analisis pengkondisian bangunan

7
Analisis Penghawaan Bangunan 1.Penghawaan Alami Penghawaan Alami dapat dilakukan melalui perletakkan bukaan-bukaan dengan memanfaatkan sistem ventilasi silang, kanopi, void, pelat beton dan penempatan vegetasi tanaman sebagai buffer agar tercipta suatu kondisi penghawaan dalam bangunan yang stabil pada daerah tropis lembab sangat efektif untuk memperbaiki iklim ruangan dan menurunkan kelembaban dengan proses penguapan dan mengurangi radiasi panas ke dalam ruangan. 2.Penghawaan Buatan Untuk ruang-ruang yang membutuhkan temperatur dan kelembaban tertentu, dapat digunakan penghawaan buatan dengan sistem Air Conditioner (AC). Dasar pertimbangan dalam pemilihan sistem penghawaan buatan yang sesuai dengan perancangan markas pemadam kebakaran yaitu mudah dalam pemakaian dan perawatan, biaya pemasangan, operasi dan perawatan murah, dapat melayani semua ruang dengan kondisi yang diinginkan, persyaratan dan standar suhu ideal sesuai dengan fungsi ruang dan tuntutan kenyamanan aktivitas. Dari alternatif sistem AC yang ada, sistem AC Split merupakan sistem penghawaan buatan yang paling sesuai untuk markas pemadam kebakaran. Analisis Pencahayaan Bangunan Dalam pencahayaan alami, besarnya iluminasi yang dihasilkaan tidak dapat diprediksi dengan baik, sedangkan dalam pencahayaan buatan besarnya iluminasi akan dapat kita

Upload: muhammadkholisitishomansor

Post on 08-Dec-2015

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ta

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Pengkondisian Bangunan

Analisis Penghawaan Bangunan1. Penghawaan Alami

Penghawaan Alami dapat dilakukan melalui perletakkan bukaan-bukaan dengan

memanfaatkan sistem ventilasi silang, kanopi, void, pelat beton dan penempatan vegetasi tanaman

sebagai buffer agar tercipta suatu kondisi penghawaan dalam bangunan yang stabil pada daerah

tropis lembab sangat efektif untuk memperbaiki iklim ruangan dan menurunkan kelembaban

dengan proses penguapan dan mengurangi radiasi panas ke dalam ruangan.

2. Penghawaan Buatan

Untuk ruang-ruang yang membutuhkan temperatur dan kelembaban tertentu, dapat

digunakan penghawaan buatan dengan sistem Air Conditioner (AC). Dasar pertimbangan dalam

pemilihan sistem penghawaan buatan yang sesuai dengan perancangan markas pemadam

kebakaran yaitu mudah dalam pemakaian dan perawatan, biaya pemasangan, operasi dan

perawatan murah, dapat melayani semua ruang dengan kondisi yang diinginkan, persyaratan dan

standar suhu ideal sesuai dengan fungsi ruang dan tuntutan kenyamanan aktivitas. Dari alternatif

sistem AC yang ada, sistem AC Split merupakan sistem penghawaan buatan yang paling sesuai

untuk markas pemadam kebakaran.

Analisis Pencahayaan Bangunan

Dalam pencahayaan alami, besarnya iluminasi yang dihasilkaan tidak dapat diprediksi

dengan baik, sedangkan dalam pencahayaan buatan besarnya iluminasi akan dapat kita ketahui,

sehingga ruang-ruang yang membutuhkan iluminasi tertentu dapat ditentukan.

1. Pencahayaan Alami

Pada bangunan, pencahayan alami dapat dilakukan dengan penggunaan kaca pada

jendela/pintu atau pada bukaan pelat beton dan penggunaan void (bukaan pada pelat

lantai) yang berfungsi meneruskan dan menyebarkan cahaya dari luar (atap atau jendela)

ke dalam ruangan pada lantai yang ada di bawahnya. Sedangkan untuk mengantisipasi

silau, maka digunakan material dinding dan penempatan vegetasi yang dapat berfungsi

untuk mengurangi/meredam silau.

2. Pencahayaan Buatan

Dalam merencanakan pencahayaan buatan, hal yang paling penting adalah tidak

menimbulkan kesilauan kepada pengguna bangunan di dalamnya. Kesilauan dapat terjadi

oleh sebab-sebab: luminasi dari sumber cahaya, luminasi dari latar belakang, ukuran

sumber cahaya, posisi sumber cahaya dalam ruang pandangan, pemantulan cahaya oleh

langit-langit, dinding dan permukaan lainnya dan perimbangan cahaya yang dipancarkan ke

bawah dan ke atas oleh lampu. Dasar pertimbangan dalam merencanakan suatu sistem

pencahayaan buatan dalam suatu markas pemadam kebakaran adalah sebagai berikut:

Kenyamanan dari pelaku kegiatan

Page 2: Analisis Pengkondisian Bangunan

Suasana dan "kepribadian” ruang yang dihasilkan

Besarnya luminasi dari tiap-tiap ruang sesuai dengan tuntutan kegiatan

Standar kebutuhan penerangan yang ditetapkan

Kemudahan dalam pemasangan, penggantian dan pemeliharaan lampu

Efisiensi biaya pemasangan, pemeliharaan dan pemakaian.

Analisis Sistem Utilitas1. Sistem Jaringan Listrik

Ketersediaan aliran listrik sangat berpengaruh bagi sebuah markas pemadam

kebakaran karena banyak kegiatan yang akan terganggu apabila terjadinya pemutusan

aliran listrik. Oleh karena itu, maka sumber aliran listrik diusahakan tidak hanya dari PLN

saja, tetapi juga ada sumber cadangannya, yaitu dari generator. Apabila aliran listrik dari

PLN lancar, maka semua kegiatan-kegiatan dalam markas akan menggunakan aliran listrik

dari PLN, namun jika terjadi pemadaman aliran listrik dari PLN maka aliran listrik akan

diupayakan berasal dari generator. Untuk sistem jaringan kabel, pasokan daya listrik pada

markas pemadam kebakaran disalurkan melalui jaringan kabel bawah tanah dan yang

dimasukkan dalam saluran kabel atau pipa yang terbuat dari bahan plastik jenis HDPE

(high-density polyethylene). Hal ini dimaksudkan agar sistem jaringan listrik/kabel tidak

menggangu sirkulasi yang terjadi, sekaligus sebagai pertimbangan estetika dan keamanan

serta penggunaan pipa plastik lebih ekonomis.

2. Sistem Jaringan Komunikasi

Dalam suatu markas pemadam kebakaran terdapat 2 jenis jaringan komunikasi, yaitu

jaringan komunikasi ke dalam (internal) dan jaringan komunikasi keluar (eksternal). Untuk

jaringan ke luar menggunakan telepon (dua arah), sedangkan jaringan ke dalam

menggunakan sound system (satu arah). Jaringan ke luar berfungsi untuk komunikasi

dengan pihak luar (eksternal), dan dijumpai pada semua kelompok ruang, yaitu kelompok

ruang administrasi, operasional, pelatihan dan pelayanan masyarakat. Pada masing-masing

kelompok ruang mempunyai saluran telepon tersendiri. Sedangkan jaringan ke dalam

berfungsi sebagai alat komunikasi satu arah untuk pihak dalam (internal) dan dijumpai pada

kelompok ruang operasional dan pelatihan.

3. Sistem Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih terdiri atas jaringan air untuk kebutuhan sehari-hari dan jaringan

air untuk kebutuhan operasional kegiatan. Kedua jaringan di atas membutuhkan persediaan

air yang sangat banyak terutama untuk kegiatan operasional Untuk itu, jaringan air bersih

yang digunakan sumber airnya hendaknya tidak hanya berasal dari air PDAM saja.

Dikarenakan oleh jumlah distribusi sumber air/hidran kota yang sangat minim di Kota

Page 3: Analisis Pengkondisian Bangunan

Halmahera Timur, maka air untuk kebutuhan kegiatan operasional dapat menggunakan

sumber air alternatif, seperti sumber yang berasal dari air laut yang diolah menjadi air tawar

dengan sistem teknologi reverse osmosis kemudian ditampung pada tangki bawah dengan

sistem down feed distribution dan ditambah dengan bak penampung atas sebagai

cadangan dengan sistem up feed distribution untuk mengantisipasi apabila kebutuhan air

tidak terpenuhi.

4. Sistem Jaringan Air Kotor

Untuk jaringan air kotor, dipisah menjadi empat jaringan yaitu jaringan untuk air

hujan, jaringan untuk disposal cair sabun, jaringan untuk disposal berlemak/berminyak, dan

jaringan untuk disposal air kotoran ikan.

5. Sistem Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah dilakukan dengan Carry Out System, dengan pengertian

sampah yang ada pada objek nantinya dikumpulkan secara bersamaan untuk dibuang ke

tempat lain (Tempat Pembuangan Akhir).

Analisis Sistem Pengamanan Bangunan

1. Sistem Penanggulangan Kebakaran

Dengan cara pada bangunan diberi bahan pelapis tahan api atau material yang

tahan api seperti penggunaan plafon dan kusen alumunium. Dikarenakan bangunan bukan

bangunan tinggi/berlantai banyak, maka digunakan peralatan kebakaran seperti hidran

halaman yang letaknya < 60 m dari bangunan. Untuk tiap-tiap ruangan yang rawan

kebakaran seperti ruang bermesin/elektronik dilengkapi dengan 1 tabung CO2 dengan

perletakan yang mudah dijangkau. Sedangkan untuk ruang-ruang yang tidak rawan

kebakaran (seperti ruang lobi, kantor, asrama, dll) dilengkapi dengan pendeteksi asap dan

panas (smoke/hot detector) yang dengan secara otomatis dapat memberikan sinyal/tanda

bahaya apabila terjadi kebakaran. Jarak antara detektor 12,00 meter di dalam ruang aktif

dan 18,00 meter untuk ruang sirkulasi. Dalam analisis pengamanan bangunan ini, sistem

sprinkler tidak digunakan dikarenakan faktor minimnya distribusi air/hidran kota dan faktor

biaya serta dikarenakan penggunaan sistem ini dapat merusak perlatan mesin dan

elektronik.

2. Sistem Penangkal Petir

Atas atas pertimbangan faktor keamanan secara teknis tanpa mengabaikan

keserasian pada bangunan (estetika), pertimbangan biaya serta bangunan yang sebagian

besar hanya terdiri dari 2 lantai saja, (kecuali pada ruang komunikasi dan menara pantau

Page 4: Analisis Pengkondisian Bangunan

yang berada pada lantai 4 dan 5), maka penangkal petir yang digunakan yaitu sistem

penangkal petir Thomson yang diletakkan/dipasang pada ujung atap pada menara pantau.

3. Sistem Keamanan

Sistem pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya

kriminalitas dilakukan dengan:

a) Pos Penjagaan (security)

Penempatan pos jaga (satpam) berada pada entrance dan ruang

lobi dan atau dekat ruang-ruang yang dianggap rawan terjadi

pencurian/kejahatan.

b) Sistem Alarm (alarm system)

Sistem tanda bahaya yang digunakan pada markas pemadam

kebakaran yaitu alarm untuk siaga/panggilan tugas pemadaman, alarm

apabila terjadi kebakaran, dan alarm untuk evakuasi ketika terjadi teror.

Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, di mana tanda

bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap

atau panas).