anak jalanan

Upload: kio-quw

Post on 10-Mar-2016

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anak jalanan

TRANSCRIPT

  • 22

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK

    A. Pengertian dan Kedudukan Anak

    Pengertian anak secara umum dipahami masyarakat adalah keturunan

    kedua setelah ayah dan ibu.1 Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kaca

    mata hukum. Ia tetap dinamakan anak, sehingga pada definisi ini tidak dibatasi

    dengan usia. Sedangkan dalam pengertian Hukum Perkawinan Indonesia, anak

    yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan

    perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya. Selama mereka tidak dicabut

    dari kekuasaan.2 Pengertian ini bersandar pada kemampuan anak, jika anak telah

    mencapai umur 18 tahun, namun belum mampu menghidupi dirinya sendiri, maka

    ia termasuk katagori anak. Namun berbeda apabila ia telah melakukan perbuatan

    hukum, maka ia telah dikenai peraturan hukum atau perUndang-Undangan.

    Anak menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak adalah seseorang

    yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.3 Dalam perspektif

    Undang-Undang Peradilan Anak, anak adalah orang yang dalam perkara anak

    nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18

    tahun dan belum pernah kawin.4 Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam pasal

    1 WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992),

    hlm. 38-39.

    2 Pasal 47, UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

    3 Pasal 1 (2), UU. No. 4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak.

    4 Pasal 1 (1), UU. No. 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.

  • 23

    98 (1) dikatakan bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa

    adalah usia 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental

    atau belum pernah melangsungkan perkawinan.5 Adapun pengertian anak menurut

    Pasal 45 KUHP adalah orang yang belum cukup umur, yaitu mereka yang

    melakukan perbuatan (tindak pidana) sebelum umur 16 (enam belas) tahun.6

    Sedangkan dalam Konvensi Hak Anak (KHA), anak adalah setiap

    manusia yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang

    yang berlaku bagi anak yang ditentukan bahwa usia dewasa telah mencapai lebih

    awal.7 Dengan demikian pasal ini mengakui bahwa batas usia kedewasaan dalam

    aturan hukum sebuah Negara mungkin berbeda dengan ketentuan KHA. Dalam

    kasus ini Komite Hak Anak menekankan agar Negara meratifikasi KHA

    menyelaraskan peraturan-peraturan hukumnya dengan KHA. Dari pengertian ini

    tidak terlihat permulaan atau dimulainya status anak. Apakah sejak anak tersebut

    lahir, ataukah sejak anak tersebut masih dalam kandungan ibunya. Dalam hal ini

    KHA tidak menyebutkan secara tegas. Tetapi dalam bagian mukadimah,

    dinyatakan bahwa anak dikarenakan ketidakmatangan jasmani dan mentalnya

    memerlukan pengamanan dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan

    hukum yang layak sebelum dan sesudah kelahirannya.8 Pada prinsipnya pokok

    5 Instruksi Presden Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:

    Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Islam, 2001), hlm. 50.

    6 Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan tentang Peradilan Anak di Indonesia,

    (Jakarta: Sinar Grafika,1993), hlm.19.

    7 KHA, Pasal 1.

    8 Lihat mukadimah KHA pada Darwin Prinst, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: Aditya

    Bakti, 2003), hlm. 103-104.

  • 24

    pikiran yang harus dipegang adalah bahwa Negara yang meratifikasi KHA harus

    memajukan dan melindungi kepentingan dan hak anak sebagai manusia hingga

    mereka bisa mencapai kematangan mental dan fisik

    Dalam perkembangan anak diklasifikasikan menjadi beberapa bagian.

    Pertama, anak sah, yaitu anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawian yang

    sah atau hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh

    isteri tersebut.9 Kedua, anak terlantar, yaitu anak yang tidak memenuhi

    kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Ketiga,

    anak yang menyandang cacat, yaitu anak yang mengalami hambatan secara fisik

    dan atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan secara

    wajar. Keempat, anak yang memiliki keunggulan, yaitu anak yang mempunyai

    kecerdasan luar biasa, atau memiliki potensi dan atau bakat luar istimewa.

    Kelima, anak angkat, yaitu anak yang haknya dialihkan dari lingkungan

    kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung

    jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut kedalam

    lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atas penetapan

    pengadilan. Keenam, anak asuh, yaitu anak yang diasuh oleh seseorang atau

    lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan

    kesehatan karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu

    menjamin tumbuh kembangnya anak secara wajar.10

    Sedangkan dalam Undang-Undang peradilan anak dikatakan bahwa

    pengertian dari anak nakal adalah anak yang melakukan pidana atau anak yang

    9 KHI, Pasal 99.

    10 Pasal 1, Undang-Undang Nomer 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

  • 25

    melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut

    peraturan perUndang-Undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang

    hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Namun, dalam perkara

    anak nakal ini hanya bisa diajukan ke pengadilan apabila telah mencapai umur 8

    (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum

    pernah kawin.11 Dan sesuai asas praduga tak bersalah, maka seorang anak nakal

    yang sedang dalam proses pengadilan tetap dianggap sebagai tidak bersalah

    sampai adanya putusan dari pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

    Batas usia 8 tahun bagi anak nakal untuk dapat diajukan ke sidang anak

    berdasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, dan pedagogis, bahwa

    anak yang belum mencapai usia 8 tahun dianggap belum dapat mempertanggung

    jawabkan perbuatannya.

    Dalam GBHN telah dijelaskan bahwa anak merupakan generasi penerus

    bangsa dan sumber insan bagi pembangunan nasional, maka harus diperhatikan

    dan dibina sedini mungkin agar menjadi insan yang berkualitas dan berguna bagi

    bangsa. Dan walaupun anak dilahirkan oleh orang tua, namun pada hakekatnya

    anak merupakan individu yang berbeda dengan siapapun, termasuk dengan kedua

    orang tuanya. Bahkan anak memiliki takdirnya sendiri yang belum tentu sama

    dengan orang tuanya.12 Dengan demikian maka jelaslah anak merupakan mahluk

    independen. Hal ini perlu disadari sehingga orang tua tidak berhak untuk

    memaksakan kehendaknya pada anak, biarkan anak tumbuh dewasa dengan suara

    11 Pasal 1 dan 2, Undang-Undang Nomer 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.

    12 M. Nipan Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001),

    hlm. 21.

  • 26

    hati nuraninya. Orang tua hanya memantau dan mengarahkan agar jangan sampai

    menyusuri jalan yang sesat.13 Orang tua hanya berkewajiban berusaha, yaitu agar

    anak tumbuh dewasa menjadi kepribadian yang shaleh dengan merawat,

    mengasuh, dan mendidiknya dengan pendidikan yag benar.

    Kedudukan anak, berhubungan dengan status yang disandangnya. Istilah

    status itu hampir sama dengan kedudukan. Secara literal, kata status berarti

    kedudukan.14 Namun dalam kamus Bahasa Idonesia, kata status berarti keadaan,

    tingkatan, organisasi, badan atau Negara dan sebagainya.15 Adapun kata

    kedudukan adalah keadaan dimana seseorang itu hidup menunjukan kepada suatu

    hubungan kekeluargaan tertentu.16 Maka status anak sah yang dimaksudkan

    sebagai pandangan hukum terhadap anak sah. Sedangkan kedudukan anak sah

    menunjukan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan.

    Kedudukan anak dalam Islam sangat tinggi dan mulia, al-Quran

    memposisikan anak sebagai perhiasan dunia,17 anak juga sebagai hiburan.18

    Namun harus disadari bahwa penilaian yang begitu tinggi dan mulia terhadap

    anak manusia, hanya dimiliki oleh anak-anak yang memiliki predikat sebagai anak

    yang sah dari pasangan suami isteri yang terikat dalam perkawinan yang sah. Hal

    13 Ibid., hlm. 23.

    14 John M. Echols Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, cet. Ke-XX, (Jakarta:

    Gramedia, 1992), hlm. 554.

    15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, cet. Ke-II,

    (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm. 1310.

    16 HFA. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, terj. IS. Adiwinarta, jil ,cet. Ke IV,

    (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hlm. 60.

    17 Al-Kahfi (18): 46.

    18 Al-Furqan (25): 74.

  • 27

    ini tidak berarti bahwa anak diluar nikah (anak zina) menempati posisi yang

    rendah.19 Karena anak ini juga anak manusia yang memiliki hak-hak kemanusiaan

    untuk mendapatkan jaminan hukum sesuai dengan statusnya, sesuai dengan

    Konvensi Hak-Hak Anak.20 Perlindungan terhadap anak sesuai dengan

    kedudukannya itulah yang bisa dijadikan dasar untuk memberikan hak-hak anak

    secara proposional berdasarkan status keabsahannya. Hanya saja, hak-hak anak

    yang bisa dimiliki anak zina jelas berbeda dengan hak anak yang berstatus sebagai

    anak sah.

    Nabi menegaskan bahwa suami yang melian isterinya dan menolaknya

    anaknya, maka isterinya harus dicerai dan anak itu hanya dihubungkan dengan

    nasab ibunya.21 Hal inilah yang menjadi dasar bagi para ulama, bahwa anak zina

    hanya bisa dihubungkan melalui nasab ibunya.22 Untuk itulah Kompilasi Hukum

    Islam (KHI) menetapkan bahwa anak yang lahir diluar perkawinan hanya

    mempunyai nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.23

    19 Anak merupakan titipan Allah dan hanya sebatas akibat tidakan a-moral yang

    dilakukan oleh ayah dan ibunya. Dia tidak memiliki atau menanggung dosa yang diperbuat oleh ayah dan ibunya. Lihat QS. Al-Najm (53): 38.

    20 Lihat terjemahan Convention on the Right of thr Child (Konvensi Hak Anak), pasal 2

    ayat (2), dalam M. Joni dan Zulchaina Z Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, cet. Ke-I (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 136.

    21 H.R. Buchairi. Lihat al-Buchairi, Sahih al-Buchairi, Jil. III, jil. VI, hlm. 181.; Al-

    Suyuti, Sunan al-Nasai bi Syarh al-Hafiz Jalal al-Din al-Suyuti, ji. III, jil. VI, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t.), hlm. 178.

    22 Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, jil. II, (Mesir: Mustafa al-

    Babi al-Halabi, 1960), hlm. 358.

    23 Pasal. 100, , Kompilasi Hukum Islam.

  • 28

    Aturan hukum seperti itu berbeda dengan aturan yang terdapat dalam

    hukum perdata sebagai hukum positif di Indonesia. Anak tidak sah, yang oleh

    hukum positif diistilahkan dengan anak luar nikah24 atau menurut Hukum Islam

    disebut dengan anak zina, bila disahkan atau mendapatkan lembar pengesahan

    akan memiliki hubungan perdata dengan ibunya maupun dengan ayahnya,

    meskipun penguasa anak tersebut adalah walinya.25 Hubungan keperdataan anak

    luar kawin terjadi setelah mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Hubungan

    itupun hanya terbatas sampai hubungan ibunya dan ayahnya saja. Anak ini tidak

    memiliki kakek dan nenek baik dari garis ayahnya maupun dari garis ibunya terus

    keatas.26 Dari pengertian inilah hukum positif membolehkan upaya pengakuan

    dan pengabsahan.

    Berkenaan dengan kedudukan anak yang dilahirkan dari perkawinan

    campuran, pasal 29 Undang-Undang Perlindungan Anak menyatakan apabila

    terjadi perkawinan campuran antara warga Republik Indonesia dengan warga

    Negara asing, anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut berhak memperoleh

    24 Anak luar nikah menurut Hukum Perdata ada tiga macam; (1) Anak alam (pelaku zina

    sama-sama belum menikah dan tidak ada larangan untuk kawin), (2) anak zina (pelaku zina atau salah satunya sedang dalam ikatan perkawinan), dan (3) anak sumbang (pelaku zina masih ada hubungan darah sehingga dilarang kawin). Anak luar nikah (anak alam) dibedakan dari anak zina dan sumbang. Dua jenis anak terakhir ini tidak bisa memiliki hubungan dengan ayah dan ibunya. Bila anak tersebut terpaksa disahkanpun tidak ada akibat hukumnya. Lihat KUH Perdata pasal 288. bandingkan dengan Vollmar, Pengantar Studi, hlm. 130. Kedudukan anak itu sangat menyedihkan. Namun pada prakteknya dijumpai hal-hal yang meringankan, karena biasanya anak zina dan sumbang hanya diketahui oleh pelaku zina saja itu sendiri. Asal anak lahir dalam keadaan ibunya terikat perkawinan yang sah, otomatis menjadi anak sah. Oleh karena itu kecenderungan hukum perdata itu membolehkan pengabsahan anak. Sedangkan menurut al-Quran, selain anak sah adalah anak zina (tidak sah). Lihat Abdurrouef, al-Quran dan Ilmu Hukum,(Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 96.

    25 KUH Perdata, Pasal 409.; Vollmar, Pengantar Studi, hlm. 131.

    26 KUH Perdata, Pasal 281 atau Pasal 336 BW. Bandingkan dengan Vollmar, Pengantar

    Studi, hlm. 126-127.

  • 29

    kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai dengan ketentuan peraturan

    perUndang-Undangan yang berlaku.27

    B. Pemeliharaan Anak

    Islam meletakkan tanggung jawab membesarkan anak sepenuhnya di

    atas bahu kedua orang tuanya, selain merawat secara fisik, juga meliputi

    akulturasi ke dalam nilai-nilai Islami dan sosialisasi ke dalam umat. Syariat

    menegaskan bahwa orang tuanya harus mendidik anaknya tentang ritual Islam

    serta hukum dan etika Islam dan tentang menjadi bagian dari umat. Bila tidak

    sanggup atau gagal, maka masyarakatlah yang harus bertanggung jawab. Orang

    tua membacakan syahadat ketika anaknya baru lahir, menamainya dengan nama

    baik, menyunatkannya apabila anaknya laki-laki dan mengajarkan membaca al-

    Quran secara benar. Orang tua mendidik anaknya supaya berbakti kepada

    keluarga dan masyarakat, membetulkan apabila ia melakukan kesalahanserta

    menasihati dan memberinya contoh yang baik. Syariat menegaskan supaya anak

    menghormati dan mematuhi orang tua serta orang yang lebih tua darinya, dan

    membantu mereka.28

    Mengasuh dan merawat anak hukumnya wajib, sama seperti wajibnya

    orang tua memberikan nafkah yang layak kepadanya. Semua ini harus

    dilaksanakan demi kemaslahatan dan keberlangsungan hidup anak. Syariat Islam,

    dalam hubungannya dengan hak anak untuk mendapatkan pengasuhan dan

    27 Pasal 29 ayat (1), Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002.

    28 Ismail R. Al-Faruqi, Altar Budaya Islam, Menjelajah Kazanah Peradaban Gemilang,

    (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 185.

  • 30

    perawatan, menuntut agar setiap orang yang berkewajiban memenuhi tugas ini

    agar melakukannya dengan ikhlas (sepenuh hati). Makanya hak asuh atas anak

    kecil (bayi) pada tahap pertama ini hendaknya dilakukan oleh seorang ibu

    (wanita), karena ia secara umum, dengan fitrah yang ditumbuhkan oleh Allah

    dalam jiwanya, dipandang lebih mampu dalam memenuhi kebutuhan bayi pada

    usianya yang masih dini tersebut berupa kelembutan, belaian kasih saying,

    kebutuhan bayi pada usianya yang masih dini tersebut berupa kelembutan, belaian

    kasih sayang, perhatian, dan perlindungan.

    Sebagaimana telah diketahui bahwa menurut Kompilasi Hukum Islam di

    Indonesia, anak adalah orang yang belum genap berusia 21 (dua puluh satu) tahun

    dan belum pernah menikah dan karenanya belum mampu untuk berdiri sendiri.29

    Ketentuan ini berlaku sepanjang anak tidak mempunyai cacat fisik maupun mental

    atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Oleh karena itu perbuatan segala

    hukum yang dilakukan oleh anak diwakili oleh kedua orang tuanya, baik didalam

    maupun diluar pengadilan. Dalam hal kedua orang tuanya tidak mampu

    menunaikan kewajiban tersebut, maka Pengadilan Agama dapat menunjuk

    seseorang kerabat terdekat untuk melaksanakannya.

    Pasal 45 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, mewajibkan orang tua

    (ayah dan ibunya) untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-

    baiknya. Kewajiban ini berjalan sampai anak ini kawin atau dapat berdiri sendiri.

    Demikian pula sebaliknya, pada pasal 46 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974,

    anak wajib menghormati orang tua dan menuruti kehendak mereka yang baik.

    29 Pasal 98, Kompilasi Hukum Islam.

  • 31

    Serta apabila anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuan, orang

    tua dan keluarga dalam garis lurus keatas bila mereka itu memerlukannya.

    C. Hak Anak dalam Islam

    Hak anak dalam Islam memiliki aspek universal terhadap kepentingan

    anak. Meletakkan hak anak dalam pandangan Islam, memberikan gambaran

    bahwa dasar tujuan kehidupan umat Islam adalah membangun umat manusia yang

    memegang teguh ajaran Islam. Dengan demikian, hak anak dalam pandangan

    Islam ini meliputi aspek hokum dalam lingkungan seseorang. Cara pandang yang

    dimaksud tidak saja memposisikan umat Islam yang harus tunduk pada hokum

    Islam sebagai formalitas-formalitas wajib yang harus ditaati dan apabila dilanggar

    maka perbuatan tersebut akan mendapatkan laknat baik di dunia maupun di

    akherat.

    Dimensi Islam dalam meletakkan hak asasi manusia sangatlah luas dan

    mulia. Dari ajaran kehidupan moral, hak asasi anak juga dipandang sebagai benih

    dalam sebuah masyarakat. Dalam pandangan ini Abdur Rozak Husein

    menyatakan jika benih anak dalam masyarakat itu baik, maka sudah pasti

    masyarakat akan terbentuk menjadi masyarakat yang baik pula, lebih lanjut

    dikatakan, Islam menyatakan bahea anak-anak merupakan benih yang akan

    tumbuh untuk membentuk masyarakat di masa yang akan datang.30

    Dalam daur kehidupan, manusia mengalami 4 (empat) fase yang pasti

    dilalui yaitu: pertama, dari awal kelahirannya, kedua, dari awal kelahiran sampai

    30 Abdur Rozak Husein, Hak dan Pendidikan Dalam Islam, alih bahsa H. Azwir Butun

    (Bandung: Fikahati Aneska, 1992), II: 19.

  • 32

    anak menjelang dwasa (mumayyiz), ketiga, dari awal mumayyiz sampai dewasa

    (baligh), dan keempat, dari awal baligh sampai menjelang meninggal dunia.31

    Selama daur yang dilalui manusia itu dibarengi dengan hak dan kewajiban, baik

    dalam garis vertical maupun horizontal.

    Hak dan kewajiban vertical adalah hubungan manusia dengan Tuhannya

    sebagai sang Khaliq (penciptanya). Sedangkan hubungan horizontal adalah hak

    dan kewajiban terhadap sesame manusia yang terjadi secara alami maupun yang

    dibuat dan direncanakan untuk dan oleh manusia sendiri.

    Diantara hak dan kewajiban horizontal adalah kewajiban memperhatikan

    hak keluarganya, hak suami isteri, dan hak anak-anaknya. Subhi mahmasani

    berpendapat bahwa orang tua memperhatikan hak anak untuk masa depan mereka

    yaitu hak menyusui, hak untuk mendapatkan asuhan, hak untuk mendapatkan

    nama baik dan kewarganegaraan, hak nafkah atau harta, hak pengajaran, serta hak

    pendidikan, akhlak dan agama.32

    Secara garis besar, hak anak menurut Islam dapat dikelompokkan

    menjadi 7 (tujuh) macam, yaitu:33

    a. Hak anak sebelum dan sesudah lahir

    Allah berfirman:

    31 Ali Hasaballah, Usl at- Tasyri al-, (Mesir: al-, 1959), hlm. 341.

    32 Subhi Mamasani, Konsep Dasar Hak-hak Asasi Manusia (Studi Pebandingan Syariat

    Islam dan Perundang-undangan Modern) alih bahasa Hasanuddun, (Jakarta: Tintamas Indonesia, 1987), hlm. 204.

    33 Abdur Rozak Husein, Hak dan Pendidikan, hlm. 11-34. Hak anak dalam fiqh sering

    dirinci menjadi hak nasab, hak radaah, hak hadanah, dan hak nafkah. Lihat Abu Zahrah, Asy-Syakhsiyyah, (Kairo: Al-Fikr, 1957), hlm. 451-471.

  • 33

    !"

    Maksud ayat ini, supaya anak memperoleh penjagaan dan pemeliharaan

    akan keselamatan dan kesehatannya. Ditegaskan pula dalam surah at-Talaq (65): 6

    tentang kewajiban sorang suami untuk menjaga isterinya yang sedang hamil

    Islam mengajarkan agar selalu menjaga kehidupan keluarga dari api

    neraka (jalan kesesatan) bahkan demi hak asasi manusia diperintahkan saling

    menjaga antar sesame manusia. Islam juga melarang membunuh perempuan dan

    anak-anak dalam keadaan perang.

    Dalam Islam ada beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan pada

    saat kelahiran anak, yaitu: 1). Disunnahkan menggembirakan bagi yang

    melahirkan. 2). Disunnahkan mengiqamati anak yang baru lahir. 3). Disunnahkan

    mentahnik anak yang baru lahir, dan 4). Disunnahkan mencukur rambut anak

    yang lahir.

    b. Hak anak dalam kesucian keturunan (nasab).

    Hak nasab (hak atas hubungan kekerabatan atau keturunan) merupakan

    sesuatu yang penting bagi anak. Kejelasan nasab akan sangat penting

    mempengaruhi perkembangan anak pada masa beriutnya. Allah berfirman:

    34

  • 34

    #$%&' &

    ( )*+%, - '

    .!/

    Hal ini dimaksudkan demi ketenangan jiwa sang anak. Adanya kejelasan

    nasab bagi anak merupakan kebanggaan batin dan agar tidak terjadi kerancuan

    dan kebimbangan dalam masyarakat.36

    c. Hak anak untuk menerima pemberian nama yang baik.

    Diantara tradisi masyarakat yang berlaku ialah ketika seorang anak

    dilahirkan, dipilihlah untuk sebuah nama. Dengan nama tersebut, ia bisa dikenal

    oleh orang-orang disekelilingnya. Dengan syariatnya yang sempurna Islam

    memperhatikan dan mementigkan masalah ini.

    Sehingga nama-nama jelek yang mempengaruhi kemuliaan dan akan

    menjadi bahan ejekan serta cemooh hendaknya dihindari. Nama-nama yang paling

    utama adalah nama-nama para nabi atau nama Abd yang dirangkaikan dengan

    nama-nama Allah SWT, seperti Abd Al-Rahma, Abd Al-Rahim. Bahwa

    Rasulullah bersabda:

    d. Hak anak untuk menerima susuan (radaah)

    35 Al- (33): 5.

    36 Untuk memperjelas tentang keturunan, dalam fiqh diterangkan bagaimana cara

    menentukan nasab,yaitu dengan pengakuan, penetapan hakim, dan persaksian. Lihat, Mustafa as-SibaI, asy-Syakhsiyyah, (Damaskus: tnp., tt.), hlm. 291-294.

  • 35

    hak ini berdasarkan firman Allah:

    - ' 0

    , 1 '$1 ( $'

    $ 2$,34 567&

    $8 9 :;)*

  • 36

    besar, berat dan penting karena hal ini dimulai sejak anak dilahirkan sampai pada

    masa taklif (dewasa).

    Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan diantara

    fitrah manusia itu adalah ia dianugerahi akal dan kemampuan untuk berpikir,

    sehingga selalu memiliki rasa ingin tahu (curiously). Oleh karena itu dalam Islam,

    manusia tidak saja berhak untuk mendapatkan pendidikan, bahkan mencari

    pengetahuan adalah suatu kewajiban. Begitu pula dengan anak-anak, dalam Islam,

    orang tua memliki kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anak-

    anaknya.

    Pendidikan anak ini dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan diri

    anak untuk menjalani kehidupannya, karena setiap anak yang dilahirkan iti tidak

    mengetahui apa-apa, sebagaimana firman Allah:

    *% $'#:5'* ?

    8 $2#$ ' :"@

    Dalam hal ini dimaksudkan orang tua bertanggung jawab penuh untuk

    memberikan tanggung jawab pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan

    tanggung jawab ini meliputi; pertama, pendidikan iman, kedua, pendidikan moral,

    ketiga, pendidikan fisik, keempat, pendidikan intelektual, kelima, pendidikan

    psikologis, keenam, pendidikan social, dan ketujuh, pendidikan seks.

    40 An-Nahl (16): 78.

  • 37

    Oleh karena itu, diperlukan adanya bimbingan, pengarahan dan

    pengawasan agar anak dapat berkembang menuju kedewasaan sebagaimana

    mestinya. Selain itu, pendidikan dalam Islam juga bertujuan untuk memelihara

    dan menjaga fitrah yang dimliki anak itu sendiri, yaitu bersih dan suci, terutama

    fittrah manusia atas agama.41

    Rincian hak anak diatas adalah kebutuhan anak yang harus diperhatikan.

    Kesemuanya itu merupakan pemenuhan kebutuhan anak sejak ia di dalam

    kandungan sampai ia akan menginjak dewasa, baik dari pemenuhan kebutuhan

    fisik maupun nilai-nilai kerohanian (jiwa anak).42 Karena bagaimanpun,

    mempersiapkan anak agar menjadi generasi yang berkualitas sudah diamanatkan

    dalam al-Quran maupun al-Hadist.

    Dalam sebuah riwayat diceritakan, ketika ! ibn Abi %" yang

    hany berputri satu. Ketika akan meninggal, ia kan mensedekahkan sebagian besar

    hartanya. Oleh Rasulullah, hal tersebut dilarang dan diingatkan untuk

    mensedekahkan sepertiga dari hartanya saja, agar dapat diwariskan kepada

    anaknya. Rasulullah bersabda: menyedekahkan sepertiga itu sudah cukup

    banyak, sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam kekayaan itu

    41 Imam an-&, Sahih Muslim bi Syarh al- an-&, (Beirut: Dr al-Fikr,

    1981), VII:113, kitab al-!,bab ' at-Tusamm bi Malik al-Amlak au bi Malik al-(, hlm. 458.

    42 Nurcholis Madjid, Anak dan Orang tua, Dalam Masyarakat Religius, (Jakarta:

    Paramadina, 2000), hlm. 81-89. lihat juga dalam Abdurrahman Mamun, Anakk Dalam Panji Masyarakat, Nomor 16 Tahun I (4 Agustus 1997), hlm. 98.

  • 38

    lebih baik bagimu, daripada kamu meninggalkan merea miskin, sehingga mereka

    terpaksa meminta-minta kepada orang lain (HR. Bukhairi).43

    Dengan kata lain, perhatian untuk memberi nafkah secara laya dan baik

    kepada anak adalah aspek yang diperhatikan dalam Islam. Pemenuhan kebutuhan

    fisik ini meliputi sandang, pangan, dan papan yang merupakan kebutuhan anak

    untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dalam al-Quran juga

    diingatkan:

    A 0'=

    =$""

    Sedangkan aspek non fisik (kebutuhan jiwa) seperti yang sudah dirinci

    diatas, Rasulullah pernah mengingatkan untuk membaguskan nama dan memberi

    pengasuhan dengan penuh kasih sayang serta pengajaran yang baik.

    D. Pihak Yang Berkewajiban dan Bertanggung Jawab Dalam Perlindungan

    Anak

    Agar perlindungan anak terselenggara dengan baik, maka perlu dianut

    sebuah prinsip yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang

    sebagai paramount of importance (memperoleh prioritas tinggi) dalam setiap

    keputusan yang menyangkut anak. Prisip the best interest of the child digunakan

    dalam banyak hal anak adalah korban, termasuk korban dari ketidaktahuan

    43 Ali Abdillah Muhammad ibn al-)(, )(, (ttp., Syrkah &

    Asia, tt.), II: 125. Hadist diatas diriwayatkan oleh )( dari Abu Nuaim dari dari !!*!!!%".

    44 An-Nisa (4): 9.

  • 39

    (ignorance) karena usia perkembangannya. Selain itu, tidak ada kekuatan yang

    dapat menghentikkan tumbuh kembang anak. Apabila prinsip ini diabaikan, maka

    masyarakat akan menciptakan manusia yang tidak terkendali dan lebih buruk

    dikemudian hari.45

    Secara sederhana kata perlindungan memiliki tiga unsur, yaitu adanya

    subyek yang melindungi, adanya obyek yang terlindungi, serta adanya instrumen

    hukum sebagai upaya tercapainya perlindungan tersebut. Perlindungan secara

    etimologis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata lindung, yang

    dalam konteks ini berarti menyelamatkan atau memberi pertolongan supaya

    terhindar dari bahaya.46

    Kepentingan terbaik bagi anak menjadi prinsip manakala sejumlah

    kepentingan lainnya melingkupi kepentingan anak. Sehingga dalam hal ini

    kepentingan terbaik bagi anak harus diutamakan dari kepentingan lainnya.

    Kepentingan terbaik bagi anak bukan dipahami sebagai memberikan kebebasan

    anak menentukkan pandangan dan pendapatnya sendiri secara liberal. Peranan

    orang dewasa justru diperlukan untuk menghindari anak memilih keadaan yang

    tidak adil dan tidak eksploisatif, walaupun hal itu tidsk dirasakan oleh si anak.

    Kata jalanan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti jalan,

    lorong atau sepanjang jalan (tanpa tempat yang tentu).47

    45 Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam

    Konvensi Hak Anak, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 106.

    46 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus

    Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 35.

    47 Ibid, hlm. 397.

  • 40

    Pada kenyataannya masih ada sekelompok orang yang dengan teganya

    telah memperlakukan anak sewenang-wenang bahkan anak di eksploitasi secara

    ekonomi maupun seksual diantaranya melalui trafiking (perdagangan). Trafiking

    terhadap anak merupakan pelanggaran berat terhadap Hak Asasi Manusia. Gejala

    ini berkembang dan berubah dalam bentuk kompleksitasnya namun tetap

    merupakan perbudakkan dan penghambaan. Banyak lagi perlakuan yang sangat

    diskriminatif terhadap anak.48

    Perlindungan anak jalanan adalah segala usaha yang dilakukan untuk

    menyelamatkan atau memberi pertolongan pada anak-anak jalanan supaya

    terhindar dari bahaya, sehingga dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi

    perkembangan dan pertumbuhan sebagai seoarang anak demi perkembangan dan

    pertumbuhan mereka secara wajar baik fisik, mental, dan sosial.

    Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali, dan lembaga

    sosial wajib menjamin perlindungan anak disemua aspek kehidupan. Dalam

    masalah keagamaan, seiap anak berhak mendapatkan perlindungan untuk

    beribadah menurut agamanya, dimana sebelum anak dapat menentukkan

    agamanya sendiri, agama yang dipeluk anak mengikuti agama orang tuanya.

    Perlindungan anak dalam memeluk agamanya meliputi pembinaan,

    pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi anak.49

    Pengertian perlindungan anak juga dapat dirumuskan sebagai :50

    48 Himpunan Peraturan PerUndang-Undangan, (Bandung: Fokus Media, 2007), hlm. Iii.

    49 Pasal 42-43, Undang-Undang No. 23 Th 2002 . Tentang Perlindungan Anak.

    50 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak, (Bandung : PT. Refika Aditama,

    2008), hlm. 36.

  • 41

    a. Suatu perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Keadilan

    ini merupakan keadilan sosial, yang merupakan dasar utama

    perlindungan anak.

    b. Suatu usaha bersama melindungi anak untuk melaksanakan hak dan

    kewajibannya secara manusiawi dan positif

    c. Suatu permasalahan manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial.

    Menurut proporsi yang sebenarnya, secara dimensional perlindungan

    anak beraspek mental, fisisk, dan sosial. Hal ini berarti bahwa

    pemahaman, pendekatan dan penanganan anak dilakukan secara

    integratif, interdisipliner, intersektoral, dan interdepartemental.

    d. Suatu hasil interaksi dari pihak-pihak tertentu, akibat dari adanya suatu

    interelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhinya.jadi

    perlu diteliti, dipahami, dan dihayati siapa jasa (objek dan subjek

    hukum) yang terlibat sebagai komponen pada adanya (eksistensi)

    perlindungan anak tersebut. Karena perlindungan anak jalanan ini

    merupakan permasalahan yang rumit dan sulit, maka

    penanggulangannya harus dilakukan secara simultan dan bersama-

    sama.

    e. Suatu tindakan individu yang dipengaruhi oleh unsur-unsur sosial

    tertentu atau masyarakat tertentu.

    f. Suatu tindakan hukum (yuridis) yang dapat mempunyai akibat hukum

    yang harus diselesaikan dengan berpedoman dan berdasarkan hukum.

  • 42

    g. Merupakan suatu bidang pembangunan hukum nasional.

    h. Merupakan suatu bidang pelayanan sukarela (voluntarisme) yang luas

    lingkupnya dengan gaya baru.

    1. Tanggung Jawab Orang Tua

    Anak adalah buah perkawinan kedua orang tuanya yang telah

    memainkan perannya dalam penciptaan ini harus berbagi dalam segala suka dan

    duka untuk membimbing anaknya.

    Oleh karena keluarga muslim bertujuan untuk membentuk insan-insan

    taqwa, sehingga keluarga muslim tersebut mendapatkan berkah Allah SWT,

    disamping itu ayah dan ibu juga harus membiasakan dan mendidik anak-anaknya

    dalam segala perilaku yang Islami dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua

    mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengajar dan membimbing anak-

    anaknya.51

    Namun tanggung jawab orang tua dalam usaha penumbuhan dan

    peningkatan anak tidak hanya terbatas pada segi fisik semata, tetapi yang lebih

    penting adalah usaha penumbuhan dan peningkatan potensi positif seorang anak

    agar menjadi manusia yang berkualitas tinggi. Kewajiban orang tua dalam konteks

    ini adalah berbuat sesuatu untuk mengembangkan apa yang secara primodial

    sudah ada pada diri anak, yaitu natur kebaikannya sendiri yang sesuai dengan

    51 Aziz Musthoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003),

    hlm. 38.

  • 43

    fitrahnya. Disini orng tua memikul tanggung jawab untuk menjaga dan

    memelihara agar anak tidak menyimpang dari natur dan potensi kebaikannya.52

    Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lembaga pertama dalam

    kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial.

    Dalam keluarga, umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Segala

    sesuatu yang diperbuat anak mempengaruhi keluarganya dan sebaliknya. Keluarga

    memberikan dasar pembentukkan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan

    kepada anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola

    tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat.

    Perlindungan, pemeliharaan, dan pengasuhan anak pada dasarnya

    merupakan tanggung jawab bersama kedua orang tua.53 Tanggung jawab

    keduanya antara pasangan suami isteri sebenarnya dapat dilihat dalam pembagian

    tanggung jawab dan peran yang diambil masing-masing dalam memelihara

    anak.54 Dalam konsep Islam, suami lebih diberi tanggung jawab dalam hal

    ekonomi atau nafkah untuk keluarga sebagai tanggung jawab sebagai kepala

    rumah tangganya.

    Meskipun dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan bahwa isteri dapat

    membantu suami dalam menanggung kewajiban ekonomi tersebut.55 Sedangkan

    52 Saifullah, Problematika Anak dan Solusinya Pendekatan SaddudzzaraI, Mimbar

    Hukum Nomor 42 Tahun ke-10 (mei, 1999), hlm. 48.

    53 Masdar F. Masudi, Islam dan Hak-hak Reroproduksi Perempuan, (Jakarta Mizan,

    1997),hlm. 144.

    54 Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Lembaga Bagian Agama dan

    Jender, Solidaritas Perempuan dan The Asian Foundation, 1999), hlm. 20-24.

    55 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), hlm. 236.

  • 44

    dalam perawatan, mengasuh anak hampir seluruh ulama memilih ibu untuk

    mengasuhnya.56 Tentu saja hal ini juga merupakan pengaruh budaya yang juga

    membentuk pembagian peran tersebut. Kedekatan antara ibu dengan anaknya

    sesuatu yang alamiah yang dimulai dari proses reroproduksi sampai dengan

    penyusuan dan pemeliharaan bayi maka dalam perawatan sering kali tanggung

    jawab ini diberikan kepada si ibu. Padahal pembagian peran dengan prinsip

    kesetaraan pada dasarnya dapat melahirkan potensi-potensi terbaik anak baik itu

    dari ayah maupun ibu dalam hal mendidik dan mengembangkannya. Dengan kata

    lain sistem pembagian kerja dan peran yang diambil secara adil antara ayah dan

    ibu haruslah melihat kebutuhan dan kenyataan yang dihadapi sebuah keluarga.57

    Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 mengatur tentang

    tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak. Dimana dikatakan

    pertama-tama yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak adalah orang tua.

    Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya, yang mengakibatkan

    timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat dicabut

    kuasa asuhnya sebagai orang tua terhadap anak.

    Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak karena

    orang tua merupakan urutan pertama dalam hak untuk mengasuh anak. Menurut

    Ali Yafie, konsep pemeliharaan anak menuju anak yang waladan salih. Dalam

    ajaran Islam ,meliputi enam bahasan, yaitu:

    56 Zakariya Ahmad Al-Barry, (!, alih bahasa oleh Chadijah

    Nasution, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 51.

    57 Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Lembaga Bagian Agama dan

    Jender, Solidaritas Perempuan dan The Asian Foundation, 1999), hlm. 23.

  • 45

    1. Anak merupakan karunia Tuhan (rezeki) bagi orang tua, keluarga, dan

    masyarakat tetapi sekaligus merupakan fitnah atau ujian.

    2. Pendidikan anak dengan baik terletak secara mutlak pada pundak orang

    tua sebagai penanggung jawab utama.

    3. Pembinaan atas perkembangan dan pertumbuhan anak harus dipersiapkan

    sejak dini.

    4. Pembinaan tingkat awal adalah dalam bentuk radaah dan hadanah yang

    langsung ditangani oleh ibu kandung.

    5. Pembinaan anak dalam usia pra sekolah sebagaian besar harus berlangsung

    dalam rumah tangga yang ditangani oleh orang tua secara bersama-sama.

    6. Pembinaan anak selama berada dalam usia sekolah menjelang dewasa

    ditangani bersama oleh komponen-komponen pendidikan, yaitu rumah

    tangga (orang tua), sekolah (guru), dan masyarakat (pemerintah atau

    panutan yang tauladani dalam masyarakat dilingkungannya.58

    Konsep ajaran tersebut merupakan usaha-usaha dalam upaya

    penanganan masalah anak yang diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan

    kemaslahatan anak. Perhatian orang tua merupakan barometer dari rasa tanggung

    jawab yang ada dalam dirinya terhadap anak.

    Disamping keluarga sebagai tempat awal bagi proses sosialisasi anak,

    keluarga juga merupakan tempat sang anak mengharapkan dan mendapatkan

    pemenuhan kebutuhan. Perkembangan jasmani anak tergantung pada

    pemeliharaan fisik yang layak yang diberikan keluarga. Sedang perkembangan

    58 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga

    Ukhuwah, cet. Ke-2 (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 272.

  • 46

    sosial anak akan bergantung pada kesiapan keluarga sebagai tempat sosialisasi

    yang layak. Memang besar harapan peranan dan tanggung jawab yang harus

    dimainkan oleh orang tua dalam membina anak.59

    Kehadiran seorang anak dalam satu keluarga adalah suatu anugerah

    yang patut di syukuri. Tetapi ia merupakan suatu amanah yang menuntut suatu

    pertanggung jawaban kelak kemudian hari. Karena itu ia juga merupakan fitnah.

    Dengan tegas Rasulullah mengingatkan bahwa setiap anak yang dilahirkan itu

    dalam keadaan suci. Tergantung pada kedua orang tuanya yang akan membentuk

    keadaan si anak kelak kemudian hari, dan Allah SWT, berpesan, Jagalah dirimu

    dan keluargamu dari api neraka.

    Betapa besarnya amanat dan nilai yang terkandung dalam diri anak

    sampai-sampai ia bisa menjadi penghalang orang tuanya dari siksa neraka.60

    Seperti yang diceritakan dalam hadist, Aisyah isteri Rasulullah melihat seorang

    ibu peminta-minta kemudian Aisyah memberikannya kurma dan dibagikannya

    kepada anak-anaknya dan ia sendiri tidak jadi memakannya karena sisanya direbut

    oleh anaknya yang palig kecil. Sehingga kurma itu justru terjatuh. Landasan

    terkesan ia menceritakan peristiwa ini kepada Rasulullah pun bersabda Barang

    siapa yang mendapat ujian atau menderita mengurus anak-anaknya. Kemudian ia

    59 A.L.S. Aoesilo, Pengaruh Sikap Orang Tua Terhadap Anak, Peranan Keluarga

    Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm. 19.

    60 Ahmad Mahir Al-Baqiry, Menghias Pandangan Mata (Pendidikan Anak Mutakhir

    Menurut Islam), (Jakarta: Madani Puataka, 1987), hlm. 47.

  • 47

    memperlakukan mereka secara baik, maka anak-anaknya itu akan menjadi

    penghalang baginya dari api neraka.61

    Betapa beruntungnya orang tuanya yang memelihara anak dengan kasih

    sayang dan kesabaran. Orang tua yang melahirkan anak yang shaleh dan sholehah

    yang akan mendoakannya sampai meninggal dunia.62

    Diantara bentuk perwujudan tanggung jawab dalam pembinaan anak

    adalah dengan mensejahterakan kehidupan mereka. Semua narasumber

    sependapat bahwa kesejahteraan anak meliputi segi fisik (jasmani), rohani

    (mental), ddan sejahtera secara sosial. Kebutuhan mereka terpenuhi dalam hal

    sandang, pangan, dan papan (rumah tempat berlndung). Mereka tumbuh secara

    sehat, cukup gizi, dapat mengembangkan diri dengan sarana pendidikan yang

    merata serta dapat hidup dengan normal sesuai dengan jiwa dan tahap

    perkembangannya.

    Namun apabila kedua orang tua berhalangan atau tidak mampu

    memelihara anaknya, sesungguhnya tanggung jawab tersebut dapat dialihkan

    kepada keluarganya yang mampu.63 Para ulama memberi penjelasan bahwa

    pemeliharaan ini berdasarkan urutan seperti ahli waris. Untuk pengasuhan di

    61 !+'!# +'!#,#

    -. #//0), III: 446.

    62 +#1.!+) &!, alih bahasa H. Najih

    Ahjad, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), hlm. 261. Sebuahhadist menceritakan Apabila seorang anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Bukhairi Muslim.

    63 Abu Bakar Al-Jazairy, 2 , alih bahasa Rachmat Djatnika, (Bandung:

    Rosdakarya, 1991), hlm. 234.

  • 48

    dahulukan dari kerabat pihak ibu.64 Sedangkan pemberian nafkah berurutan dari

    kerabat waris terdekat yang mampu.65

    Maksud dari keikutsertaan kerabat untuk turut bertangung jawab

    terhadap anak ini menunjukan bahwa bagaimanapun hak hadanah memang dapat

    dilepaskan karena suatu hal namun hak hadanah anak yang masih kecil tetap tidak

    dapat gugur.66

    2. Tanggung Jawab Masyarakat dan Negara.

    Memberi perlindungan terhadap anak dengan memberi segala kebutuhan

    anak baik fisik maupun rohani secara maruf oleh Allah dijajnjikan tidak akan

    pernah sia-sia. Baik itu untuk si anak maupun untuk orang tua sendiri. Janji Allah

    atas pengorbanan orang tua yang besar dan tulus hanya akan diganjar dengan upah

    pahala yang berlipat adalah hal yang selalu didamba oleh setiap orang tua.

    Namun, tidak semua orang tua mampu memberikan perlindungan

    maupun nafkah yang selayaknya kepada anaknya.mereka bisa terjadi terhalang

    memenuhi kewajiban karena faktor kemiskinan. Anak-anak yang terabaikan

    lantaran tak mendapatkan perhatian, tak memperoleh kebutuhan dan hak

    pemeliharaan yang baik, sebagian memang lantaran kemiskinan orang tua mereka.

    Ada banyak sebab yang menyebabkan orang tua gugur kewajibannya untuk

    64 Zakariya Ahmad Al-Barry, (!, alih bahasa oleh Chadijah

    Nasution, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 51-73.

    65 Ibid., hlm. 74-78. Dalam hal kewajiban kerabat memberi nafkah ini Zakariya Ahmad

    Al-Barry memberi persyaratan, yaitu adanya hubungan kekeluargaan, anggota kerabat tersebut memang membutuhkan nafkah dan tidak mampu berusaha, orang yang ajib tersebut mampu atau kaya dengan ukuran ia memiliki harta yang menyebabkannya wajib zakat.

    66 !"#$", (Beirut: Dar al-Fikr, 1403 H/ 1983 M), hlm. 288.

  • 49

    mengasuh anaknya, di antara lain seperti tidak mampu atau miskin, meninggal

    dunia, sakit dan atau gila.

    Keluarga yang tak mampu memberikan kesejahteraan terhadap anak ini

    memang bisa menggugurkan kewajiban orang tua untuk memberikan hak yang

    selayaknya yang didapatkan anak. Namun sekali lagi hal tersebut tidak dapat

    menggugurkan hak anak untuk memperoleh pemeliharaan. Maka sempurnakah,

    bila dalam Islam kewajiban itu bisa beralih pada kerabatnya yang mampu. Dan

    bila keluarga atau kerabat tidak ada maka masyarakat dan negaralah yang

    berkewajiban memelihara dan memberikan perlindungan terhadap anak tersebut.

    Dalam al-Quran disebutkan:

    ( *5B:C

    $0 #;C 5,

    D= 5E>

    Ibn Katsir menyatakan bahwa anak yatim adalah anak yang tidak

    memiliki orang yang mencarikan nafkah hidupnya yang biasanya seorang ayah,

    dalam keadaan belum baligh.68 Muhammad Mustafa Al-Maraghi menafsirkan

    anak yatim adalah anak yang masih kecil yang harus diberi nafkah, sebab ia masih

    67Al-Baqarah (2): 177.

    68 Ibnu Katsir, Tafsir 3 , (Beirut: Maktabah & Ismiyyah, 1991), III: 197.

    Dalam al-Quran sedikitnya ada 23 ayat yang menyinggung anak yatim ( +, +, +, +) dan 37 ayat menyebutkan perihal orang miskin (al (, (, ().

  • 50

    lemah, tidak mempunyai orang untuk membiayai kebutuhan hidupnya, tidak ada

    orang yang menolong mengatasi persoalannya.69

    Dalam al-Quran dijelaskan bahwa menyantuni anak yatim adalah

    kewjiban sosial setiap orang Islam, karena problem sosial akan timbul karena

    empat sebab, yaitu tidak memuliakan anak yatim, tidak memberi makan orang

    miskin, memakan warisan kekayaan alam dengan rakus, dan mencintai harta

    benda secara berlebihan.70 Perhatian untuk kepentingan anak yatim ini pula yang

    pernah diajarkan Nabi Khidir a.s. kepada Nabi Musa a.s.71 dalam al-Quran

    perhatian untuk peduli terhadap anak yatim dapat dilihat misalnya dalam

    kewajiban Negara terhadap anak yatim yang berhak mendapatkan bagian khusus

    dari Negara, yaitu ghanimah dan fai.72 Kemudian anjuran untuk memberikan

    harta warisan untuk anak yatim,73 memelihara harta anak yatim,74 larangan untuk

    memakan harta anak yatim75 dan juga larangan berbuat sewenang-wenangnya76

    terhadap mereka dan larangan untuk menghardik mereka77 bahkan perlu dicatat

    bahwa orang yang mencampakan anak yatim disebut dengan orang mendustakan

    69 Ahmad Mustaffa Al ., ' Al ., alih bahasa Bahrun Abu Bakar,

    (Semarang: Toha Putra, 1987), hlm. 53.

    70 Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, cet. Ke-10, (Jakarta: Mizan, 1999), hlm. 86.

    71 Al-Kahfi (18): 82.

    72 Al- (8): 41 dan Al-Hasyr (59): 7.

    73 An-Nisa (4): 8.

    74 An-Nisa (4): 2, dan Al-Isra (17): 33.

    75 An-Nisa (4): 2, dan 10.

    76 Adh-Dhuha (93): 9.

    77 Al- (107): 2.

  • 51

    agama. Disinilah dimensi sosial yang sangat penting dari nilai-nilai al-Quran

    sebenarnya telah ditunjukan melalui pesan yang tertuang dalam kitab suci al-

    Quran.78

    Rasulullah sendiri memberikan tauladan dalam kaitannya dengan anak-

    anak terlantar ini. Dalam tarikh, tercatat sepanjang hidupnya Nabi Muhammad

    lebih dari 26 pembantu dari kalangan orang merdeka bukan budak. Mereka lebih

    berstatus sebagai anak asuh ketimbang pembantu. Sedangkan anak asuh beliau

    yang semula budak dan kemudian dimerdekakan bahkan mencapai 65 orang.

    Hak memperoleh fai dari segi istilah fai adalah harta yang diperoleh

    orang-orang kafir yang memusuhi tanpa peperangan. Termasuk kedalam faI

    adalah harta yang ditinggalkan oleh musuh sebagai jaminan keselamatan, pajak

    (jisyat), pajak bumi (kharaj), dan semacamnya.

    Ayat al-Quran yang mejelaskan tentang fai antara lain:

    ,5D=,5D=

    5$ 0.F>G

    Ayat ini menjelaskan soal pembagian fai, berdasarkan ayat tersebut

    pula hasil pungutan yang dikumpulkan tersebut dibagi sesuai yang telah

    ditetapkan dengan tambahan bahwa maksud dari pembagian tersebut bertujuan

    agar harta yang tidak beredar dikalangan orang kaya saja. Ini artinya usaha

    78 Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    1999), hlm. 92-93.

    79 Al-Hasyr (59): 7

    .

  • 52

    pemerataan dan larangan monopoli kekayaan sudah pula menjadi spirit Islam

    dalam mengelola harta umat.

    Demikianlah maka sudah menjadi kewajiban Negara dalam pengeluaran

    keuangan atau pajaknya perlu pula memperhatikan pendistribusiannya untuk

    kesejahteraan masyarakat miskin dan anak terlantar. Sebab Negara adalah pihak

    yang paling layak mengendalikan dan mewujudkannya tegak keadilan dan

    kesejahteraan masyarakat secara merata.

    Seperti apa yang dinyatakan juga oleh mayoritas ulama sunni yang

    berpendapat bahwa Negara berkewajiban memelihara agama dan mengatur

    kehidupan dunia (+! ! )80 atau dalam bahasa K.H.

    Sahal, Negara bertujuan untuk mencari kebahagiaan dunia dan akherat (saadat

    al-dunain).81 Seperti dalam kaidah juga disebutkan (+

    *

    * + ). Tindakan pemerintah terhadap rakyatnya

    tergantung pada maslahat.82

    Berangkat dari terminologi ini maka kekuasaan harus sejalan dengan

    tujuan syariah, yaitu memelihara agama, akal, jiwa, harta, dan keturunan atau

    generasi.83

    Perahatian Islam terhadap pemeliharaan anak yang terlantar dapat pula

    dibaca dalam semangat perintah zakat. Dimana kewajiban zakat terdapat hak bagi

    80 Mawardi, (+ , (Beirut: Dar al Fikr, tt), hlm. 5.

    81 Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LKiS, 1994), hlm. 237.

    82 1!!

    )( +# &!, (ttp:

    tnp, 1384/ 1965), hlm. 121.

    83 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Yogyakarta: IKAPI, 1994), hlm. 273. Juga bisa

    dilihat Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 2000), hlm. 4.

  • 53

    fakir miskin dan anak yatim yang menunjukan perwujudan solidaritas yang lebih

    mendasar. Menurut al-Quran apa yang disunnahkan oleh Nabi termasuk dalam

    penanganan zakat merupakan keteladanan yang sangat baik (uswah hasanah)

    untuk dijadikan sunber inspirasi bagaimana tujuan etis dari konsep zakat, yaitu

    keadilan sosial. Hal inilah tentunya berkaitan dengan objek zakat itu sendiri

    terhadap anak-anak terlantar yang orang tuanya berada dalam kondisi kemiskinan.

    Anak-anak miskipun bisa dinisbahkan sebenarnya dalam saah satu objek zakat itu

    sendiri. Dan itu sekali lagi menjadi tanggung jawab masyarakat untuk turut peduli

    dan menolong mereka khususnya bagi mereka yang mengaku sebagai orang

    Islam.

  • 54

    BAB III

    GAMBARAN UMUM TENTANG ANAK JALANAN DAN

    PERMASALAHAN YANG DIHADAPI ANAK JALANAN DI WILAYAH

    PERTIGAAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

    A. Pengertian Anak Jalanan

    Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian besar

    waktu dan kehidupannya dijalanan. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal

    tetap, mereka hidup menggelandang ditempat-tempat kumuh, menjadi gembel dan

    tidur ditempat yang dirasa aman oleh mereka, bisa di emperan toko, pasar, stasiun,

    gerbong kereta api atau dalam rumah singgah yang kini mulai marak dalam

    membantu pembinaan anak jalanan.

    Dalam fikih Islam perbincangan mereka cukup menarik perhatian para

    ulama. Mereka menyebutnya sebagai laqit anak usia belum baligh yang

    ditemukan di jalan atau sesat di jalan dan tidak diketahui keluarganya.1 Sementara

    Yusuf Qardhawi lebih memilih berpendapat bahwa anak seperti ini lebih patut

    dinamakan ibnu sabil atau anak jalanan, yang dalam Islam dianjurkan untuk

    memeliharanya.2 Untuk konteks sekarang barangkali laqit atau anak jalanan

    memiliki pengertian yang luas. Sebab dalam fikih yang tergolong laqit adalah

    mereka yang tidak diketahui keluarganya, ditinggal begitu saja di jalan. Namun

    1 Abdul Manan, Masalah Pengakuan Anak dalam Hukum Islam dan Hubungannya

    dengan Kewenangan Peradilan Agama, Mimbar Hukum No. 59 Thn. XIV, (edisi Januari-Februari 2003), hlm. 119.

    2 www.syirah.com, PMII KOMFAKSYAHUM di/pada September 6, 2007, akses 25

    Januari 2009.

  • 55

    sekarang ini banyak anak yang dibiarkan berkeliaran di jalan karena orang tuanya

    tidak mampu membiayai hidup mereka. Memungutnya merupakan fardlu kifayah,

    sama hukumnya dengan memungut barang hiling lainnya.3

    Faktor usia dalam masalah anak jalanan berkisar dibawah 18 tahun. Usia

    ini dianggap rawan karena mereka belum mampu berdiri sendiri, labil, mudah

    terpengaruh, dan belum mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan yang

    cukup untuk hidup dijalan.

    Untuk bertahan hidup ditengah kehidupan kota yang keras dan

    membantu orang tuanya mencari nafkah akibat krisis ekonomi global, anak-anak

    jalanan biasanya melakukan berbagai pekerjaan di sector informal, baik yang legal

    maupun yang illegal di mata hukum. Ada yang bekerja sebagai pekerja asongan di

    kereta api, bus kota, menjajakan koran, menyemir sepatu, mencari barang bekas

    atau sampah, mengamen di perempatan lampu merah, tukang lap mobil, dan tidak

    jarang pula ada anak-anak jalanan yang terlibat pada jenis pekerjaan berbau

    kriminal seperti mengompas, mencuri, bahkan menjadi bagian dari komplotan

    perampok.

    Kebanyakan anak jalanan bekerja lebih dari 8 (delapan) jam per hari,

    bahkan sebagian diantaranya lebih dari 11 (sebelas) jam per hari. Anak-anak yang

    hidup di jalanan bukan saja rawan dari ancaman tabrakan kendaraan, tetapi acap

    kali rentan terhadap serangan penyakit akibat cuaca yang tidak bersahabat atau

    kondisi lingkungan yang buruk seperti asap kendaraan bermotor atau pembuangan

    3 Abdul Manan, Masalah Pengakuan Anak dalam Hukum Islam dan Hubungannya dengan

    Kewenangan Peradilan Agama, Mimbar Hukum No. 59 Thn. XIV, (edisi Januari-Februari 2003), hlm. 119.

  • 56

    motor. Realitas kehidupan anak jalanan di Jogja terus memprihatinkan,

    kebanyakan dari mereka berasal dari Wonosari, Gunungkidul; Purworejo; Bantul

    dan kota-kota sekitar Jogja.. Jika kita melintas di jalan Adi Sucipto, tepatnya di

    pertigaan traffic light Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada awalnya

    tidak langsung masuk atau terjun begitu saja di jalanan. Mereka biasanya

    mengalami proses belajar yang bertahap. Mula-mula mereka lari dari rumah,

    sehari sampai seminggu kembali, lalu lari lagi sampai 2 (dua) minggu bahkan

    sampai 3 (tiga) bulan, sampai akhirnya tidak kembali lagi ke rumah selama 2

    (dua) tahun atau sampai si anak bosen hidup kembali sebagai anak jalanan.

    Setelah di jalanan, proses tahap kedua yang mesti dilalui anak jalanan adalah

    inisiasi. Biasanya untuk anak-anak jalanan yang masih baru atau kecil mereka

    akan menjadi objek pemerasan atau pengompakan anak jalanan yang masih

    dewasa. Selain itu, mereka juga akan di pikuli oleh teman sesame anak jalanan

    yang telah lebih dahulu hidup dijalanan.4

    Anak-anak jalanan biasanya mengembangkan pola berkelompok dalam

    mempertahankan hidup. Mereka sangat erat dalam menjaga hubungan satu sama

    lain. Perilaku yang dikembangkan lebih banyak ab-normal. Hal ini tampak dari

    sikap mereka yang cenderung liar, curiga, susah diatur, reaktif, cuek, tertutup,

    tidak tergantung, dan bebas. Keadaan ini menyebabkan mereka memperoleh

    banyak masalah seperti perkelahian, perjudian, obat-obatan terlarang, pencurian,

    serta tindakan kriminal lainnya.

    4 Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, (Jakarta:

    PT. Kompas Media Nusantara, 2000), hlm. 56.

  • 57

    Memang tidak bisa di pungkiri bila kehidupan anak jalanan sangat akrab

    dengan kriminalitas, namun yang sering terlupakan adalah bahwa mereka tidak

    selalu dalam posisi pelaku. Merekapun sering menjadi korban dari tindakan

    kriminal pihak lain, terutama sesama penghuni jalanan yang lebih besar.

    Pemerasan merupakan tindakan criminal yang paling lazim dalam kalangan anak

    jalanan. Anak-anak yang baru datang untuk menjalani kehidupan di jalanan dan

    anak-anak yang lebih kecil merupakan sasaran yang empuk dari preman atau anak

    jalanan yang lebih bsar dan dewasa. Tidak hanya uang saja yang akan diminta

    kadang baju atau celana yang masih bagus dan bisa dijual atau juga diambil,

    bahkan perlakuan yang tidak semestinya seperti pelecehan seksual.

    B. Identitas Anak Jalanan

    TABEL III/ I JENIS KELAMIN INFORMAN

    Katagori Jawaban Responden Laki-laki 8

    Perempuan 4 Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 8

    anak. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan hanya sebanyak 4

    anak

    Hal ini menunjukkan bahwa kerasnya kehidupan di jalanan

    mempengaruhi anak-anak perempuan yang mempunyai masalah sosial baik dari

    masalah keluarga atau pergaulan lebih menahan diri untuk tidak pergi kejalanan

  • 58

    sebagai alternative pemecahan masalahnya atau sebagai pelarian saja. Karena

    kerasnya kehidupan di jalanan sangat berisiko bagi kaum perempuan yang

    mempunyai lebih banyak titik rawan, sehingga kalangan anak jalanan didominasi

    oleh kaum laki-laki. Biasanya anak-anak perempuan yang bekerja di jalanan tidak

    sendirian. Mereka ditemani orang tuanya atau orang lain yang sudah dipercaya

    untuk menjaganya, entah itu saudara atau tetangga yang memang sama-sama

    mempunyai pekerjaan di jalanan.5

    TABEL III/ 2 TINGKAT USIA INFORMAN

    Usia Frekwensi Di bawah 7 tahun -

    7 10 tahun 2 11 15 tahun 4 15 18 tahun 6

    Jumlah 12 Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga menunjukan sebagian besar anak jalanan berusia

    antara 15 sampai 18 tahun yaitu sebanyak 6 anak atau. 18 tahun merupakan

    batasan tertinggi untuk katagori anak sesuai dengan keputusan Konvensi Hak

    Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sedangkan responden yang berusia

    antara 11 sampai 15 tahun sebanyak 4 anak kemudian responden yang berusia 7

    sampai 10 tahun sebanyak 2 anak

    Pada tingkatan usia 7 sampai 10 tahun merupakan tingkatan anak usia

    sekolah, hal ini merupakan tingkatan anak usia sekolah, hal ini menunjukan

    5 Wawancara dengan Isna, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009

  • 59

    adanya tekanan pada usia anak sekolah untuk mencari nafkah. Keadaan telah

    memaksa mereka untuk mencari uang di jalanan.6 Padahal anak-anak pada usia

    tersebut belum mengerti apa-apa dan pada masa senang-senangnya bermain,

    sehingga sering mereka bermain dan bercanda dengan teman-temannya di sela-

    sela mencari uang. Mereka tidak menyadari akan bahaya yang mengacam

    keselamatan mereka ketika bermain kejar-kejaran pinggir jalan raya.

    Pada usia sekitar 18 tahun yang memang merupakan usia produktif

    dimana anak memasuki masa akhir remaja yang kemudian akan memulai

    memasuki tahap awal kedewasaan sehingga kecenderungan untuk hidup lebih

    mandiri secara sosial maupun ekonomi terasa lebih menonjol.

    TABEL III/ 3 AGAMA YANG DIANUT

    Jawaban Frekwensi Islam 10

    Kristen 2 Katholik -

    Hindu - Budha - Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga menunjukan sebagian besar responden menganut

    agama Islam, yaitu sebanyak 10 anak, sedangkan yang menganut agama Kristen

    sebanyak 2 anak. Data ini tidak menunjukan apa-apa, karena tidak ada unsur

    subyektivitas atau kesengajaan. Hanya ingin menggambarkan bahwa anak jalanan

    6 Wawancara dengan Agus, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009

  • 60

    ternyata masih mempunyai keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa dengan

    menganut agama yang diyakini mereka masing-masing.

    C. Latar Belakang Anak Jalanan

    1. Keadaan Ekonomi Keluarga.

    TABEL III/ 4 JENIS PEKERJAAN AYAH

    Katagori Jawaban Frekwensi Pegawai Negeri Sipil -

    Tukang Becak 7 Pedagang - Pemulung 3

    Peminta - minta 2 Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga menunjukkan sebagian besar pekerjaan ayah anak-

    anak jalanan adalah tukang becak yaitu sebanyak 7 anak. Sedangkan responden

    yang menjawab Pemulung sebanyak 3 anak. responden yang menjawab peminta -

    minta sebanyak 2 anak

    TABEL III/ 5 JENIS PEKERJAAN IBU

    Katagori Jawaban Frekwensi Pegawai Negeri Sipil - Ibu Rumah Tangga 10

    Pedagang - Pemulung 1

    Peminta - minta 1 Jumlah 12

    Sumber: Data Pimer

  • 61

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga menunjukkan sebagian besar pekerjaan ibu dari

    anak-anak jalanan adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 10 anak. Sedangkan

    responden yang menjawab Pemulung sebanyak 1 anak. responden yang menjawab

    peminta - minta sebanyak 1 anak

    TABEL III/ 6 TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA PER BULAN

    Katagori Jawaban Frekwensi Di bawah Rp. 200.000,00 8

    Rp. 250.000,00 2 Rp. 300.000,00 2

    Di atas Rp. 300.000,00 - Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas dapat diketahui sebagian besar penghasilan orang tua

    anak jalanan mempunyai pendapatan di bawah Rp. 200.000,- dalam satu bulan

    yaitu sebanyak 8 anak. Sedangkan anak jalanan yang pendapatan orang tuanya

    Rp. 250.000,- sebanyak 2 anak Hal di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

    keluarga anak jalanan termasuk keluarga miskin.

    Dinas Sosial Propinsi Yogyakarta mempunyai ukuran kemiskinan

    sebagai berikut; bahwa yang dimaksud keluarga miskin adalah rumah tangga yang

    mempunyai penghasilan rata-rata 360 Kg per tahun dengan patokan harga beras

    Rp. 4.000,00 per Kilogram. Sehingga bila diubah dalam bntuk mata uang Rupiah,

    maka perhitungannya sebagai berikut: 4000 x 360 = 1. 440. 000. jadi penghasilan

    rata-rata keluarga miskin adalah rp. 1. 440. 000 per tahun. Bila dihitung dalam

    jangka waku satu bulan, maka Rp. 1. 440. 000 dibagi 12 yang hasilnya adalah Rp.

    120. 000.

  • 62

    Belum lagi jumlah anggota keluarga anak jalanan yang besar akan

    semakin memberatkan kepala rumah tangga dalam mencari nafkah untuk

    mencukupi berbagai kebutuhan anggota keluarga. Jadi untuk membantu keadaan

    ekonomi keluarga, seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak dilibatkan dalam

    mencari rejeki. Mengenai keadaan jumlah anggota keluarga anak jalanan dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini:

    TABEL III/ 7 JUMLAH ANGGOTA KELUARGA

    Katagori Jawaban Frekwensi 2 4 orang - 5 7 orang 8 8 10 orang 4

    11 13 orang - Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan yang jumlah anggota

    keluarganya 5 sampai 7 orang sebanyak 8 anak. Sedangkan anak jalanan yang

    mempunyai anggota keluarga berjumlah 8 sampai 10 orang sebanyak 4 anak. Hal

    ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga anak jalanan merupakan keluarga

    besar dengan banyaknya jumlah anggota keluarga.

    Perlu diterangkan disini bahwa jumlah anggota keluarga tersebut di atas

    dihitung dari orang tua dan jumlah anak kandung, sehingga masih ada

    kemungkinan bertambah dengan anggota keluarga lainnya seperti nenek, kakek,

    atau kerabat yang lain.

  • 63

    Jadi cukup beralasan bila anak-anak tersebut berusaha mencari nafkah

    sendiri, atau paling tidak untuk berusaha bisa mencukupi kebutuhan sendiri

    sehingga tidak memberatkan orang tua yang pendapatannya pas-pasan.7

    TABEL III/ 8 STATUS KEPEMILIKAN RUMAH

    Katagori Jawaban Frekwensi Kontrak 5

    Milik sendiri 7 Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan

    menyatakan status rumah mereka adalah kontrak yaitu sebanyak 5 anak.

    Sedangkan yang menyatakan status rumah mereka adalah milik sendiri sebanyak

    7 anak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga anak jalanan

    memang termasuk keluarga miskin, karena kebutuhan akan papan atau tempat

    tinggal saja mereka harus mengontrak.

    Kebanyakan orang tua mereka mengontrak rumah di daerah pinggiran

    kota Yogyakarta, namun ada juga yang mengatakan orang tuanya mengontrak

    tanah dan kemudian membangun rumah ala kadarnya yang penting bisa dipakai

    untuk berlindung dari panas dan hujan.8 Dengan keadaan seperti inilah keluarga

    anak jalanan bertahan hidup sehingga kurang memikirkan pendidikan-anak karena

    tidak adanya kemampuan ekonomi yang cukup untuk menyekolahkan mereka

    7 Wawancara dengan Hana, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009 8 Wawancara dengan Ani, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009

  • 64

    pada tingkat yang lebih tinggi. Pada tabel berikut ini dapat dilihat tingkat

    pendidikan anak jalanan:

    TABEL III/ 9 TINGKAT PENDIDIKAN ANAK JALANAN

    Katagori Jawaban Frekwensi Tidak sekolah 2 SD tidak tamat -

    SD 8 SLTP tidak tamat -

    SLTP 2 Lainnya - Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan yeng mempunyai

    pendidikan sampai Sekolah Dasar sebanyak 8 anak, sedangkan yang

    berpendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama sebanyak 2 anak. Bahkan yang

    menarik diantara mereka ada yang tidak sekolah yaitu sebanyak 2 anak

    Padahal saat ini di Indonesia ukuran tingkat pendidikan dasar adalah

    setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama. Hal ini menunjukkan

    rendahnya tingkat pendidikan anak jalanan yang secara langsung mengindikasikan

    lemahnya kondisi ekonomi keluarga mereka.

    Karena rendahnya tingkat pendidikan itulah, mereka kesulitan dalam

    mencari pekerjaan sehingga kemudian mencoba mencari uang dengan bekerja di

    jalanan yang dianggap tidak membutuhkan pendidikan tinggi atau ketrampilan

  • 65

    khusus. Menurut mereka, untuk bekerja dan bertahan hidup di jalanan yang

    dibutuhkan adalah mental yang kuat serta pantang menyerah.9

    TABEL III/ 10 PENDAPAT ANAK JALANAN MENGENAI TERCUKUPINYA

    KEBUTUHAN POKOK KELUARGA

    Katagori Jawaban Frekwensi Sudah 5 Belum 7 Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga diketahui sebagian besar anak jalanan menilai

    kebuhtuhan pokok keluarga mereka belum tercukupi dengan baik,10 hal itu

    dinyatakan oleh sebanyak 7 anak. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa

    kebutuhan pokok keluarga sudah tercukupi sebanyak 5 anak.

    Hal tersebut semakin menunjukan bahwa anak-anak jalanan sebagian

    besar berasal dari keluarga miskin dimana kebutuhan pokok keluarga belum

    tercukupi dengan baik.

    2. Ketidakharmonisan Keluarga

    Latarbelakang anak jalanan yang juga perlu diperhatikan adalah keadaan

    hubungan dalam keluarga tersebut. Ketidakharmonisan dapat mendorong anak

    untuk pergi dari rumah dan akhirnya hidup di jalanan. Pertama-tama dilihat

    bagaimana keadaan orang tua anak tersebut seperti pada tabel berikut ini:

    9 Wawancara dengan Irit, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 2 Febuari

    2009 10

    Wawancara dengan Yuni, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 66

    TABEL III/ 11 KEADAAN KEDUA ORANG TUA ANAK JALANAN

    Katagori Jawaban Frekwensi Ayah dan Ibu lengkap 9 Ayah dan Ibu bercerai 3 Ayah meninggal dunia - Ibu meninggal dunia -

    Ayah dan Ibu meninggal dunia - Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar orang tua anak

    jalanan adalah masih lengkap, yang menyatakan demiikian sebanyak 9 anak

    Sedangkan yang menyatakan ayah dan ibu bercerai hanya 3 anak. Hal ini

    menunjukkan bahwa keberadaan atau keadaan perkawinan orang tua bukan faktor

    dominan yang mendorong anak-anak untuk hidup di jalanan.

    TABEL III/ 12 PENGALAMAN ANAK JALANAN DIMARAHI ORANG TUA

    Katagori Jawaban Frekwensi Pernah 12

    Tidak pernah - Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan

    menyatakan pernah dimarahi orang tuanya, yaitu sebanyak 12 anak. Sedangkan

    responden yang menyatakan tidak pernah dimarahi adalah tidak ada..

    Data di atas menunjukkan bahwa kebanyakan anak-anak memang pernah

    dimarahi dan hal ini adalah sikap wajar dari orang tua. Biasanya orang tua

    memang memarahi anaknya bertujuan demi kebaikan anak itu sendiri, namun

  • 67

    menjadi tidak wajar apabila tindakan itu dilakukan oleh orang tua secara

    berlebihan dan dengan tujuan negatif yang merugikan masa depan anak. Tindakan

    memarahi anak secara berlebihan dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak.

    Anak merasa tidak aman dan nyaman berada di rumah dan akhirnya akan pergi

    dari rumah untuk mencari perhatian dan suasana yang menyenangkan bersama

    teman-temannya.

    Diantara mereka ada yang menyatakan tidak akan dimarahi bila pergi

    mengamen ata bekerja apa saja asal memperoleh uang. Seperti yang diceritakan

    Ed berikut ini: saya sering malu sama tetangga, karena saya sering dipukul dan

    dibentak-bentak bila tidak mengamen, tapi sikap ayah saya menjadi baik apabila

    ketika saya pulang membawa uang. Keadaan tersebut sudah termasuk eksploitasi

    terhadap anak-anak yang secara psikologis akan merugikan anak.11

    Kedekatan anak dengan orang tua juga mempengaruhi keharmonisan

    dalam suatu keluarga. Bila suatu keluarga harmonis, maka diantara anggota

    keluarga akan tercipta hubungan yang hangat dan terbuka termasuk keberanian

    anak untuk menceritakan masalah yang dihadapinya kepada orang tuanya. Anak

    menceritakan masalah yang dihadapi kepada orang tua itu berarti

    mengindikasikan si anak merasa orang tua adalah sebagai tempat mencurahkan

    keluhan bagaikan sahabatnya. Untuk melihat pernahkah anak-anak jalanan

    menceritakan masalahnya kepada orang tuanya dapat dilihat pada tabel berikut

    ini:

    11 Wawancara dengan Ed, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 2

    Febuari 2009

  • 68

    TABEL III/ 13 PENGALAMAN ANAK JALANAN DALAM

    MENCERITAKAN MASALAH KEPADA ORANG TUA

    Katagori Jawaban Frekwensi Pernah 2

    Tidak Pernah 10 Kadang kadang -

    Jumlah 12 Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan kebanyakan

    menyatakan tidak pernah sebanyak 10 anak. Sedangkan yang menyatakan pernah

    menceritakan masalahnhya sebanyak 2 anak.

    Hal ini menunjukkan bahwa anak jalanan mempunyai rata-rata keluarga

    yang kurang harrmonis karena kurangnya komunikasi yang terbuka antara anak

    dan orang tua. Keadaan ini menyebabkan orang tua tidak menegetahui keadaan

    anak secara psikologis dan lebih penting lagi tidak dapat mengontrol

    perkembangan mental anak. Dimana dilihat dari segi usia mereka yang masih

    anak-anak tentunya masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan orang tua,

    dan itu dapat dicurahkan melalui komunikasi yang terbuka dari hati ke hati

    dengan anak.

    Selain hubungan orang tua dengan anak, perlu juga diperhatikan

    hubungan diantara orang tua itu sendiri. Karena keadaan orang tua yang tidak

    harmonis dapat membuat tekanan psikologis pada sang anak. Untuk mengetahui

    hubungan yang terjadi diantara orang tua anak jalanan dapat dilihat pada tabel

    berikut ini:

  • 69

    TABEL III/ 14 PERTENGKARAN YANG TERJADI DIANTARA

    KEDUA ORANG TUA

    Katagori Jawaban Frekwensi Sering 1

    Tidak pernah 2 Kadang-kadang 9

    Jumlah 12 Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan

    menyatakan bahwa kedua orang tua hanya kadang-kadang saja betengkar, yaitu

    sebanyak 9 anak dan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 2 anak, sedangkan

    responden yang menyatakan kedua orang tuanya sering bertengkar hanya 1 anak .

    Pertengkaran dalam suatu keluarga merupakan hal yang wajar dan

    lumrah, karena dalam keluarga terdapat beberapa individu yang mempunyai

    keinginan dan pendapat yang selalu sama bahkan bertentangan satu dengan yang

    lainnya.

    TABEL III/ 15 ALASAN PERGI DARI RUMAH UNTUK BEKERJA

    DAN HIDUP DI JALANAN

    Katagori Jawaban Frekwensi Dimarahi orang tua -

    Tidak betah di rumah 4 Bekerja membantu orang tua 5

    kurang kasih sayang orang tua 1 ingin mencari pengalaman 2

    Jumlah 12 Sumber: Data Primer

  • 70

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan

    menyatakan alasan hidup di jalan untuk membantu orang tua, yaitu sebanyak 5

    anak.. Sedangkan yang menjawab lainnya sebanyak 3 anak. Sedangkan alasan

    yang kurang kasih sayang orang tua sebanyak 1 anak, sedangkan alasan yang

    ingin mencari pengalaman sebanyak 2 anak.

    Hal ini menunjukkan bahwa ketidak harmonisan pada keluarga cukup

    mempengaruhi motivasi anak-anak jalanan untuk mencari uang di jalan,

    disamping karena dimarahi orang tua yang menunjukkan tidak adanya komunikasi

    yang terbuka mengenai masalah dalam keluarga yang mengakibatkan keluarga

    tersebut menjadi kurang harmonis.

    3. Lingkungan Pergaulan

    TABEL III/ 16 DENGAN SIAPA MENCARI UANG DI JALAN

    Katagori Jawaban Frekwensi Sendiri 4

    Bersama-sama 3 Orang tua dan saudaranya 5

    Jumlah 12 Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui anak jalanan mencari uang di jalan

    bersama teman mereka, yaitu 3 anak. Sedangkan responden yang menyatakan

    mencari sendiri sebanyak 4 anak. Ada hal menarik hal di atas dimana anak yang

    menjawab bersama orang tua dan saudaranya sebanyak 5 anak.

  • 71

    Hal tersebut menunjukkan bahwa kedatangan mereka bersama dengan

    keluarganya memang mempunyai tujjuan ingin mencari kehidupan yang lebih

    baik.12 Bagi anak jalanan yang bersama orang tuanya, kebanyakan mengontrak

    rumah di daerah pinggiran kota Yogyakarta seperti daerah kelurahan Badran,

    Pingit atau mendirikan rumah di lembah-lembah sungai seperti lembah sungai

    Code ataupun di sungai gajahwong yang cukup dikenal sebagai daerah tempat

    anak jalanan, pengemis, pemulung atau preman-preman Yogyakarta.13

    Lain halnya dengan anak jalanan yang datang bersama teman-temannya,

    mereka biasanya tinggal di emperan toko atau kontrak kamar (kos) yang biasanya

    ditanggung bersama dimana satu kamar dihuni 2 sampai 3 anak. Dalam memilih

    tempat kos biasanya mereka memilih tempat yang agak jauh dari tempat biasanya

    mereka mangkal. Hal ini dimaksudkan karena mereka kurang percaya diri bila

    tetangga kosnya melihat mereka sedang bekerja selain itu juga lebih enak dalam

    menghindar bila ada konflik atau masalah d tempat biasanya mereka mangkal.14

    Teman sangat berarti dalam kehidupan anak jalanan karena bila sedang

    mengalami kesulitan, maka temanlah yang paling dekat dan pertama kali dimintai

    bantuan pertolongannya. Namun apakah teman juga banyak mempengaruhi

    keputusan mereka untuk hidup dan mencari uang di jalan. Hal itu dapat dilihat

    pada tabel di bawah ini:

    12 Wawancara dengan Udin, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009 13

    Wawancara dengan Yono, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

    14 Wawancara dengan Slamet, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009

  • 72

    TABEL III/ 17 KEPUTUSAN HIDUP DI JALAN MERUPAKAN

    PENGARUH TEMAN

    Katagori Jawaban Frekwensi Ya 5

    Tidak 7 Jumlah 12

    Sumber: Data Primer Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat dilihat sebagian besar anak jalanan yang menyatakan keputusan untuk hidup di jalan bukan karena pengaruh teman sebanyak 7 anak. Sedangkan yang menyatakan bahwa keputusan untuk hidup di jalan memang karerna pengaruh teman sebanyak 5 anak.

    Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka hidup di jalan bersama dan saling membutuhkan, namun latar belakang mereka memutuskan mencari

    uang di jalan bukan sekedar penagruh teman.

    D. Permasalahan Anak Jalanan

    1. Masalah yang dihadapi anak jalanan

    Selama mencoba bertahan hidup di jalanan, anak-anak jalanan telah

    mengalami pahit getir bahkan kerasnya kehidupan jalanan. Anak-anak jalanan

    telah merasakan bagaimana sulitnya mencari uang demi memenuhi kebutuhan

    sehari-hari. Mereka bekerja siang dan malam.15 Jenis-jenis pekerjaan anak jalanan

    dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    15 Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009

  • 73

    TABEL III / 18 JENIS PEKERJAAN ANAK JALANAN

    Katagori Jawaban Frekwensi Pengamen 3

    Penjual Koran 1 Peminta-minta 8

    Pedagang Asongan - Jumlah 12

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas dapat doketahiu bahwa sebagian besar pekerjaan anak

    jalanan di pertigaan traffic light Kampus UIN Sunan Kalijaga adalah peminta-

    minta sebanyak 8 anak. Kemudian yang menjawab pengamen sebanyak 3 anak.

    Sedangkan yang mempunyai pekerjaan penjual koran hanya. 1 anak

    Data tersebut menunjukan bahwa pekerjaan sebagai peminta-minta lebih

    disukai oleh anak-anak jalanan disekitar pertigaan UIN. Selain itu tidak begitu

    membutuhkan alat khusus atau modal yang besar. Cukup menjulurkan tangan dan

    menampangkan wajah memelas kehadapan pengguna kendaraan ketika lampu lalu

    lintas berwarna merah di pertigaan UIN.16

    Selain itu meminta-minta bisa dilakukan dalam waktu yang lebih lama,

    artinya waktu minta-minta dalam seharinta bisa dari pagi hari, siang, sore, bahkan

    sampai malam hari. Sedangkan pekerjaan lain seperti menjual koran hanya pagi

    hari saja. Sehingga hal ini tentunya akan lebih memberi peluang untuk menambah

    hasil pendapatan mereka.17

    16 Wawancara dengan Agus, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 4

    Febuari 2009 17

    Wawancara dengan Udin, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5 Febuari 2009

  • 74

    TABEL III/ 19 PENDAPATAN ANAK JALANAN DALAM SATU HARI

    Katagori Jawaban Frekwensi Di bawah Rp. 20. 000 -

    Rp. 20.000 Rp. 50.000 5 Di atas Rp. 50.000 7

    Jumlah 12 Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga diketahui sebagian besar anak jalanan mempunyai

    pendapatan di atas Rp. 50.000, yaitu sebanyak 7 anak. Sedangkan yang

    berpendapatan antara Rp. 20.000 Rp. 50.000 per hari sebanyak 5 anak.

    Hal tersebut menunjukan bahwa pendapatan yang diterima anak-anak

    jalanan dalam satu harinya cukup tinggi untuk ukuran anak-anak sehingga anak-

    anak jalanan tersebut merasa betah hidup di jalan.18

    Keadaan yang demikian merupakan masalah yang perlu diperhatikan,

    karena membawa dampak yang cukup serius. Pertama besarnya pendapatan anak-

    anak jalanan membuat mereka enggan untuk meninggalkan kehidupan jalanan

    sehingga jumlah anak-anak jalanan sulit di atasi. Kedua, besarnya jumlah

    pendapatan tersebut akan menarik anak-anak lain yang rentan menjadi anak

    jalanan dari keluarga miskin, yang jumlahnya meningkat sangat tinggi setelah

    krisis ekonomi global, untuk ikut-ikutan mencari uang di jalanan. Hal ini akan

    mengakibatkan peningkatan jumlah anak jalanan.19

    18 Wawancara dengan Kuat, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009

    19 Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu, Potret Kehidupan Anak Indonesia, (Jakarta:

    PT. Kompas Media Nusantara, 2000), hlm. 45.

  • 75

    TABEL III/ 20 PENGGUNAAN PENDAPATAN

    Katagori Jawaban Frekwensi Senang-senang -

    Makan dan kebutuhan lain dalam sehari

    5

    Diberikan untuk keluarga 3 Biaya Sekolah 4

    Lainnya - Jumlah 12

    Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan

    menggunakan uang yang didapatnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya

    seperti makan, minum, serta merokok sebanyak 5 anak. Sedangkan yang

    menggunakan uangnya untuk biaya sekolah sebanyak 4 anak. Kemudian anak

    jalanan yang menggunakan uangnya hanya untuk bersenang-senang tidak ada..

    Data tersebut di atas menunjukan bahwa anak-anak jalanan hanya

    memikirkan bagaimana bisa bertahan hidup saat itu sehingga kurang

    memperhatikan masa depan selanjutnya. Pola pikir seperti itu dipicu oleh keadaan

    dan sulitnya mencari uang sehingga mereka berbuat sesuai kemampuan.

    Pemenuhan hak bertahan hidup pada anak jalanan merupakan masalah

    yang cukup rentan. Hal ini terjadi pada anak jalanan yang sudah tidak lagi hidup

    bersama orang tua mereka. Mereka menggunakan penghasilannya hanya untuk

    keperluan jangka pendek sehingga kalau situasi cuaca kurang memungkinkan

    mereka bekerja di jalan, maka mereka akan menghadapi kesulitan keuangan yang

    tak jarang mendorong mereka untuk berbuat kembali.

  • 76

    TABEL III/ 21 SISA UANG YANG DAPAT DITABUNG

    Katagori Jawaban Frekwensi Ada 2

    Tidak 10 Jumlah 12

    Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui sebagian besar anak jalanan tidak

    mempunyai uang sisa yang dapat ditabung yaitu sebanyak 10 anak. Sedangkan

    responden yang menyatakan uang sisa yang bisa ditabung sebanyak 2 anak.

    Data tesebut menunjukan kurangnya perhatian anak-anak jalanan

    terhadap masa depan mereka sendiri. Keseharian mereka hanya mengamen atau

    meminta-minta, makan, tidur, serta bersenang-senang. Anak-anak jalanan mencari

    kesenangan dengan cara mereka sendiri, misalnya minum minuman keras,

    mengkonsumsi obat terlarang, berjudi atau melakukan hubungan seksual di luar

    nikah sebagai penyaluran hasrat mereka yang tidak terkendali oleh norma dan

    agama. Faktor lain yang menyebabkan anak jalanan tidak punya uang sisa yang

    dapat ditabung adalah kekhawatiran mereka terhadap preman-preman yang sering

    minta uang kepada mereka dan bila tidak diberi maka akan dimaki atau tidak

    jarang sampai dipukuli. Jadi ada anggapan uang yang didapat harus habis pada

    hari itu juga.20 Biasanya kondisi seperti ini terjadi pada lingkungan anak jalanan

    yang sudah sangat keras dan berada di daerah rawan kriminalitas yang di

    20 Wawancara dengan Kuat , anak jalanan yang sering mangkal dipertigaan UIN, tanggal

    4 Febuari 2009

  • 77

    dominasi preman-preman pengangguran atau tejadi pada anak-anak jalanan ang

    sudah tidak lagi hidup bersama orang tuanya.

    TABEL III/ 22 PENGALAMAN MINUM MINUMAN KERAS

    Katagori Jawaban Frekwensi Pernah 4 Tidak 8

    Jumlah 12 Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui kebanyakan anak jalanan pernah

    minum minuman keras yaitu sebanyak 4 anak. Sedangkan yang menyatakan tidak

    pernah minum minuman keras sebanyak 8 anak.

    Hal tersebut menunjukan bahwa di kalangan anak jalanan sebagian

    sudah ada yang terpengaruh lingkungan negatif dari para gaelandangan dan

    preman yang suka mabuk-mabukan. Minum minuman keras merupakan hal yang

    lumrah di kalangan anak jalanan. Mereka biasanya membeli minuman keras

    dengan cara bantingan uang (iuran sukarela) bersama-sama agar terasa lebih

    murah. Minuman keras jenis AO (sebutan Anggur Putih) atau TM (Topi Miring)

    merupakan miuman yang mereka sering beli. Karena harganya paling murah dab

    sudah cukup terasa nikmat walaupun tidak memakai campuran.21

    Namun sebenarnya, masih ada anak jalanan yang masih murni dan

    belum terpengaruh perbuatan negatif. Anak-anak jalanan seperti biasanya hidup di

    21 Wawancara dengan Wito, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009

  • 78

    jalanan semata-mata karena faktor tekanan ekonomi sehingga ada rasa enggan

    untuk menghambur-hamburkan uang.22

    TABEL III/ 23 PENGALAMAN BERJUDI

    Katagori Jawaban Frekwensi Pernah 3

    Tidak Pernah 9 Jumlah 10

    Sumber: Data Primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan

    pernah melakukan perjudian yaitu sebanyak 3 anak. Sedangkan yang menyatakan

    tidak pernah berjudi sebanyak 9 anak.

    Hal tersebut menunjukan bahwa kebanyakan anak jalanan terdorong

    untuk mendapatkan uang dengan mudah tanpa perlu bersusah payah karena

    banyaknya kebutuhan hidup yang harus dicukupi.

    Bentuk dan cara berjudinya bermacam-macam. Bisa menggunakan kartu

    remi, kartu domino yang dilakukan sendiri di kalangan anak jalanan atau bersam

    tukang becak atau mencoba mengadu nasib lewat berjudi totor (togel)23. Lewat

    judi totor inilah yang akan menghabiskan uang anak-anak jalanan. Mereka

    menjadi sasaran empuk para Bandar judi yang terus memberi harapan dan impian

    akan banyaknya uang bila menang.

    22 Wawancara dengan Yono, anak jalanan yang mangkal di pertigaan UIN, tanggal 5

    Febuari 2009 23Judi totor adalah bentuk perjudian tebak nomor mirip SDSB jaman dahulu tetapi

    bedanya judi totor ini ditarik setiap hari.

  • 79

    TABEL III/ 24 UANG YANG DIGUNAKAN UNTUK BERJUDI

    Katagori Jawaban Frekwensi Uang sendiri 12

    Pinjem atau hutang - Diberi Teman -

    Jumlah 12 Sumber: Data primer

    Pada tabel di atas bahwa anak jalanan yang ada di pertigaan traffic light

    Kampus UIN Sunan Kalijaga dapat diketahui semua anak jalanan yang

    menyatakan penah menggunakan uangnya sendiri yaitu sebanyak 12 anak. Hal ini

    menunjukan bahwa mereka benar-benar terbuai angan akan banyaknya uang

    sehingga menggunakan seluruh uangny