3. t r a u m a

7
1 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA Bab III. T R A U M A Trauma adalah segala peristiwa yang menyebabkan perlukaan pada tubuh. Beberapa penyebab perlukaan : Trauma tumpul : kecelakaan lalulintas, terjatuh, pekerjaan, rekreasi. Trauma tajam : pisau, senjata api , tertancap. Trauma thermal : api, ledakan api, suhu panas lainnya, suhu dingin, hipotermia. Material berbahaya: bahan kimia, toksin, radiasi. Penanggulangan A. Fase pra hospital Koordinasi yang baik antara Tim Medis di RS dan petugas lapangan. Persiapan Tim Trauma, dititik beratkan pada ; a. Penjagaan airway b. Kontrolperdarahan & syok c. Imobilisasi penderita d. Segera kirim ke RS terdekat ( sebaiknya trauma center yang diakui ) Hindari waktu yang lama di tempat kejadian Kumpulkan keterangan yang akan dibutuhkan di RS seperti : Waktu kejadian Sebab kejadian Riwayat penderita Mekanisme kejadian Untuk pengendalian mutu pelayanan pra RS, harus ada laporan periodik, untuk kemudian dilakukan pengkajian multidisiplin. B. Fase hospital Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba Sebaiknya ada ruangan / daerah resusitasi Perlengkapan airway ( laringoskop, endotracheal tube, mayo, dsb ) sudah disiapkan, dicoba & diletakkan pada tempat yang mudah terjangkau. Cairan kristaloid ( RL ) sudah dihangatkan, digantung pada tempatnya. Semua tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan penderita harus dihindarkan dari kemungkinan penyakit menular terutama AIDS & hepatitis.

Upload: septian-muna-barakati

Post on 14-Jul-2015

91 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA

Bab III. T R A U M A

Trauma adalah segala peristiwa yang menyebabkan perlukaan pada tubuh.

Beberapa penyebab perlukaan :

Trauma tumpul : kecelakaan lalulintas, terjatuh, pekerjaan, rekreasi.

Trauma tajam : pisau, senjata api , tertancap.

Trauma thermal : api, ledakan api, suhu panas lainnya, suhu dingin, hipotermia.

Material berbahaya: bahan kimia, toksin, radiasi.

P enanggulangan

A. Fase pra hospital

Koordinasi yang baik antara Tim Medis di RS dan petugas lapangan.

Persiapan Tim Trauma, dititik beratkan pada ;

a. Penjagaan airway

b. Kontrolperdarahan & syok

c. Imobilisasi penderita

d. Segera kirim ke RS terdekat ( sebaiknya trauma center yang diakui )

Hindari waktu yang lama di tempat kejadian

Kumpulkan keterangan yang akan dibutuhkan di RS seperti :

Waktu kejadian

Sebab kejadian

Riwayat penderita

Mekanisme kejadian

Untuk pengendalian mutu pelayanan pra RS, harus ada laporan periodik, untuk

kemudian dilakukan pengkajian multidisiplin.

B. Fase hospital

Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba

Sebaiknya ada ruangan / daerah resusitasi

Perlengkapan airway ( laringoskop, endotracheal tube, mayo, dsb ) sudah

disiapkan, dicoba & diletakkan pada tempat yang mudah terjangkau.

Cairan kristaloid ( RL ) sudah dihangatkan, digantung pada tempatnya.

Semua tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan penderita

harus dihindarkan dari kemungkinan penyakit menular terutama AIDS &

hepatitis.

2 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA

Sebaiknya pakai alat - alat protektif: masker, kaca mata, baju kedap air,

sepatu & sarung tangan kedap air, bila ada kontak dengan cairan dengan

cairan tubuh penderita.

Triase adalah cara Pemilahan berdasarkan kebutuhan penderita dan sumber daya

yang tersedia.

Terapi didasarkan kebutuhan :

Airway dengan kontrol vertebra cervical

Breating & Ventilasi

Circulation dengan kontrol perdarahan.

Triase berlaku juga untuk pemilahan penderita dilapangan dan RS yang akan dirujuk.

Kesalahan besar untuk mengirim pasien ke RS non trauma bila ada pusat trauma

yang ada.

Ada 2 jenis keadaan triase dapat terjadi :

1. Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui

kemampuan RS. Penderita dengan masalah gawat darurat & multi trauma akan

dilayani terlebih dahulu.

2. Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan melampaui

kemampuan RS. Yang terlebih dahulu dilayani ada penderita dengan kemungkinan

survival terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan & tenaga paling sedikit.

PENGELOLAAN PENDERITA

Pengelolaan penderita meliputi :

1. Survey primer yang cepat diikuti resusitasi segera

2. Survey sekunder

3. Terapi defenitif

T R I A S E

3 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA

Primary survey

Merupakan ABC nya trauma.

Berusaha mengenali keadaan yang mengancam jiwa terlebih dahulu, segera

dilakukan resusitasi saat itu juga.

Dilakukan dalam bentuk berurutan & sering dilakukan simultan.

Prioritas anak sama dengan orang dewasa, orang hamil sama dengan orang

tidak hamil, tetapi anak anak & orang hamil memiliki fisiologis yang beda.

Yang dilakukan dan dinilai selama primary survey:

a. Menjaga airway dengan kontrol servikal

b. Menjaga breathing dengan ventilasi

c. Circulation dijaga dengan kontrol perdarahan.

d. Disability, menilai status neurologis

e. Exposure / environmental control,buka baju penderita , tapi cegah

hipotermia.

Beberapa kondisi yang menyebabkan orang tua kurang mampu terhadap t rauma :

diabetes melitus, penyakit paru obstruksi kronis ( PPOK), penyakit koroner,

koagulopati, penyakit hati, gangguan vaskuler.

Airway dengan Cervical Spine control

Yang dinilai mula – mula : kelancaran jalan napas, apakah ada obstruksi jalan

napas atau tidak. Obstruksi disebabkan oleh :

Corpus alienum

Fraktur tulang wajah

Fraktur mandibula atau maxilla

Fraktur laring atau trakhea.

Pembebasan jalan napas harus melindungi vertebra cervical , dapat dilakukan

Chin Lift atau Jaw Trust.

Penderita yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih.

Penderita dengan GCS kurang dari 8 perlu pemasangan airway defenitif.

Selama memeriksa & memperbaiki airway TIDAK BOLEH DILAKUKAN EXTENSI, FLEKSI

ATAU ROTASI DARI LEHER.

INGAT : anggaplah ada fraktur cervical pada setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada

gangguan kesadaran atau perlukaan di atas clavicula.

Sebaiknya selalu dipakai alat imobilisasi untuk melindungi tulang servikal, hingga

kemungkinan fraktur servikal dapat disingkirkan.

4 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA

BREATHING dan VENTILASI

Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik

Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru – paru, dinding dada &

diafragma ( evaluasi secara tepat ).

Perlukaan yang mengakibatkan gangguan :

Ventilasi yang berat ( dikenali saat primary survey ):

o Tension pneumotoraks

o Flail chest dengan contusion paru

o Open pneumotoraks.

Gangguan ventilasi yang ringan ( dikenali saat secondary survey ) :

Hemato toraks

Simple pneumo thoraks

Fraktur tulang iga

Kontusio paru.

CIRCULATION dengan kontrol Perdarahan

Sebab utama kematian pasca bedah adalah perdarahan. Dapat diatasi dengan

resusitasi yang cepat & tepat di RS.

Setiap keadaan hipotensi harus dianggap hipovolemia hingga terbukti tidak

demikian

3 tanda klinis gangguan hemodinamik :

a. Volume darah turun menyebabkan perfusi otak berkurang penurunan

kesadaran.

b. Warna kulit : normal kemerahan.

Hipovolemia wajah pucat keabu-abuan, kulit &

ekstremitas pucat.

c. Nadi :

o Periksa arteri besar, arteri femoralis atau arteri karotis.

o Normovolemik nadi tidak cepat, kuat, teratur.

5 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA

Bila penderita tidak minum obat beta bloker, ( kecepatan nadi normal bukan jaminan

normovolemik )

Nadi tidak teratur ; gangguan jantung.

Nadi kecil & cepat merupakan tanda hipovolemia.

Tidak ada pulsasi arteri besar harus segera Resusitasi.

Bila ada perdarahan luar harus segera dihentikan.

Sumber perdarahan internal ( tidak terlihat )

bisa berasal dari perdarahan dalam rongga thorax, abdomen sekitar fraktur tulang

panjang, retroperitoneal, atau luka tembus dada / perut.

DISABILITY ( Evaluasi Neurologis )

Yang perlu dinilai tingkat kesadaran, ukuran & reaksi pupil.

Penilaian tingkat kesadaran :

A V P U

A = Alert ( sadar )

V = Vokal ( respon terhadap rangsangan suara )

P = Pain ( respon terhadap rangsangan nyeri )

U = Unresponsive ( tidak ada respon )

GCS : sederhana, digunakan untuk prediksi akhir ( outcome ) pasien

Penurunan kesadaran dapat terjadi karena :

Penurunan oksigenasi & perfusi ke otak

Trauma langsung pada otak

Alkohol & obat – obatan

EXPOSURE & Kontrol Lingkungan

Pakaian pasien dibuka keseluruhan, sambil menggunting lakukan pemeriksaan & evaluasi

penderita.

Jaga suhu tubuh agar tidak kedinginan.

Selimut hangat, ruangan cukup hangat, beri cairan intra vena yang sudah dihangatkan.

Yang penting : suhu tubuh penderita bukan rasa nyaman petugas.

Usaha menjaga suhu tubuh penderita, harus dilakukn dengan sungguh – sungguh.

6 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA

Resusitasi yang agresif dan pengelolaan keadaan yang mengancam nyawa segera

setelah dikenal merupakan hal mutlak bila ingin pasien tetap hidup.

Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai keadaan perfusi ginjal

dan hemodinamik pasien. Jangan pasang kateter bila ada dugaan rupture uretra,

dengan tanda – tanda :

1. Adanya darah di ostium uretra externa.

2. Hematom di skrotum.

3. Colok dubur oleh dokter, prostat letak tinggi atau tidak teraba.

Kesulitan ( striktur uretra & BPH ).

Pemasangan kateter lambung untuk mengurangi distensi lambung & mencegah

kemungkinan terjadinya muntah.

Darah dalam lambung dapat terjadi karena :

a) Darah yang tertelan

b) Perlukaan lambung

c) Pemasangan NGT yang traumatik

Kadang kateter lambung harus dipasang mealui oral untuk mencegah masuknya ke

rongga otak ( lamina cribrosa os ethmoidales patah atau diduga patah ).

SECONDARY SURVEY

Dilakukan setelah primary survey selesai, resusitasi dilakukan & ABC nya

pasien dipastikan membaik.

Dilakukan dari kepala sampai kaki termasuk re-evaluasi tanda-tanda v ital.

bila Penderita tidak sadar ; sangat besar peluang melakukan kesalahan

dalam pemeriksaan.

Dokter : pemeriksaan neurologis lengkap, skor GCS, foto Rontgen, bila

diperlukan.

Perawat : selalu monitoring KU penderita. Buat catatan perkembangan

pasien yang siap disampaikan pada Dokter, bilamana diperlukan.

Catat & harus mengetahui riwayat perlukaan, biasanya dari keluarga atau

petugas / orang lain dilapangan. ( ingat AMPLE ).

A ; alergi

M ; medikasi ( obat yang diminum saat ini ).

P ; past illness ( penyakit penyerta ) / pregnancy

L ; last meal ( apa yang dimakan terakhir )

E ; event / environment ( lingkungan ) yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.

7 Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA

Mekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan penderita, jenis perlukaan dpt

diprediksi dari mekanisme kejadian perlukaan.

Tabel berikut ini menggambarkan mekanisme perlukaan dan pola perlukaan yang mungkin

terjadi pada suatu kejadian trauma.

MEKANISME PERLUKAAN KEMUNGKINAN PERLUKAAN

Benturan frontal

Kemudi bengkok

Jejak lutut pada dashboard

Bull’s eye pada kaca depan

Fraktur servikal

Flail chest anterior

Kontusio miokard

Pneumothorax

Ruptur aorta

Ruptur lien / hepar

Fraktur / dislokasi coxae, lutut

Benturan samping, mobil Fraktur servikal kontralateral

Flail chest lateral

Kontusio miokard

Pneumothorax

Ruptur aorta

Ruptur diafragma

Ruptur lien / ginjal / hepar

Fraktur pelvis / asetabulum

Benturan belakang, mobil Fraktur servikal

Kerusakan jaringan lunak leher

Terlempar keluar, kendaraan Semua jenis perlukaan

Mortalitas jelas meningkat

Pejalan kaki vs Mobil Trauma capitis

Perlukaan thorax / abdomen

Fraktur tungkai / pelvis