adian husaeni kajian peradaban

Upload: yanisl

Post on 04-Jun-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    1/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    63

    MASA DEPAN INDONESIA:

    KAJIAN PERADABAN

    Adian Husaini

    Universitas Ibnu Khaldun, Bogor Jawa Barat

    Abstract

    This study will focus on the Islamic culture development in Indonesia and Malaynations in general. By seeing the history data, can be found that there were relationbetween Islam and Malay culture, so from the language problem, tradition up to theculture system, Malay could not be separated from Islam.

    In Indonesian context, as can be separated part from Malay Nations, the relationof Islam with the Indonesian development was very tight. Though there was dynamicand debating fiercely among the nation founders, about the foundation of the nation,but most of all agreed that Indonesia could not be released from the Islamic worldview. However, when there was general tendency of politician that wanted to release

    this nation from Islamic morality foundation, so the general condition of this nationbecoming worse and weaker.For that, the writer concluded in order that Indonesia did not fall down to be

    bad nation, the morality foundation and Islamic constitution needed to be lived andstrengthen in Indonesian politic. Of course it needs strong and never ended struggling.It is better to take the example of Salahuddin Al-Ayyubi who won the Salib warrespectively and still gave appreciation to the nations elements.

    Key words: Melayu culture, the relation of religion and nation, Islamic syariat, non-Moslem.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    2/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    64

    Rasulullah saw bersabda: Apa-bila umatku sudah mengagungkan duniamaka akan dicabutlah kehebatan Islam;dan apabila mereka meninggalkan aktivitasamar maruf nahi munkar, maka akandiharamkan keberkahan wahyu; dan apa-bila umatku saling mencaci, maka jatuhlahmereka dalam pandangan Allah.

    Islam dan Peradaban Melayu

    Banyak cendekiawan merumus-kan bahwa agama merupakan unsur

    pokok dalam suatu peradaban (civi-lization). Agama, kata mereka, adalahfaktor terpenting yang menentukankarakteristik suatu peradaban. Sebab

    itu, Bernard Lewis, menyebut pera-daban Barat dengan sebutan Chris-tian Civilization, dengan unsur uta-ma agama Kristen. Samuel P. Hun-tington juga menulis: Religion is acentral defining characteristic ofcivilizations. Menurut Christopher

    Dawson, The great religions are thefou ndati ons of which th e gr eatcivilizations rest. Di antara empatperadaban besar yang masih eksis Is-lam, Barat, India, dan Cina, menurutHuntington, terkait dengan agama Is-

    lam, Kristen, Hindu, dan Konghucu. 1

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    3/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    65

    Peradaban-peradaban kuno,

    seperti Mesopotamia dan Mesir Kunojuga menempatkan agama sebagaiunsur utama peradaban mereka.

    Marvin Perry mencatat:

    Religion lay at the center of Mesopo-tamian life. Every human activity -

    political, military, social, legal, literary,artistic - was generally subordinatedto an overriding religious purpose.Religion was the Mesopotamians frameof reference for understanding nature,society, and themselves; it dominatedand inspired all other culturalexpressions and human activities. 2

    Dalam tradisi peradaban MesirKuno, agama menempati perananyang sangat penting:

    Religion was omnipresent in Egyptianlife and accounted for the outstandingachievements of Egyptian civilization.Religious beliefs were the basis ofEgyptian art, medicine, astronomy,

    literature, and government. 3

    Pakar sejarah Melayu, Prof. SyedMuhammad Naquib al-Attas, menye-butkan bahwa dalam perjalanan

    sejarah peradaban Melayu, keda-ta-ngan Islam di wilayah kepulauan Mela-

    yu-Indonesia merupakan peristiwaterpenting dalam sejarah kepulauantersebut. (the coming of Islam seen from

    the perspective of modern times was themost momentous event in the history ofthe Archipelago). Bahasa Melayu yangkemudian menjadi bahasa pengantar dikepulauan Melayu-Indonesia (the Ma-lay-Indonesian archipelago) merupa-kanbahasa Muslim kedua terbesar yang

    digunakan oleh lebih dari 100 juta jiwa.4

    Sebab itu, Melayu kemudianmenjadi identik dengan Islam. Sebab,

    agama Islam merupakan unsur

    terpenting dalam peradaban Melayu.Islam dan bahasa Melayu kemudianberhasil menggerakkan ke arahterbentuknya kesadaran nasional.

    Al-Attas mencatat masalah ini:

    1Samuel P. Huntington, Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, (NewYork: Touchtone Books, 1996), 47; Bernard Lewis, Islam and the West, (New York: OxfordUniversity Press, 1993).

    2

    Marvin Perry, Western Civilization A Brief History, (New York: Houghton MifflinCompany, 1997), 9.3Ibid, 154Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, (Kuala Lumpur: ISTAC,

    1993), 169-179. Angka 100 juta itu disebut al-Attas pada tahun 1969, saat ia menerbitkanbukunya Preliminary Statement on a General Theory of Islamization of the Malay-Indonesian

    Archipelago. Tahun 2007, jumlah Muslim di kepulauan itu sudah lebih dari 200 juta jiwa.Penduduk Muslim Indonesia sahaja, ada sekitar 180 juta jiwa.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    4/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    66

    Together with the historical factor,the religious and language factorsbegan setting in motion the processtowards a national consciousness. Itis the logical conclusion of this

    process that created the evolution ofthe greater part of the Archipelagointo the modern Indonesian nationwith Malay as its national

    language The coming of Islamconstituted the inauguration of a newperiod in the history of the Malay-Indonesian Archipalego 5

    Kamus Dewan yang diterbitkanoleh Dewan Bahasa dan Pustaka,Kementerian Pendidikan Malaysia,Kuala Lumpur, 1989, juga menegas-kan keidentikan antara Islam dengan

    Melayu. Disebutkan, bahwa istilah

    masuk Melayu mempunyai duaarti, yaitu (1) mengikut cara hidup

    orang-orang Melayu dan (2) masuk

    Islam.Berangkat dari pentingnya

    peranan agama dalam suatu perada-

    ban, maka dapat dijelaskan, bahwatanda-tanda kehancuran suatu pera-

    daban dapat dilihat sejauh mana unsurutama (agama) dalam pera-dabantersebut tetap terpelihara de-ngan baik.

    Jika agama yang menjadi pondasiutama peradaban itu sudah rusak,maka dapat diartikan, pera-daban itutelah mengalami satu perubahan yangsignifikan. Mungkin peradaban itutinggal hanya nama. Tetapi,hakikatnya, peradaban terse-but sudah

    rusak atau sudah hancur. IdentitasMelayu dengan Islam inilah yang di eraglobalisasi saat ini, sedang menghadapi

    tantangan yang sangat besar bagi

    masyarakat Muslim Melayu.6

    5Ibid, 178.6Globalisasi mempunyai banyak aspek yang perlu dikaji. Globalisasi bukan hanya

    melahirkan ketimpangan global di bidang politik dan ekonomi, tetapi, menurut S.M. Idris,presiden Consumer Association of Penang (CAP), globalisasi merupakan ancaman yang sangatserius terhadap kaum Muslim. (Globalization poses a serious threat to Muslims. It not only bringsabout economic exploitation and impoverishment, but also serious erosion of Islamic beliefs, values, culture,and tradition).Jadi, kata SM Idris, globalisasi bukan hanya mempraktikkan eksploitasi ekonomidan pemiskinan, tetapi juga mengikis keyakinan, nilai-nilai, budaya, dan tradisi Islam.

    Kapitalisme global mempromosikan nilai-nilai individualisme, materialisme, konsumerisme,dan hedonisme. Paham paham itu jelas langsung menusuk jantung ajaran Islam. Pasca PerangDingin, menurut SM Idris, satu-satunya kekuatan yang tersisa yang mampu memberikantantangan terhadap proyek Globalisasi adalah dunia Islam. Ekonomi Cina dan Hindu,tampaknya cenderung mengintegrasikan diri ke dalam ekonomi global, walaupun hal ituakhirnya akan menghancurkan identitas peradaban mereka. (S.M. Idris, Globalization and theIslamic Challenge, (Kedah: Teras, 2001), hal. 3-9. Lihat juga, Walden Bello,Dark Victory: The UnitedStates, Structural Adjustment and Global Poverty, (London: Pluto Press, 1994), hal. 51).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    5/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    67

    Al-Quran dan KehancuranPeradaban

    Beberapa ayat al-Quran mem-

    berikan penjelasan tentang kehan-curan suatu bangsa. Penjelasan al-

    Quran ini sangatlah penting untukmenjadi pelajaran, khususnya bagikaum Muslimin, agar mereka tidak

    mengulang kembali tindakan-tinda-kan yang dilakukan oleh umatterdahulu, yang dapat menghan-curkan peradaban mereka.

    Allah SWT berfirman:

    Andaikan penduduk suatu wilayahmau beriman dan bertaqwa, maka

    pasti akan Kami buka pintu-pintubarokah dari langit dan bumi. Tetapimereka mendustakan (ajaran-ajaran

    Al lah) , maka Kami azab mereka,karena perbuatan mereka sendiri(QS Al Araf:96)

    Maka apab il a mereka me lu pakanpe rin ga ta n ya ng te la h di be ri ka nkepada mereka, Kami pun membu-kakan semua pintu-pintu kesenanganuntuk mereka; sehingga apabilamereka bergembira dengan apa yangtelah diberikan kepada mereka, Kami

    siksa mereka dengan tiba-tiba(sekonyong-konyong), maka ketikaitu mereka terdiam dan berputus asa.(QS al-Anam:44).

    Dan jika Kami hendak membinasakansuatu negeri, maka Kami perintahkan

    kepada orang-orang yang hidupmewah di negeri itu (supaya men-taati Allah), tetapi mereka melaku-kan kedurhakaan dalam negeri itu,maka sudah sepatutnya berlakukeputusan Kami terhadap mereka,kemudian Kami hancurkan negeri itusehancur-hancurnya. (QS al-Isra:16)

    Ayat-ayat dalam al-Quran yangmenjelaskan tentang kehancuransuatu negeri itu bercerita, bahwakehancuran suatu kaum berhu-bungan dengan hal-hal: (1) sikapkaum yang melupakan peringatan

    Allah SWT, sehingga mereka lupa diridan hidupnya dihabiskan untuksekedar mencari kesenangan demi

    kesenangan (hedonisme). Hal ini juga

    disebutkan dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 24. (2) tindakan elite-elite atau pembesar masyarakat yangmelupakan Allah SWT dan membuat

    kerusakan di muka bumi. Apabila didalam suatu peradaban sudah tam-pak dominan adanya para pembesar,tokoh masyarakat, orang-orang kayayang bergaya hidup mewah, atausesiapa saja yang bermewah-mewah

    dalam hidupnya, maka itu pertandakehancuran peradaban itu sudahdekat.

    Akan tetapi, dari kedua hal ter-

    sebut, inti dari kehancuran pera-daban atau bangsa, adalah kehan-

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    6/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    68

    curan iman dan kehancuran akhlak.

    Apabila iman kepada Allah SWTsudah rusak, maka secara otomatispula akan terjadi pembangkangan

    terhadap aturan-aturan Allah SWT.Rasulullah saw berkata:

    Apabila perzinahan dan riba sudahmelanda suatu negeri, maka pendu-duk negeri itu telah menghalalkan

    turunnya azab Allah atas merekasendiri. (HR Thabrani dan al-Hakim).

    Dalam sejarah manusia, berba-gai kehancuran peradaban di mukabumi sudah begitu banyak terjadi.

    Dan Allah SWT menganjurkan kaumMuslimin agar mengambil pelajaran(hikmah) dari peristiwa-peristiwasejarah tersebut. Maka berjalanlah dimuka bumi dan perhatikanlah bagai-mana hasilnya orang-orang yang men-dustakan (rasul-rasul Allah SWT) (QSan-Nahl:36)

    Sebagai misal, Kaum Ad, telahdihancurkan oleh Allah SWT karenaberlaku takabbur dan merasa palingberkuasa dan paling kuat. Merekamerasa tidak ada lagi yang dapat me-ngalahkan mereka, sehingga mereka

    berkata: Siapa yang lebih hebat kekua-tannya dari kami? (QS Fusshhilat:15).Begitu juga kehancuran yang menim-

    pa Firaun, Namrudz, dan sebagai-

    nya. Di masa Rasuullah saw, kaumMuslim yang jumlahnya sangat besardan berlipat-lipat daripada kaum

    kuffar, hampir saja dikalahkan da-lam Perang Hunain (QS at-Taubah:

    25).Sejarah juga mencatat, bagai-

    mana Peradaban Islam di Spanyol

    yang sangat agung dan sudah ber-tahan selama 800 tahun (711-1492)dapat dihancurkan dan akhirnyakaum Muslimin dimusnahkan daribumi Spanyol. S.M. Imamuddin me-nyebutkan beberapa faktor penyebabkehancuran peradaban Islam di

    Spanyol. Yang terpenting adalahadanya perpecahan dan kecem-buruan antar suku. Bahkan ada bebe-

    rapa penguasa Muslim di Spanyol,

    seperti Mamun dari Toledo danDinasti Nasrid, mendapatkan kekua-saan dengan bantuan kekuatanKristen untuk menghancurkan ke-

    kuatan Muslim lainnya.7 Sejarahjatuhnya Palestina ke tangan ZionisYahudi juga boleh dijadikan pela-jaran bagi kaum Muslimin. Bagai-mana suatu kaum yang minoriti darisegi jumlah dapat mengalahkan

    kaum Muslim yang sangat besar.Kehancuran dan kejatuhan ber-bagai kaum, negeri, bangsa, dan

    7 S.M. Imamuddin, A Pol it ica l Hi st ory of Mu sl im Spa in , (Pakistan: S.M.Shahabuddin,1969), 321-323.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    7/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    69

    peradaban, inilah yang sepatutnya

    direnungkan secara mendalam dansungguh-sungguh oleh kaum Musli-min, khususnya para ulama dan cen-

    dekiawan Muslim di wilayah Pera-daban Melayu. Apakah gejala-gejala

    kehancuran suatu negeri atau pera-daban seperti yang disebutkan dalamal-Quran dan pernah terjadi dalam

    sejarah manusia sudah ditemukandalam wilayah peradaban Melayu?Kalau gejala-gejala itu sudah ada,bagaimana cara menghindarkannya?

    Yang jelas, jatuh bangunnyasuatu peradaban, pada dasarnyatergantung pada kondisi manusia-

    manusia dalam peradaban itu sen-diri.8 Kekalahan dan kehancuransuatu peradaban adalah disebabkan

    oleh tindakan mereka sendiri, yang

    menciptakan kondisi layak kalah(al-qabiliyyah lil-hazimah). Allah SWTmenegaskan:

    Yang demikian itu karena Allahsekali-kali tidak akan mengubahnikmat yang telah dianugerahkan-Nyakepada suatu kaum, sampai merekamengubah apa yang ada pada dirimereka sendiri. (QS al-Anfal:53).

    Perdebatan tentang hubunganagama- negara

    Sejak awal berdirinya, Indo-

    nesia (Negara Kesatuan RepublikIndonesia/NKRI) telah memandang

    dan mengakui, bahwa agama adalahfaktor penting dalam NKRI. Sebelumkemerdekaan Indonesia, 17 Agustus

    1945, telah terjadi debat yang sangatkeras di antara tokoh-tokoh pejuangkemerdekaan tentang kedudukanagama di dalam negara yang mer-deka.

    Para tokoh Islam ketika itu,mengusulkan suatu bentuk negara

    agama (bukan teokrasi); di manaIslam ditempatkan sebagai dasarnegara; setidaknya Islam menjadi

    agama resmi negara. Pihak lain, yang

    dikenal sebagai golongan nasionalis-sekular menolak usulan itu. PihakKomunis dan minoritas lainnya, ti-dak secara resmi mengemukakan

    pandangan dan pendiriannya. Akhir-nya, setelah melalui perdebatan yangsangat keras, pada 22 Juni 1945,disepakatilah rumusan Dasar NegaraIndonesia yang kemudian dikenaldengan nama Piagam Jakarta. Sa-

    8Ada baiknya merenungkan kembali perdebatan tentang ciri-ciri manusia Indonesiayang diangkat oleh Mochtar Lubis dalam ceramahnya di TIM, 6 April 1977. Diantara ciri-ciri umum manusia Indonesia, menurut Mochtar Lubis, ialah: munafik, engganbertanggung jawab, berjiwa feodal, masih percaya takhayul, lemah karakter, cenderungboros, suka jalan pintas, dan sebagainya. (Lebih jauh, lihat, Mochtar Lubis, ManusiaIndonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    8/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    70

    lah satu isinya yang penting adalah

    poin pertama dari Pancasila yangberbunyi: Ketuhanan, dengan kewa-jiban menjalankan syariat Islam bagi

    pemeluk-pemeluknya.Di Indonesia, banyak pan-

    dangan yang salah yang telah terse-bar luas, bahwa Piagam Jakarta ada-lah sebuah kemenangan perjuangan

    umat Islam Indonesia. Padahal, Pia-gam Jakarta adalah sebuah konsepkompromi dimana syariat Islamhanya diberlakukan buat orang Islam;bukan buat orang Kristen, Hindu,Budha, dan sebagainya. Tetapi, faktasejarah menunjukkan, bahwa pihak

    Kriste dan sebagainya selalu menolakkeras Piagam Jakarta.

    Dalam buku Risalah SidangBadan Persiapan Usaha PenyelidikKemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan KemerdekaanIndonesia (PPKI)yang diterbitkan olehSekretariat Negara (1995), diceritakan

    bagaimana serunya perdebatandalam lembaga tersebut. PiagamJakarta sebenarnya adalah rumusankompromi, bukan kemenanganIslam 100%. Dalam sidang BPUPKI,11 Juli 1945, baik pihak Kristen

    maupun pihak Islam masih tidakpuas dengan rumusan PiagamJakarta itu.

    Dari pihak Kristen, ada tokoh-

    nya yang bernama Latuharhary dariMaluku, yang mengkritik rumusan

    Piagam Jakarta. Latuharhary tidak

    secara tegas menyampaikan aspirasi

    Kristen, tetapi mempertanyakan, bilasyariat Islam diwajibkan pada peme-luknya, maka mereka harus mening-

    galkan hukum adat yang sudahditerapkannya selama ini, seperti di

    Minangkabau dan Maluku. Ia men-contohkan pada hak pewarisan tanahdi Maluku. Jika syariat Islam diterap-

    kan, maka anak yang tidak beragamaIslam tidak mendapatkan warisan.Jadi, kalimat semacam itu dapatmembawa kekacauan yang bukankecil terhadap adapt istiadat, kataLatuharhary.

    Haji Agus Salim, yang asal

    Minangkabau, membantah kata-kataLatuharhary, bahwa Piagam Jakartaakan menimbulkan kekacauan di

    Minangkabau. Malah dia menegas-

    kan: Wajib bagi umat Islam menja-lankan syariat, biarpun tidak adaIndonesia merdeka, biarpun tidakada hukum dasar Indonesia, ituadalah satu hak umat Islam yangdipegangnya.

    Menanggapi perkataan Latu-harhary, Soekarno menyatakan:Barangkali tidak perlu diulangibahwa preambule adalah hasil jerih

    payah untuk menghilangkan per-selisihan faham antara golongan-golongan yang dinamakan golongankebangsaan dan golongan Islam. Jadi,

    manakala kalimat itu tidak dimasuk-kan, saya yakin bahwa pihak Islam

    tidak bisa menerima preambule ini;

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    9/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    71

    jadi perselisihan nanti terus.

    Wachid Hasjim, tokoh Nahdha-tul Ulama yang juga ayah dariAbdurrahman Wahid, menyam-

    paikan tanggapannya, bahwa ru-musan Piagam Jakarta itu tidak akan

    menimbulkan masalah seperti yangdikhawatirkan. Bahkan, WachidHasjim, mengatakan: Dan jika ma-

    sih ada yang kurang puas karena sea-kan-akan terlalu tajam, saya katakanbahwa masih ada yang berpikirsebaliknya, sampai ada yang mena-nyakan pada saya, apakah denganketetapan yang demikian itu orangIslam sudah boleh berjuang menye-

    burkan jiwanya untuk negara yangkita dirikan ini. Jadi, dengan ini sayaminta supaya hal ini jangan diper-

    panjang.

    Menanggapi pernyataan Wa-chid Hasjim itu, Soekarno menegas-kan lagi, Saya ulangi lagi bahwa inisatu kompromis untuk menyudahi

    kesulitan antara kita bersama. Kom-promis itu pun terdapat sesudah keri-ngat kita menetes. Tuan-tuan, saya kirasudah ternyata bahwa kalimat de-ngan didasarkan kepada ke-Tuhanandengan kewajiban menjalankan syariat

    Islam bagi pemeluk-pemeluknyasudah diterima Panitia ini.Piagam Jakarta adalah naskah

    pembukaan (preambule) Undang-

    undang Dasar (UUD) 1945 yangdisiapkan untuk konstitusi Negara

    Indonesia merdeka. Ketika naskah

    pembukaan itu sudah disepakati,

    maka naskah-naskah rincian pasal-pasal dalam UUD 1945 masihmenjadi masalah yang diperdebat-

    kan. Dalam sidang 13 Juli 1945,Wachid Hasjim mengusulkan, agar

    Presiden adalah orang Indonesia aslidan yang beragama Islam. Begitujuga draft pasal 29 diubah dengan

    ungkapan: Agama Negara ialahagama Islam, dengan menjamin ke-merdekaan orang-orang yang beraga-ma lain, untuk dan sebagainya. KataWachid Hasjim: Hal ini erat perhu-bungan dengan pembelaan. Padaumumnya pembelaan yang berda-

    sarkan atas kepercayaan sangathebat, karena menurut ajaran agama,nyawa hanya boleh diserahkan buat

    ideologi agama.

    Usul Wachid Hasjim disokongoleh Soekiman. Tapi, Agus Salimmengingatkan, bahwa usul itu berartimementahkan kembali kesepakatanyang telah dibuat sebelumnya antaragolongan Islam dan golongan ke-bangsaan. Usulan Wachid Hasjimakhirnya ditolak. Tapi, pada sidang14 Juli 1945, Ki Bagus Hadikoesoemo,tokoh Muhammadiyah kembali me-

    ngangkat usul Kyai Sanusi yangmeminta agar frase bagi pemeluk-pemeluknya dalam Piagam Jakartadihapuskan saja. Jadi, bunyinya

    menjadi: Ketuhanan, dengan kewa-jiban menjalankan syariat Islam.

    Menanggapi permintaan Kyai

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    10/26

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    11/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    73

    nesia Timur. Dalam bukunya, SekitarProklamasi Kemerdekaan 17 Agustus1945, Mohammad Hatta menulis:

    wakil-wakil Protestan danKatolik dalam kawasan Kaigun

    berkeberatan sangat atas anakkalimat dalam Pembukaan UUDyang berbunyi Ketuhanan de-

    ngan kewajiban menjalankansyariat Islam bagi pemeluk-peme-luknya. Walaupun mereka me-ngakui bahwa anak kalimat terse-but tidak mengikat mereka, danhanya mengikat rakyat yang bera-gama Islam, namun mereka me-

    mandangnya sebagai diskriminasiterhadap mereka golongan mino-ritas Kalau Pembukaan diterus-

    kan juga apa adanya, maka go-

    longan Protestan dan Katolik lebih

    suka berdiri di luar Republik. 11

    Selanjutnya, Hatta mengakumengajak sejumlah tokoh Islam un-

    tuk membicarakan masalah tersebut.Dan ia menyatakan: Supaya kita

    jangan terpecah sebagai bangsa, kamimufakat untuk menghilangkanbagian kalimat yang menusuk hati

    kaum Kristen itu dan menggantinyadengan Ketuhanan Yang MahaEsa. 12

    Usaha umat Islam Indonesiauntuk menjadikan Islam sebagaidasar negara dilaksanakan kembalipada Sidang Konstituante tahun

    1955-1959. Akan tetapi, pada Pemilutahun 1955, Parti-parti Islam hanyadapat meraih suara sekitar 44%.

    Sidang untuk merumuskan dasar

    negara yang baru tersebut akhirnya

    11Dikutip dari Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945: Sebuah KonsensusNasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949),(Jakarta: GIP, 1997), 50-51.

    12Ibid, 51. (Tokoh Dewan Dawah Islamiyah Indonesia, Mohammad Natsir, menyebutperistitiwa 18 Agustus 1945 itu sebagai Peristiwa ultimatum terhadap Republik Indonesiayang baru saja diproklamirkan. Mengomentari ancaman pihak Kristen di tahun 1945 itu,Natsir menulis: Utusan tersebut tidak untuk mengadakan diskusi tentang persoalannya. Hanyamenyampaikan satu peringatan. Titik! Tak perlu bicara lagi. Terserah apakah pesan itu diterimaatau tidak. Asal tahu apa konsekuensinya. Itu berupa ultimatum. Ultimatum, bukan saja terhadap

    warga negara yang beragama Islam di Indonesia. Tetapi pada hakekatnya terhadap RepublikIndonesia sendiri yang baru berumur 24 jam itu. Hari 17 Agustus adalah Hari Proklamasi, hariraya kita. Hari raya 18 Agustus adalah hari ultimatum dari umat Kristen Indonesia bagian Timur.Kedua-dua peristiwa itu adalah peristiwa sejarah. Kalau yang pertama kita rayakan, yang keduasekurang-kurangnya jangan dilupakan. Menyambut hari Proklamasi 17 Agustus kita bertahmied.

    Menyambut hari besoknya, 18 Agustus, kita beristighfar. Insyaallah umat Islam tidak akan lupa.(Lihat, Moh. Natsir dalam tulisannya bertajuk Tanpa Toleransi Takkan Ada Kerukunan,dalam buku Fakta dan Data, ed. Lukman Hakiem, 1991:44-45).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    12/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    74

    gagal ketika Presiden Soekarno

    mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli1959 yang memutuskan Indonesiakembali ke konstitusi yang lama,

    yaitu Undang-undang Dasar 1945.Hanya saja, dalam Dekrit tersebut,

    Presiden Soekarno juga menyatakan:Bahwa kami berkeyakinan bahwa

    Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni

    1945 menjiwai dan merupakansuatu rangkaian kesatuan dengan

    konstitusi tersebut.

    Berdasarkan Dekrit PresidenSoekarno tersebut, maka sebenarnyadi Indonesia, ada kewajiban untukmenegakkan syariat Islam. Dalam

    acara Peringatan 18 tahun PiagamJakarta, KH Saifuddin Zuhri, tokohNU dan selaku Menteri Agama

    Indonesia, mengatakan:

    Setelah Dekrit Presiden 5 Juli1959, maka hapuslah segala selisihdan sengketa mengenai kedu-

    dukan yang legal daripada Pia-gam Jakarta 22 Juni 1945. Piagamyang jadi pengobar dan bebukaRevolusi Nasional kita itu tegas-tegas mempunyai kedudukan danperanan ketatanegaraan kita

    sebagai yang menjiwai UUD danmerupakan rangkaian kesatuandengannya dengan sendirinyamempunyai pengaruh yang nyata

    terhadap setiap perundang-

    undangan Negara dan kehidupanideology seluruh bangsa. 13

    Dengan berdasarkan pada pasal29 UUD 1945, maka posisi Islam

    tidak secara tegas dinyatakan sebagaidasar negara Indonesia. Umat IslamIndonesia harus berjuang keras untuk

    dapat memasukkan aspirasinya kedalam tatanan kehidupan berma-syarakat, berbangsa dan bernegara.Dengan posisi seperti ini, Indonesiabukan merupakan negara agama,dan juga bukan negara sekular murni.Sebab, masih ada Departemen Aga-

    ma yang mengatur urusan keagama-an umat Islam, dan sekarang dalamsistem otonomi daerah, banyak

    aturan syariat Islam yang diterapkan

    di beberapa daerah di Indonesia.Secara konstitusional, pelaksa-

    naan syariah Islam di Indonesiamemiliki landasan historis dan juridis

    yang kuat. Pakar hukum adat danhukum Islam dari Universitas Indo-nesia, Prof. Hazairin, berpendapatbahwa kata beribadat sebagaikelanjutan dari jaminan negara bagitiap-tiap penduduk untuk memeluk

    agama dalam pasal 29 ayat (2)adalah dengan pengertian menjalan-kan syariat (hukum) agama. Negaraberkewajiban menjalankan syariat

    13Ibid, 135.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    13/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    75

    agama Islam sebagai hukum dunia

    untuk ummat Islam, syariat agamaKristen untuk ummat Kristen danseterusnya sesuai syariat agama yang

    dianut oleh bangsa Indonesia bilaagama tersebut mempunyai syariat

    agama untuk penganutnya. 14 Juga,Dekrit Presiden, 5 Juli 1959, menya-takan: Bahwa kami berkeyakinan

    bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22Juni 1945 menjiwai Undang-undangDasar 1945 dan adalah merupakansuatu rangkaian kesatuan dengankonstitusi tersebut. Prof. Notonagoro,profesor di Universitas Gadjah Madadan pakar soal Pancasila, mem-

    berikan arti terhadap kata menji-wai dalam Dekrit Presiden 5 Juli1959 itu, sebagai berikut:

    bahwa Piagam Jakarta menjiwaiUUD 1945, khususnya terhadap

    pembukaannya dan pasal 29, pasalmana harus menjadi dasar bagikehidupan hukum di bidang ke-agamaan 15

    Pergumulan Peradaban

    Pakar sejarah Arnold Toynbee

    juga menekankan peran agama

    dalam suatu peradaban. Toynbee

    tidak menekankan pada wacana clashof civilizations, tetapi lebih mene-kankan pada aspek peran dinamis

    agama dan spiritualitas dalamkelahiran dan kehancuran satu pera-

    daban. Ia menyimpulkan, bahwabanyak peradaban yang hancur(mati) karena bunuh diri dan bukan

    karena benturan dengan kekuatanluar. Dalam studi yang mendalamtentang kebangkitan dan kehancuranperadaban, Toynbee menemukan,bahwa agama dan spiritualitas me-mainkan peran sebagai chrysalis(kepompong), yang merupakan cikal

    bakal tumbuhnya satu peradaban.Antara kematian dan kebangkitansatu peradaban baru, ada kelompok

    yang disebut Toynbee sebagai creativeminorities yang dengan spiritualyang mendalam (deep spiritual) ataumotivasi agama (religious motivation) bekerja keras untuk melahirkan

    satu peradaban baru dari reruntuhanperadaban lama. Kareba itu aspekspiritual memainkan peran sentraldalam mempertahankan eksistensisuatu peradaban. Peradaban yangtelah hilang inti spiritualitasnya,

    maka ia akan mengalami penurunan

    14Lihat: Hazairin, Demokrasi Pancasila, 75, seperti dikutip oleh Rifyal Kabah, HukumIslam di Indonesia (Desertasi S-3 di Universitas Indonesia), Universitas Yarsi Jakarta,1999:77-78.

    15Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, 1971, dikutip dari Endang SaifuddinAnshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, 1997:132.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    14/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    76

    (Civilizations that lost their spiritual coresoon fell into decline).16

    Berdasarkan analisis Toynbee,bisa dipertanyakan, dimana posisi

    Islam dalam upaya kebangkitanperadaban Indonesia? Berbagai

    perdebatan seputar hubungan agamadan negara di Indonesia dan diskur-sus tentang Islam dan sekularisme

    dalam sejarah perjalanan Indonesiabisa dijadikan bahan untuk melaku-kan introspeksi perjalanan bangsa ini.Generasi Indonesia berikutnya saat iniberkesempatan mengkaji kembaliperan agama dalam kehidupanbangsa, tanpa terjebak pada istilah

    dan konsep-konsep klasik popularyang berasal dari sejarah peradabanlain seperti istilah sekular medieval,

    teokratis, militan, radikal dan juga

    polarisasi politik yang ada. Indonesiaperlu melihat secara cermat padaperadaban mana negara ini akandikaitkan, baik pada masa lalu

    maupun masa kini dan mendatang?Apakah Indonesia mau mengkaitkandirinya dengan peradaban Islam,Hindu-Jawa, atau Barat? Indonesiaperlu menelaah dengan cermatsejarah dan perjalanan berbagai

    peradaban dalam meraih kebang-kitan. Bagaimana Inggris, Perancis,Jerman, Amerika Serikat, Jepang,

    Cina, dan sebagainya, mampu men-

    jelma negara-negara yang diseganisaat ini dalam percaturan dunia inter-nasional. Juga, bagaimana muncul

    dan bertahannya peradaban Islam diAndalusia yang bertahan selama 800

    tahun dan Ottoman yang bertahanselama 600 tahun? Selama puluhantahun dalam perjalanannya, Indo-

    nesia masih sibuk untuk mengaitkandirinya dengan peradaban Maja-pahit, yang salah satu manives-tasinya adalah kesibukan memba-ngun patung-patung di jalan-jalanraya dengan dana trilyunan rupiah(bayangkan, kalau dana ini diguna-

    kan untuk membantu pendidikannasional).

    Kajian yang kritis terhadap

    berbagai peradaban ini sangat pen-

    ting, agar tidak muncul dua sikapekstrim: yaitu apriori dan latah.Apriori, artinya menolak secara men-tah-mentah unsur positif dari pera-

    daban lain, tanpa memahaminyadengan baik. Misalnya, kaum Muslimperlu realistis, bahwa dalam berbagaiaspek, Barat telah mengambil alih danmengembangkan tongkat estafetperadaban yang pernah dikembang-

    kan Islam selama ratusan tahun.Sepanjang sejarah interaksi antarperadaban, bahkan di masa konflik

    16Patricia M. Mische Toward a Civilization Worthy of the Human Person, introductiondalam buku Toward Global Civilization? The Contribution of Religions, Peter Lang Publising.Inc., New York, 2001, hal. 6.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    15/26

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    16/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    78

    prestasi Islam dalam peradaban telah

    dilampaui oleh Barat, tetapi adaprestasi yang belum bisa dilampauioleh Barat, yaitu keberhasilan Islam

    dalam melahirkan manusia-manusiayang luar biasa di pentas sejarah.

    Dalam dunia politik, Islam telahmelahirkan banyak pemimpin yang

    sangat besar kekuasaan politiknya,

    tetapi sekaligus orang-orang yangsangat tinggi ilmunya dan sangatsederhana hidupnya. 20 Begitu juga

    ilmuwan-ilmuwan Muslim dikenalsebagai sosok-sosok yang berhasil

    menyatukan antara ilmu dan amaldalam pribadi mereka. 21 Ini sangat

    20Ambillah contoh Umar bin Khathab. Dalam meletakkan fondasi kerukunan umatberagama, Umar bin Khatab memberikan teladan yang tinggi saat pasukan Islammenaklukkan Kota Jerusalem, 636 M. Karen Armstrong mencatat hal ini: Umar also expressedthe monotheistic ideal of compassion more than any previous conquerer of Jerusalem, with the possibleexception of King David. He presided over the most peaceful and bloodless conquest that the city had yetset seen in its long dan often tragic history. Once the Christian had surrendered, there was no killing, nodestruction of property, no burning of rival religious symbols, no expulsion or expropriations, and noattempt to force the inhabitants to embrace Islam. If a respect for the previous occupants of the city is asign of integrity of monotheistic power, Islam has began its long tenure in Jerusalem very well indeed.(Karen Arsmtrong, A History of Jerusalem: One City, Three Faiths, (London: Harper CollinsPublishers, 1997), 228. Tentang ketinggian ilmu Umar bin Khathab, lihat, misalnya, Dr.Muhammad Baltaji,Metodologi Ijtihad Umar bin Khathab(Terj.), (Jakarta: Khalifa, 2005).

    Tindakan Umar terhadap kaum Kristen di Jerusalem, sangat bertolak belakang denganpembantaian kaum Muslimin dan Yahudi ketika pasukan Salib memasuki Jerusalem tahun1099. Mereka membantai siapa saja yang ditemui, tanpa pandang bulu, wanita dan anak-anak. Tahun 1095, saat dimulainya Perang Salib, Paus Urbanus II menyerukan: Killing these

    godless monsters was a holy act: it was a Christian duty to exterminate this vile race from our lands.Saat Fulcher of Chartres datang ke Jerusalem dengan Baldwin I, beberapa bulan setelahperistiwa pembantaian kaum Muslim dan Yahudi, bau mayat manusia yang membusukmasih menyengat udara Jerusalem. Ia menyatakan, bahwa bau busuk menyengat di seputartembok Kota, di dalam maupun di luar, yang berasal dari mayat orang-orang Saracens sebutan orang Eropa terhadap kaum Arab/Muslim ketika itu. (Oh, what a stench there wasaround the walls of the city, both within and without, from the rotting bodies of Saracens slain by ourcomrades at the time of the capture of Jerusalem, lying where they were hunted down. (Karen Armstrong,

    A History of Jerusalem..hal. 3-4, 299; Mustafa A Hiyari, Crusader Jerusalem 1099-1187 AD,dalam KJ Asali (ed.),Jerusalem in History, (Essex: Scorpion Publishing Ltd, 1989), 139-141).21Tentang kekhasan tradisi ilmu dalam Islam yang menyatukan antara ilmu dan akhlak

    serta perbedaaannya dengan tradisi keilmuan di Barat, Prof. Naquib al-Attas mencatat:Berbanding dengan Islam, Kebudayaan Barat tiada menjelaskan perkaitan antara ilmudan diri dan agama dan hikmah dan keadilan dan akhlak dan budi pekerti. Ilmu itudianggapnya sebagai perkara akliah belaka, dan tiada bersabit dengan akhlak. (MuhammadNaquib al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2001), 59.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    17/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    79

    berbeda dengan banyak ilmu-wan

    Barat yang memisahkan antara ilmudan akhlak keagamaan. 22

    Perdebatan dan pergumulan

    intelektual yang telah dilakukan olehpara cendekiawan Indonesia selama

    ini menunjukkan, bahwa Indonesiamemang masih gamang dalammenentukan strategi peradabannya.

    Tidak mudah untuk menentukanapakah Indonesia menjadi bagiandari peradaban Islam, peradabanBarat, atau peradaban Hindu-Jawa.Tarik menarik dan pergumulan inimasih terus berlangsung hingga kini,baik dalam tataran intelektual, politik,

    hukum, maupun kebudayaan. Perde-batan pada tataran legal formaltentang posisi Islam dalam negara RI

    telah menyedot energi dan perhatian

    umat Islam selama ratusan tahun.

    Dalam bidang ini, sekalipun tidak

    seideal seperti yang dicitakan olehpara pejuang Islam di masa pra-kemerdekaan, tetapi tidak bida

    dikatakan, bahwa perjuangan politikdan legal formal umat Islam Indo-

    nesia telah gagal total. Banyak pres-tasi-prestasi yang telah dicapai.Setidaknya, pada posisi konstitusional

    yang sekarang, masih tersedia ruangyang cukup memadai bagi umat IslamIndonesia untuk membuat karya-karya besar di pentas Nusantara ataubahkan peradaban global.

    Strategi peradaban

    Belum lama ini buku HakadzaZhahara Jlu Shalahuddin wa Hakadzadat al-Quds karya Dr. Majid Irsanal-Kilani diterjemahkan dalam ba-

    22 Tentang riwayat hidup sejumlah ilmuwan tekenal di Barat, lihat, Paul Johnson,Intellectuals (New York: Harper&Row Publishers, 1988). Dalam buku ini, misalnya,memaparkan kebejatan moral sejumlah ilmuwan besar yang menjadi rujukan keilmuan diBarat dan dunia internasional saat ini, seperti Ruosseau, Henrik Ibsen, Leo Tolstoy, ErnestHemingway, Karl Marx, Bertrand Russel, Jean-Paul Sartre, dan beberapa lainnya. Ruosseau,misalnya, dicatatnya sebagai manusia gila yang menarik (an interesting madman).

    Pada tahun 1728, saat berumur 15 tahun, dia bertukar agama menjadi Katolik, agar

    dapat menjadi peliharaan Madame Francoise-Louise de Warens. Ernest Hemingway,seorang ilmuwan jenius, tidak memiliki agama yang jelas. Kedua orang tuanya adalahpengikut Kristen yang taat. Istri pertamanya, Hadley, menyatakan, ia hanya melihatHemingway sembahyang selama dua kali, yaitu saat perkawinan dan pembaptisananaknya. Untuk menyenangkan istri keduanya, Pauline, dia berganti agama menjadiKatolik Roma. Kata Johnson, dia bukan saja tidak percaya kepada Tuhan, tetapimenganggap organized religion sebagai ancaman terhadap kebahagiaan manusia. (Henot only did not believe in God, but regarded organized religion as a menace to human happiness).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    18/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    80

    hasa Indonesia.23 Buku ini menarik,

    terutama dari sudut pandang kebang-kitan sebuah peradaban. Penerjemahbuku ini, yang merupakan alumni

    Universitas Islam Madinah, menceri-takan, bahwa dosen pembimbing me-

    reka, Dr. Ghazi bin Ghazi al-Muthairi,adalah yang mengenalkan danmeminta mereka membaca buku ini.

    Buku ini menceritakan bagai-mana kaum Muslimin mampu bang-kit dari keterpurukan selama sekitar 50tahun. Titik balik Perang Salib terjadidengan kejatuhan Edessa di tanganMuslim pada 539/1144, di bawahkomandan Imam al-Din Zanki, ayah

    Nur al-Din Zanki. Dua tahun sesudahitu, Zanki wafat, tahun 1146. Ia telahmeratakan jalan buat anaknya, Nur al-

    Din, untuk memimpin perjuangan

    melawan Pasukan Salib. Pada 544/1149, Nur al-Din meraih kemenanganmelawan pasukan Salib dan pada 549/1154 ia sukses menyatukan Syria di

    bawah kekuasaan Muslim. Nur al-Din

    digambarkan sebagai sosok yang sa-ngat religius, pahlawan jihad, dan mo-del penguasa sunni. Setelah mening-

    galnya Nur al-Din pada 569/1174, Sha-lahuddin al-Ayyubi, keponakan Nur al-

    Din, memegang kendali kepemimpinanMuslim dalam melawan pasukan Salib.Ia kemudian dikenal sebagai pahlawan

    Islam yang berhasil membebaskanJerusalem pada tahun 1187. 24

    Tahun 1095 Perang Salib dimu-lai. Tahun 1099, Jerusalem jatuh ke ta-ngan pasukan Salib. Meskipun memi-liki negara dan pemimpin (khalifah),umat Islam berada dalam kondisi yang

    sangat terpuruk. Sekitar 88 tahunkemudian tampillah pahlawan Islamterkenal, Shalahuddin al-Ayyubi, yang

    berhasil membebaskan kembali al-

    Aqsha dari kekuasaan pasukan Salib,pada tahun 1187. Buku ini memapar-kan data-data, bahwa Shalahudinbukan-lah pemain tunggal yang turun

    23Judul dalam bahasa Indonesia adalah Misteri Masa Kelam Islam dan KemenanganPerang Salib: Refleksi 50 Tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk Membangkitkan Umat dan

    Merebut Palestina(diterjemahkan oleh Asep Sobari Lc dan Amaluddin, Lc, MA). (Bekasi:Kalam Aulia Mediatama, 2007).

    24Lihat juga Carole Hillenbrand, The Crusades: Islamic Perspectives, (Edinburg:EdinburgUniversity Press, Ltd., 1999), 112-131. Hillenbrand mencatat tentang diskursus the greater

    jihad (jihad al-nafs) di masa Perang Salib: The concept of the spiritual struggle, the greaterjihad, was well developed by the time of the Crusade and any discussion of jihad in this periodshould always take into account the spiritual dimension without which the military struggle, thesmaller jihad, is rendered hollow and without foundation. The twelfth-century mystic Ammar al-Bidlisi (d. between 590 and 604/1194 and 1207) analyzed the greater jihad, declaring that manslower soul (nafs) is the greatest enemy to be fought. Abu Shama speaks of Nur al-Din in just theseterms: He conducts a double jihad against enemy and against his own soul. (hal. 161).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    19/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    81

    dari langit. Tetapi, dia adalah produk

    sebuah generasi baru yang telahdipersiapkan oleh para ulama yanghebat. Dua ulama besar yang disebut

    berjasa besar dalam menyiapkangenerasi baru itu adalah Imam al-

    Ghazali dan Abdul Qadir al-Jilani.Menurut Dr. Majid Irsan al-

    Kilani, dalam melakukan upaya

    perubahan umat yang mendasar, al-Ghazali lebih menfokuskan padaupaya mengatasi masalah kondisi umatyang layak menerima kekalahan. Disinilah, al-Ghazali mencoba mencarifaktor dasar kelemahan umat danberusaha mengatasinya, ketimbang

    menuding-nuding musuh. Menurut al-Ghazali, masalah yang paling besaradalah rusaknya pemi-kiran dan diri

    kaum Muslim yang berkaitan dengan

    aqidah dan kemasyarakatan. Al-Ghazali tidak menolak perubahan

    pada aspek politik dan militer. Terda-

    pat catatan sejarah, bahwa al-Ghazali, tetapi yang dia tekankan adalahperubahan yang lebih mendasar, yaitu

    perubahan pemikiran, akhlak, danperubahan diri manusia itu sendiri.

    Untuk itu, al-Ghazali melakukanperubahan dimulai dari dirinya sendiridahulu, kemudian baru mengubah

    orang lain. Kata penulis buku ini:

    Al-Ghazali lebih menfokuskanusahanya untuk membersihkanmasyarakat muslim dari berbagaipenyakit yang menggerogotinyadari dalam dan pentingnya mem-

    persiapkan kaum Muslim agarmampu mengemban risalah Islamkembali sehingga dakwah Islam

    merambah seluruh pelosok bumi

    dan pilar-pilar iman dan kedamai-an dapat tegak dengan kokoh. 25

    25Al-Kilani,Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib, hal. 78-79. Dalambukunya, al-Kilani mengutip Ibn Katsir dalam Bidayah wal-Nihayah,yang menggambarkanparahnya kondisi umat Islam saat itu. Umat dicekam penyakit ashabiyah (fanatismemazhab) yang parah, kerusakan pemikiran, dan gaya hidup mewah pada kalangan elite.Gubernur Abu Nashr Ahmad bin Marwan, seorang gubernur ketika itu, mengucurkananggaran 200.000 dinar dalam setiap acara hiburan yang digelarnya. Tahun 516 Hijriah,saat Menteri Sultan al-Mahmud terbunuh, bertepatan dengan saat istrinya keluar dari

    rumah dengan diiringi 100 pelayan dan kendaraan-kendaraan terbuat dari emas. Padahal,pada saat yang sama, banyak rakyat yang menderita kelaparan. Ketika pasukan Salibmembantai puluhan ribu kaum Muslim, sebagian ulama berusaha menggelorakansemangat jihad kaum Muslim, tetapi gagal. Ada cerita yang menyebutkan, sebagianpengungsi membawa tumpukan tulang manusia, rambut wanita, dan anak-anak, korbankekejaman pasukan Salib, kepada khalifah dan para sultan. Ironisnya, Khalifah justruberkata: Biarkan aku sibuk dengan urusan yang lebih penting. Merpatiku, si Balqa,sudah tiga hari menghilang dan aku belum melihatnya. (hal. 49-65).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    20/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    82

    Melalui kitab-kitab yang ditulis-

    nya setelah merenungkan kondisi umatsecara mendalam, al-Ghazali sampaipada kesimpulan bahwa yang harus

    dibenai pertama dari umat adalahmasalah keilmuan dan keulamaan.

    Oleh sebab itu, kitabnya yang terkenaldia beri nama Ihya Ulumuddin. Secararingkas dapat dipahami, bahwa di

    masa Perang Salib, kaum Muslimberhasil meng-gabungkan konsepjihadal-nafs dan jihad melawan musuhdalam bentuk qital dengan baik.Karya-karya al-Ghazali dalam soaljihad menekankan pentingnyamensimultankan berbagai jenis potensi

    dalam per-juangan umat, baik potensijiwa, harta, dan juga keilmuan. Adalahmenarik, bagaimana dalam situasi

    perang seperti itu, Imam Ghazali

    mampu melihat masalah umat secarakomprehensif; secara mendasar. Danmelalui Ihya Ulumuddin, al-Ghazalijuga menekankan pentingnya masa-

    lah ilmu dan akhlak. Ia membuka

    Kitabnya itu dengan Kitabul Ilmi dansangat menekankan pentingnyaaktivitas amar maruf nahi munkar.Aktivitas amal maruf dan nahi

    munkar, kata al-Ghazali, adalahkutub terbesar dalam urusan agama.

    Ia adalah sesuatu yang penting, dankarena misi itulah, maka Allahmengutus para nabi. Jika aktivitas

    amar maruf nahi munkar hilang,maka syiar kenabian hilang, agamamenjadi rusak, kesesatan tersebar,kebodohan akan merajelela, satu negeriakan binasa. Begitu juga umat secarakeseluruhan. 26

    Aktivitas al-Ghazali yang aktifdalam memberikan kritik-kritik kerasterhadap berbagai pemikiran yangdinilainya menyesatkan umat, juga

    menunjukkan kepeduliannya yang

    tinggi terhadap masalah ilmu danulama. Al-Ghazali seperti berpesankepada umat, ketika itu, bahwaproblema umat Islam saat itu tidak

    begitu saja bisa diselesaikan dari

    26 Allah SWT berfirman, yang artinya: Telah dilaknat orang-orang kafir dari BaniIsrail dengan lisan Daud dan Isa Putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhakadan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yangmereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.(QS al-Maidah:

    78-79). Jadi, karena tidak melarang tindakan munkar diantara mereka, maka kaum BaniIsrael itu dikutuk oleh Allah. Rasulullah saw juga memperingatkan: Tidaklah dari satukaum berbuat maksiat, dan diantara mereka ada orang yang mampu untuk melawannya, tetapi diatidak berbuat itu, melainkan hampir-hampir Allah meratakan mereka dengan azab dari sisi-Nya.(HR Abu Dawud, at-Turmudzi, dan Ibnu Majah). Juga, sabda beliau saw: Hendaklahkamu menjalankan amar maruf dan nahi munkar, atau Allah akan memberikan kekuasaan atasmukepada orang-orang jahat diantara kamu, dan kemudian orang-orang yang baik diantara kamuberdoa, lalu tidak dikabulkan doa mereka itu.(HR al-Bazzar dan at-Thabrani).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    21/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    83

    faktor-faktor permukaan saja, seperti

    masalah politik atau ekonomi. Tetapi,masalah umat perlu diselesaikan darimasalahnya yang sangat mendasar.

    Tentu, tahap kebangkitan dan pem-benahan jiwa ini tidak dapat dilaku-

    kan tanpa melalui pemahaman keil-muan yang benar. Ilmu adalah asasdari pemahaman dan keimanan. Ilmu

    yang benar akan menuntun kepadakeimanan yang benar dan juga amalyang benar. Ilmu yang salah akanmenuntun pada pehamaman yang sa-lah. Jika pemahaman sudah salah, ba-gaimana mungkin amal akan benar?

    Rasulullah saw bersabda: Ter-masuk diantara perkara yang akukhawatirkan atas umatku adalahtergelincirnya orang alim (dalamkesalahan) dan silat lidahnya orangmunafik tentang al-Quran. (HRThabrani dan Ibn Hibban).

    Jadi, dalam perjuangan umat,diperlukan pemahaman secara kom-prehansif terhadap problematika yangdihadapi oleh umat Islam. Ketika itu,umat Islam menghadapi berbagaimasalah: politik, keilmuan, moral, so-

    sial, dan sebagainya. Problema itu perludianalisis dan didudukkan secara pro-porsional dan adil. Yang penting ditem-patkan pada posisinya, begitu juga

    yang kurang penting. Di situlah, al-Ghazali menulis kitab Ihya Ulumuddin,dengan makna Menghidupkan kem-

    bali ilmu-ilmu agama. Ketika itu, dia

    seperti melihat, seolah-olah ilmu-ilmuagama sudah mati, sehingga perlu di-hidupkan. Dalam Kitabnya, ia sangat

    menekankan pada aspek niat danpembagian keilmuan serta penem-

    patannya sesuai dengan proporsinya.Al-Ghazali dan para ulama ketika

    itu berusaha keras membenahi cara

    berpikir ulama dan umat Islam sertamenekankan pada pentingnya aspekamal dari ilmu, sehingga jangan men-jadi ulama-ulama yang jahat. Sebab,

    ilmu yang rusak, dan ulama yang

    jahat, adalah sumber kerusakan bagi

    Islam dan umatnya. Nabi Muhammad

    saw memberi amanah kepada paraulama untuk menjaga agama ini. Tentusaja, itu harus mereka lakukan dengan

    cara menjaga keilmuan Islam dengan

    baik. Bahkan, Rasulullah saw meng-ingatkan akan datangnya satu zamanyang penuh dengan fitnah dan ba-nyaknya orang-orang jahil yang

    memberi fatwa. Sabda Rasulullah saw:

    Bahwasanya Allah SWT tidak akanmencabut ilmu dengan sekaligus darimanusia. Tetapi Allah menghilangkanilmu agama dengan mematikan para

    ulama. Apabila sudah ditiadakan paraulama, orang banyak akan memilihorang-orang bodoh sebagai pemimpin-nya. Apabila pemimpin yang bodohitu ditanya, mereka akan berfatwatanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesatdan menyesatkan. (HR Muslim).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    22/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    84

    Sepanjang sejarah Islam, para

    ulama sejati sangat aktif dalammempertahankan konsep-konsepdasar Islam, mengembangkan ilmu-

    ilmu Islam, dan menjaganya dariperusakan yang dilakukan oleh ula-

    ma-ulama su, atau ulama jahat. Pe-nyimpangan dalam bidang keilmuantidak ditolerir sama sekali, dan

    senantiasa mendapatkan perlawananyang kuat, secara ilmiah. Karena itu-lah, kerusakan dalam bidang keil-muan harus mendapatkan perhatiandari umat Islam. Apalagi jika keru-sakan ilmu itu terjadi di jajaran lem-baga-lembaga pendidikan Islam yang

    diharapkan menjadi pusat perkaderanulama dan pemimpin umat. 27

    Penutup

    Dari hasil kajiannya terhadapgerakan kebangkitan umat di era

    Perang Salib, Dr. al-Kilani menyim-

    pulkan, bahwa yang pertama kaliharus dilakukan adalah perubahandalam diri manusia itu sendiri.

    Sesungguhnya Allah tidak akan me-ngubah kondisi yang ada pada satu kaum,sehingga mereka mengubah apa yang ada

    pada diri mereka.(QS ar-Rad:11). Nabisaw juga menyatakan: Sesungguhnya

    di dalam tubuh manusia terdapatsegumpal daging, jika ia baik, maka baiklahseluruh anggota tubuh. Namun, jika iarusak, maka rusaklah seluruh anggotatubuh. Ketahuilah, itu adalah qalb. (HRMuslim). Era kejayaan dan kekuatansepanjang sejarah Islam tercipta ketika

    terjadi kombinasi dua unsur, yaituunsur keikhlasan dalam niat dankemauan serta unsur ketepatan dalam

    pemi-kiran dan perbuatan. 28

    Jika strategi ini direfleksikandalam perjuangan umat IslamIndonesia, maka sudah saatnya umat

    27 Uraian lebih jauh tentang al-Ghazali dan Perang Salib, lihat Adian Husaini,Hegemoni Kisten-Barat dalam Studi Islam di PerguruanTinggi(Jakarta: GIP, 2006), bagianMukaddimah. Lebih jauh tentang bahaya kerusakan ilmu bisa dilihat, pada Wan MohdNor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas:

    An Exposition of the Original Concept of Islamization (Kuala Lumpur: ISTAC, 1998).28 al-Kilani, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib, 6-7. (Sebagai

    perbandingan, tidak kalah pentingnya jika kita mengkaji kesuksesan penyebaran dakwahIslam di wilayah Nusantara, khususnya di Tanah Jawa. Para juru dakwah adalah parawali atau ulama yang bekerja keras dalam mengubah kondisi masyarakat Indonesia,meskipun rakyat ketika itu dipimpin oleh penguasa non-Muslim. Pada akhirnya, rakyatdi wilayah itu sendiri yang melahirkan pemimpin-pemimpin muslim, sehingga berdirilahberbagai kerajaan Islam di wilayah ini. Maulana Malik Ibrahim, misalnya, diperkirakantiba di Jawa tahun 1399 M. Kerajaan Islam pertama di Jawa (Demak) baru berdiri tahun1478 M. Raja Demak pertama, Raden Patah, adalah santri dari Sunan Ampel, yang taklain adalah putra dari Maulana Malik Irahim. Lihat, Saifuddin Zuhri, Sejarah KebangkitanIslam dan Perkembangannya di Indonesia, (Bandung: al-Maarif, 1981).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    23/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    85

    Islam Indonesia melakukan intros-

    peksi terhadap kondisi pemikirandan moralitas internal mereka, ter-utama para elite dan lembaga-lem-

    baga perjuangannya. Sikap kritisterhadap pemikiran-pemikiran asing

    yang merusak tetap perlu dilakukan,sebagaimana juga dilakukan oleh al-Ghazali. Tetapi, introspeksi dan

    koreksi internal jauh lebih pentingdilakukan, sehingga kondisi layakterbelakang dan kalah (al-qabiliyyahlit-takhalluf wa al-hazimah) bisadihilangkan.

    Kita bisa melakukan evaluasiinternal, apakah para elite dan

    lembaga-lembaga pendidikan Islam

    sudah menerapkan profesionalitasdalam pendidikan mereka? 29

    Apakah tradisi ilmu dalam Islam

    sudah berkembang di kalangan paraprofesor, dosen-dosen, dan guru-

    guru bidang keislaman? Apakahkonsep ilmu dalam Islam sudahditerapkan di lembaga-lembaga

    pendidikan Islam? 30Apakah parapelajar mencari ilmu untuk mencaridunia atau untuk beribadah kepadaAllah? Apakah budaya kerja kerasdan sikap zuhud terhadap duniasudah diterapkan para elite umat?Apakah ashabiyah (fanatisme kelom-

    29Sekedar contoh, simaklah buku-buku Pendidikan Agama Islam yang diajarkan disekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia saat ini. Sebagai contoh, sebuah buku

    Pendidikan Agama Islam untuk kelas 2 SMA keluaran sebuah penerbit di Bandung,memuat catatan hitam atas sejarah dan prestasi intelektual para ulama di Indonesia:Dapat dikatakan, bahwa ilmu-ilmu Islam yang berkembang pada masa itu, hanyalah ilmu tasawufdan tarekat, disamping ilmu fiqih dan tauhid sebagai sekedar pelengkap ibadah semata. Para tokohdan ulama yang muncul pada masa itu juga hanya ulama-ulama tasawuf dan tokoh-tokoh tarekat.Hampir tidak ditemukan nama-nama ulama fiqih, hadits, tafsir, dan yang lainnya. Di Aceh danSumatera misalnya, muncul beberapa ulama nusantara kenamaan, seperti Syaikh Hamzah Fansuri,Syaikh Abdurrauf Singkel, Syaikh Nuruddin ar-Raniri, Syaikh Syamsuddin As-Sumatrani,

    Abdusshamad Al-Falimbani yang nota bene semua adalah ulama tasawuf dan tokoh tarekat tertentu.Di Jawa juga muncul beberapa ulama seperti Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Siti Jenar dengankelompok wali songonya, yang juga dapat dikatakan sebagai tokoh tasawuf dan penganut tarekattertentu. Begitu juga di Sulawesi dan Kalimantan, terdapat nama-nama besar ulama tasawuf dan

    tokoh-tokoh tarekat. Misalnya, Syaikh Yusuf al-Makassari, Syaikh Arsyad al-Banjari, dan SyaikhAhmad Khatib Syambas. Mereka telah belajar cukup lama di kawasan dunia Islam, dan pulang ketanah air sebagai tokoh tasawuf dan tarekat.

    30Salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh umat Islam saat iniadalah terjadinya hegemoni konsep keilmuan Barat dalam studi Islam di Perguruan Tinggi.Lebih jauh tentang fenomena ini lihat, Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: Dari HegemoniKristen ke Dominasi Sekular Liberal(Jakarta: GIP, 2005) dan Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi,(Jakarta: GIP, 2006).

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    24/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    86

    pok) masih mewarnai aktivitas umat?

    Pada tataran keilmuan, bisa diteliti,apakah sudah tersedia buku-bukuyang mengajarkan Islam secara

    benar dan bermutu tinggi pada setiapbidang keilmuan?

    Semua ini membutuhkan kerjayang berkualitas, kerja keras, kesa-baran, ketekunan, kerjasama ber-

    bagai potensi umat, dan waktu yangpanjang. Karena itu, disamping ber-bicara tentang bagaimana memba-ngun masa depan Indonesia yangideal, yang penting dilakukan adalahbagaimana membenahi kondisiinternal umat Islam dan lembaga-

    lembaga dakwahnya, agar menjadisosok-sosok dan lembaga yang bisaditeladani oleh umat manusia.

    Jadi, tugas umat Islam bukan

    hanya menunggu datangnya pemim-pin yang akan mengangkat merekadari keterpurukan. Umat Islamdituntut untuk bekerja keras dalam

    upaya membangun satu generasi ba-ru yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin berkualitas Salahuddin al-Ayyubi. Dan ini tidak mungkin ter-

    wujud, kecuali jika umat Islam

    Indonesia terutama lembaga-lembaga dakwah dan pendidikannya amat sangat serius untuk mem-

    benahi konsep ilmu dan para ulamaatau cendekiawannya. Dari sinilah

    diharapkan lahir satu generasi baruyang tangguh (khaira ummah):berilmu tinggi dan beraklak mulia,

    yang mampu membawa panji-panjiIslam ke seluruh penjuru dunia.

    Sebagaimana disebutkan sebe-lumnya, pakar sejarah Arnold Toyn-bee juga menemukan, bahwa antarakematian dan kebangkitan satuperadaban baru, ada kelompok yang

    disebut sebagai creative minorities yang dengan kemampuan spiritualyang mendalam atau motivasi agama

    (religious motivation) bekerja kerasuntuk melahirkan satu peradabanbaru dari reruntuhan peradaban la-ma. Jika kaum Muslim mampu me-wujudkancreative minorities , makaada harapan besar untuk membawaumat Islam dan juga negara Indo-nesia ke tahap yang lebih gemilangdi masa depan. Insyaallah.

    Daftar Pustaka

    Adian, Husaini, , 2006. Hegemoni Kisten-Barat dalam Studi Islam di PerguruanTinggi., Jakarta: GIP.

    ________, 2005 . Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke DominasiSekular Liberal Jakarta: Gema Insani.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    25/26

    Masa Depan Indonesia: Kajian Peradaban (Adian Husaeni)

    87

    Bernard Lewis, 1993. Islam and the West, New York: Oxford University Press.

    Carole Hillenbrand, 1999The Crusades: Islamic Perspectives, Edinburg:EdinburgUniversity Press, Ltd.

    Endang Saifuddin Anshari, 1997. Piagam Jakarta 22 Juni 1945: SebuahKonsensus Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949), Jakarta: Gema Insani.

    Halil Inalcik The Caliphate and Ataturks Inkilab, di Jurnal Belleten, XLVI/

    182, 1982,

    Muhammad Hamidullah, 1988. The Prophets Establishing a State and HisSuccession, Pakistan: Hijra Council.

    Hazairin, 1999. Demokrasi Pancasila, 75, seperti dikutip oleh Rifyal Kabah,Hukum Islam di Indonesia (Desertasi S-3 di Universitas Indonesia),Universitas Yarsi Jakarta.

    Karen Arsmtrong, 1997.A History of Jerusalem: One City, Three Faiths, London:Harper Collins Publishers.

    KJ Asali (ed.), 1989. Jerusalem in History, Essex: Scorpion Publishing Ltd.Marvin Perry, 1997. Western Civilization A Brief History, New York: Houghton

    Mifflin Company.

    Moh. Natsir. 1991.Tanpa Toleransi Takkan Ada Kerukunan, dalam buku Faktadan Data, ed. Lukman Hakiem.

    Muhammad Baltaji, 2005. Metodologi Ijtihad Umar bin Khathab (Terj.), Jakarta:Khalifa.

    M. Sukru Hanioglu, 1995. The Young Turks In Position, Oxford University Press.

    Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, 1971, dikutip dari EndangSaifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, 1997:132.

    Patricia M. Mische. 2001. Toward a Civilization Worthy of the Human Person,introduction dalam buku Toward Global Civilization? The Contributionof Religions, Peter Lang Publising. Inc., New York.

  • 8/13/2019 Adian Husaeni Kajian Peradaban

    26/26

    PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 9, No. 1, Januari 2007: 63-88

    88

    RM. A.B. Kusuma, 2004. Lahirnya Undang-undang Dasar 1945, Jakarta: BadanPenerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

    Saifuddin Zuhri, 1981. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya diIndonesia, Bandung: al-Maarif.

    Samuel P. Huntington, 1996. Clash of Civilizations and the Remaking of WorldOrder, New York: Touchtone Books.

    Syed Muhammad Naquib al-Attas, 1993. Islam and Secularism, Kuala Lumpur:

    ISTAC.

    ________, 2007. Preliminary Statement on a General Theory of Islamization of theMalay-Indonesian Archipelago.

    _______, 2001. Risalah untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur: ISTAC.

    S.M. Idris, 2001. Globalization and the Islamic Challenge, Kedah: Teras.

    S.M. Imamuddin, 1969. A Political History of Muslim Spain, (Pakistan: S.M.Shahabuddin.

    Walden Bello, 1994. Dark Victory: The United States, Structural Adjustment and

    Global Poverty, London: Pluto Press,.

    Wan Mohd Nor Wan Daud, 1998. The Educational Philosophy and Practice ofSyed Muhammad Naquib al-Attas: An Exposition of the Original Conceptof Islamization (Kuala Lumpur: ISTAC.