2013 - husein etal - rembesan sijenggung

Upload: wahyu

Post on 05-Jul-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    1/17

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    2/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    474

    KENDALI STRATIGRAFI DAN

    STRUKTUR GRAVITASI

    PADA REMBESAN HIDROKARBON SIJENGGUNG,

    CEKUNGAN SERAYU UTARASalahuddin Husein*

    Jasmin Jyalita**

    Moch. Azis Qosim Nursecha**

    *) Staf Pengajar - Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, email:

    [email protected]**) Mahasiswa - Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

    Diterima Tanggal: 15 November 2013

    SARI

    Cekungan Serayu Utara merupakan salah satu dari dua cekungan yang menyusun Jawa Tengah.DiCekungan ini, banyak dijumpai rembesan hidrokarbon (minyak dan gas bumi) di permukaan, sebagai salahsatu tanda aktifnya sistem petroleum.Meski demikian, kompleksitas geologi yang dimiliki cekungan inimembuatnya dikenal sebagai “terra incognita” dalam dunia eksplorasi migas di Pulau Jawa.Sebagai salahsatu manifestasi permukaan, rembesan hidrokarbon dapat menjadi jendela dan titik tolak pendekatan dalammempelajari kondisi geologi bawah permukaan bagi unsur-unsur penting dalam sistem petroleum.Berlandaskan pemahaman tersebut, penelitian ini bermaksud untuk mempelajari faktor-faktorgeologi yang pernah bekerja di Cekungan Serayu Utara yang mengontrol terjadinya rembesan hidrokarbondi Desa Sijenggung, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.Di permukaan,rembesan tersebut terjadi pada singkapan Formasi Rambatan yang berumur Miosen Awal - MiosenTengah.Pendekatan yang dipergunakan adalah pengumpulan data-data geologi permukaan, berupa datastratigrafi dan struktur geologi.

    Penurunan Cekungan Serayu Utara sebagai cekungan belakang busur (back-arc basin) di MiosenAwalmempengaruhi pengendapan Formasi Rambatan, yang diisi oleh perselingan serpih, napal, dantuff.Kandungan material volkaniklastik halus diduga berasal dari volkanisme Waturanda di Busur VolkanikSerayu Selatan.Mekanisme pengendapan litologi Rambatan tersebut terpengaruh kondisi cekungan yangterus menurun, menghasilkan gangguan-gangguan sedimentasi (soft sediment deformation) akibat luncurangravitasi di lereng cekungan. Memasuki Miosen Akhir, busur volkanik Jawa Tengah berpindah ke cekungan

     belakang busur, menghasilkan endapan-endapan vulkaniklastika kasar yang berselingan dengan klastikahalus laut pada formasi-formasi Halang, Tapak, dan Pemali.

    Deformasi yang dominan pada Formasi Rambatan adalah luncuran gravitasi (gravity sliding) ke arah

    utara-timurlaut dalam rejim ekstensional, yang secara lokal menghasilkan sesar anjak pada bagian ujungluncuran (toe-thrusting). Selanjutnya, saat aktifitas volkanisme menjadi dominan di Cekungan Serayu

    Utara, pembebanan tubuh gunungapi (volcanic load ) juga menghasilkan deformasi luncuran gravitasi kearah lateral, terutama bergerak ke arah selatan-baratdaya, yang tidak hanya bekerja pada dormasi-formasi Neogen Akhir tetapi juga mempengaruhi Formasi Rambatan yang lebih tua.

    Rembesan hidrokarbon di Desa Sijenggung pada Formasi Rambatan yang memiliki potensi sebagai batuan penyimpan (reservoar) dan batuan penyekat (seal) sekaligus, diduga melalui mekanisme pecahnya

     batuan penyekat (seal failure). Hal ini terjadi karena rendahnya kualitasnya litologi penyekat yang rendahakibat deformasi luncuran gravitasi, sehingga hidrokarbon dapat mencapai permukaan.

    Kata kunci: rembesan hidrokarbon, Formasi Rambatan, struktur luncuran gravitasi, Sijenggung, SerayuUtara.

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    3/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    475

    PENDAHULUAN

    Cekungan Serayu Utara.merupakan salah satu dari dua cekungan yang membentukJawa

    Tengah.Melimpahnya rembesan hidrokarbon pada lokasi ini menandakan bahwa dengan tatanan

    struktur geologi dan stratigrafi yang sedemikian rupa, terdapat sistem petroleum aktif yang bekerja

     pada Cekungan Serayu Utara. Satyana et al. (2007) menyebut Cekungan Serayu Utara sebagai

    terra-incognita, yaitu daerah dengan kondisi geologi yang belum dikenal baik dalam eksplorasimigas, yang memicu munculnya banyak pendapat berbeda mengenai kondisi geologi daerah

    setempat.

    Sebagai salah satu manifestasi permukaan, rembesan hidrokarbon dapat menjadi jendela dan

    titik tolak pendekatan dalam mempelajari kondisi geologi bawah permukaan bagi unsur-unsur

     penting dalam sistem petroleum.Berlandaskan pemahaman tersebut, penelitian ini bermaksud

    untuk mempelajari faktor-faktor geologi yang pernah bekerja di Cekungan Serayu Utara yang

    mengontrol terjadinya rembesan hidrokarbon di Kali Pekacangan, Desa Sijenggung, Kecamatan

    Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.Di permukaan, rembesan tersebut terjadi

     pada singkapan Formasi Rambatan yang berumur Miosen Tengah.Pendekatan yang dipergunakan

    adalah pengumpulan data-data geologi permukaan, berupa data stratigrafi terukur (outcrop

    measured section) dan struktur geologi.

    GEOLOGI REGIONAL

    Fisiografi orogenik Jawa Tengah dibentuk oleh dua jalur pegunungan utama, yaitu Zona

    Serayu Selatan dan Zona Serayu Utara (Gambar 1). Dalam sejarah geologinya, kedua jalur

     pegunungan tersebut juga berperan sebagai cekungan sedimenter.

    Zona Serayu Selatan berkembang daridaerah hulu aliran Sungai Bogowonto (sebelah utara

    Kota Purworejo) di sebelah timur dimana hingga lembah Sungai Citanduy (sebelah selatan Kota

    Majenang) di sebelah barat. Secara umum, Zona Serayu Selatan melampar relatif timur-barat

    dengan bentuk melengkung ke arah utara. Batas fisiografi sebelah timur zona ini tidak begitu

    tegas, dimana mereka bergabung dengan ujung utara Pegunungan Kulon Progo yang melampar berarah utara-timurlaut – selatan-baratdaya serta tertutup oleh endapan volkanik G. Sumbing.

    Batas fisiografi sebelah barat cukup tegas, dengan adanya lembah sempit bentukan erosi vertikal

    Sungai Cikawung yang menjadi batas zona ini dengan Zona Bogor yang masih memiliki fisiografi

    serupa dengan Zona Serayu Selatan. Van Bemmelen (1949) membagi Zona Serayu Selatan

    menjadi dua, bagian timur dan bagian barat, yang dipisahkan oleh dataran rendah Jatilawang pada

    aliran Sungai Serayu. Kedua bagian Serayu Selatan tersebut memiliki hubungan geometris susun

    genteng tumpuk kiri (left-stepping en echelon), memberikan kesan adanya sesar geser sinistral

    regional berarah timur-barat yang mempengaruhi keduanya. Bagian barat memiliki panjang 60 km

    dan lebar 15 km serta pelamparan berarah baratlaut-tenggara. Bagian timur melampar timur-barat

    dengan panjang 115 km dan lebar mencapai 35 km, dimana bagian tengah zona ini tersingkap

     batuan dasar pra-Tersier di daerah Karangsambung.Zona Serayu Utara berkembang lebih sederhana bila dibandingkan dengan Zona Serayu

    Selatan. Zona Serayu Utara hanya terdiri dari satu jalur pegunungan berarah timur-barat, dengan

    geometri melengkung membuka ke arah selatan, dan kedua ujungnya ditempati oleh gunungapi

    Kuarter. Ujung bagian timur dimulai dari penjajaran G. Sumbing dan G. Sindoro berarah baratlaut-

    tenggara, yang dilanjutkan dengan kehadiran kompleks volkanik Dieng ke arah barat-baratlaut.

    Ujung barat Zona Serayu Utara ditandai dengan kehadiran G. Slamet.

    Stratigrafi regional dan deformasi tektonik kedua zona Serayu tersebut memiliki keterkaitan

    satu dengan lainnya (Gambar 2, 3). Zona Serayu Selatan memiliki batuan-batuan pra-Tersier dan

    Paleogen yang tersingkap ke permukaan di daerah Karangsambung. Kompleks Luk-Ulo yang

     berumur Kapur Akhir, serta Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan yang berumur

    Paleogen, terbentuk oleh proses longsoran gravitasional laut dalam pasca kolisi antara Sundaland  

    dan lempeng kontinen mikro Jawa Timur (Hall, 2012), dimana fragmen aneka bahan (batuan

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    4/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    476

    metamorfik, batuan beku, batuan sedimen laut) bercampur-bancuh dalam massa dasar

     batulempung. Terdapat perkembangan karakter sedimentasi yang menarik dari matrix-dominated  

     pada Kompleks Luk-Ulo dan Formasi Karangsambung menjadi lebih  fragment-dominated   pada

    Formasi Totogan (Asikin, dkk., 1992b). Hal ini dapat mengindikasikan semakin mendangkalnya

    lingkungan sedimentasi dan semakin kuatnya pengangkatan Karangsambung saat Paleogen Akhir.

    Memasuki Oligosen Akhir, Jawa Tengah diduga mengalami segmentasi tektonik busur

    volkanik yang telah dimulai semenjak Eosen Tengah (Hall, 2012), dengan berkembangnya busurvolkanik di Zona Serayu Selatan dan terbentuknya peregangan cekungan belakang busur di Zona

    Serayu Utara. Volkanisme Serayu Selatan ditandai dengan pengendapan Formasi Gabon di tepi

    selatan (van Bemmelen (1949) menganggap breksi volkanik Gabon sebagai bagian dari Zona

    Pegunungan Selatan Jawa Tengah) dan Formasi Waturanda di bagian tengah Zona Serayu Selatan.

    Formasi Gabon tersusun atas breksi andesit, setempat tuf lapili, lava, dan lahar, dimanasebagian

     besar litologi tersebut telah mengalami alterasi (Asikin dkk., 1992a). Sedangkan Formasi

    Waturanda terdiri atas batupasir vulkanik di bagian bawah, mengandung sisipan napal tufan, dan

     berubah menjadi breksi andesit di bagian atas.

    Ke arah utara, Formasi Rambatan mulai diendapkan semenjak Miosen Awal di lingkungan

    lereng cekungan belakang busur yang labil, menutupi kelompok sedimen gravitasional Wora-wari

    yang lebih dahulu terbentuk saat Oligosen Akhir akibat pembukaan cekungan belakang busur

    Serayu Utara (kelompok Wora-wari dimasukkan dalam Formasi Totogan oleh Condon dkk.,

    1996). Formasi Rambatan terdiri dari batupasir karbonatan dan konglomerat dengan perselingan

    serpih, napal, dan tuff. Meskipun Condon dkk. (1996) menempatkan perkembangan Formasi

    Rambatan dimulai Miosen Awal, Lunt et al. (2009) menduga umur dari Formasi Rambatan lebih

    muda, yaitu Miosen Tengah (N10-N15).

    Memasuki Miosen Tengah, volkanisme Serayu Selatan berkurang intensitasnya, yang

    kemungkinan disebabkan oleh efek rotasi berlawanan arah jarum jam yang dialami oleh Sundaland

    yang mempengaruhi proses subduksi di selatan Jawa saat itu. Pada masa ini, batugamping terumbu

    Formasi Kalipucang menutupi tinggian volkanik Formasi Gabon (Asikin dkk., 1992a), dan

     batulempung gampingan Formasi Penosogan berkembang di bagian yang lebih dalam di BusurVulkanik Serayu Selatan. Napal dan tuf masih dijumpai menyisip dalam Formasi Penosogan

    (Asikin dkk., 1992a,b). Ke utara, Formasi Penosogan menjemari dengan Formasi Rambatan yang

    masih terus diendapkan selama Miosen Tengah.

    Miosen Akhir ditandai perkembangan busur vulkanik ganda (double-arc) di Jawa Tengah,

    dengan reaktifasi vulkanisme Serayu Selatan yang bersamaan munculnya vulkanisme Serayu Utara

    (Gambar 3). Secara umum, pada periode ini, batupasir vulkanik Formasi Halang mendominasi

    kedua zona. Fraksi kasar dan fragmen vulkanik disumbangkan oleh Formasi Peniron di Zona

    Serayu Selatan dan Formasi Kumbang untuk Zona Serayu Utara (Asikin dkk., 1992b; Condon

    dkk., 1996). Pada periode ini, dapat dianggap bahwa cekungan belakang busur Serayu Utara telah

     berubah menjadi busur vulkanik.

    Perubahan konfigurasi tektonik regional diduga kembali terjadi pada kala Pliosen, ditandaidengan berhentinya aktifitas vulkanisme Serayu Selatan dan berkurangnya intensitas vulkanisme

    Serayu Utara (Gambar 3). Hall  (2012) mengaitkannya dengan fase akhir rotasi Sundaland . Pada

    masa  tectonic quiescence  ini, sedimentasi batupasir gampingan Formasi Tapak berlangsung di

    kedua zona Serayu. Fragmen moluska banyak dijumpai dalam Formasi Tapak (Asikin dkk., 1992a;

    Condon dkk., 1996; Djuri dkk., 1996). Lunt et al. (2009) menempatkan awal sedimentasi Tapak di

    Miosen Akhir (N17). Semakin ke atas, Formasi Tapak semakin menghalus. Di daerah Serayu

    Utara, anggota Tapak yang tersusun atas napal dan batulempung gampingan dinamakan Formasi

    Kalibiuk, dan nama Formasi Kaliglagah bagi yang mengandung lignit (Djuri dkk., 1996).Pada

     periode tectonic quiescence  Pliosen inilah proses perlipatan di zona Serayu Selatan dan Serayu

    Utara berlangsung intensif.

    Plistosen ditandai dengan reaktifasi Busur Vulkanik Serayu Utara, dengan serangkaianaktifitas vulkanisme di lingkungan darat oleh Ligung, Mengger, Gintung dan Linggopodo untuk

    https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    5/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    477

     bagian barat (Djuri dkk., 1996), dan vulkanisme Ligung, Damar, dan Kaligetas untuk bagian timur

    (Condon dkk., 1996). Vulkanisme Plistosen tersebut dilanjutkan dengan vulkanisme Holosen oleh

    Jembangan, Dieng, Sumbing, dan Sindoro untuk bagian timur (Condon dkk., 1996), dan

    vulkanisme Slamet untuk bagian barat (Djuri dkk., 1996). Tingginya aktifitas vulkanisme Kuarter

    di Zona Serayu Utara tersebut diduga menghasilkan volcanic load  yang besar yang dapat memicu

     pengangkatan isostatik Zona Serayu Selatan sebagai proses deformasi paling akhir dan yang paling

     berperan menghasilkan bentukan fisiografi yang tampak saat ini di kedua zona tersebut (Gambar3). Pada periode ini, akibat pengangkatan isostatik yang intensif, bagian inti Zona Serayu Selatan

    mengalami proses denudasi yang paling besar hingga menyingkapkan batuan-batuan pra-Tersier

    dan Paleogen di Karangsambung.

    Sistem petroleum yang bekerja di Zona Serayu Utara tersusun atas elemen-elemen berupa

     batuan induk yang berumur Miosen Awal, batuan reservoar dari Formasi Rambatan dan Halang,

     batuan penyekat intra-formasi Rambatan dan Formasi Tapak, serta jebakan hidrokarbon berupa

    antiklin dan sesar anjak. Petroleum play  yang dapat berlaku ialah konsep toe-thrusting  yang

     berhubungan dengan pengangkatan Neogen, sistem antiklin yang terinversi, serta sistem terumbu

     pada horst  cekungan tersebut (Satyana, 2007).

    GEOLOGI DESA SIJENGGUNG

    Berdasarkan peta geologi daerah Banjarnegara dan Pekalongan (Condon dkk., 1996), lokasi

     penelitian terdiri dari lima formasi, yaitu Formasi Tapak, Kumbang, Halang, Rambatan, serta

    anggota batuan gunungapi Jembangan dan intrusi-intrusi diorit. Litologi yang mendominasi lokasi

     penelitian meliputi serpih, napal, batupasir gampingan, batupasir tufan, konglomerat, breksi

    andesit, lava andesit, tuf, batugamping terumbu, serta batuan beku seperti diorit hasil intrusi. Dari

    sini, diketahui bahwa litologi-litologi penyusun daerah penelitian berumur Miosen Awal hingga

    Pleistosen akhir (Condon dkk., 1996).

    Struktur geologi yang dijumpai pada lokasi penelitian didominasi oleh sesar-sesar naik yang

     berarah baratlaut – tenggara serta sesar geser sinistral berarah utara timurlaut – selatan baratdaya.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan mengungkap mekanisme terjadinya rembesan hidrokarbon di Kali

    Pekacangan, Desa Sijenggung.Pendekatan yang dipergunakan adalah pengumpulan data geologi

     permukaan, berupa stratigrafi dan struktur geologi.Jalur Kali Pekacangan dipilih karena selain di

     jalur tersebut terdapat rembesan hidrokarbon, di lembah sepanjang aliran sungai tersebut banyak

    tersingkap batuan-batuan yang menyusun elemen sistem petroleum Serayu Utara.

    Data stratigrafi diperoleh dengan melakukan metode penampang terukur, dengan alat bantu

    tongkat Jacob dan meteran tali. Koreksi kemiringan topografi terhadap ketebalan stratigrafi terukur

    langsung dilakukan di lapangan dengan bantuan busur protaktor dan kompas geologi.Sampel

     batuan diambil secara sistematik pada bagian yang mewakili unit litologi yang tengah diukur.Data struktur geologi diperoleh di lapangan dengan dua tahapan, yaitu: (i) identifikasi jenis

    struktur dan geometrinya, dan (ii) identifikasi kinematika struktur dengan mengamati pergeseran

    lapisan batuan. Data struktur yang telah direkam di lapangan tersebut kemudian dicantumkan pada

     peta kerja yang telah digambarkan sebaran litologinya.Gabungan dari data struktur dan sebaran

    litologi tersebut memungkinkan pembagian unit-unit struktur (kompartemen struktur) untuk

    memudahkan analisis kinematika keseluruhan.

    Sintesis data stratigrafi dan struktur geologi dibuat untuk memperoleh pemahaman proses-

     proses geologi yang mengontrol sedimentasi. Selanjutnya sintesis tadi akan ditelaah dalam

     perspektif proses tektonostratigrafi regional sehingga hubungan antara daerah penelitian dengan

    Cekungan Serayu Utara dapat dibangun dalam perspektif ruang dan waktu. Tahap terakhir adalah

    menentukan sistem petroleum yang bekerja di daerah penelitian dan hubungannya dengan sistem

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    6/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    478

     petroleum yang bekerja secara regional di Cekungan Serayu Utara.Pada tahap terakhir ini juga

    ditentukan mekanisme penyebab terjadinya rembesan dalam sistem petroleum di daerah penelitian.

    REKONSTRUKSI STRATIGRAFI KALI PEKACANGAN

    Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, lokasi penelitian terletak pada bagian barat

    Cekungan Serayu Utara. Pada lokasi penelitian (khususnya pada lintasan Kali Pekacangan),ditemui paket-paket struktur slump hasil luncuran gravitasi dengan arah kemiringan yang berubah-

    ubah secara intensif. Analisa paleontologi kemudian dilakukan untuk mengetahui umur sebenarnya

    dari Formasi Rambatan tersebut.

    Berdasarkan data paleontologi berupa foraminifera plangtonik dan foraminifera bentonik,

    didapatkan kisaran umur dan lingkungan pengendapan batuan di daerah penelitian. Untuk jalur

    Kali Pekacangan (Formasi Rambatan), terdapat dua sampel analisa paleontologi yaitu sampel AJ 2

    dan AJ 13. Umur tertua yang dijumpai pada lokasi penelitian yaitu pada Formasi Rambatanadalah

     pada zona N12 – N18 dengan ditemuinya foraminifera plangtonik berupa Globorotalia menardii Adan B (Bolli), sedangkan umur termuda pada zona N19 dengan ditemuinya foraminifera plangtonik

     berupa Sphaeroidinella dehiscens (Parker & Jones).

    Selain pada Formasi Rambatan, analisa paleontologi juga dilakukan pada Formasi Tapakyang beranggotakan napal dan batugamping terumbu. Satu sampel paleontologi yang dianalisa

    menunjukkan umur N19 – N23 dengan ditemuinya foraminifera plangtonik berupa Globorotalia

    menardii cultrate (d’Orbigny).

    Struktur sedimen yang dominan berkembang pada lokasi penelitian adalah laminasi paralel,

    laminasi konvolut, gradasi normal,  flute cast , slump, dan bioturbasi. Struktur load cast   juga

     berkembang pada lokasi penelitian ini, khususnya dijumpai pada batupasir dengan sementasi yang

    kuat. Laminasi dapat terbentuk dari pengendapan partikel berukuran halus dari suspensi dan

    transportasi traksi pasir pada kondisi yang sama (Boggs,  2006). Gradasi normal dapat timbul

    akibat penurunan kekuatan aliran selama sedimentasi, tetapi pada umumnya dari dispersi butir dan

    buoyancy effect   yang biasa terjadi pada endapan dengan konsentrasi sedimen yang rendah.Flute

    cast   pada daerah ini terbentuk akibat erosi pada serpih (yang kemudian terisi oleh batupasir)

    dengan bentuk memanjang. Struktur sedimen tersebut digunakan dalam penentuan arah arus saat

     pengendapan unit-unit batuan tersebut terjadi.Berdasarkan struktur flute-cast  pada batupasir tufan

    Rambatan di dekat jembatan Kali Pekacangan Desa Sijenggung, arah sedimentasi diamati berarah

    ke timurlaut. Struktur slump  terbentuk akibat luncuran gravitasi melalui suatu bidang

    gelincir.Struktur ini terbentuk dalam skala besar yang dapat ditemui hampir di sepanjang lintasan

    Kali Pekacangan.Struktur bioturbasi yang dijumpai pada lokasi penelitian berupa ichnofasies

     Nereites (Gambar 6).Ichnofasies Nereites dicirikan oleh fosil jejaknya yang didominasi oleh

    cetakan horizontal, baik hanya dengan bentuk memanjang maupun bentuk-bentuk yang lebih

    kompleks.Fosil jejak tersebut mengindikasikan lingkungan pengendapan laut dalam. Struktur

    terakhir ialah load cast   yang terbentuk akibat pembebanan oleh batupasir (material sedimen berukuran kasar) pada serpih di Formasi Rambatan. Struktur sedimen tersebut digunakan dalam

     penelitian ini untuk menentukan top dan bottom dari lapisan batuan.

    Shaleyang ditemui pada Formasi Rambatan didominasi oleh shale  yang berwarna hitam

    (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa satuan batuan tersebut kaya akan material organik,

    sehingga lingkungan pengendapan bersifat reduktif.

    Selain shale, lokasi penelitian juga tersusun atas litologi berupa batupasir karbonatan,

     batupasir tufan, serta batugamping. 

    Lingkungan pengendapan pada lokasi ini adalah berupa laut dalam dengan pengendapan

    turbidit dan gravity gliding yang menyebabkan melimpahnya struktur slump (Gambar 5). 

    https://www.researchgate.net/publication/286346771_Principles_of_sedimentology_and_stratigraphy_2nd_edition?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/286346771_Principles_of_sedimentology_and_stratigraphy_2nd_edition?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    7/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    479

    TEKTONIK GRAVITASI DAN KAITANNYA DENGAN STRUKTUR

    GEOLOGI DESA SIJENGGUNG

    Struktur geologi utama yang menyusun daerah penelitian tidak hanya murni karena tenaga

    endogenik yang mengompresi maupun meregangkannya, melainkan juga akibat tenaga gravitasi.

    Pada Miosen Awal, mulai terjadi pengangkatan di Busur Vulkanik Serayu Selatan akibat aktivitas

    magmatisme Andesit Tua yang berumur Oligo-Miosen, dan terbentuknya Cekungan BelakangBusur Serayu Utara.Tataan tektonik busur vulkanik ini menyebabkan terbentuknya lereng yang

    mengarah ke utara menuju dalaman Serayu Utara. Kondisi ini mempengaruhi sedimentasi Formasi

    Rambatan yang tengah berlangsung di Cekungan Serayu Utara, menyebabkan sebagian besar dari

    sedimen Rambatan yang terendapkan di tepi selatan Serayu Utara tergelincir (gravity gliding)

    menuju ke arah utara.

    Proses tersebut melakukan sedimentasi ulang (reworking) yang menghasilkan struktur slump.

    Pengukuran stratigrafi permukaan di lintasan Kali Pekacangan menunjukkan adanya ciri-ciri

     proses reworking  dari sedimen yang telah terendapkan sebelumnya. Di samping itu, perubahan

    arah kemiringan lapisan batuan yang sangat intensif dalam jarak yang tidak terlalu jauh

    mengindikasikan beberapa unit struktur slump yang terbentuk akibat luncuran gravitasi.

    Meskipun struktur sedimen menunjukkan arah sedimentasi ke utara-timulaut, namun strukturgeologi di lokasi penelitian justru menunjukkan serangkaian sesar naik ke arah selatan-baratdaya

    (Gambar 7, 8).Struktur demikian diduga terbentuk akibat luncuran sedimen Formasi Rambatan

    untuk kedua kali yang terjadi kala Miosen Akhir. Pada saat itu, pengendapan Formasi Rambatan

    telah berakhir dan digantikan oleh sedimentasi vulkaniklastik Formasi Halang yang didominasi

    oleh batupasir tuf dengan fragmen lapili. Kehadiran Formasi Halang menunjukkan perubahan

    tataan tektonik Jawa Tengah, dimana Cekungan Serayu Utara berubah fungsi dari cekungan

     belakang busur menjadi busur vulkanik (Gambar 2, 3). Kondisi demikian menghasilkan

     pengangkatan di Zona Serayu Utara yang menghasilkan perubahan arah kelerengan cekungan

    sedimenter di sana. Bila sebelumnya kelerengan sedimentasi di daerah Sijenggung diduga berarah

    ke utara-timurlaut menuju deposenter Serayu Utara, maka dengan perubahan tataan tektonik yang

    ditandai oleh naiknya Serayu Utara tersebut menyebabkan terbentuknya kelerengan sedimentasi ke

    arah selatan-baratdaya. Hal ini menyebabkan batuan Formasi Rambatan mengalami tektonik

    gravitasi untuk kedua kalinya, dimana sebagian besar mereka menjadi meluncur ke arah selatan-

     baratdaya mengikuti kemiringan cekungan sedimenter yang baru. Hasil akhir dari proses ini

    tampak dari penampang geologi Kali Pekacangan menunjukkan beberapa sesar naik yang diduga

    merupakan bagian sesar anjak (toe-thrust ) bentukan dari beberapa paket slump  akibat gravity

    gliding (Gambar 7, 8).

    Di lokasi penelitian, Formasi Rambatan dijumpai telah tersingkap ke permukaan, dan

    Formasi Halang dan Formasi Tapak yang menutupinya telah tererosi dengan ditandai banyak

     bongkah-bongkah batupasir vulkanik Halang di sepanjang jalur Sungai Pekacangan. Hal ini

    menunjukkan adanya pengangkatan daerah penelitian kembali untuk ketiga kalinya pada kala awalPlistosen, setelah pengendapan Formasi Tapak. Pengangkatan tektonik ketiga inilah yang diduga

     bertanggungjawab terhadap mekanisme rembesan hidrokarbon di daerah penelitian.

    REMBESAN GAS BUMI DI KALI PEKACANGAN

    Seperti yang telah disinggung sebelumnya, rembesan hidrokarbon merupakan indikasi awal

    adanya suatu sistem petroleum aktif yang menyusun suatu lokasi.Terjadinya rembesan hidrokarbon

    di permukaan menunjukkanadanya kebocoran dalam sistem petroleum, baik secara langsung dari

     batuan induk maupun dari batuan penyimpan (reservoar) melalui jalur-jalur yang dibentuk struktur

    geologi maupun tatanan stratigrafi suatu daerah.

    Menurut Gluyas (2003) pembentukan rembesan hidrokarbon terdiri dari tiga fase yangmeliputi: (i) pecahnya batuan penyekat atau tudung (seal failure) akibat deformasi tektonik, (ii)

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    8/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    480

    migrasi tersier (tertiary migration) dari batuan penyimpan menuju permukaan melalui bidang

     patahan, dan (iii) penguapan di permukaan (dissipation near the surface). 

    Rembesan gas bumi di Kali Pekacangan, Desa Sijenggung terjadi pada Formasi Rambatan

    yang beranggotakan batupasir dengan selingan serpih, napal, dan tuf. Formasi ini memiliki kualitas

    yang cukup baik pada perlapisan batupasir tuf sebagai batuan penyimpan (reservoar). Batuan

     penyekat yang menutupinya ialah serpih dari Formasi Rambatan itu sendiri (penyekat intra-

    formasional).Di bagian atasnya, dijumpaibatupasir vulkanik Formasi Halang yang juga berpotensisebagai batuan reservoar.

    Melihat tataan stratigrafi dan struktur geologi yang berkembang secara lokal, terjadinya

    rembesan gas bumi Sijenggung dapat dikelompokkan karena terangkatnya batuan reservoar ke

     permukaan, sehingga hidrokarbon yang seharusnya menempuh migrasi sekunder dari batuan

    reservoar Formasi Rambatan menuju batuan reservoar Formasi Halang, dapat melalui batuan

     penyekat yang telah pecah (mekanisme pertama: seal failure) akibat pengangkatan tektonik yang

    ketiga (awal Plistosen), untuk kemudian merembes melalui patahan menuju permukaan

    (mekanisme kedua: tertiary migration), dan membentuk rembesan (mekanisme ketiga: dissipation

    near surface).

    KESIMPULAN

    1.  Perubahan dan dinamika tektonik busur gunungapi mempengaruhi sedimentasi yang terjadi di

    Cekungan Serayu Utara. Cekungan Serayu Utara merupakan cekungan belakang busur pada

    rentang Miosen Awal hingga Miosen Tengah, dan kemudian berubah menjadi busur vulkanik

    semenjak Miosen Akhir.

    2.  Daerah penelitian mengalami tiga kali pengangkatan tektonik: (i) pengangkatan Serayu Selatan

     pada Miosen Awal, (ii) pengangkatan pertama Serayu Utara pada Miosen Akhir, dan (iii)

     pengangkatan kedua Serayu Utara pada awal Plistosen.3.  Pengangkatan pertama dan kedua mempengaruhi sedimentasi Formasi Rambatan dengan

    membentuk unit-unit struktur slump, dengan mekanisme luncuran gaya-berat (gravity gliding).

    4.  Akibat gravity gliding  yang terjadi pada daerah penelitian, terbentuklah struktur toe-thrust

     faults beserta endapan yang berkarakter turbidit pada Formasi Rambatan.

    5.  Formasi Rambatan di lokasi penelitian tersusun atas serpih, batulempung, dan batupasirgampingan. Umur tertua yang dijumpai pada Formasi Rambatan di lokasi penelitian adalah

     pada zona N12 – N18 dengan ditemuinya foraminifera plangtonik berupa Globorotalia

    menardii A dan  B (Bolli), sedangkan umur termuda pada zona N19 dengan ditemuinya

    foraminifera plangtonik berupa Sphaeroidinella dehiscens (Parker & Jones). Dari jenis

    litologinya, formasi ini berpotensi untuk menjadi reservoar dan batuan segel intra-formasional.

    6. 

    Pengangkatan tektonik Serayu Utara yang ketiga menyebabkan tersingkapnya FormasiRambatan ke permukaan dan memicu terjadinya rembesan hidrokarbon Sijenggung.

    7.  Rembesan hidrokarbon di Sijenggung terjadi melalui tiga tahapan mekanisme : (i) pecahnya

     batuan penyekat akibat pengangkatan tektonik ketiga, (ii) rembesan melalui patahan, dan (iii)

    menguap di permukaan.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Jurusan Teknik Geologi FT UGM yang telah

    mendukung penelitian ini melalui hibah penelitian dan memberi kesempatan untuk

    mempresentasikan dalam seminar nasional.Ungkapan terima kasih juga ditujukan BapakMoch.Indra Novian, M.Eng.yang telah mendampingiobservasi dan berdiskusi di Banjarnegara.

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    9/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    481

    DAFTAR PUSTAKA

    Asikin, S., A. Handoyo, B. Prastistho, dan S. Gafoer(1992a) Peta Geologi Lembar

    Banyumas.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Asikin, S., A. Handoyo, H. Busono, dan S. Gafoer(1992b) Peta Geologi Lembar Kebumen.Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Boggs, S. Jr., 2006, Principles of Sedimentology and Stratigraphy: Fourth Edition, Pearson 

    Education, Inc., New Jersey, 662p. 

    Condon, W.H., L. Pardyanto, K.B. Ketner, T.C. Amin, S. Gafoer, dan H. Samodra (1996) Peta

    Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, edisi ke-2. Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Geologi.

    Djuri, M., H. Samodra, T.C. Amin, dan S. Gafoer(1996) Peta Geologi Lembar Purwokerto dan

    Tegal, edisi ke-2.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

    Gluyas, J. and R. Swarbrick (2003)Petroleum Geoscience, Blackwell Publishing. New Jersey.

    Hall, R. (2012) Late Jurassic–Cenozoic reconstructions of the Indonesian region and the Indian  

    Ocean.Tectonophysics, 570–571, pp. 1–41 Lunt, P., G. Burgon, A. Baky (2009)The Pemali Formation of Central Java and equivalents:  

    Indicators of sedimentation on an active plate margin, Journal of Asian Earth Sciences, 34, 

     pp.100-113. 

    Satyana, A.H. (2007)Central Java, Indonesia – a “Terra Incognita” in Petroleum Exploration: New

    Considerations on the Tectonic Evolution and Petroleum Implications,Proceedings of

     Indonesian Petroleum Association 31st  Annual Convention and Exhibition, Jakarta.

    van Bemmelen, R.W. (1949)The Geology of Indonesia Vol. IA, Martinus Nijhoff.Belanda.

    https://www.researchgate.net/publication/286346771_Principles_of_sedimentology_and_stratigraphy_2nd_edition?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/286346771_Principles_of_sedimentology_and_stratigraphy_2nd_edition?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/286346771_Principles_of_sedimentology_and_stratigraphy_2nd_edition?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/286346771_Principles_of_sedimentology_and_stratigraphy_2nd_edition?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/248352887_The_Pemali_Formation_of_Central_Java_and_equivalents_Indicators_of_sedimentation_on_an_active_plate_margin?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/256860097_Late_Jurassic-Cenozoic_reconstructions_of_the_Indonesian_region_and_the_Indian_Ocean?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/286346771_Principles_of_sedimentology_and_stratigraphy_2nd_edition?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==https://www.researchgate.net/publication/286346771_Principles_of_sedimentology_and_stratigraphy_2nd_edition?el=1_x_8&enrichId=rgreq-25beea8e-c2b0-4423-86ad-1a2082595baa&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI4Mjk0Mzk5NTtBUzoyODU4ODgwMjczNDg5OTJAMTQ0NTE3MjQyNTE0Mg==

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    10/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    482

    Gambar 1. Fisiografi Zona Serayu.

    Gambar 2. Tektonostratigrafi Kenozoikum Zona Serayu (dikompilasi dari Asikin dkk., 1992a; Asikin dkk., 1992b;Condon dkk., 1996; Djuri dkk., 1996; Lunt et al., 2009; Hall, 2012).Formasi Pemali yang seumur denganFormasi Tapak tidak dimasukkan karena sebarannya menempati Zona Bogor.

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    11/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    483

    Gambar 3. Diagram rekonstruksi evolusi geologi Zona Serayuberdasarkan tektonostratigrafinya (lihat Gambar

    2).Tanpa skala.Pada Oligosen Akhir (b) cekungan belakang busur terbentuk di Zona Serayu Utara, dengan

     pengendapan gaya-berat Wora-Wari terbentuk di bagian tepi selatannya.Pada Miosen Awal (c) naiknyagenang laut memicu terendapkannya Formasi Rambatan menutupi Wora-Wari. Proses re-sedimentasi

    akibat gaya-berat menghasilkan banyak struktur slump.

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    12/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    484

    Gambar 3 (lanjutan). Pada Miosen Tengah (d) proses magmatisme Serayu Selatan berhenti, diduga terganggu oleh

     proses rotasi Sundaland   yang baru berjalan. Jawa Tengah mulai mengalami pemendekan

    (shortening).Kondisi genang laut maksimum (highstand ) mendorong pertumbuhan batugamping terumbu

    Formasi Kalipucang.Pada Miosen Akhir (e) terbentuk dua busur vulkanik (double-arc) di Zona Serayu,

    dengan reaktifasi vulkanisme Serayu Selatan dan munculnya vulkanisme Serayu Utara.Beban dari tubuhgunungapi Serayu Utara menekan Formasi Rambatan dan Wora-Wari sehingga mereka bergerak ke arah

    luar dari tepi cekungan.Akibat rotasi dan shortening, Karangsambung mulai terangkat dan terlipat.

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    13/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    485

    Gambar 3 (lanjutan). Pada Pliosen (f) terjadi perubahan tataan subduksi akibat proses rotasi Sundaland  yang kembali

     berlanjut dan disertai pemendekan/kompresi. Sekali lagi magmatisme dan vulkanisme Jawa Tengah berhenti, dan pengendapan Formasi Tapak berlangsung.Karangsambung dan Wora-Wari terus

    terangkat.Pada Plistosen (g) vulkanisme Serayu Utara kembali aktif.Beban dari tubuh gunungapi kembali

    menekan Formasi Rambatan dan Wora-Wari sehingga mereka bergerak naik ke arah selatan.Lembah

    Serayu (Zona Serayu sensu-stricto) terbentuk diantara tinggian Karangsambung dan Wora-

    Wari.Perkembangan selanjut kala Holosen ditandai dengan intensitas denudasi yang sangat tinggi, baik diSerayu Selatan maupun di Serayu Utara. Di Karangsambung, erosi menyingkapkan Formasi

    Karangsambung sebagai inti dari antiklin. Sedangkan di Wora-Wari, erosi menyingkapkan Formasi

    Rambatan (seperti di daerah penelitian), bahkan hingga ke batuan Wora-Wari.

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    14/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    486

    Gambar 4. (Kiri) Perselingan shale dan batupasir karbonatan yang menyusun Formasi Rambatan pada tempuran KaliPekacangan, kamera menghadap ke timur. (Kanan) Struktur sedimen load cast , laminasi konvolut, danlaminasi paralel pada batupasir Formasi Rambatan.

    Gambar 5. Kondisi litologi dan struktur geologi Kali Pekacangan

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    15/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    487

    Gambar 6. (Atas) penampang panorama singkapan di utara tempuran Kali Pekacangan, di daerah Asinan. (Kiri)

    Struktur sedimen laminasi konvolut dan paralel.(Kanan) Fosil jejak pada batupasir Formasi Rambatan yang

    digunakan sebagai salah satu penentu top-bottom lapisan batuan.

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    16/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    488

  • 8/16/2019 2013 - Husein Etal - Rembesan Sijenggung

    17/17

    S03 Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, 11-12 Desember 2013

    489

    Gambar 8. Penampang geologi jalur 2 (Tempuran Kali Pekacangan)