tugas dr.joko
Post on 30-Oct-2014
123 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas Mata
1. Penampang sagital bola mata
a. Conjuctiva : selaput lendir yang mengandung banyak pembuluh darah.
b. Sklera : suatu lapisan luar yang keras dan opak di posterior yang mengandung jaringan
ikat kolagen yang kenyal dan memberikan bentuk pada bola mata.
c. Kornea : suatu lapisan luar yang keras dan transparan di anterior (selaput bening mata)
yang tembus cahaya dan avaskuler.
d. Uvea : lapisan vascular yang merupakan jaringan lunak, terdiri atas iris, badan siliar, dan
koroid.
e. Pupil.
f. Sudut bilik mata depan.
g. Lensa mata : badan yang bening dan bikonveks, berfungsi membiaskan cahaya sehingga
difokuskan pada retina.
h. Badan kaca : mengisi sebagian besar bola mata dibelakang lensa, bening, dan
konsistensinya lunak. Avascular.
i. Retina : membran bening dan tipis terdiri atas penyebaran serabut – serabut saraf optik,
letaknya diantara badan kaca dan koroid.
1
2. Lintasan penglihatan (visual pathways)
Keterangan visual pathways :
Jalur penglihatan merupakan istilah untuk jalur syaraf yang menghubungkan bagian belakang
mata dengan visual cortex. Yaitu bagian otak yang menafsirkan citra cermin yang dilihat oleh
retina.
Bidang pandang masing-masing mata terbagi menjadi sisi nasal dan temporal. Jalur
penglihatan pada masing-masing sisi terdiri dari :
A. Syaraf optik yang terdiri dari urat-urat halus dari bidang nasal dan temporal.
B. Chiasma, merupakan tempat pertemuan syaraf-syaraf optik dari kedua belah mata;
urat-urat halus dari masing-masing retina melintas kesisi lainnya, dan urat halus
temporal berada pada sisi yang sama dan membentuk :
Lintasan optik (optic tract).
Radiasi optik, yang menyebar ke dalam.
Occipital cortex
Visual cortex kanan menerima informasi dari kedua bagian kiri bidang pandang, sedangkan
visual cortex kiri menerima dari bagian kanan bidang pandang. Serabut syaraf optik dari sisi
temporal bidang pandang menuju ke cortex sisi yang sama, tetapi yang dari bidang nasal
menyeberang pada chiasma dan menuju ke cortex sisi yang berlawanan.
2
Sesungguhnya terdapat 2 jalur saraf penglihatan utama menuju visual cortex di otak, yaitu
melalui lateral geniculate nucleus (LGN) dan melalui superior colliculus. Analisis tentang
informasi visual, misalnya yang berhubungan dengan warna, dimulai pada visual cortex
utama. Sebagian dari informasi ini lalu dikirimkan kembali ke superior colliculus. Akan
tetapi, informasi ke superior colliculus dapat diterima langsung dari retina melalui LGN. Jalur
penglihatan dari retina ke LGN ini disebut jalur penglihatan perifer (peripheral visual
pathways), sedangkan jalur yang menuju ke visual cortex disebut jalur penglihatan sentral
(central visual pathways). Ketunanetraan dapat diakibatkan oleh gangguan pada satu atau
kedua jalur ini.
3. Produksi dan sirkulasi Humor Aquous
Aquos humor ialah cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Komposisi
humor aquos serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat,
piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Volume
cairan ini ±250 µL, dan kecepatan pembentukannya bervariasi diurnal adalah 1,5-2 µL/men.
Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada tekanan plasma
- Pembentukan dan Aliran Aquos Humor
Aquos humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah masuk ke kamera posterior, aquos humor
mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior.
Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan
prosesus sekretorius epitel siliaris.
- Aliran Keluar Aquos Humor
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-
sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil
sewaktu mendekati kanalis schlemm. Adanya kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam
jalinan trabekula membuat kecepatan drainage aquos humor juga meningkat. Aliran aquos humor 3
ke dalam kanalis schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di
lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis schlemm menyalurkan cairan ke dalam sistim vena.
Sejumlah kecil aquos humor keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan melewati sela-sela
sklera (aliran uveoskleral). Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquos dari kamera
anterior adalah lapisan endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya-
bukan dari sistem pengumpul vena. Tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar
minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.
4. Pembagian klinis katarak serta gejala dan tanda pada tiap stadium
- Katarak Kongenital
a. Katarak terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Pada ibu terdapat riwayat infeksi prenatal: rubella pada trimester pertama, dan pemakaian
obat selama kehamilan
Riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali.
c. Pada pupil terlihat bercak putih/ suatu leukokoria.
d. Visus tidak mencapai
- Katarak Juvenil
Pada anak usia >3bulan – 9 tahun.
- Katarak Senilis : Pada usia >50 th
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air
masuk)dangkal
Normal Berkurang (air
+ masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik
mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
Insipien : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior ( katarak kortikal)
4
Intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degenerative menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal disbanding dengan keadaan normal.
Imatur : sebagian lensa keruh. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapis lensa.
Matur : kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Cairan lensa akan keluar.
Hipermatur : katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras/ melembek dan mencair. Lensa mengecil, berwarna kering dan kering.
Morgagni : korteks lensa berbentuk sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam kedalam korteks lensa karena lebih berat.
Brunesen ; katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama
pada nucleus lensa.
Selain itu, terdapat jenis – jenis katarak yang lain :
Katarak rubella :
Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil
Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa
Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.
Katarak Komplikata :
Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.
Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul
menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral
Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu menjadi katarak
lamelar.
Katarak karena penyakit metabolik :
Galaktosemia : karena defisiensi galaktokinase
Intoksikasi obat :
Steroid
Klorpromazin
Amiodarone
Emas
Miotik
Diabetes :
Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.
Meningkatkan insidens maturasi katarak >>
5
Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsularyang sebagian jernih dengan
pengobatan.
Katarak Sekunder
Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan
Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)
5. Pembagian klinis glaucoma beserta gejala dan tanda
Menurut Vaughen, Glaucoma dapat diklasifikasikan sbb :
a. Glaukoma Primer
Glaukoma simpleks (sudut terbuka)
Peningkatan TIO.
Perubahan lapangan pandang
Mata terasa sakit oada pagi hari
Glaukoma sudut sempit
Peningkatan TIO.
Bilik mata depan dangkal.
Edema kornea
Dilatasi pupil
Kemerahan di badan silier.
b. Glaukoma Congenital
Primer atau infantile : epifora, fotofobia, mata besar, kornea buram.
Menyertai penyakit kongenital lainnya
c. Glaukoma Sekunder
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Bedah
Rubeosis
Steroid, dll
d. Glaukoma Absolut
Berikut merupakan perbandingan antara Glaukoma sudut tertutup, Glaukoma simpleks,
Glaukoma infantile
6
Glaukoma sudut
tertutup
Glaukoma simpleks Glaukoma infantile
Serangan Decade ke – 5 Decade ke – 6 Bayi
Tipe penderita Emosional Arteriosklerotik ♂ > ♀
B.M.D Dangkal Normal Dalam sekali
Sudut B.M.D Sempit Biasa, terbuka Kelainan kpongenital
Halo + serangan
Papil Ekskavasi bila lanjut +, dini Dalam sekali
Tekanan Naik bila diprovokasi Variasi diurnal tinggi Tinggi
Pengobatan Dini, iridektomi Medikamentosa, bila gagal
filtr
Goniotomi
Prognosis Dini, baik Sedang / buruk buruk
6. P embagian secara klinis berdasarkan letak anatomis dari uveitis beserta gejala dan tanda masing-
masing
Klasifikasi klinis secara internasional:
a. Uveitis temporal : terjadi > 3 bulan.
b. Uveitis akut : onset simptomatik terjadi tiba – tiba dan sembuh > 6 minggu.
c. Uveitis kronik : uveitis yang berlangsung secara perlahan, selama berbulan – bulan
atau bertahun – tahun, seringkali onset tidak jelas dan asimptomatis.
Pembagian anatomis:
Uveitis Anterior
Gejala utama uveitis anterior akut adalah : fotofobia, miosis, hipopion, dan sinekia
posterior, nyeri, mata merah, penglihatan menurun dan lakrimasi.
Gejala uveitis anterior kronik adalah : mata terlihat putih dan gejala minimal
meskipun telah terjadi inflamasi yang berat.
Uveitis Intermediet
Gejala biasanya berupa floater, meskipun kadang – kadang penderita mengeluhkan
gangguan penglihatan berupa gambaran “snow ball” di vitreous humor akibat
edema makular sistoid kronik, mata tidak merah
Uveitis Posterior
Terdapat lesi putih pada retina / koroid berupa eksudat.
Vaskulitis retina dan Ablasio retina
7
Edema N. II
Panuveitis infiltrat sel yang merata disemua unsur traktus uvealis
7. Pembagian klinis ablatio retina berdasar penyebabnya
Ablatio retina suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dengan sel epitel pigmen
retina / koroid, yang akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang
bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.
a. Ablasi retina regmatogenosa
- Ablasi retina yang terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina dan terjadi pendorongan retina oleh
badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke
rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigemn
koroid.
Gejala klinis :
1. Gangguan penglihatan yang terlihat sebagai tabir menutup
2. Fotopsia pada lapang penglihatan
b. Ablasi retina eksudatif
- Ablasi retina yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat
retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah
retina dan koroid (ekstravasasi), hal ini disebabkan oleh penyakit koroid. Cairan di bawah
retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala, dan ablasi dapat hilang atau menetao
bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.Gejala klinis :
1. penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat.
2. permukaan retina yang terangkat terlihat seperti cincin
c. Ablasi retina tarikan atau traksi
- Ablasi retina yang terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan
mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit. Pada badan kaca
terdapat jaringan fibrosis yang disebabkan DM proliferatif, trauma, dan pdarahan badan
kaca akibat bedah atau infeksi.
8. G ejala dan tanda ulkus kornea oleh jamur dan bakteri
8
Ulkus kornea hilangnya sebagian permukaaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
Ulkus kornea karena bakteri dan jamur akan terdapat defek epitel yang dikelilingi
leukosit polimorfonuklear.
Gejala :
- Mata merah
- Mata sakit ringan sampai berat
- Fotofobia
- Penglihatan menurun
- Kadang kotor
Tanda :
- Kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi
pewaraan fluoresein akan berwarna hijau di tengahnya.
- Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada
kornea.
- Penipisan kornea, lipatan descemet, reaksi jaringan uvea akibat gangguan
vaskularisasi berupa suar, hipopion, hifema, dan sinekia posterior.
- Coccus gram positif, Stafilococcus aureus dan Streptococcus : terdapat gambaran
ulkus yang terbatas, berbentuk bulat, atau lonjong, dan berwarna putih abu - abu.
- Pseudomonas : ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna
kuninghijau yang melekat pada permukaan ulkus.
- Jamur : Pada ulkus terdapat infiltrat berwarna abu-abu dikelilingi infiltrat
halus disekitarnya ( fenomena satelit ).
9. Gejala dan tanda konjungtivitis bakteri, virus, dan alergi
- Konjungtivitis merupakan peradangan konjuntiva atau radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata, dengan gambaran klinis dapat berupa hiperemi
konjuntiva bulbi , lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata pada pagi hari,
pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membran,pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa ada benda asing, dan adenopati
preaurikula. Bilik mata dan pupil dalam batas normal.
Virus Bakteri AlergiGatal Minimal Minimal Hebat Air mata Profuse Sedang Sedang
9
Eksudasi Minimal (jarang,air) Mengucur (purulen atau mukopurulen)
Minimal (berserabut, lengket,putih)
Injeksi konjungtiva Sedang Mencolok Ringan-sedangAdenopati preaurikular
Lazim Jarang Tidak ada
Papil +/- - +Folikel - + -Sakit tenggorokan dan panas yang menyertai
Sewaktu-waktu Jarang Tidak pernah
Pewarnaan kerokan dan eksudat
Monosit Bakteri, PMN Eosinofil
10. Diagnosa banding dari mata merah dan jelaskan tanda-tandanya
Konjungtivitis Keratitis Iritis akut Glaucoma akut
Sakit Kesat Sedang Sedang-hebat Hebat-menyebar
Kotoran Sering purulen Refleks epifora Ringan -
Fotofobia Ringan Hebat Hebat Sedang
Kornea Jernih & terang Eksudat Keratik presipitat Edema epitel
Iris Normal Muddy Abu2-hijau
Penglihatan N < N < N < N
Sekret + - - -
Flare - - / + ++ -
Pupil N < N < N > N
Tekanan N N < N > (pegal) > N (sgt pegal)
Vaskularisasi a.konjungtiva
posterior
a.siliaris Pleksus siliaris Episkleral
Injeksi Konjungtiva Siliar Siliar Episkleral
Pengobatan Antibiotik Antibiotik,
sikloplegik
Steroid+sikloplegik Miotika, diamox
+ operasi
Uji Bakteri Sensibilitas Infeksi lokal Tonometri
11. Fungsi dari :
a. midriasil : bekerja pada otot iris dan berfungsi melebarkan pupil
10
- melebarkan pupil sehingga mudah untuk melakukan pemeriksaan fundus.
- melemahkan akomodasi pada pemeriksaan kelainan refraksi anak – anak.
- menekan peradangan dan melepaskan sinekia pada kasus peradangan
intraokular.
- melebarkan pupil selama pembedahan lensa yang memerlukan pupil tetap besar.
b. pantokain : obat anestesi diagnostik pemeriksaan tonometer, uji tanel, pemeriksaan
dengan goniolens, dan untuk bedah pengeluaran benda asing pada kornea atau konjungtiva
c. timolol : Timolol maleate adalah penghambat reseptor beta adrenergik non selektif
yang digunakan untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk sediaan tetes mata
dengan kadar 0,25%, 0,5% dan 0,68%. Sama seperti Brinzolamide, Timolol maleate
mengurangi tekanan pada mata akibat glaukoma.
d. pilokarpin : antiglaukoma meningkatkan fasilitas pengeluaran cairan bola mata dengan
membuka sudut bilik mata dengan miosis
e. asetazolamide : menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan mengakibatkan diuresis
dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata.
f. manitol : mengakibatkan cairan ekstraseluler hiperosmotik sehingga terjadi dehidrasi sel
dan diuresis.
g. gentamisin : antibiotik yang efektif untuk kuman gram positif, gram negatif basil, dan
pseudomonas.
h. kloramfenikol : antibiotik yang efektif untuk kuman gram negatif dan positif, klamidia
dan riketsia.
i. efisel : antiseptik untuk kuman gram positif dan negatif, juga memiliki aktivitas antijamur.
J. atropin : siklopegik kuat (melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil,
selain juga mengakibatkan paralisis otot siliar sehingga melumpuhkan akomodasi) dan
midriatik.
12. Definisi dari :
a. hipopion : penimbunan sel radang di bagian bawah bilik mata depan, terdapat pada
tukak kornea, iritis berat, endoftalmitis, dan tumor intraokular.
b. Hifema : darah dalam bilik mata depan yang terjadi akibat trauma tumpul yang
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
c. Sinekia anterior : perlengketan iris dengan sudut irido-kornea yang timbul karena
akar iris maju ke depan menghalangi pengeluaran aquos, edema, dan pembengkakan
11
pada dasar iris, sehingga setelah terjadi organisasi dan eksudasi pada sudut
iridokornea, menarik iris ke arah sudut.
d. Sinekia posterior : perlengketan iris dengan kapsul depan lensa, dapat berbentuk
benang atau dengan dasar luas dan tebal.
e. Keratik presipitat : pengendapan kumpulan sel radang dalam bilik mata depan pada
endotel kornea akibat aliran konveksi aquos humor, gaya berat, dan perbedaan
potensial listrik endotel kormea.
f. Infiltrat : kumpulan sel-sel radang
g. Pterigium : suatu pertumbuhan fibrivaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif
dan invasif, berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah
kornea.
h. Trikiasis : keadaan dimana bulu mata mengarah pada bola mata yang akan
menggosok kornea atau konjungtiva.
i. Entropion : suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra
ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva.
13. Trias akomodasi
akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi
otot siliar. Refleks akomodasi akan timbul bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau
melihat dekat. Menurut Wijana (1993) ,bila seseorang melihat suatu objek pada jarak dekat, maka
terjadi trias akomodasi, yaitu :
1. Kontraksi dari otot siliaris yang berguna agar zonula zin mengendor, lensa dapat
mencembung, sehingga cahaya datang dapat diteruskan ke retina.
2. Konstriksi dari otot rektus internus, sehingga timbul konvergensi, dan mata tertuju
padabenda itu.
3. Konstriksi otot konstriksi pupil dan timbulah miosis , supaya cahaya yang masuk tidak
berlebih dan terlihat dengan jelas.
14. Cara koreksi mata pada miop ia
Orang dengan miopia diberi lensa cekung/konkaf (S-) yang terkecil agar tanpa
akomodasi dapat melihat jau
15. Kelainan refraksi dan definisinya
a) Presbiopi
Gangguan akomodasi pada usia lanjut yang terjadi akibat kelemahan otot akomodasi
dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
12
Gejala klinis : mata lelah, berair, dan sering terasa pedas setelah membaca
b) Ametropia
Keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang akibat
kelainan kekuatan pembiasan sinar media penglihatan atau kelainan bentuk bola
mata.
a. Ametropia aksial ametropia akibat sumbu optik bola mata yang lebih panjang
atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang
bola mata.
b. Ametropia refraktif ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam
mata.
Ametropia ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan :
1. Miopia panjang bola mata anteroposterior terlalu besar atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat. Pasien akan menyatakan melihat jelas
apabila melihat dekat , sedangkan melihat jauh kabur shingga disebut rabun jauh.
2. Hipermetropi gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh
tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pasien
mengeluh penglihatan jauh dan dekat kabur, sakit kepala, silau, dan kadang
melihat gands, disertai mata lelah dan sakit karena terus berakomodasi.
3. Astigmatisme berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik pada retina tetapi
pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus akibat kelainan kelengkungan
permukaan kornea.
16. Makna dari :
1. Enukleasi : pengangkatan seluruh bola mata dan sebagian nervus optikus
2. Eviserasi : pengangkatan semua isi bola mata dengan tetap mempertahankan sklera,
kapsula tenon, konjungtiva, dan nervus optikus
3. Afakia : suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut
menjadi hipermetropi tinggi.
4. Pseudofakos : keadaan dimana lensa mata telah digantikan dengan lensa artifisial,
seperti pada operasi katarak.
5. Endoftalmitis : peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah
trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis, berbentuk radang supuratif di dalam
rongga mata dan struktur di dalamnya yang akan memberikan abses di dalam badan
kaca.
13
6. Eksenterasi : tindakan pengangkatan seluruh orbitam termasuk bola mata, jarigan
lunak orbita, serta kelopak mata.
17. Pembagian klinis dari retinopati diabetika disertai gambar funduskopi
Pembagian stadium menurut Daniel Vaughan DKK:
a. Stadium I : mikroaneurisma (tanda khas tampak sebagai perdarahan bulat kecil di
daerah papil dan macula, vena sedikit melebar.
b. Stadium II : vena melebar, eksudat kecil-kecil, tampak keras seperti lilin, tersebar
atau terkumpul seperti bunga
c. Stadium III: stadium II + cotton wool patches, sebagai akibat iskemik pada aorta
terminal.
d. Stadium IV : vena- vena melebar, siaonosis, tampak sebagai sosis.
14
18. Pembagian klinis retinopati hipertensi disertai gambar funduskopi
Menurut Keith-Wagener (1939)
a. Stadium I : perubahan vaskuler minimal, fundus yang hampir normal
b. Stadium II : terjadi iregulasi caliber arteriol dan perlemahan fokal. Tanda-tanda
penyakit vaskuler retina adalah eksudat keras di macula. Bercak cotton wool
dobawah macula, dan alur2 dilapisan serat saraf dibelakang diskus yang
mengisyaratkan mikro infark sebelumnya
c. Stadium III : jelas tampak perlemahan mencolok arteriol retina dengan bantak
mikroinfark dan sebuah perdarahan retina yang besar
d. Stadium IV : perubahan seperti stadium III, tetapi dengan tambahan berupa
pembengkakan virus.
Mild hypertensive retinopathy
Moderate hypertensive retinopathy
15
Malignan hypertensive retinophaty
19. Perbedaan konjungtiva injeksi dan korneal injeksi
Injeksi Konjungtival Injeksi Korneal / Injeksi Siliar
Berwarna pembuluh darah yang merah segar Berwarna lebih ungu dibandingkan dengan pelebaran
pembuluh darah konjungtival
Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan
arteri konjungtiva posterior melekat longgar pada
konjungtiva bulbi yang mudah lepas dari dasarnya
sklera
Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila
digerakkan karena melekat erat dengan jaringan
perikornea
Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian
perifer, karena asalnya dari bagian perifer atau arteri
siliar anterior
Ukuran sangat halus terletak disekitar korneal, paling
padat sekitar korneal dan berkurang kearah forniks
Pada radang konjungtiva pembuluh darah terutama
didapatkan didaerah forniks
Pembuluh darah tidak tampak
Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap
sementara
Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi
epinefrin atau adrenalin 1:1000
Tidak ada fotofobia Fotofobia
Gatal Hanya lakrimasi, sakit tekan dalam sekitar kornea
Pupil dalam ukuran normal dengan reaksi normal Pupil irregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)
16
top related