(addin) tinjauan pustaka
DESCRIPTION
dwqdqwTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Endoftalmitis merupakan peradangan berat seluruh jaringan intra
okuler, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau pembedahan, atau
endogen akibat sepsis, peradangan supuratif dapat disertai abses dalam
badan kaca.
Pasien terlihat kesakitan disertai demam, pada mata timbul gejala
berupa mata sakit, merah, kelopak bengkak, edema kornea, keratik
presipitat, disertai hipopion, refleks fundus hilang akibat adanya nanah
dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat menurun. Tekanan intra-okuler
menurun dan kadang meninggi akibat massa supurati yang tertumpuk dalam
bola mata.
II. Epidemiologi
Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di
Amerika adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis. Sedangkan
endoftalmitis yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-30%, dan
endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibodi terhadap pemasangan
lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7-31%
III. Etiologi
Sebagian besar temuan klinis, organism penyebab endoftalmitis
adalah organisme Gram-positif. Yang paling umum adalah organisme
koagulasi-negatif Staphylosossus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan
Streptococcus. Organisme Gram-negatif seperti Pseudomonas, Escherichia
coli dan Enterococcus ditemukan pada kasus trauma penetrasi.
Bila endoftalmitis terjadi dalam 2 minggu setelah trauma, maka
keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri, sedangkan bila
gejala terlambat mungkin infeksi disebabkan oleh jamur.
1. Endogen Endophtalmitis
Individu yang berisiko endoftalmitis endogen biasanya
memiliki penyakit penyerta yang mempengaruhi mereka terhadap
1
infeksi, seperti diabetes mellitus, gagal ginjal kronis, AIDS,
leukemia, neutropenia, limfoma, gangguan autoimun.
Prosedur invasif, yang mengakibatkan bakteremia, seperti
hemodialisis, kateterisasi kandung kemih, endoskopi
gastrointestinal, nutrisi parenteral total, kemoterapi, maupun
tindakan pada gigi, dapat menyebabkan endoftalmitis.
Trauma non-okuler atau operasi, imunosupresi dan
penyalahgunaan obat intravena dapat menjadi predisposisi
endoftalmitis endogen.
Selain itu, meningitis, endokarditis, infeksi saluran kemih,
infeksi luka, ISPA, dan abses intra-abdominal juga dapat menjadi
sumber infeksi.
Organisme jamur dapat menjadi agen hampir 50% kasus
endoftalmitis endogen. Candida albicans sejauh ini merupakan
penyebab paling sering (75-80% kasus jamur). Aspergillosis
adalah penyebab paling umum kedua terutama pada pengguna
narkoba intravena.
2. Eksogen Endophtalmitis
Organisme yang berada di konjungtiva, kelopak mata, atau
bulu mata dan berpindah pada saat operasi menyebabkan
endoftalmitis post-operasi.
Penyebab tunggal paling umum endoftalmitis eksogen
adalah epidermidis s, yang merupakan flora normal kulit dan
konjungtiva. Bakteri Gram-positif umum lainnya adalah S aureus
dan spesies streptokokus. Bakteri Gram-negatif yang paling terkait
dengan endoftalmitis pascaoperasi adalah P aeruginosa dan
spesies Proteus dan Haemophilus.
3. Traumatic Endophtalmitis
Endophtalmitis dapat terjadi sampai dengan 13% dari kasus cedera
tembus. Spesies stafilokokus, streptokokus, dan bacillus sp adalah
organisme penyebab endophtalmitis traumatis.
2
IV. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier)
memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme.
Dalam endophtalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah
(terlihat pada pasien yang bakteremia seperti pada endokarditis) menembus
sawar darah-mata baik oleh invasi langsung (seperti emboli septik) atau oleh
perubahan dalam endotelium vaskuler yang disebabkan oleh subtrat yang
dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intra-okuler dapat juga
disebabkan oleh mikroorganisme dan/atau dari mediator inflamasi dari
respon kekebalan.
Endophtalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul
lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan
semua jaringan okuler, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi
bola mata. Selain itu, peradangan juga dapat menyebar ke jaringan lunak
orbita.
Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat
menyebabkan endoftalmitis eksogen (seperti katarak, glaukoma).
V. Anamnesis
Anamnesis harus difokuskan terhadap riwayat prosedur yang akan
meningkatkan risiko endoftalmitis endogen atau eksogen (misalnya,
penggunaan narkoba intravena, risiko lainnya untuk sepsis atau
endokarditis, prosedur invasif ophtalmologi), riwayat operasi mata, trauma
mata atau bekerja pada industri.
Endoftalmitis bakteria biasanya menimbulkan nyeri yang akut,
kemerahan, pembengkakan dan penurunan visus. Beberapa bakteri (seperti
Propionibacterium acnes) dapat menyebabkan radang kronisdengan gejala
ringan. Organisme ini adalah flora normal kulit yang khas dan biasanya
masuk saat operasi intraokuler.
Endoftalmitis jamur akan menimbulkan gejala selama beberapa hari
hingga minggu. Gejala yang sering berupa penglihatan kabur, nyeri,
penurunan visus. Riwayat trauma tembus oleh tanaman atau benda asing
3
yang terkontaminasi dengan tanah. infeksi candida dapat menyebabkan
demam tinggi, disusul beberapa hari kemudian gejala okuler.
VI. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dari endophtalmitis yang paling sering adalah :
1. Penurunan visus
2. Hipopion
3. Vitritis
4. Nyeri
5. Konjungtiva hiperemis
6. Khemosis
7. Edema palpebra
8. Edema Kornea
Sedangkan manifetasi klinis masing-masing tipe endophtalmitis yaitu :
a. Early Post Operative Endophtalmitis
Manifestasi klinisnya yaitu :
1. Penurunan Visus
2. Nyeri, injeksi ciliaris, khemosis
3. Edema Kornea
4. Infiltrat pada kornea
5. Radang pada vitreous
b. Chronic Post Operative Endophtalmitis
Manifestasi klinisnya yaitu :
1. Nyeri minimal
2. Hypopion
3. Vitritis
VII. Diagnosis
Penegakan diagnosis dari endophtalmitis, yang paling penting adalah
dilakukan pemeriksaan Tapping vitreous dan/atau aqueous. Dengan cara
melakukan pengambilan sampel pada vitreous dan/atau aqueous, untuk
dijadikan kultur. Pada Chronic Post Operative Endophtalmitis, sebaiknya
kultur ditunggu selama 2 minggu, karena P. Acnes tumbuh dalam kurun
waktu tersebut
4
VIII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari Endophtalmitis tergantung dari derajat
keparahan, dan luasnya peradangan. Tujuan dari penatalaksanaan yaitu :
a. Tujuan Primer :
1. Eradikasi infeksi
2. Mencegah komplikasi
3. Memperbaiki visus
b. Tujuan Sekunder :
1. Meringankan gejala
2. Mencegah Panophtalmitis
3. Menjaga integritas bola mata
4. Memperbaiki barrier darah retina
Pengobatan bukan untuk menolong visusnya, karena visus tak dapat
diperbaiki lagi, sehingga hanya bersifat supportif yaitu :
1. Penderita harus dirawat
2. Antibiotika yang berspektrum luas dan mempunyai daya
penetrasi yang baik ke dalam mata seperti penicillin dan
kloramfenikol sistemik. Antibiotika diberikan juga secara lokal
yaitu tetes mata, salep mata, maupun suntikan subkonjungtiva,
juga sebagai suntikan kedalam badan kaca. Untuk yang
terakhir ini antibiotikanya harus yang tidak menjadi toksis bagi
retina seperti gentamisin. Gentamisin dapat diberikan sebagai
tetes mata setiap satu jam tetes, malam hari diberikan sebagai
salep mata. Dapat pula diberikan 20 mg gentamisin
subkonjungtiva, sebagai suntikan ke dalam badan kaca dapat
diberikan 0,4 mg.
3. Analgetika, sedative, dan roboransia
4. Terapi seri demam (fever therapy), kalau perlu
5. Kortikosteroid, diberikan bila telah diketahui kuman
penyebabnya dan obatnya yang sensitif, juga bila terdapat
keadaan daya tahan tubuh yang baik dari penderita.
5
6. Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri,
stabilisasi aliran darah pada mata dan mencegah terjadinya
sinekia.
Penyuntikan antibiotika ke dalam badan kaca
Yang dipakai antibiotika yang sesuai dan tidak toksik untuk
jaringan intraokuler terutama jaringan retina. Yang dikenal pada masa
kini adalah gentamisin yang diberikan dengan dosis 0,4 mg. suntikan
dilakukan melalui pars plana dengan memakai jarum Mantoux dan
sebelum obat dimasukkan, dilakukan aspirasi cairan dari kamera okuli
anterior, sehingga tekanan di dalam bola mata idak menjadi tinggi
sesudah penyuntikan kedalam badan kaca.
Cara yang paling mutakhir dalam pengobatan endoftalmitis
adalah dengan melakukan vitrektomi, dimana dilakukan pembuangan
sebagian besar badan kaca yang terkena infeksi, disertai pemberian
antibiotika yang cocok. Jika endoftalmitis itu disebabkan oleh jamur,
maka setelah dilakukan vitrektomi disuntikkan gentamisin 0,4 mg
dengan Amfoterisin B 0,005 mg sampai 0,01 mg ke dalam mata.
Bila semua pengobatan telah dilakukan akan tetapi gagal dan
visus 0 dengan pemeriksaan di tempat gelap, berarti tak ada harapan
untuk memperbaiki fungsi mata. Untuk mempercepat penghentian
proses peradangan, dilakukan eviserasi bulbi.
Tindakan Bedah
1. Enukleasi Bulbi
Enukleasi bulbi merupakan tindakan pembedahan
mengeluarkan bola mata dengan melepas dan memotong jaringan
yang mengikatnya di dalam rongga orbita. Jarinagn yang dipotong
adalah seluruh otot penggerak mata, saraf optik, dan melepaskan
konjungtiva dari bola mata. Enukleasi bulbi biasanya dilakukan
pada keganasan intraokuler, mata yang dapat menimbulkan
oftalmia simpatika, mata yang tidak berfungsi dan memberikan
keluhan rasa sakit, endoftalmitis supuratif, dan ptosis bulbi.
6
2. Eviserasi Bulbi
Eviserasi bulbi merupakan tindakan mengeluarkan seluruh
isi bola mata seperti kornea, lensa, badan kaca, retina dan koroid.
Setelah isi dikeluarkan, maka limbus kornea dieratkan dan dijahit.
Eviserasi bulbi dilakukan pada mata dengan panoftalmitis dan
endoftalmitis berat.
IX. Prognosis
Endoftalmitis endogen lebih buruk daripada endoftalmitis eksogen
karena berhubungan dengan tipe organisme yang berhubungan (tingkat
virulensi, organisme, daya tahan tubuh penderita dan keterlambatan
diagnosis)
Endoftalmitis yang diterapi dengan vitrektomi 74% pasien
mendapatkan perbaikan visus sampai 6/30.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. National endophthalmitis survey. Indian J. Ophtalmol, 2003. 51 :
117-118
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.
Kanski J, Bowling B., Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach 7th Ed.
UK: Elsevier
Miller, J.W. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 19
Agustus 2013.
Vaughan D, Asbury T., Vitreous. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih
Bahasa: Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed.
Jakarta: Widya Medika; 2000.
8