angansatker-pelaporandanpertanggungjawabananggaran

Upload: ahmad-abdul-haq

Post on 06-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    1/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    BAB IV

    PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

    PELAKSANAAN ANGGARAN

    A. Gambaran Umum

    Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil dalam pengelolaan

    keuangan negara, setiap satker wajib menyusun laporan pertanggungjawaban realisasi

    anggaran belanja masing-masing. Tujuan pertanggungjawaban realisasi anggaran belanja

    ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya

    ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode

    mendatang dengan cara menyajikan informasi kepada para pengguna laporan tentang

    indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:1. telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat.

    2. telah dilaksanakan sesuai dengan APBN.

    3. telah dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan.

    Dalam rangka memenuhi prinsip akuntabilitas tersebut perlu diselenggarakan

    Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang merupakan serangkaian prosedur

    manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,

    pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan

    Pemerintah Pusat. Berdasarkan PMK Nomor. 171/PMK 05/2007 tentang SistemAkuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP memiliki 2 (dua) subsistem,

    yaitu Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi

    Instansi (SAI).

    SA-BUN dilaksanakan oleh Departemen Keuangan selaku Bendahara Umum

    Negara (Chief Financial Officer) sedangkan SAI dilaksanakan oleh Menteri/Ketua

    Lembaga Teknis/Satker selaku Chief Operational Officer(COO).

    SAI memiliki 2 (dua) subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan

    Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    2/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    KERANGKA UMUM SAI

    Gambar 7 : Kerangka Umum SAI

    Penjabaran secara rinci diatur pada Peraturan Direktur Jenderal PerbendaharaanNomor PER-51/PB/2008tentangPedomanPenyusunan Laporan Keuangan KementerianNegara/Lembaga. Peraturan tersebut menyatakan bahwa untuk melaksanakan SAI,

    Kementerian Negara/Lembaga wajib membentuk unit akuntansi yang terdiri dari :

    1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) pada tingkat Kementerian

    Negara/Lembaga;

    2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang pada tingkat Eselon I

    (UAPPA/B-E1);

    3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang pada tingkat wilayah(UAPPA/B-W);

    4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B) pada tingkat satuan

    kerja.

    Pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh setiap

    satker ini juga diiringi dengan kewajiban pertanggungjawaban setiap Bendahara

    Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran. Prosedur pertanggungjawaban Bendahara ini

    telah diatur tersendiri dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008

    tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban

    Bendahara Kementerian Negara/ Lembaga/ Kantor/ Satuan Kerja dan Peraturan Direktur

    Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan

    Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian

    Negara/ Lembaga/ Kantor/ Satuan Kerja.

    SAI

    Sistem Akuntansi Keuangan

    (SAK)

    Sistem Informasi Manajemen dan

    Akuntansi Barang Milik Negara

    (SIMAK-BMN)

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    3/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    B. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)

    Sistem Akuntansi Keuangan merupakan bagian SAI yang digunakan oleh

    Kementerian Negara/Lembaga untuk memproses transaksi anggaran dan realisasinya,

    sehingga menghasilkan Laporan Keuangan. Selanjutnya SAK yang akan dibahas adalah

    SAK pada UAKPA. Pelaksanaan akuntansi Keuangan dibantu dengan perangkat lunak

    (software) SAK yang memungkinkan penyederhanaan dalam proses manual dan

    mengurangi tingkat kesalahan manusia (human error) dalam pelaksanaannya

    UAKPA melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan atas

    pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Satuan kerja selaku UAKPA

    berkewajiban membentuk struktur organisasi Unit Akuntansi sebagaimana gambar berikut:

    Gambar 8: Struktur Organisasi UAKPA

    Tugas pokok penanggung jawab UAKPA adalah menyelenggarakan akuntansi

    keuangan di lingkungan satuan kerja, dengan fungsi sebagaimana berikut :

    1. Menyelenggarakan akuntansi keuangan,

    2. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,

    3. Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    4/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban

    pelaksanaan anggaran oleh UAKPA sebagai entitas akuntansi terdiri dari:

    1. Laporan Realisasi Anggaran

    Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja,

    yang masing-masing dibandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.

    2. Neraca

    Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas

    pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu.

    3. Catatan atas Laporan Keuangan

    Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci, dan analisis atas

    nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

    UAKPA yang menggunakan Anggaran Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain,

    disamping wajib menyusun laporan keuangan atas bagian anggarannya sendiri, juga wajib

    menyusun Laporan Keuangan Bagian Anggaran Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain

    secara terpisah.

    SKPD yang menerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dari

    pemerintah pusat wajib menyampaikan laporan keuangan yang merupakan satu

    kesatuan/tidak terpisah dari laporan keuangan kementerian negara/lembaga terkait.

    Selanjutnya laporan keuangan yang dihasilkan oleh UAKPA disampaikan kepada

    UAPPA-W/UAPPA-E1.

    1. Proses Penyusunan Laporan KeuanganDokumen sumber yang digunakan di tingkat satuan kerja guna penyusunan

    laporan keuangan adalah sebagai berikut:

    a. Dokumen penerimaan yang terdiri dari:

    1) Estimasi Pendapatan yang dialokasikan: Pajak, PNBP dan Hibah pada DIPA dan

    dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA;

    2) Realisasi Pendapatan: Bukti Penerimaan Negara yang didukung oleh dokumen

    penerimaan seperti SSBP, SSPB, SSP, SSBC, dan dokumen lain yang

    dipersamakan.b. Dokumen pengeluaran yang terdiri dari:

    1) Alokasi Anggaran DIPA, Revisi DIPA, SKPA, dan dokumen lain yang

    dipersamakan;

    2) Realisasi Pengeluaran: SPM beserta SP2D, Surat Perintah Pengesahan dan

    Pembukuan (SP3), dan dokumen lain yang dipersamakan.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    5/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    c. Dokumen Piutang antara lain: kartu piutang, daftar rekapitulasi piutang, dan daftar

    umur piutang.

    d. Dokumen Persediaan antara lain: kartu persediaan, buku persediaan, dan laporan

    persediaan.

    e. Dokumen Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) antara lain: kartu KDP, laporan KDP,

    dan lembar analisis SPM/SP2D.

    f. Memo Penyesuaian (MP) yang digunakan dalam rangka pembuatan jurnal koreksi dan

    jurnal aset.

    g. Dokumen lainnya dalam rangka penyusunan laporan keuangan kementerian

    negara/lembaga seperti Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang/Jasa, SK

    Penghapusan, dan lain sebagainya.

    Setiap bulan UAKPA melakukan pengiriman ADK, LRA, dan Neraca ke tingkat

    UAPPA-W dan UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan berikut Berita Acara

    Rekonsiliasi (BAR). Sedangkan untuk UAKPA kantor pusat hanya melakukan pengiriman

    ke UAPPA-E1.

    Selanjutnya setiap semester UAKPA menyusun laporan keuangan lengkap terdiri

    LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) disertai dengan Pernyataan

    Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh KPA/kepala satker.

    Dalam rangka penerapan prinsip check and balance, terdapat prosedur rekonsiliasi

    (proses pencocokan informasi berupa laporan keuangan yang dihasilkan dari dokumen

    yang sama namun diproses oleh dua unit pemroses data yang berbeda) yang harus

    dilakukan berupa:

    a. Rekonsiliasi antara Laporan Keuangan UAKPA dengan Laporan Barang Milik Negara

    yang dihasilkan oleh UAKPB

    b. Rekonsiliasi antara data keuangan UAKPA dengan data keuangan pada KPPN

    c. Rekonsiliasi antara data Barang Milik Negara UAKPB dengan data Barang Milik

    Negara pada KPKNL

    Pada proses rekonsiliasi antara data keuangan pada UAKPA dengan data

    keuangan pada KPPN, hasil rekonsiliasinya dituangkan dalam BAR beserta lampiran hasil

    rekonsiliasi. Terhadap UAKPA yang tidak melakukan rekonsiliasi dengan KPPN selambat-

    lambatnya tujuh hari kerja setelah bulan bersangkutan berakhir diberikan sanksi berupa

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    6/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    Surat Peringatan Penyampaian Laporan Keuangan (SP2LK). Jika sampai dengan lima

    hari kerja sejak diterbitkannya SP2LK KPA tidak menyampaikan laporan keuangan

    bulanan dikenakan sanksi berupa penundaan penerbitan SP2D atas SPM yang diajukan

    (SPM-UP/TUP/GUP maupun SPM-LS kepada bendahara pengeluaran).

    Hal dimaksud sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

    PER-19/PB/2008 tentang Pengenaan Sanksi atas Keterlambatan Penyampaian Laporan

    Keuangan sesuai dengan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan

    Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

    2. Jadwal Pengiriman Laporan Keuangan

    Jadwal penyampaian laporan keuangan UAKPA kepada UAPPA-W selambat-

    lambatnya pada tanggal :

    a. Triwulan I : 12 April 2XX0

    b. Semester I : 10 Juli 2XX0

    c. Triwulan III : 12 Oktober 2XX0

    d. Tahunan : 20 Januari 2XX1

    C. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)

    SIMAK-BMN adalah sistem terpadu yang merupakan gabungan prosedur manual dan

    komputerisasi dalam rangka menghasilkan data transaksi untuk mendukung penyusunan

    neraca. Di samping itu, SIMAK-BMN juga menghasilkan Daftar Barang, Laporan Barang, dan

    berbagai kartu kontrol yang berguna untuk menunjang fungsi pengelolaan BMN. SelanjutnyaSIMAK-BMN yang akan dibahas adalah SIMAK-BMN pada UAKPB.

    Pelaksanaan akuntansi BMN dibantu dengan perangkat lunak (software) SIMAK-BMN

    yang memungkinkan penyederhanaan dalam proses manual dan mengurangi tingkat

    kesalahan manusia (human error) dalam pelaksanaannya.

    Laporan BMN yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

    1. Laporan Barang Kuasa Pengguna Intrakomtabel

    2. Laporan Barang Kuasa Pengguna Ekstrakomtabel

    3. Laporan Kuasa Pengguna Kontruksi Dalam Pengerjaan4. Laporan Kuasa Pengguna Persediaan

    5. Laporan Kuasa Pengguna Aset Tak Berwujud

    6. Catatan atas Laporan BMN (CalBMN)

    Selanjutnya laporan BMN yang dihasilkan oleh UAKPB disampaikan kepada UAPPB-

    W)/UAPPB-E1.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    7/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    1. Klasifikasi BMN

    Untuk memudahkan identifikasi, maka setiap BMN diklasifikasikan dengan cara tertentu

    sehingga memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negarasebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.018/1999 tentang

    Klasifikasi dan Kodefikasi Barang Inventaris Milik/Kekayaan Negara membagi BMN dalam

    klasifikasi Golongan, Bidang, Kelompok, Sub Kelompok, dan Sub-sub kelompok.

    Gambar 9 : Klasifikasi BMN

    Golongan BMN meliputi: Barang Tidak Bergerak; Barang Bergerak; Hewan, Ikan

    dan Tanaman, Barang Persediaan, Konstruksi Dalam Pengerjaan, Aset Tak Berwujud dan

    Golongan Lain-lain. Dari masing-masing Golongan tersebut selanjutnya dirinci lagi ke

    dalam klasifikasi bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub kelompok. Dengan

    demikian, klasifikasi paling rinci (detil) ada di level Sub-sub kelompok.

    2. Pengkodean BMN

    Untuk memudahkan pencatatan dan pengendalian, BMN selain diberikan

    identifikasi berupa nama, juga diberikan identifikasi dalam bentuk kode. Pemberian kode

    BMN sepenuhnya mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara. Untuk

    memberikan identitas, BMN diberikan nomor kode barang (ditambah nomor urut

    pendaftarannya) dan kode lokasi (ditambah tahun perolehannya).

    Skema kode identifikasi barang adalah sebagai berikut:

    Golongan

    Bidang

    Kelompok

    Sub Kelompok

    Subsub Kelompok

    Semakinglobal

    Semakinrinci

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    8/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    X . XX . XX . XX . XXX

    Sedangkan kode lokasi, diskemakan sebagai berikut:

    XXX . XX . XX . XXXXXX . XXX

    Pembuatan label BMN dilakukan dengan menggabungkan kode lokasi (ditambah

    dengan tahun perolehan) dan kode barang (ditambah dengan nomor urut pendaftaran.

    Skema label BMN digambarkan sebagai berikut:

    XXX. XX . XX . XXXXXX . XXX . XXX

    X . XX . XX . XX . XXX . XXXXXX

    UAPB

    UAPPB-E1

    UAPPB-W

    UAKPBUAPKPB

    UAPB

    UAPPB-E1

    UAKPBUAPKPB

    Sub sub kelom ok

    Sub kelom ok

    Kelom ok

    Bidang

    Golongan

    UAPPB-W

    Tahun Perolehan

    GolonganBidang

    Kelompok

    Sub Kelompok

    Sub-sub KelompokNomor Urut Pendaftaran

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    9/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    3. Tabel Kode Barang

    Setiap BMN dibukukan dengan mengacu pada kode BMN yang telah ditetapkan

    dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor: 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan

    dan Kodefikasi Barang Milik Negara. Berikut adalah contoh kode BMN pada PMK

    tersebut:

    GOL.

    BID.

    KEL.SUBKEL.

    SUB SUBKEL.

    URAIAN

    1 00 00 00 000 BARANG TIDAK BERGERAK1 01 00 00 000 TANAH1 01 01 00 000 Tanah Persil1 01 01 01 000 Tanah Bangunan Perumahan/G. Tempat

    Tinggal1 01 01 01 001 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I1 01 01 01 002 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan II1 01 01 01 003 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan III

    1 01 01 01 004 Tanah Bangunan Rumah Negara TanpaGolongan

    1 02 00 00 000 JALAN DAN JEMBATAN1 02 01 00 000 Jalan1 02 01 01 000 Jalan Nasional1 02 01 01 001 Jalan Nasional Arteri1 02 01 01 002 Jalan Nasional Kolektor1 02 01 01 003 Jalan Nasional Bernilai Strategis Nasional

    1 03 00 00 000 BANGUNAN AIR

    1 03 01 00 000 Bangunan Air Irigasi1 03 01 01 000 Bangunan Waduk Irigasi1 03 01 01 001 Waduk dengan Bendungan, Tanggul, Menara

    Pengambilan Pelimpah Banjir dan TerowonganPengelak

    1 03 01 01 002 Waduk dengan Bendungan, Tanggul danMenara Pengambilan

    1 03 01 01 003 Waduk dengan Menara Pengambilan1 03 01 01 003 Waduk dengan Tanggul, dan Pintu Air/Menara

    Pengambilan

    1 04 00 00 000 INSTALASI

    1 04 06 00 000 Instalasi Gardu Listrik1 04 06 01 000 Instalasi Gardu Listrik Induk1 04 06 01 001 Instalasi Gardu Listrik Induk Kapasitas Kecil1 04 06 01 002 Instalasi Gardu Listrik Induk Kapasitas Sedang1 04 06 01 003 Instalasi Gardu Listrik Induk Kapasitas Besar

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    10/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    GOL.

    BID.

    KEL.SUBKEL.

    SUB SUBKEL.

    URAIAN

    1 05 03 01 003 Jaringan Telepon di atas Tanah KapasitasBesar

    4. Kondisi BMN

    Kondisi BMN dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: baik, rusak ringan,

    dan rusak berat. Tabel berikut ini menyajikan indikasi yang menentukan 3 kondisi BMN

    tersebut:

    Jenis Barang Kondisi Indikasi

    Barang Bergerak Baik (B) Apabila kondisi barang tersebutmasih dalam keadaan utuh danberfungsi dengan baik

    RusakRingan(RR)

    Apabila kondisi barang tersebutmasih dalam keadaan utuh tetapikurang berfungsi dengan baik. Untukberfungsi dengan baik memerlukanperbaikan ringan dan tidakmemerlukan penggantian bagianutama/komponen pokok.

    RusakBerat(RB)

    Apabila kondisi barang tersebut tidakutuh dan tidak berfungsi lagi ataumemerlukan perbaikanbesar/penggantian bagianutama/komponen pokok, sehinggatidak ekonomis untuk diadakanperbaikan/rehabilitasi.

    Barang TidakBergerak: Tanah

    Baik (B) Apabila kondisi tanah tersebut siapdipergunakan dan/atau dimanfaatkansesuai dengan peruntukannya.

    RusakRingan(RR)

    Apabila kondisi tanah tersebutkarena sesuatu sebab tidak dapatdipergunakan dan/atau dimanfaatkandan masih memerlukanpengolahan/perlakuan (misalnyapengeringan, pengurugan, perataan

    dan pemadatan) untuk dapatdipergunakan sesuai denganperuntukannya.

    RusakBerat(RB)

    Apabila kondisi tanah tersebut tidakdapat lagi dipergunakan dan/ataudimanfaatkan sesuai denganperuntukannya karena adanyabencana alam, erosi dan

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    11/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    Jenis Barang Kondisi Indikasi

    sebagainya.

    Barang Tidak

    Bergerak: Jalan danJembatan

    Baik (B) Apabila kondisi fisik barang tersebut

    dalam keadaan utuh dan berfungsidengan baik

    RusakRingan(RR)

    Apabila kondisi fisik barang tersebutdalam keadaan utuh namunmemerlukan perbaikan ringan untukdapat dipergunakan sesuai denganfungsinya.

    RusakBerat(RB)

    Apabila kondisi fisik barang tersebutdalam keadaan tidak utuh/tidakberfungsi dengan baik danmemerlukan perbaikan dengan biaya

    besar.Barang TidakBergerak: Bangunan

    Baik (B) Apabila bangunan tersebut utuh dantidak memerlukan perbaikan yangberarti kecuali pemeliharaan rutin.

    RusakRingan(RR)

    Apabila bangunan tersebut masihutuh, memerlukan pemeliharaanrutin dan perbaikan ringan padakomponen-komponen bukankonstruksi utama.

    RusakBerat

    (RB)

    Apabila bangunan tersebut tidakutuh dan tidak dapat dipergunakan

    lagi.

    5. Proses Penyusunan Laporan BMN

    a. Petugas akuntansi memproses dokumen sumber transaksi BMN untuk

    menghasilkan data transaksi BMN, Laporan Barang Kuasa Pengguna, Laporan

    Barang Kuasa Pengguna Barang Bersejarah, Laporan Barang Kuasa Pengguna

    Barang Persediaan, Laporan Barang Kuasa Pengguna Konstruksi Dalam

    Pengerjaan, Laporan Kondisi Barang, Kartu Identitas Barang, Daftar Barang

    Ruangan, dan Daftar Barang Lainnya. Register Transaksi Harian diverifikasi dengan

    dokumen sumber, untuk memastikan bahwa seluruh transaksi sudah diproses

    sesuai dengan dokumen sumber yang ada. Laporan Barang Kuasa Pengguna

    beserta ADK setiap semester dan tahunan dikirim ke tingkat UAPPB-W/UAPPB-E1

    untuk dilakukan penggabungan data.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    12/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    b. Laporan Barang Kuasa Pengguna Semester I dan II disusun berdasarkan proses

    perekaman transaksi barang semester I dan II termasuk saldo awal.

    c. Laporan Barang Kuasa Pengguna Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I

    dan II disusun berdasarkan proses perekaman transaksi barang semester I dan II

    termasuk saldo awal yang dananya bersumber dari dana Dekonsentrasi/Tugas

    Pembantuan.

    d. UAKPB yang memiliki Unit Akuntansi Pembantu Kuasa Pengguna Barang

    (UAPKPB) menggabungkan Laporan Barang Kuasa

    Untuk menjaga keandalan Laporan Barang dan Laporan Keuangan, UAKPB

    bersama UAKPA melakukan rekonsiliasi internal.

    6. Rekonsiliasi Data BMN

    Rekonsiliasi dilakukan antara UAKPB dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

    dan Lelang (KPKNL). UAKPB setiap semester melakukan rekonsiliasi dan

    pemutakhiran data BMN dengan KPKNL selaku kuasa Pengelola Barang. KPKNL

    harus memonitor perkembangan BMN dan menjaga saldo awal BMN yang telah

    ditetapkan tidak mengalami perubahan dan laporan BMN yang disampaikan oleh

    satuan kerja sudah sesuai dengan nilai BMN pada laporan Neraca.

    7. Jadwal Pengiriman Laporan BMN

    Jadwal penyampaian laporan keuangan UAKPB kepada UAPPB-W selambat-

    lambatnya pada tanggal :

    a. Semester I : 05 Juli 2XX0

    b. Semester II : 10 Januari 2XX1

    D. Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 73/PMK.05/2008 tentang

    Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

    Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/ Satuan Kerja, Bendahara Penerimaan dan

    Pengeluaran wajib menyusun LPJ secara bulanan atas pengelolaan uang dan surat

    berharga dalam rangka pelaksanaan APBN.

    Bendahara penerimaan menerima bukti setor maupun uang atas penerimaan

    bukan pajak (PNBP) dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan satuan kerja. Atas

    penerimaan yang dikelolanya, Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan

    pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran/penyetoran atas penerimaan.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    13/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran atas belanja negara selama

    satu tahun anggaran dengan menggunakan Uang Persediaan. Bukti-bukti pengeluaran

    oleh Bendahara Pengeluaran harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan, di mana

    bukti-bukti belanja tersebut merupakan transaksi yang juga dilaporkan oleh Sistem

    Akuntansi Instansi. Pembayaran belanja yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran

    merupakan kegiatan realisasi anggaran yang akan dilaporkan dalam Laporan Realisasi

    Anggaran. Pencatatan atas transaksi dilakukan dengan menggunakan basis kas, yaitu

    basis yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara

    kas diterima atau dibayar. Pencatatan dilakukan pada saat terjadinya penerimaan kas

    atau pada saat terjadinya pengeluaran kas sehingga suatu transaksi belum dicatat apabila

    tidak diikuti dengan terjadinya penerimaan atau pengeluaran kas.

    Pembukuan Bendahara Pengeluaran dilaksanakan dengan azas bruto yaitu suatu

    prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan secara neto penerimaan setelah

    dikurangi pengeluaran pada suatu unit organisasi atau tidak memperkenankan pencatatan

    pengeluaran setelah dilakukan kompensasi antara penerimaan dengan pengeluaran. Asas

    ini menekankan apabila terdapat satu transaksi yang mengakibatkan penerimaan

    sekaligus pengeluaran maka pencatatan atas transaksi tersebut dilakukan secara terpisah

    yaitu mencatat penerimaan sebesar jumlah penerimaan dan mencatat pengeluaran

    sebesar jumlah pengeluaran dan tidak hanya mencatat selisih lebih besar antara

    penerimaan dengan pengeluaran meskipun kas riil yang diterima atau yang dikeluarkan

    hanya sebesar selisihnya, sehingga transaksi masing-masing dicatat sebesar nilai

    brutonya.

    1. Dokumen Sumber

    Dokumen sumber adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi keuangan

    yang digunakan sebagai sumber atau bukti pencatatan untuk menghasilkan data

    pelaporan. Dokumen sumber yang menjadi dasar dalam pembukuan Bendahara

    penerimaan adalah:

    a. Surat Bukti Setor (SBS) sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara;

    b. SSBP yang dinyatakan sah, yang diterima dari orang/badan hukum sebagai bukti

    pembukuan penerimaan sekaligus pengeluaran bendahara;

    c. SSBP yang dinyatakan sah sebagai bukti pembukuan pengeluaran bendahara atas

    setoran ke Kas Negara.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    14/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    Dokumen sumber yang menjadi dasar pembukuan atas penerimaan kas atau pengeluaran

    kas oleh Bendahara Pengeluaran, adalah sebagai berikut:

    a. SPM-UP/TUP yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti atas penerimaan kas;

    b. SPM-GUP yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti penerimaan kas dan bukti

    pengesahan;

    c. SPM-LS Bendahara atas Belanja Pegawai, Belanja Perjalanan Dinas yang kasnya

    diterima melalui Bendahara Pengeluaran, sebagai bukti penerimaan kas dan bukti

    pengurangan anggaran;

    d. Faktur Pajak dan/atau bukti potongan pajak yang dipungut/dipotong oleh Bendahara

    Pengeluaran, sebagai bukti penerimaan kas;

    e. Kwitansi/bukti pembayaran dengan menggunakan Uang Persediaan/Tambahan Uang

    Persediaan, sebagai bukti pengeluaran kas dan bukti pengurangan anggaran;

    f. Bukti pembayaran kas yang dananya berasal dari SPM-LS Belanja Pegawai atau

    SPM-LS Belanja Perjalanan, sebagai bukti pengeluaran kas;

    g. SSP, SSBP dan SSPB, sebagai bukti pengeluaran kas;

    h. Dokumen-dokumen transaksi lainnya yang dipersamakan dengan dokumen di atas.

    Sedangkan dokumen bukti transaksi yang tidak mempengaruhi jumlah kas, namun

    harus dicatat oleh Bendahara Pengeluaran karena terkait dengan transaksi sebelumnya

    atau mempengaruhi anggaran, yaitu:

    a. SPM-LS kepada pihak ketiga yang telah diterbitkan SP2D-nya, sebagai bukti

    pengurangan anggaran;

    b. SPM-GUP Nihil yang merupakan pengesahan oleh KPPN atas belanja dengan

    Tambahan Uang Persediaan atau Uang Persediaan yang tidak akan diberikan

    penggantian, sebagai bukti pengesahan;

    c. Bukti penarikan kas dari bank (misal Cek), bukti setor kas ke bank, bukti terima

    persekot oleh Pemegang Uang Muka/BPP, bukti pengembalian persekot, sebagai

    bukti perpindahan kas;

    d. Dokumen/Bukti lain yang dipersamakan dengan dokumen di atas.

    2. Jenis dan Fungsi Buku

    Setiap Bendahara pada satuan kerja wajib menyelenggarakan pembukuan yang

    dapat dilakukan dengan tulis tangan atau komputer. Pembukuan tersebut dicatat

    dalam Buku Kas Umum, Buku Pengawasan Anggaran dan buku-buku pembantu

    sesuai dengan kebutuhan dalam rangka pertanggungjawaban manajerial.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    15/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    1) Buku Kas Umum (BKU).

    BKU merupakan buku yang digunakan untuk mencatat semua transaksi

    penerimaan dan pengeluaran.

    Bendahara harus mengetahui posisi kas baik dalam jumlah maupun peruntukannya

    masing-masing. Untuk itu, dibutuhkan bentuk BKU yang dapat memberikan

    informasi mengenai saldo kas setiap saat

    2) Buku Pembantu

    Sementara itu untuk penatausahaan terhadap masing-masing sumber kas sesuai

    dengan peruntukannya dapat digunakan buku pembantu, terdiri dari:

    a. Buku Pembantu Kas (Tunai dan Bank);

    Bagi Bendahara Penerimaan Buku Pembantu Kas (tunai dan bank) merupakan

    buku yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan atas

    penerimaan setoran tunai dari orang/badan hukum dan transaksi penyetoran

    ke Kas Negara, sedangkan bagi Bendahara Pengeluaran Buku Pembantu Kas

    ini digunakan untuk mencatat transaksi arus kas yang bersumber dari SPM

    yang ditujukan kepada Bendahara dan telah terbit SP2D-nya.

    b. Buku Pembantu Uang Muka Perjalanan dinas;

    Buku ini mencatat dana uang muka yang bersumber dari Uang Persediaan

    yang diberikan kepada pejabat/pegawai negeri yang melaksanakan perjalanan

    dinas dalam negeri.

    c. Buku Pembantu BPP/PUM;

    Dalam melakukan pembayaran atas belanja, Bendahara Pengeluaran dapat

    dibantu oleh satu atau lebih Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)/PUM.

    Untuk itu, Bendahara Pengeluaran menyerahkan Uang UP/Uang yang

    bersumber dari LS Bendahara dimana pelaksanaan pembayarannya

    dilaksanakan oleh BPP/PUM. Uang yang diserahkan kepada BPP merupakan

    tanggungjawab BPP, sedangkan uang UP/LS Bendahara yang diserahkan

    kepada PUM tetap merupakan tanggung jawab Bendahara Pengeluaran (PUM

    hanya sebagai juru bayar). Atas penyerahan UP/LS Bendahara yang

    pelaksanaan pembayarannya dilaksanakan BPP/PUM dibutuhkan Buku

    Pembantu BPP/PUM ini.

    d. Buku Pembantu Uang Persediaan;

    Dalam pengelolaan Uang Persediaan, Bendahara Pengeluaran dapat

    mencatatnya dalam Buku Pembantu Uang Persediaan sehingga jumlah Uang

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    16/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    Persediaan dapat diketahui saldonya guna perencanaan penggunaan

    selanjutnya maupun untuk kepentingan penggantian.

    Pada saat melakukan pembayaran belanja dengan menggunakan Uang

    Persediaan maka jumlah Uang Persediaan akan berkurang dan hal ini harus

    dicatat di Buku Pembantu Uang Persediaan. Sementara itu pada saat

    memperoleh penggantian UP dari pengajuan SPM-GUP maka UP akan

    bertambah sebesar pengeluaran yang telah dipertanggungjawabkan dan

    disahkan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara/KPPN sehingga pengisian

    kembali UP (Revolving) harus dicatat dalam Buku Pembantu Uang

    Persediaan.

    e. Buku Pembantu LS Bendahara;

    Bendahara Pengeluaran selain membayar pengeluaran belanja dengan

    menggunakan Uang Persediaan juga melakukan pembayaran atas belanja

    yang proses pencairannya melalui mekanisme LS akan tetapi Kuasa

    Bendahara Umum Negara mentransfer ke rekening Bendahara Pengeluaran

    untuk diteruskan kepada pihak yang akan menerima. Penerimaan kas yang

    demikian disebut dengan LS Bendahara sehingga diperlukan penatausahaan

    dan pertanggungjawaban oleh Bendahara Pengeluaran. Atas penerimaan dan

    pembayaran kas dari LS ini Bendahara Pengeluaran mencatatnya pada Buku

    Pembantu LS Bendahara.

    f. Buku Pembantu Pajak,

    Atas pembayaran belanja dengan menggunakan Uang Persediaan, Bendahara

    Pengeluaran selaku wajib memungut/memotong pajak apabila dalam transaksi

    tersebut ditetapkan terutang pajak. Pajak yang telah dipungut/dipotong wajib

    disetor ke kas negara. Untuk menatausahakan dan mempertanggungjawabkan

    kas atas kewajiban memungut/memotong pajak dan penyetorannya,

    Bendahara Pengeluaran mencatat pada Buku Pembantu Pajak.

    g. Buku Pembantu lain-lain;

    Buku Pembantu Lain-lain ini digunakan untuk menampung kemungkinan

    terdapat transaksi keuangan atau penerimaan kas yang dilakukan oleh

    Bendahara di luar aktivitas atau transaksi yang dicatat dalam buku-buku

    pembantu di atas.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    17/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA 96

    3) Buku Pengawasan Anggaran

    Sesuai fungsinya, Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran atas belanja

    dengan menggunakan Uang Persediaan. Pembayaran belanja ini mengakibatkan

    terjadinya pengurangan anggaran. Oleh karena itu, Bendahara Pengeluaran harus

    mengetahui posisi anggaran sebelum melakukan pembayaran belanja dan

    mencatat terjadinya pengurangan anggaran pada saat membayar belanja. Untuk

    kegiatan pengendalian dan pengurangan terhadap anggaran ini dibutuhkan buku

    yaitu Buku Pengawasan Anggaran. Buku ini berisi pagu anggaran belanja atau

    yang disebut allotment belanja (penjatahan belanja), realisasi belanja dan saldo

    anggaran belanja. Allotment belanja dicatat di Buku Pengawasan Anggaran

    berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang diterima pada awal

    tahun anggaran untuk satuan kerja yang bersangkutan.

    3. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara

    Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran wajib menyusun laporan

    pertanggungjawaban secara bulanan atas uang yang dikelolanya. Bendahara

    Pengeluaran Pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawabannya

    kepada Bendahara Pengeluaran pada setiap awal bulan. Laporan

    pertanggungjawaban bendahara tersebut harus menyajikan informasi tentang:

    a. Keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal, penambahan,

    penggunaan, dan saldo akhir dari buku-buku pembantu;

    b. Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan, meliputi uang tunai di brankas dan

    saldo di rekening bank/pos;

    c. Hasil rekonsiliasi internal (antara pembukuan bendahara dengan UAKPA); dan

    d. Penjelasan atas selisih (jika ada), antara saldo buku dan saldo kas.

    A. Tata Cara Penyusunan LPJ Bendahara

    LPJ Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran disusun berdasarkan

    buku kas umum, buku-buku pembantu dan buku pengawasan anggaran yang telah

    direkonsiliasi dengan UAKPA. Disamping itu juga perlu ditambahkan bahwa LPJ

    Bendahara Pengeluaran merupakan gabungan dari satu atau lebih LPJ-BPP

    dengan LPJ Bendahara Pengeluaran itu sendiri.

    LPJ BPP juga disusun berdasarkan buku kas umum, buku-buku pembantu dan

    buku pengawasan anggaran.

  • 8/2/2019 anganSatker-PelaporandanPertanggungjawabanAnggaran

    18/18

    BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    B. Penyampaian LPJ Bendahara

    LPJ Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran disampaikan kepada:

    a. Kepala KPPN yang ditunjuk dalam DIPA satuan kerjanya;

    b. Menteri/Pimpinan Lembaga masing-masing;

    c. Badan Pemeriksa Keuangan.

    Penyampaian LPJ tersebut dilakukan secara bulanan paling lambat 10 (sepuluh)

    hari kerja bulan berikutnya, disertai dengan salinan rekening koran dari bank/pos.

    LPJ BPP dikirimkan kepada Bendahara Pengeluaran induknya paling lambat 5

    (lima) hari kerja bulan berikutnya disertai dengan salinan rekening koran dari

    bank/pos bulan berkenaan.