skripsi hubungan anak retardasi mental dengan...
Post on 26-Dec-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN ANAK RETARDASI MENTAL DENGAN DEPRESI
ORANG TUA
( Studi di Sekolah Dasar Luar Biasa Muhammadiyah Jombang )
ROMADHONA FEBRIANTI
13.321.0110
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
1
HUBUNGAN ANAK RETARDASI MENTAL
DENGAN DEPRESI ORANG TUA
(Studi di Sekolah Dasar Luar Biasa Muhammadiyah Jombang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program studi S1 Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
ROMADHONA FEBRIANTI
13.321.0110
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 3 Februari 1995 dari Ayah
yang bernama Dedi dan Ibu yang bernama Susani, penulis merupakan putri
bungsu dari tiga bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari RA Bunga Bangsa Doho Dolopo Madiun,
Tahun 2007 penulis lulus dari SDN Dolopo 1 Madiun, Tahun 2010 penulis lulus
dari SMP Negeri 2 Dolopo Madiun, Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 1
Dolopo Madiun, dan pada tahun 2013 penulis masuk STIKES “Insan Cendekia
Medika” Jombang dan memilih program Studi S1 Keperawatan dari lima
program studi yang ada di STIKES “ICME” Jombang.
Demikian riwayat hidup dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, 2017
Penulis
v
MOTTO
“Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya difikirkan. Sebuh cita cita juga hanya
menjadi beban, jika itu hanya angan-angan. Jadi hadapilah dan kerjakanlah maka itu semua akan
jadi kenyataan”
(Febrianti, 2017)
vi
PERSEMBAHAN
Assalamuallaikum wr. Wb
Seiring dengan doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT, penelitian skripsi
ini saya persembahkan kepada :.
Ibu dan Ayahku Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya sederhana ini kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahku
Dedi dan Ibuku Susani yang telah mendidik, mencintai, menyayangiku sepenuh
hati dan memberikan pelajaran hidup yang begitu berarti, untuk masa dimana
saya akan mengahadapi dikemudian hari. Tak lupa memeberikan bimbingan baik
secara moril maupun materil. Semoga ini menjadi awal yang bisa membuat ibu
dan ayah bahagia, karena aku sadar selama ini belum bisa memberikan yang
terbaik. Terimakasih kedua orang tuaku.
Teruntuk Partner hati, Partner bertukar pikiran, Partner yang selalu
memberikan semangat saudara Dony Dwi Anggara, terimakasih selalu
mendukung setiap langkah ini untuk menjadi orang yang sukses dan berarti.
Teman satu kelompok serta teman-teman Prodi S1 Keperawatan perjuangan
kita berawal dan berakhir bersama. Serta keluarga besar Kost Korea terimakasih
untuk semangatnya dan berjuangan bersama. Terutama terimakasih sahabatku
Yuhana Urba Saraswati yang senantiasa sabar mengantar dan menjadi Partner is
the best selama ini, terimakasih juga untuk Soffi Nor Ida Ayu Saputri, Tia
Lisdiati, Debby Suci R terimakasih semangat dan motivasinya, serta bantuannya.
Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan, doa, dan motivasi yang diberikan mendapatkan
imbalan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi bermanfaat bagi pembaca.
Waalaikumsalam Wr. Wb.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya akhirnya penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Anak Retardasi Mental Dengan Depresi Orang Tua (Studi Di SLB
Muhammadiyah Jombang)”. Proposal skripsi ini ditulis sebagai persyaratan
kelulusan demi menempuh Program Studi Sarjana Keperawatan di Sekolah Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Penyusunan proposal skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak H. Bambang Tutuko S.H, S.Kep.,Ns.M.H. selaku
Ketua STIKes Insan Cendekia Medika Jombang yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
Program Studi Ilmu Keperawatan. Ibu Inayatur Rosyidah,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan. Bapak Marxis Udaya,
S.Kep.,Ns.MM selaku pembimbing I dan Ibu Iva Milia Hani Rahmawati,
S.Kep.,Ns.M.Kep. selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing dalam
menyelesaikan usulan skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari kesempurnaan,
oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, Mei 2017
Peneliti
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANAK RETARDASI MENTAL DENGAN
DEPRESI ORANG TUA
(Studi di Sekolah Dasar Luar Biasa Muhammadiyah Jombang)
ROMADHONA FEBRIANTI
Orang tua yang tidak bisa menerima kenyataan anak dengan retardasi
mental maka akan berdampak terhadap psikologi orang tua yang bisa
menyebabkan depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan anak retrdasi mental dengan depresi orang tua di SDLB Muhammadiyah
Jombang. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak retardasi mental di
SDLB Muhammadiyah Jombang, sebanyak 29 orang dengan teknik Probability
Sampling jenis Simple Random Sampling dan sampel 27 orang. Pengolahan data
menggunakan editing, coding, scoring dan tabulating. Analisa data menggunakan
uji Spearman Rank dengan nilai alpha (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak retardasi mental
mengalami retardasi mental ringan sejumlah 14 orang dengan persentase 51,9 %, sedangkan tingkat depresi orang tua sebagian besar dari responden mengalami depresi ringan sejumlah 18 orang dengan persentase 66,7 %. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p = 0,02, jika α = 0,05 maka p < α yang artinya H1 diterima. Kesimpulan dalam penelitian ini, ada hubungan anak retardasi mental
dengan depresi orang tua.
Kata kunci : retardasi mental, depresi, orang tua
ix
ABSTRACT
THE RELATION OF CHILDREN OF MENTAL RETARDATION WITH PARENTS’
DEPRESSION (Studied In The Extraordinary Elementary School Of Muhammadiyah
Jombang)
ROMADHONA FEBRIANTI
Parents who can not accept the reality of children with mental retardation
so that will impact to parents’ psicology which can cause depressions. The
purpose of this researh was to know the relation of children of mental retardation
with parents’ depression in the extraordinary elementary school of Muhammadiyah Jombang.
This research design used design of cross sectional. The population in this
research were all parents whose children with mental retardation in the SDLB
Muhammadiyah Jombang, as many as 29 people with technique of Probability
Sampling type Simple Random Sampling and the samples were 27 people. Data
processing used editing, coding, scoring and tabulating. Data analyzing used test
of Spearman Rank with value of alpha (0,05). The result showed that most of children with mental retardation experienced
mild retardation were number of 14 people with percentage 51,9 %, while the level of parents’ depression were most of respondents experienced mild depression with number of 18 people with percentage 66,7 %. The result of statistical test was obtained value of p = 0,02, if α = 0,05 so p < α which meant
H1 was accepted. The conclusion in this research, there was relation children of mental
retardation with parents’ depression.
Keywords: mental retardation, depression, parents
x
DAFTAR ISI
SAMPUL .......................................................................................................................... i
PENYATAAN KEASLIAN ......................................................................................... ii
PENYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................................. iv
PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................................... v
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ vii
MOTTO............................................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................... x
ABSTRAK........................................................................................................................ xi
ABSTRACT ....................................................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xviii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitan .............................................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Depresi .................................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Depresi ............................................................................... 6
2.1.2 Tanda Dan Gejala Depresi .................................................................. 6
2.1.3 Faktor Penyabab Depresi .................................................................... 8
xi
2.1.4 Jenis Depresi ............................................................................. 9
2.1.5 Teori Sister Callista Roy .......................................................... 10
2.2 Konsep Retardasi Mental ..................................................................... 13
2.2.1 Pengertian Retardasi Mental ..................................................... 13
2.2.2 Penyebab Retardasi Mental ...................................................... 14
2.2.3 Tingkat-Tingkat Retardasi Mental ........................................... 21
2.2.4 Gejala Retardasi Mental ........................................................... 23
2.2.5 Penanganan Retardasi Mental .................................................. 25
2.2.6 Penatalaksanaan Retardasi Mental ........................................... 25
2.3 Konsep Orang Tua ............................................................................... 26
2.3.1 Pengertian orang tua ................................................................. 26
2.3.2 Peran orang tua ......................................................................... 26
2.3.3 Fungsi Orang Tua ..................................................................... 29
2.3.4 Bentuk Dukungan Orang Tua ................................................... 31
2.4 Hubungan Anak Retardasi Mental Dengan Depresi Orang Tua .......... 32
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ......................................................................... 35
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 36
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 37
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 38
4.2.1 Waktu Penelitian ...................................................................... 38
4.2.2 Tempat Penelitian ..................................................................... 38
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ........................................................... 38
4.3.1 Populasi .................................................................................... 38
4.3.2 Sampel ...................................................................................... 38
4.3.3 Sampling ................................................................................... 39
4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)............................................................. 40
4.5 Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional ................................... 41
4.5.1 Variabel ................................................................................... 41
4.5.2 Definisi Operasional ................................................................. 41
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 43
xii
4.6.1 Uji Instrument Penelitian .......................................................... 44
4.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 45
4.8 Pengolahan Dan Analisa Data .............................................................. 46
4.8.1 Pengolahan Data ...................................................................... 46
4.8.2 Analisa Data ............................................................................. 49
4.9 Etika Penelitian .................................................................................... 50
4.9.1 Infomed Consent ....................................................................... 50
4.9.2 Anonimity (tanpa nama) ............................................................ 50
4.9.3 Confidentiality (kerahasiaan) .................................................... 51
4.10.Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 51
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 52
5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ....................................... 52
5.1.2 Data Umum .............................................................................. 53
5.1.3 Data Khusus ............................................................................ 55
5.2 Pembahasan .......................................................................................... 60
5.2.1 Anak Retardasi Mental di SDLB Muhammadiyah
Jombang .................................................................................. 60
5.2.2 Depresi Orang Tua di SDLB Muhammadiyah Jombang ......... 61
5.2.3 Hubungan Anak Retardasi Mental Dengan Depresi Orang
Tua Di SDLB Muhammadiyah Jombang ................................. 65
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 68
6.2 Saran ....................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Definisi oprasional hubungan anak retardasi mental dengan depresi
orang tua ................................................................................................................. 42
5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 53
5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 53
5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 54
5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 54
5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan anak retardasi mental di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 55
5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat depresi di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 55
5.7 Tabulasi silang anak retardasi mental dengan depresi orang tua di
SDLB Muhammadiyah Jombang tahun 2017 ................................................. 56
5.8 Tabulasi silang hubungan umur dengan depresi di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 57
5.9 Tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan depresi di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 58
5.10 Tabulasi silang hubungan pendidikan dengan depresi di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 58
5.11 Tabulasi silang hubungan pekerjaan dengan depresi di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017 .............................................................. 59
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Anak Retradasi Mental
Dengan Depresi Orang Tua ................................................................................... 35
4.1 Kerangka Kerja Hubungan Anak Retardasi Mental Dengan Depresi
Orang Tua ................................................................................................................. 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal penelitian ....................................................................................... 74
Lampiran 2 Surat Pengajuan Judul .............................................................................. 75
Lampiran 3 Surat Ijin Pre Survey Data Dan Studi Pendahuluan........................... 76
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian .................................................................................. 77
Lampiran 5 Surat Balasan Penelitian .......................................................................... 78
Lampiran 6 Lembar Permohonan Calon Responden ............................................... 79
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Sebagai Responden ............................................. 80
Lampiran 8 Kisi-Kisi Kuesioner .................................................................................. 81
Lampiran 9 Kuesioner .................................................................................................... 82
Lampiran 10 Lembar Observasi Anak Retrdasi Mental.......................................... 88
Lampiran 11 Tabulasi Data Umum ............................................................................. 89
Lampiran 12 Tabulasi Data Khusus ............................................................................ 91
Lampiran 13 Hasil Frekuensi, Crosstabulation, dan Uji Analisa Spearman
Rank ........................................................................................................... 92
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 96
Lampiran 15 Lembar Bimbingan Skripsi ................................................................... 98
Lampiran 16 Lembar pernyataan bebas plagiasi ...................................................... 102
xvi
DAFTAR SINGKATAN
DKK : Dan Kawan-Kawan
SDLB : Sekolah Dasar Luar Biasa
SMP : Sekolah Menengah Pertama
IQ : Intelligence Quotient
SPSS : Sratistical Package Social Scienes
APA : American Psychologis Association
SD : Sekolah Dasar
SLB : Sekolah Luar Biasa
BDI : Beck Depression Inventory
PPDGJ : Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang tua pasti menginginkan keturunan yang normal. Namun hal
tersebut pada kenyataannya tidak sesuai apa yang diinginkan orang tua, yaitu anak
dengan keadaan yang sehat baik fisik atau mentalnya. Retardasi mental
merupakan salah satu contoh dari gangguan perkembangan anak yang dapat
ditemui, dengan karakteristik kecerdasannya dibawah rata-rata (IQ 70 atau lebih
rendah) sehingga kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Sebagai orang tua dengan anak retardasi mental tentunya mengalami stressor
tersendiri bagi orang tua dengan keadaan anaknya, stressor akan mempengaruhi
depresi bagi orang tua apa bila tidak bisa menerima keadaan anaknya.
Menurut Indrabhushan, Amool & Akhtar (2009) orang tua harus sadar
bagaimana pentingnya pelatihan, pengelolaan, merehabilitasikan anak-anak
dengan keterbatasan mental. Karena orang tua dari awal mempunyai peran yang
efektif bagi perkembangan anak retardasi mental. Hasil penelitian Sekar & Hafsah
(2011) bahwa orang tua mampu menerima keadaan anak retardasi mental dengan
baik, serta selalu membina hubungan baik dengan anak. Serta bisa
mengungkapkan permasalahan dan mengekspresikan permasalah dengan hal yang
positif dan dengan perasaan senang hati, cara tersebut merupakan cara untuk
membentengi diri dari stress.
Di Amerika kejadian anak remaja dan orang dewasa dengan keterbatasan
mental akan berpengaruh dengan kondisi mental ibu, jumlah anak remaja dan
dewasa dengan down syndrome 95 sedangkan anak remaja dan dewasa dengan
1
2
retardasi mental dan autisme sejumlah 213 (Wai Chan et al., 2017). Menurut catatan
WHO, di Amerika 3% penduduknya mengalami retardasi mental, di Belanda
2,6%, di Inggris 1-8%, di Asia kurang lebih 3%. Di Indonesia retardasi mental
merupakan masalah yang cukup besar karena 1-3% dari jumlah penduduk
Indonesia menderita retardasi mental, yang berarti dalam 1000 penduduk
diperkirakan 30 penduduk menderita retardasi mental dengan kriteria retardasi
mental ringan 80% retardasi mental sedang 12%, retardasi mental berat 1%.
Kejadiannya sulit diketahui karena retardasi mental tidak dikenali sampai anak-
anak usia pertengahan karena retardasi masih dalam tahap ringan, insiden tertinggi
pada anak usia 10-14 tahun. Retardasi mental lebih banyak dialami oleh laki-laki
1,5 kali dibandingkan perempuan (Zemmy, 2014).
Sebagian anak dengan retardasi mental akan membawa dampak terhadap
anak dan keluarga, dampak negatif juga dirasakan oleh keluarga. Orang tua yang
mengalami anak dengan retardasi mental akan mengalami depresi mengenai
ketidakpastian masa depan anak. Orang tua juga harus tau bagaimana mekanisme
koping dalam menghadapi anak dengan retardasi mental sehingga dapat
mengendalikan stressor agar tidak terjadi suatu depresi. Menurut hasil penelitian
Herdy, dkk (2012) bahwa sebagian besar ibu yang memliki anak cacat mental
mengalami depresi, terutama dalam bentuk depresi ringan.
Salah satu faktor internal dalam diri individu yang berperan mempengaruhi
stress adalah koping, strategi koping juga diperlukan ibu yang memiliki anak
retardasi mental untuk mengurangi stress pengasuhan yang dialami ibu. Pola
koping ini diperlukan dalam berbagai permasalahan yang muncul misalnya
kurangnya pengetahuan dan informasi ibu tentang anak retardasi mental, sehingga
3
membutuhkan langkah yang aktif seperti perencanaan terhadap perawatan dan
penanganan anak retardasi mental agar ibu tidak putus asa terhadap masa depan
anaknya yang bisa diantisipasi sejak dini agar orang tua tidak mengalami depresi
jika memiliki anak retardasi mental (Rini, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti jumlah murid dengan retardasi mental di SDLB
Muhammadiyah Jombang sejumlah 29 anak terbagi dalam kelas satu sampai kelas
enam. Menurut guru di SDLB tersebut anak dengan retardasi mental ringan masuk
dibagian tunagrahita ringan (C) anak yang mampu dididik atau dilatih. Kemudian
peneliti melakukan studi pendahuluan secara wawancara pada 7 orang tua yang
memiliki anak retardasi mental pada 4 Maret 2017 di SDLB Muhammadiyah
Jombang. Didapatkan 5 orang tua mengatakan bahwa orang tua merasa kawatir
terhadap perkembangan anak mereka karena tidak seperti anak pada umumnya,
terkadang orang tua membatasi anak bersosialisasi dilingkungan rumahnya karena
takut dan malu anaknya nantinya tidak diterima oleh teman bermainnya atupun
tetangga. Ada juga orang tua yang beranggapan bahwa anak retardasi mental bisa
sembuh jika disekolahkan di SDLB dan nantinya bisa sekolah di SMP umum.
Sedangkan 2 orang tua yang lain merasa bagaimanapun keadaan dan kondisi
anaknya harus disyukuri dan ikhlas untuk merawatnya karena anak adalah titipan
dari Allah SWT yang harus dirawat dengan baik. Dengan uraian diatas peneliti
ingin meneliti tentang hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang tua.
4
1.2. Rumusan Masalah
“Apakah ada hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang tua di
SDLB Muhammadiyah Jombang?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang tua di
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Muhammadiyah Jombang.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidenfitikasi tingkat anak retardasi mental di SDLB
Muhammadiyah Jombang.
2. Mengidenfitikasi tingkat depresi orang tua di SDLB Muhammadiyah
Jombang.
3. Menganalisis hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang
tua di SDLB Muhammadiyah Jombang.
1.4. Manfaat Penelitan
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi atau
referensi untuk mengembangkan ilmu keperawatan dengan judul yang berbeda.
Serta dapat memberikan pengetahuan tentang anak retardasi mental dengan
depresi yang dialami orang tua.
5
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Orang Tua Dengan Anak Retardasi Mental
Bagi orang tua anak retardasi mental hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan pengetahuan agar orang tua yang memiliki anak
retardasi mental memiliki koping individu yang baik agar orang tua tidak
terjadi depresi, serta orang tua lebih menerima keadaan anak dan bisa
mengarahkan anak retardasi mental lebih baik lagi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan
mengembangkan penelitian selanjutnya terutama terkait dengan tingkat
depresi yang dialami oleh orang tua yang memiliki anak retardasi mental
agar tidak terjadi suatu depresi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Depresi
2.1.1. Pengertian Depresi
Philip L. Rice (1992: 34 dalam Kholil, 2010) memberikan definisi depresi
sebagai gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berfikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada
umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan
kehilangan harapan. Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis,
kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energy yang menuju kepada
meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit
saja, dan kekurangan aktifitas.
Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah
masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke
fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri
tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir
dengan bunuh diri. Secara global, 50% penderita depresi berpikiran untuk bunuh
diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri ada 15%.
2.1.2. Tanda Dan Gejala Depresi
Menurut Frank J. Bruno (1997: 26) mengemukakan bahwa ada beberapa
tanda dan gejala depresi, yakni:
1. Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang
ada, proyek, hobi, atau rekeasi tidak memberikan kesenangan.
6
7
2. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat
sedang cenderung untuk makan secara berlebih, namun berbeda jika
kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.
3. Gangguan tidur. Tergantung pada setiap orang dan berbagai macam faktor
tertentu, sebagai orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak
banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.
4. Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami
depresi mungkin akan mencoba lebih dari kemampuannya dalam setiap
usaha untuk mengkomunikasikan idenya.
5. Kurang energy. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk
mengatakan atau merasa, saya selalu merasa lelah atau saya capai. Ada
anggapan bahwa gejala itu disebabkan oleh factor-faktor emosional, bukan
factor biologis.
6. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak
efektif. Orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti,
saya menyia-nyiakan hidup saya, atau saya tidak bisa mencapai banyak
kemajuan, sering kali terjadi.
7. Kapasitas menurun untuk bisa berfikir dengan jernih dan untuk
memecahkan masalah secara efektif. Keluhan utama yang sering terjadi
adalah, saya tidak bisa berkonsentrasi.
8. Perilaku merusak diri tidak langsung. Contohnya adalah penyalah gunaan
alkohol atau narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya. Makan berlebih,
terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya
8
menjadi gemuk, diabetes, hypoglycemia, atau bisa juga diidentifikasikan
sebagai sala satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung.
9. Mempunyai pemikiran untuk bunuh diri. Tentu saja, bunuh diri yang
sebenarnya, merupakan perilaku merusak diri sendiri secara langsung.
2.1.3. Faktor Penyabab Depresi
Faktor penyebab utama depresi adalah sebagai berikut:
1. Kurang berfikir positif
Ketika sesorang mengalami depresi, mereka merasa bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi, dan hal ini akan terjadi berulang kali. Dalam
kejadian semacam ini, orang tersebut melihat lebih banyak hal buruk
terhadap sesuatu secara sadar atau tidak sadar. Mereka selalu memfokuskan
perhatian pada masalah dan mengabaikan keberhasilan serta kesuksesan
yang mereka raih. Bagi seseorang yang berfikiran negatif dan memiliki
kecenderungan depresi, segala hal yang terjadi merupakan cermin dari
permasalahan dan kemunduran. Perubahan dalam diri seseorang atau
perubahan lingkungan, yang merupakan perubahan wajar, dalam pikiran
seseorang yang depresi merupakan bukti bahwa sesuatu yang buruk terjadi
karena mereka.
2. Kurangnya rasa percaya diri
Orang-orang yang depresi tidak memiliki rasa percaya diri, mereka
mereka selalu menganggap semua yang terjadi sebagai kegagalan mereka.
Bahkan kesalahan sekecil apapun mereka anggap sebagai masalah besar dan
meraka hal-hal tersebut menyuras perhatian mereka jauh lebih besar dari
pada orang pada umumnya.
9
3. Lebih memperhatikan kesalahan
Dalam kehidupan, pasti pernah melakukan kesalahan, beberapa orang
membuat lebih banyak kesalahan. Orang yang menderita depresi lebih
memfokuskan diri pada jumlah kesalahan yang mereka buat. Sebagai
hasilnya, mereka menciptakan kesan negative mengenai kesalahan.
4. Merasa tertekan karena berbagai kewajiban dalam hidup
Dalam situasi ini, orang-orang selalu berfikir apa yang seharusnya
mereka lakukan dan tidak seharusnya mereka lakukan. Hasilnya, di
penghujung hari mereka terbebani oleh sejumlah komitmen. Orang-orang
dengan pola pikir semacam ini mengkonsentrasikan pikiran mereka pada
kepahitan dan frekuensi dan juga mempengaruhi perilaku orang-orang
disekitar mereka.
5. Merasa lemah
Permasalah bagi orang yang mengalami depresi adalah mereka merasa
tidak ada satu hal pun yang bisa memuaskan mereka. Bahkan ketika
merekan menyadari mereka bisa memperbaiki mood mereka, mereka tidak
melakukannya. Nasihat yang mereka peroleh dari teman-teman dan
keluarga dianggap tidak perlu dan tidak berguna. Mereka tidak berharap
pada suatu waktu keadaan akan membaik. Mereka kehilangan harapan dan
harapan perlahan hilang dari diri mereka. Pada titik ini, depresi tidak
memberikan mereka merasakan kebahagiaan dan optimisme.
2.1.4 Jenis Depresi
Dalam psikologi, depresi merupakan salah satu jenis dari sekian banyak
jenis gangguan mental. American Psychiatric Association memberikan batasan
10
gangguan mental sebagai gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak
secara klinis terjadi pada seseorang yang berhubungan dengan keadaan distress
atau gejala yang menyakitkan. Sementara itu, depresi sebagai salah satu bagian
rasa sakit yang mendalam atas terjadinya sesuatu yang tidak menyenangkan
sehingga memunculkan perasaan putus asa, tidak ada harapan, sedih, kecewa,
dengan ditandai adanya perlambatan gerak dan fungsi tubuh.
Secara umum depresi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Normal grief reaction
Disebut sebagai reaksi normal atas kehilangan. Jenis ini dapat juga
disebut sebagai exogeneos atau depresi aktif. Depresi itu terjadi berasal dari
factor luar. Biasanya sebagai reaksi dari kehilangan sesuatu atau seseorang
seperti misalnya pension, meningalnya seseorang yang dikasihi dan dicintai.
2. Endogenous depression
Faktor penyebab yang berasal dari dalam namun belum jelas
sumbernya . Gangguan hormonal, gangguan fisik pada organ tubuh seperti
gangguan otak atau susunan syaraf. Munculnya gangguan ini sering kali
secara perlahan dan bertahap.
3. Neurotic depression
Neurotic depression atau depresi neurotik terjadi jika depresi reaktif
tidak dapat terselesaikan dengan baik dan tuntas. Depresi ini merupakan
respon terhadap stress dan kecemasan yang telah berlangsung lama.
2.1.5 Teori Sister Callista Roy
Teori Adaptasi Sister Callista Roy (Roy, 1980, 1989; Roy dan Obloy, 1979)
melihat klien sebagai suatu sistem adaptasi. Menurut model Roy, tujuan
11
keperawatan adalah membantu individu beradaptasi terhadap perubahan
kebutuhan psikologi, konsep-diri, aturan-aturan yang berlaku, dan hubungan
bebas pada waktu sehat dan sakit (Tomey dan Alligood, 2006). Kebutuhan akan
pelayanan keperawatan timbul saat klien tidak dapat beradaptasi dengan tekanan
lingkungan internal dan eksternal.
Model Roy memfokuskan pada konsep adaptasi manusia, keperawatan,
lingkungan dan kesehatan yang semuanya saling berhubungan satu sama lain.
1. Manusia
Menurut Roy manusia adalah makluk bio, psiko, sosio, spiritual, yang
secara terus menerus berinteraksi dengan lingkungan yang berubah (Mariner,
1986). Manusia dapat beradaptasi melalui proses internal yaitu regulator dan
kognator. Regulator adalah suatu mekanisme mengatasi subsystem yang
merespon secara otomatis terhadap perubahan lingkungan melalui proses
Neuro Chemical-Endokrin (Meriner, 1986). Menurut Roy manusia
mempunyai 4 model adaptasi yaitu :
a) Kebutuhan Fisiological
Kebutuhan fisiological meliputi kebutuhan dasar tubuh dan jalan
kesepakatan dengan adaptasi dalam menghargai cairan dan elektrolit,
latihan, istirahat, eliminasi, nutrisi dan oksigen serta regulasi yang
berhubungan dengan perasaan, suhu, dan regulasi endokrin.
b) Fungsi Peran
Fungsi peran adalah penampilan tugas-tugas didasarkan pada
posisi yang diberikan dalam masyarakat. Jika seseorang menampilkan
suatu peran adalah tergantung pada interaksi orang tersebut dengan orang
12
lain dalam situasi yang diberikan. Peran utama yang diperagakan
seseorang dapat dianalisa dengan membayangkan suatu formasi pohon.
Batang dari pohon adalah peran utama sedangkan cabang atau ranting
adalah peran tambahan.
c) Saling Ketergantungan
Model saling ketergantungan melibatkan hubungan seseorang
dengan orang lain yang nyata dengan sistem pendukungnya. Fungsi
saling ketergantungan seseorang mengatur dan memelihara integrasi fisik
dengan kebutuhan yang dicapai untuk pemeliharaan dan saling
mempengaruhi. Manusia secara terus menerus mengamati lingkungan
untuk menerima stimulus sehingga dapat merespon terhadap stimulus
dan pada akhirnya dapat beradaptasi.
Sebagian system yang terbuka, individu menerima input atau
stimulus baik dari lingkungan maupun dirinya sendiri. Tingkat adaptasi
ditentukan oleh pengaruh stimulus fokal, konseptual dan residual.
Adaptasi terjadi ketika individu merespon secara positif terhadap
perubahan lingkungan. Respon adaptasi ini meningkatkan integrasi
manusia untuk menjadi sehat. Respon yang tidak efektif terhadap
stimulus, menimbulkan gangguan integrasi yang disebut sakit.
d) Keperawatan
Keperawatan bertujuan untuk membantu individu dalam usaha
untuk adaptasi dengan menata lingkungan, sehingga dapat tercapai
tingkat kesehatan yang maksimal. Sebagian system yang terbuka,
individu menerima input atau stimulus baik dari lingkumgan maupun diri
13
sendiri. Tujuan keperawatan adalah membantu individu untuk
meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap kebutuhan fisk, konsep
diri, fungsi peran, dan interdependensi. Serta hubungan saling
ketergantungan selama sehat dan sakit.
2. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
Lingkungan adalah input ke dalam diri seseorang sebagai sistem adaptif yang
melibatkan baik faktor internal maupun eksternal. Dengan demikian
perubahan lingkungan menuntut peningkatan penggunaan energy untuk dapat
beradaptasi.
3. Kesehatan
Kesehatan dan penyakit tidak dapat dielakkan dari pengalaman total
kehidupan seseorang. Kesehatan terjadi ketika manusia secara kontinyu
beradaptasi dengan stimulus, sehingga mereka bebas merespon stimulus yang
lainnya. Pembebasan energi dari usaha-usaha penanggulanagan yang tidak
efektif dapat meningkatkan kesembuhan dan kesehatan.
2.2. Konsep Retardasi Mental
2.2.1. Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi dan
merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
14
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Soetjiningsih, 2006
dalam Eko Prabowo, 2014).
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya kendala ketrampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan
secara menyeluruh, misalanya kemampuan koqnitif, bahasa, motorik dan sosial
(Rusdi, 2001).
Retardasi mental ialah keadaan dengan itelengensi yang kurang (subnormal)
sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan (seperti juga pada
demensia), tetapi gejala umum yang menonjol ialah inteligensi yang
keterbelakangan. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau
sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).
Menurut Rick Heber (1961) dalam Wiyani (2014) mengartikan retardasi
mental sebagai fungsi intelektual yang terjadi pada masa perkembangan dan di
hubungkan dengan gangguan adaptasi sosial.
Menurut Grossman (1973) dalam Wiyani (2014) melalui Manual on
Terminology and Classfication in Mental Retardation merevisi definisi heber.
Grossman mengartikan retardasi mental dengan penurunan fungsi intelektual yang
menyeluruh secara bermakna dan secara langsung dapat menyebabkan gangguan
adaptasi sosial, dan bermanisfestasi selama masa perkembangan.
2.2.2. Penyebab Retardasi Mental
Retardasi mental dapat disebabkan oleh aspek biologis, psikososial, atau
kombinasi keduannya (APA, 2000). Penyebab biologis mencakup gangguan
15
kromosom dan genetis, penyakit infeksi, dan penggunaan alkohol pada saat ibu
mengandung. Walaupun demikian, lebih dari separuh kasus retardasi mental tetap
tidak dapat dijelaskan, terutama tergolong dalam retardasi mental ringan. Kasus-
kasus yang tidak dapat dijelaskan ini mungkin melibatkan mungkin melibatkan
dalam unsur budaya atau keluarga, mungkin pengasuhan dalam lingkungan rumah
yang miskin. Atau mungkin penyebabnya merupakan interaksi antara faktor
psikososial dan genetis, hal yang masih amat minim dipahami (Thaper dkk, 1994
dalam Nevid dkk, 2005).
Pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke-1 (PPDGJ-1)
memeriksakan subkategori-subkategori klinis atau keadaan-keadaan yang sering
disertai retardasi mental sebagai berikut :
1. Akibat infeksi dan/atau intokfifikasi
Dalam kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena
kerusakan jaringan otak akibat interaksi intracranial, karena serum, obat
atau toksik lainnya. Beberapa contoh adalah :
a. Parotitis epidemika, rubella, sifilis dan toxoplasmosis congenital.
b. Ensefalopatia karena infeksi postnatal.
c. Ensefalopatia karena toxsemia gravidarum atau karena intoxikasi
lain.
d. Ensefalopatia bilirubin (“Kernicterus”)
e. Ensefalopatia post-imunisasi.
2. Akibat rudapaksa dan/atau sebab fisik lain
Rudapaksa: rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti
sinar-X, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat
16
mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa kepada
sesudah lahir tidak begitu sering mengkibatkan retardasi mental. Pada
waktu lahir (perinatal) kepala dapat mengalami tekaknan sehingga
timbul perdarahan di otak. Mungkin juga terjadi kekurangan O2
(asfiksia neonatum) yang terjadi pada 1/5 dari semua kelahiran. Hal ini
dapat terjadi karena aspirasi lendir, aspirasi liquor amnii, anestesia ibu
dan prematuritas. Bila kekurangan zat asam lambung terlalu lama maka
akan terjadi degenerasi sel-sel kortex yang kelak mengakibatkan
retardasi mental.
a. Ensefalopetia karena kerusakan prenatal.
b. Ensefalopetia karena kerusakan pada waktu lahir.
c. Ensefalopetia karena kerusakan postnatal.
3. Akibat gangguan metabolism, pertumbuhan dan gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolism (missalnya gangguan metabolism zat lipida, karbohidrat
dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kemompok ini.
Ternyata bahwa gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama
sebelum umur 4 tahun dapat mempengaruhi perkembangan otak dan
dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki
dengan keadaan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini
biarpun anak ini dibanjiri makanan yang bergizi inteligensi yang rendah
itu sudah sukar ditingkatkan. Beberapa contoh yang sering
mengakibatkan retardasi mental dalam subkategori ini ialah: a.
Lipidosis otak infantile (penyakit Tay-Sach).
17
b. Histiositosis lipidum jenis keratin (penyakit Gaucher).
c. Histiositosis lipidium jenis fosfatid (penyakit Niemann-Pick).
d. Fenilketonuria: Diturunkan melalui suatu gen yang resesif.
Pada fenilketonuria tidak terdapat enzim yang memecahkan
fenilalanin sehingga timbul keracunan neuron-neuron dengan zat itu.
Retardasi mental akibat ini sekarang dapat dicegah dengan diet yang
mengandung sedikit sekali fenilalanin.
4. Akibat penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma
(tidak termasuk tumbuhan sekunder karena rudapaksa atau keradangan)
dan beberapa reaksi sel-sel yang nyata, tetapi yang belum diketahui
betul etiologinya (diduga herediter atau familial). Reaksi sel-sel otak
(reaksi struktural) ini dapat bersifat degeneratif.
5. Akibat pengaruh prenatal yang tidak jelas
Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak
diketahui etiologinya, termasuk anomaly kranial primer dan defek
kongenital yang tidak diketahui sebabnya.
6. Akibat kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlahnya atau
dalam bentuknya. Kelainan dalam jumlah kromosom : Sindrom Down
atau Langton-Down atau mongolisme (trisomi otomosal atau trisomi
kromosom 21). Kelainan dalam bentuk kromosom : “Cri du chat”: tidak
terdapat cabang pendek pada kromosom 5. Cabang kromosom pada
kromosom 18 tidak terdapat.
18
7. Akibat prematuritas
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan
dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari
2500 gram dan /atau masa kehamilan kurang dari 38 minggu serta tidak
terdapat sebab-sebab lain.
Berdasarkan pengertian retardasi mental menurut Grossman,
seorang anak dianggap mengalami retardasi mental jika memenuhi
kriteria berikut ini.
a. Fungsi intelegensi anak dibawah normal atau standar.
b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptifnya.
c. Gejala retardasi mental muncul dalam masa perkembangan, yaitu
usia 18 tahun kebawah.
Penyebab retardasi mental secara umum dapat dibagi menjadi tiga
penyebab ialah:
a. Penyebab Pre-natal
Ada empat kelainan yang dapat terjadi pada masa pre-natal yang
dapat menyebabkan retardasi mental, antara lain:
1) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang dapat menyebabkan retardasi mental
adalah trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomy -13 atau
sindrom patau, sindrom klinefelter, dan sindrom turner.
2) Kelainan metabolik
Ada lima kelainan metabolik yang dapat menyebabkan retardasi
mental, yaitu :
19
a) Phenylketonuria, merupakan kelainan metabolik yang
sering menimbulkan retardasi mental, dimana suatu
gangguan metabolik, yang mana tubuh tidak dapat
mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin karena
defisiensi enzim hidroksilase.
b) Galaktosemia, merupakan suatu gangguan metabolisme
karbohidrat yang disebabkan tubuh tidak dapat
menggunakan galaktosa yang dimakan. Bayi akan
bertambah berat badannya dan fungi hatinya juga akan
membaik dengan diet bebas galaktosa.
c) Penyakit Tay-Sachs atau infantile amaurotic idiocy,
merupakan suatu gangguan metabolisme lemak, yang
mana tubuh tidak mampu mengubah zat-zat pralipid
menjadi lipid yang diperlukan oleh sel-sel otak.
d) Hipotiroid kongenital, merupakan defisiensi hormon tiroid
bawaan yang disebabkan oleh berbagai faktor (agenesis
kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH atau TRH, defek
pada produksi hormon tiroid). Kadang-kadang gejala
klinis tidak terlalu jelas dan baru terdeteksi setelah enam
sampai duabelas minggu kemudian. Padahal, diagnosis
dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi
mental atau paling tidak meringankan derajat retardasi
mental.
20
e) Defisiensi yodium, asupan yodium yang kurang pada ibu
hamil dimasa perkembangan otak janin dapat
mengakibatkan retardasi mental pada saat bayi di lahirkan.
Kelainan tersebut timbul jika asupan yodium ibu hamil
kurang dari 20 ug (normalnya 80-150 ug) perhari. Pada
bentuk defisiensi yodium yang tergolong berat kelainan ini
disebut juga kretinisme, dengan manifestasi klinis adalah
miksedema, kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis
dan retardai mental berat.
3) Infeksi
Infeksi merupakan peradangan yang diderita oleh seorang
individu. Ada dua infeksi yang dapat menyebabkan retardasi
mental pada anak usia dini, yaitu infeksi rubella (campak
jerman) dan infeksi cytomegalovirus. Infeksi rubella terjadi pada
ibu hamil triwulan pertama yang bisa menimbulkan anomaly
pada janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada
janin dapat berkurang jika infeksi timbul pada trimester kedua
dan ketiga.Sementara infeksi cytomegalovirus tidak
menimbulkan gejala pada ibu hamil, tetapi dapat memberi
dampak serius pada janin yang dikandungnya.
4) Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang
diakibatkan intoksikasi (kemabukan dan keracunan) alcohol
pada janin karena ibu hamil minum minuman yang mengandung
21
alcohol, terutama pada trimester pertama.FAS merupakan
penyebab tersering dari retardasi mental setelah sindrom down
di Amerika Serikat.
b. Penyebab Perinatal
Para ahli lain berpendapat bahwa jika bayi semakin rendah
berat lahirnya, semakin banyak pula kelainan yang dialaminya,
baik fisik maupun mentalnya. Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan
intraventrikular, kernicterus, dan meningitis juga dapat
menimbulkan kerusakan otak yang ireversibel dan menjadi
penyebab timbulnya retardasi mental.
c. Penyebab Post-natal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi,
intoksikasi, kejang dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada
akhirnya menimbulkan retardasi mental (Wiyani, 2014).
2.2.3. Tingkat-Tingkat Retardasi Mental
Tingkat-tingkat retardasi mental dalam PPDGJ-1 dibagi menjadi :
1. Retardasi Mental Ringan
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara
50 sampai 69 menunjukkan retardasi mental ringan. Pemahaman dan
penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai tingkat, dan
masalah kemampuan bicara yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami
keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagaian besar dapat
mencapai kemampuan bicara untuk keprluan sehari-hari.
22
Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri
dan mencapai ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah tangga,
walaupun tingkat perkembangannya agak lambat dari pada normal.
Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademik, dan banyak maslah khusus dalam membaca dan menulis.
2. Retardasi Mental Sedang
IQ biasanya berada dalam rentang 35 sampai 49. Umumnya ada
profil kesenjangan (discrepancy) dari kemampuan, beberapa dapat
mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan visuo-spasial dari
pada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya
sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan
percakapan sederhana. Tingkat perkembangan bahasa bervariasi: ada yang
dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat
berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka.
3. Retardasi Mental Berat
IQ biasanya berada dalam rentang 20 sampai 34. Pada umumnya
mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal:
a. Gambaran klinis
b. Terdapatnya etiologi organik, dan kondisi yang menyertainya
c. Tingkat prestasi yang rental
Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita
gangguan motorik yang mencolok atau deficit lain yang menyertainya,
menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpanan perkembangan yang
bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
23
4. Retardasi Mental Sangat Berat
IQ biasanya dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa
terbatas, paling banter mengerti perintah dasar dan mengajukan
permohonan sederhana. Keretampilan visio-spasial yang paling dasar dan
sederhana tentang memilih dan mencocokan mungkin dapat dicapainya,
dan dengan pengawasan dan petunjuk yang dapat penderita mungkin
mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga.
5. Retardasi Mental Lainnya
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi
mental dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin
dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu
tuli, dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak
mampu.
6. Retardasi Mental YYT
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang
cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.
2.2.4 Gejala Retardasi Mental
Gejala retardasi mental tergantung dari tipenya adalah sebagai berikut
(Dinda, 2008 dalam Trianasari 2013).
1. Retardasi Mental Ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.
Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe sosial-budaya dan
diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.Golongan ini
termasuk mampu didik, artinya selain dapat belajar baca tulis bahkan bisa
24
sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal
hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.
Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress
sehingga tetep membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi Mental Sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi
mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf
kemampuan intelektulnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja.Tetapi
dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu. Mereka juga kurang
kurang mampu menghadapi stress dan kurang mendiri sehingga perlu
bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi Mental Berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk
kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain
adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang
tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat
dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak
dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan
bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi Mental Sangat Berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik, diagnosis
dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.
25
Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya
tergantung orang disekitarnya.
2.2.4 Penanganan Retardasi Mental
Ternyata bahwa banyak penderita retardasi mental ringan bahkan yang
berat dapat mengalami perkembangan kepribadian yang normal seperti orang
dengan inteligensi normal. Sebagian besar jumlah penderita retardasi mental dapat
mengembangkan penyesuaian sosial dan vokasional yang baik serta kemampuan
hubungan dan kasih sayang antara manusia yang wajar bila terdapat lingkungan
keluarga yang mau memahaminya dan memberi semangat kepadanya secara
memadai serta fasilitas pendidikan dan latihan vokasional yang tepat (Maramis,
2009).
2.2.5 Penatalaksanaan Retardasi Mental
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada
sebab kerusakan dari sel-sel otak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka
yang penting adalah pencegahan (Mansjoer, 2005 dalam Trianasari 2013),
meliputi :
1. Pencegahan Primer
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut
termasuk pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesabaran
masyarakat umum, usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan
untuk menjaga dan mempengaruhi kebijakan kesehatan masyarakat,
konseling keluarga dan genetik dapat membantu.
26
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ini bertujuan untuk mempersingkat
perjalanan penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini bertujuan untuk menekan terjadinya kecacatan.
Pelaksanaan pencegahan ini dilakukan barsamaan dengan pencegahan
sekunder, meliputi pendidikan untuk anak, terapi perilaku, kognitif dan
psikodinamika, pendidikan keluarga, dan intervensi farmakologis
(Trianasari, 2013).
2.3 Konsep Orang Tua
2.3.1 Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga (Setiadi, 2008 dalam Trianasari, 2013).
2.3.2 Peran Orang Tua
1. Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak
Orang tua adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak.
Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku orang tua dengan
sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam pemikiran dan perilaku
anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada
berbagai ragam situasi dan kondisi lingkungan keluarga.
Keluarga mempunyai peran sebagai faktor pelaksana dalam
mewujudkan nilai-nilai, keyakinan dan persepsi budaya sebuah
27
masyarakat. Orang tua harus melaksanakan tugasnya dihadapan anaknya.
Khususnya bagi ibu yang bertugas untuk mengajarkan etika dan moral
anak. Yaitu sejak dalam kandungan sampai anak itu lahir dan besar.
Faktor-faktor inilah (genetik dan lingkungan) secara terpisah atau dengan
sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa adanya yang lain, akan
tetapi masing-masing saling memiliki andil dalam menentukan pendidikan
dan kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak banyak
dipergunakan maka yang lainnya harus ditekankan lebih keras.
2. Peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak
Selain tugasnya mewujudkan kepribadian anak, orang tua
mempunyai tugas yang tidak kalah penting, untuk membentuk
kepribadian. Peranan dalam membentuk kepribadian itu antara lain adalah:
a. Kedua orang tua mempunyai tugas untuk menyayangi anak-anaknya.
Dengan kasih sayang yang cukup, anak tidak perlu ada kekhawatiran
jika anak berada di luar rumah. Artinya, jika anak sedang berada diluar
rumah kemudian mereka mendapatkan suatu permasalahan, mereka
tidak akan bingung dalam menyelesaikan permasalahan. Sebaliknya,
jika orang tua terlalu turut campur dalam urusan anak atau orang tua
cenderung memaksakan kehendaknya, maka perilaku orang tua yang
demikian akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian
mereka.
b. Orang tua mempunyai tugas dalam menjaga ketentraman dan
ketenangan lingkungan rumah serta menyiapkan ketenangan jiwa
anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan
28
kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan
kemampuan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak
pilih.
c. Saling menghormati antara orang tua dan anak. Maksud dari hormat
disini adalah hormat bukan dalam arti lahiriah saja. Akan tetapi sikap
tegas dari orang tua. Sebagai orang tua mereka harus memperhatikan
keinginan dan permintaan alamiah sang anak. Saling menghormati
artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif berkaitan
dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih
sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang
tua harus menjaga hak-hak hukum mereka terkait dengan diri mereka
dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas kepada mereka
supaya mereka juga menghormati kedua orang tua mereka.
d. Mewujudkan kepercayaan dengan cara menghargai dan memberikan
kepercayaan terhadap anak-anak. Itu artinya sebagai orang tua, kita
akan memberikan penghargaan dan kelayakan kepada mereka, karena
hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam
bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan
menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan
kesalahan yang ada pada dirinya. Mereka akan percaya diri dan yakin
dengan kemampuannya sendiri.
e. Mengadakan perkumpulan keluarga (antara orang tua dan anak tanpa
ada pihak lain). Dengan mengadakan perkumpulan atau pertemuan
secara pribadi pada anak itu, sebagai orang tua bisa mengetahui
29
kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Orang tua juga harus memperkenalkan anak dengan keyakinan orang
tua, norma-norma yang berlaku serta hukum-hukum yang berlaku
dalam kehidupan keseharian. Orang tua merupakan tempat rujukan
bagi sejuta permasalahan anak, jangan sampai anak mendapatkan
informasi dalam kehidupan keseharian dari orang lain, olah karena itu
perlu adanya kedekatan antara orang tua dan anak. Dengan kedekatan
itu diharapkan anak kita tidak salah asuh. Dan yang paling penting
adalah bahwa orang tua satu-satunya teladan pertama bagi anak dalam
pembentukan karakter dan kepribadian. Baik sadar atau tidak semua
perilaku orang tua akan dilihat oleh anak (Nirwana, 2011).
2.3.3 Fungsi Orang Tua
Menurut Jenny, 2008 dalam Trianasari 2013, Orang tua mempunyai fungsi
yang penting dalam keluarga. Diantara fungi-fungsi tersebut antara lain:
a. Fungsi Religius
Artinya orang tua mempunyai kewajiban memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota lainnya kepada kehidupan beragama. Untuk
melaksanakan fungsi dan peran ini, orang tua sebagai tokoh inti dalam
keluarga itu harus terlebih dahulu menciptakan iklim yang religius dalam
keluarga itu, yang dapat dihayati oleh seluruh anggotanya.
b. Fungsi Edukatif
Pelaksanaan fungsi edukatif keluarga merupakan salah satu
tanggung jawab yang dipikul oleh orang tua. Sebagai salah satu unsur
pendidikan keluarga merupakan lingkungan pendidikan keluarga
30
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Orang tua
harus mengetahui tentang pentingnya pertumbuhan, perkembangan dan
masa depan seorang anak secara keseluruhan. Ditangan orang tua lah
masalah-masalah yang menyangkut anak, apakah dia akan tumbuh menjadi
orang yang suka merusak dan menyeleweng atau ia akan tumbuh menjadi
orang baik.
c. Fungsi Protektif
Gambaran pelaksanaan fungsi lingkungan, yaitu dengan cara
melarang atau menghindarkan anak dari perbuatan-perbuatan yang tidak
diharapkan, mengawasi atau membatasi perbuatan anak dalam hal-hal
tertentu menganjurkan atau menyuruh mereka untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang diharapkan mengajak bekerja sama dan saling
membantu, memberikan contoh dan tauladan dalam hal-hal yang
diharapkan.
d. Fungsi Sosialisasi
Fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anaknya tidak saja
mencakup pengembangan pribadi, agar menjadi pribadi yang mantap
tetapi meliputi pula mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang
baik. Sehubungan dengan itu perlu dilaksanakan fungsi sosialisasi anak.
Melaksanakan fungsi sosialisasi itu berarti orang tua memiliki kedudukan
sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma
sosial, dan membutuhkan fasilitas yang memadai.
31
e. Fungsi Ekonomis
Meliputi : pencarian nafkah, perencanaan serta pembelajarannya.
Keadaan ekonomi sekeluarga mempengaruhi pula harapan orang tua akan
masa depan anaknya serta harapan anak itu sendiri. Orang tua harus dapat
mendidik anaknya agar dapat memberikan penghargaan yang tepat
terhadap uang dan pencariannya, disertai pula pengertian kedudukan
ekonomi keluarga secara nyata, bila tahap perkembangan anak telah
memungkinkan.
2.3.4 Bentuk Dukungan Orang Tua
Dukungan orang tua adalah interaksi yang dikembangkan orang tua yang
dicirikan oleh perawatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua
terhadap anak. Dukungan orang tua membuat anak merasa nyaman terhadap
kehadiran orang tua dan menegaskan dalam benak anak bahwa dirinya diterima
dan diakui sebagai individu (Elis, Thomas dan Rollins, 1979 dan Lestari, 2012
dalam Durado 2013).
Sarafino (2006) dan setiabudi (2012) dalam Durado dkk (2013)
menjelaskan bahwa orang tua memiliki empat jenis dukungan yaitu :
1. Dukungan informasional yaitu orang tua memberikan saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.
2. Dukungan penilaian yaitu orang tua bertindak sebagai sebuah bimbingan
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai
sumber dan validator.
3. Dukungan instrumental yaitu berupa penyediaan sarana dan prasarana bagi
pencapaian prestasi dan pencapaian kompetensi.
32
4. Dukungan emosional yaitu orang tua sebagai tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi
(Durado dkk, 2013).
2.4 Hubungan Anak Retardasi Mental Dengan Depresi Orang Tua
Berdasarkan penelitian (Herdy dkk, 2011) dijelaskan hari hasil penelitian
pada ibu-ibu yang memiliki anak cacat yang bersekolah di YPAC Manado dimulai
bulan Desember 2011 sampai Januari 2012, jumlah responden yang didapatkan 35
orang ibu. Hasil penelitian menjelaskan tingginya angka depresi sebuhungan
dengan faktor resiko seperti kepribadian tertutup dan adanya stressor sosial
misalnya percekcokan yang sering terjadi setiap hari dalam rumah tangga karena
memiliki anak berkebutuhan khusus serta dituduh penyebab terjadi kecacatan
pada anaknya. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian ibu-ibu yang
memiliki anak cacat yang bersekolah di YPAC Manado mengalami depresi
terutama depresi ringan, dan terbanyak usia 29-45 tahun.
Dalam penelitian Dwi & Indri (2016) keluarga dalam merawat keluarga
dengan keterbelakangan mental juga mempunyai beban fisik maupun psikologis,
serta dapat menimbulkan perlakuan maladaftif berupa perlakuan salah dan
peningkatan emosi pada orang tua yang merawatnya. Beban orang tua yang
memiliki anak dengan retardasi mental atau keterbelakangan mental yang
bersekolah di tingkat SD di SLB Neregi Semarang juga dapat dipengaruhi oleh
tahap perkembangan keluarga, dimana hasil menunjukkan 49,2% adalah bentuk
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak sehingga pengasuhan anak hanya
bertumpu pada ibu dilain sisi ternyata peran seorang ayah sangatlah penting dalam
pengasuhan, karena dukungan yang diberikan seorang ayah dengan anak
33
penyandang cacat secara tidak langsung memberikan dukungan juga terhadap ibu
yang mengasuhnya . Menurut hasil penelitian dukungan anak penyandang cacat di
tingkat SD di SLB Negeri Semarang sebagian besar adalah dukungan tidak baik
sebanyak 71 orang, sebagian besar 68 orang tua merasa terbebani dalam merawat
anak penyandang cacat. Ternyata ada hubungannya dukungan keluarga dengan
beban orang tua dalam merawat anak penyandang cacat.
Sejalan dengan penelitian Umi (2014) dijelaskan dari hasil penelitian bahwa
jika ibu memperoleh dukungan dari ayah, jika memiliki pengetahuan dan
memiliki pedoman agama yang baik maka penerimaan ibu dengan anak retrdasi
mental juga akan meningkat.
Tidak hanya itu penelitian Ch. Hatri (2014) dari 30 responden sebagian
besar orang tua yang memiliki anak retardasi mental memiliki mekanisme koping
adaptif sebanyak 20 orang, dan sebagian kecil memiliki mekanisme koping
maladaptif sebanyak 10 orang. Dari hasil penelitian didapatkan huhungan antara
tingkat pengetahuan tentang retardasi mental dengan mekanisme koping pada
orang tua anak penyandang retardasi mental di SLB Marganingsih Kregan
Yogyakarta.
Hasil penelitian Retno, Esri & Riya (2009) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang sangat signifikan antara sikap orang tua dengan kemampuan
sosialisasi anak retardasi mental, karena orang tua juga memiliki pengaruh yang
cukup kuat terhadap kemampuan sosialisai anak retardasi mental dibandingkan
dengan orang lain. Berhasil atau tidaknya anak retardasi mental meniti tugas
perkembangannya tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh
keluarga khususnya kedua orang tuanya, ayah ataupun ibu. Hasil penelitian ini
34
sesuai dengan penelitian Aryani (2011) bahwa orang tua yang menerima keadaan
anaknya akan lebih memperhatikan perkembangan anak dan memberikan
kesempatan serta sarana interaksi yang dapat membantu anak dalam
mengembangkan kemampuan sosial anak khususnya anak retardasi mental
(tunagrahita).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
FaktorYangMempengaruhi Faktor Yang Mempengaruhi
Retardasi Mental: Depresi Orang Tua:
1. Akibat Rudapaksa Dan/Atau 1. Kurang Berfikir Positif
Intoksifikasi 2. Kurangnya Rasa Percaya
2. Akibat Rudapaksa Dan/Atau Diri
Sebab Fisik Lain 3. Lebih Memperhatikan
3. Akibat Gangguan Kesalahan
Metabolisme, Pertumbuhan 4. Merasa Tertekan Karena
Dan Gizi Berbagai Kewajiban
4. Akibat Penyakit Otak Yang Dalam Hidup
Nyata 5. Merasa Lemah 5. Akibat Pengaruh Prenatal
Yang Tidak Jelas
6. Akibat Kelainan Kromosom 7. Akibat Prematuritas
ANAK DEPRESI
ORANG
RETARDASI
MENTAL TUA
Tidak Depresi
Depresi Sangat Berat
Ringan Sangat Depresi Dpresi
Berat Ringan Berat
Sedang Berat Depresi
Sedang
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian hubungan anak retradasi mental dengan depresi orang tua di SLB Muhammadiyah Jombang Tahun
2017.
35
36
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010).
H1 : Ada hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang tua.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan dan pemecahan masalah (Notoatmojho, 2010). Metode penelitian
dalam bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian, waktu dan tempat
penelitian, populasi, sampel dan sampling, kerangka kerja, identifikasi variabel
dan definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, serta yang terakhir adalah menjelaskan tentang etika
penelitian.
4.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah kuantitatif korelasional
yang mengkaji hubungan antara variabel. Penelitian korelasional ini bertujuan
mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel. Hubungan korelatif mengacu
pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel
yang lain. Dengan minimal dua variabel (Nursalam, 2013). Dengan demikian pada
rancangan korelasional peneliti melibatkan rancangan penelitian yang digunakan
observasi model cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali
pada satu saat (Hidayat, 2009).
37
38
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan proposal)
sampai dengan penyusunan laporan akhir yaitu dari bulan Februari sampai
dengan Juni 2017.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Muhammadiyah Jombang Tahun 2017.
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah setiap subyek (missal pasien, manusia) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Menurut Arikunto (2010),
populasi adalah keseluruhan populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
populasi yang akan digunakan adalah semua orang tua yang memiliki anak
retardasi mental di SDLB Muhammadiyah Jombang.
4.3.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan
sebagai subyek penelitian (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah
orang tua yang memiliki anak retardasi mental di SDLB Muhammadiyah
Jombang.
Besar sampel penelitian yang digunakan untuk jumlah orang tua dan anak
retardasi mental yaitu menggunakan rumus :
n =
39
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikansi (0,05) (Nursalam, 2011)
Jadi besar sampel adalah 27 orang tua yang memiliki anak retardasi mental.
4.3.3 Sampling
Sampling penelitian adalah proses menyeleksi populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada . Sampling adalah persiapan untuk menyeleksi porsi
populasi agar bisa untuk mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara
yang ditempuh dalam pengambilan sample, supaya mendapat sampel yang betul-
betul sesuai yang diharapkan yakni dengan subjek peneliti (Nursalam, 2013).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability Sampling jenis Simple
Random Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (Hidayat, 2008).
40
4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)
Frame Work adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah yang
dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan dari awal sampai akhir
penelitian) (Nursalam, 2013).
Penyusunan Proposal
Perumusan Masalah
Populasi
Semua orang tua yang memiliki anak retardasi mental di SDLB
Muhammadiyah Jombang berjumlah 29 orang
Sampel
Orang tua yang memiliki anak retardasi mental di SDLB Jombang berjumlah 27 orang
Sampling
Simple Random Sampling
Desain Penelitian
Cross Sectional
Pengumpulan Data
Kuesioner
Pengolahan Data
(Editing, Coding, Scoring, Tabulating)
Analisa Data
Uji Spearman Rank
Penyajian Hasil Penelitian
Gambar 4.1 : Kerangka kerja hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang tua Di SLB Muhammadiyah Jombang Tahun 2017.
41
4.5 Identifikasi Variabel Dan Definisi Oprasional
4.5.1 Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain–lain).
1. Variabel independent (bebas)
Variabel bebas adalah suatu kegiatan stimulus aktivitas yang
dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel
dependen (Nursalam, 2014). Variabel independent pada penelitian ini
adalah anak retardasi mental.
2. Variabel dependent (terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan
oleh variabel lain (Nursalam, 2014). Variabel dependent dalam
penelitian ini adalah depresi orang tua.
4.5.2 Definisi Oprasional
Definisi oprasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi
lagi oleh orang lain (Nursalam, 2014).
42
Tabel 4.1. Definisi oprasional hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang tua tingkat SD di SLB muhammadiyah Jombang.
Variabel
Definisi Parameter
Alat Skala Kategori dan Kriteria
Operasional
Ukur Ukur
Variabel Kemampuan mental Tes IQ Hasil O Kriteria :
Independent dibawah normal (Data Sekunder) Tes IQ R 1. IQ 50-69
Anak dan suatu kondisi D 2. IQ 35-49
Retardasi yang ditandai oleh I 3. IQ20-34
Mental intelegensi yang N 4. IQ dibawah 20
rendah. A Kategori:
L 1. Ringan dengan kode (4)
2. Sedang dengan kode (3)
3. Berat dengan kode (2)
4. Sangat Berat
dengan kode (1)
Variabel Gangguan mood, Gejala Depresi : K O Jawaban menggunakan
Dependent kondisi emosional 1. Perubahan emosional U R skala BDI (Beck
Depresi berkepanjangan a. Sedih E D Depression Inventory)
Orang Tua yang mewarnai b. Menangis S I dimana terdapat 21
seluruh proses c. Mudah tersinggung I N pernyataan dengan
mental d. Pesimis O A jawaban :
e. Perasaan tidak puas N L 1 : tidak depresi
f. Perasaan bersalah E 2 : depresi ringan
2. Perubahan perilaku dan R 3 : depresi sedang
motorik 4 : depresi berat
a. Gangguan tidur 5 : depresi sangat berat
b. Kelelahan (Beck, 1985, cit.
c. Kehilangan selera Purnomo, 2005)
makan Skor depresi :
d. Penurunan berat 21 - 33,6 = tidak
badan depresi
e. Gejala psikosomatis (dengan kode 5)
f. Perubahan libido 33,7 – 50,5 = depresi
3. Perubahan ringan
motivasional (dengan kode 4)
a. Keinginan bunuh 50,6 – 67,4 = depresi
diri sedang
b. Menurunnya (dengan kode 3)
partisipasi sosial 67,5 – 84,3 = depresi
c. Kesulitan berat
mengambil (dengan kode 2)
keputusan 84,4 – 105 = depresi
d. Kemunduran dalam sangat berat (dengan kode
pekerjaan 1)
4. Perubahan koqnitif
a. Gagal
b. Kebencian terhadap
diri sendiri
c. Menyalahkan diri
sendiri
d. Bimbang
e. Penyimpanan citra
tubuh
43
4.6 Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah alat pengumpulan data yang disusun dengan
hajat untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data
kuantitatif (Nursalam, 2014). Kuesioner dalam penelitian ini adalah bentuk
pernyataan. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan dalam pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010). Jenis kuesioner yang digunakan adalah
closed ended yaitu mengarahkan jawaban responden dengan pilihan jawaban yang
telah ditentukan (Notoatmodjo, 2010).
a. Pengukuran Tes IQ
Pengukuran tes IQ dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder yaitu data pengukuran yang diperoleh dari data sekolah.
b. Pengukuran Tingkat Depresi
Data mengenai tingkat depresi akan didapatkan melalui metode
angket dengan menggunakan skala adaptasi BDI (Beck Depression
Inventory). Skala ini mempunyai empat respon pilihan yang diskor
dengan angka 1, 2, 3, 4, 5 skor responden adalah total jumlah jawaban
yang menunjukkan berbagai tingkat keparahan yaitu tidak depresi, depresi
ringan, depresi sedang, depresi berat, dan depresi sangat berat.
Skala BDI disusun oleh beck pada tahun 1986. Pada awalnya BDI
disusun untuk mengungkap tingkat depresi dalam populasi psikiatrik,
kemudian dalam perkembangan selanjutnya ditemukanbahwa BDI cukup
valid digunakan dalam populasi individu normal misalnya remaja. Skala
44
BDI terdiri dari 21 item. Skor untuk setiap item BDI berkisar antara 1-5.
Semakin besar berarti semakin rendah tingkat depresi.
4.6.1 Uji instrument penelitian
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu tes atau intrumen pengukuran dapat dikatakan
mempunyai validitas tinggi jika alat ukur tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil jika ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilakn data yang tidak
relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki
validitas rendah. Disisi lain dari pengertian validitas adalah aspek
kecermatan pengukuran (Saifuddin Azwar, 2000 dalam Sunyoto &
Setiawan, 2013). Kuesioner dalam penelitian ini variabel ke dua yaitu
depresi diambil dari penelitian saudari Desy Lutfiatul (2016) yang telah
dilakukan uji validitas sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas
kembali.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Uji reabilitas merupakan indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Reabilitas tes berhubungan dengan
masalah ketepatan. Untuk mencari reabilitas tes menggunakan rumus
Alpha Cronback : (Arikunto, 2006). Kuesioner dalam penelitian ini
45
variabel ke dua yaitu depresi diambil dari penelitian saudari Desy Lutfiatul
(2016) yang telah dilakukan uji reliabilitas sehingga tidak perlu dilakukan
uji reliabilitas kembali.
4.7 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk pengukuran retardasi mental data diambil dari tes IQ yang
dilakukan disekolah secara berkala. Berdasarkan data sekunder tersebut
peneliti dapat mengambil anak retardasi mental sesuai data yang ada.
Peneliti mengambil data anak retardasi mental untuk tingkatan SD di SLB
Muhammadiyah Jombang.
2. Untuk mengetahui data depresi pada orang tua yang memiliki anak
retardasi mental peneliti mengunakan alat ukur kuesioner. Sebelumnya
calon responden mendandatangani informed consent bila bersedia
menjadi responden. Setelah itu responden dibagikan kuesioner untuk
diisi. Setelah kuesioner terkumpul kembali peneliti melakukan analisa
data , dan terakhir melakukan penyusunan hasil penelitian.
46
4.8 Pengolahan Dan Analisa Data
4.8.1 Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2009) setelah angket dari respondent terkumpul,
selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat dan arti suatu kode dari suatu
variabel.
a. Responden Orang Tua
Responden 1 = R1
Responden 2 = R2
Responden 3 = R3
b. Umur Orang Tua
30-34 tahun = U1
35-39 tahun = U2
40-44 tahun = U3
45-49 tahun = U4
47
50-54 tahun = U5
55-59 tahun = U6
c. Jenis Kelamin
Laki-laki = J1
Perempuan = J2
d. Tingkat Pendidikan Orang Tua
SD = T1
SMP = T2
SMA = T3
Perguruan Tinggi = T4
e. Pekerjaan Orang Tua
Bekerja = P1
Tidak Bekerja = P2
f. Kriteria Depresi
Sangat berat = 5
Berat = 4
Sedang = 3
Ringan = 2
Tidak depresi = 1
3. Scoring
Scoring adalah pemberian nilai yang berupa angka pada jawaban pertanyaan
untuk memperoleh data. Pemberian skor pada penelitian ini sebagai berikut :
48
a. Variabel anak retardasi mental
Untuk scoring anak retardasi mental diperoleh dari data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari sekolah dengan menggunakan hasil tes IQ.
Dengan skor sebagai berikut :
Jika hasil tes IQ 50-69 maka dikatakan retardasi mental ringan.
Jika hasil tes IQ 35-49 maka dikatakan retardasi mental sedang.
Jika hasil tes IQ 20-34 maka dikatakan retardasi mental berat.
Jika hasil tes IQ dibawah 20 maka dikatakan retardasi mental sangat
berat.
b. Variabel depresi orang tua
Untuk pengukuran depresi orang tua dengan menggunakan kuesioner
dengan poin penilaian untuk pernyataan depresi sebagai berikut :
Depresi sangat berat = 5
Depresi berat = 4
Depresi sedang = 3
Depresi ringan = 2
Tidak depresi = 1
4. Tabulating
Tabulating yakni membuat tabel-tabel data,sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini
proses tabulasi dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel
distribusi frekuensi yang diinterprestasikan menurut dengan penggunakan
presentase sebagi berikut:
49
100 % = Seluruhnya
76 % - 99 % = Hampir Seluruhnya
51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden
50 % = Setengah responden
26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya
1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden
0 % = Tidak ada satupun dari responden
(Arikunto, 2010).
4.8.2 Analisa Data
Prosedur analisis data merupakan proses memilih dari beberapa sumber
maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan
(Arikunto, 2010).
1. Analisis Univariate
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate
tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Arikunto,
2010).
Terdapat dua data, yaitu data umum dan data khusus. Data umum
dari penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.
Sedangkan data khusus dari penelitian ini variabel independent dan
dependent. Variabel independent pada penelitian ini adalah anak
retardasi mental dan variabel dependent adalah depresi orang tua.
50
Adapun penyajian data berupa rata-rata, standar deviasi, nilai
ekspetasi maksimal dan minimal.
2. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Arikunto, 2010), yaitu hubungan anak
retardasi mental dengan depresi orang tua.
Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel apakah siqnifikan
atau tidak dengan tingkat kesalahan 0,05 menggunakan uji Spearman
Rank dengan software SPSS, diperoleh nilai p, jika p< maka H1
diterima artinya ada hubungan antara anak retardasi mental dengan
depresi orang tua. Sedangkan jika nilai p> maka Ho ditolak artinya
tidak ada hubungan antara anak retardasi mental dengan depresi orang
tua.
4.9 Etika Penelitian
4.9.1 Infomed Consent
Infomed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden. Infomed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Infomed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta
mengetaui dampaknya. Bentuk Infomed Consent dilakukan peneliti dengan cara
memberi lembar persetujuan untuk menjadi responden dan apabila setuju untuk
menjadi responden maka responden tanda tangan disurat persetujuan. Dari
keseluruhan responden bersedia menjadi responden pada saat penelitian.
51
4.9.2 Anonimity (tanpa nama)1
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Kode nama
responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah R1, R2, R3, dan
seterusnya.
4.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah lainnya.
Semuanya informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,
2009). Dalam penelitian ini peneliti merahasiakan identitas responden salah
satunya nama dan wajah responden pada dokumentasi penelitian.
4.10 Keterbatasan Penelitian
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada
responden. Teknik ini memungkinkan jawaban dari responden subjektif atau
sesuai dengan harapan pribadi responden sehingga tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada. Serta keterbatasan waktu pada saat penelitian.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan, pada hasil
penelitian ini akan dibagi dua yaitu data umum dan data khusus. Data umum
meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan yang disajikan dalam bentuk
tabel. Data khusus disajikan data bentuk tabel. Pengambilan data dalam bentuk
kuesioner pada tanggal 8 April 2017. Pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui
apakah ada hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang tua di SDLB
Muhammadiyah Jombang. Untuk mengetahui penelitian secara lengkap sebagai
berikut :
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Lokasi penelitian adalah SDLB Muhammadiyah Jombang yang
beralamatkan di Jalan Brigjend Katamso No. 20A, Pulo Lor, Kecamatan
Jombang, Kabupaten Jombang. SDLB Muhammadiyah merupakan sekolah luar
biasa terakreditasi A yang berada dibawah naungan Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah Muhammadiyah Jombang. Lokasi gedung SDLB Muhammadiyah
berada satu lingkup sekolah TKLB, SMPLB, dan SMALB Muhammadiyah. Luas
tanah SDLB Muhammadiyah 4,205 m2 dengan fasilitas yang dimiliki yaitu 9
ruang kelas, 1 ruang perpustkaan, dan 2 ruang sanitasi siswa. Tahun pelajaran
2016/2017 SDLB Muhammadiyah menerapkan kurikulum K-13 dalam metode
52
53
pembelajaran dengan waktu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di pagi
hari.
5.1.2 Data Umum
Data umum berupa karakteristik responden yang meliputi umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, yang dapat dilihat dalam tabel berikut :
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di SDLB Muhammadiyah Jombang tahun 2017.
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1 30 - 34 9 33.3
2 35 - 39 6 22.2
3 40 - 44 4 14.8
4 45 - 49 7 25.9
5 50-54 0 0
6 55 - 59 1 3.7
Jumlah 27 100 Sumber : Data primer, 2017
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan usia
hampir dari setengahnya berusia 30 - 34 tahun sejumlah 9 orang dengan
persentase 33,3 %.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di SDLB Muhammadiyah Jombang tahun 2017.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 1 3,7
2 Perempuan 26 96,3
Jumlah 27 100
Sumber : Data primer, 2017
54
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin hampir seluruhnya berjenis kelamin perempuan sejumlah 26 orang
dengan persentase 96,3 %.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017.
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 5 18,5
2 SMP 7 25,9
3 SMA 13 48,1
4 P. TINGGI 2 7,4
Total 27 100 Sumber : Data primer, 2017
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan
pendidikan hampir dari setengahnya berpendidikan SMA sejumlah 13 orang
dengan persentase 48,1 %.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di SDLB Muhammadiyah Jombang tahun 2017.
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Bekerja 11 40,7
2 Tidak bekerja 16 59,3
Total 27 100 Sumber : Data primer, 2017
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan
pekerjaan sebagian besar dari responden tidak bekerja sejumlah 16 orang
dengan persentase 59,3 %.
55
5.1.3 Data Khusus
1. Anak Retardasi Mental
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan anak retardasi mental di SDLB Muhammadiyah Jombang tahun 2017.
No Retardasi Mental Frekuensi Persentase (%)
1 Ringan 14 51,9
2 Sedang 11 40,7
3 Berat 2 7,4
4 Sangat Berat 0 0
Total 27 100 Sumber : Data sekunder, 2016
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar anak retardasi mental
mengalami retardasi mental ringan sejumlah 14 orang dengan persentase
51,9 %.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Depresi
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat depresi di SDLB Muhammadiyah Jombang tahun 2017.
No Depresi Frekuensi Presentase (%)
1 Tidak Depresi 2 7,4
2 Ringan 18 66,7
3 Sedang 6 22,2
4 Berat 1 3,7
5 Sangat berat 0 0
Jumlah 27 100 Sumber : Data primer, 2017
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan tingkat
depresi sebagian besar dari responden mengalami depresi ringan sejumlah 18
orang dengan persentase 66,7 %.
56
3. Hubungan Anak Retardasi Mental Dengan Depresi
Tabel 5.7 Tabulasi silang anak retardasi mental dengan depresi orang tua di SDLB Muhammadiyah Jombang tahun 2017.
Anak Depresi
Retardasi Tidak Ringan Sedang
Berat
Sangat Total
Mental depresi
Berat
∑%∑%∑%∑%∑ %∑%
Ringan 2 7,4 10 37,0 2 7,4 0 0 0 0 14 51,9
Sedang 0 0 8 29,6 3 11,1 0 0 0 0 11 40,7
Berat 0 0 0 0 1 3,7 1 3,7 0 0 2 7,4
Sangat Berat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 2 7,4 18 66,7 6 22,2 1 3,7 0 0 27 100
Uji Spearman Rank p value = 0,02
Sumber : Data primer, 2017.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki anak
retardasi mental ringan sejumlah 14 orang (51,9%), dimana 2 orang (7,4%)
tidak mengalami depresi, sedangkan 10 orang (37,7%) mengalami depresi
ringan. Responden yang memiliki anak retardasi mental sedang sejumlah 11
orang (40,7%), dimana 8 orang (29,6%) mengalami depresi ringan, dan 3
orang (11,1%) responden mengalami depresi sedang. Responden yang
memiliki anak retardasi mental berat sejumlah 2 orang (7,4%), dimana 1
orang (3,7%) responden mengalami depresi sedang, sedangkan 1 orang
(3,7%) mengalami depresi berat.
Analisa data dilakukan dengan uji spearman rank dengan SPSS pada
taraf kesalahan 5%. Berdasarkan hasil uji spearman rank antara variabel anak
retardasi mental dengan depresi orang tua di SDLB Muhammadiyah
Jombang, didapatkan nilai p value = 0,02 dimana p value < 0,05. Maka H0
ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan anak retardasi mental
dengan depresi orang tua di SDLB Muhammadiyah Jombang.
57
4. Hubungan Umur Dan Depresi Orang Tua
Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan umur dengan depresi di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017
Depresi
Umur Tidak Ringan Sedang
Berat
Sangat Total
Depresi
Berat
∑%∑%∑%∑%∑ %∑%
30-34 1 3,7 6 22,2 1 3,7 1 3,7 0 0 9 33,3
35-39 0 0 6 22,2 0 0 0 0 0 0 6 22,2
40-44 1 3,7 2 7,4 1 3,7 0 0 0 0 4 14,8
45-49 0 0 4 14,8 3 11,1 0 0 0 0 7 25,9
50-54 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55-59 0 0 0 0 1 3,7 0 0 0 0 1 3,7
Total 2 7,4 18 66,7 6 22,2 1 3,7 0 0 27 100
Sumber : Data primer, 2017
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki anak
retardasi mental dengan rentan umur 30-34 tahun sejumlah 9 orang (33,3%),
dimana 1 orang (3,7%) tidak mengalami depresi, sedangkan 6 orang (22,2%)
mengalami depresi ringan, 1 orang (3,7%) mengalami depresi sedang, dan 1
orang (3,7%) mengalami depresi berat. Responden yang memiliki anak
retardasi mental dengan rentan umur 35-39 tahun sejumlah 6 orang (22,2%),
dimana 6 orang (22,2%) mengalami depresi ringan. Responden yang
memiliki anak retardasi mental dengan rentan umur 40-44 tahun sejumlah 4
orang (14,8%), dimana 1 orang (3,7%) tidak mengalami depresi, 2 orang
(7,4%) mengalami depresi ringan, 1 orang (3,7%) mengalami depresi sedang.
Responden yang memiliki rentan umur 45-49 tahun 7 orang (25,9%) dimana
4 orang (14,8%) mengalami depresi ringan, 3 orang (11,1%) mengalami
depresi sedang. Responden dengan rentan umur 55-59 tahun sejumlah 1 orang
(3,7%) mengalami depresi sedang.
58
5. Hubungan Jenis Kelamin Dan Depresi Orang Tua
Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan depresi di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017
Jenis Depresi
Tidak
Sangat Total
Kelamin
Ringan Sedang Berat
Depresi Berat
∑%∑%∑%∑%∑ %∑%
Laki-laki 0 0 0 0 1 3,7 0 0 0 0 1 3,7
Perempuan 2 7,4 18 66,7 5 18,5 1 3,7 0 0 26 96,3
Total 2 7,4 18 66,7 6 22,2 1 3,7 0 0 27 100
Sumber : Data primer, 2017
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa responden dengan jenis
kelamin laki-laki sejumlah 1 orang (3,7%), mengalami depresi sedang.
Responden dengan jenis kelamin perempuan sejumlah 26 orang (96,3%),
dimana 2 orang (7,4%) tidak mengalami depresi, 18 orang responden (66,7%)
mengalami depresi ringan, 5 orang (18,5) mengalami depresi sedang, dan 1
orang (3,7%) mengalami depresi berat.
6. Hubungan Pendidikan Dan Depresi Orang Tua
Tabel 5.10 Tabulasi silang hubungan pendidikan dengan depresi di SDLB Muhammadiyah Jombang tahun 2017
Depresi
Pendidikan Tidak Ringan Sedang
Berat
Sangat Total
Depresi
Berat
∑%∑%∑%∑%∑ %∑%
SD 1 3,7 2 7,4 2 7,4 0 0 0 0 5 18,5
SMP 0 0 6 22,2 1 3,7 0 0 0 0 7 25,9
SMA 1 3,7 9 33,3 2 7,4 1 3,7 0 0 13 48,1
P. TINGGI 0 0 1 3,7 1 3,7 0 0 0 0 2 7,4
Total 2 7,4 18 66,7 6 22,2 1 3,7 0 0 27 100
Sumber : Data primer, 2017
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa responden yang
berpendidikan SD sejumlah 5 orang (18,5), dimana 1 orang (3,7%) tidak
59
mengalami depresi, 2 orang (7,4%) mengalami depresi ringan, dan 2 orang
(7,4%) mengalami depresi sedang. Responden yang berpendidikan SMP
sejumlah 7 orang (25,9%), dimana 6 orang (22,2%) mengalami depresi
ringan, dan 1 orang (3,7%) mengalami depresi sedang. Responden yang
berpendidikan SMA sejumlah 13 orang (48,1%), dimana 1 orang (3,7%) tidak
mengalami depresi, 9 orang (33,3%) mengalami depresi ringan, 2 orang
(7,4%) mengalami depresi sedang, 1 orang (3,7%) mengalami depresi berat.
Sedangkan responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi sejumlah 2 orang
(7,4%), dimana 1 orang (3,7%) mengalami depresi ringan, dan 1 orang (3,7%)
mengalami depresi sedang.
7. Hubungan Pekerjaan Dan Depresi Orang Tua
Tabel 5.11 Tabulasi silang hubungan pekerjaan dengan depresi di SDLB
Muhammadiyah Jombang tahun 2017
Depresi
Pekerjaan Tidak Ringan Sedang Berat
Sangat Total
Depresi Berat
∑%∑%∑%∑%∑ %∑%
Bekerja 0 0 8 29,6 3 11,1 0 0 0 0 11 40,7
Tdk bekerja 2 7,4 10 37,0 3 11,1 1 ,7 0 0 16 59,3
Total 2 7,4 18 66,7 6 22,2 1 3,7 0 0 27 100
Sumber : Data primer, 2017
Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa responden yang bekerja
sejumlah 11 orang (40,7%), dimana 8 orang (29,6%) mengalami depresi
ringan, 3 orang (11,1%) mengalami depresi sedang. Responden yang tidak
bekerja sejumlah 16 orang (59,3%), dimana 2 orang (7,4%) tidak
mengalami depresi, 10 orang (37,0%) mengalami depresi ringan, 3 orang
(11,1%) mengalami depresi sedang, 1 orang (3,7%) mengalami depresi
berat.
60
5.2 Pembahasan
5.2.1 Anak Retardasi Mental di SDLB Muhammadiyah Jombang
Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai
retardasi mental didapatkan dari total responden sebanyak 27 yaitu 14 anak
termasuk dalam kategori retardasi mental ringan (51,9%).
Menurut peneliti, anak dengan retardasi mental ringan masih bisa di didik
dan lebih mudah diarahkan dalam hal belajar dari pada anak retardasi mental yang
lebih berat. Selain stress yang dialami anak pastinya membawa dampak terhadap
orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Karena belum tentu orang tua
yang memiliki anak tidak seperti anak normal pada umumnya dapat diterima baik
oleh pihak keluarga dan terkadang orang tuanya sendiri. Karena orang tua yang
merasa tidak percaya diri dengan kondisi perkembangan anak , serta bagi ibu yang
merasa terbebani harus merawat sendiri anak yang mengalami retardasi mental ,
karena suami sebagai ayah tidak bisa menerima kondisi anak dan tidak
mendukung bagaimana untuk perkembangan anak agar anak tetap bisa
bersosialisasi dengan lingkungan teman seperti layaknya anak normal.
Sesuai Teori Trianasari (2013) dijelaskan bahwa anak dengan retardasi
mental ringan termasuk golongan mampu didik, artinya selain dapat belajar baca
tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih ketrampilan tertentu
sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang
normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress
sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarga. Hal ini didukung oleh
Teori Ekas,Lickenbrok &Whitman (2010) dan Sipal & Sayin (2013) menyebutkan
61
bahwa dalam merawat anak dengan kelainan mental yang pertama dan utama
dibutuhkan ibu adalah dukungan dari suaminya.
5.2.2 Depresi Orang Tua di SDLB Muhammadiyah Jombang
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah 27 responden
berdasarkan tingkat depresi orang tua pada anak retardasi sebagian besar dari
responden mengalami depresi ringan sejumlah 18 orang dengan persentase (66,7
%), sebagian kecil dari responden sejumlah 6 orang (22,2%) mengalami depresi
sedang, 1 orang (3,7%) mengalami depresi berat, dan 2 orang (7,4%) tidak
mengalami depresi.
Menurut peneliti, keadaan dimana depresi yang dialami orang tua anak
retardasi mental dipengaruhi oleh perasaan sedih, menangis, dan perasaan
bersalah mempunyai anak retardasi mental. Hal ini didukung oleh kuesioner
depresi nomer 1, 5, dan 10 yang mengulas tentang dimensi emosi berupa perasaan
bersalah , menangis, dan keadaan sedih. Yang kebanyakan responden menjawab
pernyataan nomer 1, 2 dan sebagian responden menjawab nomer 5 yang artinya
mengalami depresi ringan.
Sesuai teori bahwa orang yang mengalami depresi secara umum tidak
pernah merasa senang dalam hidup, meskipun menjalani kegiatan yang
menyenangkan sesuai hobi dan rekreasi tidak memberikan kesenangan (Frank J.
Bruno, 1997). Merawat anak yang mengalami keterbatasan seperti retardasi
mental melibatkan pengalaman emosional sebagai komponen penting dalam
pengasuhan anak. Keadaan emosi pengasuh seperti depresi dan kemarahan akan
mempengaruhi perilaku mereka terhadap anak (Pianta et al, 1996). Banyak
penelitian Begum dan Desai (2010) dengan judul “A Comparative Study To
62
Evaluate Psychological Status of Mother of Children with Cerebral Palsy and
Mother of Normal Children” bahwa telah menemukan bahwa ibu dari anak
dengan keterbatasan secara signifikan melaporkan berbagai keluhan fisik yang
dialami ibu serta meningkatnya tingkat depresi dan masalah emosional daripada
ibu dari anak normal. Depresi ibu dapat mengurangi rasa tanggung jawab ibu
dalam mengurus anak dan mengurangi keterlibatan ibu terkait masalah pendidikan
anak serta pemberian nutrisi yang tepat bagi anak (Olsson, 2001).
Tingkat depresi orang tua dengan anak retardasi mental dapat dipengaruhi
dari beberapa faktor yaitu faktor umur pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa hampir
dari setengahnya berusia 30-34 tahun sejumlah 9 orang (33,3%), 1 orang (3,7%)
responden tidak mengalami, 6 orang (22,2%) mengalami depresi ringan, 1 orang
(3,7%) mengalami depresi sedang, dan 1 orang (3,7%) mengalami depresi berat.
Menurut peneliti, orang tua yang memiliki usia lebih muda dari 30 tahun
memiliki emosi dan segi mental serta psikologis yang belum mencapai
kematangan untuk bisa menghadapi suatu masalah yang membuat tertekan dan
depresi jika tidak bisa mengatasinya. Berbeda dengan orang tua yang memiliki
usia di atas 45 tahun akan lebih bisa menghadapi suatu masalah yang dihadapi
dikarenakan dalam segi psikologi lebih matang dan lebih banyak pengalaman
dalam hidup. Pendapat ini dikuatkan dengan Teori (Riwanti,2006) bahwa makin
muda usia sesorang mendapatkan stressor kehidupan, maka kecenderungan untuk
mengalami depresi lebih besar, meskipun sebenarnya mereka yang berusia lanjut
mungkin lebih besar resikonya mengalami depresi. Hasil penelitian ini didukung
oleh peneitian (Hendry dkk, 2011) bahwa diusia 29-45 tahun ibu-ibu sejumlah 35
orang yang memiliki anak retardasi mental yang bersekolah di YPAC Manado
63
mengalami depresi ringan karena di usia ini ibu-ibu lebih tertutup dalam
menghadapi masalah yang dihadapinya serta menimbulkan percekcokan antara
suami bahwa memiliki anak retardasi mental adalah kesalahan ibu.
Faktor yang mempengaruhi depresi selanjutnya adalah jenis kelamin. Tabel
5.9 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin hampir
seluruhnya berjenis kelamin perempuan sejumlah 26 orang (96,3%).
Menurut peneliti, perempuan lebih cenderung menggunakan perasaan dan
emosinya dalam menghadapi suatu masalah. Sehingga perempuan resiko
mengalami depresi lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Serta berkaitan
dengan hormone, perempuan lebih mudah tersentuh hatinya dan mudah menangis
jika tidak mampu menghadapi suatu masalah. Berbeda dengan laki-laki yang lebih
santai menghadapi masalah yang sedang dialami oleh karena itu laki-laki beresiko
lebih kecil terjadi depresi dibandingkan perempuan. Dilain sisi orang tua yang
lebih dekat dengan anak adalah ibu karena setiap hari yang lebih banyak
melakukan interaksi dengan anak adalah ibu kemungkinan karen ayah bekerja dan
tidak mempunyai banyak waktu dengan anak.
Hal ini didukung oleh Teori bahwa estrogene dan progesterone (hormone
reproduksi) pada perempuan telah ditunjukkan mempengaruhi neurotransmitter,
neuroendokrin, dan siklus tubuh yang terlibat dalam gangguan suasana hati
(Kaplan, 2005). Sedangkan menurut Nevid ed al (2005), mengungkapkan bahwa
perempuan cenderung lebih peduli dan sensitif terhadap pendapat orang lain,
sementara laki-laki cenderung untuk mengembangkan kesadaran yang lebih besar
terhadap penguasaan dan kemandirian dalam kehidupannyayang artinya wanita
cendereung penggunakan perasaan dalam mengahdapsi suatu hal sedangkan laki-
64
laki lebih santai dalam menghadapi suatu masalah, sehingga tingkat depresi pada
perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Sejalan dengan Teori bahwa sosok ibu
telah menjadi fokus perhatian dalam banyak studi. Ibu memiliki peran yang lebih
banyak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan anak daripada ayah (Perera et
al, 2007).
Faktor lain yang meningkat faktor terjadinya depresi adalah pendidikan.
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan pendidikan hampir
dari setengahnya berpendidikan SMA sejumlah 13 orang (48,1%).
Menurut peneliti, tingkat depresi yang dialami orang tua yang memiliki
anak retardasi mental dengan pendidikan tinggi juga mempengaruhi pemikiran
orang tua tentang bagaimana penerimaan orang tua mempunyai anak retardasi
mental. Dapat dibuktikan pada tabel 5.11 bahwa orang tua anak retardasi mental
yang berpendidikan SMA sejumlah 13 orang (48,1%) mengalami depresi ringan.
Hal ini didukung oleh Teori Pramono (2000) bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin meningkat tingkat pengetahuan dan
pemahaman terhadap segala sesuatu masalah yang sedang dan akan dihadapi
dengan segala faktor yang mempengaruhi. Hal ini didukung oleh Teori (Asmuni,
2003) bahwa seseorang dengan kemampuan kognitif tinggi akan mempunyai
kemampuan untuk memodifikasi stress baik secara internal maupun eksternal, hal
tersebut yang memicu timbulnya stress yang akhirnya dapat mengarah ke kondisi
depresi berat apabila kemampuan koping dan adaptasi terhadap stress tidak
adekuat.
Faktor lain yang meningkat faktor terjadinya depresi adalah pekerjaan.
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan pekerjaan
65
sebagian dari responden tidak bekerja sejumlah 16 orang (59,3%), dimana 2 orang
(7,4%) tidak mengalami depresi, 10 orang (37,0%) mengalami depresi ringan, 3
orang (11,1%) mengalami depresi sedang, dan 1 orang (3,7%) mengalami depresi
berat.
Menurut peneliti, orang tua anak retardasi mental yang tidak bekerja lebih
sering berinteraksi dengan anak sehingga mengikuti perkembangan anak
disekolah karena sebagian besar orang tua juga menunggu anak di sekolah sampai
jam pulang sekolah. Pada orang tua yang tidak bekerja, sebagian besar waktunya
akan dilalui dan dihabiskan dirumah, sehingga akan sering terpapar dengan anak
retardasi mental, masalah perilaku anak retardasi mental seperti agresivitas dan
hiperaktivitas menjadi penyebab tersering ibu mengalami depresi (Gerkensmeyer
dkk, 2008).
5.2.3 Hubungan Anak Retardasi Mental Dengan Depresi Orang Tua Di SDLB
Muhammadiyah Jombang
Hasil analisa data melalui uji spearman rank dengan SPSS , pada taraf
kesalahan 5% diperoleh nilai p value = 0,02 dimana p value < 0,05. Maka H1
diterima yang artinya ada hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang
tua di SDLB Muhammadiyah Jombang. Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan
bahwa sebagian besar dari responden mengalami depresi ringan sebanyak 18
orang tua yang memiliki anak retardasi mental (66,7%), 2 orang tua (7,4%) tidak
mengalami depresi, 6 orang tua (22,2%) mengalami depresi sedang, dan 1 orang
tua (3,7) mengalami depresi berat. Menurut Teori (Somantri, 2007) orang yang
paling banyak menanggung beban akibat retardasi mental adalah orang tua dan
keluarga anak tersebut. Selain saudara-saudara anak tersebut yang mengalami
66
emosional, retardasi mental berdampak kepada orang tua seperti persaan bersalah,
berdosa, kurang percaya diri, terkejut atau tidak percaya, malu, dan over
protective.
Menurut peneliti, seharusnya sebagai orang tua dengan anak retardasi
mental harus memperoleh dukungan penuh dari kedua belah pihak antara ibu dan
ayah untuk saling membantu dalam mengasuh dan memberikan motivasi. Karena
seorang ibu dengan anak retardasi mental tanpa dukungan dari seorang ayah
(suami) maka akan menimbulkan dampak terjadinya suatu depresi karena seorang
ibu merasa beban mengasuh anak dengan retardasi mental terlalu berat untuk
dilalui sendiri karena ayahnya tidak mendukung untuk perkembangan anak,
terlebih seorang ibu akan berfikiran untuk semua yang dialami anak adalah
kesalahannya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Umi (2014) dijelaskan bahwa dari hasil
penelitian jika ibu memperoleh dukungan penuh dari ayah, jika memiliki
pengetahuan dan pedoman agama yang baik maka penerimaan ibu dengan anak
retardasi mental akan meningkat. Didukung dari hasil penelitian Ariyani (2011)
dengan judul ”Hubungan Antara Penerimaan Ibu Dengan Kemasakan Sosial
Anaknya Yang Menyandang Tunagrahita” menjelaskan bahwa orang tua yang
menerima keadaan anaknya akan lebih memperhatikan perkembangan anak dan
memberikan kesempatan serta sarana interaksi yang dapat membantu anak dalam
mengembangkan kemampuan sosial anak khususnya anak retardasi mental
(tunagrahita).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
dukungan antara kedua orang tua ayah dan ibu yang memiliki anak retardasi
67
mental dan mendapat dukungan dari keluarga. Serta menyadari bahwa memiliki
anak adalah suatu anugrah dan bisa menerima keadaan anak dengan ikhlas
meskipun dengan kondisi apapun, maka akan meminimalisir terjadinya depresi
bagi orang tua yang memiliki anak retardasi mental.
BAB 6
PENUTUP
Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan hasil penelitian dan saran
sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan data hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan anak
retardasi mentar dengan depresi orang tua di SDLB Muhammadiyah Jombang
tahun 2017, maka dapat diambil keputusan sebagai berikut :
1. Anak retardasi mental di SDLB Muhammadiyah Jombang sebagian besar
mengalami tingkat retardasi mental ringan.
2. Tingkat depresi orang tua di SDLB Muhammadiyah Jombang sebagian
besar mengalami depresi ringan.
3. Ada hubungan anak retardasi mental dengan depresi orang tua di SDLB
Muhammadiyah Jombang.
6.2 Saran
1. Bagi Dosen Dan Mahasiswa STIKES ICME JOMBANG
Penelitian ini diharapkan menjadi sebuah penelitian yang bisa
dimasukkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat serta, yaitu mengenai
dampak mempunyai anak berkebutuhan khusus, khususnya pada anak
retardasi mental atau yang sering disebut dengan tunagrahita. Serta dapat
68
69
diaplikasikan untuk pengabdian masyarakat salah satunya yaitu penyuluhan
tentang anak retardasi mental, agar sebagai orang tua tidak sampai
mengalami depresi dengan kondisi anak.
2. Bagi Orang Tua Anak Retardasi Mental
Orang tua dari anak retardasi mental diharapkan lebih
memperhatikan (asih, asah, asuh) kebutuhan anak terutama pada faktor
perkembangan anak serta terapi untuk mendukung anak dengan retardasi
mental dan diharapkan orang tua lebih bisa menerima kondisi anak dengan
retardasi mental agar orang tua tidak akan mengalami suatu depresi jika
memiliki anak retardasi mental. Serta meningkatkan pengetahuan tentang
bagaimana merawat dan mengarahkan anak dengan retardasi mental
(tunagrahita) serta menerapkan mekanisme koping dengan cara curhat
dengan orang lain jika mempunyai masalah serta mencari informasi tentang
masalah apa yang sedang dihadapi agar tidak terjadi depresi lebih berat bagi
orang tua yang mempunyai anak retardasi mental.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian mengenai mekanisme koping yang baik bagi orang tua anak
retardasi mental yang mengalami depresi.
4. Bagi Petugas Kesehatan
Peneliti menyarankan bagi petugas kesehatan untuk melakukan
kegiatan penyuluhan bagi orang tua yang mempunyai anak retardasi mental
karena dari tenaga kesehatan salah satunya puskesmas juga berperan penting
untuk melakukan penyuluhan agar orang tua bgaimana untuk merawat anak
70
reatdasi mental agar psikologi orang tua dapat mengerti dan mendapat
pengetahuan tentang anak retardasi mental sehingga mencegah orang tua
mengalami depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arfandi, Zemmy. Susilo, Eko. Widodo, Gipta Galih. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada
Anak Retardasi Mental Di SLB Neregi Ungaran. STIKES Ngudi Waloyo
Ungaran. Diakses tanggal 20 Februari 2017.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aryani, F. (2011). Hubungan Antara Penerimaan Ibu Dengan Kemasakan Sosial
Anaknya Yang Menyandang Tunagrahita. Skripsi, Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta : tidak dipublikasikan.
Begum R, Desai O. (2010). A Comparative Study To Evaluate Psychological
Status of Mother of Children with Cerebral Palsy and Mother of Normal
Children. The Indian Journal of Occupational Therapy. Diakses tanggal
1 Mei 2017.
Chan, Wai et al. (2017). Executive Functioning Mediates the Effect of Behavioral
Problems on Depression in Mothers of Children With Developmental
Disabilities. American Journal on Intellectual and Developmental
Disabilities. http://www.aaiddjournals.org/doi/abs/10.1352/1944-7558-
122.1.11. Diakses tanggal 21 Februari 2017.
Hastuti, Retno Yuli. Rusminingsih, Esri. Wulandari, Riya Dewi. (2009). Sikap
Orang Tua Dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental di
SLB C/C1 Shanti Yoga Klaten. Skripsi. Stikes muhammadiyah. Diakses tanggal 15 Februari 2017.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA., (2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tanggerang : Binarupa Aksara.
Kumar, Indrabhushan. Singh, Amool3e. Akhtar, R. (2009). Social development of
children with mental retardation. Psychiatry Journal. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016702/. Diakses tanggal 21 Februari 2017.
Lutfiatul Fitria, Desi. (2016). Hubungan Social Support Dengan Tingkat Depresi
Orang Tua Pada Anak Berkebutuhan Khusu di SDLB Muhammadiyah,
Pulo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Skripsi. Stikes Insan Cendekia
Medika (ICME) Jombang. Tidak dipupbikasikan.
71
72
Maramis, Willy F., Maramis, Albert A. (2009) Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 2,
Airlangga University Press, Surabaya.
Maslim, Rusdi. (2001) Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Ed.1, Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta. Penerbit
PT Nuh Jaya Jakarta.
Munayang, Herdy dkk. (2012) Depresi Pada Ibu-Ibu Yang Mempunyai Anak
Cacat Yang Bersekolah Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (Ypac) Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Jurnal Biomedik. Diakses 19 Februari 2017.
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly. (2005) Psikologi
Abnormal. Ed. 5, Jilid 2. Penerbit Erlangga.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2012) Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed, 5. Rineka Cipta. Jakarta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Pendidikan Praktis Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Olsson MB, Hwang CP. (2001). Depression in Mother and Fathers of Children with Intellectual Disability, J Intellect Disabil Research. Diakses tanggal
1 Mei 2017.
Pianta et al. (1996). Mother’s Resolution of Their Children’s Diagnose:
Organized Patterns of Caregiving Representations. Infant Mental Health Journal. Diakses tanggal 1 Mei 2017.
Prabowo, Eko. (2014) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Nuha Medika. Yogyakarta.
Pratiwi, Rini. (2007) Hubungan Antara Active Coping Dengan Stres Pengasuhan
Pada Ibu Yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Skripsi. Fakultas
Psikologi Dan Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Diakses tanggal 18 Februari 2017.
Pujiastuti, Umi. (2014) Hubungan Antara Dukungan Ayah, Pengetahuan Ibu
Tentang Autis Dan Religiusitas (Dimensi Praktik Agama) Dengan Penerimaan Ibu Terhadap Anak Autis. Magister Sains Psikologi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses tanggal 26 Februari
2017.
73
Rasmun. (2004) Stres, Koping dan Adaptasi. Ed.1. Penerbit : CV. Sagung Seto, Jakarta.
Retnaningsih, Dwi., Khizba Dini, Indri. (2016) Analisa Dukungan Keluarga
Dengan Beban Orangtua Dalam Merawat Anak Penyandang Cacat
Tingkat SD Di SLB Negeri Semarang. Program Studi S1 Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Widya Husada Semarang. Diakses
tanggal 26 Februari 2017.
Rochman, Khoirul lur. (2010) Kesehatan Mental. Cet. 1. Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Penerbit : Fajar Media Press, Yogyakarta.
Somantri, S. (2007) Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama
Trianasari, Ratna. (2013). Gambaran Konsep Diri Orang Tua Yang Mempunyai Anak Dengan Retardasi Mental Sedang Pada Siswa SD di SLB Putera
Asih Kota Kediri. Skripsi, Stikes Surya Mitra Husada. Tidak
dipublikasikan.
Wijayani, Sekar Ayu. Budi A, Hafsah. (2011) Resiliensi Orang Tua Dalam
Membesarkan Anak Retardasi Mental. Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa Yogyakarta. Jurnal Spirits. Diakses tanggal 19 Februari 2017.
Wiyani, Novan Ardy. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Penerbit AR-RUZZ Media.
74
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Bulan
No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi judul
2. Penyusunan proposal
3. Pendaftaran ujian proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data
7. Pengolahan data
8. Konsultasi hasil
9. Pendaftaran ujian hasil
10. Ujian hasil
11. Revisi hasil
12. Penggandaan dan pengumpulan skripsi
L
ampiran
1
74
Lampiran 2 75
Lampiran 3 76
Lampiran 4 77
Lampiran 5 78
Lampiran 6 79
SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di SDLB Muhammadiyah Jombang
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang :
Nama : Romadhona Febrianti
NIM : 133210110
Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul : ”Hubungan Anak
Retardasi Mental Dengan Depresi Orang Tua”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan anak
retardasi mental dengan depresi orang tua. Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak
merugikan anda sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang telah
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Jika
anda tidak bersedia menjadi responden, maka diperbolehkan untuk tidak ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini dan apabila selama pengambilan data terdapat
hal-hal yang tidak diinginkan, maka anda berhak mengundurkan diri.
Apabila anda menyetujuinya, maka saya mohon kesediaanya untuk
menandatangani lembar persetujuan untuk pelaksanaan penelitian saya.
Atas perhatian dan kerjasamanya, saya mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat Saya
(Romadhona Febrianti)
Lampiran 7 80
KODE LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN
Judul Penelitian
Peneliti
: Hubungan Anak Retardasi Mental Dengan Depresi
Orang Tua
: Romadhona Febrianti
Peneliti ini sudah menjelaskan tentang penelitian yang sedang
dilaksanakan oleh peneliti, saya diminta untuk bersedia diteliti.
Saya mengerti, bahwa resiko yang terjadi kecil. Apabila ada proses
penelitian dapat menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman, maka
peneliti akan menghentikan dan akan memberikan dukungan. Saya berhak
mengundurkan diri dari penelitian tanpa ada sanksi atau kehilangan hak.
Saya mengerti, bahwa catatan penelitian ini akan dirahasiakan dan dijamin
selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan identitas dan semua jawaban
yang saya berikan hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data. Bila sudah
tidak digunakan akan dimusnahkan dan hanya peneliti yang mengetahui
kerahasiaan data.
Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, saya
bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
Responden
(.......................)
Lampiran 8 81
KISI-KISI KUESIONER
No Dimensi Indikator Jumlah Nomor
Soal Soal
1. Emosi Keadaan sedih 1 1
Menangis 1 10
Mudah tersinggung 1 11
Pesimis 1 2
Perasaan tidak puas 1 4
Perasaan bersalah 1 5
2. Kognitif Gagal 1 3
Kebencian terhadap diri sendiri 1 7
Menyalahkan diri sendiri 1 8
Bimbang 1 6
Penyimpangan citra tubuh 1 14
3. Motivasi Keinginan bunuh diri 1 9
Menarik diri dari lingkungan sosial 1 12
Tidak mampu mengambil kesimpulan 1 13
Kemunduran dalam pekerjaan 1 15
4. Perilaku dan Gangguan tidur 1 16
motorik Kelelahan 1 17
Kehilangan selera makan 1 18
Penurunan berat badan 1 19
Gejala psikosomatis 1 20
Kehilangan libido 1 21
Lampiran 9 82
KUESIONER
“HUBUNGAN ANAK RETARDASI MENTAL DENGAN DEPRESI
ORANG TUA”
DATA IDENTITAS RESPONDEN
Hari/Tanggal :
Pukul :
Kode Responden :
Beri tanda (√) pada jawaban yang bapak/ibu pilih:
1. Umur Orang Tua
Umur = ……………. Tahun
2. Jenis Kelamin Orang Tua
Laki-laki
Perempuan
3. Pendidikan terakhir Orang Tua
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan Orang Tua
Bekerja
Tidak Bekerja
83
KUESIONER DEPRESI
BERDASARKAN SKALA BECK DEPRESSION INVENTORY
Pilihlah salah satu pernyataan yang anda anggap sesuai dengan diri anda saat ini,
dengan member tanda silang (x) pada huruf di depan pernyataan yang anda pilih.
1) 1. Saya tidak merasa sedih memiliki anak retardasi mental
2. Saya merasa sedih memiliki anak retardasi mental
3. Saya cukup sedih memiliki anak retardasi mental
4. Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
menghilangkannya
5. Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi
2) 1. Saya tidak merasa berkecil hati terhadap masa depan anak saya
2. Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan anak saya
3. Saya cukup berkecil hati terhadap masa depan anak saya
4. Saya merasa tidak ada sesuatu yang bisa saya banggakan dari anak saya
5. Saya merasa bahwa tidak ada hrapan untuk masa depan anak saya
3) 1. Saya telah menjadi orang tua yang baik
2. Saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan dalam mendidik anak
saya dari pada orang lain
3. Saya cukup banyak mengalami kegagalandalam mengurus anak saya
4. Kalau saya melihat kembali hidup saya, yang dapat saya lihat hanyalah
banyak kegagalan
5. Saya merasa telah gagal menjadi orang tua bagi anak saya
4) 1. Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu
2. Saya tidak dapat menikmati segala sesatu seperti biasanya
3. Saya merasa berkecukupan dalam hidup
4. Saya merasa kurang memperoleh kepuasan dalam hidup
5. Saya merasa tidak puas atau bosan terhadap kehidupan saya
84
5) 1. Saya tidak merasa bersalah memiliki anak retardasi mental
2. Saya sering merasa bersalah memiliki anak retardasi mental
3. Saya cukup sering merasa bersalah memiliki anak retardasi mental
4. Saya sering merasa sangat bersalah memiliki anak retardasi mental
5. Saya merasa bersalah sepanjang waktu
6) 1. Saya yakin Tuhan tidak mungkin menghukum saya
2. Saya merasa bahwa saya mungkin hanya sedikit diuji oleh Tuhan
3. Saya merasa hukuman/ujian dari Tuhan untuk saya sudah cukup
4. Saya merasa ujian/hukuman ini berat untuk saya
5. Saya merasa bahwa ujian/hukuman dari Tuhan ini sangat berat dan saya
tidak tau harus berbuat apa
7) 1. Saya merasa bangga terhadap diri saya sendiri
2. Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
3. Saya merasa cukup kecewa terhadap diri saya sendiri
4. Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri
5. Saya membenci diri saya sendiri
8) 1. Saya merasa saya lebih baik dari pada orang lain
2. Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan atau kekeliruan
saya
3. Saya sering menyalahkan diri saya sendiri terkait kondisi anak saya yang
memiliki kebutuhan khusus
4. Saya menyalahkan diri saya sendiri sepanjang waktu atas kesalahan-
kesalahan saya
5. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi
85
9) 1. Saya tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri
2. Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak anak
melaksanakannya
3. Saya terkadang ingin mengakhiri hidup lebih cepat
4. Saya ingin bunuh diri
5. Saya akan bunuh diri kalau ada kesempatan
10) 1. Saya tidak sering menangis
2. Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya
3. Saya cukup sering menangis akhir-akhir ini
4. Sekarang saya menangis sepanjang waktu
5. Sekarang saya tidak dapat menangis meskipun saya ingin menagis
11) 1. Sekarang saya tidak merasa lebih jengkel daripada sebelumnya
2. Saya lebih mudah jengkel atau marah daripada biasanya
3. Saya cukup sering marah dari biasanya
4. Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
5. Saya tidak dibuat jengkel oleh hal-hal yang biasanya menjengkelkan saya
12) 1. Saya masih tetep senang bergaul dengan orang lain
2. Saya kurang tertarik ngobrol dengan orang lain
3. Saya cukup sering berkumpul dengan orang lain
4. Saya kehilangan minat untuk berkumpul dengan orang lain
5. Saya telah kehilangan seluruh minat untuk berkumpul dengan orang lain
13) 1. Saya mengambil keputusan-keputusan sama baiknya dengan sebelumnya
2. Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya
3. Saya mampu mengambil keputusan lebih cepat
4. Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil keputusan
dari pada sebelumnya
5. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apapun
86
14) 1. Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada sebelumnya
2. Saya merasa cemas janagn-jangan saya tua atau tidak menarik
3. Saya cukup khawatir dengan penampilan saya
4. Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan pada penampilan saya yang
membuat saya kelihatan tidak menarik
5. Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek
15) 1. Saya dapat bekerja dengan baik seperti sebelumnya
2. Saya mebutuhkan usaha lebih untuk mulai pekerjaan sesuatu
3. Saya berusaha cukup kuat untuk dapat mengerjakan sesuatu
4. Saya harus memaksa diri saya untuk menegrjakan sesuatu
5. Saya sama sekali tidak dapat menengerjakan apa-apa
16) 1. Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya
2. Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya
3. Saya merasa tidur dengan cukup
4. Saya bangun 2-3 jam lebih awal dari biasanya dan sukar tidur kembali
5. Saya bangun beberapa jam lebih awal daripada biasanya dan tidak dapat
tidur kembali
17) 1. Saya tidak lebih lelah dari biasanya
2. Saya lebih mudah lelah dari biasanya
3. Saya cukup lelah dari biasanya
4. Saya hamper selalu merasa lelah dalam mengerjakan segala sesuatu
5. Saya merasa terlalu lelah untuk mengerjakan apa saja
18) 1. Nafsu makan saya masih seperti biasanya
2. Nafsu makan saya tidak sebesar biasnya
3. Saya mengalami penurunan nafsu makan yang cukup berarti
4. Sekarang nafsu makan saya jauh lebih berkurang
5. Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali
87
19) 1. Saya tidak banyak kehilangan berat badan akhir-akhir ini
2. Saya telah kehilangan berat badan 2,5 kg
3. Saya kehilangan berat badan 3-4 kg
4. Saya telah kehilangan berat badan 5 kg lebih
5. Saya telah kehilanagn berat badan 7,5 kg lebih. Saya sengaja berusaha
mengurangi berat badan dengan makan lebih sedikit
20) 1. Saya tidak mencemaskan kesehatan saya
2. Saya cemas akan masalah kesehatn fisik saya, seperti sakit dan rasa nyeri ;
sakit perut; ataupun sembelit
3. Saya cukup mencemaskan kondisi kesehatan saya
4. Saya sangat cemas akan masalah kesehatan fisik saya dan sulit memikirkan
hal-hal lainnya
5. Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat
berpikir mengenai hal-hal lainnya
21) 1. Saya merasa tidak ada perubahan terhadap aktivitas seks pada akhir-akhir
ini
2. Saya merasa minat saya terhadap aktivitas seks menurun
3. Saya merasa cukup berminat terhadap aktivitas seks
4. Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap aktivitas seks
5. Saya sama sekali kehilangan minat terhadap aktivitas seks
Lampiran 10 88
LEMBAR OBSERVASI
ANAK RETARDASI MENTAL
SDLB MUHAMMADIYAH JOMBANG
No Responden Usia IQ Kategori
1 7 56 RM Ringan
2 10 40 RM Sedang
3 10 60 RM Ringan
4 8 57 RM Ringan
5 10 38 RM Sedang
6 10 45 RM Sedang
7 11 47 RM Sedang
8 12 36 RM Sedang
9 12 55 RM Ringan
10 11 65 RM Ringan
11 10 43 RM Sedang
12 11 66 RM Ringan
13 13 35 RM Sedang
14 12 44 RM Sedang
15 12 56 RM Ringan
16 12 59 RM Ringan
17 9 36 RM Sedang
18 7 54 RM Ringan
19 9 42 RM Sedang
20 9 69 RM Ringan
21 12 63 RM Ringan
22 10 56 RM Ringan
23 11 65 RM Ringan
24 11 45 RM Sedang
25 20 30 RM Berat
26 10 58 RM Ringan
27 16 25 RM Berat
Lampiran 11 89
TABULASI DATA UMUM RESPONDEN
SDLB MUHAMMADIYAH JOMBANG
KARAKTERISTIK RESPONDEN
UMUR
JENIS PENDIDIKAN
PEKERJAAN
NO
KELAMIN
(TAHUN)
J1
J2
T1 T2 T3
T4 P1
P2
1 36 √ √ √
2 30 √ √ √
3 40 √ √ √
4 38 √ √ √
5 30 √ √ √
6 30 V √ √
7 30 √ √ √
8 57 √ √ √
9 49 √ √ √
10 40 √ √ √
11 35 √ √ √
12 49 √ √ √
13 40 √ √ √
14 49 √ √ √
15 32 √ √ √
16 45 √ √ √
17 41 √ √ √
18 32 √ √ √
19 39 √ √ √
20 46 √ √ √
21 35 √ √ √
22 46 √ √ √
23 37 √ √ √
24 31 √ √ √
25 49 √ √ √
26 32 √ √ √
27 30 √ √ √
Keterangan :
Jenis Kelamin : Tingkat Pendidikan : Pekerjaan :
Leki-Laki = J1 SD = T1 Bekerja = P1
Perempuan = J2 SMP = T2 T. Berkerja = P2
SMA = T3
P. Tinggi = T4
90
TABULASI DATA UMUM
SDLB MUHAMMADIYAH JOMBANG
RESPONDEN UMUR JENIS
PENDIDIKAN PEKERJAAN
KELAMIN
1 U2 J2 T3 P2
2 U1 J2 T3 P1
3 U3 J2 T3 P2
4 U2 J2 T3 P2
5 U1 J2 T2 P2
6 U1 J2 T3 P1
7 U1 J2 T3 P1
8 U6 J1 T1 P1
9 U4 J2 T1 P2
10 U3 J2 T3 P2
11 U2 J2 T1 P1
12 U4 J2 T2 P2
13 U3 J2 T1 P1
14 U4 J2 T2 P2
15 U1 J2 T2 P2
16 U4 J2 T2 P2
17 U3 J2 T3 P2
18 U1 J2 T4 P1
19 U2 J2 T3 P1
20 U4 J2 T3 P1
21 U2 J2 T2 P1
22 U4 J2 T3 P2
23 U2 J2 T3 P2
24 U1 J2 T2 P2
25 U4 J2 T4 P2
26 U1 J2 T1 P2
27 U1 J2 T3 P2
Keterangan :
Jenis Kelamin : Tingkat Pendidikan : Pekerjaan :
Leki-Laki = J1 SD = T1 Bekerja = P1
Perempuan = J2 SMP = T2 T. Berkerja = P2
SMA = T3
P. Tinggi = T4
91
TABULASI DATA KHUSUS RESPONDEN KUESIONER DEPRESI
SDLB MUHAMMADIYAH JOMBANG NO Pernyataan Depresi ∑
Kategori
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Skor
1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 2 2 1 3 1 3 1 2 1 2 1 2 34 Ringan
2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 3 1 35 Ringan
3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 26 Tdk Depresi
4 2 2 2 3 1 1 2 3 1 1 1 1 1 4 3 1 3 1 1 1 1 36 Ringan
5 3 2 2 3 1 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 35 Ringan
6 3 1 4 3 3 1 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 2 3 1 3 3 51 Sedang
7 1 2 1 3 1 3 4 1 1 1 1 1 3 2 2 3 1 1 1 1 2 36 Ringan
8 4 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 4 3 4 1 2 2 2 2 3 2 53 Sedang
9 1 1 1 3 1 2 1 1 1 5 5 1 1 1 1 5 3 4 1 2 1 42 Ringan
10 2 2 2 3 2 2 3 2 2 5 1 2 2 1 2 1 3 4 5 1 1 48 Ringan
11 1 2 1 2 2 2 2 2 1 5 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 34 Ringan
12 1 3 2 3 2 2 2 3 1 2 5 4 2 3 3 2 3 3 2 3 1 52 Sedang
13 2 3 2 3 2 1 4 3 3 1 3 4 2 3 4 2 2 3 2 2 2 53 Sedang
14 1 1 1 1 1 2 1 2 1 5 5 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 34 Ringan
15 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 5 1 1 2 1 2 1 2 1 2 3 34 Ringan
16 1 1 2 3 2 3 1 2 1 2 1 1 2 1 2 3 1 1 1 3 2 36 Ringan
17 1 2 4 2 2 2 2 1 1 5 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 36 Ringan
18 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2 35 Ringan
19 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 3 35 Ringan
20 1 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 40 Ringan
21 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 3 1 2 1 2 2 34 Ringan
22 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 2 4 3 2 53 Sedang
23 1 1 1 3 1 1 1 1 1 5 5 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 35 Ringan
24 1 1 1 1 1 5 1 1 1 5 5 1 1 4 3 3 1 1 1 1 1 40 Ringan
25 2 4 3 3 3 2 1 3 1 2 3 1 3 2 3 4 2 2 3 2 3 52 Sedang
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 Tdk Depresi
27 2 3 5 4 4 1 3 3 1 4 3 5 4 4 4 4 3 3 4 4 5 73 Berat
Lam
piran
12
91
Lampiran 13 92
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
30-34th 9 33,3 33,3 33,3
35-39th
6
22,2
22,2
55,6
Valid 40-44th 4 14,8 14,8 70,4
45-49th 7 25,9 25,9 96,3
55-59th 1 3,7 3,7 100,0
Total 27 100,0 100,0
Jns.Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 1 3,7 3,7 3,7
Valid Perempuan 26 96,3 96,3 100,0
Total 27 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SD 5 18,5 18,5 18,5
SMP 7 25,9 25,9 44,4
Valid SMA 13 48,1 48,1 92,6
P. Tinggi 2 7,4 7,4 100,0
Total 27 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bekerja 11 40,7 40,7 40,7
Valid Tdk Bekerja 16 59,3 59,3 100,0
Total 27 100,0 100,0
Retardasi.Mental
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Ringan 14 51,9 51,9 51,9
Valid Sedang 11 40,7 40,7 92,6
Berat 2 7,4 7,4 100,0
Total 27 100,0 100,0
93
Depresi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tdk Depresi 2 7,4 7,4 7,4
Ringan 18 66,7 66,7 74,1
Valid Sedang 6 22,2 22,2 96,3 Berat 1 3,7 3,7 100,0
Total 27 100,0 100,0
Crosstabs
Umur * Depresi Crosstabulation
Depresi Total
Tdk Depresi Ringan Sedang Berat Count 1 6 1 1 9
30-34th % within Umur 11,1% 66,7% 11,1% 11,1% 100,0%
% of Total 3,7% 22,2% 3,7% 3,7% 33,3% Count 0 6 0 0 6 35-39th % within Umur 0,0% 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 22,2% 0,0% 0,0% 22,2% Count 1 2 1 0 4
Umur40-44th % within Umur 25,0% 50,0% 25,0% 0,0% 100,0%
% of Total 3,7% 7,4% 3,7% 0,0% 14,8% Count 0 4 3 0 7
45-49th % within Umur 0,0% 57,1% 42,9% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 14,8% 11,1% 0,0% 25,9% Count 0 0 1 0 1
55-59th % within Umur 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 0,0% 3,7% 0,0% 3,7% Count 2 18 6 1 27
Total % within Umur 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
% of Total 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
Jns.Kelamin * Depresi Crosstabulation Depresi Total
Tdk Depresi Ringan Sedang Berat
Count 0 0 1 0 1
Laki-laki % within Jns.Kelamin 0,0% 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Jns.Kela % of Total 0,0% 0,0% 3,7% 0,0% 3,7% min Count 2 18 5 1 26
Perempuan % within Jns.Kelamin 7,7% 69,2% 19,2% 3,8% 100,0%
% of Total 7,4% 66,7% 18,5% 3,7% 96,3% Count 2 18 6 1 27
Total % within Jns.Kelamin 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
% of Total 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
94
Pendidikan * Depresi Crosstabulation
Depresi Total
Tdk Ringan Sedang Berat
Depresi
Count 1 2 2 0 5
SD % within Pendidikan 20,0% 40,0% 40,0% 0,0% 100,0%
% of Total 3,7% 7,4% 7,4% 0,0% 18,5%
Count 0
6
1
0
7
SMP % within Pendidikan 0,0% 85,7% 14,3% 0,0% 100,0%
Pendidikan % of Total 0,0% 22,2% 3,7% 0,0% 25,9%
Count 1 9 2 1 13
SMA % within Pendidikan 7,7% 69,2% 15,4% 7,7% 100,0%
% of Total 3,7% 33,3% 7,4% 3,7% 48,1%
Count 0 1 1 0 2
P. Tinggi % within Pendidikan 0,0% 50,0% 50,0% 0,0% 100,0%
% of Total 0,0% 3,7% 3,7% 0,0% 7,4%
Count 2 18 6 1 27
Total % within Pendidikan 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
% of Total 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
Pekerjaan * Depresi Crosstabulation
Depresi Total
Tdk Depresi Ringan Sedang Berat
Count 0 8 3 0 11
Bekerja % within Pekerjaan 0,0% 72,7% 27,3% 0,0% 100,0%
Pekerjaan % of Total 0,0% 29,6% 11,1% 0,0% 40,7%
Count
2 10 3 1 16
Tdk Bekerja % within Pekerjaan 12,5% 62,5% 18,8% 6,2% 100,0%
% of Total 7,4% 37,0% 11,1% 3,7% 59,3%
Count 2 18 6 1 27
Total % within Pekerjaan 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
% of Total 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
95
Crosstabs
Retardasi.Mental * Depresi Crosstabulation
Depresi Total
Tdk Depresi Ringan Sedang Berat
Count 2 10 2 0 14
Ringan % within Retardasi.Mental 14,3% 71,4% 14,3% 0,0% 100,0%
% of Total 7,4% 37,0% 7,4% 0,0% 51,9%
Retardasi. Sedang
Count 0 8 3 0 11
% within Retardasi.Mental 0,0% 72,7% 27,3% 0,0% 100,0%
Mental % of Total 0,0% 29,6% 11,1% 0,0% 40,7%
Count 0 0 1 1 2
Berat % within Retardasi.Mental 0,0% 0,0% 50,0% 50,0% 100,0%
% of Total 0,0% 0,0% 3,7% 3,7% 7,4%
Count 2 18 6 1 27
Total % within Retardasi.Mental 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
% of Total 7,4% 66,7% 22,2% 3,7% 100,0%
Nonparametric Correlations
Correlations
Retardasi.Ment Depresi
al
Spearman's rho Retardasi.Mental Correlation Coefficient 1,000 ,439*
Sig. (2-tailed) . ,022
N 27 27
Depresi Correlation Coefficient ,439* 1,000
Sig. (2-tailed) ,022 .
N 27 27
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 14 96
97
Lampiran 15 98
99
100
101
Lampiran 16 102
top related