makalah akhlak islam 1
Post on 16-Jan-2016
262 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tidak pernah tetap dalam satu keadaan, tidak pernah merasa
tenang dalam sesuatu suasana. Hanya senantiasa terumbang-ambing oleh adanya
perkara baru, bahkan ia gemar sekali berubah-ubah dalam seribu macam corak
atu menampakkan diri dalam seribu juta ragam bentuk yang berbeda-beda.
Akhlak di dalam Islam itu adalah penting. Tujuan risalah Islam itu sendiri
adalah untuk menyempurnakan definisi Islam itu sendiri dihubungkan dengan
akhlak yang baik. Akhlak yang mulia ialah suatu perkara yang mesti dititik
beratkan demi mencapai kesempurnaan iman.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan
bangsa. Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa
dan masyarakat, tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya
baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya
buruk (tidak berakhlak), rusaklah lahirnya dan batinnya.
Oleh karena itu, kelompok kami mencoba membahas mengenai “Sumber
Ajaran Akhlak, Jedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam”. Karena dengan
adanya akhlak yang luhur segala tingkah laku manusia akan suci dan sesuai
dengan jawatan yang telah dirahmatkan oleh Allah SWT . ke atasnya yaitu
1
sebagai "khalifatullah fil ardh". Islam dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menjadikan ini satu kenyataan dengan jalaan membentuk unsur-unsur yang kuat
dan manusia yang soleh.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Kedudukan dan
Keistimewaan Akhlak Islam” adalag sebagai berikut:
1. Apaakah yng dimaksud akhlak?
2. Berasal dari apasajakah sumber ajaran Akhlak Islam?
3. Bagaimanakah kedudukan dan keistimewaan akhlak Islam?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah yang berjudul “Kedudukan dan Keistimewaan
Akhlak Islam” adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi akhlak.
2. Untuk mengetahui sumber ajaran akhlak Islam.
3. Untuk mengetahui kedudukan dam keistimewaan Akhlak Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Ada banyak sekali definisi mengenai akhlak yang dikemukakan oleh para
ahli ilmu akhlaq. Sekalipun begitu, pengertian akhlaq tetap terpaku pada satu titik
point yaitu tingkah laku.
Menurut buku Materi Induk Perkaderan Muhammadiyah, dijelaskan
bahwa akhlak adalah tabi’at, watak perangai, budi pekerti, atau sikap tang
tertanam dalam jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan tertentu secara
spontan dan konstan. (Nashir, 1994).
Menurut pengertian para ilmu akhlaq, akhlaq ialah suatu keadaan jiwa
seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang dengan
mudah.
Dengan demikian, bila perbuatan, sikap dan pemikiran seseorang itu baik,
niscaya jiwa dan akhlaknya baik pula. Sebaliknya jika perbuatan, sikap dan
pemikirannya buruk, niscaya jiwa dan akhlaqnya buruk pula.
Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengemukakan bahwa akhlaq
adalah “daya kekuatan (sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jika
tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka tindakan itu
disebut akhlaq yang baik (mahmudah), sebaliknya, jika buruk disebut akhlaq
tercela (madzmumah).
3
Dari definisi-definisi di atas dapat dijelaskan bahwa ukuran akhlaq bukan
dilihat dari segi lahiriyah saja, tetapi yang lebih penting adalah dari segi
batiniyah, yakni dorongan hati, sabda Nabi :
“Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu terdapat sekerat
daging, jika ia baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka
rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah sekerat daging itu adalah hati.”
Akhlaq dalam Islam sangatlah penting artinya, sebab Nabi Muhammad
SAW diutus untuk membina akhlaq manusia. Ilmu yang mempelajari akhlaq
adalah ilmu akhlaq, yaitu ilmu yang menerangkan tentang kaidah-kaidah baik
dan buruk, sifat-sifat terpuji dan tercela.
B. Sumber Ajaran Akhlak Islam
Yang di maksud sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan
buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran islam, sumber
akhlak adalah Al- Qur’an dan Sunnah bukan akal pikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena
baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan Mu’tazilah.
Adapun penjelasan mengenai sumber ajaran Akhlak Islam yaitu:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber akhlak yang sangat akurat, sebagaimana
tercantum dalam QS. Al-Ahzab 21:
4
Artinya :
“sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan Kedatangan Hari
kiamat dan dia banyak mengingat Allah.”
Al-qur’an juga sebagai sumber utama dan pertama bagi agama islam
mengandung bimbingan, petunjuk penjelas dan pembeda antara yang hak dan
yang batil. Al-qur’an mengandung bimbingan tentang hubungan manusia
dengan SWT ., Tuhan Maha Pencipta, maha Pengasih, dan Maha Penyayang.
Sebagai contoh, Allah mengemukakan dalam Al-Qur’an tentang seseorang
yang ingin memohon pertolongan, sebagaimana dalam QS. Al Baqarah : 45 :
Artinya :
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
Allah juga menegaskan, bahwa manusia dalam kehidupannya
mempunyai kedudukan yang sangat mulia, serta bentuk yang amat indah.
Tetapi kelak akan dikembalikan pada keadaan yang amak buruk, kecuali
orang yang beriman kepada Allah SWT . dan beramal shaleh.
Al-Qur’an juga sebagai sumber akhlak yang berkaitan dengan hubungan
antara manusia dengan manusia. Sebagai contoh ayat yang berkenaan dengan
hubungan antar sesama manusia antara lain (QS. Muhammad :22) :
5
Artinya :
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di
muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”
Tentang hubungan manusia dengan alam lingkungan, Al-Qur’an juga memuat
bimbingannya. Sebagaimana disebutkan dalam salah satu ayat (QS. Ar Rum:
41) :
Artinya :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak dalam
islam yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan alam adalah sumber dari Al-Qur’anul Karim.
2. Sunnah
Seorang mukmin yang memiliki budi pekerti yang baik adalah yang
meneladani sikap dan sifat Nabi Muhammad SAW .
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji
atau tercela, semata-mata karena Syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah) menilainya
6
demikian. Kenapa sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur misalnya
dinilai baik? Tidak lain karena Syara’ menilai sifat-sifat itu baik. Begitu juga
sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikir dan dusta
misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena Syara’ menilainya demikian.
Apakah Islam menafikan peran hati nurani, akal dan pandangan
masyarakat dalam menentukan baik dan buruk? Atau dengan ungkapan lain
dapatkah ketiga hal tersebut dijadikan ukuran baik dan buruk?
Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Qur’an memang dapat menjadi
ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki
fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya (QS. Ar-Rum 30:30).
Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung
kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu merindukan dan mendambakan
kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan karena kebenaran itu tidak
akan didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun,
fitrah manusia tidak selalu terjamin, dapat berfungsi dengan baik karena
pengaruh dari luar, kisahnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah
hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan.
Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak
dapat lagi melihat kebenaran. Oleh sebab itu, ukuran baik dan buruk tidak
dapat diserahkan sepenuhnya hanya kepada penilaian Syara’. Semua
7
keputusan Syara’ tidak dapat bertentangan dengan hati nurani manusia karena
kedua-duanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT .
Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanyalah salah satu
kekuatan yang dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Dan
keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut
kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal
hanya bersifat spekulatif dan subyektif.
Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bagaimana dengan
pandangan masyarakat? Pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu
ukuran baik dan buruk, tetapi sangat relative, tergantung sejauh mana
kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga.
Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran mereka sudah
dikotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bias dijadikan
ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang biasa dijadikan
ukuran.
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak
spekulatif), obyektif, komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan
buruk hanyalah Al-Qur’an dan Sunnah, bukan yang lain-lainnya.
C. Kedudukan dan Kesitimewaan Akhlak Islam
8
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang
istimewa dan sangat penting. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa nomor berikut
ini:
1. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia
sebagai misi pokok Risalah Islam.
Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Baihaqi)
2. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam
Sehingga Rasulullah SAW pernah mendefisinikan agama itu dengan akhlak
yang baik (husn al-khuluk). Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah SAW :
“Ya Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab: (Agama adalah)
akhlak yang baik.”
Pendefisinian agama (Islam) dengan akhlak yang baik itu sebanding
dengan pendefinisian ibadah haji dengan wukuf di ‘Arafah. Rasulullah SAW
menyebutkan, “Haji adalah Wukuf di Arafah.” Artinya tidak syah haji
seseorang tanpa wukuf di Arafah.
3. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang
nanti pada hari kiamat.
Rasulullah bersabda:
9
“Tidak ada satupun yang akan lebih memberatkantimbangan (kebaikan)
seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlak yang
baik…” (HR. Tirmidzi).
Dan orang yang paling dicintai serta paling dekat dengan Rasulullah
SAW nanti pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya. Abdullah
‘Umar berkata:
“Aku mendengar Rasululla SAW bersabda: “Maukah kalian aku
beritahukan siapa diantara kalian yang paling aku cintai dan yang paling
dekat tempatnya denganku nanti pada hari kiamat?” Beliau mengulangi
pertanyaan itu dua atau tiga kali. Lalu sahabat-sahabat menjawab: “Tentu ya
Rasulullah.” Nabi bersabda:”Yaitu yang paling baik akhlaknya di antara
kalian.” (HR. Ahmad)
4. Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai
ukuran kualitas imannya.
Hal ini dapat kita perhatikan dalam beberapa hadist berikut ini:
a) Rasulullah SAW bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adlah yang baik
akhlaknya.” (HR.Tirmidzi)
b) Rasulullah SAW bersabda:
“Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, maka
bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain.”
(HR. Hakim dan Thabrani)
10
c) Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Allah , dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi
Allah, dia tidak beriman!
Seorang sahabat bertanya:”Siapa dia(yang tidak beriman itu) ya
Rasulullah?
Beliau menjawab: Orang yang tetanggganya tidak aman dari
keburukannya.”
(HR. Bukhari)
d) Rasuullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman
kepada Allah, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Demikianlah nampak bagi kita dalam beberapa teks hadist di atas bahwa
Rasulullah SAW mengaitkan antara rasa malu, adab berbicara dan sikap
terhadap tamu dan tetangga misalnya dengan eksistensi dan kualitas iman
seseorang.
5. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah
kepada Allah SWT .
Misalnya shalat, puasa, zakat dan haji. Perhatikanlah beberapa nash berikut
ini:
11
a) Firman Allah SWT :
“…dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”(QS.Al-‘Ankabut 29:45)
b) Sabda Rasulullah SAW :
“Bukanlah puasa itu hanya menahan makan dan minum saja tapi puasa
itu menahan diri dari perkataan kotor dan keji. Jika seseorang
mencaciatau menjahilimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku sedang
berpuasa.” (HR.Ibnu Khuzaimah)
c) Firman Allah SWT :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka…”(QS.At-Taubah 9:103)
d) Firman Allah SWT :
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, mak
tidak boleh rafats (mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi
yang tidak senonoh atau bersetubuh0 bebat fasik dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji…” (QS.Al-Baqarah 2:197)
Dari beberapa ayat dan hadist di atas dapat melihat adanya kaitan langsung
antara shalat, puasa, zakat dan haji dengan akhlak. Seorang yang mendirdikan
shalat tentu tidak akan mengerjakan segala perbuatan yang tergolong kei dan
mungkar. Sebaba apalah arti shalatnya kalau dia tetap saja mengerjakan
kekejian dan kemungkaran. Seorang yang benar-benar berpuasa demi mencari
12
ridho Allah SWT , di samping menahan keinginanya untuk makan dan
minum, tentu juga akan menahandirinya dari segal kata-kata yang kotor dan
perbuatan yang tercela. Sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu
dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya rasa lapar
dan haus semata. Begitu juga dengan ibadah zakat dan haji, dikaitkan oleh
Allah SWT hikmahnya dengan aspek akhlak. Ringkasnya, akhlak yang baik
adalah buah dari ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh
Allah SWT tentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji.
6. Nabi Muhammad SAW slalu berdoa agar Allah SWT membaikkan
akhlak beliau.
Salah satu doa beliau adalah:
“(Ya Allah) tunjukilah aku (jalan menuju) akhlak yang baik, karena
sesungguhnya tidak ada yang dapat memberi petunjuk (menuju jalan) yang
lebih baik selain Engkau. Hindarkanlah aku dari akhlak yang buruk, karena
sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkan aku dari akhlak yang
buruk kecuali Engkau.” (HR.Muslim)
7. Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan
dengan akhlak baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik serta pujian
dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu,
maupun larangan berakhlak yang buruk serta celaan dan doa bagi orang-orang
yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyaknya ayat-ayat Al-
13
Qur’an tentang akhlak ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlak
di dalam Islam.
Demikianlah antara lain beberapa hal yang menjelaskan kepada kita
kedudukan dan keistimewaan akhlak di dalam Islam. Sebagai kesempurnaan
hidup seorang manusia." Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada
dan iringalah keburukan dengan kebaikan , kebaikan akan menghapuskanya dan
jauhilah manusia dengan akhlak yang baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah kami yg berjudul “Sumber Ajaran
Akhlak, Jedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam” adalag sebagai berikut:
14
1. Sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan
tercela
2. Sumber akhlaq adalah Al-Qur’an dan Hadist, bukan akal pikiran atau
pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.
3. Didalam islam, akhlak itu mempunyai kedudukan yang tinggi sekali.
4. Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga
Rasulullah pernah mendefinisikan agama dengan akhlaq yang baik,
B. Saran
Adapun saran dari makalah kami yg berjudul “Kedudukan dan
Keistimewaan Akhlak Islam” adalag sebagai berikut:
1. Hendaknya pembaca tidak sekedar mampu mengetahui Akhlak tersebut tapi
juga harus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehar-hari.
2. Sebaiknya buku mengenai Akhlak terutama mengenai sumber ajaran,
kedudukan dan keistimewaan Akhlak Islam lebih diperbanyak lagi di
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran As, M.A., Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Pers, 2002.
Mansyur Amin, dkk., Aqidah dan Akhlaq, Yogyakarta: Kota Kembang, 2011.
Sukanda Sadeli, Bimbingan Akhlaq yang Mulia, Yayasan Pendidikan Islam Amal Saleh.
Tim penyusun. Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Unuversitas Muhammadiyah Palembang, 2009
15
Tim AIK Faperta, 2012. Bahan Ajar Al-Islam Kemuhammadiyaan (AIK V). Makassar.
Zainuddin, S.Ag, dan Muhammad Jamhari, S.Ag. al-Islam 2 : Muamalah dan Akhlaq, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta
danPemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan
MakalahAgama yang berjudul Syariat, Ibadah, dan Muamalah. Shalawat serta salam
16
semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dan
diharapkan dengan disusunnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung
proses pembelajaran Agama Islam secara sederhana dan mengena pada permasalahan
yang ada di masyarakat.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah
ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itubesar harapan
kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke
depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing
pada mata kuliah pendidikan Agama Islam yang telah memberi arahan untuk
membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa Teknik Arsitektur
kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.
Watampone, 01 Januari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
17
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak........................................................................................ 3
B. Sumber Ajaran Akhlak Islam ...................................................................... 4
C. Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak Islam ............................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
18
ii
MAKALAH
KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN
AKHLAK ISLAM
Disusun Oleh :
Kelompok III :
ADRIANY MISJAYA
SATRIANI
AMIRUDDIN
ABD. AZIS
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH BONE
2015
top related