analisis akustik secara subjektif gedung kesenian rumentang siang
Post on 18-Jun-2015
723 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
AG
Dituju
ANALISGEDUNukan untuk
SIS AKNG KESk memenuh
N
N
Ke
PROGFAKUINSTI
KUSTIKSENIAhi Ujian Te
A
ama
IM
elas
GRAM STLTAS TETUT TEK
K SECAN RUM
engah SemAkustik
: Beni Kus
: 1330708
: 02
TUDI TEKEKNOLOGKNOLOGI
2010
ARA SMENTAmester (UTS
uma Atma
80
KNIK FISIKGI INDUST BANDUN
SUBJEANG SS) mata ku
aja
KA TRI NG
EKTIF IANGliah TF32004 -
A. Latar Belakang Gedung pertunjukkan kesenian di Bandung jumlahnya sangat sedikit dan kurang diketahui oleh
masyarakat. Gedung pertunjukkan kesenian yang biasanya diketahui oleh masyarakat umum dan sering
digunakan adalah Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat atau lebih dikenal dengan sebutan Dago
Tea House. Sedangkan gedung kesenian Rumentang Siang dan gedung kesenian di STSI jarang sekali
masyarakat yang mengetahuinya. Gedung kesenian Rumentang Siang yang terletak di Jalan Baranang
Siang tepat di samping Pasar Kosambi merupakan salah satu gedung kesenian yang masih sangat sering
melakukan pertunjukkan seperti kabaret, musik gamelan, wayang golek, teater sunda, resital piano,
pertunjukan gitar akustik solo, dan berbagai pertunjukkan kesenian lainnya. Menurut Bapak Demiyata,
Kepala Bidang Pelayanan Umum Gedung Kesenian Rumentang Siang, gedung kesenian Rumentang Siang
telah berdiri sejak 10 Januari 1975 dan merupakan gedung kesenian dengan kualitas akustik terbaik ke‐2
di Bandung setelah aula di SMAK Dago. Fungsi dari Gedung Kesenian Rumentang Siang yang sangat
variatif merupakan alas an untuk dilakukan analisis secara akustik di gedung tersebut karena merupakan
salah satu cagar budaya Kota Bandung yang harus tetap dilestarikan dan masih tetap melakukan
berbagai pertunjukan walaupun minat masyarakat sudah mulai menurun terhadap kesenian tradisional.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini pula mengajak masyarakat untuk lebih mengenal kesenian tradisional
dan berbagai pertunjukan kesenian di gedung kesenian yang berada di Kota Bandung.
B. Topik Permasalahan
Gedung Kesenian Rumentang Siang merupakan gedung pertunjukan kesenian, maka diperlukan analisa
akustik baik secara objektif maupun subjektif pada gedung Rumentang Siang. Analisa objektif tidak
dapat dilakukan karena adanya keterbatasan waktu dan peralatan, sehingga hanya dilakukan analisa
secara subjektif dengan memperhatikan berbagai hal melalui panca indera yang berada di tubuh
manusia. Analisa yang akan diperhatikan meliputi parameter‐parameter dasar akustik, yaitu :
• Liveness yang berkaitan dengan Reverberation Time (Waktu Dengung).
• Intimacy atau waktu tunda datangnya suara langsung dengan suara pantulan awal.
• Clarity dan Fullness atau mengenai kejelasan suara yang didengar.
• Warmth.
• Texture.
• Blend dan Ensemble.
C. Penilaian Akustik Penilaian yang dilakukan secara subjektif dengan mendengarkan pertunjukan di gedung tersebut dan
mendengarkan seseorang berbicara di atas panggung atau mendengarkan suara musik akustik dari
laptop di atas panggung dengan posisi duduk pendengar di beberapa titik. Berdasarkan suara yang
didengarkan dapat dinilai beberapa hal , yaitu :
1. Kejelasan suara
Suara yang didengar dari pertunjukkan di beberapa titik tidak adanya perbedaan. Pertunjukkan
kesenian yang dilakukan adalah kabaret, dimana sound system hanya digunakan untuk musik
latar. Suara dari para pemain kabaret dapat dengan jelas terdengar di beberapa tempat, seperti
di tengah ruangan maupun di belakang ruangan. Suara dapat didengar dengan jelas dikarenakan
posisi penempatan tempat duduk yang memiliki susunan tangga sehingga tempat duduk yang
berposisi paling belakang masih dapat menerima suara langsung dari panggung. Selain itu,
bentuk langit‐langit yang berundak‐undak juga menyebabkan pantulan suara dari panggung
dapat mencapai seluruh posisi tempat duduk dengan waktu delay antara suara langsung dari
sumber dengan suara pantul hampir tidak ada. Tempat duduk yang berada di depan mengalami
sedikit masalah, karena suara yang terdengar bercampur antara suara dari pemain yang berada
di panggung dengan suara dari penonton yang berada di belakangnya walaupun tidak terdengar
cukup jelas. Namun hal tersebut tidak terlalu mengganggu pendengar karena suara
pertunjukkan masih cukup jelas terdengar. Suara yang didengar kebanyakan merupakan suara
manusia yang dominan di frekuensi tengah sehingga dapat terdengar dengan jelas, karena
sesuai dengan fungsi dari gedung kesenian Rumentang Siang sebagai gedung pertunjukkan
teater dan kesenian lainnya.
2. Waktu dengung
Waktu dengung pada ruangan ini cukup panjang di frekuensi menengah dan tinggi, sedangkan
pada frekuensi rendah waktu dengungnya kurang panjang. Hal tersebut dikarenakan dari suara
musik latar ada suara dengan frekuensi rendah seperti suara bass yang terdengar kurang
menggaung, dan suara dentuman benda pada saat pertunjukkan kurang terdengar menggaung.
Waktu dengung pada frekuensi menengah dan tinggi terdengar cukup panjang, sehingga suara
dialog yang cukup cepat terdengar kurang jelas.
3. Bising
Bising yang terdengar di dalam gedung pertunjukkan terdengar sangat jelas, sepeti suara
klakson mobil pada luar gedung dan suara binatang yang berada di sekitarnya terdengar cukup
jelas di area penonton. Selain karena gedung tersebut berada di kawasan yang cukup ramai, hal
tersebut juga dikarenakan pada atap terdapat kerusakan yaitu suatu lubang sehingga suara akan
langsung masuk ke dalam gedung. Panggung langsung berhubungan dengan atap sehingga suara
dari luar akan masuk ke dalam gedung melalui atap dan melalui panggung sehingga terdengar
cukup jelas di kursi penonton.
D. Analisis Akustik Gedung Kesenian Rumentang Siang
1. Tatanan Gedung
Gambar 1 Kondisi Gedung Kesenian Rumentang Siang
Gambar 2 Sketsa Gedung Kesenian Rumentang Siang menggunakan CATT.
Sumber : foto dari group facebook “Program Peningkatan Kualitas Musik Tradisional Indonesia”
2. Bentuk Permukaan Dinding
Seluruh permukaan dinding Gedung Rumentang Siang pada bagian samping dan belakang tempat duduk
penonton tersusun dari bahan kayu triplek. Perbedaannya pada dinding bagian samping bagian atas
bentuk permukaannya tidak lurus, namun sedikit miring dan seluruh dinding bagian samping seperti
undakan. Selain itu pada bagian atas terdapat semacam diffuser. Bentuk permukaan dinding samping
yang miring dimaksudkan agar pantulan suara yang berasal dari sumber suara di atas panggung
dipantulkan ke penonton dengan keterlambatan waktu dari suara pantul seminimal mungkin, selain itu
agar energi suara yang sampai ke penonton tidak banyak berkurang dan seragam di tempat manapun.
Pada dinding samping di bagian bawah hanya tersusun dari material kayu triplek, sedangkan pada
bagian atas tersusun dari kayu triplek dimana di dalamnya terdapat bahan soft‐board yang berfungsi
sebagai absorber. Selain itu di bagian atas dinding samping terdapat 4 buah diffuser , untuk masing‐
masing sisi sehingga total di dalam ruangan sebanyak 8 buah, yang terdiri dari panel kayu berlubang dan
di dalamnya terdapat ventilasi dan speaker TOA sebanyak 6 buah. Karakteristik kayu triplek tergantung
pada kehalusan materialnya, apabila permukaannya halus maka merupakan reflector sedangkan apabila
permukaannya kasar merupakan diffuser. Pada dinding samping bagian bawah permukaan kayu triplek
halus sehingga memiliki karakteristik sebagai reflector. Pada dinding samping bagian atas kayu triplek
yang digunakan sedikit kasar sehingga memiliki karakteristik diffuser dan dipadukan dengan bahan soft‐
board yang digunakan pada dinding samping bagian atas memiliki karakteristik sebagai absorber suara
yang menyerap suara pada frekuensi rendah. Kayu triplek dapat juga bersifat sebagai absorber,namun
khusus untuk suara dengan frekuensi yang tinggi. Perpaduan antara 2 bahan pada dinding samping
bagian atas menyebabkan terjadinya penyerapan suara pada frekuensi rendah dan tinggi sehingga suara
Gambar 3 permukaan dinding samping Gedung Kesenian Rumentang Siang
Gambar 4 permukaan dinding belakang Gedung Kesenian Rumentang Siang
dengan frekuensi menengah dapat memantul secara difus ke segala arah, sehingga sangat baik
digunakan untuk pertunjukkan teaterikal. Panel kayu pada bagian dinding samping atas berfungsi
sebagai diffuser dan absorber suara, dimana suara yang berasal dari speaker dapat dikeluarkan secara
difus ke segala arah dan suara dari sumber suara diminimalisasi agar tidak terjadi suara yang saling
mengganggu.
Bentuk permukaan dinding di bagian
belakang penonton tersusun dari bahan
kayu triplek yang berfungsi sebagai diffuser
untuk mengatasi masalah echo atau gema
pada ruangan. Bentuk dinding belakang
terdapat balkon tempat soundman
mengatur sound system dalam ruangan,
dimana panjang balkon tidak terlalu panjang
sehingga meminimalisasi terjadinya cacat
akustik berupa bayangan suara.
3. Bentuk permukaan langit‐langit
Permukaan langit‐langit pada
Gedung Kesenian Rumentang Siang
memilik bentuk geometri berundak‐
undak yang membentuk sudut
tertentu dan berfungsi sebagai
reflector, selain itu terdiri dari
bahan kayu triplek yang di dalamnya
dilapisi softboard dan softboard
(warna putih) dimana
penyusunannya berselang satu
sama lain. Bentuk geometri langit‐
langit bertujuan agar suara yang
berasal dari sumber langsung
dipantulkan ke penonton sehingga muncul kesan fullness dan clarity sehingga suara dapat terdengar
jelas di semua tempat secara seragam. Fungsi lainnya adalah mengurangi echo yang terjadi akibat
Gambar 5 bentuk diffuser pada dinding samping
Gambar 6 dinding samping Gedung Kesenian Rumentang
Gambar 7 bentuk langit‐langit Gedung Kesenian Rumentang Siangf
pantulan dari dinding belakang belakang penonton karena suara akan langsung terpantul ke penonton.
Bahan penyusun langit‐langit yang dipasang secara berselang dimaksudkan agar pemantulan yang
terjadi hanya dilakukan pada suara dengan frekuensi menengah yang merupakan frekuensi dominan
pada suara manusia.
4. Permukaan lantai
Permukaan lantai pada gedung
Rumentang Siang tersusun dari bahan
keramik, dan bentuk geometrinya seperti
tangga. Bahan keramik bersifat sebagai
pemantul suara yang cukup baik agar
suara dapat terdengar dengan jelas,
namun tidak terlalu mempengaruhi
karakteristik suara disebabkan mayoritas
lantai tertutup oleh kursi dan tubuh
manusia sehingga suara lebih banyak diserap oleh kedua benda tersebut. Posisi tempat duduk yang
seperti tangga dimaksudkan agar jarak sumber suara dengan penonton sedekat mungkin dan
penonton dapat menerima suara langsung dari sumber suara.
5. Kursi
Gambar 9 kursi pada Gedung Kesenian Rumentang Siang
a
Gambar 8 gambar permukaan lantai Gedung Kesenian Rumentang Siang
Kursi pada gedung Rumentang Siang terdiri dari 2 jenis, yaitu kursi yang tersusun dari bahan wool
(warna merah) dan kursi yang tersusun dari busa dilapisi oleh plastik (warna perak). Kursi yang
berwarna merah disusun di 3 baris pertama, sedangkan kursi yang berwarna perak disusun di 11
baris di belakang kursi merah. Jumlah total kursi yang berada di dalam gedung adalah 372 kursi,
tetapi sekitar 20 kursi mengalam kerusakan. Kursi berwarna merah tersusun dari bahan wool yang
berfungsi sebagai absorber suara yang baik dan untuk meningkatkan kenyamanan. Kursi yang
berwarna perak tersusun dari busa yang dilapisi oleh plastic berfungsi sebagai absorber juga, namun
memiliki sifat diffuser dari bahan pelapis plastik, sehingga suara yang diterima oleh kursi masih
dapat dipantulkan secara difus dan diserap. Apabila seluruh kursi ditempati penonton dan penonton
yang duduk di kursi menutupi keseluruhan kursi maka suara tidak akan mencapai bahan kursi karena
akan diserap terlebih dahulu oleh tubuh manusia, sehingga pengaruh kursi pada kondisi akustik
gedung tidak terlalu besar.
6. Permukaan pada wilayah panggung
Gambar 10 Bentuk Panggung
Panggung terletak dengan ketinggian kurang lebih 90 cm dengan bahan penyusun yang didominasi
dengan kayu olahan berongga. Bahan tersebut berfungsi sebagai absorber. Panggung dilengkapi
dengan 2 speaker yang terletak di sisi sebelah kanan dan kiri, selain itu dikelilingi oleh permukaan
pantul. Posisi panggung yang lebih tinggi dimaksudkan agar suara dari sumber dapat mencapai
penonton secara keseluruhan. Permukaan pantul di sekitar panggung bertujuan agar seluruh suara
dipantulkan semua menuju penonton agar penonton dapat mendengarkan pertunjukan dengan
baik. Speaker berfungsi untuk memperjelas suara musik latar kepada para penonton. Permukaan
pantul yang berada di samping panggung merupakan reflector cekung, sehingga suara yang berasal
dari berbagai arah dipantulkan ke satu tempat, yaitu tempat duduk penonton terdepan. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya cacat akustik pemusatan suara sehingga suara yang didengar
oleh penonton sangat buruk. Selain itu, panggung tidak memiliki langit‐langit tetapi langsung atap
yang terbuat dari asbes dengan ketinggian yang cukup tinggi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya
dengung yang terus menerus di dalam panggung, sehingga para pemain atau sumber suara tidak
dapat mendengarkan suaranya sendiri dengan jelas.
Gambar 11 permukaan pantul cekung dan atap pada panggung
E. Kesimpulan
Gedung Kesenian Rumentang Siang menggunakan bahan‐bahan penyusun permukaan yang memiliki
karakteristik absorbs pada frekuensi rendah dan tinggi sehinggga suara pada frekuensi menengah
dapat ditransmisikan dengan sangat baik ke semua tempat. Suara manusia dominan pada frekuensi
menengah, sehingga Gedung Kesenian Rumentang Siang sangat baik digunakan untuk pertunjukkan
teaterikal, seperti kabaret dan drama. Gedung Kesenian Rumentang Siang sangat tidak baik untuk
pertunjukan music, terutama musik perkusi karena suara pada frekuensi tinggi dan rendah kurang
baik ditransmisikan dan akan timbul kesan suara “gepeng” dan “cempreng.” Selain itu, pada Gedung
Kesenian Rumentang Siang terjadi cacat akustik berupa pemusatan suara karena adanya permukaan
pantul cekung, sehingga perlu diadakan treatment dengan mengganti permukaan pantul cekung
menjadi permukaan pantul cembung agar suara dapat terpantulkan ke segala arah.
F. Daftar Pustaka • Merthayasa, IGN. Komang Merthayasa tentang Akustika Arsitektur & Concert Hall (dedicated)
untuk Musik Tradisional Indonesia. From Komang Merthayasa’s Weblog,
http://merthayasa.wordpress.com.
• Sarwono, Joko. Acoustics World (Dunia Akustik). From Joko Sarwono's Weblog,
http://jokosarwono.wordpress.com.
• Humphrey, Victor F. Fundamentals of Acoustics: Lecture 9. From ISVR's Lecture Notes, 25
Maret 2010.
• Kinsler, L. E., & Frey, A. R. (1962). Fundamentals of Acoustics, 2nd Edition. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
• Ando, Yoichi (1998). Architectural Acoustics . Springer: Verlag New York, Inc.
• Slide Kuliah TF4101 – Fisika Bangunan mengenai Akustik.
• Facebook group “Program Peningkatan Kualitas Musik Tradisional Indonesia.”
top related