya segala kekurangan dalam makalah ini hendaknya bukanlah menjadi bahan cemoohan melainkan batu loncatan guna menggali lebih dalam apa saja yang berkaitan dengan kebudayaan Lokal dalam hal ini Rumah Adat Suku Rote, dan juga segala kekurangan dalam makalah ini kiranya dapat dimaklumi. Dan dari hati yang paling dalam, jika ada hal-hal yang kurang berkenan dalam penulisan ini, kiranya dimaafkan dan bisa menjadi pelajaran buat semua saja yang membacanya.

5.2. SaranKata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PERKEMBANGAN ARSITEKTUR VERNAKULAR ROTE DI NUNBAUN DELHA sebagai pokok bahasan, penulis mencoba memaparkan latar belakang dan pokok permasalahan yang dialami oleh seluruh masyrakat di berbagai pelosok dunia secara khusus di Indonesia.

Maksud ditulisnya karangan ilmiah ini di samping untuk memenuhi tugas Antropologi Arsitektur Vernakular juga untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang menulis makalah serta menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai suatu permasalahan yang kompleks.

Penulis menyadari bahwa telah banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan karangan ilmiah ini, secara khusus kepada setiap narasumber yang telah menyediakan waktu dan tempat sehingg penulis bisa memperoleh informasi sesuai dengan yang dibutuhkan, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih.

Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat dari penyusunan makalah ini. Karena itu penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karangan tulis ini. Oleh karena itu, penulis berharap agar pembaca dapat memaklumi kesalahan penulis baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi penulis.

Kupang, 21 Januari 2015

DAFTAR HADIR

NONAMA MAHASISWAKEHADIRAN

1ANDREAS MUKIN100%

2APRIANI D. KUDJI100%

3JULITHA LAPENANGGA100%

4OCTAVIANUS SANTI100%

5LEOPOLD GARRY SERAN100%

6RICHARD DOLPALY100%

7KROSTOFORUS DEWELI100%

8PETRUS CH. AMALO100%

9FREDERICO COLO TOLAN100%

10YUSTINUS W, WAGORAGA100%

11HENDRIQUE DA SILVA100%

12SEBASTIANUS LEGA LAOT100%

13WILFRIDUS KOSAT100%

14HENDRIKUS SILLAN100%

15YOHANES OLA MADO100%

16MARIANO MAKU SOARES70 %

17AGUSTINUS OKTOVIANUS70%

DAFTAR PUSTAKAwww.wikipedia.com/indonesiawww.yudhim.blogger.comwww.kompasiana.comwww.wapedia.com