211575674 epidemiologi karies gigi

13
EPIDEMIOLOGI KARIES GIGI Dalam memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Semester Lima Oleh : 1 Nabella Kusuma 101111128 2 Enov Sayu 101111129 3 Primastuti Rolini P 101111189 4 Ade Shinta 101111194 5 Dianita Ratwitasari 101111196 6 Dwi Kirwan 101111205 7 Septiana N 101111208 8 Fransisca Anggiyostiana S 101111222 9 Putaka Mastar 101111239 10 Bagus Syahru Z. 101111240 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya 2013

Upload: kara-araujo

Post on 19-Jul-2016

167 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

vvfhjggkjkui

TRANSCRIPT

Page 1: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

EPIDEMIOLOGI KARIES GIGI

Dalam memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Semester Lima

Oleh :

1 Nabella Kusuma 101111128

2 Enov Sayu 101111129

3 Primastuti Rolini P 101111189

4 Ade Shinta 101111194

5 Dianita Ratwitasari 101111196

6 Dwi Kirwan 101111205

7 Septiana N 101111208

8 Fransisca Anggiyostiana S 101111222

9 Putaka Mastar 101111239

10 Bagus Syahru Z. 101111240

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga Surabaya

2013

Page 2: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

ABSTRAK

Karies gigi atau gigi berlubang adalah penyakit yang terjadi pada gigi karena adanya

interaksi plak dan bakteri rongga mulut dengan sisa makanan dan menghasilkan asam

yang mampu merusak lapisan email gigi. Interaksi yang terus menerus dan lama atau

kronis tersebut dapat mengkikis gigi sehingga menjadi berlubang. Karies gigi paling

banyak dijumpai pada anak usia 5-17 tahun sebesar 59% (Centers for Disease Control).

Sekali terkena karies gigi harus segera dirawat karena jika terlambat semakin lama akan

semakin besar. Bakteri yang berinteraksi dengan plak dan sisa makanan diantaranya

adalah streptococcus terutama streptococcus mutans dan lactobasilus sehingga terbentuk

asam yang menyebabkan karies gigi. Natural History Diseases karies gigi adalah bakteri

yang terdapat pada mulut membentuk asam karena berinteraksi dengan gula yang

terkandung dalam makanan yang melekat pada permukaan gigi, selanjutnya asam tersebut

melarutkan email gigi dan menghancurkan susunan gigi yang jika berlangsung lama akan

menyebabkan gigi berlubang bahkan akan menyebabkan penetrasi karies dari email ke

gigi bagian dalam dibawah kepala. Gejala awal karies gigi sulit dideteksi dan yang sering

dijumpai adalah gejala lanjut yakni kepekaan gigi terhadap rasa manis, makanan dingin

dan panas, serta lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam.

Bentuk karies gigi dibedakan menjadi dua yakni berdasarkan stadium karies, banyak

permukaan gigi yang terkena karies dan lokasinya menurut G.V. Black. Faktor risiko

yang mempengaruhi karies gigi adalah usia, suku bangsa, kultur sosial penduduk,

kesadaran, sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut. Factor risiko tersebut

mendasari aspek pencegahan dari karies gigi baik primer, sekunder dan tersier.

Kata Kunci: Karies Gigi, Epidemiologi Karies Gigi, Riwayat Alamiah Karies Gigi,

Faktor Risiko Karies Gigi, Pencegahan Karies Gigi.

ABSTRACT

Dental caries or tooth decay is a disease that occurs on the teeth due to the interaction of

plaque and oral bacteria with food scraps and produce acids that can destroy enamel .

Continuous interaction and prolonged or chronic can erode teeth and become perforated .

Dental caries is most founded in children aged 5-17 years by 59 % ( Centers for Disease

Control ) . Once exposed to dental caries should be treated as if late the longer the greater

. The bacteria that interact with the plaque and food scraps which are mainly

Streptococcus mutans and Streptococcus lactobasilus form acids that cause dental caries .

Natural History of dental caries diseases are bacteria found in the mouth form acid as it

interacts with the sugars contained in foods that are attached to the tooth surface , then the

acid dissolves tooth enamel and destroy the teeth which if prolonged will cause cavities

even will cause caries penetration from email to inside of thetooth under the head . Early

symptoms of dental caries is difficult to detect and are often found further symptoms that

tooth sensitiv to sweet, cold and hot food , as well as holes in the hard tissues of the teeth

, can be brown or black . Form of dental caries that is divided into two stages based caries

, tooth surfaces affected many caries and its location according to GV Black . Factors that

influence the risk of dental caries is the age , ethnicity , socio-cultural population ,

awareness , attitudes and behaviors towards oral health . The risk factors underlying the

preventive aspects of dental caries both primary , secondary and tertiary .

Keywords: Dental Caries, Dental Caries Epidemiology, Natural History of Dental Caries,

Dental Caries Risk Factors, Prevention of Dental Caries.

Page 3: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KARIES GIGI

Karies Gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai.

Penyakit tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi

(lubang pada gigi). Adanya bakteri dalam mulut merupakan sesuatu hal yang

wajar. Namun, jika bakteri tersebut berlebihan akan menjadi masalah kesehatan

tersendiri terutama pada gigi. Bakteri mampu mengubah semua sisa-sisa makanan

khususnya gula menjadi asam. Asam yang terbentuk akibat bakteri tersebut akan

memicu penumpukan lapisan dan melekat di gigi yang biasa disebut dengan plak.

Plak akan biasanya akan terbentuk kurang lebih 20 menit setelah mengkonsumsi

makanan. Zat asam lemak yang terdapat pada plak mampu melarutkan jaringan

keras pada gigi sehingga terjadilah karies. Streptococcus mutans disebut-sebut

sebagai bakteri yang sangat berperan dalam pembentukan karies.

Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang

memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam

terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi

merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment

(lingkungan)

1. Host merupakan semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat

mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakt.

2. Agent merupakan substansi atau elemen makhluk hidup/bukan makhluk

hidup yang kehadirannya/ketidakhadirannya dapat menimbulkan

/mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.

3. Environment merupakan kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan

menesuaikan diri, bertempat tinggal & berkembang biak dalam diri

penjamu.

Epidemiologi penyakit ginggiva dan periodontal

Survey epidemiologi untuk mengetahui distribusi universal dari penyakit-

penyakit dalam mulut.

Penelitian epidemiologi karies gigi lebih berkembang dari pada

epidemiologi penyakit periodontal. melibatkan jaringan keras dan

lunak,pengukurannya lebih kompleks.

Epidemiologi adalah penelitian mengenai pola/distribusi kedinamisan

penyakit gigi dalam populasI manusia.

Pola ini dapat dipengaruhi :

1. umur

2. Seks

Page 4: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

3. Ras/kelompok etnik

4. Pekerjaan

5. Karakteristik sosial

6. Tempat tinggal

7. Kepekaan

8. Keterpaparan pada agen tertentu

Tujuan epidemiologi ini adalah lebih memahami proses penyakit.

Indeks epidemiologi atau usaha untuk mengkuatitasi keadaan klinis dalam

skala yang berjenjang.

Dengan demikian dapat dilakukan perbandingan antara populasi yang

menggunakan kriteria dan metode yang sama.

Prevalensi / proporsi penderita

Kriteria indeks epidemiologi yang baik

Mudah digunakan memungkinkan pemeriksaan pada banyak orang dalam

waktu yang singkat.

Kondisi klinis secara objective

Reproduksible

Dapat dipakai dalam analisa statistik

Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan

sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi

terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di

Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering

terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan penyebab

patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59%

orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies. Jumlah

kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan

kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.

Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies. Karies gigi dapat

dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras

yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya,

yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura

gigi. Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat

perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan

atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali

menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di

Page 5: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

gigi geraham. Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin

berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat

berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan

enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses

perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal

juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas

gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies

permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.

Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies

proksimal. Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini

kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer

gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.

Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk

ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini

tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan

akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena

sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel. Karies

akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan

permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.

Penyebab

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi,

bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan

waktu.

Gigi (Agent)

Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi

faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1

dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak

terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan

pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah

Page 6: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

penyebab utama dari karies. Anatomi gigi juga berpengaruh pada

pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi

lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang

sering terselip sisa makanan.

Bakteri

Preparat Streptococcus mutans.

Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya

sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di

antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah

Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan

Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

Karbohidrat yang dapat difermentasikan

Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan

sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut

fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi.

Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral

yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan

pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi

terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.

Waktu

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat

memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan

mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi

asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air

liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat

terjadi setelah 2 jam.

Faktor lainnya (Host)

Page 7: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan

karies.

Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut.

Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada

sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis.

Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin. Obat-obatan

seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur. Terapi

radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.

Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau

adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat

menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan

terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.

Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang

ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi

depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sebutan "karies

botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan

cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh

seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.

Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi.

Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan

mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin

karena obat ini membuat mulut kering. Bila karies yang parah ini merupakan hasil

karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi

radiasi.

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

Page 8: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang

perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak

terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti

kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif

maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu

elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip Wikipedia, 2010).

1) Prepatogenesis

Pada fase tersebut, individu berada dalam keadaan sehat/normal. Namun, telah

terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit di luar tubuh manusia /

lingkungan.

2) Patogenesis

a. Tahap Inkubasi

Di dalam tahap ini agent sudah masuk didalam tubuh tetapi gejala

klinisnya belum tampak sehingga yang disebut masa inkubasi adalah waktu

antara masuknya akibat penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala

penyakit. Berawal dari sisa makanan yang berampur dengan hasil metabolisme

bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, Lactobacillus, dll yang

berupa asam akan mengakibatkan proses demineralisasi pada email.

b. Tahap Dini

Pada tahap ini lesi karies tampak berkapur di permukaan gigi yang

menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat

dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel,

namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat

diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan

karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. Bila enamel

dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena

akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian

menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah

hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang

manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang

buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke

jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.

c. Tahap Lanjut

Pada tahap ini timbul gejala-gejala, antara lain sebagai berikut :

a. Terdapat lubang yang agak dalam (mengenai lapisan dentin)

b. Kadang-kadang disertai keluhan rasa sakit bila terkena rangsangan

makanan dan minuman (panas, dingin, manis).

c. Terdapat lubang yang lebih dalam (mengenai atap pulpa atau ruang

pulpa).

d. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan

makanan atau minuman yang manis

e. Terdapat keluhan rasa sakit spontan yang terus-menerus dengan disertai

rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan pipi

atau pada leher.

3) Pasca Patogenesis / Tahap Akhir

Page 9: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

Pada tahap ini akhirnya menyebabkan gigi nekrosis merupakan permulaan

terbentuknya abses odontogenik, dimana tanda klinis dari abses odontogenik

terlihat adanya pus (nanah) yang terlokalisir disekitar gigi yang nekrose

tersebut. Erupsinya gigi menimbulkan masalah salah satu diantaranya food

impaksi, yang akan mengakibatkan mudahnya terjadi retensi makanan pada

gigi tersebut, sulit untuk dilakukan pembersihan dan sulit dijangkau oleh sikat

gigi, sehingga mudah untuk terjadinya karies, jika karies ini berlanjut tanpa

ada penanganan yang cepat maka bakteri penyebab karies tersebut akan

menyebar kesekitar apeks akar sehingga abses odontogenikpun dapat

terjadi.Terdapat keluhan rasa sakit spontan atau nyeri yang terus-menerus

dengan disertai rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi

dan pipi atau pada leher.

Pada tahap akhir ini, jika pendirita memperoleh penanganan yang baik, ia

dapat sembuh sempurna.namun jika tidak mendapat penanganan yang baik.

Maka kematian dapt terjadi.

Faktor Risiko Terjadinya Karies

Gigi

Anatomi gigi , struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis

berpengaruh pada pembentukan karies. Pit dan fisur pada gigi posterior

sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk

di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Komposisi gigi

terdiri dari enamel di luar dan dentin di dalam, sehingga enamel memiliki

peranan penting dalam proses karies.

Bakteri

Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya

sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan

Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering

ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus,

Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Bakteri ini sangat kariogen

karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.

Dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat

polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.

Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak

gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri

terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.

Waktu

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat

memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi

makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat

memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat

menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya

Page 10: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.

Sedangkan lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang

menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

Usia

Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun akan

bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih

lama berpengaruh terhadap gigi.

Letak geografis

Perbedaan prevalensi karies ditemukan pada penduduk yang geografis

letak kediamannya berubah-ubah seperti suhu, cuaca, air, keadaan, tanah,

dan jarak dari laut.

Pengetahuan, sikap dan perilaku

Kebiasaan dan perilaku menggosok gigi merupakan perawatan dasar yang

dilakukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan dan

perilaku menggosok gigi sangat bepengaruh terhadap status kesehatan

kebersihan gigi dan mulut seseorang (OHI-S), apabila seseorang

mempunyai kebiasaan menggosok gigi dengan benar maka OHI-S akan

menjadi baik dan angka kejadian karies menurun.

Jenis kelamin

Vokker dan Russel menyatakan bahwa karies gigi tetap wanita lebih tinggi

dibandingkan dengan pria demikian juga halnya anak, prevalensi karies

gigi pada anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki.

Hal ini di sebabkan pertumbuhan gigi pada anak perempuan lebih cepat

dibanding anak laki-laki.

Suku bangsa

Beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara suku bangsa

dengan prevalensi karies, hal ini disebabkan oleh faktor pendidikan,

konsumsi makanan, jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda

disetiap suku bangsa.

Kultur sosial penduduk

Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah pendidikan dan

penghasilan yang berhubungan dengan diet.

Diabetes mellitus

Diabetes mellitus menaikkan kejadian dan jumlah karies. Tetapi bila

seorang penderita telah menyadari keadaanya dan menjalankan diet, karies

akan terjadi lebih sedikit dibandingkan rata-rata.

Radiasi

Radiasi kepala leher menyebabkan penurunan aliran saliva dan pH saliva

yang berdampak pada terjadinya karies gigi.

Page 11: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

Penggunaan metamfetamin

Metamfetamin menyebabkan mulut kering sehingga menurunkan produksi

air liur. Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan juga dapat

memengaruhi produksi air liur.

Penggunaan tembakau

Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau

adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat

menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi

akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami

demineralisasi.

Makan Makanan Kariogenik

Timbulnya karies gigi antara lain disebabkan karena kurangnya perhatian

akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta didorong pola

konsumsi bahan makanan yang dapat memicu timbulnya serangan karies

gigi. Bila makanan ini mempunyai daya lekat yang kuat pada gigi dan

dalam waktu yang sering dan lama, maka sangat memungkinkan

mikroorganisme yang ada di mulut untuk menciptakan lingkungan yang

asam, sehingga lingkungan yang asam inilah yang akan melarutkan bagian

organik dari gigi maka terjadilah karies gigi. Adanya anak suka

mengkonsumsi makanan jajanan kariogenik akan meningkatkan resiko

anak terkena karies gigi. Dengan demikian jenis makanan, waktu makan

dan frekuensi makan makanan kariogenik diduga dapat meningkatkan

kejadian karies gigi anak. Hasil penelitian Wulansari (2008) menunjukkan

bahwa pola jajanan bergula pada anak sekolah dasar termasuk tinggi, dan

sebagian besar mempunyai karies gigi (80,0%). Menurut penelitian

Albiner dan Dumasari di Medan (2008), menemukan sebagian besar anak

SD, sangat suka makanan yang bersifat kariogenik seperti makanan yang

manis, lunak dan lengket. Dengan meningkatnya konsumsi snack dan

makanan cepat saji yang kebanyakan mengandung gula, maka sering sulit

bagi anak untuk menghindari konsumsi gula yang banyak.

Frekuensi Dan Waktu Sikat Gigi

Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-

anak perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan, menggosok gigi juga

merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan

pencegahan karies gigi. Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan

menyikat gigi dan melakukan pembersihan gigi dengan benang pembersih

gigi. Pentingnya upaya ini adalah untuk menghilangkan plak yang

menempel pada gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jika semua plak

dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam, penyakit gusi pada kebanyakan

orang dapat dikendalikan. Tetapi untuk kerusakan gigi harus lebih sering

lagi. Dalam menyikat gigi yang perlu diperhatikan adalah frekuensi dan

waktu dalam melakukan kegiatan sikat gigi, karena hal ini berpengaruh

terhadap terjadinya karies. Dalam penelitian terbukti bahwa frekuensi sikat

gigi berhubungan dengan angka kejadian karies/DMFT pada anak-anak.

Dan disarankan supaya anak-anak menyikat gigi minimal dua kali sehari

Page 12: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

atau lebih, hal ini akan lebih baik dibandingkan dengan hanya melakukan

sikat gigi satu kali perhari.

KESIMPULAN DAN SARAN

Karies Gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai. Penyakit

tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi (lubang

pada gigi). Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju

perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies

gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus

dan karies di celah atau fisura gigi. Ada tiga macam karies permukaan halus.

Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada

permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar

gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.

Riwayat alamiah penyakit karies gigi ini terdiri beberapa tahap yaitu

prepatogenesis, patogenesis, dan pasca patogenesis. Untuk tahap patogenesis

dibaglagi menjadi masa inkubasi, tahap dini, dan tahap lanjut. Ada empat hal

utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik

(penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu. Sedangkan

faktor resiko dari karies gigi adalah gigi, bakteri, waktu, usia, letak geografis,

pengetahuan, sikap, perilaku, jenis kelamin, suku bangsa, kultur sosial penduduk,

diabetes mellitus, radiasi, penggunaan metamfetamin, penggunaan tembakau,

makan makanan kariogenik, waktu dan frekuensi sikat gigi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Savedra P. 2008. Pengaruh pengunyahan permen karet yang mengandung

xylitol terhadap laju aliran saliva pada anak usia 10-12 tahun di pesantren Al-

Hamidiyah Depok tahun 2008 [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia

2. Anonim.2011. Karies gigi: pengukuran risiko dan evaluasi.

http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat%

20_Pencegahan%20dan%20Pemeliharaan__Normal_bab%201.pdf [diakses 1

Desember 2013].

3. Diana S, Indeswati D, Rinna ES.2005. Peranan sorbitol dalam

mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies.

Majalah Kedokteran Gigi. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-1-

07.pdf. [diakses 1 Desember 2013].

4. Yuyus R.1991. Diet yang dapat merusak gigi pada anak-anak.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_DietyangdapatMerusakGigipada

Anak.pdf/15_DietyangdapatMerusakGigipadaAnak.pdf [diakses 2

Desember 2013].

5. Sekarsari, Anggita Putri.2012. PENGARUH STATUS DIABETES

MELLITUS TERHADAP DERAJAT KARIES GIGI.

Page 13: 211575674 Epidemiologi Karies Gigi

http://eprints.undip.ac.id/37373/1/Anggita_Putri_Sekarsari_G2A008021_

LAPORAN_KTI.pdf. [diakses 2 Desember 2013].

6. Noviani. Nita. 2010. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN STATUS KARIES GIGI (DMFT) SANTRI PESANTREN AL

ASHRIYYAH NURUL IMAN PARUNG BOGOR.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20270368-T%2028494-Faktor-

faktor%20yang-full%20text.pdf. [diakses 2 Desember 2013].

7. http://id.shvoong.com/medicineandhealth/dentistryoralmedicine/2091481epidemiologi-penyakit-ginggiva-dan-periodontal/#ixzz2mX004tSQ

8. http://health.diwarta.com/pengertianpenyakitkariesgigi/19/02/2012/#sthash

.T7kSAmoR.dpuf