akibat “purut” terhadap tingginya pernikahan usia dini ... · akibat “purut” terhadap...

35
i Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Sebuku Kalimantan Utara Oleh: AYU ANDRETHA V.A.K. RATU 712013027 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

i

Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat

Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas – Sebuku

Kalimantan Utara

Oleh:

AYU ANDRETHA V.A.K. RATU

712013027

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

ii

Page 3: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

iii

Page 4: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

iv

Page 5: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

v

Page 6: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Allah Yang Maha Kuasa karena

begitu besar kasih dan rahmatnya yang telah Ia berikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir yang adalah syarat bagi mahasiswa Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dengan baik. Ada begitu banyak

perjuangan yang harus ditempuh oleh penulis ketika menyusun Tugas Akhir ini.

Namun, penulis dapat menjadi kuat oleh karena bantuan dari Tuhan Yesus dan orang-

orang yang dengan tulus membantu penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.

Penulis berterimakasih kepada Fakultas Teologi UKSW dari para dosen-dosen yang

telah memberikan pengajaran bagi penulis selama berkuliah sampai dengan para

pegawai tata usaha yang juga ikut membantu penulis dalam proses penyelesaian

Tugas Akhir. Terimakasih juga untuk Ibu Pdt. Mariska Lauterboom dan Bapak Pdt.

Dr. Jacob Daan Engel sebagai wali studi yang selalu mendukung perkuliahan penulis

dan memberikan wejangan-wejangan terbaik untuk kehidupan maupun pelayanan

penulis.

Penulis berterimakasih kepada Bapak Pdt. John. A. Titaley dan Pdt. Dr. Jacob

Daan Engel selaku pemimbing yang senantiasa membantu memberikan pencerahan

dalam menyusun Tugas Akhir. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Pdt. Stefany

Sahuburua selaku kakak mentor paling baik yang telah membantu penulis untuk

menetapkan judul Tugas Akhir dan membantu dalam pencarian data penelitian serta

selalu menjadi pendukung yang setia untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Terimakasih untuk Ibu Pdt. Christine Djama-Kaunang beserta dengan keluarga yang

juga terus mendukung pelayanan penulis ketika melakukan Praktek Pendidikan

Lapangan di GPIB Sion Nunukan Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Sebuku dan SP

III. Terimakasih sedalam-dalamnya bagi seluruh jemaat GPIB Sion Pos Pelkes Alang

Engkuanan Apas Sebuku dan SP III untuk perhatian dan pertolongannya dalam hal

pelayanan yang penulis lakukan maupun penyusunan Tugas Akhir. Terlebih khusus,

terimakasih untuk Amang M. Togatorop, Inang Lointan Sitohang, adik Ani, Rina,

Butet dan Tia yang telah menerima penulis tinggal dirumah dan menganggap penulis

Page 7: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

vii

sebagai keluarga saat di Sebuku. Terimakasih atas segala dukungan, masukan bahkan

kritik bagi penulis dalam hal pelayanan, kehidupan pribadi hingga doa dalam

menyelesaikan Tugas Akhir.

Ucapan terimakasih juga penulis berikan kepada teman-teman terbaik selama

penulis kuliah Vik Vischa, Friska, Vik Abed, dan Elly atas dukungan doa dan

motivasinya untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini serta terimakasih telah

memberikan telinganya untuk mendengar segala keluh kesah selama 4 tahun

berteman. Terimakasih teman-teman kontrakan telah membantu penulis dalam

memberi dukungan maupun bantuan lainnya selama perkuliahan. Terimakasih teman-

teman angkatan 2013 yang berjuang dari awal masuk kuliah sampai dengan

penyusunan Tugas Akhir dan nantinya sebagian akan di wisuda bersama-sama.

Terimakasih teman seperjuangan saat Praktek Pendidikaln Lapangan 6 selama kurang

lebih 8 bulan 15 Laskar Kristus. Terimakasih juga buat kakak-kakak layan dan adik-

adik layan Persekutuan Teruna GPIB Tamansari Salatiga untuk segala doa serta

dukungan bagi penulis dalam setiap pelayanan dan penyusunan Tugas Akhir.

Terakhir, penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga yaitu Mama,

Papa, Ayu dan Etty atas segala dukungan yang telah diberikan dalam perkuliahan

maupun pelayanan yang penulis lakukan di Salatiga maupun di Sebuku. Terimakasih

telah menjadi pendukung dan pendoa yang setia bagi penulis. Terkhususnya Mama

Dayu yang bukan hanya menjadi seorang Ibu tetapi juga sahabat yang paling setia

dikala penulis hendak menceritakan segala kesediahan dan kebahagiaan. Terimakasih

Papa Ben yang selalu mengingatkan penulis untuk selalu berdoa meminta penyertaan

Tuhan. Penulis menyadari bahwa tanpa doa dan dukungan kalian, penulis tidak akan

dapat menyelesaikan perkuliahan dan Tugas Akhir ini. Pada akhirnya, sebagai kata

penutup penulis mengutip kata-kata akhir setiap kali Papa Ben menelfon “Bahagia

boleh aja, tetapi yang terpenting tetap berdoa dan mengucap syukur selalu kepada

Tuhan Yesus”.

Penulis

Page 8: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

viii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................................................... iii

PERSETUJUAN AKSES ..................................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

MOTTO ................................................................................................................. x

Abstrak .................................................................................................................. xi

1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

1.5 Metode Penelitian ........................................................................................ 4

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 5

2. LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6s

3. HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 10

3.1 Gambaran Umum GPIB Sion Nunukan Pos Pelkes Alang Engkuanan

Apas ................................................................................................................. 10

3.2 Faktor-Faktor Penyebab dan Akibat Purut Terhadap Tingginya Pernikahan

Usia Dini ......................................................................................................... 12

4. PEMBAHASAN DAN ANALISA .................................................................. 17

Page 9: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

ix

4.1 Faktor-Faktor Penyebab dan Akibat Purut Terhadap Tingginya Pernikahan

Usia Dini ....................................................................................................... 17

5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 21

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 21

5.2 Saran .......................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

Page 10: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

x

Motto

“ Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah

pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi

kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu

Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui

kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan

memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu

dapat menanggungnya.”

( 1 Korintus 10:13)

Berusahalah menghadapi segala perjuangan itu, bila

ditengah jalan merasa tidak kuat oleh banyaknya

persoalan, ingatlah Tuhan Yesus selalu menyertai.

Karena Tuhan Yesus itu baik dan selalu baik buat

kita.

Page 11: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

xi

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang menyebabkan

“Purut” yang dalam bahasa Dayak Agabag berarti mas kawin menjadi akibat dari

tingginya pernikahan usia dini dalam masyarakat Dayak Agabag jemaat GPIB Sion

Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Sebuku. Penelitian ini juga memberikan

pemahaman mengenai arti “Purut” yang sesuai dengan teori mas kawin dalam sudut

pandang antropologis. Adapula pemahaman mengenai pernikahan Kristen bagi warga

jemaat Gereja. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ialah deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor

penyebab “Purut” sehingga mengakibatkan tingginya pernikahan usia dini dalam

masyarakat Dayak Agabag jemaat GPIB Sion Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas

ialah faktor ekonomi keluarga dan faktor pendidikan keluarga yang rendah.

Kata Kunci: Mas Kawin, Purut, Pernikahan Usia Dini, GPIB.

Page 12: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya pernikahan dipahami sebagai upacara pengikatan janji nikah

yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan

ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial.1 Dalam

hukum perdata, pernikahan diatur dalam Undang-undang perkawinan pasal 1

nomor 1 tahun 1974 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Jadi, dapat dikatakan bahwa pernikahan atau

perkawinan ialah suatu ikatan janji dari laki-laki dan perempuan untuk

membentuk keluarga yang sesuai dengan norma agama, norma hukum dan norma

sosial.

Pada proses menuju pernikahan atau perkawinan, seorang pria akan mencari

pasangannya seorang wanita atau sebaliknya, yang masing-masing menurut

persyaratan-persyaratan tertentu yang diperlukan. Adapun persyaratan untuk

menentukan pasangan itu dibagi menjadi dua bagian yaitu persyaratan yang

bersifat umum dan khusus. Persyaratan yang bersifat umum ini lebih berkaitan

dengan persyaratan yang formal. Misalnya, seperti yang telah tercantum dalam

Undang-Undang Perkawinan yang menyatakan bahwa perkawinan hanya

diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita

mencapai umur 16 tahun. Sedangkan persyaratan yang bersifat khusus dimiliki

oleh setiap individu. Persyaratan-persyaratan ini dapat juga dikatakan bersifat

pribadi, karena masing-masing individu tentunya memiliki persyaratan yang

1 Mubasyaroh, Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya bagi Pelakunya

dalam Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosial Keagamaan Yudisia 7, No.2 (Desember, 2016): 386.

2 Darda Syahrizal, Kasus-kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,

2011), 35.

Page 13: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

2

berbeda-beda.3 Misalnya, seorang gadis berumur 25 tahun, beragama Islam,

orangnya jujur ataupun sebaliknya laki-laki berumur 25 tahun, jujur, setia dan taat

beragama. Bahkan dalam kehidupan tata aturan bergereja.

Adapun peraturan yang diberikan dari Gereja dalam hal ini GPIB terkait

dengan permasalahan perkawinan terdapat dalam akta Gereja GPIB yang

menyatakan bahwa mengacu pada Undang-Undang N0. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, khusus mengenai pelaksanaan Perkawinan Kristen-Protestan dalam

buku UU N0. 1 Tahun 1974 bagian penjelasan (halaman 30) : “Yang dimaksud

dengan hukum masing-masing Agamanya dan kepercayaannya itu termasuk

ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan Agamanya dan

kepercayaannya itu sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam

undang-undang ini.”4 Hal ini berarti dengan jelas GPIB mengikuti peraturan

dalam UU Perkawinan yang menyatakan bahwa perkawinan akan dilaksanakan

bila laki-laki telah mencapai umur 19 tahun dan perempuan 16 tahun.

Masalahnya berdasarkan pengamatan peneliti, ada 15 Kepala Keluarga (KK)

dari 80 KK jemaat GPIB Sion Nunukan pospelkes Alang Engkuanan Apas yang

melakukan pernikahan usia dini. Menariknya, usia dari perempuanlah yang paling

banyak tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Rata-rata usia dari perempuann

yang menikah ialah di bawah 16 tahun. Sedangkan laki-laki rata-rata di atas 19

tahun. Oleh karena peraturan Gereja menentang adanya pernikahan di usia dini,

mereka memilih untuk menikah secara adat terlebih dahulu. Mengapa demikian?

Hal ini dikarenakan kuatnya tradisi dan cara pandang masyarakat yang masih

menjadi pendorong bagi anak perempuan melaksanakan pernikahan di usia dini.

Salah satu unsur tradisi pernikahan yang menunjang terjadinya pernikahan

usia dini ialah secara khusus yakni mas kawin. Ada berbagai macam nama mas

kawin dan ketentuan-ketentuan menurut berbagai daerah. Arti dari mas kawin

3 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, (Yogyakarta:ANDI, 2004), 23-24.

4 Sinode GPIB, Buku I : Pemahaman Iman dan Akta Gereja, (Jakarta: Sinode GPIB, 2015), 215.

Page 14: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

3

ialah pihak (kelompok) laki-laki mesti mengalihkan sejumlah kekayaan kepada

pihak (kelompok) perempuan. Mas kawin dapat berupa barang, uang ataupun jasa

(pemuda beberapa lama bekerja bagi kepentingan pihak perempuan).5 Dalam

masyarakat Dayak Agabag mas kawin disebut dengan Purut. Biasanya mas kawin

mereka terdiri dari uang, dan berbagai macam barang sesuai dengan keinginan

dari pihak keluarga perempuan.

Menurut Koentjaraningrat, mas kawin mula-mula adalah sebagai pengganti

kerugian yang diberikan kepada suatu kelompok manusia oleh karena anak

perempuannya diambil untuk di bawa kawin. Dalam suatu kelompok kecil, tiap-

tiap warga di dalamnya memiliki potensi bagi kehidupan kelompok itu. Sehingga

mas kawinlah dianggap sebagai penggantinya.6 Namun, secara khusus

berdasarkan pengamatan yang dilakukan ternyata pemahaman mengenai mas

kawin atau purut yang adalah pemberian pengganti bagi kelompok kecil dalam

hal ini adalah keluarga perempuan tidaklah sama. Terdapat beberapa

permasalahan terkait dengan mas kawin atau yang disebut “Purut”. Permasalahan

yang pertama ialah penentuan Purut yang berlebihan dari pihak perempuan.

Sehingga hal ini membuat mas kawin terkesan menjadi alat untuk memeras

keluarga pihak laki-laki. Permasalahan kedua ialah “Purut” terlihat sebagai salah

satu alasan bagi keluarga untuk menikahkan anak perempuannya agar

mendapatkan purut yang nantinya digunakan untuk melunasi Purut dari saurdara

laki-lakinya. Meskipun anak perempuannya terbilang masih anak di bawah umur,

hal itu tidak menjadi sebuah hambatan bagi keluarga untuk menikahkan anaknya.

Oleh karena itu peneliti kemudian memilih untuk memfokuskan penelitian ini

pada akibat “Purut” terhadap tingginya pernikahan usia dini dalam masyarakat

Dayak Agabag di jemaat GPIB Sion Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas.

5 C. Groenen , Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik,

Spiritualitas, Pastoral, (Yogyakarta:Kanisius, 1993), 39.

6 Koentjaraningrat, Beberapa pokok antropologi sosial. (Penerbit Dian Rakyat, 1967). 94

Page 15: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

4

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana akibat “Purut” terhadap tingginya pernikahan usia dini dalam

masyarakat Dayak Agabag jemaat GPIB Sion Pos Pelkes Alang

Engkuanan Apas Sebuku?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah mendeskripsikan pemahaman tentang akibat

“Purut” terhadap tingginya pernikahan usia dini dalam masyarakat Dayak

Agabag jemaat GPIB Sion Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Sebuku.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi Gereja dalam memberikan pembinaan

mengenai pernikahan di jemaat melalui pelayanan khotbah ataupun pembinaan

secara khusus bagi jemaat sehingga jemaat tidak mudah untuk melakukan

pernikahan usia dini. Penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat dalam

memberikan pemahaman tentang arti dan makna “Purut” yang sesungguhnya.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif, metode deskriptif adalah

metode yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu keadaan,

suatu pemikiran atau kelas peristiwa pada masa sekarang. 7 Peneliti memilih

metode deskriptif karena sesuai dengan fokus dari penelitian ini yang meneliti

tentang suatu keadaan di dalam sekelompok manusia dalam peristiwa masa

sekarang. Meleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

7 Mohamad Nazir, Metode penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 63.

Page 16: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

5

komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.8 Sama

halnya dengan tujuan penelitian kualitatif, penelitian inipun menggunakan proses

interaksi secara mendalam dengan fenomena yang diteliti yaitu pernikahan usia

dini dalam masyarakat Dayak Agabag di desa Apas, Sebuku-Kalimantan Utara.

Unit Analisa dan Unit Pengamatan :

Unit Analisa dalam penelitian ini adalah Gereja Pos pelkes Alang Engkuanan.

Unit pengamatan dalam penelitian ini adalah warga jemaat Pos Pelkes Alang

Engkuanan Apas di Sebuku, Kalimantan Utara.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah GPIB Sion Nunukan Pos Pelkes Alang Engkuanan

Apas di Sebuku, Kalimantan Utara.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah

wawancara. Informan terdiri dari Ketua Adat Apas Sebuku, Pendeta Jemaat GPIB

Sion Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas dan 6 orang masyarakat desa Apas.

Adapun alasan dari pemilihan para informan ialah karena peneliti menganggap

para informan ini termasuk sebagai orang-orang yang telah melakukan dan

melihat proses pernikahan secara adat Dayak Agabag. Keenam informan itu

diantara lain ialah dua orang majelis jemaat dan empat orang jemaat GPIB Sion

Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Sebuku.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam tulisan ini, penulis memberikan susunan sistematika yang menjadi

rangkaian penulisan dari bagian pertama hingga bagian yang keempat. Dari

bagian pertama hingga keempat mempunyai pokok masing-masing, tetapi tetap

menjadi satu bagian besar yang saling melengkapi satu sama lainnya.

8 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2010), 9.

Page 17: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

6

Bagian 1, Pendahuluan yang didalamnya dijelaskan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bagian 2, Landasan teori-teori meliputi teori mas kawin

Bagian 3, Hasil penelitian berupa Faktor-faktor penyebab dan akibat Purut

terhadap tingginya pernikahan usia dini menurut masyarakat Dayak Agabag

jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas

Bagian 4, Menganalisis data yang didapat dilapangan dengan teori-teori yang

telah ditetapkan.

Bagian 5, Penutup meliputi kesimpulan dari hasil temuan yang diperoleh dari

pembahasan analisis serta kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian

kedepannya

2 LANDASAN TEORI

Perkawinan adalah pertama-tama soal keluarga atau famili: mereka yang

mengadakan perundingan, mereka yang menetapkan “mas kawin” pada orang

Yahudi “mahar”, mereka yang memimpin upacara perkawinan, dan sebagainya.

Menurut peraturan-peraturan ini suatu perkawinan adalah sah, apabila

berdasarkan atas persetujuan kedua pihak (pihak pria dan wanita), dengan atau

tanpa upacara. Di samping peraturan-peraturan perkawinan, gereja juga

mengambil ahli rupa kebiasaan Romawi , misalnya: pemasukan cincin ke jari

manis dari tangan kiri wanita beberapa waktu sebelum perkawinan berlangsung,

pemakaian tudung, pemakaian mahkota dan pembayaran mas kawin.9

Tanpa peneguhan dan pemberkatan (yang berlangsung dengan penumpangan

tangan) perkawinan anggota-anggota gereja tidak dianggap sah. Dengan jalan

demikian lama-kelamaan upacara gereja ini berkembang menjadi “misi nikah”,

seperti yang kita temui dalam dokumen-dokumen liturgia lama. Dalam doa-doa

9 J. L. Ch Abineno. Pemberitaan Firman pada hari-hari khusus. (Jakarta:BPK Gunung Mulia,

1981), 208-209.

Page 18: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

7

nikah yang terdapat dalam dokumen-dokumen lama itu bukan saja diminta

kepada Tuhan, supaya Ia memimpin, menjaga dan memelihara pengantin laki-

laki dan perempuan dalam hidup mereka, tetapi juga supaya Ia memberkati

perkawinan mereka dengan “banyak anak”.10

Sakramen perkawinan mengakibatkan bahwa cinta kasih antara suami-istri

disempurnakan, ditingkatkan dan dipadukan dengan cinta kasih ilahi. Santo

Paulus memandang cinta kasih antara suami-istri sebagai lambing persatuan

Kristus dengan Gereja. Seperti Kristus mencintai Gereja, sampai rela

mengorbankan hidup-Nya demi keselamatan Gereja, demikian pula suami dan

istri harus saling mencintai dan rela mengorbankan segala-galanya (Ef 5:21-

33).11

Iman Kristen selalu berpegang teguh pada pewahyuan (Kej 2:18-24) bahwa

perkawinan berasal dari Allah sendiri, yang menghendaki suami-istri pertama

sebagai awal kodrati dari segenap umat manusia. Perkawinan harus meneruskan

kehidupan umat manusia. Sejak awal, persatuam pria dan wanita mempunyai dua

ciri pokok, yakni monogami dan langgeng. Hal itu kemudian dimaklumkan oleh

Injil atas wewenang Yesus, yang menegaskan kepada orang farisi dan para rasul

bahwa perkawinan itu dari dirinya sendiri haruslah terbentuk dari dua orang saja,

pria dan wanita, yang membentuk satu daging saja dan ikatan itu atas kehendak

Tuhan sudah begitu disatukan sehingga tak ada seorang pun yang boleh

menceraikannya (Mat 19:5-6).12

Perkawinan orang-orang Kristen bukan saja suatu persekutuan hidup, tetapi

juga suatu persekutuan percaya. Persekutuan percaya ialah bahwa suami dan

isteri dalam hidup mereka harus mempunyai penyesuaian paham tentang soal-

soal prinsipil, seperti: makna hidup ini, maksud dan tujuan perkawinan, tugas

10

Ibid., 210.

11 Pankat Kas, Ikutilah Aku, Warta Gembira untuk Para Calon Baptis. (Yogyakarta: Kanisius,

1986), 154.

12 Al. Purwa Hadiwardoyo MSF, Perkawinan Dalam Tradisi Katolik, (Yogyakarta: Kanisius,

1988), 76.

Page 19: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

8

suami dan isteri, tanggung jawab orang tua, pendidikan anak-anak, dan lain-

lain.13

Terutama yang berkaitan dengan nilai tradisi mas kawin setempat.

Lebih lanjut, menurut van Ossenbruggen dalam mas kawin terdapat nilai

magis dan sakti. Harta pemberian mempunyai fungsi khusus, yakni

mengembalikan kegoncangan keseimbangan kekuatan sakti dalam kelompok

keluarga wanita, karena seorang gadis diambil keluar dari kelompoknya.14

Dalam budaya suku tradisional, rasa setia kawan kelompok lebih kuat

daripada orang-perorangan. Untuk menjalin ikatan kelompok, urusan perkawinan

diberikan mas kawin dari suku pria kepada suku wanita. Mas kawin (dalam

pelbagai bentuk) merupakan tanda ikatan antara dua suku, tanda penghargaan

pihak pria kepada pihak wanita.15

Mas kawin juga bermaksud memantapkan

perkawinan dan mempersulit baik poligami maupun perceraian. Mas kawin itu

bukan “harga beli” untuk memperoleh istri sebagai “milik”. Mas kawin terlebih

sebagai suatu kompensasi kekuatan sosio-ekonomis perempuan yang pindah ke

kelompok lain (patrilineal), sehingga kelompok asal perempuan secara sosio-

ekonomis diperlemah (kesuburan, tenaga kerja). 16

Selain itu, Mas kawin dapat berarti juga sebagai sejumlah harta yang

diberikan oleh pemuda kepada si gadis dan kaum kerabat si gadis. Arti dasar dari

mas kawin adalah mula-mula mungkin mengganti kerugian. Dalam suatu

kelompok manusia, terutama suatu kelompok kecil yang tiap-tiap warga di

dalamnya merupakan tenaga-tenaga potensi yang amat penting bagi kehidupan

kelompok itu. Demikian jika setiap gadis yang diambil untuk di bawa kawin,

maka kelompok sebagai keseluruhan akan menderita kerugian. Oleh karena itu

13

J.L. Ch Abineno. Perkawinan (persiapan, persoalan-persoalan dan pembinaannya). (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983), 14-15.

14 Hans J, Daeng. Manusia, kebudayaan dan lingkungan tinjauan antropologis. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), 6.

15 Jacobus Tarigan, Pr. Religiositas, Agama dan Gereja Katolik. (Grasindo: Jakarta, 2007), 125.

16 C. Groenen , Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik,

Spiritualitas, Pastoral, (Yogyakarta:Kanisius, 1993), 40.

Page 20: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

9

Mas kawin itulah dipahami sebagai penggantinya.17

Berdasarkan tata aturan yang

berlaku untuk mas kawin tersebut.

Besar kecilnya mas kawin itu tentu berbeda-beda pada berbagai suku bangsa

di dunia. Kadang-kadang besar kecilnya mas kawin harus ditetapkan secara

berunding antara kedua belah pihak yang bersangkutan dan sesuai dengan

kedudukan, kepandaian, kecantikan, umur dan lain sebagainya. Sedangkan pada

suku bangsa yang lain, mas kawin merupakan sejumlah harta benda yang tidak

harus dibayar sekaligus, tetapi berangsur-angsur dalam waktu panjang.18

Fungsi mas kawin pada banyak suku bangsa di Indonesia adalah sebagai

syarat. Mengenai hal syarat itu orang biasanya tidak bertanya lagi untuk apa; ia

hanya tahu bahwa mas kawin itu syarat dan karena itu harus dilakukan. Di

berbagai suku bangsa akan ada kecenderungan dan dapat dilihat bahwa benda

yang dipakai sebagai mas kawin itu adalah benda yang dianggap mengandung

kekuatan sakti.19

Hal ini juga secara tidak langsung dikaitkan dengan keberadaan

perkawinan tersebut.

Alasannya karena orang (kelompok) yang (mesti) membayar mas kawin (yang

bisa besar sekali) tidak mudah mengizinkan istri diceraikan. Sebab kalau

demikian mas kawin tanpa kompensasi hilang. Tidak mudah pula orang beristri

banyak, sebab terlalu mahal. Hanya mesti diakui bahwa akibat perubahan

struktur masyarakat pada umumnya, mas kawin sana-sini menjadi “liar”, oleh

karena terlepas dari konteks (struktur) semula yang melemah. Mas kawin oleh

kelompok perempuan disalahgunakan untuk menggaruk keuntungan ekonomis

sebesar-besarnya. Itu memang jalannya untuk menghilangkan mas kawin sama

sekali, oleh karena tidak terbayar lagi. Banyak perempuan tidak lagi bisa

17

Koentjaraningrat. Beberapa pokok antropologi sosial. (Penerbit Dian Rakyat, 1967). 94

18 Ibid., 95

19 Ibid., 95

Page 21: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

10

mendapat suami.20

Karena berbagai masalah pemahaman dan tujuan mas kawin

tersebut.

Walaupun mas kawin sesungguhnya sudah digariskan oleh adat sehingga

wajar kalau orang mentaatinya, namun cukup sering terjadi bahwa orang

mengadakan perubahan pada belis itu. Perubahan tersebut berupa menaikkan

jumlah dan jenis barang yang akan diserahkan. Adakalanya seluruh jenis barang

yang sudah ditentukan adat itu seperti gading gajah, perhiasan dari gading,

jumlah kuda, semuanya diminta dalam jumlah uang yang biasanya mencapai

nilai jutaan rupiah. Jika demikian, pembicaraan tentang mas kawin antara kedua

belah pihak berubah menjadi suatu gelanggang adu pendapat. Kedua belah pihak

mempertahankan harga diri, gengsi, dan prestise. Dalam keadaan seperti ini

orang menjadi buta tentang keadaan mereka yang sebenarnya, karena dengan

jalan apapun akan diusahakan agar tuntutan keluarga gadis terpenuhi. Kalau

perlu biar ludes, asal harga diri tidak diinjak-injak.21

Oleh karena itu berdasarkan

kondisi yang demikian maka mas kawin kehilangan maknanya terutama jika

motif ekonomi yang menjadi titik tujuan diberlakukannya suatu perkawinan

3 HASIL PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum GPIB “Sion” Nunukan Pos Pelkes Alang

Engkuanan Apas

GPIB “Sion” Nunukan berada di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan

Utara. Pada pertengahan tanhin 1965 Gereja disepakati untuk menjadi Gereja

Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB). Berdasarkan hasil Sidang Majelis

Jemaat (SMJ) hari Jumat, 28 Juli 2017 telah disepakati dan diputuskan bahwa

berdirinya Gereja GPIB “Sion” Nunukan pada tanggal 10 Agustus 1965.22

GPIB

“Sion” Nunukan memiliki 5 Pos Pelkes yaitu Pos Pelkes Binusan, Alang

20

C. Groenen. Perkawinan Sakramentl, 40

21 Hans J, Daeng. Manusia, 11-12

22 Hasil keputusan SMJ (Sidang Majelis Jemaat) GPIB Sion Nunukan 28 Juli 2017

Page 22: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

11

Engkuanan Apas Sebuku, Timug Kabayagan Sebuku, Sei Manggaris dan Damai.

Terdapat 6 Pelayanan Kategorial yaitu PA (Persekutuan Anak), PT (Persekutuan

Teruna), GP (Gerakan Pemuda), PKB (Persekutuan Kaum Bapak), PKP

(Persekutuan Kaum Perempuan) dan PKLU (Persekutuan Kaum Lanjut Usia).

Ketua Majelis Jemaat saat ini ialah Ibu Pdt. Christine Djama-Kaunang dengan

jumlah majelis jemaat 30 orang dan jumlah jemaat 250 orang.23

GPIB “Sion” Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas adalah salah satu Pos

pelayanan dan kesaksian dari GPIB “Sion” Nunukan yang berada di desa Apas,

Kecamatan Sebuku pada wilayah Utara Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Untuk sampai di desa Apas perjalanan yang harus ditempuh kurang lebih 3 jam

dengan menggunakan speed boat kecil dari Kota Nunukan. Perjalanannya dari

laut hingga menyusuri aliran sungai. Setibanya di dermaga Pembeliangan

dilanjutkan perjalanan darat sekitar 30 menit lamanya baru tiba di desa Apas.

Suku Asli yang mendiami daerah Kecamatan Sebuku adalah suku Dayak Agabag

dan Tidung, yang pada umumnya tinggal di tepi aliran sungai tikung. Gereja

GPIB “Sion” Nunukan Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas resmi menjadi bagian

dalam pelayanan dan kesaksian dari GPIB Sion Nunukan pada tanggal 15 Mei

1972. Awalnya gedung Gereja terletak di bagian hilir sungai, namun pada tahun

2016 gedung Gereja berpindah di bagian hulu sungai. 24

Adapun jumlah jemaat di GPIB Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas ialah 80

KK (Kepala Keluarga).25

Rata-rata jemaat berasal dari suku Dayak Agabag yang

tinggal di desa Apas dan beberapa jemaat dari para pendatang. Pendeta jemaat

saat ini ialah Ibu Pdt. Stefany Sahuburua dengan 7 orang majelis jemaat. Adapun

2 PelKat (Pelayanan Kategorial) yang aktif di GPIB Pos Pelkes Alang

Engkuanan Apas ialah PelKat PA (Persekutuan Anak) dan PelKat GP (Gerakan

Pemuda). Dalam ibadah yang berlangsung, PelKat GP digabung dengan beberapa

23

Data Warga Jemaat GPIB “Sion” Nunukan 2016-107

24 Hendra Purba. Penahbisan dan Peresmian Gedung GPIB SION Pos Pelkes “Alang

Engkuanan Apas” (2016). Hal 34

25 Data Warga Jemaat GPIB “Sion” Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas 2016-2017

Page 23: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

12

orang yang seharusnya berada di PelKat PT (Persekutuan Teruna). Hal ini

disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia untuk dijadikan pengurus dan

pelayan di kedua PelKat. Jumlah orang-orang yang di masing-masing PelKat

juga terbilang sedikit.

3.2 Faktor-Faktor Penyebab Dan Akibat “Purut” Terhadap Tingginya

Pernikahan Usia Dini

Pernikahan adalah suatu hubungan yang dibangun antara laki-laki dan

perempuan dalam sebuah ikatan dengan tujuan untuk saling membahagiakan satu

sama lainnya dan melengkapi segala kekurangan dari pasangan.26

Pernikahan

juga dapat berarti sebagai terciptanya suatu keluarga baru antara pihak laki-laki

dan perempuan menjadi satu keluarga besar.27

Pernikahan dalam adat dayak

Agabag akan terjadi, bila segala ketentuan mengenai proses pernikahan secara

adat telah terpenuhi.28

Adapun proses pernikahan dayak agabag yaitu;

Melamar (Antamong)

Pihak laki-laki bersama keluarga melamar (Antamong) mempelai perempuan,

maksud dan tujuannya adalah mengambil mempelai perempuan untuk dibawa

ketempat mempelai laki-laki. Setelah empat hari pihak laki-laki mengantar

kembali pihak perempuan, yang artinya dalam bahasa dayak agabag adalah

(Apakidau). Pihak laki-laki membawa pengikatan yaitu berupa rantai emas dan

cicin emas.

Seserahan (Kiab kabang)

Kiab kabang adalah suatu proses pengikatan secara resmi oleh pihak laki-laki

kepada pihak perempuan. Pihak laki-laki membawa barang pengikatan Setelah

26

Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Pnt. Jhon

Ibay, Kamis, 13 Juli 2017, pukul 14:50 WIB.

27Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Pnt. Yoel

Rispen, Kamis, 13 April 2017, pukul 19:17 WIB

28 Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Yahok, Rabu, 12

April 2017, pukul 15:30 WITA

Page 24: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

13

proses kiab kabang selesai maka pihak laki-laki menunggu dari pihak perempuan

untuk menentukan pernikahan adat.

Penentuan Tanggal Pernikahan Adat (Antibuku)

Pihak perempuan bersama keluaraga menentukan tanggal kapan

dilaksanankan pernikahan dan kemudian pihak perempuan menentukan

permintaan mas kawin (Purut) kepada pihak laki-laki. Pihak perempuan

menentukan permintaan mas kawin (purut) kepada pihak laki-laki yaitu:

1. Satu buah tempayan lama (sampah)

2. Satu ekor kerbau

3. Dua tempayan merah (guliabay alagang)

4. Satu gong besi

5. Dua buah tempayan kuning besar ( asilow mayo)

6. Satu buah balayung (pandulugan)

7. Satu buah manila led (pandulugan)

8. Satu buah balau lumot (konsapan)

9. Satu buah balau lumot ( kaodanan)

Setelah selesai pernikahan, mempelai perempuan berkewajiban membawa

peralatan yang disiapkan oleh orang tua mempelai perempuan untuk kelengkapan

peralatan rumah atau dapur29

Jika segala proses pernikahan secara adat telah terpenuhi, maka akan

dilanjutkan dengan pernikahan secara Gereja. Pernikahan Gereja pun akan dapat

berlangsung bila segala syarat-syarat telah terpenuhi. Misalnya, adanya surat

baptis dari kedua belah pihak, usia yang telah memenuhi sesuai dengan peraturan

dalam UU Perkawinan yaitu perempuan 16 tahun dan laki-laki 19 tahun dan surat

sidi dari kedua belah pihak. Namun, dalam kenyataannya ada banyak dari jemaat

yang hanya mementingkan pernikahan adat dibandingkan pernikahan Gereja.

29

Morrou Josfison, Perubahan Tata Upacara Pernikahan Adat Suku Dayak Agabag di Desa Tanjung Harapan (Saduman) Kabupaten Nunukan dalam eJournal Sosiatri-Sosiologi 4, No.4 (2016): 103-14.

Page 25: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

14

Mereka lebih memilih untuk melakukan pernikahan adat karena umur yang

belum mencukupi untuk menikah secara Gereja.30

Purut adalah suatu tradisi pemberian dari pihak laki-laki terhadap keluarga

perempuan dalam proses pernikahan yang diwariskan secara turun-temurun oleh

nenek moyang masyarakat dayak Agabag.31

Adapun proses penentuan Purut

dilakukan dengan cara mengumpulkan kedua keluarga pihak laki-laki dan

perempuan. Kemudian, pihak keluarga perempuan menyampaikan permintaan

Purut. Bila pihak laki-laki menyanggupi permintaan Purut dari pihak perempuan

barulah dibicarakan tentang persiapan pernikahan selanjutnya. Apabila pihak

laki-laki tidak menyanggupi purut, pernikahan tetap dapat berjalan, tergantung

dengan kesepakan kedua belah pihak, khususnya keputusan dari pihak

perempuan yang memberikan kesenjangan waktu untuk membayar purut.

Kesepakatan mengenai Purut inipun tertulis didalam surat perjanjian yang

menyatakan bahwa laki-laki menyanggupi permintaan Purut dari laki-laki dan

berapa saja Purut yang telah terpenuhi. Pemberian surat ini disaksikan langsung

oleh kepala desa dan ketua adat desa Apas32

Permintaan purut pun dilakukan dari

pihak perempuan bukan hanya dari orang tuanya saja tetapi juga keluarga besar

perempuan ikut dalam pengambilan keputusan untuk menentukan purut.

Begitupula kesanggupan permintaan purut dari pihak laki-laki, mereka akan

melakukan perbincangan dengan keluarga besar bukan hanya orang tua saja.

Pemberian waktu yang diberikan dari pihak perempuan selambat-lambatnya ialah

1 bulan.33

30

Hasil wawancara dengan Pendeta Jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Ibu Pdt Stefany Sahuburua, Sabtu, 22 April 2017, pukul 10:00 WITA.

31 Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Amir, Sabtu, 22

April 2017, pukul 10:45 WITA.

32 Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Hariyanto, Rabu,

12 April 2017, pukul 17.00 WITA.

33 Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Yahok, Rabu 12

April 2017, pukul 15:30 WITA.

Page 26: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

15

Biasanya ada beberapa Purut saja yang diminta untuk segera dilunaskan oleh

pihak keluarga perempuan. Purut yang masih belum terbayar lunas dapat

dilunaskan sepanjang hidup dari pihak laki-laki. Kasarnya Purut ini dibawa

sampai mati. Jadi, purut akan dikatakan lunas bila pihak laki-laki meninggal. Bila

ada dari pihak laki-laki yang masih memiliki hutang Purut kepada pihak

perempuan dan saudara pihak perempuan akan ada yang menikah, maka pihak

laki-laki wajib membantu untuk membayar Purut saudaranya.34

Pada era modern saat ini, syarat Purut secara turun-temurun yang masih

diberikan ialah tempayan. Penentuan dari jumlah tempayan yang akan diberikan

tergantung kepada permintaan dari keluarga pihak perempuan. Barang-barang

lain yang biasanya diminta ialah berupa sejumlah uang tunai, perabotan rumah

tangga, elektronik, motor, dan lain sebagainya. Namun, dalam perjanjian

pelunasan Purut hal terpenting yang harus segera diberikan ialah tempayan dan

uang tunai untuk pernikahan. Barang-barang yang lainnya dapat diberikan secara

berangsur-angsur sesuai dengan kemampuannya.35

Purut memiliki makna sebagai simbol yang mengikat seorang perempuan

sehingga ia menjadi hak milik bagi laki-laki. Makna lain yang dapat terlihat dari

purut ialah sebagai alat untuk menunjukkan sikap saling membantu diantara

keluarga. Karena, dalam penentuan purut keluarga besar perempuan berhak

meminta apapun terhadap keluarga laki-laki, sehingga hal ini sedikitnya

meringankan beban bagi setiap keluarga yang membutuhkan. Begitu pula dengan

keluarga laki-laki, setiap keluarga membantu untuk memberikan purut yang

diminta oleh pihak perempuan.36

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan Purut menjadi masalah dalam

kehidupan masyarakat Dayak Agabag di desa Apas. Faktor yang pertama ialah

34

Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Hariyanto, Rabu 12 April 2017, pukul 17:00 WITA.

35 Hasil wawancara dengan Ketua Adat desa Apas Bapak Petrus Kapalat, Sabtu, 22 April 2017,

pukul 11:05 WITA.

36 Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Markus, Sabtu

22 April 2017, pukul 11:55 WITA.

Page 27: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

16

keadaan ekonomi keluarga. Permintaan purut yang berlebihan dari pihak

perempuan menuntut keluarga pihak laki-laki untuk mengandalkan berbagi cara

untuk memenuhinya. Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan biaya

untuk memenuhi Purut anak laki-lakinya ialah menikahkan anak perempuannya.

Hal ini terlihat dari beberapa keluarga yang menjodohkan anak perempuannya

hanya untuk memenuhi Purut dari saudara laki-lakinya. Faktor kedua ialah

pendidikan keluarga yang rendah. Karena pendidikan yang rendah, mereka

cenderung memiliki pemikiran yang sempit dan lebih memilih mencari solusi

dengan cara yang mudah dan cepat. Hal ini terlihat dari pengambilan keputusan

untuk menikahkan anaknya tanpa memikirkan apakah pernikahan anaknya telah

sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti umur, kesiapan mental dan lain

sebagainya. Pemahaman mereka mengenai pernikahan juga kurang, khususnya

pemahaman pernikahan menurut ajaran Gereja. Sehingga pernikahan yang terjadi

lebih banyak melalui proses adat saja.37

Akibat dari permasalahan-permasalahan Purut diatas, tingkat pernikahan usia

dini di masyarakat dayak Agabag di desa Apas menjadi semakin meningkat.

Karena bagi pihak keluarga laki-laki usia tidak menjadi penghalang untuk

melaksanakan pernikahan anak perempuannya. Hal terpenting ialah anak laki-

lakinya dapat memenuhi permintaan Purut dari keluarga perempuan. Mereka

menikahkan anaknya di usia dini dengan tidak memikirkan kelanjutan

pendidikan anak perempuannya ataupun masalah-masalah yang nantinya timbul

dari pernikahan di usia dini.38

Permasalahan yang timbul secara nyata dari

pernikahan usia dini ialah mereka tidak bisa mengesahkan pernikahan mereka

secara Gereja maupun hukum Negara. Keinginan mereka untuk menikah di

Gereja tempat mereka terdaftar sebagai warga jemaat harus tertunda oleh karena

usia yang tidak mencukupi. Ketika mereka memiliki anak, anaknya pun tidak

37

Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Yahok, Rabu, 12

April 2017, pukul 15:30 WITA.

38 Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Amir, Sabtu, 27

April 2017, pukul 10.45 WITA

Page 28: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

17

dapat dibaptis dengan menggunakan nama mereka sebagai wali, melainkan

digantikan dengan nama orang tua mereka.39

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor ekonomi keluarga

dan faktor pendidikan keluarga yang rendah menjadi alasan bagi keluarga

menikahkan anak perempuannya yang akhirnya mengakibatkan tingginya

pernikahan usia dini dalam masyarakat Agabag di jemaat GPIB Pos Pelkes Alang

Engkuanan Apas. Oleh karena keluarga yang tidak mampu membayar Purut anak

laki-lakinya, mereka menikahkan anak perempuannya agar memperoleh Purut

darinya. Pernikahan berlangsung tanpa memikirkan ketentuan-ketentuan yang

berlaku dalam hukum Negara maupun Gereja. Bagi mereka yang terpenting

adalah prosesi pernikahan secara adat berlangsung dan mereka mendapatkan

“Purut”. Pendidikan yang rendah membuat mereka kurang memahami arti

pernikahan khususnya pentingnya pemberkatan nikah di Gereja. Terlebih lagi

mereka adalah jemaat Kristen yang telah menjadi warga jemaat Gereja.

4 PEMBAHASAN DAN ANALISA

4.1 Faktor-Faktor Penyebab Dan Akibat Purut Terhadap Tingginya

Pernikahan Usia Dini

Dari hasil penelitian diatas mengenai Faktor-faktor penyebab dan akibat Purut

terhadap tingginya pernikahan usia dini dapat terlihat bahwa memang faktor

ekonomi keluarga yang rendah. Purut haruslah dilakukan, karena hal ini sesuai

dengan fungsi purut sebagai syarat dari proses pernikahan secara adat

terkhususnya adat dayak Agabag.40

Sehingga permintaan purut yang berlebihan

sekalipun dari pihak keluarga perempuan tetap harus diberikan. Hanya mesti

diakui bahwa akibat perubahan struktur masyarakat pada umumnya, mas kawin

sana-sini menjadi “liar”, oleh karena terlepas dari konteks (struktur) semula yang

melemah. Mas kawin oleh kelompok perempuan disalahgunakan untuk

39

Hasil wawancara dengan Pendeta Jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas, Ibu Pdt.

Stefany Sahuburua, Sabtu, 22 April 2017, pukul 10.00 WITA

40 Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, 95

Page 29: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

18

menggaruk keuntungan ekonomis sebesar-besarnya.41

Dalam pemahaman

mereka apapun yang diminta pastilah akan diberikan, karena itu merupakan

syarat dalam tradisi secara turun-temurun yang harus dilakukan. Hal ini membuat

keluarga laki-laki pada akhirnya menjadi buta tentang keadaan mereka yang

sebenarnya, karena dengan jalan apapun akan diusahakan agar tuntutan keluarga

gadis terpenuhi.42

Jalan cepat yang mereka lakukan ialah menikahkan anak perempuan mereka

dan purut yang diterima dari anak perempuannya dijadikan sebagai pelunasan

purut kakak laki-lakinya. Permintaan purut secara berlebihan inilah yang pada

akhirnya membuat purut menjadi akibat dari tingginya pernikahan usia dini

dalam masyarakat Dayak Agabag di jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas.

Padahal dalam kenyataannya, keadaan ekonomi mereka pun tidak berubah.

Karena purut dapat terbilang hanya terputar-putar didalam keluarga mereka.

Ketika mereka mendapatkan uang ataupun barang-barang dari keluarga laki-laki,

sebagian barang-barang dan uang itupun nantinya digunakan ketika anak laki-

laki didalam keluarga akan menikah. Dari permasalahan ini justru nantinya akan

membuat anak laki-laki menganggap mudah untuk melaksanakan pernikahan.

Terkhususnya mereka yang memiliki saudara perempuan, karena mereka akan

berpikir bahwa saudara perempuan mereka akan siap membantu untuk memenuhi

permintaan Purutnya.

Bila Purut atau mas kawin yang dalam pemahaman mereka ialah sebagai

tradisi pemberian dari pihak laki-laki ke keluarga perempuan, maka Purut

seharusnya menjadi sebuah pemberian yang diberikan untuk mengganti kerugian

keluarga perempuan, karena salah satu kelompok didalam keluarganya telah

diambil keluar untuk menikah.43

Namun, pada kenyataannya pemahaman tentang

purut ini tidak sesuai dengan praktek yang dilakukan dalam proses pernikahan

41

C. Groenen, Perkawinan, 40

42 Hans J, Daeng. Manusia, kebudayaan dan lingkungan tinjauan antropologis. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), 11-12

43 Koentjaraningrat. Beberapa pokok antropologi sosial. (Penerbit Dian Rakyat, 1967). 94

Page 30: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

19

adat mengenai penentuan purut. Purut bukan lagi dianggap sebagai suatu

pemberian bagi keluarga karena salah stau kelompoknya diambil keluar,

melainkan sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan lain. Dalam hal ini ialah

mendapatkan biaya tambahan agar pernikahan dari anak laki-lakinya dapat

terlaksana. Penentuan purut yang berlebihan dari keluarga perempuan seharusnya

menjadi peringatan bagi laki-laki agar tidak mudah melakukan poligami, justru

menjadikan purut sebagai salah satu dampak terhadap terjadinya pernikahan usia

dini44

. Karena pihak laki-laki telah terbiasa dengan tradisi purut yang saling

membantu antar keluarga, sehingga usaha mengumpulkan dana sebagai biaya

pernikahan tidak dilakukan dengan baik. Mereka hanya cenderung berharap

kepada bantuan dari saudara perempuannya untuk memenuhi purutnya.

Faktor pendidikan keluarga yang rendah juga menjadikan “Purut” menjadi

penyebab dari tingginya pernikahan usia dini dalam masyarakat Dayak Agabag

di jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas. Pemahaman yang kurang

mengenai pernikahan menjadikan mereka dengan mudahnya menikahkan anak

perempuannya, walaupun anak perempuannya masih dibawah umur. Bagi

mereka pernikahan ialah suatu hubungan yang dibangun dalam satu ikatan antara

laki-laki dan perempuan dengan tujuan dapat hidup saling melengkapi

kekurangan satu sama lainnya. Pernikahan akan dianggap sah dan dapat diterima,

bila mereka telah melakukan serangkaian proses pernikahan secara adat. Dalam

hal ini ialah pernikahan adat sesuai dengan tradisi Dayak Agabag. Kenyataannya,

pernikahan secara adat tidak memiliki surat yang menyatakan bahwa laki-laki

dan perempuan ini telah resmi menikah. Pernikahan secara adat hanya

memberikan surat mengenai kesanggupan dari mas kawin yang akan diberikan

dari pihak laki-laki kepada perempuan. Pernikahan memanglah mengenai

hubungan antar laki-laki dan perempuan yang hendak membuat satu ikatan dan

perundingan keluaraga mengenai mas kawin, namun akan menjadi masalah bila

pernikahan ini tidak sesuai dengan peraturan-peraturan hukum Negara dan

44

C. Groenen, Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral, (Yogyakarta:Kanisius, 1993), 40.

Page 31: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

20

Gereja. Terlebih lagi sebagai warga jemaat Gereja yang lebih penting ialah

pernikahan akan sah, bila ada peran Gereja di dalamnya.45

Tanpa peneguhan dan pemberkatan (yang berlangsung dengan penumpangan

tangan) perkawinan anggota-anggota gereja tidak dianggap sah. Hal ini jelas

menyatakan bahwa sebagai jemaat Gereja Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas,

mereka haruslah menikah dengan adanya pemberkatan dan peneguhan nikah di

Gereja. Mereka tidak boleh hanya mementingkan menikah secara adat saja.

Dalam doa-doa nikah yang terdapat dalam dokumen-dokumen lama itu diminta

kepada Tuhan, supaya Ia memimpin, menjaga dan memelihara pengantin laki-

laki dan perempuan dalam hidup mereka.46

Bila mereka hanya mementingkan

pernikahan secara adat yang telah dianggap sah ketika penentuan purut telah

disepakati oleh kedua belah pihak. Maka, dapat dikatakan bahwa mereka tidak

meminta penyertaan Tuhan dalam kehidupan pernikahan mereka, karena pada

saat menikah doa-doa yang seharusnya mereka panjatkan dalam peneguhan dan

pemberkatan pernikahan tidak mereka lakukan.

Pernikahan yang seharusnya menjadi suatu ikatan yang ada oleh karena

kehendak Tuhan, seperti tidak ada artinya lagi bila tidak menyertakan Tuhan

didalamnya.47

Terlebih lagi dalam perkawinan orang-orang Kristen bukan saja

suatu persekutuan hidup, tetapi juga suatu persekutuan percaya. Persekutuan

percaya ialah bahwa suami dan isteri dalam hidup mereka harus mempunyai

penyesuaian paham tentang soal-soal prinsipil, seperti: makna hidup ini, maksud

dan tujuan perkawinan, tugas suami dan isteri, tanggung jawab orang tua,

pendidikan anak-anak, dan lain-lain.48

Akibatnya yang terjadi dalam masyrakat

45

J. L. Ch Abineno. Pemberitaan Firman pada hari-hari khusus. (Jakarta:BPK Gunung Mulia,

1981), 208-209.

46 Ibid., 210

47 Al. Purwa Hadiwardoyo MSF, Perkawinan Dalam Tradisi Katolik, (Yogyakarta: Kanisius,

1988), 76.

48 J.L. Ch Abineno. Perkawinan (persiapan, persoalan-persoalan dan pembinaannya).

(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983), 14-15.

Page 32: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

21

dayak Agabag di jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas terkhususnya

mereka yang menikah di usia dini dan hanya mengesahkan pernikahan lewat

proses pernikahan adat saja tidak memikirkan hal pernikahan sampai sejauh itu.

Mereka pun tidak dapat memahami makna pernikahan sesungguhnya sebagai

persekutuan percaya dan tujuan pernikahan yang ia ketahui hanyalah untuk

memenuhi keinginan orang tuanya.

Pemaknaan awal mengenai purut sebagai simbol yang dapat membantu

membangun kekeluargaan diantara masing-masing keluarga laki-laki dan

perempuan akhirnya menjadi sia-sia. Karena pemahaman mengenai membantu

antara sesama keluarga memanglah baik, tetapi praktek yang dijalankan itu salah.

Membantu antara sesama keluarga terkhususnya dari pihak laki-laki bukan

berarti mengorbankan saudara perempuannya yang belum cukup umur untuk

dijodohkan. Dari kesalahan mempraktekkan makna Purut inilah yang pada

akhirnya membuat Purut mengakibatkan tingginya pernikahan usia dini dalam

masyarakat Dayak Agabag di jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas.

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulannya adalah faktor ekonomi dan pendidikan keluarga yang rendah

membuat Purut kehilangan pengertian yang sesungguhnya. Pemahaman Purut

yang seharusnya menjadi tradisi pemberian dari pihak laki-laki ke pihak

perempuan sebagai pengganti karena salah satu keluarganya diambil keluar untuk

menikah tidak lagi dipahami demikian, melainkan dipahami sebagai cara untuk

mendapatkan keuntungan lain. Keuntungan lain dalam hal ini ialah Purut yang

didapat dari pernikahan anak perempuannya digunakan untuk melunasi Purut

anak laki-lakinya. Sehingga dalam prakteknya, Purut mengakibatkan tingginya

pernikahan usia dini dalam masyarakat Dayak Agabag di jemaat Pos Pelkes

Alang Engkuanan Apas, karena anak perempuannya dinikahkan demi memenuhi

Page 33: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

22

Purut anak laki-lakinya tanpa lagi melihat ketentuan pernikahan baik dari hukum

Negara maupun Gereja.

5.2 Saran

Bagi Gereja :

Sebaiknya Gereja memberikan penyuluhan mengenai pemahaman pentingnya

pernikahan dalam sudut pandang Kristen dan Gereja. Sehingga masyarakat

Dayak Agabag di jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas tidak dengan

mudahnya melaksanakan pernikahan. Dalam penyuluhan itu diberikan juga

pemahaman tentang dampak-dampak buruk dari pernikahan di usia dini. Namun,

penyuluhan ini baiknya tidak hanya dilakukan sekali saja, tetapi secara bertahap.

Bukan hanya lewat penyuluhan saja tetapi pemberian pemahaman bisa juga

dilakukan saat melakukan perkunjungan di rumah-rumah jemaat maupun pada

saat khotbah minggu.

Bagi Masyarakat :

Kepala Desa yang bekerja sama dengan Ketua Adat Desa memberikan

penyuluhan mengenai pemahaman Purut yang sesungguhnya dan melakukan

praktek Purut itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan. Didalam

penyuluhan juga perlu ditekankan untuk para pemuda yang ingin menikah harus

mempersiapkan benar-benar pernikahannya baik dari kesiapan mental, umur

maupun ekonominya. Begitu pula untuk keluarga perempuan, ketika menentukan

Purut baiknya memikirkan barang-barang yang dibutuhkan bagi keluarga bukan

yang tidak memiliki kepentingan.

Page 34: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

23

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Abineno, Ch, L, J. Pemberitaan Firman Pada Hari-hari Khusus. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1981.

Abineno, Ch, L, J. Perkawinan (persiapan, persoalan-persoalan dan pembinaannya).

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983

Data Warga Jemaat GPIB “Sion” Nunukan

Data Warga Jemaat GPIB “Sion” Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas

Daeng, J, Hans. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Groenen , C. Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi,

Sistematik, Spiritualitas, Pastoral. Yogyakarta:Kanisius, 1993.

GPIB, Sinode. Buku I : Pemahaman Iman dan Akta Gereja. Jakarta:Sinode GPIB,

2015.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika, 2010.

Hasil Keputusan SMJ (Sidang Majelis Jemaat) GPIB “Sion” Nunukan 28 Juli 2017

Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Penerbit Dian Rakyat, 1967.

Kas, Pankat. Ikutilah Aku, Warta Gembira untuk Para Calon Baptis. Yogyakarta:

Kanisius, 1986.

MSF Hadiwardoyo Purwa, Al. Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta:

Kanisius, 1988.

Nazir, Mohamad. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Purba, Hendra. Penahbisan dan Peresmian Gedung GBIB Sion Pos Pelkes “Alang

Engkuanan Apas”. 2016

Pr, Tarigan, Jacobus. Religiositas, Agama dan Gereja Katolik. Grasindo: Jakarta,

2007.

Syahrizal, Darda. Kasus-kasus Hukum Perdata di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka

Grhatama, 2011.

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: ANDI, 2004.

Page 35: Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini ... · Akibat “Purut” Terhadap Tingginya Pernikahan Usia Dini Dalam Masyarakat Dayak Agabag Jemaat GPIB Sion Pos Pelkes

24

JURNAL

Mubasyaroh. Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya bagi

Pelakunya dalam Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosial Keagamaan

Yudisia 7, No.2 (Desember, 2016)

Josfison, Morrou. Perubahan Tata Cara Pernikahan Adat Suku Dayak Agabag di

Desa Tanjung Harapan (Saduman) Kabupaten Nunukan dalam eJornal

Sosiatri-Sosiologi 4, No.4 (2016)

WAWANCARA

Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Yahok,

Rabu 12 April 2017, pukul 15:30 WITA.

Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak

Hariyanto, Rabu 12 April 2017, pukul 17:00 WITA.

Hasil wawancara dengan Ketua Adat desa Apas Bapak Petrus Kapalat, Sabtu, 22

April 2017, pukul 11:05 WITA.

Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak

Pnt. Jhon Ibay, Kamis, 13 April 2017, pukul 14:50 WIB.

Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak

Pnt. Yoel Rispen, Kamis, 13 April 2017, pukul 19:17 WIB

Hasil wawancara dengan jemaat Pos Pelkes Alang Engkuanan Apas Bapak Markus,

Sabtu 22 April 2017, pukul 11:55 WITA.