analisis tersuspensi partikulat (tsp) tanaman jalur hijau...

12
Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau Pada Ruas Jalan Kabupaten Sukabumi Analysis Of Plant Particles Suspended (TSP) In The Green Lane Conty Road Sukabumi Ayu Nurcahyanti*), Prasetyorini dan Srie Rahayu *)Email : [email protected] Progam Studi Biologi F.MIPA Universitas Pakuan, Bogor ABSTRAK Tersuspensi Partikulat (TSP) merupakan partikel yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan membahayakan bagi makhluk hidup. Jalur hijau merupakan salah satu bagian dari badan jalan yang ditanami oleh tanaman dan memiliki fungsi sebagai penambah nilai estetika suatu wilayah dan berfungsi dalam menurunkan pencemaran udara dengan cara menyerap dan menjerap bahan pencemar (misalnya TSP). Pada penelitian ini dilakukan penganalisa kualitas udara pada beberapa daerah di Kabupaten Sukabumi dengan cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman jalur hijau kemudian diaplikasikan kedalam rumus Indeks Pencemaran Udara (ISPU). Berdasarkan hasil analisa TSP pada beberapa daerah di Kabupaten Sukabumi didapatkan hasil bahwa daerah Cisaat dan Cigombong memiliki kadar TSP tertinggi yaitu sebesar 153,27 gram dan 152,37 gram dibanding daerah lain seperti Cicurug, Cidahu dan Cisaat dengan kadar TSP sebesar 75,8 gram, 63,36 gram dan 122,73 gram. Sedangkan tanaman yang mampu menjerap TSP lebih banyak dibandingkan tanaman jalur hijau yang lain adalah Mahoni (Swietenia macrophylla) dan Kersen (Muntingia calabura) karena kedua tanaman tersebut menjerap TSP lebih banyak dibandingkan tanaman jalur hijau lainnya. Kata Kunci : Analisis Pencemaran Udara, TSP, Jalur Hijau, Tanaman Jalur Hijau PENDAHULUAN Kab. Sukabumi adalah salah satu kabupaten yang berada di Jawa Barat dengan tingkat kendaraan bermotor yang tinggi, hal ini disebabkan karena Kab. Sukabumi memiliki banyak kawasan wisata alam dan non alam. Selain itu, Kab.Sukabumi memiliki banyak kawasan pabrik yang semakin memperparah kepadatan kendaraan bermotor di Kab. Sukabumi (BPS Kab. Sukabumi, 2016). Kendaraan bermotor sangat berpengaruh terhadap keadaan pencemaran udara di suatu daerah karena 70% pencemaran udara disebabkan oleh kendaraan bermotor (Damanik, 2004). Pencemaran udara adalah masuknya zat lain ke dalam komposisi udara yang komposisi udara dari keadaan normalnya yang dapat membahayakan bagi kehidupan hidup (Yono, 2012). Polutan dihasilkan oleh kendaraan Bermotor, dan komposisi dari polutan antara lain : 6,90% TSP, 78,32% SO 2 , 85,78% CO, 29,18% NO x , 62,62% Hidrocarbon dan 3,90% CO 2 (Patra, 2004). Pencemaran udara oleh TSP dapat menimbulkan berbagai macam penyakit pada manusia, seperti : batuk, sesak nafas, bersin-bersin, mudah lelah, gatal tenggorok dan berdahak pada (Supardi, 2003). Penganalisaan pencemaran udara

Upload: hoangdat

Post on 02-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau

Pada Ruas Jalan Kabupaten Sukabumi

Analysis Of Plant Particles Suspended (TSP) In The Green Lane Conty Road Sukabumi

Ayu Nurcahyanti*), Prasetyorini dan Srie Rahayu

*)Email : [email protected]

Progam Studi Biologi F.MIPA Universitas Pakuan, Bogor

ABSTRAK

Tersuspensi Partikulat (TSP) merupakan partikel yang dihasilkan oleh

pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan membahayakan bagi makhluk

hidup. Jalur hijau merupakan salah satu bagian dari badan jalan yang ditanami

oleh tanaman dan memiliki fungsi sebagai penambah nilai estetika suatu wilayah

dan berfungsi dalam menurunkan pencemaran udara dengan cara menyerap dan

menjerap bahan pencemar (misalnya TSP). Pada penelitian ini dilakukan

penganalisa kualitas udara pada beberapa daerah di Kabupaten Sukabumi dengan

cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman jalur hijau kemudian

diaplikasikan kedalam rumus Indeks Pencemaran Udara (ISPU). Berdasarkan

hasil analisa TSP pada beberapa daerah di Kabupaten Sukabumi didapatkan hasil

bahwa daerah Cisaat dan Cigombong memiliki kadar TSP tertinggi yaitu sebesar

153,27 gram dan 152,37 gram dibanding daerah lain seperti Cicurug, Cidahu dan

Cisaat dengan kadar TSP sebesar 75,8 gram, 63,36 gram dan 122,73 gram.

Sedangkan tanaman yang mampu menjerap TSP lebih banyak dibandingkan

tanaman jalur hijau yang lain adalah Mahoni (Swietenia macrophylla) dan Kersen

(Muntingia calabura) karena kedua tanaman tersebut menjerap TSP lebih banyak

dibandingkan tanaman jalur hijau lainnya.

Kata Kunci : Analisis Pencemaran Udara, TSP, Jalur Hijau, Tanaman Jalur Hijau

PENDAHULUAN

Kab. Sukabumi adalah salah satu

kabupaten yang berada di Jawa Barat

dengan tingkat kendaraan bermotor

yang tinggi, hal ini disebabkan karena

Kab. Sukabumi memiliki banyak

kawasan wisata alam dan non alam.

Selain itu, Kab.Sukabumi memiliki

banyak kawasan pabrik yang semakin

memperparah kepadatan kendaraan

bermotor di Kab. Sukabumi (BPS

Kab. Sukabumi, 2016). Kendaraan

bermotor sangat berpengaruh terhadap

keadaan pencemaran udara di suatu

daerah karena 70% pencemaran udara

disebabkan oleh kendaraan bermotor

(Damanik, 2004). Pencemaran udara

adalah masuknya zat lain ke dalam

komposisi udara yang komposisi udara

dari keadaan normalnya yang dapat

membahayakan bagi kehidupan hidup

(Yono, 2012).

Polutan dihasilkan oleh kendaraan

Bermotor, dan komposisi dari polutan

antara lain : 6,90% TSP, 78,32% SO2,

85,78% CO, 29,18% NOx, 62,62%

Hidrocarbon dan 3,90% CO2 (Patra,

2004). Pencemaran udara oleh TSP

dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit pada manusia, seperti : batuk,

sesak nafas, bersin-bersin, mudah

lelah, gatal tenggorok dan berdahak

pada (Supardi, 2003).

Penganalisaan pencemaran udara

Page 2: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

Pemerintah Indonesia memiliki

sebuah indeks yang dikeluarkan oleh

Menteri Lingkungan Hidup

berdasarkan KEP 45 / MENLH / 1997

Tentang Indeks Standar Pencemaran

Udara yang memiliki lima kategori

dengan rentang yang berbeda, yaitu :

kategori baik (0-50),

kategori sedang (51-100),

kategori tidak sehat (101-199),

kategori sangat tidak sehat (200-299)

dan kategori berbahaya (300-lebih)

Pencemaran udara oleh TSP dapat

dikurangi dengan berbagai cara, dan

salah satu medianya adalah tanaman

jalur hijau. Tanaman pada jalur hijau

diguanakan sebagai penambah nilai

estetika, selain itu tanaman jalur hijau

juga digunakan sebagai media dalam

mengurangi bahan pencemaran udara

dengan cara menyerap dan menjerap

bahan pencemar. Jalur hijau sendiri

merupakan salah satu dari bagian jalan

raya yang ditanami oleh tanaman

sebagai penambah nilai keindahan

suatu kota atau suatu daerah (Bina

Marga,1997), Adapun kriteria tanaman

jalur hijau menurut Direktorat Jenderal

Bina Marga (1996) menjelaskan

bahwa persyaratan utama dalam

memilih jenis tanaman lanskap jalan

yaitu perakaran tidak merusak

konstruksi jalan, mudah dalam

perawatan, batang/percabangan tidak

mudah patah, daun tidak mudah

rontok atau gugur. Beberapa jenis

tanaman yang sangat sesuai untuk di

di jalur hijau menurut Desianti (2011)

yaitu: Acacia mangium, Araucaria

heterophylla(Cemara),Ficusbenjamina

(Beringin), Pinus merkusii (Pinus) dan

Samanea saman (Saman). Tanaman

jalur hijau selain sebagai media dalam

mengurangi bahan pencemaran udara,

juga dapat digunakan sebagai Bio-

Indikator yaitu dengan melihat

keadaan dan jumlah dari stomata.

Stomata merupakan bagian dari

anatomi daun baik dari permukaan

atas maupun bawah daun yang

menjadi pintu keluar masuknya zat

pada tumbuhan (Tjitrosoepoemo,

2009). Menurut Widagdo (2005)

stomata sebagai pintu masuk dari

polutan pencemar udara, polutan yang

berukuran sangat kecil dapat masuk

kedalamnya serta menetap dalam

jaringan daun dan menumpuk diantara

celah sel jaringan palisade atau

jaringan bunga karang yang ada pada

stomata. Menurut Haryanti (2010)

jumlah stomata pada suatu tanaman

dapat dikelompokkan kedalam lima

kategori, yaitu sedikit, cukup banyak,

banyak, sangat banyak dan tak

terhingga.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan

Januari sampai April 2016 dan dibagi

kedalam beberapa tahapan, yaitu

:penentuan titik lokasi dan pendataan

jenis tanaman, pengambilan data

berupa jumlah dan jenis kendaraan

,serta pengambilan sampel dari titik

lokasi. Penganalisaan kadar TSP

dilakukan di Laboratorium Biologi

F.MIPA, Universitas Pakuan Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan : 100gram

daun tanaman jalur hijau/jenis, air 100

ml/jenis, kuteks. alat yang digunakan :

kamera digital, pisau lipat,meteran

gulung, kantung plastik, bangku kecil,

gunting, mistar, kertas label, alat tulis,

kalkulator, ertas milimeter block,

pipet, gelas ukur, timbangan digital,

mikroskop, obyek glass, kertas tisue.

Page 3: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

Cara Kerja

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel daun

sebanyak 100 gram daun kelima dari

setiap tangkai pohon/jenis pohon yang

mengarah ke jalan raya dengan

ketinggian daun dibatasi 1-2 meter di

atas permukaan tanah. Daun dari

pohon di jalur hijau dimasukkan

kedalam kantung plastik agar TSP

yang menempel tidak tertiup oleh

angin (Samsoedin, dkk , 2010).

Pengukuran Parameter Penelitian

TSP

Pemisahan TSP dengan pelarutnya

dapat dilakukan dengan menggunakan

metode pengendapan (Slamet, 2000).

Menurut Samsoedin, dkk (2010)

tahapan pertama yang dilakukan yaitu

pencucian sampel menggunakan air,

air sebanyak 100ml dipakai untuk

mencuci 100gr daun. Plastik yang

berisi air dan sampel kemudian di

kocok sampai TSP yang menempel

Akan luruh dan mengendap di dasar

plastik. Sampel daun kemudian

dipisahkan dengan air hasil pencucian

sampel, air sampel kemudian dituang

kedalam gelas ukur dan didiamkan

selama ±2 hari sampai terbentuk

endapan TSP sehingga terpisah

dengan air. Setelah terdapat endapan

kemudian dilakukan dekantasi atau

pembuangan carian menggunakan

pipet, hal ini bertujuan untuk

mendapatkan berat debu murni tanpa

adanya air. Kemudian endapan larutan

TSP ditimbang dari masing- masing

jenis tanaman disetiap daerah.

Analisa Morfologi Daun

pengukuran daun menggunakan

metode gravimetri (Satolom dkk,

2003) yaitu : Daun dari setiap jenis

tanaman diletakkan di atas kertas

milimeterblock kemudian dibuat pola

persegi dari kertas milimeterblok

berukuran 10x10 cm2

untuk dijadikan

sebagai standard, pola daun pada

masing-masing jenis dan timbang pula

kertas standard berukuran 10x10 cm2.

Menghitung Jumlah Stomata

Menghitung jumlah stomata

menggunakan metode replika

(Haryanti, 2010) yaitu : daun hasil

pencucian diolesi kuteks sampai

mengering, kemudian diolesan kuteks

ditempel isolasi dan kelupas atau

diambil pelan-pelan lalu ditempel pada

obyek glass pengamatan jumlah

stomata menggunakan mikroskop

dengan perbesaran 400x.

Analisa Data

Indeks Pencemaran Udara (ISPU),

yaitu :

I =

(Xx-Xb) + Ib

Keterangan :

I = Indeks

Ia = ISPU atas

Ib = ISPU bawah

Xa = Ambien batas atas

Xb = Ambien batas bawah

Xx = kadar ambien hasil penimbangan

Perhitungan jumlah stomata, yaitu:

Beda

Pandang =

Keterangan :

Ʃ stomata = jumlah

stomata yang diamati

Ʃsel

epidermis = jumlah sel epidermis

yang dilihat

Perhitungan luas permukaan daun,

yaitu :

Page 4: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

Luas

Permukaan Daun =

cm

2

Keterangan :

A = luas permukaan daun (cm2)

Wt = berat masing-masing pola

daun (g)

Wi = berat kertas (g)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah dan Jenis Kendaraan di

Kabupaten Sukabumi

Kemacetan yang terjadi di Kab.

Sukabumi didominasi oleh kendaraan

pribadi, motor dan kendaraan pabrik hal

ini dikemukakan oleh Dinas

Perhubungan Kab. Sukabumi (2016).

Kemacetan di Kab. Sukabumi tidak

hanya pada hari kerja tetapi pada hari

libur, hal ini karena Kab. Sukabumi

memliki kawasan wisata yang banyak

diminati (DLLAJ, 2016). TSP yang

dihasilkan oleh kendaraan bermotor

sebanyak 9.563 ton/tahun dan berbagai

jenis kendaraan bermotor (Iskandar,

2000). Perhitungan jumlah jenis

kendaraan akan mempengaruhi jumlah

dari TSP yang dihasilkan dan kualitas

pencemaran udara pada suatu daerah,

karena setiap jenis kendaraan

menghasilkan TSP yang berbeda

beratmya(Iskandar,2000). Perhitungan

jumlah jenis kendaraan pada daerah-

daerah di Kabupaten Sukabumi, dapat

dilihat pada bagan berikut ini,

Perbandingan Jumlah Kendaraan

Pada Hari Kerja Dan Hari Libur Di

Kabupaten Sukabumi

Pada bagan diatas daerah Cigombong

memiliki jumlah kendaraan tertinggi

baik pada hari libur maupun hari

kerja, yaitu sebanyak 10.588 dan

8.891, sedangkan daerah yang

memiliki tingkat kendaraan terendah

pada hari kerja yaitu pada daerah

Cicurug dan Cidahu dengan jumlah

kendaraan 2.985 unit dan pada hari

libur daerah yang memiliki jumlah

kendaraan terendah yaitu pada daerah

Cidahu dengan jumlah kendaraan

sebanyak 3.735 unit. Selain itu

kepadatan kendaraan yang

didominasi oleh kendaraan pribadi,

kepadatan kendaraan juga disebabkan

oleh sepeda motor dan

truk.Perhitungan jumlah dan jenis

kendaraan pada suatu daerah

dimaksudkan agar dapat mengetahui

ada tidaknya hubungan jumlah

kendaraan dengan jumlah TSP yang

terjerap pada suatu daerah.

Berdasarkan hasil penelitian dari

Iskandar (2000), kendaraan yang

menghasilkan TSP paling banyak

ialah bus (2.232 ton/tahun),

kendaraan berpenumpang (2.134

ton/tahun), truk (1.517 ton/tahun) dan

sepeda motor (101 ton/tahun).

Menurut Otok, dkk (2010)

menambahkan bahwa kendaraan

berbahan bakar solar merupakan

penyumbang polusi paling besar.

Berdasarkan hasil penelitian dari

Ridhowati (2013) penggunaan TEL

dan TML merupakan bahan

pembentuk logam yang bertujuan

untuk mengurangi letupan pada

mesin dengan cara mengikat radikal

sehingga akan terbentuk logam dan

Page 5: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

oksigen yang nantinya akan

dikeluarkan melalui saluran

pembuangan kendaraan dalam bentuk

partikel. TEL dan TML merupakan

bahan kimia yang digunakan sebagai

bahan untuk memperhalus gesekkan

mesin, namun TEL dan TML

merupakan bahan pencemar udara

karena menjadi bahan penghasil

logam.

Analisis TSP untuk ISPU

Partikel yang melayang di udara

akan bercampur dengan TSP

kendaraan bermotor. Partikel yang

berdiameter kurang dari 2,5 µm (PM

2,5) mendapat perhatian serius dari

sudut kesehatan lingkungan hal

tersebut karna tersebut merupakan

bagian yang besar dari polutan yang

ada di udara dan dapat menyerap

bahan beracun di udara seperti logam

dan bahan berbahaya (Samsoedin dkk,

2010). Menurut Samsoedin, dkk(2010)

bahwa kendaraan bermotor akan

menghasilkan polutan yang dapat

membahayakan mahluk hidup karena

mengandung racun, salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk

mengurangi bahaya polutan ialah

dibuat hutan kota atau jalur hijau.

Penelitian ini melakukan analisa kadar

TSP pada daerah di Kab. Sukabumi,

dan terdapat beberapa perbedaan berat

TSP, daerah-daerah yang menjadi titik

lokasi mulai dari titik lokasi

Cigombong sampai dengan titik lokasi

Cisaat yang merupakan perbatasan

antara Kab. Sukabumi dan Kota

Sukabumi. Menurut Samsoedin, dkk

2010) untuk mengetahui partikel yang

ada di udara sehingga dapat

menganalisa kualitas udara dapat

(dilakukan metode pengendapan dan

dekantasi, setelah dilakukan dekantasi

akan didapatkan endapan yang dapat

diukur dan dimasukkan kedalam

sebuah rumus ISPU yang dikeluarkan

oleh Bapedal (1997) sehingga akan

didapatkan suatu analisa yang mampu

menggambarkan keadaan suatu

kualitas udara. Adapun penjabaran

mengenail jumlah TSP pada beberapa

titik lokasi di Kab. Sukabumi terdapat

pada tabel dibawah ini

Perbandingan Kadar TSP / Segmen

Lokasi di Kabupaten Sukabumi

Pada tabel diatas merupakan data

jumlah hasil dekantasi cairan suatu

endapan dari tanaman jalur hijau, data

hasil dekantasi dari masing-masing

tanaman kemudian dijumlah dan

dianalisa menggunakan rumus ISPU-

nya. TSP yang didapat merupakan

sekumpulan dari berbagai bahan,

kandungan dari TSP berdasarkan hasil

penelitian dari (Dahlan 1989 dan

Iskandar 2000) merupak gabungan

antara Emisi kendaraan bermotor

seperti CO, HC, Nox , Sox dan

partikulat seperti debu (dust), kabut

(mist, fog), asap (smoke) dan aerosol.

Berdasarkan hasil penelitian dan

menganalisa berat TSP yang dijerap

oleh tanaman jalur hijau, maka dapat

penulis dapat menyimpulkan bahwa

bahwa dua daerah di Kab. Sukabumi

memiliki kualitas udara yang tercemar.

Hal ini dapat dilihat pada gambar

berikut ini

Page 6: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

Keadaan Pencemaran Udara oleh

TSP di Kab. Sukabumi Sumber : BPS

Sukabumi (2016) yang dimodifikasi

Berdasarkan gambar tersebut terdapat

2 daerah yang mengalami pencemaran

udara oleh TSP. hal ini dapat menjadi

bahan acuan oleh pemerintah daerah

Kab.Sukabumi maupun dinas terkait

dalam melakukan kegiatan yang dapat

mengurangi pencemaran udara,

seperti: pemeriksaan kendaraan

bermotor (Uji emisi) (Udayana, 2004),

meningkatkan program pemerintah

penghijauan dan mengadaka kembali

hari bebas kendaraan (car free day) di

beberapa daerah Kab. Sukabumi.

Jalur Hijau & Tanaman Jalur Hijau

Jalur Hijau Kabupaten Sukabumi

Jalur Hijau merupakan sebuah

jalur dibagian badan jalan yang

ditanami berbagai jenis tanaman

dengan fungsi dan manfaat tertentu,

mulai dari penambah nilai keindahan,

estetika dan juga sebagai media dalam

mengurangi polutan kendaraan

Bermotor (Bina Marga, 1996). Selain

itu, jalur hijau juga dapat digunakan

sebagai media dalam mengurangi

kebisingan, mengontrol lalu lintas dan

cahaya menyilaukan, memberikan

kenyamanan terhadap pengguna jalan,

juga mengurangi pantulan cahaya

yang dapat membahayakan

pengendara kendaraan (Jasa Marga,

2016), Jenis dari jalur hijau di Kab.

Sukabumi dapat dilihat pada ketiga

gambar dibawah ini

Jalur Hijau Di Kabupaten Sukabumi

Sumber : Bina Marga (1996) yang dimodifikasi

Indeks dan Tanaman Jalur Hijau di

Kabupaten Sukabumi

Tanaman jalur hijau memiliki

fungsi penting yaitu sebagai

fitoremediasi atau perbaikan kualitas

udara menggunakan tanaman yang

digunakan sebagai hiperkumulator

partikel (pengumpul dengan menjerap

partikel) dan syarat penting dalam

Pinus) dan Ficus benjamina(Beringin).

Namun pada daerah di Kab.

Sukabumi, terdapat beberapa jenis

tanaman penghasil buah yang dapat di

konsumsi oleh manusia dan hewan

seperti Muntingia calabura (Kersen),

Cocos nucifera (kelapa), Syzygium

aqeeum (jambu air) dan Mangivera

indica (mangga), hal ini tidak sesuai

dengan persyaratan jenis tanaman jalur

hijau yang dikemukakan oleh Jasa

Marga (2016), bahwa tanaman buah

yang dapat dikonsumsi oleh manusia

dan hewan serta ukuran buah besar

tidak boleh dijadikan sebagai tanaman

Page 7: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

landskap (peneduh) karena tanaman

dapat membahayakan pengguna jalan

serta menghambat kelancaran

kendaraan di jalan raya. Jumlah dari

tanaman yang ada di jalur hijau Kab.

Sukabumi pada setiap daerahnya

memiliki jumlah yang berbeda-beda,

namun untuk Kab. Sukabuminya

sendiri jumlah dari masing-masing

daerah tersebut akan dimasukkan

kedalam indeks seperti yang ada pada

bagan berikut ini

Indeks Jumlah Dan Jenis Tanaman

Jalur Hijau Di Kabupaten Sukabumi

Ket. Skala : 1) BurukSekali ; 2) Buruk

; 3) Sedang ; 4) Baik ; 5) Baik Sekali

Sumber : Soerjani (1989) ; Fandeli,

dkk (2008) yang dimodifikasi

Pada bagan tersebut, terlihat bahwa

jenis tanaman dari masing-masing

daerah di Kab. Sukabumi memiliki

penggunaan jenis tanaman untuk jalur

hijau yaitu mampu menjerap dan

menyerap partikel lebih dari 100 ppm

(Aiyen, 2005). Tanaman jalur hijau

Kab. Sukabumi didominasi oleh

beberapa jenis tanaman seperti

Swietenia macrophylla (Mahoni),

Bambusa Sp (Bambu), Filicium

decipiens (Ki Sabun), Pinus merkusii (

indeks dengan kategori yang

berbeda,mulai dari daerah Cigombong

yang memiliki jenis tanaman yang

termasuk kedalam kategori buruk

disusul oleh daerah Cidahu yang juga

memiliki kategori buruk dalam jenis

tanaman jalur hijau yang ada. Kategori

kedua yaitu buruk sekali dalam hal

jenis tanaman, kategori ini didapatkan

oleh daerah Cicurug, Parungkuda dan

Cisaat. Penganalisaan lanjutan dari

analisa indeks jenis tanaman jalur

hijau ialah perhitungan rata-rata

kemampuan dari masing-masing jenis

tanaman jalur hijau dalam menjerap

TSP. Pada tanaman jalur hijau yang

ada di Kab. Sukabumi didapatkan data

mengenai pengukuran morfolgi serta

berat rata-rata dari TSP yang dijerap.

Adapun berat rata-rata dari TSP yang

dijerap oleh beberapa jenis tanaman

jalur hijau Kabupaten Sukabumi dapat

dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel Pengukuran Morfologi Daun

dan TSP yang Dijerap

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

tanaman yang memiiki kemampuan

dalam menjerap TSP paling tinggi

adalah tanaman Pinus merkusii (pinus)

disusul oleh tanaman Muntingia

calabura (kersen), kedua tanaman

tersebut dapat menjerap TSP lebih

banyak dibandingkan tanaman lain

seperti mahoni, beringin, ki sabun,

hanjuang dan bambu. Kemampuan

menjerap TSP lebih banyak pada

tanaman pinus dan kersen hal ini

karena kedua tanaman tersebut

memiliki bulu dan sisik pada bagian

Page 8: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

tubuhnya, seperti kersen yang

memiliki bulu pada permukaan

daunnya. Tanaman kersen dan pinus

memiliki kemampuan menjerap TSP

lebih banyak dibandingkan tanaman

mahoni, beringin, ki sabun, bambu dan

hanjuang, hal ini dikarenakan kedua

tanaman tersebut memiliki sisik pada

tangkai (pinus) dan bulu pada

permukaan daunnya (kersen)

(mulyani, 2006). Tanaman dengan

kemampuan menjerap lebih banyak

TSP seperti pinus dan kersen akan

lebih baik digunakan sebagai tanaman

jalur hijau jika disandingkan dengan

tanaman yang memiliki tajuk pohon

yang indah seperti mahoni dan

beringin (Mukhlison, 2013).

Mahoni (Switenia macrophylla) dan

Kersen (Muntingia calabura)

a. Mahoni dan Kersen Sebagai

Tanaman Jalur Hijau Di Kab.

Sukabumi

Mahoni dan kersen merupakan dua

jenis tanaman yang banyak ditemui

pada beberapa daerah di Kab.

Sukabumi. Kedua tanaman tersebut

ada pada ruas jalan jalur hijau baik

ditanam oleh dinas pertamanan Kab.

Sukabumi maupun tidak sengaja

tertanam seperti tanaman kersen.

Menurut Mukhlison (2013) tanaman

mahoni merupakan tanaman yang

sengaja ditanam pada jalur hijau jalan

raya hal ini karena tanaman tersebut

memiliki tajuk pohon yang rindang

serta memiliki luas permukaan daun

besar, tanaman mahoni dibudidaya

untuk ditanam pada jalur hijau, dan

tanaman kersen (Muntingia calabura)

merupakan jenis tanaman perdu yang

tidak sengaja ada pada jalur hijau

karena tanaman itu pertumbuhannya

dibantu oleh burung. Tanaman mahoni

dan kersen banyak terdapat di

Kab.Sukabumi sebagai tanaman jalur

hijau karena kedua tanaman tersebut

memiliki kemampuan menjerap TSP

lebih baik dibandingkan dengan

tanaman jalur hijau lain seperti

beringin, ki sabun, hanjuang dan

bambu. Tanaman mahoni mampu

menjerap TSP sebanyak 1,23

gram/cm2 sedangkan tanaman kersen

dapat menjerap TSP sebanyak 1,59

gram/ cm2

Tanaman dengan luas

permukaan daun yang besar seperti

mahoni akan sangat sesuai untuk

digunakan sebagai tanaman jalur hijau

karena dapat menjerap TSP lebih

banyak dibandingkan tanaman yang

memiliki luas daun yang kecil, namun

alangkah lebih baik jika penggunaan

tanaman dengan luas daun yang besar

juga dikombinasikan dengan tanaman

daunnya guna mengoptimalkan

penjerapan TSP yang ada di udara

(Kencana dan Garsinia, 2008).

b. Stomata Mahoni dan Kersen

Analisa pada tanaman mahoni dan

kersen tidak sampai TSP saja, yang

memiliki bulu pada permukaan

melainkan menganalisa pada stomata

kedua tanaman tersebut. Analisa yang

dilakukan ialah analisa jumlah serta

keadaan stomata tanaman mahoni dan

kersen, hal ini dilakukan agar dapat

agar dapat mengetahui ada pengaruh

dari kadar TSP yang dijerap terhadap

stomata. Jumlah dan keadaan stomata

merupakan respon dari suatu adaptasi

terhadap pencemaran udara yang

dilakukan oleh tanaman jalur hijau

(Rai dkk, 2011). Berdasarkan

penelitian dari Radaokova (2009)

adanya respon dari pencemaran udara

selain dari jumlah dan keadaan

stomata juga pada keadaan morfologi

Page 9: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

daunnya, misalnya daun muda yang

berwarna kuning atau kering

kecoklatan, atau yang lebih parah

adalah tanaman tersebut mati karena

terhentinya proses fotosintesis dan

respirasi akibat adanya polutan yang

terakumulasi pada daun dari tanaman

tersebut. Laju fotosintesis pada

tumbuhan akan terhambat akibat

terakumulasi pada stomata, hal ini

karena laju CO2 yang merupakan

masuk melalui stomata. (Radaokova,

2009).

Stomata merupakan sebuah

lubang dihimpit oleh sel penjaga yang

merupakan bagian dari derivat

epidermis yang umumnya terdapat

pada bagian tumbuhan berwarna hijau

atau mengandung klorofil seperti daun

(Kaitasapoetra, 1987). Stomata berada

pada permukaan daun baik pada

permukaan atas maupun permukaan

bawah, untuk daun dengan tulang

daun menyirip stomatanya tersebar

sedangkan untuk daun dengan tulang

daun sejajar stomatanya tersusun

berderet sejajar, sedangkan jumlah

stomata dari suatu jenis tanaman akan

berbeda-beda tergantung dari jenis

tanamannya, namun stomata dapat

dijadikan sebagai bio-indikator

pencemaran udara dengan menghitung

perbandingan dari jumlah stomata

pada jenis tanaman yang sama di

daerah yang berbeda (Mulyani, 2006).

Jumlah stomata pada daerah tercemar

akan lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah stomata tanaman yang

berada pada daerah tanaman jalur

hijau di Kab. Sukabumi, yaitu Mahoni

dan Kersen. Kedua jenis ini dipilih

karena tanaman tersebut memiliki

beberapa karakter morfologi yang

berbeda, seperti permukaan daun

berbulu yang dimiliki oleh tanaman

kersen, dan luas permukaan daun

mahoni yang lebih lebar jika

dibandingkan dengan tanaman kersen.

Selain perbedaan dari morfologi

daunnya, jumlah dari kedua jenis

tanaman tersebut juga banyak terdapat

pada kelima titik lokasi di Kab.

Sukabumi dan juga terdapat di Java

Naspa yang menjadi lokasi

perbandingan.Analisa pencemaran

udara dengan menggunakan stomata

tanaman dilakukan dengan cara

membuat preparat atau penampang

stomata tanaman. kemudian dilakukan

metode replika yang merupakan salah

satu metode untuk menghitung jumlah

stomata, kemudian penampang

preparat tersebut dihitung jumlah

stomatanya dan dibandingkan dengan

jumlah stomata tanaman yang sama

pada masing-masing daerah kemudian

dibandingkan dengan kontrol

(Gunarno,2014). Perbandingan jumlah

stomata tanaman mahoni dan kersen

dapat dilihat pada bagan dibawah ini

Bagan Perbandingan Jumlah Stomata

Mahonidan Kersen

Titik lokasi yang memiliki jumlah

stomata paling tinggi pada tanaman

mahoni ialah Cigombong dan Cisaat.

Jumlah stomata daerah Cigombong

dan Cisaat termasuk kedalam kategori

cukup banyak, sedangkan untuk

daerah Cicurug, Cidahu dan

Parungkuda termasuk kedalam

kategori sedikit, berbeda dengan

mahoni, tanaman kersen memiliki

Page 10: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

jumlah stomata sedikit atau termasuk

kedalam kategori sedikit (Haryanti,

2010). Menurut Duldalao dan Gomez

(2008) peningkatan indeks stomata

terjadi pada tumbuhan yang terdapat di

tempat dengan konsentrasi polutan

yang cukup tinggi, hal ini merupakan

respon tumbuhan terhadap kehadiran

polutan kendaraan dengantujuan

mengurangi terdifusinya polutan

dalam jaringan tumbuhan. Polutan

yang ada di udara berasal dari

kendaraan bermotor yang terakumulasi

pada daun tanaman kemudian akan

masuk ke dalam tubuh tumbuhan baik

melalui akar maupun daun. Polutan

yang masuk ke dalam tubuh tumbuhan

melalui daun akan melewati sebuah

celah stomata (Satolom dkk, 2003).

Berdasarkan penelitian dari Satolom,

dkk stomata pada tanaman dapat

menggambarkan keadaan suatu

lingkungan, karena stomata akan

memberikan respon berupa jumlah

maupun keadaan stomata itu sendiri.

Pernyataan inilah yang menjadi dasar

untuk menganalisa pencemaran udara

di Kab. Sukabumi dengan cara

mengamati keadaan stomata pada dua

jenis tanaman seperti mahoni dan

kersen yang banyak terdapat pada jalur

hijau di Kab. Sukabumi. Penampang

keadaan stomata tanaman mahoni dan

yang ada di jalur hijau Kab. Sukabumi

dapat dilihat pada kedua gambar

berikut ini

Gambar Penampang Stomata Daun Mahoni (Swietenia macrophylla)

a)Kontrol; b) Cigombong; c) Cicurug; d) Cidahu; e) Parungkuda; e) Cisaat

adapun perbandingan penampang

stomata pada tanaman kersen yang

terdapat beberapa daerah di Kab.

Sukabumi dapat dilihat pada gambar

berikut ini

Gambar Penampang Stomata Daun Kersen (Muntingia calabura)

a) Kontrol; b) Cigombong; c) Cicurug; d) Cidahu; e) Parungkuda; f) Cisaat

Pada daerah Cigombong dan Cisaat

stomata mahoni terdapat beberapa

lubang stomata berwarna hitam, hal ini

diduga merupakan terakumulasinya

partikel-partikel di udara pada lubang

tersebut. Berdasarkan pernyataan

Page 11: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

Mulyani (2006) warna hitam pada

lubang stomata merupakan akumulasi

partikel yang ada di udara. lubang-

lubang stomata mahoni pada daerah

Cicurug, Cidahu dan Parungkuda tidak

banyak ditemukan lubang stomata

yang berwarna hitam, hal ini diduga

bahwa pada ketiga titik lokasi tersebut

tidak mengalami pencemaran udara

separah lainnya pada dua daerah

seperti Cigombong dan Cisaat.

PENUTUP

KESIMPULAN

Daerah dengan tingkat kendaraan

tinggi seperti Cigombong dan Cisaat

sudah mengalami pencemaran TSP

dan daun tanaman kersen (Muntingia

calabura) memiliki kemampuan lebih

besar dalam menjerap TSP

dibandingkan mahoni (Swietenia

macrophylla) yang permukaan

daunnya tidak berbulu sehingga

tanaman ini sesuai untuk dijadikan

sebagai tanaman jalur hijau.

SARAN

meningkatkan jumlah dan jenis

tanaman jalur hijau oleh dinas Kab.

Sukabumi,tanaman mahoni dan kersen

dapat dijadikan sebagai tanaman jalur

hijau sehingga penjerapan TSP lebih

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Aiyen. 2005. Ilmu Remediasi untuk

AtasiPencemaran Tanah

di Aceh dan Sumatera

Utara. Pusat Kajian

Rehabilitasi Lahan

Tambang. Gadjah Mada

University. Yogyakarta

Bina Marga. 1997. Tata Cara

Perencanaan Geometrik Jalan

Antar Kota. JALAN.

Direktorat Jenderal Bina

Marga. Jakarta

Damanik, Fadlhiansyah. 2014. Kajian

Komposisi Jalur Hijau Jalan

Terhadap Penjerapan

Polutan Pb. Skripsi. UNM.

Yogyakarta

Destianti, Anita. 2011. Evaluasi

Fungsi Ekologis Jalur Hijau

dalam Kawasan Sentul City

Bogor. IPB. Bogor

Duldalao dan Gomez R.A. 2008.

Effects Of Vericular On

Morphological Characteristi

Of Youngs and Mature

Leaves Of Sunflower

(Tithonia diversifolia) and

Napier grass (Pennisetum

purpureum). Jurnal Hayati

(16 : 142-151).

Gunarno. 2014. Pengaruh

Pencemaran Udara

terhadap Luas dan Jumlah

Stomata Daun Rheo

discolor. Tesis. Universitas

Sumatera Utara

Haryanti, Suci. 2010. Jumlah dan

Distribusi Stomata pada

Daun beberapa Spesies

Tanaman Dikotil dan

Monokotil. Jurnal Buletin

Anatomi dan Fisologi (18(2))

Iskandar, Abubakar. 2000.Kerusakkan

LingkunganDiakibatkanoleh

Sumber Transportasi. Jurnal

Inovasi (5 : 1-3)

Kaitasapoetra. 1987. Pengantar

Anatomi Tumbuh-Tumbuhan

(Tentang Sel dan Jaringan).

Rineka Cipta. Jakarta

Kencana, Ira Puspa dan Garsinia

Lestari. 2008. Galeri

Tanaman Hias Lanskap.

Penebar Swadaya. Jakarta

Page 12: Analisis Tersuspensi Partikulat (TSP) Tanaman Jalur Hijau ...perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ayu 061112036.pdf · cara menghitung berat TSP yang dijerap oleh daun tanaman

Mukhlison. 2013. Pemilihan Jenis

PohonUntukPengembangan

Hutan Kota Di Kawasan

Perkotaan Yogyakarta.

Jurnal Ilmu Kehutanan

(7(1) : 27-35)

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi

Tumbuhan. Kanisius.

Yogyakarta

Otok, Budi Wahyu., Akbar Wibawati

dan Rusmiati. 2010. Faktor-

Faktor Gas Buangan

Kendaraan Berbahan Bakar

Solar menggunakan

Multivariate Adaptive

Regression Spline. Jurnal

Industri (8(1) : 8-21)

Patra, A.D. 2004. Kemampuan

Berbagai Jenis Tanaman

Menyerap Gas Pencemaran

Udara (NO2). Seminar Ilmiah

Penelitian dan Pengembangan

Aplikasi Isotop dan Radiasi.

Jakarta : 20 September 2004

Radaokova, Teuku. 2009. Anatomical

Mutability Of The Leaf

Epidermis In Two

Species Of Fraxinxes L In a

Region With Autotransport

Pollution. Jurnal Biotechnol

and Biotechnnol (23 : 405-409)

Rai Rajwani., M. Rajput., M. Agrawal

dan S.B. Agrawal. 2011.

Gaseous Air Pollutans a

Revies On Current And Future

Trends Of Emissions And

Impact On Agriculture. Journal

Of Scientific Research (55 :

77-102)

Ridhowati, Sherly. 2013. Mengenal

Pencemaran Ragam Logam.

Graha Ilmu. Yogyakarta

Samsoedin, Ismayadi., I Wayan

Susidharmawan, Pratiwi, Djoko

Wahyono, Edi Laksana, Iskandar.

2010. Kajian Tingkat

Toleransi Jenis-JenisPohon

sebagai Penjerap dan

Penyerap Polutan Timbal

(Pb) dan Cd diberbagai Tipe

Curah Hujan. Litbang.,

Kemenhut. Bogor

Satolom, Andri Windi., Novri, Kando

Wangko, Abubakar Sidik dan Katili.

2003. Analisis Kadar

Klorofil, Indeks Stomata dan

Luas Daun Tumbuhan

Mahoni pada beberapa Jalan

di Gorontalo. Tesis. Prodi

Biologi,Universitas Gorontalo

Slamet, Juli Soemirat. 2000.

Kesehatan Lingkungan. Gajah

Mada Press. Yogyakarta

Supardi, Imam. 2003. Lingkungan

Hidup Dan Kelestariannya.

ALUMNI. Bandung

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009.

Morfologi Tumbuhan. Gadjah

Mada Universitas Press.

Yogyakarta

Udayana, Cicik. 2004. Toleransi

Spesies Pohon Tepi Jalan

terhadap Pencemaran Udara

di Simpang Susun Jakarta

(Jakarta Interchange)Cawang,

Jakarta Timur. Tesis. Sekolah

Pasca Sarjana Institut Pertanian

Bogor. Bogor

Widagdo, setyo. 2005. Tanaman

Elemen Lanskap sebagai

Biofilter untuk Mereduksi

Polusi Timbal (Pb) di Udara.

Sekolah S2/S3 IPB. Bogor

Yono, A.T. 2012. Pola Sebaran Ozon

sebagai Polutan Sekunder di

Udara Ambien Kawasan Gaya

Motor. Kimia F.MIPA Unpak. Bogor