agama dalam masyarakat yang multi religius.pdf
DESCRIPTION
tTRANSCRIPT
AGAMA DALAM MASYARAKAT YANG MULTI RELIGIUS
Oleh: Bikkhu K. Sri Dhammananda
Judul asli : Religion in a multi Religious Society
Diterbitkan oleh :Buddhist Missionary Society – Kualalumpur-Malaysia.
Diterjemahkan oleh: Wartono
Dibantu oleh Bapak Budhiarta, B. Sc.
Dalam rangka Peringatan Hari Waisak 2532/1988
KATA PENGANTAR
Namo Buddhaya,
Dalam rangka menambah kepustakaan literatur Agama Buddha berbahasa Indonesia,
maka kami berusaha menterjemahkan dua buah artikel karangan seorang Bikkhu yang bernama
Dr. K. Sri Dhammananda. Beliau adalah seorang Bikkhu yang sangat produktif. Hal ini dapat kita
lihat dari beberapa tulisannya yang secara mudah dapat dipahami dan dirasakan oleh para
pembaca. Banyak tulisan berbahasa Inggris yang beliau hasilkan, dan isinya pun menarik untuk
disimak. Oleh sebab itulah, maka pada kesempatan yang baik ini kami berusaha
menterjemahkannya dua buah artikel beliau masing-masing berjudul : What this Religion?, dan
Religion in a Multi Religious Society. Kedua artikel ini telah diterbitkan oleh Buddhis Missionary
Society, Kuala Lumpur – Malaysia.
Usaha penterjemahan dua buah artikel tersebut di atas sebagai kegiatan kami dalam
mengisi waktu luang dan sekaligus sebagai latihan praktis penggunaan bahasa Inggris kami yang
sangat minim sekali. Berbagai kesulitan telah kami alami dalam usaha penterjemahan dua buah
artikel singkat ini. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari Bapak Budhiarta, B.Sc.S.H., maka
terwujudlah sumbangan karya nyata yang kecil ini. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Budhiarta, B.Sc.,S.H. atas segala bantuannya.
Ucapan terima kasih pula kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendorong
dan membantu demi tercapainya upaya ini.
Semoga sumbangan kecil ini bermanfaat bagi umat Buddha khususnya dan masyarakat
umumnya dalam mempelajari dan mendalami ajaran agamanya sehingga tercapai kehidupan
beragama yang rukun dan penuh toleransi. Sehingga akan dapat mendorong timbulnya
kerjasama antar pemeluk agama tanpa memandang merek agama masing-masing.
Semoga kita selalu dalam lindungan Sang Tiratana. Sadhu.
Jakarta, 25 Agustus 1988
Penterjemah
Ajaran dan pesan-pesan yang disampaikan oleh para pendiri agama, yang merupakan
pendiri agama-agama di dunia, terutama bertujuan meringankan penderitaan dan membawa
kedamaian serta kebahagiaan bagi seluruh umat manusia melalui pelaksanaan etika moral
sesuai dengan cara hidup yang benar. Namun dewasa ini agama-agama di dunia telah
berkembang menjadi lembaga-lembaga yang terorganisasi secara besar-besaran tanpa
mencerminkan keterlibatan perasaan manusia di dalamnya, dengan akibat bahwa ajaran-ajaran
asli dari para pendiri agama masing-masing telah terkikis atau terabaikan sehingga hampir tidak
meninggalkan pengaruh pada para pengikutnya terutama dalam hal kesederhanaan,
pengendalian diri, kebenaran dan sifat tidak mementingkan diri sendiri. Isi moral dari suatu
agama dan nilai-nilai rohaniahnya yang mendorong kehidupan damai diselimuti oleh nilai-nilai
lahiriah yang tampak lebih menarik. Banyak pemeluk agama yang telah mengabaikan atau
meremehkan pesan-pesan pemimpin agama mereka hanya untuk mencari kekuasaan,
ketenaran, dan keuntungan lahiriah lainnya guna kepentingan pribadi. Penyalahgunaan
semacam ini cenderung menodai pikiran para penganut agama modern dan menyebabkan
persaingan-pesaingan tak sehat dan menimbulkan hambatan-hambatan diantara berbagai
kelompok agama maupun di dalam kelompok agama yang sama.
SIKAP TANPA TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA
Bila kita mempelajari sejarah berbagai agama di dunia dan pengaruhnya yang besar atas
manusia selama jangka waktu yang panjang, maka kita akan menemukan bahwa kesalahan-
kesalahan yang parah telah dilakukan sebagai akibat adanya sikap tanpa toleransi dalam
kehidupan beragama. Kata-kata seperti `penyiksaan`, `pengingkar agama`, `atheis`, `penyembah
berhala` dan benyak istilah lain yang senada, telah masuk ke dalam perbendaharaan kata dalam
buku-buku keagamaan untuk menggambarkan adanya keganasan, kekejaman, prasangka buruk,
dan diskriminasi yang dilakukan atas nama agama sebagai hasil dari sikap tanpa toleransi.
Kejadian-kejadian yang patut disayangkan ini telah meninggalkan noda pada agama, yang
sedemikian rupa sehingga banyak pemikir condong menolak agama yang terorganisasi atau kata
`agama` itu sendiri. Nilai-nilai agama yang sebenarnya sedang merosot dengan cepat dan
menghilang dari pikiran orang, bahkan dari mereka yang disebut kaum beragama. Guna
mengatasi kecenderungan yang tak menguntungkan ini, maka perlu dan penting bagi semua
pihak yang bersangkutan untuk mengadakan suatu pengkajian dan penelitian tentang
pelaksanaan prinsip-prinsip agama agar tercapai pemahaman dan kesadaran yang lebih baik
mengenai nilai-nilai rohaniah dari suatu agama agar terhindar dari kesalahan-kesalahan masa
lampau yang amat disayangkan.
PENDIDIKAN AGAMA
Agar dapat hidup berdampingan secara damai dan serasi dalam suatu masyarakat yang
menganut berbagai agama, seseorang harus memperoleh pendidikan agama yang mantap
dengan menitikberatkan pada nilai-nilai etika moral sebagai langkah positif yang pertama ke arah
saling pengertian dan kerjasama yang lebih baik di antara semua pemeluk agama. Seluruh umat
beragama harus bersatu dan saling membantu guna meningkatkan dan menetapkan pendidikan
agama yang sesuai dan sistematis, bukan hanya mengenai agama tertentu, tetapi berkenaan
dengan pokok-pokok dari semua ajaran agama yang akan memberikan penerangan maupun
pandangan yang mendalam tentang sifat nilai-nilai rohaniah yang lebih tinggi dalam kehidupan,
terutama nilai-nilai etika moral.
Langkah seperti ini pasti akan membantu mengurangi atau setidak-tidaknya
menghilangkan fanatisme agama yang keras dan prasangka buruk secara turun-temurun, yang
telah menjadi biang keladi perselisihan antar agama. Tindakan-tindakan lain yang dapat
membantu terciptanya saling pengertian dan saling menghormati antar agama yang lebih baik
adalah pendirian organisasi antar agama yang mengatur penyelenggaraan ceramah, tukar
pendapat, pembahasan, seminar, dan forum tentang agama serta masalah yang bertalian
dengannya secara teratur. Dalam pelaksanaannya, yang selalu menjadi motivasi adalah usaha
untuk mencari persamaan ke arah perdamaian dan keharmonisan, bukannya sikap supremasi
atau dominasi oleh satu agama atas agama lainnya.
KEGIATAN-KEGIATAN UNTUK KESEJAHTERAAN
Penyelenggaraan berbagai pertemuan persahabatan, berbagai program pengabdian
masyarakat, dan kegiatan sosial serta kesejahteraan yang melibatkan semua umat beragama
bekerjasama guna meningkatkan kehidupan mereka yang kurang beruntung dalam masyarakat,
dapat dijadikan alat pengikat persahabatan yang melampaui segala perbedaan agama serta
menciptakan semangat saling menghargai dan menghormati, menuju tercapainya kehidupan
yang damai dan harmonis antar agama.
ORGANISASI-ORGANISASI PEMUDA
Suatu bidang penting lainnya yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh
para pemeluk agama yaitu organisasi pemuda dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya.
Kaum remaja masa kini akan menjadi angkatan dewasa masa depan. Mereka tidak boleh
tersesat ke dalam perangkap zaman ini. Seluruh energi dan sumber-sumber potensi remaja
harus dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan diarahkan pada tujuan yang bersifat
membangun. Mereka harus diberitahu tentang semua ajaran dasar agama dalam usaha
mengembangkan masyarakat yang damai dan harmonis, dan tidak dicekoki dengan racun yang
mencela satu agama terhadap agama yang lainnya. Bila mereka mendapat tujuan semestinya
melalui prinsip-prinsip agama seperti kesabaran, sikap tenggang rasa dan pengertian, maka
pemuda masa kini akan menjadi modal yang paling berharga dalam peningkatan keserasian
hidup beragama dan kerjasama di antara para penganut agama pada masa-masa mendatang.
TOLERANSI DAN RASA HORMAT
Toleransi dan rasa hormat merupakan dua kata yang amat penting, yang harus diingat
dalam suatu masyarakat yang multi religius. Seseorang tidak boleh hanya mengkhotbahkan
sikap tenggang rasa, tetapi harus berusaha, pada setiap kesempatan yang memungkinkan, untuk
selalu melaksanakan semangat keramahan, toleransi, sebab semangat itu akan amat membantu
menciptakan suasana yang mengarah pada kehidupan damai dan serasi. Kita mungkin tidak
dapat memahami atau menghargai nilai-nilai intrinsik dari upacara atau kebiasaan tertentu yang
dilakukan oleh kelompok agama tertentu. Demikian pula orang lain, mungkin tidak bisa
memahami atau menghargai upacara atau kebiasaan kita sendiri. Jika kita tak menghendaki
orang lain menertawakan perbuatan kita, janganlah kita menertawakan orang lain. Kita harus
berusaha mencari arti atau memahami kebiasaan-kebiasaan yang asing bagi kita karena hal ini
akan membantu menimbulkan pengertian yang lebih baik, sehingga kita dapat meningkatkan
semangat toleransi di antara para penganut agama yang bermacam-macam.
Telah disebutkan bahwa rasa hormat menimbulkan rasa hormat pula. Jika kita
mengharap pemeluk agama lain menghormati ibadah agama kita, maka pada gilirannya kita juga
tidak boleh ragu-ragu untuk menunjukan rasa hormat kepada mereka pada saat mereka
melakukan ibadah mereka. Sikap ini pasti akan mendukung hubungan yang lancar dan ramah
dalam suatu masyarakat yang menganut berbagai agama masyarakat multi religius.
Tanpa melaksanakan semangat toleransi dan saling menghormati, maka racun
diskriminasi, ejekan, dan kebencian yang berbahaya itu akan menyembur menghancurkan
kedamaian dan ketentraman masyarakat dan negara kita. Suatu kenyataan bahwa di negara-
negara tertentu yang tidak terdapat semangat toleransi dan saling hormat antar agama, maka
pembunuhan, pembakaran dan penghancuran milik yang berharga telah terjadi. Tindakan tak
berguna seperti itu, yang menyebabkan hilangnya nyawa yang sangat berharga dan harta benda
yang tak dapat ditebus, seharusnya membuka mata semua orang yang mendambakan
kehidupan damai dan serasi. Semua umat yang beragama harus bersatu dalam persahabatan
dan hubungan baik serta dengan kehendak baik antara satu sama lain guna mencapai harapan
semua orang yang cinta damai dalam membangun masyarakat yang serasi, aman dan tentram.
SEGI ROHANIAH DARI KEHIDUPAN
Kehidupan di dunia ini hanyalah suatu masa yang singkat dalam ruang lingkup waktu.
Kita selalu mengejar keuntungan lahiriah, namun kita tidak boleh mengabaikan segi-segi
rohaniah dari kehidupan sebagaimana telah diajarkan oleh nenek moyang kita yang religius
kepada kita. Kita harus memperkaya kehidupan kita dengan melaksanakan ajaran murni dan
luhur dari pemimpin agama kita untuk hidup secara terhormat, sopan dan berguna, berbuat
kebajikan bila mungkin dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Ajaran yang sama-sama
diutarakan oleh para pemimpin agama seluruh umat manusia hidup dalam kasih sayang dan
mendukung segi-segi rohaniah ajaran agama mereka masing-masing, sehingga dapat
memberikan sumbangan demi terciptanya suasana yang damai dan serasi.
PENYEBARAN AGAMA
Untuk menyebarkan suatu agama tertentu, maka segi-segi terbaik atau terpenting dari
agama tersebut perlu dikemukakan. Penampilan demikian memang diharapkan, sebab wajah
yang menarik yang menimbulkan minat harus dimantapkan agar memperoleh perhatian.
Menampilkan yang terbaik merupakan suatu pengutaraan yang cukup jujur, sebab semua
pemeluk agama dalam menjual barang dagangan religius mereka, akan selalu bertindak
demikian. Namun dalam masyarakat multi religius, persaingan keras untuk mendapatkan
penganut baru atau mereka yang pindah agama, haruslah ada saling pengertian di antara para
pemuka agama agar terhindar dari perbuatan saling meremehkan, mengkritik, atau menjelek-
jelekkan keyakinan dan kebiasaan penganut agama lainnya. Adalah pantas bahwa sesuatu yang
bagus, menarik, dan berguna dalam suatu agama tertentu dikemukakan oleh pendukungnya,
tetapi seseorang tidak boleh melangkahi penganut agama lainnya untuk memberitahu kepada
dunia luar bahwa agamanya sendirilah yang terbaik, paling benar, sedangkan agama serta tata
upacara keagamaan lainnya adalah palsu. Sikap demikian cenderung untuk menimbulkan rasa
dengki dan bahkan rasa permusuhan di antara sesama pemeluk agama, dengan akibat saling
balas dendam dan saling memaki, yang pasti tidak dikehendaki oleh agama terhormat manapun
yang layak disebut agama.
Satu kenyataan pula bahwa semua agama hadir demi kebaikan umat manusia. Semua
pendiri agama di dunia mengkhotbahkan perdamaian dan keserasian untuk seluruh umat
manusia. Para pemimpin agama yang dihormati di dunia itu melalui kebijaksanaannya
mengutarakan semua hal yang baik, kelembutan hati dan etika untuk pembebasan dan
keikutsertaan umat manusia. Para pemuka agama yang berjiwa luhur itu tidak saling mencela
atau menghina sehingga menimbulkan kekacauan, salah pengertian dan perselisihan dalam
masyarakat. Hati mereka menghendaki keselamatan dan kesejahteraan umat manusia. Tujuan
satu-satunya adalah menciptakan dunia ini lebih baik agar setiap orang dapat hidup dalam
persahabatan dan keharmonisan.
Kenyataannya bahwa banyak pemimpin agama bermunculan di dunia ini pada masa dan
di tempat yang berbeda-beda, cenderung menimbulkan perbedaan dan keanekaragaman
keyakinan dan tata cara agama di berbagai lingkungan dan bagian dunia. Setiap pemimpin
agama memiliki konsep, jalan, dan caranya sendiri untuk menyampaikan ajaran agamanya
kepada sejumlah besar pengikutnya, maka terdapatlah keserbaragaman keyakinan dan tata cara
agama tersebut.
KORBAN KEADAAN
Jika seorang anak kebetulan dilahirkan dalam keluarga Kristen, tidak ada pilihan lain
kecuali bahwa anak tersebut akan dibesarkan menurut keyakinan dan cara-cara keagamaan
orang tuanya dalam keluarga Kristen. Demikian pula anak yang dilahirkan dalam keluarga
Muslim akan dididik menurut keyakinan dan tata cara Islam, dan anak dari keluarga Buddhis
akan selalu mengikuti cara hidup Buddhis. Anak yang dilahirkan dalam keluarga Hindu akan
dibesarkan sebagai orang Hindu. Kita semua terikat oleh keadaan di sekitar kita, lingkungan,
agama, ras, dan kebudayaan, yang tidak dapat kita elakkan. Sebagai anak dalam keluarga
religius tertentu, kita akan dididik menurut petunjuk dan latar belakang keagamaan orang tua.
Keyakinan agama orang tua kita selalu menjadi keyakinan kita sendiri dan latar belakang budaya
menjadi cara hidup kita.
Setiap penganut agama harus berusaha memahami lingkungan dan kebudayaan yang
diwarisi masing-masing serta menghormati orang yang menurut apa adanya dan apa yang
diyakininya sebagai jalan hidupnya, bukannya memaksakan pada orang lain suatu keyakinan lain
dengan menyatakan secara berlagak bahwa “agama saya adalah agama yang benar, anda harus
memeluk agama saya – agama anda adalah agama yang salah”. Daging milik seseorang bisa
berarti racun bagi orang lain. Tidak boleh menggunakan tekanan, kekerasan atau paksaan dalam
suatu masyarakat yang menganut berbagai agama, bila kita ingin hidup secara damai dan
harmonis.
KEBEBASAN MELAKUKAN IBADAH
Meskipun Islam merupakan agama resmi di Malaysia, (dan juga di Indonesia, Red) tetapi
kebebasan beribadah dan menganut keyakinan agama terdapat dalam Undang-undang
(demikian pula di Indonesia, Red). Kita bebas berpikir atau menganut keyakinan agama apapun.
Kita tidak diharuskan untuk mengikuti suatu ibadah atau keyakinan agama tertentu. Kita pelihara
kebebasan itu. Sangatlah diharapkan bahwa kebebasan yang kita pupuk ini akan dipertahankan
dan diteruskan untuk selamanya dan bahwa kebebasan tersebut tidak akan dinodai atau
dihancurkan oleh tindakan-tindakan fanatik yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi agama
fanatik. Fanatisme dalam bentuk apapun atau dari kalangan manapun bertentangan dengan
perdamaian dan keserasian dalam setiap masyarakat.
KESABARAN, TOLERANSI DAN SALING PENGERTIAN
Kita semua tak henti-hentinya mencari kedamaian dan keserasian. Kita menghendaki
suasana damai dan serasi untuk keluarga kita. Kita menginginkan suasana damai dan serasi
dalam masyarakat dan negara kita. Kita tidak menghendaki bentrokan antar agama, kitapun tak
menyetujui pertentangan antar agama dengan ras. Kita ingin hidup saling tenggang rasa. Kita
harus mendukung semua yang bersifat etis. Kita harus bertindak sabar, toleransi dan
menunjukkan saling pengertian. Kita harus berlaku sebagai sahabat terhadap yang lainnya,
saling menolong dimana saja dan kapan saja diperlukan. Kita harus menyingkirkan diskriminasi
ras dan agama. Tanpa memandang ras dan agama, tetapi kita harus menganggap bahwa satu
sama lain sebagai saudara dalam keluarga yang bahagia dan sebagai warga negara yang tekun
dalam mencari perdamaian dan keserasian bagi Yang Dipertuan Agung dan negara kita. Hal ini
harus menjadi ketetapan tekad bagi semua pemeluk agama dalam masyarakat yang multi
religius.
PIKIRKAN KEPENTINGAN ORANG LAIN
Sementara kita hargai kenyataan bahwa di Malysia kita mendapat kehormatan untuk
melaksanakan upacara dan kebiasaan agama kita masing-masing tanpa rintangan apapun. Kita
harus menyadari bahwa kita hidup dalam masyarakat yang multi religius dan multi rasial, oleh
karena itu berusahalah untuk selalu memikirkan kepentingan orang lain dalam melakukan
apapun. Kita tidak boleh melupakan perasaan kekeluargaan kita kepada mereka yang kebetulan
menganut agama lain yang mungkin tidak dapat menghargai upacara tertentu yang asing bagi
mereka. Kita harus memikirkan kepentingan orang lain. Kita tidak boleh mementingkan diri
sendiri dan kebutuhan kita sendiri. Kita mungkin merasa bahwa ada suatu peringatan atau
kejadian istimewa di rumah, yang menyedihkan atau sebaliknya, kita harus mengadakan upacara
keagamaan tertentu menurut kebiasaan dan latar belakang budaya kita, kalaupun demikian kita
harus bertindak adil dan memperhatikan orang lain, dalam arti bahwa kita tidak berbuat terlalu
berlebihan sehingga menimbulkan kesulitan dan gangguan pada tetangga kita. Tata cara agama
apapun yang kita lakukan, harus dilaksanakan dalam batas-batas yang wajar dan dalam
lingkungan rumah kita, tanpa menyebabkan gangguan yang tak selayaknya pada kedamaian dan
ketentraman tetangga kita. Jika kita secara dogmatis mendesak bahwa kita berhak melakukan
upacara-upacara agama kita, betapapun ributnya, merepotkannya atau menjengkelkannya, tanpa
memikirkan perasaan tetangga kita, pasti kita akan mengundang kesulitan terutama dalam
lingkungan yang multi religius. Kita tidak hanya harus memikirkan kepentingan orang lain, tetapi
juga harus bersikap realistis dalam perbuatan apapun yang kita lakukan, terutama dalam
pelaksanaan ibadah agama kita yang kadang kala kita cenderung bertindak ekstrim dan bahkan
menjadi fanatik. Memikirkan kesejahteraan orang lain, sekalipun dalam keadaan yang sulit dan
berat, merupakan kunci tercapainya kehidupan yang damai dan serasi dalam masyarakat yang
menganut berbagai agama.
PENJUAL BARANG KELILING
Seringkali penghuni rumah mempunyai alasan untuk mengeluh bahwa ketentramannya
dan ketenangan rumah tangganya telah diganggu oleh kehadiran penjual keliling yang
menjajakan barang-barang religiusnya yang tidak cocok untuk diperdagangkan, baik berguna
atau tidak, kepada penghuni rumah yang tak menaruh curiga. Pembicaraan yang ngotot dari
penjaja keliling yang tak berpengalaman, namun kelewat bersemangat itu dapat benar-benar
menyusahkan pemilik rumah. Mereka para penjaja itu tidak mau mendengar tolakan yang sopan
sebagai jawaban dari penghuni rumah, tetapi mereka terus mendesak bahwa barang-barang itu,
biasanya berbentuk buku-buku keagamaan, bermutu terbaik dan dengan membelinya anggota
rumah tersebut akan melangkah menuju surga. Mereka tidak pernah peduli agama apa yang
dianut oleh penghuni rumah tersebut, mereka tidak pernah merasa khawatir kalau-kalau
bujukannya akan dianggap sebagai penghinaan terhadap kecerdasan atau kepekaan religius
pemilik rumah itu. Patut disayangkan bahwa golongan tertentu memiliki cara pengiriman penjaja
yang kelewat bersemangat itu untuk menjual barang-barang religius mereka. Tindakan seperti ini
cenderung untuk merendahkan agama yang bersangkutan, dan bukannya menjujungnya. Tak
seorang pun senang diberitahu agar ia memeluk agama tertentu dengan mengikuti buku-buku
keagamaan tertentu secara teratur, kalau tidak ia akan terjerumus ke neraka abadi. Setiap orang
harus dihormati sebagai manusia yang bebas berpikir, mampu memutuskan sendiri kebajikan
agama tertentu dan apakah agama tersebut membawanya ke surga atau ke neraka.
Hal ini merupakan pilihan kita masing-masing, pilihan sepenuhnya tertuang dalam
Undang-undang Malaysia (demikian pula di Indonesia, Red) tentang kebebasan beribadah.
Dalam masyarakat yang multi religius dan multi rasial seperti Malaysia (ataupun
Indonesia, Red), para pemeluk agama tidak boleh merendahkan diri sendiri dengan menyalahkan
atau menjelekkan penganut agama lainnya yang telah disusun oleh para pemimpin agama
termashur berabad-abad yang lampau. Lebih baik bagi pengikut agama tertentu untuk
menyanyikan pujian-pujian agamanya di mimbarnya dan tidak menodai usaha-usaha pemeluk
agama lainnya, sementara itu memungkinkan orang lain untuk memilih sifat dan jenis agama
yang ingin dianutnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Anggur yang baik tak perlu dihias”.
Bila anggur itu baik, tentu saja orang akan mencarinya. Seseorang harus bebas untuk memilih
agama apapun yang baik baginya tanpa usaha yang memalukan oleh penjual keliling yang
berusaha menjajakan “barang-barang” religiusnya dan mendesak orang lain untuk memeluk
agama tertentu. Guna mencapai keadaan damai dan serasi yang sulit itu, dalam masyarakat
yang multi religius, maka setiap orang harus bebas melagukan pujian-pujian agamanya sendiri,
tetapi bagaimanapun juga mereka harus menghindari perbuatan saling menjelekkan. Hinaan
seperti itu akan melampaui batas dan akibatnya bisa membawa malapetaka.
POLITIK DAN AGAMA
Suatu segi lain yang perlu diperhatikan dalam usaha mencari kedamaian dan
ketentraman dalam masyarakat muti religius bahwa masalah politik dan rasial tidak boleh
dimasukkan ke dalam mimbar agama. Dapat kita pahami bahwa dalam dunia politik dewasa ini
dan bahkan pada masa lampau, para politisi ingin mempengaruhi semua lembaga termasuk
lembaga keagamaan guna meningkatkan tujuan politik mereka. Segala cara merupakan
permainan yang jujur dalam politik, tetapi agama harus menjauhkan diri dari politik dan politisi.
Mimbar rohaniah memenuhi kebutuhan-kebutuhan rohaniah mereka yang berpikir religius,
termasuk politisi yang religius, namun mimbar tersebut tidak boleh dipakai oleh politisi yang
mungkin dapat merusak kedamaian dan ketentraman tempat ibadah melalui naungan politik
mereka. Agama meliputi segalanya dengan demikian tidak boleh terdapat kendala rasial apapun.
Kita semua, sementara menghormati dan menjunjung tinggi agama kita masing-masing,
dan dalam keadaan apapun tidak diperkenankan mencela atau memandang rendah ajaran
agama yang dianut oleh orang lain. Kita harus berusaha untuk mempelajari dan memahami
dasar-dasar semua agama dan memilih apa yang terbaik dan dapat dipraktekkan, serta
menyampaikannya yang bersifat kontroversial. Singkatnya, junjung tinggi agama anda sendiri
tetapi hormatilah agama orang lain. Hal ini pasti akan membantu terpeliharanya suasana damai
dan serasi dalam masyarakat yang multi religius.