teori kinetika kematian mikroba dan teknik sterilisasi media secara batch

26
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua kehidupan mikroba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi yang kurang steril hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang berarti masih terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan. Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO 3 10%, HgCl 2 0,1%, HCl 1,1%. Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi tanpa menggunakan panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan Filtrasi. I.2 Tujuan Percobaan a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch dan continous. b. Memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba.

Upload: diahnurulsayekti

Post on 16-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

m;alx

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua

kehidupan mikroba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi

yang kurang steril hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang

berarti masih terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses

sterilisasi dilakukan.

Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan

menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan

untuk mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl

1,1%.

Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa

pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry

heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode

sterilisasi tanpa menggunakan panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan

Filtrasi.

I.2 Tujuan Percobaan

a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch

dan continous.

b. Memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba.

c. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Decimal reduction time

atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi.

Page 2: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

II. LANDASAN TEORIII.1 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu

mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan

tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung

pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana

bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.

a. Sterilisasi cairan

Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung

gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain.  Secara umum ada

dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi).  Sterilasi dengan

panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke

dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 oC dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig).

Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121 oC

selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total

waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang

temperatur bisa diset pada 134 oC (untuk medis).

Laboratory autoclave

Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa

pilihan teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan

media di industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau continuous yang

diterapkan di industri, misalnya direct steam, indirect heating, indirect steam, dan

lainnya.

Page 3: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

Sterilisasi medium di industri bioproses.

Sumber: Doran, M.P (1995), Bioprocess

Engineering Principles, chapter 13,

Academic Press

Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter

berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang kecil

(1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein.

b. Sterilisasi padatan

Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa

jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan

dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun ditambah proses

pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV dan disemprot

ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan dibahas di 

bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).

II.2 Jenis-Jenis SterilisasiMeski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama

mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah

mikroba hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan

dengan beberapa cara, antara lain:

Desinfeksi

Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme dari

benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat dihilangkan.

Page 4: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

Pasteurisasi

Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa

mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada

suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau pemanasan

85–87oC selama 5 detik.

Sterilisasi

Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme

dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk

bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai

proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun proses

fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran

mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:

1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan

kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu

saja hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga

menyulitkan dalam proses isolasi.

2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka

kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan

dan mendesak produk mikroba target hingga dapat menghilangkannya.

3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan

mungkin dapat membahayakan manusia.

4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan.

5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis kultur.

Untuk menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat

dilakukan antara lain dengan :

a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi.

b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan

semua jenis makhluk hidup yang ada dalam media, dilakukan sebelum

inokulasi kultur.

Page 5: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari

ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu.

d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses fermentasi

e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi.

Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.

Sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar

mencegah mikroba masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh

mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing (pembekuan),

penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara sterilisasi fisik tanpa

membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya

untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara menyaring sesuatu

dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat

melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada, hanya meminimalisasi

agar mikroba tidak terbawa.

Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin

dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun

panas kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media

dan bahan–bahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alat–alat. Faktor–

faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain :

Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan

Morfologi mikroorganisme

Komposisi media fermentasi

pH

Ukuran partikel tersuspensi

Temperatur yang digunakan

Durasi proses sterilisasi

Keberadaan air

Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue.

a. Sterilisasi Batch

Page 6: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas

ke dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam

fermentor. Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara

menghilangkan uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode

langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari

bahan kimia tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam

proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan mengakibatkan

bertambahnya volume cairan media dalam fermentor karena adanya kondensasi

uap yang digunakan.

II.3 Kinetika Kematian MikrobaProses panas secara komersial umumnya didesain untuk menginaktifkan

mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan manusia

dan mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga

peluang terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal

yang harus diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah

panas dari medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik

ketahanan panas dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai level

pengurangan jumlah mikroba yang diinginkan, amaka ditentukan siklus logaritma

pengurangan mikroba. Kemudian dihitung nilai sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo).

Nilai Fo ini ditentukan sebelum proses termal berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung

pada suhu standar atau pada suhu tertentu, dimana untuk menghitungnya perlu

diketahui nilai D dan nilai Z (Kusnandar, 2008).

Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba oleh

suhu pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu

yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar

90% atau satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin

besar nilai D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan

panas mikroba tersebut pada suhu yang tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada

suhu standar. Untuk bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu

Page 7: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

standar 121oC, sedangkan untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang umumnya

menggunakan suhu yang lebih rendah (80-100°C). Nilai D pada suhu standar ini sering

dituliskan dengan nilai Do (Anonim, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian

kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-

faktor yang mempengaruhi proses termal harus  dikontrol dengan baik dan

dikendalikan. Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor

kritis yang dapat mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda

antara satu produk dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu

diidentifikasi pengaruhnya adalah: (a) karakteristik bahan yang dikalengkan (pH

keseimbangan, metode pengasaman, konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran

bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran

partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang ditambahkan, dan sebagainya), kemasan

(jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke dalam kemasan), (b) proses dalam retort

(jenis retort, jenis media pemanas, posisi wadah dalam retort, tumpukan wadah,

pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya nesting (Anonim c, 2008).

Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerobik, batang pembentuk

spora, kadang-kadang memperlihatkan reaksi gram-negatif. Bacillus cereus merupakan

bakteri fakultatif anaerob dengan ukuran sel-sel vegetatif dalam bentuk rantai.

Beberapa galur bersifat psikotropik, dan galur lainnya bersifat mesofilik dan termofilik.

Beberapa tidak dapat tumbuh pada makanan dingin yang disimpan panas pada suhu di

atas 60ºC (Anonim, 2009).

Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama

bakteri gram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40°C, optimum pada

37°C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah

kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E.

coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai

vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E.

coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya

(Anonim, 2009).

Page 8: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini

terogolong baketri mesofilik. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan

menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu,

Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan

pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga

tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan

pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri

ini adalah jenis bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunya flagella polar

sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm. Bakteri ini tidak

menghasilkan spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat (Anonim, 2010).

Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses

sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap

panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan

basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.

Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga

mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses

sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin

berkurang.

Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch

Jenis Mikroba Ketahanan Relatif Terhadap Panas

Bakteri vegetative dan khamir 1

Virus dan bakteriofage 1-5

Spora kapang 2-10

Spora bakteri 3 x 106

Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora

Suhu Sterilisasi (oC)

Waktu yang Diperlukan untuk Mematikan Spora (menit)

116 30

118 18

121 12

Page 9: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

125 8

132 2

138 0,8Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan

karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal

proses sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan

bertambahnya waktu sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang

diberikan pada awal proses justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan

setelah temperature pemanasan mencapai temperature yang mengakibbatkan kematian

mikroba (lethal temperature), maka secara perlahan jumlah mikroba yang hidup

berkurang.

Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh

pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1 :

Persamaannya : −dN

dt=kd N …….(2.1)

N = jumlah mikroba

T = waktu pemanasan

Kd = konstanta laju kematian mikroba

Integrasi persamaan 2.1

NtN 0

=e−kt…….(2.2)

N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0

Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t

Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap waktu,

lnNtN0

=−k d t …….(2.3)

Page 10: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan

kontaminasi mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.

Grafik ln(Nt/No) terhadap waktu pada berbagai temperatur sterilisasi untuk

spora dari Bacillus stearothermophilus dan sel vegetatif E.coli.. Grafik tersebut

menunjukkan tipe laju kematian.

Page 11: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction

value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam menit pada suhu

tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang

bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :

Page 12: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

NtN 0

=e−kD…….(2.4)

D= ln10k

…….(2.5)

Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur,

mengikuti persamaan Arhenius:

kd=kd 0e−Ed

RT …….(2.6)

ln k d= ln kd 0−EdR

1T

…….(2.7)

Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis

lurus gradient – Ed/R.

Page 13: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

III. Prosedur Percobaan

3.1. Bahan yang digunakan

- Larutan GYEA 700 mL

- Fermipan

- Methylen Blue

- Alkohol

- Es batu

3.2. Alat yang digunakan

- Beker glass 1000 mL 1 buah

- water bath

- Hot plate

- Tabung reaksi steril

- Termometer

- Mikroskop

- kaca preparat + cover glass

- Coil tembaga

- Pembakar Spirtus

- Pompa peristaltik

- Pipet tetes

- Pipet ukur 10 mL

3.3. Langkah Kegiatan Sterilisasi Continuous

a. Kalibrasi Laju Alir

1. Menyusun rangkaian alat untuk sterilisasi continious

2. Melakukan kalibrasi skala pompa peristaltik terhadap nilai laju alir

media

3. Atur skala pompa pada nilai 60%

4. Menyalakan pompa peristaltik

5. Menampung cairan yang dipompa dalam gelas ukur 100 mL dalam

waktu 1 menit

Page 14: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

6. Mengulangi langkah 3-5 untuk skala pompa 70%, 80% dan 90%

B. Penentuan Volume Pipet Coil

1. Mengukur diameter coil menggunakan jangka sorong

2. Mengukur panjang coil yang terendam dalam air panas

3. Menghitung volume coil yang terendam

C. Proses Sterilisasi Continuous

1. Memenaskan water bath pada temperatur 460C

2. Mengatur laju alir biakan dalam media cair pada laju 60 %, media

dalam aliran keluar ditampung dalam tabung reaksi steril setelah

melampaui waktu tinggaldalam pipa, jumlah sel hidup dan mati yang

keluar

3. Mengulangi proses sterilisasi pada temperatur 520C dan 580C dan

pada laju 70%, 80% dan 90%

3.4 Langkah Percobaan Sterilisasi Batch

a. Sterilisasi Batch

1. Memindahkan biakan dalam media cair ke dalam 13 tabung reaksi

masing-masing 10 mL dengan menggunakan pipet steril

2. Memanaskan media dalam tabung reaksi di dalam water bath selama 5

menit pada temperatur 500C kemudian memasukan ke dalam beker yang

berisi es batu

3. Menenteskan mikroba pada kaca preparat sampel dari tabung langkah 2,

menambahkan methylen blue dan mengamati jumlah sel yang hidup dan

yang mati

4. Mengulangi langkah 2-3 untuk waktu pemanasan 10 menit, 15 menit dan

20 menit

5. Mengulangi langkah 2-3 untuk temperatur pemanasan

Page 15: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

IV. Tabel Data Pengamatan

Kinematika Kematiam Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Seacara Batch

IV.1 Sterilisasi Batrch

Temperatur Penangas (T2) = 500C

No t-detik ∑XH (sel hidup) ∑ Xm (sel mati) ∑Xtot ( sel total)

1 300

2 600

3 900

4 1200

Temperatur Penangas (T2) = 0C

No t-detik ∑XH (sel hidup) ∑ Xm (sel mati) ∑Xtot ( sel total)

1 300

2 600

3 900

4 1200

Temperatur Penangas (T3) = 0C

No t-detik ∑XH (sel hidup) ∑ Xm (sel mati) ∑Xtot ( sel total)

1 300

2 600

3 900

4 1200

Page 16: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

Kinematika Kematian Mikroba dan Teknik Sterilisasi Media Secara Continuous

IV.2 Penentuan Volume coil

Diameter Coil :

Panjang Coil :

Volume Coil :

IV.3 Kalibrasi Laju Alir

%Skala Pompa Volume (mL) Waktu (detik)

60% 60 detik

70% 60 detik

80% 60 detik

90% 60 detik

IV.4 Sterilisasi Continuous

Temperatur Penangas (T1) = 460C

No % skala ∑XH (sel hidup) ∑ Xm (sel mati) ∑Xtot ( sel total)

1 60%

2 70%

3 80%

4 90% 186 70 256

Temperatur Penangas (T2) = 520C

No % skala ∑XH (sel hidup) ∑ Xm (sel mati) ∑Xtot ( sel total)

1 60% 152 77 229

2 70% 144 80 224

3 80% 237 101 338

4 90% 123 63 186

Page 17: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

Temperatur Penangas (T3) = 580C

No % skala ∑XH (sel hidup) ∑ Xm (sel mati) ∑Xtot ( sel total)

1 60% 299 47 342

2 70% 237 56 293

3 80% 157 23 180

4 90% 135 30 165

Page 18: Teori Kinetika Kematian Mikroba Dan Teknik Sterilisasi Media Secara Batch

V. Pengolahan Data