aryan andra adryanata (laporan sterilisasi)
Post on 25-Oct-2015
169 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme
yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan
pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya hal itu telah menggunakan
salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media
yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar.
Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif.
Cara-cara sterilisasi dan desinfeksi yaitu, pembersihan, sinar matahari, sinar ultraviolet,
sinar-x, dan sinar-gamma, pendinginan, dan pemanasan. Macam-macam cara sterilisasi
dengan pemanasan yaitu, pemanasan dalam nyala api, pemanasan dengan udara panas
(dry heat oven), merendam dalam air mendidih, pemansan dengan uap air yang
mengalir, dengan uap air yang ditekan, dan cara sterilisasi benda-benda yang tidak tahan
suhu tinggi, misalnya pasteurisasi, tyndalisasi, dengan pengeringan, dengan
penyaringan (filtrasi), dan dengan menggunakan zat kimia (desinfektan).
Sterilisasi adalah proses atau cara kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti
medium pertumbuhan mikroba ataupun peralatan laboratorium dari semua bentuk
kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang
ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang
dapat berkembang biak. Sterilisasi harus bisa membunuh jasad renik yang tahan panas
seperti spora bakteri. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam
media dapat dilakuan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan
perhitungan sejumlah mikroba yang dapat tumbuh dengan baik dalam suatu media,
maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat.
Oleh karena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenal
teknik sterilisasi pembuatan media serta teknik penanaman, hal ini semua merupakan
dasar-dasar kerja dalam laboratorium biologi.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam sterilisasi
b. Mengetahui pengertian dan tujuan sterilisasi alat dan bahan
c. Mengetahui syarat-syarat dalam pembuatan media
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan tentang prinsip dasar sterilisasi dan disinfeksi sangat diperlukan untuk
melakukan pekerjaan di bidang medis yang bertanggung jawab. Cara sterilisasi dan
disinfeksi yang baru banyak diperkenalkan, namun masih tetap digunakan cara-cara dan
beberapa bahan seperti digunakan berabad yang lalu.
Dibawah ini beberapa istilah yang banyak dipakai dalam menjelaskan efek dari
beberapa bahan kimia dan fisik terhadap mikroorganisme:
1. Sterilisasi adalah proses untuk mematikan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme, termasuk spora.
2. Desinfeksi adalah proses mematikan sebagian dari mikroorganisme patogen.
3. Bahan Bakterisid adalah bahan yang merusak bakteri.
4. Bahan Germisid atau Desinfektansi adalah bahan yang dapat mematikan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit.
5. Bahan Bakteristatik adalah bahan yang mencegah terjadinya multiplikasi
pertumbuhan bakteri.
6. Antiseptik adalah bahan yang dipakai untuk mencegah sepsis atau purifikasi dengan
membunuh mikroorganisme atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut.
Biasanya bahan ini digunakan untuk dipakai pada jaringan hidup.
7. Dekontaminasi adalah proses menghilangkan sebagian mikroba dari benda atau kulit
untuk menghilangkan kontaminasi.
Pembasmian mikroorganisme mendasari metode kerja mikrobiologi dan pengawetan
bahan makanan. Pembebasan suatu bahan dari mikroorganisme hidup atau stadium
istirahatnya disebut sterilisasi. Kalau sesuatu larutan tidak steril atau yang sudah
ditanami kuman, tanpa dikehendaki dicemari oleh mikroorganisme, peristiwa ini disebut
kontaminasi atau pencemaran.
Pentingnya penggunaan alat-alat laboratorium yang bersih dapat lebih ditekankan lagi.
Semua alat kaca haruslah dalam keadaan bersih. Cara membersihkan tabung reaksi yaitu
dengan menggunakan air aquadest setelah itu dikeringkan dengan menggunakan lap
halus tetapi cara melapnya hanya bagian luarnya saja (Hadiotomo, 1985).
Steril akan didapatkan melalui sterilisasi, sedang cara sterilisasi yang utama adalah:
1. Sterilisasi secara fisik, misalnya dengan pemanasan, penggunaan sinar
bergelombang pendek seperti sinar X, sinar gamma, sinar ultra violet dan
sebagainya.
2. Sterilisasi secara kimiawi, misalnya dengan penggunaan desenfeksi larutan alkohol,
larutan formalin, larutan AMC (campuran asam khlorida dengan garam Hg) dan
sebagainya.
3. Sterilisasi secara mekanik, misalnya dengan menggunakan saringan atau filter.
Sterilisasi bisa dilakukan secara kimiawi dan fisik. Berdasarkan mekanisme kerjanya zat
anti-mikroba, maka sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu:
1. Golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.
2. Golongan zat yang menyebabkan denaturasi protein.
3. Golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam amino yang
fungsional.
Sterilisasi fisik bisa diklasifikasikan sebagai:
1. Sterilisasi dengan panas.
2. Sterilisasi dengan pembekuan.
3. Sterilisasi dengan radiasi.
4. Sterilisasi dengan ultrasonik dan vibrasi sonik.
5. Sterilisasi dengan cara filtrasi.
Sterilisasi secara kimia, dapat dilakukan dengan cara sterilisasi gas digunakan dalam
pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas
dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena
permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh (Sutedjo, 1996).
Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran
dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar.
Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-
sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam ruang atau chamber sterilisasi.
Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion
klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan baju-baju
medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan yang toksik yang harus
dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat
dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan
perlindungan terhadap personil dari efek berbahaya gas ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas,
suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung
pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan
pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain
khusus pada bahan pengemas (Sutedjo, 1996).
Mekanisme aksi etilen oksida dianggap efek letal terhadap mikroorganisme dengan
mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi.
Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus
sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi-etil metabolit
yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme
ini mati tanpa reproduksi.
Sterilisasi Secara Fisika , dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemanasan Kering
a. Udara Panas Oven
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi
dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak,
paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan
ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah
metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah.
Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang
sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam
sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan
penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan.
Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh
oleh suhu sampai 121oC (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan setelah
pemanasan sampai 45 menit). Untuk alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak
cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak, atau
bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali.
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini
berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang
terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu
pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat
sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selama 12 menit adalah
efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai
170°C selama 1 - 4 jam. Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara
panas dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas.
b. Minyak dan penangas lain
Bahan kimia dapat disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas yang berisi
minyak mineral pada suhu 1620oC. Larutan jenuh panas dari natrium atau ammonium
klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang
mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk
menjaga alat tetap tajam, dan untuk memelihara cat penutup.
c. Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter
logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting,
jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung
seperti Papan salep, lumping dan alu dapat disterilisasi dengan metode ini.
2. Panas lembab
a. Uap bertekanan
Stelisisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini
merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat
diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi
seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali
dalam satu siklus yang divalidasi.
b. Uap panas pada 100oC
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air
mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan
dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur.
c. Pemanasan dengan bakterisida
Pemanasan ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap panas pada 100oC. adanya
bakterisida sangat meningkatkan efektivitas metode ini. Metode ini digunakan untuk
larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada temperatur yang biasa diterapkan
pada autoklaf.
d. Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi
jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus benar-
benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah
sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi
menggunakan pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1
- 2% Na-carbonat atau 2 - 3% larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi
bahan-bahan logam.
3. Cara Bukan Panas
a. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di
udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh
mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan
secara eksklusif pada 253,7 nm.
b. Aksi letal
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom dan
mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan meningginya keadaan
tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktifannya. Ketika eksitasi dan perubahan
aktivitas atom-atom utama terjadi dalam molekul-molekul mikroorganisme atau
metabolit utamnya, organisme itu mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh
utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang diperhatikan untuk menunjukkan
lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang panjang.
c. Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop
radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan
mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar
gamma mempunyai keuntungan mutlak karena tidak menyebabkan kerusakan mekanik,
namun demikian, kekurangan sinar ini adalah di hentikan dari, mekanik elektron
akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang dipercepat adalah
kemampuannya memberikan output laju doisis yang lebih seragam (Winarno. 2004)
Ada banyak pilihan cara sterilisai yang berbeda, namun yang penting adalah bagaimana
menetapakan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman digunakan.
Suatu produk dapa disterilkan melalui cara sterilisasi akhir (terminal sterilization) atau
dengan cara aseptic (aseptic processing). Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan produk steril yaitu :
1. Terminal Sterilization (sterilisasi akhir) metode sterilisasi akhir menurut PDA
Technical Manograph (2005) dibagi menjadi dua yaitu :
a. Overkill Methood adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasa
b. n dengan uap panas pada 121oC, selama 15 menit yang mampu membeikan minimal
reuksi setingkat log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai 0
minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan
panas seperti zat anorganik. Metode merupakan pilihan utama karena kelebihannya
lebih efisien, cepat dan aman.
c. Bioburden Strilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat
dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin dibeberapa lokasi jalur
produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi
yang dipersyaratkan SAL 10-6. Kita menggunakan metode umumnya untuk bahan
yang dapat mengalami degradasi kandungan bila terlalu panas terlalu tinggi seperti
za organik (Stefanus, 2006)
2. Aseptic Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan
dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan
dan diisikan kedalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara,
material, peralatan dan petugas telah terkontrol sedemikian rupa sehingga kontaminasi
mirkoba tetap ada pada level yang dapat diterima (aceptable) dam calane zone (grade A
dan B) (Stefanus. 2006).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pertama ini melakukan perubahan tentang peralatan dan sterilisasi yang
dilaksanakan pada hari rabu, 24 Oktober 2012 pada pukul 15.30 – 17.30 WITA di
Laboratorium Rekayasa Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman,
Samarinda
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat
1. Cawan petri
2. Hot plate
3. Labu Erlenmeyer
4. Oven
5. Magnetik stirer
6. Pipet hisap
7. Spatula
8. Batang Pengaduk
9. Timbangan
3.2.2 Bahan-bahan
1. Alumunium Foil
2. Akuades
3. Tissue
4. Ekstrak daging
5. Ekstrak kentang
6. Sabun Cuci
7. Serbet
8. Kertas Label
3.3 Cara kerja
3.1 Sterilisasi
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan disterilkan berdasarkan kegunaan dan
kondisinya.
2. Dicuci dan dibersihkan alat yang ingin disteilkan dan dikeringkan
3. Dibungkus setiap alat dengan aluminium foil (usahakan kertas tidak
rusak/berlubang) sampai tidak ada udara yang masuk sesuai dengan cara yang
diberikan oleh pembimbing praktikum
4. Dimasukkan setiap alat ke dalam wadah logam dngan suhu dan dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 105oC sedang 3 jam untuk sterilisasi panas-kering
5. Dikeluarkan peralatan dari dalam oven dan dimasukkan ke dalam sterilizer selama 1
jam untuk sterilisasi ke-dua.
3.4 Pembuatan Media
1. Dimasukkan ekstrak daging ke dalam labu erlenmeyer 200 ml
2. Diletakkan labu erlenmeyer di atas hot plate, dan dimasukkan magnetik stirer ke
dalamnya.
3. Dipanaskan labu erlenmeyer sampai mendidih
4. Setelah mendidih diangkat magnetik stirer dan dimasukkan lab erlenmeyer ke dalam
oven untuk sterilisasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1. Tabel Alat dan Fungsi
No
.
Alat dan Bahan Fungsi
1. Oven Tempat untuk sterilisasi pertama untuk mensterilkan
cawan petri dan tabung reaksi (sterilisasi panas kering)
2. Magnetic Sterilizer Tempat untuk sterilisasi kedua untuk mensterilkan
cawan petri dan tabung reaksi
3. Labu erlenmeyer Wadah untuk pembuatan NA
4. Tabung reaksi Alat utama yang disterilkan
5. Cawan petri Alat utama yang disterilkan
6. Hot plate Tempat untuk pemanasan larutan NA
7. Neraca analitik Untuk menimbang agar dan pepton
8. Spatula Untuk mengambil beberapa gram agar dan pepton
9. Batang pengaduk Untuk mengaduk larutan
10. Aquadest Larutan untuk membersihkan alat dan larutan untuk
mengohomogenkan larutan NA
11. Pepton Bahan untuk membuat media NA merupakan hasil
hidrolisis dari protein yg dapat larut dalam air
12. NA Bahan utama dalam praktikum pembuatan media
mengandung ekstrak beef, pepton, dan agar
13. Tisu Untuk membersihkan alat setelah dicuci
14. Alkohol Untuk membersihkan tangan sebelum mencuci alat
15. Sabun cuci Untuk membersihkan dan menghilangkan bakteri pada
alat saat dicuci
16. Agar Serbuk (bahan utama) yg digunakan dalam praktikum
pembuatan media
17. Aluminium foil Sebagai penutup labu erlenmeyer, pembungkus cawan
petri dan tabung reaksi
18. Stirer Untuk mengaduk secara otomatis larutan yang ada
didalam labu erlenmeyer
19. Gelas ukur Untuk mengukur larutan sebelum dimasukkan kedalam
labu erlenmeyer
20. Cawan porselen Sebagai wadah serbuk pepton dan agar
21. Serbet ( lap kain ) Untuk membersihkan alat-alat setelah dicuci
22. Kertas label Untuk memberikan tanda pada alat yang dimasukkan
kedalam oven
4.2 Tabel pembuatan media
No. Media Massa (komposisi)
1.
2.
NA (Nutrient Agar)
PDA (Potato Dextrose
Agar)
- Ekstrak daging 200 Ml
- Pepton 1 gr
- Agar 3 gr
- Ekstrak kentang
- Dextrose
- Agar
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kita melakukan sterilisasi dengan metode pemanasan kering
yaitu dengan menggunkan oven (Hot Air Sterilizer), hal pertama yang harus dilakukan
adalah menyiapkan alat-alat percobaan, kemudian mencuci semua alat-alat praktikum
tersebut dengan sabun hingga bersih, lalu bilas alat tersebut dengan akuades, kemudian
keringkan dengan tisu, setelah kering cawan petri bagian bawah dan tutupnya
ditangkupkan kemudian bungkus dengan alumunium foil dan untuk alat seperti tabung
reaksi cukup tutup lubang pada tabung tersebut dengan alumunium foil, usahakan alat
dibungkus dengan rapat. Tujuan dari pembungkusan yaitu agar alat-alat tidak
terkontaminasi dengan bakteri luar dan alat tidak pecah karena pada umumnya alat
terbuat dari karca. Kemudian masukkan alat kedalam oven selama 3 jam dengan suhu
105,5°C.
Sterilisasi kering adalah sterilisasi dengan udara panas dan alat yang digunakan adalah
oven (hot air sterilizer). Cara ini umum dilakukan untuk mensterilkan peralatan gelas.
Sterilisasi menggunakan oven udara panas membutuhkan suhu yang lebih tinggi dan
waktu yang lebih lama, dibandingkan dengan menggunakan autoclave dalam
pemusnahan spora bakteri, oven cenderung membentuk titik-titik panas dan dingin
didalamnya, yang mengakibatkan ada beberapa instrumen tertentu yang tidak mencapai
suhu yang diperlukan. Sementara ada instrumen yang menerima panas lebih besar dari
yang seharusnya, sehingga dapat menyebabkan kerusakan instrumen.
Inkubator adalah suatu unit/suatu kabinet yang suhunya dapat diatur untuk menyimpan
organisme guna tujuan tertentu. Pada prinsipnya sama dengan oven, hanya terdapat
sedikit perbedaan yaitu pada inkubator terdapat 2 pintu sedangkan pada oven hanya 1
pintu. Berfungsi untuk menginkubasi mikroba yang diinginkan pada suhu optimum
pertumbuhannya. Prinsip kerjanya adalah menginkubasi sesuai suhu yang diinginkan.
Oven digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi misalnya
cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, dan lain-lain. Alat ini umumnya
dilengkapi termometer. Prinsip kerjanya yaitu mensterilkan dengan bantuan panas dari
pijaran api atau listrik.
Ozon sterilizer berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak berskala. Ozon sterilizer
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas, prinsip kerja ozon sterilizer
bagian atas adalah membunuh mikroba menggunakan ozon (O3), dimana ozon itu dapat
merusak mekanisme dari mikroba, sehingga sel protein pada mikroba mengalami
oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kematian pada mikroba, karena
ozon (O3) itu sendiri bersifat racun, sedangkan fungsi dari bagian bawah ozon sterilizer
(elektra) adalah mensterilkan medium menggunakan sinar lampu dengan panas tinggi,
yang cara kerjanya hampir sama dengan oven.
Autoclave yaitu alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Alat
ini terdiri dari bejana tekanan tinggi yang dilengkapi manometer dan klep bahaya.
Autoclave dipakai untuk sterilisasi medium atau larutan atau alat-alat yang tidak tahan
suhu tinggi. Prinsip kerjanya yaitu mensterilkan dengan bantuan uap. Autoclave sendiri
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan menggunakan autoclave adalah waktu
yang digunakan singkat, dapat digunakan untuk sterilisasi. Hampir semua alat efek
destruksi dapat diprediksi, waktu dan temperatur dapat diatur, selain itu dapat mencapai
suhu yang lebih tinggi daripada air mendidih sehingga dapat membunuh tidak hanya
bakteri tetapi juga spora bakteri yang ketahanan tubuhnya kuat. Autoclave ini digunakan
dalam industri untuk menyembuhkan beberapa produk selama manufaktur. Sedangkan
kelemahan autoclave adalah ada tetesan uap air yang memungkinkan kerusakan pada
media tertentu, konsumsi energinya besar, tidak biasa untuk bahan sensitif panas dan
dapat sangat berbahaya terhadap penggunaannya karena tekanan yang sangat besar yang
menyebabkan cidera.
Gambar 4.1
Autoclave
Langkah-langkah yang dilakukan untuk sterilisasi peralatan adalah setiap alat yang
akan disterilisasikan dipisahkan sesuai dengan kegunaan dan kondisinya kemudian
setiap alat dibersihkan dengan air dan sabun sunlight kemudian dibilas dengan
aquadest setelah itu dikeringkan dan dibungkus dengan alumunium foil, lalu alat-alat
dimasukkan ke wadah logam dan dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105°C
selama 3 jam untuk sterilisasi panas kering. Setelah itu alat-alat ini dimasukkan
kedalam autoclave dan dilanjutkan dengan pengoperasian autoclave yang di
beritahukan oleh pembimbing praktikum dan langkah terakhir peralatan dikeluarkan
dari oven dan dimasukkan ke dalam sterilizer selama 1 jam untuk sterilisasi ke 2.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan media adalah yang pertama buat
masing-masing ekstrak daging sapi 500 ml dan ekstrak kentang 500 ml,ditimbang
komponen media dengan menggunakan neraca analitik dengan volume yang telah
ditentukan, untuk pepton sebanyak 2 gram dan Agar sebanyak 3 gram kemudian
masukan ekstrak daging sapi 200 ml kedalam labu erlenmeyer dan dipanaskan di atas
hot plate lalu dimasukkan pepton dan Agar yang sudah ditimbang ke dalam ekstrak
daging sapi yang sudah dipanaskan lalu dimasukkan magnetic stirrer yang berfungsi
untuk menimbulkan gelembung udara, setelah itu tunggu sampai mendidih setelah
mendidih dimatikan hot plate lalu labu erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan
langkah yang terakhir adalah memasukkan ke dalam medical sterilizer selama 24 jam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi adalah antara lain, sebagai
berikut :
a. Ketentuan relatife udara saat sterilisasi
b. Suhu saat sterilisasi dilakukan
c. Konsentrasi gas
d. Kemampuan penetrasi gas
Kendala yang terjadi pada saat praktikum berlangsung antara lain adalah beberapa alat
yang belum lengkap yaitu tongkat magnetik kemudian cawan petri yang kurang
sehingga masing-masing kelompok tidak optimal dalam melakukan praktikum.
Kemudian alat seperti autoclave seharusnya pada saat praktikum sudah ada sehingga
alat yang akan disterilkan tidak lagi menggunakan oven yang tidak sesuai dengan
modul atau prosedur kerja.
Faktor kesalahan pada saat pembuatan media adalah pada saat memasukkan agar dan
pepton ke dalam labu erlenmeyer yang mengenai dinding labu karena seharusnya tidak
boleh mengenai dinding labu erlenmeyer dan pada saat selesai pengaduk stirer diambil
dengan spatula karena harusnya diambil dengan tongkat magnetik. Sehingga menjadi
sukar diambil dan membuat labu erlenmeyer terbuka lebih lama.
Penggunaan alumunium foil berfungsi cukup efektif untuk menghalangi masuknya
mikroba kedalam tabung atau labu erlenmeyer agar terhindar dari kontaminasi mikroba
dan menjaga agar kesterilannya tetap terjaga.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Metode sterilisasi ada beberapa macam, diantaranya sterilisasi dengan pemijaran,
sterilisai dengan udara panas(oven), sterilisasi dengan uap panas, dan sterilisasi
dengan uap bertekanan(autoclave)
b. Sterilisasi merupakan suatu usaha membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari
segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba yang bertujuan memisahkan
kegiatan mikroba lainnya atau untuk memelihara mikroba secara biakan murni
c. Dalam pembuatan media yang harus diperhatikan adalah susunan makanan, tekanan
osmosis, kesamaan (pH), temperature dan sterilisasi.
5.2 Saran
Diharapkan alat praktikum yang lengkap dan memadai dalam percobaan sterilisasi agar
praktikan mengerti dalam penggunaan alat maupun metode sterilisasi lainnya,
contohnya dengan adanya autoclave
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadioetomo, Ratna Sri. 1983. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek : Jakarta :
PT. Gramedia
2. Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Penerbit Andi
3. Sutedjo. 1996. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rineka Cipta
4. Winarno. 2004. Sterilisasi Pangan. Bogor : M-Brio Press
LAMPIRAN
Sterilisasi alat dengan menggunakan alumunium foil
Sterilisasi menggunakan alumunium foil
Agar Pepton
Bahan - bahan Pembuatan Media
Pembuatan Media NA ( Nutrient Agar )
top related