makalah pend. agama islam

25
MAKALAH UMAT ISLAM DAN TATANAN DUNIA GLOBAL MENUJU MASYARAKAT MADANI Kelompok V Disusun Oleh: Ahmad Husain H12114018 Adi Gemilang H12114021 Lintang Wulandari H1211401

Upload: adigemilang

Post on 13-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Masyarakat Madani

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pend. Agama Islam

MAKALAHUMAT ISLAM DAN TATANAN

DUNIA GLOBAL MENUJU

MASYARAKAT MADANI

Kelompok V

Disusun Oleh:

Ahmad Husain H12114018

Adi Gemilang H12114021

Lintang Wulandari H1211401

PRODI STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

Page 2: Makalah Pend. Agama Islam

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang

telah memberikan rahmatnya kepada kami, Tidak lupa juga kami mengucapkan

terima kasih kepada teman-teman dan dosen pembimbing mata Kuliah Pendidikan

agama Islam atas dukungannya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah

kami ini yang bertemakan Umat Islam dan Tatanan Dunia Global Menjadi

Masyarakat Madani sebagaimana waktu yang telah ditentukan.

Sesuai tema makalah yang kami bawakan yaitu Umat Islam dan

Masyarakat Madani, maka dari itu kami akan konsep masyarakat madani,

karakteristik masyarakat madani, peranan umat Islam dalam mewujudkan

masyarakat madani serta etos kerja dalam islam. Itulah yang kami coba jelaskan

dalam makalah ini. Kami sadar dalam makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan, maka dari itu kami meminta dari pembaca baik Dosen atau teman-

teman sekalian, untuk memberikan kritik dan saran pada makalah yang telah kami

susun bersama ini. Begitu kami selaku mahasiswa yang masih dalam proses

pembelajaran ini, untuk kami mohon  bantuannya. Sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, 17 November 2014

Penyusun

| DAFTAR PUSTAKA 2

Page 3: Makalah Pend. Agama Islam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. Konsep Masyarakat Madani.....................................................................................3

1. Pengertian Masayarakat Madani..........................................................................4

2. Masyarakat Madani dalam Sejarah......................................................................4

B. Karakteristik Masyarakat Madani............................................................................5

C. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani...................................9

BAB III KESIMPULAN...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

| DAFTAR PUSTAKA 3

Page 4: Makalah Pend. Agama Islam

BAB I

PENDAHULUAN

Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep

civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam

ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara

festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar

Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok

masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem

sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin

keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.

Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik

karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru

kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-

nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab

menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena mereka

menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya (Quraish

Shihab, 2000, vol.2: 185).

Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal

bukan pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi

masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan

dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat

sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf

nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata

yang baik sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125. Dalam

rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi bukan hanya

penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan

dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan

| DAFTAR PUSTAKA 4

Page 5: Makalah Pend. Agama Islam

umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil

kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur

lainnya.

Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak

mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan

dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka

bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam

saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.

Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang menggambarkan

masyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai kebajikan dengan

mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif

bagi peneiptaan tatanan demokratis dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.

| DAFTAR PUSTAKA 5

Page 6: Makalah Pend. Agama Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Masyarakat MadaniKonsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau

pengislaman konsep “civil society”. Orang yang pertama kali

mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di

Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai

masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah

yang dibangun Nabi Muhammad SAW. Masyarakat Madinah dianggap

sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam

masyarakat muslim modern.

Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil

society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan

masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata

“societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali

dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar

dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga

orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu

mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja

(Larry Diamond, 2003: 278).

Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah

dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk

menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil

society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang

dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim

modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil

society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari

gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.

| DAFTAR PUSTAKA 6

Page 7: Makalah Pend. Agama Islam

Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena

meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian

dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan

masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan

toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari

wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki

banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk

kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil,

sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate

(1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere

of voluntary activity which takes place outside of government and the

market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).

1. Pengertian Masayarakat Madani

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu

pengetahuan, dan teknologi.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan

firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat

kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.

(kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang

(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)

adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha

Pengampun”.

2. Masyarakat Madani dalam Sejarah

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi

sebagai masyarakat madani, yaitu:

1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.

| DAFTAR PUSTAKA 7

Page 8: Makalah Pend. Agama Islam

2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah

antara Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk

Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum

Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga

unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian

dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi,

menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan

penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan

kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah

sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

B. Karakteristik Masyarakat Madani

Adapun karakteristik masyarakat madani:

1) Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat

memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, yaitu berhak

dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta

mempublikasikan informasikan kepada publik. Sebagai sebuah

prasayarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat

madani dalam sebuah tatan masyarakat, maka free public sphere

menjadi salah satu bagian yang harus dipenuhi, karena akan

memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga Negara

dalam menyalurkan aspirasinya.

2) Demokratisasi, yaitu proses dimana para anggotanya menyadari akan

hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan

mewujudkan kepentingan-kepentingannya. Demokrasi merupakan

prasyarat yang banyak dikemukakan oleh para pakar. Dan demokrasi

merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan masyarakat

madani. Penekanan demokratis disini dapat mencakup bentuk aspek

kehidupan, seperti social, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.

| DAFTAR PUSTAKA 8

Page 9: Makalah Pend. Agama Islam

3) Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendapat

serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain. Toleransi

memungkinkan adanya kesadaran untuk menghargai serta menghormati

pendapat yang dikemukakan oleh kelompok lainnya yang berbeda.

Azyumardi juga menyebutkan bahwa masyarakat madani bukan hanya

sekedar gerakan-gerakan pro demokrasi. Masyarakat ini mengacu juga

pada yang berkualitas dan civility.civilitas yakni kesediaan induvidu –

individu untuk menerima pandangan – pandangan politik dan sikap

social  yang berbeda – beda.

4) Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat

yang majemuk disertai dengan sikap tulus. Menurut Nurcholis Madjid,

konsep ini merupakan prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.

Menurutnya pluralism yaitu pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan –

ikatan keadaban (genuine engagement ofdiversities within the bonds of

civility). Bahkan juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia

antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check

and balance).

5) Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian

antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap

lingkungannya. Keadilan dimaksud untuk menyebutkan keseimbangan

dan pembagian yang proposional terhadap hak dan kewajiban setiap

warga Negara. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama

dalm memperoleh kebijakan – kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa

( pemerintah).

6) Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih

dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain.

7) Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya

keadilan.

8) Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan

pendapatan dan pendidikan. 

| DAFTAR PUSTAKA 9

Page 10: Makalah Pend. Agama Islam

9) Sebagai advokasi bagi masyarakat yang teraniaya dan tidak berdaya

membela hak-hak dan kepentingan.

10) Menjadi kelompok kepentingan atau kelompok penekan.

11) Pilar Penegak Masyarakat Madani, Pilar penegak masyarakat madani

adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari social control yang

berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif

serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.

Dalam penegakan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi

prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani. Pilar-

pilar tersebut yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pers,

Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi dan Partai Politik.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat

madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya

menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan

mewujudkan kepentingan-kepentingannya, dimana pemerintahannya

memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreativitas warga negara untuk

mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Namun

demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang

hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair

yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus

menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat

dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang

harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic

governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara

demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup

menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).

Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat

madani sbb:

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam

masyarakat.

| DAFTAR PUSTAKA 10

Page 11: Makalah Pend. Agama Islam

2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail

capital) yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan

tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar

kelompok.

3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan

kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-

lembaga swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu

kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.

5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya

sikap saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.

6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-

lembaga ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan

berkeadilan sosial.

7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan

kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan

komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.

Tanpa prasyarat tesebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti

pada jargon. Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat

“sipilisme” yang sempit yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang

anti demokrasi dan sering melanggar hak azasi manusia. Dengan kata lain,

ada beberapa rambu-rambu yang perlu diwaspadai dalam proses mewujudkan

masyarakat madani (lihat DuBois dan Milley, 1992).

Rambu-rambu tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring

masyarakat menjadi sebuah entitas yang bertolak belakang dengan semangat

negara-bangsa:

1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti

prototipe pemerintahan yang sentralisme dengan desentralisme. Namun

yang terjadi kemudian malah terjebak ke dalam faham lokalisme yang

mengagungkan mitos-mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip

nasionalisme, meritokrasi dan keadilan sosial.

| DAFTAR PUSTAKA 11

Page 12: Makalah Pend. Agama Islam

2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan

antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum

mayoritas terhadap minoritas dan sebaliknya, yang memungkinkan mereka

mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa prasangka dan permusuhan.

Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter etnis, pluralisme

budaya berjuang untuk memelihara integritas budaya. Pluralisme

menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata Kleden (2000:5), “…

penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan, pemerkosaan

terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.” Sebaliknya, rasisme

merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu kelompok

ras tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi

oleh suatu klaim bahwa suatu ras minoritas secara genetik dan budaya

lebih inferior dari ras yang dominan. Diskriminasi ras memiliki tiga

tingkatan: individual, organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu,

diskriminasi ras berwujud sikap dan perilaku prasangka. Pada tingkat

organisasi, diskriminasi ras terlihat manakala kebijakan, aturan dan

perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok tertentu saja.

Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu lembaga

sosial memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan

terhadap lembaga lainnya.

3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang

berlebihan terhadap strata atau kelas sosial berdasarkan kekayaan,

kekuasaan dan prestise. Seseorang atau sekelompok orang yang memiliki

kelas sosial tinggi kemudian dianggap berhak menentukan potensi-potensi

orang lain dalam menjangkau sumber-sumber atau mencapai kesempatan-

kesempatan yang ada dalam masyarakat.

C. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial

umat Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam

menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan

| DAFTAR PUSTAKA 12

Page 13: Makalah Pend. Agama Islam

teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya.

Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama

ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd,

Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.

Hal yang perlu kita ketahui kualitas sumber daya manusia umat Islam,

sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran ayat 110

Artinya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di

antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-

orang yang fasik.

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat

Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah

ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas

SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang

dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil.

SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang

unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,

ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu

menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam

lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum

mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di

negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum

dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum

mencerminkan akhlak Islam.

Dalam sejarah umat Islam, realitas keunggulan normative atau potensi

umat Islam terjadi pada masa Abbasiyah. Pada masa itu umat Islam

menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan : ilmu pengetahuan dan

teknologi, militer, ekonomi, politik, dan kemajuan bidang-bidang lainnya.

Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama

| DAFTAR PUSTAKA 13

Page 14: Makalah Pend. Agama Islam

ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd,

Imam al-Ghazali, Al-Farabi, dan lain-lain. Kemunduran umat Islam terjadi

pada pertengahan abad ke-13 setelah Dinasti Bani Abbas dijatuhkan oleh

Hulagu Khan, cucu Jengis Khan.

| DAFTAR PUSTAKA 14

Page 15: Makalah Pend. Agama Islam

BAB III

KESIMPULAN

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan

umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan

yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa

yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan

bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang

dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam

mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada

Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai

umat akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud

dengan masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada

masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat

madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah. Selain memahami apa itu

masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi manusia yang ada di

masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia

sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin

besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka

akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang

memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun

tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam

meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di

masyarakat. Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang

muda agar dapat mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini

yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia,

potensi, perbaikan sistem ekonomi. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam

dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara

perlahan. Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan

| DAFTAR PUSTAKA 15

Page 16: Makalah Pend. Agama Islam

pada kesempatan kali ini semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-

katanya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

| DAFTAR PUSTAKA 16

Page 17: Makalah Pend. Agama Islam

http://bloginfo.heck.in/. (2013, April 30). Retrieved November 17, 2014, from mengenal-konsep-masyarakat-madani.xhtml.

http://nabillahabsyiah.blogspot.com/. (2012, Maret 16). Retrieved November 17, 2014, from 2012/03/karakteristik-masyarakat-madani.html.

https://kholidarifin.wordpress.com/. (2013, Desember 26). Retrieved November 17, 2014, from 2013/12/26/peranan-umat-islam-dalam-mewujudkan-masyarakat-madani/.

| DAFTAR PUSTAKA 17