bab ii tinjauan pustaka 2.1 parameter...
Post on 07-Apr-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parameter Tanah
Tanah adalah suatu benda padat berdimensi tiga terdiri dari panjang lebar
dalam yang merupakan bagian dari kulit bumi. Kata tanah seperti banyak kata
umumnya mempunyai beberapa pengertian. Pengertian tradisional, tanah adalah
medium alami untuk pertumbuhan tanaman dan merupakan daratan. Pengertian
lain, tanah berguna sebagai pendukung pondasi bangunan dan sebagai bahan
bangunan itu sendiri, seperti batu bata, paving blok. Faktor yang mempengaruhi
daya dukung tanah antara lain : jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, dan lain-
lain. Tingkat kepadatan tanah dinyatakan dalam presentase berat volume (γd)
terhadap berat volume kering maksimum (γdmaks). (Afrenia, 2014).
Tanah terdiri dari tiga fase elemen, yaitu butiran padat (solid), air dan udara,
seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tiga fase elemen tanah (Das, 1995)
Gambar 2.1 memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai volume (V) dan
berat total (W). Berikut hubungan volume-berat :
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Vv = Vw + Va
Keterangan :
Vs = Volume butiran padat
Vw = Volume air
8
Va = Volume udara
Vv = Volume pori
Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka total berat total dari
contoh tanah dapat dinyatakan dengan :
W = Ws + Ww
Dengan :
Ws = berat butiran padat
Ww = Berat air
Adapun data parameter tanah didapatkan dari hasil pengujian laboratorium
maupun dari hasil interpolasi data-data tanah yang sudah ada. Hasil dari parameter
tanah inilah yang menjadi masukan untuk pengukuran dan anlisa selanjutnya.
2.1.1 Angka Pori
Angka pori menunjukkan seberapa besar ruang kosong yang disebut pori-pori
tanah terhadap ruang padat. Pori-pori inilah yang nanti akan terisi air atau butiran
tanah yang lebih kecil, sehingga sifat dari tanah pun berubah. Nilai ini merupakan
hubungan volume tanah yang umum dipakai, didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume pori (VV) dan volume butiran padat (VS) yang disebut angka pori
(e).
e = 𝑉𝑣
𝑉𝑠 …………………………………………………………………….(2.1)
2.1.2 Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori dan volume tanah total.
Angka ini menunjukkan seberapa besar volume pori yang ada yang dapat diukur
dalam prosentase.
n = 𝑉𝑣
𝑉 ……………………………………………………………………(2.2)
dimana n = angka porositas.
9
2.1.3 Kadar Air
Kadar air atau water content (w) didefinisikan sebagai perbandingan antara
bearat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki. Pemeriksaan
kadar air dapat dilakukan dengan pengujian soil test laboratorium, begitu juga untuk
mengukur angka pori, porositas, derajat kejenuhan dan berat jenis.
w = 𝑊𝑤
𝑊𝑠 ………………………………………………………………….(2.3)
2.1.4 Derajat Kejenuhan
Nilai ini merupakan perbandingan antara perbandingan volume air dengan
volume pori atau dapat dirumuskan,
S = 𝑉𝑤
𝑉𝑣 …………………………………………………………...……….(2.4)
Dimana S = derajat kejenuhan yang biasa dinyatakan dalam prosentase.
2.1.5 Berat Jenis Tanah Basah
Berat jenis tanah basah (moist unit weight) merupakan nilai dari perbandinagn
berat tanah per satuan volume.
γw = 𝑊𝑉
= 𝑊𝑠+𝑊𝑤
𝑉 ………….………………………………………..…….(2.5)
atau dapat dinayatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan volume total
yang dirumuskan berupa :
γw = 𝑊𝑠+(1+ 𝑤)
𝑉 ………….………………………………………..…..….(2.6)
2.1.6 Berat Jenis Tanah Kering
Berat jenis tanah kering (dry unit weight) merupakan perbandingan berat
kering per satuan volume tanah. Besaran yang didapat dari soil test ini diukur dalam
keadaan kering, dapat dirumuskan sebagai berikut :
γd = 𝑊𝑠
𝑉 atau γd =
𝛾
1+𝑤 ………….………...………………………..…….(2.7)
yang dapat digunakan sebagai hubungan antara berat volume, berat volume
kering dan kadar air.
10
2.1.7 Kohesi
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama dengan
sudut geser dalam, kohesi merupakan kuat geser taah yang menentukan ketahanan
tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah dalam hal ini
berupa gerakan lateral tanah. Deformasi ini terjadi akibat kombinasi keadaan kritis
pada tegangan normal dan tegangan geser yang tidak sesuai dengan factor aman
dari yang direncanakan. Nilai ini didapat dari pengujian Triaxial Test dan Direct
Shear Test. Nilai kohesi secara empiris dapat ditentukan dari data sondir (qc) yaitu
sebagai berikut :
Kohesi (c) = qc/20
2.1.8 Sudut Geser Dalam
Kekuatan geser dalam mempunyai variabel kohesi dan sudut geser dalam.
Sudut geser dalam bersamaan dengan kohesi menentukan tanah akibat tegangan
yang bekerja berupa tekanan lateral tanah. Nilai ini juga didapatkan dari
pengukuran engineering properties tanah berupa Triaxcial Test dan Direct Shear
Test. Hubungan sudut geser dalam dan jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Hubungan Antara Sudut Geser Dalam dan Jenis Tanah
Jenis Tanah Sudut Geser Dalam (ϕ)
Kerikil Kepasiran 35° - 40°
Kerikil Kerakal 35° – 40°
Pasir Padat 35° – 40°
Pasir Lepas 30°
Lempung Kelanauan 25° - 30°
Lempung 20° - 25°
Sumber : Das, 1995
Tanah memiliki butiran yang variatif dan keanekaragaman butiran tersebut
menjadi batasan-batasan ukuran golongan tanah menurut beberapa sistem. Tabel
2.2 merupakan batasan-batasan ukuran golongan tanah.
11
Tabel 2.2. Batasan-batasan ukuran golongan tanah
Nama Golongan Ukiran Butiran ( mm ) Kerikil Pasir Lanau Lempung
Massachussets Institute Of Technology (MIT) >2 2-0,06 0,06-0,002 <0,002
U.S. Departement of Agriculture (USDA) >2 2-0,05 0,05-0,002 <0,002
Ameican Association of and Transportation Officals
(AASHTO) 76,2-2 2-0,075 0,075-0,002 <0,002
Unified Soil Classification System (U.S Bureau of Reclamation) 76,2-4,75 4,75-0,075 Halus (yaitu lanau dan
lempung <0,075) Sumber : Das, 1995
Fungsi dari sistem klasifikasi tanah ialah untuk menentukan dan
mengidentifikasikan tanah dengan cara yang sistematis guna menentukan
kesesuaian terhadap pemakaian tertentu yang didasarkan pada pengalaman
terdahulu. (Bowles,1989).
2.2 Sistem Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan bebrapa jenis tanah
yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam kelompok-kelompok
dan sub kelompok –sub kelompok berdasarkan pemakaiannya. (Das, 1995).
Sistem klasifikasi tanah yang ada mempunyai beberapa versi, hal ini
disebabkan karena tanah memiliki sifat-sifat yang bervariasi. Adapun beberapa
metode klasifikasi tanah yang ada antara lain :
Klasifikasi Tanah Berdasar Tekstur.
Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO.
Klasifikasi Tanah Sistem UNIFIED
2.2.1 Klasifikasi Tanah Berdasar Tekstur
Pengaruh daripada ukuran tiap-tiap butir tanah yang ada didalam tanah
tersebut merupakan tekstur tanah. Tanah tersebut di bagi dalam beberapa kelompok
berdasar ukuran butir : pasir (sand), lanau (silt), lempung (clay). Departemen
Pertanian AS telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi ukuran butir melalui
prosentase pasir, lanau, lempung yang terdapat pada Gambar 2.2. Cara ini tidak
memperhitungkan sifat plastisitas tanah yang disebabkan adanya kandungan (baik
12
dalam segi jumlah dan jenis) mineral lempung yang terdapat pada tanah. Untuk
dapat menafsirkan ciri-ciri suatu tanah perlu memperhatikan jumlah dan jenis
mineral lempung yang dikandungnya.
Gambar 2.2 Klasifikasi Berdasar Tekstur Tanah (Das, 1995)
2.2.2 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO
Sistem klasifikasi ini dikembangkan dalam pada tahun 1929 sebagai Public
Road Administration Clasification System. Sistem ini sudah mengalami beberapa
perbaikan, versi yang saat ini berlaku adalah yang diajukan oleh Committee on
Classification of Materials for Subgrade and Granular Type Road of the Highway
13
Research Board dalam tahun 1945 ( ASTM Standart no D-3282, AASHTO metode
M145).
Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini diberikan dalam Tabel 2.2.
Pada sistem ini, tanah diklasifikasikan kedalam tujuh kelompok besar, yaitu A1
sampai dengan A7. Tanah yang diklasifikasikan ke dalam A-1, A-2, dan A-3 adalah
tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos
ayakan 200. Tanah dimana lebih dari 35% butirannya lolos ayakan No.200
diklasifikasikan kedalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Butiran dalam
kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar adalah lanau dan
lempung. ( Das, 1995 )
Sistem klasifikasi ini pada awalnya membutuhkan data-data berikut :
1. Analisa ukuran butiran.
2. Batas cair dan batas plastis dan Ip yang dihitung.
3. Batas susut
4. Ekivalen kelembapan lapangan-kadar lembab maksimum dimana satu tetes
air yang dijatuhkan pada suatu permukaan yang kecil tidak segera diserap
oleh permukaan tanah itu.
5. Ekivalen kelembapan sentrifugal-sebuah percobaan untuk mengukur
kapasitas tanah dalam menahan air. (Tanah kering dirndam dalam air selama
12 jam dan kemudian diberi gaya sentrifugal selama 1 jam; kadar air akhir
yang didapat adalah ekivalen kelembapan sentrifugal ( centrifuge moisture
equivalenr – CME ). ( Bowles, 1993 ).
14
Untuk lebih jelasnya dalam pengklasifikasian tanah berdasarkan AASHTO
dapat dlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Klasifikasi tanah menurut AASHTO
Klasifikasi Umum
Tanah Berbutir (35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200)
Klasifikasi Kelompok
A-1 A-3 A-2 A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis Ayakan (% lolos)
No.10 Maks 50 No.40 Maks 30 Maks 50 Min 51 No.200 Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Sifat Fraksi yang lolos ayakan No. 40 Batas Cair (LL) Indeks Plastis (PI)
Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41 Maks 6 NP Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Tipe Material yang paling dominan
Batu pecah, kerikil Pasir Kerikil dan pasir yang berlanau atau dan pasir Halus berlempung
Penilaian sebagai bahan tanah dasar Baik sekali sampai baik
Klasifikasi Umum Tanah Lanau – Lempung (Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No. 200)
Klasifikasi Kelompok
A-4 A-3 A-6
A-7
A-7-5*
A-7-6’
Analisis Ayakan(%lolos)
No.10 No.40 No.200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat Fraksi yang lolos ayakan No.40 Batas Cair (LL) Indeks Plastis (PI)
Maks 40 Maks 10
Maks 40 Maks 10
Maks 40 Maks 10
Maks 40 Maks 10
Tipe Material yg paling dominan
Tanah Berlanau Tanah Berlempung
Penilaian sebagai bahan tanah dasar
Biasa sampai jelek
Sumber : Das, 1995
Keterangan : *Untuk A-7-5, PI ≤ LL - 30 dan ‘ Untuk A-7-6, PI > LL – 30
15
2.2.3 Klasifikasi Tanah Sistem USCS
Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh Casagrande dalam tahun 1942
untuk dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang yang
dilaksanakan oleh The Army Corps of Engineers selama Perang Dunia II. Dalam
rangka kerjasama dengan United States Bureau of Reclamation tahun 1952, sistem
ini disempurnakan. Pada masa kini, sistem klasifikasi tersebut digunakan secara
luas oleh para ahli teknik. Sistem ini mengelompokkan tanah kedalam dua
kelompok besar, yaitu :
1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil) , yaitu : tanah kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No.200.
Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G adalah
untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil, dan S adalah untuk pasir (sand)
atau tanah berpasir.
2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil), yaitu : tanah dimana lebih dari 50%
berat total contoh tanah lolos ayakan No.200. Simbol dari kelompok ini
dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung
(clay) anorganik, dan O untuk lanau-organik dan lempung-organik. Simbol
PT digunakan untuk tanah gambut (peat), muck, dan tanah –tanah lain dengan
kadar organik yang tinggi.
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP,
GM, GC, SW, SP, SM, dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, factor-faktor berikut
ini perlu diperhatikan :
1. Persentase butiran yang lolos ayakan No.200 (ini adalah fraksi halus)
2. Presentase fraksi kasar yang lolos ayakan No.40
3. Koefisien keseragaman (uniformity coeffisien, Cu) dan koefisien gradasi
(gradation coefficient, Cc) untuk tanah dimana 0-12% lolos ayakan No.200
4. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan No.
40 (untuk tanah dimana 5% atau lebih lolos ayakan No.200). ( Das, 1995 )
Kelompok-kelompok tanah utama pada sistem USCS ini diperlihatkan pada Tabel
2.4.
16
Tabel 2.4. Sistem Klasifikasi tanah menurut USCS
Divisi Utama Simbol Kelompok
Nama Umum
Tana
h B
erbu
tir K
asar
Le
bih
dari
50%
but
iran
terta
han
pada
aya
kan
No.
200
’
Pasi
r Le
bih
dari
50%
frak
si k
asar
lo
los a
yaka
n N
o. 4
0
Ker
ikil
Ber
sih
(han
ya
Ker
ikil)
GW
Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau
sama sekali mengandung butiran halus
GP Kerikil bergradasi-buruk dan
campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung
butiran halus
Ker
ikil
Den
gan
But
iran
Hal
us GM Kerikil berlanau-campuran kerikil-
pasir-lanau GC Kerikil berlempung, campuran
kerikil-pasir-lempung
Ker
ikil
50%
A
tau
lebi
h da
ri fr
aksi
kasa
r ter
taha
n pa
da
ayak
an N
o.40
Pasi
r B
ersi
h (h
anya
Pa
sir)
SW Pasir bergradasi-baik, pasir
berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
SP Pasir bergradasi-buruk dan pasir
berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Pasi
r D
enga
n B
utira
n H
alus
SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau
SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung
Divisi Utama Simbol Kelompok
Nama Umum
Tana
h B
erbu
tir H
alus
50
% a
tau
lebi
h, lo
los a
yaka
n N
o.20
0
Lana
u da
n Le
mpu
ng
Bat
as c
air 5
0% a
tau
kura
ng ML
Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus
berlanau dan berlempung
CL
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan
sedang lempung berkerikil lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus”(lean clays)
OL Lanau-organik dan lempung
berlanau organik dengan plastisitas rendah
Lana
u da
n Le
mpu
ng
Bat
as c
air l
ebih
50%
MH Lanau organik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae,
lanau yang elastis
CH Lempung organik dengan plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)
OH Lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai dengan tinggi
Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat tinggi PT
Gambut (peat), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan
organik tinggi Sumber : Das, 1995.
17
2.3 Tanah Gambut
Gambut mempunyai banyak istilah padanan dalam Bahasa Inggris, antara lain
disebut peat, bog, moor, mire, atau fen. Istilah – istilah ini berkaitan dengan
perbedaan jenis atau sifat gambut antara satu tempat dan tempat lainnya. Istilah
gambut diambil alih dari kosa kata Bahasa daerah Kalimantan Selatan (suku
Banjar). Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun
secara alami dalam keadaan berlebihan, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya
sedikit mengalami perombakan. Dalam pengertian ini, tidak berarti bahwa setiap
timbunan bahan organik yang basah adalah gambut. ( Noor, 2001)
Berdasarkan (ASTM D4427-92,2002) tanah gambut adalah tanah yang
memiliki kandungan organik tinggi karena pembusukan (dekomposisi) tumbuhan,
diklasifikasikan berdasarkan serat, kandungan abu (ASTM D2974), tingkat absorsi
(ASTM D 2980) dan tingkat keasaman (ASTM D2976). Klasifikasi menurut
(ASTM D4427,1997) tanah gambut dibagi berdasarkan : kadar abu, kadar serat, dan
daya serap air.
Menurut Pedoman Konstruksi dan Bangunan (Pd T-06-2004) yang
dikeluarkan oleh Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, gambut terutama
terdiri dari serat tetumbuhan dalam berbagai tingkat dekomposisi. Gambut
memiliki warna coklat tua hingga hitam, beraroma khas tetumbuhan yang
membusuk, mempunyai konsistensi yang berongga tanpa memperlihatkan
plastisitas yang kentara dan tekstur berserat (fibrous) hingga amorf. Secara fisik dan
mekanis tanah gambut mengandung kadar air yang cukup tinggi, daya dukung yang
rendah dan daya mampat yang tinggi. Dalam rekayasa geoteknik, klasifikasi tanah
lunak jika dibedakan berdasarkan kadar organiknya, dapat digolongkan seperti pada
Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Tipe tanah beradasarkan kadar organik Jenis Tanah Kadar Organik (%)
Lempung <25
Lempung Organik 25-27
Gambut >75
Sumber : Pd T-06-2004
18
Berdasarkan klasifikasi diatas maka suatu tanah digolongkan sebagai gambut
apabila nilai kadar organiknya diatas 75%. Pada system USCS (Unified Soil
Classification System), tanah kelompok ‘ Sangat Organik’ (terutama bahan organik
berwarna gelap dan bau organik) diberi symbol PT dan Nama Grup ‘Gambut’.
Pembahasan lebih lengkap tentang klasifikasi tanah gambut disajikan dalam
Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D 4427 ( 2002 ).
No. KLASIFIKASI BATASAN
A Kadar Abu
1. Low Ash < 5%
2. Medium Ash < 5% - 15%
3. High Ash > 15%
B Kadar Serat
1. Fabric ( Gambut mentah ) > 67%
2. Hemic ( Gambut Matang Merah ) <33% - 67%
3. Saptic ( Gambut Matang ) >33%
C Daya Serat Terhadap Air
1. Kecil <300%
2. Sedang 300 -800%
3. Tinggi 800 – 1500 %
4. Ekstrim >1500%
Sumber : American Society for Testing and Material D 4427
Karakteristik tanah gambut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kandungan Corg (karbon organik)
Tanah gambut memiliki kandungan Corg berkisar antara 18-60 %.
2. Struktur
Tanah gambut tidak berstruktur dan tidak memiliki bongkahan.
3. Sebaran karbon didalam profil.
4. Tanah gambut memilki sebaran karbon didalam proil berkisar 0.03 g/cm3 dan
dalam keadaaan ekstrem bias diantara < 0.01 dan > 0.4 g/cm3.
19
5. Mudah Terbakar
Tanah gambut merupakan tanah yang mudah terbakar.
6. Penetapan cadangan karbon
7. Tanah gambut memiliki kandungan Corg dan berat isi perlapisan dari
permukaan sampai lapisan dasar gambut.
Jenis gambut dapat dibedakan berdasarkan bahan asal atau penyusunnya,
tingkat kesuburan, wilayah iklim, proses pembentukan, tingkat kematangan, dan
ketebalan lapisan bahan organiknya. Sudah tentu terdapat keterkaitan antara bahan
asal atau lingkungan pembentukannya dan tingkat kesuburannya. Demikian juga,
ketebalan gambut berhubungan dengan kematangannya sekaligus dengan tingkat
kesuburannya. Oleh karena itu, gambut yang sama dapat mempunyai lebih dari satu
sebutan atau istilah. (Noor, 2001)
Jenis –jenis tanah gambut antara lain sebagai berikut :
a. Berdasarkan bahan asal atau penyusunannya, gambut dibedakan atas gambut
lumutan, gambut seratan, dan gambut kayuan.
1. Gambut lumutan (sedimentairy/moss peat) adalah gambut yang terdiri
atas campuran tanaman air (family Liliceae) termasuk plankton dan
sejenisnya.
2. Gambut seratan (fibrous/sedge peat) adalah gambut yang terdiri atas
campuran tanah sphagnum dan rumputan.
3. Gambut kayuan (woody peat) adalah rumput yang berasal dari jenis pohon
– pohonan (hutan tiang) beserta tanaman semak (paku-pakuan)
dibawahnya.
b. Berdasarkan tingkat kesuburannya, gambut dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu eutrofik, gambut oligotrofik, dan gambut mesotrofik.
1. Gambut eutrofik adalah gambut yang banyak mengandung mineral,
terutama kalsium karbonat, sebagian besar berada didaerah payau dan
berasal dari vegetasi serat/rumput-rumputan, serta bersifat netral atau
alkalin.
20
2. Gambut oligotrofik adalah gambut yang mengandung sedikit mineral,
khususnya kalsium dan magnesium, serta bersifat asam atau sangat asam
(pH<4).
3. Gambut mesotrofik adalah gambut yang berada antara dua golongan
diatas.
c. Menurut wilayah iklim, gambut dibedakan antara gambut tropik dan gambut
beriklim sedang (temprat).
1. Gambut tropik adalah gambut yang berada dikawasan tropik atau sub-
tropik.
2. Gambut iklim sedang adalah gambut yang berada dikawasan Eropa yang
umumnya mempunyai iklim empat musim.
d. Berdasarkan proses pembentuknya, gambut dapat dibedakan atas gambut
ombrogen dan gambut topogen.
1. Gambut ombrogen adalah gambut yang pembentukannya dipengaruhi
oleh curah hujan.
2. Gambut topogen adalah gambut yang pembentukannya dipengaruhi oleh
keadaan topografi (cekungan) dan air tanah.
e. Menurut lingkungan pembentukan atau fisiografinya, gambut dapat
dibedakan atas gambut cekungan, gambut sungai, gambut dataran tinggi, dan
gambut posisir/pantai.
1. Gambut cekungan (basin peat) adalah gambut yang terbentuk didaerah
cekungan, lembah sungai, atau rawa burit (backswamps).
2. Gambut sungai (river peat) adalah gambut yang terbentuk disepanjang
sungai yang masuk ke daerah lembah kurang dari 1 km, misalnya
disepanjang sungai Barito, Sungai Kapuas dan Sungai Mentangai di
Kalimantan.
3. Gambut dataran tinggi (highland peat) adalah gambut yang terbentuk
dipunggung – punggung bukit/pegunungan, misalnya didaerah Tigi
(Papua) dan pegunungan Dieng (Jawa Tengah).
4. Gambut dataran pesisir/pantai (coastal peat) adalah gambut yang
terbentuk disepanjang garis pantai.
21
f. Berdasarkan sifat kematangannya (ripeness), gambut dapat dibedakan atas
tiga jenis, yaitu gambut fabrik, gambut hemik, dan gambut safrik.
1. Gambut fabrik adalah bahan tanah gambut yang masih tergolong mentah
yang dicirikan dengan tingginya kandungan bahan-bahan jaringan
tanaman atau sisa-sisa tanaman yang masih dapat dilihat keadaan aslinya
dengan ukuran beragam, dengan diameter antara 0,15 mm hingga 2,00 cm
2. Gambut hemik adalah bahan tanah gambut yang sudah dapat mengalami
perombakan dan bersifat separuh matang.
3. Gambut saprik adalah bahan tanah gambut yang sudah mengalami
perombakan sangat lanjut dan bersifat matang hingga sangat matang.
g. Berdasarkan ketebalan lapisan bahan organiknya, gambut dipilah dalam
empat kategori yaitu gambut dangkal, tengahan, dalam, dan sangat dalam.
1. Gambut dangkal adalah lahan gambut yang mempunyai ketebalan lapisan
bahan organik antara 50-100 cm.
2. Gambut tengahan adalah lahan gambut yang mempunyai ketebalan
lapisan bahan organik antara 100-200 cm.
3. Gambut dalam adalah lahan gambut mempunyai ketebalan lapisan bahan
organik antara 200-300 cm.
4. Gambut sangat dalam adalah lahan gambut yang mempunyai ketebalan
lapisan bahan organik > 300 cm. (Noor, 2001).
2.4 Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah usaha untuk meningkatkan kapasitas daya dukung
tanah. Apabila tanah terdapat dilapangan bersifat sangat lepas dan sangat mudah
tertekan, atau mempunyai indeks konsistensi tidak sesuai, permeabilitas terlalu
tinggi, atau sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk proyek
pembangunan, maka tanah tersebut harus distabilisasikan (Bowles, 1984).
Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan tanah lain untuk
memperoleh gradasi yang diinginkan, atau pencampuran tanah dengan bahan
tambah buatan pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik.
Umumnya, stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
22
1. Stabilisasi mekanis
Stabilisasi mekanis atau stabilisasi mekanikal dilakukan dengan cara
mencampur atau mengaduk dua macam tanah atau lebih yang bergradasi
berbeda untuk memperoleh material yang memenuhi syarat kekuatan tertentu.
Diutamakan bahan material yang terdapat disekitar lokasi tanah yang akan
distabilisasi agar lebih ekonomis.
Contoh : sand piles, stone piles, nailing, anchor, cerucuk, geosyntetics (sebagai
elemen reinforcement, separator, filtrasi, drainase), dan lain - lain.
2. Stabilisasi dengan bahan tambah / kimiawi
Stabilisasi dengan mencampurkan bahan kimia agar terjadi reaksi kimia pada
campuran tersebut, sehingga menghasilkan senyawa baru yang lebih stabil dari
sebelumnya. Baham tambah (additives) adalah bahan hasil olahan pabrik yang
bila ditambahkan kedalam tanah dengan perbandingan yang tepat akan
memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, seperti : kekuatan, tekstur, kemudahan-
dikerjakan (workability) dan plastisitas. Contoh-contoh bahan-tambah adalah :
kapur, semen Portland, abu terbang (fly-ash), aspal (bitumen) dan lain-lain
(Hardiyatmo, 2013).
2.4.1 Abu Cangkang Sawit
Perkebunan kelapa sawit merupakan kegiatan skala besar yang
mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar areal. Dalam rangka mewujudkan
kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan hidup akibat kegiatan perkebunan
kelapa sawit PT.Dwie Warna Karya (DWK) selalu berusaha mengurangi terjadinya
pencemaran lingkungan. Salah satu limbah yang dihasilkan dari pengelolaan kelapa
sawit adalah abu cangkang kelapa sawit hasil dari pembakaran cangkang kelapa
sawit. Berdasarkan pengamatan secara visual, abu cangkang sawit memiliki
berbagai karakteristik diantaranya, bentuk partikel abu-abu tidak beraturan, ada
yang memiliki butiran bulat panjang dan bersegi dengan ukuran butiran bulat
panjang dan bersegi dengan ukuran butiran 0=2,3 mm serta memiliki warna abu-
abu kehitaman. Abu cangkang sawit yang saya gunakan dalam penelitian ini
didapatkan dari abu cangkang sawit yang disaring dengan menggunakan saringan
23
nomor 200. (Laporan Pengkajian Limbah PT.Dwie Warna Karya, 2015). Abu
kelapa sawit secara visual memiliki warna hitam pekat dan memilki bentuk butiran
yang beragam seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Abu Cangkang Kelapa Sawit
Hasil uji komposisi kandumgan kimia dari abu cangkang kelapa sawit
diperlihatkan pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Komposisi Kimia Abu Cangkang sawit
Komposisi dalam senyawa oksida Berat (%)
SiO2 8 P2O5 2,1
SO3 1,1 CaO 75,46 K2O 2,54 TiO2 0,19 Cr2O3 0,054 MnO 0,31 Fe2O3 4,26 NiO 0,790 CuO 0,15 ZnO 0,078
MoO3 2,4 In2O3 2,3 BaO 0,1
Re2O7 0,2 Sumber : Lab.Kimia UNM,2016
24
2.4.2 Kapur
Menurut Hardiyatmo (2013) kapur adalah kalsium oksida (CaO) yang dibuat
dari batuan karbonat yang dipanaskan pada suhu sangat tinggi. Kapur tersebut
umumnya berasal dari batu kapur (limestone) atau dolomite. Penambahan kapur
dalam tanah merubah tekstur tanah. Pencampuran tanah dengan kapur
memperlihatkan pengurangan secara signifikan partikel berukuran lempung
(<0,002 mm) dibandingkan dengan lempung aslinya.Kapur berasal dari batu kapur
alami, dan tipe kapur tertentu yang terbentuk, bergantung pada material induk dan
proses produksinya. Batu kapur terbentuk dari kalsium, karbon dan oksigen, sedang
dolomite mengandung zat kimia yang sama ditambah magnesium. Kapur bereaksi
dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, serta kelunakan tanahnya
( Hardiyatamo, 2010 ).
2.4.2.1 Tipe-Tipe Kapur
Kapur berasal dari batu kapur alami, dan tipe kapur tertentu yang terbentuk,
bergantung pada material induk dan proses produksinya. Batu kapur terbentuk dari
kalsium, karbon dan oksigen, sedang dolomite mengandung zat kimia yang sama
ditambah magnesium. Lambe (1962) membagi tipe kapur menjadi 5 tipe dasar,
yaitu :
1. Kapur tohor kalsium tinggi (high-calcium quicklime)…CaO.
2. Kapur tohor dolomitic (dolomitic quicklime)….CaO + MgO.
3. Kapur kalsium tinggi terhidrasi (hydratedhigh-calcium lime…Ca(OH)2
4. Kapur dolomitic terhidrasi normal (normal hydrated dolomitic lime)
…..Ca(OH)2 + MgO.
5. Kapur dolomitic terhidrasi tekan(pressure-hydrated dolomitic lime)
…..Ca(OH)2 + Mg(OH)2.
Menurut SNI 03-4147-1996 membagi tipe kapur menjadi 4 macam :
1. Kapur tipe I yaitu kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi; dengan
kadar magnesium oksida (MgO) paling tinggi 4%.
2. Kapur tipe II yaitu kapur magnesium atau dolomite yang mengandung
magnesium oksida lebih dari 4% dan maksimum 36% berat.
25
3. Kapur tohor (CaO), yaitu hasil pembakaran batu kapur pada suhu ± 90°F,
dengan komposisi sebagian besar kalsium karbonat (CaCO3).
4. Kapur padam, yaitu kapur dari hasil pemadaman kapur tohor dengan air,
sehingga terbentuk hidrat Ca(OH)2.
2.4.2.2 Sifat-Sifat Kapur
Sifat-sifat tipikal kapur yang terkait dengan komposisi kimia, sifat-sifat fisik
dan lain-lain, menurut Rollings dan Rollings (1996), ditunjukkna dalam Tabel
2.8. Terlihat bahwa berat volume total kapur terhidrasi dan kapur tohor lebih
kecil dari volume total tanah pada umumnya (yaitu sekitar 15-20 kN/m2).
Tabel 2.8. Sifat-sifat tipikal kapur
Sifat Kapur Terhidrasi, Ca(OH)2
KapurTohor, CaO
Komposisi kimia :
CaO dan MgO minimum (%) 90 90
Karbondioksida maksimum 9%) 90 5
Kadar air maksimum (%) 5 5
Sifat-sifat Fisik :
Gradasi ≤3% tinggal pada sarimgan No.30
≤25% tinggal pada saringan No.200
100% lolos saringan 1 in.
Kecepatan padam - Media reaktif
Berat Jenis (specific gravity) 2,3 - 2,4, Ca tinggi 2,7 - 2,9, Mg tinggi
3,2 – 3,4
Berat volume total 4,8 – 6,4 kN/m3 (30 - 40 pcf)
8,8 -9,6 kN/m3 (55 – 60 pcf)
Sumber : Hardiyatmo, 2010
Menurut Hardiyatmo (2010) ada 2 tujuan utama penggunaan kapur untuk
stabilisasi tanah, yaitu :
1. Kapur untuk memodifikasi sifat-sifat tanah, yaitu untuk mengurangi
plastisitas, menambah mudah dikerjakan, menambah diameter butiraan
dan lain-lain. Disini, kriteria stabilisasi campuran secara mekanik
diterapkan.
2. Kapur ditunjukkan untuk stabilisasi tanah secara permanen. Untuk hal
ini, kriteria didasarkan pada kapsitas dukung, keawetan dan sebagainya.
26
2.5 Pemadatan
Pemadatan adalah proses yang memakai tenaga dinamik untuk menjadikan
tanah lebih padat dan sekaligus mengeluarkan udara. Kadar air tanah tidak berubah
ketika tanah itu dipadatkan ( Wesley, 2012). Teori pemadatan pertama kalinya
dikembangkan oleh R.R. Proctor. Metode yang orisinil dilaporkan melalui
serangkaian artikel dalam Engineering New Record. Oleh karena itu, prosedur
dinamik laboratorium yang standar biasanya disebut dengan uji proctor. (Bowles,
1989).
Tujuan dari pengujian proctor itu sendiri untuk mengetahui kadar air
optimum (Woptimum ) dan berat isi kering maksimum (γd). Hasil dari pengujian ini
berupa grafik hubungan kadar air dan berat isi kering tanah, sehingga diperoleh
kadar air optimum dan berat isi kering maksimum.
Perhitungan pemadatan dilakukan dengan menentukan suatu nilai berat isi
kering (γdmaks) dengan kadar air tertentu (Woptimum). Nilai ini didapatkan dengan
kurva uji pemadatan suatu sampel tanah dengan variasi nilai kadar air (w) dengan
rumus :
Berat isi basah :
γ = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑑
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑑 ( gr/cm3 ) ……………………………..(2.8)
Contoh-contoh kadar air diperoleh dari tanah yang dipadatkan, dan berat isi
kering di hitung sebagai :
Berat isi kering :
γd = 𝛾
100+𝑤 x 100 ………………………………………………......(2.9)
Dengan: 𝛾 = berat volume butir tanah dan w = kadar air
Berat volume kering jenuh tanah dapat dituliskan ke dalam persamaan berikut :
𝛾𝑑 =𝐺𝑠
1+w𝐺𝑠γw ………………………………………;;……....(2.10)
Dengan Gs = berat spesifik butiran tanah padat dan γw = berat jenis air.
(Sumber:Bowles,1989).
27
Uji pemadatan tanah laboratorium ada 2 macam yaitu standar proctor test
dan modiefied proctor test. Perbedaan dari kedua uji pemadatan diatas terdapat
dalam Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Pemadatan Standard Proctortest dan Modified Proctortest
Standard Proctortest Modified Proctortest
Diameter mold ± 10 cm 3 lapis pemadatan 25 pukulan per lapisan Berat palu pemukul 2.5 kg Jatuh bebas pemumbuk 30 cm
Diameter mold ± 15 cm 5 lapis pemadatan 25 pukulan per lapisan Berat palu pemukul 4.5 kg Jatuh bebas pemumbuk
45.7cm Sumber : Pedoman Praktikum Mekanika Tanah UMM, 2010
2.6 Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test)
Kekuatan geser suatu tanah dapat didefinisikan sebagai tahanan maksimum
dari tanah terhadap tegangan geser dibawah suatu kondisi yang diberikan. Kondisi
yang diberikan adalah jika tanah mengalami tekanan akibat dari beban diatasnya,
tekanan yang terjadi mempunyai hubungan dengan sifat-sifat drainase tanah. Direct
Shear Test adalah percobaan yang paling sesuai untuk kondisi percobaan
consolidated drained khususnya pada tanah granular (contoh : pasir/sand) atau
lempung keras / stiff clays.
Tujuan dari mempelajari Kuat Geser Tanah ini agar memahami bentuk alat
uji geser langsung, cara penggunaannya sampai proses data yang didapat dari
penelitian di laboratorium dan hasil yang didapat dapat diterapkan untuk disain
struktur pondasi atau konstruksi tanah lainnya. (Afriani, 2014)
Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah disebabkan oleh :
Pada tanah berbutir halus (kohesif) misalnya lempung kekuatan geser yang
dimiliki tanah disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan antara butir-
butir tanah (c).
Pada tanah berbutir (no kohesif) kekuatan geser disebabkan karena adanya
gesekan antara butiran-butiran sehingga sering disebut sudut geser dalam (ϕ).
28
Pada tanah yang merupakan campuran antara tanah halus dan tanah kasar,
kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan dan gesekan antara butir-
butir tanah (karena c dan ϕ).
Parameter kuat geser dapat digunakan untuk menghitung ;
Kuat dukung tanah dasar
Stabilitas lereng
Tegangan lateral untuk struktur penahan tanah.
Jenis percobaan kuat geser tanah antara lain :
1. Uji geser Langsung ( Direct Shear Test ).
2. Uji Tekan Bebas ( Unconsolidated-Undrained Compression ).
3. Uji Triaksial ( Confined Compression ).
4. Uji Geser Kipas ( Vane Shear Test ).
Pada penelitian ini hanya menggunakan uji geser langsung (Direct Shear
Test). Percobaaan geser langsung biasanya dibagi menjadi dua tingkat pertama
pemberian tegangan normal dan tingkat kedua tegangan geser sampai terjadi tingkat
keruntuhan (failure) yaitu sampai terjadi tegangan geser maksimum.
Dari hasil percobaan ini akan didapat kohesi dan sudut geser dalam tanah,
sehingga besarnya kekuatan geser dalam tanah dapat dicari dengan rumus:
σ = c + σn tan ϕ …………………………………………………….……..(2.4)
dimana : σ = Kekuatan geser maksimum (kg/cm2)
c = Kohesi tanah (kg/cm2)
σn = Tegangan normal bidang geser (kg/cm2)
ϕ = Sudut geser dalam (.. °)
Kelebihan percobaan direct shear diantaranya :
a. Drainase yang cepat dapat diperoleh, karena ketebalan sampel percobaan yang
kecil.
b. Dapat digunakan untuk mengetahui parameter kuat geser pada pertemuan tanah.
Menurut teori Mohr kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi oleh akibat
adanya kombinasi keadan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser. Kuat
geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap
desakan atau tarikan. Maka bila tanah mengalami pembebanan akan ditahan oleh :
29
a. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak
tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.
b. Gesekan antar butiran tanah yang besarnya berbanding lurus dengan tegangan
normal pada bidang gesernya. (Afriani, 2014).
2.6.1 Alat Uji Geser Standar Laboratorium
Uji geser langsung adalah bentuk tertua dan paling sederhana dari pengaturan
uji geser. Peralatan uji geser terdiri dari kotak geser terbuat dari logam dimana
contoh tanah ditempatkan. Contoh tanah dapat berbentuk persegi atau lingkaran
sesuai dengan rencana dan bentuk alat yang ada di laboratorium. Ukuran contoh
tanah pada umumnya digunakan adalah sekitar 51 mm x 51 mm atau 102 mm x 102
mm (2 in x 2 in atau 4 in x 4 in) dengan tinggi sekitar 25 mm (1 in). Kotak di bagi
secara horizontal menjadi 2 bagian. Gaya normal pada alat uji ditempatkan diatas
dasar kotak geser. Tegangan normal dapat mencapai 1050 kN/m2 (150 lb/in2).
Dalam percobaan tegangan vertikal diatur sesuai kebutuhan dan rencana
percobaan sementara gaya geser diterapkan secara bertahap sampai terjadinya
keruntuhan pada tanah. Keruntuhan terjadi diseluruh permukaan bidang geser.
Percobaan ini diulang dengan pembebanan atau tegangan vertical yang bervariasi.
Perubahan ketinggian contoh tanah dan dengan demikian perubahan volume contoh
tanah) selama pengujian dapat diperoleh dari pembacaan dial gauge yang
mengukur pergerakan vertikal dan horizontal. Uji geser langsung biasanya
dilakukan beberapa kali pada sebuah contoh tanah dengan nilai tegangan normal
yang berbeda – beda. Harga tegangan-tegangan normal tersebut dan harga τf yang
didapat dengan melakukan beberapa kali pengujian maka kita dapat
menggambarkan suatu grafik. Dari grafik tersebut didapat parameter kekuatan
geser, parameter yaitu c dan ϕ. Persamaan untuk harga – harga yang
menghubungkan titik –titik dalam eksperimen tersebut adalah :
τf = σ dan ϕ ……………………………………..…………...……..(2.11)
Besarnya sudut geser dalam adalah :
ϕ = tan־1 (τf / ϕ ) …………………………………………..………..(2.12)
(Sumber:Afreani, 2014).
30
Alat untuk pengujian Geser langsung diperlihatkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Peralatan alat uji Geser Langsung laboratorium
Sumber : Lab.Mektan UMM.
2.7 CBR (California Bearing Test)
Pengujian CBR merupakan pengujian yang paling sering dilakukan dalam
merencanakan sebuah perkerasan, baik itu CBR lapangan maupun laboratorium.
Nilai CBR adalah bilangan perbandingan (dalam proses) antara tekanan yang
diperlukan untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3
inch2 dengan kecepatan penetrasi 0,05 inch/minute terhadap tekanan yang
diperlukan untuk menembus suatu bahan standar tertentu. Selain itu CBR
dikembangkan untuk mengukur kapasitas daya dukung beban tanah dalam
perkerasan jalan. CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test
load) dgn beban standar (standart load) dan dinyatakan dengan presentase. Dengan
rumus nantinya akan membentuk sebuah pola yang menunjukkan presentase
perbedaan antara tanah asli dan tanah setelah dilakukan penambahan zat lain.
Perhitungan nilai CBR dilakukan menggunakan rumus yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik pemadatan. Nilai CBR design yang biasa digunakan
31
adalah 95% dari berat isi kering maksimum (γd maks). Lima persen sisanya
merupakan safety factor.
CBR 0,1” = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝐵𝑅 0,1"
3𝑥1000𝑥100% ……………………………………..(2.13)
CBR 0.2” = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝐵𝑅 0,2"
3𝑥1500𝑥100% ……………………………………..(2.14)
Keterangan : satuan dalam lb
CBR untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh California Division of
Highways pada tahun 1928. Sedangkan metode CBR ini di populerkan oleh O.J.
Porter. CBR dipergunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang
hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan. Seringkali jenis tanah dasar itu
berbeda – beda sehubungan dengan perubahan kedalaman pada satu titik
pengamatan. Untuk itu perlu ditentukan nilai CBR yang mewakili titik tersebut.
(Sukirman,1995).
Tanah gambut mempunyai karakteristik yang unik bila ditinjau dari segi
batas-batas Atterbergnya, sensitivitas maupun nilai CBRnya. Hal ini disebabkan
karena tanah gambut memiliki kandungan organik yang cukup tinggi sebagai salah
satu bahan pembentuk tanah, selain itu kadar keasamannya serta kandungan airnya
yang tinggi yang menyebabkan tanah bersifat lunak. Hal tersebut akan
mempengaruhi kekuatan atau daya dukung serta nilai CBR yang dipadatkan saat
tanah dipadatkan. Semakin besar nilai CBR berarti kemampuan tanah untuk
menahan lalu lintas diatasnya semakin besar. Berikut ini adalah kategori nilai CBR
terhadap kekuatan subgrade jalan yang diklasifikasikan dalam Guide Highways
Maintenance (2000) yang ditunjukkan pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10. Klasifikasi nilai CBR terhadap kekuatan subgrade jalan
Nilai CBR Kekuatan Subgrade Komentar
<3% Jelek Pemadatan diperlukan
3% - 5% Normal Perlu tidaknya pemadatan tergantung dengan kategori jalan
5% - 15% Bagus Pemadatan secara normal tidak diperlukan kecuali untuk lalu lintas berat
Sumber : Guide to Highways Maintenance, 2000
32
2.7.1 Alat Uji CBR Laboratorium
Alat percobaan untuk menentukan besarnya CBR berupa alat yang
mempunyai piston dengan luas 3 inch. Piston digerakkan dengan kecepatan 0.05
inch/menit, vertikal ke bawah. Proving ring digunakan untuk mengukur beban yang
dibutuhkan pada penetrasi yang diukur dengan arloji pengukur (dial). Gambar 2.5
memperlihatkan alat CBR yang digunakan di laboratorium.
Gambar 2.5. Alat Uji CBR Laboratorium
Sumber : Lab.Mektan UMM. Beban yang dipergunakan untuk melakukan penetrasi bahan standar (standar
unit load) ditampilkan pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11. Standar Unit Load pada harga-harga penetrasi
Penetrasi ( inch ) Beban Standar ( lbs ) Beban Standar ( lbs/inch2 )
0.1 3000 1000
0.2 4500 1500
0.3 5700 1900
0.4 6900 2300
0.5 7800 2600
Sumber : ASTM D 1883-07 Geotechnical Engineering Standard
Rangka Alat
Proving Ring
top related