bab iv konsep perancangan kawasan pasar · pdf filekonsep perancangan kawasan pasar johar ......
Post on 06-Feb-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Bab IV
Konsep Perancangan Kawasan Pasar Johar
IV.1 ARAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN
IV.1.1 Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Pasar Johar
Visi :
“Johar Art and Cultural Marketplace”
Misi :
a. Menghidupkan kembali kawasan perdagangan Johar dengan perancangan
ruang publik yang diperkaya dengan aktivitas seni dan budaya.
b. Menciptakan imej baru untuk Kawasan Johar sebagai objek destinasi
belanja sekaligus sebagai tujuan wisata dan rekreasi bagi penduduk dalam
maupun luar kota.
IV.1.2 Strategi Pengembangan Kawasan Pasar Johar
Berdasarkan kajian literatur dan analisa potensi kawasan, maka untuk
mewujudkan visi kawasan sebagai kawasan wisata seni dan budaya, dibutuhkan
strategi pengembangan yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
(1) Melangsungkan kerjasama dengan banyak pihak
Menjalin kerjasama antar instansi dan masyarakat lokal amat penting untuk
membantu meningkatkan dukungan lokal, serta karena pariwisata membutuhkan
sumber daya yang tidak satu pun badan tunggal yang mampu menyediakan.
Partisipasi aktif dengan banyak pihak akan mendukung kesuksesan
pengembangan kawasan budaya, seperti kerjasama dengan political leaders,
business leaders, biro wisata, seniman dan pengrajin, hotel/motel, dan sebagainya.
Dalam studi ini, antara pemerintah kota Semarang, pihak swasta sebagai investor,
akademisi, pedagang setempat, dan masyarakat umum Semarang perlu dilibatkan
secara langsung pada pelaksanaan revitalisasi kawasan perancangan agar tidak
menimbulkan konflik kepentingan untuk ke depannya.
IV - 1
(2) Memberikan ciri khas Jawa Tengah dan tradisi lokal kota Semarang
untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai daya tarik yang sarat akan unsur
sejarah dan budaya setempat
Program revitalisasi harus bersifat realistis dan berbasis lokalitas setempat,
sebaiknya dapat memberikan apa yang dibutuhkan oleh lingkungan setempat serta
memanfaatkan potensi budaya setempat sehingga sesuai dan dengan sendirinya
akan dapat diterima oleh masyarakat lokal. Maka dari itu, penyuntikan aktivitas
bercitarasa Jawa Tengah perlu ditekankan secara lebih lanjut sebaga ia daya tarik
kawasan.
Gambar IV.1. Lokalitas setempat sebagai daya tarik kawasan perancangan. Sumber : www.google.com.
Dalam studi ini, aktivitas lokal yang dapat dilakukan pada kawasan perancangan
adalah sebagai berikut :
Tabel IV.1. Upacara Tradisional dan Kesenian Kota Semarang yang Berpotensi untuk Diadakan pada Kwasan Johar
Nama Aktivitas Budaya
Keterangan Usulan Penempatan
Lokasi Aktivitas Budaya
DugDer
Kata Dug Der, nama upacara ini, diambil dari perpaduan bunyi bedug yang dipukul sehingga berbunyi dug, dug dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan der. Telah dilakukan sejak 1881, tradisi yang dikenal dengan dugder ini menjadi tanda bahwa bulan Ramadhan sudah menjelang karena dilaksanakan tepat satu hari sebelum bulan puasa. Beberapa hari sebelum acara ini berlangsung, biasanya, banyak pedagang yang telah
Ruang terbuka berupa boulevard yang terletak di depan Masjid Kauman.
IV - 2
Nama Usulan Penempatan Aktivitas Keterangan Lokasi Aktivitas Budaya Budaya
menggelar dagangannya untuk menyambut pembeli pada saat acara ini dimulai. Ciri khas acara ini adalah Warak Ngendog yang dilestarikan hingga kini. Warak Ngendog adalah jenis binatang rekaan yang bertubuh kambing dan berkepala naga dengan kulit seperti bersisik dibuat dari kertas warna-warni. Pada masa sekarang, sebelum acara dibuka, dilakukan arak-arakan yang menampilkan Warak Ngendog dan pengantin Semarangan.
Gambang Semarangan
Kesenian ini merupakan perpaduan antara tari dengan diiringi alat musik dari bilah-bilah kayu dan gamelan Jawa yang biasa disebut “gambang”. Muncul pada event-event tertentu : Festival Dugderan, Festival Jajan Pasar. Gambang Semarang telah ada sejak tahun 1930 dengan bentuk paguyuban yang anggotanya terdiri dari pribumi dan peranakan Cina dengan mengambil tempat pertunjukan di Gedung Pertemuan Bian Hian Tiong di Gang Pinggir.
Art and Cultural Center, ruang terbuka berupa boulevard yang terletak di depan Masjid Kauman, ruang terbuka dengan fasilitas layar lebar
Tari Semarangan
Tari Semarangan ini merupakan tari khas dari Semarangan yang ditarikan oleh dua orang putrid berpasangan. Tari yang sering ditampilkan dalam event-event seperti dugderan dan festival jajan tradisional ini sekarang dikembangkan oleh Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang.
Art and Cultural Center, ruang terbuka berupa boulevard yang terletak di depan Masjid Kauman, ruang terbuka dengan fasilitas layar lebar
Kethoprak
Kethoprak merupakan kesenian tradisional yang mengangkat cerita tentang babad Tanah Jawa. Sejarah yang dijadikan landasan cerita sering dibumbui dengan berbagai pemanis sehingga menjadi cerita yang enak dinikmati. Saat ini ketoprak sering ditampilkan di Taman Budaya Raden Saleh setiap malam Selasa Kliwon.
Art and Cultural Center, ruang terbuka berupa boulevard yang terletak di depan Masjid Kauman, ruang terbuka dengan fasilitas layar lebar
Wayang Orang
Semarang memiliki kelompok wayang orang yang terkenal sejak tahun 70-an. Pada waktu itu setiap malam kelompok ini menggung di Gedung Ngesti Pandowo yang berada satu komplek dengan GRIS. Setelah Gedung Ngesti Pandowo diambil oleh Pemerintah, kelompok wayang orang yang biasa manggung disana diberi tempat lain yaitu gedung kesenian di komplek Taman Majapahit dan manggung setiap malam dari pukul 20.00 WIB.
Art and Cultural Center, ruang terbuka berupa boulevard yang terletak di depan Masjid Kauman, ruang terbuka dengan fasilitas layar lebar
Wayang Kulit
Wayang kulit adalah wayang yang menggunakan wayang-wayang dari kulit dimainkan oleh seorang dalang dengan cerita yang sudah pakem sebagai mana dimainkan oleh wayang orang. Wayang kulit dimainkan setiap malam Jumat Kliwon di Taman Budaya Raden Saleh.
Art and Cultural Center, ruang terbuka dengan fasilitas layar lebar
Sumber : Bappeda Tk. II Kota Semarang (1999), www.semarang.go.id (2006), hasil analisa (2007)
IV - 3
(3) Menghidupkan kawasan perancangan dengan menyuntikan aktivitas-
aktivitas menarik berupa rangkaian acara-acara temporer yang dilakukan di
dalam kawasan.
Pengunjung akan lebih tertarik apabila banyak indra aktif yang mereka gunakan
dalam mengeksplorasi suatu tempat, dengan sendirinya ikatan mereka dengan
tempat tersebut akan semakin kuat, dan menyebabkan sebuah tempat akan
menjadi lebih berkesan mendalam. Oleh karena itu dibutuhkan penyuntikan
aktivitas, aktivitas yang bersifat kesenian dan kebudayaan serta bertaraf nasional
sekaligus internasional.
Gambar IV.2a. Penyuntikan aktivitas-aktivitas yang menarik sebagai daya tarik
kawasan perancangan. Sumber : www.google.com.
Dalam studi ini, usulan program aktivitas yang dapat dilaksanakan pada kawasan
perancangan adalah sebagai berikut :
a. Festival Seni dan Budaya :
Berbagai budaya dan kesenian yang terdapat di bumi nusantara dan dunia
amat menarik apabila dikumpulkan dalam suatu event khusus. Sebagai contoh,
dapat diadakan tema-tema festival sebagi berikut :
- Asian Art and Culture Festival : Acara ini sempat diadakan pada bulan
Agustus 2007 di Kota Semarang. Acara ini menghadirkan tim kesenian dari
sepuluh negara anggota ASEAN ditambah dari Cina, Jepang, Korea, India,
dan beberapa negara dari Timur Tengah, berkolaborasi untuk menciptakan
pertunjukan spektakuler.
IV - 4
- Festival Mainan Tradisional Indonesia : Menampilkan kembali mainan-
mainan tradisional Indonesia beserta sejarah dan cara bermainnya, untuk
kemudian diadakan lomba-lomba dalam memenangkan permainan tradisional
yang ditampilkan.
- Festival Jajan Pasar Asia : Berbagai jenis makanan khas dari Indonesia dan
berbagai negara Asia akan dijajakan pada festival ini. Acara ini sempat
diadakan juga pada event Semarang Pesona Asia pada bulan Agustus 2007.
- Festival Jajan Pasar Jawa Tengah : Berbagai jenis jajanan pasar tradisional
khas Jawa Tengah akan dijajakan pada festival ini.
b. Festival Film :
Penyelenggaraan berbagai festival film makin marak dilakukan di
Indonesia beriring dengan majunya dunia perfilman Indonesia (Kompas, 16
Desember 2007). Semarang sebagai salah satu kota besar di Indonesia, dapat
turut berperan dalam penyelenggaraan festival yang dapat bersifat lokal,
nasional, maupun internasional ini. Sebagai contoh, dapat dilakukan festival
film dengan tema sebagai berikut :
- Jakarta International Film Festival (JiFFest) : Festival film internasional
yang biasanya diadakan di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya kini dapat
dilaksanakan di kawasan Johar karena penambahan Big Screen Area pada
kawasan perancangan.
- Festival Film Inspirasi Asia : Kompetisi film bagi pembuat film Indonesia
dan mancanegara inisempat diadakan di Semarang. Jenis film yang dapat
diikutkan dalam festival ini adalah film yang mampu menginspirasi penonton
agar selalu berbuat baik.
- Karnaval Film Pendek : Event ini pertama kali diadakan di Banyumas, yang
memutar film-film karya para pekerja film asal Cilacap, Banyumas,
Purbalingga, dan Banjarnegara. Semarang pun dapat turut mengadakan acara
ini dengan mengadakannya pada kawasan Johar ke depannya.
- Festival film lainnya, seperti Festival Film Dokumenter, Festival Film Asia-
Afrika, dan lain sebagainya.
c. Festival yang bersifat Kompetisi dan Hiburan :
- Festival Musik, Retro Festival, dan sebagainya.
IV - 5
Gambar IV.2b. Lokasi Penempatan Aktivitas sebagai daya tarik kawasan
perancangan. Sumber : hasil perancangan, 2007.
(4) Fokus terhadap kualitas ruang dan keunikan tempat
Kualitas ruang dan keunikan Kawasan Johar perlu diolah lebih lanjut sebagai
pencipta identitas kawasan, yang merupakan salah satu syarat untuk penciptaan
place. Kualitas ruang yang sudah menurun akibat padatnya densitas kawasan perlu
ditata ulang agar terdapat ruang terbuka yang akan meningkatkan kualitas ruang
tersebut. Beberapa keunikan Kawasan Johar adalah fungsinya yang sebagai pasar
tradisional, yakni di mana aktivitas budaya lokal terjadi, perlu ditingkatkan
kualitas kenyamanan dan keamanannya agar dapat menjadi daya tarik utama bagi
kawasan. Untuk mendukung strategi pengembangan ini, hal yang perlu dilakukan
adalah menambahkan bangunan yang berfungsi sebagai museum dan art center,
IV - 6
sebagai pusat informasi dan dokumentasi untuk sejarah dan perkembangan
kawasan Johar dan sekitarnya hingga saat ini.
(5) Preservasi dan Proteksi
Penanganan preservasi yang baik dan tidak hanya ‘menambal’ kerusakan yang
terjadi pada bangunan lama, akan membantu memperbaiki citra kawasan dan
kualitas lingkungan, sehingga nilai tempat tersebut akan semakin terlihat oleh
mata para pengunjung. Dalam kawasan perancangan, bangunan cagar budaya
(Pasar Johar) tetap dipertahankan, namun bangunan ini tetap diperbaiki dan
ditingkatkan kualitasnya dengan campur tangan para ahli yang kompeten dengan
mengikuti kaidah dan aturan-aturan baku mengenai preservasi bangunan
bersejarah.
Kelima strategi tersebut diterapkan pada tesis ini dan dilengkapi kembali dengan
strategi perancangan yang telah dianalisa dan diolah lebih lanjut. Tentunya ini
semua memerlukan manajemen pariwisata yang baik agar strategi revitalisasi dan
perancangan ini dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu dalam
pengembangan kawasan Johar sebagai tempat tujuan wisata budaya, diusulkan
adanya strategi place marketing yang baik.
Place marketing adalah proses merekonstruksi imej tempat, namun berbeda
dengan mengiklankan secara konservatif, place marketing ini lebih
mengeksploitasi karakteristik budaya dan warisan budaya suatu tempat yang
bersifat unik sehingga terbentuk imej baru mengenai tempat tersebut dan dengan
sendirinya akan menarik wisatawan. (Tiesdell et al, 1996). Untuk mewujudkan
place marketing ini, perlu adanya kerjasama dengan Dinas Pariwisata serta dapat
mencontoh Singapura dalam membuat publikasi populer mengenai informasi
kawasan wisata budaya yang terdapat pada kota Semarang untuk mendidik
masyarakat lokal, sehingga dengan sendirinya langkah ini akan menciptakan rasa
bangga dan dukungan masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata budaya
tersebut.
IV - 7
IV.2 KONSEP DASAR PERANCANGAN KAWASAN
IV.2.1 Penataan Ruang Publik dengan Konsep Festival Marketplace
Konsep perancangan akan menitikberatkan pada penciptaan ruang publik yang
berorientasi kepada ruang luar, yaitu penataan jalur pedestrian dan ruang terbuka
untuk menampung sejumlah skala aktivitas.
Jalur pedestrian adalah salah satu ruang publik yang paling umum ditemui di
perkotaan. Sebagai ruang publik, jalan merupakan ruang dimana seluruh
masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya (Natalivan, 2003),
sehingga perancangan jalur pedestrian yang baik akan membantu meningkatkan
kualitas ruang perkotaan. Sedangkan ruang terbuka merupakan tempat manusia
saling berkumpul dan bersosialisasi, dengan adanya ruang terbuka, maka manusia
diberikan sarana untuk berkumpul dan beraktivitas, sehingga suasana kawasan
akan hidup dengan sendirinya (Carr et al, 1992; Project for Public Space, 2007;
CABE Space, 2007).
Menurut Carr dalam Darmawan (2005) pada bab terdahulu, pasar tradisional
merupakan salah satu bentuk ruang publik yang termasuk tipologi atrium atau
pasar di dalam ruang (indoor market place). Pasar ataupun pusat perbelanjaan di
pusat kota biasanya memanfaatkan bangunan tua yang kemudian direhabilitasi
ruang dalamnya sebagai ruangan komersial. Terkadang juga digunakan sebagai
festival pasar dan dikelola sendiri oleh pemilik gedung atau pengembang/investor.
Dengan memfokuskan perancangan kepada ruang publik, maka muncullah konsep
Festival Marketplace. Festival Marketplace adalah “a shopping centre not focused
upon the traditional suburban anchor tenants (department stores) but upon
innovative tourist-leisure oriented shopping anchored by a speciality food
complex, in a setting of periodic events and festivies” (Ashworth/Tunbridge,
1990). Secara gamblang, Festival Marketplace adalah konsep pengembangan
sebuah pasar tradisional yang menggunakan ‘aktivitas’ sebagai daya tarik utama
kawasan, selain faktor-faktor lainnya yang menunjang sebuah kawasan
perdagangan. Aktivitas tersebut difasilitasi dengan adanya ruang terbuka publik
IV - 8
yang luas dan dapat digunakan sewaktu-waktu untuk acara-acara festival yang
akan menghidupkan kawasan.
Gambar IV.3. Konsep Festival Marketplace yang berorientasi pada penataan ruang
publik. Sumber : www.pps.org, www.gettyimages.com.
Konsep Festival Marketplace pertama kali diciptakan oleh Rouse Company pada
tahun 1973. Konsep ini pertama diterapkan pada pengembangan kompleks pasar
tradisional Quincy Market menjadi Faneuil Hall Marketplace di Boston, Amerika
Serikat. Kemudian salah satu pasar tradisional yang turut sukses mengemban
konsep perancangan ini adalah kawasan Covent Garden di London, Inggris.
Konsep perancangan inilah yang nantinya akan diterapkan pada kawasan Johar.
Festival Marketplace menggunakan pendekatan ruang publik untuk menciptakan
suasana festive. Penataan ruang publik yang dilakukan mencakup penyediaan food
court, penataan gerai-gerai pedagang, penataan jalur pejalan kaki, dan penyediaan
ruang terbuka sebagai area tempat diadakannya acara-acara atraksi wisata.
Secara singkat, konsep Festival Marketplace yang akan diterapkan pada kawasan
Johar akan disesuaikan dengan budaya Indonesia, maka muncullah konsep
IV - 9
inovatif pengembangan pusat perdagangan menjadi kawasan wisata yang
berorientasi kepada ruang publik, yakni kompleks pusat jajanan serba ada
(pujasera) berupa area Pedagang Kaki Lima (PKL) dan restoran/kafe pada ruang
terbuka publik yang dipadukan dengan pasar tradisional yang telah ada, konsep ini
berbeda dengan pasar modern perkotaan seperti mall yang berfokus kepada
anchor tenant yang muncul akibat pengaruh Barat.
Seni dan budaya dapat memberikan peranan sebagai katalisator dalam revitalisasi
dan proyek urban renewal (Carr et al, 1992; Creative City Network of Canada,
2007). Revitalisasi dan pembaharuan kawasan kota yang sukses seringkali
menggunakan organisasi serta aktivitas seni dan kebudayaan untuk mengundang
pengunjung datang ke kawasan tersebut, menghidupkan kawasan, dan
menciptakan vitalitas. Maka dengan demikian diperlukan penambahan atraksi
wisata berupa street entertainment, special event, dan manajemen festival seni dan
budaya untuk menciptakan sense of place (Getz dalam Page, 1995; CABE Space,
2007).
Pada nantinya diasumsikan manajemen pariwisata yang diterapkan akan
mencakup manajemen event dan acara-acara festival budaya Jawa Tengah (seni
tari, seni drama, seni musik, dan seni suara) yang sewaktu-waktu dilaksanakan
pada kawasan ini.
IV.2.2 Prinsip Perancangan “Place” Kawasan Wisata Budaya Johar
Perancangan kawasan perdagangan haruslah bersifat atraktif dan menarik
perhatian agar terbentuk identitas lingkungan yang kuat dan selanjutnya akan
berpengaruh terhadap keberhasilan kawasan perdagangan tersebut. Dengan
memperhatikan gagasan awal strategi placemaking yang telah dianalisa pada bab
II (tabel IV.1), maka kemudian dirumuskan prinsip perancangan kawasan wisata
budaya sebagai ruang publik seperti yang diperlihatkan oleh tabel IV.2.
IV - 10
Tabel IV.2. Gagasan Awal Strategi Placemaking untuk Kawasan Johar
Gagasan untuk Kawasan Johar Aspek yang Dibutuhkan Indikator
Desain Non-Desain Aktivitas Terdapat berbagai pilihan dan
variasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung.
Menambah fungsi galeri seni, workshop seni/budaya, dan sebagainya.
Menambahkan variasi pilihan aktivitas, seperti workshop seni membatik, pembuatan wayang, pasar seni, dan sebagainya.
Mudah diakses dan terkoneksi dengan lingkungan sekitarnya.
Perlu peningkatan kualitas. -
Kawasan terbuka secara visual, tidak menggunakan pagar masif.
Perlu peningkatan kualitas. -
Aksesibilitas
Ruang terbuka dalam kawasan saling terintegrasi satu sama lain, sehingga muncul kontinuitas yang baik.
- Menata ruang terbuka yang dirancang agar saling terintegrasi. - Memberi tema untuk masing-masing ruang terbuka
-
Jalur pedestrian ternaungi oleh vegetasi maupun naungan buatan (pergola dan sebagainya) untuk sebagai peneduh dan penurun suhu lingkungan sekitar kawasan.
Perlu penambahan penanaman vegetasi dengan tema berbeda pada tiap spot ruang terbuka.
-
Trotoar menerus dan tidak terpotong oleh jalur kendaraan maupun los pedagang ilegal.
Perlu peningkatan kualitas. -
Tersedia fasilitas penerangan yang memadai.
Perlu peningkatan kualitas. -
Tersedia perabot jalan dan tata informasi yang tertata dan fungsional.
Perlu penataan perabot jalan yang sesuai dengan skala manusia dan fungsional.
-
Terdapat area TPS yang tertata dan tersembunyi dari area publik.
Menentukan area TPS yang tidak akan mengganggu aktivitas perdagangan.
Area parkir tersembunyi dari pandangan publik.
Perlu adanya penambahan kantong parkir dan parkir basement.
Kenyamanan
Jalur sirkulasi jelas dan tidak membingungkan pengunjung.
Perlu peningkatan kualitas.
Sociability Ruang terbuka dapat digunakan sebagai sarana untuk bertemu, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lain.
Merancang area ruang terbuka dengan penambahan aktivitas tertentu, seperti pusat jajanan, sarana olahraga dan rekreasi, dan sebagainya, yang dapat digunakan sebagai area bertemu dan bersosialisasi.
-
IV - 11
Gagasan untuk Kawasan Johar Aspek yang Indikator Dibutuhkan Desain Non-Desain Menggunakan potensi lokal sebagai penguat karakter kawasan.
- Sewaktu-waktu mengadakan festival seni dan budaya khas Semarang pada kawasan ini.
Adanya peranan tokoh lokal dalam aktivitas kawasan untuk memperkuat citra lokalitas setempat.
- Mengundang tokoh-tokoh seniman Semarang (pewayang, pemain ketoprak, dan sebagainya) untuk meramaikan aktivitas kawasan.
Adanya aktivitas komersial yang partisipatif, yakni proses timbal balik antara “sang tempat” dan “sang pengunjung”.
- -
Karakter, imej, dan identitas
Ruang publik dan ruang privat terdefinisikan dengan jelas.
- Perlu adanya penataan dan pengelolaan los-los pasar. -Perlu penambahan area parkir yang aman serta nyaman.
-
Adaptability Ruang terbuka publik dapat berubah fungsi dengan mudah.
Perlu penambahan ruang terbuka untuk publik yang sehari-harinya dapat digunakan untuk area berdagang atau area pujasera, namun sewaktu-waktu ruang terbuka tersebut dapat digunakan untuk festival seni dan budaya.
-
Keberagaman Terdapat berbagai variasi dan pilihan komoditi barang dagangan.
- -
Tersedia ruang parkir yang memadai sehingga tidak terbentuk kantong-kantong parkir ilegal.
Menambah area parkir berupa kantong parkir dan parkir basement dengan aksesibilitas yang baik.
-
Tersedia fasilitas kendaraan umum dan fasilitas transportasi lainnya, seperti halte, jaringan jalan yang baik, dan sebagainya.
Memberikan area halte angkot dan parkir bis untuk sarana fasilitas pariwisata.
-
Pelayanan (service)
Sarana infrastuktur tersedia dengan memadai.
- Perlu penanganan infrastruktur yang baik.
Daya tarik Adanya manajemen acara-acara festival, special event, dan street entertainment, untuk menghibur para pengunjung.
- Perlu adanya manajemen acara-acara festival, special event, dan street entertainment, untuk menghibur para pengunjung yang khusus ditujukan untuk kawasan
IV - 12
Gagasan untuk Kawasan Johar Aspek yang Indikator Dibutuhkan Desain Non-Desain ini.
Adanya landmark, public art, maupun magnet kawasan berupa anchor tenant.
Perlu ditingkatkan lagi kualitasnya.
-
Sumber : hasil analisa (2007)
Tabel IV.3. Prinsip Perancangan “Place” padaKawasan Wisata Budaya Johar
No. Variabel Prinsip Perancangan
Menambah fungsi galeri seni, workshop seni/budaya, dan sebagainya. Menambah fungsi hunian dan fasilitas penunjang sebagai pendukung kawasan wisata budaya.
1. Tata Guna Lahan
Lantai dasar bangunan diarahkan menjadi area retail dan pujasera untuk menghidupkan area permukaan kawasan. Mempertahankan dan memperbaiki kualitas bangunan Pasar Johar tanpa mengubah ciri khas bangunan tersebut. Merancang tata informasi yang secara tidak langsung turut memasukkan unsur kesejarahan kawasan Johar, seperti pencantuman nama jalan lama (dengan bahasa Belanda) pada signage nama jalan dalam kawasan. Merancang tata informasi yang menarik dan informatif dengan motif dan bentuk etnik tradisional sebagai penguat ciri kawasan sebagai kawasan wisata budaya.
2. Preservasi dan Konservasi Warisan Kota
Meminimalkan perubahan struktur jaringan jalan yang telah ada. Menata kembali struktur ruang pasar dan pengelolaan los-los pasar agar mempermudah aksesibiltas dan pencapaian. Merancang tata massa bangunan secara vertikal untuk mengurangi kepadatan kawasan. Gaya bangunan dirancang secara contextual continuity sesuai dengan kawasan historis di sekitarnya (Kota Lama dan Pecinan)
3. Tata Ruang dan Massa Bangunan
Bangunan dengan fungsi landmark dirancang secara contextual juxtaposition agar mampu menarik perhatian pengunjung.
IV - 13
No. Variabel Prinsip Perancangan Memberikan beberapa titik masuk, bukaan jendela, dan beragam fungsi pada bangunan perimeter untuk mengaktifkan bagian tepi kawasan. Menghindarkan penempatan dinding masif pada area jalur pejalan kaki. Merancang trotoar menerus dan tidak terpotong oleh jalur kendaraan maupun los pedagang ilegal. Memberikan fasilitas penerangan yang memadai pada jalur pedestrian. Menyediakan perabot jalan dan tata informasi yang tertata dan fungsional. Memberi naungan dan pembayangan untuk sebagian besar jalur pejalan kaki. Menciptakan vista dan tautan antara node sirkulasi untuk memperkuat citra jalan sebagai ruang publik.
4. Jalur Pejalan Kaki
Memberikan traffic calming maupun area penyebrangan jalan yang cukup luas pada area pertemuan jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan untuk mengurangi resiko kecelakaan dan untuk menambah kenyamanan pejalan kaki. Merancang area ruang terbuka dengan penambahan aktivitas tertentu, seperti pusat jajanan, sarana olahraga dan rekreasi, dan sebagainya, yang dapat digunakan sebagai area bertemu dan bersosialisasi. Merancang ruang terbuka dengan aktivitas 24 jam yang bersifat fleksibel: sehari-harinya dapat digunakan untuk area berdagang atau area pujasera, namun sewaktu-waktu ruang terbuka tersebut dapat digunakan untuk festival seni dan budaya. Mengintegrasikan masing-masing ruang terbuka yang ada. Memberikan tema untuk masing-masing ruang terbuka. Merancang tata massa bangunan secara vertikal untuk penambahan ruang terbuka. Memberikan aktivitas berupa area PKL, kafe, panggung seni dan budaya pada ruang terbuka.
5. Ruang Terbuka dan Lahan Hijau
Menanam vegetasi dengan tema berbeda, berdasarkan warna dan jenis vegetasi, pada tiap spot ruang terbuka. Menambah fasilitas parkir kendaraan dengan membangun gedung parkir, basement, maupun parkir permukaan yang tidak mengganggu jalur sirkulasi. Memberikan area halte angkutan umum dan parkir bis untuk sarana fasilitas pariwisata. Merancang jalur sirkulasi yang mudah diakses dan terkoneksi dengan lingkungan sekitarnya.
6. Sirkulasi Kendaraan dan Parkir
Kawasan terbuka secara visual, tidak menggunakan pagar masif.
IV - 14
No. Variabel Prinsip Perancangan Memperkuat jalur sirkulasi dengan menciptakan vista dan tautan antara node yang satu dengan yang lainnya. Menambah tata informasi yang menarik dan informatif sebagai pengarah sirkulasi. Perlu adanya manajemen acara-acara festival, special event, dan street entertainment, untuk menghibur para pengunjung yang khusus ditujukan untuk kawasan ini. Menambahkan variasi pilihan aktivitas, seperti workshop seni membatik, pembuatan wayang, pasar seni, dan sebagainya. Mengundang tokoh-tokoh seniman Semarang (pewayang, pemain ketoprak, dan sebagainya) untuk turut berpartisipasi dalam event-event yang diadakan pada kawasan. Memberikan landmark, public art, maupun magnet kawasan berupa anchor tenant.
7. Karakter dan Aktivitas Kawasan
Memberikan aktivitas PKL dan restoran/kafe dengan area duduk-duduk di area ruang publik.
Sumber : hasil analisa (2007)
IV - 15
IV.3 KONSEP PERANCANGAN
IV.3.1 Konsep Tata Guna Lahan
Dalam RTRW Kota Semarang (1999), kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan
perdagangan. Kawasan Johar saat ini memiliki dominansi fungsi perdagangan
hingga mencapai sekitar 90% dari keseluruhan fungsi, hingga dibutuhkan
penambahan fungsi lain atau bangunan multifungsi (mixed-use) untuk menunjang
aktivitas manusia selama 24 jam, yang diharapkan akan meningkatkan profit
sekaligus menghindarkan kawasan ini dari rawannya kriminalitas pada malam
hari. Selain itu dengan adanya bangunan multifungsi akan menunjang
pemanfaatan lahan secara maksimal sebagai wadah aktivitas manusia serta
memperpendek jarak antar fungsi bangunan sehingga mobilitas menjadi lebih
efektif.
Gambar IV.4. Konsep Tata Guna Lahan : menambah wadah aktivitas dan fungsi lain
dengan bangunan multifungsi (mixed-use) untuk menunjang aktivitas manusia selama 24 jam. Sumber : hasil perancangan, 2007.
Gambar IV.5. Penyuntikan fungsi-fungsi baru dengan aktivitas 24 jam diharapkan akan
menghidupkan kawasan sepanjang hari dan meningkatkan profit kawasan. Sumber : Belltown Urban Center Village Design Guidelines, http://jpatokal.iki.fi/photo/ travel/ Singapore/Central/. 2004-2005.
IV - 16
Berdasarkan prinsip perancangan pada tabel IV.2, maka disarankan penambahan
fungsi pada Kawasan Johar ini adalah sebagai berikut :
1. Fungsi hunian, agar masih terdapat aktivitas manusia dalam kawasan pada
malam hari. contoh : Apartemen, hotel, wisma tamu, townhouse, dan
sebagainya.
Gambar IV.6a. Preseden tipologi bangunan hunian pada kawasan urban.
Sumber : www.imagesearch.com, 5th Degree portfolio, Belltown Urban Center Village Design Guidelines. 2005-2006.
2. Fungsi retail dan tempat makan, agar masih terdapat aktivitas manusia
dalam kawasan pada malam hari. Contoh : retail 24 jam, restoran, area
pujasera PKL, café, dan sebagainya.
Gambar IV.6b. Preseden tipologi bangunan retail dan tempat makan pada kawasan
urban. Sumber : www.imagesearch.com, Belltown Urban Center Village Design Guidelines. 2005-2006.
IV - 17
3. Fungsi seni dan budaya, untuk memperkuat identitas kawasan sebagai
kawasan wisata budaya. Contoh : museum, galeri, studio workshop seni
tradisional, dan sebagainya.
Gambar IV.6c. Preseden tipologi bangunan museum dan galeri seni pada kawasan urban.
Sumber : www.greatbuildings.com, 2004.
4. Fungsi perkantoran, sebagai penunjang fungsi lainnya. Contoh : sebaiknya
dikhususkan untuk perkantoran dengan bidang jasa kreatif seperti kantor
biro arsitek, desain, periklanan, dan semacamnya.
Gambar IV.6d. Preseden tipologi bangunan perkantoran-hunian (live-work unit) pada
kawasan urban. Sumber : Belltown Urban Center Village Design Guidelines. 2005.
5. Fungsi rekreasi, untuk menunjang kebutuhan kawasan wisata. Contoh :
ruang terbuka, teater, bioskop, night club, fasilitas olahraga, dan
sebagainya.
Gambar IV.6e. Preseden tipologi bangunan dan ruang terbuka dengan fungsi rekreasi
pada kawasan urban. Sumber : Urban Design Compendium, www.pps.org. 2004-2006.
IV - 18
6. Lahan parkir, untuk menunjang kebutuhan parkir kawasan. Contoh :
gedung parkir, parkir permukaan, basement parkir.
Gambar IV.6f. Preseden tipologi bangunan parkir dengan fungsi hunian pada
perimeternya pada kawasan urban. Sumber : Urban Design Compendium. 2004.
IV.3.2 Konsep Preservasi dan Konservasi Warisan Kota
“What is needed is continuity ... historic preservation is not sentimentality but a
psychological necessity.We must learn to cherish history and preserve worthy old
buildings ... we must learn how to preserve them, not as pathetic museum pieces,
but by giving them new uses.”
(Austin et al,1988).
Kesenian dan kesejarahan adalah aspek vital untuk mendorong munculnya sense
of place. Dengan memperhatikan aspek preservasi dan konservasi warisan kota,
maka muncul prinsip perancangan sebagai berikut :
(1) Mempertahankan bangunan bersejarah pada kawasan Johar
Adanya dua buah bangunan bersejarah pada kawasan ini, yakni Masjid Kauman
dan Pasar Johar1, memberikan potensi yang besar untuk pengembangan kawasan
sebagai kawasan wisata budaya. Oleh karena itu, disarankan agar kedua bangunan
bersejarah ini tetap dipertahankan sesuai rancangan aslinya dengan cara
rekonstruksi2. Dengan demikian, diharapkan suasana masa lalu yang terbentuk
1 Masjid Kauman dan Pasar Johar dilindungi oleh SK Wali Kota No 646/50/1992 yang mengacu pada UU No 5/1992 tentang Cagar Budaya, bangunan yang berusia 50 tahun atau bernilai sejarah patut dilindungi. 2 Rekonstruksi adalah upaya mengembalikan kondisi asli sebuah lingkungan binaan yang telah hilang ataupun rusak, perbedaan bentuk kegiatan pemugaran ini dengan restorasi adalah bahwa kegiatan rekonstruksi ini dapat menggunakan material baru (Burra Charter, 1982).
IV - 19
dapat memperkaya pengalaman ruang kawasan pada masa kini. Untuk rencana
rekonstruksi ini Pemkot dapat turut bekerjasama dengan LSM yang bergerak pada
disiplin ilmu sejarah arsitektur dan rancang kota setempat, sehingga hasil
rekonstruksi sesuai dengan kaidah pelestarian bangunan bersejarah.
(2) Meminimalkan perubahan struktur jaringan jalan
Perubahan struktur jaringan jalan eksisting diminimalkan agar pola jalan yang
dirancang sejak jaman Belanda ini masih dapat dinikmati dan dipelajari oleh
generasi mendatang, selain agar biaya proyek revitalisasi ini dapat ditekan
seminimal mungkin.
(3) Merancang tata informasi yang secara tidak langsung turut memasukkan
unsur kesejarahan kawasan Johar, seperti pencantuman nama jalan lama
(dengan bahasa Belanda) pada signage nama jalan dalam kawasan
Nama jalan pada kawasan Johar yang ada pada saat ini adalah nama jalan yang
dibuat Pemkot untuk menggantikan nama jalan berbahasa Belanda yang
digunakan saat bangsa Belanda masih menduduki Indonesia. Diusulkan adanya
perancangan tata informasi yang mencantumkan kedua nama jalan, baik yang baru
maupun yang lama, sebagai informasi kesejarahan yang mampu menghadirkan
aura masa lampau.
IV - 20
IV.3.3 Konsep Tata Ruang dan Massa Bangunan
Pada tahun 1992, kondisi eksisting dengan bangunan sekitar dua hingga tiga lantai
memiliki KLB mencapai 2,2 dengan batasan maksimal KLB sekitar 4,5 ~ 5,5.
Dan KDB eksisting nyaris mencapai 100%, sedangkan maksimal KDB hanya
diperbolehkan mencapai 80% (Purnomo, 1992). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa intensitas bangunan saat itu sudah termasuk padat.
Konsep tata ruang mengedepankan isu lahan pusat kota yang memiliki nilai lahan
yang terbilang tinggi, namun tetap ingin menyisakan ruang terbuka sebagai
kontribusi untuk kota. Maka solusinya adalah memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin dengan pengembangan bangunan secara vertikal serta meningkatkan
kualitas ruang terbuka yang tersisa.
Gambar IV.7. Konsep Tata Ruang dan Massa Bangunan : Menggunakan hierarki ruang
terbuka-podium-tower dalam pengaturan ketinggian bangunan agar kesan skala manusia tetap terjaga secara visual. Ruang terbuka di antara massa bangunan pun dirancang sebagai ruang positif dengan penambahan aktivitas food center dan taman bermain. Sumber : hasil perancangan, 2007.
(1) Menata kembali struktur ruang pasar dan pengelolaan los-los pasar agar
mempermudah aksesibilitas dan pencapaian.
Pada saat ini, kondisi kawasan Pasar Johar memiliki densitas yang sangat padat,
sehingga diperlukan penataan ulang agar mempermudah pencapaian dan
meningkatkan aspek kenyamanan bagi pengunjung.
(2) Merancang tata massa bangunan secara vertikal untuk mengurangi
kepadatan kawasan.
Tata massa bangunan diarahkan secara vertikal untuk mengurangi kepadatan
kawasan sekaligus menambah ruang terbuka dan ditata sedemikian rupa sehingga
tidak menghalangi pandangan ke arah Masjid Kauman yang telah menjadi
IV - 21
landmark Kawasan Johar. Ketinggian bangunan dirancang dengan ketinggian
rendah pada area yang dekat dengan jalan raya, dan meninggi ke arah pusat
kawasan agar tercipta kesinambungan visual pada kawasan perancangan. Penataan
ruang dan massa bangunan pada kawasan Johar ini menggunakan hierarki ruang
terbuka-podium-tower untuk pengaturan ketinggian bangunan agar kesan skala
manusia tetap terjaga secara visual. Kemudian ruang terbuka pada antara massa
bangunan pun dirancang sebagai ruang positif dengan penambahan aktivitas food
center dan taman bermain.
(3) Arahan penerapan gaya bangunan : Contextual Continuity dan Contextual
Juxtaposition
Gaya bangunan di sekitar Pasar Johar dirancang secara contextual continuity agar
sesuai dengan lingkungan historis sekitarnya (Kota Lama dan Pecinan),
sedangkan untuk bangunan yang berfungsi sebagai landmark dirancang secara
contextual juxtaposition sebagai penarik pengunjung.
IV.3.4 Konsep Penataan Jalur Pejalan Kaki
Jalur pedestrian adalah salah satu ruang publik yang paling umum ditemui di
perkotaan. Sebagai ruang publik, jalan merupakan ruang dimana seluruh
masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya (Natalivan, 2003),
sehingga perancangan jalur pedestrian yang baik akan membantu meningkatkan
kualitas ruang perkotaan.
Jalur pejalan kaki yang ‘hidup’ pada umumnya akan lebih aman dari tindakan
kriminalitas. Pertokoan dan pasar pada level dasar bangunan menyediakan
layanan yang dibutuhkan masyarakat kota, baik itu pekerja, pengunjung, maupun
penghuni, sehingga mendorong lalu lintas pejalan kaki pada jalan, dan
meningkatkan keamanan melalui ‘eyes on the street’ secara informal. Pintu
masuk, arkade, ruang terbuka, tempat duduk, dan elemen lainnya dapat
mendorong penggunaan jalur pedestrian dan menyediakan tempat bersosialisasi
antar manusia.
IV - 22
Dalam perancangan Kawasan Johar, jalur pejalan kaki dirancang secara menerus
dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. Ruang terbuka diletakkan pada simpul-
simpul kawasan sebagai penguat identitas ruang publik. Kemudian vista dan
tautan antara node sirkulasi diciptakan dengan adanya bangunan landmark dan
perancangan ruang terbuka, yang dikombinasikan dengan penataan vegetasi di
sepanjang jalur pejalan kaki untuk memperkuat citra jalan sebagai ruang publik.
Gambar IV.8. Konsep Penataan Jalur Pejalan Kaki : Meletakkan area retail dan fungsi
tempat makan pada level dasar bangunan untuk mendorong terciptanya jalur pedestrian yang lebih hidup. Sumber : Belltown Urban Center Village Design Guidelines, 2005.
Gambar IV.9. Rencana perancangan struktur sirkulasi jalur pedestrian. Sumber : hasil analisa, 2007.
IV - 23
IV.3.5 Konsep Ruang Terbuka dan Lahan Hijau
Ruang terbuka merupakan tempat manusia saling berkumpul dan bersosialisasi,
dengan adanya ruang terbuka, maka manusia diberikan sarana untuk berkumpul
dan beraktivitas, sehingga suasana kawasan akan hidup dengan sendirinya (Carr et
al, 1992; Project for Public Space, 2007; CABE Space, 2007). Dengan menata
ruang terbuka yang ada menjadi ruang terbuka aktif, yakni ruang terbuka di mana
manusia dapat melakukan aktivitasnya sekaligus sebagai tempat berkumpul dan
bersosialisasi, maka ruang terbuka tersebut dapat dibilang sukses mencapai
tujuannya sebagai ruang publik.
Untuk mencapai penciptaan ruang terbuka aktif yang berfungsi dengan baik, maka
dilakukan strategi perancnagan sebagai berikut :
(1) Merancang ruang terbuka dengan aktivitas 24 jam
Ruang terbuka yang baik adalah ruang terbuka aktif yang dapat digunakan 24 jam
denagn beragam aktivitasnya. Area ruang terbuka dimanajemen dengan
penambahan aktivitas tertentu, seperti pusat jajanan, area PKL, kafe, panggung
seni dan budaya, sarana olahraga dan rekreasi, dan sebagainya, yang dapat
digunakan sebagai area bertemu dan bersosialisasi.
(2) Merancang ruang terbuka yang bersifat fleksibel
Ruaang terbuka dirancang agar dapat bersifat fleksibel, yakni sehari-harinya dapat
digunakan untuk area berdagang atau area pujasera, namun sewaktu-waktu ruang
terbuka tersebut dapat digunakan untuk festival seni dan budaya.
(3) Menambah kuantitas ruang terbuka hijau yang berkualitas pada atap
bangunan (green roof)
Densitas kawasan yang cukup padat mengakibatkan berkurangnya lahan terbuka
yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau, oleh karena itu pada bagian
atap bangunan dirancang ruang terbuka hijau berupa tropical roof-top untuk
menambah ruang terbuka hijau di dalam kawasan.
IV - 24
Dalam Kawasan Johar ini, konsep penataan ruang terbuka dibagi menjadi dua
jenis, yakni ruang terbuka linier yang berupa jalur pejalan kaki dan kantong ruang
terbuka (pocket open space) yang diletakkan dekat dengan fungsi hunian dan
komersial. Masing-masing ruang terbuka dirancang terintegrasi satu sama lain
agar tercipta identitas ruang publik yang kuat.
Gambar IV.10. Rencana perancangan struktur ruang terbuka yang terintegrasi
satu sama lain dan menciptakan vista antara dua bangunan landmark bersejarah. Sumber : hasil analisa, 2007.
IV.3.6 Konsep Sirkulasi Kendaraan dan Parkir
Garnham (1985) berpendapat bahwa permeabilitas kawasan, yakni kemudahan
memandang dan bersirkulasi ke arah dalam maupun keluar kawasan, adalah salah
satu poin penting dalam memperkuat identitas sebuah tempat. Selain itu, faktor
aksesibilitas dan kemudahan pencapaian diperlukan dalam merancang sebuah
kawasan, karena aspek kenyamanan akan berkurang tanpa adanya tata informasi
dan jalur sirkulasi yang informatif bagi para pengunjung.
IV - 25
Dalam Kawasan Johar ini, pola jalan eksisting secara garis besar tetap
dipertahankan untuk meminimalkan biaya revitalisasi. Namun pada bagian pusat
kawasan, jalan eksisting kendaraan dijadikan jalur pejalan kaki (dipedestrianisasi)
untuk menunjang kenyamanan dan keamanan pejalan kaki pada titik center of
activity yang dialokasikan pada bagian pusat kawasan ini.
Gambar IV.11. Rencana perancangan struktur sirkulasi jalur kendaraan.
Sumber : hasil analisa, 2007.
Kemudian penataan jalur kendaraan dilokasikan di daerah perimeter kawasan agar
tidak mengganggu jalur pejalan kaki. Perpotongan antara jalur pedestrian dan jalur
kendaraan dibuat traffic calming supaya tidak membahayakan pejalan kaki yang
melintasi jalur kendaraan tersebut.
Kebutuhan parkir yang tidak tertampung akan memunculkan kantong-kantong
parkir ilegal yang menggunakan badan jalan maupun jalur pedestrian, sehingga
menurunkan tingkat kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan. Sedangkan
walaupun terdapat bangunan parkir namun tidak dirancang dengan baik, maka
bangunan parkir tersebut akan jarang berfungsi dengan semestinya karena jarang
IV - 26
digunakan, hal ini menyangkut aspek lokasi, penerangan, dan kemudahan
pencapaian. Oleh karena itu dibutuhkan adanya fasilitas parkir yang memadai dan
memiliki lokasi yang baik agar membantu mempermudah pencapaian manusia ke
dalam kawasan.
IV.3.7 Konsep Penciptaan Karakter dan Aktivitas Kawasan
Penciptaan karakter dan aktivitas kawasan diperlukan agar kawasan tersebut
memiliki identitas yang kuat dengan ciri khasnya sendiri. Dengan memasukkan
unsur historis yang telah ada dan unsur budaya lokal, diharapkan Kawasan Johar
akan memiliki identitas yang unik dan menjadi salah satu destinasi wisata di Kota
Semarang. Oleh karena itu, karakter ruang publik ditekankan bernuansa Jawa
Tengah dan ditunjang dengan penambahan tata informasi yang berdekorasi dan
motif etnik Jawa.
Gambar IV.12. Menggunakan potensi lokalitas setempat sebagai daya tarik kawasan
perancangan. Sumber : www.google.com.
Aktivitas kawasan dialokasikan menyebar dengan membuat titik-titik alokasi
aktivitas berupa Ruang Terbuka Aktif, yakni ruang terbuka yang berfungsi
fleksibel, yang pada sehari-hari dapat digunakan sebagai pusat jajanan temporer,
namun pada suatu ketika juga dapat digunakan sebagai wadah untuk event-event
tertentu yang bersifat festival, berbagai contoh festival yang dapat diadakan pada
kawasan ini telah dijabarkan pada subbab IV.1.2, yakni strategi pengembangan.
Sebagai contoh, ruang terbuka publik utama yang terletak di depan masjid
Kauman dirancang agar dapat menampung acara festival seni dan kebudayaan
yang sewaktu-waktu dapat diadakan di sana. Festival Dug Der kini dilaksanakan
di Simpang Lima karena area alun-alun depan Masjid Kauman telah menyempit,
IV - 27
maka acara bersifat tradisi lokal ini dapat dialihkan kembali ke Kawasan Johar
dengan merancang ruang publik pada kawasan ini yang dapat menampung
kebutuhan aktivitas wisata.
IV - 28
top related