mekanisme sistemik pengaturan kardiovaskular oleh saraf
Post on 20-Oct-2015
74 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Mekanisme Sistemik Kardiovaskular oleh Sistem Saraf
Oleh Thatiana Dwi Arifah, 1206244346 Kelas C
Sirkulasi sistemik atau peredaran darah besar adalah sirkulasi darah dari jantung (ventrikel
kiri) ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru) ( Jantung - Tubuh - Jantung ). Darah dari ventrikel
kiri dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta, kemudian bercabang-cabang menjadi arteri
dan bercabang lagi membentuk arteriol. Selanjutnya darah dikembalikan ke jantung bagian
kanan ventrikel kanan baik melalui Vena cava superior maupun Vena cava inferior. Sirkulasi
darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah. Darah dari ventrikel kanan
dialirkan ke paru-paru kemudian kembali ke jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh dari
ventrikel kiri melalui aorta. Aorta akan bercabang-cabang menjadi arteri, arteriola / pembuluh
kapiler. Selanjutnya dikembalikan ke jantung melalui venula - vena - vena cava (pembuluh
balik). Peredaran darah sistemik bertanggung jawab terhadap berlangsungnya pertukaran gas,
nutrien, zat sisa pada semua bagian tubuh kecuali paru-paru.
Ada dua segi yang sangat penting dari pengaturan sirkulasi oleh saraf: (1) Pengaturan saraf
dapat berfungsi dengan sangat cepat, beberapa efek saraf mulai terjadi dalam satu detik dan
perkembangan penuh dalam lima sampai 30 detik. (2) Sistem saraf merupakan suatu cara
untuk mengatur sebagian besar sirkulasi secara serentak, walaupun sering ada efek aliran
darah yang dipunyai oleh masing-masing jaringan.
Susunan Saraf Simpatis adalah bagian terpenting dari saraf otonom. Serabut-serabut saraf
vasomotor berjalan ke dalam saraf simpatis dan pergi ke pembuluh darah di seluruh tubuh
melalui dua jalan: (1) Saraf simpati primer dan (2) Saraf spinalis. Semua pembuluh di dalam
tubuh manusia dipersarafi oleh serabut saraf simpatis kecuali kapiler dan sejumlah
metarteriol. Kemudian serabut-serabut saraf simpatis juga pergi ke jantung dan meningkatkan
aktivitas jantung dan memperbesar kekuatan pompanya. Susunan saraf parasimpatis berjalan
ke jantung di dalam nervus vagus dan hanya memegang peran pada penurunan frekuensi
jantung dan sedikit pengaruh terhadap penurunan kontraktilitas jantung.
Pusat vasomotor teletak bilateral di dalam substansia retikularis sepertiga bawah pons dan
dua pertiga atas medula oblongata. Pusat ini mengirimkan impuls ke bawah melalui serabut-
serabut vasokonstriktor ke semua pembuluh darah di dalam tubuh. Bersifat “tonically active”
yaitu mempunyai kecendurungan untuk selalu mengirimkan impuls saraf, dengan demikian
mempertahankan, walaupun dalam keadaan biasa, pencetusan impuls yang lambat dalam
semua serabut vasokonstriktor tubuh. Pencetusan impuls yang terus menerus ini disebut tonus
vasokonstriktor simpatis. Sedangkan tonus vasomotor ialah suatu keadaan dimana impuls
mempertahankan suatu keadaan kontraksi sebagian di pembuluh darah.
Pada saat pusat vasomotor sedang mengatur tingkat penyempitan pembuluh darah, ia juga
mengatur aktivitas jantung. Bagian lateral mengirimkan impuls eksitasi melalui serabut saraf
simpatis ke jantung untuk meningkatkan frekuensi dan kontraktilitas jantung, sedangkan
bagian medial mengirimkan impuls melalui nervus vagus ke jantung untuk menurunkan
frekuensi jantung.
Hipotalamus memainkan peranan khusus dalam mengatur sistem vasokonstriktor, bagian
posterolateral menyebabkan eksitasi, sedangkan bagian anterior menyebabkan eksitasi atau
inhibisi, tergantung bagian anterior yang dirangsang. Impuls simpatis dikirimkan ke medula
adrenal bersamaan dengan pengirimannya ke semua pembuluh darah. Impuls ini
menyebabkan medula mensekresikan noreponefrin dan epinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi.
Perangsangan bagian lateral pusat vasomotor menyebabkan penggiatan serabut
vasokonstriktor di seluruh tubuh dan bagian medial menyebabkan inhibisi vasokonstriksi
yang tersebar luas. Kemudian pusat vasomotor merangsang semua vasokonstriktor di seluruh
tubuh dan juga medula adrenal. Akibat dari “tindakan besar-besaran” ini ada tiga, yaitu: (1)
Tahanan perifer meningkat di kebanyakan bagian sirkulasi sehingga meningkatkan tekanan
arteri. (2) Pembuluh darah kapasitas, terutama vena, dirangsang pada saat yang sama
sehingga menurunkan kapasitas mereka, hal ini mendorong darah dalam jumlah yang lebih
besar ke jantung. Ketiga, jantung secara serentak dirangsang sehingga dapat menangani
peningkatan curah jantung tersebut.
Refleks baroreseptor timbul di reseptor regangan yang disebut baroreseptor atau
presoreseptor. Baroreseptor terdapat di dalam arteri besar di daerah dada dan leher.
Baroreseptor terangsang oleh tekanan diatas 60 mmHg dan mencapai maksimum pada 180-
200 mmHg. Impuls baroreseptor menghambat pusat vasokonstriktor di medula oblongata dan
merangsang pusat nervus vagus. Efeknya ialah (1) vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi
perifer (2) menurunnya frekuensi dan kekuatan kontraksi. Oleh karena itu, perangsangan
baroreseptor oleh tekanan di dalam arteri secara refleks menyebabkan penurunan tekanan
arteri. Sebaliknya, tekanan rendah menyebabkan tekanan naik kembali ke normal.
Ketika orang duduk atau berdiri setelah berbaring, tekanan arteri di dalam kepala dan tubuh
bagian atas cenderung untuk turun, dan penurunan tekanan yang besar dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran. Namun untungnya, penurunan tekanan pada baroreseptor merangsang
suatu refleks, yang menimbulkan pencetusan rangsang simpatis yang kuat di seluruh tubuh,
hal ini meminimumkan pengurangan tekanan di dalam kepala dan tubuh bagian atas. Sistem
pengaturan baroreseptor tidak berpengaruh dalam pengaturan tekanan arteri jangka panjang
karena baroreseptor beradaptasi dalam 1-3 hari terhadap tekanan apa saja yang dihadapinya.
Bila tekanan meningkat dari nilai normal 100 mmHg ke 200 mmHg, mula mula dikirimkan
sejumlah besar besar impuls dari baroreseptor. Selama beberapa detik berikutnya, kecepatan
pencetusan impuls sangat berkurang, kemudian ia berkurang dengan perlahan-lahan selama
1-2 hari berikutnya, dan pada akhir waktu tersebut kecepatan pencetusan impuls telah
kembali ke tingkat normal walaupun arteri tetap 200 mmHg. Begitupula sebaliknya, bila
tekanan arteri arteri turun ke suatu nilai yang sangat rendah, baroreseptor mula-mula tidak
mengirimkan impuls sama sekali, tetapi secara bertahap selama beberapa hari kecepatan
pencetusan baroreseptor kembali ke tingkat kontrol mula-mula. Oleh karena itu, pengaturan
tekanan arteri untuk jangka waktu lama memerlukan sistem pengatur lain.
Kontrol saraf atas tekanan darah dicapai melalui refleks yang berasal dari baroreseptor dan
reseptor lain yang bersekutu. Tetapi bila aliran darah ke pusat vasomotor di dalam bagian
bawah batang otak mengalami penurunan yang cukup menyebabkan defisiensi gizi, suatu
keadaan yang dinamai iskemia, neuron di dalam pusat vasomotor berespon langsung terhadap
iskemia dan menjadi terangsang hebat. Bila ini terjadi, tekanan arteri sistemik sering naik
mencapai tingkatan yang sangat tinggi. Efek ini disebabkan oleh kegagalan darah yang
mengalir lambat untuk mengeluarkan karbon dioksida dari pusat vasomotor, konsentrasi
karbon dioksida setempat sangat meningkat dan mempunyai efek yang sangat kuat dalam
merangsang susunan saraf simpatis. Peningkatan tekanan arteri sebagai reaksi terhadap
iskemia serebri ini disebut reaksi iskemik susunan saraf pusat atau respon iskemik SSP.
Derajat vasokonstriksi simpatis yang disebabkan oleh iskemik serebri yang berat sehingga
beberapa pembuluh perifer terhambat total atau hampir.
Meskipun reaksi iskemik SSP bersifat sangat kuat, reaksi tersebut tidak akan aktif sampai
tekanan arteri turun jauh di bawah normal, 50 mmHg, stimulasi terbesar 15-20 mmHg. Oleh
karena itu reaksi tersebut tidak termasuk dalam salah satu mekanisme untuk mengatur
tekanan arteri normal. Namun sebagai pengatur tekanan arteri darurat yang bekerja dengan
cepat dan kuat untuk mencegah penurunan tekanan arteri lebih lanjut bila aliran darah ke otak
turun secara membahayakan mendekati batas mematikan.
Vena memberikan tahanan yang relatif kecil terhadap aliran darah bila dibandingkan dengan
arteriol dan arteri. Oleh karena itu, konstriksi simpatis pada vena tidak mengubah secara
bermakna tahanan perifer total secara keseluruhan. Efek penting perangsangan simpatis
terhadap vena adalah penurunan kapasitas mereka. Ini berarti bahwa vena kemudian
mengandung darah yang lebih sedikit pada tekanan vena tertentu, yang meningkatkan
translokasi darah dari sistem vena ke dalam jantung. Oleh karena itu, efek netto perangsangan
simpatis terhadap vena adalah meningkatkan curah jantung, yang sebaliknya meningkatkan
tekanan arteri. Vena berpartisipasi dalam semua refleks dan reaksi, meliputi refleks
baroreseptor dan reaksi iskemik susunan saraf pusat.
Suatu kenaikan dalam tekanan atrium juga menyebabkan kenaikan dalam frekuensi jantung
kadang-kadang sampai sebesar 75 prsen. Sebagai kenaikan ini disebabkan oleh peregangan
langsung simpuls S-A oleh meningkatnya volume atrium. Suatu efek yang dapat
meningkatkan frekuensi jantung sebesar 15 prsen. Kematian tambahan sebesar 30 sampai 60
persen. Di sebabkan oleh suatu refleks yang disebut refleks Bainbrigde. Reseptor regang
atrium yang membangkitkan refleks Bainbrigde mengirimkan isyarat aferan mereka melalui
nervus vagus ke mendula oblongata. Kemudian isyarat eferen dikirimkan kembali melalui
nervus vagus dan saraf simpatis untuk meningkatkan frekuensi dan kekuatan kontraksi
jantung. Jadi, refleksi ini membantu mencegah bendungan darah di dalam vena, atrium dan
sirkulasi paru-paru.
Referensi:
Ganong, W.F. (2008). Review of Medical Physiology Edisi 22. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. & Hall J.E. (1995). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi 3.
Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. (2012). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
top related