penyakit parasiter - trematode & cestode -
Post on 24-Feb-2016
150 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENYAKIT PARASITER- TREMATODE & CESTODE -
Handayu Untari
EXERCISE TODAY Schistosomiasis Echinococcosis Dipyllidiasis Dipyllobothriasis Taeniasis (Taenia solium dan Taenia
saginata)
Meliputi ..... Epidemiologi / persebaran penyakit
(zoonosis) Cara transmisi penyakit (kaitannya
dengan siklus hidup) Patogenesis (termasuk Imunitas jika ada) Gejala Klinis Teknik Diagnosa Pengendalian dan Terapi
TREMATODA Morfologi umum cacing penyebab :
Pipih bilateral, seperti daun Hermaphrodit Tidak bersegmen Saluran pencernaan tdk sempurna Oral & Ventral sucker Telur beroperculum
Operculum
Common Trematodes Life Cycle
Telur cacing
Mirasidium
Sporokista
Redia
Cercaria
Metacercaria
Fasciola hepatica Predileksi : saluran empedu pada Liver/
Hepar Host : ruminansia, gajah, kuda, babi,
anjing,kucing, Morfologi :
Fasciola hepatica Kerugian :
Produktivitas menurun
Harga jual turun Kematian
Cara Penularan : Tertelannya
metaserkaria Melalui inang
antara Lymnea sp.
Fasciola hepatica
Patogenesa : Migrasi cacing muda
hemoragi, fibrosis, anemia Cacing dewasa pada bile
duct proliferasi epitel bile duct, cholangitis, nekrosis, fibrosis kalsifikasi teraba berpasir
Keluarnya cairan jaringan edema, ascites
Fasciola hepatica Gejala klinis :
1. Akut (ingesti metacercaria dlm jumlah banyak pd 1 waktu)- Penurunan BB- rasa sakit pada
abdomen- Anemia- Ascites- Kematian
mendadak
2. Subakut- Nafsu mkan turun- BB turun- Anemia haemorrhagic- Kerusakan hepar- Kematian dlm 4-8
minggu3. Kronis
- Penurunan BB- Produksi susu turun- Anemia- Edema
submandibula- Ascites
Fasciola hepatica Diagnosa :
Pemeriksaan feses telur cacing (beroperculum)
Post mortem cacing dewasa pada hepar, kerusakan hepar
Antigen Diagnostic Fasciola intradermal (pangkal ekor 15-30 menit)
ELISA (cathepsin-L feses)
Pencegahan Fasciolosis Pemeriksaan tinja setiap 2-3 bulan Program deworming secara teratur Kontrol siput intermediate host pelihara
bebek atau mollusida pada selokan tergenang Penggembalaan pada lahan yang kering,
hindari lahan yang becek Tebar natrium pentachlorpenate pada ladang
penggembalaan
Pengobatan Fasciola sp. Carbon tetrachloride 1-2 ml/ 50kgBB SC/IM Clorsulon 7 mg/kgBB PO Dovenix 7 ml SC Triclabendazole 5 mg/kgBB IM Hexachlorophene 15 mg/KgBB PO (cacing
dewasa)
Paramphistomiasis Causa : Cotylophoron cotylophorum,
Paramphistomum cervii, Gastrothylax crumenifer, Gigantocotyle explanatum
Predileksi : rumen, retikulum Host : ruminansia
Paramphistomiasis
Patogenesa :- Tdk patogen kecuali dalam jumlah
banyak- Nekrosis dan hemoragi
PA : radang kataralis dan haemoragik, kerusakan kelenjar intestinal, degenerasi Lgl.
Paramphistomiasis
Paramphistomiasis Diagnosa : GK dan PA Pencegahan : molluscida & drainase
daerah rawa Pengobatan :
Hexachloretane – bentonite 180 gram Bithionol 25-35 mg/kgBB Hexa chlorophene 10 mg/kgBB Yomesan 75 mg/kgBB
Schistosomiasis (Bilharziasis) Causa : S. japonicum, S.mansoni, S. curassoni,
S. bovis, S. mattheei, S. leiperi, S. indicum, S. incognitum, S. spindale, S. rhodhaini, S. Margrebowiei , S. haematobium, S. mekongi,S. intercalatum
Morfologi : Cacing betina lebih panjang dari jantan Dioescious jenis kelamin terpisah (selalu dlm
keadaan kopulasi) Jantan memiliki celah perut (canal
gyneacophore/ventral groove)
Schistosomiasis (Bilharziasis) Lanjutan
morfologi : Betina silindrik Telur berbentuk
ovoid yang dilengkapi spina
Cacing betina oral sucker dan ventral sucker
Vulva cacing betina posterior
Endemik di 76 negara termasuk Indonesia Sudah ditemukan sejak tahun 1900 SM S.
haematobium kronik haematuria, kelainan pada kandung kemih (Masir,Mesopotamia) ; telur diidentifikasi pda tahun 1250-1000 SM
Telur dengan spina lateral dari S. mansoni 1902 oleh Manson
S. japonicum : 1847 Kabure itch / Katayama syndrome di Jepang; 1904 cacing dari vena porta pada kucing (Schistosoma japonicum)
Schistosomiasis (Bilharziasis)
S. intercalatum memiliki bentuk telur yang mirip dengan S. haematobium , tahun 1934 diberikan nama S. intercalatum
S. Mekongi tahun 1978, di Laos dan Kamboja dg hospes antara Tricula aperta
Schistosomiasis (Bilharziasis)
Schistosomiasis (Bilharziasis) Endemik Indonesia adalah S. Japonicum (
Sulawesi ) S. Mansoni endemik di 55 negara Arab,
Africa, hingga Madagascar dengan prevalensi tertinggi di Sudan dan Mesir
S. Haematobium endemik di 53 negara di Timur Tengah, Afrika,Mauritius, Zanzibar, Madagascar
S. Intercalatum endemik di 10 negara di Afrika bagian tengah dan Barat
S. Mekongi endemik di Kamboja dan Laos
Schistosomiasis (Bilharziasis)
SERKARIA• Furkoserkaria• Schistosomul
e
DEWASA• Hidup
berpasangan pada vena
TELUR• Bersama
feces
MIRASIDIUM• Oncomelani
a sp.
SPOROKISTA• Primer-
sekunder • Hepatopankrea
s
Schistosomiasis (Bilharziasis) Habitat : vena porta dan vena
messeterica Host : manusia, anjing, kucing, sapi,
kambing, babi, dan tikus
Schistosomiasis (Bilharziasis) Patogenesa :
Pruritus bekas masuknya serkaria Ptechiae pada organ yang terkena Oedema subcutan Hati membengkak dan nyeri Abdominal pain, demam, malaise, diare
Schistosomiasis (Bilharziasis)
Pengobatan : Stibophene 7,5 mg/kgBB Praziquantel 8-15 mg/kgBB SC Niridazole 55 mg/kgBB PO 5 hari
Pencegahan : Pemeriksaan rutin terutama pada daerah
endemik Pembuangan feses ke tempat tertentu, tanpa
kontak dengan air Molluscida Pengeringan habitat siput
Paragonomiasis Causa :
Paragonimus westermanii (manusia, felidae, canidae)
Paragonimus kellicoti (felidae, canidae, tikus besar, babi, cerpelai)
Paragonimus iloktsuenensis (tikus) Paragonimus ohirai (tikus dan anjing)
Paragonomiasis Habitat : paru-paru (jaringan
peribronkhioli) kista Morfologi :
Sperti biji kopi (dorsal cembung, ventral datar)
Duri halus di seluruh permukaan tubuh Telur beroperkulum berwarna coklat keabu-
abuan Telur dikeluarkan belum berembrio
ParagonomiasisTELUR• Sputum/feces• Berkembang
pada tmpt berair
MIRASIDIUM• Siput (inang
antara I)• Migrasi ke jar.
limfa, otot, atau bronkhi
SPOROKISTA
REDIASERKARIA• Crustacea
(inang antara II)
METASERKARIA
CACING MUDA• Migrasi (e.
koleganse & diastase proteolitik)
CACING DEWASA
Paragonomiasis Patogenesa :
Migrasi cacing muda kista jaringan emboli, mikroinfark, dan nekrosis parenkhim paru2
Pengeluaran telur iritasi pada parenkhim granuloma pseudotuberculosa
Hiperplasia sel-sel epitel bronkhioli batuk
Paragonomiasis Gejala Klinis :
Batuk kering sputum bergaris darah, coklat karat
Rasa sakit pada paru2 dan demam ringan Rasa sakit pada bagian terbentuknya kista Epilepsi, paresis, gangguan visual otak
Diagnosa : Telur pada sputum atau feces CFT, reaksi intradermal
Paragonomiasis Pengobatan :
Bithionol Obat2 untuk distomatosis
Pencegahan : Hindari penggembalaan pada tempat dg
genangan air Memakan udang/kepiting yg dimasak
sempurna Pada daerah endemis mnum air yg sudah
dimasak
CESTODA Morfologi umum :
Bersegmen Pipih bilateral Hermaphrodite Larva intermediate kista Membutuhkan intermediate host (sbgian besar) Skoleks & proglotid Telur oncosphere /
hexacanth embrio (pada segmen gravid)
SIKLUS HIDUP (UMUM)
TELUR
HEXACANT
EMBRIO AKTIF
METACESTODA (BENTU
K PERALIH
AN)
CACING MUDA
CACING DEWASA
+ SEGMEN GRAVID
Monieziasis Causa :
Moniezia expansa Moniezia benedini
Predileksi : usus halus Inang definitif : ruminansia
MonieziasisTELUR• Feces,
segmen/individual
ONKOSFER• Pada inang
antara (oribated mites)
SISTISERKOID• Stadium
infektif
CACING DEWASA
Monieziasis Patogenesa :
Cacing muda/dewasa iritasi pada usus gangguan pencernaan
Gejala klinis : Tidak jelas Kelemahan/kurus Anemia, diare profus, pertumbuhan lambat,
bersifat fatal pada anak sapi (infeksi berat)
Monieziasis Diagnosis :
Pemeriksaan feces rutin (telur/segmen gravid)
Pengobatan : Cupper sulfat 10-100 ml Dichlorophene 300-600 mg/kgBB Yomesan 75 mg/kgBB Lead arsenat 0,5-1 gram dlm kapsul gelatin
Dipyllidiasis (Taeniasis pada anjing)
Causa : Dipyllidium caninum Predileksi : usus halus Hospes :
anjing Kucing Serigala manusia
DipyllidiasisTELUR• Feces• Melekat
pada bulu anjing perianal
ONKOSFER• Pinjal• Kutu anjing
(Trichodectes canis)
SISTISERKOID• Stadium
infektif• Haemocoel
(perut)
CACING DEWASA
Dipyllidiasis Patogenesa :
Gangguan pencernaan Enteritis kronis & kolik
Gejala klinis : Gejala nyata hanya dlm jumlah banyak Bulu kusam, nafsu makan
turun,kurus,lemah Berjalan dgn menyeret anus di
tanah/menggigit perut
Dipyllidiasis Diagnosa :
Pemeriksaan feces teratur Proglotid di sekitar anus Gejala klinis anjing yng khas
Pengobatan : Bithionol Dichlorophene Arecoline acetorsal
Gatall....
Dipyllidiasis Pencegahan :
Pembasmian pinjal / kutu pd anjing
Dipyllobothriasis Causa : Diphyllobothrium latum Hospes : manusia,
anjing,babi,beruang,hewan pemakan ikan
Predileksi : usus halus hospes
DipyllobothriasisTELUR
CORACIDIUM (LARVA 1)• Mengandun
g onkosfer
PROCERCOID• Pada inang
antara I (crustacea)
PLEROCERCOID• Inang antara
II (ikan air tawar/salmon)
• Stadium infektif
CACING DEWASA
Dipyllobothriasis Gejala klinis dan patogenesa:
Cacing dewasa menyerap nutrisi hospes kekurangan vitamin B12 Anemia perniciosa
Diare Diagnosa : pemeriksaan feces Pengobatan :
Yomesan Quinacrine hydrochloride Dichlorophene
Dipyllobothriasis Pencegahan :
Memasak ikan dengan sempurna sebelum dikonsumsi
Cistisercosis cellulose Causa : Cysticercercus cellulose (kista dari
Taenia solium) Hospes :
babi, sapi, anjing, kucing, kambing, kera, manusia
Predileksi : otot bergaris (otot lidah, masseter, otot paha, otot perut), diafragma, mesenterium, paru-paru, jantung, ginjal, hati, mata
Cistisercosis cellulose
Cistisercosis celluloseTELUR Taenia solium
ONKOSFER• Usus halus
babi• Penetrasi
dan migrasiCysticercus cellulosae• Bladder
Worm (Cacing gembung)
• Pada otot/organ
CACING DEWASA• Termakanny
a cysticercus
Cistisercosis cellulose Gejala klinis :
Hipersensitivitas moncong hilangnya kebiasaan menggosok2kan moncong ke tanah
Bulu kusam dan berdiri Kejang pada otot bergaris Anjing seperti rabies
PA : Oedema pada organ Anemia
Cistisercosis cellulose Diagnosa :
Gejala klinis Antemortem lidah babi Postmortem otot bergaris / organ Radiologis Serologis sero-presipitasi, sero-aglutinasi,
intradermal test Pengobatan :
Cycticercosis sulit diobati karena biasanya baru ditemukan setelah dilakukan pemotongan
Manusia radiasi pada kista / operasi pengambilan kista
Cistisercosis cellulose Pencegahan :
Memutus daur hidup tmpt defekasi yang higienis
Pengobatan terhadap manusia penderita taeniasis
Pemeliharaan babi secara intensif Memasak daging babi dg sempurna Setelah pemotongan, daging babi didinginkan
slma 4 hari Menggarami daging babi 3-4 minggu Afkir daging babi
Taeniasis unggas Causa dan inang antara:
Davainea proglottina (siput tanah)
Railletina sp. (lalat dan kumbang)
Amoebotaenia sphenoides (cacing tanah)
Choanotaenia infundibulum (lalat rumah dan kumbang)
Hospes : unggas Predileksi : usus halus
Taeniasis unggasTELUR• Feces,
segmen/individual
ONKOSFER• Pada inang
antara
SISTISERKOID• Stadium
infektif
CACING DEWASA
Taeniasis unggas Patogenitas & patogenesa:
D. proglotina paling patogen R. tetragona dan R. echinobothrida patogen
kedua Penetrasi cacing muda/dewasa enteritis,
haemorhagi, nodule2 Gejala klinis :
Nafsu makan turun, lemah, kurus, anemia Produksi telur meurun Diare berdarah, kadang terjadi gangguan saraf
Taeniasis unggas
Taeniasis unggas PA :
D. proglotina mukosa usus menebal + hemoragi, cairan mukus berbau busuk pada lumen usus
Railletina nodule pada usus, kadang haemoragi Diagnosa :
Gejala klinis Nekropsi enteritis dan nodule
Scraping mukosa usus terutama Davainea proglotina
Taeniasis unggas Pengobatan :
Di-N-butyl Tin Dilaurat 250 mg/kg makanan slma 48 jam (Davainea proglotina & Amoeboteania sp.)
Di-N-butyl Tin Oxide 15-100 mg/hewan (Railletina sp.)
Panhelmin (levamisole+praziquantel) 100 ml panhelmin dlm 100 liter air slma 2 hari
Pencegahan : Basmi serangga
(insektisida) Pemeliharaan unggas
kandang (higienis)
TERIMA KASIH
top related