analisis campur kode dalam novel ketika cinta …
TRANSCRIPT
ANALISIS CAMPUR KODE DALAM NOVEL KETIKA CINTA
BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
RASDIANA
NIM 10533811015
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
2019
iii
iv
v
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Waktumu terbatas. Jangan menyia-nyiakannya dengan melihat kekurangan
seseorang, yakinlah dengan dukungan, kesabaran, doa, dan ijabah-Nya”
Kupersembahkan karya sederhana ini
sebagai ungkapan terima kasihku kepada kedua orang tuaku
tercinta, saudaraku, dan sahabat-sahabatku atas doa, dukungan, nasihat,
dan pengorbanan yang tulus dan ikhlas untuk kesuksesan ananda.
vii
ABSTRAK
Rasdiana. 2019. Analisis Campur Kode dalam Novel Ketika Cinta Baertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 Hambali dan pembimbing 2 Andi Paida.
Masyarakat yang beragam dan lingkungan budaya yang berbeda menimbulkan ragam bahasa dalam penggunaan bahasa. Keanekaragaman bahasa tersebut disebabkan karena adanya penggunaan campur kode bentuk lisan maupun tulisan. Peristiwa campur kode dalam bentuk tulisan biasanya terdapat pada buku bacaan karya sastra seperti novel. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan warna baru dalam berbahasa tulis. Novel Ketika Cinta Bertasbih terdapat campur kode keluar (outer-code mixing) karena menggunakan bahasa asli yaitu bahasa Indonesia yang disisipi bahasa asing yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Jawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan wujud campur kode bahasa daerah Jawa dan campur kode bahasa asing (Arab dan Inggris). Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi dengan menggunakan sumber-sumber tertulis berupa kontruksi yang merupakan wujud-wujud campur kode berupa bentuk dialog dan deskripsi yang terdapat pada novel Ketika Cinta Bertasbih. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan adanya campur kode berjumlah 229 data, penyisipan wujud kata berjumlah 119 data, penyisipan wujud frasa berjumlah 44 data, penyisipan wujud klausa berjumlah 16 data, penyisipan wujud kata ulang berjumlah 11 data, penyisipan wujud baster berjumlah 24 data, dan penyisipan wujud idiom atau ungkapan berjumlah 15 data.
Kata kunci : campur kode, wujud campur kode, novel Ketika Cinta Bertasbih.
viii
KATA PENGANTAR
Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,
Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan
bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan,
bagai pelangi yang terlihat indah dari kejahuan, tetapi menghilang jika didekati.
Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis
serahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidkan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua saya. Drs Sulaiman T, M.Pd dengan Rosnaeni yang telah berjuang,
berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses
pencarian ilmu. Demikain pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga serta
sahabat yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan
candanya. Kepada Drs. H. Hambali, S.Pd.,M.Hum dengan Dr. Andi Paida, M.Pd.
ix
Pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan,
serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.
Makassar, Agustus 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ................................................................................ v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ........................ 6
A. Kajian Pustaka ........................................................................... 6
1. Penelitian yang Relevan ....................................................... 6
2. Penggunaan Bahasa dalam Novel ........................................ 7
3. Kode Bahasa ........................................................................ 11
4. Campur Kode ....................................................................... 14
B. Kerangka Pikir ........................................................................... 24
xi
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 27
A. Jenis Penelitian........................................................................... 27
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 27
C. Batasan Istilah ............................................................................ 27
D. Data dan Sumber Data ............................................................... 28
E. Instrumen Penelitian .................................................................. 28
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 29
G. Teknik Analisis Data.................................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 31
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 31
B. Pembahasan................................................................................ 87
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 99
A. Simpulan .................................................................................... 99
B. Saran .......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 101
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Korpus Data ................................................................................... 103
2. Objek Penelitian ............................................................................. 144
3. Surat Pengesahan Skripsi ............................................................... 145
4. Surat Persetujuan Skripsi ............................................................... 146
5. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi 1 .............................................. 147
6. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi 2 ............................................... 148
7. Sinopsis Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburrahman El Shirazy ............................................................. 150
8. Riwayat Hidup ............................................................................... 155
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahkluk sosial yang memiliki keinginan untuk
berinteraksi dengan sesamanya. Manusia menggunakan pikiran, naluri,
perasaan, dan keinginan untuk memberi reaksi dan interaksi pada
lingkungannya. Interaksi sosial terbentuk karena dipengaruhi oleh tindakan
sosial, kontak sosial, dan komunikasi sosial.
Secara teoritis, bahasa berkaitan dengan berbicara. Berbicara
merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang merupakan suatu
kegiatan (ucapan) untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan seseorang
kepada penyimaknya melalui bahasa lisan. Mengingat dalam peristiwa
berbicara mengandaikan adanya maksud pembicaraan dari pembicara kepada
pendengar, maka jelas kiranya bahwa tujuan berbicara tidak lain adalah untuk
menyampaikan maksud, gagasan, ide pembicara itu sendiri. Dapat pula
dikatakan bahwa tujuan berbicara tidak lain untuk berkomunikasi.
Penggunaan bahasa dapat menunjukkan pengguna bahasa. Itu artinya bahasa
bisa menjadi cerminan pribadi pengguna bahasa tersebut. Bahasa sangat
menarik dan berbeda setiap pembicaranya. Bahasa yang digunakan oleh
orang yang terkenal cenderung lebih sering diperhatikan dan ditiru (Kartono,
2014: 1). Pemakaian bahasa dalam kehidupan masyarakat mengakibatkan
terjadinya keanekaragaman bahasa. Ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat
adanya keanekaragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi
2
bahasa itu, ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai
alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Fungsi bahasa merupakan bagian dari sosiolinguistik. Dalam perspektif
sosiolinguistik, konsep bahasa untuk menyampaikan pikiran tertentu terlalu
sempit sebab seperti yang dikemukakan oleh Fishman (dalam Chaer dan
Agustin 2004: 7) bahwa yang menjadi pokok persoalan linguistik adalah
“who speak, what language, to whom, when, and to what end”
Saat berinteraksi antarmanusia dengan manusia lainnya, pada keadaan
tertentu akan didapati manusia yang mampu berbicara lebih dari satu bahasa,
disebut dengan istilah bilingual atau bahkan ada manusia yang multilingual.
Di Indonesia pada umumnya adalah masyarakat bilingual, yaitu
menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa pertama, banyak juga yang multilingual atau masyarakat aneka
bahasa, yaitu masyarakat yang menggunakan beberapa bahasa, baik
menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan juga bahasa asing.
Faktor masyarakat bilingual atau bahkan multilingual bisa disebabkan
oleh beberapa sebab. Misalnya perkawinan, anak-anak yang berasal dari
perkawinan campur beda bangsa dan bahasa sangat mungkin mampu
memahami dan menggunakan beberapa bahasa yang berbeda. Faktor migrasi,
yaitu perpindahan penduduk yang menyebabkan keanekabahasaan, kelompok
kecil yang bermigrasi ke daerah atau negara lain tentu saja menyebabkan
bahasa ibu mereka tidak berfungsi di daerah baru. Selain itu, faktor
pendidikan. Sekolah biasanya mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak
yang menyebabkan anak menjadi bilingual atau bahkan multilingual.
3
Pemilihan bahasa bukanlah merupakan hal yang mudah dalam suatu
peristiwa tutur. Seseorang yang merupakan bilingual tentu saja akan berpikir
untuk memilih bahasa yang akan di gunakan ketika berbicara kepada orang
lain dalam peristiwa komunikasi. Menurut sudut pandang Sosiolinguistik,
penggunaan variasi kode bahasa dalam masyarakat multibahasa merupakan
gejala yang sangat menarik untuk dikaji.
Campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnya
berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah meninggalkan
fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya. Campur kode yang
sering dilakukan oleh masyarakat indonesia dalam bentuk lisan maupun
tulisan, khususnya yang terdapat dalam buku bacaan karya sastra seperti
novel.
Novel sebagai karya sastra merupakan luapan ekspresi pengarang.
Salah satu unsur penting dalam novel adalah penggunaan bahasa. Bahasa
yang terdapat dalam novel diungkapkan pengarangnya dengan bebas dan
santai. Penggunaan bahasa tersebut dimaksudkan agar ide, gagasan dan
pikiran pengarang dapat dinikmati dan dihayati oleh pembaca sehingga
pembaca seolah-olah dibawa ke dalam dunia yang diciptakan pengarang.
Saat ini perkembangan karya sastra di Indonesia khususnya novel
sangat pesat dan membanggakan. Peneliti tertarik untuk meneliti campur
kode yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy. Pemilihan novel Ketika Cinta Bertasbih sebagai
objek kajian penelitian berdasarkan beberapa alasan.
4
Pertama, Novel Ketika Cinta Bertasbih dikarang oleh salah satu
sastrawan terkenal yang telah menghasilkan novel-novel yang digemari
pembaca, novel Ketika Cinta Bertasbih juga merupakan novel yang berisi
perjuangan hidup, cinta, dan nilai-nilai moral dan agama yang berguna bagi
pembaca terutama generasi muda. Kedua, penulis adalah seorang multilingual
menguasai bahasa Jawa sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua, bahkan menguasai bahasa Arab sebagai bahasa ketiga. Ketiga,
berdasarkan temuan peneliti, penulis sering memunculkan beberapa peristiwa
kebahasaan, yaitu bahasa daerah (Jawa), bahasa asing (Arab dan Inggris)
pada novel Ketika Cinta Bertasbih1 dan Ketika Cinta Bertasbih2 yang
terdapat campur kode baik berbentuk dialog antartokoh maupun bentuk
deskripsi karena bercerita tentang perjuangan seorang Khairul Azzam untuk
menafkahi keluarga di kampung halaman serta perjuangan meraih cinta Allah
SWT.
Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy
merupakan novel pembangun jiwa yang sangat menarik, peneliti tertarik
untuk menganalisis peristiwa campur kode pada novel tersebut, yaitu campur
kode dalam deskripsi cerita dan campur kode dialog tokoh yang meliputi
penyisipan unsur yang berwujud kata, frasa, klausa, baster, kata ulang, dan
ungkapan atau idiom, baik campur kode bahasa asing (Arab dan Inggris)
maupun campur kode bahasa daerah (Jawa).
B. Rumusan Masalah
Peneliti membatasi penelitian ini pada masalah wujud campur kode dengan
perumusan masalah sebagai berikut:
5
Bagaimanakah wujud campur kode dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui wujud campur kode dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoretis
maupun praktis.
Manfaat Teoretis
Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah keilmuan Bahasa Indonesia.
Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
mengenai sosiolinguistik.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi keilmuan Bahasa
Indonesia di Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian
selanjutnya.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah daftar referensi dari semua jenis referensi seperti
buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory, dan
karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Pada bagian
ini dikemukakan beberapa teori yang mendukung penelitian ini:
1. Penelitian yang Relevan
kajian sosiolonguistik merupakan kajian yang menarik. Hal ini
terbukti dengan masih banyaknya penelitian tentang sosiolinguistik
khususnya tentang campur kode. Adapun beberapa pustaka relevan untuk
mendasari tentang penelitian campur kode.
Penelitian Syamsuriadi Sultan (2012) dengan judul “Analisis
Campur Kode dalam Novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika Karya
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra” (suatu tinjauan
sosiolinguistik). Yang memfokuskan penelitiannya dengan wujud dan
fungsi campur kode. Persamaan penelitian Syamsuriadi dengan penelitian
yang dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti objek tentang novel
dan campur kode. Perbedaannya Syamsuriadi meneliti novel berjudul
Bulan Terbelah Di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais dan
Rangga Almahendra sedangkan peneliti akan meneliti novel Ketika Cinta
Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy.
Penelitian Suwandi (2009) dengan judul “Analisis Campur Kode
Pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi”. Penelitian Suwandi
7
berfokus untuk mendeskripsikan bentuk campur kode. Persamaan
penelitian Suwandi dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
sama-sama meneliti tentang novel dan campur kode. Perbedaannya
penelitian Suwandi meneliti novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi
sedangkan peneliti akan meneliti novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburrahman El Shirazy.
Selanjutnya, penelitian Nasrullah (2014) dengan judul “Campur
Kode Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia Di Desa Matabulu
Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara”.
Persamaan penelitian Nasrullah dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti adalah sama-sama meneliti campur kode tetapi objeknya berbeda
karena Nasrullah fokus meneliti masyarakat Matabubu Kecamatan Baito
Kabupaten Kanawe Selatan Sulawesi Tenggara sedangkan peneliti akan
meneliti novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy
berupa campur kode bahasa daerah (Jawa), dan bahasa asing (Inggris dan
Arab).
2. Penggunaan Bahasa dalam Novel
Bahasa sebagai alat berkomunikasi antara individu dapat diartikan
dengan karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi
antara pengarang dengan pembaca. Pengarang dapat mengekspresikan
perasaan, gagasan, ideologi, dan wawasannya melalui karya sastra.
Ekspresi tersebut sebagai perwujudan sesuatu yang dilihat oleh pengarang
baik indrawi maupun hakiki. Pembaca sebagai penikmat karya sastra
dapat merasakan maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui
8
bahasa yang khas dan menarik.
Hubungan antara bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata
uang, keduanya tidak bisa dipisahkan sebab nilainya tergantung dari
kualitas antar hubungannya. Melalui kualitas intelektualitas bahasa
menyediakan sarana dalam bentuk bunyi, huruf, kata, kalimat, paragraf
dan seterusnya. Sebaliknya, melalui kualitas emosionalitas karya sastra
memanfaatkannya, mengeksploitasinya, dengan berbagai cara yang
tersedia. Penyusunan cerita, alur, penokohan, tema dan sebagainya,
khususnya gaya bahasa adalah cara-cara terpenting yang digunakan oleh
pengarang.
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Bahasa dalam novel
menggunakan bahasa yang khas dalam dunia sastra dan menurut beberapa
orang menyimpang dari cara penuturan yang telah bersifat otomatis,
rutin, biasa, dan wajar. Penuturan dalam sastra selalu diusahakan dengan
cara lain, baru dan belum pernah dipakai sebelumnya. Unsur kebaruan
dan keaslian merupakan suatu hal yang menentukan nilai sebuah karya.
Penyimpangan bahasa dalam sastra tidak menjadi kebebasan yang
tak terbatas. Fungsi komunikatif bahasa masih membatasi kebebasan
pembiasan bahasa itu. Bahasa yang dibiaskan masih berdasarkan pada
bahasa yang konvensional agar pesan yang disampaikan sastra dapat
dipahami dan di terima oleh pembaca sehingga diperlukan keefektifan
dalam pengungkapan suatu karya sastra. Hal itu dilakukan sebagai usaha
mendeskripsikan makna yang terkandung dalam karya tersebut serta
menikmati keindahannya. Untuk memperoleh pengungkapan yang efektif,
9
bahasa dalam sastra disiasati, dimanipulasi, dan didayagunakan secermat
mungkin sehingga tampil dengan sosok yang berbeda dengan bahasa
nonsastra (Ratna, 2007: 36).
Bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa yang mengandung unsur
emotif dan bersifat konotatif sebagai kebaikan bahasa nonsastra,
khususnya bahasa ilmiah yang rasional dan denotatif. Penggunan bahasa
sastra lebih ditujukan pada tujuan estetik katena di dalamnya hanya
menggunakan unsur emotif dan bersifat konotatif (Nurgiyantoro, 2000 :
273).
Pengarang biasanya mempunyai kemampuan untuk mengolah kata
demi kata dan menghasilkan karya yang indah, menarik, sehingga
pembaca dapat terbuai merasakan kebahagiaan, kesedihan, dan bahkan
semangat yang berkobar-kobar. Hal ini memungkinkan suatu novel
menggunakan berbagai macam gaya bahasa sesuai dengan kreativitas
yang ingin dimunculkan oleh pengarang.
Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan
dengan pengarang laiinya karena pengarang tertentu selalu menyajikan
hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaan
terhadap segala sesuatu di sekitarnya. Gaya digunakan sebagai cara
pemakaian bahasa yang spesifik oleh seorang pengarang. Gaya
merupakan kemajiran seorang pengarang dalam memilih dan
menggunakan kata-kata, kelompok kata, kalimat, dan ungkapan yang
pada akhirnya akan ikut menentukan keberhasilan, keindahan, dan masuk
akal suatu karya yang menjadi hasil ekspresi dirinya (Sayuti, 2000: 173-
10
175).
Pengunaan bahasa khas bukan dalam pengertian bahwa bahasa
sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri
khas dan perbedaan diperoleh melalui proses pemilihan dan penyusunan
kembali. Analog dengan kehidupan sehari-hari, gaya sebagai salah satu
cara hidup di antara berbagai cara yang lain, gaya bahasa adalah masalah
cara pemakaian yang khas, bukan bahasa khas yang berbeda dengan
bahasa kamus. Dengan kalimat lain, kekhasan yang dimaksud adalah
kekhasan dalam proses seleksi, memanipulasi, dan mengombinasikan
kata-kata.
Novel sebagai karya fiksi disajikan dalam bentuk narasi dan
menggunakan bahasa yang khas (konotatif) sehingga dalam suatu
deskripsi mengenai suatu tempat peristiwa (setting), tokoh (character)
maupun peristiwa (incident) nampak begitu hidup seolah-olah pembaca
bisa melihat, mendengar, merasakan dan mengalami peristiwa itu sendiri.
Bahasa dalam karya fiksi (novel) bisa menyentuh perasaan dan
menghanyutkan pembaca. Di samping itu, dalam karya fiksi terdapat plot
dan suspense yang merupakan daya tarik tersendiri bagi pembaca.
Adapun ciri-ciri novel adalah sebagai berikut: Alur ceritanya lebih rumit
dan lebih panjang yang ditandai oleh perubahan pada diri seorang tokoh,
tokohnya lebih banyak dan dalam berbagai karakter, latarnya meliputi
wilayah geografi yang luas dan dalam waktu yang lebih lama, temanya
lebih kompleks dan ditandai adanya tema-tema bawahan, menggunakan
gaya bahasa yang kompleks.
11
3. Kode Bahasa
a. Pengertian Kode
istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian di dalam
hirarki kebahasaan, sehingga selain kode yang mengacu kepada
bahasa seperti bahasa inggris, arab, indonesia. Juga mengacu pada
variasi bahasa, seperti varian regional (bahasa Jawa dialeg Bayumas,
Jogja-Solo, Surabaya), juga varian kelas sosial disebut dialog sosial
atau sosiolek (bahasa jawa halus dan kasar), varian ragam dan gaya
dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat, atau gaya
santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa doa,
dan bahasa lawak). Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa
hirarki kebahasaan dimulai dari bahasa (languange) pada level paling
atas disusul dengan kode yang terdiri atas varian, ragam, gaya, dan
register (Chaer dan Agustina, 2004 :107).
Chaer (2004: 84) menyatakan bahasa merupakan suatu
kebulatan yang terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur ini disebut
variasi bahasa. Selanjutnya variasi bahasa memiliki beberapa
keanggotaan yang disebut varian. Tiap-tiap varian bahasa inilah yang
disebut dengan kode. Hal ini menunjukkan adanya semacam hirarki
kebahasaan yang dimulai dari bahasa sebagai level yang paling atas
disusul dengan kode yang terdiri dari varian-varian dan ragam-ragam.
Istilah kode dalam hal ini dimaksudkan untuk menyebut salah satu
varian dalam hirarki bahasa.
Kode adalah tanda atau kata-kata, tulisan yang disepakati
12
mengandung maksud tertentu, kumpulan peraturan, prinsip yang
sistematis (Dekdikbud, 2004: 510). Kode dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri
khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan
lawan bicaranya, dan situasi tutur yang ada. Kode biasanya berbentuk
varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi oleh anggota
suatu masyarakat bahasa. Seorang yang melakukan pembicaraan
sebenarnya mengirimkan kode-kode kepada lawan bicaranya.
Ketika seseorang akan berkomunikasi dengan yang lainnya, ia
akan memilih kode yang tepat atau sesuai dengan keadaan ketika
pembicaraan berlangsung. Kode adalah suatu istilah yang digunakan
sebagai pengganti dari bahasa, ragam bahasa atau dialek.
Menggunakan bahasa berarti sama dengan menggunakan kode.
Tindak komunikasi pada dasarnya adalah pengiriman amanat dari
pengirim kepada penerima. Dalam proses pertama, pengirim amanat
atau pebicara membuat kode semantik, gramatikal, dan fonologis
untuk dikirim kepada penerima amanat atau pendengar. Proses kedua
terjadi pada diri pendengar. Pendengar berusaha menguraikan atau
memecahkan kode fonologis, gramatikal, dan semantik yang
diterima.
Rahardi (2010: 12) menyatakan bahwa kode biasanya berupa
varian bahasa pada umumnya ditandai oleh unsur-unsur pokok
bahasa yang menyangkut sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan
leksikon yang terdapat dalam suatu wacana.
13
b. Hubungan Kode Bahasa dengan Sastra
Berbagai kode yang harus dipahami oleh para pembaca sastra
adalah kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra. Kode sastra perlu
dikuasai oleh pembaca, agar dirinya berhasil dalam mengapresiasi
karya sastra tersebut, sebab pada dasarnya setiap karya sastra itu
memiliki keunikan yang sebagian diantaranya diungkapkan melalui
bahasa. Bahasa dalam karya sastra telah diekploitasi melalui proses
kreatif untuk mendukung fungsi tertentu. Untuk dapat memahami
maknanya, seseorang perlu memahami dahulu konvensi bahasa yang
umum, yang dimungkinkan oleh kaidah tersebut.
Kode bahasa mengacu pada pemakaian bahasa itu sendiri yang
merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat dengan segala
variasinya. Baik bahasa yang digunakan dalam ragam formal maupun
bahasa yang digunakan dalam ragam santai.
Kode sastra adalah kode yang berkenaan dengan hakikat, fungsi,
sastra, karakteristik sastra, kebenaran imajinatif dalam sastra, sastra
sebagai sistem semiotik, sastra sebagai dokumen sosial budaya, dan
sebagainya. Sesungguhnya kode sastra itu tidak mudah dibedakan
dengan kode budaya, meskipun begitu pada prinsipnya keduanya
tetap harus dibedakan dalam kegiatan membaca dan memahami teks
sastra.
Kode budaya adalah pemahaman terhadap latar kehidupan,
konteks, dan sistem sosial budaya. Kelahiran karya sastra
diprakondisikan oleh kehidupan sosial budaya pengarangnya. Karena
14
itu, sikap dan pandangan pengarang dalam karyanya mencerminkan
kehidupan sosial budaya masyarakatnya.
Sejalan dengan itu, Rachmat Djoko Pradopo (2001: 55-56),
menyatakan bahwa karya sastra sebagai tanda terikat pada konvensi
masyarakatnya, karena merupakan cermin realitas budaya masyarakat
yang menjadi modelnya. Untuk bisa menikmati dan memahami
sebuah teks sastra perlu memahami tiga kode, yaitu kode bahasa,
kode sastra dan kode budaya.
4. Campur Kode
a. Pengertian Campur Kode
Campur kode (code mixing) terjadi apabila seorang penutur
menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan
disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan
dengan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat
pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa
kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena
keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada
padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain,
walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga
konvergence kebahasaan (linguistic convergence).
Kridalaksana (2000: 35) pengertian campur kode adalah
penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk
memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya
pemakaian idiom, klausa, sapaan dan lain-lain. Campur kode sama
15
halnya dengan interferensi yaitu perubahan sistem suatu bahasa
sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Biasanya dalam peristiwa tutur, campur kode juga sering
digunakan. Pengertian campur kode menurut Nababan (dalam Chaer
dan Agustina 2004: 115) “suatu keadaan berbahasa lain (speech act
atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu. Dalam keadaan yang demikian,
hanya kesantaian penutur atau kebiasaannya yang dituruti”.
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau
situasi informal. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang
terdapat campur kode. Kalau terdapat campur kode dalam keadaan
demikian, itu disebabkan karena tidak ada ungkapan yang tepat
dalam bahasa yang sering dipakai sehingga perlu memakai kata atau
ungkapan dari bahasa asing.
Chaer (2004: 114) menyatakan bahwa di dalam campur kode
ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki
fungsi serta keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat
dalam peristiwa tutur itu hanya berupa serpihan-serpihan (pieces)
saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Akan
tetapi, campur kode menurut pendapat Wardhaugh (2009: 23)
“Converational code-maxing involves the deliberate mixing of two
languages without an associated topic change.” Campur kode
meliputi pencampuran ua bahasa yang dilakukan dengan sengaja
16
tanpa mengganti topik pembicaraan. Campur kode adalah
penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk
memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa termasuk di dalamnya
pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan dan lainnya (Dekdikbud,
2004: 168).
Thelander (dalam Chaer dan Agustin, 2004: 114) menjelaskan
bahwa apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun
frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran
(hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau
frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa
yang terjadi adalah campur kode. Campur kode adalah digunakannya
serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa
yang mungkin memang diperlukan, sehingga tidak dianggap suatu
kesalahan atau penyimpangan (Saleh dan Mahmuda, 2006: 87).
Beberapa pengertian campur kode di atas daat disimpulkan
bahwa campur kode adalah percampuran serpihan kata, frase, dan
klausa suatu bahasa ke bahasa lain yang digunakan, intinya ada satu
bahasa yang digunakan, tetapi didalamnya terdapat serpihan-serpihan
dari bahasa lain.
Campur kode sering dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk
lisan maupun tulisan, khususnya yang terdapat dalam buku bacaan
karya sastra seperti novel. Novel adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku
17
(Dekdikbud, 2004: 694).
b. Jenis Campur Kode
Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu: pertama campur kode
ke dalam (innercode-mixing), campur kode yang bersumber dari
bahasa asli dengan segala variasinya. Kedua campur kode ke luar
(outer code-mixing), campur kode yang berasal dari bahasa asing.
Alasan terjadinya campur kode adalah identifikasi peranan,
identifikasi ragam dan keinginan untuk menjelaskan dan
menafsirkan. Latar belakang terjadinya campur kode dapat
digolongkan menjadi dua yaitu: pertama sikap (attitudinal type) latar
belakang sikap penutur, kedua kebahasaan (linguistic type) latar
belakang bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan,
identifikasi ragam dan keinginan untuk menjelaskan atau
menafsirkan.
Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan
timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa dan fungsi
bahasa. Ada beberapa wujud campur kode, yaitu sebagai berikut:
1) Penyisipan Kata
Kata merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari satu
morfem atau lebih. Menurut pemakai bahasa, kata adalah satuan
gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang-ulang, dan secara
potensial ujaran itu dapat berdiri sendiri-sendiri. Penyisipan
unsur yang berwujud kata dianalisis berdasarkan makna kata
18
tersebut, jenis kata (kata sifat, kata benda dan kata kerja) dan
kedudukannya di dalam kalimat (sebagai subjek, predikat, objek
dan keterangan). Selain itu, analisis penyisipan unsur-unsur yang
berwujud kata juga berdasarkan bahasa asing yang menyisipinya.
2) Penyisipan Frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikat atau satu kontruksi ketatabahasaan
yang terdiri atas dua kata atau lebih. Kelompok kata yang
menduduki sesuatu fungsi di dalam kalimat disebut frasa,
walaupun tidak semua frasa terdiri atas kelompok kata
(Putrayasa, 2002: 3). Penyisipan unsur yang berwujud frasa
dianalisis berdasarkan makna frasa. Kategori frasa (frasa nomina,
frasa verba, frasa adjektiva, dan frasa adverbial). Selain itu,
analisis penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa juga
berdasarkan bahasa asing yang menyisipinya.
3) Penyisipan Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata
yang minimal terdiri atas subjek dan predikat, Ramlan (dalam
Putrayasa, 2008: 11). Penyisipan unsur-unsur yang berwujud
klausa dianalisis berdasarkan makna klausa, kedudukan klausa di
dalam kalimat (menduduki fungsi predikat disertai dengan
subjek, objek, pelengkap, maupun keterangan).
19
4) Penyisipan Ungkapan atau Idiom
Ungkapan atau Idiom ialah gabungan kata yang maknanya
tidak sama dengan gabungan makna anggotanya. Penggunaan
ungkapan menyebabkan terjadinya campur kode. Penyisipan
unsur yang berwujud ungkapan atau idiom akan dianalisis
berdasarkan makna kata ulang. Selain itu, analisis penyisipan
unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom juga
berdasarkan bahasa asing yang menyisipinya.
5) Penyisipan Bentuk Baster (gabungan pembentukan asli dan
asing)
Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang
berbeda yaitu gabungan unsur asli dan asing yang membentuk
satu makna. Penyisipan baster menyebabkan terjadinya campur
kode. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster
dianalisis berdasarkan makna baster. Selain itu, penyisipan
unsur-unsur yang berwujud baster juga berdasarkan bahasa asing
yang menyisipinya.
6) Penyisipan Kata Ulang atau Reduplikasi
Perulangan kata ialah kata yang mengalami perulangan
baik seluruhnya maupun sebagian, yang bervariasi fonem
maupun tidak. Kata ulang istilah lain dari kata reduplikasi
(pengulangan kata). Penyisipan unsur berwujud kata ulang juga
dianalisis berdasarkan bahasa asing yang menyisipinya.
20
c. Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode
Menurut Ohoiwutun (2002: 71) penggunaan campur kode
biasa didorong oleh keterpaksaan, seperti penggunaan campur
bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia mengacu pada prinsip
berbahasa yang singkat, jelas dan tidak berdwimakna. Jika
dipandang ke dalam bahasa Indonesia dapat menjadi frase atau
kalimat yang panjang, kurang jelas, dan mungkin bermakna ganda.
Selain itu ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pembicara
dan pendengar, laras bahasa, tujuan berbicara, topik yang
dibicarakan, waktu, dan tempat berbincang.
Basir (2002: 6) menyebutkan beberapa alasan terjadinya
campur kode, yaitu adanya keterbatasan padanan kata, pengaruh
pihak kedua, kurang menguasai kode yang dipakai dan pengaruh
unsur prestice. Selain itu Basir (2002: 65) juga mengatakan alasan
seseorang mencampur dua bahasa atau beberapa kode bahasa yang
berbeda dalam suatu tindak tutur ialah ingin menciptakan adanya
situasi yang santai sehingga penuturan berlangsung tanpa beban.
Hendrawati (2008: 19-24) menjelaskan beberapa faktor
penyebab campur kode. Campur kode dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor pada saat berlangsung
pembicaraan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Pembicara dan Pribadi Pembicara
Pembicara terkadang sengaja melakukan campur kode
terhadap mitra bicara karena dia mempunyai maksud dan tujuan
21
tertentu. Dipandang dari pribadi pembicara ada berbagai maksud
dan tujuan melakukan campur kode antara lain pembicara ingin
mengubah situasi pembicaraan, yakni situasi formal yang terikat
ruang dan waktu. Pembicara juga terkadang melakukan campur
kode bahasa satu ke dalam bahasa yang lain karena kebiasaan
atau kesantaian.
2) Mitra Bicara
Mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam
masyarakat bilingual, seorang pembicara yang mula-mula
menggunakan satu bahasa dapat melakukan campur kode
menggunakan bahasa lain dengan mitra bicaranya yang
mempunyai latar belakang daerah yang sama.
3) Tempat Tinggal dan Waktu
Tempat tinggal seorang penutur serta waktu
berlangsungnya pembicaraan dapat memperngaruhi penggunaan
kode bahasa. Pemilihan kode bahasa disesuaikan dengan waktu
pembicaraan itu berlangsung seperti halnya dengan tempat
tinggal penutur yang berbeda dapat menyebabkan terjadinya
campur kode.
4) Modus Pembicaraan
Modus pembicaraan merupakan sarana yang digunakan
untuk berbicara. Modus lisan (tatap muka, melalui telepon atau
audio visual) lebih banyak menggunakan ragam informal
22
dibandingkan dengan modus tulis (surat dinas, surat kabar dan
buku ilmiah) yang biasanya menggunakan ragam formal.
5) Topik
Interaksi komunikasi dapat berjalan lancar jika
menggunakan topik tertentu. Campur kode dapat terjadi karena
faktor topik pembicaraan. Topik ilmiah disampaikan dengan
menggunakan ragam formal, sedangkan topik nonilmiah
disampaikan dengan “bebas”, “santai” dengan menggunakan
ragam non formal. Dalam ragam non formal terkadang terjadi
“penyisipan” unsur bahasa lain. Disamping itu topik
pembicaraan non ilmiah (percakapan sehari-hari) menciptakan
pembicaraan yang santai yang ada pada akhirnya menimbulkan
campur kode.
6) Fungsi dan Tujuan
Fungsi bahasa yang digunakan dalam pembicaraan
didasarkan pada tujuan berkomunikasi. Fungsi bahasa
merupakan ungkapan yang berhubungan dengan tujuan tertentu
seperti perintah, menawarkan, mengumumkan, memarahi, dan
sebagainya. Pembicara menggunakan bahasa menurut fungsi
yang dikendakinya sesuai sesuai dengan konteks dan situasi
komunikasi. Campur kode dapat terjadi karena situasi dipandang
tidak sesuai atau tidak relevan. Dengan demikian campur kode
menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi
23
kontekstual dengan situasional yang relevan dalam pemakaian
dua bahasa atau lebih.
7) Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa
Pemilihan ragam dan tingkat tutur banyak didasarkan pada
pertimbangan pada mitra bicara. Pertimbangan ini menunjukkan
suatu pendirian terhadap topik tertentu atau relevansi dengan
situasi tertentu. Campur kode lebih sering timbul pada
penggunaan ragam non formal dan tutur bahasa rendah
dibandingkan dengan penggunaan ragam bahasa tinggi.
8) Hadirnya Penutur Ketiga
Dua orang yang berasal dari etnik yang sama pada
umumnya saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya.
Tetapi apabila kemudian hadir orang ketiga dalam pembicaraan
itu dan orang itu berbeda latar kebahasaannya maka akan terjadi
peralihan kode tetapi setelah pembicaraan berlangsung dan ada
pemahaman kode dari penutur ketiga tetap menimbulkan campur
kode didalamnya.
9) Pokok Pembicaraan atau Topik
Pokok pembicaraan pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi dua golongan besar, yakni pokok pembicaraan yang
bersifat formal atau dalam situasi resmi dan pokok pembicaraan
yang bersifat informal atau dalam situasi tidak resmi. Pokok
pembicaraan yang bersifat formal berbeda dengan pokok
24
pembicaraan yang bersifat informal.
10) Membangkitkan Rasa Humor
Campur kode sering dimanfaatkan pemimpin rapat untuk
menghadapi ketegangan yang mulai timbul dalam memecahkan
masalah atau kelesuan karena telah cukup lama bertukar pikiran,
sehingga memerlukan rasa humor.
11) Sekedar Bergengsi
Sebagian penutur ada yang melakukan campur kode hanya
sekedar bergengsi. Hal itu terjadi apabila faktor situasi, lawan
bicara, topik dan faktor situasional lainnya sebenarnya tidak
mengharuskan dia untuk melakukan campur kode, atau dengan
kata lain naik fungsi kontekstualnya maupun fungsi relevansinya.
B. Kerangka Pikir
Karya sastra merupakan ciptaan atau hasil pikiran yang disampaikan
dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Dalam
karya sastra novel mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang yang berada di sekelilingnya dan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku. Berdasarkan analisis pada novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburrahman El Shirazy. Terdapat campur kode berupa campur kode
bahasa daerah Jawa dan bahasa (Inggris dan Arab). Untuk itu peneliti
berupaya menganalisis wujud campur kode berupa kata, frasa, klausa, baster,
kata ulang, ungkapan atau idiom dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburrahman El Shirazy. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai
25
dengan campur kode yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih. Hasil
pemerolehan data yang telah dianalisis kemudian disimpulkan berdasarkan
wujud campur kode yang digunakan baik dalam dialog maupun deskripsi pada
novel Ketika Cinta Bertasbih.
26
Bagan 2.1 Kerangka Pikir
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy
Campur Kode
Analisis
Temuan
Wujud Campur Kode
Karya Sastra
Bahasa daerah
Jawa
Bahasa asing
(Inggris dan Arab
Kata, frasa, klausa, baster, kata ulang, ungkapan atau
idiom
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pemaparan data
deskriptif (memberikan gambaran tentang campur kode). Karena penelitian ini
menganalisis dan menggambarkan tentang campur kode dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah analisis campur kode dialog tokoh dan
deskripsi cerita dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El
Shirazy yang meliputi penyisipan unsur yang berwujud kata, frasa, klausa,
baster, kata ulang, ungkapan baik campur kode bahasa daerah (Jawa) maupun
campur kode asing (Inggris dan Arab).
C. Batasan Istilah
Batasan istilah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai
istilah yang digunakan agar terdapat persamaan penafsiran dan terhindar dari
kekaburan.
Batasan istilah dimaksudkan untuk menghindari penafsiran ganda
terhadap istilah-istilah yang penulis gunakan dalam penelitian maka akan
dijelaskan terlebih dahulu guna memperjelas sasaran yang ingin dicapai dalam
penelitian ini. Adapun istilah yang dimaksud sebagai berikut:
Novel adalah suatu cerita prosa fiktif dengan panjang tertentu, yang
melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang
28
1. representatif dalam suatu alat atau suatu keadaan yang agak kacau atau
kusut.
2. Ketika Cinta Bertasbih Episode 1 adalah novel religi, dan penuh dengan
motivasi.
3. Campur Kode adalah suatu keadaan berbahasa lain yaitu bilamana orang
mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam dalam suatu tindak
berbahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu menuntut
percampuran bahasa.
D. Data dan Sumber Data
1. Data ialah kata, kalimat, ungkapan, yang di dalamnya terdapat campur
kode baik dalam bahasa daerah (Jawa) maupun asing (Inggris dan Arab).
2. Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Ketika
Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy yang terdapat campur
kode dalam teks dialognya. Novel yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih
Karya Habburrahman El Shirazy diterbitkan oleh Penerbit Republik di
kota Jakarta. Cetakan buku Ketika Cinta Bertasbih 1 diterbitkan pada
tahun 2007 dengan ktebalan 477 halaman dan cetakan buku Ketika Cinta
Bertasbih 2 diterbitkan pada tahun 2008 dengan ketebalan 406 halaman.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian. Instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri
(Moleong, 2017: 9). Peneliti menjadi segalanya dalam dari keseluruhan proses
29
penelitian. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini
akan menggunakan tiga teknik pengumpulan data yakni, teknik pustaka,
teknik simak atau baca, dan teknik catat. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Teknik Pustaka
Peneliti menggunakan sumber-sumber tertulis. Teknik ini
digunakan untuk mencari berbagai referensi yang dibutuhkan dalam
penelitian.
2. Teknik Simak atau Baca
Peneliti membaca novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburrahman El Shirazy guna mendapat pemahaman tentang campur
kode berupa wujud dan fungsi campur kode.
3. Teknik Catat
Peneliti membaca dan menulis isi novel tersebut, kemudian peneliti
mencatat data-data yang berkaitan dengan campur kode dalam novel
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy. Pembacaan
dilakukan secara berulang-ulang sehingga data yang dikumpulkan dapat
30
lebih maksimal.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
deskriptif, pertama peneliti membaca novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburrahman El Shirazy, lalu mencermati dan menandai campur kode yang
terdapat dalam novel, lalu lanjut menganalisis fungsi campur kode,
mengklasifikasikan data campur kode berupa (kata, frasa, klausa, kata ulang,
baster dan ungkapan). Kemudian peneliti menulis data hasil klasifikasi dan
terakhir memberikan simpulan tentang campur kode dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai bentuk campur kode dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy telah dilakukan melalui teknik
analisis dokumen berupa wujud campur kode penyisipan kata, frasa, klausa,
kata ulang, baster dan idiom ungkapan baik bentuk dialog maupun deskripsi.
Data yang diperoleh sebanyak 229 data. Bentuk campur kode berupa
penyisipan kata sebanyak 119 data, penyisipan frasa sebanyak 44 data,
penyisipan klausa sebanyak 16 data, penyisipan kata ulang sebanyak 11 data,
penyisipan bentuk baster sebanyak 24 data, dan penyisipan idiom atau
ungkapan sebanyak 15 data. Keenam wujud campur kode tersebut diuraikan
sebagai berikut.
1. Campur Kode Wujud Kata
Campur kode berwujud kata adalah penyisipan unsur-unsur
berwujud kata yang terjadi apabila seorang penutur menyisipkan unsur
bahasa lain yang berwujud kata dalam tuturannya. Hasil analisis dalam
novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy terdapat
119 data. Campur kode berupa penyisipan kata diuraikan sebagai berikut:
1) “Maafkan aku Mas Khairul. Mas benar” (Shirazy, 2007:54).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata Mas maknanya sapaan untuk laki-laki. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
32
2) “Mas Insinyur, tolong ya? Please ya?” Kata Eliana dengan nada
memelas (Shirazy, 2007:55).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata please maknanya tolong. Masuknya unsur bahasa Inggris
ke dalam teks bahasa Indonesia.
3) “Tapi dulu saat ia masih di Madrasah Aliyah dan mengadakan
camping dakwah di ujung Tenggara Wonogiri, ia bertemu
dengan jenis anak-anak remaja dan anak muda yang masih
sangat terbelakang cara berpikirnya” (Shirazy, 2007:58).
Kutipan tersebut merupakan bentuk campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata camping maknanya kemah. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
4) “Sungguh, aku merasa sangat terhormat menerima surprice
ini.” Sahut pak Junaedi dengan senyum mengembang (Shirazy,
2007:66)
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata surprice maknanya kejutan. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
5) “Ayo kita pulu‟an pakai tangan saja rasanya lebih nikmat.”
Kata pak Alam sambil mengambil satu piring kosong dan
mengisinya dengan nasi (Shirazy, 2007:66)
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata pulu‟an maknanya makan pakai tangan. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
33
6) “Benar, sungguh! Tapi Mas Khairul keburu pulang sih. Jadi
sorry dech ya” (Shirazy, 2007:73).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata sorry maknanya maaf. Masuknya unsur bahasa Inggris ke
dalam teks bahasa Indonesia.
7) “Dasar pemuda kampungan kolot! Pemuda konservatif!
Pemuda bahlul bin tolol! Awas nanti ya!” Geramnya (Shirazy,
2007:75).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata bahlul maknanya bodoh. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
8) “Tubuh mereka tertutup rapat celana training panjang dan kaos
lengan panjang. Yang dua menutup kepala dengan jilbab Turki”
(Shirazy, 2007:83).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata training maknanya latihan. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
9) “Bahkan ia sudah cerita di website pribadinya. Ayahnya yang
jadi Dubes itu juga bangga” (Shirazy, 2007:87).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata website maknanya situs internet. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
10) “Dan Anna lebih memilih menutup diri dari kegiatan-kegiatan
yang bersifat glamour” (Shirazy, 2007:97).
34
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata glamour maknanya daya tarik. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
11) “Wualah tho Mi, kamu kok berpikir terlalu jauh. Kenapa kamu
takut sekali rezeki kamu terancam oleh kemarahan seorang
Eliana” (Shirazy, 2007:103).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata wualah maknanya heran. Masuknya unsur bahasa Jawa ke
dalam teks bahasa Indonesia.
12) “Aku akan cerita. Tapi janji tidak kaubocorkan siapa-siapa.
Masyi?” (Shirazy, 2007:113).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata masyi maknanya setuju. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
13) “Eliana aku lihat sudah berusaha fair dan jujur. Ia telah
menceritakan semua hubungannya dengan pacar-pacarnya yang
gagal” (Shirazy, 2007:113).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata fair maknanya terang-terangan. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
14) “Itulah prinsip yang saya yakini. Mungkin saya akan dikatakan
pemuda kolot” (Shirazy, 2007:120).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata kolot maknanya kuno. Masuknya unsur bahasa Jawa ke
35
dalam teks bahasa Indonesia.
15) “Ia menyelesaikan S.1-nya di Alexandria dengan predikat
mumtaz” (Shirazy, 2007:126).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata mumtaz maknanya luar biasa. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
16) “Ia niatkan itu semua sebagai ibadah dan rahmah yang tiada
duanya” (Shirazy, 2007:131).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata rahmah maknanya kasih sayang. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
17) “Aku tahu kau pasti berat menanggung perasaan itu Fez. Tapi
afwan, aku belum tidur. Aku harus istirahat” (Shirazy,
2007:133).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata afwan maknanya maaf. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
18) “Flat itu tergolong mewah. Semua lantainya full karpet”
(Shirazy, 2007:137).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata full maknanya penuh. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
19) “Untuk ke kuliah pun seringkali ia memilih jalan kaki. Sebab
flatnya dengan kuliah banat tidaklah jauh” (Shirazy, 2007:137).
36
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata banat maknanya perempuan. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
20) “Seorang pengusaha yang kaya. Ia memiliki perusahaan travel
dan beberapa toko sepatu di Cairo dan Alexandria” (Shirazy,
2007:137).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata travel maknanya perjalanan. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
21) “Musim semi yang sejuk, matahari yang ramah, serta senyum
dari Profesor Amani saat memberinya ucapan selamat dan doa
barakah” (Shirazy,, 2007:149).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata barakah maknanya nikmat. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
22) “Diam-diam dia mengambil pisau dan berusaha mengupas
sendiri. Akibatnya, jari si Kecil kepiris, darah mengalir dari
jarinya dan harus dilarikan ke puskesmas (Shirazy, 2007:152).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata kepiris maknanya teriris. Masuknya unsur bahasa
Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
23) “Ia melangkah sambil memasukkan handphone ke dalam tas
birunya” (Shirazy, 2007:157).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
37
ditandai penyisipan kata handphone maknanya telepon genggam.
Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
24) “Dalam hati ia beristigfar, ia berdoa semoga suatu kali nanti
perempuan itu tahu adab memakai pakaian dan parfum”
(Shirazy, 2007:160).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata beristigfar maknanya memohon ampun.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
25) “Dina kembali melihat layar komputer sementara jari-jarinya
menari di atas keyboard dengan indahnya” (Shirazy, 2007:160).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata keyboard maknanya papan ketik. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
26) “Breakfast-nya sekali saja ya” (Shirazy, 2007:160).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata breakfast maknanya sarapan. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
27) “Ia membaca dan menulis hal-hal penting dengan laptop-nya di
samping gadis itu” (Shirazy, 2007:164).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata laptop maknanya komputer genggam yang bisa di
bawa kemana saja. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa
Indonesia.
28) “Seorang duf‟ah berseragam putih tersenyum padanya”
38
(Shirazy, 2007:170).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata duf‟ah maknanya tentara wajib militer.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
29) “Tempat penjualan muqarrar Fakultas Usluhuddin itu tak lain
adalah bangunan kecil berukuran kira-kira 2x2 meter” (Shirazy,
2007:171).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata muqarrar maknanya diktat kuliah yang berisi
materi-materi pelajaran. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks
bahasa Indonesia.
30) “Hei, kamu tho Mif, piye kabarmu?” (Shirazy, 2007:178).
Kutipan tesebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata piye maknanya bagaimana. Masuknya unsur bahasa Jawa
ke dalam teks bahasa Indonesia.
31) “Sampeyan kan pengagum abis Yusuf Al Qardhawi” (Shirazy,
2007:179).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata sampeyan maknanya Anda. Masuknya unsur bahasa Jawa
ke dalam teks bahasa Indonesia.
32) “Cari tashdiq untuk apa Mif? Mau umrah?” (Shirazy,
2007:179).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata tashdiq maknanya membenarkan firman Allah. Masuknya
39
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
33) “Ia akrab dengannya sejak berkenalan dengannya di acara itikaf
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan di Masjid Ar Ridhwan,
Hayyu Tsabe tahun lalu” (Shirazy, 2007:182).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata itikaf maknanya berdiam diri di masjid.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
34) “Tentu, dengan senang hati. Seluruh waktuku untukmu, Akhi”
(Shirazy, 2007:184).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata akhi maknanya saudara laki-laki. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
35) “Bisa dijelaskan tahdid yang telah ada” (Shirazy, 2007:184).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata tahdid maknanya menekankan. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
36) “Dengan senang hati ya siddi” (Shirazy, 2007:184).
Kutipan terseut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata siddi maknanya tuanku. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
37) “Inilah uniquiness yang dimiliki hasil produksinya” (Shirazy,
2007:191).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata uniquiness maknanya keunikan. Masuknya unsur
40
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
38) Dan ia akan terus mempertahankan positioning ini terus terukir
dalam benak para pelanggannya” (Shirazy, 2007:191).
Kutipan tersebut meupakan campur kode bentuk deskripsi dengan ditandai
penyisipan kata positioning maknanya pekerjaan. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
39) “Azzam langsung menuju kios ammu Ragab” (Shirazy,
2007:194).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata ammu maknanya paman. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
40) “Mm, maaf ukhti. Ada apa ya? Ada yang bisa saya bantu?”
sapa Azzam sesopan mungkin (Shirazy, 2007:201).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog yang ditandai
penyisipan kata ukhti maknanya saudara perempuan. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
41) “Kedua telinganya ditutup earphone” (Shirazy, 2007: 212).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata earphone maknanya alat pendengar musik atau
video. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
42) “Okay bos!” jawab Nanang riang” (Shirazy, 2007:212).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata okay maknanya baik. Masuknya unsur bahasa Inggris ke
dalam teks Indonesia.
41
43) “Wah berarti pemuda itu handsome” (Shirazy, 2007:213).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata handsome maknanya ganteng. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
44) “Ketika ia bejalan berdua sampai temannya melewati shahra
yang sepi, tiba-tiba ada orang mesir yang hendak berbuat jahat
padanya” (Shirazy, 2007:214).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata shahra maknanya padang pasir. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
45) “Jangan isenglah Nang. Kalo bikin cerpen mbok ya yang serius.
Menulis yang serius” (Shirazy, 2007:215).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata mbok maknanya sapaan untuk perempuan yang sudah tua.
Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
46) “Sudah seperempat jam ia rebahan sambil memejamkan mata.
Otot-otot tubuhnya terasa fresh dan segar” (Shirazy, 2007:220).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata fresh maknanya nyaman. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
47) “Setelah ia merasa ukuran panas dinginnya pas, ia mandi
dengan shower” (Shirazy, 2007:220).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata shower maknanya pancuran air. Masuknya unsur
42
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
48) “Ia sampai masjid tepat sesaat sebelum iqamat
dikumandangkan” (Shirazy, 2007:221).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata iqamat maknanya panggilan kedua untuk salat
dimulai. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
49) “Setelah dibawa ke dokter ternyata Wasis sakit thypus serius”
(Shirazy, 2007:227).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata thypus maknanya penyakit tipes. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
50) “Setelah merendam kedelai, Azzam beranjak ke kulkas untuk
mengeluarkan daging sapi yang baru tadi sore ia masukkan ke
dalam freezer” (Shirazy, 2007:229).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata freezer maknanya lemari pembeku. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
51) “Dua kali lipat bakso. Gimana? Deal?” (Shirazy, 2007:235).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata deal maknanya setuju. Masuknya unsur bahasa Inggris ke
dalam teks bahasa Indonesia.
52) “Karena mau tinggal berapa hari di KL, maka harus open. Itu
harganya lebih mahal lima puluh dollar. Gimana Mbak?”
(Shirazy, 2007:238).
43
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata open maknanya buka. Masuknya unsur bahasa Inggris ke
dalam teks bahasa Indonesia.
53) “Di sini disebutkan ada mahasiswa Indonesia yang tinggal di
Ighatsah Islamiyyah Hay El Thamrin dirampok seseorang yang
mengaku sebagai anggota mabahits” (Shirazy, 2007:240).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata mabahits maknanya badan intelijen. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
54) “Kita Tahajud bareng yuk. Kita gantikan jadi imam biar
sekalian muraja‟ah” (Shirazy, 2007:261).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata muraja‟ah maknanya mengulang hapalan Al-Quran.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
55) “Pagi itu juga Fadhil mereka bawa ke mustasyfa Rab‟ah El
Adawea. Dokter yang memeriksa mengatakan, Fadhil harus di
bawa ke rumah sakit” (Shirazy, 2007:274).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata mustasyfa maknanya rumah sakit. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
56) “Ia harus segera meng-qadha shalat Subuh. Pikirannya benar-
benar kacau. Hatinya tidak senang” (Shirazy, 2007:277).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata qadha maknanya mengganti salat yang telah
44
terlewati. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
57) “Sudah sadar. Kata dokter akan baik-baik saja. Tapi tadi pagi
sempat diinfus dengan vitamin otak. Setelah di scan, ada gegar
ringan” (Shirazy, 2007:288).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata scan maknanya memeriksa. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
58) “Jangan kuatir. Kakakmu itu termasuk orang cerdas yang bisa
meresapi soal ujian dengan baik. Dia selalu naik tingkat dengan
predikat jayyid tiap tahun” (Shirazy, 2007:311).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata jayyid maknanya baik. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
59) ”Ya seorang Muslim sejati. Yaitu Muslim yang gentle, yang
berani melapaskan Muslimah yang dicintainya kepada saudara
Muslim lainnya yang lebih siap darinya dalam urusan menikah”
(Shirazy, 2007:323).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata gentle maknanya rendah diri. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
60) “Lia tersenyum dengan tangan mengacungkan bravo ke udara.
Sarah yang duduk di atas pasir dengan tertawa. Dan ibundanya
yang bersahaja, kerudungnya berkelebat ke kanan seakan
hendak lepas ke udara” (Shirazy, 2007:331).
45
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata bravo maknanya pujian. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
61) “Kalau aku itsar, mengutamakan akhwat lain, berarti aku akan
kalah cepat. Akhwat itu akan menikah duluan, dapat jodoh
duluan dan aku belum” (Shirazy, 2007:349).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata itsar maknanya mengutamakan orang lain. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
62) “Dalam ibadah yang dianjurkan dan disunahkan adalah
berlomba-lomba mendapatkan yang paling afdal” (Shirazy,
2007:348).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata afdal maknanya lebih baik. Masuknya unsur bahasa Arab
ke dalam teks bahasa Indonesia.
63) “Uedan, moderatornya siapa itu Cak? Cuantik, pinter dan
bahasa Inggrisnya fasih buetul! Anake sopo yo kae” (Shirazy,
2007:351).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata uedan maknanya gila. Masuknya unsur bahasa Jawa ke
dalam teks bahasa Indonesia.
64) “Furqan kecewa ketika ia tahu Anna tidak menghadiri sidang
munaqasah tesisnya” (Shirazy, 2007:353).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
46
ditandai penyisipan kata munaqasah maknanya sidang penentuan.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
65) “Di milist-milist kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo
terkirim puluhan tahniah dan ucapan selamat” (Shirazy,
2007:355).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata tahniah maknanya selamat. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
66) “Dan di tahun pertama ia satu-satunya mahasiswa Indonesia
yang jayyid jiddan, sementara Furqan naik tingkat dengan
predikat hanya maqbul” (Shirazy, 2007:358).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata maqbul maknanya cukup. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
67) “Ia menargetkan minimal ia berpendidikan S.2. Tapi ia
memiliki satu obsesi, yaitu harus kaya! Ia sudah terlanjur
dikenal sebagai businessman di Cairo, tidak dikenal sebagai
aktivis kelompok studi, maka sekalian ia tak mau kepalang
tanggung, ia harus jadi businessman yang disegani di Indonesia
nanti. (Shirazy, 2007:359).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata businessman maknanya pembisnis. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
68) “Kolonel Fuad memberikan penjelasan panjang lebar. Furqan
47
jadi sangat mafhum” (Shirazy, 2007:369).
Kutipan tersebut merupakan capur kode bentuk deskripsi dengan ditandai
penyisipan kata mafhum maknanya paham. Masuknya unsur bahasa Arab
ke dalam teks bahasa Indonesia.
69) “Tadi dari Dokki, aku singgah di sebuah warnet di Tahrir Mas,
aku ingat kalau punya janji chatting dengan adikku yang kuliah
di UNDIP Semarang” (Shirazy, 2007:393)
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata chatting maknanya obrolan. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
70) “Sekali jalan, dari Cairo ke Jakarta. Ia telah membayar lunas.
Itu ia lakukan agar ia mendapatkan seat” (Shirazy, 2007:412).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan di
tandai penyisipan kata seat maknanya tempat duduk. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
71) “Adil Ramadhan menjelaskan bahwa khasyyah adalah rasa
takut kepada Allah yang disertai mengagungkan Allah”
(Shirazy, 2007:421).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata khasyyah maknanya rasa takut kepada Allah.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
72) “Malam itu kegiatan membuat tempe di rumah libur. Rio dan
teman-temannya sedang ikut muhayyam yang diadakan oleh
Universitas Al Azhar di Alexandria” (Shirazy, 2007:421).
48
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata muhayyam maknanya perkemahan. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
73) “Sementara dirinya berusaha menentramkan jiwanya dengan
membaca sejarah hidup para tabi‟in yang mulia” (Shirazy,
2007:434).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata tabi‟in maknanya orang-orang saleh yang
bertemu para Rasulullah. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks
bahasa Indonesia.
74) “Saya masih ingat saat saya ke pesantren dulu sandal saya
hilang di ghosob oleh para santri, saat itu Fadhil-lah yang
bingung ke sana kemari mencari sandal saya” (Shirazy,
2007:448).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ghosob maknanya di pinjam tanpa izin. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
75) “Tak betah diam di rumah. Aku lihat sih untuk sampeyan biar
kehidupan rumah tangga balance ada sosok yang lebih tepat.”
Jawab Nasir membuat yang mendengar penasaran (Shirazy,
2007:466).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog yang ditandai
penyisipan kata balance maknanya seimbang. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
49
76) “Ayo Nduk, kita berdoa biar diamini jutaan malaikat” (Shirazy,
2008:8).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata Nduk maknanya Nak. Masuknya unsur bahasa Jawa ke
dalam teks bahasa Indonesia.
77) “Ia lebih banyak mengcopy data-data dan rujukan-rujukan
penting” (Shirazy, 2008:13).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata copy maknanya menyalin. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
78) “Inggih, bisa Abah.” Jawabnya sambil menghadapkan seluruh
wajahnya pada sang Abah (Shirazy, 2008:14).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata inggih maknanya iya. Masuknya unsur bahasa Jawa ke
dalam teks bahasa Indonesia.
79) “Ada.” Jawab Anna seraya membuka diarynya (Shirazy,
2008:17).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata diary maknanya buku harian. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
80) “Saya takut ghibah Neng” (Shirazy, 2008:18).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ghibah maknanya menceritakan aib orang lain. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
50
81) “Itu suara Sri, khadimah yang sangat disayang Umminya”
(Shirazy, 2008:23).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata khadimah maknanya pembantu. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
82) “Begini Neng. Anak kelas tiga Aliyah putra dan putri kan
punya acara besar...” (Shirazy, 2008:23).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata neng maknanya sapaan untuk anak perempuan. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
83) “Bue, jangan memaksakan diri tho. Kalau sudah capek ya
istirahat. Besok pagi dilanjutkan lagi. Nanti sakit lagi” (Shirazy,
2008:36).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata bue maknanya ibu. Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam
teks bahasa Indonesia.
84) “Anak perempuan kok kebluk! Kau ini sudah akil baligh Na!
Dosa kalau kau shalat subuh selalu kesiangan apalagi tidak
shalat subuh!” (Shirazy, 2008:39).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata kebluk maknanya bangun kesiangan. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
85) “Kita takziah ke sana sekarang Mbak?” (Shirazy, 2008:44).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
51
penyisipan kata takziah maknanya turut berduka cita. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
86) “Husna diam mendengarkan. Kematian selalu menjadi ibrah
baginya. Karena sebuah kematianlah ia berubah” (Shirazy,
2008:45).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata ibrah maknanya contoh. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
87) “Aduh Yah, gengsi dong. Masak Husna pakai sepeda motor
butut tahun tujuh puluhan begitu. Apa kata teman-teman Husna
nanti. Baiklah, kalau ayah tidak mau membelikan maka Husna
akan minggat” (Shirazy, 2008:46).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata minggat maknyanya pergi tanpa pamit. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
88) “Pasti kau akan jadi pusat perhatian kayak artis. Kalau aku kan
santai sja lha wong pakaian ku sama dengan mereka” (Shirazy,
2008:56).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata wong maknanya orang. Masuknya unsur bahasa Jawa ke
dalam teks bahasa Indonesia.
89) “Bagi kalangan pesantren mengumbar aib itu mungkin lebih
jorok dari sepatu kotor yang belepotan lumpur. Hanya bedanya
lumpur itu joroknya tampak zahir. Sedangkan mengumbar aurat
52
termasuk pusarmu itu joroknya kasat mata” (Shirazy, 2008:57).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kaya zahir maknyanya lahir. Masuknya bahasa Arab ke dalam
teks bahasa Indonesia.
90) “Ayah saya hanyalah seorang guru MI swasta yang nyambi
jualan soto di samping pasar Kartasura” (Shirazy, 2008:65).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata nyambi maknanya sambil. Masuknya unsur bahasa Jawa
ke dalam teks bahasa Indonesia.
91) “ Karena di dorong untuk survive, untuk bisa sedikit bernafas
dalam himpitan ekonomi, maka saya berjuang keras dengan
menulis” (Shirazy, 2008:66).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata survive maknanya mempertahankan hidup. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
92) “Mumet aku kalau disuruh nulis Na. Mending nanam padi di
sawah!” Tukas Siti (Shirazy, 2008:74).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata mumet maknanya pusing. Masuknya unsur bahasa Jawa ke
dalam teks bahasa Indonesia.
93) “Karena saat itu ibuku sedang ribet-ribetnya ngurus anak.
Dan ekonomi keluarga sedang susah-susahnya. Aku manut
sama orang tua” (Shirazy, 2008:77).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
53
penyisipan kata manut maknanya nurut. Masuknya unsur bahasa Jawa ke
dalam teks bahasa Indonesia.
94) “Ummi, maaf Anna terlambat. Anna tidak mampir kemana-
mana kok. Anna hanya ke rumah Ayatul Husna” (Shirazy,
2008:92).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ummi maknanya ibu. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
95) “Ummi ini bagaimana? Masak itu ditanyakan lagi. Kalau
tidak mantap ya pasti aku tidak mau dikhitbah. Tidak akan
memilih Furqn dan tentu juga tidak mau ditunangkan dengan
Furqan” (Shirazy, 2008:93).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata khitbah maknanya pengajuan lamaran kepada pihak
wanita. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
96) “Furqan menghela nafas. Ia lalu bangkit mengambil
laptopnya. Sejurus kemudian ia sudah berlayar di dunia
internet. Ia buka inbox alamat emailnya” (Shirazy, 2008:96).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata inbox maknanya pesan masuk. Masuknya unsur
bahasa Arab di dalam teks bahasa Indonesia.
97) “Tapi ibu jamin dia bisa menjadi istri yang baik. Kelebihan
Rina adalah sifat qana‟ahnya. Sifat nrimonya. Kekurangan
dia sih banyak” (Shirazy, 2008:114).
54
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata qana‟ah maknanya merasa cukup dengan nikmat yang
Allah beri. Masuknya unsur bahasa arab ke dalam teks bahasa indonesia.
Sedangkan kata nrimo maknanya menerima. Masuknya unsur bahasa Jawa
ke dalam teks bahasa Indonesia.
98) “Mbak Husna, itu yang dikerubuti wartawan kelihatannya
Eliana Alam deh.” Ujar Luna yang sangat ngefans sama
Eliana (Shirazy, 2008:119).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ngefans maknanya penggemar. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
99) “Tayangan kedua adalah acara di Graha Bhakti Budaya TIM
yang disiarkan secara live se-Indonesia” (Shirazy, 2008:133).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata live maknanya langsung. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
100) “Berita wawancara itu lagi ya?” Tanya Bu Nafis pada
putrinya sambil membawa sepiring mendoan (Shirazy,
2008:136).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata mendoan maknanya tempe goreng. Masuknya unur bahasa
Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
101) “Bu Nafis dan Lia menghidangkan nasi rojolele yang pulen
wangi. Lauknya pecel, rempeyek, tempe goreng, lele goreng,
55
dan cethol goreng yang renyah” (Shirazy, 2008:154).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata cethol maknanya ikan kecil-kecil. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
102) “Datang ke sini ya. Pengajian Al Hikam. Untuk umum. Biar
kamu serawung dengan banyak orang” (Shirazy, 2008:176).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata serawung maknanya kumpul. Masuknya unsur bahasa
Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
103) “Kebetulan kalau begitu. Siapa tahu jodoh. Saya punya anak
perempuan masih kuliah. Nama saya Ahmad Jazuli. Ini kartu
nama saya. Nakmas boleh dolan bila ada waktu luang”
(Shirazy, 2008:191).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata dolan maknanya jalan-jalan. Masuknya unsur bahasa
Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
104) “Tepat jam delapan akad nikah dilangsungkan. Furqan
menjawab qabiltu dengan lancar tanpa keraguan” (Shirazy,
2008:200).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata qabiltu maknanya aku terima. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
105) “Kendaraan bermotor yang jalan pelan namun tiba-tiba
berzigzag dengan cepat tanpa perhitungan. Hampir saja
56
Azzam menabrak becak yang tadinya parkir, tiba-tiba
nyelonong masuk jalan” (Shirazy, 2008:211).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata nyelonong maknanya langsung-langsungan
masuk. Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
106) “Setelah ketemu denganmu di pesantren aku ke Jogja. Dan di
sana maaf aku kepergok germoku lagi” (Shirazy, 2008:215).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata germoku maknanya lelaki hidung belang. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
107) “Ibu tidak bilang Rina dan Tika tidak baik. Mereka baik. Tapi
ibu ingin yang lebih baik lagi. Ibu sedikit punya ilmu titen.
Menurut yang ibu amati kok kedua gadis itu kurang cocok
untukmu. Mungkin lebih cocok untuk yang lain” (Shirazy,
2008:248).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata titen maknanya ilmu mengamati melalui pengalaman
secara berulang-ulang. Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks
bahasa Indonesia.
108) “Ya sowan saya ke sini pertama untuk niatan menyambung
tali silahturahmi. Keduanya untuk bertemu bapak mengetahui
kesehatan bapak” (Shirazy, 2008:270).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata sowan maknanya mengunjungi. Masuknya unsur bahasa
57
Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
109) “Pagi sekali antum datang. Berangkat dari Pedan jam
berapa?” (Shirazy, 2008:277).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata antum maknanya kamu. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
110) “Tolong, Dik, dengarkan ceritaku dulu, arjuk!” (Shirazy,
2008:310).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata arjuk maknanya aku berharap padamu. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia
111) “Kami sama sekali tidak perlu ishlah. Malah akan semakin
menyiksa dua keluarga saja. Insya allah keputusan kami
sudah final” (Shirazy, 2008:328).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ishlah maknanya perdamaian. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
112) “Banyak orang yang mandi sebelum Subuh tanpa melakukan
hal itu. Apa ada dalam kitab kuning yang memastikan bahwa
kalau ada orang mandi sebelum Subuh pasti jinabat, pasti
baru saja melakukan hal itu” jawab Anna (Shirazy,
2008:337).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata jinabat maknanya mandi hadast besar. Masuknya unsur
58
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
113) “Iya, iya, ibu tahu, ibu lupa kau yang mbarep. Ayo kita
berangkat Zam.” (Shirazy, 2008:343).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata mbarep maknanya anak sulung. Masuknya unsur bahasa
Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
114) “Apa pantas Bu, orang yang pernikahan putrinya saja gagal
kok memberi mau‟idhah pernikahan pada orang lain. Itu
namanya kabura maqtan „indallah!” (Shirazy, 2008:345).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata mau‟idhah maknanya teladan. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
115) “Iya monggo kalau begitu.” (Shirazy, 2008:347).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata monggo maknanya silakan. Masuknya unsur bahasa Jawa
ke dalam teks bahasa Indonesia.
116) “Bahkam ada seorang mahasiswa asal Semarang yang tertarik
untuk membuka cabang „Bakso Cinta‟ di Semarang. Sejak itu
Azzam merasa baksonya layak difranchisekan. Dua cabang
iya langsung buka.” (Shirazy, 2008:373).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata franchise maknanya hak menjual suatu produk.
Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
117) “Malu kalau dikira mau melamar anaknya yang janda? Ya
59
kakak jelaskan saja minta santriwatinya. Kakak jelaskan apa
adanya. Minta santriwati yang cocok untuk kakak. Pak Kiai
pasti akan bijak dan legowo. Banyak juga kok kak santriwati
di Wangen yang tak kalah dengan Vivi.” Husna mencoba
menyemangati kakaknya (Shirazy, 2008:379).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata legowo maknanya menerima apa adanya. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
118) “Kalau di Cairo kau rasa ada yang cocok untuk jadi suami ya
tidak apa-apa kau nikah di sana Nduk. Kau kan sudah janda,
sudah lebih bebas menentukan pilihanmu. Nanti Abah bisa
kirim surat taukil ke KBRI untuk menikahkan kamu.”
Seloroh pak Kiai Lutfi (Habiburrahman, 2008:380).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata taukil maknanya surat kuasa mewakilkan. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
119) “Bagaimana dengan iddahnya?” (Shirazy, 2008:386).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata iddah maknanya waktu menunggu. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
2. Campur Kode Wujud Frasa
Campur kode berwujud frasa adalah penyisipan unsur kebahasaan
dari bahasa lain yang berupa frasa dalam konteks kalimat bahasa tertentu.
Pemakaian campur kode berwujud frasa dalam novel Ketika Cinta
60
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy terdapat 44 data. Campur kode
berupa penyisipan frasa di uraikan sebagai berikut:
1) “Subhanallah!” kembali ia bertasbih dalam hati. (Shirazy,
2007:50)
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa subhanallah maknanya maha suci Allah.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
2) “Alhamdulillah. Untung saya keburu pulang.” (Shirazy,
2007:73)
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa alhamdulillah maknanya pujian hanya untuk Allah.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
3) “Dapat French Kiss dariku jadi musibah!?” (Shirazy,
2007:74)
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa french kiss maknanya ciuman khas perancis. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
4) “Sampai di masjid ia mendapati Pak Ali yang sedang sujud di
shaf depan. Azzam shalat Tahiyatul Masjid.” (Shirazy,
2007:81).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa tahiyatul masjid maknanya salat menghormati
masjid. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
5) “Aku benar-benar tidak memiliki apa-apa. Aku hanya bisa
61
kerja part time.” (Shirazy, 2007:90).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa part time maknanya paruh waktu. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
6) “Aku lalu menjawab, „Baiklah, Bismillah saya mau.”
(Shirazy, 2007:93).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dilaog dengan ditandai
penyisipan frasa bismillah maknanya dengan nama Allah. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
7) “Yaitu cleaning service merangkap sopir KBRI. Bagaimana
Li, kamu mau?” (Shirazy, 2007:93).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa cleaning service maknanya pelayanan kebersihan.
Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
8) “Insya Allah semua akan mudah.” Ustad Mujab kamu tau
kan?” (Shirazy, 2007:98).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa insya allah maknanya jika Allah mengizinkan. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
9) “Yuk kita keluar. Kita ke Hadiyah Dauliyah. Sekalian
menghirup udara pagi. Aku ingin sedikit bicara denganmu.”
(Shirazy, 2007:141).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa hadiqah dauliyah maknanya taman kota. Masuknya unsur
62
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Imdonesia.
10) “Percayalah, siapa jodohmu, sudah di tulis di Lauhul
Mahfudz. Kau jangan kuatir.” (Shirazy, 2007:144).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa lauhul mahfudz maknanya seluruh catatan kejadian di
alam semesta. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa
Indonesia.
11) “Hanya satu bulan saja sejak proposal tesisnya ia ajukan ke
Qism Diraasat „Ulya.” (Shirazy, 2007:150).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa qism diraasat „ulya maknanya program
pascasarjana. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa
Indonesia.
12) “Saat itu ia hanya menjawab, “Inggih, sekedap” dan ia masih
konsentrasi membaca buku yang baru ia beli dari Shopping
Centre Jogja” (Shirazy, 2007:152)
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa inggih, sekedap maknanya ya, sebentar.
Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
13) “kakinya melangkah menyebrangi jalan raya dan rel metro
yang melintas di depan Kuliyyatul Banat.” (Shirazy,
2007:153).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa kulliyatul banat maknanya kuliah perempuan.
63
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
14) “Baik yang melalui orang ketiga seperti Furqan, atau yang
langsung blak-blakan lewat telepon, sms, email, surat maupun
disampaikan langsung face to face.” (Shirazy, 2007:157).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa face to face maknanya tatap muka. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
15) “Sampai di pintu kamar 819, dengan mengucap basmalah
Furqan membuka pintu kamar dengan key card-nya.”
(Shirazy, 2007:161).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa key card maknanya kartu kunci. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
16) “Apa itu? Nanti malam ada Syaikh Yusuf Al Qardhawi di
Darul Munasabat Masjid Utsman bin Affan, Heliopolis.”
(Shirazy, 2007:179).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa darul munasabat maknanya gedung serbaguna.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
17) “Masya Allah, jamuan yang tidak akan saya lupakan.
Keluarga yang ramah dan sangat berpendidikan.” (Shirazy,
2007:185).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa masya allah maknanya apa yang dikehendaki oleh Allah.
64
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
18) “Erna, kenape muka awak pucat macam tu? Fi eh?” (Shirazy,
2007:209).
Kutipan tersebut merupakabn campur kode bentuk dialog dengan ditandai
dengan penyisipan frasa fi eh maknanya ada apa. Masuknya unsur bahasa
Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
19) “Sudahlah Erna. Kita cakap perkara yang lain saja. By the
way, siapa tadi pemuda yang menolong kalian?” tanya
Zahraza (Shirazy, 2007:213).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa by the way maknanya omong-omong. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
20) “Ini Mas, to the point saja ya?” (Shirazy, 2007:234).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa to the point maknanya langsung ke inti. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
21) “Ini sudah dosa. Astagfirullah. Saya tidak boleh
membayangkan yang tidak-tidak, “gumamnya dalam hati
(Shirazy, 2007:244).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa astagfirullah maknanya tindakan memohon ampunan
Allah. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
22) “Iftahil baab! Iftahil baab! Ia tersadar dengan membawa
kemarahan di ubun-ubun kepalanya. (Shirazy, 2007:262).
65
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa iftahil baab maknanya buka pintu. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
23) “Tapi yang terbaik bagi kita saat ini adalah tidak kenal Wail
dulu. Amn Daulah Mesir merasa punya urusan dengan Wail.”
(Shirazy, 2007:284).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa amn daulah maknanya keamanan negara. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
24) “Jadi penjahat itu menamakan dirinya Miss Italiana?”
(Shirazy, 2007:305).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa miss italiana maknanya nona italiana. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
25) “Tahun pertama di Al Azhar gadis itu langsung lulus naik
tingkat dua dengan predikat jayyid jiddan.” (Shirazy,
2007:311).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa jayyid jiddan maknanya bagus sekali. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
26) “Jangan kuatir Kak. Dalam satu jam ke depan, saya akan
kasih Kakak print out makalah yang akan disampaikan oleh
Profesor Razlina Afif dan Profesor Sherly Lombard.”
(Shirazy, 2007:346).
66
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa print out maknanya cetak. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
27) “Yah sekali lagi ahlan wa sahlan di Indonesia.” (Shirazy,
2007:355).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa ahlan wa sahlan maknanya selamat datang. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
28) “Iya Kak. Ini dulu ya. Jangan lupa juga jaga kesehatan ya
Kak. Assalamu‟alaikum.” (Shirazy, 2007:364).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa assalamu‟alaikum maknanya semoga keselamatan
terlimpah kepadamu. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa
Indonesia.
29) “Ibunya bahkan mengabarkan telah mempersiapkan syukuran
besar-besar atas prestasinya meraih predikat summa cumlaude
untuk gelar masternya.” (Shirazy, 2007:378).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa summa cumlaude maknanya kehormatan pujian
tertinggi. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
30) “Tayang seminggu sekali tiap malam minggu jam delapan
malam. Prime time lho, Mas.” (Shirazy, 2007:411).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa prime time maknanya jam tayang utama. Masuknya unsur
67
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
31) “Setelah itu Kakak akan menikahkan kalian dengan pemuda
yang saleh, bi idznillah.” (Shirazy, 2007:416).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa bi idznillah maknanya dengan izin Allah.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
32) “Ia masih harus menghadapi satu ujian lagi. Mendendangkan
nasyid dalam pesta walimatul ursy.” (Shirazy, 2007:450).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa walimatul ursy maknanya pesta pernikahan.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
33) “Ia harus masuk ke dalam bandara untuk mengambil
boarding pass.” (Shirazy, 2007:470).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa boarding pass maknanya pendaftaran ulang
calon penumpang. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa
Indonesia.
34) “Wah baru empat bulan sudah cetakan ke-5, berarti ini buku
bestseller ya Fis.” (Shirazy, 2008:25).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa bestseller maknanya penjualan terlaris. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
35) “Tapi aku yakin besok pagi wawancara tadi bakal jadi head
line surat kabar dan akan jadi berita dan gosip tidak ada habis-
68
habisnya di infotaiment.” Ujar Luna. (Shirazy, 2008:124).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa head line maknanya berita utama. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
36) “Selanjutnya untuk membacakan lagi, sebuah puisi saya
panggilkan seorang artis papan atas Indonesia. Seorang artis
berbakat yang sudah go international. Kita panggil Emira
Giza Humaira!” (Shirazy, 2008:129).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa go international maknanya menjadi terkenal. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
37) “Tidak. Kami mau check in hotel dulu.” (Shirazy, 2008:160).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa check in maknanya mendaftar. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
38) “Tadi sore ia melihat di nasi rice cooker masih penuh dan
kulkas ada bahan yang lengkap untuk masak nasi goreng ala
Pattani.” (Shirazy, 2008:174).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa rice cooker maknanya penanak nasi. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
39) “Saya persisnya kurang tahu. Setahu saya yang pasti ada
kelasnya. Tapi kalau S2 langsung by research, artinya
langsung nulis tesis, di Malaysia ada.” (Shirazy, 2008:199).
69
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa by research maknanya penelitian. Masuknya unsur
bahasa Inggris dalam teks bahasa Indonesia.
40) “Azzam terus memutar otaknya. Ia harus segera menemukan
cara untuk mendapatkan cash flow dengan cepat.” (Shirazy,
2008:240).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa cash flow maknanya arus kas. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
41) “Wa‟alaikumussalam. Silakan duduk Mas.” Jawab
perempuan muda yang sudah duduk berhadapan dengan
Husna.” (Shirazy, 2008:260).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan di tandai
penyisipan frasa wa‟alaikumussalam maknanya dan semoga keselamatan
terlimpah juga kepadamu. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks
bahasa Indonesia.
42) “Wah iya, inna lillah!” (Shirazy, 2008:280).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa inna lillah maknanya kami milik Allah. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
43) “Kami mohon Pak Kiai yang memberi mau‟idhah
hasanahnya.” Terang bu Nafis (Shirazy, 2008:345).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan frasa mau‟idhah hasanah maknanya nasehat yang baik.
70
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
44) “Begitu sertifikat jadi Azzam langsung membuat semacam
grand opening untuk baksonya dengan mengundang para
aktifis kampus dan aktifis dakwah.” (Shirazy, 2008:373).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan frasa grand opening maknanya pembukaan besar-
besaran. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
3. Campur Kode Wujud Klausa
Campur kode berwujud klausa adalah penyisipan unsur kebahasaan
dari bahasa lain yang berupa klausa dalam konteks kalimat bahasa
tertentu. Pemakaian campur kode berwujud klausa dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy terdapat 16 data. Campur
kode berupa penyisipan klausa di uraikan sebagai berikut:
1) “Wow...gila! It‟s great dream, man! Tak kuduga Mas Khairul
punya impian segede itu.” (Shirazy, 2007:60).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa it‟s great dream, man maknanya itu mimpi yang hebat,
bung. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
2) “Di akhir jaman itu tidak sedikit perempuan yang cantik
memesona, namun sebenarnya adalah seorang pelacur.
Na‟udzubillaah!” (Shirazy, 2007:88).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa na‟udzubillaah maknanya kami meminta perlindungan
Allah. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
71
3) “Sampai ia dapat julukan Sri Devi from Bandung. Ia anak
seorang diplomat. Ibunya asli India. Pokoknya cantiknya luar
biasa.” (Shirazy, 2007:90).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa sri devi from bandung maknanya Sri Devi dari
Bandung. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
4) “Ah semua sudah ada yang mengatur. Yaitu Allah subhanahu
wa Ta‟ala. Jika saatnya ketemu nanti akan ketemu juga.”
Gumamnya dalam hati (Shirazy, 2007:128).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa subhanahu wa ta‟ala maknanya maha suci dan maha
tinggi Allah. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa
Indonesia.
5) “Seorang lelaki setengah baya berteriak keras marah, “Hasib ya
hayawan!” (Shirazy, 2007:188).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan klausa hasib ya hayawan maknanya hati-hati, jangan
sembrono, hei hewan!. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa
Indonesia.
6) “Ajaran itu senada dengan kata mutiara bangsa Arab yang
sangat dasyat: Man Jadda Wajada. Siapa yang bersungguh-
sungguh berusaha akan mendapatkan yang diharapkannya.”
(Shirazy, 2007:191).
72
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan klausa man jadda wajada maknanya siapa yang
bersungguh-sungguh akan mendapatkan yang diharapkan. Masuknya
unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
7) “Katakan saja dari thalib dzu himmah. Dia pasti tahu.”
(Shirazy, 2007:194).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa thalib dzu himmah maknanya mahasiswa yang memiliki
cita-cita. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
8) “Spontan ia berteriak keras “Naam ya alilal adab!” (Shirazy,
2007:262).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan klausa naam ya alilal adab maknanya ya, hai orang
yang kurang ajar. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa
Indonesia.
9) “Uedan, moderatornya siapa itu Cak? Cuantik, pinter dan
bahasa Inggrisnya fasih buetul! Anake sope ya kae?” (Shirazy,
2007:351).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa maknanya anaknya siapa ya dia itu?. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
10) “Ya Waffaqakumullah,” tukas Furqan. (Shirazy, 2007:370).
73
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa wafaqakumullah maknanya semoga Allah memberimu
taufik. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
11) “Jazakallah Kang. Aku sudah tahu apa yang harus
kuputuskan!” (Shirazy, 2007:444).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa jazakallah maknanya semoga Allah akan memberi.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
12) “inna lillahi wa inna ilaihi raaji‟un.” Hampir bersamaan
mereka berdua membaca istirja.” (Shirazy, 2008:44).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa inna lillahi wa inna ilaihi raaji‟un maknanya
sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
13) Husna menimbal “Hayoh kapokmu kapan.” (Shirazy,
2008:159).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa hayoh kapokmu kapan maknanya hayoh jeramu kapan.
Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
14) “Laa ilaaha illallah, subhanallah! Mimpi apa saya sampai
ketemu orang yang saya kagumi?” (Shirazy, 2008:290).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa laa ilaaha illallah maknanya tidak ada tuhan selain
Allah. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
74
15) “Itu semua menjadi kabar gembira bahwa kelak diakhirat akan
ada pahala yang lebih lezat, pahala yang lebih agung dari Allah
Azza wa Jalla.” (Shirazy, 2008:377).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan klausa azza wa jalla maknanya Allah yang tak
terkalahkan dan mempunyai kebesaran. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
16) “Azzam akan sami‟na wa atha‟na. Azzam akan memejamkan
mata dan ikut pada apa yang Pak Kiai pilihkan.” (Shirazy,
2008:384).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan klausa sami‟na wa atha‟na maknanya kami dengar dan kami
taati. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
4. Campur Kode Wujud Kata Ulang
Campur kode berwujud kata ulang adalah penyisipan unsur
kebahasaan dari bahasa lain yang berupa kata ulang dalam konteks kalimat
bahasa tertentu. Pemakaian campur kode berwujud kata ulang dalam novel
Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy terdapat 11 data.
Campur kode berupa penyisipan kata ulang di uraikan sebagai berikut:
1) “Coba kaurenungkan, apakah ketika aku mewanti-wanti anak
perempuan ku agar tidak mencontoh Nicole Kidman yang
sangat...” (Shirazy, 2007:87).
75
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ulang wanti-wanti maknanya was-was. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
2) “Kalau aku batalkan lamaranku dan aku memilih Eliana yang
sudah jelas mengejarku aku takut dianggap lelaki plin-plan.”
(Shirazy, 2007:114).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ulang plin-plan maknanya tidak berpendirian tetap.
Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
3) “Di milist-milist kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo
terkirim puluhan tahniah dan ucapan selamat.” (Shirazy,
2007:355).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata ulang milist-milist maknanya grup diskusi di
internet. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
4) “Kiai Lutfi hanya mangut-mangut saja mendengar cerita
putrinya yang sedemikian panjang lebar.” (Shirazy, 2008:16).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata ulang mangut-mangut maknanya tampak seperti
orang melamun. Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa
Indonesia.
5) “Oh, Nak Husna. Monggo-monggo masuk Nak. Ada acara di
pesantren ya?” sapa ibu itu. (Shirazy, 2008:58)
76
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ulang monggo-monggo maknanya silakan. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
6) “Dindingnya putih kusam. Dan langit-langitnya adalah
anyaman bambu yang kusam dan di sana sini sudah bolong-
bolong.” (Shirazy, 2008:107).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan kata ulang bolong-bolong maknanya berlubang.
Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
7) “Sudah kamu jangan mbulet-mbulet. Ayo ikut aku mengambil
kitab. Aku jelaskan sampai di mana. Ayo Nak!” (Shirazy,
2008:182).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ulang mbulet-mbulet maknanya mengelak. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
8) “Tapi terus diuber-uber sama germonya. Kau harus bantu dia.
Yang harus kamu dor itu ya hidung belang-hidung belang itu
Rus. Bukan dia.” (Shirazy, 2008:234).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ulang uber-uber maknanya mengejar. Masuknya unsur
bahasa jawa ke dalam teks bahasa indonesia.
9) “Dulu ada ungkapan desember itu maknanya deres-derese
sumber, atau besar-besarnya sumber.” (Shirazy, 2008:254).
77
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ulang deres-derese maknanya besar-besarnya. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
10) “Boro-boro Zum. Air minum saja tak ada. Aku tidak bisa
jalan. Semalam terpaksa aku minum air kran.” (Shirazy,
2008:320).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ulang boro-boro maknanya jangankan. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
11) “Jangan menangis Nduk. Hadapi hidup ini dengan tabah ya.
Kau ini kena gejala tipes, dan darah rendah. Jangan makan
yang kecut-kecut, pedas, dan kasar dulu.” (Shirazy, 2008:324).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan kata ulang kecut-kecut maknanya masam. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
5. Campur Kode Wujud Baster
Campur kode berwujud baster adalah penyisipan unsur kebahasaan
dari bahasa lain yang berupa baster dalam konteks kalimat bahasa tertentu.
Pemakaian campur kode berwujud baster dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy terdapat 24 data. Campur kode
berupa penyisipan baster di uraikan sebagai berikut:
1) “Ia langsung istigfar dan ber-ta‟awudz. Ia juga sadar bahwa
dirinya adalah manusia biasa yang punya nafsu, bukan malaikat
suci yang tak memiliki nafsu.” (Shirazy, 2007:158).
78
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster ber-ta‟awudz maknanya doa perlindungan
Allah dari setan. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa
Indonesia.
2) “Breakfast-nya sekali saja ya.” (Shirazy, 2007:160).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster breakfast-nya maknanya sarapan-nya. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
3) “Sampai di pintu kamar 819, dengan mengucap basmalah
Furqan membuka pintu kamar dengan key card-nya.” (Shirazy,
2007:161).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster key card-nya. Maknanya kartu kunci-nya.
Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
4) “Ia membaca dan menulis hal-hal penting dengan laptop-nya di
samping gadis itu.” (Shirazy, 2007:164)
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster laptop-nya maknanya komputer genggam yang
bisa di bawa kemana saja. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks
bahasa Indonesia.
5) “Biasanya mahasiswa berwajah putih bersih dari Desa Sanhur
yang terletak antara kota El Faiyum dan Danau Qarun itu me-
muraja‟ah hapalan Qurannya di mushala.” (Shirazy, 2007:182).
79
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster me-muraja‟ah maknanya mengulang hapalan
Al-Quran agar tidak lupa. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks
bahasa Indonesia.
6) “Nanang terhenyak kaget, lalu tersenyum. Ia melepas
earphone-nya.” (Shirazy, 2007:212).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster earphone-nya maknanya alat untuk mendengar
musik atau video. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa
Indonesia.
7) “Untuk meng-open tiket KL-Jakarta. Karena mau tinggal
beberapa hari di KL, maka harus open. itu harganya lebih
mahal lima puluh dollar. Gimana Mbak?” (Shirazy, 2007:238).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster meng-open maknanya membuka. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
8) “Bagaimana bisa kebablasan sampai pukul delapan. Ia merasa
ada yang sangat menyiksanya.” (Shirazy, 2007:276).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster kebablasan maknanya terlewat. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
9) “Ia langsung bangkit, mencuci muka dan mengambil air
wudhu. Ia harus segera meng-qadha shalat Subuh.” (Shirazy,
2007:277).
80
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster meng-qadha maknanya menggantikan salat
yang sudah terlewat. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa
Indonesia.
10) “Setelah di-scan, ada gegar ringan. Mungkin karena kepalanya
membentur lantai saat dia jatuh tadi malam.” (Shirazy,
2007:288).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster di-scan maknanya memindai. Masuknya unsur bahasa
Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
11) “Yang paling penting, kau harus mengintropeksi dan me-
muhasabah-i dirimu sendiri.” (Shirazy, 2007:295).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster me-muhasabah-i maknanya memperbaiki diri.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
12) “Temanku itu memberi alamat website-nya. Aku buka, dan
ternyata itu foto-fotomu dengan seorang perempuan bule. Ada
keterangan panjang lebar di setiap foto.” (Shirazy, 2007:393).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster website-nya maknanya kumpulan halaman situs yang
memiliki topik saling terkait. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam
teks bahasa Indonesia.
13) “Saya masih ingat saat saya ke pesantren dulu sandal saya
hilang di-ghosob oleh para santri, saat itu Fadhil-lah yang
81
bingung ke sana kemari mencari sandal saya.” (Shirazy,
2007:448).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster di-ghosob maknanya dipinjam tanpa izin yang punya.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
14) “Ia harus segera menghubungi Nair meminta tiketnya di-
conform untuk penerbangan dua hari yang akan datang.”
(Shirazy, 2007:458).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster di-conform maknanya disesuaikan. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
15) “Ia lebih banyak mengcopy data-data dan rujukan-rujukan
penting.” (Shirazy, 2008:13).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster mengcopy maknanya menyalin. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
16) “Ada.” Jawab Anna seraya membuka diarynya.” (Shirazy,
2008:17).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster diarynya maknanya buku harian. Masuknya unsur
bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
17) “Tapi ibu jamin dia bisa menjadi istri yang baik. Kelebihan
Rina adalah sifat qana‟ahnya. Sifat nrimonya. Kekurangan dia
sih banyak.” (Shirazy, 2008:114).
82
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster qana‟ahnya maknanya merasa cukup masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia dan nrimonya maknanya
menerima. Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
18) “Terus contoh-contohnya mulai dari yang kecil-kecil, contoh
tawadhunya Rasulullah, ada juga contoh sahabat.” (Shirazy,
2008:191).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster tawadhunya maknanya rendah hatinya. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
19) “Dan lagi aku menemukan sorban Kiai Sulaiman Jaiz yang
sangat wangi di kamar Anna. Apa ya Mi takwil-nya?” (Shirazy,
2008:195).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster takwil-nya maknanya hakikatnya. Masuknya unsur
bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
20) “Ia merasa melakukan kesalahan besar. Sambil menyalami
tetamu putri yang minta diri ia terus beristighfar.” (Shirazy,
2008:203-204).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster beristighfar maknanya memohon ampunan
Allah. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
21) “Kami mohon Pak Kiai yang memberi mau‟idhah
hasanahnya.” Terang Bu Nafis (Shirazy, 2008:345).
83
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan baster mau‟idhah hasanahnya maknanya nasehat yang baik.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
22) “Malam itu Azzam harus masuk ruang operasi. Setelah
dirongent ia mengalami patah dibetis kirinya, lengan bawah
tangan kiri, dan dua tulang rusuk dada kirinya.” (Shirazy,
2008:363).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster dirongent maknanya di foto medis. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
23) “Sejak itu Azzam merasa baksonya layak difranchisekan. Dua
cabang langsung ia buka.” (Shirazy, 2008:373).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster difranchisekan maknanya hak untuk menjual
suatu produk. Masuknya unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa
Indonesia.
24) “Anna melihat inbox emailnya. Email terbaru dari Furqan.”
(Shirazy, 2008:403).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan baster emailnya maknanya surat elektronik. Masuknya
unsur bahasa Inggris ke dalam teks bahasa Indonesia.
6. Campur Kode Wujud Ungkapan
Campur kode berwujud ungkapan adalah penyisipan unsur
kebahasaan dari bahasa lain yang berupa ungkapan dalam konteks kalimat
84
bahasa tertentu. Pemakaian campur kode berwujud ungkapan dalam novel
Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy terdapat 15 data.
Campur kode berupa penyisipan ungkapan di uraikan sebagai berikut:
1) “Peka pada anak kecil apa juga tidak perlu ilmu! Apa gunanya
jadi sarjana, lulusan Al Azhar kalau tidak tanggap sasmita,
kalau disuruh ibunya tidak juga beranjak!” (Shirazy, 2007:152).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan tanggap sasmita maknanya tidak menangkap
informasi. Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
2) “Dan sambutan yang hangat dan penuh persaudaraan. Saya
sangat terkesan. Jazakumullah khaira.” (Shirazy, 2007:185).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan jazakumullah khaira maknanya semoga Allah
membalas (kebaikanmu) dengan kebaikan. Masuknya unsur bahasa Arab
ke dalam teks bahasa Indonesia.
3) “Alfu mabruk, Akhi. Semoga ilmu yang kau dapat bermanfaat.”
(Shirazy, 2007:356).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan alfu mabruk, akhi maknanya seribu berkah, saudara.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
4) “Tapi ia harus berbalut perangai mulia. Yaitu perangai yang
ditunjukkan oleh Ummul Mukminiin, Sayyida Khadijah.”
(Shirazy, 2007:410).
85
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk deskripsi dengan
ditandai penyisipan ungkapan ummul mukminiin maknanya gelar
kehormatan yang diberikan kepada setiap istri nabi Muhammad.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
5) “Iya kami tahu. Maka nanti Neng Anna tidak usah bicara
tentang sastra dan tetek bengeknya. Kami tidak minta Neng
Anna bicara tentang itu.” (Shirazy, 2008:24).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan tetek bengek maknanya segala (hal) masalah.
Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
6) “O begitu. Matur nuwun ya Nak sudah berkenan mampir.”
(Shirazy, 2008:90),
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan matur nuwun maknanya terima kasih. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
7) “Sugeng rawuh Mbak.” Sapa ibu Rina dengan bahasa Jawa
halus.” (Shirazy, 2008:106).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan sugeng rawuh maknanya selamat datang. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
8) “Allahu a‟lam Dik. Jika jodoh tak ada yang bisa menolak. Jika
tak jodoh tak ada yang bisa mempertemukan.” (Shirazy,
2008:111).
86
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan allahu a‟lam maknanya dan Allah lebih tahu.
Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks bahasa Indonesia.
9) “Aduh nyuwun sewu sanget Bu, tidak bisa.” (Shirazy,
2008:210).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan nyuwun sewu sanget maknanya mohon maaf sekali.
Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
10) “Tidak ikut campur bagaimana? Dia tamuku! Dan kau seperti
perampok yang masuk rumah tanpa kulon nuwun dulu!”
(Shirazy, 2008:229).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan kulon nuwun maknanya minta izin. Masuknya unsur
bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
11) “Ada ilmu titen yang oleh orang jawa disebut pranata
mongso.” (Shirazy, 2008:254).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan pranata mongso maknanya ketentuan musim.
Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
12) “Dulu ada ungkapan desember itu maknanya deres-derese
sumber, atau besar-besarnya sumber.” (Shirazy, 2008:254).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan deres-derese sumber maknanya besar-besarnya
sumber. Masuknya unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
87
13) “Ahlan wa sahlan ya akhi, kaif hal?” sambut Azzam dengan
bahasa Arab Fusha (Shirazy, 2008:277).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan ahlan wa sahlan ya akhi, kaif hal maknanya selamat
datang saudaraku, bagaimana kabarmu. Masuknya unsur bahasa Arab ke
dalam teks bahasa Indonesia.
14) “O begitu. Terus ini kok njanur gunung ada apa ya?” (Shirazy,
2008:278).
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan njanur gunung maknanya tidak biasanya. Masuknya
unsur bahasa Jawa ke dalam teks bahasa Indonesia.
15) “Apa pantas Bu, orang yang pernikahan putrinya saja gagal
kok memberi mau‟idhah pernikahan pada orang lain. Itu
namanya kabura maqtan „indallah!” (Shirazy, 2008:345),
Kutipan tersebut merupakan campur kode bentuk dialog dengan ditandai
penyisipan ungkapan kabura maqtan „indallah maknanya amat besar
kebencian disisi Allah. Masuknya unsur bahasa Arab ke dalam teks
bahasa Indonesia.
B. Pembahasan
Pada bagian sebelumnya peneliti telah menyajikan data dan
menganalisis campur kode berupa wujud kata, frasa, klausa, baster, kata
ulang, maupun idiom atau ungkapan. Pada bagian ini peneliti memaparkan
hasil pengamatan dari analisis campur kode pada novel Ketika Cinta
Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy. Berikut ini pembahasan hasil
88
analisis penggunaan campur kode dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburrahman El Shirazy.
1. Campur Kode Berwujud Kata
Campur kode berwujud kata adalah penyisipan unsur-unsur
berwujud kata yang terjadi apabila seseorang penutur menyisipkan unsur
bahasa lain yang berwujud kata dalam tuturannya. Pemakaian campur
kode bahasa daerah Jawa dan bahasa asing (Inggris dan Arab) berwujud
kata pada novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy
diuraikan sebagai berikut:
a. Campur Kode Kata Bahasa Jawa
“Baiklah, kalau ayah tidak mau membelikan maka Husna
akan minggat!”. (Shirazy, 2008:46).
Data di atas terdapat percakapan yang dilakukan oleh Husna kepada
Ayahnya. Husna mendeskripsikan percakapan yang pernah terjadi
semasa ia masih bersekolah. Percakapan terjadi saat Husna akan
kabur dari rumah karena ayahnya tidak mampu membelikannya
(Husna) motor baru. Cuplikan dialog tersebut menunjukkan campur
kode bahasa daerah Jawa dalam bahasa Indonesia yang berwujud
kata yaitu “minggat”. Kata minggat merupakan kata yang berasal
dari bahasa Jawa maknanya dalam bahasa Indonesia yaitu kabur.
b. Campur Kode Bahasa Inggris
“Benar, sungguh! Tapi Mas Khairul keburu pulang sih. Jadi
sorry dech ya.” (Shirazy, 2007:73).
89
Data di atas terdapat percakapan telepon antara Eliana kepada
Azzam. Percakapan terjadi pada malam hari di kamar hotel, saat
Eliana menelpon Azzam untuk memberikannya ciuman spesial tapi
Azzam keburu pulang duluan. Cuplikan dialog tersebut
menunjukkan campur kode bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia
yang berwujud kata “sorry”. Kata sorry merupakan kata yang
berasal dari bahasa Inggris maknanya dalam bahasa Indonesia yaitu
maaf.
c. Campur Kode Bahasa Arab
“Aku akan cerita. Tapi janji tidak kaubocorkan siapa-siapa.
Masyi?”
Data di atas terdapat percakapan yang dilakukan oleh Furqan kepada
Azzam. Percakapan terjadi di sebuah toko El Manshiya. Furqan
mengajak Azzam menemaninya makan roti kibdah di samping
sebuah masjid tua sambil berbincang-bincang. Cuplikan dialog
tersebut menunjukkan campur kode bahasa Arab dalam bahasa
Indonesia yang berwujud kata “masyi”. Kata masyi merupakan kata
yang berasal dari bahasa Arab maknanya dalam bahasa indonesia
yaitu setuju.
2. Campur Kode Berwujud Frasa
Campur kode berwujud frasa adalah penyisipan unsur kebahasaan
dari bahasa lain yang berupa frasa dalam konteks kalimat bahasa tertentu.
Pemakaian campur kode bahasa daerah Jawa dan bahasa asing (Inggris
90
dan Arab) berwujud frasa pada novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburrahman El Shirazy diuraikan sebagai berikut:
a. Campur Kode Bahasa Jawa
Saat itu ia hanya menjawab, “inggih, sekedap” dan ia masih
konsentrasi membaca buku yang baru ia beli dari Shopping
Centre Jogja. (Shirazy, 2007:152)
Data di atas terdapat deskripsi yang dilakukan oleh Anna kepada
Ibunya. peristiwa tersebut terjadi saat ibunya meminta Anna
mengupaskan mangga untuk keponakannya si Kecil Ilham.
Cuplikan deskripsi tersebut menunjukkan campur kode bahasa
Jawa dalam bahasa Indonesia. Campur kode pada percakapan
tersebut yang berwujud frasa “inggih, sekedap”. Frasa inggih,
sekedap merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa inggih
maknanya ya sedangkan kata sekedap maknanya sebentar. Jadi
frasa inggih, sekedap dalam bahasa indonesia maknanya yaitu iya,
sebentar.
b. Campur Kode Bahasa Inggris
“Dapat French Kiss dariku bagimu jadi musibah!? (Shirazy,
2007:74).
Data di atas terdapat percakapan telepon antara Eliana kepada
Azzam. Percakapan tersebut terjadi malam hari di kamar hotel saat
Eliana menelpon Azzam untuk memberinya surprice berupa
ciuman spesial. Cuplikan percakapan tersebut menunjukkan
91
campur kode bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia. Campur kode
pada percakapan tersebut berwujud frasa “French Kiss”. Frasa
franch kiss merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris french
maknanya Perancis sedangkan kata kiss maknanya ciuman. Jadi
frasa french kiss dalam bahasa indonesia maknanya ciuman khas
Perancis.
c. Campur Kode Bahasa Arab
“Kakinya melangkah menyebrangi jalan raya dan rel metro
yang melintas di depan Kulliyatul Banat” (Shirazy,
2007:153).
Data di atas terdapat deskripsi yang dilakukan oleh Abah kepada
Anna. Peristiwa tersebut terjadi saat Abah menghibur Anna, setelah
dimurkai oleh ibunya, dan hari berikutnya ibunya sudah tersenyum
padanya (Anna). Cuplikan deskripsi tersebut menunjukkan campur
kode bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Campur kode pada
deskripsi tersebut berwujud frasa “Kulliyatul Banat”. Frasa
kulliyatul Banat merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab
kulliyatul maknanya kuliah sedangkan banat maknanya
perempuan. Jadi frasa Kulliyatul Banat dalam bahasa Indonesia
maknanya kuliah perempuan (kampus).
3. Campur Kode Berwujud Klausa
Campur kode berwujud klausa adalah penyisipan unsur kebahasaan
dari bahasa lain yang berupa klausa dalam konteks kalimat bahasa
92
tertentu. Pemakaian campur kode bahasa daerah Jawa dan bahasa asing
(Inggris dan Arab) berwujud klausa pada novel Ketika Cinta Bertasbih
Karya Habiburrahman El Shirazy diuraikan sebagai berikut:
a. Campur Kode Bahasa Jawa
“Husna menimbal “Hayoh kapokmu kapan.” (Shirazy,
2008:159).
Data di atas terdapat deskripsi yang dilakukan oleh Eliana kepada
Azzam. Peristiwa tersebut terjadi saat mereka (Husna, Azzam,
Eliana) sedang mengobrol di ruang makan. Cuplikan tersebut
menunjukkan adanya campur kode pada deskripsi tersebut berwujud
klausa “Hayoh kapokmu kapan”. Klausa hayoh kapokmu kapan
merupakan kalimat yang berasal dari bahasa Arab dalam bahasa
Indonesia maknanya adalah Ayo jeramu kapan.
b. Campur Kode Bahasa Inggris
“Wow...gila! it‟s great dream, man! Tak kuduga Mas Khairul
punya impian segede itu.” (Shirazy,2007:60).
Data di atas merupakan dialog yang dilakukan oleh Eliana kepada
Azzam. Peristiwa tersebut terjadi saat Eliana dan Azzam sedang
mengobrol di dalam mobil perjalanan ke pasar membeli bahan yang
akan diolah oleh Azzam. Cuplikan tersebut menunjukkan adanya
campur kode dialog berwujud klausa “it‟s great dream, man”.
Klausa it‟s great dream, man merupakan kalimat yang berasal dari
93
bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia maknanya itu mimpi yang
hebat, bung.
c. Campur Kode Bahasa Arab
“Azzam akan sami‟na wa atha‟na. Azzam akan memejamkan
mata dan ikut pada apa yang Pak Kiai pilihkan.”
(Shirazy,2008:384)
Data di atas merupakan dialog yang dilakukan oleh Azzam kepada
Pak Kiai. Peristiwa tersebut terjadi di kediaman Pak Kiai, Azzam
meminta pertolongan Pak Kiai memilihkan jodoh yang cocok
dengannya di area pesantren. Cuplikan tersebut menunjukkan adanya
campur kode berwujud klausa sami‟na wa atha‟na. Klausa sami‟na
wa atha‟na merupakan kalimat yang berasal dari bahasa Arab dalam
bahasa Indonesia maknanya kami dengar dan kami taati.
4. Campur Kode Berwujud Kata Ulang
Campur kode berwujud kata ulang adalah penyisipan unsur
kebahasaan dari bahasa lain yang berupa kata ulang dalam konteks
kalimat bahasa tertentu. Pemakaian campur kode bahasa daerah Jawa dan
bahasa asing (Inggris dan Arab) berwujud kata ulang pada novel Ketika
Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy diuraikan sebagai
berikut:
Campur Kode Bahasa Jawa
“Oh Nak Husna. Monggo-monggo masuk Nak. Ada acara di
pesantren ya?” sapa ibu itu (Shirazy, 2008:58).
94
Data di atas merupakan dialog yang dilakukan oleh seorang ibu
kepada Husna. Peritiwa tersebut terjadi saat Husna tidak jadi pergi
ke pesantren dengan Zumrah, dan memutar kendaraannya belok kiri
ke arah rumah penduduk. Cuplikan tersebut menunjukkan adanya
campur kode kata ulang Monggo-monggo. Kata ulang Monggo-
monggo merupakan bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia maknanya
silakan.
5. Campur Kode berwujud Baster
Campur kode berwujud baster adalah penyisipan unsur kebahasaan
dari bahasa lain yang berupa baster dalam konteks kalimat bahasa
tertentu. Pemakaian campur kode bahasa daerah Jawa dan bahasa asing
(Inggris dan Arab) berwujud baster pada novel Ketika Cinta Bertasbih
Karya Habiburrahman El Shirazy diuraikan sebagai berikut:
a. Campur Kode Bahasa Jawa
“Pak Ali nanti kalau ketemu Mas Khairul sampaikan terima
kasih saya ya atas habasy takanat-nya (Shirazy,2007:111).
Data di atas merupakan dialog yang dilakukan oleh Eliana kepada
Pak Ali. Peristiwa tersebut terjadi saat amarah Eliana telah meredam
dan mengingat kembali ketulusan Azzam. Cuplikan tersebut
menunjukkan adanya campur kode baster habasy takanat-nya.
Baster habasy takanat-nya merupakan bahasa Jawa dalam bahasa
Indonesia maknanya roti sandwich khas Mesir memiliki isi
bermacam-macam dan porsinya besar.
95
b. Campur Kode Bahasa Inggris
“Breakfast-nya sekali saja ya.” (Shirazy,2007:160).
Data di atas merupakan dilog yang dilakukan oleh Dina karyawan
hotel kepada Furqan. Peristiwa tersebut terjadi saat Furqan sedang
memesan kamar hotel. Cuplikan tersebut menunjukkan adanya
campur kode baster Breakfast-nya. Baster Breakfast-nya merupakan
bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia maknanya sarapan.
c. Campur Kode Bahasa Arab
“Dan lagi aku menemukan sorban Kiai Sulaiman Jaiz yang
sangat wangi di kamar Anna. Apa ya takwil-nya?”
(Shirazy,2008:195).
Data di atas merupakan dialog yang dilakukan oleh Ibu Anna kepada
Pak Kiai Lutfi. Peristiwa tersebut terjadi saat Kiai Lutfi terbangun
dari mimpinya dan menceritakan mimpi tersebut kepada istrinya.
Cuplikan tersebut menunjukkan adanya campur kode baster takwil-
nya. Baster takwil-nya merupakan kata yang berasal dari bahasa
Arab dalam bahasa Indonesia maknanya adalah hakikat.
6. Campur Kode Berwujud Ungkapan
Campur kode berwujud ungkapan adalah penyisipan unsur
kebahasaan dari bahasa lain yang berupa ungkapan dalam konteks kalimat
bahasa tertentu. Pemakaian campur kode bahasa daerah Jawa dan bahasa
asing (Inggris dan Arab) berwujud ungkapan pada novel Ketika Cinta
Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy diuraikan sebagai berikut:
96
a. Campur Kode Bahasa Jawa
“O begitu. Matur nuwun ya Nak sudah berkenan mampir.”
(Shirazy,2008:90).
data di atas merupakan dialog yang dilakukan oleh Bu Nafis kepada
Anna. Peristiwa tersebut terjadi di halaman rumah saat Anna
berpamitan kepada bu Nafis. Cuplikan tersebut menunjukkan adanya
campur kode ungkapan Matur nuwun. Ungkapan Matur nuwun
merupakan kalimat yang berasal dari bahasa Jawa dalam bahasa
Indonesia maknanya adalah terima kasih.
b. Campur Kode Bahasa Arab
“Alfu mabruk, Akhi. Semoga ilmu yang kau dapat bermanfaat.”
(Shirazy,2007:356).
Data di atas merupakan dialog yang dilakukan oleh Azzam kepada
Furqan. Peristiwa tersebut terjadi di rumah Furqan saat Azzam
datang memberinya (Furqan) selamat dan minta maaf karena tidak
sempat menghadiri sidang munaqasah-nya. Cuplikan tersebut
merupakan campur kode ungkapan Alfu mabruk, Akhi. Ungkapan
Alfu mabruk, Akhi merupakan kalimat bahasa Arab dalam bahasa
Indonesia maknanya adalah seribu berkah, saudara.
Berdasarkan penyajian data dan analisis data di atas, dapat diketahui
bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy. Bentuk campur kode dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy terdapat sebanyak 229 data yang
97
terdiri atas bentuk campur kode berupa penyisipan kata sebanyak 119 data,
penyisipan frasa sebanyak 44 data, penyisipan klausa sebanyak 16 data,
penyisipan kata ulang sebanyak 11 data, penyisipan baster sebanyak 24 data
dan penyisipan idiom atau ungkapan sebanyak 15 data.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa bentuk campur kode
dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy lebih
banyak terdapat pada penyisipan kata dibandingkan dengan penyisipan lain,
baik berupa penyisipan frasa, penyisipan klausa, penyisipan kata ulang,
penyisipan baster maupun penyisipan idiom atau ungkapan. Hal ini terlihat
pada jumlah data yang terdapat pada bentuk campur kode berupa penyisipan
kata yang diperoleh sebanyak 119 data dengan persentase sebesar 52%.
Adapun wujud campur kode berupa penyisipan kata ulang paling kurang
pemakainya dalam novel Ketika Cinta Bertasbih dengan perolehan data
sebanyak 11 data dengan persentase 4,6%.
Bentuk campur kode yang terjadi berupa penyisipan bahasa asing
maupun bahasa daerah. Namun, berdasarkan hasil analisis lebih banyak
terdapat penyisipan kata asing dari pada penyisipan kata yang berasal dari
bahasa daerah. Bahasa asing digunakan adalah bahasa inggris dan bahasa arab
dan penyisipan bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa jawa. Hal ini
disebabkan karena tokoh utama dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy berasal dari Kartasura dan melanjutkan
pendidikan di Al Azhar Cairo menggunakan bahasa arab dan bahasa inggris.
98
Sehingga setiap pembicaraan yang terjadi banyak disisipi bahasa asing
(Inggris dan Arab) dan bahasa daerah Jawa.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih terdapat bentuk campur kode yang dilakukan oleh para tokoh atau
pelaku utama dalam cerita. Peristiwa campur kode sengaja dilakukan karena
mempermudah proses komunikasi atau penyampaian pesan dari pembicaraan
yang dilakukan antar tokoh. Selain itu penggunaan dua bahasa atau lebih
dalam cerita menunjukkan bahwa adanya pemahaman dan penguasaan
terhadap dua bahasa yang digunakan, sehingga proses campur kode dapat
dilakukan.
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data mengenai campur kode dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa terdapat bentuk campur kode dalam Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Bentuk campur kode yang
diperoleh sebanyak 229 data berupa penyisipan kata sebanyak 119 data
dengan persentase 52%, penyisipan frasa sebanyak 44 data dengan persentase
19,2%, penyisipan klausa sebanyak 16 data dengan persentase 6,6%,
penyisipan kata ulang sebanyak 11 data dengan persentase 4,6%, penyisipan
baster sebanyak 24 data dengan persentase 10,4% dan penyisipan idiom atau
ungkapan sebanyak 15 data dengan persentase 6,1%.
Bentuk campur kode berupa penyisipan kata lebih banyak digunakan
sebesar 52% sedangkan bentuk campur kode berupa penyisipan kata ulang
paling sedikit dengan persentase 4,6% yang digunakan dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih. Penyisipan kata, frasa, klausa, kata ulang, baster maupun
idiom atau ungkapan yang digunakan berasal dari bahasa asing (bahasa
Inggris dan Arab) dan bahasa daerah Jawa.
Penyisipan unsur bahasa asing (bahasa Inggris dan Arab) dan bahasa
daerah Jawa dalam bentuk campur kode yang digunakan dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Disebabkan tokoh utama
dalam Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berasal dari
100
Kartasura dan melanjutkan pendidikan di Al Azhar yang mewajibkan
menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, maka
penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan tentang campur
kode yang terdapat dalam bacaan seperti novel, sehingga dapat digunakan
untuk menambah khasanah keilmuan bagi pengajaran bahasa dan sastra di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Diharapkan bagi peneliti untuk lebih semangat dan tidak merasa puas
dengan hasil yang diperoleh saat ini saja.
3. Diharapkan bagi pembaca novel agar sebaiknya memilih novel yang
bermutu sebagai bahan bacaan sehingga mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman dari hasil pembacaan yang dilakukan.
4. Diharapkan bagi peneliti yang lain agar termotivasi dari setiap kejadian
yang disaksikan untuk dijadikan acuan penelitian yang menarik dan
mendalam.
101
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, HP., dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas, Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Edisi ke-3. El Shirazy, Habiburrahman. 2007. Ketika Cinta Bertasbih 1, Jakarta: Republika.
───────.2008. Ketika Cinta Bertasbih 2, Jakarta: Republika, Cet. Ke-6. Hendrawati. 2008. Faktor Penyebab Campur Kode. http://repository.upi.edu
operator/upload/s_c5151_0606062chapter2.pdf (diunduh 12 Juni 2019).
Kridalaksana. 2000. Pengertian Campur Kode dalam Kajian Sosiolinguistik. http://repository.upi.eduoperator/upload/s_c5151_0606062chapter2.pdf (diunduh 31 Mei 2019).
Munirah, 2016. Dasar Keterampilan Menulis. Makassar: Unismuh Makassar.
Moleong, Lexy J.2017. Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-36, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Nasrullah.2014. Campur Kode Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia Di Desa Metabulu Kecamatan Baito Kebupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar. Universitas Muhammadiyah Makassar
Nurgiantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gadja Mada University Press
Ohoiwutun, Paul.2002. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Kesain Blance
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), Bandung: PT Refika Aditama.
───────.2008. Analisis Kalimat. Bandung: PT. Refika Aditama.
102
───────.2009. Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Satra dan Budaya. Yogjakatra: Pustaka pelajar
Rahardi,Kunjana.2010. Kajian Sosiolinguistik. Bogor. Ghalia Indonesia. Saleh, Muhammad dan Mahmudah. 2006. Sosiolinguitik. Makassar: Badan
Penerbit UNM. Sayuti, Suminto. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogjakarta Gama Media.
Suwandi.2009. Analisis Campur Kode pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi. Skripsi tidak dterbitkan. Makassar. Universitas Muhammadiyah Makassar
Syamsuriadi, Sultan. 2012. Analisis Campur Kode dalam Novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika Karya Hanum Salsabiela Rais Dan Rangga Almahendra. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Panrita Press.
LAMPIRAN
103
Lampiran 1 Korpus Data
Korpus Data pada Campur Kode
Analisis Campur Kode dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habburrahman El Shirazy
a. Campur Kode Berwujud Kata
Dari hasil yang telah diteliti data dalam campur kode berwujud kata
sebanyak 119 data.
No. Data Sumber Data Keterangan
1 “Maafkan aku Mas Khairul.
Mas benar.” Shirazy,2007:54
Campur Kode
Berwujud Kata
2
“Mas Insinyur, tolong ya?
Please ya?” Kata Eliana
dengan nada memelas
Shirazy, 2007:55) Campur Kode
Berwujud Kata
3
“Tapi dulu saat ia masih di
Madrasah Aliyah dan
mengadakan camping dakwah
di ujung Tenggara Wonogiri, ia
bertemu dengan jenis anak-
anak remaja dan anak muda
yang masih sangat terbelakang
cara berpikirnya”
Shirazy, 2007:58 Campur Kode
Berwujud Kata
104
4
“Sungguh, aku merasa sangat
terhormat menerima surprice
ini.” Sahut pak Junaedi dengan
senyum mengembang”
Shirazy, 2007:66 Campur Kode
Berwujud Kata
5
“Ayo kita pulu‟an pakai tangan
saja rasanya lebih nikmat.”
Kata pak Alam sambil
mengambil satu piring kosong
dan mengisinya dengan nasi
Shirazy, 2007:66 Campur Kode
Berwujud Kata
6
“Benar, sungguh! Tapi Mas
Khairul keburu pulang sih. Jadi
sorry dech ya”
Shirazy, 2007:73 Campur Kode
Berwujud Kata
7
“Dasar pemuda kampungan
kolot! Pemuda konservatif!
Pemuda bahlul bin tolol! Awas
nanti ya!” Geramnya
Shirazy, 2007:75 Campur Kode
Berwujud Kata
8
“Tubuh mereka tertutup rapat
celana training panjang dan
kaos lengan panjang. Yang dua
menutup kepala dengan jilbab
Turki”
Shirazy, 2007:83 Campur Kode
Berwujud Kata
9
“Bahkan ia sudah cerita di
website pribadinya. Ayahnya
yang jadi Dubes itu juga
bangga”
Shirazy, 2007:87 Campur Kode
Berwujud Kata
105
10
“Dan Anna lebih memilih
menutup diri dari kegiatan-
kegiatan yang bersifat
glamour”
Shirazy, 2007:97 Campur Kode
Berwujud Kata
11
“Wualah tho Mi, kamu kok
berpikir terlalu jauh. Kenapa
kamu takut sekali rezeki kamu
terancam oleh kemarahan
seorang Eliana” Shirazy,
2007:103
Shirazy, 2007:103 Campur Kode
Berwujud Kata
12
“Aku akan cerita. Tapi janji
tidak kaubocorkan siapa-siapa.
Masyi?”
Shirazy, 2007:113 Campur Kode
Berwujud Kata
13
“Eliana aku lihat sudah
berusaha fair dan jujur. Ia telah
menceritakan semua
hubungannya dengan pacar-
pacarnya yang gagal”
Shirazy, 2007:113 Campur Kode
Berwujud Kata
14
“Itulah prinsip yang saya
yakini. Mungkin saya akan
dikatakan pemuda kolot”
Shirazy, 2007:120 Campur Kode
Berwujud Kata
15
“Ia menyelesaikan S.1-nya di
Alexandria dengan predikat
mumtaz”
Shirazy, 2007:126 Campur Kode
Berwujud Kata
106
16
“Ia niatkan itu semua sebagai
ibadah dan rahmah yang tiada
duanya”
Shirazy, 2007:131 Campur Kode
Berwujud Kata
17
“Aku tahu kau pasti berat
menanggung perasaan itu Fez.
Tapi afwan, aku belum tidur.
Aku harus istirahat”
Shirazy, 2007:133 Campur Kode
Berwujud Kata
18 “Flat itu tergolong mewah.
Semua lantainya full karpet” Shirazy, 2007:137
Campur Kode
Berwujud Kata
19
“Untuk ke kuliah pun
seringkali ia memilih jalan
kaki. Sebab flatnya dengan
kuliah banat tidaklah jauh”
Shirazy, 2007:137 Campur Kode
Berwujud Kata
20
“Seorang pengusaha yang
kaya. Ia memiliki perusahaan
travel dan beberapa toko
sepatu di Cairo dan
Alexandria”
Shirazy, 2007:137 Campur Kode
Berwujud Kata
21
“Musim semi yang sejuk,
matahari yang ramah, serta
senyum dari Profesor Amani
saat memberinya ucapan
selamat dan doa barakah”
Shirazy,2007:149 Campur Kode
Berwujud Kata
107
22
“Diam-diam dia mengambil
pisau dan berusaha mengupas
sendiri. Akibatnya, jari si Kecil
kepiris, darah mengalir dari
jarinya dan harus dilarikan ke
puskesmas
Shirazy, 2007:152 Campur Kode
Berwujud Kata
23
“Ia melangkah sambil
memasukkan handphone ke
dalam tas birunya”
Shirazy, 2007:157 Campur Kode
Berwujud Kata
24
“Dalam hati ia beristigfar, ia
berdoa semoga suatu kali nanti
perempuan itu tahu adab
memakai pakaian dan parfum”
Shirazy, 2007:160 Campur Kode
Berwujud Kata
25
Dina kembali melihat layar
komputer sementara jari-
jarinya menari di atas keyboard
dengan indahnya”
Shirazy, 2007:160 Campur Kode
Berwujud Kata
26 “Breakfast-nya sekali saja ya” Shirazy, 2007:160 Campur Kode
Berwujud Kata
27
“Ia membaca dan menulis hal-
hal penting dengan laptop-nya
di samping gadis itu”
Shirazy, 2007:164 Campur Kode
Berwujud Kata
28 “Seorang duf‟ah berseragam
putih tersenyum padanya” Shirazy, 2007:170
Campur Kode
Berwujud Kata
29
“Tempat penjualan muqarrar
Fakultas Usluhuddin itu tak
lain adalah bangunan kecil
berukuran kira-kira 2x2 meter”
Shirazy, 2007:171 Campur Kode
Berwujud Kata
108
30 “Hei, kamu tho Mif, piye
kabarmu?” Shirazy, 2007:178
Campur Kode
Berwujud Kata
31 “Sampeyan kan pengagum abis
Yusuf Al Qardhawi” Shirazy, 2007:179
Campur Kode
Berwujud Kata
32 “Cari tashdiq untuk apa Mif?
Mau umrah?” Shirazy, 2007:179
Campur Kode
Berwujud Kata
33
“Ia akrab dengannya sejak
berkenalan dengannya di acara
itikaf sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan di Masjid Ar
Ridhwan, Hayyu Tsabe tahun
lalu”
Shirazy, 2007:182 Campur Kode
Berwujud Kata
34
“Tentu, dengan senang hati.
Seluruh waktuku untukmu,
Akhi”
Shirazy, 2007:184 Campur Kode
Berwujud Kata
35 “Bisa dijelaskan tahdid yang
telah ada” Shirazy, 2007:184
Campur Kode
Berwujud Kata
36 “Dengan senang hati ya siddi” Shirazy, 2007:184 Campur Kode
Berwujud Kata
37
“Inilah uniquiness yang
dimiliki hasil produksinya”
Shirazy, 2007:191 Campur Kode
Berwujud Kata
38
“Dan ia akan terus
mempertahankan positioning
ini terus terukir dalam benak
para pelanggannya”
Shirazy, 2007:191 Campur Kode
Berwujud Kata
39 “Azzam langsung menuju kios
ammu Ragab” Shirazy, 2007:194
Campur Kode
Berwujud Kata
109
40
“Mm, maaf ukhti. Ada apa ya?
Ada yang bisa saya bantu?”
sapa Azzam sesopan mungkin
Shirazy, 2007:201 Campur Kode
Berwujud Kata
41 “Kedua telinganya ditutup
earphone” Shirazy, 2007: 212
Campur Kode
Berwujud Kata
42 “Okay bos!” jawab Nanang
riang” Shirazy, 2007:212
Campur Kode
Berwujud Kata
43 “Wah berarti pemuda itu
handsome” Shirazy, 2007:213
Campur Kode
Berwujud Kata
44
“Ketika ia bejalan berdua
sampai temannya melewati
shahra yang sepi, tiba-tiba ada
orang mesir yang hendak
berbuat jahat padanya”
Shirazy, 2007:214 Campur Kode
Berwujud Kata
45
“Jangan isenglah Nang. Kalo
bikin cerpen mbok ya yang
serius. Menulis yang serius”
Shirazy, 2007:215 Campur Kode
Berwujud Kata
46
“Sudah seperempat jam ia
rebahan sambil memejamkan
mata. Otot-otot tubuhnya terasa
fresh dan segar”
Shirazy, 2007:220 Campur Kode
Berwujud Kata
47
“Setelah ia merasa ukuran
panas dinginnya pas, ia mandi
dengan shower”
Shirazy, 2007:220 Campur Kode
Berwujud Kata
48
“Ia sampai masjid tepat sesaat
sebelum iqamat
dikumandangkan”
Shirazy, 2007:221 Campur Kode
Berwujud Kata
110
49
“Setelah dibawa ke dokter
ternyata Wasis sakit thypus
serius”
Shirazy, 2007:227 Campur Kode
Berwujud Kata
50
“Setelah merendam kedelai,
Azzam beranjak ke kulkas
untuk mengeluarkan daging
sapi yang baru tadi sore ia
masukkan ke dalam freezer”
Shirazy, 2007:229 Campur Kode
Berwujud Kata
51 “Dua kali lipat bakso. Gimana?
Deal?” Shirazy, 2007:235
Campur Kode
Berwujud Kata
52
“Karena mau tinggal berapa
hari di KL, maka harus open.
Itu harganya lebih mahal lima
puluh dollar. Gimana Mbak?”
Shirazy, 2007:238 Campur Kode
Berwujud Kata
53
“Di sini disebutkan ada
mahasiswa Indonesia yang
tinggal di Ighatsah Islamiyyah
Hay El Thamrin dirampok
seseorang yang mengaku
sebagai anggota mabahits”
Shirazy, 2007:240 Campur Kode
Berwujud Kata
54
“Kita Tahajud bareng yuk. Kita
gantikan jadi imam biar
sekalian muraja‟ah”
Shirazy, 2007:261 Campur Kode
Berwujud Kata
55
“Pagi itu juga Fadhil mereka
bawa ke mustasyfa Rab‟ah El
Adawea. Dokter yang
memeriksa mengatakan, Fadhil
harus di bawa ke rumah sakit”
Shirazy, 2007:274 Campur Kode
Berwujud Kata
111
56
“Ia harus segera meng-qadha
shalat Subuh. Pikirannya
benar-benar kacau. Hatinya
tidak senang”
Shirazy, 2007:277 Campur Kode
Berwujud Kata
57
“Sudah sadar. Kata dokter akan
baik-baik saja. Tapi tadi pagi
sempat diinfus dengan vitamin
otak. Setelah di scan, ada gegar
ringan”
Shirazy, 2007:288 Campur Kode
Berwujud Kata
58
“Jangan kuatir. Kakakmu itu
termasuk orang cerdas yang
bisa meresapi soal ujian
dengan baik. Dia selalu naik
tingkat dengan predikat jayyid
tiap tahun”
Shirazy, 2007:311 Campur Kode
Berwujud Kata
59
“Ya seorang Muslim sejati.
Yaitu Muslim yang gentle,
yang berani melapaskan
Muslimah yang dicintainya
kepada saudara Muslim
lainnya yang lebih siap darinya
dalam urusan menikah”
Shirazy, 2007:323 Campur Kode
Berwujud Kata
60
“Lia tersenyum dengan tangan
mengacungkan bravo ke udara.
Sarah yang duduk di atas pasir
dengan tertawa. Dan ibundanya
yang bersahaja, kerudungnya
berkelebat ke kanan seakan
hendak lepas ke udara”
Shirazy, 2007:331 Campur Kode
Berwujud Kata
112
61
“Kalau aku itsar,
mengutamakan akhwat lain,
berarti aku akan kalah cepat.
Akhwat itu akan menikah
duluan, dapat jodoh duluan dan
aku belum”
Shirazy, 2007:349 Campur Kode
Berwujud Kata
62
“Dalam ibadah yang
dianjurkan dan disunahkan
adalah berlomba-lomba
mendapatkan yang paling
afdal”
Shirazy, 2007:348 Campur Kode
Berwujud Kata
63
“Uedan, moderatornya siapa
itu Cak? Cuantik, pinter dan
bahasa Inggrisnya fasih buetul!
Anake sopo yo kae”
Shirazy, 2007:351 Campur Kode
Berwujud Kata
64
“Furqan kecewa ketika ia tahu
Anna tidak menghadiri sidang
munaqasah tesisnya”
Shirazy, 2007:353 Campur Kode
Berwujud Kata
65
“Di milist-milist kalangan
mahasiswa Indonesia di Cairo
terkirim puluhan tahniah dan
ucapan selamat”
Shirazy, 2007:355 Campur Kode
Berwujud Kata
66
“Dan di tahun pertama ia satu-
satunya mahasiswa Indonesia
yang jayyid jiddan, sementara
Furqan naik tingkat dengan
predikat hanya maqbul”
Shirazy, 2007:358 Campur Kode
Berwujud Kata
67 “Ia menargetkan minimal ia
berpendidikan S.2. Tapi ia Shirazy, 2007:359
Campur Kode
Berwujud Kata
113
memiliki satu obsesi, yaitu
harus kaya! Ia sudah terlanjur
dikenal sebagai businessman di
Cairo, tidak dikenal sebagai
aktivis kelompok studi, maka
sekalian ia tak mau kepalang
tanggung, ia harus jadi
businessman yang disegani di
Indonesia nanti.
68
“Kolonel Fuad memberikan
penjelasan panjang lebar.
Furqan jadi sangat mafhum”
Shirazy, 2007:369 Campur Kode
Berwujud Kata
69
“Tadi dari Dokki, aku singgah
di sebuah warnet di Tahrir
Mas, aku ingat kalau punya
janji chatting dengan adikku
yang kuliah di UNDIP
Semarang”
Shirazy, 2007:393 Campur Kode
Berwujud Kata
70
“Sekali jalan, dari Cairo ke
Jakarta. Ia telah membayar
lunas. Itu ia lakukan agar ia
mendapatkan seat”
Shirazy, 2007:412 Campur Kode
Berwujud Kata
71
“Adil Ramadhan menjelaskan
bahwa khasyyah adalah rasa
takut kepada Allah yang
disertai mengagungkan Allah”
Shirazy, 2007:421 Campur Kode
Berwujud Kata
72
“Malam itu kegiatan membuat
tempe di rumah libur. Rio dan
teman-temannya sedang ikut
muhayyam yang diadakan oleh
Universitas Al Azhar di
Shirazy, 2007:421 Campur Kode
Berwujud Kata
114
Alexandria”
73
“Sementara dirinya berusaha
menentramkan jiwanya dengan
membaca sejarah hidup para
tabi‟in yang mulia”
Shirazy, 2007:434 Campur Kode
Berwujud Kata
74
“Saya masih ingat saat saya ke
pesantren dulu sandal saya
hilang di ghosob oleh para
santri, saat itu Fadhil-lah yang
bingung ke sana kemari
mencari sandal saya”
Shirazy, 2007:448 Campur Kode
Berwujud Kata
75
“Tak betah diam di rumah.
Aku lihat sih untuk sampeyan
biar kehidupan rumah tangga
balance ada sosok yang lebih
tepat.” Jawab Nasir membuat
yang mendengar penasaran
Shirazy, 2007:466 Campur Kode
Berwujud Kata
76 “Ayo Nduk, kita berdoa biar
diamini jutaan malaikat” Shirazy, 2008:8
Campur Kode
Berwujud Kata
77
“Ia lebih banyak mengcopy
data-data dan rujukan-rujukan
penting”
Shirazy, 2008:13 Campur Kode
Berwujud Kata
78
“Inggih, bisa Abah.” Jawabnya
sambil menghadapkan seluruh
wajahnya pada sang Abah.
Shirazy, 2008:14 Campur Kode
Berwujud Kata
79 “Ada.” Jawab Anna seraya
membuka diarynya Shirazy, 2008:17
Campur Kode
Berwujud Kata
80 “Saya takut ghibah Neng” Shirazy, 2008:18 Campur Kode
Berwujud Kata
115
81 “Itu suara Sri, khadimah yang
sangat disayang Umminya” Shirazy, 2008:23
Campur Kode
Berwujud Kata
82
“Begini Neng. Anak kelas tiga
Aliyah putra dan putri kan
punya acara besar...”
Shirazy, 2008:23 Campur Kode
Berwujud Kata
83
“Bue, jangan memaksakan diri
tho. Kalau sudah capek ya
istirahat. Besok pagi
dilanjutkan lagi. Nanti sakit
lagi”
Shirazy, 2008:36 Campur Kode
Berwujud Kata
84
“Anak perempuan kok kebluk!
Kau ini sudah akil baligh Na!
Dosa kalau kau shalat subuh
selalu kesiangan apalagi tidak
shalat subuh!”
Shirazy, 2008:39 Campur Kode
Berwujud Kata
85 “Kita takziah ke sana sekarang
Mbak?” Shirazy, 2008:44
Campur Kode
Berwujud Kata
86
“Husna diam mendengarkan.
Kematian selalu menjadi ibrah
baginya. Karena sebuah
kematianlah ia berubah”
Shirazy, 2008:45 Campur Kode
Berwujud Kata
87
“Aduh Yah, gengsi dong.
Masak Husna pakai sepeda
motor butut tahun tujuh
puluhan begitu. Apa kata
teman-teman Husna nanti.
Baiklah, kalau ayah tidak mau
membelikan maka Husna akan
minggat”
Shirazy, 2008:46 Campur Kode
Berwujud Kata
116
88
“Pasti kau akan jadi pusat
perhatian kayak artis. Kalau
aku kan santai sja lha wong
pakaian ku sama dengan
mereka”
Shirazy, 2008:56 Campur Kode
Berwujud Kata
89
“Bagi kalangan pesantren
mengumbar aib itu mungkin
lebih jorok dari sepatu kotor
yang belepotan lumpur. Hanya
bedanya lumpur itu joroknya
tampak zahir. Sedangkan
mengumbar aurat termasuk
pusarmu itu joroknya kasat
mata”
Shirazy, 2008:57 Campur Kode
Berwujud Kata
90
“Ayah saya hanyalah seorang
guru MI swasta yang nyambi
jualan soto di samping pasar
Kartasura”
Shirazy, 2008:65 Campur Kode
Berwujud Kata
91
“Karena di dorong untuk
survive, untuk bisa sedikit
bernafas dalam himpitan
ekonomi, maka saya berjuang
keras dengan menulis”
Shirazy, 2008:66 Campur Kode
Berwujud Kata
92
“Mumet aku kalau disuruh
nulis Na. Mending nanam padi
di sawah!” Tukas Siti
Shirazy, 2008:74 Campur Kode
Berwujud Kata
117
93
“Karena saat itu ibuku sedang
ribet-ribetnya ngurus anak.
Dan ekonomi keluarga sedang
susah-susahnya. Aku manut
sama orang tua”
Shirazy, 2008:77 Campur Kode
Berwujud Kata
94
“Ummi, maaf Anna terlambat.
Anna tidak mampir kemana-
mana kok. Anna hanya ke
rumah Ayatul Husna”
Shirazy, 2008:92 Campur Kode
Berwujud Kata
95
“Ummi ini bagaimana? Masak
itu ditanyakan lagi. Kalau tidak
mantap ya pasti aku tidak mau
dikhitbah. Tidak akan memilih
Furqn dan tentu juga tidak mau
ditunangkan dengan Furqan”
Shirazy, 2008:93 Campur Kode
Berwujud Kata
96
“Furqan menghela nafas. Ia
lalu bangkit mengambil
laptopnya. Sejurus kemudian ia
sudah berlayar di dunia
internet. Ia buka inbox alamat
emailnya”
Shirazy, 2008:96 Campur Kode
Berwujud Kata
97
“Tapi ibu jamin dia bisa
menjadi istri yang baik.
Kelebihan Rina adalah sifat
qana‟ahnya. Sifat nrimonya.
Kekurangan dia sih banyak”
Shirazy, 2008:114 Campur Kode
Berwujud Kata
118
98
“Mbak Husna, itu yang
dikerubuti wartawan
kelihatannya Eliana Alam
deh.” Ujar Luna yang sangat
ngefans sama Eliana
Shirazy, 2008:119 Campur Kode
Berwujud Kata
99
“Tayangan kedua adalah acara
di Graha Bhakti Budaya TIM
yang disiarkan secara live se-
Indonesia”
Shirazy, 2008:133 Campur Kode
Berwujud Kata
100
“Berita wawancara itu lagi
ya?” Tanya Bu Nafis pada
putrinya sambil membawa
sepiring mendoan
Shirazy, 2008:136 Campur Kode
Berwujud Kata
101
“Bu Nafis dan Lia
menghidangkan nasi rojolele
yang pulen wangi. Lauknya
pecel, rempeyek, tempe
goreng, lele goreng, dan cethol
goreng yang renyah”
Shirazy, 2008:154 Campur Kode
Berwujud Kata
102
“Datang ke sini ya. Pengajian
Al Hikam. Untuk umum. Biar
kamu serawung dengan banyak
orang”
Shirazy, 2008:176 Campur Kode
Berwujud Kata
103
“Kebetulan kalau begitu. Siapa
tahu jodoh. Saya punya anak
perempuan masih kuliah.
Nama saya Ahmad Jazuli. Ini
kartu nama saya. Nakmas
boleh dolan bila ada waktu
luang”
Shirazy, 2008:191 Campur Kode
Berwujud Kata
119
104
“Tepat jam delapan akad nikah
dilangsungkan. Furqan
menjawab qabiltu dengan
lancar tanpa keraguan”
Shirazy, 2008:200 Campur Kode
Berwujud Kata
105
“Kendaraan bermotor yang
jalan pelan namun tiba-tiba
berzigzag dengan cepat tanpa
perhitungan. Hampir saja
Azzam menabrak becak yang
tadinya parkir, tiba-tiba
nyelonong masuk jalan”
Shirazy, 2008:211 Campur Kode
Berwujud Kata
106
“Setelah ketemu denganmu di
pesantren aku ke Jogja. Dan di
sana maaf aku kepergok
germoku lagi”
Shirazy, 2008:215 Campur Kode
Berwujud Kata
107
“Ibu tidak bilang Rina dan
Tika tidak baik. Mereka baik.
Tapi ibu ingin yang lebih baik
lagi. Ibu sedikit punya ilmu
titen. Menurut yang ibu amati
kok kedua gadis itu kurang
cocok untukmu. Mungkin lebih
cocok untuk yang lain”
Shirazy, 2008:248 Campur Kode
Berwujud Kata
108
“Ya sowan saya ke sini
pertama untuk niatan
menyambung tali silahturahmi.
Keduanya untuk bertemu
bapak mengetahui kesehatan
bapak”
Shirazy, 2008:270 Campur Kode
Berwujud Kata
120
109
“Pagi sekali antum datang.
Berangkat dari Pedan jam
berapa?”
Shirazy, 2008:277 Campur Kode
Berwujud Kata
110 “Tolong, Dik, dengarkan
ceritaku dulu, arjuk!” Shirazy, 2008:310
Campur Kode
Berwujud Kata
111
“Kami sama sekali tidak perlu
ishlah. Malah akan semakin
menyiksa dua keluarga saja.
Insya allah keputusan kami
sudah final”
Shirazy, 2008:328 Campur Kode
Berwujud Kata
112
“Banyak orang yang mandi
sebelum Subuh tanpa
melakukan hal itu. Apa ada
dalam kitab kuning yang
memastikan bahwa kalau ada
orang mandi sebelum Subuh
pasti jinabat, pasti baru saja
melakukan hal itu” jawab Anna
Shirazy, 2008:337 Campur Kode
Berwujud Kata
113
“Iya, iya, ibu tahu, ibu lupa kau
yang mbarep. Ayo kita
berangkat Zam.”
Shirazy, 2008:343 Campur Kode
Berwujud Kata
114
“Apa pantas Bu, orang yang
pernikahan putrinya saja gagal
kok memberi mau‟idhah
pernikahan pada orang lain. Itu
namanya kabura maqtan
„indallah!”
Shirazy, 2008:345 Campur Kode
Berwujud Kata
115 “Iya monggo kalau begitu.” Shirazy, 2008:347 Campur Kode
Berwujud Kata
121
116
“Bahkan ada seorang
mahasiswa asal Semarang yang
tertarik untuk membuka
cabang „Bakso Cinta‟ di
Semarang. Sejak itu Azzam
merasa baksonya layak
difranchisekan. Dua cabang iya
langsung buka.”
Shirazy, 2008:373 Campur Kode
Berwujud Kata
117
“Malu kalau dikira mau
melamar anaknya yang janda?
Ya kakak jelaskan saja minta
santriwatinya. Kakak jelaskan
apa adanya. Minta santriwati
yang cocok untuk kakak. Pak
Kiai pasti akan bijak dan
legowo. Banyak juga kok kak
santriwati di Wangen yang tak
kalah dengan Vivi.” Husna
mencoba menyemangati
kakaknya
Shirazy, 2008:379 Campur Kode
Berwujud Kata
118
“Kalau di Cairo kau rasa ada
yang cocok untuk jadi suami
ya tidak apa-apa kau nikah di
sana Nduk. Kau kan sudah
janda, sudah lebih bebas
menentukan pilihanmu. Nanti
Abah bisa kirim surat taukil ke
KBRI untuk menikahkan
kamu.” Seloroh pak Kiai Lutfi
(Habiburrahman, 2008:380
Shirazy, 2008:380 Campur Kode
Berwujud Kata
119 “Bagaimana dengan
iddahnya?” Shirazy, 2008:386
Campur Kode
Berwujud Kata
122
b. Campur Kode Berwujud Frasa
Dari hasil yang telah diteliti data dalam campur kode berwujud frasa
sebanyak 44 data.
No Data Sumber Data Keterangan
1 “Subhanallah!” kembali ia
bertasbih dalam hati. Shirazy, 2007:50 Campur Kode
Berwujud Frasa
2 “Alhamdulillah. Untung saya
keburu pulang.” Shirazy, 2007:73 Campur Kode
Berwujud Frasa
3 “Dapat French Kiss dariku jadi
musibah!?” Shirazy, 2007:74 Campur Kode
Berwujud Frasa
4
“Sampai di masjid ia mendapati
Pak Ali yang sedang sujud di
shaf depan. Azzam shalat
Tahiyatul Masjid.”
Shirazy, 2007:81 Campur Kode
Berwujud Frasa
5
“Aku benar-benar tidak
memiliki apa-apa. Aku hanya
bisa kerja part time.”
Shirazy, 2007:90 Campur Kode
Berwujud Frasa
6 “Aku lalu menjawab, „Baiklah,
Bismillah saya mau.” Shirazy, 2007:93 Campur Kode
Berwujud Frasa
7
“Yaitu cleaning service
merangkap sopir KBRI.
Bagaimana Li, kamu mau?”
Shirazy, 2007:93 Campur Kode
Berwujud Frasa
8 “Insya Allah semua akan Shirazy, 2007:98 Campur Kode
Berwujud Frasa
123
mudah.” Ustad Mujab kamu tau
kan?”
9
“Yuk kita keluar. Kita ke
Hadiyah Dauliyah. Sekalian
menghirup udara pagi. Aku
ingin sedikit bicara denganmu.”
Shirazy, 2007:141 Campur Kode
Berwujud Frasa
10
“Percayalah, siapa jodohmu,
sudah di tulis di Lauhul
Mahfudz. Kau jangan kuatir.”
Shirazy, 2007:144 Campur Kode
Berwujud Frasa
11
“Hanya satu bulan saja sejak
proposal tesisnya ia ajukan ke
Qism Diraasat „Ulya.”
Shirazy, 2007:150 Campur Kode
Berwujud Frasa
12
“Saat itu ia hanya menjawab,
“Inggih, sekedap” dan ia masih
konsentrasi membaca buku
yang baru ia beli dari Shopping
Centre Jogja”
Shirazy, 2007:152 Campur Kode
Berwujud Frasa
13
“kakinya melangkah
menyebrangi jalan raya dan rel
metro yang melintas di depan
Kuliyyatul Banat.”
Shirazy, 2007:153 Campur Kode
Berwujud Frasa
14 “Baik yang melalui orang ketiga
seperti Furqan, atau yang Shirazy, 2007:157 Campur Kode
Berwujud Frasa
124
langsung blak-blakan lewat
telepon, sms, email, surat
maupun disampaikan langsung
face to face.”
15
“Sampai di pintu kamar 819,
dengan mengucap basmalah
Furqan membuka pintu kamar
dengan key card-nya.”
Shirazy, 2007:161 Campur Kode
Berwujud Frasa
16
“Apa itu? Nanti malam ada
Syaikh Yusuf Al Qardhawi di
Darul Munasabat Masjid
Utsman bin Affan, Heliopolis.”
Shirazy, 2007:179 Campur Kode
Berwujud Frasa
17
“Masya Allah, jamuan yang
tidak akan saya lupakan.
Keluarga yang ramah dan
sangat berpendidikan.”
Shirazy, 2007:185 Campur Kode
Berwujud Frasa
18 “Erna, kenape muka awak pucat
macam tu? Fi eh?” Shirazy, 2007:209 Campur Kode
Berwujud Frasa
19
“Sudahlah Erna. Kita cakap
perkara yang lain saja. By the
way, siapa tadi pemuda yang
menolong kalian?” tanya
Zahraza
Shirazy, 2007:213 Campur Kode
Berwujud Frasa
125
20 “Ini Mas, to the point saja ya?” Shirazy, 2007:234 Campur Kode
Berwujud Frasa
21
“Ini sudah dosa. Astagfirullah.
Saya tidak boleh
membayangkan yang tidak-
tidak, “gumamnya dalam hati
Shirazy, 2007:244 Campur Kode
Berwujud Frasa
22
“Iftahil baab! Iftahil baab! Ia
tersadar dengan membawa
kemarahan di ubun-ubun
kepalanya.
Shirazy, 2007:262 Campur Kode
Berwujud Frasa
23
“Tapi yang terbaik bagi kita
saat ini adalah tidak kenal Wail
dulu. Amn Daulah Mesir
merasa punya urusan dengan
Wail.”
Shirazy, 2007:284 Campur Kode
Berwujud Frasa
24 “Jadi penjahat itu menamakan
dirinya Miss Italiana?” Shirazy, 2007:305 Campur Kode
Berwujud Frasa
25
“Tahun pertama di Al Azhar
gadis itu langsung lulus naik
tingkat dua dengan predikat
jayyid jiddan.”
Shirazy, 2007:311 Campur Kode
Berwujud Frasa
26
“Jangan kuatir Kak. Dalam satu
jam ke depan, saya akan kasih
Kakak print out makalah yang
Shirazy, 2007:346 Campur Kode
Berwujud Frasa
126
akan disampaikan oleh Profesor
Razlina Afif dan Profesor
Sherly Lombard.”
27 “Yah sekali lagi ahlan wa
sahlan di Indonesia.” Shirazy, 2007:355 Campur Kode
Berwujud Frasa
28
“Iya Kak. Ini dulu ya. Jangan
lupa juga jaga kesehatan ya
Kak. Assalamu‟alaikum.”
Shirazy, 2007:364 Campur Kode
Berwujud Frasa
29
“Ibunya bahkan mengabarkan
telah mempersiapkan syukuran
besar-besar atas prestasinya
meraih predikat summa
cumlaude untuk gelar
masternya.”
Shirazy, 2007:378 Campur Kode
Berwujud Frasa
30
“Tayang seminggu sekali tiap
malam minggu jam delapan
malam. Prime time lho, Mas.”
Shirazy, 2007:411 Campur Kode
Berwujud Frasa
31
“Setelah itu Kakak akan
menikahkan kalian dengan
pemuda yang saleh, bi
idznillah.”
Shirazy, 2007:416 Campur Kode
Berwujud Frasa
32
“Ia masih harus menghadapi
satu ujian lagi. Mendendangkan
nasyid dalam pesta walimatul
Shirazy, 2007:450 Campur Kode
Berwujud Frasa
127
ursy.”
33
“Ia harus masuk ke dalam
bandara untuk mengambil
boarding pass.”
Shirazy, 2007:470 Campur Kode
Berwujud Frasa
34
“Wah baru empat bulan sudah
cetakan ke-5, berarti ini buku
bestseller ya Fis.”
Shirazy, 2008:25 Campur Kode
Berwujud Frasa
35
“Tapi aku yakin besok pagi
wawancara tadi bakal jadi head
line surat kabar dan akan jadi
berita dan gosip tidak ada habis-
habisnya di infotaiment.” Ujar
Luna.
Shirazy, 2008:124 Campur Kode
Berwujud Frasa
36
“Selanjutnya untuk
membacakan lagi, sebuah puisi
saya panggilkan seorang artis
papan atas Indonesia. Seorang
artis berbakat yang sudah go
international. Kita panggil
Emira Giza Humaira!”
Shirazy, 2008:129 Campur Kode
Berwujud Frasa
37 “Tidak. Kami mau check in
hotel dulu.” Shirazy, 2008:160 Campur Kode
Berwujud Frasa
38 “Tadi sore ia melihat di nasi
rice cooker masih penuh dan Shirazy, 2008:174 Campur Kode
Berwujud Frasa
128
kulkas ada bahan yang lengkap
untuk masak nasi goreng ala
Pattani.”
39
“Saya persisnya kurang tahu.
Setahu saya yang pasti ada
kelasnya. Tapi kalau S2
langsung by research, artinya
langsung nulis tesis, di
Malaysia ada.”
Shirazy, 2008:199 Campur Kode
Berwujud Frasa
40
“Azzam terus memutar otaknya.
Ia harus segera menemukan
cara untuk mendapatkan cash
flow dengan cepat.”
Shirazy, 2008:240 Campur Kode
Berwujud Frasa
41
“Wa‟alaikumussalam. Silakan
duduk Mas.” Jawab perempuan
muda yang sudah duduk
berhadapan dengan Husna.”
Shirazy, 2008:260 Campur Kode
Berwujud Frasa
42 “Wah iya, inna lillah!” Shirazy, 2008:280 Campur Kode
Berwujud Frasa
43
“Kami mohon Pak Kiai yang
memberi mau‟idhah
hasanahnya.” Terang bu Nafis
Shirazy, 2008:345 Campur Kode
Berwujud Frasa
44 “Begitu sertifikat jadi Azzam
langsung membuat semacam Shirazy, 2008:373 Campur Kode
Berwujud Frasa
129
grand opening untuk baksonya
dengan mengundang para
aktifis kampus dan aktifis
dakwah.”
130
c. Campur Kode Berwujud Klausa
Dari hasil yang telah diteliti data dalam campur kode berwujud
klausa sebanyak 16 data.
No Data Sumber Data Keterangan
1
“Wow...gila! It‟s great dream,
man! Tak kuduga Mas Khairul
punya impian segede itu.”
Shirazy, 2007:60
Campur Kode
Berwujud Klausa
2
“Di akhir jaman itu tidak
sedikit perempuan yang cantik
memesona, namun sebenarnya
adalah seorang pelacur.
Na‟udzubillaah!”
Shirazy, 2007:88
Campur Kode
Berwujud Klausa
3
“Sampai ia dapat julukan Sri
Devi from Bandung. Ia anak
seorang diplomat. Ibunya asli
India. Pokoknya cantiknya luar
biasa.”
Shirazy, 2007:90
Campur Kode
Berwujud Klausa
4
“Ah semua sudah ada yang
mengatur. Yaitu Allah
subhanahu wa Ta‟ala. Jika
saatnya ketemu nanti akan
ketemu juga.” Gumamnya
dalam hati
Shirazy, 2007:128
Campur Kode
Berwujud Klausa
131
5
“Seorang lelaki setengah baya
berteriak keras marah, “Hasib
ya hayawan!”
Shirazy, 2007:188
Campur Kode
Berwujud Klausa
6
“Ajaran itu senada dengan kata
mutiara bangsa Arab yang
sangat dasyat: Man Jadda
Wajada. Siapa yang
bersungguh-sungguh berusaha
akan mendapatkan yang
diharapkannya.”
Shirazy, 2007:191
Campur Kode
Berwujud Klausa
7 “Katakan saja dari thalib dzu
himmah. Dia pasti tahu.” Shirazy, 2007:194
Campur Kode
Berwujud Klausa
8 “Spontan ia berteriak keras
“Naam ya alilal adab!” Shirazy, 2007:262
Campur Kode
Berwujud Klausa
9
“Uedan, moderatornya siapa itu
Cak? Cuantik, pinter dan
bahasa Inggrisnya fasih buetul!
Anake sope ya kae?”
Shirazy, 2007:351
Campur Kode
Berwujud Klausa
10 “Ya Waffaqakumullah,” tukas
Furqan. Shirazy, 2007:370
Campur Kode
Berwujud Klausa
11 “Jazakallah Kang. Aku sudah
tahu apa yang harus Shirazy, 2007:444
Campur Kode
Berwujud Klausa
132
kuputuskan!”
12
“inna lillahi wa inna ilaihi
raaji‟un.” Hampir bersamaan
mereka berdua membaca
istirja.”
Shirazy, 2008:44
Campur Kode
Berwujud Klausa
13 “Husna menimbal “Hayoh
kapokmu kapan.” Shirazy, 2008:159
Campur Kode
Berwujud Klausa
14
“Laa ilaaha illallah,
subhanallah! Mimpi apa saya
sampai ketemu orang yang saya
kagumi?”
Shirazy, 2008:290
Campur Kode
Berwujud Klausa
15
“Itu semua menjadi kabar
gembira bahwa kelak diakhirat
akan ada pahala yang lebih
lezat, pahala yang lebih agung
dari Allah Azza wa Jalla.”
Shirazy, 2008:377
Campur Kode
Berwujud Klausa
16
“Azzam akan sami‟na wa
atha‟na. Azzam akan
memejamkan mata dan ikut
pada apa yang Pak Kiai
pilihkan.”
Shirazy, 2008:384 Campur Kode
Berwujud Klausa
133
d. Campur Kode Berwujud Kata Ulang
Dari hasil yang telah diteliti data dalam campur kode berwujud
kata ulang sebanyak 11 data.
No Data Sumber Data Keterangan
1
“Coba kaurenungkan, apakah
ketika aku mewanti-wanti
anak perempuan ku agar tidak
mencontoh Nicole Kidman
yang sangat...”
Shirazy, 2007:87
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
2
“Kalau aku batalkan
lamaranku dan aku memilih
Eliana yang sudah jelas
mengejarku aku takut
dianggap lelaki plin-plan.”
Shirazy, 2007:114
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
3
“Di milist-milist kalangan
mahasiswa Indonesia di Cairo
terkirim puluhan tahniah dan
ucapan selamat.”
Shirazy, 2007:355
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
4
“Kiai Lutfi hanya mangut-
mangut saja mendengar cerita
putrinya yang sedemikian
panjang lebar.”
Shirazy, 2008:16
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
5 “Oh, Nak Husna. Monggo- Shirazy, 2008:58 Campur Kode
Berwujud Kata
134
monggo masuk Nak. Ada
acara di pesantren ya?” sapa
ibu itu.
Ulang
6
“Dindingnya putih kusam.
Dan langit-langitnya adalah
anyaman bambu yang kusam
dan di sana sini sudah bolong-
bolong.”
Shirazy, 2008:107
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
7
“Sudah kamu jangan mbulet-
mbulet. Ayo ikut aku
mengambil kitab. Aku
jelaskan sampai di mana. Ayo
Nak!”
Shirazy, 2008:182
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
8
“Tapi terus diuber-uber sama
germonya. Kau harus bantu
dia. Yang harus kamu dor itu
ya hidung belang-hidung
belang itu Rus. Bukan dia.”
Shirazy, 2008:234
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
9
“Dulu ada ungkapan
desember itu maknanya
deres-derese sumber, atau
besar-besarnya sumber.”
Shirazy, 2008:254
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
10 “Boro-boro Zum. Air minum
saja tak ada. Aku tidak bisa Shirazy, 2008:320 Campur Kode
Berwujud Kata
135
jalan. Semalam terpaksa aku
minum air kran.”
Ulang
11
“Jangan menangis Nduk.
Hadapi hidup ini dengan
tabah ya. Kau ini kena gejala
tipes, dan darah rendah.
Jangan makan yang kecut-
kecut, pedas, dan kasar dulu.”
Shirazy, 2008:324
Campur Kode
Berwujud Kata
Ulang
136
e. Campur Kode Berwujud Baster
Dari hasil yang telah diteliti data dalam campur kode berwujud baster
sebanyak 24 data.
No Data Sumber Data Keterangan
1
“Ia langsung istigfar dan
ber-ta‟awudz. Ia juga sadar
bahwa dirinya adalah
manusia biasa yang punya
nafsu, bukan malaikat suci
yang tak memiliki nafsu.”
Shirazy, 2007:158
Campur Kode
Berwujud Baster
2 “Breakfast-nya sekali saja
ya.” Shirazy, 2007:160
Campur Kode
Berwujud Baster
3
“Sampai di pintu kamar
819, dengan mengucap
basmalah Furqan membuka
pintu kamar dengan key
card-nya.”
Shirazy, 2007:161
Campur Kode
Berwujud Baster
4
“Ia membaca dan menulis
hal-hal penting dengan
laptop-nya di samping
gadis itu.”
Shirazy, 2007:164
Campur Kode
Berwujud Baster
5 “Biasanya mahasiswa
berwajah putih bersih dari Shirazy, 2007:182
Campur Kode
Berwujud Baster
137
Desa Sanhur yang terletak
antara kota El Faiyum dan
Danau Qarun itu me-
muraja‟ah hapalan
Qurannya di mushala.”
6
“Nanang terhenyak kaget,
lalu tersenyum. Ia melepas
earphone-nya.”
Shirazy, 2007:212
Campur Kode
Berwujud Baster
7
“Untuk meng-open tiket
KL-Jakarta. Karena mau
tinggal beberapa hari di KL,
maka harus open. itu
harganya lebih mahal lima
ouluh dollar. Gimana
Mbak?”
Shirazy, 2007:238
Campur Kode
Berwujud Baster
8
“Bagaimana bisa
kebablasan sampai pukul
delapan. Ia merasa ada yang
sangat menyiksanya.”
Shirazy, 2007:276
Campur Kode
Berwujud Baster
9
“Ia langsung bangkit,
mencuci muka dan
mengambil air wudhu. Ia
harus segera meng-qadha
shalat Subuh.”
Shirazy, 2007:277
Campur Kode
Berwujud Baster
138
10
“Setelah di-scan, ada gegar
ringan. Mungkin karena
kepalanya membentur lantai
saat dia jatuh tadi malam.”
Shirazy, 2007:288
Campur Kode
Berwujud Baster
11
“Yang paling penting, kau
harus mengintropeksi dan
me-muhasabah-i dirimu
sendiri.”
Shirazy, 2007:295
Campur Kode
Berwujud Baster
12
“Temanku itu memberi
alamat website-nya. Aku
buka, dan ternyata itu foto-
fotomu dengan seorang
perempuan bule. Ada
keterangan panjang lebar di
setiap foto.”
Shirazy, 2007:393
Campur Kode
Berwujud Baster
13
“Saya masih ingat saat saya
ke pesantren dulu sandal
saya hilang di-ghosob oleh
para santri, saat itu Fadhil-
lah yang bingung ke sana
kemari mencari sandal
saya.”
Shirazy, 2007:448
Campur Kode
Berwujud Baster
14 “Ia harus segera
menghubungi Nair meminta Shirazy, 2007:458
Campur Kode
Berwujud Baster
139
tiketnya di-conform untuk
penerbangan dua hari yang
akan datang.”
15
“Ia lebih banyak mengcopy
data-data dan rujukan-
rujukan penting.”
Shirazy, 2008:13
Campur Kode
Berwujud Baster
16 “Ada.” Jawab Anna seraya
membuka diarynya.” Shirazy, 2008:17
Campur Kode
Berwujud Baster
17
“Tapi ibu jamin dia bisa
menjadi istri yang baik.
Kelebihan Rina adalah sifat
qana‟ahnya. Sifat
nrimonya. Kekurangan dia
sih banyak.”
Shirazy, 2008:114
Campur Kode
Berwujud Baster
18
“Terus contoh-contohnya
mulai dari yang kecil-kecil,
contoh tawadhunya
Rasulullah, ada juga contoh
sahabat.”
Shirazy, 2008:191
Campur Kode
Berwujud Baster
19
“Dan lagi aku menemukan
sorban Kiai Sulaiman Jaiz
yang sangat wangi di kamar
Anna. Apa ya Mi takwil-
Shirazy, 2008:195
Campur Kode
Berwujud Baster
140
nya?”
20
“Ia merasa melakukan
kesalahan besar. Sambil
menyalami tetamu putri
yang minta diri ia terus
beristighfar.”
Shirazy,
2008:203-204
Campur Kode
Berwujud Baster
21
“Kami mohon Pak Kiai
yang memberi mau‟idhah
hasanahnya.” Terang Bu
Nafis
Shirazy, 2008:345
Campur Kode
Berwujud Baster
22
“Malam itu Azzam harus
masuk ruang operasi.
Setelah dirongent ia
mengalami patah dibetis
kirinya, lengan bawah
tangan kiri, dan dua tulang
rusuk dada kirinya.”
Shirazy, 2008:363
Campur Kode
Berwujud Baster
23
“Sejak itu Azzam merasa
baksonya layak
difranchisekan. Dua cabang
langsung ia buka.”
Shirazy, 2008:373
Campur Kode
Berwujud Baster
24
“Anna melihat inbox
emailnya. Email terbaru
dari Furqan.”
Shirazy, 2008:403
Campur Kode
Berwujud Baster
141
f. Campur Kode Berwujud Idiom atau Ungkapan
Dari hasil yang telah diteliti data dalam campur kode berwujud
ungkapan atau idiom sebanyak 15 data.
No Data Sumber Data Keterangan
1
“Peka pada anak kecil apa
juga tidak perlu ilmu! Apa
gunanya jadi sarjana, lulusan
Al Azhar kalau tidak tanggap
sasmita, kalau disuruh ibunya
tidak juga beranjak!”
Shirazy, 2007:152
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
2
“Dan sambutan yang hangat
dan penuh persaudaraan.
Saya sangat terkesan.
Jazakumullah khaira.”
Shirazy, 2007:185
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
3
“Alfu mabruk, Akhi. Semoga
ilmu yang kau dapat
bermanfaat.”
Shirazy, 2007:356
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
4
“Tapi ia harus berbalut
perangai mulia. Yaitu
perangai yang ditunjukkan
oleh Ummul Mukminiin,
Sayyida Khadijah.”
Shirazy, 2007:410
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
142
5
“Iya kami tahu. Maka nanti
Neng Anna tidak usah bicara
tentang sastra dan tetek
bengeknya. Kami tidak minta
Neng Anna bicara tentang
itu.”
Shirazy, 2008:24
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
6
“O begitu. Matur nuwun ya
Nak sudah berkenan
mampir.”
Shirazy, 2008:90
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
7
“Sugeng rawuh Mbak.” Sapa
ibu Rina dengan bahasa Jawa
halus.”
Shirazy, 2008:106
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
8
“Allahu a‟lam Dik. Jika jodoh
tak ada yang bisa menolak.
Jika tak jodoh tak ada yang
bisa mempertemukan.”
Shirazy, 2008:111
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
9 “Aduh nyuwun sewu sanget
Bu, tidak bisa.” Shirazy, 2008:210
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
10 “Tidak ikut campur
bagaimana? Dia tamuku! Dan Shirazy, 2008:229
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
143
kau seperti perampok yang
masuk rumah tanpa kulon
nuwun dulu!”
11
“Ada ilmu titen yang oleh
orang jawa disebut pranata
mongso.”
Shirazy, 2008:254
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
12
“Dulu ada ungkapan
desember itu maknanya
deres-derese sumber, atau
besar-besarnya sumber.”
Shirazy, 2008:254
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
13
“Ahlan wa sahlan ya akhi,
kaif hal?” sambut Azzam
dengan bahasa Arab Fusha
Shirazy, 2008:277
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
14 “O begitu. Terus ini kok
njanur gunung ada apa ya?” Shirazy, 2008:278
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
15
“Apa pantas Bu, orang yang
pernikahan putrinya saja
gagal kok memberi
mau‟idhah pernikahan pada
orang lain. Itu namanya
Shirazy, 2008:345
Campur Kode
Berwujud Idiom
atau Ungkapan
144
kabura maqtan „indallah!”
Lampiran 2 Objek Penelitian
145
146
147
148
149
Lampiran 3 Sinopsis
Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy 1
Azzam adalah seorang pemuda sederhana yang memilih untuk menuntut
ilmunya di Kampus Universitas Al Azhar, Kairo. Azzam dikenal sebagai sosok
yang tegas dan dewasa. Dia sangat memegang teguh prinsip-prinsip islam
kehidupan sehari-harinya. Dikalangan teman-temannya pun Azzam menjadi
panutan dan sosok yang bisa diandalkan.
Setelah Bapaknya meninggal, sebagai anak yang tertua dalam
keluarganya, dialah yang menanggung kehidupan keluarganya di Solo. Oleh
karena itu, selain sebagai mahasiswa, dia juga bekerja keras sebagai pembuat
tempe dan bakso untuk menghidupi ibu dan adik-adik perempuannya di Indonesia
serta kehidupannya sendiri di Cairo. Bahkan Azzam rela meninggalkan kuliahnya
untuk sementara dan lebih berfokus untuk mencari rezeki. Meski terkadang ada
rasa iri melihat teman-temannya satu angkatan yang sudah terlebih dahulu lulus,
bahkan ada yang hampir menyelesaikan S2-nya tetapi Azzam segera sadar kalau
dia tidak sama dengan teman-temannya yang lain. Azzam lebih dikenal sebagai
tukang tempe dikalangan mahasiswa Indonesia yag sedang kuliah di Al Azhar.
Azzam juga sering mendapatkan undangan dari duta besar indonesia yang
ada di Mesir untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada acara-acara kebesaran.
Jadi selain terkenal di kalangan mahasiswa sebagai tukang tempe, Azzam juga
terkenal dikalangan para duta besar.
150
Saat bekerja itulah Azzam mengenal sosok Eliana. Eliana adalah sosok
yang sempurna secara fisik. Putri duta besar, cantik dan salah seorang lulusan
Universitas di Jerman. Akan tetapi, prinsip-prinsip keislaman yang Azzam pegang
teguh membuat Azzam mampu menepis perasaannya.
Saat bekerja juga Azzam secara tidak sengaja bertemu dengan Anna
Althafunnisa. Dialah perempuan yang memikat hatinya yang hendak ia lamar.
Namun, status sosialnya membuat Azzam di tolak. Yang lebih mencengangkan
Azzam adalah Anna justru menerima lamaran dari Furqan, sahabat Azzam sendiri
yang memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada Azzam.
Pernikahan Anna dan Furqan berlangsung dan mereka hidup dengan baik.
Begitu juga pada Azzam, setelah Anna menikah, ibunya menyuruh agar ia segera
mencari pasangan hidup, dan Azzam pun mencari pendampingnya. Banyak
wanita yang sudah dilamarnya, tetapi selalu saja ada yang tidak cocok untuk
dirinya, hingga suatu saat lamaran diterima seorang wanita dan hampir terjadi
akad, harus terputus karena kecelakaan yang menyebabkan ibunya meninggal dan
ia lumpuh untuk beberapa waktu yang cukup lama.
Selama 6 bulan Anna dan Furqan dalam kehidupannya yang baik saja, dan
saat itu juga hubungan mereka retak, Furqan menceritakan pada Anna
bahwasanya dia sudah tidak perjaka lagi sebelum menikah dengan Anna, sehingga
akhirnya ia terpaksa memberi kebebasan untuk Anna (cerai).
Kembalilah Anna pada orang tuanya. Azzam yang lumpuh setelah
kecelakaan itu telah sembuh seperti semula, ia mendatangi Kiai Lutfi mohon
151
bantuan mencarikan jodoh yang tepat sesuai permintaan ibunya dulu. Kiai Lutfi
kemudian menceritakan seseorang wanita yang dicerai suaminya karena suatu hal
dan wanita itu masih perawan, yang diharapkan Kiai Lutfi sendiri agar dapat
diterima Azzam. Tanpa disadari Azzam ia menerima tawaran Kiai Lutfi, agar
menerima wanita itu menjadi istrinya, Azzam sangat senang begitu tahu kalau
wanita yang diceritakan itu adalah orang yang pernah dicintainya yaitu Anna
Althafunnisa, begitu juga sebaliknya Anna sangat senang karena ia juga menjadi
istri dari orang yang dulu yang sangat diharapkannya, atau cinta pertamanya.
Setelah sebulan pernikahan Anna dengan Azzam, tiba-tiba Furqan kembali
menghubungi Anna dan membawa rujukan, dan ia menceritakan bahwa ia tidak
terkena HIV. Tapi semua sudah terjadi Anna dan Azzam sudah bahagia, dan
mereka mendoakan agar Furqan menemukan pasangan hidup yang cocok untuk
nya.
152
Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy 2
Lulus S-1 dari sebuah perguruan tinggi yang memiliki pengaruh wibawa
“kealiman”, tidak menyebabkan Azzam mendapat kemudahan dalam segala
urusan. Dia bahkan gamang untuk mendapatkan pekerjaan yang pas. Belum lagi
cibiran tetangga yang mengira bahwa lulusan Al-Azhar University otomatis
menjadi kiyai, atau ulama besar. Itu kenapa sang ibu menjadi gelisah, bahkan
enyuruh adik Azzam, Husna untuk mencarikannya pekerjaan, apa saja yang
penting asal kesannya bekerja, keluar dari rumah.
Dengan latar belakang pengalaman berwirausaha selama di Mesir, Azzam
pun tidak patah semangat untuk membangun usahanya sendiri. Tetapi bagaimana
dengan menikah, hal yang selalu disinggung oleh ibunya. Wanita ia dambakan,
Anna Althafunnisa telah dipinang sahabatnya sendiri. Sedangkan dengan Eliana
yang jelas-jelas menaruh hati padanya belum bisa ia terima, karena ia masih
mendambakan wanita muslimah. Azzam pun berusaha mencari tambatan hatinya,
walaupun cukup banyak hambatan yang ia hadapi, apalagi ditambah ibunya yang
meninggal dunia karena kecelakaan saat dibonceng naik motor yang kemudian
membuatnya hampir putus asa.
Namun Allah berkehendak lain pada suatu ketika di mana pernikahan
Anna althafunnisa akhirnya cerai dan Azzam ditawari ayahnya Anna Althafunnisa
untuk menjadi suaminya. Sebaik dan sehebat apapun usaha manusia semua
kembali kepada takdir Tuhan kalau memang Tuhan mengizinkan semua bisa
terjadi. Kalau kita selalu berlaku ikhlas segalanya karena Allah dan mengharap
153
ridha-Nya pasti Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita juga pasangan
kita karena Allah maha tahu akan segala sesuatu di luar batas kemampuan
manusia.
154
Lampiran 4
RIWAYAT HIDUP
Rasdiana, dilahirkan di Kendari, pada tanggal 29
November 1997. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara dan merupakan buah hati dari
pasangan Sulaeman T, M.Pd. dengan Rosnaeni.
Penulis mengawali pendidikan dibangku Sekolah
Dasar (SD) Negeri 020 Balikpapan Kota, Damai
dan tamat tahun 2009. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4
Balikpapan Barat dan tamat tahun 2012. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Balikpapan Barat
dengan mengambil konsentrasi IPS dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun yang
sama penulis dinyatakan lulus sebagai mahasiswa program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat pertolongan Allah Swt, disertai dengan doa, usaha, kesabaran, dan
motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi setelah merampungkan skripsi yang berjudul “Analisis
Campur Kode dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El
Shirazy”.