anak tunanetra

14
ANAK TUNANETRA A. Pengertian Gangguan Penglihatan (ketunanetraan) Tunanetra adalah seseorang yang memiliki Hambatan dalam penglihat-an/ tidak berfungsinya indera penglihatan. Seseorang dikatakan Low vision apabila orang tersebut mengalami kekurangan penglihatan. Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari- hari terutama dalam belajar. Jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”, “low vision” atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanerta. Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini diketahui dalam kondisi : 1. ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas. 2. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu. 3. Posisi mata sulit dikendalikan oleh saraf otak. 4. Terjadi kerusakan susunan saraf otak yang berhubungan dengan penglihatan. Dari kondisi diatas, pada umumnya yang digunakan sebagai patokan apakah seorang anak termasuk tunanetra atau tidak ialah berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk mengetahui ketunanetran dapat mengunakan tes Snellen Card. Anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya (visusnya)

Upload: berny-leonid-sklitinov

Post on 31-Oct-2015

76 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gambaran tentang anak tunanetra

TRANSCRIPT

Page 1: ANAK TUNANETRA

ANAK TUNANETRA

A. Pengertian Gangguan Penglihatan (ketunanetraan)

Tunanetra adalah seseorang yang memiliki Hambatan dalam penglihat-an/ tidak

berfungsinya indera penglihatan. Seseorang dikatakan Low vision apabila orang tersebut

mengalami kekurangan penglihatan.

Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang

mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan yang

termasuk “setengah melihat”, “low vision” atau rabun adalah bagian dari kelompok anak

tunanerta.

Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini diketahui dalam kondisi :

1. ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas.

2. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.

3. Posisi mata sulit dikendalikan oleh saraf otak.

4. Terjadi kerusakan susunan saraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.

Dari kondisi diatas, pada umumnya yang digunakan sebagai patokan apakah seorang anak

termasuk tunanetra atau tidak ialah berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk

mengetahui ketunanetran dapat mengunakan tes Snellen Card. Anak dikatakan tunanetra bila

ketajaman penglihatannya (visusnya) kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya

mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21

meter.

Anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Buta

Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar

(visusnya = 0).

2. Low Vision

Anak masih bisa menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari

6/21, atau anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar.

B.  Klasifikasi

1. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan:

Page 2: ANAK TUNANETRA

a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir 

b. Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil

c. Tunenatra pada usia sekolah atau pada masa remaja 

d. Tunanetra pada usia dewasa

e. Tunanetra dalam usia lajut. 

2. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan:

a. Tunanetra ringan 

b. Tunanetra setengah berat. 

c. Tunanetra berat. 

3. Berdasarkan pemeriksaan klinik.

4. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata: 

a. Myopia;adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang

retina.

b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan

retina.

c. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena

ketidak beresan pada kornea mata.

C. Penyebab

Secara ilmiah ketunanetraan anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, apakah itu faktor

dalam diri anak (internal) ataupun faktor dari luar anak (eksternal). Faktor yang menyebabkan

terjadinya ketunanetraan antara lain (DITPLB, 2006):

1. Pre-natal

Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah

keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:

a. Keturunan

Ketunanetraan yang disebabkanoleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara,

sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor

Page 3: ANAK TUNANETRA

keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan

keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina.

Gejala pertama biasanyasukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan

periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.

b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan

Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhandalam kandungan dapat disebabkan

oleh:

- Gangguan waktu ibu hamil.

- Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama

pertumbuhan janin dalam kandungan.

- Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat

menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin

yang sedang berkembang.

- Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat

terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.

- Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga

hilangnya fungsi penglihatan.

2. Post-natal

Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau

setelah bayi lahir antara lain:

a. Kerusakan pada mata atau saraf mata padawaktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau

benda keras.

b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe

menular pada bayi, yang pada akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat

hilangnya daya penglihatan.

c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:

- Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.

- Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.

- Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh,

akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.

- Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata,

Page 4: ANAK TUNANETRA

sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

- Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina

penuh dengan pembuluh-pembuluhdarah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi

hingga merusak penglihatan.

- Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina

secara berangsur memburuk.Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer

akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah

bidang penglihatan.

- Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu

prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan

prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi,

sehingga pada saat bayi dikeluarkan dariinkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat

menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam

bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala

(retina) dan tunanetra total.

d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau

tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.

D. Karakteristik 

1. Tunanetra

a. Fisik

Keadan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya.perbedaan

nyata diantaranya mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya. Gejala

tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik antara lain: mata juling, sering

berkedip, menyipitkan mata, kelopak mata merah, gerakan mata tak beraturan dan

cepat, mata selalu berair dan sebagainya.

 

b. Perilaku

1) Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang mengalami gangguan penglihatan

dini antara lain; berkedip lebih banyak dari biasanya. menyipitkan mata, tidak

dapat melihat benda-benda yang agak jauh.

Page 5: ANAK TUNANETRA

2) Adanya keluhan-keluhan antara lain : mata gatal, panas, pusing, kabur atau

penglihatan ganda.

c. Psikis.

1) Mental/Intelektual

Tidak berbeda jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pda batas atas

sampai batas bawah.

2) Sosial

Kadangkala ada keluarga yang belum siap menerima anggota keluarga yang tuna netra

sehingga menimbulkan ketegangan/gelisah di antara keluarga. Seorang tunanetra biasanya

mengalami hambatan kepribadian seperti curiga terhadap orang lain, perasaan mudah

tersinggung dan ketergantungan yang berlebihan.

2. Low Vision

Ciri-ciri antara lain :

a. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat

b. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar

c. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat

mencoba melihat sesuatu.

E. Alat Pendidikan

Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat pendidikan khusus, alat Bantu peraga

dan alat peraga.

a. Alat Pendidikan Khusus :

Reglet dan pena

Mesin tik Baille

Printer Braille

Abacus

b. Alat Bantu

Alat bantu perabaan (buku-buku, air panas/dingin, batu, dsb)

Alat Bantu pendengaran (kaset, CD, talkingbooks)

Page 6: ANAK TUNANETRA

c. Alat Peraga

Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan

atau pendengaran.(patung hewan, patung tubuh manusia, peta timbul)

Alat Bantu pendidikan bagi anak low vision terdiri dari alat Bantu optic, alat Bantu

kacamata, kaca mata pembesaran dan alat peraga.

F. Perkembangan Kognitif Anak Tunanetra

Akibat dari ketunanertaan, maka pengenalan atau pengertian terhadap dunia luar anak, tidak

dapat diperoleh secara lengkap dan utuh. Akibatnya perkembangan kognitif anak tunanerta

cendrung terhambat dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnya. Hal ini disebabkan

perkembangan kognitf tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan (IQ), tetapi juga dengan

kemampuan indra penglihatannya.

Melalui indera penglihatan seseorang mampu melakukan pengamatan terhadap dunia

sekitar, tidak saja pada bentuknya (pada objek berdimensi dua) tetapi juga pengamatan dalam

(pada objek berdimensi tiga), warna, dan dinamikanya. Melalui indra inilah sebagian besar

rangsang atau informasi akan diterima untuk selanjutnya diteruskan ke otak, sehingga timbul

kesan atau persepsi dan pengertian tertentu terhadap rangsang tersebut. Melalui kegiatan-

kegiatan yang bertahap dan terus menerus seperti inilah yang pada akhirnya mampu merangsang

pertumbuhan dan perkembangan kognitif seseorang sehingga mampu berkembang secara

optimal.

G. Perkembangan Motorik Anak Tunanetra

Perkembangan motorik anak tunanetra cendrung lambat dibandingkan dengan anak awas

pada umumnya. Keterlambatan ini terjadi karna dalam perkembangan perilaku motorik

diperlukan adanya koordinasi fungsional antara neuromuscular system (system persyarafan dan

otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif), serta kesempatan yang diberikan oleh

lingkungan.

Pada anak tunanerta mungkin fungsi neuromuscular system tidak bermasalah tetapi fungsi

psikisnya kurang mendukung serta menjadi hambatan tersendiri dalam perkembangan

motoriknya. Secara fisik, mungkin anak mampu mencapai kematangan sama dengan anak awas

Page 7: ANAK TUNANETRA

pada umumnya, tetapi karna fungsi psikisnya (seperti pemahaman terhadap realitas lingkungan,

kemungkinan mengetahui adanya bahaya dan cara menghadapi, keterampilan gerak yang serba

terbatas, serta kurangnya keberanian dalam melakukan sesuatu) mengakibatkan kematangan

fisiknya kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam melakukan aktivitas motorik.

Hambatan dalam fungsi psikis ini secara langsung atau tidak langsung terutama berpangkal dari

ketidakmampuannya dalam melihat.

H. Perkembangan Emosi Anak Tunanetra

Perkembangan emosi anak tunanetra akan sedikit mengalami hambatan dibandingkan

dengan anak yang awas. Keterhambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan

anak tunanetra dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-kanak, anak tunanetra mungkin akan

melakukan proses belajar mencoba-coba untuk menyatakan emosinya, namun hal ini tetap

dirasakan tidak efisien karma dia tidak dapat melakukan pengamatan terhadap reaksi

lingkungannya secara tepat. Akibatnya pola emosi yang ditampilkannya mungkin berbeda atau

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh diri maupun lingkungannya.

Perkembangan emosi anak tunanetra akan semakin terhambat bila anak tersebut mengalami

deprivasi emosi , yaitu keadaan dimana anak tunanetra tersebut kurang memiliki kesempatan

untuk menghayati pengalaman emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang, kegembiraan,

perhatian, dan kesenangan. Anak tunanetra yang cenderung mengalami deprivasi emosi ini

terutama adalah anak-anak yang pada masa awal kehidupan atau perkembangannya ditolah

kehadirannya oleh linkungan keluarga atau masyarakat. Deprivasi emosi ini akan sangat

berpengaruh terhadap aspek perkembangan lain : kelambatan dalam perkembangan fisik,

motorik, bicara, intelektual dan social. Selain itu, anak yang mengalami deprivasi emosi akan

bersifat menarik diri, mementingkan diri sendiri,serta sangat menuntut pertolongan atau

perhatian dan kasih saying dari orang-orang disekitarnya.

I. Perkembangan Sosial Anak Tunanetra

Perkembangan social berarti dikuasainya seperangkat kemampuan untuk bertingkah laku

sesuai dengan tuntutan masyarakat. Bagi anak tunanetra penguasaan seperangkat kemampuan

bertingkah laku tersebut tidaklah mudah. Anak tunanetra lebih banyak menghadapi masalah

dalam perkembangan social. Hambatan-hambatan tersebut adalah kurangnya motivasi, ketakutan

Page 8: ANAK TUNANETRA

menghadapi lingkungan social yang lebih luas atau baru, perasaan rendah diri, malu,

keterbatasan anak untuk dapat belajar social melalui proses identifikasi dan imitasi, serta sikap-

sikap masyarakat yang sering kali tidak menguntungkan : penolakan, penghinaan dan sikap tak

acuh.

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa bagaimana perkembangan social anak tunanetra itu

sangat bergantung pada bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan

keluarga terhadap anak tunanetra itu sendiri. Bila perlakuan dan penerimaannya baik, maka

perkembangan social anak tunanetra tersebut akan baik dan begitu juga sebaliknya.

J. Dampak Ketunanetraan bagi Keluarga, Masyarakat, dan Penyelenggara Pendidikan

Hasil penelitian para ahli mengenai pandanga dan sikap orang awas terhadap penyandang

tunanetra adalah bahwa dalam pandangan orang awas,penyandang tunanetra memiliki beberapa

karakteristik, baik yang sifatnya positif maupun negative.

Penilaian Negatif :

1. Penyandang tunanetra pada umumnya memiliki sikap tidak berdaya.

2. Sifat ketergantungan.

3. Memiliki tingkat kemampuan rendah dalam orientasi waktu.

4. Tidak pernah merasakan kebahagiaan.

5. Memiliki sifat kepribadian yang penuh dengan frustasi-frustasi.

6. Kaku.

7. Resisten terhadap perubahan-perubahan.

8. Cenderung kaku dan cepat menarik tangan dari lawannya pada saat bersalaman.

9. Mudah mengalami kebingungan ketika memasuki lingkungan yang tidak familiar yang

ditunjukkan dengan perilaku-perilaku yang tidak tepat.

Penilaian Positif :

1. Penyandang tunanetra lebih peka terhadap suara, perabaan, ingatan, keterampilan dalam

memainkan alat musik.

2. Ketertarikan yang tinggi terhadap nilai-nilai moral dan agama.

Page 9: ANAK TUNANETRA

Sebaliknya, para penyandang tunanetra sendiri beranggapan bahwa orang awas pada

umumnya memiliki sikap sebagai berikut :

1. Pada umumnya orang awas tidak tahu banyak tentang ‘orang buta’ dan kemudian akan

terheran-heran ketika orang tunanetra menunjukkan kemampuannya dalam beberapa hal.

2. Orang awas cenderung kasihan pada orang tunanetra dan pada saat yang sama mereka

berfikir bahwa mereka lebih berani dibandingkan dengan orang awas lainnya.

Sikap orang tunanetra terhadap kebutaannya, menurut Bauman (Kirtley, 1975) bahwa

keberhasilan dalam penyesuaian social dan ekonomi pada penyandang tunanetra berkaitan erat

dengan sikap-sikap diri dan keluarganya terhadap penerimaan secara emosional yang realistik

terhadap kebutaannya serta pemilikan kemampuan intelektual dan stabilitas psikologis.

Reaksi orang tua terhadap ketunanetraan anaknya dibagi menjadi 5 kelompok :

1. Penerimaan secara realistik terhadap anak dan ketunanetraannya.

2. Penyangkalan terhadap ketunanetraan anak.

3. Overprotection atau perlindungan yang berlebihan.

4. Penolakan secara tertutup.

5. Penolakan secara terbuka.

Sikap para guru sebagai penyelenggara pendidikan, hasil penelitian Murphy (Kirtley, 1975)

menunjukkan bahwa pada umumnya para guru (guru umum dan guru PLB) cenderung

mengesampingkan anak tunanetra, tetapi guru khusus (guru PLB) cenderung bersikap lebih

positif terhadap anak tunanetra.

ARRUM CHYNTIA YULIYANTI

H1A 010 024

Sumber :

Satria. 2011. Faktor Penyebab Tuna Netra. Available from:

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2196715-faktor-

penyebab-tuna-netra/#ixzz1eEq2nb9s (diakses 20 November 2011).

Somantri. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Karakteristik dan Masalah Perkembangan

Anak Tunanetra, 65-91. Bandung: PT. Refika Aditama.