appendisitis infiltrat - tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
1/9
Appendisitis Infiltrat
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIANApendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun.
Appendicitis Infiltrat/Appendicular Infiltrat adalah infiltrat/massa yang terbentuk akibat
mikro atau makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi oleh
omentum, usus halus atau usus besar. Umumnya massa Appendix terbentuk pada hari
keempat sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa Appendix
lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh
telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk
membungkus proses radang.
2. ANATOMI
Bagan 1.Letak Anatomi Apendiks
Appendiks merupakan suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch (analog dengan Bursa
Fabricus) membentuk produk immunoglobulin, berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10
cm (kisaran 3-15 cm) dengan diameter 0,5-1 cm, dan berpangkal di sekum. Lumennya
sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal. Appendiks terletak di ileocaecum,
pertemuan di tiga tinea (Tinea libera, Tinea colica, dan Tinea omentum). Bentuk tabung
panjang 7-10 cm, diameter 0,7 cm. Memiliki beberapa jenis posisi, yaitu :
1. Ileocecal2.
Antecaecal
3. Retrocaecal
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
2/9
4. Hepatica5. Pelvica
Bagan 2.Macam-macam posisi apendiks
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang N. Vagus yang mengikuti A. Mesenterika
Superior dan A. Apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari N. Torakalis X.
Oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus. Pendarahan
apendiks berasal dari a. apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini
tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene.
3. FISIOLOGIApendiks adalah suatu organ yang terdapat pada sekum yang terletak pada proximal kolon,
yang hingga sekarang belum diketahui fungsinya. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per
hari. Lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.Jaringan lymphoid pertama kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu setelah lahir.
Jumlahnya meningkat selama pubertas, dan menetap saat dewasa dan kemudian berkurang
mengikuti umur. Setelah usia 60 tahun, tidak ada jaringan lymphoid lagi di apendiks dan
terjadi penghancuran lumen apendiks komplit.
4. EPIDEMIOLOGIInsiden appendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang,
namun dalam dekade tiga-empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna. Kejadian ini
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
3/9
diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-
hari.
Pria lebih banyak daripada wanita, sedang bayi dan anak sampai berumur 2 tahun terdapat
1% atau kurang. Anak berumur 2 sampai 3 tahun terdapat 15%. Frekuensi mulai menanjak
setelah usia 5 tahun dan mencapai puncaknya berkisar pada umur 9 hingga 11 tahun.Di AS, insiden appendisitis berkisar 4 tiap 1.000 anak dibawah 14 tahun. Walaupun
appendisitis dapat terjadi pada setiap umur, namun puncak insiden terjadi pada umur
belasan tahun dan dewasa muda.
5. ETIOLOGIAppendisitis umumnya terjadi karena adanya proses radang bakteri. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetus. Penyumbatan lumen apendiks dapat disebabkan antara lain oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,
cacing usus atau neoplasma. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis
ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolityca.
Penyebab sumbatan 60% adalah hyperplasia kelenjar getah bening, 35% disebabkan karena
fekalith, 4% oleh benda asing (termasuk cacing), dan 1% oleh striktur lumen yang bisa
disebabkan karsinoma.
6. PATOFISIOLOGIPada dasarnya apendisitis akut adalah suatu proses penyumbatan yang mengakibatkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif
akut.
Setelah mukosa terkena, kemudian serosa juga terinvasi sehingga akan merangsang
peritoneum parietale, maka timbul nyeri somatic yang khas yaitu di sisi kanan bawah. Titik
Mc Burney terletak pada 1/3 lateral garis yang menghubungkan SIAS dan umbilicus.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses patofisiologi Appendicitis berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah Appendix hingga timbul suatu massa lokal (proses walling
off) yang disebut Appendicularis infiltrat. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang.
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
4/9
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan Apendiks lebih panjang, dinding
Apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Appendisitis akut dalam 48 jam dapat menjadi : Sembuh Kronik Perforasi Infiltrat
Bagan 3.Perkembangan Apendisitis
Kecepatan terjadinya peristiwa tersebut tergantung pada virulensi mikroorganisme, daya
tahan tubuh, fibrosis pada dinding Appendix, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale
dan juga organ lain seperti Vesika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasi dan melokalisir
proses peradangan ini. Bila proses melokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi perforasi
maka akan timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belumcukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam cavum abdominalis, oleh karena itu
penderita harus benar-benar istirahat (bed rest).
7. MANIFESTASI KLINIKGambaran klinis yang dapat ditemukan pada appendicitis akut
a. Tanda awalo Nyeri perut mulai di epigastrium atau region umbilicus disertai mual dan anorexia.o Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5oC. Bila suhu lebih tinggi,
mungkin sudah terjadi perforasi.
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
5/9
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
6/9
4) Auskultasi Sering normal Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat
apendisitis perforata pada keadaan lanjut
Bising usus tidak ada (karena peritonitis)5) Rectal Toucher
Tonus musculus sfingter ani baik Ampula kolaps Nyeri tekan pada daerah jam 09.00-12.00 Terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses). Pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan maka kunci diagnosis
adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.
6) Uji PsoasDilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan
atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks
yang meradang menepel di M. Psoas Mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan
nyeri.
7) Uji ObturatorDigunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan M.
Obturator Internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada
apendisitis pelvika.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih
ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
8) Alvarado ScoreDigunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendisitis akut atau bukan,
menjadi 3 symptom, 3 sign dan 2 laboratorium.
Alvarado Score :
Tabel 1.Alvarado Score
Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
7/9
B. Pemeriksaan Penunjang1) Laboratorium
a. Pemeriksaan darahLeukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasusdengan komplikasi.
Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat
b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalamurin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding
seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang
hampir sama dengan appendicitis.
2) Radiologisa. Foto polos abdomen
Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya
peritonitis), tampak :
Scoliosis ke kanan Psoas shadow tak tampak Bayangan gas usus kanan bawah tak tampak Garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
b. USGBila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
c. Barium EnemaYaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui
anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis
pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Foto barium enema yang dilakukan perlahan pada appendicitis akut
memperlihatkan tidak adanya pengisian apendiks dan efek massa pada tepi
medial serta inferior dari seccum; pengisisan lengkap dari apendiks,
menyingkirkan appendicitis.
d. CT-ScanDapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
e. LaparoscopiYaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan
dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
8/9
ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat
langsung dilakukan pengangkatan appendix.
7. DIAGNOSIS BANDINGA. Gastroenteritis Akut
Adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan apendisitis. Pada kelainan ini
muntah dan diare lebih sering. Demam dan lekosit akan meningkat jelas dan tidak
sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah-pindah.
Hiperperistaltik merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung
akut, suatu observasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis.
B. Kehamilan EktopikHampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika
ada rupture tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan perdarahan, akan
timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok
hipovolemik. Pada pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan cavum
Douglas.
C. Adenitis MesenteriumPenyakit ini juga dapat menunjukkan gejala dan tanda yang identik dengan
apendisitis. Penyakit ini lebih sering pada anak-anak, biasanya didahului infeksi
saluran nafas. Lokasi neri diperut kanan bawah tidak konstan dan menetap.
8. PENATALAKSAANA. Sebelum Operasi
1. ObservasiDalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali
masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien
diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laktasif tidak boleh diberikan
bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan
abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (lekosit dan hitung jenis) diulang
secara periodic. Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari
kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan
dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya
keluhan.
2. Antibiotik.Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotic,
kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate. Penundaan tindak
bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi.
B. Operasi1) Appendiktomi cito (appendicitis akut, abses, dan perforasi)2) Appendiktomi elektif (appendisitis kronis)3) Konservatif kemudian operasi elektif (appendisitis infiltrat)
-
8/13/2019 Appendisitis Infiltrat - Tinjauan Pustaka
9/9
C. PascaoperasiPerlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan
di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila
pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien
dalam posii Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjai gangguan.Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada
perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal.
Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2
x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke
tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
9. KOMPLIKASIKomplikasi yang mungkin timbul adalah peritonitis, abses subfrenikus, infiltrat dan fokal
sepsis intraabdominal lain.
10.PROGNOSISMortalitas adalah 0.1% jika appendicitis akut tidak pecah dan 15% jika pecah pada orangtua.
Kematian biasanya berasal dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi. Prognosis membaik
dengan diagnosis dini sebelum rupture dan antibiotic yang lebih baik.
Morbiditas meningkat dengan rupture dan usia tua. Komplikasi dini adalah sepsis. Infeksi
luka membutuhkan pembukaan kembali insisi kulit yang merupakan predisposisi terjadinya
robekan. Abses intraabdomen dapat terjadi dari kontaminasi peritonealis setelah gangren
dan perforasi. Fistula fekalis timbul dari nekrosis suatu bagian dari seccum oleh abses atau
kontriksi dari jahitan kantong. Obstruksi usus dapat terjadi dengan abses lokulasi dan
pembentukan adhesi. Komplikasi lanjut meliputi pembentukan adhesi dengan obstruksi
mekanis dan hernia.
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak
diangkat. Terminologi apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. PenerbitMedia Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2. Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G. 1999. Principles of Surgery sevent edition. Mc-Graw Hilla Division of The McGraw-Hill Companies. Enigma an Enigma Electronic Publication.
3. De Jong, W., Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.4. Hardin, M. 1999. Acute Appendisitis : Review and Update. The American Academy of
Family Physicians. Texas A & M University Health Science Center, Temple, Texas.