analisis hisab awal bulan qamariah dalam kitab kasyf al-jilbab
DESCRIPTION
MUHAMMAD CHANIF082111085KONSENTRASI ILMU FALAKJURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAHFAKULTAS SYARI’AHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG2012Penentuan awal bulan Qamariah yang terjadi dan berkembang diIndonesia memang menjadi sebuah permasalahan tersendiri. Hal ini tak lepasdari belum adanya kesepakatan tentang metode yang dipakai selain melihathilal secara langsung (ru‟yat al-hilal). Bagi golongan yang tidakmemberlakukan hisab secara mutlak jika hilal tidak dapat dilihat akan terjadiperbedaan tentang metode apa yang akan digunakan. Apakah denganmenetapkan awal bulan Qamariah sebagaimana hasil hisab ataukahmenggunakan cara istikmal?.Hisab meliputi beberapa kategori, yaitu urfi, istilahi, haqiqi bi altaqrib, haqiqi bi al-tahqiq dan haqiqi kontemporer. Semua metode tersebutmemiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Anatara hisab haqiqi bi altaqrib pun terdapat perbedaan. Salah satunya seperti yang ditunjukkan dalamkitab Kasyf al-Jilbab.Dari latar belakang tersebut muncul beberapa permasalahan pokokyaitu bagaimana perbedaan model perhitungan dalam kitab Kasyf al-Jilbabdengan kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal dan Fath al-Ro‟uf alMannan? Serta bagaimana tingkat akurasi hasil perhitungan dalam kitab Kasyfal-Jilbab dengan kitab-kitab tersebut yang notabene sama-sama taqribi?Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Selain itu penelitian inibersifat kepustakaan (Library Research) dimana data primernya adalah datadata yang ada dalam kitab Kasyf al-Jilbab dan data sekundernya adalahdokumen berupa buku, tulisan, makalah-makalah yang berkaitan denganobyek penelitian serta hasil wawancara terhadap ahli waris dan muridpengarang kitab Kasyf al-Jilbab. Data-data tersebut kemudian dianalisisdengan menggunakan metode analisis komparatif, yakni mengkomparasikanantara hasil perhitungan dalam kitab Kasyf al-Jilbab dan kitab-kitab taqribilain yang telah penulis sebutkan di atas dengan hasil perhitungan hisabkontemporer.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara perhitungandalam kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab yang lain terletak pada langkahkoreksi (ta‟dil) yang dilakukan. Dalam kitab Kasyf al-Jilbab ada dua ta‟dilyang dihilangkan, yakni ta‟dil al-syams dan ta‟dil al-ayyam. Dalam kitabKasyf al-Jilbab untuk mencari ta‟dil al-‟allamah cukup dengan mengalikanantara bu‟du al-muthlaq dengan hissoh al-sa‟ah. Hal ini tentu berbeda dengankitab-kitab pembanding yang dalam menentukan ta‟dil al-allamah melaluiproses koreksi terhadap bu‟du al-muthlaq untuk dijadikan bu‟du al-mu‟addalkemudian dikalikan hissoh al-sa‟ah.Selain itu, hasil perhitungan dalam kitab ini menunjukkan hasil yangjika dilihat dari aspek ijtima‟, hasil dalam kitab Kasyf al-Jilbab tergolongpaling lambat dari pada kitab-kitab lainnya. Hal ini dikarenakan perbedaanproses penentuan ijtima‟. Dalam kitab Kasyf al-Jilbab penentuan ijtima‟menggunakan data bu‟du al-muthlaq sedangkan dalam kitab-kitab lainnyamenggunakan bu‟du al-mu‟addal. Namun dari aspek irtifa‟ al-hilal, hasil yangditunjukkan tergolong paling mendekati hasil hisab kontemporer.Kata kunci: Hisab, Awal Bulan, Kitab Kasyf al-Jilbab.TRANSCRIPT
ANALISIS HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DALAM
KITAB KASYF AL-JILBAB
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) dalam Ilmu Syari’ah
Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah
Oleh:
MUHAMMAD CHANIF
082111085
KONSENTRASI ILMU FALAK
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
DEKLARASI
Dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini benar-benar berisi hasil penelitian yang penulis lakukan. Skripsi ini tidak berisi
materi-materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam refrensi yang dijadikan bahan rujukan
Semarang, 25 Juni 2012
Deklarator
Muhammad Chanif
NIM. 082111085
ABSTRAK
Penentuan awal bulan Qamariah yang terjadi dan berkembang di
Indonesia memang menjadi sebuah permasalahan tersendiri. Hal ini tak lepas
dari belum adanya kesepakatan tentang metode yang dipakai selain melihat
hilal secara langsung (ru‟yat al-hilal). Bagi golongan yang tidak
memberlakukan hisab secara mutlak jika hilal tidak dapat dilihat akan terjadi
perbedaan tentang metode apa yang akan digunakan. Apakah dengan
menetapkan awal bulan Qamariah sebagaimana hasil hisab ataukah
menggunakan cara istikmal?.
Hisab meliputi beberapa kategori, yaitu urfi, istilahi, haqiqi bi al-
taqrib, haqiqi bi al-tahqiq dan haqiqi kontemporer. Semua metode tersebut
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Anatara hisab haqiqi bi al-
taqrib pun terdapat perbedaan. Salah satunya seperti yang ditunjukkan dalam
kitab Kasyf al-Jilbab.
Dari latar belakang tersebut muncul beberapa permasalahan pokok
yaitu bagaimana perbedaan model perhitungan dalam kitab Kasyf al-Jilbab
dengan kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal dan Fath al-Ro‟uf al-
Mannan? Serta bagaimana tingkat akurasi hasil perhitungan dalam kitab Kasyf
al-Jilbab dengan kitab-kitab tersebut yang notabene sama-sama taqribi?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Selain itu penelitian ini
bersifat kepustakaan (Library Research) dimana data primernya adalah data-
data yang ada dalam kitab Kasyf al-Jilbab dan data sekundernya adalah
dokumen berupa buku, tulisan, makalah-makalah yang berkaitan dengan
obyek penelitian serta hasil wawancara terhadap ahli waris dan murid
pengarang kitab Kasyf al-Jilbab. Data-data tersebut kemudian dianalisis
dengan menggunakan metode analisis komparatif, yakni mengkomparasikan
antara hasil perhitungan dalam kitab Kasyf al-Jilbab dan kitab-kitab taqribi
lain yang telah penulis sebutkan di atas dengan hasil perhitungan hisab
kontemporer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara perhitungan
dalam kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab yang lain terletak pada langkah
koreksi (ta‟dil) yang dilakukan. Dalam kitab Kasyf al-Jilbab ada dua ta‟dil
yang dihilangkan, yakni ta‟dil al-syams dan ta‟dil al-ayyam. Dalam kitab
Kasyf al-Jilbab untuk mencari ta‟dil al-‟allamah cukup dengan mengalikan
antara bu‟du al-muthlaq dengan hissoh al-sa‟ah. Hal ini tentu berbeda dengan
kitab-kitab pembanding yang dalam menentukan ta‟dil al-allamah melalui
proses koreksi terhadap bu‟du al-muthlaq untuk dijadikan bu‟du al-mu‟addal
kemudian dikalikan hissoh al-sa‟ah.
Selain itu, hasil perhitungan dalam kitab ini menunjukkan hasil yang
jika dilihat dari aspek ijtima‟, hasil dalam kitab Kasyf al-Jilbab tergolong
paling lambat dari pada kitab-kitab lainnya. Hal ini dikarenakan perbedaan
proses penentuan ijtima‟. Dalam kitab Kasyf al-Jilbab penentuan ijtima‟
menggunakan data bu‟du al-muthlaq sedangkan dalam kitab-kitab lainnya
menggunakan bu‟du al-mu‟addal. Namun dari aspek irtifa‟ al-hilal, hasil yang
ditunjukkan tergolong paling mendekati hasil hisab kontemporer. Kata kunci: Hisab, Awal Bulan, Kitab Kasyf al-Jilbab.
MOTTO
(8:االنشقاؽ)فسوؼ ياسب حسابا يسريا
Artinya: “Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”
(QS. Al Insyiqaq: 8)1
1 Depag RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit J-Art, tt, hlm. 590
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan untuk:
Ayah Ibundaku tercinta (Bapak Mas’ud dan Ibu Nuriyati), yang telah memberikanku akan arti kehidupan, yang telah membimbingku dengan
penuh kasih sayang yang tiada henti, semoga amal Bapak Ibu mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah swt.
Kakak dan Mbak Serta keponakanku tersayang yang telah memberikanku arti kebersamaan, semoga kalian senantiasa mendapatkan kebahagiaan dari
Allah di dunia maupun kelak di akhirat.
Romo KH. Ahmad Maulani (Pengasuh Ponpes An Nihayah Senori Tuban) beserta keluarga yang senantiasa membimbingku walaupun kini Beliau
berada jauh dariku
Romo KH. Sirodj Khudlori dan Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. (Pengasuh Ponpes Daarun Najaah Tugu Semarang) dan keluarga yang senantiasa
membimbingku
Bapak H. Zainal Hakim (Mantan Ketua Pengadilan Agama Kab. Rembang) yang senantiasa memberikan support kepadaku
Bapak H. Nuril Anwar, S.H (Ketua Badan Hisab Rukyah Kab. Rembang) yang selalu memotivasiku
Romo KH. Zainal Abidin (Wakil Ketua Badan Hisab Rukyah Kab. Rembang) yang senantiasa memberikan saran-saran serta motifasinya kepadaku
Bapak Drs. H. Eman Sulaeman, MH beserta keluarga yang selalu menerima kedatanganku bak seorang anak sendiri, yang selalu memberikan saran-saran
selama aku di sini serta yang telah membantuku mengatasi masa-masa sulitku.
Bapak Drs. KH. Slamet Hambali, M.SI, dan Bapak Dr. Ali Murtadlo, M.Ag yang dengan sabar, tulus dan ikhlas selalu membimbingku
Buat teman-teman TOGETHER dan kawan-kawan Daarun Najaah, khususnya kepada “Mas Amar X” yang telah membuatku iri, sehingga
semangatku bisa muncul kembali
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi alladzi bi ni‟matihi tatimmu al-shalihaat. Puji syukur
senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, atas segala limpahan Nikmat,
Taufiq serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul Analisis Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf al-
Jilbab, dengan baik meskipun di tengah-tengah proses penulisan banyak sekali
kendala yang menghadang. Namun berkat pertolongan Nya semua dapat penulis
lalui.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan baginda
Sayyid al-Anbiya‟ wa Imam al-Mursalin Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan pengikutnya, yang telah membawa dan menyebarkan agama islam
yang membawa rahmat bagi seluruh alam serta mengembangkannya hingga
sekarang sampai hari kiamat kelak.
Atas terselesaikannya penulisan skripsi yang tidak hanya karena jerih
payah penulis melainkan atas bantuan dan support dari berbagai pihak ini, maka
perkenankan penulis menyampaikan ungkapan terima kasih sebagai bentuk
apresiasi penulis kepada;
1. Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag., Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN
Walisongo Semarang beserta para Pembantu Dekan
2. Bapak Drs. H. Slamet Hambali, M.S.I, dan Bapak Dr. Ali Murtadho,
M.Ag yang dengan sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu untuk
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini
3. Ayah Ibunda penulis tercinta (Bapak Mas‟ud dan Ibu Nuriyati), yang telah
memberikan penulis akan arti kehidupan, yang telah membimbing penulis
dengan penuh kasih sayang yang tiada henti, semoga amal Bapak Ibu
mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah swt.
4. Kakak dan Mbak serta keponakan penulis tersayang yang telah
memberikan penulis arti kebersamaan, semoga senantiasa mendapatkan
kebahagiaan dari Allah di dunia maupun kelak di akhirat.
5. Romo KH. Ahmad Maulani (Pengasuh Ponpes An Nihayah Senori Tuban)
beserta keluarga yang senantiasa membimbing penulis walaupun kini
berada jauh dari penulis.
6. Romo KH. Sirodj Khudlori dan Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. (Pengasuh
Ponpes Daarun Najaah Tugu Semarang) dan keluarga yang senantiasa
membimbing penulis.
7. Bapak H. Zainal Hakim (Mantan Ketua Pengadilan Agama Kab.
Rembang), Bapak H. Nuril Anwar, S.H (Ketua Badan Hisab Rukyah Kab.
Rembang) dan Romo KH. Zainal Abidin (Wakil Ketua Badan Hisab
Rukyah Kab. Rembang) yang senantiasa memberikan support kepada
penulis.
8. Bapak Drs. H. Eman Sulaeman, M.H. beserta keluarga yang selalu
menerima kedatangan penulis bagaikan seorang anak sendiri, yang selalu
memberikan saran-saran selama penulis di sini serta yang telah membantu
penulis dalam mengatasi masa-masa sulit penulis.
9. Buat teman-teman “TOGETHER” dan kawan-kawan Pondok Pesantren
Daarun Najaah, khususnya kepada “Mas Amar X” yang telah membuat
penulis iri, sehingga semangat penulis pun bisa muncul kembali
10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi
ini.
Hanya ungkapan terima kasih yang bisa penulis berikan sebagai bentuk
apresiasi penulis atas semua bantuan yang telah diberikan semoga Allah
memberikan balasan yang lebih baik. Amiin..
Meski penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan
skripsi ini, namun kesalahan dan kekurangan telah menjadi keniscayaan bagi
manusia. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berserah diri atas segala upaya yang
telah penulis lakukan. Dengan mengharap pertolongan dan ridlo Allah swt,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca umumnya.
Penulis,
MUHAMMAD CHANIF
NIM : 082111085
Pedoman Translitrasi
A : ا B : ب T : ت TS : ث J : ج H : ح KH : خ D : د DZ : ذ R : ر Z : ز S : س SY : ش SH : ص DL : ض TH : ط DH : ظ ‘ : ع GH : غ F : ؼ Q : ؽ K : ؾ L : ؿ M : ـ N : ف U : و H : ىػ ‘ : ء Y : ي
Daftar Glosarium
‘Allamah al-Mu’addalah : waktu terjadinya konjungsi yang
menjadi penghabisan bulan yang
pertama sekaligus permulaan bulan
ke dua dengan kata lain yang
memisahkan antara kedua bulan
tersebut yang telah dita‟dil.
Auj : istilah untuk menggambarkan titik
terjauh matahari dari bumi pada
orbitnya.
Al-Bu’du al-Muthlaq : jarak sudut antara bulan dan
matahari yang belum dita‟dil
(dikoreksi)
‘Allamah : waktu terjadinya konjungsi yang
menjadi penghabisan bulan yang
pertama sekaligus permulaan bulan
ke dua dengan kata lain yang
memisahkan antara kedua bulan
tersebut.
Deklinasi : jarak benda langit sepanjang
lingkaran yang dihitung dari equator
sampai benda langit tersebut
Dip (Kerendahan Ufuk) : adalah perbedaan kedudukan
antara kaki langit (horizon)
sebenarnya (ufuq haqiqi) dengan
kaki langit yang terlihat (ufuq mar‟i)
seorang pengamat
Geosentris : sebuah teori yang menyatakan
bahwa bumi adalah pusat tata surya.
Teori ini dipopulerkan oleh
Ptolomeus.
Haqiqi bi al-Tahqiq : hisab yang didasarkan pada
peredaran bulan dan bumi yang
sebenarnya, dengan menggunakan
data-data yang diperoleh dengan
lebih modern dan teliti sehingga
mempunyai tingkat akurasi yang
lebih tinggi
Haqiqi bi al-Taqrib : hisab yang didasarkan pada
peredaran bulan dan bumi yang
sebenarnya yang masih bersifat
perkiraan
Heliosentris : sebuah teori yang menyatakan
bahwa matahari adalah pusat tata
surya. Teori ini dipopulerkan oleh
Nicolas Copernicus.
Hisab : cara memprediksi fenomena alam
lainya seperti terjadinya gerhana
(matahari dan bulan) yang
didasarkan pada perhitungan posisi,
gerak matahari dan bulan
Hissoh : istilah untuk menunjukkan lebar
bulan, yakni pada kemiringan
lintasan edar bulan dari lintasan edar
bumi dalam Madar al-I‟tidal
Ijtima’ : berkumpulnya matahari dan bulan
dalam satu bujur astronomi yang
sama. Ijtima‟ di sebut juga dengan
konjungsi, pangkreman, iqtiraan.
Sedangkan yang di maksud ufuk
adalah lingkaran besar yang
membagi bola langit menjadi dua
bagian yang besarnya sama. Ufuk di
sebut juga horizon, kaki langit,
cakrawala, batas pandang
Imkan al-ru’yat : sebuah konsep yang
mempertimbangkan kemungkinan
hilal dapat dilihat
Irtifa’ : ketinggian hilal yang dihitung dari
pusat bumi (hisab haqiqi bi al-
taqrib) atau dari permukaan bumi
(hisab haqiqi bi al-tahqiq) sampai
pada posisi hilal pada saat matahari
terbenam
Istikmal : metode yang dipakai dalam
penentuan awal bulan Qamariah
dengan cara menyempurnakan
bilangan bulan yang sedang berjalan
menjadi 30 hari.
Khossoh : istilah untuk tempat/ posisi bulan
pada garis edarnya
Markaz : istilah untuk tempat/ posisi tetap
matahari pada garis edarnya
Mukts al-hilal : lama hilal berada di atas ufuk
dihitung sejak terbenamnya
matahari sampai terbenamnya hilal.
Nur al-hilal : cahaya hilal yang menunjukkan
besarnya piringan bulan yang
terkena dan memantulkan sinar
matahari
Refraksi : Refraksi yaitu perbedaan antara
tinggi suatu benda langit yang
dilihat dengan tinggi sebenarnya
diakibatkan karena adanya
pembiasan sinar
Ru’yat : aktivitas mengamati hilal setelah
terjadinya ijtima‟ (konjungsi).
Adapun yang dimaksud disini
adalah ru‟yat al-hilal yaitu
penentuan hilal dengan mata
telanjang atau dengan menggunakan
alat yang dilakukan setiap akhir
bulan atau setiap tanggal 29 bulan
Qamariah pada saat matahari
terbenam.
Sa’at min al-ijtima’ ila al-ghurub : selisih waktu yang dihitung antara
ijtima‟ sampai matahari terbenam.
Semi diameter : titik pusat matahari dengan
piringan luarnya
Sudut Waktu : sudut pada titik kutub langit yang
dibentuk oleh perpotongan antara
lingkaran meridian dengan
lingkaran waktu yang melalui suatu
objek tertentu di bola langit
Ta’dil al-‘Allamah : koreksi yang digunakan untuk
mengoreksi al-„allamah
Urfi : sistem perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata
bulan mengelilingi bumi dan
ditetapkan secara konvensional
Wujud al-hilal : sebuah konsep yang berpedoman
bahwa jika hilal telah wujud (berada
di atas ufuk) maka keesokan harinya
telah masuk bulan baru meskipun
hilal tidak dapat dilihat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN MOTO ....................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITRASI ......................................................................... xi
DAFTAR GLOSARIUM ................................................................................. xii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................................. 14
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 15
D. Telaah Pustaka ............................................................................................... 15
E. Metode Penelitian .......................................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan .................................................................................... 19
BAB II : KONSEP UMUM TENTANG AWAL BULAN QAMARIAH
A. Pengertian Hisab Awal Bulan Qamariah ....................................................... 21
B. Dasar Hukum Hisab Awal Bulan Qamariah .................................................. 23
C. Metode-Metode yang Digunakan dalam Menentukan Awal
Bulan Qamariah …………………… ............................................................ 30
D. Macam-Macam Hisab Awal Bulan Qamariah ............................................... 40
E. Pandangan Ulama Terhadap Posisi Ilmu Hisab dalam
Penetapan Awal Bulan Qamariah .................................................................. 46
BAB III : HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DALAM KITAB KASYF
AL-JILBAB
A. Gambaran Umum tentang Kitab Kasyf al-Jilbab ........................................... 51
B. Metode Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab
Kasyf al-Jilbab ............................................................................................... 56
C. Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab ................. 62
BAB IV : ANALISIS TERHADAP HISAB AWALBULAN
QAMARIAH DALAM KITAB KASYF AL-JILBAB
A. Perbedaan Kitab Kasyf al-Jilbab dengan Kitab-Kitab Lainnya ..................... 64
B. Kelebihan dan Kekurangan dalam Kitab Kasyf al-Jilbab .............................. 85
BAB V : KESIMPULAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 87
B. Saran-saran ................................................................................................... 88
C. Penutup………………………………………………………….................. 90
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
Riwayat Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan dengan tujuan untuk selalu menyembah (beribadah)
kepada Allah, hal ini sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Dzariyat ayat 56.2
Salah satu bentuk ibadah itu ialah puasa pada bulan Ramadlan. Puasa berarti
menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya dengan tata cara
tertentu.3
Di antara syarat yang diwajibkan dalam menjalankan ibadah puasa yaitu
seseorang dapat menyaksikan masuknya bulan baru. Hal ini sebagaimana yang
ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur‟an (Surat al-Baqarah: 185) yang berbunyi;
نات من الهدى والفرقان فمن اس وب شهر رمضان الذي أنزل فه القرآن هدى للن بكم رد للا ام أخر ة من أ صمه ومن كان مرضا أو على سفر فعد هر فل شهد منكم الش
على ما هداكم ولعلكم تشكرون ة ولتكبروا للا رد بكم العسر ولتكملوا العد سر ول ال﴿185﴾
Artinya;”Bulan Ramadlan ialah, (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-
Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang benar dan yang
batil). Karena itu, siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka
berpuasalah. Dan siapa yang sakit atau dalam perjalanan (ia tidak
berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur”.4 (Q.S al-Baqarah: 185)
2 Dalam ayat ini Allah berfirman yang artinya, dan Kami tidak menciptakan manusia
dan jin kecuali untuk beribadah kepada Ku. (QS. 51 : 56) 3 Syihabuddin, al-Minhaj al-Qawim, Semarang: Pustaka al-„Alawiyyah, t.t. hlm. 117.
4 Depag RI, Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya, Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2007,
hlm 28.
Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah menyebutkan bahwa barang
siapa yang telah menyaksikan bulan maka ia diwajibkan menjalankan ibadah
puasa begitu pula jika ia telah melihat bulan baru setelah menyempurnakan
jumlah hari dalam satu bulan selama menjalankan puasa ia diperintahkan untuk
berbuka (berhari raya).5
Untuk mengetahui maksud jumlah bulan dalam ayat tersebut, dapat
digunakan salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad
berikut;
در ا ا ػ ن فاؽ ػ ػ ال ػ ا ح ن ػ ف غ ر س ع ش ف و وا ح ن ػ ا ااشن ػا ن (ر ا س امحد)
Artinya:”Satu bulan itu ada 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa
hingga kalian melihatnya (hilal) dan jangan pula kalian
berhari raya sehingga kalian melihatnya. Jika kalian terhalang
oleh awan (sehingga kalian tidak dapat melihatnya) maka
perkirakanlah”. 6
(HR. Muslim dan Ahmad)
Dengan menggunakan hadits tersebut sebagai alat penafsir terhadap
ayat di atas maka akan didapatkan beberapa kesimpulan antara lain;
a. Syarat diwajibkannya memulai dan mengakhiri ibadah puasa adalah ketika
seseorang melihat hilal (bulan),7
5 Perintah berbuka (berhari raya) ini ditunjukkan oleh kalimat pada akhir ayat dan
hendaklah ia menyempurnakan bilangan dan kemudian hendaklah ia bertakbir kepada Allah. 6 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, juz 2, Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, t.t, hlm. 759. 7 Hal ini penulis ungkapkan dengan berdasarkan pada kaidah lughawiyah bahwa
lafadh حتيberarti batas. Hal ini sebagaimana dicontohkan, saya makan ikan sampai
kepalanya, jadi kepala di sini merupakan batas akhir dari bagian ikan yang dimakan
sehingga kepalanya tidak ikut dimakan. Senada dengan contoh tersebut, seseorang tidak
diwajibkan puasa hingga melihat hilal, maka melihat hilal adalah batas akhir manusia
tidak wajib puasa dan sebaliknya melihat hilal ini merupakan batas awal diwajibkannya
manusia untuk menjalankan ibadah puasa.
b. Jumlah bilangan bulan dalam satu bulan yang wajib kita sempurnakan
dalam menjalankan ibadah puasa ini adalah selama 29 hari, namun
terkadang juga 30 hari,8
c. Jika pada akhir hari ke 29 hilal tidak dapat dilihat maka perintah
berikutnya sebagai jalan alternatif ialah mengira-ngirakan (yang menurut
hadits lain menyempurnakan jumlah hari dalam satu bulan menjadi 30 hari
(istikmal)).9
Hal di atas juga erat kaitannya dengan hadits berikut;
ا . حدثنا بد اهلل بن س مة ن ااك ن ناف ن بد اهلل بن م رضي اهلل نهما ال ػ ا ا اا ل ػ ال و وا ح ن :رسول اهلل ص ى اهلل س ذك ر ضا فقال
در ا ا ػ ن فاؽ ػح ن ػ ف غ
Artinya;”Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah
(berharirayalah) kalian karena melihatnya. Jika kalian tertutup
oleh mendung (sehingga kalian tidak bisa melihatnya) maka
perkirakanlah”.10
Berangkat dari dalil-dalil di atas maka muncullah perbedaan penafsiran
terhadap hadits tersebut. Banyak pihak yang mengartikan hadits tersebut secara
berbeda, yang jika disimpulakan sebagai berikut;
8 Hal ini dikarenakan secara astronomis bulan akan bergerak mengelilingi bumi
dengan sempurna dalam kurun waktu 29 hari 12 jam 44 menit 03 detik, lihat Saadoeddin
Djambek, Hisab Awal Bulan Cet I, Jakarta: Tintamas Indonesia, 1976. yang jika dibuat
rata-rata bulan akan mengelilingi bumi dua kali dalam kurun waktu 59 hari 1 jam 28
menit 06 detik. Oleh sebab itu rata-rata umur bulan dalam satu bulan Qamariah berbeda
dengan bulan berikutnya. 9 Hal ini sebagaimana keterangan dalam point 6 di atas bahwa bulan bergerak
mengelilingi matahari membutuhkan waktu lebih dari 29 hari dan kurang dari 30 hari,
sehingga ada kemungkinan bulan pada akhir hari ke 29 tersebut masih belum menempuh
jarak dalam waktu tersebut. Dengan demikian jika jumlah hari tersebut disempurnakan
selama 30 hari maka akan dapat dipastikan bulan sudah sempurna mengelilngi bumi. 10
Abu Abdullah Muhammad bin Isma‟il, Matn al- Bukhari, Jilid 1, Beirut: Dar
al-Fikr, t.t. hlm. 398.
a. Golongan yang mengartikan hadits tersebut sebagai perintah untuk
melaksanakan ru‟yat al-hilal
Menurut golongan ini ru‟yat diartikan melihat dengan mata kepala,
baik dengan mata telanjang maupun dengan alat.11
Dengan demikian
menurut golongan ini hadits tersebut merupakan perintah pelaksanaan
ru‟yat.
Mereka mendasarkan pendapat mereka dengan hadits nabi yang
lain yang berbunyi
ة با ث ث ف غ ػ أف ا ا ؤي ػت ػ وا ا ؤ ػ . فاكم وا دن
Artinya;”Berpuasalah kalian karena melihat hilal (Ramadlan) dan
berbukalah kalian karena melihatnya (hilal bulan Syawwal).
Apabila kalian terhalang oleh sesuatu maka lengkapkanlah
bilangan bulan Sya‟ban menjadi tiga puluh hari”.12
Dari hadits tersebut tampak jelas bahwa nabi Muhammad saw
dalam anjuran pelaksanaan puasa dan hari raya menawarkan dua metode,
yakni ru‟yat al-hilal, jika hilal ternyata tidak dapat dilihat karena suatu hal
maka metode alternatif yang ditawarkan nabi ialah dengan cara istikmal.13
Dengan berdasarkan pada hadits-hadits nabi di atas, maka
secara eksplisit kita tidak dapat menemukan dasar untuk diberlakukannya
hisab dalam penentuan awal bulan Qamariah.
11
Ahmad Izzuddin. Penentuan Awal Bulan Qamariah Prespektif NU, Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,27-30 Nopember 2008. 12
Bahrun Abu Bakar, dkk (terj), Ibanat al-Ahkam, cet I, Bandung: Sinar Baru
Algesindo Offset. 1994, hlm. 1088. 13
Istikmal ialah metode dalam penetapan awal bulan dengan cara menyempurnakan
jumlah bilangan hari pada bulan sebelumnya menjadi 30 hari. Hal ini disebabkan usia hari
dalam satu bulan Qamariah terkadang 29 hari dan terkadang 30 hari.
b. Golongan yang mengartikan hadits tersebut sebagai dasar
diperbolehkannya menggunakan metode hisab dalam penentuan awal
bulan Qamariah.
secara bahasa bermakna maka perkirakanlah. Inilah yang فاقدروا لو
mengundang berbagai penafsiran jika pada tanggal 29 hilal tidak dapat
dilihat. Salah satu penafsiran tersebut ialah memperkirakan posisi hilal saat
itu dengan berdasarkan pada data-data hasil perhitungan (hisab).
Dalam kitab Fath al-Bari Ibn Hajar al-„Asqalany menyebutkan
beberapa perbedaan pandangan tentang hadits di atas yakni pada lafadh
Menurut ulama muta‟akhirin, yang dimaksud dengan lafadh tersebut .فاقدروا لو
ialah perkirakanlah dengan menghitung posisi benda-benda langit.
Sedangkan ibn al-„Arabi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lafadh
tersebut ialah khithab terhadap orang-orang yang mempunyai kapabilitas
dalam ilmu hisab, sedangkan khithab bagi orang awam ialah dengan redaksi
lain yaitu فاكملوا العدة . Sehingga menurut Ibn al-„Arabi kewajiban dalam
bulan Ramadlan bermacam-macam, bagi sekelompok orang wajib
menghitung gerak matahari dan bulan sedangkan bagi sekelompok orang
yang lainnya hanya diwajibkan menghitung bilangan (jumlah) hari.14
Dari kedua perbedaan penafsiran tersebut ternyata dipadukan
menjadi satu oleh sebagian pihak, yakni menjadikan hisab sebagai pemandu
dalam pelaksanaan ru‟yat al-hilal atau dengan kata lain hisab dijadikan
14
Ibn Hajar al-„Asqalany, Fath al-Bari, Juz 4, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. hlm. 122
sebagai alat pemberi informasi terhadap posisi atas keberadaan objek yang
saat itu sedang dicari (hilal).
Namun permasalahannya, bagaimana pada zaman dahulu yang
pada dasarnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi masih belum pesat
seperti zaman sekarang orang-orang dapat menghitung posisi dan
mengetahui keadaan hilal? Bagaimana metode yang digunakan manusia
pada zaman dahulu untuk menentukan keberadaan hilal tersebut? Dalam
tulisan ini penulis akan menyampaikan salah satu karya yang cukup
memberikan gambaran tentang munculnya beragam khazanah keilmuan
dalam bidang ini. Namun, sebelum penulis berbicara lebih lanjut penulis
bermaksud untuk menguraikan sekilas tentang macam-macam hisab yang
muncul dan berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
a. Hisab Urfi
Hisab urfi berarti sistem perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi dan
ditetapkan secara konvensional. Sistem ini mulai muncul dan
berkembang pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab
ra.15
Model hisab ini pula yang dianut oleh Sultan Agung
Anyokro Kusumo pada tahun 1663 M atau 1555 C (Caka) dalam
15
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, hlm. 79.
merumuskan penanggalan Jawa Islam, yakni perpaduan antara tahun
Hindu Jawa dengan kalender Hijriyah.16
Metode hisab ini menetapkan dalam satu daur (siklus)
terdiri dari 8 tahun yang sering disebut dengan Windu. Dari delapan
tahun tersebut ditetapkan ada tiga tahun yang berumur lebih panjang
(kabisat) atau dengan istilah lain disebut Wuntu yakni berumur 355
hari, yaitu tahun yang jatuh pada urutan tahun ke 2, 5, dan 8.
Sedangkan lima tahun sisanya disebut tahun basithah (Wustu) yang
berumur lebih pendek yakni 354 hari. Kelima tahun tersebut ialah
tahun yang jatuh pada urutan tahun ke 1, 3, 4, 6, dan 7.17
Dalam metode ini juga ditetapkan bahwa umur bulan
untuk bulan ganjil selama 30 hari sedangkan umur bulan untuk bulan
genap selama 29 hari kecuali bulan Dzul Hijjah pada tahun kabisat.
Di samping itu, dalam metode ini juga menetapkan bahwa dalam
120 tahun akan terjadi perubahan kaidah penentuan hari dan pasaran
awal tahun.18
Perubahan penentuan hari dan pasaran awal tahun itu
terjadi karena setiap 120 tahun jumlah hari dalam hisab ini lebih satu
hari dan harus dikurangi satu hari untuk mendapatkan hari yang
sama dengan sistem hisab lain. Kelebihan jumlah hari itu salah
16
Lihat Badan Hisab dan Rukyat, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek
Pembinaan Badan Peradilan agama Islam, 1981, hlm. 45. 17
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta :
Buana Pustaka, cet. I, 2004, hlm. 117. 18
Sayful Mujab, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2007,
hlm. 6.
satunya menurut analisa penulis disebabkan karena pembulatan
dalam penetapan hari pada tahun-tahun sebelumnya.
Nama-nama tahun dalam hisab ini yaitu; Alif, Ehe, Jim
Awal, Ze, Dal, Be, Wawu, dan Jim Akhir. Sedangkan nama-nama
bulannya ialah sebagai berikut; Suro, Sapar, Mulud, Bakdomulud,
Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal,
Dulkangidah dan Besar.19
b. Hisab Istilahi
Hisab Istilahi adalah metode perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi. Dalam
metode hisab ini ditetapkan bahwa satu siklus ialah tiga puluh tahun
yang dalam masa 30 tahun itu terdapat 11 tahun kabisat dan 19 tahun
basithah.20
Tahun-tahun kabisat tersebut yakni tahun-tahun yang
jumlah harinya lebih banyak (355 hari) dan jatuh pada urutan tahun
ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29.21
Pada tahun-tahun
tersebut umur bulan Dzul Hijjah lebih panjang satu hari dari pada
pada tahun-tahun yang lainnya. Sedangkan tahun-tahun yang jatuh
selain pada urutan tersebut disebut tahun basithah (354 hari).
19
Muhyiddin Khazin, Op. Cit. hlm. 118-119. 20
Badan Hisab dan Rukyat, Op Cit, hlm. 43. 21
Ibid, hlm. 43.
c. Hisab haqiqi bi al-taqrib
Hisab haqiqi berarti hisab yang didasarkan pada peredaran
bulan dan bumi yang sebenarnya. Menurut hisab ini umur tiap bulan
tidaklah konstan dan juga tidak beraturan, melainkan tergantung
posisi hilal pada setiap awal bulan. Artinya boleh jadi dua bulan
berturut-turut umurnya 29 atau 30 hari, bahkan boleh jadi bergantian
seperti dalam hisab urfi.22
Bi al-taqrib artinya mendekati, hal ini dikarenakan data-
data yang diperoleh dalam sistem hisab ini masih bersifat perkiraan,
bukan data yang sebenarnya. Salah satu sumber data yang digunakan
dalam sistem hisab ini ialah data-data yang disusun oleh Ulugh Beik
As-Samarqand (w.1420 M).
Dalam sistem hisab ini data hasil perhitungan yang
diperoleh belum lengkap. Hasil yang biasanya muncul dari sistem
hisab ini hanyalah berkisar pada konjungsi (ijtima‟), ketinggian hilal
(irtifa‟ al-hilal), lama hilal di atas ufuk (mukts al-hilal), dan cahaya
hilal (nur al-hilal). Hal ini belum bisa memberikan penjelasan yang
signifikan jika dipakai dalam pemandu ru‟yat. Ini disebabkan karena
jika hisab ini digunakan sebagai pemandu ru‟yat maka seseorang
akan kesulitan menentukan posisi hilal saat matahari terbenam
karena dalam hasil perhitungan sistem ini belum menyebutkan
22
Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 78.
azimut hilal dan matahari, sehingga sangat memungkinkan sekali
terjadi salah arah.
Selain itu hasil irtifa‟ yang diperoleh juga belum
menunjukkan akurasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam
menghitung irtifa‟ al-hilal sistem ini hanya dengan membagi antara
selisih antara waktu ijtima‟ (konjungsi) dengan waktu matahari
terbenam (ghurub) yang kemudian dibagi 2. Hal ini salah satunya
disebabkan oleh asumsi bahwa bulan bergerak mengelilingi bumi
sejauh 12 derajat setiap harinya (24 jam), sehingga untuk
mendapatkan angka 12 tersebut cukup dengan membagi angka 24
dengan angka 2. Dengan demikian akan diperoleh angka 360 derajat
(angka maksimal yang dicapai bulan untuk mengelilingi bumi)
setelah 30 hari bulan melakukan perjalanannya.
KH. Ghazali bin Mas‟ud, penulis kitab Kasyf al-Jilbab
menyebutkan bahwa untuk menentukan irtifa‟ al-hilal dapat
dilakukan dengan cara mengalikan bilangan al-saa‟at min al-ijtima‟
ila al-ghurub dengan 30 menit.23
d. Hisab haqiqi bi al-tahqiq
Sebagaimana pengertian di atas bahwa hisab haqiqi adalah
hisab yang didasarkan pada peredaran bulan dan bumi yang
sebenarnya. Sedangkan arti bi al-tahqiq ialah dengan kenyataannya.
Maksudnya hisab haqiqi bi al-tahqiq ini ialah sistem hisab yang
23
Ghazali bin Mas‟ud, Kasyf al-Jilbab, 1988. hlm. 8.
didasarkan pada peredaran bulan dan bumi sebenarnya dan data-data
yang digunakan ialah data-data tentang bumi dan bulan yang
diperoleh dengan cara yang lebih modern sehingga menghasilkan
data yang mempunyai akurasi yang relatif lebih tinggi dari pada data
yang diperoleh sistem hisab haqiqi bi al-taqrib.
Hisab ini perhitungannya berdasarkan pada data-data yang
diolah dengan Spherical Trigonometri (Segitiga bola)24
bukan
seperti hisab haqiqi bi al-taqrib yang didasarkan pada data-data yang
diolah dengan sistem Geocentris.25
Dengan demikian menurut
penulis sangatlah wajar jika terdapat perbedaan tingkat akurasi hasil
perhitungan antara kedua sistem hisab tersebut.
Dalam sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq ini penentuan
irtifa‟ al-hilal tidak seperti pada sistem hisab haqiqi bi al-taqrib
yang hanya membagi dua antara selisih waktu ijtima‟ dengan waktu
ghurub, akan tetapi dalam hisab haqiqi bi al-tahqiq sudah
memperhatikan tata koordinat lokasi pelaksanaan ru‟yat al-hilal
24
Sayful Mujab, Op Cit, hlm. 9. 25
Ibid, hlm. 8.
dilaksanakan, deklinasi26
, sudut waktu27
, bahkan refraksi28
,
kerendahan ufuk (dip)29
dan semi diameter30
bulan.
Dalam sistem hisab ini juga telah disebutkan azimut bulan,
azimut matahari dan lain sebagainya sehingga sistem ini dapat
memberikan informasi yang lebih jelas dan terperinci tentang
keadaan suatu objek, dalam hal ini adalah hilal dalam suatu tempat
tertentu.
Kesimpulannya, dari berbagai macam metode hisab yang
ada dan berkembang dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hisab
urfi dan istilahi tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan awal
bulan Qamariah. Hal ini disebabkan hasil yang diperoleh dari kedua
sistem hisab ini ialah data perkiraan yang menetapkan jumlah hari
dalam satu bulan antara 29 dan 30 hari secara bergantian.
Sedangkan metode/ sistem hisab haqiqi bi al-taqrib dan
haqiqi bi al-tahqiq bisa dijadikan pedoman terhadap penentuan awal
bulan Qamariah dikarenakan kedua sistem hisab tersebut sudah
mendasarkan hasil perhitungnnya dengan data peredaran bulan
26
Deklinasi (Mail) adalah jarak benda langit sepanjang lingkaran yang
dihitung dari equator sampai benda langit tersebut. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus
Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm. 27
Sudut waktu ialah sudut pada titik kutub langit yang dibentuk oleh
perpotongan antara lingkaran meridian dengan lingkaran waktu yang melalui suatu
objek tertentu di bola langit. Lihat Susiknan Azhari, Op. Cit, hlm. 195. 28
Refraksi yaitu perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang dilihat
dengan tinggi sebenarnya diakibatkan karena adanya pembiasan sinar. Lihat Susiknan
Azhari, Ibid, hlm. 180. Lihat pula Muhyiddin Khazin, Op.Cit, hlm. 19. 29
Dip (kerendahan ufuk) adalah perbedaan kedudukan antara kaki langit
(horizon) sebenarnya (ufuq hakiki) dengan kaki langit yang terlihat (ufuq mar‟i)
seorang pengamat. Lihat Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 58. 30
Semi diameter yaitu titik pusat matahari dengan piringan luarnya.Lihat
Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 191.
sebenarnya. Namun dalam sistem hisab haqiqi bi al-taqrib tingkat
akurasinya masih rendah karena tingkat akurasi data juga masih
tergolong rendah. Sedangkan dalam sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq
data-data yang diperoleh sudah menunjukkan akurasi tinggi sehingga
sangat memungkinkan untuk dijadikan pedoman dan bahan
informasi pelaksanaan ru‟yat al-hilal dalam rangka penentuan awal
bulan Qamariah khususnya dalam bulan-bulan yang mengandung
unsur ibadah seperti Ramadlan, Syawwal dan Dzul Hijjah.
Sebagaimana keterangan di atas kitab Kasyf al-Jilbab
merupakan salah satu kitab dengan metode hisab haqiqi bi al-taqrib,
hal ini dapat dilihat dari data-data yang digunakan dalam
perhitungannya. Selain itu dalam kitab karya KH. Ghazali bin
Mas‟ud ini hanya menampilkan hasil irtifa‟ al-hilal, nur al-hilal dan
mukts al-hilal. Hasil perhitungan dalam kitab ini belum melakukan
koreksi terhadap refraksi, kerendahan ufuk maupun lainnya sehingga
hasil perhitungan dalam kitab ini masih bersifat perkiraan
(mendekati).
Walaupun demikian, penulis tetap tertarik untuk
mengangkat kitab ini dalam sebuah penelitian. Hal yang paling
menarik bagi penulis ialah tentang cara/ metode perhitungan yang
digunakan dalam kitab tersebut yang berbeda dengan kitab-kitab
lainnya dalam menghitung awal bulan Qamariah.
Selain itu hal yang mendasari penulis mengambil kitab ini
ialah untuk memperkenalkan kepada masyarakat umum bahwa
sebenarnya masih banyak karya-karya yang khususnya berkaitan
dengan ilmu falak yang masih belum tersebarluaskan seperti halnya
kitab ini.
Dengan berbagai alasan tersebut maka penulis bermaksud
untuk meneliti lebih lanjut apa yang menjadikan kitab ini dapat
menghitung awal bulan Qamariah dengan cara yang berbeda (lebih
singkat) dibandingkan dengan kitab-kitab lain yang sama-sama
taqribi? Selain itu juga untuk mengetahui tingkat akurasi hasil
perhitungan dalam kitab ini jika dibandingkan dengan kitab Sullam
al-Nayyirain, Syamsul Hilal, dan Fathu al-Ro‟uf al-Mannan yang
notabene sama-sama menggunakan sisten hisab taqribi.
Penulis akan menjadikan hasil hisab dengan metode
kontemporer sebagai pembanding untuk mengetahui tingkat akurasi
hasil perhitungan yang dihasilkan antara kitab Kasyf al-Jilbab,
Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal. Hal ini disebabkan hasil
perhitungan kontemporer mempunyai tingkat akurasi tinggi dengan
kenyataan di lapangan. Sehingga di antara kitab-kitab dengan
metode hisab taqribi tersebut mana yang lebih mendekati hasil
perhitungan hisab kontemporer itulah yang penulis golongkan
mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi.
B. Permasalahan
Dengan berdasarkan pada uraian dalam pendahuluan di atas, maka
penulis dapat mengemukakan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam tulisan ini. Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan model perhitungan awal bulan Qamariah
dalam kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab Sullam al-Nayyirain,
Syamsul Hilal, dan Fathu al-Ro‟uf al-Mannan?
2. Bagaimana tingkat akurasi hasil perhitungan dalam kitab Kasyf
al-Jilbab dengan kitab-kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal,
dan Fathu al-Ro‟uf al-Mannan yang sama-sama taqribi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan model perhitungan dalam kitab
Kasyf al-Jilbab dari kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal, dan
Fathu al-Ro‟uf al-Mannan.
2. Untuk mengetahui tingkat akurasi hasil perhitungan dalam kitab
Kasyf al-Jilbab.
D. Telaah Pustaka
Skripsi Ahmad Izzuddin yang berjudul Analisis Kritis Tentang Hisab
Awal Bulan Qomariyyah dalam Kitab Sullam al-Nayyirain,31
yang kajian
untuk memperdalam penghitungan dalam kitab Sullam al-Nayyirain untuk
31
Ahmad Izzuddin, Analisis Kritis Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyyah dalam
Kitab Sullam al-Nayyirain, Skripsi Fakulats Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 1997.
menentukan awal bulan Qamariah dan untuk mengungkap dan mengkaji
khilafiyah dalam penilaian eksistensi kitab Sullam al-Nayyirain sebagai
pedoman hisab awal bulan Qamariah dan pengaktualisasian pada era modern.
Skripsi Sayful Mujab yang berjudul Studi Analisis Pemikiran KH.
Moh. Zubair Abdul Karim dalam Kitab Ittfaq Dzatil Bain,32
yang
menguraikan tentang pemikiran hisab KH. Moh. Zubair Abdul Karim dalam
kitabnya serta permasalahan yang terdapat dalam kitab tersebut, yakni
mengapa hasil perhitungan kitab tersebut khususnya dalam penentuan awal
Syawwal 1427 H berbeda dengan hasil-hasil perhitungan kitab lain yang
sejenis.
Skripsi M. Rifa Jamaluddin Nashir yang berjudul Pemikiran Hisab
KH. Ma‟shum bin Ali al-Maskumambangi (Analisis Terhadap Kitab Badi‟ah
al-Mitsal fi Hisab al-Sinin wa al-Hilal) yang menjelaskan tentang pemikiran
KH. Ma‟shum bin Ali al-Maskumambangi tentang hisab awal bulan
Qamariah.33
Skripsi Kitri Sulastri yang berjudul Studi Analisis Hisab Awal Bulan
Kamariyah dalam Kitab Irsyad al-Murid yang menguraikan tentang hisab awal
bulan Qamariah yang terdapat dalam kitab Irsyad al-Murid.34
Dalam penulisan skripsi ini, penulis bermaksud untuk memaparkan
perbedaan perhitungan antara kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab yang lain
32
Sayful Mujab, Studi Ananlisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim dalam
Kitab Ittfaq Dzatil Bain, Skripsi Fakulats Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2007. 33
M. Rifa Jamaluddin Nashir, Pemikiran Hisab KH. Ma‟shum bin Ali al-
Maskumambangi (Analisis Terhadap Kitab Badi‟ah al-Mitsal fi Hisab al-Sinin wa al-Hilal)
Skripsi Fakulats Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2010. 34
Kitri Sulastri, Analisis Hisab Awal Bulan Kamariyah Dalam Kitab Irsyad al-Murid,
Skripsi Fakulats Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2011.
(Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal dan Fath al-Ro‟uf al-Mannan), selain itu
juga membandingkan hasil perhitungan antara kitab ini dan kitab-kitab
tersebut dengan hasil hisab kontemporer untuk mengetahui tingkat akurasinya.
Sejauh penelusuran penulis belum pernah ada satupun tulisan yang membahas
tentang hal ini. Dengan demikian penulis menyatakan bahwa penelitian yang
penulis lakukan benar-benar orisinil, murni dari penulis sendiri tanpa ada
unsur plagiarisme.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penyelesaian skripsi
ini ialah metode penelitian kualitatif, hal ini dikarenakan data yang
dianalisis merupakan data yang didapat dengan cara pendekatan kualitatif.
2. Jenis Data
Dalam penelitian yang akan penulis lakukan ini terdapat dua jenis
data, yakni data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang
penulis peroleh dari kitab Kasyf al-Jilbab, sedangkan data skunder adalah
data-data yang penulis peroleh dari dokumen-dokumen, buku-buku, hasil
penelitian lain, dan juga hasil wawancara yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data data yang diperlukan dalam tulisan ini
penulis menggunakan metode Library Research (penelitian kepustakaan)
berupa pengumpulan dokumen dalam hal ini kitab Kasyf al-Jilbab, yakni
penulis melakukan analisis terhadap sumber data yaitu kitab Kasyf al-Jilbab
sebagai data primer, dan buku-buku/ tulisan-tulisan yang menjelaskan
seputar permasalahan yang sedang dikaji. Selain itu penulis juga melakukan
wawancara kepada orang-orang terdekat pengarang kitab ini (baik ahli waris
maupun murid-muridnya) sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
Selain itu, penulis juga melakukan komparasi data hasil
perhitungan dalam kitab ini dengan hasil perhitungan kitab-kitab lain yang
sejenis untuk kemudian dikomparasikan dengan hasil perhitungan dengan
metode terkini yang tingkat akurasinya lebih tinggi dari pada kitab-kitab
tersebut. Hal ini sebagai bahan untuk menarik sebuah kesimpulan sementara
tentang tingkat akurasi metode hisab dalam kitab ini dengan metode hisab
lain yang sejenis.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka kemudian dilakukan pengolahan dan
analisis terhadap data tersebut. Dalam menganalisis data penulis
menggunakan tehnik analisis komparatif,35
yakni dengan
mengkomparasikan antara hasil perhitungan dalam kitab ini dan hasil
perhitungan kitab-kitab lain dengan hasil perhitungan sistem hisab
kontemporer untuk menarik kesimpulan tentang tingkat akurasinya. Dengan
demikian metode analisis yang penulis gunakan adalah metode analisis
35
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,
Ed. III, 1996, hlm. 88.
kualitatif, hal ini dikarenakan data yang dianalisis merupakan data yang
didapat dengan cara pendekatan kualitatif.36
Analisis yang digunakan adalah “analisis isi”, yang dalam hal ini
metode hisab awal bulan Qamariah dalam kitab Kasyf al-Jilbab. Analisis ini
diperlukan untuk menguji apakah metode hisab yang tertuang dalam kitab
Kasyf al-Jilbab sesuai dengan kebenaran ilmiah dalam astronomi modern,
sehingga metode kitab ini dapat dijadikan salah satu pedoman dalam
penentuan awal bulan Qamariah.
Karena data-data yang didapat juga berasal dari dokumen-
dokumen maka analisis data juga dilakukan dengan menggunakan dua
metode kritik yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal
menanyakan “apakah data/ dokumen tersebut otentik atau tidak?”,
sedangkan kritik internal menanyakan “apabila data/ dokumen itu otentik,
apakah data tersebut akurat atau relevan?”37
. Dua metode ini berfungsi
sebagai metode kritik atas data/dokumen yang ada.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar penulisan penelitian ini terdiri atas 5 bab, yang
mana dalam setiap bab terdapat sub-sub pembahasan sebagaimana berikut :
Bab pertama adalah Pandahuluan; Bab ini menguraikan tentang
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah
Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
36
Analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis
dengan logika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat Tatang M. Amirin,
Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 95. 37
M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek),
cet. I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 169.
Bab kedua adalah Konsep Umum Tentang Hisab Awal Bulan
Qamariah; Bab ini meliputi Pengertian Hisab Awal Bulan Qamariah, Dasar
Hukum Hisab Awal Bulan Qamariah, Metode-Metode yang Digunakan dalam
Menentukan Awal Bulan Qamariah, Macam-macam Hisab Awal Bulan
Qamariah dan Pandangan Ulama‟ terhadap Penentuan Awal Bulan Qamariah
Bab ketiga adalah Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab Kasyf
al-Jilbab; Bab ini menjelaskan mengenai Gambaran Umum tentang Kitab
Kasyf al-Jilbab, Metode Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab
Kasyf al-Jilbab, Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf al-
Jilbab
Bab keempat adalah Analisis Terhadap Konsep Hisab Awal Bulan
Qamariah Dalam Kitab Kasyf al-Jilbab; Bab ini meliputi Perbedaan Kitab
Kasyf al-Jilbab dengan Kitab-Kitab yang Lainnya, Kelebihan dan Kekurangan
dalam Kitab Kasyf al-Jilbab.
Bab kelima adalah Penutup; Bab ini meliputi Kesimpulan, Saran-
Saran, dan Penutup
BAB II
Konsep Umum Tentang Hisab Awal Bulan Qamariah
A. Pengertian Hisab Awal Bulan Qamariah
Menurut bahasa hisab berasal dari kata يحسب، حسابا, حسـب . Kata
tersebut juga mempunyai arti yang sama dengan kata عــد, يعـــد yang berarti
hitung, menghitung.38
Dalam kamus al-Munjid juga disebutkan bahwa hisab
secara bahasa yaitu عدة (hitungan).39
Kata hisab banyak digunakan dalam ayat-ayat al-Qur‟an. Menurut
Tono Saksono dalam buku Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, kata hisab
muncul sebanyak 37 kali dalam al-Qur‟an yang semuanya mempunyai arti
perhitungan dan tidak memiliki ambiguitas arti/ makna.40
Secara etimologi, kata hisab secara umum dalam al-Qur‟an
mempunyai beberapa arti, antara lain:
a. Perhitungan
ها أ رد ها إ ن اا ن كا إذا ح ت بتح نة فح وا بأحسن نػ (86: اانساء) ى كل يء حس با
Artinya: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau
38
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab, Surabaya: Pustaka
Progresif, 1970, hlm. 323. 39
Louis Ma‟luf, al-Munjid, Beirut: Dar al-Masyriq, 1986, hlm.132. 40
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas
Publicita; Center For Islamic Studies, 2007, hlm.120.
balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungkan segala sesuatu”. (al-Nisa‟: 86)41
b. Memeriksa
(8:االنشقاؽ)فسوؼ ياسب حسابا يسريا
Artinya:”Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”.
(Q.S. al-Insyiqaq: 8)42
c. Batas
ت من الم ل وتخرج الح هار ف الل هار وتولج الن ل ف الن تولج اللر حساب ﴿ وترزق من تشاء بغ ت من الح ﴾27وتخرج الم
Artinya:“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam, engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup. Dan Engaku memberi rizqi siapa yang Engkau
hendaki tanpa hisab (batas)”. (Q.S. Ali Imran: 27)43
d. Pertanggungjawaban
ا ى اانذين يػتػنقو ن حساب ن يء ا ن ذك ى )69: االن ا )ا نه يػتػنقو
Artinya: “Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas
orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka, akan
tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar
mereka bertakwa”. (Q.S. al-An‟am: 69)44
Secara terminologi, Muhyiddin Khazin mendefinisikan bahwa, hisab
adalah perhitungan atau Arithmatic45
Sedangkan menurut Moedji Raharto
ilmu hisab dalam arti khusus adalah cara penentuan awal bulan Islam atau
41
Depag RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit J-Art, tt, hlm. 92. 42
Ibid, hlm. 590 43
Ibid, hlm. 54 44
Ibid, hlm.137 45
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm.
30.
cara memprediksi fenomena alam lainya seperti terjadinya gerhana (matahari
dan bulan) yang didasarkan pada perhitungan posisi, gerak matahari dan
bulan.46
B. Dasar Hukum Hisab Awal Bulan Qamariah
Dalil-dalil yang dijadikan sebagai dasar hukum hisab antara lain:
A. Al-Qur‟an
a. Firman Allah SWT dalam surat Yunus: 5, sebagaimana berikut:
هو اانذ ج ل ااشنمس ض اء ااقم نورا قدنر نازل اتػ موا دد ااسن الساب ا خ ق اا ن ذاك إالن بالق يػ ل اليات
)5:يونس ) اقو يػ مو Artinya:“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)”.
(Q.S Yunus: 5).47
Dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab
disebutkan bahwa Lafadhh dipahami dalam arti Allah swt قدره منازل
menjadikan bagi bulan manzilah-manzilah yakni tempat-tempat
dalam perjalananya mengitari matahari, setiap malam pada
tempatnya dari saat ke saat sehingga terlihat Bumi ia selalu berbeda
sesuai dengan posisinya dengan matahari. Hal ini yang
menghasilkan perbedaan-perbedaan bentuk bulan dalam pandangan
46
Moedji Raharto, “Astronomi Islam dalam Perspektif Astronomi Modern” dalam
Moedji Raharto, (ed), Gerhana Kumpulan Tulisan Moedji Raharto, Lembang: Pendidikan
dan Pelatihan Hisab Rukyat Negara-Negara MABIMS, 2000, hlm.107. 47
Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 209.
kita di Bumi. Dari sini pula dimungkinkan untuk menetukan bulan
Qamariah.48
b. Firman Allah SWT dalam surat al-Isra‟: 12, seperti berikut:
هار مبصرة ة الن ل وجعلنا آ ة الل ن فمحونا آ ت هار آ ل والن وجعلنا الللناه ء فص نن والحساب وكل ش كم ولتعلموا عدد الس لتبتغوا فضل من رب
﴾12تفصل ﴿
Artinya:” Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,
lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda
siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari
Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-
tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami
terangkan dengan jelas”. (Q.S. al-Isra‟: 12)49
lafadhh tersebut menjelaskan , ات موا دد ااسن الساب
bahwa Allah menciptakan langit dan Bumi supaya manusia
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan bulan dan hari.50
c. Firman Allah SWT dalam surat al-An‟am: 96, seperti berikut:
مس والقمر حسبانا ذلك تقدر ل سكنا والش فالق الصباح وجعل الل ﴾96العزز العلم ﴿
Artinya: “ Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk
beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk
48
Lihat M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati,
v.VI, cet.II, 2004, hlm.20 49
Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 284 50
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur‟anul Majid an-Nuur,
Semarang: Hayam Wuruk, juz.15, cet.II, 2000, hlm. 230
perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa
lagi Maha mengetahui”. (Q.S. al-An‟am: 96)51
Dalam tafsir ibnu Kastir, firman Allah “serta menjadikan
matahari dan bulan dengan perhitungan”, yakni keduanya berjalan
menurut perhitungan yang sempurna, terukur, tidak berubah, dan
tidak kacau. Masing-masing memiliki orbit yang dilaluinya pada
musim hujan dan musim panas yang berimpliksai terhadap
pergantian siang dan malam.
Kata husbana terambil dari kata hisab, seperti ayat
sebelumnya (al-Rahman:5) penambahan huruf alif dan nun
memberi arti kesempurnaan sehingga kata tersebut diartikan
perhitungan yang sempurna dan teliti. Penggalan ayat di atas
sebagian ulama memahami bahwa peredaran matahari dan Bumi
terlaksana dalam satu perhitungan yang sangat teliti. Peredaran
benda-benda langit yang sedemikian konsisten, teliti dan pasti
sehingga tidak tejadi tabrakan antar planet-planet. Sebagian ulama
memahami bahwa Allah menjadikan peredaran matahari dan bulan
sebagai alat untuk malakukan perhitungan waktu, tahun, bulan,
hari, bahkan menit dan detik.52
Jadi, ayat-ayat di atas khususnya surat al-An‟am ayat 96
secara kontekstual menjelaskan antara pendapat ulama satu dan
yang lain tidak ada kerancuan, sebagaimana bulan mengalami
51
Departemen Agama RI, op.cit, hlm 141. 52
Quraish Shihab, Op. Cit, hlm. 204
beberapa fase, pada paruh pertama bulan berada pada posisi di
antara matahari dan Bumi, sehingga bulan itu menyusut yang
menandakan bahwa bulan tersebut adalah bulan sabit.
Begitu pula apabila berada di arah behadapan dengan
matahari, di mana Bumi berada di tengah maka akan tampak bulan
purnama. Kemudian purnama itu akan kembali mengecil sedikit
demi sedikit sampai pada paruh kedua. Dengan demikian,
sempurnalah satu bulan Qamariah selama 29,5309 hari. Atas dasar
itulah manusia bisa menentukan penanggalan bulan Qamariah.53
B. Al-Hadits
Dalam istilah „ulum al-hadits al-Hadits atau sering disebut
dengan al-Sunnah diartikan sebagai segala sesuatu baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun sikap diam yang dianggap sebagai
sebuat legitimasi (ketetapan) yang berasal dari Muhammad saw.
Namun, antara al-Hadits dan al-Sunnah, ternyata kedua istilah tersebut
mempunyai perbedaan. Bahwa al-Sunnah yaitu segala ucapan dan
perbuatan Nabi sesudah kenabian, sedangkan al-Hadits yaitu segala
ucapan dan perbuatan Nabi sebelum kenabian.
Dalam tata hirarki sistem hukum islam, kedudukan al-Hadits
ini menempati posisi kedua setelah al-Qur‟an. Hal ini dikarenakan
kebenaran hadits merupakan sebuah jaminan dari Allah dalam salah
satu firman Nya (surat al-Najm) yang berarti,
53
Ibid.
“dan dia (Muhammad) tidak akan mengucapkan sesuatu
berdasarkan hawa nafsu, melainkan wahyu yang telah diwahyukan
kepadanya”.
Pada dasarnya tidak banyak hadits yang mejelaskan tentang
penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Qamariah jika
dibanding dengan ru‟yat. Hal ini disebabkan pada saat itu hisab belum
berkembang pesat, hisab baru mulai berkembang pada masa Umar bin
Khattab yang ditandai dengan munculnya kelender Hijriah. Namun
demikian terdapat beberapa dalil yang oleh madzhab hisab dijadikan
sebagai pegangan diantaranya:
a. Hadits riwayat Bukhori
عن نافع عن عبداهلل بن عمر رضي اهلل عنهما اف رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم ذكر رمضاف فقاؿ ال تصوموا حتى تروا الهالؿ وال تفطروا حتى تروه فاف غم عليكم
(رواه البخارى)فاقدروالو
Artinya : “Dari Nafi‟ dari Abdullah bin Umar bahwasanya
Rasulullah saw menjelaskan bulan Ramadlan
kemudian beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa
sampai kamu melihat hilal dan (kelak) janganlah
kamu berbuka sebelum melihatnya lagi. Jika tertutup
awan maka perkirakanlah”. (HR Bukhari).54
b. Hadits riwayat Muslim
54
Muhammad ibn Isma‟il al-Bukhari, Shohih Bukhari, Juz III,Beirut: Dar
al-Fikr ,tt, hlm. 34.
عن ابن عمر رضي اهلل عنهما قاؿ قاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم انما الشهر تسع وعشروف فال تصوموا
حتي تروه وال تفطروا حتي تروه فاف غم عليكم فاقدروالو (رواه مسلم)
Artinya : “Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda
satu bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa
sebelum melihat bulan, dan jangan berbuka sebelum
melihatnya dan jika tertutup awan maka
perkirakanlah”. (HR. Muslim).55
Dari kedua hadits tersebut lafadhz yang menjadi
permasalahan adalah pada lafadhz فاقدروالو, para ulama berbeda dalam
menginterpretasikanya. Menurut jumhur ulama bahwa yang dimaksud
lafadhz tersebut yaitu menyempurnakan dengan bilangan 30 hari, hal
ini dikarenakan banyak hadits yang menempatkan posisi istikmal
secara shorih. Sedangkan menurut ulama muta‟akhirin maksud dikira-
kirakan adalah dengan menggunakan hisab.
C. Ijma‟
Ijma‟ yang secara etimologi berarti kesepakatan atau
konsensus merupakan sumber hukum Islam yang ketiga dalam tata
hirarki perundang-undangan islam. Sedangkan secara terminologi
ijma‟ berarti kesepakatan semua mujtahid muslim pada suatu masa
setelah wafatnya Rasulullah SAW atas hukum syara‟ mengenai suatu
kejadian.56
55
Ibid, hlm. 481. 56
Abdul Wahab Kholaf, Ushul Fiqh, cet I, Jakarta: Pustaka Amani, 2003, hlm. 54
Jika menilik dasar hukum sebelumnya, bahwa metode hisab
yang dihasilkan dari interpretasi al-Qur‟an dan al-Hadits tentunya
akan mengahasilkan suatu ijtihad yang dihasilkan dengan menempuh
beberapa metode baik Ijma‟, Qiyas, dan sebagainya. Yang kemudian
akan melahirkan perbedaan pendapat.
Dengan belum adanya kesepakatan yang pasti tentang
metode apa yang harus digunakan dalam penentuan awal bulan
Qamariah selain ru‟yat al-hilal, hal ini menunjukkan belum adanya
konsensus antara para ulama terhadap masalah ini. Hal ini berarti
secara eksplisit tidak ada penjelasan yang menunjukkan kesepakatan
para mujtahid yang terkait tentang penetapan awal bulan Qamariah
dengan metode hisab, akan tetapi ada beberapa argumen ulama yang
menyatakan bahwa hisab merupakan salah satu alternatif menentukan
waktu syar‟i.
Untuk lebih lengkapnya hal tersebut akan dipaparkan pada
sub bab pendapat ulama tentang hisab yang digunakan dalam
penentuan awal bulan Qamariah.
D. Qiyas
Qiyas secara istilahi yaitu menyamakan sesuatu hukum dari
peristiwa yang tidak memiliki nash hukum dengan peristiwa yang
sudah memiliki nash hukum sebab sama dalam illat hukumnya.57
57
Abdul Wahab Kholaf, Ibid, hlm. 65
Penentuan awal bulan Qamariah dengan metode hisab juga
dianalogikan dengan penentuan awal waktu shalat dengan metode
hisab, dimana dalam hadits disebutkan bahwa penentuan waktu shalat
berdasarkan gejala-gejala alam58
(Dhuhur; tergelincirnya matahari,
Ashar; bayangan benda sama panjang bendanya, Maghrib;
terbenamnya matahari, Isya‟; hilangnya mega merah atau cahaya
merah, dan Shubuh; terbitnya fajar).
Dengan demikian, menurut Qiyas pemberlakuan metode
hisab dalam rangka penentuan awal bulan Qamariah dapat dibenarkan
dengan ketentuan-ketentuan tertentu sebagaimana pemberlakuan
metode hisab dalam penentuan awal waktu shalat di samping
menggunakan cara pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam.
C. Metode-Metode yang Digunakan dalam Menentukan Awal Bulan
Qamariah
Sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya, bahwa terdapat dasar
hukum dalam penentuan awal bulan Qamariah baik yang tercantum dalam al-
Qur‟an ataupun al-Hadits. Dari pedoman tersebut secara garis besar terdapat
tiga macam cara dalam penentuan awal bulan Qamariah khususnya yang
terkait dengan masalah ibadah, diantaranya yaitu:
58
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat, Jakarta: Gema Inani Press, 1996, hlm.87
1. Cara pertama, Ru‟yat
Ru‟yat berasal dari bahasa Arab yaitu ية ؤرأى، يرى ، ر yang artinya
„melihat‟ secara sederhana ru‟yat berarti melihat, mengamati, dan
mengobservasi, artinya melihat dengan kepala.59
Ru‟yat adalah aktivitas mengamati visibiltas60
hilal setelah
terjadinya ijtima‟ (konjungsi). Adapun yang dimaksud disini adalah ru‟yat
al-hilal yaitu penentuan hilal dengan mata telanjang atau dengan
menggunakan alat yang dilakukan setiap akhir bulan atau setiap tanggal 29
bulan Qamariah pada saat matahari terbenam.61
Madzhab ru‟yat mempunyai pedoman sendiri yaitu dengan
berpedoman pada al-Qur‟an surat al-Baqoroh: dan berbagai hadits yang
menyatakan bahwa penentuan awal bulan Qamariah dilakukan dengan
ru‟yat, salah satu diantaranya:
ثنا ابو بد اهلل حممد : قاال , ابو زك يا بن ا إسحا ؽ املزكي,أخربنا ابو بد اهلل الافظ ن بد اا بن دينار , انبا إمسا ل بن ج , ثنا يي, ثنا ج بن حممد, بن ي قوب
ااشه س ش ا ة :قال رسول اا ص ى اا س : أن مس ابن م قال
59
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2008, hlm. 183 60
Visibilitas hilal merupakan istilah inggris yang berarti kemungkinan hilal
terlihat, selain memperhitungkan wujudnya hilal di atas ufuk, pelaku hisab juga
memperhatikan fator-faktor lain yang memungkinkan terlihatnya hilal. Lihat Susiknan
Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, hlm.79. 61
Lihat di kumpulan seminar Lajnah Falakiyah, 1994, hlm.22
62.اقدر ا ا ؼال و وا ح ال ا ح إال ا يغ ف غ
(ر ا س ىف اا ح ح ن يي بن يي)
Artinya :”Mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al-Hafidz, dan Abu
Zakaria bin Abi Ishaq al-Muzakki, mereka berkata : bercerita
kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Ya‟kub, bercerita
kepada kami, Ja‟far bin Muhammad, bercerita kepada kami
Yahya, Ismail bin Ja‟far memberitakan, dari Abdullah bin Dinar
sesungguhnya Ibnu Umar berkata : bersabda Rasulullah SAW :
bulan itu 29 malam, janganlah kalian berpuasa hingga melihat
hilal, dan janganlah kalian berbuka hingga melihat hilal, kecuali
jika awan menutupi (mendung), maka sempurnakanlah 30 hari”.
(HR. Muslim, hadits Shahih dari Yahya bin Yahya).
Ru‟yat terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
a. Ru‟yat bi al-Qalbi
Yaitu ru‟yat yang hanya diperkirakan bahwa hilal sudah bisa
terlihat. Ru‟yat seperti ini tidak banyak diikuti, karena tidak ada bukti
yang nyata dan ditakutkan akan menyesatkan.
b. Ru‟yat bi al-Fi‟li
Ru‟yat bi al-fi‟li adalah usaha melihat hilal dengan mata
telanjang dan dilakukan secara langsung yang dilakukan setiap akhir
bulan tanggal 29 bulan Qamariah pada saat matahari tenggelam. Apabila
hilal berhasil dilihat, maka sejak malam itu sudah dihitung tanggal satu
bulan baru. Tetapi jika tidak berhasil diru‟yat maka malam dan keesokan
harinya masih merupakan bulan yang sedang berjalan, sehingga umur
bulan tersebut digenapkan 30 hari (Istikmal).63
62
Muhammad Abdul Qadir „Athab, Sunan al-Kubra (Li al-Imam Abi Bakar
Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi), Libanon : Daar al-Kutub al-Ilmiah, juz 4, hlm.
345. 63
Depag RI, Ephemeris Hisab Rukyat 2004,Jakarta, Ditpenpera,2004, hlm. 37.
Ru‟yat bi al- fi‟li menjadi sistem penentuan awal bulan
Qamariah yang diterapkan pada zaman Nabi, para sahabat, tabi‟in dan
tabi‟ al-tabi‟in. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ru‟yat
tersebut masih digunakan dalam menentukan awal bulan Ramadlan,
Syawwal dan Dzul Hijjah. Namun sistem ini tidak dapat dijadikan dalam
pembuatan kalender.
Sebelum berkembangnya ilmu astronomi, ru‟yat yang
diinterpretasikan dari hadits Rasulullah yaitu ru‟yat yang dilakukan
secara visual. Padahal jika dilihat di era sekarang banyak sekali problem
yang menghambat pengamatan hilal secara visual, diantaranya: Pertama,
kondisi cuaca seperti mendung; kedua, ketinggian hilal dan matahari;
ketiga, jarak antara bulan dan matahari (jika hilal terlalu dekat, meskipun
matahari telah tenggelam, berkas sinarnya masih menyilaukan sehingga
hilal tidak akan tampak); keempat, kondisi atmosfir Bumi seperti akibat
polusi udara, kabut dan sebagainya); kelima, kualitas mata pengamat.64
Perbedaan di kalangan ulama fiqh terkait masalah
pemberlakuan ru‟yat apakah hanya untuk satu wilayah atau seluruh
dunia. Dalam hal ini, jumhur fuqoha‟ menyatakan bahwa ru‟yat di suatu
negara berlaku untuk di negara-negara Islam lainya (bersifat global).
64
Depag RI, Ibid, hlm. 87
Menurut madzhab Syafi‟i65
, terdapat lima pendapat tentang
jarak ke garis batas mathla‟ dari lokasi ru‟yat al-hilal, yaitu: Pertama,
pemberlakuan hasil ru‟yat hanya sejauh jarak dimana qoshar shalat
diijinkan yakni sekitar 80 km; Kedua, pemberlakuan hasil ru‟yat sejauh
8° bujur; Ketiga, wilayat al-hukmi sebagaimana yang berlaku di
Indonesia jika di suatu wilayah ru‟yat berhasil, maka berlaku di seluruh
Indonesia; Keempat, pemberlakuan hasil ru‟yat sejauh 24 farsakh (133
km); Kelima, pemberlakuan hasil ru‟yat al-hilal sampai suatu daerah
dimana hilal masih memungkinkan untuk diru‟yat.
Sedangkan menurut Imam as-Sarkhosi, hasil ru‟yat berlaku
juga bagi daerah yang jauh, jika daerah yang jauh tersebut
memungkinkan untuk ru‟yat dalam arti keadaan hilal di daerah yang jauh
tidak berada di bawah ufuk. Secara astronomi, pendapat tersebut dapat
dibenarkan.
Mengenai kriteria visibilitas hilal masih terjadi perselisihan,
yakni belum ada kesepakatan secara global tentang kriteria yang harus
digunakan dalam mengontrol hasil ru‟yat.66
Karena kriteria visibilitas
hilal cukup rumit dan tidak ditemukanya zona yang pasti.
Indonesia sebagai anggota MABIMS, menggunakan kriteria
imkan al-ru‟yat “ bahwa tinggi hilal terendah adalah 2 derajat di atas
65
Shoifiyulloh, Al-Muhtaj (Seputar Awal Bulan Hijriyah Edisi Baru
Dilengkapi Perhitungan Gerhana Bulan), cet 2, Malang: Pondok Pesantren Miftahul
Huda, 2006, hlm.18 66
Shofiyullah, Ibid, hlm.12
ufuq mar‟i”. Tetapi ketetapan ini sangat sulit diterima para astronom
internasional. Kriteria yang disepakati MABIMS merupakan tinggi hilal
minimum tiga derajat dan umur bulan saat Matahari terbenam minimal
delapan jam.67
2. Cara kedua, Istikmal
Cara ini dilakukan ketika hilal tidak behasil untuk dilihat, tidak
pandang cuaca cerah maupun mendung. Istikmal dilakukan dengan
menyempurnakan jumlah hari Sya‟ban atau Ramadlan menjadi 30 hari.
Seperti halnya ru‟yat, penentuan awal bulan dengan istikmal juga
mempunyai dasar. Salah satu hadits yang dapat dijadikan pedoman yaitu:
ثنا حممد بن زياد قال ثنا بة حدن قال اانيب ص ى : مس ابا ه ي ة رضي اهلل ن يقول : حدثنا آد حدنف , صو وا ا ؤيت اف ا ا ؤيت )- : قال ابو ااقاس ص ى اهلل س : ا قال – اهلل س
68.(فاكم وا دنة با ث ث غيب
Artinya :”Bercerita kepada kami Adam, bercerita kepada kami
Muhammad bin Ziyad, ia berkata : aku mendengar Abu
Hurairah RA berkata : bersabda Nabi SAW : “berpuasalah
kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena
melihat hilal,, dan apabila mendung maka sempurnakanlah
bulan Sya‟ban menjadi 30 hari”. (HR. Al-Bukhari).
Cara ini hanya fokus pada tiga bulan yaitu bulan Ramadlan untuk
penentuan awal puasa, Syawwal untuk menetapkan hari raya idul fitri dan
Dzul Hijjah untuk menetapkan idul Adha.
67
Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat: Wacana untuk Membangun
Kebersamaan di Tengah Perbedaan), Yogyakarta:Pustaka Pelajar, cet.I, Mei 2007,
hlm.158. 68
Susiknan Azhari, Ibid.
3. Cara ketiga, Hisab
Metode hisab merupakan penentuan awal bulan Qamariah yang
didasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi matahari.
Metode hisab tersebut dapat menentukan awal bulan jauh sebelumnya,
sebab tidak tergantung pada terlihatnya hilal pada saat matahari terbenam
walaupun metode ini diperselisihkan kebolehan penggunaanya dalam
menentukan awal bulan yang ada kaitanya dengan pelaksanaan ibadah
(awal bulan Ramadlan, Syawwal, dan Dzul Hijjah), namun metode ini
mutlak diperlukan dalam menetapkan awal-awal bulan untuk kepentingan
penyusunan kalender.
Dari ketiga metode penentuan awal bulan Qamariah di atas juga
masih terdapat perbedaan dalam memahami konsep permulaan hari dalam
bulan baru. Di sinilah kemudian muncul berbagai aliran mengenai
penentuan awal bulan yang pada dasarnya berpangkal pada pedoman
ijtima, dan posisi hilal di atas ufuk.69
Menurut ahli ru‟yat, dalam sistem penanggalan hijriah
(penentuan awal bulan) adalah posisi hilal berada di atas ufuk pada saat
matahari terbenam dan dapat diru‟yat sedangkan menurut ahli hisab, awal
bulan cukup ditandai dengan keberadaan hilal di atas ufuk pada saat
matahari terbenam. Adapun ahli astronomi menyatakan awal bulan
69
Ijtima‟ adalah berkumpulnya matahari dan bulan dalam satu bujur astronomi
yang sama. Ijtima‟ di sebut juga dengan konjungsi ,pangkreman, iqtiraan. Sedangkan
yang di maksud ufuk adalah lingkaran besar yang membagi bola langit menjadi dua
bagian yang besarnya sama. Ufuk di sebut juga horizon, kaki langit, cakrawala, batas
pandang
ditandai dengan terjadinya konjungsi atau ijtima‟ al-hilal (matahari dan
bulan berada pada garis bujur yang sama).
a) Konsep ijtima‟
Golongan yang berpedoman pada ijtima‟ dapat dibedakan
menjadi beberapa golongan yaitu:
a. Ijtima‟ qobla al-ghurub yaitu apabila ijtima‟ terjadi sebelum
matahari terbenam maka pada malam harinya sudah dianggap
sebagai bulan baru.
b. Ijtima‟ qobla al-fajri yaitu apabila ijtima‟ terjadi sebelum terbit
fajar maka pada malam itu sudah dianggap sudah masuk awal
bulan baru.
c. Ijtima‟ qabla al-zawal yaitu apabila ijtima‟ terjadi sebelum zawal
maka hari itu sudah memasuki awal bulan baru.
Namun dari golongan-golongan tersebut yang masih
dipegang oleh ulama adalah ijtima‟ qobla al-ghurub dan ijtima‟ qobla
al-fajri. Sedangkan golongan yang lain tidak banyak di kenal secara
luas oleh masyarakat.70
b) Konsep posisi al-hilal
Adapun kriteria posisi hilal yang dijadikan sebagai penentu
masuknya awal bulan Qamariah adalah apabila perhitungan hilal sudah
70
Nouruz Zaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hlm. 195.
memenuhi kriteria sebagai penentu awal bulan (tidak
memperhitungkan apakah hilal dapat dilihat atau tidak).
Golongan yang berpedoman pada posisi hilal di atas ufuk
dibedakan menjadi:
a. Golongan yang berpedoman pada posisi hilal di atas ufuk haqiqi
yaitu ufuk yang berjarak 90 derajat dari titik zenit (lingkaran bola
langit yang bidangnya melalui titik pusat Bumi dan tegak lurus
pada garis vertikal peninjau.71
Menurut pendapat ini, bahwa apabila
pada saat matahari terbenam (setelah terjadinya ijtima‟), posisi hilal
sudah berada di atas ufuk haqiqi.72
b. Golongan yang berpedoman pada posisi hilal di atas ufuk mar‟i
yaitu ufuk haqiqi dengan koreksi seperti kerendahan ufuk73
,
refraksi74
, semi diameter75
, dan parallax76
.
c. Imkan al-ru‟yat yaitu masuknya awal bulan ditentukan berdasarkan
pengamatan langsung terhadap hilal atau berdasarkan penampakan
71
Marsito. Kosmografi Ilmu Bintang-Bintang, Djakarta: Pembangunan, 1960,
hlm. 13. Posisi hilal pada ufuk adalah posisi titik pusat bulan pada ufuk haqiqi. Lihat
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Lazuardi, 2001, hlm.
32. 72
Penentuan awal bulan Qamariah dilakukan dengan menentukan ketinggian
(haqiqi) titik pusat bulan yang diukur dari ufuk haqiqi. Lihat Ichtijanto. Almanak
Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981,
hlm. 148. 73
Untuk mencari kerendahan ufuk dapat di gunakan rumus 0o 1,76‟ di
kalikan dengan akar ketinggian tempat tersebut dari permukaan air laut. 74
Untuk mencari refraksi dapat digunakan rumus tinggi lihat – tinggi nyata. 75
Semi Diameter / jari-jari/ Nisful Qotr adalah titik pusat matahari / bulan
dengan piringan luarnya. Lihat dalam Tim Hisab Ditpenpera Depag RI, Op.Cit, hlm.
4. 76
Parallax/ ikhtilaf al-mandzor adalah sudut antara garis yang di tarik dari
benda langit ke titik pusat Bumi dan garis yang di tarik dari benda langit ke mata si
Pengamat. Lihat dalam Tim Hisab Ditpenpera Depag RI,Ephemeris Hisab Rukyat
2004, Jakarta, Ditpenpera, 2004, hlm. 5.
hilal (menetukan posisi ketinggian hilal pada saat terbenamnya
matahari, yang memungkinkan bisa dilihat).77
Di Indonesia terdapat beberapa golongan dalam menentukan awal
bulan Qamariah, diantaranya: NU, Muhammadiyah78
,PERSIS79
, Jama‟ah
Tarekat Naqsyabandiyah80
, an-Nadzir81
, HTI.
Konsep imkan al-ru‟yat merupakan konsep yang ditawarkan
pemerintah untuk menjembatani antara madzhab hisab dan madzhab ru‟yat.
Ketetapan ini pada dasarnya merupakan titik temu yang paling baik
meskipun kriteria di Indonesia lebih rendah dari kriteria Internasional.
Kriteria ini juga dibuat dari perpaduan data ru‟yat dan data hisab.
Ormas-ormas yang menerima kriteria MABIMS yaitu NU dan
Persis, sedangkan untuk Muhammadiyah mempunyai konsep sendiri yaitu
77
Ichtijanto. Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan
Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 149. 78
Pada mulanya konsep yang digunakan Muhammadiyah adalah hisab haqiqi
dengan kriteria imkan al-ru‟yat, kemudian hisab haqiqi dengan konsep ijtima‟ qabla al-
ghurub Akan tetapi pada tahun 1938 M/1357 H organisasi ini menggunakan konsep wujud
al-hilal sebagai jalan tengah antara hisab murni (hisab ijtima‟) dan ru‟yat murni, dan
konsep ini masih dijadikan pegangan hingga sekarang.
79 Persis merupakan salah satu ormas yang menggunakan hisab dalam penentuan
awal bulan Qamariah (Ramdlan, Syawwal, dan Dzul Hijjah). Pada awalnya mereka
menggunakan konsep yang sama dengan Muhammadiyah yaituk wujud al-hilal. Seiring
dengan perubahan pemahaman, pada tahun 1422 H/1423 H Persis mulai mengadopsi teori
imakan al-ru‟yat dalam menyusun kalender.
80 Jama‟ah tarekat Naqsyabandiyah terdiri atas beberapa aliran yang berdasarkan
syeikh Mursyid masing-masing, sebagaimana yang disampaikan pada seminar nasional
bahwa hanya aliran Pasar Baru Padanglah yang berbeda dalam penetapan awal Ramadlan
dan Syawwal. Aliran ini lebih menitikberatkan hisab urfi yang terdapat dalam almanak
guru mereka yaitu syeikh Abdul Munir.
81 An-Nadzir merupakan kelompok muslim yang memegang tiga konsep dalam
penentuan awal bulan Qamariah yaitu konsep hisab dengan angka 54 sebagai pedoman
perhitunganya, ru‟yat dengan mata hati, dan pengamatan fenomena alam seperti pasang
surut air laut, angin, hujan dan kilat
wujud al-hilal dengan berdasarkan bahwa hilal berada di atas ufuk, dan
tidak memandang berapa ketinggian hilalnya.
D. Macam-Macam Hisab Awal Bulan Qamariah
Macam-macam hisab yang muncul dan berkembang di kalangan
masyarakat Indonesia.
e. Hisab Urfi
Hisab urfi berarti sistem perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi Bumi dan
ditetapkan secara konvensional. Sistem ini mulai muncul dan
berkembang pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab
ra.82
Model hisab ini pula yang dianut oleh Sultan Agung
Anyokro Kusumo pada tahun 1663 M atau 1555 C (Caka) dalam
merumuskan penanggalan Jawa Islam, yakni perpaduan antara tahun
Hindu Jawa dengan kalender Hijriyah.83
Metode hisab ini menetapkan dalam satu daur (siklus)
terdiri dari 8 tahun yang sering disebut dengan Windu. Dari delapan
tahun tersebut ditetapkan ada tiga tahun yang berumur lebih panjang
(kabisat) atau dengan istilah lain disebut Wuntu yakni berumur 355
hari, yaitu tahun yang jatuh pada urutan tahun ke 2, 5, dan 8.
Sedangkan lima tahun sisanya disebut tahun basithah (Wustu) yang
82
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet II, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008, hlm. 79. 83
Lihat Badan Hisab dan Rukyat, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek
Pembinaan Badan Peradilan agama Islam, 1981, hlm. 45.
berumur lebih pendek yakni 354 hari. Kelima tahun tersebut ialah
tahun yang jatuh pada urutan tahun ke 1, 3, 4, 6, dan 7.84
Dalam metode ini juga ditetapkan bahwa umur bulan
untuk bulan ganjil selama 30 hari sedangkan umur bulan untuk bulan
genap selama 29 hari kecuali bulan Dzul Hijjah pada tahun kabisat.
Di samping itu, dalam metode ini juga menetapkan bahwa dalam
120 tahun akan terjadi perubahan kaidah penentuan hari dan pasaran
awal tahun.85
Perubahan penentuan hari dan pasaran awal tahun itu
terjadi karena setiap 120 tahun jumlah hari dalam hisab ini lebih satu
hari dan harus dikurangi satu hari untuk mendapatkan hari yang
sama dengan sistem hisab lain. Kelebihan jumlah hari itu salah
satunya menurut analisa penulis disebabkan karena pembulatan
dalam penetapan hari pada tahun-tahun sebelumnya.
Nama-nama tahun dalam hisab ini yaitu; Alif, Ehe, Jim
Awal, Ze, Dal, Be, Wawu, dan Jim Akhir. Sedangkan nama-nama
bulannya ialah sebagai berikut; Suro, Sapar, Mulud, Bakdomulud,
Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal,
Dulkangidah dan Besar.86
84
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta:
Buana Pustaka, cet. I, 2004, hlm. 117. 85
Sayful Mujab, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2007,
hlm. 6. 86
Muhyiddin Khazin, Op. Cit. hlm. 118-119.
f. Hisab Istilahi
Hisab Istilahi adalah metode perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi Bumi. Dalam
metode hisab ini ditetapkan bahwa satu siklus ialah tiga puluh tahun
yang dalam masa 30 tahun itu terdapat 11 tahun kabisat dan 19 tahun
basithah.87
Tahun-tahun kabisat tersebut yakni tahun-tahun yang
jumlah harinya lebih banyak (355 hari) dan jatuh pada urutan tahun
ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29.88
Pada tahun-tahun
tersebut umur bulan Dzul Hijjah lebih panjang satu hari dari pada
pada tahun-tahun yang lainnya. Sedangkan tahun-tahun yang jatuh
selain pada urutan tersebut disebut tahun basithah (354 hari).
g. Hisab Haqiqi bi al-taqrib
Hisab Haqiqi berarti hisab yang didasarkan pada
peredaran bulan dan Bumi yang sebenarnya. Menurut hisab ini umur
tiap bulan tidaklah konstan dan juga tidak beraturan, melainkan
tergantung posisi hilal pada setiap awal bulan. Artinya boleh jadi dua
bulan berturut-turut umurnya 29 atau 30 hari, bahkan boleh jadi
bergantian seperti dalam hisab urfi.89
Bi al-taqrib artinya mendekati, hal ini dikarenakan data-
data yang diperoleh dalam sistem hisab ini masih bersifat perkiraan,
bukan data yang sebenarnya. Salah satu sumber data yang digunakan
87
Badan Hisab dan Rukyat, Op Cit, hlm. 43. 88
Ibid, hlm. 43. 89
Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 78.
dalam sistem hisab ini ialah data-data yang disusun oleh Ulugh Beik
As-Samarqand (w.1420 M).
Dalam sistem hisab ini data hasil perhitungan yang
diperoleh belum lengkap. Hasil yang biasanya muncul dari sistem
hisab ini hanyalah berkisar pada konjungsi (ijtima‟), ketinggian hilal
(irtifa al-hilal), lama hilal di atas ufuk (mukts al-hilal), dan cahaya
hilal (nur al-hilal). Hal ini belum bisa memberikan penjelasan yang
signifikan jika dipakai dalam pemandu ru‟yat. Ini disebabkan karena
jika hasil hisab ini digunakan sebagai pemandu ru‟yat maka
seseorang akan kesulitan menentukan posisi hilal saat matahari
terbenam karena dalam hasil perhitungan sistem ini belum
menyebutkan azimut hilal dan matahari, sehingga sangat
memungkinkan sekali terjadi salah arah.
Selain itu hasil irtifa‟ yang diperoleh juga belum
menunjukkan akurasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam
menghitung irtifa al-hilal sistem ini hanya dengan membagi antara
selisih antara waktu ijtima‟ (konjungsi) dengan waktu matahari
terbenam (ghurub) yang kemudian dibagi 2. Hal ini salah satunya
disebabkan oleh asumsi bahwa bulan bergerak mengelilingi Bumi
sejauh 12 derajat setiap harinya (24 jam), sehingga untuk
mendapatkan angka 12 tersebut cukup dengan membagi angka 24
dengan angka 2. Dengan demikian akan diperoleh angka 360 derajat
(angka maksimal yang dicapai bulan untuk mengelilingi Bumi)
setelah 30 hari bulan melakukan perjalanannya.
KH. Ghazali bin Mas‟ud, penulis kitab Kasyf al-Jilbab
menyebutkan bahwa untuk menentukan Irtifa al-hilal dapat
dilakukan dengan cara mengalikan bilangan al-Saa‟at min al-Ijtima‟
ila al-Ghurub dengan 30 menit.90
h. Hisab Haqiqi bi al-tahqiq
Sebagaimana pengertian di atas bahwa hisab haqiqi adalah
hisab yang didasarkan pada peredaran bulan dan Bumi yang
sebenarnya. Sedangkan arti bi al-tahqiq ialah dengan kenyataannya.
Maksudnya hisab haqiqi bi al-tahqiq ini ialah sistem hisab yang
didasarkan pada peredaran bulan dan Bumi sebenarnya dan data-data
yang digunakan ialah data-data tentang Bumi dan bulan yang
diperoleh dengan cara yang kontemporer sehingga menghasilkan
data yang mempunyai akurasi yang relatif lebih tinggi dari pada data
yang diperoleh sistem hisab haqiqi bi al-taqrib.
Hisab ini perhitungannya berdasarkan pada data-data yang
diolah dengan Spherical Trigonometri (Segitiga bola)91
bukan
seperti hisab haqiqi bi al-taqrib yang didasarkan pada data-data yang
diolah dengan sistem Geocentris.92
Dengan demikian menurut
penulis sangatlah wajar jika terdapat perbedaan tingkat akurasi hasil
perhitungan antara kedua sistem hisab tersebut.
90
Ghazali bin Mas‟ud, Kasyf al Jalbab, 1988. Hlm. 8. 91
Sayful Mujab, Op Cit, hlm. 9. 92
Ibid, hlm. 8.
Dalam sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq ini penentuan irtifa
al-hilal tidak seperti pada sistem hisab haqiqi bi al-taqrib yang
hanya membagi dua antara selisih waktu ijtima‟ dengan waktu
ghurub, akan tetapi dalam sistem hisab ini sudah memperhatikan tata
koordinat dimana lokasi ru‟yat al-hilal dilaksanakan, deklinasi93
,
sudut waktu94
, bahkan refraksi95
, kerendahan ufuk (dip)96
dan semi
diameter97
bulan.
Dalam sistem hisab ini juga telah disebutkan azimut bulan,
azimut matahari dan lain sebagainya sehingga sistem ini dapat
memberikan informasi yang lebih jelas dan terperinci tentang
keadaan suatu objek, dalam hal ini adalah hilal dalam suatu tempat
tertentu.
Kesimpulannya, dari beberapa metode hisab yang ada dan
berkembang dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hisab urfi dan
istilahi tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan awal bulan
Qamariah. Hal ini disebabkan hasil yang diperoleh dari kedua sistem
93
Deklinasi (Mail) adalah jarak benda langit sepanjang lingkaran yang
dihitung dari equator sampai benda langit tersebut. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus
Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm. 94
Sudut waktu ialah sudut pada titik kutub langit yang dibentuk oleh
perpotongan antara lingkaran meridian dengan lingkaran waktu yang melalui suatu
objek tertentu di bola langit. Lihat Susiknan Azhari, Op. Cit, hlm. 195. 95
Refraksi yaitu perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang dilihat
dengan tinggi sebenarnya diakibatkan karena adanya pembiasan sinar. Lihat Susiknan
Azhari, Ibid, hlm. 180. Lihat pula Muhyiddin Khazin, Op.Cit, hlm. 19. 96
Dip (kerendahan ufuk) adalah perbedaan kedudukan antara kaki langit
(horizon) sebenarnya (ufuq haqiqi) dengan kaki langit yang terlihat (ufuq mar‟i)
seorang pengamat. Lihat Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 58. 97
Semi diameter yaitu titik pusat matahari dengan piringan luarnya. Lihat
Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 191.
hisab ini ialah data perkiraan yang menetapkan jumlah hari dalam
satu bulan antara 29 dan 30 hari secara bergantian.
Sedangkan metode/ sistem hisab haqiqi bi al-taqrib dan
haqiqi bi al-tahqiq bisa dijadikan pedoman terhadap penentuan awal
bulan Qamariah dikarenakan kedua sistem hisab tersebut sudah
mendasarkan hasil perhitungnnya dengan data peredaran bulan
sebenarnya. Namun dalam sistem hisab haqiqi bi al-taqrib tingkat
akurasinya masih rendah karena tingkat akurasi data juga masih
tergolong rendah. Sedangkan dalam sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq
data-data yang diperoleh sudah menunjukkan akurasi tinggi sehingga
sangat memungkinkan untuk dijadikan pedoman dan bahan
informasi pelaksanaan ru‟yat al-hilal dalam rangka penentuan awal
bulan Qamariah khususnya dalam bulan-bulan yang mengandung
unsur ibadah seperti Ramadlan, Syawwal dan Dzul Hijjah.
E. Pandangan Ulama’ Terhadap Penentuan Awal Bulan Qamariah
Di Indonesia metode hisab dijadikan acuan dalam penentuan awal
bulan Qamariah yang kemudian dilakukan pembuktian melalui ru‟yat al-
hilal, namun ada sebuah golongan yang berpegang teguh dengan metode
hisab saja. Sehingga menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan awal
bulan Qamariah di Indonesia.
Seperti halnya hukum yang dikodifikasi ulama fiqh yang sering
kali terjadi perbedaan pendapat dalam penetapan hukum dengan masing-
masing argumen yang mereka bangun. Begitu juga dengan penetapan
hukum tentang metode hisab yang digunakan dalam penentuan awal bulan
Qamariah.
Ada ulama fiqih yang tidak memperbolehkan penetapan awal
bulan Qamariah dengan ilmu hisab sebagaimana pendapat Imam Hanafi,
Imam Syafi‟i, mayoritas ulama‟ salaf dan khalaf.98
Sedangkan ulama
yang memperbolehkan hisab diantaranya adalah Muthorif bin Abdullah
(tokoh terkemuka tabi‟in), Ibnu Suraij, Ibnu Qutaibah dan sebagian ulama
mutaakhirin (zaman sekarang).
Perbedaan ini disebabkan cara pandang terhadap kutipan hadits
Ibnu Umar. Argumentasi fuqoha‟ yang tidak memperbolehkan penetapan
awal bulan Qamariah yang terkait dengan waktu ibadah dengan hisab
karena menganggap bahwa hadits tersebut sifatnya masih global, dan
ditakhsis dengan hadits yang diriwayatkan Bukhori :
ا دة ث ث اصو وا ا ؤيت أف ا ا ؤيت ف غ فأ كم وا
Artinya: “Berpuasalah kamu semua karena terlihatnya hilal (Ramadlan)
dan berbukalah kamu semua (berhari raya idul fitri) karena
terlihatnya hilal (Syawwal), jika ia tertutup bagimu maka
sempurnakanlah 30 hari”. (HR. Bukhori)
Imam Nawawi dan fuqoha‟ yang lain juga berpendapat demikian,
dengan alasan ketidakmampuan menghitung pada zaman Nabi sehingga
menjadi suatu kesulitan bagi mereka.
98
Shofiyullah, Almuhtaj (Seputar Awal bulan Hijriah Edisi Baru dilengkapi
Perhitungan Gerhana Bulan,), Malang: Ponpes Miftahul Huda, cet.II, Juli 2007, hlm.21.
Sedangkan fuqoha‟ yang memperbolehkan penetapan awal bulan
Qamariah dengan hisab yaitu karena memang diperuntukkan bagi mereka
yang bisa dan mengetahui ilmu falak, sedangkan لعدة ثال ثينافأ كملوا
ditujukan untuk orang awam (bagi mereka yang tidak bisa ilmu hisab).99
Seiring dengan perkembangan zaman, kasus perbedaan penetapan
awal bulan Qamariah sebenarnya berdasarkan khithab pada waktu itu yaitu
disesuaikan dengan perbedaan situasi dan kondisi. Sehingga fatwa
(hukum) akan berubah seiring perubahan zaman dan keadaan.
Menurut Ibnu Suraij mengutip pendapat imam Syafi‟i bahwa
orang-orang yang mengikuti madzhabnya itu mengambil pedoman dengan
bintang-bintang dan kedudukan bulan, kemudian jelas baginya bahwa hilal
terlihat, tetapi tertutup awan maka orang tersebut boleh menjalankan puasa
dan hal itu sudah dianggap cukup.100
Ada juga kelompok Rowafidh yang menyatakan jika hilal tidak
dapat dilihat dengan mata maka hal ini hendaknya dikembalikan kepada
ahlinya (ahli perbintangan). Begitu juga dengan pendapat Ibnu Syakir hasil
hisab yang cermat dan dapat dipercaya, hendaknya diterima dan diamalkan
oleh semua anggota masyarakat secara umum. Hal ini didukung karena
pada zaman syeikh Syakir, ilmu falak mengalami kemajuan yang pesat
99
Ibid, hlm.22 100
Lihat Bidayatul Mujtahid, juz I, hlm,.243
seperti yang terjadi zaman sekarang (pendapat ini lebih dari setengah abad
1939 M).101
Pendapat Imam al-Ramli dan al-Khatib asy-Syarbani menyatakan
bahwa jika hisab bertentangan dengan ru‟yat maka hisab tersebut tidak
bisa diterima, sedangkan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Tuhfatul
Muhtaj menjelaskan hasil ru‟yat dapat ditolak apabila didasarkan adanya
kesamaan hasil perhitungan seluruh ahli hisab.102
Yusuf Qordhawi menganjurkan untuk menggunakan hisab yang
mendatangkan kepastian, minimal dalam hal penafian bukan dalam hal
pengukuhan.103
Yakni dalam penentuannya tetap menggunakan ru‟yat,
akan tetapi jika hasil perhitungan menunjukkan bahwa hilal sama sekali
belum wujud maka kesaksian terhadap ru‟yat harus ditolak. Pendapat ini
serupa dengan pendapat Imam Taqiyyuddin al-Subkiy.
Dari pendapat-pendapat di atas, sangat jelas bahwa pada dasarnya
ru‟yat dan hisab sama-sama penting. Sehingga hisab dan ru‟yat harusnya
saling melengkapi, sebagian besar masyarakat di Indonesia memadukan
diantara keduanya. Sebagaimana pendapat yang ditawarkan fuqoha‟ yang
mewajibkan menggunakan hisab dan ru‟yat, dengan cara ru‟yat dikontrol
dengan hisab atau dalam Jawa hisab dijadikan ancer-ancer.
101
Shofiyullah, op.cit, hlm.35, lihat Awail asy-Syuhur al-Arabiyah, hlm.717. 102
Ahmad Yazid Fattah, Hisab dan Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan
Hijriah, Disampaikan pada seminar di Bululawang 9 Agustus 2009. 103
Shofiyullah, op.cit, hlm.38.
Jika menurut hisab hilal tidak mungkin dapat diru‟yat, maka
ru‟yat tersebut dapat ditolak seperti pendapat Imam al-Subki, hal
inilah yang dilakukan pemerintah Indonesia. Berbeda dengan imam
Ibnu Hajar, jika terjadi perbedaan antara hisab dan ru‟yat maka yang
dikedapankan adalah hisab.
BAB III
Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
A. Gambaran Umum tentang Kitab Kasyf al-Jilbab
1. Biografi Sosial KH. Ghazali.
a. Riwayat Hidup
KH. Ghazali mempunyai nama lengkap yaitu KH.
Ghazali bin Mas‟ud bin Irsyad bin Syarif. Ia dilahirkan dari pasangan
KH. Mas‟ud dan Nyai Hj. Muthmainnah pada tahun 1921 M di desa
Gandrirojo Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang Jawa Tengah.
Semasa mudanya beliau sempat nyantri di berbagai
pondok pesantren, yaitu;
1. Pondok Pesantren Kasingan Rembang Jawa Tengah yang saat itu
diasuh oleh KH. Musthofa. Beliau adalah kakek KH. Musthofa
Bisyri (Gus Mus).
2. Pondok Pesantren Ma‟had Ilmi al-Syar‟i (MIS) yang dulu
bernama Pondok Pesantren al-Muttahidah di Sarang Rembang
Jawa Tengah di bawah bimbingan KH. Imam.
3. Pondok Pesantren Darul Qur‟an Kediri Jawa Timur di bawah
bimbingan seorang ulama ahli falak yaitu KH. Yunus. Di sinilah
KH. Ghazali memperdalam pengetahuan tentang ilmu falak.
4. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur yang pada saat
itu diasuh oleh Khadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy‟ari.104
Sepulang dari perantauannya dalam menuntut ilmu beliau
pulang ke desa Gandrirojo tempat beliau dilahirkan. Selain itu desa
Gandrirojo pada saat itu merupakan desa tempat berlindung para Kyai
Sedan, Pamotan, Lasem, Kajen dan lain-lain dari kejaran Belanda
yang pada waktu itu berbasis di Pamotan dan Lasem saat melancarkan
serangan Agresi Militernya. Para Kyai tersebut akhirnya mendirikan
sebuah madrasah yang kemudian pada tahun 1949 mengangkat KH.
Ghazali yang pada saat itu masih jejaka sebagai Mufattisy (sekarang
kepala sekolah).105
Pengangkatan itu dinilai oleh para Kyai sebagai langkah
yang tepat karena para Kyai tersebut menilai sosok Ghazali muda
adalah sosok pemuda yang berilmu lengkap. Anggapan para Kyai
tersebut tentu bukanlah hal yang mengada-ada ataupun hal yang
berlebihan, namun benar adanya. Selain menguasai ilmu alat, anak
KH. Mas‟ud ini juga sangat fasih dalam berbagai bidang keilmuan
antara lain, Balaghah, Faro‟idl, Fiqh, Hadits, Tasawwuf dan tentunya
ilmu Falak.106
Setelah kurang lebih lima tahun menjabat sebagai
Mufattisy akhirnya Ghazali memutuskan untuk menikahi Aminah,
104
Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Kholiq, Putra KH. Ghazali di
Karang Asem Sedan Rembang pada tanggal 30 Desember 2011. 105
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Murid angkatan
pertama KH. Ghazali di Gandrirojo Sedan Rembang pada tanggal 10 Januari 2012. 106
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Ibid.
seorang gadis dari desa Karangasem kec. Sedan. Setelah pernikahan
tersebut berjalan kurang lebih 2 tahun, sang istri merasa tidak kerasan
tinggal di Gandrirojo dan meminta untuk pindah ke Karangasem.
Sebagai bentuk Mu‟asyarah bi al-Ma‟ruf seorang suami terhadap
istri, akhirnya KH. Ghazali pun menuruti permintaan istrinya untuk
pindah ke desa Karangasem.107
Sepindahnya KH. Ghazali dari Gandrirojo ke
Karangasem tidak membuat semangat juang beliau mengendur, beliau
tetap menunaikan tugasnya sebagai seorang guru. Tugas mengajar itu
dibajak dari Karangasem ke Gandrirojo setiap Selasa dan Jumat.108
Selama pernikahannya dengan Nyai Hj. Aminah KH.
Ghazali dikaruniai tiga orang anak yaitu;
1. Abdul Kholiq (berdomisili di desa Karangasem Kec Sedan)
2. Abdul Jalil (berdomisili di desa Karangasem Kec Sedan)
3. Nur Qo‟id (berdomisili di desa Karangasem Kec Sedan).109
Selain itu, pria yang sewaktu nyantri di Jombang terkenal
jadog ini merupakan sosok pria yang tidak mau menampakkan diri di
kalangan masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu
tentang beliau, yang mereka ketahui hanyalah KH. Ghazali itu sosok
ulama yang sangat alim. Bahkan satu hal yang sering dipesankan
kepada santrinya ialah Idfin Nafsaka Fi al Naas (Kuburlah dirimu
107
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Ibid 108
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Ibid, Juga Hasil
wawancara dengan Bapak Abdul Kholiq, Op Cit. 109
Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Kholiq, Op Cit.
dalam manusia) yang berarti janganlah suka menampakkan diri di
hadapan manusia.110
Beliau wafat pada hari Kamis Pahing, 09 Dzul Hijjah
1417 H/ 17 April 1997 M dalam usia 76 tahun.
b. Karya KH. Ghazali.
KH. Ghazali semasa hidup tergolong orang yang
produktif dalam hal melahirkan karya tulis, namun karya-karya beliau
tidak dipublikasikan seperti halnya penulis-penulis yang lain. Karya-
karya beliau cukup ditulis dalam sebuah risalah yang kemudian beliau
ajarkan kepada santri-santrinya. Beliau menyampaikan apa yang
beliau tulis dan mempersilakan bagi para santrinya yang ingin
menggandakan (memfoto kopi).
Bahkan perhatian ahli waris terhadap karya-karya beliau
pun agak kurang, hal ini terbukti dengan banyaknya karya-karya yang
penulis jumpai yang rusak, ada yang karena kehujanan, ada pula yang
dimakan rayap. Selain itu khusus untuk kitab ini ahli warisnya pun
tidak punya kitab aslinya. Justru penulis memperoleh kitab ini dari
murid beliau yang belajar langsung kepada beliau dan diizinkan untuk
menggandakannya.
110
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Op. Cit
Di antara karya KH. Ghazali adalah
1. Risalah Kasyf al-Jilbab
Nama lengkap kitab yang disusun KH. Ghazali adalah
Kasyf al-Jilbab fi al Ijtima‟ bi Aqshar al Hisab ala Thariqati al Syekh
Yunus bin Abdullah al Kediri. Kitab ini disusun oleh beliau pada hari
Rabu Kliwon, 5 Sya‟ban 1408 H. yang bertepatan dengan tanggal 23
Maret 1988.111
Adapun data yang digunakan dalam kitab tersebut
merujuk pada kitab Risalah al-Qamarain fi Ijtima al-Nayyirain karya
Syekh Yunus bin Abdullah Kediri sebagaimana pengakuan pengarang
dalam Mukaddimah kitab ini.
Kitab ini memuat beberapa pokok pembahasan, dimulai
dengan mukaddimah, kemudian langkah-langkah menghitung ijtima
yang kemudan dilengkapi juga dengan table data sebagai bahan
perhitungan. Selain itu, pada bagian terakhir kitab ini dibahas secara
singkat tentang tata cara mengetahui dan menghitung hari pada bulan-
bulan tertentu.
2. Bulugh al-Wathor fi al-„Amal bi al-Qamar
Kitab ini membahas metode yang digunakan untuk
mengetahui thul al-qamar, mengetahui terbit dan tenggelamnya,
mengetahui lama hilal di atas ufuk, posisi hilal, cahaya hilal, sifat
hilal dan kemungkinan merukyahnya yang diambil dari kitab al-
Mathla‟ al-Sa‟id.
111
Abu abdul Kholiq Ghazali bin Mas‟ud, Kasyf al Jilbab fi al Ijtima‟ bi
Aqshar al Hisab ala Thariqati al Syekh Yunus bin Abdullah al Kediri.
3. Risalah fi al-„Amal bi al-Rub‟i al-Mujayyab,
Risalah ini berisikan penjelasan mngenai pola kerja rubu‟
mujayyab dalam penentuan jam dan waktu yang sesuai dengan al-
sa‟ah al-zawaliyah. Rislah ini terdiri dari 13 (tiga belas) bab ditambah
pendahuluan dan penutup.
4. Nafisat al-Ashfad
Buku ini berisi tentang wirid-wirid dan hizib-hizib yang
diamalkan oleh KH. Ghazali dan sampai sekarang masih digunakan
dan diamalkan oleh ahli warisnya, baik secara individu maupun
jamaah.
B. Metode Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
Data Tahun Majmu’ah
Tahun Allamah Hissoh Khossoh Markaz
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
1370 5 13 43 6 24 39 4 24 7 3 10 4
1400 3 13 58 2 26 3 2 18 49 4 18 4
1430 2 14 13 10 27 27 - 12 46 5 26 4 Data Tahun Majmu‟ah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
Data Tahun Mabsutoh
Tahun Allamah Hissoh Khossoh Markaz
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
1 4 8 49 - 8 3 10 9 48 11 19 16
2 1 17 37 - 16 6 8 19 36 11 8 32
3 6 2 26 - 24 8 6 29 24 10 27 48
4 3 11 14 1 2 11 5 9 12 10 17 4
5 7 20 3 1 10 14 3 19 - 10 6 20
6 5 4 51 1 18 17 1 28 47 9 25 36
7 2 13 40 1 26 20 0 8 35 9 14 52
8 6 22 28 2 4 22 10 18 23 9 4 8
9 4 7 17 2 12 25 8 28 11 8 23 24
10 1 16 5 2 20 28 7 7 59 8 12 40 Data Tahun Mabsuthah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
Data Bulan
Bulan Allamah Hissoh Khossoh Markaz
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
Muharrom 1 12 44 1 - 40 - 25 39 - 29 6
Shofar 3 1 28 2 1 20 1 21 38 1 28 13
R. Awal 4 14 12 3 2 1 2 17 27 2 27 19
R. Akhir 6 2 56 4 2 41 3 13 16 3 26 25
J. Awal - 15 40 5 3 21 4 9 5 4 25 32
J. Akhir 2 4 24 6 4 1 5 4 54 5 24 38
Rajab 3 17 8 7 4 42 6 - 43 6 23 44
Sya‟ban 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51
Ramadhan 6 18 36 9 6 2 7 22 21 8 21 57
Syawwal 1 7 20 10 6 42 8 18 10 9 21 3
Dzul Qa‟dah 2 20 4 11 7 23 9 13 59 10 20 10
Dzul Hijjah 4 8 49 0 8 3 10 9 48 11 19 16 Data Bulan dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
Dalam menghitung awal bulan Qamariah, kitab Kasyf al-Jilbab
menggunakan metode hisab haqiqi bi al-taqrib. Hal ini ditunjukkan dengan
tidak adanya koreksi-koreksi seperti kerendahan ufuk (dip), refraksi, dan lain
sebagainya yang digunakan dalam metode hisab haqiqi bi al-tahqiq..
Cara untuk menghitung awal bulan Qamariah dalam kitab ini
dapat dilalui dengan beberapa langkah sebagai berikut
1. Mengambil انمركز , انخاصة, انحصة, انعالمةحركات dari tabel
(tahun satuan) انمبسىطة dan (tahun puluhan) جذوال انسىيه انعربيةانمجمىعة
jika ada, atau tahun puluhan (انمجمىعة) saja dengan tahun dan bulan
yang dicari kemudian dijumlahkan sesuai tingkatannya. Hasil
penjumlahan itulah yang kemudian kita namakan dengan
;Contoh .انحركات انمطهمات
Mengetahui ijtima‟ akhir Ramadlan 1432 H.
مركز خاصة حصة عالمة
لة جة ج لة جة ج لة جة ج لة عة و
1430 02 14 13 10 27 27 00 12 46 05 26 04
2 01 17 37 00 16 06 08 19 36 11 08 32
1432 04 08 50 11 13 33 09 02 22 05 04 36
57 21 08 21 22 07 02 06 09 36 18 06 رمضان
33 26 01 43 24 04 35 19 08 26 03 4 انحركات انمطهمات
2. Mengambil تعذيم االول dari jadwal (tabel) sesuai data انخاصة yang telah
dijumlahkan kemudian mengambil تعذيم انثاوي dari tabel انمركز yang
telah dijumlahkan. Kemudian kedua ta‟dil itu dijumlahkan. Hasil dari
penjumlahan itu disebut dengan انبعذ انمطهك. Contoh;
: انخاصة انحاصهة بعذ انجمع
:انمركز انحاصهة بعذ انجمع
187 :تعذيم انخاصة / تعذيم االول
+343 :تعذيم انمركز / تعذيم انثاوي
530 :انبعذ انمطهك
3. Mengambil حصة انساعة dalam tabel sesuai nilai انخاصة kemudian
dikalikan dengan انبعذ انمطهك. Setelah kita kalikan maka hasilnya kita
ambil empat angka dari kanan,maka sisa hasilnya tersebut dinamakan
dan empat angka yang kita potong tersebut kita ,ساعات تعذيم انعالمة
kalikan 60 (kaidah) dan hasilmya juga kita potong empat angka dari
kanan maka sisanya disebut تعذيم انعالمة دلائك . Contoh;
04 24 43
01 26 33
180 :حصة انساعة
x 530 :انبعذ انمطهك
0000
540
900 +
عة 95400
60 x
00000
32400+
لة 324000
Dalam contoh ini dapat diketahui bahwa nilai تعذيم انعالمة دلائك ialah
9 عة لة 32
4. Mengurangi انعالمة انمطهمة dengan تعذيم انعالمة yang kemudian hasilnya
disebut انعالمة انمعذنة . Contoh;
: عالمة انمطهمة
:تعذيم انعالمة
:عالمة انمعذنة
Keterangan;
a. Kitab ini disusun dengan menggunakan koordinat 71 derajat 19
menit yang merupakan koordinat kota Rembang dari kota
Makkah. Dengan demikian jika hendak menghitung untuk
kota-kota yang berada di luar Rembang maka kita dapat
melakukannya dengan cara jam „allamah al-mu‟addalah
tersebut ditambah fadlutthulain (selisih bujur) antara Rembang
4 03 26
- 09 32
3 17 54
dengan termpat tersebut, dengan catatan jika tempat tersebut
berada di sebelah timur Rembang, jika tempat tersebut berada
di sebelah barat rembang maka fadlutthulain tersebut
dikurangkan jam „allamah al-mu‟addalah.
b. Jam yang terdapat dalam perhitungan ini dihitung mulai jam
ketika matahari tenggelam (ghurub) yakni jam 6 setelah
matahari tergelincir/ kulminasi atas (zawal)
5. Mengurangkan ساعات انعالمة انمعذنة dengan 24 jam (sehari semalam),
kemudian hasilnya kita sebut dengan ساعات مه االجتماع انى انغروب.
Contoh;
: ساعة
:ساعات انعالمة انمعذنة
:ساعات مه االجتماع انى انغروب
6. Kemudian hasil dari ساعات مه االجتماع انى انغروب dikalikan 30 menit
untuk menghasilkan tinggi hilal. Contoh;
:ساعات مه االجتماع انى انغروب
(بانجبر ) جه 3 له 03: ارتفاع انهالل
24
17 54
06 06
06 06
3
-
3
-
3’ 00”
X 30
3
7. Mengalikan tinggi hilal dengan 4 menit untuk mencari lama hilal di
atas ufuk setelah matahari terbenam ( دلائك مكث انهالل فىق االفك بعذ انغروب)
Contoh;
له 12 :مكث انهالل
8. Mengambil عرض انممر dari tabel sesuai nilai buruj انحصة untuk bagian
atas atau bawahnya dan juga derajat انحصة untuk nilai sebelah kanan
atau kiri. Kemudian pada pertemuan nilai keduanya itulah nilai عرض
Nilai dari .مكث انهالل kemudian jumlahkan dengan nilai ,انممر
penjumlahan ini disebut وىر انهالل (cahaya hilal) yang mana setiap 60
menit sama dengan satu jari. Contoh;
:عرض انممر
:دلائك مكث انهالل
:وىر انهالل
03 03
12
-
12
12’ 12”
X 4
52”
12‟
12’ 52”
C. Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
Perhitungan akhir Ramadhan 1432 H
مركز خاصة حصة عالمة
لة جة ج لة جة ج لة جة ج لة عة و
1430 02 14 13 10 27 27 00 12 46 05 26 04
2 01 17 37 00 16 06 08 19 36 11 08 32
1432 04 08 50 11 13 33 09 02 22 05 04 36
57 21 08 21 22 07 02 06 09 36 18 06 رمضان
33 26 01 43 24 04 35 19 08 26 03 4 انحركات انمطهمات
: انخاصة انحاصهة بعذ انجمع
:انمركز انحاصهة بعذ انجمع
187 :تعذيم انخاصة / تعذيم االول
+343 :تعذيم انمركز / تعذيم انثاوي
530 :انبعذ انمطهك
180 :حصة انساعة
x 530 :انبعذ انمطهك
0000
540
900 +
عة 95400
60 x
00000
32400+
لة 324000
04 24 43
01 26 33
Dalam hasil ini dapat diketahui bahwa nilai تعذيم انعالمة دلائك ialah 9
لة 32 عة
: عالمة انمطهمة
:تعذيم انعالمة
:عالمة انمعذنة
Dengan demikian Ijtima‟ terjadi pada hari Senin
: ساعة
:ساعات انعالمة انمعذنة
:ساعات مه االجتماع انى انغروب
Dengan demikian Ijtima‟ terjadi pada hari Senin 6 jam 6 menit
sebelum Ghurub yang berarti jam 11:54 WIB
:ساعات مه االجتماع انى انغروب
(بانجبر ) جه 3 له 03: ارتفاع انهالل
Dengan demikian ketinggian hilal pada saat ghurub ialah 3° 3’
:مكث انهالل
Lama hilal di atas ufuk 12 menit 12 detik sejak terbenam matahari
:عرض انممر
:دلائك مكث انهالل
:وىر انهالل
4 03 26
- 09 32
3 17 54
24
17 54
06 06
06 06
3
-
3
-
3’ 00”
X 30
3
03 03
12
-
12
12’ 12”
X 4
52”
12‟
12’ 52”
BAB IV
Analisis Terhadap Konsep Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab Kasyf
al-Jilbab
A. Perbedaan Kitab Kasyf al-Jilbab dengan Kitab Sullam al-Nayyirain, Fath
al-Ro’uf al Mannan dan Syamsul Hilal.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai
dengan peningkatan sumber daya manusia ternyata berdampak luas bagi
perkembangan ilmu hisab terutama di Indonesia. Dengan semakin
berkembangnya zaman manusiapun mulai berpikir cerdas dalam menanggapi
segala sesuatu, tidak terkecuali dalam bidang ilmu hisab. Sebagaimana yang
telah diketahui bahwa pada awal mulanya ilmu hisab ini hanyalah
berdasarkan kebiasaan atau yang sering disebut dengan hisab „urfi.
Banyak ulama yang mulai mencurahkan perhatiannya terhadap
perkembangan ilmu ini. Para ulama banyak yang mengarang berbagai macam
kitab falak dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu ini. Kitab-kitab
tersebut juga disajikan dalam berbagai macam sistem perhitungan, berbeda
markaz, maupun berbeda dalam hal-golongan hisab.
Kitab-kitab tersebut antara lain Sullam al-Nayyirain karya
Muhammad Manshur bin Abdul Hamid Muhammad Damiri al-Batawi,
Syamsul Hilal, Nurul Anwar karya KH. Noor Ahmad SS Jepara, Fath al-
Ro‟uf al-Mannan karya Abu Hamdan Abdul Jalil bin abdul Hamid Kudus, al-
Khulashah al-Wafiyah karya KH. Zubair Umar Jailani Salatiga dan lain
sebagainya.
Secara umum dalam menghitung awal bulan Qamariah, kitab ini
lebih singkat dari pada kitab-kitab taqribi yang lainnya. Kitab ini hanya
menggunakan dua kali ta‟dil yaitu menjumlahkan ta‟dil al-khossoh dan ta‟dil
al-markaz untuk mencari bu‟du al-muthlaq yang kemudian dilanjutkan
dengan mencari ta‟dil al-„allamah yang kemudian digunakan untuk
menentukan jam ijtima‟ sampai matahari terbenam setelah itu membagi
selisih tersebut dengan 30 menit maka diketahuilah ketinggian hilal-pada saat
itu.
Sebagaimana pengakuan pengarang kitab Kasyf al-Jilbab ini
bahwa hasil perhitungan ini telah digunakan berkali-kali dan berkesesuaian
dengan keadaan yang terjadi, maka dari situlah penulis tergerak untuk
menguak kebenaran atas pengakuan tersebut. Mengingat kitab ini masih
menggunakan sistem taqribi, sedangkan hampir semua kitab yang
menggunakan sistem hisab taqribi hasilnya masih terpaut cukup jauh dengan
keadaan yang sebenarnya.
Untuk mengetahui kebenaran pengakuan tersebut maka penulis
melakukan beberapa analisis di bawah ini yang meliputi;
1. Paradigma yang Membangun Teori
Sistem perhitungan yang dipakai dalam kitab Kasyf al-Jilbab
ialah sistem hisab haqiqi bi al-taqrib, artinya data-data yang digunakan
masih bersifat perkiraan. Dalam sistem hisab haqiqi bi al-taqrib,
pemikirannya didasarkan kepada teori Ptolomeus112
yang sering dikenal-
dengan teori geosentris.
Menurut teori geosentris, Bumi tidaklah bergerak mengelilingi
matahari, melainkan tetap berdiam diri pada tempatnya. Bumi menjadi
pusat tata surya. Oleh sebab itu seluruh benda langit yaitu meliputi
matahari, bulan, dan benda-benda angkasa lainnya bergerak mengelilingi
Bumi. Berpangkal dari sini maka koreksi yang dilakukan dalam sistem ini
yakni koreksi terhadap posisi bulan dan matahari bisa dibilang sangat
sederhana.113
2. Sumber Data yang Digunakan
Masih sebagaimana pengakuan pengarang kitab Kasyf al-Jilbab
ini, bahwa data-data yang digunakan dalam perhitungan awal bulan
Qamariah dalam kitab ini ialah data-data yang diambil dari tabel sang
Guru, Syekh Yunus Kediri. Namun, dalam hal-ini KH. Ghozali mengubah
bujur markaz perhitungan dengan menjadikan kota Rembang sebagai
pusatnya, yakni 71° 19‟ terhitung dari kota Makkah al-Mukarramah.
3. Penentuan Ijtima‟
Dalam penentuan ijtima‟ kitab Kasyf al-Jilbab tidak
menunjukkan secara langsung pada jam menit serta detik berapa ijtima‟
terjadi. Akan tetapi, seperti halnya kita-kitab lainnya dalam penentuan
112
Ptolomeus adalah sarjana Mesir di Iskandariah yang berpendapat bahwa
Bumi itu diam, sedangkan seluruh benda langit beredar mengelilinginya. Lihat P.
Simanora, Ilmu Falak (Kosmografi), cet, XXX, Jakarta: Penerbit CV Pedjuang Bangsa,
1985, hal. 3 113
Ahmad Sayful Mujab, Studi Analisis Pemikiran Hisab KH. Moh. Zubair
Abdul Karim dalam Kitab Ittifaq Dzatil Bain, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo,
2007, hlm. 63.
ijtima‟nya kitab ini menggunakan istilah jarak jam antara ijtima‟ sampai
ghurub, sehingga untuk mengetaui jam berapa ijtima‟ itu terjadi ialah
dengan cara mengurangi jam terbenam matahari dengan lama antara
ijtima‟ dengan ghurub, maka dengan langkah tersebut dapat ditentukan
jam berapa (WIB) ijtima‟ terjadi.
Contoh, jika jam antara ijtima dengan ghurub sebesar 13 jam,
itu berarti kita harus menghitung mundur 13 jam dari jam ghurub. Jika jam
ghurub adalah jam 18.00 WIB, maka 13 jam sebelumnya ialah jam 05.00
WIB, itu berarti ijtima terjadi pada pukul 05.00 WIB.
4. Penentuan Ketinggian Hilal
Ketinggian hilal merupakan hal yang sangat penting dalam
proses ini (hisab). Hal tersebut dikarenakan dari sinilah dapat diketahui
apakah secara teori hilal sudah ada di atas ufuk atau belum. Selain itu juga
untuk mengetahui apakah hilal memungkinkan untuk dilihat atau tidak.
Hal ini pula yang akan dibuktikan dalam ru‟yat al-hilal.
Dalam penentuan ketinggian hilal, kitab Kasyf al-Jilbab
menggunakan metode yang cukup simpel, yaitu jarak jam antara ijtima‟
dengan ghurub dikalikan 30 menit.
Dengan hasil tersebut menurut pengakuan pengarang kitab
Kasyf al-Jilbab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, akan tetapi
mengingat sistem yang dipakai masih menggunakan sistem hisab haqiqi bi
al-taqrib maka penulis akan mencoba membuktikan dengan
membandingkan hasil perhitungan kitab Kasyf al-Jilbab dan kitab-kitab
lain yang menggunakan sistem hisab haqiqi bi al-taqrib untuk kemudian
dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan sistem hisab
haqiqi kontemporer yang tingkat akurasinya sudah terbukti.
Secara umum, untuk mengetahui dan membuktikan tingkat
akurasi hasil perhitungan dalam kitab Kasyf al- Jilbab ini, berikut penulis
sajikan perbandingan hasil perhitungan antara kitab Kasyf al-Jilbab
dengan kitab-kitab lainnya.
Perhitungan Awal Syawwal 1413 H
Hasil Ijtima Jam Irtifa’ Mukuts
Kitab
Kasyf al-Jilbab Selasa 13.37 2° 12‟ 09 Menit
Sullam al-Nayyirain Selasa 12.50 2° 35‟ 10 Menit
Fath al-Ro‟uf al-Mannan Selasa 13.01 2° 20‟ 09 Menit
Syamsul Hilal Selasa 13.03 2° 19‟ 09 Menit
Kontemporer Selasa 14.12 - 1° 54‟ 00 Menit
Perhitungan Awal Syawwal 1414 H
Hasil Ijtima Jam Irtifa’ Mukuts
Kitab
Kasyf al-Jilbab Sabtu 13.44 2° 08‟ 9 Menit
Sullam al-Nayyirain Sabtu 13.13 2° 32‟ 10 Menit
Fath al-Ro‟uf al-Mannan Sabtu 13.29 2° 07‟ 09 Menit
Syamsul Hilal Sabtu 13.24 2° 10‟ 09 Menit
Kontemporer Sabtu 14.06 - 1° 38‟ 00 Menit
Perhitungan Awal Ramadlan 1432 H
Hasil Ijtima Jam Irtifa’ Mukuts
Kitab
Kasyf al-Jilbab Ahad 02.47 7° 36‟ 30 Menit
Sullam al-Nayyirain Ahad 01.03 8° 28‟ 34 Menit
Fath al-Ro‟uf al-Mannan Ahad 01.19 8° 10‟ 33 Menit
Syamsul Hilal Ahad 01.25 8° 08‟ 33 Menit
Kontemporer Ahad 01.41 7° 12‟ 27 Menit
Perhitungan Awal Syawwal1432 H
Hasil Ijtima Jam Irtifa’ Mukuts
Kitab
Kasyf al-Jilbab Senin 11.54 3° 03‟ 12 Menit
Sullam al-Nayyirain Senin 10.12 3° 54‟ 16 Menit
Fath al-Ro‟uf al-Mannan Senin 10.25 3° 35‟ 14 Menit
Syamsul Hilal Senin 10.35 3° 30‟ 14 Menit
Kontemporer Senin 10.05 2° 00‟ 07 Menit
Perhitungan Awal Ramadlan1433 H
Hasil Ijtima Jam Irtifa’ Mukuts
Kitab
Kasyf al-Jilbab Kamis 10.39 3° 41‟ 15 Menit
Sullam al-Nayyirain Kamis 09.49 4° 06‟ 16 Menit
Fath al-Ro‟uf al-Mannan Kamis 10.00 3° 50‟ 15 Menit
Syamsul Hilal Kamis 10.04 3° 48‟ 15 Menit
Kontemporer Kamis 11.25 1° 47‟ 06 Menit
Perhitungan Awal Syawwal1433 H
Hasil Ijtima Jam Irtifa’ Mukuts
Kitab
Kasyf al-Jilbab Jum‟at 22.54 9° 33‟ 38 Menit
Sullam al-Nayyirain Jum‟at 22.14 9° 53‟ 40 Menit
Fath al-Ro‟uf al-Mannan Jum‟at 22.24 9° 36‟ 38 Menit
Syamsul Hilal Jum‟at 22.31 9° 33‟ 38 Menit
Kontemporer Jum‟at 22.56 7° 27‟ 28 Menit
Dari beberapa hasil perhitungan awal bulan Qamariah dalam
tabel di atas kita dapat menyimpulkan bahwa hasil perhitungan ketinggian
hilal-dalam kitab Kasyf al-Jilbab ini lebih mendekati hasil hisab
kontemporer dibanding kitab-kitab yang tertulis dalam tabel yang
notabene sama-sama menggunakan metode hisab haqiqi bi al-taqrib.
Namun demikian tidak dalam hasil perhitungan jam terjadinya ijtima,
sebagaimana dalam tabel di atas jam terjadinya ijtima‟ yang dihasilkan
dalam perhitungan kitab ini ternyata jauh lebih lambat dari pada yang lain.
Perbedaan Perhitungan Antara Kitab Kasyf al-Jilbab Dengan Kitab Taqribi
Lainnya
a. Perbedaan Data
Berikut kami sajikan beberapa perbandingan data yang terdapat
dalam masing-masing kitab;
1. Kasyf al-Jilbab
a. Data Tahun Majmu‟ah
Tahun Allamah Hissoh Khossoh Markaz
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
1370 5 13 43 6 24 39 4 24 7 3 10 4
1400 3 13 58 2 26 3 2 18 49 4 18 4
1430 2 14 13 10 27 27 - 12 46 5 26 4 Data Tahun dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
b. Data Bulan
Bulan Allamah Hissoh Khossoh Markaz
قة جة kج قة جة ج قة جة ج قة عة م
Muharram 1 12 44 1 - 40 - 25 39 - 29 6
Shofar 3 1 28 2 1 20 1 21 38 1 28 13
R. Awal 4 14 12 3 2 1 2 17 27 2 27 19
R. Akhir 6 2 56 4 2 41 3 13 16 3 26 25
J. Awal - 15 40 5 3 21 4 9 5 4 25 32
J. Akhir 2 4 24 6 4 1 5 4 54 5 24 38
Rajab 3 17 8 7 4 42 6 - 43 6 23 44
Sya‟ban 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51
Ramadlan 6 18 36 9 6 2 7 22 21 8 21 57
Syawwal 1 7 20 10 6 42 8 18 10 9 21 3
Dzul Qa‟dah 2 20 4 11 7 23 9 13 59 10 20 10
Dzul Hijjah 4 8 49 0 8 3 10 9 48 11 19 16 Data Bulan dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
2. Sullam al-Nayyirain
a. Data Tahun Majmu‟ah
Tahun Allamah Hissoh Khossoh Markaz „Auj
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
1370 7 1 34 7 25 33 5 20 13 4 9 10 3 11 38
1400 5 1 49 3 27 3 3 14 13 5 17 10 3 12 2
1430 3 2 4 11 28 33 1 8 13 6 25 10 3 12 26 Data Tahun dalam Kitab Sullam al-Nayyirain
b. Data Bulan
Bulan Allamah Hissoh Khossoh Markaz „Auj
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
Muharram 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Shofar 1 12 44 1 0 40 0 25 49 0 29 6 0 0 0
R. Awal 3 1 28 2 1 20 1 21 38 1 28 13 0 0 0
R. Akhir 4 14 12 3 2 1 2 12 27 2 27 19 0 0 0
J. Awal 6 2 56 4 2 41 3 13 16 3 26 25 0 0 0
J. Akhir 0 15 40 5 3 21 4 9 5 4 25 32 0 0 0
Rajab 2 4 24 6 4 1 5 4 54 5 24 38 0 0 0
Sya‟ban 3 17 8 7 4 42 6 0 43 6 23 44 0 0 0
Ramadlan 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51 0 0 0
Syawwal 6 18 36 9 6 2 7 22 20 8 21 57 0 0 0
Dzul Qa‟dah 1 7 20 10 6 42 8 18 10 9 21 3 0 0 0
Dzul Hijjah 2 20 5 11 7 23 9 13 59 10 20 10 0 0 0 Data Bulan dalam Kitab Sullam al-Nayyirain
3. Fath al-Ro‟uf al-Mannan
a. Data Tahun Majmu‟ah
Tahun Allamah Hissoh Wasath Khossoh Markaz
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
1370 2 22 28 7 2 42 6 10 57 3 3 55 2 29 19
1400 7 22 43 3 4 6 7 19 21 - 27 53 4 7 19
1430 5 22 57 11 5 30 8 27 45 10 21 49 5 15 19 Data Tahun dalam Kitab Fath al-Ro‟uf al-Mannan
b. Data Bulan
Bulan Allamah Hissoh Wasath Khossoh Markaz
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
Muharram 1 12 44 1 0 40 0 29 6 0 25 49 0 29 6
Shofar 3 1 28 2 1 20 1 28 13 1 21 32 1 28 13
R. Awal 4 14 12 3 2 1 2 27 19 2 17 37 2 27 31
R. Akhir 6 2 56 4 2 41 3 26 25 3 13 16 3 26 25
J. Awal 7 15 40 5 3 21 4 25 32 4 9 5 4 25 32
J. Akhir 2 4 24 6 4 1 5 24 28 5 4 54 5 24 38
Rajab 3 17 8 7 4 42 6 23 45 6 0 43 6 23 44
Sya‟ban 5 5 53 8 5 22 7 22 51 6 26 32 7 22 51
Ramadlan 6 18 36 9 6 3 8 21 58 7 22 21 8 21 57
Syawwal 1 7 20 10 6 42 9 21 4 8 18 10 9 21 3
Dzul Qa‟dah 2 20 4 11 7 23 10 20 10 9 13 59 10 20 10
Dzul Hijjah 4 8 48 0 8 3 11 19 17 10 9 48 11 19 16 Data Bulan dalam Kitab Fath al-Ro‟uf al-Mannan
4. Syamsul Hilal
a. Data Tahun Majmu‟ah
Tahun Allamah Hissoh Wasath Khossoh Markaz
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
1370 2 22 28 7 05 24 6 21 54 3 7 50 2 58 38
1400 - 22 43 3 8 12 7 38 42 - 55 44 4 14 38
1430 5 22 58 11 11 - 8 5 30 10 43 38 5 30 38 Data Tahun dalam Kitab Syamsul Hilal
b. Data Bulan
Tahun Allamah Hissoh Wasath Khossoh Markaz
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
Muharram 1 12 44 1 1 21 - 58 13 - 51 38 - 58 13
Shofar 3 1 28 2 2 41 1 56 26 1 43 16 1 56 26
R. Awal 4 14 12 3 4 2 2 54 38 2 34 54 2 54 38
R. Akhir 6 2 56 4 5 22 3 52 51 3 26 32 3 52 51
J. Awal 7 15 40 5 6 43 4 51 4 4 18 10 4 51 4
J. Akhir 2 4 24 6 8 3 5 49 16 5 9 48 5 49 16
Rajab 3 17 8 7 9 23 6 47 30 6 1 26 6 47 29
Sya‟ban 5 5 52 8 10 44 7 45 43 6 53 4 7 45 41
Ramadlan 6 18 36 9 12 4 8 43 55 7 44 42 8 43 54
Syawwal 1 7 20 10 13 25 9 42 8 8 36 19 9 42 7
Dzul Qa‟dah 2 20 4 11 14 45 10 40 21 9 27 58 10 40 20
Dzul Hijjah 4 8 48 0 16 6 11 38 33 10 19 36 11 38 32 Data Bulan dalam Kitab Syamsul Hilal
Dari tampilan data yang penulis sajikan di atas, dapat diketahui
bahwa antara data kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab yang lain terdapat
perbedaan yang tentu perbedaan ini akan mempengaruhi hasil akhir.
Perbedaan data di atas salah satunya disebabkan oleh perbedaan
koordinat markaz masing-masing kitab. Jika kitab Sullam al-Nayyirain
bermarkaz di Jakarta, Syamsul Hilal di Jepara dan Fath al-Ro‟uf al-
Mannan bermarkaz di Semarang, maka kitab Kasyf al-Jilbab bermarkaz di
Rembang. Sehingga karena data tersebut dipindah dari satu markaz ke
markaz yang lain maka perbedaan titik koordinat akan sangat menentukan.
Data-data yang digunakan dalam perhitungan awal bulan
Qamariah dalam kitab Kasyf al-Jilbab sebagaimana pengakuan
pengarangnya diperoleh dari tabel guru pengarang yaitu Syekh Yunus
Kediri, hanya saja ada beberapa data yang dihilangkan yakni data al-
Wasath, selain itu pengarang juga merubah markaz yang pada awalnya
berada di Kediri dipindah ke Rembang, sehingga terdapat perbedaan
antara data dalam kitab ini dengan kitab asli karangan Syekh Yunus.
Namun karena metode yang dipakai masih dalam kategori hisab
haqiqi bi al-taqrib, yang notabene mengikuti paham Geosentris yang
secara ilmiah telah digugurkan oleh teori Heiosentris, maka secara ilmiah
pula data-data yang terdapat dalam kitab Kasyf al-Jilbab ini sudah tidak
sesuai dengan kebenaran ilmiah (tidak relevan/ tidak akurat).
b. Perbedaan Proses Perhitungan
1. Kasyf al-Jilbab.
Proses perhitungan dalam kitab ini yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, „Allamah, Hissoh, Khossoh, dan
Markaz.
Selain data yang berbeda dalam kitab ini data tahun yang
digunakan dalam perhitungan bukanlah tahun sebelumnya, namun tahun
itu juga. Sedangkan untuk bulan tetap mengambil data bulan sebelumnya.
Contoh, menghitung bulan Ramadlan 1432 H. maka data yang digunakan
ialah data bulan Sya‟ban tahun 1432 H.
Adapun data-data yang diproses untuk menghasilkan keterangan
tentang awal bulan telah penulis jelaskan pada sub bab terdahulu.
2. Sullam al-Nayyirain
Proses perhitungan dalam kitab ini yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, „Allamah, Hissoh, Khossoh, Markaz,
dan „Auj.
a. „Allamah ialah; waktu terjadinya konjungsi yang menjadi
penghabisan bulan yang pertama sekaligus permulaan bulan ke dua
dengan kata lain yang memisahkan antara kedua bulan tersebut.114
b. Hissoh ialah; istilah untuk menunjukkan lebar bulan, yakni pada
kemiringan lintasan edar bulan dari lintasan edar Bumi dalam
Madar al-I‟tidal.115
c. Khossoh ialah; istilah untuk tempat/ posisi bulan pada garis
edarnya.116
d. Markaz ialah; istilah untuk tempat/ posisi tetap matahari pada garis
edarnya117
e. Auj ialah; istilah untuk menggambarkan titik terjauh matahari dari
Bumi pada orbitnya.118
114
Muhammad Manshur ibn abd Hamid, Sullam al-Nayyirain, Jakarta: Madrasah
al-Khoiriyah al-Manshuriyah, 1925, hal. 4 115
Ibid, hal-4 116
Ibid, hal-4 117
Ibid, hal-4 118
Ibid, hal-4
Dalam perhitungannya, data tahun yang digunakan dalam
perhitungan bukanlah tahun sebelumnya, namun tahun itu juga. Sedangkan
untuk bulan mengambil data bulan sebelumnya. Adapun data-data yang
dihitung ialah;
a. Ta‟dil al-Khossoh; menghitung sesuai data yang ada dalam tabel
dengan menggunakan nilai al-Khossoh
b. Ta‟dil al-Markaz; menghitung sesuai data yang ada dalam tabel
dengan menggunakan nilai al-Markaz
c. Bu‟du al-Nayyirain Ghoiru al-Mu‟addalah; Ta‟dil al-Khossoh
ditambah Ta‟dil al-Markaz
d. Ta‟dil al-Syams; Bu‟du al-Nayyirain Ghoiru al-Mu‟addalah
dikalikan 5 menit ditambah Ta‟dil al-Markaz.
e. Wasath al-Syams; al-Auj ditambah al-Markaz
f. Muqawwim al-Syams; Wasath al-Syams dikurangi Ta‟dil al-Syams
g. Daqa‟iq Ta‟dil al-Ayyam; menghitung sesuai dengan data
Muqawwim al-Syams
h. Bu‟du al-Nayyirain al-Mu‟addalah; Bu‟du al-Nayyirain Ghoiru al-
Mu‟addalah dikurangi Daqa‟iq Ta‟dil al-Ayyam
i. Hissoh al-Sa‟ah; menghitung sesuai dengan data al-Khossoh
j. Ta‟dil al-„Allamah; Bu‟du al-Nayyirain al-Mu‟addalah dikalikan
Hissoh al-Sa‟ah.
k. Al-„Allamah al-Mu‟addalah bi Jakarta; al-„Allamah Ghoiru al-
Mu‟addalah dikurangi Ta‟dil al-„Allamah
l. Selisih Jam di antara dua Bujur; selisih antara bujur tempat dengan
bujur Jakarta dikalikan 4 menit
m. „Allamah sesuai dengan tempat; al-„Allamah al-Mu‟addalah bi
Jakarta ditambah selisih jam antara kedua bujur.
n. Irtifa‟ al-Hilal; Selisih jam dengan jam Ijtima‟ dikalikan 4 menit
o. Mukts al-Hilal; Irtifa‟ al-Hilal-dikalikan 4 menit
p. Nuru al-Hilal; Ardlu al-Qamar (menghitung sesuai dengan data
Hissoh) dikalikan 4 menit
q. Manzilah al-Qamar; menghitung sesuai data Muqawwim al-Syams
3. Fath al-Ro’uf al-Mannan
Proses perhitungan dalam kitab ini yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, „Allamah, Hissoh al-„Ardl, Wasath al-
Syams, Khossoh, dan Markaz.
Dalam perhitungannya, data tahun yang digunakan dalam
perhitungan adalah tahun sebelumnya, begitu juga untuk bulan mengambil
data bulan sebelumnya. Adapun langkah perhitungannya ialah;
a. Ta‟dil Khossoh; tabel
b. Ta‟dil Markaz; tabel
c. Bu‟du al-Muthlaq; penjumlahan antara Ta‟dil Khossoh dan Ta‟dil
Markaz
d. Ta‟dil al-Syamsi; Bu‟du al-Muthlaq dikalikan 5 menit, kemudian
ditambah Ta‟dil Markaz
e. Muqawwim al-Syamsi (darajat/ thul al-syams); al-Wasath
dikurangi Ta‟dil al-Syamsi
f. Daqa‟iq al-Ayyam, tabel
g. Bu‟du al-Mu‟addal; Bu‟du al-Muthlaq dikurangi Daqa‟iq al-
Ayyam
h. Ta‟dil al-Allamah; Bu‟du al-Mu‟addal-dikalikan Hissoh al-Sa‟ah
i. Al-Allamah al-Mu‟addalah/ ijtima; Al-Allamah al-Muthlaqoh
dikurangi Ta‟dil al-Allamah
j. Al-Bu‟du min al-Ijtima ila al-Ghurub; 24 jam dikurangi Sa‟at al-
Ijtima‟
k. Irtifa‟ al-Hilal; Al-Bu‟du min al-Ijtima ila al-Ghurub dibagi 2
l. Al-Muktsu; Irtifa‟ dikalikan 4 menit
m. Ardlu al-Qamar; tabel
n. Nur al-Hilal; Ardul Qamar ditambah Muktsu al-Hilal
4. Syamsul Hilal
Proses perhitungan dalam kitab ini yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, „Allamah, Hissoh, Wasath, Khossoh,
dan Markaz.
Dalam perhitungannya, data tahun yang digunakan dalam
perhitungan adalah tahun sebelumnya, begitu juga untuk bulan mengambil
data bulan sebelumnya. Adapun proses perhitungannya ialah;
a. Ta‟dil Khossoh; tabel
b. Ta‟dil Markaz; tabel
c. Bu‟du al-Muthlaq; penjumlahan antara Ta‟dil Khossoh dan Ta‟dil
Markaz
d. Ta‟dil al-Syams; hasil perkalian dari Bu‟du al-Muthlaq dengan
kaidah (0.083) ditambah dengan Ta‟dil al-Markaz
e. Ta‟dil al-Ayyam; Tabel
f. Al-Bu‟du al-Mu‟addal; al-Bu‟du al-Muthlaq dikurangi Ta‟dil al-
Ayyam
g. Hissoh al-Sa‟ah; tabel
h. Ta‟dil al-Allamah; Al-Bu‟du al-Mu‟addal-dikalikan Hissoh al-
Sa‟ah
i. Al-Sa‟at ila al-Ghurub; 24 dikurangi Sa‟at al-Allamah al-
Mu‟addalah
j. Irtifa‟; Al-Sa‟at ila al-Ghurub dikalikan 0.500
k. Al-Mukts; Irtifa‟ dikalikan 0.067
l. Nur al-Hilal; al-Muktsu ditambah Ardlu al-Qamar (tabel)
c. Perbedaan Penentuan Ijtima’
a. Sullam al-Nayyirain
Penetuan ijtima‟ dalam kitab ini diawali dengan mencari bu‟du
al-nayyirain ghoiru al-mu‟addal (bu‟du al-muthlaq) dengan cara
menjumlahkan ta‟dil khossoh dengan ta‟dil markaz. Kemudian
hasilnya dikalikan 5 menit. Setelah itu, hasil perkalian tersebut
ditambahkan dengan ta‟dil markaz yang selanjutnya disebut ta‟dil al-
syams. Setelah ta‟dil al-syams diperoleh maka ta‟dil al-syams tersebut
kemudian digunakan untuk mengurangi wasath al-syams yang
diperoleh dari penjumlahan antara al-auj dengan al-markaz. Hasilnya
disebut muqawwim al-syams.
Sebagai langkah selanjutnya ialah mencari nilai ta‟dil al-
ayyam sesuai dengan nilai muqawwim al-syams yang selanjutnya nilai
ta‟dil al-ayyam tersebut digunakan untuk mengurangi bu‟du al-
muthlaq. Hasil pengurangan itulah yang disebut dengan bu‟du al-
nayyirain al-mu‟addal yang selanjutnya dikalikan hissoh al-sa‟ah
untuk mencari nilai ta‟dil al-„allamah.
b. Syamsul Hilal
Penetuan ijtima‟ dalam kitab ini diawali dengan mencari bu‟du
al-muthlaq dengan cara menjumlahkan ta‟dil khossoh dengan ta‟dil
markaz. Kemudian hasilnya dikalikan 5 menit. Setelah itu, hasil
perkalian tersebut ditambahkan dengan ta‟dil markaz yang selanjutnya
disebut ta‟dil wasath al-syams. Setelah ta‟dil wasath al-syams
diperoleh maka ta‟dil wasath al-syams tersebut kemudian digunakan
untuk mengurangi wasath al-syams yang hasilnya disebut muqawwim
al-syams.
Sebagai langkah selanjutnya ialah mencari nilai ta‟dil al-
ayyam sesuai dengan nilai muqawwim al-syams yang selanjutnya nilai
ta‟dil al-ayyam tersebut digunakan untuk mengurangi bu‟du al-
muthlaq. Hasil pengurangan itulah yang disebut dengan bu‟du al-
nayyirain al-mu‟addal yang selanjutnya dikalikan hissoh al-sa‟ah
untuk mencari nilai ta‟dil al-„allamah.
c. Fath al-Ro’uf al-Mannan
Sebagaimana dalam kitab Syamsul Hilal, penetuan ijtima‟
dalam kitab ini diawali dengan mencari bu‟du al-muthlaq dengan cara
menjumlahkan ta‟dil khossoh dengan ta‟dil markaz. Kemudian
hasilnya dikalikan 5 menit. Setelah itu, hasil perkalian tersebut
ditambahkan dengan ta‟dil markaz yang selanjutnya disebut ta‟dil
wasath al-syams. Setelah ta‟dil wasath al-syams diperoleh maka ta‟dil
wasath al-syams tersebut kemudian digunakan untuk mengurangi
wasath al-syams yang hasilnya disebut muqawwim al-syams.
Sebagai langkah selanjutnya ialah mencari nilai ta‟dil al-
ayyam sesuai dengan nilai muqawwim al-syams yang selanjutnya nilai
ta‟dil al-ayyam tersebut digunakan untuk mengurangi bu‟du al-
muthlaq. Hasil pengurangan itulah yang disebut dengan bu‟du al-
nayyirain al-mu‟addal yang selanjutnya dikalikan hissoh al-sa‟ah
untuk mencari nilai ta‟dil al-„allamah.
d. Kasyf al-Jilbab
Penetuan ijtima‟ dalam kitab ini relatif singkat dibanding
kitab-kitab tersebut. Perbedaan yang dimaksud ialah jika dalam
perhitungan kitab-kitab di atas semuanya menggunakan bu‟du al-
mu‟addal untuk kemudian dikalikan dengan hissoh al-sa‟ah, maka
dalam kitab ini cukup menggunakan bu‟du al-muthlaq kemudian
dikalikan hissoh al-sa‟ah.
Dengan demikian lebih singkatnya perhitungan dalam kitab
Kasyf al-Jilbab dibandingkan kitab-kitab yang kami sebutkan sebagai
pembanding ialah terletak pada langkah perhitungan untuk mencari
nilai ta‟dil al-„allamah sebagai koreksi atas al-harakat al-muthlaqah.
d. Karakteristik Hisab Urfi, dan Haqiqi
1. Hisab Urfi
Menurut Susiknan Azhari dan Ibnor Azli Ibrahim penanggalan
berdasarkan hisab urfi memiliki karakteristik:
a. Awal tahun pertama Hijriah (1 Muharam 1 H) bertepatan dengan hari
Kamis tanggal 15 Juli 622 M;
b. Satu periode (daur) membutuhkan waktu 30 tahun;
c. Dalam satu periode/ 30 tahun terdapat 11 tahun panjang (kabisat) dan
19 tahun pendek (basitah).119
2. Hisab Haqiqi bi al-Taqrib
Dalam forum seminar sehari ilmu Falak tanggal 27 April 1997
di Tugu, Bogor, Jawa Barat dicetuskan bahwa kitab Sullam al-Nayyiran
karya Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri,
119
Cara menentukan suatu tahun itu termasuk tahun kabisat atau basitah adalah
dengan membagi tahun tersebut dengan angka 30. Jika sisanya termasuk deretan angka-
angka pada ketentuan dalam urutan tahun kabisat maka tahun tersebut termasuk tahun
kabisat, jika tidak maka termasuk tahun basitah. Sebagai contoh tahun 1430 H, 1430: 30=
47 daur sisa 20. Bilangan 20 tidak termasuk tahun kabisat, maka tahun 1430 H adalah
tahun basitah. Contoh yang lain adalah tahun 1431 daur sisa 21. Bilangan 21 termasuk
tahun kabisat. Sa‟aduddin Djambek agak berbeda dalam penentuan tahun kabisat ini, ia
memasukkan tahun ke 16 sebagai tahun kabisat dan tidak tahun yang ke 15.
Syams al-Hilal karya Noor Ahmad SS Jepara, dan Fath al-Rauf al-
Mannan karya Abu Hamdan Abdul Jalil adalah tergolong hisab Haqiqi bi
al-Taqrib yang tingkat akurasinya rendah.
a. Karena kitab ini basis data yang dijadikan acuannya adalah Zeij
(tabel astronomi) Ulugh Beik (w. 1449 M)
b. Dalam pelaksanaan pengamatannya berdasarkan teori
Geosentrisnya Ptolomeus. Sedangkan teori ini secara ilmiah telah
gugur dengan munculnya teori Heliocentris yang menyatakan
bahwa bukannya Bumi yang menjadi pusat tata surya akan tetapi
mataharilah yang menjadi pusat tata surya.
c. Ketinggian hilal dihitung dari titik pusat Bumi, bukan dari
permukaan Bumi dan berpedoman pada gerak rata-rata bulan;
setiap hari bulan bergerak dari arah barat ke timur 12˚. Rumus
ketinggian hilal adalah selisih waktu ijtima dan waktu ghurub
kemudian di bagi dua. Akibatnya apabila ijtima terjadi sebelum
ghurub, maka pastilah ketinggian hilal itu positif di atas ufuk.120
d. Perhitungan hisab ini juga belum memberikan informasi tentang
azimut matahari dan bulan. Di samping itu diperlukan beberapa
ta‟dil atau koreksi agar hasil perhitungannya menjadi akurat.121
120
Moh Murtadho, 2008, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press,
cet.ke1, h 225-226 121
Ibid
3. Hisab Haqiqi bi al-tahqiq
a. Dalam pengamatannya telah berdasarkan pada teori Nicolas
Copernicus, teori Heliosentris yang menyatakan Matahari adalah
pusat dari tata surya.
b. Perhitungannya telah menggunakan rumus-rumus spherical
trigonometri (segitiga bola) dengan melakukan banyak koreksian/
ta‟dil data pergerakan matahari dan bulan.
c. Dalam menentukan ketinggian hilal dengan memperhatikan
koordinat lintang dan bujur, deklinasi dan sudut waktu bulan
dengan koreksi refraksi, paralaks, Dip, dan semi diameter bulan.
d. Metode hisab ini menyajikan data tentang ijtima, terbenamnya
matahari, tinggi hilal, azimut matahari dan bulan sehingga sangat
membantu dalam pelaksanaan ru‟yat al-hilal.122
Metode yang masuk kategori hisab haqiqi bi al-tahqiq antara
lain kitab al-Khulashah al-Wafiyah karya Zubair Umar al-Jailani,
Almanak Menara Kudus karya Turaikhan Adjhuri, Nurul Anwar karya
Noor Ahmad SS Jepara, al-Maksuf karya Ahmad Soleh Mahmud Jauhari
Cirebon, Ittifaq Dzat al-Bain karya Muhammad Zuber Abdul Abdul Karim
Gresik, Hisab Haqiqi karya K. Wardan Dipo Ningrat, al-Qawa‟id al-
Falakiyah karya Abd al-Fatah as-Sayyid ath-Thufi al-Falaki, dan Badi‟ah
al-Mitsal karya Ma‟shum Jombang.
122
Ibid, 226-227
B. Kelebihan dan Kekurangan dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
1. Kelebihan-Kelebihan yang Terdapat Dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
a. Dalam perhitungan awal bulan Qamariah, kitab Kasyf al-Jilbab
menggunakan metode yang cukup singkat sebagaimana ungkapan
pengarangnya. Kitab ini hanya menggunakan dua kali ta‟dil yaitu
menjumlahkan ta‟dil al-khossoh dan ta‟dil al-markaz untuk mencari
bu‟du al-muthlaq yang kemudian dilanjutkan dengan mencari ta‟dil
al-„allamah yang kemudian digunakan untuk menentukan jam ijtima‟
sampai matahari terbenam setelah itu membagi selisih tersebut
dengan 30 menit maka diketahuilah ketinggian hilal-pada saat itu.
b. Data-data yang ditampilkan dalam kitab ini sudah ditulis dengan
angka arab (angka biasa), bukan lagi angka Jumali (abajadun)
sehingga mempermudah pembaca dalam membaca data yang tersaji
c. Meskipun proses perhitungan dalam kitab Kasyf al-Jilbab relatif lebih
singkat dari pada kitab-kitab dalam tabel, namun dalam hal ketinggian
hilal kitab ini mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya sebagaimana dalam tabel.
2. Kelemahan-Kelemahan yang Terdapat Dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
a. Metode hisab yang dipakai dalam kitab ini, baik untuk penentuan saat
terjadinya ijtima, ketinggian hilal, lama hilal di atas ufuk, dan lain-
lain kitab Kasyf al-Jilbab masih menggunakan metode hisab haqiqi bi
al-taqrib, yang itu artinya tingkat akurasi hasil perhitungan daam
kitab ini masih rendah
b. Data-data yang disajikan masih terbatas pada waktu tertentu, sehingga
jika hendak menghitung tahun yang sebelum atau sesudah data tahun
yang disajikan akan kesulitan karena harus menghitung data tersebut
kembali.
c. Terlalu singkatnya keterangan yang terdapat dalam kitab ini
menjadikan kurangnya informasi yang didapat dari hasil perhitungan
dengan menggunakan metode dalam kitab ini. Misalnya, tidak adanya
keterangan pasti hari dimulai dari hari apa, posisi hilal terhadap
matahari, sehingga ini akan menimbulkan sedikit kebingungan
terutama bagi pemula mengingat biasanya kitab-kitab yang lain
mempunyai pedoman tersendiri kapan hari dimulai.
d. Tidak adanya informasi tentang keadaan hilal, berada di sebelah mana
matahari, kemiringan hilal dikarenakan tidak adanya data yang
diperhitungkan dalam proses perhitungan, sehingga hal-ini akan dapat
mengganggu proses ru‟yat al-hilal.
e. Jarak ijtima‟ yang ditunjukkan terlalu jauh jika dibandingkan dengan
kitab taqribi yang lain sebagaimana dalam grafik di atas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan dan analisis yang telah penulis
lakukan pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa;
1. Dalam perhitungan awal bulan Qamariah, kitab Kasyf al-Jilbab
mempunyai perbedaan dengan kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul
Hilal dan Fath al-Ro‟uf al-Mannan. Perbedaan itu terletak pada;
a. Data yang disajikan dalam setiap tahunnya. Hal ini tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap harakat al-ijtima‟ yang dicari untuk
kemudian diproses sehingga mendapatkan hasil perhitungan yang
dicari.
b. Langkah ta‟dil yang dilakukan yang relatif lebih singkat dari pada
kitab-kitab taqribi lainnya. Jika dalam perhitungan awal bulan
Qamariah dalam kitab Fath al-Ro‟uf al-Mannan dan Syamsul Hilal
serta Sullam al-Nayyirain untuk mendapatkan ta‟dil al-„allamah
harus melewati koreksi terhadap bu‟du al-muthlaq, maka dalam
kitab Kasyf al-Jilbab cukup dengan mengalikan bu‟du al-muthlaq
dengan hissoh al-sa‟ah.
c. Selain itu, perbedaan yang terdapat dalam proses perhitungan pada
kitab ini dan kitab-kitab lainnya ialah terletak pada data-data yang
dihitung. Jika dalam kitab Sullam al-Nayyirain, Fathu al Ro‟uf al-
Mannan, dan Syamsul Hilal semuanya menghitung data-data yang
berkaitan dengan matahari, (Sullam al-Nayyirain; al-Auj, Fathu al
Ro‟uf al-Mannan dan Syamsul Hilal; Wasath al-Syams) maka
dalam kitab Kasyf al-Jilbab tidak memperhitungkan data-data yang
berkaitan dengan matahari kecuali al-Markaz. Hal inilah yang
menyebabkan proses perhitungan dalam kitab ini tergolong
ringkas, sebagaimana pengakuan pengarang.
d. Perbedaan yang paling mendasar antara kitab Kasyf al-Jilbab
dengan kitab yang lain ialah terdapat dalam proses penentuan
ijtima.
2. Untuk mengetahui tingkat akurasi hasil perhitungan kitab Kasyf al-
Jilbab, sebagaimana yang penulis paparkan pada bab pertama, sesuai
hasil yang dapat kita lihat pada bab IV bahwa ternyata kitab ini
mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi dalam hal ketinggian
hilal. Hal ini terbukti dengan selisih hasil antara kitab ini dengan kitab-
kitab yang lain jika dibandingkan dengan hasil perhitungan metode
kontemporer. Namun, dalam hal kapan terjadinya ijtima‟ ternyata kitab
ini menunjukkan hasil yang paling lambat dibandingkan dengan hasil
jam ijtima‟ lainnya.
B. Saran-Saran
1. Dengan semakin berkembangpesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
di masa sekarang ini, maka perlu juga diimbangi dengan perbaikan dan
update baik data maupun sistem perhitungan yang ada di dalam kitab
ini. Oleh karena kitab ini masih bersifat haqiqi bi al-taqrib, maka
seyogyanya dari pihak waratsah dan atau murid-murid serta pengamal
kitab ini untuk melakukan revisi terhadap kitab ini, di antaranya
dengan menambahkan sistem hisab tahkiki dalam kitab ini, sehingga
hasil yang ditunjukkan dari perhitungan kitab ini benar-benar
menunjukkan akurasi yang lebih tinggi.
2. Masih banyaknya perbedaan dalam masalah penentuan awal bulan
Qamariah di zaman sekarang ini seharusnya menjadikan pemerintah
sebagai pihak yang berwenang untuk menjaga stabilitas serta
kondusifitas masyarakat untuk bergerak bersama para ulama dan ahli
falak untuk duduk bersama membahas mengenai penentuan awal bulan
Qamariah, hal ini supaya terjadi kesepahaman dari berbagai golongan
sehingga perbedaan penentuan awa bulan Qamariah terutama pada
bulan-bulan Ramadlan, Syawwal, dan Dzul Hijjah dapat dihindari. Hal
ini mengingat ketiga bulan tersebut merupakan bulan-bulan di mana
diwajibkannya melakukan ibadah fardlu.
3. Mengingat ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting khususnya
terhadap penentuan waktu-waktu ibadah, maka sudah seharusnya ilmu
ini dikembangkan lebih luas kepada khalayak umum. Hal ini bisa
ditempuh dengan menjadikan ilmu ini sebagai salah satu materi dalam
kurikulum pendidikan baik untuk pendidikan formal seperti sekolah-
sekolah dan Perguruan Tinggi maupun pendidikan informal seperti
Pondok Pesantren. Hal ini mengingat banyak kalangan yang menilai
ilmu falak adalah ilmu tua dan rumit sehingga mereka enggan untuk
mempelajarinya. Sebab jika hal ini tidak dilakukan maka nasib
keberadaan ilmu falak akan semakin mengkhawatirkan.
C. Penutup
Demikian yang dapat penulis susun dan paparkan, puji syukur
alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah swt. Tuhan semesta alam
yang telah memberikan kekuatan, petunjuk serta kasih sayang kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Meskipun penulis telah berupaya secara optimal dalam menyajikan
skripsi ini, akan tetapi penulis sendiri menyadarai bahwa masih banyak
kekurangan dari berbagai aspek serta jauh dari kesempurnaan, karena
hanya Allahlah yang bersifat Maha Sempurna. Teringat sebuah kutipan
maqalah “jika sesuatu itu telah sempurna maka akan tampak
kekurangannya” serta sebuah pepatah “tiada gading yang tak retak”,
maka penulis mengharapkan kitik serta saran yang konstruktif untuk
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Atas segala kritik dan saran
penulis ucapkan banyak terima kasih
Akhirnya, penulis berdo‟a semoga dengan adanya skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amiiin………….
Awal Bulan Syawwal 1413 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
مركز خاصة حصة عالمة السنة قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ 1410 5 6 3 5 16 31 9 26 48 1 0 44 3 6 2 26 0 24 8 6 29 24 10 27 48 1413 4 8 29 6 10 39 4 26 12 11 28 32 Ramadhan 6 18 36 9 6 2 7 22 21 8 21 57
29 20 8 33 18 0 41 16 3 5 3 4 الحركات المطلقات
قة جة ج
0 18 33
الخاصة الحاصلة بعد الجمع :
8 20 29
المركز الحاصلة بعد الجمع :
340
تعديل الخاصة/ تعديل االوؿ :
0
تعديل المركز / تعديل الثاني :
340
البعد المطلق :
220
:
حصة الساعة
x 340
:
البعد المطلق
4800 7 عة
x 60
8000 28 قة
4 3 5
:
عالمة المطلقة
7 28
:
تعديل العالمة
3 19 37
:
العالمة المعدلة
24
:
ساعة
19 37
:
ساعات العالمة المعدلة
4 23
:
ساعات من االجتماع الى الغروب
4 23
:
ساعات من االجتماع الى الغروب
30
2 12
:
ارتفاع الهالؿ
2 12
:
ارتفاع الهالؿ
4
8 48
:
مكث الهالؿ
3 40
:
عرض القمر
8
دقائق مكث الهالؿ :
11 40
نور الهالؿ :
Awal Bulan Syawwal 1414 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
مركز خاصة حصة عالمة السنة قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ 1410 5 6 3 5 16 31 9 26 48 1 0 44 4 3 11 14 1 2 11 5 9 12 10 17 4 1414 1 17 17 6 18 42 3 6 0 11 17 44 Ramadhan 6 18 36 9 6 2 7 22 21 8 21 57
41 9 8 21 28 10 44 24 3 53 11 1 الحركات المطلقات
قة جة ج
10 28 21
الخاصة الحاصلة بعد الجمع :
8 9 41
المركز الحاصلة بعد الجمع :
745
تعديل الخاصة/ تعديل االوؿ :
0
تعديل المركز / تعديل الثاني :
745
البعد المطلق :
217
:
حصة الساعة
x 745
:
البعد المطلق
1665 16 عة
x 60
9900 9 قة
1 11 53
:
عالمة المطلقة
16 9
:
تعديل العالمة
19 44
:
العالمة المعدلة
24
:
ساعة
19 44
:
ساعات العالمة المعدلة
4 16
ساعات من االجتماع الى الغروب :
4 16
ساعات من االجتماع الى الغروب :
30
2 8
:
ارتفاع الهالؿ
2 8
:
ارتفاع الهالؿ
4
8 32
:
مكث الهالؿ
2 52
:
عرض القمر
8
دقائق مكث الهالؿ :
10 52
نور الهالؿ :
Awal Bulan Ramadhan 1432 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
مركز خاصة حصة عالمة السنة قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ 1430 2 14 13 10 27 27 0 12 46 5 26 4 2 1 17 37 0 16 6 8 19 36 11 8 32 1432 4 8 50 11 13 33 9 2 22 5 4 36 Sya'ban 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51
الحركات 27 27 0 54 28 3 55 18 7 42 14 2 المطلقات
قة جة ج
3 28 54
الخاصة الحاصلة بعد الجمع :
0 27 27
المركز الحاصلة بعد الجمع :
40
تعديل الخاصة/ تعديل االوؿ :
272
تعديل المركز / تعديل الثاني :
312
البعد المطلق :
190
:
حصة الساعة
x 312
:
البعد المطلق
9280 5 عة
x 60
6800 55 قة
2 14 42
:
عالمة المطلقة
5 55
:
تعديل العالمة
2 8 47
:
العالمة المعدلة
24
:
ساعة
8 47
:
ساعات العالمة المعدلة
15 13
ساعات من االجتماع الى الغروب :
15 13
ساعات من االجتماع الى الغروب :
30
7 36
:
ارتفاع الهالؿ
7 36
:
ارتفاع الهالؿ
4
30 28 :
مكث الهالؿ
57 :
عرض القمر
30
دقائق مكث الهالؿ :
نور الهالؿ : 57 30
Awal Bulan Syawwal 1432 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
مركز خاصة حصة عالمة السنة قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ 1430 2 14 13 10 27 27 0 12 46 5 26 4 2 1 17 37 0 16 6 8 19 36 11 8 32 1432 4 8 50 11 13 33 9 2 22 5 4 36 Ramadhan 6 18 36 9 6 2 7 22 21 8 21 57
33 26 1 43 24 4 35 19 8 26 3 4 الحركات المطلقات
قة جة ج
4 24 43
الخاصة الحاصلة بعد الجمع :
1 26 33
المركز الحاصلة بعد الجمع :
187
تعديل الخاصة/ تعديل االوؿ :
343
تعديل المركز / تعديل الثاني :
530
البعد المطلق :
190
:
حصة الساعة
x 530
:
البعد المطلق
5400 9 عة
x 60
4000 32 قة
4 3 26
:
عالمة المطلقة
9 32
:
تعديل العالمة
3 17 54
:
العالمة المعدلة
24
:
ساعة
17 54
:
ساعات العالمة المعدلة
6 6
ساعات من االجتماع الى الغروب :
6 6
ساعات من االجتماع الى الغروب :
30
3 3
:
ارتفاع الهالؿ
3 3
:
ارتفاع الهالؿ
4
12 12 :
مكث الهالؿ
52 :
عرض القمر
12
دقائق مكث الهالؿ :
نور الهالؿ : 52 12
Awal Bulan Ramadhan 1433 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
مركز خاصة حصة عالمة السنة قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ 1430 2 14 13 10 27 27 0 12 46 5 26 4 3 6 2 26 0 24 8 6 29 24 10 27 48 1433 1 16 39 11 21 35 7 12 10 4 23 52 Sya'ban 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51
43 16 0 42 8 2 57 26 7 31 22 6 الحركات المطلقات
قة جة ج
2 8 42
الخاصة الحاصلة بعد الجمع :
0 16 43
المركز الحاصلة بعد الجمع :
38
تعديل الخاصة/ تعديل االوؿ :
242
تعديل المركز / تعديل الثاني :
280
البعد المطلق :
210
:
حصة الساعة
x 280
:
البعد المطلق
8800 5 عة
x 60
8000 52 قة
6 22 31
:
عالمة المطلقة
5 52
:
تعديل العالمة
5 16 39
:
العالمة المعدلة
24
:
ساعة
16 39
:
ساعات العالمة المعدلة
7 21
ساعات من االجتماع الى الغروب :
7 21
ساعات من االجتماع الى الغروب :
30
3 40 30
:
ارتفاع الهالؿ
3 40 30
:
ارتفاع الهالؿ
4
14 44
:
مكث الهالؿ
16
:
عرض القمر
14
دقائق مكث الهالؿ :
14 16
نور الهالؿ :
Awal Bulan Syawwal 1433 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
مركز خاصة حصة عالمة السنة قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ 1430 2 14 13 10 27 27 0 12 46 5 26 4 3 6 2 26 0 24 8 6 29 24 10 27 48 1433 1 16 39 11 21 35 7 12 10 4 23 52 Ramadhan 6 18 36 9 6 2 7 22 21 8 21 57
49 15 1 31 4 3 37 27 8 15 11 1 الحركات المطلقات
قة جة ج
3 4 31
الخاصة الحاصلة بعد الجمع :
1 15 49
المركز الحاصلة بعد الجمع :
0
تعديل الخاصة/ تعديل االوؿ :
318
تعديل المركز / تعديل الثاني :
318
البعد المطلق :
200
:
حصة الساعة
x 318
:
البعد المطلق
3600 6 عة
x 60
6000 21 قة
1 11 15
:
عالمة المطلقة
6 21
:
تعديل العالمة
1 4 54
:
العالمة المعدلة
24
:
ساعة
4 54
:
ساعات العالمة المعدلة
19 6
ساعات من االجتماع الى الغروب :
19 6
ساعات من االجتماع الى الغروب :
30
9 33
:
ارتفاع الهالؿ
9 33
:
ارتفاع الهالؿ
4
38 12
:
مكث الهالؿ
11
:
عرض القمر
38
دقائق مكث الهالؿ :
38 11
نور الهالؿ :
Awal Bulan Syawwal 1413 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain
Tahun األوج المركز الخاصة الحصة العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة ة 1410 6 17 54 6 17 33 10 22 13 1 29 50 3 12 10
3 6 2 26 24 9 6 29 24 10 27 48 2 Ramadhan 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51 الحركات غير
المعدلة4 2 12 3 17 4 18 9 8 20 29 3 12 12
في معرفة تعديل الخاصة في معرفة تعديل المركز ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث اخلاصة 18 9 امل كز 8 20 29 املدخول املدخول اا س احمل وظ 9 اا س احمل وظ 29 ااس األ ل 3 33 ااس األ ل 1 ااس ااثاين 3 28 ااس ااثاين 1 اا ضل 5 اا ضل 0 اا س احمل وظ 9 اا س احمل وظ 29 اا ضل 5 اا ضل 0 حاصل ااض ب 45 حاصل ااض ب 0 ااس األ ل 3 33 ااس األ ل 1 حاصل ااض ب 45 حاصل ااض ب 0 تعديل الخاصة 3 32 15 تعديل المركز 1
في معرفة بعد النيرين غير المعدلة في معرفة تعديل الشمس
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
15 33 3 ب د اانريين غري
ديل اخلاصة 3 32 15 امل داة
ديل امل كز 1 ااقا دة 5
3 33 15 حاصل ااض ب 17 46 15بعد النيرين غير
المعدلة
ديل امل كز 1 في معرفة وسط الشمس تعديل الشمس 18 46 15
ج جة قة ين اث األ ج 3 12 12 في معرفة مقـو الشمس
امل كز 8 20 29 ج جة قة ين اث وسط الشمس 2 41 سط ااشمس 2 41
ديل ااشمس 18 46 15 مقـو الشمس 2 22 13 45
في معرفة دقائق تعديل األياـ في معرفة بعد النيرين المعدلة ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
15 33 3 ب د اانريين غري
قو ااشمس 2 22 13 45 امل داة
املدخول دقائق ديل األيا 4 28 27 اا س احمل وظ 2 22 13 45 بعد النيرين المعدلة 3 28 46 33
ااس األ ل 4 ااس ااثاين 5 في معرفة تعديل العالمة
اا ضل 1 ة قة ين اث اا س احمل وظ 22 13 45 ب د اانريين امل داة 3 28 46 33 اا ضل 1 ح ة ااسا ة 2 12 22 12 حاصل ااض ب 28 27 تعديل العالمة 7 40 35 39
ااس األ ل 4 حاصل ااض ب 28 27 في معرفة عالمات المعدلة بجاكرطا
دقائق تعديل األياـ 4 28 27 ة قة ين اث اا ة غري امل داة 4 2 12
في معرفة حصة الساعة ديل اا ة 7 40 35 39
21 24 31 18 3 العالمة المعدلة
ج جة قة ين اث بجاكرطا
اخلاصة 18 9 املدخول في معرفة ساعة بين الطولين
اا س احمل وظ 3 9 ة قة ين اث
40 146 طول ااس األ ل 2 13 ............ااب د
ااس ااثاين 2 12 طول ااب د جاك طا 142 اا ضل 1 فضل 4 40 اا س احمل وظ 3 9 ااقا دة 4 اا ضل 1 .....الساعة بين 18 40
حاصل ااض ب 37 48 ااس األ ل 2 13 ..................في معرفة العالمة الموافقة بػػػػػػػػػػػػػ
حاصل ااض ب 37 48 ة قة ين اث
21 24 31 18 3 اا ة امل داة
حصة الساعة 2 12 22 12 جباك طا
ااسا ة اا ضل 18 40 العالمة المعدلة 3 18 50 4 21
تقديري
في معرفة ارتفاع الهالؿ في معرفة مكث الهالؿ
ة قة ين اث ة قة ين اث ااسا ة يف ااقا دة 24 ار اع اا ل 2 34 58 ااسا ة االجتماع 18 50 4 21 ااقا دة 4
دد ااسا ة االجتماع 5 9 55 39 مكث الهالؿ 10 19 52
ااقا دة 30 ارتفاع الهالؿ 2 34 58 في معرفة منزلة القمر
ج جة قة ين اث في معرفة قوس نور الهالؿ قو ااشمس 2 22 13 45 ج جة قة ين اث املدخول
ال ة 3 17 4 اا س احمل وظ 22 13 45 املدخول ااس األ ل 11 اا س احمل وظ 4 ااس ااثاين 12 ااس األ ل 4 46 اا ضل 1
ااس ااثاين 4 45 اا س احمل وظ 22 13 45 اا ضل 1 اا ضل 1
اا س احمل وظ 4 حاصل ااض ب 33 13 45
اا ضل 1 ااس األ ل 11 حاصل ااض ب 4 حاصل ااض ب 33 13 45 ااس األ ل 4 46 منزلة القمر 11 33 13 45
حاصل ااض ب 4
عرض القمر 4 45 56
ث اا ل 10 19 52
ض ااقم 4 45 56
قوس نور الهالؿ 14 5 48
Awal Bulan Syawwal 1414 H dalam Kitab Sullam al-Nayyrain
Tahun األوج المركز الخاصة الحصة العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة ة 1410 6 17 54 6 17 33 10 22 13 1 29 50 3 12 10
4 3 11 14 1 2 11 5 9 12 10 17 4 3 Ramadhan 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51 الحركات غير
المعدلة1 11 3 25 6 10 27 57 8 9 45 3 12 13
في معرفة تعديل الخاصة في معرفة تعديل المركز
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث اخلاصة 10 27 57 امل كز 8 9 45 املدخول املدخول اا س احمل وظ 57 اا س احمل وظ 45 ااس األ ل 7 31 ااس األ ل 7 ااس ااثاين 7 27 ااس ااثاين 6 اا ضل 4 اا ضل 1 اا س احمل وظ 57 اا س احمل وظ 45 اا ضل 5 اا ضل 1 حاصل ااض ب 3 48 حاصل ااض ب 45 ااس األ ل 7 31 ااس األ ل 7 حاصل ااض ب 3 48 حاصل ااض ب 45 تعديل الخاصة 7 27 12 تعديل المركز 6 15
في معرفة بعد النيرين غير المعدلة في معرفة تعديل الشمس
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
ب د اانريين غري 7 33 27 ديل اخلاصة 7 27 12 امل داة
ديل امل كز 6 15 ااقا دة 5
7 33 27 حاصل ااض ب 37 47 15بعد النيرين غير
المعدلة
ديل امل كز 6 15 في معرفة وسط الشمس تعديل الشمس 44 2 15
ج جة قة ين اث األ ج 3 12 13 في معرفة مقـو الشمس
امل كز 8 9 45 ج جة قة ين اث وسط الشمس 11 21 58 سط ااشمس 11 21 58
ديل ااشمس 44 2 15 مقـو الشمس 11 21 13 57 45
في معرفة دقائق تعديل األياـ في معرفة بعد النيرين المعدلة ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
27 33 7 ب د اانريين غري
قو ااشمس 11 21 13 57 45 امل داة
املدخول دقائق ديل األيا 3 اا س احمل وظ 1 13 57 45 بعد النيرين المعدلة 7 30 27
ااس األ ل 3 ااس ااثاين 3 في معرفة تعديل العالمة
اا ضل 0 ة قة ين اث اا س احمل وظ 1 13 57 45 ب د اانريين امل داة 7 30 27
اا ضل 0 ح ة ااسا ة 2 8 35 24 حاصل ااض ب 0 0 تعديل العالمة 16 5 23 22
ااس األ ل 3 حاصل ااض ب 0 0 في معرفة عالمات المعدلة بجاكرطا
دقائق تعديل األياـ 3 0 0 ة قة ين اث اا ة غري امل داة 1 11
في معرفة حصة الساعة ديل اا ة 16 5 23 22
38 36 54 18 العالمة المعدلة
ج جة قة ين اث بجاكرطا
اخلاصة 10 27 57 املدخول في معرفة ساعة بين الطولين
اا س احمل وظ 2 57 ة قة ين اث
40 146 طول ااس األ ل 2 8 ............ااب د
ااس ااثاين 2 9 طول ااب د جاك طا 142 اا ضل 1 فضل 4 40 اا س احمل وظ 2 57 ااقا دة 4 اا ضل 1 .....الساعة بين 18 40
حاصل ااض ب 35 24 ااس األ ل 2 8 ..................في معرفة العالمة الموافقة بػػػػػػػػػػػػػ
حاصل ااض ب 37 24 ة قة ين اث
38 36 54 18 اا ة امل داة
حصة الساعة 2 8 35 25 جباك طا
ااسا ة اا ضل 18 40 العالمة المعدلة 19 13 16 38
تقديري
في معرفة ارتفاع الهالؿ في معرفة مكث الهالؿ
ة قة ين اث ة قة ين اث ااسا ة يف ااقا دة 24 ار اع اا ل 2 32 21 30 ااسا ة االجتماع 19 13 16 38 ااقا دة 4
دد ااسا ة االجتماع 4 46 43 22 مكث الهالؿ 9 33 26
ااقا دة 30 ارتفاع الهالؿ 2 32 21 30 في معرفة منزلة القمر
ج جة قة ين اث في معرفة قوس نور الهالؿ قو ااشمس 11 21 13 57 45 ج جة قة ين اث املدخول
ال ة 3 25 6 اا س احمل وظ 13 57 45 املدخول ااس األ ل 13 اا س احمل وظ 6 ااس ااثاين 14 ااس األ ل 4 32 اا ضل 1
ااس ااثاين 4 30 اا س احمل وظ 13 57 45 اا ضل 2 اا ضل 1
اا س احمل وظ 6 حاصل ااض ب 13 57 45
اا ضل 2 ااس األ ل 13 حاصل ااض ب 12 حاصل ااض ب 13 57 45 ااس األ ل 4 32 منزلة القمر 13 13 57 45
حاصل ااض ب 12
عرض القمر 4 31 48
ث اا ل 9 33 26
ض ااقم 4 31 48
قوس نور الهالؿ 14 5 14
Awal Bulan Ramadhan 1432 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain
Tahun األوج المركز الخاصة الحصة العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة ة 1430 3 2 1 11 28 33 1 8 13 6 25 10 3 12 26
2 6 2 26 24 9 6 29 24 10 27 48 2 Sya'ban 3 17 8 7 4 42 6 43 6 23 44
الحركات غير المعدلة
1 12 49 7 19 21 3 28 32 27 26 3 12 28
في معرفة تعديل الخاصة في معرفة تعديل المركز ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث اخلاصة 3 28 32 امل كز 27 26 املدخول املدخول اا س احمل وظ 32 اا س احمل وظ 26 ااس األ ل 25 ااس األ ل 2 48 ااس ااثاين 27 ااس ااثاين 2 50 اا ضل 2 اا ضل 2 اا س احمل وظ 32 اا س احمل وظ 26 اا ضل 2 اا ضل 2 حاصل ااض ب 1 4 حاصل ااض ب 52 ااس األ ل 25 ااس األ ل 2 48 حاصل ااض ب 1 4 حاصل ااض ب 52 تعديل الخاصة 26 4 تعديل المركز 2 48 52
في معرفة بعد النيرين غير المعدلة في معرفة تعديل الشمس
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
56 14 3 ب د اانريين غري
ديل اخلاصة 26 4 امل داة
ديل امل كز 2 48 52 ااقا دة 5
3 14 56 حاصل ااض ب 16 14 40بعد النيرين غير
المعدلة ديل امل كز 2 48 52
في معرفة وسط الشمس تعديل الشمس 3 5 6 40
ج جة قة ين اث األ ج 3 12 28 في معرفة مقـو الشمس
امل كز 27 26 ج جة قة ين اث وسط الشمس 4 9 54 سط ااشمس 4 9 54
ديل ااشمس 3 5 6 40 مقـو الشمس 4 6 48 53 20
في معرفة دقائق تعديل األياـ في معرفة بعد النيرين المعدلة ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
56 14 3 ب د اانريين غري
قو ااشمس 4 6 48 53 20 امل داة
املدخول دقائق ديل األيا 5 21 47 اا س احمل وظ 1 48 53 20 بعد النيرين المعدلة 3 9 34 13
ااس األ ل 5 ااس ااثاين 6 في معرفة تعديل العالمة
اا ضل 1 ة قة ين اث اا س احمل وظ 1 48 53 20 ب د اانريين امل داة 3 9 34 13 اا ضل 1 ح ة ااسا ة 1 55 17 36 حاصل ااض ب 21 47 تعديل العالمة 6 4 16 11
ااس األ ل 5 حاصل ااض ب 21 47 في معرفة عالمات المعدلة بجاكرطا
دقائق تعديل األياـ 5 21 47 ة قة ين اث اا ة غري امل داة 1 12 49
في معرفة حصة الساعة ديل اا ة 6 4 16 11
49 43 44 6 1 العالمة المعدلة
ج جة قة ين اث بجاكرطا
اخلاصة 3 28 32
املدخول في معرفة ساعة بين الطولين اا س احمل وظ 3 32 ة قة ين اث
40 146 طول ااس األ ل 1 56 ............ااب د
ااس ااثاين 1 55 طول ااب د جاك طا 142 اا ضل 1 فضل 4 40 اا س احمل وظ 3 32 ااقا دة 4 اا ضل 1 .....الساعة بين 18 40
حاصل ااض ب 42 24 ااس األ ل 1 56 ..................في معرفة العالمة الموافقة بػػػػػػػػػػػػػ
حاصل ااض ب 42 48 ة قة ين اث
49 43 44 6 1 اا ة امل داة
حصة الساعة 1 55 17 36 جباك طا
ااسا ة اا ضل 18 40 العالمة المعدلة 1 7 3 23 49
تقديري
في معرفة ارتفاع الهالؿ في معرفة مكث الهالؿ
ة قة ين اث ة قة ين اث ااسا ة يف ااقا دة 24 ار اع اا ل 8 28 18 ااسا ة االجتماع 7 3 23 49 ااقا دة 4 دد ااسا ة االجتماع 16 56 36 11 مكث الهالؿ 33 53
ااقا دة 30 ارتفاع الهالؿ 8 28 18 في معرفة منزلة القمر
ج جة قة ين اث في معرفة قوس نور الهالؿ قو ااشمس 4 6 48 53 20 ج جة قة ين اث املدخول
ال ة 7 19 21 اا س احمل وظ 48 53 20 املدخول ااس األ ل 7 اا س احمل وظ 21 ااس ااثاين 8 ااس األ ل 3 47 اا ضل 1
ااس ااثاين 3 50 اا س احمل وظ 48 53 20
اا ضل 3 اا ضل 1 اا س احمل وظ 21 حاصل ااض ب 48 53 20 اا ضل 3 ااس األ ل 7
حاصل ااض ب 1 3 حاصل ااض ب 48 53 20 ااس األ ل 3 47 منزلة القمر 7 48 53 20
حاصل ااض ب 1 3
عرض القمر 3 48 3
ث اا ل 33 53
ض ااقم 3 48 3
قوس نور الهالؿ 37 41 3
Awal Bulan Syawwal 1432 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain
Tahun األوج المركز الخاصة الحصة العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة ة 1430 3 2 1 11 28 33 1 8 13 6 25 10 3 12 26
2 6 2 26 24 9 6 29 24 10 27 48 2 Ramadhan 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51 الحركات غير
المعدلة3 1 33 8 20 1 4 24 21 1 26 33 3 12 28
في معرفة تعديل الخاصة في معرفة تعديل المركز ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث اخلاصة 4 24 21 امل كز 1 26 33 املدخول املدخول اا س احمل وظ 21 اا س احمل وظ 33 ااس األ ل 1 51 ااس األ ل 3 31 ااس ااثاين 1 56 ااس ااثاين 3 32 اا ضل 5 اا ضل 1 اا س احمل وظ 21 اا س احمل وظ 33 اا ضل 5 اا ضل 1 حاصل ااض ب 1 45 حاصل ااض ب 33 ااس األ ل 1 51 ااس األ ل 3 31 حاصل ااض ب 1 45 حاصل ااض ب 33 تعديل الخاصة 1 52 45 تعديل المركز 3 31 33
في معرفة بعد النيرين غير المعدلة في معرفة تعديل الشمس
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
ب د اانريين غري 5 24 18 ديل اخلاصة 1 52 45 امل داة
ديل امل كز 3 31 33 ااقا دة 5
5 24 18 حاصل ااض ب 27 1 30بعد النيرين غير
المعدلة
ديل امل كز 3 31 33 في معرفة وسط الشمس تعديل الشمس 3 58 34 30
ج جة قة ين اث األ ج 3 12 28 في معرفة مقـو الشمس
امل كز 1 26 33 ج جة قة ين اث وسط الشمس 5 9 1 سط ااشمس 5 9 1
ديل ااشمس 3 58 34 30 مقـو الشمس 5 5 2 25 30
في معرفة دقائق تعديل األياـ في معرفة بعد النيرين المعدلة ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
18 24 5 ب د اانريين غري
قو ااشمس 5 2 25 30 امل داة
املدخول دقائق ديل األيا 8 29 اا س احمل وظ 2 25 30 بعد النيرين المعدلة 5 16 17 31
ااس األ ل 8 ااس ااثاين 9 في معرفة تعديل العالمة
اا ضل 1 ة قة ين اث اا س احمل وظ 2 25 30 ب د اانريين امل داة 5 16 17 31 اا ضل 1 ح ة ااسا ة 1 50 حاصل ااض ب 29 تعديل العالمة 9 39 52 7
ااس األ ل 8 حاصل ااض ب 29 في معرفة عالمات المعدلة بجاكرطا
دقائق تعديل األياـ 8 29 ة قة ين اث اا ة غري امل داة 3 1 33 في معرفة حصة الساعة ديل اا ة 4 9 39 52 7
53 7 53 15 2 العالمة المعدلة
ج جة قة ين اث بجاكرطا
اخلاصة 4 24 21 املدخول في معرفة ساعة بين الطولين
اا س احمل وظ 4 21 ة قة ين اث
40 146 طول ااس األ ل 1 50 ............ااب د
ااس ااثاين 1 50 طول ااب د جاك طا 142 اا ضل 0 فضل 4 40 اا س احمل وظ 4 21 ااقا دة 4 اا ضل 0 .....الساعة بين 18 40
حاصل ااض ب 0 0 ااس األ ل 1 50 ..................في معرفة العالمة الموافقة بػػػػػػػػػػػػػ
حاصل ااض ب 0 ة قة ين اث
53 7 53 15 2 اا ة امل داة
حصة الساعة 1 50 جباك طا
ااسا ة اا ضل 18 40 العالمة المعدلة 2 16 11 47 53
تقديري
في معرفة ارتفاع الهالؿ في معرفة مكث الهالؿ
ة قة ين اث ة قة ين اث ااسا ة يف ااقا دة 24 ار اع اا ل 3 54 6 ااسا ة االجتماع 16 11 47 53 ااقا دة 4 دد ااسا ة االجتماع 7 48 12 7 مكث الهالؿ 15 36
ااقا دة 30 ارتفاع الهالؿ 3 54 6 في معرفة منزلة القمر
ج جة قة ين اث في معرفة قوس نور الهالؿ قو ااشمس 5 5 2 25 30 ج جة قة ين اث املدخول
ال ة 8 20 1 اا س احمل وظ 2 25 30 املدخول ااس األ ل 10 اا س احمل وظ 1 ااس ااثاين 11 ااس األ ل 4 55 اا ضل 1
ااس ااثاين 4 56 اا س احمل وظ 2 25 30 اا ضل 1 اا ضل 1
اا س احمل وظ 1 حاصل ااض ب 2 25 30
اا ضل 1 ااس األ ل 10 حاصل ااض ب 1 حاصل ااض ب 2 25 30 ااس األ ل 4 55 منزلة القمر 10 2 25 30
حاصل ااض ب 1
عرض القمر 4 55 1
ث اا ل 15 36
ض ااقم 4 55 1
قوس نور الهالؿ 20 31 1
Awal Bulan Ramadhan 1433 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain
Tahun األوج المركز الخاصة الحصة العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة ة 1430 3 2 1 11 28 33 1 8 13 6 25 10 3 12 26
3 6 2 26 24 9 6 29 24 10 27 48 2 Sya'ban 3 17 8 7 4 42 6 43 6 23 44
الحركات غير المعدلة
5 21 38 7 27 24 2 8 20 16 42 3 12 28
في معرفة تعديل الخاصة في معرفة تعديل المركز
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث اخلاصة 2 8 20 امل كز 16 42 املدخول املدخول اا س احمل وظ 20 اا س احمل وظ 42 ااس األ ل 32 ااس األ ل 2 27 ااس ااثاين 29 ااس ااثاين 2 29 اا ضل 3 اا ضل 2 اا س احمل وظ 20 اا س احمل وظ 42 اا ضل 3 اا ضل 2 حاصل ااض ب 1 حاصل ااض ب 1 24 ااس األ ل 32 ااس األ ل 2 27 حاصل ااض ب 1 حاصل ااض ب 1 24 تعديل الخاصة 31 تعديل المركز 2 28 24
في معرفة بعد النيرين غير المعدلة في معرفة تعديل الشمس
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
ب د اانريين غري 2 59 24 ديل اخلاصة 31 امل داة
ديل امل كز 2 28 24 ااقا دة 5
2 59 24 حاصل ااض ب 14 57 بعد النيرين غير
المعدلة
ديل امل كز 2 28 24 في معرفة وسط الشمس تعديل الشمس 2 43 21
ج جة قة ين اث األ ج 3 12 28 في معرفة مقـو الشمس
امل كز 16 42 ج جة قة ين اث وسط الشمس 3 29 10 سط ااشمس 3 29 10 ديل ااشمس 2 43 21 مقـو الشمس 3 26 26 39
في معرفة دقائق تعديل األياـ في معرفة بعد النيرين المعدلة
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
24 59 2 ب د اانريين غري
قو ااشمس 3 26 26 39 امل داة
املدخول دقائق ديل األيا 6 اا س احمل وظ 1 26 39 بعد النيرين المعدلة 2 53 24
ااس األ ل 6 ااس ااثاين 6 في معرفة تعديل العالمة
اا ضل 0 ة قة ين اث اا س احمل وظ 1 26 39 ب د اانريين امل داة 2 53 24 اا ضل 0 ح ة ااسا ة 2 7 20 حاصل ااض ب 0 0 تعديل العالمة 6 7 59
ااس األ ل 6 حاصل ااض ب 0 0 في معرفة عالمات المعدلة بجاكرطا
دقائق تعديل األياـ 6 ة قة ين اث اا ة غري امل داة 5 21 38 في معرفة حصة الساعة ديل اا ة 6 7 59
1 30 15 5 العالمة المعدلة
ج جة قة ين اث بجاكرطا
اخلاصة 2 8 20 املدخول في معرفة ساعة بين الطولين
اا س احمل وظ 3 20 ة قة ين اث
40 146 طول ااس األ ل 2 8 ............ااب د
ااس ااثاين 2 7 طول ااب د جاك طا 142 اا ضل 1 فضل 4 40 اا س احمل وظ 3 20 ااقا دة 4 اا ضل 1 .....الساعة بين 18 40
حاصل ااض ب 40 ااس األ ل 2 8 ..................في معرفة العالمة الموافقة بػػػػػػػػػػػػػ
حاصل ااض ب 40 ة قة ين اث
1 30 15 5 اا ة امل داة
حصة الساعة 2 7 20 جباك طا
ااسا ة اا ضل 18 40 العالمة المعدلة 5 15 48 41
تقديري
في معرفة ارتفاع الهالؿ في معرفة مكث الهالؿ
ة قة ين اث ة قة ين اث ااسا ة يف ااقا دة 24 ار اع اا ل 4 5 39 ااسا ة االجتماع 15 48 41 ااقا دة 4 دد ااسا ة االجتماع 8 11 19 مكث الهالؿ 16 23
ااقا دة 30 ارتفاع الهالؿ 4 5 39 في معرفة منزلة القمر
ج جة قة ين اث في معرفة قوس نور الهالؿ قو ااشمس 3 26 26 39 ج جة قة ين اث املدخول ال ة 7 27 24 اا س احمل وظ 26 39 املدخول ااس األ ل 9 اا س احمل وظ 24 ااس ااثاين 10 ااس األ ل 4 12 اا ضل 1 ااس ااثاين 4 15 اا س احمل وظ 26 39 اا ضل 3 اا ضل 1 اا س احمل وظ 24 حاصل ااض ب 26 39
اا ضل 3 ااس األ ل 9 حاصل ااض ب 1 12 حاصل ااض ب 26 39 ااس األ ل 4 12 منزلة القمر 9 26 39
حاصل ااض ب 1 12
عرض القمر 4 13 12
ث اا ل 16 23
ض ااقم 4 13 12
قوس نور الهالؿ 20 36 12
Awal Bulan Syawwal 1433 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain
Tahun األوج المركز الخاصة الحصة العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة ة 1430 3 2 1 11 28 33 1 8 13 6 25 10 3 12 26
3 6 2 26 24 9 6 29 24 10 27 48 2 Ramadhan 5 5 52 8 5 22 6 26 32 7 22 51 الحركات غير
المعدلة 10 22 8 28 4 3 4 9 1 15 39 3 12 28
في معرفة تعديل الخاصة في معرفة تعديل المركز
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث اخلاصة 3 4 9 امل كز 1 15 49 املدخول املدخول اا س احمل وظ 9 اا س احمل وظ 49 ااس األ ل 0 0 ااس األ ل 3 16 ااس ااثاين 0 0 ااس ااثاين 3 17 اا ضل 0 اا ضل 1 اا س احمل وظ 9 اا س احمل وظ 49 اا ضل 0 اا ضل 1 حاصل ااض ب 0 0 حاصل ااض ب 49 ااس األ ل 0 0 ااس األ ل 3 16 حاصل ااض ب 0 0 حاصل ااض ب 49 تعديل الخاصة 0 0 تعديل المركز 3 16 49
في معرفة بعد النيرين غير المعدلة في معرفة تعديل الشمس
ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
ب د اانريين غري 3 16 49 ديل اخلاصة 0 0 0 امل داة
ديل امل كز 3 16 49 ااقا دة 5
3 16 49 حاصل ااض ب 16 24 5بعد النيرين غير
المعدلة
ديل امل كز 3 16 49 في معرفة وسط الشمس تعديل الشمس 3 33 13 5
ج جة قة ين اث األ ج 3 12 28 في معرفة مقـو الشمس
امل كز 1 15 39 ج جة قة ين اث وسط الشمس 4 28 17 سط ااشمس 4 28 17 ديل ااشمس 3 33 13 5 مقـو الشمس 4 24 43 46 55
في معرفة دقائق تعديل األياـ في معرفة بعد النيرين المعدلة ج جة قة ين اث ج جة قة ين اث
49 16 3 ب د اانريين غري
قو ااشمس 4 24 43 46 55 امل داة
املدخول دقائق ديل األيا 6 56 45 اا س احمل وظ 4 43 46 55 بعد النيرين المعدلة 3 9 52 15
ااس األ ل 6 ااس ااثاين 7 في معرفة تعديل العالمة
اا ضل 1 ة قة ين اث اا س احمل وظ 4 43 46 55 ب د اانريين امل داة 3 9 52 15 اا ضل 1 ح ة ااسا ة 2 2 10 12 حاصل ااض ب 56 45 تعديل العالمة 6 26 36 49
ااس األ ل 6 حاصل ااض ب 56 45 في معرفة عالمات المعدلة بجاكرطا
دقائق تعديل األياـ 6 56 45 ة قة ين اث اا ة غري امل داة 0 10 22
في معرفة حصة الساعة ديل اا ة 6 26 36 49
11 23 55 3 العالمة المعدلة
ج جة قة ين اث بجاكرطا
اخلاصة 3 4 9 املدخول في معرفة ساعة بين الطولين
اا س احمل وظ 4 9 ة قة ين اث
40 146 طول ااس األ ل 2 3 ............ااب د
ااس ااثاين 2 2 طول ااب د جاك طا 142 اا ضل 1 فضل 4 40 اا س احمل وظ 4 9 ااقا دة 4 اا ضل 1 .....الساعة بين 18 40
حاصل ااض ب 49 48 ااس األ ل 2 3 ..................في معرفة العالمة الموافقة بػػػػػػػػػػػػػ
حاصل ااض ب 49 48 ة قة ين اث
11 23 55 3 اا ة امل داة
حصة الساعة 2 2 10 12 جباك طا
ااسا ة اا ضل 18 40 العالمة المعدلة 4 14 3 11
تقديري
في معرفة ارتفاع الهالؿ في معرفة مكث الهالؿ
ة قة ين اث ة قة ين اث ااسا ة يف ااقا دة 24 ار اع اا ل 9 52 58 24 ااسا ة االجتماع 4 14 3 11 ااقا دة 4
دد ااسا ة االجتماع 19 45 56 49 مكث الهالؿ 39 31 32
ااقا دة 30 ارتفاع الهالؿ 9 52 58 24 في معرفة منزلة القمر
ج جة قة ين اث في معرفة قوس نور الهالؿ قو ااشمس 4 24 43 46 55 ج جة قة ين اث املدخول
ال ة 8 28 4 اا س احمل وظ 43 46 55 املدخول ااس األ ل 12 اا س احمل وظ 4 ااس ااثاين 13 ااس األ ل 5 اا ضل 1
ااس ااثاين 5 اا س احمل وظ 43 46 55 اا ضل 0 اا ضل 1
اا س احمل وظ 4 حاصل ااض ب 43 46 55
اا ضل 0 ااس األ ل 12 حاصل ااض ب 0 حاصل ااض ب 43 46 55 ااس األ ل 5 منزلة القمر 12 43 46 55
حاصل ااض ب 0
عرض القمر 5
ث اا ل 39 31 32
ض ااقم 5
قوس نور الهالؿ 44 32 32
Awal Bulan Syawwal 1413 H dalam kitab Fathur Ro’uf al-Mannan
السنة التامة المركز الخاصة وسط الشمس حصة العرض العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ
1400 00 22 43 03 04 06 07 19 21 00 27 52 04 07 19 12 03 09 42 03 06 33 07 21 21 03 27 34 07 21 12
Ramadhan 06 18 36 09 06 02 08 21 58 07 22 20 08 21 57 04 03 01 03 16 41 00 02 40 00 17 46 08 20 28
”‘ “ ‘ ° ج “‘ “ ‘ ° ج 01 03 04 العالمة 16 10 34 03 تعديل الخاصة 1
02 06 45 07 تعديل العالمة 17 01 تعديل المركز 2
58 53 15 19 03 العالمة المعدلة 18 10 35 03 البعد المطلق 3
58 53 15 19 03 اجتماع بسماراغ 19 05 القاعدة 4
58 53 15 19 03 العالمة المعدلة بسماراغ 20 50 55 17 حاصل الضرب 5
20 04 ساعات فضل الطولين 21 01 تعديل المركز 6
رمباعاجتماع بػػػػػػػػػػ 22 50 55 18 تعديل وسط الشمس 7 03 19 20 13 58
24 القاعدة 23 40 02 وسط الشمس 8
58 13 20 19 ساعات العالمة 24 10 04 21 02 مقـو الشمس 9
02 46 39 04 البعد من االجتماع 25 13 28 04 تعديل االياـ 10
53 19 02 ارتفاع الهالؿ 26 10 35 03 البعد المطلق 11
04 القاعدة 27 13 28 04 تعديل االياـ 12
32 19 09 مكث الهالؿ 28 47 41 30 03 البعد المعدؿ 13
38 46 04 عرض القمر 29 48 26 12 02 حصة الساعة 14
10 06 14 نور الهالؿ 30 02 06 45 07 تعديل العالمة 15
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Selasa Ijtima’ Pada Jam : 13 : 01 WIB Tinggi Hilal : 02° 20’ Lamanya di atas Ufuk : 09 menit 20 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Syawwal 1414 H dalam kitab Fathur Ro’uf al-Mannan
السنة التامة المركز الخاصة وسط الشمس حصة العرض العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ
1400 00 22 43 03 04 06 07 19 21 00 27 52 04 07 19 13 00 18 30 03 14 36 07 10 38 02 07 22 07 10 28
Ramadhan 06 18 36 09 06 02 08 21 58 07 22 20 08 21 57 01 11 49 03 24 44 11 21 57 10 27 34 08 09 44
”‘ “ ‘ ° ج “‘ “ ‘ ° ج 49 11 01 العالمة 16 44 28 07 تعديل الخاصة 1
02 08 08 16 تعديل العالمة 17 16 06 تعديل المركز 2
58 51 40 19 العالمة المعدلة 18 35 07 البعد المطلق 3
58 51 40 19 اجتماع بسماراغ 19 05 القاعدة 4
58 51 40 19 العالمة المعدلة بسماراغ 20 55 37 حاصل الضرب 5
20 04 ساعات فضل الطولين 21 16 06 تعديل المركز 6
رمباعاجتماع بػػػػػػػػػػ 22 11 44 تعديل وسط الشمس 7 19 45 11 58
24 القاعدة 23 57 21 11 وسط الشمس 8
58 11 45 19 ساعات العالمة 24 49 12 21 11 مقـو الشمس 9
02 48 14 04 البعد من االجتماع 25 03 تعديل االياـ 10
01 24 07 02 ارتفاع الهالؿ 26 35 07 البعد المطلق 11
04 القاعدة 27 03 تعديل االياـ 12
36 29 08 مكث الهالؿ 28 32 07 البعد المعدؿ 13
32 32 04 عرض القمر 29 48 30 08 02 حصة الساعة 14
08 02 13 نور الهالؿ 30 02 08 08 16 تعديل العالمة 15
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Sabtu Ijtima’ Pada Jam : 13 : 29 WIB Tinggi Hilal : 02° 07’ Lamanya di atas Ufuk : 08 menit 30 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Ramadhan 1432 H dalam kitab Fathur Ro’uf al-Mannan
السنة التامة المركز الخاصة وسط الشمس حصة العرض العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ
1430 05 22 58 11 05 30 8 27 45 10 21 49 5 15 19 01 04 08 48 00 08 02 11 19 16 10 09 47 11 19 16
Sya’ban 05 05 52 08 05 22 07 22 51 06 26 32 07 22 51 01 13 38 07 18 54 04 09 52 03 28 08 00 27 26
”‘ “ ‘ ° ج “‘ “ ‘ ° ج 38 13 01 العالمة 16 16 25 تعديل الخاصة 1
50 59 02 06 تعديل العالمة 17 52 48 02 تعديل المركز 2
10 00 35 07 01 العالمة المعدلة 18 08 14 03 البعد المطلق 3
10 00 35 07 01 اجتماع بسماراغ 19 05 القاعدة 4
10 00 35 07 01 العالمة المعدلة بسماراغ 20 40 10 16 حاصل الضرب 5
20 04 ساعات فضل الطولين 21 52 48 02 تعديل المركز 6
رمباعاجتماع بػػػػػػػػػػ 22 40 02 05 03 تعديل وسط الشمس 7 01 07 39 20 10
24 القاعدة 23 52 09 04 وسط الشمس 8
10 20 39 07 ساعات العالمة 24 20 57 46 06 04 مقـو الشمس 9
50 39 20 16 البعد من االجتماع 25 23 21 05 تعديل االياـ 10
55 19 10 08 ارتفاع الهالؿ 26 08 14 03 البعد المطلق 11
04 القاعدة 27 23 21 05 تعديل االياـ 12
20 41 32 مكث الهالؿ 28 37 36 08 03 البعد المعدؿ 13
36 46 03 عرض القمر 29 24 22 55 01 حصة الساعة 14
56 27 36 نور الهالؿ 30 50 59 02 06 تعديل العالمة 15
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Ahad Ijtima’ Pada Jam : 01 : 19 WIB Tinggi Hilal : 08° 10’ Lamanya di atas Ufuk : 32 menit 41 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Syawwal 1432 H dalam kitab Fathur Ro’uf al-Mannan
السنة التامة المركز الخاصة وسط الشمس حصة العرض العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ
1430 05 22 58 11 05 30 08 27 45 10 21 49 05 15 19 1 04 08 48 00 08 02 11 19 16 10 09 47 11 19 16
Ramadhan 06 18 36 09 06 02 08 21 58 07 22 20 08 21 57 03 02 22 08 19 34 05 08 59 04 23 56 01 26 32
”‘ “ ‘ ° ج “‘ “ ‘ ° ج 22 02 03 العالمة 16 44 50 01 تعديل الخاصة 1
07 09 36 09 تعديل العالمة 17 32 31 03 تعديل المركز 2
53 50 45 16 02 العالمة المعدلة 18 16 22 05 البعد المطلق 3
53 50 45 16 02 اجتماع بسماراغ 19 05 القاعدة 4
53 50 45 16 02 العالمة المعدلة بسماراغ 20 20 51 26 حاصل الضرب 5
20 04 ساعات فضل الطولين 21 32 31 03 تعديل المركز 6
رمباعاجتماع بػػػػػػػػػػ 22 20 23 58 03 تعديل وسط الشمس 7 02 16 50 10 53
24 القاعدة 23 59 08 05 وسط الشمس 8
53 10 50 16 ساعات العالمة 24 40 36 00 05 05 مقـو الشمس 9
07 49 09 07 البعد من االجتماع 25 07 00 08 تعديل االياـ 10
33 54 34 03 ارتفاع الهالؿ 26 16 22 05 البعد المطلق 11
04 القاعدة 27 07 00 08 تعديل االياـ 12
38 19 14 مكث الهالؿ 28 53 15 14 05 البعد المعدؿ 13
55 04 عرض القمر 29 50 01 حصة الساعة 14
38 14 19 نور الهالؿ 30 07 09 36 09 تعديل العالمة 15
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Senin Ijtima’ Pada Jam : 10 : 25 WIB Tinggi Hilal : 03° 35’ Lamanya di atas Ufuk : 14 menit 20 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Ramadhan 1433 H dalam kitab Fathur Ro’uf al-Mannan
السنة التامة المركز الخاصة وسط الشمس حصة العرض العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ
1430 05 22 58 11 05 30 08 27 45 10 21 49 05 15 19 2 01 17 37 00 16 05 11 08 33 08 19 35 11 08 32
Sya’ban 05 05 52 08 05 22 07 22 51 06 26 32 07 22 51 05 22 27 07 26 57 03 29 09 02 07 56 00 16 42
”‘ “ ‘ ° ج “‘ “ ‘ ° ج 27 22 05 العالمة 16 08 32 تعديل الخاصة 1
52 37 10 06 تعديل العالمة 17 24 28 02 تعديل المركز 2
08 22 16 16 05 العالمة المعدلة 18 32 00 03 البعد المطلق 3
08 22 16 16 05 اجتماع بسماراغ 19 05 القاعدة 4
08 22 16 16 05 العالمة المعدلة بسماراغ 20 40 02 15 حاصل الضرب 5
20 04 ساعات فضل الطولين 21 24 28 02 تعديل المركز 6
رمباعاجتماع بػػػػػػػػػػ 22 40 26 43 02 تعديل وسط الشمس 7 05 16 20 42 08
24 القاعدة 23 09 29 03 وسط الشمس 8
08 42 20 16 ساعات العالمة 24 20 33 25 26 03 مقـو الشمس 9
52 17 39 07 البعد من االجتماع 25 06 تعديل االياـ 10
56 38 49 03 ارتفاع الهالؿ 26 32 00 03 البعد المطلق 11
04 القاعدة 27 06 تعديل االياـ 12
36 18 15 مكث الهالؿ 28 32 54 02 البعد المعدؿ 13
15 11 04 عرض القمر 29 48 24 07 02 حصة الساعة 14
27 30 19 نور الهالؿ 30 52 37 10 06 تعديل العالمة 15
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Kamis Ijtima’ Pada Jam : 10 : 00 WIB Tinggi Hilal : 03° 50’ Lamanya di atas Ufuk : 15 menit 19 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Syawwal 1433 H dalam kitab Fathur Ro’uf al-Mannan
السنة التامة المركز الخاصة وسط الشمس حصة العرض العالمة
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة ـ
1430 5 22 58 11 5 30 8 27 45 10 21 49 5 15 19 2 01 17 37 00 16 05 11 08 33 08 19 35 11 08 32
Ramadhan 06 18 36 09 06 02 08 21 58 07 22 20 08 21 57 00 11 11 08 27 37 04 28 16 03 03 44 01 15 48
”‘ “ ‘ ° ج “‘ “ ‘ ° ج 11 11 العالمة 16 16 تعديل الخاصة 1
19 23 27 06 00 تعديل العالمة 17 48 16 03 تعديل المركز 2
41 36 43 04 00 العالمة المعدلة 18 04 17 03 البعد المطلق 3
41 36 43 04 00 اجتماع بسماراغ 19 05 القاعدة 4
41 36 43 04 00 العالمة المعدلة بسماراغ 20 20 25 16 حاصل الضرب 5
20 04 ساعات فضل الطولين 21 48 16 03 تعديل المركز 6
رمباعاجتماع بػػػػػػػػػػ 22 20 13 33 03 تعديل وسط الشمس 7 00 04 47 56 41
24 القاعدة 23 16 28 04 وسط الشمس 8
41 56 47 04 ساعات العالمة 24 40 46 42 24 04 مقـو الشمس 9
19 03 12 19 البعد من االجتماع 25 33 56 06 تعديل االياـ 10
40 01 36 09 ارتفاع الهالؿ 26 04 17 03 البعد المطلق 11
04 القاعدة 27 33 56 06 تعديل االياـ 12
07 24 38 مكث الهالؿ 28 27 07 10 03 البعد المعدؿ 13
05 عرض القمر 29 12 15 02 02 حصة الساعة 14
07 24 43 نور الهالؿ 30 19 23 27 06 تعديل العالمة 15
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Jum’at Ijtima’ Pada Jam : 22 : 24 WIB Tinggi Hilal : 09° 36’ Lamanya di atas Ufuk : 38 menit 24 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Syawwal 1413 H dalam Kitab Syamsul Hilal
السنة
المركز الخاصة الوسط الحصة العالمة
Derajat Derajat Derajat Derajat عة ـ
1412 4 8.417 190.660 100.710 145.447 358.517 Ramadhan 6 18.606 276.035 261.960 232.349 261.950
4 3.023 106.695 2.670 17.796 260.467 تعديل الشمس 0.313 تعديل العالمة 7.718
3 19.305 2.357
Dr/ Jam Dr/ Jam 1 TK 13 3.550 تعديل الخاصة AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػػػػجفارا
19.305
2 TM 14 0.017 + تعديل المركز SFT 0.054 + ساعة فضل الطولين 3 BM 15 3.567 البعد المطلق AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػرمباغ 19.359
4 R القاعدة x 0.083 16 Y 24 اليـو 5 HP 17 0.296 حاصل الضرب SAM ساعات العالمة
المعدلة- 19.359
6 TM 18 0.017 + تعديل المركز SG 4.641 الساعات الى الغروب 7 TS 19 0.313 تعديل الشمس R القاعدة x 0.500 8 TY 20 0.067 تعديل االياـ Ir 2.321 االرتفاع 9 BM 21 3.567 البعد المطلق R القاعدة x 0.067
10 BD 22 3.500 البعد المعدؿ M 0.156 المكث 11 HS حصة الساعة x 2.205 23 AQ 0.080 + عرض القمر 12 TA 24 7.718 تعديل العالمة NH 0.236 نور الهالؿ
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Selasa Ijtima’ Pada Jam : 13 : 03 WIB Tinggi Hilal : 2° 19’
مقـو الشمس العالمة المعدلة وقت االجتماع
Lamanya di atas Ufuk : 9 menit 22 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Syawwal 1414 H dalam Kitab Syamsul Hilal
السنة
المركز الخاصة الوسط الحصة العالمة
Derajat Derajat Derajat Derajat عة ـ
1413 1 17.225 198.707 89.990 95.245 347.784 Ramadhan 6 18.606 276.035 261.960 232.349 261.950
1 11.831 114.742 351.950 327.594 249.734 تعديل الشمس 0.727 تعديل العالمة 16.215
7 19.616 351.223
Dr/ Jam Dr/ Jam 1 TK 13 7.450 تعديل الخاصة AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػػػػجفارا
19.616
2 TM 14 0.100 + تعديل المركز SFT 0.054 + ساعة فضل الطولين 3 BM 15 7.550 البعد المطلق AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػرمباغ 19.670
4 R القاعدة x 0.083 16 Y 24 اليـو 5 HP 17 0.627 حاصل الضرب SAM ساعات العالمة
المعدلة- 19.670
6 TM 18 0.100 + تعديل المركز SG 4.330 الساعات الى الغروب 7 TS 19 0.727 تعديل الشمس R القاعدة x 0.500 8 TY 20 0.050 تعديل االياـ Ir 2.165 االرتفاع 9 BM 21 7.550 البعد المطلق R القاعدة x 0.067
10 BD 22 7.500 البعد المعدؿ M 0.145 المكث 11 HS حصة الساعة x 2.162 23 AQ 0.081 + عرض القمر 12 TA 24 16.215 تعديل العالمة NH 0.226 نور الهالؿ
مقـو الشمس العالمة المعدلة وقت االجتماع
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Sabtu Ijtima’ Pada Jam : 13 : 24 WIB Tinggi Hilal : 2° 10’ Lamanya di atas Ufuk : 8 menit 42 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Ramadhan 1432 H dalam Kitab Syamsul Hilal
السنة
المركز الخاصة الوسط الحصة العالمة
Derajat Derajat Derajat Derajat عة ـ
1431 3 7.775 343.547 257.030 271.615 154.584 Sya’ban 5 5.872 245.364 232.853 206.532 232.844
1 13.647 228.911 129.883 118.147 27.428 تعديل الشمس 3.067 تعديل العالمة 5.955
1 7.692 126.816
Dr/ Jam Dr/ Jam 1 TK 13 0.417 تعديل الخاصة AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػػػػجفارا
7.692
2 TM 14 2.800 + تعديل المركز SFT 0.054 + ساعة فضل الطولين 3 BM 15 3.217 البعد المطلق AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػرمباغ 7.746
4 R القاعدة x 0.083 16 Y 24 اليـو 5 HP 17 0.267 حاصل الضرب SAM ساعات العالمة
المعدلة- 7.746
6 TM 18 2.800 + تعديل المركز SG 16.254 الساعات الى الغروب 7 TS 19 3.067 تعديل الشمس R القاعدة x 0.500 8 TY 20 0.083 تعديل االياـ Ir 8.127 االرتفاع 9 BM 21 3.217 البعد المطلق R القاعدة x 0.067
10 BD 22 3.134 البعد المعدؿ M 0.544 المكث
مقـو الشمس العالمة المعدلة وقت االجتماع
11 HS حصة الساعة x 1.900 23 AQ 0.063 + عرض القمر 12 TA 24 5.955 تعديل العالمة NH 0.607 نور الهالؿ
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Ahad Ijtima’ Pada Jam : 01 : 25 WIB Tinggi Hilal : 8° 8’ Lamanya di atas Ufuk : 32 menit 38 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Syawwal 1432 H dalam Kitab Syamsul Hilal
السنة
المركز الخاصة الوسط الحصة العالمة
Derajat Derajat Derajat Derajat عة ـ
1431 3 7.775 343.547 257.030 271.615 154.584 Ramadhan 6 18.606 276.035 261.960 232.349 261.950
3 2.381 259.582 158.990 143.964 56.534 تعديل الشمس 3.980 تعديل العالمة 9.440
2 16.941 155.010
Dr/ Jam Dr/ Jam 1 TK 13 1.850 تعديل الخاصة AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػػػػجفارا
16.941
2 TM 14 3.533 + تعديل المركز SFT 0.054 + ساعة فضل الطولين 3 BM 15 5.383 البعد المطلق AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػرمباغ 16.995
4 R القاعدة x 0.083 16 Y 24 اليـو 5 HP 17 0.447 حاصل الضرب SAM ساعات العالمة
المعدلة- 16.995
6 TM 18 3.533 + تعديل المركز SG 7.005 الساعات الى الغروب
مقـو الشمس العالمة المعدلة وقت االجتماع
7 TS 19 3.980 تعديل الشمس R القاعدة x 0.500 8 TY 20 0.133 تعديل االياـ Ir 3.503 االرتفاع 9 BM 21 5.383 البعد المطلق R القاعدة x 0.067
10 BD 22 5.250 البعد المعدؿ M 0.235 المكث 11 HS حصة الساعة x 1.798 23 AQ 0.083 + عرض القمر 12 TA 24 9.440 تعديل العالمة NH 0.318 نور الهالؿ
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Senin Ijtima’ Pada Jam : 10 : 35 WIB Tinggi Hilal : 3° 30’ Lamanya di atas Ufuk : 14 menit 06 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Ramadhan 1433 H dalam Kitab Syamsul Hilal
السنة
المركز الخاصة الوسط الحصة العالمة
Derajat Derajat Derajat Derajat عة ـ
1432 0 16.583 351.594 246.310 221.413 143.851 Sya’ban 5 5.872 245.364 232.853 206.532 232.844
5 22.455 236.958 119.163 67.945 16.695 تعديل الشمس 2.733 تعديل العالمة 6.112
5 16.343 116.430
Dr/ Jam Dr/ Jam 1 TK 13 0.533 تعديل الخاصة AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػػػػجفارا
16.343
2 TM 14 2.483 + تعديل المركز SFT 0.054 + ساعة فضل الطولين 3 BM 15 3.016 البعد المطلق AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػرمباغ 16.397
مقـو الشمس العالمة المعدلة وقت االجتماع
4 R القاعدة x 0.083 16 Y 24 اليـو 5 HP 17 0.250 حاصل الضرب SAM ساعات العالمة
المعدلة- 16.397
6 TM 18 2.483 + تعديل المركز SG 7.603 الساعات الى الغروب 7 TS 19 2.733 تعديل الشمس R القاعدة x 0.500 8 TY 20 0.100 تعديل االياـ Ir 3.802 االرتفاع 9 BM 21 3.016 البعد المطلق R القاعدة x 0.067
10 BD 22 2.916 البعد المعدؿ M 0.255 المكث 11 HS حصة الساعة x 2.096 23 AQ 0.070 + عرض القمر 12 TA 24 6.112 تعديل العالمة NH 0.325 نور الهالؿ
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Kamis Ijtima’ Pada Jam : 10 : 04 WIB Tinggi Hilal : 3° 48’ Lamanya di atas Ufuk : 15 menit 18 detik Cahaya Hilal :
Awal Bulan Syawwal 1433 H dalam Kitab Syamsul Hilal
السنة
المركز الخاصة الوسط الحصة العالمة
Derajat Derajat Derajat Derajat عة ـ
1432 0 16.583 351.594 246.310 221.413 143.851 Ramadhan 6 18.606 276.035 261.960 232.349 261.950
7 11.189 267.629 148.270 93.762 45.801 تعديل الشمس 3.555 تعديل العالمة 6.341
7 4.848 144.715
Dr/ Jam Dr/ Jam 1 TK 13 0.000 تعديل الخاصة AM 4.848 العالمة المعدلة
مقـو الشمس العالمة المعدلة وقت االجتماع
بػػػػػػػػػػػػػػجفارا2 TM 14 3.283 + تعديل المركز SFT 0.054 + ساعة فضل الطولين 3 BM 15 3.283 البعد المطلق AM العالمة المعدلة
بػػػػػػػػػػػرمباغ 4.902
4 R القاعدة x 0.083 16 Y 24 اليـو 5 HP 17 0.272 حاصل الضرب SAM ساعات العالمة
المعدلة- 4.902
6 TM 18 3.283 + تعديل المركز SG 19.098 الساعات الى الغروب 7 TS 19 3.555 تعديل الشمس R القاعدة x 0.500 8 TY 20 0.117 تعديل االياـ Ir 9.549 االرتفاع 9 BM 21 3.283 البعد المطلق R القاعدة x 0.067
10 BD 22 3.166 البعد المعدؿ M 0.640 المكث 11 HS حصة الساعة x 2.003 23 AQ 0.084 + عرض القمر 12 TA 24 6.341 تعديل العالمة NH 0.724 نور الهالؿ
Keterangan; Ijtima’ Pada Hari : Jum’at Ijtima’ Pada Jam : 22 : 31 WIB Tinggi Hilal : 9° 33’ Lamanya di atas Ufuk : 38 menit 24 detik Cahaya Hilal :
Hisab Awal Bulan Syawwal 1413 H dengan Sistem Ephemeris
1. Jam FIB : 7 (0.00175)
- EL 1 : 2° 39‟ 40” AL 1 : 2° 32‟ 28”
- EL 2 : 2° 42‟ 09” AL 2 : 3° 02‟ 14”
2. Jam Ijtima‟ : 14 : 12 : 1.77
3. Terbenam matahari
a. Tinggi Matahari : - 0° 53‟ 56.13”
b. Deklinasi Taqribi : 1° 7‟ 25”
c. Equation of Time Taqribi : - 6‟ 34”
d. Suduk Waktu Matahari : 90° 46‟ 26.97”
e. Terbenam Matahari : 17 : 43 : 44
4. Deklinasi : 1° 7‟ 9”
5. Equation of Time : - 6‟ 34.27”
6. Sudut waktu Matahari : 90° 46‟ 28.83”
7. Terbenam Matahari : 17 : 43 : 44.19
8. Azimuth Matahari : 268° 58‟ 40.6”
9. ARA Matahari : 2° 34‟ 56.86”
10. ARA Bulan : 2° 8‟ 45.14”
11. Sudut Waktu Bulan : 91° 12‟ 40.55”
12. Deklinasi Bulan : 6° 4‟ 58.25”
13. Tinggi Bulan Hakiki : - 1° 53‟ 58.9”
14. Koreksi
a. Horizontal Parallaks :
b. Parallaks :
c. Refraksi :
d. Kerendahan Ufuk :
15. Tinggi Hilal Mar‟i :
16. Lama Hilal di atas Ufuk :
17. Azimuth Hilal :
18. Posisi Hilal :
Hisab Awal Bulan Syawwal 1414 H dengan Sistem Ephemeris
19. Jam FIB : 7 (0.00159)
- EL 1 : 351° 28‟ 28” AL 1 : 351° 25‟ 37”
- EL 2 : 351° 30‟ 58” AL 2 : 351° 55‟ 60”
20. Jam Ijtima‟ : 14 : 06 : 7.96
21. Terbenam matahari
f. Tinggi Matahari : - 0° 53‟ 56.13”
g. Deklinasi Taqribi : - 3° 18‟ 56”
h. Equation of Time Taqribi : - 9‟ 49”
i. Suduk Waktu Matahari : 91° 17‟ 36..93”
j. Terbenam Matahari : 17 : 49 : 3.46
22. Deklinasi : - 3° 19‟ 6.76”
23. Equation of Time : - 9‟ 49.18”
24. Sudut waktu Matahari : 91° 17‟ 38.2”
25. Terbenam Matahari : 17 : 49 : 3.73
26. Azimuth Matahari : 260° 14‟ 9.87”
27. ARA Matahari : 352° 18‟ 48.8”
28. ARA Bulan : 352° 7‟ 52.64”
29. Sudut Waktu Bulan : 91° 28‟ 34.36”
30. Deklinasi Bulan : 1° 28‟ 44.51”
31. Tinggi Bulan Hakiki : - 1° 38‟ 13.6”
32. Koreksi
e. Horizontal Parallaks :
f. Parallaks :
g. Refraksi :
h. Kerendahan Ufuk :
33. Tinggi Hilal Mar‟i :
34. Lama Hilal di atas Ufuk :
35. Azimuth Hilal :
36. Posisi Hilal :
Hisab Awal Bulan Ramadhan 1432 H dengan Sistem Ephemeris
37. Jam FIB : 18 (0.00099)
- EL 1 : 127° 14‟ 19” AL 1 : 126° 51‟ 48”
- EL 2 : 127° 16‟ 43” AL 2 : 127° 27‟ 09”
38. Jam Ijtima‟ : 01 : 41 : 0.091
39. Terbenam matahari
k. Tinggi Matahari : - 0° 53‟ 56.13”
l. Deklinasi Taqribi : 18° 31‟ 52”
m. Equation of Time Taqribi : - 6‟ 27”
n. Suduk Waktu Matahari : 88° 43‟ 26.64”
o. Terbenam Matahari : 17 : 35 : 24.78
40. Deklinasi : 18° 17‟ 30.16”
41. Equation of Time : - 6‟ 25”
42. Sudut waktu Matahari : 88° 44‟ 57.86”
43. Terbenam Matahari : 17 : 35 : 28.86
44. Azimuth Matahari : 288° 18‟ 41.24”
45. ARA Matahari : 130° 18‟ 48.10”
46. ARA Bulan : 137° 52‟ 45.60”
47. Sudut Waktu Bulan : 91° 12‟ 40.55”
48. Deklinasi Bulan : 81° 10‟ 58.20”
49. Tinggi Bulan Hakiki : 7° 11‟ 32.20”
50. Koreksi
i. Horizontal Parallaks : 0° 59‟ 22.59”
j. Parallaks : 0° 58‟ 54.56”
k. Refraksi : 0° 07‟ 51.92”
l. Kerendahan Ufuk : 0° 03‟ 56.13”
51. Tinggi Hilal Mar‟i : 6° 40‟ 36.52”
52. Lama Hilal di atas Ufuk : 0 : 26 : 42.43
53. Azimuth Hilal : 282° 54‟ 04.74”
54. Posisi Hilal : 5° 24‟ 36.50” Selatan Matahari
Hisab Awal Bulan Syawwal 1432 H dengan Sistem Ephemeris
55. Jam FIB : 3 (0.00180)
- EL 1 : 155° 27‟ 16” AL 1 : 155° 24‟ 13”
- EL 2 : 155° 29‟ 41” AL 2 : 156° 01‟ 21”
56. Jam Ijtima‟ : 10 : 05 : 16.27
57. Terbenam matahari
p. Tinggi Matahari : - 0° 53‟ 56.13”
q. Deklinasi Taqribi : 9° 23‟ 33”
r. Equation of Time Taqribi : - 1‟ 3”
s. Suduk Waktu Matahari : 89° 49‟ 14.89”
t. Terbenam Matahari : 17 : 34 : 23.99
58. Deklinasi : 9° 23‟ 55.61”
59. Equation of Time : - 1‟ 3.43”
60. Sudut waktu Matahari : 89° 49‟ 14.89”
61. Terbenam Matahari : 17 : 34 : 23.57
62. Azimuth Matahari : 279° 21‟ 26.33”
63. ARA Matahari : 157° 33‟ 10.5”
64. ARA Bulan : 159° 45‟ 42.5”
65. Sudut Waktu Bulan : 87° 36‟ 30.16”
66. Deklinasi Bulan : 3° 12‟ 16.02”
67. Tinggi Bulan Hakiki : 2° 00‟ 2.30”
68. Koreksi
m. Horizontal Parallaks : 1° 00‟ 32”
n. Parallaks : 1° 00‟ 29.77”
o. Refraksi : 0° 20‟ 13.57”
p. Kerendahan Ufuk : 0° 03‟ 56.13”
69. Tinggi Hilal Mar‟i : 1° 40‟ 11.95”
70. Lama Hilal di atas Ufuk : 0 : 6 : 40.80
71. Azimuth Hilal : 273° 27‟ 42.82”
72. Posisi Hilal : 5° 53‟ 43.51” Selatan Matahari
Hisab Awal Bulan Ramadhan 1433 H dengan Sistem Ephemeris
73. Jam FIB : 4 (0.00127)
- EL 1 : 116° 53‟ 46” AL 1 : 116° 41‟ 19”
- EL 2 : 116° 56‟ 09” AL 2 : 117° 13‟ 06”
74. Jam Ijtima‟ : 11 : 25 : 24.49
75. Terbenam matahari
u. Tinggi Matahari : - 0° 53‟ 56.13”
v. Deklinasi Taqribi : 20° 43‟ 18”
w. Equation of Time Taqribi : - 6‟ 20”
x. Suduk Waktu Matahari : 88° 26‟ 57.44”
y. Terbenam Matahari : 17 : 34 : 11.83
76. Deklinasi : 20° 43‟ 30.04”
77. Equation of Time : - 6‟ 20”
78. Sudut waktu Matahari : 88° 26‟ 39.02”
79. Terbenam Matahari : 17 : 34 : 10.60
80. Azimuth Matahari : 290° 45‟ 43.23”
81. ARA Matahari : 119° 27‟ 8.5”
82. ARA Bulan : 121° 25‟ 26.9”
83. Sudut Waktu Bulan : 86° 13‟ 44.53”
84. Deklinasi Bulan : 15° 57‟ 26.46”
85. Tinggi Bulan Hakiki : 1° 46‟ 29.35”
86. Koreksi
q. Horizontal Parallaks : 0° 56‟ 1.57”
r. Parallaks : 0° 55‟ 59.96”
s. Refraksi : 0° 21‟ 9.67”
t. Kerendahan Ufuk : 0° 03‟ 56.13”
87. Tinggi Hilal Mar‟i : 1° 30‟ 51.14”
88. Lama Hilal di atas Ufuk : 0 : 6 : 3.41
89. Azimuth Hilal : 286° 17‟ 44.53”
90. Posisi Hilal : 4° 28‟ 12.73” Selatan Matahari
Hisab Awal Bulan Syawwal 1433 H dengan Sistem Ephemeris
91. Jam FIB : 16 (0.00190)
- EL 1 : 145° 08‟ 26” AL 1 : 145° 10‟ 36”
- EL 2 : 145° 10‟ 50” AL 2 : 145° 44‟ 15”
92. Jam Ijtima‟ : 22 : 55 : 50.4
93. Terbenam matahari
z. Tinggi Matahari : - 0° 53‟ 56.13”
aa. Deklinasi Taqribi : 13° 12‟ 26”
bb. Equation of Time Taqribi : - 3‟ 59”
cc. Suduk Waktu Matahari : 89° 22‟ 13.78”
dd. Terbenam Matahari : 17 : 35 : 31.92
94. Deklinasi : 12° 53‟ 20.98”
95. Equation of Time : - 3‟ 46”
96. Sudut waktu Matahari : 89° 24‟ 17.82”
97. Terbenam Matahari : 17 : 35 : 27.19
98. Azimuth Matahari : 282° 52‟ 17.36”
99. ARA Matahari : 148° 8‟ 12.72”
100. ARA Bulan : 155° 38‟ 17.3”
101. Sudut Waktu Bulan : 81° 54‟ 13.18”
102. Deklinasi Bulan : 4° 46‟ 48.83”
103. Tinggi Bulan Hakiki : 7° 27‟ 19.24”
104. Koreksi
u. Horizontal Parallaks : 0° 57‟ 52.59”
v. Parallaks : 0° 57‟ 23.23”
w. Refraksi : 0° 07‟ 35.61”
x. Kerendahan Ufuk : 0° 03‟ 56.13”
105. Tinggi Hilal Mar‟i : 6° 57‟ 14.00”
106. Lama Hilal di atas Ufuk : 0 : 27 : 48.93
107. Azimuth Hilal : 275° 43‟ 54.17”
108. Posisi Hilal : 7° 8‟ 23.19”