4. aspek aspek kritik sastra
TRANSCRIPT
Cahyo Hasanudin, M.Pd.
Aspek-Aspek Kritik SastraPertemuan ke-4
Dalam Doaku(Sapardi Joko Damono, 1989, kumpulan sajak
“Hujan Bulan Juni”)
Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yangsemalaman tak memejamkan mata, yang meluas beningsiap menerima cahaya pertama, yang melengkung heningkarena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yanghijau senantiasa, yang tak henti-hentinyamengajukan pertanyaan muskil kepada anginyang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burunggereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulubunga jambu, yang tiba-tiba gelisah danterbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yangturun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkatdi jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnyadi rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku
Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakityang entah batasnya, yang setia mengusut rahasiademi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyibagi kehidupanku
Aku mencintaimu.Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakankeselamatanmu
Analisis
Aspek-aspek Kritik Sastra
PenilaianPenafsiran
A. Penafsiran
Penafsiran atau interpretasi karya sastra berarti penjelasanmakna karya sastra. Penafsiran karya sastra berarti menangkapmakna karya sastra, tidak hanya menurut apa adanya, tetapimenerangkan juga apa yang tersirat dengan mengemukakanpendapat sendiri.
dalam memberikan penafsiran ada faktor subjektivitas(mengemukakan pendapat sendiri). Hasil penafsiran harusdapat dipertanggungjawabkan dengan mempertimbangkandua hal, yaitu1. Segala tafsiran harus disertai dengan alasan-alasan yang
logis, dapat diterima akal2. Alasan yang logis itu haruslah didasarkan pada sifat hakikat
karya sastra sendiri (meskipun tentang sifat hakikat karyasastra itu juga ada bermacam-macam menurut orientasinyaatau sudut pandang terhadap karya sastra
A. Penafsiran
1. Penafsiran berdasarkan pada orientasi sastra
Menurut Hirsch (1979: 8) arti yang diberikan oleh pembacaadalah makna (significance) yang diberikan kepada teks,sedangkan arti yang dimaksudkan oleh penulis disebut arti(meaning).
Jadi, arti yang diberikan pembaca tidak sama dengan artiyang dimaksudkan pengarangnya. Arti yang dimaksudkanpengarang itu tetap, sedangkan makna yang diberikanoleh pembaca itu berubah-ubah.
A. Penafsiran
1. Penafsiran berdasarkan pada orientasi sastra
Dalam interpretasi yang menjadi masalah adalahbagaimana kritikus dapat memberikan makna sepenuhdan sebulatnya kepada teks sastra yang diteliti, bukanmasalah kesahihan interpretasi.
Pendekatan Menafsirkan karya sastra
Mimetik Tiruan dunia ide, alam atau pun kehidupan
Pragmatik Menyampaikan pendidikan
Ekspresif Ekspresi jiwa sastrawan
Objektif Sistem tanda konvensi-konvensi yang ada dalam karya sastra
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
Untuk dapat memahami karya sastra sepenuhnya sebagaistruktur harus diinsafi ciri khasnya sebagai tanda (sign).Tanda baru mendapat makna sepenuhnya bila sudahmelalui tanggapan pembaca.
Dengan demikian, ada pengaruh timbal balik antara tandadengan pembacanya. Pembaca dalam memberi maknaterikat konvensi tanda, tidak semau-maunya. Jadi, dengankerangka semiotik itu dapat diproduksi makna dalam karyasastra yang merupakan struktur sistem tanda-tanda itu.
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
Dalam penafsiran karya sastra dengan kerangka semiotik,yang perlu diperhatikan untuk memproduksi maknaadalah:
a) Konvensi bahasa
b) Konvesi sastra
c) Kerangka kesejarahan
d) Relevansi sosial budayanya
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
a) Konvensi Bahasa
Karya sastra adalah karya seni yang mediumnya sudahbersifat tanda yang mempunyai arti, yaitu bahasa. Tandakebahasaan itu adalah bunyi yang dipergunakan sebagaisimbol, yaitu tanda yang hubungannya dengan artinya itubersifat arbitrer atau semau-maunya. Arti tanda ituditentukan oleh konvensi masyarakatnya. Para pemakaibahasa tunduk kepada sistem konvensi bahasa itu, sepertikonvensi tata bahasa dan konvensi artinya. Para sastrawansebagai pemakai bahasa untuk karya sastranya tundukkepada sistem konvensi bahasa yang dipergunakannya(Teeuw, 1984: 96)
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Dalam memproduksi makna karya sastra, di samping harusmemperhatikan sistem konvensi bahasa yangdipergunakan, pembaca juga harus memperhatikan sistemkonvensi sastra. Jadi, arti bahasa (meaning) dalam karyasastra tidak semata-mata sama dengan sistem bahasa,tetapi mendapat arti tambahan yang merupakan maknasastra (significance) berdasarkan tempat dan fungsinyadalam struktur sastranya; maknanyan ditentukan fungsinyadalam struktur.
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Ketidaklangsungan pengucapan itu disebabkan oleh
1) Pemindahan atau pergantian arti (displacing ofmeaning)
2) Penyimpangan arti (distorting of meaning)
3) Penciptaan arti (creating of meaning)
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Pemindahan atau pergantian arti (displacing of meaning)terjadi pada metafora dan metonimia, perbandingan(simile), personifikasi, sinekdok. Misalnya dalam bait sajakChairil Anwar
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
(1959: 19)
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Penyimpangan (distorting) arti terjadi bila dalam sajak adaambiguitas, kontradiksi, ataupun nonsense. Misalnyadalam sajak “Doa” Chairil Anwar (1959: 13)
DOA
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Kontradiksi terjadi pada paradoks dan ironi. Paradoksseperti terdapat dalam sajak “Pusat” Toto SudartoBachtiar
PUSAT
Serasa apa hidup yang terbaring mati
Memandang musim yang mengandung luka
Serasa apa kisah sebuahh dunia terhenti
Padaku, tanpa bicara
(1957: 7)
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Dalam sajak “Afrika Selatan” karya Subagio Sastrowardojoterdapat adanya ironi yang menggambarkan arti yangkontradiktif.
AFRIKA SELATAN
Kristus pengasih putih wajah
Kulihat dalam buku injil bergambar
Dan arca-arca dari marmar
Orang putih bersorak: "Hosannah!”
Dan ramai berarak ke sorga.
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Tapi kulitku hitam
Dan sorga bukan tempatku berdiam
....
Mereka boleh membunuh
Mereka boleh membunuh
Mereka boleh membunuh
Sebab mereka kulit putih
Dan kristus pengasih putih wajah
(1975: 26-27)
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Nonsense merupakan bentuk kata-kata yang secara linguistiktidak mempunyai arti sebab “menyalahi konvensi bahasa,”tidak terdapat dalam kosakata, misalnya tedapat dalam sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri:
penggabungan dua kata atau lebih menjadi bentuk baru,seperti “sepi”, “pisau”, dan “sapa” digabung menjadi “sepisaupisepisaupa”.
Pengulangan kata dalam satu kata: “terkekehkekehkehkehkeh”.
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Nonsense itu menimbulkan asosiasi-asosiasi tertentu,menimbulkan arti dua segi, menimbulkan suasana aneh,suasana gaib, ataupun suasana lucu. Semua itu merupakanmakna nonsense itu. Misalnya terdapat dalam sajak “Pot”(1981: 30):
“Potapa potipu potkaukah potaku?”
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Penciptaan arti terjadi bila ruang teks (spasi teks) berlakusebagai prinsip pengorganisasian untuk membuat tanda-tanda keluar dari hal-hal ketatabahasaan yangsesungguhnya secara lingiustik tidak artinya, misalnyasimitri, rima, enjambement, atau ekuivalensi-ekuivalensimakna (semantik) di antara persamaan-persamaan posisidalam bait (homologues). Misalnya homologues dalam baitsajak Rendra
A. Penafsiran2. Penafsiran dalam kerangka semiotikb) Konvensi Sastra
Elang yang gugur tergeletakElang yang gugur terebahSatu harapku pada anakIngatkan pulang pabila lelah
Akan tetapi, selebihnya adalah efoni, diakhir dengan bait yang merdu berikut.
Ada pohon pulang ke sarangTembangnya panjang berulang-ulang_pulang ya pulang, hai petualang!
Ketapang, ketapang yang kembangBerumpun di dekat perigi tuaAnakku datang, anakku pulang
Kembali kucium, kembali kuriba
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
b) Konvensi Sastra
Konvensi tema dan perwujudan (thema and ephiphany) adalahkonvensi makna (significance) yang relevan, makna yangrelevan dengan konteks sajak. Sajak menyatakan sesuatu secaraimplisit, mempunyai arti tambahan. Pernyataan-pernyataandalam puisi maknanya meluas. Puisi bukan hanya pernyataanpenyair saja, melainkan menjadi pernyataan manusia padaumumnya.
Misalnya sajak Chairil Anwar (1959: 9) “Selamat Tinggal”, temaatau masalahnya meluas, dan masalah aku si penyair menjadimasalah puisi itu sendiri, menjadi masalah manusia padaumumnya, yaitu manusia yang melihat pada dirinya sendiri.
A. Penafsiran2. Penafsiran dalam kerangka semiotikb) Konvensi Sastra
SELAMAT TINGGALAku berkacaIni muka penuh lukaSiapa punya?
Kudengar seru menderuDalam hatiku?Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pulaMenggelegar tengah malam butaAh ........!
Segala menebal, segala mengentalSegala tak kukenal......!Selamat tinggal......!
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
c) Kerangka Kesejarahan: Hubungan Intertekstual
Dasar intertekstualitas adalah prinsip persamaan(vraisambable) teks yang satu dengan teks yang lain. Culler(1977: 139) mengutip pendapat Julia Kristeva bahwa setiapteks itu merupakan penyerapan dan transformasi teks-tekslain, setiap teks itu merupakan mosaik kutipan-kutipandari teks lain. Hubungan ini dapat berupa persamaan ataupertentangan.
Dikemukakan Riffaterre (1978: 11-23) bahwa sajak (teks)yang menjadi latar penciptaan sebuah karya sastra (teks)yang lain itu disebut hipogram.
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
c) Kerangka Kesejarahan: Hubungan Intertekstual
Sebagai contoh dapatlah dikemukakan sebuah sajak ChairilAnwar yang berjudul “Penerimaan” (1959: 36) yangmenyerap dan mentransformasikan sajak Amir Hamzahyang menjadi hipogramnya: “Kusangka” (1959: 19)
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
KUSANGKA (Amir Hamzah)
Kusangka cemburu kembang setangkai
Rupanya melur telah diseri.....
Hatiku remuk mengenangkan ini
Wasangka dan was-was silih berganti.
Kuharap cempaka baharu kembang
Belum tahu sinar matahari.....
Rupanya teratai patah kelopak
Dihinggapi kumbang berpuluh kali.
A. Penafsiran
Kupohonkan cempaka
Harum mula terserak.....
Melati yang ada
Pandai tergeletak.....
Mimpiku seroja terapung di paya
Teratai putih awan angkasa.....
Rupanya mawar mengandung lumpur
Kaca piring bunga renungan.....
Iguanku subuh, impianku malam
Kuntum cempaka putih bersih.....
Kulihat kumbang keliling berlagu
Kelopakmu terbuka menerima cembu.
A. Penafsiran
Kusangka hauri bertudung lingkup
Bulumata menyangga panah Asmara
Rupanya merpati jangan dipetik
Kalau dipetik menguku segera.
(Buah Rindu, 1959:19)
A. Penafsiran
PENERIMAAN (Chairil anwar)
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Djangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
(Deru Campur Debu, 1959: 36)
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
D) Relevansi Sosial Budaya
Dalam memahami karya sastra tidak mungkin tanpapengetahuan mengenai kebudayaan yangmelatarbelakangi karya sastra dan tidak langsungterungkap dalam dalam sistem tanda bahasanya, sepertimisalnya pengetahuan tentang dalang, kayon,asmaradahana yang disebut oleh sastrawan dalamkaryanya.
Berikut sebuah sajak Darmanto Jt (1980: 40) yang didalamnya tercermin latar sosial budaya petani
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotikD) Relevansi Sosial Budaya
ISTERIisteri mesti digemari
ia sumber berkah dan rejeki.(towikromo, Tambran, Pundong, Bantul)
Isteri sangat penting untuk mengurus kitaMenyapu pekaranganMemasak di dapurMencuci di sumurMengirim rantang ke sawahDan ngeroki kita kalau kita masuk anginYa. Isteri sangat penting untuk kita
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
D) Relevansi Sosial Budaya
ia sisihan kita,
kalau kita pergi kondangan
ia tetimbangan kita,
kalau kita mau jual palawija
ia teman belakang kita,
kalau kita lapar dan mau makan
ia sigaraning nyawa kita,
kalau kita
ia sakti kita!
ah. Lihatlah. Ia menjadi sama penting
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
D) Relevansi Sosial Budaya
Dengan kerbau, luku, sawah, dan pohon kelapa.
Ia kita cangkul malam hari dan tak pernah mengeluh walau cape
Ia selalu rapih menyimpan benih yang kita tanamkan dengan rasa
Sukur: tahu terima kasih dan meninggikan harkat kita sebagai lelaki
Ia selalu memelihara anak-anak kita dengan bersungguh-sungguh
Seperti kita memelihara ayam, itik, kambing atau jagung
Ah. Ya. Isteri sangat penting bagi kita justru ketika
Kita mulai melupakannya:
A. Penafsiran
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
D) Relevansi Sosial Budaya
....
Ah. Ah. Ah
Alangkah pentingnya isteri ketika kita mulai melupakannya
hormatilah isterimu
seperti kau menghormati Dewi Sri
sumber hidupmu
makanlah
Karena memang demikianlah suratannya!
.... Towikromo
A. Penafsiran
Interpretasi merupakan sarana konkretisasi. Konkretisasimerupakan pemaknaan karya sastra. Dalam hubungan ini,perlulah diingat seluruh situasi karya sastra seperti yangdikemukakan oleh Abrams: alam, pembaca, sastrawan, dankarya sastra. Oleh karena itu, untuk mendapatkan maknasepenuhnya, hendaklah keempat orientasi itu (konvensibahasa, konvensi sastra, Kerangka Kesejarahan:Hubungan Intertekstual, dan relevansi sosial budaya)tidak dapat dipisahkan secara mutlak. Karena itu, dalamkonkretisasi penafsiran berdasarkan keempat orientasi itudapat dipergunakan, atau bahkan harus dipergunakan dimana perlu untuk mendapatkan makna yang optimal.
Misalnya karya Umar Kayam: Sri Sumarah dan Bawuk
Analisis
Aku ingin mencintaimu
Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimuDengan sederhanaDengan kata yang tak sempatDiucapkan kayu kepada apiYang menjadikannya abu..Aku ingin mencintaimuDengan sederhanaDengan isyarat yang tak sempatDisampaikan awan kepada hujanYang menjadikannya tiada
B. AnalisisContoh Puisi
TUTI ARTIC (Chairil Anwar)Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,Adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola.Isteriku dalam latihan: kita hentikan jam berdetik.
Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa,, ketika kita bersepeda kuantar kau pulang,,Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang,
Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:Sorga hanya permainan sebentar.
Aku juga seperti kau, semua lekas berlaluAku dan Tuti+Greet+Amoi...hati terlantarCinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar
(1959:41)
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
a) Lapis Suara (Sound Stratum)
Bila orang membaca puisi (karya sastra), yang tedengaradalah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agakpanjang, dan panjang. Akan tetapi, suara itu bukan hanyabunyi tanpa arti. Sesuai dengan konvensi bahasa, bunyi itudisusun begitu rupa hingga menimbulkan arti berdasarkankonvensi. Dengan adanya satuan-satuan suara, orangmenangkap artinya. Maka, lapis bunyi itu menjadi dasartimbulnya lapis arti.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
a) Lapis Suara (Sound Stratum)
Sajak tersebut berupa rangkaian satuan suara, yaitu suarasuku kata, kata, kelompok kata, dan suara kalimat. Satuan-satuan suara itu adalah satuan-satuan berdasarkan sistembunyi bahasa. misalnya:
Satuan suara suku kata : an-ta-ra, ba-ha-g i-a, se-ka-rang
Satuan suara kata : dan, nanti, jurang, ternganga
Dalam puisi juga terdapat asonansi, aliterasi, pola sajak(awal, dalam, tengah, dan akhir), kiasan suara, danorkestrasi.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
a) Lapis Suara (Sound Stratum)
Dalam bait I
Baris 1 : ada asonansi a dan aliterasi ng: antara bahagia,sekarang, dan nanti jurang ternganga
Baris 2 : ada asonansi i: lagi, menjilat, es artic
Baris 3 : ada aliterasi s: sore, kuhiasi, susu
Baris 4 : ada asonansi a digabung dengan aliterasi n:dalam latihan, kita hentikan jam
Pola sajak ahirnya : a-b-a-b; ternganga, artic, cola-cola,berdetik
Kombinasi asonansi, aliterasi, dan sajak akhir itumerupakan orkestrasi yang merdu dan berirama.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastraa) Lapis Suara (Sound Stratum)Dalam bait IIBaris 1 : ada asonansi a dan aliterasi r: pintar benar bercium, ada
goresan tinggal terasaBaris 2 : ada asonansi a yang berturut-turutBaris 3 : ada asonansi a berkombinasi dengan asonansi u dan
aliterasi h dan d: panas darahmu, sungguh lekas kau jadidara
Baris 4 : ada asonansi a berkombinasi dengan aliterasi m, ng, danl: mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang
Pola sajak ahirnya : a-b-a-b; terasa, pulang, dara, menjulangKombinasi asonansi, aliterasi, dan sajak akhir dan kombinasi bunyi ngitu merupakan orkestrasi yang merdu, lebih-lebih pola sajak akhirdan kombinasi ng-nya: ada goresan tinggal terasa-kuantar kaupulang-jadi dara-ke langit lagi menjulang.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
a) Lapis Suara (Sound Stratum)
Dalam bait III
Baris 1 : terdapat bunyi yang berulang: saban harimenjemput, saban hari bertukar
Baris 2 : ada aliterasi s dan k: besok kita berselisih jalan,tidak kenal tahu
Baris 3 : ada asonansi a yang dikombinasikan denganaliterasi r: sorga hanya permainan sebentar
Pola sajak ahirnya : a-b-a; bertukar, tahu, sebentar
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
a) Lapis Suara (Sound Stratum)
Dalam bait IV
Baris 1 : terdapat aliterasi s dan asonansi a-u yangberseling-seling au-ua-au-ua-a-au: aku jugaseperti kau, semua lekas berlalu
Baris 2 : ada asonansi i: Tuti-Amoi-hati
Baris 3 : ada asonansi a sepanjang baris: cinta adalahbahaya yang lekas jadi pudar
Pola sajak ahirnya : a-b-b; berlalu, terlantar, pudar
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Fonem, suku kata, kata, kelompok kata, dan kalimat dalamsajak tersebut merupakan satuan-satuan arti. Akan tetapi,dalam sajak satuan arti minimum adalah kata, dan satuanterluas adalah kalimat. Arti kata-katanya adalah artileksikal seperti dalam kamus. Akan tetapi, dalam puisi(karya sastra) ada arti lain berdasarkan konvensi sastra,misalnya arti kiasan.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait I
Baris I : bahagia berarti kegembiraan, kesenangan;
sekarang: waktu kini
nanti: hari yang akan datang
jurang ternganga: ceruk dalam (gunung) yang lebartetapi di sini berarti kiasan: sesuatu yang memisahkanseperti lubang dalam yang mengerikan, sesuatu yangtidak diketahui yang mengerikan
Jadi baris pertama berarti antara kebahagiaan kini dan hariyang akan datang itu ada suatu pemisah yang penuh rahasiadan mengerikan
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait I
Baris II : adikku berarti pacar si aku(yang diajak berdialog),ia sedang menjilati es artic yang terasa lezat(keenakan)
Baris III : sore ini kau cintaku: petang ini kau menjadikekasihku
kuhiasi: kuberi hiasan, maksudnya, diberi sesuatuyang indah, yang mewah, yaitu berupa kue“mewah” susu dan minuman “mewah” coca cola
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait I
Baris IV : isteriku dalam latihan berarti isteri yang belumresmi, masih dalam taraf latihan, wanita yangdijadikan latihan sebagai isteri. Di sini pacar ituisteri dalam latihan
kita hentikan jam berdetik: jam berdetikdihentikan berarti waktu itu dihentikan, waktutidak diingat lagi.
Jadi baris keempat berarti mari, jangan diingat lagi waktudi saat orang sedang mengalami kebahagiaan, entah jarumjam sudah menunjuk pukul sepuluh atau sebelas malam
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait II
Baris I : kau (si pacar) pintar (pandai) bercium, hingga adagoresan (bekas ciuman) yang tinggal (tetap,selalu) terasa: karena si pacar itu pandai bercium,si aku selalu merasakan bekas ciuman itu; ciumanpacar si aku itu begitu mengesankan
Baris II : ciuaman itu dilakukan ketika si aku sedangbersepeda mengantarkan gadisnya pulang
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait II
Baris III : si aku merasakan panas darah si pacar, yangmenandakan pacarnya bergairah hidup, penuhhafsu erotik dan menandakan si pacar sudahdewasa meskipun umurnya baru baru belasantahun:
sungguh lekas kau jadi dara: kau sungguh cepatmenjadi dewasa, sudah pandai bercinta
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait II
Baris IV : mimpi tua bangka: impian, angan-angan yangsudah lama sekali. Si aku pernah memimpikanatau berangan-angan tentang sesuatu yangindah, romantis, dan menyenangkan, misalnya iapernah berkeinginan mempunyai pacar yangmenggairahkan. Kini impian lama itu: ke langitmenjulang, bangkit lagi, timbul lagi karenamendapatkan pacar yang menggairahkan itu.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait III
Baris I : pilihanmu: orang yang kau pilih menjadi kekasih;saban hari menjemput: tiap hari mengambilmuuntuk berpacaran; saban kali bertukar: setiapkali berganti. Jadi, pacar gadis si aku itu tiap haridatang; si gadis itu tiap kali berganti pacar, diantaranya si aku sendiri.
Baris II : besok mereka (si aku dan gadis) berselisih jalan:saling berpisah; tidak kenal tahu; tidak salingmengenal lagi
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait III
Baris III : sorga: kebahagiaan yang memuncak; hanyapermainan sebentar; Cuma kejadian (peristiwa)yang menyenangkan dalam waktu tidak lama
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait IV
Baris I : aku juga seperti kau; si aku juga berbuat sepertiyang kau lakukan, yaitu berganti-ganti pacar danberpisah berulang-ulang; semua lekas berlalu:segalanya lekas lewat, lekas hilang. Karena itu,
Baris II : Aku dan Tuti dan Greet dan Amoi....hatiterlantar: hati menjadi kosong, sedih, tidak adayang dicintai lagi.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
b) Lapis Satuan Arti (Units of Meaning)
Bait IV
Baris III : cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar:percintaan itu sesuatu yang membuat sengsara,tetapi kesengsaraan itu lekas menghilang karenaakan terganti kebahagiaan yang lain denganbergantinya kekasih yang kemudian.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang
Objek-objek yang dikemukanan berupa:
Bahagia, jurang ternganga, gadis (adikku), es artic, susu,coca cola, ciuman, goresan ciuman, rasa panas darah,mimpi tua bangka, sorga, cinta, bahaya
Pelaku atau tokoh: si aku dan si gadis
Latar waktu: sekarang, sore, hari
Latar tempat: restoran atau tempat tamasya
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang
Dunia pengarang di sini adalah peristiwa, cerita, ataupungambaran angan-angan yang diciptakan pengarang. Duniapengarang ini merupakan penggabungan antara objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku denganperbuatannya, dan peristiwa-peristiwa yang ditimbulkansebagai berikut:
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang
Si aku menyatakan kepada gadisnya (Tuti Artic) yangsedang menikmati es artic di suatu tempat (restoran atautempat tamasya) bahwa kebagaiaan waktu kini dan waktunanti itu dipisahkan oleh sesuatu yang tidak diketahui,yang mengerikan. Oleh karena itu, pada saat bahagia itujangan ingat waktu lagi, nikmati kebahagiaan itusepuasnya.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang
Si aku mengatakan bahwa gadisnya pendai bercium hinggabekas ciuman itu selalu terasa. Betapa gadisnya itumenggairahkan dan terasa sudah dewasa. Mengalami halseperti itu, impian si aku yang telah lama diharapkan:impian hidup bersama gadis yang menggairahkan, kinitimbul lagi dengan hebatnya
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang
Si aku menyadari bahwa kekasih si aku itu tiap kaliberganti pacar. Oleh karena itu, besok mereka akanberpisah dan tidak akan saling mengenal lagi. Betapakebahagiaan percintaan itu tidak kekal, hanya sebentarsaja.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
C) Lapis Objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku,dan dunia pengarang
Si aku pun seperti gadis pacarnya, percintaan tidaklangsung lama (setiap kali berganti pacar). Karena itu, siaku, Greet, Tuti, dan Amoi hatinya akan kosong: terlantartanpa cinta. Karena itu, sesungguhnya cinta itu adalahbahaya, tetapi juga lekas hilang berganti yang lain.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
D) Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapisudah tersirat atau implisit
Pada bait I Dipandang dari sudut tertentu, yaitu dariobjek-objek: es artic, susu, dan coca cola, maka dialogpercintaan itu terjadi di restoran.
Adikku berarti pacar si aku, mengingat kata si aku: “sore inikau cintaku”. Pilihan kata kuhiasi itu menandakan bahwasusu dan coca cola itu makanan yang mewah (pada waktusekitar tahun 1945 saat sajak ditulis)
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
D) Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapisudah tersirat atau implisit
Pada bait II tergambar suasana percintaan yang romantik,bahkan erotik, tersirat dari kata-kata: kau pintar benarbercium, ada goresan tinggal terasa; panas darahmu,sungguh lekas kau jadi dara; mimpi tua bangka.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
D) Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapisudah tersirat atau implisit
Pada bait III tersirat bahwa gadis si aku itu mudah jenuh,selalu berganti pacar, mudah bosab, penuh nafsu bercinta.Ini semua kelihatan dari kata-kata: pilihanmu saban harimenjemput, saban kali bertukar. Si gadis lekas melupakanpacar-pacarnya: besok kita berselisih jalan, tidak kenaltahu. Dipandang dari semua itu, maka segala sesuatu itutidak kekal, tidak tetap: Sorga hanya peramainan sebentar;cinta itu adalah bahaya yang lekas jadi pudar (bait IV, bariske-3)
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
D) Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapisudah tersirat atau implisit
Pada bait IV tergambar bahwa cinta itu membuatpenderitaan, membuat hati jadi kosong, terlantar tanpacinta, tetapi penderitaan akan lekas hilang juga: cintaadalah bahaya yang lekas jadi pudar
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
E) Lapis Metafisik
Lapis metafisik meliputi sublim, tragis, mengerikan ataumenakutkan, dan suci yang menyebabkan pembacaberkontemplasi terhadap apa yang dikemukan dalamsajak.
Dalam sajak ini dikemukakan kengerian akan hal-hal yangtidak diketahui oleh manusia mengenai apa yang akandatang sebagai jurang yang menganga. Sebab itu,nikmatilah kebahagiaan yang didapat pada waktu kini,jangan pikirkan waktu yang berjalan: kita hentikan jamberdetik.
B. Analisis
1. Analisis Struktural: Lapis Norma Karya Sastra
E) Lapis Metafisik
Di samping pikiran di atas, bahkan yang merupakan intipemikirannya segalanya itu tidak berlangsung lama, hanyasebentar, tidak kekal (bait III, IV): sorga hanya permainansebentar; cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar. Halini tentu merupakan ketragisan hidup manusia: percintaantidak berlangsung lama, hati terlantar, kosong tanpa cintaakibat ulah manusia sendiri: lekas bosan dan dikuasai olehnafsu. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Jean PaulSartre, tokoh eksistensialisme, bahwa “manusia itu adalahnafsu yang tidak berguna”. Hal ini membuat hidup menjadisia-sia, hampa.
B. Analisis
2. Analisis Struktural: Hubungan antarunsur karya sastra
a) Analisis Struktur (Tema)
b) Struktur Tokoh dan penokohan
c) Alur
Penilaian
Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono (1989)
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
C. Penilaian
karya sastra adalah karya imajinatif (rekaan) bermediumbahasa yang berfungsi estetiknya dominan (wellek danAustin, 1968: 22-25). Dengan demikian, dalam mengkritikkarya sastra harus ditunjukkan nilai seninya. Kalau tidakdemikian, kritik sastra belum sempurna memenuhifungsinya.
1. Aliran-aliran Penilaian
Pada garis besarnnya ada tiga paham penilaian karya sastrayang dikemukakan Wellek dan Austin (1968: 43) yaituabsolutisme, relativisme, dan perspektivisme.
C. Penilaian
Absolutisme
Absolutisme adalah paham penilaian yang menilai karyasastra dari sudut pandang yang absolut (mutlak), yaitumenilai karya sastra berdasarkan paham tertentu, ide-idetertentu, politik, ataupun ide-ide pragmatik. Karya sastradipandang bernilai (seni) bila sesuai dengan paham, tujuanpendidikan, ataupun ide politik yang resmi. Pahampenilaian seperti ini dilakukan oleh antara lain negara-negara sosialis yang mengikuti ajaran Marxisme, kaumHumanis Baru, dan kaum Neo Thomist.
C. Penilaian
Relativisme
Adalah aliran penilaian yang menilai karya sastraberdasarkan paham kenisbian, yaitu nilai karya sastra itunisbi, tergantung kepada tempat dan waktu lahirnya karyasastra. Tiap-tiap periode itu mempunyai konsep estetiksendiri-sendiri, tiap-tiap tempat itu mempunyai ukurandan konsep estetik sendiri. Oleh karena itu, penilaian tidakberlaku umum.
C. Penilaian
Perspektivisme
Perspektivisme merupakan penilaian sastra yang menilai karyasastra sepanjang sejarahnya. Penilaian dipandang dari sudutpandang waktu lahir karya sastra, masa-masa yang dilaluinya,dan waktu sekarang.
Perspektivisme berarti mengenal adanya karya sastra yangdapat dibandingkan di segala zaman, berkembang, berubah,dan penuh kemungkinan.
Dengan demikian, setiap periode sastra akan menilai kembalikarya sastra tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan penilaian-penilaian di setiap periode itu, dapat disimpulkan nilai karyasastra tersebut pada waktu sekarang.
C. Penilaian
2. Penilaian berdasar Orientasi kepada Karya Sastra
Dasar Orientasi Misalnya
Kritik mimetik
Menghendaki peniruan yang setepat-tepatnya terhadap pengambaran atau yang hendak digambarkan
Gambaran tentang pabrik
Kritik pragmatik
Sesuai dengan orientasinya untuk tujuan tertentu, untuk pendidikan misalnya
Karya sastra yang dapatmencapai atau memenuhi tujuan pendidikan
C. Penilaian
2. Penilaian berdasar Orientasi kepada Karya Sastra
Dasar Orientasi Misalnya
Kritik ekspresif
Menilai karya sastra sesuaidengan kesejatian pikiran dan perasaan penyair (sastrawannya
Melalu karya sastra seorangpengarang, orang dapat mengetahui apa yang dipikirkan, dicita-citakan, dan apa yang dimau
Kritik objektif
Menilai karya sastra berdasarkan ukuran yang objektif, ukuran yang universal yang dapat dikenakan pada setiap karya sastra
Karya sastra harus dinilai berdasarkan unsur intrinsiknya
C. Penilaian
3. Kriteria Penilaian Karya Sastra
Dalam menilai karya sastra harus selalu diingat kodrat,fungsi, dan nilai karya sastra yang selalu erathubungannya (Wellek dan Austin, 1968: 238).
Karya sastra sebagai karya seni terdiri atas bahan danstruktur estetik (Wellek dan Austin, 1968: 241)
Dalam menilai karya sastra dikenai kriteria estetik untukstruktur estetik karya sastra dan kriteria ekstra estetikuntuk bahan-bahan karya sastra (Wellek dan Austin, 1968:241).
C. Penilaian
3. Kriteria Penilaian Karya Sastra
Bahan-bahan karya sastra berupa kata-kata, tingkah lakumanusia, gagasan-gagasan, dan sikap-sikap manusia.Semuanya itu, termasuk bahasa, berada di luar karyasastra (sebelumnya). Namun, dalam karya sastra yangberhasil, bahan-bahan tersebut terjalin dalam hubungan-hubungan yang bermacam-macam oleh dinamika-dinamika tujuan estetik.
Karya sastra disebut besar (agung) itu adalah didasarkanpada kriteria ekstra estetik.
C. Penilaian
3. Kriteria Penilaian Karya Sastra
Kriteria estetik dikenakan kepada struktur estetik karyasastra. Struktur estetik adalah semua usaha yang tersusununtuk mendapatkan nilai estetik (seni) karya sastra,misalnya persajakan (rima), penyusunan irama, pemilihankata yang tepat, gaya bahasa, penyusunan alur (sujet),konflik-konflik, humor, dan sebagainya, yang kesemuanyauntuk mendapatkan efek estetik.
Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu karya imaginatifyang menghendaki adanya daya cipta (kreativitas).
C. Penilaian
3. Kriteria Penilaian Karya Sastra
Fungsi karya sastra seperti diungkapkan Horace (Wellekdan Austin, 1968: 30) adalah gabungan dulce dan utile,menyenangkan dan berguna.
Sifat menyenangkan ini berhubungan dengan strukturestetiknya, sedangkan sifat berguna berhubungan denganbahan-bahan karya sastra yang besar (agung).
Karya sastra berdasarkan struktur estetiknya itumenyenangkan (dulce), sedangkan berdasarkankeagungan itu berguna (utile).
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Ciri empiris sastra menurut Shklovsky dalam Hawkes(1978: 62) “membuat aneh” (making strange). Bahasasastra membuat pembaca kecewa, frustasi terhadapharapannya yang sudah mempunyai konsep normatifterhadap bahasa yang dikenal dan dapat dipergunakannya.Pengecewaan terhadap harapan atau “harapan yangdikecewakan” (frustrated expectation) merupakan salahsatu ciri empiri sifat estetik karya sastra.
Bait pertama sajak Chairi Anwar “Sebuah Kamar” (1959:23) berikut inilah contohnya.
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
Pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
Mau lebih banyak tahu.
“Sudah lima anak bernyawa di sini
Aku salah satu!”
Orang meraskan keanehan bahwa jendela bisa“menyerahkan kamar” pada dunia dan begitu juga merasaaneh bahwa “bulan mau lebih banyak tahu”.
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Hal ini “mengecewakan harapan” pembaca, sebabpembaca mengharapkan hanya tokoh yang memilikitangan saja yang bisa “menyerahkan” dan hanya oranglahyang mempunyai keinginan untuk tahu, sedangkan bendamati seperti bulan tidak. Ucapan demikian merupakandefamiliarisasi atau deotomatisasi yang merupakan salahsatu sifat khusus bahasa puisi yang mencari efek.
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Ucapan tersebut bila dikatakan secara normatif akanmenjadi “Melalui jendela orang luar dapat melihat kamarini dan sinar bulan masuk membuat lebih terang kamar ini.Di dalam kamar ini sudah lahir lima orang anak, termasuk“aku”.
Kalau diucapkan demikian efek estetiknya menjadi hilang
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Contoh lain adalah bait sajak Amir Hamzah “Padamu Jua”berikut:
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Ucapan: “Engkau ganas, mangsa aku dalam cakarmu,bertukar tangkap dengan lepas” ini membuat “kecewaharapan” pembaca. ucapan yang biasa: Engkau ganas,menangakap aku dengan cakarmu. Bergantian engkaumenangkap aku dan kemudian melepaskan, berulang-ulang. Akan tetapi, bila diucapkan secara normatif begitu,daya pesonanya menjadi hilang, tidak menarik lagi.
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Hal-hal yang baru dalam karya sastra, yang lain dari karyasebelumnya, biasanya menimbulkan keanehan dan“mengecewakan harapan” pembaca, misalnyapemotongan kata-kata, pembalikan suku kata (metatesis)yang disengaja seperti dalam sajak Sutardji Calzoum Bachri“Tragedi Winka & Sihka”.
Dalam karya Prosa, novel-novel Iwan Simatupang yanganeh dan “mengecewakan harapan” para pembacanyasebab hal-hal seperti itu belum pernah ada dalamkesusastraan Indonesia Modern.
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Armijan Pane dalam Belenggu yang memperbandingkankenangan Tono kepada Tini dan Yah seperti dua stasiunradio yang berdekatan, suaranya kadang bercampur,adalah sesuatu yang menimbulkan keanehan danmembuat harapan pembaca “dikecewakan”.
Penyair memilih kata-kata yang tepat, yang ekspresif,untuk melukiskan perasaan dan pikirannya, pemilihan itudisesuaikan dengan kata-kata kombinasinya yang sehargaatau senilai, baik arti maupun bunyinya. Misalnya:
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Bait sajak Amir Hamza berikut.
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kombinsasi “habis kikis” dapat diganti “habis musnah”,“kikis” diganti “musnah” artinya sama atau hampir sama,tetapi bunyinya tidak sama dengan “habis”, maka dipilihkombinasi “habis kikis” bukan “habis musnah”.
C. Penilaian
4. Ciri-ciri Empiris Sifat Estetik Karya Sastra
Begitupula kombinasi “hilang terbang” dapat diganti“hilang lenyap”, tetapi suara “lenyap” tidak sama dengansuara “hilang”, maka dipilih kombinasi “hilang terbang”bukan “hilang lenyap”
C. Penilaian
5. Konsep-konsep Estetik
Untuk menilai sebuah karya sastra berdasarkankesejarahannya, perlu diperhatikan konsep-konsep estetiktiap periode yang dipergunakan sebagai saranakonkretisasi, aktualisasi, atau rekuperasi karya sastra,yang merupakan sarana untuk memberi makna danpenilaian karya sastra.