a4 406 bab v damai 45-62

20
BAB V ACEH SEBAGAI DAERAH OPERASI MILITER DAN KEKEJAMAN Ta jak lam uteuen ji kap le romueng, Ta treun lam krueng ji kap le buya. Ta jak u laot ji top le parou, Ta wou u nanggrou ji poh le bangsa. (Syamaun Gaharu) APA yang disebut dengan operasi militer, sesungguhnya lah mulai digelar sejak mula munculnya AM di Aceh. Pemerintah pusat mulai menganggap serius terhadap gerakan yang diprakarsai oleh Hasan Tiro ini, setelah terjadinya penyerangan terhadap 2 orang asing (AS) kontraktor pada perusahan pengeboran minyak/gas Bechtel di sekitar Lhoksukon, yang termasuk Aron Field, cluster III, dan seorang Cina warganegara Malaysia, pengusahan HPH. Salah seorang di antaranya yang berkewarganegaraan AS, bernama George Parucome ditembak oleh orang AM yang akan menagih Pajak, pada tanggal 29 Nopember 1977, dan meninggal dunia, sedangkan seorang lagi bernama Donal Stayer, mengalami luka berat. Konon kabarnya kemudian dia pun meninggal. Pelaku penembakan tersebut, menurut pihak intelijen, yang ketika itu sebagai aparat dari Operasi Nanggala XVI Kopassus, adalah pasukan GAM di bawah pimpinan Fauzi Hasbi (Abu Jihad). Ada pula yang menyebutkan bahwa pelakunya adalah pimpinan AM di sekitar Aron ketika itu, adalah sesorang yang bernama Robert dan/atau Yusuf Ali. Tertembaknya mereka, berbarengan dengan semakin meningkat-nya gangguan terhadap pembanguan proyek vital LNG. Korban pun BAB V: Aceh sebagai DOM dan Kekejaman 45

Upload: achmed-annur-elfairuzy

Post on 06-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

damai

TRANSCRIPT

PERISTIWA PEMBANTAIAN PKI DI ACEH

BAB V

Aceh sebagai Daerah Operasi Militer dan Kekejaman Ta jak lam uteuen ji kap le romueng,

Ta treun lam krueng ji kap le buya.

Ta jak u laot ji top le parou,

Ta wou u nanggrou ji poh le bangsa.

(Syamaun Gaharu)

Apa yang disebut dengan operasi militer, sesungguhnya lah mulai digelar sejak mula munculnya AM di Aceh. Pemerintah pusat mulai menganggap serius terhadap gerakan yang diprakarsai oleh Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr. " ini, setelah terjadinya penyerangan terhadap 2 orang asing (AS) kontraktor pada perusahan pengeboran minyak/gas Bechtel di sekitar Lhoksukon, yang termasuk Aron XE "Aron" Field, cluster III, dan seorang Cina warganegara Malaysia, pengusahan HPH. Salah seorang di antaranya yang berkewarganegaraan AS, bernama George Parucome XE "George Parucome" ditembak oleh orang AM yang akan menagih Pajak, pada tanggal 29 Nopember 1977, dan meninggal dunia, sedangkan seorang lagi bernama Donal Stayer XE "Donal Stayer" , mengalami luka berat. Konon kabarnya kemudian dia pun meninggal.

Pelaku penembakan tersebut, menurut pihak intelijen, yang ketika itu sebagai aparat dari Operasi Nanggala XE "Operasi Nanggala" XVI Kopassus XE "Kopassus" , adalah pasukan GAM XE "GAM" di bawah pimpinan Fauzi Hasbi (Abu Jihad XE "Abu Jihad" ). Ada pula yang menyebutkan bahwa pelakunya adalah pimpinan AM di sekitar Aron XE "Aron" ketika itu, adalah sesorang yang bernama Robert XE "Robert" dan/atau Yusuf Ali XE "Yusuf Ali" .

Tertembaknya mereka, berbarengan dengan semakin meningkat-nya gangguan terhadap pembanguan proyek vital LNG XE "LNG" . Korban pun berjatuhan, baik dalam bentuk nyawa orang, luka-luka, maupun harta benda. Bersamaan dengan itu, sebenarnya telah ada di Aceh, apa yang disebut dengan Operasi Keamanan Dalam Negeri, baik berupa operasi teritorial, operasi tempur, maupun operasi intellijen dan sebagainya. Demikian dikatakan oleh Jenderal (Purn) Try Sutrisno XE "Try Sutrisno" dalam dengar Pendapat dengan Pansus DPRRI tentang Aceh, pada tanggal 19 Nopember, 1999. Mungkin sejak adanya berbagai macam operasi tersebutlah, Aceh lalu disebut berstatus sebagai daerah operasi militer, yakni sejak tahun 1989. Mengingat daerah operasi militer atau sering disingkat dengan DOM XE "DOM" , bukanlah suatu status bagi suatu daerah yang dikenal dalam lingkup Dephankam dan/ atau di kalangan Mabes TNI dan/ atau di Mabes Polri, sehingga tidak ada deklarasi kapan operasi tersebut dimulai sebagai suatu status formal bagi Aceh. Oleh karenanya juga, maka tidaklah diketahui dengan jelas, kapan mulainya DOM tersebut.

Sementara itu dakwah GAM XE "GAM" pun semakin sering dan intensif dilaksanakan, yang kadang kala dikaitkan dengan peusijuek senjata, sebagaimana antara lain yang dilaksanakan oleh Yusuf Ali XE "Yusuf Ali" , Panglima Pase, di Meunsah Dayah, Kecamatan Kuta Makmur XE "Kuta Makmur" , Aceh Utara, yang membaiat 40 orang pejuang GAM, dan juga perusijuek senjata mereka, pada tanggal 17 September 1989. Demikian pula yang dilakukan oleh Rais di Meureudu, rekruitmen anggota GAM oleh Tgk Serawak di Banda Aceh XE "Banda Aceh" dan Aceh Besar, oleh Tgk. Iskandar di Langsa XE "Langsa" serta oleh Pawang Rasyid, di Geumpang, semuanya pada tahun 1990. Aksi perampasan senjata pun semakin meningkat, baik yang dilakukan oleh Yusuf Ali, maupun oleh GAM bersenjata lainnya, di berbagai daerah, seperti di Pos jalan KKA Krueng Tuan XE "Krueng Tuan" oleh Robert XE "Robert" yang bernama asli Surya Darma XE "Surya Darma" , seorang desersi Pratu TNI, tanggal 26 September 1989, di Proyek PT Gruti XE "PT Gruti" , Krueng Tuan, pada tanggal 27 Februari 1990, di desa Pulo Naleueng Peusangan, oleh Umarmiyah XE "Umarmiyah" , pada 20 April 1990, di Polsek Syamtalira Bayu XE "Syamtalira Bayu" , Aceh Utara, pada bulan April 1990, di Polsek Kec, Peukan Baro XE "Peukan Baro" , Pidie XE "Pidie" , tanggal 2 Januari 1990, di dekat Kampus Jabal Gafur, Pidie, pada tanggal 10 Maret 1990, di Reubei, tanggal 2 Mei 1990, di desa Aramiah XE "Aramiah" , Aceh Timur, pada tanggal 20 Mei 1990, di Simpang Ulim XE "Simpang Ulim" , Aceh Timur, pada tanggal 6 Juni 1990.

Orang-orang GAM XE "GAM" juga mulai melakukan intimidasi dan teror terhadap transmigran, di UPT (Unit Penempatan Transmigrasi) Pintu Rimba XE "Pintu Rimba" , Kecamatan Peudada XE "Peudada" , di Pirbun (Perusahaan Inti Perkebunan) Krueng Pase XE "Krueng Pase" , Kecamatan Kuta Makmur XE "Kuta Makmur" , di Bukit Hagu XE "Bukit Hagu" , Lhok Sukon XE "Lhok Sukon" , di Kecamatan Julok XE "Julok" , di Rambung Lup XE "Rambung Lup" , Kecamatan Idi Rayeuk XE "Idi Rayeuk" , yang mengakibatkan sejumlah transmigran pulang kembali keJawa XE "Jawa" , atau melarikan diri ke tempat lainnya seperti ke Langkat, dan Deli Serdang XE "Deli Serdang" , sementara sebanyak 44 KK atau 210 orang mengungsi ke Bireuen XE "Bireuen" , dan Lhokseumawe XE "Lhokseumawe" , untuk memperolah perlindungan dari aparat keamanan.

Aksi kekerasan orang GAM XE "GAM" bersenjata terhadap suku tertentu, dalam hal ini Jawa XE "Jawa" , selain meresahkan masyarakat, rupa-rupanya juga cukup mengkhawatirkan orang-orang GAM tertentu lainnya, demikian pula khususnya di kalangan beberapa aktivis mahasiswa, yang oleh apkam dikategorikan sebagai pendukung atau simpatisan GAM. Mereka merasakan kurang tepatnya cara-cara kekerasan terhadap suku tertentu tersebut. Untuk itu sekitar bulan Juni dan Juli 1990, yang menurut Isa Sulaiman, mereka yang terdiri dari Hasbi Abdullah XE "Hasbi Abdullah" , Mulkan XE "Mulkan" , Nurdin AR XE "Nurdin AR" , dan beberapa orang lainnya, sering duduk membicarakan perihal tersebut, dan akhirnya sampai pada kesimpulan untuk mengusulkan agar kekerasan terhadap suku Jawa tersebut dihentikan. Namun usulan tersebut tidak mendapat respon yang memuaskan dari pihak GAM yang bersenjta, dibuktikan dengan masih terjadinya kekerasan serupa setelah itu, walaupun kualitas dan frekuensinya sudah semakin berkurang. Namun di lain pihak muncul pula kekerasan model baru, dengan modus operandi yang baru pula, yakni pembakaran rumah-rumah sekolah, seperti misal nya: pembakaran SMA Negeri Idi Rayeuk XE "Idi Rayeuk" , SMA Negeri Bireuen XE "Bireuen" , SMA Negari Peudada XE "Peudada" , SMP Negeri Lueng Putu, SMP Negeri Trieng Gadeng, dan sebagainya.

Selain mengganggu keamanan dan ketertiban serta sangat meresahkan masyarakat, pihak Aparat ke mana pun menjadi lebih serius menanggapinya. Kalau tadinya masih ada sikap anggap enteng kepada GAM XE "GAM" , malah ada yang mengatakan, GAM akan segara dapat dibasmi atau diberantas, atau ditumpas, sejak saat itu sikap seperti itu terkoreksi dengan sendirinya. Apalagi setelah GAM menunjukkan kemampuannya menghadapi ABRI XE "ABRI" atau aparat ke-amanan yang persenjataannya lebih lengkap, dan lebih modern, misalnya ketika terjadinya perampasan 19 pucuk senjata M-16 XE "M-16" , beberapa pistol dan 2 pucuk minimi, serta 4.000 butir peluru, dari TNI yang sedang melakukan kegiatan pembangunan jalan dalam rangka ABRI masuk Desa, atau juga sering disebut dengan Operasi Bhakti ABRI. Parampasan senjata tersebut terjadi pada tanggal 26 September 1989 di Muara Batu XE "Muara Batu" , Krueng Tuan XE "Krueng Tuan" dan tanggal 28 Mei 1990, di suatu desa di Kecamatan Buloh Blang Ara (Kuta Makmur XE "Kuta Makmur" ), sekitar 15 km dari Ibukota Kabupaten Aceh Utara, Lhokseumawe XE "Lhokseumawe" . (Buku Kontras). Tiga orang prajurit TNI, tewas, dan beberapa orang luka-luka, dalam insiden tersebut. Dengan kejadian itu nama Robert XE "Robert" sebagai tokoh AM bersenjata, di sekitar Aceh Utara semakin tenar dan semakin diburu siang malam oleh TNI/Polri XE "TNI/Polri" , sehingga menurut informasi ada sebagian dari senjata tersebut, berhasil direbut kembali. Ada pula yang mengatakan bahwa Yusuf Ali XE "Yusuf Ali" , yang saat itu sebagai Panglima Pase XE "Panglima Pase" dan Ishak Daud XE "Ishak Daud" , yang kemudian menjadi Panglima Peureulak XE "Peureulak" , juga ikut berperan dalam perebutan senjata tersebut.

Sejak itulah operasi militer lebih intensip dan lebih teratur di-laksanakan, baik operasi intellijen yang ketika itu diperankan oleh Kopassus XE "Kopassus" , mulai dari operasi Nanggala-16, yang dipimpin oleh Mayor Sofian Efendi XE "Sofian Efendi, Mayor" , digantikan dengan operasi Nanggala-21, pimpinan Letda Syafrie Syamsuddin XE "Syafrie Syamsuddin, Letda" , kemudian digantikan oleh Operasi Nanggala XE "Operasi Nanggala" 35, dipimpin oleh Kapten Sutiyoso XE "Sutiyoso, Kapten" , di samping operasi-operasi lainnya. Tujuan utama dari operasi-operasi tersebut antara lain adalah, menetralisir situasi dan kondisi, memulihkan keamanan agar konstruksi dari proyek-proyek LNG XE "LNG" dapat berjalan tanpa gang-guan, dan tentunya untuk mengatasi gerakan Aceh Merdeka. Anehnya, sudah demikian kondisinya, masih saja pemerintah atau tepatnya pihak keamanan mengatakan bahwa kekerasan dan pelanggaran hukum tersebut dilakukan oleh orang-orang atau kelompok kriminal, yang tidak mempunyai motivasi politik. Mereka adalah Gerakan Pengacau Keamanan (GPK). (Buku Kontras).

Status sebagai Daerah Operasi Militer (DOM XE "DOM" ), kalaupun dapat dikatakan sebagai status, sesungguhnya dimulai dengan adanya penempatan/penugasan (deployment) pasukan TNI untuk melaku-kan operasi dengan nama sandi Operasi Jaring Merah XE "Operasi Jaring Merah" di Aceh yang dimulai pada tahun 1989 dan berakhir dengan dihentikannya operasi tersebut. Sejak operasi jaring merah tersebut, terjadi penambahan jumlah personil pasukan non-organik sebanyak 6.000 orang, suatu angka yang cukup fantastis. Sementara dihentikannya Operasi Jaring Merah, terkesan sebagai mencabut status DOM oleh Panglima TNI Wiranto XE "Wiranto, Pangab" pada tanggal 7 Agustus 1998. Banyak petinggi militer, merasa kurang pas, dengan istilah pecabutan DOM dan mereka terus berargumentasi dengan mengatakan, sesungguhnya tidak ada istilah baku di kalangan ABRI XE "ABRI" , untuk menyatakan atau memberi status suatu daerah sebagai Daerah Operasi Militer atau DOM, jadi tidak ada yang perlu dicabut. Yang ada adalah, untuk Aceh sejak akhir tahun 1989-an, mengingat meningkatnya kegiatan GAM XE "GAM" , diadakan dan di tingkatkan operasi militer yang menurut Try Sutrisno XE "Try Sutrisno" , tergolong sebagai Operasi Keamanan dalam Negeri (Ops Kamdagri), dan bukan operasi tempur. Yang dilakukan di Aceh ketika itu, lebih berbobot sebagai operasi intellijen yang inti kekuatannya didominasi oleh aparat Kopassus XE "Kopassus" (Komando Pasukan Khusus), dibantu oleh pasukan elit lainnya, yang merupakan pa-sukan non-organik di Aceh, yang dikenal dengan nama Operasi Jaring Merah. Operasi intellijen, dapat saja digabung dengan operasi teritorial, yang tujuan utamanya adalah membina, membimbing dan mengembangkan masyarakat. Sedangkan status Aceh adalah tap saja sebagai tertib sipil, sebagaimana daerah (Propinsi) lainnya.

Gangguan serius terhadap keamanan dan ketertiban yang diduga dilakukan oleh orang-orang GAM XE "GAM" , membuat Gubernur Aceh. Prof. Dr. Ibrahim Hasan XE "Ibrahim Hasan" kuatir, jangan-jangan gangguan keamanan yang semakin meningkat tersebut pada waktunya akan mengganggu proyek vital yang sedang giat-giatnya dibangun saat itu, serta akan mengganggu ketenangan dan keselamatan rakyat pada umumnya. Oleh karenanya Ibrahim Hasan melaporkan perihal tersebut, kepada Mendagri dan Presiden RI di Jakarta XE "Jakarta" , dan itu memang salah satu kewajibannya sebagai Gubernur/Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.

Sebenarnya yang di permalahkan dan/atau yang menjadi masalah dan bahkan ditentang, bukanlah operasi militernya, apalagi kalau operasi, tersebut benar-benar bertujun baik, demi kemas-lahatan rakyat Aceh, dan keberlanjutan pembangunan Aceh. Tetapi justru berbagai kasus pelanggaran hukum, pelanggaran HAM XE "HAM" , dan berbagai tindak kekerasan, yang telah sangat menyengsarakan dan menzalimi rakyat, yang menyertai operasi tersebut, yang ditentang habis-habisan oleh orang Aceh, bahkan oleh siapa saja di muka bumi ini, yang punya hati dan perasaan. Banyak sekali contoh dapat dikemukakan sebagai indikator untuk mengatakan bahwa di Aceh telah terjadi eskalasi atau peningkatan gangguan keamanan dan ketertiban umum, sekaligus juga banyak sekali terjadi tindak keke-rasan, kekejaman terhadap rakyat, serta pelanggaran HAM.

Pasukan organik yang ada di Aceh juga tentunya ikut membantu operasi tersebut. Dengan legalitas Operasi Jaring Merah XE "Operasi Jaring Merah" , keberadaan militer menjadi merata dihampir seluruh Aceh, terutama di daerah-daerah kantong GAM XE "GAM" . Selama 9 tahun berada dalam status DOM XE "DOM" , cukup banyak menelan korban nyawa manusia, orang hilang, harta benda yang hancur dan musnah, baik milik pribadi maupun milik publik. Adanya kuburan massal, adanya orang mati tak tahu di mana kuburannya, adanya orang hilang karena dihilangkan, adanya orang diculik atau ditahan untuk disiksa, adanya pembakaran rumah/tempat-tinggal, toko atau kedai dan bahkan bangunan publik, yang kesemuanya tergolong sebagai pelanggaran HAM XE "HAM" , sangat menonjol terjadinya dimasa DOM. Bahkan setelah DOM pun masih banyak korban berjatuhan. Inilah antara lain yang dikatakan sebagai sesuatu yang baru oleh Prof. Jim Siegel XE "Jim Siegel, Prof." , Pengamat Aceh dari Cornell University, sebagaimana ditulis oleh Fikar F. Weda XE "Fikar F. Weda" , dan S. Satya Dharma XE "Satya Dharma" , sebagai berikut: Sekarang Pemerintah Indonesia dengan ABRI-nya melakukan tindakan terhadap rakyat yang berat sekali. Kalau boleh bilang malah ganas. Kita melihat kuburan massal, itu luar biasa. Luar biasa buat saya. Sejak perang Aceh melawan Belanda, tidak ada kuburan massal. Kalau ada foto-foto, kita hanya lihat banyak orang yang terbunuh oleh Belanda. Dan itu terjadi dengan cara bertempur. Jadi lain yang terjadi di Aceh sekarang. Orang diculik, dibunuh, disiksa. Itu hal yang baru dalam sejarah Aceh.

Forum Peduli HAM XE "HAM" Aceh melaporkan tentang berbagai korban kekerasasn, selama DOM XE "DOM" , sebagai berikut:

Orang tewas/terbunuh, sebanyak 1. 321 kasus.

Orang hilang, sebanyak 1. 958 kasus.

Penyiksaan, sebanyak 3. 430 kasus.

Pemerkosaan, sebanyak 128 kasus.

Pembakaran, sebanyak 597 kasus.

Total keseluruhannya, sebanyak 7. 434 kasus.

Pada prinsipnya dan logikanya, penambahan personil militer ke Aceh, untuk melakukan operasi militer adalah untuk menghadapi semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan GAM XE "GAM" , dan/atau pengacau keamanan lainnya, yang tidak mampu di atasi oleh personil TNI/ Polri XE "TNI/Polri" organik, yang ada di Aceh saat itu. Dengan penambahan baik personil TNI/Polri, berikut peralatan dan persenjataannya, menjadi lebih mudahlah bagi TNI/Polri untuk melakukan operasi, apa pun namanya, tegasnya dalam mengejar/memburu dan mengeliminir ruang gerak GAM. Pihak GAM pun sangat sadar akan kondisi yang sangat tidak menguntungkan bagi mereka tersebut. Mulailah mereka menempuh taktik menghindar, bahkan menjauh dari konsentrasi dan area operasi TNI/Polri dan/atau dari perkampungan masyarakat, atau dari sekitar jalan raya. Sebagian dari orang-orang GAM melari-kan diri ke luar negeri, rerutama ke Malaysia XE "Malaysia" , terutama melalui cara-cara illegal, yang menurut Isa Sulaiman, ada sebanyak 286 orang mendarat di berbagai tempat disepanjang pantai Malaysia, antara tanggal 15 Maret s/ 5 September 1991. Tentunya tidak semuanya mereka adalah orang GAM, tetapi yang pasti adalah mereka semuanya tidak tahan dan/atau takut kepada kekejaman operasi apkam di Aceh yang tidak pilih bulu. Banyaknya pendatang illegal (haram) dari Aceh ke Malaysia itu, telah menimbulkan masa-lah tersendiri dalam hubungan diplomatik Indonesia Malaysia, walaupun kemudian masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Sebagian dari mereka kemudian berhasil dibujuk untuk dipulangkan kembali ke Aceh melalui apa yang disebut sebagai operasi bujuk yang digelar pada akhir tahun 1991. Sebagian dari mereka selamat sampai di Aceh, namun sebagian ada pula yang hilang di tengah jalan, atau tepatnya di tengah laut. Namun, Musanna XE "Musanna" , putranya A. Wahab Umar Tiro XE "Wahab Umar Tiro" . Iklil Iyas Leube, Said XE "Said, T. M." A. Hanan Adami XE "Hanan Adami" , Yusra Habib Gani XE "Yusra Habib Gani" , dan lain-lain sebanyak 43 orang, menerobos masuk halaman kantor UNHCR XE "UNHCR" (United Nations High Commisioner of Refugees) di Kuala Lumpur XE "Kuala Lumpur" , pada tanggal 22 Juni 1992, untuk meminta status pengungsi (refugee). Setelah itu bebas-lah bagi mereka untuk menetap di negara mana yang dipilihnya.

Sementara itu, ada pula orang GAM XE "GAM" yang tidak bernasib baik, mereka tetap berada di Aceh, dan terus berjuang sambil dikejar-kejar oleh apkam RI, sampai ke pucuk-pucuk gunung dan ke rawa-rawa dipantai, siang-malam, sehinga banyak pula di antara mereka yang tewas, seperti: Iskandar XE "Iskandar" di Langsa XE "Langsa" , Amin Nafi XE "Amin Nafi" di Pidie XE "Pidie" , Imum Hamzah XE "Imum Hamzah" di Batei Iliek XE "Batei Iliek" , Yusuf AB di Matang Keusijuek XE "Matang Keusijuek" , Yusuf Ali XE "Yusuf Ali" di Krueng Guci XE "Krueng Guci" , dan sebagainya, atau tertangkap seperti T. M. Said XE "Said, T. M." , Ir. Linggadiansyah XE "Linggadiansyah, Ir." , dan sebagainya. Namun GAM tentunya, sangat sadar bahwa semuanya tersebut adalah resiko atau harga yang harus dibayar oleh suatu perjuangan, yang akan dipikul/diterima oleh siapa pun, apalagi untuk suatu perjuangan yang diyakini oleh GAM sebagai suatu perjuangan besar. Adalah wajar menurut masya-rakat, jika resiko dari operasi apkam tersebut diterima secara pro-porsional oleh GAM, sebagai pihak yang terlibat langsung dalam suatu konflik besar. Demikian juga halnya, adalah wajar, jika ada akibat konflik yang diterima oleh apkam RI.

Tetapi yang tidak dapat diterima oleh masyarakat dan oleh fikiran sehat, adalah mengapa rakyat yang tak terlibat langsung sebagai pihak dalam konflik atau orang-orang yang tak berdosa, orang-orang sipil, termasuk anak-anak dan kaum perempuan yang tidak tahu menahu, menerima akibat buruk dari kekerasan dan kekejaman Operasi Militer tersebut. DOM XE "DOM" . kenyataannya tidak hanya mengatasi, menekan dan mengeliminir gerakan atau pasukan dan orang-orang GAM XE "GAM" , tetapi juga banyak, dan menurut sementara laporan, bahkan lebih banyak tertuju kepada rakyat biasa yang bukan GAM. Walaupun hal itu dikategorikan oleh aparat keamanan, sebagai akibat sampingan dari suatu operasi militer, namun nyata-nya terjadi terus menerus dan semakin meluas, tanpa perbaikan yang berarti, betapapun dikritik keras oleh banyak pihak. Oleh karenanya, akhirnya terbentuklah citra, DOM adalah kekejaman dan kekasaran/kebrutalan/ penyiksaan terhadap rakyat sipil, yang kesemuanya adalah pelanggaran HAM XE "HAM" berat. Sudah barang tentu, Pemerintah atau pimpinan instansi keamanan, mengatakan bahwa itu bukanlah kebijakan yang disengaja, tetapi lebih merupakan ekses. Kalaupun ada yang disengaja, hanya lah berupa shock teraphy semata. Tetapi masyarakat tentu dapat menilai, masa iya suatu shock teraphy berlangsung selama 9 tahun secara terus-menerus dan merata diseluruh Aceh.

Kalau kita bertanya mengapa hal tersebut terjadi? Tentu banyak sekali jawabannya, tetapi yang paling masuk akal, mungkin jawaban berikut:

1. Memang lebih mudah menemukan dan kemudian menganiaya rakyat sipil di kampung-kampung, atau dikedai-kedai dari pada repot-repot mencari GAM XE "GAM" ke gunung-gunung, atau ke rawa-rawa, sedangkan ongkos operasinya sama saja kalau dihitung perhari. Mencari GAM akan ada resiko kemungkinan kena tembak oleh senapang GAM, tetapi menemukan rakyat yang tak bersenjata, tidak ada resiko apa-apa. Mendapatkan orang-orang kampung atau siapa saja, dan sekaligus menganiayanya menjadi perlu dan bahkan harus, bagi apkam yang tidak professional dan cenderung untuk sekedar balas dendam, atau untuk memenuhi dorongan emosional setia kawan/solidaritas korp, mengingat pada waktu lain ada teman mereka yang diganggu dan/atau ditembak oleh GAM, bukan oleh orang kampung yang dianiaya tersebut. .

2. Perlu ada laporan, baik ke induk pasukan, maupun ke Jakarta XE "Jakarta" , tentang berapa orang GAM XE "GAM" yang ditemui dan dimusnahkan, atau dibina, sehingga kalau memang sulit mencari GAM yang se-benarnya, ya, siapa sajalah yang ketemu, yang penting dalam laporannya disebutkan bahwa mereka adalah orang GAM.

3. Setaip ada laporan menemukan atau memusnahkan orang GAM XE "GAM" , adalah suatu prestasi, dan credit point, yang mempunyai dampak bagi kenaikan pangkat. Oleh karenanya setiap operasi, dibenak masing-masing orang yang ikut operasi, adalah kenaikan pangkat, dan tambahan insentif lainnya, tidak perduli siapa yang akan menjadi korban, atau dikorbankan untuk itu. .

4. Prajurit apkam RI memang rendah sekali sense of Human Rightsnya, sehingga nyawa manusia bagi mereka adalah sesuatu yang tidak ada nilainya sama sekali, dibandingkan dengan kanaikan pangkat dan insentif yang mungkin dirimanya. Lain halnya kalau nyawa tersebut adalah nyawa dia sendiri, atau kalau kejadian tersebut menimpa dia sendiri dan/atau keluarga-nya. Hak Asasi Manusia oleh karenanya akan kalah atau pun dikorbankan umtuk sesuatu yang dibungkus dengan adagium to kill or to be killed dalam suatu pertempuran.

5. Diduga ada grant strategy untuk menganiaya dan menghancur- leburkan orang Aceh, karena selalu berontak, dengan cara menyamaratakan atau berasumsi bahwa semua orang Aceh ada-lah GAM XE "GAM" atau pendukung GAM atau simpatisan GAM. Maka semua orang Aceh haruslah diperlakukan sebagaimana perla-kuan terhadap GAM, jadi harus dimusnahkan atau paling tidak harus di lumpuhkan, atau dibuat tak berdaya.

6. Diduga ada grant strategy lain, yakni untuk memelihara kelanggengan konflik di Aceh. Dengan berbuat kejam dan sangat menyakiti hati orang Aceh tersebut, akan terpeliharalah dendam di hati sanubari orang Aceh, kepada apkam RI. Sehingga sedikit saja ada masalah, diharapkan oleh sutradara grant strategy tersebut, agar Aceh akan berontak lagi, karena dendam dan sakit hati itu. Orang-orang yang menghendaki kelanggengan konflik Aceh atau konflik di Aceh, adalah mereka yang memang bisnisnya hanya akan hidup dan menguntungkan dalam suasana konflik. Adalah paling keji, jika ada di antara mereka yang mendesain, Aceh sebagai tempat atau wilayah ajang latihan bagi apkam RI, terutama latihan perang-perangan secara fisik atau latihan menggunakan senjata, dengan menjadikan tubuh orang Aceh sebagai sasaran tembak, atau sasaran penganiayaan. Ada pula yang ingin menjadikan konflik Aceh sebagai ajang latihan untuk meningkatkan kewaspadaan dan Katahanan Nasional di segala bidang.

Ada di antara korban kekejaman tersebut diambil atau diculik, disiksa, dan kemudian dibunuh diam-diam di suatu tempat, atau ada juga yang bernasib baik, dilepas. Ada pula yang dibunuh terang-terangan atau dipertontonkan di depan publik, atau di depan keluarga dan kaum kerabatnya. Oleh karenanya rakyatlah yang paling banyak menderita selama 9 tahun masa DOM XE "DOM" . Rakyat benar-benar terzalimi, bagaikan berada dalam neraka, dan tidak tahu mau berbuat apa, dan tidak pula tahu mau mengadu ke mana atau kepada siapa.

Kondisinya persis, sebagaimana yang digambarkan oleh banyak panyair, yang diinspirasikan oleh syair Taib Adami XE "Taib Adami" ketika membela diri di pengadilan, lebih kurang sebagai berikut:

Ta jak bak Geusyhik, lagei bok pik hana sagou XE "sagou" Ta jak bak Camat, haba mangat geunap urou ....

Ta jak bak Wedana, lagei tima hana talou,

Ta jak bak Bupati, lageu gusi hana gigou,

Ta jak bak Gubernur, hom hai, ta meuleueh-lheueh keudrou ....

Akhirnya rakyat pasrah, tidak tahu lagi ke mana mengadu, apa yang terjadi terjadilah. Rakyat pun berfikir, tentu disuatu waktu pertolongan dan keadilan akan datang, karena keadilan tersebut ada di tangan Allah SWT, dapat saja disalurkan melalui tangan-tangan makhluk yang dikendakinya. Hanya dengan berfikir pendek yang sedemikianlah rakyat akhirnya mengurut dada, menerima kenyataan tersebut, semata sebagai takdir Allah. Mungkin dengan cara demi-kianlah dia dapat kembali tegak dan tegar menghadapi masa depan yang lebih penting lagi dari pada masa yang lalu yang penuh keke-laman dan kepahitan.

Rakyat ketika itu, memang serba salah, baik dalam menghadapi berbagai operasi militer TNI/Polri XE "TNI/Polri" , dan juga dalam menghadapi kontra operasi tersebut dari pihak GAM XE "GAM" , atau orang-orang yang mengatas namakan GAM. Hampir tiap hari orang mati, orang hilang atau dihilangkan, pembakaran, pemerkosaan, perampasan hak dan harta bendanya, penganiayaan/penyiksaan, dan hampir tiap hari pula kedapatan mayat bergelimpangan baik tanpa maupun dengan identitas di pinggir jalan, di semak-semak, dalam sungai, dan di tempat-tempat lain.

Sementara itu terkenallah beberapa arena pembunuhan (killing field) dan pasca pembunuhan baik kuburan massal yang sengaja digali, atau kuburan gelap dan/atau tempat pembuangan mayat, setelah dibunuh dengan kejam, seperti:

- Kuburan massal, atau tempat pembuangan mayat, dengan mayat yang bertumpuk-tumpuk di Bukit Tengkorak XE "Bukit Tengkorak" , di Kec. Jambo Aye XE "Jambo Aye" , Aceh Utara, pada tahun 1990.

- Kamp Tahanan dan Jembatan di di Buket Takteh, Peureulak XE "Peureulak" Aceh Timur, 7 orang tewas, ditembak setelah/pada saat diinterogasi di jembatan dan mayatnya jatuh ke sungai.

- Tanggal 12-16 September 1990, ditemukan tiga jenazah dalam karung, di tepi jalan raya, di Seumadam, Aceh Timur, dan beberapa hari kemudian ditemukan lagi 4 jenazah di Kejuruan Muda, kemudian di Halaban XE "Halaban" , Besitang XE "Besitang" Sumut pada tanggal 19 September 1990, ditemukan satu jenazah, sedang di Jempa, Aceh Utara, ditemukan pula 8 jenazah pada pertengahan September 1990, dan seterusnya.

- Desa Lueng Sa, Simpang Ulim XE "Simpang Ulim" , Aceh Timur, dua orang tewas, dieksekusi di depan umum, pada hari 17 Ramadham 1991.

- Kuburan massal Blok B, UPT IV, Kebun Kelapa Sawit, Jambo Aye XE "Jambo Aye" , Februari 1991.

- Tempat tahanan dan penganiayaan serta pembunuhan Rumoh Geudong, di Pidie XE "Pidie" , dan juga Kamp Tahanan dan penyiksaan Rancung, dikomplek Proyek Vital, dekat Lhokseumawe XE "Lhokseumawe" . Dua Kamp ini sangat termasyhur dimasa DOM XE "DOM" , dan tentu saja, jangankan masuk ke dalamnya, mendengar namanya sajapun orang sudah menggeletar ketakutan.

- Beberapa kuburan massal, seperti di Jalan Mobil Oil XE "Mobil Oil" , Kec. Sukamakmur XE "Sukamakmur" , di Perkebunan Kelapa Sawit PTP-V hutan Seureuke XE "Seureuke" , Perkebunan Alue Nireh XE "Alue Nireh" , Jurang Jalan TangseBeureunuen XE "Beureunuen" .

Demikian pula banyak terdapat tempat pembuangan mayat, seperti Sungai Arakundou XE "Sungai Arakundou" , Lhok Nibong XE "Lhok Nibong" , di desa Seureuke XE "Seureuke" , Kec. Jambo Aye XE "Jambo Aye" , Kuburan massal di Bukit Sentang XE "Bukit Sentang" , Lhok Sukon XE "Lhok Sukon" , Jurang Cot Panglima XE "Jurang Cot Panglima" , Pembantaian Tgk. Bantaqiah XE "Bantaqiah, Tgk." , dan sebagainya. Di samping itu menonjol pula adanya kampung janda sebagai simbol dari pemusnahan kaum laki-laki di suatu kampung, sehingga tinggallah para janda dan anak-anak.

Memang, dari berbagai fakta di lapangan, tidak seluruhnya kekerasan dan kekejaman serta pembunuhan/penghilangan tersebut dilakukan oleh aparat keamanan TNI/Polri XE "TNI/Polri" . Ada juga yang dilakukan oleh orang-orang tak dikenal, atau oleh orang yang dikenal masyarakat sebagai GAM XE "GAM" , atau orang-orang yang mengatasnamakan TNI/Polri dan/atau GAM. Namun yang sangat disesali masyarakat adalah perlakauan-perlakuan yang menyakiti hati, perasaan dan fisik rakyat, tegasnya yang menzalimi rakyat, yang dilakukan oleh apkam RI. Karena mereka adalah warganegara syah dari RI. Karena tugas apkam RI, adalah untuk melindungi rakyat dan bukan sebaliknya, dan tugas mereka adalah untuk membina dan mendekati rakyat dan bukan sebaliknya, tugas mereka adalah untuk mencari simpati rakyat dan masyarakat dan bukan sebaliknya. Perlakuan/ kekejaman/kekasaran mereka, diakui oleh masyarakat sebagai lebih menonjol dan lebih merata ketimbang yang dilakukan oleh pihak GAM dan atau oleh provokator lainnya.

Jika di renung-renung kembali, memang masuk akal juga, mana mungkin GAM XE "GAM" sempat melakukaan sesuatu lagi, termasuk keke-jaman dan kekerasan terhadap rakyat, sementara mereka sedang atau pagi-sore, siang-malam, dikejar-kejar oleh TNI/Polri XE "TNI/Polri" , mereka lebih memilih lari terbirit-birit menyelamatkan diri, ketimbangan melakukan sesuatu yang menyakiti rakyat dikampung. Perlu juga dicatat, bahwa selama DOM XE "DOM" , operasi TNI/Polri sangat intensip dan merata setiap saat, dan diseluruh wilayah Aceh, dari pantai sampai ke kaki-kaki bukit.

Sangat tragis, mencekam dan menyakitkan rakyat Aceh ter-hadap berbagai kekejaman dan kebrutalan selama DOM XE "DOM" tersebut, oleh karenanya ketika Pangab Wiranto XE "Wiranto, Pangab" , mengumumkan akan mena-rik semua pasukan non-organik dari Aceh dihadapan Muspida Aceh di pendopo Aceh Utara, pada tanggal 7 Agustus 1998, disambut oleh hadirin/hadirat, dengan kumandang Allahu Akbar, disertai dengan katerharuan yang mendalam, serta secara beramai-ramai pula mere-ka melakukan sujud syukur, demikian pula di kalangan masyarakat. Pangab Wiranto XE "Wiranto, Pangab" , antara lain mengatakan Setelah mendapat restu dari Presiden Habibie XE "Habibie, Presiden" , mulai hari ini, ABRI XE "ABRI" akan segera menarik satuan-satuan ke luar Aceh, September tahun ini. Kepada Pangdam, saya beri waktu satu bulan untuk menarik semua pasukan yang bukan organik Aceh, Sebagai pimpinan ABRI saya putuskan bahwa keamanan Aceh, sepenuhnya saya serahkan kepada rakyat Aceh sendiri, yaitu kepada para ulama, tokoh masyarakat, guru, pejabat pemerintah, dan seluruh lapisan masyarakat, termasuk satuan-satuan ABRI milik Polda dan Korem-Korem Aceh sendiri

Kekerasan dan Kekejaman setelah DOM XE "DOM" Namun setelah DOM XE "DOM" dicabut, bersama dengan dihentikannya Operasi Jaring Merah XE "Operasi Jaring Merah" , bukanlah berarti Aceh terbebas dari operasi militer. Setelah keamanan Aceh beralih ke tangan Pasukan TNI dan Polri organik, dibentuklah kemudian operasi yang menggunakan tenaga inti Polri dan TNI organik tersebut, antara lain yang dikenal dengan nama: Operasi Sadar Rencong XE "Operasi Sadar Rencong" -I (Mei 1999-Januari 2000, Operasi Sadar Rencong II (Februari 2000-Mei 2000), Operasi Sadar Rencong III (Juni 2000-Februari 2001), PPRM XE "PPRM" (Pasukan Penindak Rusuh Massa), Operasi Cinta Meunasah XE "Operasi Cinta Meunasah" (Juni 2000-2001), dan Operasi Cinta Damai XE "Operasi Cinta Damai" ( 2001-2002).

Suatu kenyataan yang sangat disesalkan, kembali terjadi seba-gaimana adagium operasi militer tetap saja menelan korban, siapa pun pelaksananya, tidak perduli organik ataupun non-organik. Dicabutnya DOM XE "DOM" , kemudian digantikan oleh PPRM XE "PPRM" (Pasukan Penin-dak Rusuh Massa), Operasi Satgas Wibawa 1999 XE "Operasi Satgas Wibawa 1999" , tetap saja yang menonjol adalah pembunuhan, kekejaman, kekerasan di mana-mana, dan tetap saja tidak pilih bulu dan pelanggaran HAM XE "HAM" , baik yang diduga dilakukan oleh oknum aparat keamanan, maupun oleh oknum GAM XE "GAM" atau oleh orang tak dikenal lainnya, dengan korban yang sama, yaitu rakyat sipil. Ada beberapa kasus yang tampil di media massa, di samping banyak lainnya yang tidak terekspos, seperti:

- Penganiayaan di gedung KNPI, Lhokseumawe XE "Lhokseumawe" , pada hari Sabtu tang-gal 9 Januari 1999, di mana 4 orang tewas, dan 23 orang tahanan lainnya terpaksa dirawat di Rumah Sakit.

- Penembakan membabi buta di Idi Cut, terhadap kerumunan orang/ rakyat yang baru pulang dari (baru selesai) mendengarkan dakwah, pada tanggal 2 Februari 1999, dan sweeping yang dilakukan oleh aparat keamanan besok harinya tgl 3 Februari 1999, sehingga jumlah orang tertembak dan hilang sebanyk 25 orang.

- Penembakan brutal di Simpang KKA XE "Simpang KKA" (Kertas Kraft Aceh), Krueng Geukueh XE "Krueng Geukueh" , Aceh Utara, tanggal 3 Mei 1999, yang menewaskan rakyat sebanyak 65 orang, dan luka-luka sebanyak 119 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.

- Pembunuhan orang di Alue Nireh XE "Alue Nireh" , Aceh Timur, tanggal 14 Mei 1999.

- Penghadangan pasukan PPRM XE "PPRM" dan tenaga medis, di Cot Kruet XE "Cot Kruet" , Peudada XE "Peudada" , Aceh Utara, tanggal 25 Mei 1999, yang menewaskan dua orang polisi, seorang Dokter, dan seorang tenaga para medis.

- Penghadangan pasukan Aparat Keamanan yang berpatroli di Gunung Malem XE "Gunung Malem" , Aceh Barat pada tanggal 29 Mei 1999, yang menewaskan 9 orang aparat keamanan.

- Penembakan kepada kerumunan rakyat, akibat pecah ban mobil PPRM XE "PPRM" yang sedang operasi di Alue Nireh XE "Alue Nireh" , Peureulak XE "Peureulak" , Aceh Timur, pada tanggal 13 Juni 1999, menewaskan 2 orang anak dan 3 orang dewasa, serta beberapa orang luka-luka.

- Upaya menggagalkan Pemilu dengan ancaman, di Aceh Utara dan Pidie XE "Pidie" , pada bulan Juni 1999.

- Pembantaian Tgk Bantaqiah XE "Bantaqiah, Tgk." , seorang Pimpinan Pesantren (Dayah) di desa Blang Meurandeh XE "Blang Meurandeh" , Beutong Ateueh XE "Beutong Ateueh" , Aceh Barat, berikut anak dan santrinya serta penduduk sekitar, seluruhnya sebanyak 57 orang, pada tanggal 23 Juli 1999, karena dituduh (menurut laporan intelijen) menyimpan senjata dan menanam ganja. Mereka ditembak mati di Pesantren tersebut dan meninggal di tempat sebanyak 31 orang, selebihnya dieksekusi di kilometer 7, dan 8 dalam perjalanan menuju ke Takengon.

- Upaya mengancam rakyat yang hendak mengibarkan bendera Merah-Putih pada tanggal 17 Agustus 1999, dan merampas bendera tersebut.

- Pembakaran Hotel Meutia XE "Hotel Meutia" , milik Pupuk Iskandar XE "Iskandar" Muda, di Aceh Utara Oktober 1999.

- Pembakaran kantor Bupati, DPRD, Bappeda, dan kantor lainnya di Meulaboh, Aceh Barat, tanggal 2 Nopember 1999.

- Mengancam dan memaksa Geusyhik untuk tidak bekerja, sehingga banyak Geusyhik yang mengembalikan Cap Stempel ke kantor Camat.

- Memaksa orang/rakyat untuk mengungsi, dengan alasan takut kepada operasi Aparat Keamanan.

- Merajalelanya produksi dan lalu lintas Ganja.

- Ustaz atau ulama, yang sering menganjurkan amar maruf nahi munkar, walaupun sedang pulang sholat di masjid atau di meu-nasah, atau mereka yang tidak membayar uang pajak nanggrou XE "nanggrou" , diculik, kemudian dianiaya atau dibunuh.

- Seseorang, laki atau perempuan, dibunuh dengan semena-mena dengan tuduhan cuak, atau dekat dengan si pai.

- Seseorang dibunuh di depan keluarganya tanpa diketahui apa kesa-lahannya, kecuali dia adalah suku Jawa XE "Jawa" , demikian juga pembu-nuhan lainnya seperti terhadap orang yang tidak bersedia atau tidak cukup membayar uang tebusan.

- Penculikan dan Pemerasan terhadap Pegawai negeri atau pejabat negara atau kontraktor, atau orang tertentu, yang diharuskan membayar upeti atau uang tebus nyawa sejumlah tertentu, jika tidak sanggup memenuhinya akan dianiaya atau diseksekusi, atau dirampas harta bendanya.

- Pembakaran atau perampokan atau perampasan dijalanan umum baik terhadap Bus, dan atau angktuan barang.

- Pembakaran bangunan publik, terutama rumah-rumah sekolah.

- Sweeping di jalanan umum, jika menemukan anggota TNI/ Polri XE "TNI/Polri" dan atau orang-orang tertentu yang curigai, segera diculik, dianiaya dan atau dieksekusi.

- Pamaksaan atau anjuran untuk mogok kerja pada tanggal 4-5 Agustus 1999, dan anjuran mogok kerja bagi pegawai negeri, kecuali pegawai Rumah Sakit, PLN, kantor Pos, dan beberapa kantor pelayanan umum, sejak tanggal 1 Oktober 1999 s/d merdekanya Aceh.

- Penembakan terhadap 6 orang anggota Marinir di Jeunieb XE "Jeunieb" , Bireun XE "Bireun" , saat menunaikan sholat maghrib di suatu Mushalla, pada bulan Januari 2000.

- Penculikan dan pembunuhan terhadap Tgk. Nashiruddin Daud XE "Nashiruddin Daud, Tgk." , Wakil Ketua Pansus DPRRI tentang Permasalahan Aceh, di Medan XE "Medan" , dan mayatnya kemudian ditemui di desa Sibolangit XE "Sibolangit" , Kabupaten Deli Serdang XE "Deli Serdang" , Sumatra Utara.

- Diculik dan kemudian dibunuhnya Djafar Siddik XE "Djafar Siddik" , aktivis IFA XE "aktivis IFA" (International Forum for Aceh), suatu LSM yang berbasis di New York XE "New York" .

- Dan berbagai bentuk praktek kekerasan lain.

Reaksi DPRRI dan Masyarakat terhadap DOM XE "DOM" dan Kekerasa

DPRRI, menanggapi kekejaman dan kekerasan, serta buruknya akibat DOM XE "DOM" ini, segera membentuk apa yang disebut dengan Tim Pencari Fakta (TPF), yang diketuai oleh Letjen Hari Sabarno XE "Hari Sabarno, Letjen" , dengan anggotanya antara lain Ghazali Abbas Adan XE "Ghazali Abbas Adan" , Dr. Muchtar Azis XE "Muchtar Azis, Dr." , T. Syahrul XE "Syahrul, T." , ketiganya anggota DPRRI dari Daerah Pemilihan Aceh, dan sebagainya. TPF inipun mengadakan kunjungan ke Aceh. dan bertemu dengan banyak kalangan. Selama kunjungan lima hari ke Aceh, selain TPF banyak sekali menemukan kejadian-kejadian dan/atau laporan tentang kejadian yang dapat digolongkan sebagai pelangaran HAM XE "HAM" . Namun yang mengherankan adalah bahwa TPF tidak menemukan adanya latar belakang ideologis dari Gerakan Aceh Merdeka, tetapi semata-mata berkaitan dengan keadilan terutama di bidang ekonomi, dan kesejahteraan rakyat.

Sementara itu Taman Iskandar XE "Iskandar" Muda XE "Taman Iskandar Muda" (TIM), untuk meng-antisipasi akibat buruk dari DOM XE "DOM" tersebut segera pula membentuk Komite Solidaritas HAM XE "HAM" Daerah Istimewa Aceh, disingkat KOSHAMDA, yang diketuai oleh Amran Zamzami XE "Amran Zamzami" , Wakil-wakil Ketua: Dr. Said XE "Said, T. M." Zainal Abidin XE "Said Zainal Abidin, Dr." , dan Debra H. Yatim XE "Debra H. Yatim" , Sekretaris Drs. Hasballah Saad XE "Hasballah Saad" , Wakil-wakil Sekretaris, Mawardi Abdullah XE "Mawardi Abdullah, SE." , SE dan Dra Umaimah Wahid XE "Umaimah Wahid, Dra." , Bendahara, Marzuki Djoened XE "Marzuki Djoened, SH." , SH., Wakil Bendahara, Drs. H A. Wahab Rachmadsyah XE "Wahab Rachmadsyah, Drs. H. A." , dengan 14 orang relawan yakni: H. M. Yusuf Gading XE "Yusuf Gading" , H. Syamsuddin Abubakar XE "Syamsuddin Abubakar, H." , SH., Drs. H. Ali Hasyim XE "Ali Hasyim, Drs. H." , Drs. H. Said XE "Said, T. M." Umar Husin XE "Said Umar Husin, Drs. H." , Fachry Ali XE "Fachry Ali" , MA, Drs. Sayed Mudhahar Ahmad XE "Sayed Mudhahar Ahmad, SH., Drs." , SH., Drs. H. Ramly Ganie XE "Ramly Ganie, Drs. H." , H. Said XE "Said, T. M." Mustafa XE "Said Mustafa, H." , Ir. H. T. Zulkarnain Yusuf XE "Zulkarnain Yusuf, Ir. H. T." , Drs. Hasyim Syam, Fajran Zein XE "Fajran Zein" , SH., Christine Hakim XE "Christine Hakim" , Eros Djarot XE "Eros Djarot" , dan Ir. H. Nur Gaybita XE "Nur Gaybita, Ir. H." .

Penasihat adalah: Prof. Dr. Ismail Sunny XE "Ismail Sunny, SH., Prof. Dr." , SH., H. Ismail Hasan Metareuem XE "Ismail Hasan Metareuem, SH., H." , SH., M. Salim XE "Salim, SH., M." , SH., dan Ir. Mustafa Abubakar XE "Mustafa Abubakar, Ir." .

Pernyataan atau resolusi perdana yang dikeluarkan oleh Komite Solidaritas HAM XE "HAM" di Aceh ini, yang ditandatangani oleh Amran Zamzami XE "Amran Zamzami" sebagai Ketua dan Hasballah M. Saad sebagai Sekretaris, adalah terdiri dari 6 butir Pokok-Pokok Pikiran Masyarakat Aceh, Jakarta XE "Jakarta" . Pokok-pokok pikiran tersebut disampaikan oleh KOSHAMDA, dalam dengar pendapat dengan Komisi-I DPRRI, tanggal 19 Februari 1999, yakni sebagai berikut:

Meminta kepada pemerintah dan ABRI XE "ABRI" agar segera menghenti-kan berbagai tindak kekerasan, pembunuhan dan pelanggaran HAM XE "HAM" di Aceh yang berlarut-larut. Mengharapkan pemerintah dan ABRI bertanggung jawab dalam memberikan rasa aman dan perlindungan hukum terhjadap anggota masyarakat yang hak-hak dasarnya telah dirampas, sehingga mereka dapat kembali hidup layak sebagai warga negara.

Meminta agar pemerintah dan ABRI XE "ABRI" segera mengusut tuntas dan memberi tindakan hukum yang tegas terhadap para pelaku tindak kekerasan dan penembakan terhadap anggota masyarakat di ber-bagai tempat di Daista Aceh.

Meminta agar pemerintah dan ABRI XE "ABRI" menjelaskan kepada masya-rakat secara jujur dan terbuka, siapa saja para pelaku penembakan dan tindak kekerasan itu, serta segera dilakukan penyelidikan ter-hadap motivasi dibalik tindak kekerasan itu secara obyektif dan terus-terang, sehingga para pelakunya dapat dibawa ke depan pe-ngadilan.

Meminta kepada pemerintah dan ABRI XE "ABRI" menindak lanjuti berbagai komitmen, seperti membantu pemulihan para korban dengan pemberian kompensasi yang lauak dan pelayan yang berdasrkan niali agama terhadap korban pembunuhan massal, dan penyelesaian jaminan kelangsungan hidup, kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak korban tindak kekerasan.

Meminta pemerintah dan ABRI XE "ABRI" , agar bersunguh-sungguh men-cari penyelesaian terhadap masalah Aceh secara politik, hukum dan keamanan, ekonomi, sosial dan budaya, sehingga akar masalah pertentangan dan perbedaan pandangan dapat diselesaikan secara tuntas, namun bukan dengan jalan kekerasan dan arogansi kekuasaan sepihak. Pengalaman di Aceh menunjukkan bahwa cara-cara kekerasan tidak pernak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.

Anggota ABRI XE "ABRI" non-organik yang beroperasi di Aceh, perlu segera ditarik, untuk mencegah terulangnya tindak kekerasan dan pelang-garan HAM XE "HAM" yang berkepanjangan, serta memudahkan jalan penye-lesaian secara damai, obyektif, dan memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Pedihnya DOM XE "DOM" , dirasakan secara merata oleh semua penduduk Aceh. Walaupun operasi jaring merah sebagai inti dari DOM dimaksudkan untuk mengatasi dan mengantisipasi serta membe-rantas GAM XE "GAM" , tetapi yang merasakan dampak negatifnya adalah umumnya rakyat sipil yang tidak bersenjata, dan tidak ada urusan apa pun dengan GAM. Oleh karenanya secara bergelombang timbul reaksi masyarakat, tidak hanya di Aceh tetapi juga di luar Aceh bahkan di luar negeri sekalipun. Sesungguhnya banyak usaha dari instansi keamanan di Aceh untuk mendekati tokoh-tokoh non-formal, termasuk para ulama, dan mengikutsertakan mereka dalam upaya mempersuasi, mengajak dan membina masyarakat agar menjauhi dan tidak mengukuti GAM. Namun perlakuan kejam dan berbagai kekerasan oleh apkam RI, serta ekses negatif lainnya dari DOM terhadap rakyat, yang sangat menyakitkan hati, akhirnya tidak membuat rakyat lebih dekat dan lebih sayang kepada apkam RI. Bahkan mereka menjadi lebih jauh dan membenci mereka. Dan sebaliknya walaupun mereka tadinya sesungguhnya bukan orang GAM, tetapi karena sakit hati dan fisiknya oleh apkam, timbullah dendam atas kekejaman dan kekerasan tersebut, mereka menjadi lebih memihak orang-orang GAM ketimbang kepada apkam RI. Beberapa kali pimpinan apkam RI baik di tingkat Kodim, Korem, yakni Korem Lilawangsa XE "Korem Lilawangsa" yang dipimpim oleh Kol. Sofian Efendi XE "Sofian Efendi, Kol." , dan kemudian digantikan oleh Kol. Syarwan Hamid XE "Syarwan Hamid, Kol." , demikian pula Korem Teuku Umar XE "Korem Teuku Umar" , maupun Pangdam, Mayjen Pramono XE "Pramono, Pangdam Mayjen." , mengada-kan pertemuan dan melibatkan banyak ulama dan tokoh masyarakat seperti Ali Hasjimi XE "Ali Hasjimi" , Ketua MUI, Aceh, Hasan Ali, Tgk. H. Usman Ali XE "Usman Ali, Tgk." Kuta Krueng XE "Usman Ali Kuta Krueng, Tgk." , pimpinan Pesantren Al Munawarah Ulee Gle XE "Ulee Gle" , Tgk. H. Ibrahim Bardan XE "Ibrahim Bardan, Tgk. H." , pimpinan Pesanten Maklikussaleh, Panton Labu XE "Panton Labu" , Tgk H. Abdullah Trubue, Tgk. H. M. Ali Irsyad XE "Ali Irsyad, Tgk. H. M." , pimpinan Pesantren Darussaadah, Teupin Raya XE "Teupin Raya" , dan banyak tengku-tengku atau abu-abu lainnya. Selain itu, Bustanil Arifin XE "Bustanil Arifin" sebagai Menteri Koperasi pun ditugaskan oleh Presiden Soeharto XE "Soeharto, Presiden" untuk ikut membantu pemulihan keamanan di Aceh, dan kemudian juga M. Nur Nikmat XE "Nur Nikmat, M." dari Medan XE "Medan" , namun semuanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Upaya-upaya tersebut ternafikan oleh kekejaman dan kekerasan apkam RI terhadap rakyat di Aceh.

Rektor Unsyiah Prof. Dr. Dayan Dawood XE "Dayan Dawood, Prof. Dr." pun nimbrung dengan mengajukan fikiran bahwa agar status trouble spot untuk Aceh segara dicabut agar pembangunan dapat berjalan lebih lancar. Beliau nampaknya sengaja menggunakan istilah trouble spot untuk tidak menyebut DOM XE "DOM" . Sayangnya saran yang keluar dari fikiran jernih sang Rektor tersebut, yang ditanggapi positif oleh para penguasa di bidang Keamanan di tingkat pusat, tetapi nyatanya berbeda prakteknya di tingkat daerah.

Hampir bersamaan dengan itu Aktivis HAM XE "HAM" , Ir. Gani Nurdin juga menyuarakan hal-hal yang berkenaan dengan pelanggaran HAM selama DOM XE "DOM" di Aceh, yang mendapat sambutan dari para aktivis lainnya, walaupun tidak digubris oleh penguasa. Suara Gani Nurdin tersebut disambut positip oleh aktivis HAM di daerah antara lain Dr. Humam Hamid XE "Humam Hamid, Dr." , dan Syaifuddin Bantasyam XE "Syaifuddin Bantasyam" , yang kemudian membentuk Forum Peduli HAM XE "Forum Peduli HAM" (FP HAM), serta di tingkat pusat antar lain oleh Asmara Nababan XE "Asmara Nababan, SH." , SH., Munir XE "Munir, SH." , SH., Hakim Garuda Nusantara XE "Hakim Garuda Nusantara, SH." , SH., Bambang Wijayanto XE "Bambang Wijayanto, SH." , SH., dan sebagainya. Sedang-kan di kalangan masyarakat Aceh sendiri, selain di Aceh, juga mahasiswa Aceh di Jakarta XE "Jakarta" , yakni IMAPA (Ikatan Mahasiswa Pelajar Aceh), Pimpinan Fajran Zein XE "Fajran Zein" S. Ag, dan Ismail Bardan XE "Ismail Bardan, SH." , SH. Kesemua-nya menuntut (meminta dengan hormat kepada) Pemerintah agar segera menghapuskan DOM untuk Aceh. Di Aceh sendiri banyak LSM dan/atau akitivis yang muncul menghujat DOM dan menuntut agar DOM dicabut, seperti Yusuf Ismail Pase, SH a/n LPLH (Lembaga Pembelaan Lingkungann Hidup), Aguswandi, yang melakukan mogok makan bersama 12 mahasiswa lainnya, Radhi Darmansyah XE "Radhi Darmansyah" , SMUR, FORMIDA, 12 senat mahasiswa perguruan tTinggi, KARMA (Kesa-tuan Aksi Reformasi XE "Reformasi" Mahasiswa Aceh), beberapa wanita dan juga pria korban DOM, Otto Syamsuddin XE "Otto Syamsuddin" , M, Yacob Hamzah XE "Yacob Hamzah, SH." , SH. a/n LBH Lhokseumawe XE "Lhokseumawe" , Akitivis Wanita yang tergabung dalam FOPA (Forum Organisasi Perempuan Aceh), SOMAKA XE "SOMAKA" (Solidaritas Mahasiswa untuk Kasus Aceh) Jakarta yang dipimpin oleh Fajran Zein dan Fadli Ali XE "Fadli Ali" , semuanya menuntut agar para pelanggar HAM segara diproses menurut hukum yang berlaku dan dicabutnya DOM. Demonstrasi pun hampir tiap hari terjadi baik yang dilakukan oleh Mahasiswa dari berbagai universitas, di Banda Aceh XE "Banda Aceh" , Sigli XE "Sigli" , Lhokseumawe, Langsa XE "Langsa" dan di kota-kota lainnya. Ada juga sebagian mereka yang pergi ke Jakarta dengan bus untuk demonstrasi di sana, menuntut pancabutan DOM, dan agar pelanggar HAM diadili, seperti yang dilakukan oleh Taufik Abda XE "Taufik Abda" , bersama 40 mahasiswa IAIN, pada tanggal 20 Juli 1998.

Demikian pula rapat kerja ulama Insyafuddin XE "Insyafuddin,ulama" (ulama dayah), yang berlangsung dari tgl 23-26 April 1997, di Banda Aceh XE "Banda Aceh" , mene-lurkan keputusan yang cukup penting yaitu: melawan, menentang dan melakukan makar terhadap pemerintah yang sah, kedudukan-nya haram. Hukum serupa juga berlaku bagi yang memberikan bantuan dan dukngan kepada yang menentang dan melawan pemerintah RI. Terlibat aktif dalam Raker tersebut, sebagai pemakalah antara lain adalah: Tgk. H. Daud Zamzami XE "Daud Zamzami, Tgk. H." , Tgk Usman Ali XE "Usman Ali, Tgk." Kuta Krueng XE "Usman Ali Kuta Krueng, Tgk." , Tumin (Tgk. H. M. Amin Mahmud XE "Amin Mahmud, Tgk. H. M." ), Blang Bladeh XE "Blang Bladeh" , Drs. Tgk. Ismail Yakub XE "Ismail Yakub, Drs. Tgk." , dan juga Pandam I, Mayjen Sudaryanto XE "Sudaryanto, Mayjen" , dan sebagainya.

Para pejabat formal pun tidak ketinggalan menghimbau agar DOM XE "DOM" dicabut, antara lain yang diusulkan oleh Gubernur Aceh, Syamsuddin Mahmud XE "Syamsuddin Mahmud" , Ketua DPRD Aceh, T. Johan XE "Johan, T." , Pimpinan MUI Aceh Prof. Dr. Ibrahim Husen XE "Ibrahim Husen, MA., Prof. Dr." , MA dan H. Badaruzzaman XE "Badaruzzaman, SH., H." , SH., Ghazali Abbas Adan XE "Ghazali Abbas Adan" sebagai anggota DPRRI, Drs. Djafar Hatta XE "Djafar Hatta, Drs." sebagai Rektor Unima.

Selain itu banyak pula reaksi dari berbagai pihak terhadap DOM XE "DOM" dan lebih-lebih lagi terhadap berbagai dampak negatifnya. Reaksi tersebut, terutama muncul setelah DOM dicabut, yang umumnya menyerang dan menggugat pihak-pihak pelaku kekejaman, kekerasan dan pelanggaran HAM XE "HAM" selama berlangsungnya DOM.

Data, fakta dan bahan-bahan, serta informasi yang dikumpulkan oleh berbagai pihak, terutama oleh LSM yang bergerak di bidang HAM XE "HAM" , kemudian menjadi masukan bagi badan-badan yang terbentuk kemudian, dalam rangka mengungkap dan menyelesaikan pelang-garan HAM selama DOM XE "DOM" .

Duek Pakat Inong Aceh XE "Duek Pakat Inong Aceh" misalnya, yang mengadakan rembukan dari tanggal 20-22 Februari 2000, di Anjong Mon Mata, Banda Aceh XE "Banda Aceh" , dan dihadiri oleh 358 orang dari seluruh Aceh, ditambah dengan Inong Aceh di peran-tauan, dalam salah satu rekomendasinya menyebutkan, bahkan pada reko-mendasi No. 1, agar pemerintah harus segera menghentikan tindak kekerasan yang terus-menerus terjadi di Aceh. Mereka juga merekomendasikan agar pemerintah harus memberi jaminan kepada masyarakat Aceh, bahwa para pelaku tindak kekerasan agar diadili menurut hukum yang berlaku. Forum perempuan orang Aceh tersebut juga menyarankan agar pemerintah mem-berikan rasa aman dan damai kepada seluruh warga masyarakat Aceh dengan berusaha menahan diri dan mengadakan gencatan senjata supaya pihak-pihak tertentu antara lain provokator tidak memanfaatkan situasi dengan menangguk di air keruh. Selain itu mereka juga mendesak pemerin-tah pusat dan Komnas HAM XE "HAM" , agar segera membentuk KPP HAM di Aceh guna mengusut dan mengadili pelanggaran HAM di Aceh baik selama masa DOM XE "DOM" maupun pasca-DOM, hingga terciptanya Aceh yang adil dan damai. ***

Fikar F. Weda XE "Fikar F. Weda" , dan S. Satya Dharma, Aceh Menggugat, 1999; dan buku laporan lembaga Kontras.

Sumber: Forum Peduli HAM XE "HAM" Aceh, 1999.

Taib Adami, XE "Taib Adami" Aceh Mendakwa..

Weda XE "Fikar F. Weda" , op.cit, hlm. 159 dan 216.

Sulaiman, op.cit., hlm. 87-88.

62

DAMAI DI SERAMBI MEKKAH61BAB V: Aceh sebagai DOM dan Kekejaman