analisis asuhan keperawatan pada neonatus …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/efi nuriyanti nim....

34
i ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DIRUANG MELATI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Disusun Oleh: EFI NURIYANTI, S. Kep A31600890 KEPERAWATAN ANAK PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2017

Upload: ledat

Post on 02-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

i

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN

MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DIRUANG

MELATI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Disusun Oleh:

EFI NURIYANTI, S. Kep

A31600890

KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2017

Page 2: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

ii

Page 3: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

iii

Page 4: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

iv

Page 5: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tugas Akhir penelitian yang berjudul ‘’ Analisis Asuhan

Keperawatan Pada Neonatus dengan Masalah Ketidakefektifan Pola Nafas

Diruang Melati RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. ’’ sebagai salah

satu syarat untuk mencapai gelar NERS Keperawatan STIKES Muhammadiyah

Gombong.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terimakasih dan

penghargaan yang tulus penulis haturkan kepada :

1. Herniyatun, M. Kep, Sp. Kep. Mat, selaku ketua STIKES

Muhammadiyah Gombong.

2. Isma Yuniar, M. Kep, selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKES Muhammadiyah Gombong.

3. Ning Iswati, M. Kep, selaku pembimbing I yang telah berkenan

memberikan bimbingan, waktu dan pengarahan.

4. Miswarginingsih, S. Kep. Ns selaku pembimbing II yang telah

berkenan memberikan bimbingan, waktu dan pengarahan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES

Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan banyak

pengetahuan dan wawasan kepada penulis.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ahmad Nurjito & Ibu Lasirah yang

telah memeberikan dukungan dan cinta kasih yang tiada terhingga.

7. Alm. Embah Supinah yang mengajarkanku untuk selalu menjadi yang

terbaik.

Page 6: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

vi

Page 7: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

vii

Page 8: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

viii

Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTAN, Agustus 2017

Efi Nuriyanti1)

, Ning Iswati2)

, Miswarginingsih3)

ABSTRAK

“ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN

MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DIRUANG

MELATI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO”

xiii + 64 halaman + 2 tabel + 3 lampiran

Latar belakang : Respiratory Distress Syndrome disebabkan defisiensi

surfaktan terutama pada bayi yang baru lahir dengan masa gestasi kurang. Karena

hal tersebut bayi mengalami masalah ketidakefektifan pola nafas

Tujuan umum : Menganalisis asuhan keperawatan pada neonatus pada

masalah ketidakefektifan pola nafas diruang Melati RSUD.Prof.Dr.Margono

Soekarjo Purwokerto

Hasil : Berdasarkan tindakan yang dilakukan yaitu pemberian

oksigenasi berdasarkan nilai skor down terbukti dapat digunakan untuk memantau

atau mengevaluasi pemberian oksigenasi selanjutnya.

Evaluasi : Hasil menunjukan data objektif tidak ada retraksi dada,

tidak ada nafas cuping hidung, jalan nafas paten dan adanya penurunan nilai skor

down.

Kata Kunci : Ketidakefektifan pola nafas, Respiratory Distress Syndrome, Skor

down

1) Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong

2) Dosen STIKES Muhammadiyah Gombong

3) Pembimbing Klinik RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto

Page 9: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

ix

Nurses Nursing Studies Program

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

Scientific Work End of Nurses, Agustus 2017

Efi Nuriyanti1)

, Ning Iswati2) , Miswarginingsih

3)

ABSTRACT

“ANALYSIS OF NURSING IN NEONATAL PROBLEMS WITH BREATH

PATTERN INEFFECTIVENESS IN THE MELATI Prof.Dr.MARGONO

SOEKARJO PURWOKERTO HOSPITAL”

xiii + 64 Pages + 2 Tables + 3 Appendices

Background : Respiratory Distress Syndrome is caused by surfactant deficiency,

especially in newborns with less gestation. Because of this the baby experienced

problems ineffectiveness of the breath pattern

Objective : Analyze nursing care in neonates on the problem of inefficiency

of breath pattern room Melati RSUD.Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto

Result : Based on the action performed that the provision of oxygenation

based on the value of down scores proved to be used to monitor or evaluate the

subsequent oxygenation

Conclusion : The results show objective data no chest retraction, no nasal lobe

breathing, patent airway and a decrease in the value of the down scores.

Keyword : Ineffective breathing pattern, Respiratory Distress Syndrome, Score

down

1) Students of Muhammdiyah Health Science Institute of Gombong

2) Lecturer of Muhammdiyah Health Science Institute of Gombong

3) Clinical Guide of RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto

Page 10: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Repiratory Distress Syndrome .......................................................... 7

1. Definisi Repiratory Distress Syndrome ....................................... 7

2. Faktor-faktor penyebab Repiratory Distress Syndrome……….. . 8

3. Tanda dan Gejala Repiratory Distress Syndrome ....................... 8

4. Patofisiologi ................................................................................ 8

5. Diagnosa ...................................................................................... 10

6. Manifestasi klinis ........................................................................ 10

7. Klasifikasi Gangguan Nafas ........................................................ 11

8. Komplikasi .................................................................................. 11

9. Penatalaksanaan .......................................................................... 12

B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan ................................................. 16

1. Pengertian .................................................................................... 16

2. Tanda dan Gejala Masalah….. ..................................................... 16

3. Patofiologi ................................................................................... 16

4. Fokus Pengkajian ........................................................................ 17

5. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 18

6. Intervensi Keperawatan ............................................................... 18

7. Implementasi Keperawatan ......................................................... 21

8. Evaluasi ........................................................................................ 22

C. Terapi Oksigenasi ............................................................................... 23

BAB III LAPORAN MANAJEMEN KASUS KELOLAAN

A. Profil Lahan Praktik .......................................................................... 25

1. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit ..............................................26

2. Gambaran ruangan tempat praktek ............................................. 27

3. Jumlah Kasus di Ruangan ........................................................... 27

4. Upaya Pelayanan dan Penanganan ............................................... 27

Page 11: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

xi

B. Ringkasan proses Asuhan Keperawatan ............................................ 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Karakteristik Klien/Pasien ..................................................

1. Usia Gestasi ................................................................................. 53

2. Berat Badan Lahir ….. ................................................................. 54

3. Jenis Kelamin .............................................................................. 55

B. Analisis Masalah Keperawatan ......................................................... 56

C. Analisis intervensi ............................................................................ 57

D. Inovasi tindakan ............................................................................... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................ 63

B. Saran .................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skor Down untuk Evaluasi Distress Respirasi Pada Neonatus..11

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi hasil nilai skor down pada 5 pasien kasus

kelolaan dengan tindakan pemberian oksigenasi berdasarkan

dengan tingkatan gawat nafas (nilai skor down)……………...60

Page 13: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kegiatan Bimbingan

Lampiran 2: Asuhan Keperawatan Pasien Kelolaan

Lampiran 3: Jurnal Penelitian

Page 14: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bernafas merupakan suatu ciri makhluk hidup. Pengertian respirasi

berasal dari kata latin yaitu respire yang artinya bernafas (Perry, 2009).

Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat

sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan sumber oksigen

(O2) atau proses pertukaran oksigen (O2) antara atsmosfer dan darah serta

pertukaran (CO2) karbodioksida antara darah dan atsmosfer (Darmanto,

2009). Pada proses pernafasan sering dijumpai masalah yang timbul, baik

berkaitan dengan pola nafas, jalan nafas maupun hal-hal lain yang berkaitan

dengan oksigenasi. Salah satu masalah pernafasan yang timbul adalah

ketidakefektifan pola nafas yang disebabkan dari berbagai sebab dan etiologi

(Perry, 2009).

Ketidakefektifan pola nafas merupakan inspirasi dan atau ekspirasi

yang tidak memberi ventilasi adekuat (NANDA, 2015). Kejadian pola nafas

tidak efektif dapat dijumpai pada pasien dewasa maupun anak. Pada kasus

pernafasan yang sering dijumpai pada anak adalah sindrom gawat nafas atau

Respirasi Distress Syndrom (RDS) yang merupakan gangguan pernafasan

sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda takipnue (>60x/menit), retraksi

dada, sianosis pada udara kamar yang menetap atau memburuk pada 48-96

jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik, sekitar 60% bayi yang lahir

sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS (Lissuer dan Fanaroff, 2009).

Kegawatan nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang

serius, yang berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya

perawatan (Angus, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya

Respirasi Distress Syndrom (RDS) namun penanganan awal kegawatan

adalah hal yang sangat penting apabila terjadi apnea yang merupakan salah

satu tanda bahaya atau Danger Sign yang harus ditangani dimanapun bayi

baru lahir berada karena Respirasi Distress Syndrom (RDS) adalah salah satu

Page 15: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

2

gangguan nafas yang merupakan kegawatan peinatal jika tidak ditangani

dengan baik maka akan berdampak pada kematian atau gejala sisa bila dapat

bertahan hidup (Sukarni & Sudarti, 2014).

Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan pemberian

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi

dalam kandungan, saat lahir hingga masa neonatal (Pritasari, 2010). Untuk itu

peran serta perawat dalam mencegah kegawatan nafas pada neonatus yaitu

dengan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin dengan melakukan

dedikasi dini melalui pemantauan Ante Natal Care dan pengelolaan bayi yang

mengalami distress pernapasan.

Penatalaksanaan utama pada bayi yang mengalami distress pernafasan

adalah pemberian terapi oksigen (O2) yang bertujuan untuk stabilisasi sistem

saturasi bayi, mengatasi keadaan hipoksia dan menurunkan kerja pernafasan.

Oksigen (O2) merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh

tergantung pada oksigen (O2) dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup

(Potter & Perry, 2009). Meskipun secara umum terapi oksigen (O2)

memberikan manfaat pada kasus hipoksia dan anemi hipoksemia. Efek

samping atau komplikasi yang sering dikhawatirkan adalah keracunan

oksigen (O2), pemberian oksigen (O2) dalam jangka panjang dapat

meningkatkan resiko retinopati pada prematur, retrolental fibroplasias atau

kebutaan, dan bila tekanan oksigen tinggi yang diberikan ke paru akan

memperberat kondisi paru dan akan menyebabkan aksaserbasi injuri paru,

atau periode ketika otak atau organ lain tidak menerima oksigen (O2) dengan

cukup ( Cloherty et al, 2008).

Penilaian fungsi pernafasan secara adekuat dapat dilihat dari nilai

perubahan skor down, gerak fisik bayi, dan juga analisa gas darah arteri.

Pemeriksaan skor down adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bayi yang

baru lahir, yang bertujuan untuk mengevaluasi status gawat nafas. Perawat

dan ahli terapi harus mengerti kebutuhan pernafasan yang spesifik atau

manjemen lanjut sesuai dengan jenis atau derajat gangguan pernafasan.

Terutama pemberian terapi oksigen (O2) pada penaganan awal bayi dengan

Page 16: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

3

Respiratory Distress Syndrome (RDS) memerlukan dasar pengetahuan

tentang ketepatan dalam mengevaluasi gawat nafas menggunakan skor down

dan pemberian terapi oksigen sesuai derajat kegawatan nafas. Berdasarkan

hal tersebut perawat harus memahami, jumlah kebutuhan oksigen (O2) yang

diperlukan, indikasi pemberian oksigen (O2), metode pemberian oksigen (O2)

dan bahaya-bahaya pemberian oksigen (O2) (UCSF. 2014).

Berdasarkan data dari Wold Health Organization (WHO) prevalensi

penyakit sistem pernafasan pada bayi baru lahir mencapai 27,5% pada tahun

2009 dan meningkat menjadi 29,5% pada tahun 2010, sebagian besar dari

gangguan pernafasan tersebut disebabkan oleh asfiksia neonatorum atau

Respirasi Distress Syndrom (RDS). Di negara maju seperti Amerika serikat,

penyakit ini masih mempengaruhi sekitar 40.000 bayi setiap tahunnya dan

menyebabkan 20% kematian bayi. Kejadian Respirasi Distress Syndrom

(RDS) ini 60%-80% terjadi pada bayi prematur dan hanya 5% saja kejadian

pada bayi matur (Erlita,R, 2013).

Dalam profil kesehatan Indonesia dijelaskan bahwa beberapa

penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan. Penyebab bayi

yang terbanyak adalah disebabkan karena pertumbuhan janin yang lambat,

kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah

(BBLR) sedangkan penyebab lainya yang cukup banyak terjadi adalah

kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intauterus) dan kegagalan

nafas secara spontan dan teratur saat lahir atau beberapa saat setelah lahir

(Hamzah, 2013).

Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 menyebutkan

bahwa kematian bayi masih pada angka 32 per 1000 kelahiran hidup, dan hal

tersebut terjadi pada minggu pertama kelahiran, paling besar diakibatkan

karena gangguan pada sistem pernafasan yang mencapai 36,9%. Salah satu

penyebab gangguan sistem pernafasan pada bayi adalah Respirasi Distress

Syndrom (RDS) yang mencapai 14% (Erlita,R, 2013).

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah

pada tahun 2015 angka kematian bayi sebesar 10 per 1.000 kelahiran hidup.

Page 17: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

4

Angka kematian pada berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 28,7%,

Respirasi Distress Syndrom (RDS) sebesar 33,1%, asfiksia 2,6%, ikterik

sebesar 0,44%, sepsis sebesar 1,3%, kelainan kongenital sebesar 2,6%, dan

lain-lain sebesar 33,62% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2015)

Berdasarkan survey data awal di IMP Rumah Sakit Prof.dr.Margono

Soekarjo Purwokerto periode januari-juni 2017, jumlah kasus bayi dengan

Respirasi Distress Syndrom (RDS) dan berat badan lahir rendah (BBLR)

sebesar 187 bayi dengan jumlah kematian 23 bayi.

Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap neonatus dengan

sindrome gawat nafas diruang Melati RSUD Prof Dr.Margono Soekarjo

Purwokerto menunjukan bahwa pasien mengalami dipsnea, sianosis, SPO2

(<90%), penggunaan otot bantu pernafasan dan hiperventilasi dan

membutuhkan pertolongan oksigenasi (O2) dengan segera dan tepat.

Kebutuhan oksigen (O2) merupakan kebutuhan yang paling utama dengan

sangat vital bagi tubuh maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Analisis Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan

Masalah Ketidakefektifan Pola Nafas Diruang Melati RSUD Prof.Dr.Margono

Soekarjo Purwokerto”.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menjelaskan analisis asuhan keperawatan pada neonatus dengan

masalah ketidakefektifan pola nafas diruang Melati RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada neonatus dengan

masalah ketidakefektifan pola nafas di ruang Melati RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto

b. Mendiskripsikan analisa data asuhan keperawatan pada neonatus

dengan masalah ketidakefektifan pola nafas di ruang Melati RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Page 18: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

5

c. Mendiskripsikan intervensi asuhan keperawatan pada neonatus dengan

masalah ketidakefektifan pola nafas di ruang Melati RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto

d. Mendiskripsikan implementasi asuhan keperawatan pada neonatus

dengan masalah ketidakefektifan pola nafas di ruang Melati RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

e. Mendiskripsikan evaluasi asuhan keperawatan pada neonatus dengan

masalah ketidakefektifan pola nafas di ruang Melati RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto

f. Mendiskripsikan analisis inovasi tindakan asuhan keperawatan pada

neonatus dengan masalah ketidakefektifan pola nafas di ruang Melati

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Keilmuan

Sebagai bahan bacaan, sumber informasi dan untuk menambah

wawasan bagi mahasiswa keperawatan khususnya untuk menganalisis

intervensi yang diberikan kepada pasien dengan ketidakefektifan pola

nafas.

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat

memberikan masukan, wawasan serta pengetahuan bagi pendidikan

keperawatan mengenai intervensi keperawatan dan tindakan medis yaitu

pemberian oksigen pada penanganan awal sesuai dengan nilai skor down

atau tingkatan gawat nafas pada pasien dengan masalah ketidakefektifan

pola nafas. Diharapkan penatalaksanaan dapat dilakukan secara maksimal

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan menekan tingkat

morbiditas maupun mortalitas neonatus.

Page 19: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

6

3. Manfaat Metodelogis

Hasil observasi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

perawat mengenai tindakan penatalaksanaan pasien dengan

ketidakefektifan pola nafas pada gawat nafas neonatus.

Page 20: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Aehlert B. (2010). Comprehensive Pediatric Emergency Care. St Louis: Elseiver

Clorherty J, Stark A, Eichenwald E. (2008). Manual of Neonatal Care. 6th

Ed.

Lippincot, Wilkins and William.

Angus, D,Linde-Zwirble W, Clermont G, Griffin M, Clark R. (2010). Epidemiologi

of Neonatal Respiratory Failure IN The United State. Am J Respair Crit Med.

Darmanto, Djojodibroto. (2009). Respirologi (Respirologi Medicine). Jakarta: EGC

Doniger S, Sharieff G. (2008) Pediatric Resuscitation Revised: A Summary of the

updated BLS/NALS/PALS Recommendations. Israel Journal of Emergency

Medicine.

Erlita, R. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Respiratory Distress

Syndrome Di BRSD Luwuk Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.

http://www.rizkaerlit-3412-1-4-rizka-7-/ Diakses tanggal 19 mei 2017

Field D. 2008. Alternative Strategies for the Management of Respiratory Failure in

the newborn-clinical realities. Semin Neonatal

Frankel LR. (2009). Respiratory Distress and Failure. Dalam: Kliegman RM,

Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of

pediatrics, edisi ke-18. Philadephia: Saunders.hal 421-31.

Hamzah, A.(2013). Sosiologi Pengasuhan Anak. Makassar: Masagena Press.

Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2.

Jakarta. Salemba Medika.

Hivanyislamaulita. (2014). Gangguan Pernafasan.

https://hivanyismaulita041/2014/27/gangguan-pernafasan/ diakses tanggal 18

mei 2017.

Jing L, Yun S, Jian Ying D, Tian Z, Jing-ya L, Li-li L, dkk. (2010). Clinical

characteristics, Diagnosa And Management Of Respiratory Distress

Syndrome in Full-Term Neonates. Chin Med.

Page 21: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

Kosim Soleh, dkk. (2012) Panduan Manajemen Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,

Perawat, Bidan di Rumah Sakit dan Rujukan Dasar. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Levy M. (2008). Pathophysiolgy of Oxygen Delivery In Respiratory Failure. Chest.

128;547-53.

Lissauer, T & Fanaroff, A. (2009). At A Glance Neonatologi. Jakarta: Erlangga.

Mathai S, Raju C, Kanitkar C. (2008). Management of Respiratorry Distress in the

Newborn. MJAFI.

Meith, RA., Ersfeld S., Soucher N., Wellman S., Bucher H. (2011). Higher Multiple

Birth in Switerland: Neonatal Outcome and evolation over the last 20 year.

Swiss Med Weekly. The European Jurnal of Medical Science; 141: w13308.

Mentari A. (2014). Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen dengan Kejadian

Gawat Nafas Pada Bayi Prematur Di Ruang Perinatologi/Neonatus

RSD.DR.Haryoto Lumajang. Skripsi S1 Jurusan Keperawatan.

Muslihatun, WN. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Nitu ME, Elger H. (2009) Respiratory failure. Ped Rev;.30:470-4.

Perry, Potter. (2009). Fundamental of Nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta: EGC.

Pritasari. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman

Teknis Kirana. Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI

Ralston M, Hazinski MF, Zaritsky AL, Schexnayder SM, Kleinman ME. (2008).

PALS: Pediatric Advice Life Support. American Academy of Pediatric,

American Heart Association.

Rania U. (2016). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah

Ketidakefektifan pola nafas Di Ruang Melati RS Prof.DR.Margono Soekarjo

Purwokerto. Karya Tugas Akhir Ners Jurusan Ners Keperawatan.

Sarnia. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Respiratory

Distress Of Newborn (RDN) Pada Neonatus Di Ruang Perinatologi Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015. Karya Tulis Ilmiah

Jurusan DIII Kebidanan.

Page 22: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

Silumut, P. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Respiratory

Distress Syndrome Pada Bayi. http://www.puputsilumut./03/rds-respiratory-

distress-syndrome-6.html Diakses tanggal 17 mei 2017

Siwi, Dwi A. (2014). Pemberian Terapi Oksigenasi terhadap Perubahan Saturasi

Oksigen Melalui Pemeriksaaan Oksimetri Pada Pasien dengan Respiratory

Distress Syndrome (RDS) Di Bangsal Anggrek 1 RSUD DR.Moewardi

Surakarta. Karya Tugas Ilmiah DIII Keperawatan.

Somasetia DH. (2008). Tatalaksana Gagal Nafas Akut Pada Anak Dalam: Grana H,

Penatalaksanaan Terkini dalam Bidang Perinatologi, Hematologi-onkologi,

Dan Pediatrik Gawat Darurat. Bandung. Bagian Ilmu Kesehatan.

Sudarti & Fauziyah, A. (2013). Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan

Kegawatan. Yogyakarta: Nuha Medika,

Sukarni, I., Sudarti. (2014). Patologi Kehamilan, Pesalinan, Nifas Dan Neonatus

Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sweet D, Carnielli V, Greinsen G, Hallman M, Ozek E, Plavka R, dkk. European

consensus guidelines on the management of neonatal respiratory distress

syndrome in preterm infants: 2010 Update. Neonatology. 2010;97:402-17

UCSF Childrens’s Hospital. (2014). Respiratory Distress Syndrome. Intensive Care

Nursery House Staff Manual Australia: UCFS Medikal Center.

Williams & Wilkins. (2011). Nusing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta

Barat: PT Indeks Jakarta

Wong, Donna L., dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta:

EGC.

Page 23: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi
Page 24: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi
Page 25: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

1

HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN DENGAN KEJADIAN

GAWAT NAFAS PADA BAYI PREMATUR DI RUANG PERINATOLOGI/

NEONATUS RSD. DR. HARYOTO LUMAJANG

Mentari Anggraeni¹, Awatiful Azza², Komarudin³.

¹Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember,

[email protected]

²Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember, [email protected]

³Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember, [email protected]

ABSTRACT

Introduce: Fulfillment needs of oxygen is therapy to reduce distres breathing and aim to

make saturation system normal in baby, converd hypoxia, reduce accupation of breathing.

The objective of this research to analyst correlation of fulfillment needs axygen with distres

breathing at perinatology room in Dr. Haryoto Hospital Lumajang.

Method: A cross-sectional study design with population are premature baby which have

distres breathing at perinatology room in Dr. Haryoto Hospital Lumajang. The sampel used

quota sampling, the total sample is 43 newborn in perinatology room, which get when baby

born till 24 hours, which get nasal canul therapy 0,5 – 2 lpm. Whose didn’t get congenital

disorder. Then wih cross sectional approach we can know alteration condition after get

therapy oxygen for is 15 – 20 minutes with distres breathing scrore used score down

observation. This research used spearman rank test.

Result: The result there is correlation of fulfillment need oxygen with distres breathing in

premature baby. Appropriate with correlation test which gotten score r = -0,783 and p value

0,001 it’s mean p < 0,05 so H0 rejected and H1 received.

Discuss: Should a nurse or functionary of must be given management of distres breathing

goodly. The prevent distres breathing in babies since at the first time, By good prenatal, the

risk factor which can make distres breathing can be detected so the baby was born haethy.

Keywords: Necessory of oxygen; distres breathing; premature baby.

PENDAHULUAN

Kelahiran mengawali suatu

perubahan dramatis dari keadaan di dalam

uterus untuk hidup di luar uterus. Plasenta

merupakan organ utama respirasi bagi

janin, selain organ paru yang berfungsi

untuk pertukaran gas saat bayi di luar

uterus. Periode ini disebut sebagai periode

transisi, yaitu dari kehidupan di dalam

rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode

ini berlangsung sampai satu bulan atau

lebih. Transisi yang paling cepat terjadi

pada sistem pernafasan, sirkulasi darah,

termoregulasi, dan kemampuan dalam

mengambil dan menggunakan glukosa

(Hermansen dan Lorah, 2007).

Page 26: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

2

Kegawatan pernafasan atau

respiratory distress pada bayi baru lahir

merupakan masalah yang dapat

menyebabkan henti nafas bahkan

kematian, sehingga dapat meningkatkan

morbiditas dan mortalitas pada bayi baru

lahir (Thomas, 2010), dimana dua pertiga

kematian bayi terjadi pada masa neonatal

atau 28 hari pertama kehidupan

Hasil study survey di USA, Menurut

(Thomas, 2010) kematian bayi terus

mengalami peningkatan, pada tahun 2005

terdapat 6,86% kematian tiap 1000

kelahiran dengan penyebab utama

prematuritas dengan gawat nafas atau

Respiratory Distress. Sedangkan,

Direktorat Kesehatan Anak (2010)

menjelaskan penyebab kematian neonatal

adalah gangguan atau kelainan pernafasan

35,9%, prematuritas 32,4%, sepsis 12%,

hipotermi 6,3%, kelainan darah atau

ikterus 5,6%, post matur 2,8% dan

kelainan congenital 1,4%.

Menurut data dari profil umum

dinas kesehatan kabupaten lumajang, data

angka kematian bayi mengalami

peningkatan dari tahun 2010 jumlah bayi

meninggal sebanyak 106 dari 16.328

kelahiran hidup atau 9,1 per 1000

kelahiran hidup, dan tahun 2012 jumlah

kematian bayi sebanyak 157 bayi,

sedangkan data dari RSD. Dr. Haryoto

Kabupaten Lumajang, Pada tahun 2010

didapatkan jumlah kematian neonatus

sebanyak 185 dari 335 kelahiran hidup,

pada tahun 2011 didapatkan jumlah

kematian neoanatus 196 dari 1,789

kelahiran hidup atau 109,6 per 1000

kelahiran hidup, tahun 2012 jumlah

kematian neonatus 233 dari 2,431

kelahiran hidup atau 95,8 per 1000

kelahiran hidup.

Berdasarkan hasil studi

pendahuluan di ruang perinatologi RSD

dr. Haryoto Lumajang pada tanggal 12

Juli 2014 didapatkan 102 bayi dengan

prematur yang lahir pada bulan Januari-

Agustus 2014. Sedangkan bayi yang

dirujuk dari wilayah Lumajang dengan

kasus prematur ataupun BBLR pada bulan

Januari-Agustus 2014 terdapat 58 bayi.

Jumlah angka kematian bayi dengan kasus

gawat nafas baik dari penyebab pulmonal

dan non pulmonal yang rujukan maupun

dari VK Bersalin pada bulan Januari-Mei

2014 di ruang perinatologi RSD dr.

Haryoto Lumajang sebanyak 29,3 % bayi.

Pengembangan paru bayi prematur

berperan penting untuk masa transisi di

luar rahim dan kemudian disusul dengan

pernafasan teratur, bila terdapat gangguan

pertukaran gas atau pengangkutan

oksigen, maka akan terjadi gawat nafas

pada neonatus yang baru lahir, gangguan

ini timbul pada saat persalinan atau

setelah lahir. Jika, keadaan ini tidak

Page 27: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

3

segera dilakukan penanganan, maka akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila

tidak teratasi akan menyebabkan kematian

(Hasan, 2007).

Terapi yang dapat mengurangi

gawat nafas adalah pemberian terapi

oksigen yang bertujuan untuk stabilisasi

sistem saturasi bayi, mengatasi keadaan

hipoksia, dan menurunkan kerja

pernafasan. Penilaian fungsi pernafasan

secara adekuat dapat dilihat dari nilai

perubahan score down, gerak fisik bayi,

dan juga analisa gas darah arteri.

Pengukuran gas darah arteri dilakukan

bersamaan dengan pemeriksaan fungsi

paru untuk menentukan konsentrasi ion

hidrogen, tekanan parsial oksigen dan

karbondioksida, dan saturasi

oksihemoglobin. Walaupun pengukuran

gas darah arteri adalah cara terbaik untuk

menilai perubahan gas, terkadang terdapat

keadaan yang tidak menguntungkan

setelah pungsi darah arteri ini. Akibatnya,

dipilih oksimetri yaitu suatu alat

noninvasif untuk menilai oksigenasi mulai

banyak digunakan (Hermansen dan Lorah,

2007).

Pemantauan konsentrasi oksigen

darah yang kontinu bermanfaat, bagi

penderita yang mengalami kelainan

perfusi/ventilasi, dan penurunan

sementara konsentrasi oksigen darah

dengan menggunakan oksimetri.

Keakuratan nilai oksimetri secara

langsung berhubungan dengan perfusi di

daerah probe. Pengukuran oksimetri pada

klien yang memiliki perfusi jaringan

buruk, yang disebabkan syok, hipotermia,

atau penyakit vaskular perifer mungkin

tidak dapat dipercaya. Keakuratan

oksimetri nadi kurang dari 90 mmHg.

Tren saat ini memberikan informasi

terbaik tentang status oksigenasi klien

(Potter & Perry, 2006).

Meskipun secara umum terapi

oksigen memberikan manfaat yang

bermakna pada kasus hipoksia dan anemi

hipoksemia. Efek samping atau

komplikasi yang sering dikhawatirkan

adalah keracunan oksigen, pemberian

oksigen dalam jangka panjang dapat

meningkatkan risiko retinopati pada

prematur, mengakibatkan retrolental

fibroplasias atau kebutaan, dan bila

tekanan oksigen tinggi yang diberikan ke

paru akan memperberat kondisi paru dan

dapat menyebabkan eksaserbasi injuri

paru, atau periode ketika otak atau organ

lain tidak menerima oksigen dengan

cukup (Cloherty et al, 2008).

Perawat dan ahli terapi harus

mengerti kebutuhan pernafasan yang

spesifik atau manajemen lanjut sesuai

dengan jenis atau derajat gangguan

pernafasan. Terutama pemberian terapi O2

dalam asuhan keperawatan, memerlukan

Page 28: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

4

dasar pengetahuan tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi masuknya O2 dari

atmosfir hingga sampai ke tingkat sel

melalui alveoli paru dalam proses

respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka

perawat harus memahami, jumlah

kebutuhan O2 yang diperlukan, indikasi

pemberian O2, metode pemberian O2 dan

bahaya-bahaya pemberian O2 (UCFS,

2004).

Dari uraian masalah di atas, maka

peneliti tertarik untuk meneliti masalah

tersebut dan peneliti mengambil judul

yaitu " Hubungan pemenuhan kebutuhan

oksigen dengan kejadian gawat nafas

pada bayi prematur di Ruang Perinatologi/

Neonatus RSD. Dr. Haryoto Lumajang

2014".

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain

korelasional. Populasi penelitian ini

adalah semua ibu dan bayi prematur yang

mengalami gawat nafas dan dirawat di

Ruang Perinatologi RSD. Dr. Haryoto

Kabupaten Lumajang. Dalam penelitian

ini peneliti menetapkan sampel sebanyak

43 bayi. Penentuan sampel tersebut yakni

Bayi yang dilahirkan hari ke 1 sampai 24

jam pertama dengan usia kehamilan 27 –

36 minggu yang memenuhi kriteria.

Teknik sampling yang digunakan adalah

menggunakan non-probability sampling.

Pengumpulan data meliputi lembar

observasi Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

dan Score Down. Prosedur pengumpulan

data yakni prosedur administratif dan

prosedur teknis. Analisis bivariat

dilakukan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara pemenuhan kebutuhan

oksigen dengan kejadian gawat nafas pada

bayi prematur, dan menggunakan uji

statistik Rank Spearman.

HASIL PENELITIAN

Tabel 5.4 Distribusi berdasarkan Tingkat kebutuhan oksigen pada

bayi yang mengalami gawat nafas, Oktober 2014

No Kebutuhan O2 (%) Jumlah Prosentase

1 SaO2 < 85-89% 43 100%

2 SaO2 > 90% 0 0%

Total 43 100 %

Berdasarkan hasil pada tabel 5.4

diketahui bahwa semua bayi berjumlah 43

(100%) yang gawat nafas mengalami

penurunan kebutuhan oksigen dalam

tubuh yang bisa di observasi melalui

monitor dengan menunjukkan tingkat

saturasi oksigen dalam darah tidak stabil

atau <90% memerlukan terapi oksigen.

Page 29: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

5

Tabel 5.5 Distribusi berdasarkan derajat Kegawatan Nafas dengan

menggunakan Score Down di Ruang Perinatologi RSD. Dr. Haryoto

Lumajang, Oktober 2014

No Derajat Gawat Nafas Jumlah Prosentase

1 Gawat nafas Berat 11 26%

2 Gawat nafas Sedang 25 58%

3 Gawat nafas Ringan 7 16%

Total 43 100

Berdasarkan hasil data pada tabel

5.5 di dapatkan derajat kegawatan nafas

pada bayi yang mengalami gawat nafas

menunjukkan data bahwa hampir separuh

bayi tingkat gawat nafas sedang yaitu 25

bayi (58%), tingkat gawat nafas berat 11

bayi (26%) dan tingkat gawat nafas berat

sebanyak 7 bayi (16%).

Analisa Bivariat

Tabel 5.6 Analisa Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen dengan Kejadian

Gawat Nafas pada Bayi Prematur, Oktober 2014

Kebutuhan

Oksigen

Derajat Kegawatan Nafas

Jumlah p Value Nilai r Gawat

Berat

Gawat

Sedang

Gawat

Ringan

Terpenuhi 5 24 7 33 0,001 0 -0,783

Tidak

Terpenuhi

6 1 0 7

Total 11 25 7 43

Menurut hasil tabel 5.6 diketahui

bahwa, bayi yang mengalami kejadian

gawat nafas berat berjumlah 11 bayi

dengan kebutuhan oksigen yang tidak

terpenuhi, dan bayi dengan gawat nafas

sedang sebanyak 25 bayi yang kebutuhan

oksigennya tidak terpenuhi, kemudian

bayi dengan gawat nafas ringan berjumlah

7 bayi yang kebutuhan oksigennya juga

tidak terpenuhi. Setelah bayi mendapatkan

Terapi Oksigen nasal canul 0,5-2 liter per

menit selama 15-20 menit, didapatkan

hasil bayi dengan gawat nafas berat yang

kebutuhan oksigennya sudah mulai

terpenuhi sebanyak 5 bayi, dan bayi yang

masih mengalami gawat nafas berat

berjumlah 6 bayi. Bayi yang mengalami

gawat nafas sedang kebutuhan oksigen

terpenuhi sebanyak 24 bayi dan yang tidak

terpenuhi berjumlah 1 bayi, Kemudian

Page 30: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

6

bayi yang mengalami gawat nafas ringan

kebutuhan oksigen terpenuhi yakni 7 bayi

yang sudah terpenuhi kebutuhan

oksigennya.

Untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara pemenuhan kebutuhan

oksigen dengan kejadian kegawatan nafas

pada bayi prematur, peneliti menggunakan

uji statistik Spearman rank. Uji Spearman

Rank. Setelah dilakukan perhitungan

dengan menggunakan bantuan Komputer,

di dapatkan nilai r = -0,783 yang berarti

kekuatan hubungan antara dua variabel,

memiliki tingkat kemaknaan yang kuat.

Nilai p value sebesar 0,001 yang

berarti ρ < 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima yang berarti ada hubungan antara

pemenuhan kebutuhan oksigen dengan

kejadian kegawatan nafas pada bayi

prematur di ruang Perinatologi RSD.Dr.

Haryoto Lumajang;

PEMBAHASAN

Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Hasil penelitian yang telah

dilakukan pada seluruh sampel penelitian

yang berjumlah 43 bayi, dapat di ketahui

bahwa seluruh bayi yang kebutuhan

oksigennya tidak terpenuhi yaitu 43 bayi

(100%) yang mengalami penurunan

kebutuhan oksigen didalam tubuhnya

yang bisa di observasi melalui monitor

dengan menunjukkan tingkat saturasi

oksigen dalam darah tidak stabil atau

SaO2 < 90% dan memerlukan terapi

oksigen. Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan rata-rata bahwa usia kehamilan

terbanyak dengan jumlah 23 (64%),

dengan usia kehamilan 24 – 30 minggu.

Penyampaian O2 ke jaringan tubuh

ditentukan oleh interaksi system respirasi,

kardiovaskuler dan keadaan hematologis.

Adanya kekurangan O2 ditandai dengan

keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut

dapat menyebabkan kematian jaringan

bahkan dapat mengancam kehidupan

(Wong L, 2009).

Peneliti berpendapat bahwa

kebutuhan oksigen bayi tidak terpenuhi

dikarenakan pada usia kehamilan yang

prematur mengakibatkan bayi lahir dengan

system organ tubuh yang belum sempurna

salah satunya adalah system organ

pernafasan yakni paru-paru yang imatur.

Usia kehamilan juga mempunyai pengaruh

dengan tingkat saturasi oksigen Pada saat

baru lahir bayi mengalami proses transisi

yakni bayi bernafas dengan udara

menggunakan paru-parunya untuk

mendapatkan oksigen.

Hal ini sesuai dengan penelitian

(Health Study, 2008), Bayi prematur

setelah lahir tetap melanjutkan untuk

perkembangan paru. Sedangkan Penelitian

oleh (Clair et al, 2008) melakukan studi di

Amerika, menjelaskan bahwa insiden

RDS menurun dengan peningkatan usia

kehamilan. Rata-rata insiden RDS pada

studi populasi ini menunjukkan 3,8%

Page 31: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

7

(8/210), insiden RDS 80% (4/5) untuk

kelahiran >32,9 minggu, 2,4% (3/127)

pada usia kehamilan 33 – 36,9 minggu

dan 1,3% (1/78) untuk usia kehamilan >

37 minggu. Ini menunjukkan bahwa

semakin kecil usia kehamilan, maka

neonatus prematur semakin berisiko

terjadinya RDS. Dimana salah satu

penyebab utama adalah kurangnya

pulmonary surfaktan.

Kejadian gawat nafas

Hasil penelitian yang telah

dilakukan pada seluruh sampel penelitian

yang berjumlah 43 bayi, Berdasarkan hasil

data di dapatkan rata-rata derajat

kegawatan nafas pada bayi yang

mengalami gawat nafas menunjukkan data

bahwa hampir separuh bayi mengalami

tingkat gawat nafas sedang yaitu 25 bayi

(58%), tingkat gawat nafas berat 11 bayi

(26%) dan tingkat gawat nafas ringan

sebanyak 7 bayi (16%). Sedangkan untuk

Derajat Asfiksia seperti hasil penelitian

rata-rata saturasi oksigen < 90%, pada

penelitian diketahui jumlah bayi yang

mengalami asfiksia berat pada menit

pertama setelah lahir lebih banyak yaitu

35 bayi dengan presentase (81%).

Sindrom gawat nafas atau RDS

(Respiratory Distress Syndrome) atau

HMD (Hyaline membrane disease)

merupakan penyakit pernafasan yang

mempengaruhi bayi kurang bulan

(Hermansen & Lorah, 2007).

Peneliti berpendapat bahwa gawat

nafas terjadi karena organ paru-paru pada

bayi prematur belum sempurna dan hal ini

di sebabkan baik dari pulmonal ataupun

non pulmonal, faktor risiko yang dapat

meningkatkan kegawatan nafas neonatus

pada prematur, BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah), jenis kelamin laki-laki, riwayat

keluarga dengan Respiratory Distress

Syndrome, dll.

Hal ini di dukung oleh penelitian

Menurut penelitian Marfu’ah pada tahun

2013, tentang faktor-faktor yang

meningkatkan Respiratory Distress

Syndrome yang dilakukan di RSD. Dr.

Haryoto Lumajang dari bulan Januari -

Mei 2013 terdapat kelahiran sebanyak 905

bayi dengan jumlah kematian neonatus

sebanyak 41 bayi akibat gawat nafas baik

penyebabnya pulmonal ataupun non

pulmonal.

Hubungan pemenuhan kebutuhan

oksigen dengan kejadian gawat nafas

Menurut hasil data diketahui

bahwa, bayi yang mengalami kejadian

gawat nafas berat berjumlah 11 bayi

dengan kebutuhan oksigen yang tidak

terpenuhi, dan bayi dengan gawat nafas

sedang sebanyak 25 bayi yang kebutuhan

oksigennya tidak terpenuhi, kemudian

bayi dengan gawat nafas ringan berjumlah

7 bayi yang kebutuhan oksigennya juga

tidak terpenuhi.

Page 32: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

8

Berdasarkan hasil penelitian, rata-

rata bayi mendapatkan terapi oksigen

nasal kanul 2,09 lpm selama 15-20menit,

nilai minimum pemerian oksigen 1lpm,

dan nilai maksimum pemberian terapi

oksigen yakni 3lpm. Dengan jumlah

pemberian oksigen tersering adalah 2 lpm

selama 15-20menit.

Hal ini sesuai dengan teori, menurut

(Kosim, 2012 : 131-137) Pemberian terapi

oksigen tergantung pada penyebab dan

jenis atau derajat gangguan nafas tersebut.

Manajemen spesifik dalam

penatalaksanaan pemenuhan kebutuhan

oksigen pada bayi dengan gangguan

nafas berat dianjurkan dengan pemberian

O2 dengan kecepatan aliran sedang

(antara rendah <6 liter/menit dan tinggi

>15 liter/menit).

Setelah bayi mendapatkan Terapi

Oksigen nasal canul 0,5-2 liter per menit

selama 15-20 menit, didapatkan hasil bayi

yang mengalami gawat nafas berat

mengalami perbaikan kondisi yang di

tunjukkan dengan penurunan score gawat

nafas dan menujukkan hasil monitor

dengan kebutuhan oksigen terpenuhi, bayi

dengan gawat nafas berat yang kebutuhan

oksigennya sudah mulai terpenuhi

sebanyak 5 bayi, dan bayi yang masih

mengalami gawat nafas berat berumlah 6

bayi.

Pada bayi yang mengalami gawat

nafas sedang kebutuhan oksigen terpenuhi

yang sebanyak 24 bayi dan bayi yang

mengalami gawat nafas sedang berjumlah

1 bayi, Kemudian bayi yang mengalami

gawat nafas ringan mengalami perbaikan

kondisi yang di tunjukkan dengan

penurunan score gawat nafas dan

kebutuhan oksigen terpenuhi yakni 7 bayi

yang sudah terpenuhi kebutuhan

oksigennya.

Menurut teori (Ainsworth, 2006),

Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada

bayi dengan gangguan pernafasan yang

dapat menimbulkan dampak yang cukup

berat bagi bayi berupa kerusakan otak

atau bahkan kematian.

Adapun Tujuan manajemen

penatalaksanaan kegawatan nafas

(respiratory distress) adalah untuk

memberikan intervensi yang

memaksimalkan kelangsungan hidup dan

meminimalkan potensial komplikasi dan

kematian (Kosim,2012; Sweet et al.,

2010), sehingga tindakan ini bertujuan

untuk menghindari hipoksemia dan

asidosis, mengoptimalkan manajemen

cairan dengan menghindari overload

cairan dan odem pulmonal sementara

memperhatikan hypovolemia dan

hipotensi, mengurangi kebutuhan

metabolik dan memaksimalkan pemberian

nutrisi, serta meminimalkan injuri

sekunder pada paru akibat volutrauma dan

Page 33: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

9

toksisitas oksigen (UCFS, 2004;

Queesland MNC Guidline, 2009).

Peneliti berpendapat berdasarkan

hal tersebut maka perawat harus

memahami indikasi pemberian O2,

metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya

pemberian O2. Peneliti juga berpendapat

bahwa evaluasi kondisi bayi sesering

mungkin dan catat hasil observasi

sangatlah penting.

Berdasarkan hasil penelitian

marfu’ah, 2013 menggunakan desain case

control dengan jumlah sampel 240

responden, yaitu 120 kasus bayi yang

mengalami gawat nafas dan tidak

mengalami gawat nafas, hubungan antara

usia kehamilan yang menjadi faktor

lahirnya bayi prematur dengan kejadian

gawat nafas pada bayi prematur dengan

nila p sebesar 0,053 dengan nilai r 0,298.

Artinya bayi dengan usia kehamilan < 37

minggu (prematur) mempunyai

kemungkinan 0,298 kali untuk mengalami

gawat nafas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat disimpulkan:

1. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada

bayi prematur di ruang perinatologi

RSD. Dr. Haryoto Lumajang bahwa

seluruh bayi yang kebutuhan

oksigennya tidak terpenuhi dan bisa di

observasi melalui monitor dengan

menunjukkan tingkat saturasi oksigen

dalam darah tidak stabil atau SaO2 <

90% sehingga seluruhnya memerlukan

terapi oksigen.

2. Kejadian gawat nafas pada bayi

prematur di ruang perinatologi RSD.

Dr. Haryoto Lumajang sebagian besar

bayi mengalami gawat nafas sedang.

3. Ada hubungan yang bermakna antara

pemenuhan kebutuhan oksigen dengan

kejadian gawat nafas nafas pada bayi

prematur di ruang perinatologi RSD.

Dr. Haryoto Lumajang.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka

disarankan bagi :

1. Bagi rumah sakit, hendaknya

meningkatkan sumber daya manusia

pada perawat dengan mengikutsertakan

pada pelatihan Neonatal Intensive Care

Unit, penanganan BBLR, Asfiksia, dan

lain-lain baik regional atau nasional,

serta menambahkan peralatan yang

berguna untuk penanganan kasus

kegawatan nafas pada bayi seperti

ventilator mekanik, CPAP.

2. Membantu kesejahteraan ibu dan janin

yang dikandung, dengan meningkatkan

penyuluhan kepada masyarakat tentang

pentingnya pemeriksaan kehamilan

atau Ante Natal Care sehingga dapat

mengurangi angka kesakitan dan

kematian bayi akibat gawat nafas.

Page 34: ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS …elib.stikesmuhgombong.ac.id/754/1/EFI NURIYANTI NIM. A31600890.pdf · sering terjadi pada bayi dengan tanda-tanda ... samping atau komplikasi

10

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat

melakukan penelitian lain yang

berhubungan dengan faktor resiko

kegawatan nafas pada kelompok

neonatus dengan gawat nafas, dengan

desain penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, S. (2005). Pathophysiology of

neonatal respiratory distress

syndrome. Treatments In

Respiratory Medicine.

Clair, C.S., (2008). The probability of

Neonatal Respiratory Distress

Syndrome as function of gestational

age and lechitin sphyngomyelin

ratio. American Journal

Perinatology. Vol 25 :473

Cloherty J, Stark A, Eichenwald E. (2008)

Manual of Neonatal Care. 6th ed.

Lippincott, Wilkins and Williams.

Crowther, C., Haslam, R., Hiller, J.,

Doyle, L., & Robinson, J. (2006).

Neonatal respiratory distress

syndrome.

Hassan. M., et al. (2007). Buku Kuliah

Kesehatan Anak, Jakarta :

Infomedika.

Health Study. (2008). Neonatal

Respiratory Distress Syndrome

Causes.

Hermansen C & Lorah N.K (2007).

Respiratory distress in the newborn.

Am Fam Physician.

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa

GI, Usman A,. (2012). Buku Ajar

Neonatologi. Edisi Pertama.

Cetakan Ketiga. Jakarta : Badan

Penerbit IDAI

Marfu’ah (2013) Analisis Faktor-faktor

terjadinya gawat nafas. di Ruang

Perinatologi RSD. Dr. Haryoto

Lumajang.

Potter. Perry. 2006. Fundamental Of

Nursing. Jakarta : Salemba Medika.

Queesland Maternity and Neonatal

Clinical Guidelines Program.

(2009). Management of neonatal

respiratory distress

Sweet, D. G., Carnielli, V., Greisen, G.,

Hallman, M., Ozek, E., Plavka, R.,

Halliday, H. L. (2010). European

consensus guidelines on the

management of neonatal respiratory

distress syndrome.

Thomas P.E., (2010). Do Racial

Disparities Persist In Infant

Mortalitiy From Respiratory

Distress Syndrome,Vol 40:47-51.

UCSF Childrens’s Hospital. (2004).

Respiratory Distress Syndrome.

Intensive Care Nursery House Staff

Manual. Australia : UCFS Medical

Center

Wiwin Muhaimin (2011). Gambaran

Faktor Ibu yang mempengaruhi

terjadinya BBLR di Ruang

Perinatologi RSD. Dr. Haryoto

Lumajang. Karya Tulis Ilmiah.

Lumajang : Akper Lumajang

Wong, L. 2009. Buku Ajar Keperawatan

Pediatrik, Ed.6 Vol.1. Salemba

medika: Jakarta.