bab 2 rev - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-1-00338-mtif-bab 2.pdf · pengukuran...
Post on 06-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Geometri
Geometri merupakan salah satu cabang dari ilmu matematika yang
mempelajarai hubungan di dalam ruang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Geometri)
2.1.1. Bola
Bola adalah himpunan dari semua titik di dalam ruang Euclidean tiga
dimensi 3R yang berjarak r (jari – jari) dari sebuah titik (pusat). Diameter adalah
dua kali jari – jari, dan sepasang titik pada bola, pada sisi yang berlawanan dari
sebuah diameter disebut antipode. Bola dua dimensi disebut lingkaran (Coxeter
1973, p. 125).
Bola n dimensi ( nS ) adalah himpunan dari semua titik – titik
)...,,,( 121 += nxxxx di dalam 1+nE yang memenuhi 1... 21
22
21 =+++ +nxxx
(Hocking and Young 1988, p. 17).
Di dalam analisa geometri, bola dengan pusat 0 0 0( , , )x y z dan jari – jari r adalah
kumpulan dari semua titik – titik ( , , )x y z yang memenuhi persamaan
2 2 2 20 0 0( ) ( ) ( )x x y y z z r− + − + − =
Properti dari bola :
10
Gambar 2.1. Bola dan Propertinya.
• Ekuator adalah lingkaran terbesar yang membagi bola menjadi dua
bagian sama besar yaitu utara dan selatan.
• Ekuator membagi bola menjadi dua bagian yang disebut hemisphere
utara dan hemisphere selatan.
• Terdapat dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan.
• Great circle atau lingkaran besar adalah bidang irisan yang dihasilkan
antara bidang datar dengan bola yang melalui pusat bola.
• Small circle atau lingkaran kecil adalah bidang irisan yang dihasilkan
antara bidang datar dengan bola yang tidak melalui pusat bola.
• Diambil sembarang titik P pada bola, selain titik kutub, terdapat
sebuah lingkaran yang melalui titik tersebut dan kedua titik kutub.
Setengah dari lingkaran yang memuat titik tersebut disebut meridian.
• Sudut yang dibentuk dengan pusat sudut adalah pusat dari bola,
sepanjang meridian dari P ke perpotongan antara meridian dan
ekuator disebut lintang dari P (Sudut φ ).
11
• Dari semua meridian, terdapat satu buah meridian utama yang telah
ditentukan (Pada gambar 1.1, meridian utama adalah meridian yang
melalui titik R yang telah ditentukan).
• Sudut yang dibentuk dengan pusat sudut adalah pusat dari bola,
sepanjang ekuator dari R ke perpotongan antara meridian dan ekuator
disebut bujur dari P (Sudut θ ).
• Bujur terbagi menjadi dua bagian yaitu bujur barat dan bujur timur
tergantung dari letak titik yang dimaksud apakah terletak pada
sebelah barat atau sebelah timur dari meridian utama.
• Hal yang sama juga terjadi pada lintang, yang terbagi menjadi dua
bagian yaitu lintang utara dan lintang selatan..
2.1.2. Silinder
Silinder adalah benda padat yang dibatasi oleh permukaan silindris yang
tertutup dan dua buah bidang sejajar (Kern and Bland 1948, p32; Harris and
Stocker 1998, p102).
Menurut Zwillinger, silinder tidak hanya berarti benda padat yang
dibatasi permukaan silindris, tetapi juga permukaan itu sendiri (Zwillinger 1995,
p. 311)
Di dalam analisa geometri, silinder adalah kumpulan dari semua titik –
titik ( , , )x y z yang memenuhi persamaan 2 2
1x ya b
⎛ ⎞ ⎛ ⎞+ =⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠
.
12
Gambar 2.2 Silinder Dengan Tinggi h dan Jari – jari r.
2.1.3. Jarak
Jarak adalah sebuah deskripsi numerik tentang seberapa jauh benda
terletak dari suatu acuan tertentu. (http://en.wikipedia.org/wiki/Distance)
• Jarak dua titik
Jarak dua titik adalah panjang dari ruas garis lurus yang ditarik antara
kedua titik tersebut. (http://en.wikipedia.org/wiki/Distance)
• Jarak titik dengan garis
Jarak titik dengan garis adalah jarak antara dua buah titik, yaitu sebuah
titik yang dimaksud dan sebuah titik pada garis tersebut, dimana bila
kedua titik ini dihubungkan akan terbentuk sebuah garis yang tegak lurus
garis yang dimaksud. (http://en.wikipedia.org/wiki/Distance)
• Jarak dua garis
Jarak dua garis adalah jarak antara dua buah titik, yaitu sebuah titik yang
terletak pada garis pertama, dan sebuah titik yang terletak pada garis
kedua, dimana bila kedua titik ini dihubungkan akan terbentuk sebuah
garis yang tegak lurus garis pertama dan garis kedua. Jarak dua garis
berpotongan adalah nol. (http://en.wikipedia.org/wiki/Distance)
13
• Jarak dua titik pada keliling lingkaran
Jarak dua titik pada keliling lingkaran dapat ditentukan dengan
membentuk sudut yang ditarik dari pusat lingkaran ke dua titik tersebut
sehingga diperoleh sudut A. Jarak dua titik tersebut adalah
RARA⋅=⋅ π
π2
2 (dalam radian)
(http://mathworld.wolfram.com/topics/Circles.html)
• Jarak dua titik pada permukaan bola
Jarak dua titik pada permukaan bola dapat ditentukan dengan membuat
lingkaran besar yang melalui kedua titik tersebut. Dengan sudut pusat
bola, dibentuk sudut antara dua titik tersebut sehingga diperoleh sudut A.
Jarak dua titik tersebut adalah RARA⋅=⋅ π
π2
2 (dalam radian)
(http://mathworld.wolfram.com/topics/Spheres.html)
2.1.4. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya satu satuan.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Vector_%28spatial%29)
Vektor satuan dalam arah x,y,z pada koordinat kartesius dinyatakan
dalam ir
, jr
. kr
.
Gambar 2.3. Vektor satuan dalam koordinat kartesius.
14
2.1.5. Teorema Pythagoras
Gambar 2.4. Teorema Pythagoras
Teorema Pythagoras menyatakan : Pada sebuah segitiga siku – siku,
jumlah luas persegi yang mempunyai panjang sisi sama dengan sisi siku – siku
segitiga tersebut sama dengan luas persegi yang mempunyai panjang sisi sama
dengan sisi miring segitiga tersebut. (http://mathworld.wolfram.com/
PythagoreanTheorem. html)
2.2. Precision Engineering
2.2.1. Gambaran Umum tentang Precision Engineering
Dalam pembuatan suatu komponen mesin umumnya dirancang untuk
suatu karakteristik fungsional tertentu, yaitu dirancang sedemikian rupa dengan
acuan fungsi dari komponen mesin tersebut. Setelah melalui tahapan tersebut
karakteristik geometrik berperan dalam penyempurnaan komponen tersebut.
Karakteristik geometrik komponen – komponen mesin mempunyai
pengaruh sangat besar atas fungsi mesin, tetapi tidak dapat digunakan sebagai
ukuran kemampuan mesin yang bersangkutan. (Rochim, 2001, p1)
Suatu komponen mesin mempunyai karakteristik geometri yang ideal
apabila komponen tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki (sesuai
15
karakteristik fungsional), dan mempunyai ukuran / dimensi yang teliti, bentuk
yang sempurna, dan permukaan yang halus sekali. (Rochim, 2001, p3)
Tetapi dalam kenyataannya tidak mungkin untuk membuat suatu
komponen mesin dengan karakteristik geometrik yang sempurna. Penyimpangan
– penyimpangan selama proses pembuatan pasti terjadi sehingga produk tidak
lagi memiliki karakteristik geometrik yang sempurna.
Precision Engineering adalah prinsip – prinsip dasar di dalam industri –
industri (terutama industri mesin) dalam pembuatan komponen, hal ini mengacu
pada ketepatan seluruh aspek komponen tersebut (karakteristik geometrik). Tiga
hal utama dalam proses tersebut adalah spesifikasi geometrik, metrologi
geometrik, dan kontrol kualitas geometrik.
Spefisikasi geometrik adalah suatu kaidah tata – bahasa yang sudah
dibakukan dalam perancangan komponen mesin dalam mengomunikasikan
karakakteristik geometrik, yaitu pertukaran informasi antara aparat pabrik (alat,
mesin, manusia) ke berbagai bentuk media komunikasi yang dapat digunakan
seperti gambar teknik, baik secara manual dituliskan pada kertas maupun dibuat
memakai media elektronik seperti CAD (Computer Aided Design).
Kemudian pada tingkatan produksi, pemeriksaan kualitas karakteristik
geometrik dilaksanakan dengan spesifikasi geometrik yang tercantum pada
gambar teknik sebagai pembanding, jika terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pengukuran dengan spesifikasi, haruslah diambil tindakan yang perlu
untuk memperbaiki dan menjaga kualitas produk. Dalam hal ini metrologi
geometrik sangat berperan.
16
Metrologi geometrik adalah ilmu dan teknologi untuk melakukan
pengukuran karakteristik geometrik suatu produk (komponen mesin / peralatan)
dengan alat dan cara yang cocok sedemikian rupa sehingga data pengukuran dan
pengolahan / analisis datanya menghasilkan harga yang dianggap sebagai yang
paling dekat dengan geometri sesungguhnya dari komponen mesin yang
bersangkutan. (Rochim, 2001, p8)
Pada tahapan akhir, yaitu tahapan kontrol kualitas geometric, dilakukan
pengukuran karakteristik produk yang kemudian dibandingkan dengan acuan
yang dibakukan / distandarkan. Dan hasil akhir yang diperoleh adalah penyajian
data komponen yang dipakai dalam pengambilan keputusan diterima atau
ditolaknya suatu produk.
Pada bagian kontrol kualitas geometrik inilah program aplikasi yang
dirancang oleh penulis akan digunakan.
2.2.2. Spesifikasi Geometrik
Karakteristik geometrik suatu produk yang telah dihasilkan tidak
mungkin tercapai secara sempurna. Perbedaan kecil bisa sangat berarti dan
sebaliknya perbedaan besar belum tentu menandakan bahwa proses produksi
dengan melibatkan komponen tersebut tidak berguna, tergantung pada sampai
sejauh mana masalah ini dinilai. Hal ini menuntut kesadaran perancang produk
bahwa suatu toleransi harus diperhitungkan pada waktu spesifikasi produk
ditetapkan.
Memberikan toleransi berarti menentukan batas – batas maksimum dan
minimum, di mana penyimpangan karakteristik produk (yang disebabkan oleh
17
ketidaksempurnaan proses produksi) harus terletak. Sesuai dengan jenis
karakteristiknya, spesifikasi tersebut bisa menyangkut material, fisik maupun
geometri. Spesifikasi geometrik mencakup ukuran/dimesi (dimension), bentuk
(form), posisi (position), serta kekasaran/kehalusan permukaan (surface
roughness/smoothness) produk. (Rochim, 2001, p11)
2.2.2.1. Toleransi Ukuran
Toleransi ukuran (dimensional tolerance) adalah perbedaan ukuran
antara ke dua harga batas (two permissible limits) di mana ukuran atau jarak
permukaan/batas geometri komponen harus terletak. Untuk setiap komponen
perlu didefinisikan suatu ukuran dasar (basic size) sehingga ke dua harga
batas (maksimum dan minimum, yang membatasi daerah toleransi; tolerance
zone) dapat dinyatakan dengan suatu penyimpangan (deviation). (Rochim,
2001, p13)
Salah satu toleransi standar yang digunakan adalah sistem ISO (ISO
Recommendation R.286, 1962, ISO System of Limits and Fits).
Dalam hal ini, komponen yang dibahas adalah komponen
berpenampang lingkaran yaitu bola dan silindrik, mengingat pentingnya
komponen berbentuk penampang lingkaran di dalam setiap industri mesin.
Untuk penammpang berbentuk lingkaran, faktor utama yang paling
berpengaruh dalam pengukuran adalah jari – jari dan diameter.
Untuk tingkatan diameter nominal s.d 500 mm dibagi menjadi
beberapa kelas berdasarkan standar ISO berikut ini:
18
Tabel 2.1. Tabel Tingkatan Diameter Nominal s.d 500 mm.
Tingkatan utama (dalam mm) Tingkatan perantara* (dalam mm)
di atas s.d di atas s.d
3 6
3 6 10
10 18 10 14
14 18
18 30 18 24
24 30
30 50 30 40
40 50
50 80 50 65
65 80
80 120 80 100
100 120
120 180 120 140 160
140 160 180
180 250 180 200 225
200 225 250
250 315 250 280
280 315
315 400 315 355
355 400
400 500 400 450
450 500
Sumber : Rochim, T. (2001).
*Tingkatan ini digunakan dalam beberapa keadaan apabila memang
diperlukan untuk penyimpangan – penyimpangan tertentu.
Untuk tingkatan diameter nominal lebih dari 500 mm dibagi
menjadi beberapa kelas berdasarkan standar ISO berikut ini:
19
Tabel 2.2. Tabel Tingkatan Diameter Nominal Lebih Dari 500 mm.
Tingkatan utama (dalam mm) Tingkatan perantara* (dalam mm)
di atas s.d di atas s.d
500 630 500 560
560 630
630 800 630 710
710 800
800 1000 800 900
900 1000
1000 1250 1000 1120
1120 1250
1250 1600 1250 1400
1400 1600
1600 2000 1600 1800
1800 2000
2000 2500 2000 2240
2240 2500
2500 3150 2500 2800
2800 3150
Sumber : Rochim, T. (2001).
*Tingkatan ini digunakan dalam beberapa keadaan apabila memang
diperlukan untuk penyimpangan – penyimpangan tertentu.
Dalam sistem ISO telah ditetapkan 18 kelas toleransi (grades of
tolerance) yang dinamakan toleransi standar yaitu mulai dari IT 01, IT 0, IT
1 s.d IT 16.
Untuk kualitas 5 s.d 16 harga toleransi standar dapat dihitung
dengan menggunakan satuan toleransi i (tolerance unit), yaitu :
20
Tabel 2.3. Tabel Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 5 s.d 16
IT 5 IT 6 IT 7 IT 8 IT 9 IT 10 IT . . .
Harga 7i 10i 16i 25i 40i 64i . . .
IT 11 IT 12 IT 13 IT 14 IT 15 IT 16 IT . . .
Harga 100i 160i 250ii 400i 640i 1000i . . .
Sumber : Rochim, T. (2001)
Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat
berikutnya. Rumus ini juga berlaku untuk kelas di atas IT 16 apabila
diperlukan.
Untuk IT 01, IT 0, dan IT 1 digunakan rumus sebagai berikut :
Tabel 2.4. Tabel Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 01, 0, dan 1
IT 01 IT 0 IT 1
Harga 0.3 + 0.008 D 0.5 + 0.012 D 0.8 + 0.020 D
Sumber : Rochim, T. (2001)
*harga dalam satuan µm dan D dalam mm
Untuk IT 2, IT 3, dan IT 4 digunakan rumus sebagai berikut :
Tabel 2.5. Tabel Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 2, 3 dan 4
IT 2 IT 3 IT 4
Harga 31 ITxIT 51 ITxIT 53 ITxIT
Sumber : Rochim, T. (2001)
21
Dimana :
• Untuk ukuran dasar kurang dari atau sama dengan 500 mm,
besarnya toleransi standar dihitung berdasarkan rumus :
DDi 001,045,0 3 +=
• Untuk ukuran dasar lebih dari 500 mm, besarnya toleransi
standar dihitung berdasarkan rumus :
1,2004,0 += Di
Dengan :
maksxDDD min=
i = satuan toleransi ; µm
D = diameter (nominal) ; mm. Harga D ditentukan
berdasarkan harga rata – rata geometrik dari dua harga
batas pada tingkatan diameter.
2.2.2.2. Toleransi Bentuk dan Posisi
Selain toleransi dalam pengukuran geometrik, toleransi juga
dipergunakan dalam bentuk dan posisi, walaupun sebenarnya toleransi
geometrik juga membatasi bentuk dan posisi suatu komponen. Toleransi
bentuk dan posisi ini ditujukan lebih ke arah karakteristik fungsional suatu
komponen.
Jenis toleransi bentuk dan posisi dengan simbolnya menurut ISO (
R 1101, Technical Drawings, Tolerances of Form dan of Position )
22
Tabel 2.6. Tabel Jenis Toleransi Bentuk & Posisi Dengan Simbolnya Menurut
ISO
Karakter yang dikontrol oleh toleransi Simbol
Kelurusan (Straightness)
Kerataan (Flatness)
Kebulatan (Circularity/Roundness)
Kesilindrisan (Cylindricity)
Ketelitian / kebenaran bentuk garis (Profile of any line)
Ketelitian / kebenaran bentuk bidang (Profile of any surface)
Kesejajaran (Parallelism)
Ketegaklurusan (Perpendicularity)
Kesudutan / kemiringan (Angularity)
Posisi (Position)
Konsentritas & kesamaan sumbu (Concentricity & Coaxiality)
Kesimetrisan (Symmetry)
Penyimpangan / kesalahan putar (Run – out)
Sumber : Rochim, T. (2001)
2.2.3. Metrologi Geometrik
Metrologi adalah ilmu pengukuran besaran teknik. Metrologi Geometrik
adalah ilmu pengukuran besaran teknik yang hanya berkaitan dengan besaran
Posi
si
Ori
enta
si
Ben
tuk
suat
u E
lem
en
23
panjang. Metrologi Geometrik berfungsi sebagai cara untuk mengukur karakter
geometrik dengan acuan spesifikasi geometrik.
2.2.3.1. Satuan Pengukuran
Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain sebagai acuan. Besaran yang digunakan sebagai
acuan dalam pengukuran tersebut distandarisasikan agar tidak terjadi
kerancuan pengukuran.
Besaran yang digunakan sebagai acuan tersebut adalah besaran
standar, yang dalam sistem satuan telah disepakati bersama secara
internasional (SI units, International System of units, Le Systeme
Internasional d’unites), ataupun besaran turunan yang diturunkan dari
besaran standar.
Setiap besaran standar tersebut mempunyai satuan standar dengan
lambang masing – masing.
Tabel 2.7. Tabel Satuan Standar Menurut Satuan Internasional (SI)
Besaran standar Nama satuan standar Simbol
Panjang meter (meter) m
Massa kilogram (kilogram) kg
Waktu sekon/detik (second) S
Arus listrik amper (ampere) A
Temperatur termodinamika kelvin (Kelvin) K
Jumlah zat mol (mole) mol
24
Intensitas cahaya lilin (candela) cd
Satuan Tambahan
Sudut bidang radial (radian) Rad
Sudut ruang steradial (steradian) Sr
Sumber : Rochim, T. (2001)
Untuk pengukuran geometrik, besaran dasar yang digunakan adalah
besaran panjang dengan satuan standar meter.
Definisi terbaru satu meter yang telah disepakati bersama yaitu pada
sidang ke 17 General Conference on Weights & Measures (CGPM) pada
tanggal 20 Oktober 1983; “Satu meter adalah jarak (dimensi) yang ditempuh
sinar (Laser Merah yang berasal dari gas Argon yang di–ion–kan yang
distabilkan panjang gelombangnya) pada ruang hampa selama 1/299.792.458
sekon”.
Untuk menyingkat penulisan angka hasil pengukuran yang
berbentuk 10n (n Є N, n ≠ 0) digunakan nama depan yang telah disepakati
dalam Standar Internasional.
Tabel 2.8 Tabel Pemakaian Nama Depan Menurut Standar Internasional (SI).
Faktor pengali Nama depan Simbol
1018 eksa (exa) E
1015 peta (peta) P
1012 Tera (tera) T
109 giga (giga) G
25
106 mega (mega) M
103 Kilo (kilo) K
102 hekto (hecto) H
101 deka (deca) Da
10-1 desi (deci) D
10-2 senti (senti) C
10-3 Mili (milli) M
10-6 Mikro (micro) µ
10-9 Nano (nano) N
10-12 Piko (pico) P
10-15 Femto (femto) F
10-18 Atto (atto) A
Sumber : Rochim, T. (2001)
2.2.3.2. Jenis Alat Ukur Geometrik
Alat ukur geometrik bisa diklarifikasikan menurut prinsip kerja,
kegunaan, atau sifatnya. Dari cara klarifikasi ini, yang lebih sederhana adalah
klarifikasi menurut sifatnya, dimana alat ukur geometrik dibagi menjadi 5
jenis dasar dan 2 jenis turunan.(Rochim,2001,p95)
Jenis Dasar :
1. Alat Ukur Langsung
Mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi
26
Kecermatannya rendah sampai menengah (1 – 0,002 mm)
Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut.
2. Alat Ukur Pembanding / Komparator
Mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi
Kecermatannya menengah (≥ 0,01 mm;disebut pembanding) sampai
tinggi (≥ 0,001 mm ; disebut komparator).
Skala ukur terbatas
Hasil pengukuran hanya digunakan sebagai pembacaan besarnya
selisih suatu dimensi terhadap ukuran standar.
3. Alat Ukur Acuan / Standar
Mampu memberikan suatu harga ukuran tertentu
Digunakan sebagai acuan bersama – sama dengan alat ukur
pembanding untuk menentukan dimensi suatu objek yang diukur.
Mempunyai skala terbatas, atau tidak mempunyai skala karena
hanya mempunyai satu harga nominal.
4. Alat Ukur Batas
Mampu menunjukkan batasan suatu objek yang diukur apakah
terletak di dalam atau di luar batas toleransinya.
Dapat mempunyai skala, tetapi lebih sering tidak mempunyai skala
karena memang dirancang untuk pemeriksaan toleransi suatu objek
ukur yang tertentu.
5. Alat Ukur Bantu
27
Tidak termasuk alat ukur dalam arti yang sesungguhnya akan tetapi
memiliki peranan penting dalam pelaksanaan suatu proses
pengukuran geometrik.
Jenis turunan :
6. Alat ukur khas ( khusus / spesifik )
Dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas misalnya
kebulatan objek ukur, kekasaran suatu permukaan, profil gigi suatu
roda gigi dan sebagainya.
7. Alat ukur koordinat
Memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang. Koordinat
sensor dibaca melalui tiga skala dalam koordinat kartesius (x,y,z),
yang diambil dari pergerakkan alat sensor dengan vektor arah satuan
(i,j,k). Dapat dilengkapi dengan sumbu putar sehingga data yang
dihasilkan dapat berupa koordinat polar.
Memerlukan penganalisis data titik – titik koordinat untuk diproses
menjadi informasi yang lebih jelas seperti diameter lubang, jarak
dua titik, jarak sumbu, dsb
2.2.3.3. Cara Pengukuran dengan Menggunakan Alat Ukur Geometrik
Tertentu
Dengan berbagai macam alat ukur tersebut, perlu ditetapkan pula
proses pengukuran yang tepat untuk suatu kondisi tertentu. Berdasarkan hal
tersebut, proses pengukuran dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Rochim,2001,p96) :
28
1. Proses pengukuran langsung
Merupakan proses pengukuran dengan memakai alat ukur
langsung, hasilnya dapat langsung terbaca pada alat ukur
tersebut, dan proses pengukurannya dapat diselesaikan dengan
cepat.
Alat ukur langsung umumnya memiliki kecermatan rendah dan
pemakaiannya terbatas karena :
- daerah toleransi ≤ kecermatan alat ukur.
- kondisi fisik objek ukur tidak memungkinkan untuk
diukur dengan menggunakan alat ukur langsung.
- hanya mampu memperoleh data dalam masalah dimensi,
tidak mampu untuk menganalisa masalah kebulaatan,
kerataan, dsb.
Contoh pengukuran langsung adalah pengukuran tebal objek ukur
dengan menggunakan micrometer.
Gambar 2.5. Pengukuran Langsung.
2. Proses pengukuran tidak langsung
29
Merupakan proses pengukuran yang dilaksanakan dengan
memakai berbagai jenis alat ukur berjenis pembanding /
komparator, standar dan bantu. Perbedaan harga yang
ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding saat objek ukur
dibandingkan dengan ukuran standar (pada alat ukur standar)
dapat digunakan untuk menentukan dimensi objek ukur.
Proses pengukuran ini menghasilkan data yang akurat, hal ini
dikarenakan keakuratan alat ukur pembanding yang tinggi.
Proses pengukuran tak langsung umumnya berlangsung dalam
waktu yang relatif lama.
Contoh pengukuran jenis ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini, menggunakan alat ukur pembanding jenis pupitas (dial test
indicator) yang dipasangkan pada dudukan pemindah (transfer
stand ; sebagai alat ukur bantu ), alat ukur standar berjenis kaliber
induk tinggi (height master ; yang memiliki skala pengatur
ketinggian muka – ukur) dan meja rata (surface plate) sebagai
alat ukur bantu.
Gambar 2.6. Pengukuran Tak Langsung.
3. Proses pemeriksaan toleransi ( dengan kaliber batas )
30
Dinamakan sebagai proses pemeriksaan karena tidak
menghasilkan data angka / numerik seperti yang dihasilkan pada
suatu proses pengukuran. Pemeriksaan dilakukan hanya untuk
memastikan apakah suatu objek ukur berada di dalam atau di luar
batas toleransinya. Proses pemeriksaan berlangsung dengan
cepat.
Contoh proses pemeriksaan ini adalah pemeriksaan toleransi
lubang dengan memakai kaliber poros ( go & not go gauges )
Gambar 2.7. Pemeriksaan Dengan Kaliber Go & Not Go.
4. Proses pembanding dengan bentuk acuan (standar)
Bentuk suatu produk misalnya profil ulir atau roda gigi dapat
dibandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan pada
layer alat ukur proyeksi. Pada prinsipnya pemeriksaan seperti ini
tidak untuk menentukan dimensi atau toleransi suatu benda ukur
secara langsung, akan tetapi lebih kepada menentukan tingkat
kebenarannya bila dengan bentuk standar.
31
Gambar 2.8. Pemeriksaan Secara Perbandingan Dengan Bentuk
Standar.
5. Proses pengukuran geometri khusus
Proses pengukuran ini dilakukan khusus untuk mengukur
geometri suatu produk, seperti kekasaran permukaan, kebulatan
poros atau lubang, geometri ulir, dan geometri roda gigi.
Contoh pengukuran ini adalah pengukuran kebulatan roda gigi.
Gambar 2.9. Pengukuran Geometri Khusus.
6. Proses pengukuran dengan mesin ukur koordinat
32
Pengukuran dengan mesin ini menghasilkan data berupa
koordinat kartesius, yang didapat dari sistem sensor sentuhan
yang terdapat pada alat tersebut. Pergerakan sensor tersebut
memiliki tiga arah yaitu x, y, dan z. Proses pengukuran ini dapat
dilaksanakan dengan cepat dan mudah. Namum demikian, data
yang dihasilkan harus diolah lebih lanjut untuk menghasilkan
data – data yang diperlukan. Selain itu juga diperlukan operator
yang mempunyai keahlian dan keterampilan di bidang metrologi
geometrik.
Contoh proses pengukuran jenis ini adalah dengan menggunakan
Mesin Ukur Koordinat (MUK) atau Coordinate Measuring
Machine (CMM).
Mesin Ukur Koordinat merupakan alat ukur modern dengan
memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor relatif
terhadap benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran.
Gambar 2.10. Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordinat.
33
2.2.3.4. Prinsip Kerja Alat Ukur Geometrik
Dalam melakukan pengukuran suatu objek, kita melakukan cara
pengukuran yang berbeda – beda tergantung dari prinsip kerja alat ukur yang
kita gunakan dan hasil yang kita inginkan dari pengukuran tersebut.
Pada sebuah proses pengukuran diperlukan hal – hal sebagai berikut
(Rochim, 2001, p105) :
• Alat ukur yang berfungsi baik dengan kecermatan yang sesuai
dengan yang kita butuhkan.
• Pelaksanaan pengukuran yang seksama dengan prosedur tertentu
untuk menghindarkan terjadinya kesalahan pengukuran.
• Pengukuran yang dilakukan tidak hanya setelah produk selesai
dibuat, tetapi juga dilaksanakan sewaktu produk sedang dibuat.
Bentuk objek ukur, daerah toleransi yang diberlakukan pada objek
ukur, dan kecermatan yang diinginkan memerlukan suatu alat ukur geometrik
yang mungkin harus dirancang secara khusus. Hal ini membuat ragam alat
ukur menjadi banyak, dengan cara kerja yang berlainan sesuai dengan
fungsinya. Alat ukur akan lebih mudah digunakan apabila operator alat ukur
tersebut memahami cara kerja alat ukur tersebut.
2.2.3.5. Sifat Umum Alat Ukur
Alat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu
ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Ketidaksempurnaan alat ukur
ini tidak mungkin dihilangkan. Berikut ini adalah sifat – sifat umum alat ukur
34
yang muncul dikarenakan kelemahan – kelemahannya yang tidak dapat
dihilangkan :
• Kalibrasi (Calibration)
Kalibrasi adalah proses membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan dengan
besaran standar adalah besaran pada suatu alat ukur tertentu.
Hal ini perlu dilakukan terlebih dahulu agar tidak terjadi
penyimpangan pada hasil pengukuran dengan alat ukur yang telah
dikalibrasi.
Proses kalibrasi sebuah alat ukur dilakukan oleh pihak yang
berwenang seperti Laboratorium Metrologi Industri, atau lembaga –
lembaga lain yang diberi kewenangan sistem akreditasi kalibrasi
nasional (penilaian kemampuan suatu badan untuk melakukan
kalibrasi alat ukur yang mencakup jenis besaran, bentuk acuan
kalibrasi, dan prosedur kalibrasi).
• Kecermatan (Resolution)
Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan cara
pembacaanya, dan alat ukur dipilh sesuai dengan kecermatannya
yang dikaitkan dengan besar – kecilnya daerah toleransi objek ukur.
• Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan alat ukur adalah kemampuan alat ukur menerima,
mengubah dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke
bagian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran).
35
Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah,
sesuai dengan prinsip kerja yang diterapkan padanya.
• Keterbacaan (Readability)
Keterbacaan skala dengan penunjuk digital lebih tinggi
dibandingkan dengan keterbaacaan skala dengan jarum penunjuk.
Misalnya, jangka sorong dengan skala digital lebih memudahkan
pengamat dalam membaca hasil pengukuran daripada jangka sorong
dengan jarum penunjuk skala utama dan skala nonius.
• Histerisis (Histerysis)
Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul
sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua
arah yang berlawanan (mulai dari skala nol sampai skala maksimum
kemudian diulangi dari skala maksimum sampai skala nol)
.Histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah
alat ukur.
• Kepasifan / Kelambatan Reaksi (Passiivity)
Kepasifan adalah waktu respon yang terjadi pada sebuah alat ukur
mulai dari sensor sampai pada penunjuk.
Misalnya kepasifan pada alat ukur mekanik yang disebabkan oleh
pengaruh kelembaman, seperti besarnya masa komponen dan pegas
yang tidak elastik sempurna.
36
• Pergeseran (Shifting, Drif)
Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk skala bergeser dari posisi
yang semestinya. Hal ini biasanya tidak disadari seiring dengan
jalannya waktu, yang disebabkan antara lain oleh temperatur.
• Pengambangan / Ketidakpastian ( Floating )
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah
posisinya (bergetar) atau angka terakhir / paling kanan penunjuk
digital berubah – ubah. Hal ini disebabkan adanya gangguan (noise)
2.2.3.6. Kesalahan dan Penyimpangan dalam Proses Pengukuran.
Pengukuran adalah proses yang mencakup tiga hal yaitu benda
ukur, alat ukur, dan pengukur / pengamat. Karena ketidaksempurnaan masing
– masing bagian ini ditambah dengan pengaruh lingkungan maka bisa
dikatakan bahwa tidak ada satupun pengukuran yang memberikan ketelitian
absolut.
Ketelitian bersifat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara
harga hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar (karena yang
absolut benar tidak diketahui) .
Dua hal penting yang berkaitan dengan proses pengukuran yaitu :
• Ketelitian (Accuracy)
Ketelitan adalah hasil pengusahaan proses pengukuran supaya
mencapai sasaran pengukuran yaitu penunjukkan “harga
sebenarnya” objek ukur. (Rochim,2001,p156)
37
• Ketepatan (Precision)
Ketepatan adalah kewajaran proses pengukuran untuk menunjukkan
hasil yang sama jika pengukuran diulang secara identik.
(Rochim,2001,p157)
Istilah ketelitian diperlukan target / sasaran pengkuran, sedangkan
istilah ketepatan tidak harus dikaitkan dengan target. Sebagai contoh
pengukuran sebuah lebar kertas dengan menggunakan mistar didapat hasil
pengukuran 12,5 cm, angka ini menunjuk pada istilah ketelitian karena
berorientasi pada sebuah target yaitu lebar kertas, sedangkan angka 12,54 cm
(pengukuran lebih terperinci) menunjuk pada istilah ketepatan karena hanya
berorientasi pada hasil pengukuran yang lebih tepat.
Pada sebuah proses pengukuran geometrik, hal – hal yang dapat
menjadi faktor penyebab proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak
tepat adalah :
• Alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalalm proses pengukuran haruslah
bebas dari penyimpangan – penyimpangan seperti histerisis,
pergeseran, kepasifan, dsb.
Alat ukur yang sering dipakai haruslah dilakukan kalibrasi ulang
secara periodik untuk menghindari penyimpangan –
penyimpangan tersebut.
38
• Benda ukur
Benda ukur yang berupa benda elastik akan mengalami perubahan
bentuk apabila terdapat beban yang bekerja pada benda ukur
tersebut. Beban ini dapat berupa tekanan sensor sentuh dari alat
ukur, berat benda ukur sendiri saat diletakkan pada meja tumpuan,
atau tekanan akibat penjepit yang digunakan untuk menahan
benda ukur.
Namun harga perubahan ini relatif kecil dan sering diabaikan
dalam suatu proses pengukuran secara umum. Hanya pengukuran
– pengukuran geometrik tertentu yang membutuhkan kecermatan
tinggi yang mengikutsertakan perubahan – perubahan ini.
• Posisi pengukuran
Pada proses pengukuran objek ukur geometrik, garis ukur harus
berimpit dengan garis dimensi. Apabila garis ukur dengan garis
dimensi membentuk sudut sebesar θ, maka akan terjadi
penyimpangan pada hasil pengukuran. Semakin besar sudut θ,
semakin besar penyimpangan yang terjadi. Kesalahan sistem
seperti ini disebut kesalahan kosinus (cosine error)
Gambar 2.11. Cosine Error
39
Pada proses pengambilan data dengan mesin sensor sentuh,
penyimpangan juga terjadi jika arah gerak sensor sentuh tidak
tegak lurus dengan benda ukur yang akan disensor.
Pada kasus yang diteliti oleh penulis, hal ini juga terjadi pada
MUK dengan benda ukur berupa bola dan ujung sensor sentuh
juga berupa bola.
Gambar 2.12. Cosine Error pada Mesin Ukur Koordinat.
err x = rbola sensor . cos α
err z = rbola sensor - rbola sensor . sin α
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
−
−=
objectbolapusatsensorbolapusat
objectbolapusatsensorbolapusat
xxzz
arctgα
• Lingkungan
Lingkungan harus memberikan kenyamanan bagi pengukur.
Jika persyaratan ini dipenuhi, maka pada umunya persyaratan alat
ukur dan benda ukur pun terpenuhi.
40
Persyaratan kondisi lingkungan yang baik untuk dilakukan sebuah
proses pengukuran adalah sebagai berikut :
- Kebersihan
Debu, serpihan dan kotoran – kotoran lain perlu
dibersihkan dari daerah pengukuran, benda ukur dan alat
ukur. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran
dan juga dapat merusak permukaan sensor sentuh.
- Tingkat kebisingan yang rendah
Getaran akibat tingkat kebisingan yang tinggi dapat
berakibat pergeseran dalam proses pengukuran dengan
menggunakan alat ukur cermat.
- Pencahayaan yang mencukupi
Pencahayaan diperlukan agar operator mesin mampu
melakukan pembacaan dengan cermat dan teliti.
- Temperatur dan kelembaban
Kelembaban yang terlalu tinggi dalam waktu yang lama
dapat memepercepat proses korosi sehingga menyebabkan
perubahan spesifikasi sebuah alat ukur, sehingga alat ukur
menjadi tidak tepat.
Temperatur merupakan faktor yang dapat membuat benda
padat berubah ukuran, bentuk, dan posisinya. Oleh karena
itu, untuk menjaga kesamaan hasil pengukuran, telah
disetujui secara internasional bahwa temperatur ruang
41
untuk sebuah proses pengukuran geometrik dibakukan
sebesar 20 oC dengan kelembaban 55 – 60 % .
• Operator
Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian dengan
menggunakan alat ukur dan benda ukur serta kondisi lingkungan
yang dianggap tak berubah mungkin akan menghasilkan data
yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, keahlian,
kemampuan, dan keterampilan masing – masing pengukur.
2.2.3.7. Analisis Data Pengukuran.
Setiap proses pengukuran pasti menghasilkan data – data
pengukuran. Dari data inilah akan ditentukan langkah selanjutnya apakah
data tersebut langsung dapat dipakai, atau perlu analisa dan pengolahan lebih
lanjut sebelum dapat dipakai.
2.2.4. Gambaran Umum mengenai MUK ( Mesin Ukur Koordinat )
Gambar 2.13 Jenis – Jenis Mesin Ukur Koordinat.
42
MUK (Mesin Ukur Koordinat) atau CMM (Coordinate Measuring
Machine) merupakan alat ukur modern dengan memanfaatkan computer untuk
mengontrol gerakan sensor relative terhadap benda ukur serta untuk menganalisis
data pengukuran.
Berbagai rancangan mesin dibuat sesuai dengan kebutuhan, demikian
pula dengan jenis sensor yang bisa merupakan sensor kontak atau sensor
scanning. Proses pengukuran yang rumit bisa dilaksanakan dengan relatif mudah
dan cepat. Meskipun demikian, tetap dibutuhkan operator yang mempunyai
keahlian dan keterampilan di bidang metrologi geometrik.
Mesin ini mempunyai 4 bagian utama yaitu :
• Mesin itu sendiri yang terdiri dari komponen – komponen yang terintegrasi
membentuk suatu sistem.
• Measuring probe yang berfungsi sebagai alat sensor untuk mendeteksi titik
pada benda yang akan disensor dengan arah tertentu.
• Kontrol sistem yang berfungsi mengatur seluruh pergerakan mesin.
• Measuring software yang berfungsi sebagai program untuk menentukan
kerja sistem tersebut.
2.2.4.1. Sistem Kerja Mesin Ukur Koordinat
Mesin Ukur Koordinat terdiri dari :
• Meja yang terbuat dari granite, yang berfungsi sebagai tempat kerja
43
• Penggerak probe, yang terdiri dari portal (penggerak arah sumbu x
mesin), support (penggerak arah sumbu y mesin) dan sleeve
(penggerak arah sumbu z mesin)
• Rotary table yang hanya digunakan jika menghendaki data dalam
koordinat polar.
Gambar 2.14. Bagian – Bagian Mesin Ukur Koordinat
• Probe yang berfungsi sebagai bagian yang digunakan untuk
menyentuh benda (sebagai sensor sentuh)
Gambar 2.15. Probe Mesin Ukur Koordinat
44
• Control Box yang berfungsi untuk menggerakkan portal, support,
dan sleeve secara manual.
Gambar 2.16. Control Box Mesin Ukur Koordinat
• Satu set computer yang berfungsi sebagai program utama untuk
menjalankan mesin tersebut, dan mengolah data yang diperoleh.
Mesin Ukur Koordinat digerakkan dengan sistem tekanan udara,
sehingga sangat rentan terhadap getaran dan debu atau kotoran. Oleh karena
itu mesin ini diletakkan pada tanah yang terpisah, sehingga getaran – getaran
seperti orang berjalan tidak akan mengganggu sistem mesin ini.
Pengambilan data pada Mesin Ukur Koordinat dilakukan oleh
probe. Probe mengambil data berupa titik dalam koordinat kartesius, dengan
dibantu portal, support, dan sleeve dalam menggerakkan probe tersebut.
Titik yang terambil adalah posisi dalam koordinat kartesius dengan acuan
pojok kiri depan mesin sebagai pusat koordinat O (0,0,0) jika operator tidak
menentukan pusat koordinat sendiri. Kemudian data yang terambil masuk ke
dalam komputer yang kemudian akan diolah sesuai kebutuhan.
45
Pergerakkan portal, support, dan sleeve dapat diatur secara manual
dengan menggunakan control box atau dapat juga diprogram sedemikian rupa
melalui software sehingga pergerakkannya sesuai dengan kurva tertentu.
Pengaturan pergerakan secara otomatis ini biasanya digunakan dalam sistem
scanning permukaan benda.
2.2.4.2. Measuring Probe
Measuring probe adalah bagian sensor mesin yang bertugas untuk
melakukan sensor sentuh pada permukaan benda yang akan diambil datanya.
Measuring probe ini terdiri dari :
• Probe, yang berfungsi sebagai penggerak batang sensor dengan
sistem pergerakan rotasi, terdiri dari kinematic probe yang
digunakan untuk pengukuran (sering disebut touch trigger probe)
dan electronic probe yang digunakan untuk scanning (sering disebut
scanning probe).
Gambar 2.17. Kinematic Probe dan Electronic Probe
46
• Styli yaitu bagian yang mengalami kontak langsung dengan benda
yang akan diambil datanya, terdiri dari batang sensor dan ujung
sensor dengan ukuran dan bentuk bermacam – macam sesuai
kebutuhan.
Bagian – bagian styli :
Gambar 2.18. Bagian – Bagian Styli.
- A adalah bagian styli yang mengalami kontak langsung
dengan benda ukur. Diameter bola sensor disesuaikan
dengan kebutuhan.
- B adalah panjang keseluruhan styli yang diukur dari pangkal
batang sampai dengan pusat bola sensor.
- C adalah batang styli dengan diameter tertentu sesuai
kebutuhan.
- D adalah effective work length (EWL) , dimana EWL adalah
panjang dari pusat bola sampai dengan titik pada batang styli
47
yang akan mengalami sentuhan pada bidang ukur terlebih
dahulu daripada bola sensor jika dilakukan pengukuran
sesuai normal bidang.
- Ø adalah diameter pangkal styli yang disesuaikan dengan
jenis probe nya.
Gambar 2.19. Bagian – Bagian Lengkap Probe.
48
2.2.4.3. Sistem Pengambilan Data pada Mesin Ukur Koordinat.
Pengambilan data pada Mesin Ukur Koordinat menggunakan sistem
sensor sentuh, dimana permukaan bidang yang disentuh oleh styli tersebut
akan dibaca sebagai titik dalam koordinat kartesius oleh program.
Dalam hal ini, pusat koordinat dapat ditentukan dalam 2 macam
yaitu :
• Pusat koordinat berdasarkan pusat koordinat mesin, dimana pusat
koordinat terletak pada pojok kiri depan meja kerja, dengan arah
sumbu x sejajar dengan panjang meja, arah sumbu y sejajar dengan
lebar meja atau tegak lurus sumbu x, dan arah sumbu z tegak lurus
dengan bidang meja.
• Pusat koordinat yang ditentukan terlebih dahulu, dimana pusat
koordinat dapat ditentukan dimana saja di ruang kerja, arah sumbu x
ditentukan terlebih dahulu, kemudian akan diperoleh arah sumbu y
yaitu tegak lurus dengan sumbu x, dan arah sumbu z yaitu tegak
lurus dengan bidang yang dibentuk oleh sumbu x dan sumbu y.
Data yang terambil, yang berupa koordinat kartesius tersebut
sangatlah tergantung pada pergerakan probe dalam mengambil data.
Pergerakan probe tersebut direpresentasikan dalam bentuk vektor satuan
i,j,k.
Vektor arah pengambilan data inilah yang sangat berperan dalam
menghasilkan data yang akurat. Secara teoritis, arah pengambilan data yang
49
sempurna adalah harus tegak lurus dengan permukaan benda yang akan
diambil datanya, namun keterbatasan gerak rotasi probe yang hanya
mampu berotasi paling kecil sebesar 7,5o membatasi hal tesebut sehingga
muncul error yang disebut cosine error sebagai berikut :
Gambar 2.20. Cosine Error Pada Mesin Ukur Koordinat.
err x = rbola sensor . cos α
err z = rbola sensor - rbola sensor . sin α
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
−
−=
objectbolapusatsensorbolapusat
objectbolapusatsensorbolapusat
xxzz
arctgα
Salah satu contoh kasus adalah pada objek ukur bentuk silinder dengan
prosedur peletakkan : posisi tinggi silinder sejajar dengan sumbu y, dan
bidang alas silinder sejajar dengan bidang XOZ. Jika pergerakan bola
sensor mengikuti arah vector [0,0,-1], maka data output mesin adalah posisi
50
koordinat titik M. Hal ini terjadi peregeseran dari titik yang seharusnya
disensor yaitu titik P sebesar err x dan err z.
2.3. Konsep dasar Rekayasa Piranti Lunak
2.3.1. Pengertian Rekayasa Piranti Lunak
Pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Bauer, dimana menerapkan
beberapa syarat syarat dalam merekayasa suatu piranti lunak yang kita buat
sehingga dapat berjalan secara efisien dan optimal dalam komputer.
2.3.2. Model Rekayasa Piranti Lunak
Dalam mambuat sebuah rekayasa piranti lunak terdapat lima paradigma /
model proses, The Classic Life Cycle atau yang biasa dikenal dengan Waterfall
Model, Prototyping Model, Fourth Generation Techniques (4GT), Spiral Model,
dan Combine Model. Pada pembahasan ini yang digunakan adalah model dari
Waterfall Model. Menurut Presman (1992, p20-21), ada enam tahapan dalam
Waterfall Model, seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2.21. Waterfall Model.
51
a. Rekayasa sistem (System engineering)
Aktivitas ini harus bermula pada analisis semua elemen - elemen
yang dibutuhkan oleh sistem karena perangkat lunak merupakan bagian
dari suatu sistem yang lebih besar dan perangkat lunak tersebut
berinteraksi dengan elemen elemen lain seperti, hardware, manusia dan
data base.
b. Analisis kebutuhan perangkat lunak (Software requirement)
Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah untuk mengetahui
kebutuhan user, fungsi-fungsi atau fasilitas seperti apa saja yang
dibutuhkan, dan bagaimana interface dari piranti lunak tersebut.
c. Perancanggan (Design)
Perancangan piranti lunak dititikberatkan pada empat atribut program
yaitu struktur data, arsitektur piranti lunak, rincian prosedur dan karakter
antarmuka. Proses perancangan menterjemahkan kebutuhan kedalam
sebuah representasi perangkat lunak yang dapat dinilai kualitasnya
sebelum dilakukan pengkodean.
d. Pengkodean (Coding)
Pengkodean adalah tahapan dimana mentransformasikan rancangan
atau design yang telah dibuat menjadi sebuah kode atau bentuk yang
dimengerti oleh mesin dengan cara membuat program.
e. Pengujian (Testing)
Tahap pengujian perlu dilakukan agar output yang dihasilkan oleh
program sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian dilakukan secara
menyeluruh hingga semua perintah dan fungsi telah diuji.
52
f. Pemeliharaan (Maintenance)
Kebutuhan pemakai dari suatu program selalu saja meningkat
sehingga piranti lunak yang telah selesai dibuat perlu dipelihara dengan
cara mengupdate kebutuhan pemakai terhadap fungsi - fungsi khusus.
2.4. State Transition Diagram (STD)
State Transition Diagram adalah sebuah tool yang digunakan untuk
mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD
merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yang menspesifikasikan suatu
keadaan pada suatu waktu tertentu.
Komponen komponen urama pada STD antara lain:
1. State , mempunyai simbol
berfungsi untuk mempresentasikan kondisi yang terjadi akibat suatu
action. Terdapat dua macam state, yaitu state awal dimana hanya boleh
berjumlah satu dan state akhir yang boleh berjumlah lebih dari satu.
2. Arrow , mempunyai simbol
biasa dikenal dengan proses transisi yang berfungsi untuk menghubungkan
dua state yang berbeda sehingga jelas arah perubahannya.
3. Condition dan Action , mempunyai simbol
Action
Condition
Condition adalah faktor external atau event yang mempengaruhi state pada
sistem sehingga bertransisi ke state lain. Action adalah reaksi yang
diberikan terhadap faktor external tersebut.
53
2.5. Flowchart
Flowchart digunakan secara luas oleh programmer untuk membantu dalam
mengorganisasikan pemikiran sebagai hasil penalaran atau logika di dalam
prosedur suatu program. Simbol – simbol yang digunakan adalah sebagai berikut
:
54
Gambar 2.22. Simbol Flowchart
top related