2013-09-14 diktat kuliah matematika dasar i - final version

70
MATEMATIKA DASAR I DIKTAT KULIAH DISUSUN OLEH TIM MATEMATIKA DASAR I FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2013

Upload: vicki

Post on 20-Dec-2015

111 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

diktat madas 1

TRANSCRIPT

  

  

MATEMATIKA DASAR I  

DIKTAT KULIAH  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DISUSUN OLEH  

TIM MATEMATIKA DASAR I  

 

 

 

 

 

 

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI 

UNIVERSITAS JAMBI 

2013

 

i  

 

 

 

KATA PENGANTAR 

 

 

Mata kuliah Matematika Dasar merupakan mata kuliah dasar yang diwajibkan bagi

mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi khususnya di Fakultas Sain dan Teknologi

Universitas Jambi. Mata kuliah Matematika Dasar ini pada dasarnya sama dengan mata kuliah

Kalkulus yang biasanya dipakai pada umumnya. Matakuliah Matematika Dasar ini terdiri dari

Matematika Dasar I, Matematika Dasar II, dan Matematika Dasar Lanjut. Matematika Dasar I

umumnya mempelajari tentang turunan suatu fungsi yang akan menjadi dasar ataupun pengantar

bagi perkuliahan matematika dasar II dan Matematika Dasar Lanjut. Diktat ini dibuat untuk

digunakan dalam perkuliahan Matematika Dasar I.

Dari segi konsep isi perkuliahan Matematika Dasar I sudah baku, tidak begitu banyak

mengalami perubahan. Hanya saja perbaikan dan revisi dalam penyajian yang mungkin harus

terus dipertimbangkan demi baiknya pembelajaran mata kulian ini.

Salah satu yang menjadi tujuan dalam penyusunan diktat ini adalah untuk membantu

mengefektifkan pembelajaran dan menambah referensi mahasiswa. Di samping dengan

pertimbangan penyeragaman pengajaran di Fakultas Sain dan teknologi, maka kami berupaya

menyusun suatu bahan ajar atau diktat yang berjudul “Matematika Dasar I” sebagai acuan di

lingkungan Fakultas Sain dan Teknologi dengan harapan eksistensi mutu dan hasil belajar dapat

dicapai secara optimal.

Penulis mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan baik dari segi isi maupun

bahasa dalam bahan ajar ini. Besar harapan penulis bahwa bahan ajar ini bisa bermanfaat.

Jambi, September 2013

Tim Matematika Dasar I

FST Universitas Jambi

 

ii  

DAFTAR ISI 

 

 

KATA PENGANTAR ________________________________________________________________________________ I 

DAFTAR ISI ________________________________________________________________________________________ II 

BAB 1 _______________________________________________________________________________________________ 1 

PENDAHULUAN ___________________________________________________________________________________ 1 

1.1  SISTEM BILANGAN REAL ______________________________________________________________ 1 

1.2  PERTAKSAMAAN ______________________________________________________________________ 2 

1.3  NILAI MUTLAK _______________________________________________________________________ 4 

1.4  AKAR KUADRAT ______________________________________________________________________ 5 

1.5  SISTEM KOORDINAT DAN GARIS LURUS ________________________________________________ 5 

1.5.1  Sistem Koordinat _____________________________________________________________ 5 

1.5.2  Persamaan Garis Lurus ______________________________________________________ 7 

1.6  TEKNIK MENGGAMBAR GRAFIK SUATU PERSAMAAN GARIS _____________________________ 9 

1.7  LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________  10 

BAB 2 _____________________________________________________________________________________________ 13 

FUNGSI DAN LIMIT _____________________________________________________________________________ 13 

2.1  FUNGSI DAN GRAFIKNYA ____________________________________________________________  13 

2.1.1  Definisi Fungsi dan Grafiknya _____________________________________________  13 

2.1.2  Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil ___________________________________________  15 

2.1.3  Fungsi Nilai Mutlak dan Fungsi Bilangan Bulat Terbesar _______________  16 

2.1.4  Beberapa Jenis Fungsi Lainnya di dalam Kalkulus ______________________  17 

2.2  OPERASI FUNGSI ____________________________________________________________________  18 

2.2.1  Operasi Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat _________________  18 

2.2.2  Komposisi Fungsi __________________________________________________________  19 

2.2.3  Invers Fungsi _______________________________________________________________  20 

2.2.4  Translasi Fungsi ____________________________________________________________  20 

2.3  FUNGSI TRIGONOMETRI _____________________________________________________________ 21 

2.3.1  Definisi Fungsi Trigonometri  _____________________________________________  21 

2.3.2  Empat Fungsi Trigonometri Lainnya _____________________________________  22 

2.3.3  Kesamaan Trigonometri ___________________________________________________  22 

2.4  KONSEP LIMIT ______________________________________________________________________  23 

2.5  PENGKAJIAN MENDALAM TENTANG LIMIT ___________________________________________  25 

2.5.1  Definisi Limit _______________________________________________________________  25 

 

iii  

2.5.2  Definisi Limit Limit Sepihak _______________________________________________  25 

2.6  TEOREMA LIMIT ____________________________________________________________________  26 

2.6.1  Teorema Limit Utama  _____________________________________________________  26 

2.6.2  Teorema Penggantian _____________________________________________________  27 

2.6.3  Teorema Apit _______________________________________________________________  27 

2.6.4  Limit Trigonometri  ________________________________________________________  27 

2.7  KEKONTINUAN FUNGSI ______________________________________________________________  27 

2.7.1  Kekontinuan di Satu Titik _________________________________________________  27 

2.7.2  Kekontinuan Sepihak ______________________________________________________  28 

2.7.3  Kekontinuan pada Interval ________________________________________________  28 

2.8  TEOREMA KEKONTINUAN FUNGSI ___________________________________________________  29 

2.8.1  Teorema A (Kekontinuan pada fungsi polynomial dan fungsi rasional)29 

2.8.2  Teorema B (Kekontinuan pada fungsi nilai mutlak dan fungsi akar ke‐n)

  29 

2.8.3  Teorema C (Kekontinuan pada operasi fungsi) __________________________  29 

2.8.4  Teorema D (Kekontinuan pada limit komposisi) ________________________  29 

2.8.5  Teorema E ( Teorema Nilai Antara) ______________________________________  29 

2.9  LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________  30 

BAB 3 _____________________________________________________________________________________________ 33 

TURUNAN ________________________________________________________________________________________ 33 

3.1  KONSEP DASAR TURUNAN __________________________________________________________  33 

3.1.1  Permasalahan Garis Singgung  ____________________________________________  33 

3.1.2  Permasalahan Kecepatan Sesaat __________________________________________  34 

3.2  TURUNAN __________________________________________________________________________  35 

3.2.1  Definisi Turunan ___________________________________________________________  35 

3.2.2  Beberapa Bentuk Setara Turunan ________________________________________  36 

3.2.3  Keterdiferensialan dan Kekontinuan Fungsi  ____________________________  36 

3.3  ATURAN TURUNAN _________________________________________________________________  37 

3.4  ATURAN TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI  _________________________________________  38 

3.5  ATURAN RANTAI  ___________________________________________________________________  38 

3.6  PENULISAN LEIBNIZ ________________________________________________________________  39 

3.7  TURUNAN TINGKAT TINGGI _________________________________________________________  40 

3.8  PENDIFERENSIALAN IMPLISIT _______________________________________________________  41 

3.9  LAJU YANG BERKAITAN _____________________________________________________________ 41 

3.10  DIFERENSIAL DAN HAMPIRAN ____________________________________________________  43 

3.10.1  Turunan dan Diferensial  __________________________________________________  43 

 

iv  

3.10.2  Hampiran ___________________________________________________________________  44 

3.10.3  Penaksiran Galat (Error) __________________________________________________  45 

3.11  SOAL LATIHAN ___________________________________________________________________  45 

BAB 4 _____________________________________________________________________________________________ 48 

APLIKASI TURUNAN ___________________________________________________________________________ 48 

4.1  MAKSIMUM DAN MINIMUM  _________________________________________________________  48 

4.2  KEMONOTONAN FUNGSI DAN TITIK EKSTRIM ________________________________________  50 

4.2.1  Kemonotonan Fungsi ______________________________________________________  50 

4.2.2  Titik Ekstrim  _______________________________________________________________  51 

4.2.3  Uji Turunan untuk Kemonotonan dan Titik Ekstrim ____________________  52 

4.3  KECEKUNGAN FUNGSI DAN TITIK BELOK _____________________________________________  54 

4.3.1  Kecekungan Fungsi ________________________________________________________  54 

4.3.2  Titik Belok __________________________________________________________________  54 

4.3.3  Uji Turunan untuk Kecekungan dan Titik Belok _________________________  54 

4.4  BEBERAPA MASALAH MAKSIMUM DAN MINIMUM ____________________________________  55 

4.5  LIMIT DI TAK HINGGA DAN LIMIT TAK HINGGA ______________________________________  56 

4.5.1  Limit Tak Hingga ___________________________________________________________  56 

4.5.2  Limit di Tak Hingga ________________________________________________________  57 

4.5.3  Limit Tak Hingga di Tak Hingga  __________________________________________  57 

4.6  MENGGAMBAR GRAFIK CANGGIH ____________________________________________________  58 

4.6.1  Asimtot ______________________________________________________________________  58 

4.7  TEOREMA NILAI RATA‐RATA  _______________________________________________________  61 

4.8  LATIHAN SOAL _____________________________________________________________________  62 

DAFTAR PUSTAKA _____________________________________________________________________________ 65 

   

 

 

 

 

BAB 1 

PENDAHULUAN 

 

 

1.1 Sistem Bilangan Real 

Kalkulus  sangat  bergantung  pada  sistem  bilangan  real  dan  sifat‐sifat  yang 

terkandung  di  dalamnya.  Untuk  memahami  sistem  bilangan  real,  kita  akan  memulai 

dengan beberapa sistem bilangan yang sederhana. 

Himpunan  bilangan  asli,  1,2,3,4,5, . . . .  Di  dalam  himpunan  bilangan  asli 

terdapat himpunan bilangan genap  2 |   dan himpunan bilangan ganjil  2 1|

.  Selain  itu  terdapat  pula  himpunan  bilangan  prima  dan  komposit.  Gabungan  antara 

himpunan bilangan asli, nol, dan himpunan negatif bilangan asli disebut sebagai himpunan 

bilangan bulat,  . . . , 3, 2, 1,0,1,2,3, . . . . Himpunan bilangan  rasional didefinisikan 

dengan  | ,   ,  0 .  Karena 1  0 ,  maka  , .  Bilangan  yang  tidak 

bisa  dituliskan  dalam  bentuk   dengan  ,  dikategorikan  dalam  himpunan  bilangan 

irasional.  Gabungan  himpunan  bilangan  rasional  dan  bilangan  irasional  disebut  sebagai 

himpunan bilangan real, . 

Contoh 1.1: 

1. , √2, dan π adalah bilangan irasional, sedangkan  , √2, π . 

2. Buktikan bahwa jika k  genap, maka k genap. 

Bukti: 

Kontraposisi  dari  pernyataan  tersebut  adalah  jika   bukan  merupakan  bilangan 

genap,  maka   bukan  bilangan  genap.  Hal  ini  sama  artinya  dengan  mengatakan 

bahwa  jika   ganjil,  maka   ganjil.  Kita  akan  membuktikan  kontraposisinya. 

Misalkan  2 1, maka 

2 1 4 4 1 2 2 2 1. 

Terlihat  bahwa  jika   bilangan  ganjil,  maka   adalah  bilangan  ganjil.  Dengan 

demikian terbukti bahwa jika   genap, maka   genap. 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 2   

Contoh  1.2: 

Sistem  bilangan  real  bisa  diperluas  menjadi  sistem  bilangan  kompleks,  yaitu 

bilangan yang berbentuk a bi, dengan a, b  , dan i √ 1. 

1.2 Pertaksamaan 

Menyelesaikan suatu persamaan seperti 2 7 15 atau 2 3 5 0 adalah 

suatu hal yang mudah. Namun, dalam kalkulus kita akan lebih sering menemui permasalah 

menyelesaikan suatu pertaksamaan. Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang 

terkait dengan penyelesaian suatu pertaksamaan. 

Perhatikan  suatu  pertaksamaan  .  Pertaksamaan  tersebut  dapat  dibagi 

menjadi  dua,  yaitu   dan   yang  keduanya  menyatakan  suatu  selang  buka  yang 

memuat  semua  bilangan  antara   dan   namun  tidak  memuat   dan  .  Dalam  hal  ini, 

selang  buka   dinotasikan  sebagai  , .  Berbeda  dengan      , 

pertaksamaan ini menyatakan suatu selang tutup yang memuat semua bilangan dari   dan 

.  Pertaksamaan  ini  dinotasikan  dengan  , .  Terdapat  pula  selang  setengah  buka 

     dan     yang  masing‐masing  dinotasikan  oleh  ,  dan  , .  Notasi 

selang lainnya dapat dilihat pada Tabel 1. 

Tabel 1. Notasi selang 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 3   

Menyelesaikan suatu Pertaksamaan 

Sebagaimana  menyelesaikan  masalah  persamaan,  prosedur  penyelesaian  suatu 

pertidaksamaan  juga  memuat  suatu  transformasi  sehingga  diperoleh  suatu  himpunan 

penyelesaian.  Kita  bisa mengenakan  suatu  operasi  yang  tidak mempengaruhi  solusinya, 

antara lain: 

1. Menambahkan suatu bilangan yang sama pada kedua sisi pertaksamaan. 

2. Mengalikan kedua sisi pertaksamaan dengan bilangan positif yang sama. 

3. Mengalikan kedua sisi pertaksamaan dengan bilangan negatif yang sama, tetapi 

kita harus membalik arahnya. 

Contoh 1.3: 

1. Selesaikan  pertaksamaan  5 2 6 8  dan  tunjukkan  grafik  himpunan 

penyelesaiannya. 

Solusi 

5 2   6 8  

5    6 10      (menambahkan 2) 

     10               (menambahkan ‐6x) 

      10               (mengalikan ‐1) 

Himpunan penyelesaian,  ∞, 10  dengan  grafik  yang ditunjukkan pada Gambar 

1.1 a. 

 

2. Selesaikan  pertaksamaan  2 6 8 1  dan  tunjukkan  grafik  himpunan 

penyelesaiannya. 

Solusi 

2 6 8 1 

10 6 7         (menambahkan ‐8) 

             (mengalikan  ) H 

Himpunan  penyelesaian,  ,  dengan  grafik  yang  ditunjukkan  pada  Gambar 

1.1b. 

 

Gambar 1.1 Notasi selang sebagai himpunan penyelesaian 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 4   

1.3 Nilai Mutlak 

Konsep  nilai  mutlak  sangatlah  berguna  dalam  kalkulus.  Nilai  mutlak  dari  suatu 

bilangan  , dinotasikan dengan | |, dan didefinisikan sebagai berikut 

| |   0;  0. 

Berikut adalah sifat­sifat nilai mutlak: 

1. | | | || | 

2. | | | || | 

3. | |   | | | |  Ketaksamaan segitiga  

4. | | || | | || 

5. | |  dan | | √  

6. | || | | | 

7. | | | |    

Sifat­sifat pertaksamaan yang memuat nilai mutlak: 

1. | |    

2. | |    atau   

Sifat‐sifat  ini  berlaku  juga  untuk  tanda  pertaksamaan  lebih  kecil  dari  atau  sama dengan 

( ) dan lebih besar dari atau sama dengan ( ). 

Contoh 1.4: 

1. Tentukan himpunan penyelesaian dari |3 7|  8 

Solusi 

|3 7|  8   8  3 7  8 

1      3      15 13              5 

Himpunan penyelesaian  , 5 . 

 

2. Tentukan himpunan penyelesaian dari |8x| 5 2. 

Solusi 

  8 5 2   

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 5   

  8 5 2 

13 2 

     213 

atau 

8 5 2 

3 2 23 

Himpunan penyelesaian:  ∞, ,∞  

1.4 Akar Kuadrat 

Solusi dari persamaan kuadrat  0 diberikan oleh: 

√ 42  

dengan  4  disebut  sebagai  diskriminan  dari  persamaan  kuadrat.  Suatu 

persamaan  0 memiliki dua solusi real jika  0, satu solusi real jika  0, 

dan  tidak  memiliki  solusi  real  jika  0.  Dengan  formula  kuadrat  itu,  kita  bisa 

menentukan  solusi  persamaan  kuadrat  dengan  mudah  tanpa  harus  memfaktorkan  atau 

melengkapkan kuadrat sempurna. 

Contoh 1.5: 

Dua buah solusi dari  5 4 0 adalah 

5 √25 162

5 √412  

dan 

5 √25 162

5 √412

 

1.5 Sistem Koordinat dan Garis Lurus 

1.5.1 Sistem Koordinat 

Pada suatu bidang datar, kita bisa membuat dua buah garis, yaitu garis horizontal 

dan  garis  vertikal  yang  berpotongan  saling  tegak  lurus.  Titik  potong  dari  kedua  garis 

tersebut  dinamakan  titik  asal  dan  diberi  label  .  Garis  horizontal  disebut  sumbu‐ , 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 6   

sedangkan garis vertikal disebut sumbu‐ . Bagian positif dari sumbu‐  berada di sebelah 

kanan  titik  asal,  sedangkan bagian positif dari  sumbu‐  berada di  sebelah atas  titik  asal. 

Sumbu  koordinat  tersebut  membagi  bidang  datar  menjadi  empat  daerah  yang  disebut 

kuadran, yaitu kuadaran  , , , dan  . Lihat Gambar 1.2. 

 

Gambar 1.2 Koordinat kartesius 

Rumus Jarak 

Pada koordinat kartesius, misalkan titik  ,  dan   adalah  jarak dari  titik asal   

ke titik  . Panjang   adalah 

 

atau 

Persamaan di atas sering kita sebut sebagai rumus Phytagoras. 

Misalkan  pada  suatu  bidang  koordinat  terdapat  dua  titik,  ,  dan  , . 

Jarak antara titik   dan   adalah 

,  

Persamaan di atas disebut rumus jarak antara dua titik. 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 7   

Lingkaran adalah himpunan titik yang berada pada suatu jarak yang tetap terhadap 

suatu titik pusat. Jarak tetap tersebut dinamakan jari‐jari(radius). Suatu lingkaran dengan 

jari‐jari   dan titik pusat  ,  dapat dituliskan dalam sebuah persamaan lingkaran 

 

Contoh 1.6: 

Tunjukkan  bahwa  2 6 6 merupakan  suatu  lingkaran.  Tentukan 

pula titik pusat dan jari‐jarinya. 

Solusi 

Dengan  melengkapkan  kuadrat  sempurna,  kita  peroleh  1 3 4. 

Dengan  demikian,  lingkaran  2 6 6  berpusat  di  titik  1, 3  

dengan radius 2. 

Rumus Titik Tengah 

Titik tengah dari suatu garis yang menghubungkan  ,  dan  ,  adalah 

2 , 2  

1.5.2 Persamaan Garis Lurus 

Perhatikan  Gambar  1.3.  Dari  titik  ,  ke  titik  , ,  terdapat  rise 

(perubahan  arah  vertikal)  sebesar   dan  run  (perubahan  arah  horizontal)  sebesar 

.  Kita  katakan  garis   memiliki  kemiringan  sebesar   dengan  syarat  . 

Kemiringan ini disebut gradien dan dinotasikan dengan   yaitu 

 

Lebih jauh, persamaan garis antara dua titik  ,  dan  ,  adalah 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 8   

 

Gambar 1.3 Kemiringan garis 

Apabila kita telah memperoleh titik potong suatu garis terhadap sumbu‐  pada titik 

0, , persamaan garis dapat pula dituliskan sebagai  

0  atau   

Misalkan   adalah suatu konstanta. Persamaan garis yang sejajar dengan sumbu‐  

dan  memotong  titik   di  sumbu‐y  adalah   dan  memiliki  kemiringan  . 

Persamaan  garis  yang  sejajar  dengan  sumbu‐  dan  memotong  titik   di  sumbu‐  adalah 

 dengan kemiringan   yang tak terdefinisi. 

Persamaan garis dapat pula berbentuk  0 dengan   dan   keduanya 

tidak  bernilai 0.  Misalkan   dan   adalah  dua  buah  garis  dengan  kemiringan  masing‐

masing   dan  .  Apabila   dan   sejajar,  maka  keduanya  memiliki  kemiringan  yang 

sama, yaitu  . Apabila   tegak lurus terhadap  , maka berlaku  · . 

Contoh 1.7: 

Dapatkan  persamaan  garis  yang  melalui  titik  potong  dari  dua  buah  garis 

3 4 8 dan 6 10 7 yang tegak lurus terhadap garis 6 10 7. 

Solusi 

Dengan menggunakan teknik eliminasi dan substitusi, titik potong dari 3 4 8 

dan  6 10 7  adalah  2, .  Kemiringan  garis  6 10 7  adalah  . 

Karena  persamaan  garis  yang  kita  cari  tegak  lurus  terhadap 6 10 7,  maka 

kemiringannya adalah  . 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 9   

Dengan demikian, persamaan garis tersebut memenuhi: 

  12    

53 2  

      53

236 

  6 10 23 

  10 6 23 0 

1.6 Teknik Menggambar Grafik suatu Persamaan Garis 

Untuk  menggambar  suatu  persamaan  garis  dengan  menggunakan  tangan,  ikuti 

langkah‐langkah berikut: 

1. Dapatkan koordinat dari beberapa titik yang memenuhi persamaan garis yang 

diberikan; 

2. Plot titik‐titik tersebut dalam suatu bidang; 

3. Hubungkan titik‐titik tersebut dengan  kurva yang halus. 

 

Contoh 1.8: 

Gambarkan kurva dari  3. 

Solusi 

Ketiga langkah di atas ditunjukkan pada Gambar 1.4. 

 Gambar 1.4. Plot Grafik 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 10   

Sifat Simetri pada Suatu Grafik 

Perhatikan  sebarang  grafik  dengan  ,  adalah  koordinat  yang  terdapat  pada 

grafik tersebut. 

1. Suatu  grafik  simetri  terhadap  sumbu‐  jika   disubstitusikan  oleh  ,  maka 

akan diperoleh persamaan garis yang sama. Contoh,  . 

2. Suatu  grafik  simetri  terhadap  sumbu‐  jika   disubstitusikan  oleh  ,  maka 

akan diperoleh persamaan garis yang sama. Contoh,  . 

3. Suatu  grafik  simetri  terhadap  titik  asal  jika   disubstitusikan  oleh   dan   

disubstitusikan  oleh  ,  maka  akan  diperoleh  persamaan  garis  yang  sama. 

Contoh,  . 

Contoh 1.9: 

Periksa, apakah  3 7 simetri terhadap titik asal, sumbu‐ , atau sumbu‐ . 

Solusi 

Dengan  mensubstitusikan   ke   dan   ke   pada  persamaan  3 7,  kita 

peroleh  bahwa  3 7 tidak  simetri  terhadap  titik  asal,  sumbu‐ ,  maupun 

sumbu‐ . 

1.7 Latihan Soal 

A. Sistem Bilangan Real 

1. Tuliskan dalam bentuk yang paling sederhana: 

a 3 2 4 7 12 ; 

b ; 

c 2 ; 

d √5 √3 √5 √3 ; 

e √5 √3 ; 

f 2x 4 x 1 ; 

g 3t t 1 ; 

h ; 

i ; 

j  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 11   

2. Periksa apakah pernyataan berikut ini benar. "Untuk setiap x, x x 1." 

3. Buktikan pernyataan berikut: 

Jika n  ganjil, maka n ganjil. (Buktikan dengan kontraposisi) 

B. Pertaksamaan dan Nilai Mutlak 

1. Dapatkan solusi dari pertaksamaan berikut dalam notasi selang. 

a) 7x 2  9x 3; 

b) 3 4x 9 11; 

c)  0; 

d) 2x 3 x 1 x 3 0 

2. Manakah pernyataan berikut yang benar jika a  b. 

a a  ab; 

b a   a b; 

c a 3  b 3; 

d – a b 

3. Selesaikan pertaksamaan berikut 

a |x 1| 2| 3|; 

b |2x 1|\geq |x 1|; 

c 2|2x 3| | 10|; 

d |3x 1| 2| 6| 

4. Gunakan  sifat‐sifat  nilai  mutlak  untuk  menunjukkan  bahwa  setiap  pernyataan 

berikut ini benar. 

a |a b|   |a| |b|; 

b) |a b|   |a| |b|; 

c) |a b c|   |a| |b| |c| 

5. Tunjukkan bahwa  

|x|  2x 2x 7x 1  

C. Akar Kuadrat dan Sistem Koordinat 

1. Hitunglah jarak dari 

a 3,1 , 1,1 ; 

b 4,5 , 5, 8 ; 

c 3,5 , 2, 2 ; 

d 1,5 , 6,3  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 1 Pendahuluan | 12   

2. Hitunglah jarak antara  2,3  dengan titik tengah suatu garis yang menghubungkan 

2, 2  dan  4,3 . 

3. Dapatkan titik pusat dari jari‐jari lingkaran dari: 

a x 2x 10 y 6y 10 0; 

b 4x 16x 15 4y 6y 0 

4. Tuliskan persamaan garis yang melalui  3, 3  yang 

a sejajar terhadap garis y 3x 6; 

b tegak lurus terhadap garis 4y 2x 5; 

c tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan  1,2  dan  3,‐1 ; 

d sejajar terhadap garis x 8; 

e tegak lurus terhadap garis x 8 

5. Dapatkan nilai c pada garis 3x cy 5 yang 

a melalui titik  3,1 ; 

b sejajar terhadap sumbu‐y; 

c sejajar terhadap garis 2x y 1; 

d memiliki titik potong yang sama pada sumbu‐x dan sumbu‐y; 

e tegak lurus terhadap garis y 2 3 x 3  

6. Dapatkan nilai k sedemikian sehingga kx 3y 10 

a sejajar terhadap garis y 2x 4; 

b tegak lurus terhadap y 2x 4 

D. Menggambar Grafik 

1. Plot  grafik  dari  setiap  persamaan  berikut.  Mulailah  dengan memeriksa  sifat‐sifat 

simetrinya 

a y x 1 

b y x 2x 

c x y 4 

d x 9 y 2 36 

e 2x 4x 3y 12y 2 

 

   

 

 

 

 

BAB 2 

FUNGSI DAN LIMIT 

 

 

2.1 Fungsi dan Grafiknya 

Subbab 2.1 menjelaskan beberapa hal berkenaan dengan fungsi, antara lain: definisi 

fungsi dan grafiknya, serta beberapa jenis fungsi yang umum digunakan dalam kalkulus. 

2.1.1 Definisi Fungsi dan Grafiknya 

 Sebuah fungsi f didefinisikan sebagai suatu aturan padanan yang menghubungkan 

tiap obyek x dalam suatu himpunan,  yang disebut daerah asal, dengan  sebuah nilai unik 

f(x) dari himpunan kedua yang disebut daerah nilai. 

Contoh 2.1: 

 

Gambar 2.1 Deskripsi Fungsi 

Tabel 2.1 Nilai Fungsi        

x   

‐2  4 

‐1  1 

0  0 

1  1 

2  4 

Dari gambar 2.1 dan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa fungsi      memadankan 

setiap  elemen  x  di  A  dengan  suatu  elemen  y  di  B.  Sebagai  contoh,  fungsi       

memadankan  elemen  x  =  ‐2  di  A  dengan  elemen  y  =  4  di  B;  elemen  x  =  ‐1  di  A  dengan 

elemen y = 1 di B; dst.  

 

 

‐2 

‐1 

 0 

 1 

 2 

   

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 14   

Daerah Asal (Daerah Definisi/ Wilayah/ Domain) 

Daerah asal adalah himpunan semua bilangan Riil yang menyebabkan aturan fungsi 

berlaku/  terdefinisi.  Pada  contoh  2.1,  daerah  asal  dari  f(x),  yang  dinotasikan  dengan   

adalah himpunan bilangan {‐2,‐1,0,1,2}.  

Jika himpunan daerah asal tidak dirinci, maka kita akan selalu menganggap bahwa 

himpunan  daerah  asalnya  adalah  himpunan  semua  bilangan  Riil  sedemikian  sehingga 

aturan  fungsi  memberikan  makna/  terdefinisi.  Ini  disebut  daerah  asal  alamiah.  Pada 

contoh  2.1, daerah asal alamiahnya adalah {R}. 

Daerah Hasil (Daerah Nilai/ Jelajah/ Range) 

Daerah hasil adalah himpunan nilai‐nilai yang diperoleh yang merupakan padanan 

semua  elemen  dari  daerah  asal.  Pada  contoh  2.1  untuk  daerah  asal  {‐2,‐1,0,1,2},  maka 

daerah nilai ( ) adalah himpunan bilangan {0,1,4}. 

Contoh 2.2: 

Tentukan daerah asal alamiah, daerah hasil dan gambarkan grafik dari fungsi  

a √9  

b   

Solusi 

a) Fungsi  √9  akan  terdefinisi  bila  nilai 9 0 .  Hal  ini  akan 

tercapai  bila | | 3,  sehingga  daerah  asal  alamiahnya  adalah  [‐3,3].  Grafik 

fungsi  ditunjukkan  oleh  gambar  berikut.  Dari  grafik  dapat  diketahui  bahwa 

daerah nilai adalah pada selang [0,3]. 

 

  

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 15   

b) Fungsi   akan  terdefinisi  bila  nilai  1 0,  artinya  1.  Dengan 

demikian  daerah  asal  alamiahnya  adalah  (‐∞,1)   (1,∞).  Grafik  fungsi 

ditunjukkan  oleh  gambar  berikut.  Dari  grafik  dapat  diketahui  bahwa  daerah 

nilai adalah pada selang  ∞,∞ . 

 

 

2.1.2 Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil 

Fungsi genap dan fungsi ganjil didefinisikan sebagai berikut: 

1. Fungsi f dikatakan fungsi genap bila memenuhi f ‐a    f a . Grafik fungsi genap 

simetri terhadap sumbu y. 

2. Fungsi f dikatakan fungsi ganjil bila memenuhi f ‐a    ‐f a . Grafik fungsi ganjil 

simetri terhadap titik asal koordinat. 

        Gambar 2.2 Grafik fungsi genap dan fungsi ganjil 

 

 

a ‐af(‐a)

f(a) y = f(x)

(b)Fungsi Ganjil 

a‐a 

f(‐a)  f(a)

y = f(x)

(a)Fungsi  Genap

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 16   

Contoh 2.3: 

Tentukan  apakah  fungsi  berikut  termasuk  fungsi  genap,  ganjil  atau  bukan 

keduanya:  

a   2;  

b    ;  

c   2 1 ! 

Solusi 

a) 2 (fungsi genap) 

Bukti: 

 

 

b)  (fungsi ganjil) 

Bukti: 

2x

 

x 2x

 

 

 

c) 2 1 (bukan keduanya) 

Bukti: 

2 x 1 

2x 1 

 

2.1.3 Fungsi Nilai Mutlak dan Fungsi Bilangan Bulat Terbesar 

Fungsi  Nilai  Mutlak  dan  Fungsi  Bilangan  Bulat  Terbesar  didefinisikan  sebagai 

berikut: 

1. Fungsi Nilai Mutlak didefinisikan sebagai: 

| |         0    0 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 17   

2. Fungsi  Bilangan  Bulat  Terbesar   adalah  bilangan  bulat  terbesar  yang  lebih 

kecil atau sama dengan x. 

 

Contoh 2.4: 

Fungsi  nilai mutlak dan  fungsi  bilangan bulat  terbesar,  termasuk ke dalam  fungsi 

genap, ganjil, atau bukan keduanya? Gambarkan grafiknya! 

Solusi 

• Fungsi nilai mutlak adalah fungsi genap 

 • Fungsi  bilangan  bulat  terbesar  adalah  bukan  merupakan  fungsi  genap  atau 

ganjil 

 

2.1.4 Beberapa Jenis Fungsi Lainnya di dalam Kalkulus 

Beberapa jenis fungsi lainnya yang dikenal di dalam kalkulus antara lain: 

1. Fungsi Konstanta 

2. Fungsi Identitas 

3. Fungsi Polinom 

4. Fungsi Linear (fungsi derajat satu) 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 18   

5. Fungsi Kuadat (fungsi derajat dua) 

6. Fungsi Rasional 

7. Fungsi Aljabar Eksplisit 

8. Fungsi Trigonometri 

9. Fungsi Balikan Trigonometri 

10. Fungsi Eksponen 

11. Fungsi Logaritma 

2.2 Operasi Fungsi 

Beberapa  operasi  fungsi  yang  dibahas  pada  subbab  ini  antara  lain:  operasi 

aritmatika fungsi (Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat), komposisi fungsi, invers 

fungsi, dan translasi fungsi. 

2.2.1 Operasi Jumlah, Selisih, Hasil Kali, Hasil Bagi, Pangkat  

Misalkan f(x) dan g(x) adalah fungsi‐fungsi real dengan daerah asal Df dan Dg , maka 

berlaku aturan operasi fungsi seperti pada Tabel 2.2 

Tabel 2.2 Operasi aritmatika fungsi 

Rumus Operasi Fungsi  Daerah Asal 

   

   

. .    

  | 0  

   

 

Contoh 2.5: 

Andaikan  √ 1 dan √9  , dengan daerah asal alamiah Df  ‐1,∞  dan 

Dg    ‐3,3 . Cari rumus f g, f‐g, f.g, f/g, f5, dan tentukan daerah asal almiahnya! 

 

 

 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 19   

Solusi 

 

2.2.2 Komposisi Fungsi 

Andaikan   dan  √3  , maka dapat dibentuk suatu fungsi baru dari 

kedua fungsi tersebut yang dinamakan fungsi komposisi, yaitu: 

32√3

69

36

Perhatikan kedua fungsi komposis di atas. Terlihat bahwa susunan komposisi fungsi tidak 

komutatif karena  . 

Contoh 2.6: 

Tentukan daerah asal untuk kedua fungsi komposisi di atas! 

Solusi 

a) √   akan terdefinisi  jika  3 0 dan √3 0. Dengan demikian 

daerah  asal  alamiahnya  adalah  : 3 : 0  ,  yaitu  

0: 3 . Dalam bentuk selang, daerah asal alamiah adalah [0,3) (3,∞). 

 

b) 3  akan terdefinisi jika: 

1) 9 0   daerah asal alamiah =  : | | 3   

atau  ∞, 3 3,3 3,∞  

2)   0 

o Pada  selang    ∞, 3 ,  0 karena    

menghasilkan 

nilai negatif, sehingga   tidak terdefinisi pada selang  ∞, 3  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 20   

o Selang  3,3 dipecah menjadi  3,0 0,3 . 

Pada  selang    3,0  ,  0 karena    

menghasilkan  nilai 

positif, sehingga   terdefinisi pada selang  , . 

Pada  selang    0,3 , 0 karena    

 menghasilkan  nilai 

negatif, sehingga   tidak terdefinisi pada selang  0,3  

o Pada  selang    3,∞ ,  0 karena    

 menghasilkan  nilai 

positif, sehingga   terdefinisi pada selang  3,∞ , . 

 

Dengan  demikian   mempunyai  daerah  asal  alamiah  pada 

selang  , , ∞ ,  atau    0  3  

2.2.3 Invers Fungsi 

Jika  f(x)  adalah  sebuah  fungsi,  maka  f‐1(x)  adalah  fungsi  invers  dari  f(x)  yang 

memenuhi:  . 

Contoh 2.7: 

Jika  , buktikan bahwa   ! 

Solusi 

 

 

     (subsitusikan x =   pada   ) 

   (kurangkan ruas kanan dan ruas kiri dengan b) 

  

2.2.4 Translasi Fungsi 

Misalkan sebuah fungsi awal  f(x) ditranslasi menjadi  f(x+h).  Jika h>0, maka grafik 

fungsi akan bergeser ke kiri sebesar h satuan. Sebaliknya jika h<0, maka grafik fungsi akan 

bergeser ke kanan sebesar h satuan. 

 Misalkan sebuah fungsi awal f(x) ditranslasi menjadi  f(x)+k. Jika k>0, maka grafik 

fungsi akan bergeser ke atas sebesar h satuan.Sebaliknya jika k<0, maka grafik fungsi akan 

bergeser ke bawah sebesar k satuan. 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 21   

Contoh 2.8: 

Jika f x    |x|, sketsa grafik f x 3 , f x‐3 ,f x 2,f x ‐2, dan f x‐3 2 ! 

Solusi 

 

2.3 Fungsi Trigonometri 

Subbab 2.3 membahas tentang fungsi trigonometri dan beberapa kesamaan fungsi 

trigonometri. 

2.3.1 Definisi Fungsi Trigonometri 

Andaikan  lingkaran  C  pada  gambar  2.3  adalah  lingkaran  satuan,  yaitu  lingkaran 

dengan  jari‐jari,  r  =  1  dan  berpusat  di  titik  asal.  t‐positif  adalah  sudut  yang  dihitung 

berdasarkan  arah  yang  berlawanan  dengan  jarum  jam  dengan  satuan  radian  (2π  rad  = 

360° . Andaikan posisi titik P memiliki sudut t, maka: 

sin     cos  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 22   

 

Gambar 2.3 Ilustrasi fungsi trigonometri 

(Ingat kembali nilai‐nilai sudut istimewa pada fungsi trigonometri !) 

2.3.2 Empat Fungsi Trigonometri Lainnya 

tansincos

                         cotcossin

 

sec1

cos                         csc

1sin

 

2.3.3 Kesamaan Trigonometri 

Kesamaan ganjil‐genap        Kesamaan fungsi ko 

sin   sin           sin cos  

cos cos           cos sin  

tan tan           tan cot  

 

Kesamaan Pythagoras 

sin cos 1         1 cot csc   1 tan sec  

       

Kesamaan Penambahan 

sin x y sin x cos y cos x sin y   tan x y  

cos x y cos x cos y sin x sin y 

   

 

 

t

A(1,0)

P(x,y) 

y r = 1

x

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 23   

Kesamaan Sudut Ganda 

sin 2x 2 sin x cos x 

cos 2x cos x sin x 2 cos x 1 1 2 sin x 

 

Kesamaan Jumlah          Kesamaan Setengah Sudut 

sin x sin y   2 sin cos    sin x    

 cos x cos y 2 cos cos     cos x   

 

Kesamaan Hasil Kali 

sin x sin y12cos x y cos x y  

cos x cos y12cos x y cos x y  

sin x cos y12 sin x y sin x y  

2.4 Konsep Limit 

Misalkan I = (a,b) adalah suatu interval terbuka di R dan c   R sehingga limit fungsi 

f di titik c mempunyai arti bahwa fungsi f(x) terdefinisi di semua titik pada I/{c} dan di c 

boleh terdefinisi dan boleh juga tidak.  

Konsep  limit  digunakan  untuk  menentukan  nilai  f(x)  pada  x  mendekati  c,  tetapi 

bukan di c. Jika dikatakan  , berarti bahwa bila x mendekati c tetapi bukan 

di c, maka f(x) dekat ke L. 

Limit Kanan 

lim  berarti bahwa bila x dekat tetapi pada sebelah kanan c, maka f(x) 

adalah dekat ke L. 

Limit Kiri 

lim  berarti  bahwa  bila  x  dekat  tetapi  pada  sebelah  kiri  c, maka  f(x) 

adalah dekat ke L. 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 24   

Teorema 

Limit  fungsi mendekati  suatu  titik dikatakan  ada  jika nilai  limit  kiri  sama dengan 

nilai limit kanan, yaitu: 

lim  jika lim  dan lim  

 

Contoh 2.9: 

Pada keempat grafik berikut, andaikan f x  terdefinisi di semua titik pada interval I, 

kecuali mungkin  di  c.  Tentukan  apakah  f x   terdefinisi  pada  x c?  Tentukan  pula 

limit f x  bila x mendekati c! 

 

Solusi 

a) f(c) = L, limit x mendekati c = L 

b) f(c) = tidak terdefinisi, limit x mendekati c = L 

c) f(c) = L, limit kiri x mendekati c = M, limit kanan x mendekati c=L 

d) f(c) = M, limit kiri x mendekati c = M, limit kanan x mendekati c=L 

 

 

 

 

f(x)

a  bc 

f(x)

a bc

L

f(x)

a  bc 

L M 

f(x)

a bc

LM

(a)  (b)

(c)  (d)

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 25   

2.5 Pengkajian Mendalam tentang Limit 

2.5.1 Definisi Limit 

lim  berarti  bahwa  untuk  tiap  0  yang  diberikan  (betapapun 

kecilnya),  terdapat  0 yang  berpadanan  sedemikian  sehingga | |  asalkan 

bahwa 0 | | ; yakni: 

0 | |   | |  

 

Contoh 2.10: 

Dengan menggunakan definisi limit, buktikan bahwa lim 4 5 7! 

Solusi 

Andaikan  untuk  sembarang  bil  positif  kecil  ,  | 4 5 7|  bila 

| 3| . 

Padahal | 4 5 7| 4| 3| ,  dan  diinginkan  | 4 5 7| . 

Karena diketahui | 3| , maka | 4 5 7| 4 , sehingga kita dapat 

memilih   

Bukti 

Diberikan sembarang  0, pilih  . Sehingga bila | 3| , maka 

| 4 5 7| 4| 3| 4  

Karena | 4 5 7|  bila | 3| , jadi terbukti: 

lim 4 5 7 

2.5.2 Definisi Limit Limit Sepihak 

lim  berarti  bahwa untuk  tiap  0,  terdapat  0 yang berpadanan 

sedemikian sehingga:  

0   | |  

lim  berarti  bahwa untuk  tiap  0,  terdapat  0 yang berpadanan 

sedemikian sehingga:  

0   | |  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 26   

2.6 Teorema Limit 

2.6.1 Teorema Limit Utama 

Andaikan n bilangan bulat positif, k konstanta, dan f dan g adalah fungsi‐fungsi yang 

mempunyai limit di c. Maka: 

1. lim  

2. lim  

3. lim     lim  

4. lim lim lim  

5. lim lim lim  

6. lim . lim . lim  

7. limlim

lim ,   lim 0 

8. lim lim  

9. lim lim     lim 0        

Contoh 2.11: 

Dengan menggunakan teorema limit utama , tentukan lim 3 2  ! 

Solusi 

  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 27   

2.6.2 Teorema Penggantian 

Jika f suatu fungsi polinom atau fungsi rasional, maka: 

lim  

asalkan dalam kasus rasional nilai penyebutnya tidak nol di c. 

2.6.3 Teorema Apit 

Andaikan f, g, dan h adalah fungsi‐fungsi yang memenuhi   untuk 

semua  x  dekat  c,  kecuali  mungkin  di  c.  Jika  lim   lim  maka 

 lim  L. 

2.6.4 Limit Trigonometri 

1. lim sin sin    lim cos x cos  

2. limsin

1    lim sin 1 

3. limtan

1    lim tan 1 

Catatan:Bila  lim 0    lim 1 

2.7 Kekontinuan Fungsi 

2.7.1 Kekontinuan di Satu Titik 

Misalkan f(x) terdefinisi pada interval terbuka I dan      . Fungsi f disebut kontinu 

di titik c bila: 

lim 

lim lim  

Ini berarti bahwa f kontinu di c bila memenuhi 3 syarat, yaitu: 

1) f(c) ada atau terdefinisi 

2) lim  ada 

3) f c lim  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 28   

Contoh 2.12: 

Perhatikan keempat grafik pada contoh 2.9. Pada grafik yang manakah kurva  f x  

kontinu di c? berikan alasan! 

Solusi 

• Grafik a kontinu 

• Grafik b diskontinu karena f(c) tidak terdefinisi,  

• Grafik c tidak kotinu karena lim  tidak ada (limit kiri≠limit kanan) 

• Grafik d tidak kotinu karena lim  tidak ada (limit kiri≠limit kanan) 

2.7.2 Kekontinuan Sepihak 

Fungsi f disebut kontinu kiri di x=c bila  lim  

Fungsi f disebut kontinu kanan di x=c bila  lim  

Contoh 2.12: 

Pada  keempat  grafik  contoh  2.9,  kurva  manakah  yang  menunjukkan  fungsi  f 

kontinu sepihak? 

Solusi 

Grafik c dan d kontinu sepihak 

Grafik c kontinu kanan di x=c karena  lim  

Grafik d kontinu kiri di x=c karena  lim  

2.7.3 Kekontinuan pada Interval 

1. Fungsi  f  disebut  kontinu  pada  interval  terbuka  (a,b)  bila  f  kontinu  di  setiap  titik 

pada (a,b). 

2. Fungsi f disebut kontinu pada interval tetutup [a,b] bila f kontinu di setiap titik pada 

(a,b) dan kontinu kanan di a dan kontinu kiri di b. 

 

 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 29   

2.8 Teorema Kekontinuan Fungsi 

2.8.1 Teorema A (Kekontinuan pada fungsi polynomial dan fungsi rasional) 

1. Suatu polinom P(c) kontinu pada setiap bilangan riil c. 

2. Suatu  fungsi  rasional    ,        kontinu  pada  setiap 

bilangan  riil  c  dalam  daerah  asalnya,  kecuali  pada  bilangan  riil  c  dimana 

penyebutnya (polinom Q(c)) menjadi 0. 

2.8.2 Teorema B (Kekontinuan pada fungsi nilai mutlak dan fungsi akar ke­n) 

1. Fungsi nilai mutlak f(c)=|c| kontinu pada setiap bilangan riil c. 

2. Jika n bilangan ganjil, fungsi akar ke n, f(c)=√  , kontinu di setiap bilangan riil c. 

3. Jika  n  bilangan  ganjil,  fungsi  akar  ke  n,  f(c)=√  ,  kontinu  di  setiap  bilangan  riil  c 

positif. 

2.8.3 Teorema C (Kekontinuan pada operasi fungsi) 

Jika f dan g kontinu di c, dan k   R, maka: 

 ;  ;  ; .  ;     ;    ;         0       

adalah kontinu di c. 

2.8.4 Teorema D (Kekontinuan pada limit komposisi) 

Jika lim  dan jika f kontinu di L, maka : 

lim   lim  

Dengan kata lain, jika g kontinu pada c dan f kontinu pada g(c), maka   kontinu pada c. 

2.8.5 Teorema E ( Teorema Nilai Antara) 

Jika  f  kontinu  pada  [a,b]  dan  jikanW  sebuah  bilangan  antara  f(a)  dan  f(b), maka 

terdapat paling tidak sebuah bilangan c di antara a dan b sedemikian sehingga f(c) = W. 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 30   

Contoh 2.13: 

Tentukan kekontinuan fungsi berikut: 

a)    pada x=2; 

b)      212     2

  pada t=2; 

Solusi 

a) g(x) tidak kontinu karena g(2) tidak terdefinisi. 

 

b) h(2) = 12 

lim   lim   lim   lim  2 4  = 12 

h(2) = lim = 12   h(x) kontinu di x=2 

2.9 Latihan Soal 

A. Fungsi dan Grafik 

1. Mana dari yang berikut menentukan suatu fungsi f dengan rumus y   f x ? 

a 4 

b 3 4 

c 3 1 

d 3  

2. Cari daerah asal alamiah untuk masing‐masing fungsi berikut: 

a   √2 3 

b     

c   4 

3. Nyatakan apakah fungsi berikut merupakan fungsi genap, ganjil, atau bukan 

keduanya! 

a   4 

b 3 2 1 

c    

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 31   

B. Operasi fungsi 

1. Jika  2 dan  2/ 1 , cari rumus untuk masing‐masing berikut 

dan nyatakan daerah asalnya! 

a  

b) /  

c)  

d)  

2. Setelah  berkecimpung  dalam  bisnis  selama  x  tahun,  seorang  pengusaha  traktor 

membuat 100 x 2x  buah  tiap  tahun.  Harga  penjualan  dalam  ribuan  rupiah  

tiap buahnya telah meningkat sesuai dengan rumus P 500 6x. Tuliskan rumus 

untuk pendapatan tahunan pengusaha tersebut R x  setelah x tahun. 

C. Fungsi Trigonometri 

1. Hitung tanpa memakai kalkulator: 

a tan  

b sec  

2. Periksa kebenaran kesamaan berikut: 

a 1 sin 1 sin  

b sec 1 sec 1 tan  

c sec sin tan cos  

D. Kajian Mendalam tentang Limit 

1. Berikan suatu bukti ε , δ dari tiap fakta limit berikut: 

a lim 2 4   8 

b lim  

E. Teorema Limit 

1. Dengan menggunakan teorema limit, tentukan: 

a lim 4 3 7 2  

b lim  

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 2 Fungsi dan Limit| 32   

F. Kekontinuan Fungsi 

1. Tentukan kekontinuan fungsi berikut: 

a  

b 3, 21, 2 

 

2. Fungsi  berikut  tidak  terdefinisi  di  suatu  titik  tertentu.  Bagaimana  seharusnya 

mendefinisikannya agar kontinu pada titik itu? 

a  

b √

 

   

 

 

 

BAB 3 

TURUNAN 

 

 

3.1 Konsep Dasar Turunan 

Dalam  sejarah  kalkulus,  terdapat  dua  permasalahan  terapan  kalkulus  yang  sulit 

untuk didefinisikan secara jelas, yaitu permasalahan garis singgung (bidang geometri) dan 

permasalahan  kecepatan  sesaat  (bidang  mekanik).  Hal  ini  mengimplikasikan  lahirnya 

konsep dasar turunan (yang berasal dari konsep  limit) yang berhasil memberikan uraian 

matematis terbaik untuk kedua permasalahan tersebut. 

3.1.1 Permasalahan Garis Singgung 

Perhatikan  gambar  3.1.  Andaikan  P  adalah  suatu  titik  tetap  pada  kurva  dengan 

koordinat (c,f(c)). Garis m1 merupakan tali busur yang menghubungkan titik P dan Q1. Bila 

titik Q1  kita  geser mendekati  titik  P, maka  ketika mencapai  posisi Q2  garis  singgungnya 

menjadi  m2.  Bila  titik  Q  terus  kita  geser  hingga  ‘berimpit’  dengan  titik  P,  maka  garis 

talibusur PQ akan berubah menjadi garis singgung m. 

 

Gambar 3.1 Garis Singgung 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 34   

 

Secara  matematis  kemiringan  garis  singgung  yang  melalui  PQ  (perhatikan  garis 

singgung m2) adalah: 

   

Jika  titik  Q  bergeser  dekat  ke  P, maka  h 0,  sehingga  garis  singgung m  pada  titik 

P(c,(f(c)) akan memiliki kemiringan: 

  lim   lim  

3.1.2 Permasalahan Kecepatan Sesaat 

Untuk menguraikan masalah kecepatan sesaat, kita ambil sebuah contoh percobaan 

benda  jatuh  bebas  di  ruang  hampa  udara.  Percobaan  menyimpulkan  bahwa  bila  benda 

bergerak  dari  posisi  diam,  maka  posisi  benda  pada  t  detik  adalah  S(t)  =  16t2.  Dengan 

demikian posisi benda pada detik ke t dapat digambarkan sebagai berikut: 

 

(Gambar 3.2: Ilustrasi Jarak Tempuh) 

Kecepatan  rata‐rata  benda  dapat  dihitung  dengan membagi  jarak  tempuh  dengan 

selang waktu. Hal ini diilustrasikan dalam tabel 3.1: 

Tabel 3.1 Kecepatan rata‐rata 

t1 t2 s(t1) s(t2)Vrata-rata =

s(t2)-s(t1)/(t2-t1)0 1 0 16 161 2 16 64 482 3 64 144 80  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 35   

Tabel  3.1  telah menunjukkan  kecepatan  rata‐rata  benda  jatuh  pada  selang waktu 

antara  t1 dan  t2  atau  t1+∆t. Tetapi kita  tidak dapat mengetahui kecepatan  sesaat benda, 

misalnya  pada  t=2.  Untuk  memperkirakan  nilai  kecepatan  sesaat  pada  saat  t=2,  dapat 

dilakukan dengan menghitung kecepatan rata‐rata antara pada selang waktu yang sempit 

di dekat t=2. Hal ini diilustrasikan dalam tabel 3.2. 

Tabel 3.2 Kecepatan Rata‐rata t  2 

t1 t2 s(t1) s(t2)Vrata-rata =

s(t2)-s(t1)/(t2-t1)1.999           2.000           63.936     64.000     63.984                    2.000           2.001           64.000     64.064     64.016                      

Dari  tabel  3.2  dapat  dilihat  bahwa  kecepatan  sesaat  pada  t 2  berada  di  antara 

63,984  dan  64,016.  Untuk mendapat  nilai  yang  persis  untuk  kecepatan  sesaat  pada  t=2, 

selang waktu perhitungan harus dipersempit hingga ∆t 0. Dengan menggunakan konsep 

limit, nilai keepatan sesaat dapat dihitung sebagai berikut: 

∆ ∆∆∆

 

(Dengan menggunakan konsep limit coba hitung kecepatan sesaat pada t=2) 

Kesimpulan:  Dapat  dilihat  bahwa  permasalahan  garis  singgung  dan  kecepatan  sesaat 

memiliki konsep penyelesaian yang sama (Konsep Limit). 

3.2 Turunan 

Pada  subbab  sebelumnya  telah diberikan pemahaman  tentang  konsep  limit  untuk 

turunan. Pada subbab berikutnya akan diberikan pemahaman tentang turunan. 

3.2.1 Definisi Turunan 

Jika f adalah sebuah fungsi real dengan c є Df, dapat dikatakan bahwa turunan fungsi f 

adalah fungsi lain f’ (dibaca “f aksen”) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah:  

lim     , asalkan nilai limit ini ada. 

(Ingat kembali kapan nilai limit dikatakan ada?) 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 36   

3.2.2 Beberapa Bentuk Setara Turunan 

Beberapa bentuk setara turunan diantaranya adalah: 

1 Berdasarkan  gambar  3.3,  lim        tidak  ada  keharusan 

menggunakan  huruf  h  dalam  mendefinisikan  f’ c ,  sehingga  f’ c   dapat  juga 

dituliskan sebagai: 

a lim       atau   

b lim      

2 Berdasarkan  gambar  3.4,  lim      (Sekali  lagi  tidak  ada 

keharusan menggunakan huruf tertentu).  

                       (Gambar 3.3)                                                     (Gambar 3.4) 

3.2.3 Keterdiferensialan dan Kekontinuan Fungsi 

Teorema keterdiferensialan dan kekontinuan fungsi adalah:   

“Jika f’(c) ada (fungsi terdiferensialkan), maka f kontinu di c”. 

Teorema ini menyiratkan 2 hal: 

• Bila fungsi f terdiferesialkan di titik c, maka fungsi f kontinu di c. 

• Bila fungsi f kontinu di titik c, belum tentu fungsi f terdiferensialkan di c. 

 

Contoh 3.1 

1 Apakah  fungsi  mutlak  f x   |x|  kontinu  dan  terdiferensialkan  di  x    0?  Beri 

alasan! 

Solusi 

Kontinu di x=0, tetapi tidak terdiferensialkan karena pada limit diferensial, limit 

kiri tidak sama limit kanan. 

(c,f(c)) 

(x,f(x))

f(x)‐f(c) 

x‐c

c xx

(c,f(c)) 

(c+h,f(c+h)) 

f(c+h)‐f(c) 

c c+h 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 37   

2 Kurva  berikut  menunjukkan  beberapa  kemungkinan  kekontinuan  dan 

keterdiferensialan  fungsi.  Apaka  kurva  kontinu  dan  terdiferensialkan  di  titik 

a,b,c, dan d? 

 

Solusi 

a Titik a tidak kontinu , oleh karena itu tidak terdiferensialkan.  

b Titik  b  kontinu  tapi  tidak  terdiferensialkan  karena  pada  sudut  lancip,  limit 

kiri  limit  untuk  pembagian  delta  y/delta  x,  sesuai  definisi  turunan   tidak 

sama limit kanan.  

c Titik c kontinu tapi tidak terdiferensialkan karena garis singgung tegak lurus 

menyebabkan  nilai  pembilang  menurut  definisi  diferensial  mendekati  tak 

hingga.  

d Titik d kontinu dan terdiferensialkan. 

3.3 Aturan Turunan 

Menghitung turunan suatu fungsi menurut definisi turunan (seperti yang dijelaskan 

pada  subbab  3.1.3  poin  A  )  akan  memakan  waktu  dan  membosankan.  Dengan  adanya 

teorema aturan turunan, kita dapat menentukan turunan suatu fungsi dengan lebih cepat 

dan mudah. Berikut adalah aturan‐aturan turunan yang dituliskan dalam bentuk penulisan 

operator D. 

 

1. Aturan Fungsi Konstanta  ,    0 ; dimana k adalah suatu konstanta 

2. Aturan Fungsi Identitas    ,   1 

3. Aturan Pangkat   ,    

  ,    

4. D sebagai sebuah operator linear 

       

 

a b c d

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 38   

5. Aturan Penjumlahan dan Pengurangan  

     

6. Aturan Perkalian 

       

7. Aturan Pembagian    

 

3.4 Aturan Turunan Fungsi Trigonometri 

Berikut ini beberapa aturan penting berkaitan dengan turunan fungsi trigonometri. 

1. D sin x cos x 

2. D cos x sin x 

3. D tan x sec x 

4. D csc x csc x cot x 

5. D sec x sec x tan x 

6. D cot x csc x 

3.5 Aturan Rantai 

Andaikan   dan   menentukan  fungsi  komposit   

  ,  jika  g  terdiferensialkan  di  x  dan  f  terdiferensialkan  di  u  =  g(x),  maka fog 

terdiferensialkan di x dan 

           

Dalam aturan rantai dapat dituliskan 

D y  D y . D u 

Aturan rantai berguna untuk mencari turunan fungsi komposisi. Agar lebih mudah 

memahami aturan rantai, perhatikan contoh berikut: 

Contoh 3.2 

Jika   2 4 1   , tentukan   ! 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 39   

Solusi 

Andaikan  y  adalah  sebuah  fungsi  komposisi  dimana  y=f(u)  =  u60,  dan 

2 4 1. 

Jadi, 

  .    

             . 2 4 1  

         60   4 4  

         60 2 4 1 4 4  

 

Aturan Rantai Bersusun 

Andaikan y=f(u) dan u=g(v) dan v=h(x), maka 

   .    .    

Contoh 3.3 

jika    4 , tentukan   ! 

Solusi 

Andaikan  ;  sin  ; dan  4  , sehingga 

 .  .  

           . sin  . 4  

          3   – cos 4  

          12  cos  

          12    cos  

          12  4 cos 4  

3.6 Penulisan Leibniz 

Penulisan  Leibniz  menggunakan  notasi  dy/dx  untuk  menyatakan  turunan.  Leibniz 

menyebut dy/dx sebagai suatu hasil bagi dari dua bilangan yang sangat kecil, yakni: 

lim∆

∆∆

lim∆

∆∆

 

Penulisan Leibniz juga berlaku pada aturan rantai. Sebagai contoh, andaikan y = f(u) 

dan u = g(x), maka:   

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 40   

Contoh 3.4 

1 Tentukan dy/dx jika  3 7  ! 

Solusi 

3 7  

       3 7  

       3 3 2  7 1  

       3 6 7 

 

2 Tentukan dy/dx jika  x 2x  ! 

Solusi 

Misalkan u x 2x , maka y u   dan 

.  

         .2

 

       12 3 2         12 2 3 2  

3.7 Turunan Tingkat Tinggi 

Turunan  sebuah  fungsi  dapat  dituliskan  dalam  beberapa  bentuk  seperti  yang 

dicontohkan  pada  Tabel  3.3.  Misalkan  sebuah  fungsi  y=f(x),  maka  turunan  pertamanya 

adalah     .  Jika  turunan  pertama  ini  diturunkan  lagi, 

maka  akan  menghasilkan  turunan  kedua,  yaitu   

. Notasi yang sama diberikan untuk turunan ketiga, keempat, dst. 

Tabel 3.3 Bentuk Penulisan Turunan 

Derivatif  Penulisan f'  Penulisan y'  Penulisan Operator D  Penulisan Leibniz 

Pertama  f'(x)  y'     

Kedua  f''(x)  y''     

Kedua  f'’'(x)  y''’     

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 41   

Salah  satu  penggunaan  turunan  tingkat  tinggi  adalah  pada masalah  gerak  partikel. 

Bila  S(t) merupakan  posis  sebuah  partikel, maka  kecepatan  partikel    adalah  v(t)  =  S’(t). 

Sedangkan percepatan gerak partikel adalah a(t) = v’(t) = S”(t). 

3.8 Pendiferensialan Implisit 

Sebuah  fungsi  dikatakan  berbentuk  implisit  bila  berbentuk  F(x,y)  =  0.  Pada bentuk 

ini,  variabel  x  dan  y  tercampur  dalam  suatu  ekspresi.  Pendiferensialan  implisit  adalah 

mencari dy/dx tanpa terlebih dahulu mengubah bentuk persamaan menjadi y = f(x). 

Prinsip pendiferensialan implisit adalah sebagai berikut: untuk suatu bentuk fungsi 

implisit F(x,y) = 0. Untuk mencari dy/dx, kumpulkan semua variable y di ruas sebelah kiri 

dan variabel x di  ruas sebelah kanan. Kemudian  turunkan kedua ruas  terhadap x dengan 

mengingat variabel y di sebelah kiri merupakan fungsi dari x.  

Contoh 3.5 

Jika y3 7y‐x3 0, tentukan garis singgung di titik  2,1 ! 

Solusi 

7  

3 7   3  

3 7 3  

33 7  

3 23 1 7

 

1210

65 

3.9 Laju yang Berkaitan 

Berikut  ini  adalah prosedur  sistematis untuk menyelesaikan permasalahan  laju‐laju 

yang berkaitan: 

1. Andaikan t menyatakan waktu. Gambarlah diagram yang berlaku untuk semua t>0. 

Identifikasi besaran‐besaran yang nilainya tidak berubah (konstanta) bila t 

bertambah. Berikan nama huruf untuk peubah‐peubah (besaran‐besaran yang 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 42   

berubah terhadap waktu), dan tandai garis‐garis pada gambar dengan peubah yang 

sesuai. 

2.  Nyatakan apa yang diketahui dan informasi yang diinginkan tentang peubah‐

peubah. Informasi ini akan berbentuk turunan‐turunan terhadap t. 

3. Tulislah sebuah persamaan yang menghubungkan peubah‐peubah yang sahih untuk 

semua t>0, bukan hanya pada beberapa saat tertentu. 

4. Diferensialkan persamaan yang ditemukan dalam langkah 3 secara implisit 

terhadap t. Persamaan yang dihasilkan memuat turunan‐turunan terhadap t dan 

sahih untuk semua t>0. 

5. Gantikan persamaan yang ditemukan dalam langkah 4 untuk semua data yang sahih 

pada saat tertentu untuk mana jawaban atas masalah yang diisyaratkan. Selesaikan 

turunan yang diinginkan. 

 

Contoh 3.6 

Sebuah  balon  dilepas  pada  jarak  150  kaki  dari  seorang  pengamat  yang  berdiri  di 

tanah. Jika balom maik secara lurus ke atas dengan laju 8 kaki/detik, seberapa cepat 

jarak antara pengamat dan balon bertambah pada waktu balon pada ketinggian 50 

kaki? 

Solusi 

Penyelesaian masalah menurut prosedur sistematis: 

1. 

 

 

 

 

 

Andaikan  t menyatakan  detik  setelah  balon  dilepas,  h menyatakan  ketinggian 

balon, dan s  jarak balon dari pengamat. Peubah h dan s keduanya bergantung 

pada  t.  tetapi  jarak  antara  pengamat  dan  titik  pelepasan  konstan  dan  tidak 

berubah dengan bertambahnya t. kita tekankan bahwa gambar ini sahih untuk 

semua t 0. 

2. Diketahui laju balon naik ke atas  dh/dt    8 kaki/detik. 

  Ditanya  laju  perubahan  jarak  antara  pengamat  dan  balon  ds/dt   pada  saat 

h 50 kaki. 

3. Peubah s dan h berubah tehadap waktu  mereka adalah fungsi  implisit dari t , 

tetapi selalu dihubungkan dengan persamaan Pythagoras: 

150 

h

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 43   

s h 150  

4. Jika persamaan Pythagoras di atas kita diferensialkan secara implisit terhadap t 

dan memakai aturan rantai, maka akan diperoleh: 

2 2  0 

 

5. Bila h   50 kaki, maka berdasarkan persamaan Pythagoras pada poin 3, s adalah 

50 150  

50√10 

Dengan mengguanakn persamaan turunan pada poin 4, maka diperoleh: 

50√10 50 8  

40050√10

8√10

2,53  / . 

3.10 Diferensial dan Hampiran 

3.10.1 Turunan dan Diferensial 

Turunan  adalah  hasil  bagi  dua  diferensial,  biasa  dilambangkan  dengan  f’(x)  atau 

dy/dx. Andaikan y=f(x), maka turunan f  yaitu: 

lim∆

∆∆

 

lim∆

∆∆ 

 

 

Andaikan  bahwa  dx  adalah  diferensial  dari  peubah  bebas  x  yang  menyatakan 

pertambahan sebarang dari x. Maka diferensial  yang bersesuaian dengan dy dari peubah 

tak bebas y didefinisikan oleh: 

 

 

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa diferensial dari peubah tak bebas adalah hasil 

kali turunan dengan diferensial peubah bebas. Diferensial biasa dilambangkan dengan dy. 

 

Tabel  3.4  berikut  menunjukkan  perbandingan  beberapa  aturan  turunan  dan 

diferensial. Ingat kembali bahwa diferensial diperoleh dengan mengalikan f’(x) dengan dx. 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 44   

Tabel 3.4 Perbandingan aturan turunan dan aturan diferensial 

Aturan Turunan  Aturan Diferensial 

1. 0 

2.  

3.  

4.  

1. 0 

2.    

3.    

4.  

3.10.2 Hampiran 

Andaikan y=f(x) seperti gambar 3.5. Jika x diberi tambahan ∆x, maka y menerima 

tambahan yang berpadanan ∆y yang dapat dihampiri oleh dy.  

 

Gambar 3.5 Ilustrasi hampiran 

Dengan demikian f(x+∆x) dapat dihampiri oleh: 

∆ ∆  

Contoh 3.7: 

Dengan menggunakan metode hampiran, hitung √4,6 ! 

Solusi 

Andaikan fungsi akar adalah  √ , maka  √ .  

Kita mengetahui bahwa nilai √4,6 berada di antara √4 dan √9. Jika kita ambil nilai 

x=4 dan ∆x=0,6; Menurut rumus hampiran: 

4,6 4 0,6 4 √4 2  

 

Untuk menghitung dy, 

∆  

y=f(x)

f(x)

f(x+∆x)

dy∆y

x

y

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 45   

12√

 ∆  

12√4

  0,6  

0.15 

∆12√

 ∆12√4

  0,6   0.15 

Sehingga 

4,6 2 2 0,15 2,15 

3.10.3 Penaksiran Galat (Error) 

Penaksiran galat merupakan masalah yang khas dalam sains.  Prosedur baku untuk 

menaksir  galat  adalah  dengan  memakai  sarana  diferensial.  Untuk  memahami  cara 

penaksiran galat, perhatikan contoh berikut. 

Contoh 3.8 

Rusuk kubus memiliki panjang 11,4  cm dengan kemungkinan galat panjang  rusuk 

0,05 cm. HIiung volume kubus dan berikan suatu taksiran galat untuk nilai volume 

tersebut! 

Solusi 

Volume kubus V yang panjang rusuknya x adalah   . Jadi  3 . 

Jika x = 11,4 cm dan dx = 0,015 cm, maka  11,4 1482  

dan  3 11,4 0,015 19 

Dengan  demikian  volume  kubus  adalah  1482 19   dengan  taksiran  galat 

volume adalah 19  . 

3.11 Soal Latihan  

A. Konsep Dasar Turunan 

1. Tentukan kemiringan garis singgung kurva y = 2 / (x‐2) pada titik (0,‐1). Tuliskan 

juga persamaan garis singgungnya! 

2. Sebuah benda menjelajahi garis sehingga posisi s nya adalah  2  2 meter 

setelah t detik. Tentukan: 

a) Kecepatan rata‐rata selang 2 ≤ t ≤ 3? 

b) Kecepatan sesaat pada t=2 detik? 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 46   

B. Turunan 

1. Dengan menggunakan konsep limit, tentukan turunan dari: 

a)      

b)   √  4 

C. Aturan Turunan dan Turunan fungsi Trigonometri 

1. Tentukan turunan dari: 

a)    

b)      

2. Tunjukkan kurva y  √2 sin x dan y √2 cos x berpotongan tegak lurus pada 0≤x 

≤π/2!(dua kurva berpotongan tegak lurus bila m1/m2 = ‐1) 

3. Pada saat t detik, pusat sebuah pelampung gabus berada sejauh 2 sin t sentimeter di 

atas (atau di bawah) permukaan air. Berapa kecepatan pelampung pada saat t = 0, 

π/2, dan π? 

D. Aturan Rantai 

1. Tentukan Dxy bila: 

a) 3 5 11  

b)  

2. Hitung Dt sin t · tan t 1  

E. Turunan Tingkat Tinggi 

1. Sebuah pelek berpusat di titik asal dan berjari‐jari 10 sentimeter berputar 

berlawanan arah perputaran jarum jam pada laju 4 putaran/detik. Sebuah titik P 

pada pelek berada di  10,0  pada t=0. 

a) Berapa koordinat P pada saat t detik? 

b) Pada laju berapa P naik (atau turun) pada saat t=1? 

2. Sebuah benda dilempar langsung ke atas pada ketinggian s=‐16t2 + 48t + 256 kaki 

setelah t detik.  

a) Berapa kecepatan awalnya? 

b) Kapan ia mencapai ketinggian maksimum? 

c) Berapa ketinggian maksimumnya? 

d) Kapan ia membentur tanah? 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 3 Turunan| 47   

e) Dengan laju berapa ia membentur tanah? 

F. Pendiferensialan Implisit 

1. Cari persamaan garis normal (garis tegak lurus terhadap garis singgung) pada kurva 

8(x2+y2)2 = 100(x2‐y2) di 3,1 . (Gunakan metode pendiferensialan implisit). 

G. Laju yang Berkaitan 

1. Rusuk kubus yang berubah bertambah panjang dengan laju 3cm/detik. Berapa 

kecepatan pertambahan volume kubus pada saat panjang rusuk 10 cm? 

2. Sebuah cakram baja memuai selama dipanaskan. Jika jari‐jarinya bertambah dengan 

laju 0,02 cm/detik, seberapa cepat luas salah satu mukanya bertambah pada saat 

jari‐jarinya adalah 8,1 cm? 

H. Diferensial dan Hampiran 

1. Hitung √402  dan √26,91 dengan metode hampiran! 

2. Hampiri nilai volume material dalam tempurung bola yang jari‐jari dalamnya 5 cm 

dan jari‐jari luarnya 5,125cm. 

3. Garis tengah sebuah bola diukur sebagai 20 0,1 cm. hitung volumenya dengan 

suatu taksiran untuk galat. 

   

 

 

 

 

BAB 4 

APLIKASI TURUNAN 

 

 

Konsep  turunan  dapat  digunakan  sebagai  alat  bantu  untuk  menyelesaikan 

banyak  masalah,  seperti:  menyelesaikan  masalah  maksimum  dan  minimum  serta 

membuat grafik fungsi secara canggih. Untuk dapat membuat grafik suatu fungsi secara 

canggih,  perlu  ditentukan  kemonotonan,  kecekungan  dan  garis  asimtotik  fungsi 

tersebut.  Kemonotonan  suatu  fungsi  dapat  ditentukan  dari  turunan  pertama  fungsi 

tersebut, sedangkan kecekungan dapat ditentukan dari turunan keduanya. 

Selanjutnya  pada  bab  ini  akan  dibahas  aplikasi  yang  dapat  diterapkan 

menggunakan turunan. 

4.1 Maksimum dan Minimum 

Misalkan  diberikan  suatu  fungsi   dan  daerah  definisi  .  Maka  akan  timbul 

pertanyaan apakah   memiliki nilai maksimum atau minimum pada  ? Jika memiliki 

nilai  maksimum  atau  minimum,  dimana  terjadinya?  Jika  ada,  berapa  nilainya? 

Pertanyaan  ini  adalah  tujuan  utama  dari  sub  bab  ini.  Perhatikan  gambar  4.1  berikut. 

Apakah   maksimum? Apakah   minimum? 

 Gambar 4.1 Kurva maksimum minimum 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 49   

Teorema 1 [Definisi]   

Misalkan  , daerah definisi dari fungsi  , memuat  . 

1. dikatakan  mencapai  maksimum  di   bila     .   disebut 

nilai maksimum; 

2.  dikatakan  mencapai  minimum  di   bila     .   disebut nilai minimum; 

3.  disebut  nilai  ekstrim  dari   pada   jika  merupakan  nilai maksimum\minimum.  Titik  dimana   mencapai  maksimum\minimum  disebut titik ekstrim; 

4. fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut fungsi objektif. 

Teorema 2  [Eksistensi Maksimum­Minimum] 

Jika   kontinu dan   berupa interval tutup  , , maka   memiliki titik minimum 

dan maksimum. 

Teorema 3  [Titik Kritis] 

Misalkan   terdefinisikan  pada  interval   yang  memuat  titik  .  Jika   

merupakan nilai ekstrim, maka   merupakan  titik kritis; yaitu,   merupakan salah satu 

dari: 

1. Titik stasioner (titik dengan sifat  0); 

2. Titik ujung   ; atau 

3. Titik singular (titik di mana   tidak mempunyai turunan). 

 

Contoh 4.1: 

Tentukan nilai maksmimum dan minimum dari   pada  2,2 . 

Solusi 

Langkah 1 Tentukan titik kritis dari   pada  2,2 . 

1. Cek titik stasioner 

3 , yang terdefinisikan pada  2,2  dan  0 hanya jika  0. 

Jadi, titik stasionernya adalah  0; 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 50   

2. Cek titik ujung 

Titik ujung dari interval yang diberikan adalah  2 dan  2. 

3. Cek titik singulir 

Karena   memiliki turunan, maka titik singulir tidak ada. 

Jadi, titik kritis nya:  2, 0,   2. 

Langkah 2 Evalusi tiap titik kritis 

2 8,  0 0,  dan  2 8.  Diperoleh  nilai  maksimum  dari   pada 

2,2  adalah 8 (dicapai  saat  2),  sedangkan  nilai  minimumnya  adalah  8 

(dicapai saat  2). 

4.2 Kemonotonan Fungsi dan Titik Ekstrim 

4.2.1 Kemonotonan Fungsi   

Misalkan   terdefinisi pada interval   (buka, tutup, atau lainnya). 

1.  disebut monoton naik pada   bila:   

2.  disebut monoton turun pada   bila:   

3.  disebut monoton tak turun pada   bila:   

4. f disebut monoton tak naik pada I bila:  x x f x f x  

Ilustrasi fungsi monoton dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut: 

 

Gambar 4.2 Ilustrasi fungsi monoton 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 51   

4.2.2 Titik Ekstrim 

Ekstrim Lokal 

Fungsi   yang daerah asalnya   mencapai 

1. maksimum lokal di   

jika terdapat interval buka   yang memuat   sehingga    ; 

2. minimum lokaldi   

jika terdapat interval buka   yang memuat   sehingga    . 

Teorema 

Jika fungsi   mencapai ekstrim lokal di   dan   ada, maka  0. 

Bukti 

Kasus maksimum lokal: (serupa kasus minimum lokal) 

Jika   mencapai maksimum lokal di  , maka   di sekitar  . 

0     0   lim 

0    0   lim 

akibatnya,  0.  

Ekstrim Global 

Fungsi   yang daerah asalnya   mencapai 

1. maksimum global di c S jika f x f c   x S 

2. minimum global di c Sjika f x f c   x S. 

Teorema 

Jika fungsi f kontinu pada  a, b , maka f mencapai ekstrim global pada  a, b . 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 52   

Ilustrasi ekstrim lokal dan ekstrim global dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut: 

 

Gambar 4.2 Ilustrasi ekstrim lokal dan ekstrim global 

4.2.3 Uji Turunan untuk Kemonotonan dan Titik Ekstrim 

Uji Turunan Pertama untuk Kemonotonan 

Untuk fungsi   yang kontinu pada interval terbuka  , 

1. jika  0 pada  , maka fungsi   monoton naik pada  ; 

2. jika  0 pada  , maka fungsi   monoton naik pada  . 

Uji Turunan Pertama untuk Ekstrim Lokal 

Untuk fungsi f x  yang kontinu pada interval terbuka I dan memuat titik kritis c, 

1. jika  f x 0  untuk x  dan  f x 0  untuk x ,  maka  fungsi  f  mencapai 

maksimum lokal di c; 

2. jika f x 0 untuk x  dan f x 0   untuk x ,  maka  fungsi fmencapai 

minimum lokal di c; 

3. jika   f x 0 untuk x  dan f x 0   untuk x ,  maka  titik  c, f c  bukan 

ekstrim lokal; 

4. jika   f x 0 untuk x  dan f x 0 untuk x ,  maka  titik  c, f c  bukan 

ekstrim lokal. 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 53   

Uji Turunan Kedua untuk Ekstrim Lokal 

Untuk  fungsi f x    yang  terdiferensialkan  pada  interval  terbuka I dan  memuat 

titik stasioner c, 

1. jika f   c 0 maka fungsi mencapai maksimum lokal di c; 

2. jika f c 0, maka fungsi mencapai minimum lokal di c. 

 

Contoh 4.2: 

Untuk fungsi  3 , tentukan: 

1. Semua titik stasionernya; 

2. Selang kemonotonannya; 

3. Semua titik ekstrim lokal dan jenisnya; 

Solusi 

1. Turunan pertama dari fungsi   adalah 

3 3 3 1 1  

Dari  0  diperoleh  1  dan  1 ,  dengan  1 2  dan 

1 2. Jadi titik stasioner dari fungsi   adalah  1,2  dan  1, 2 . 

2. Selang kemonotonan fungsi f ditentukan dari tes tanda f x  

 

 

 

Dapat dilihat bahwa Fungsi f monoton naik pada selang  ∞, 1  dan selang 

1,∞ . Fungsi f monoton turun pada selang  1,1 . 

3. Fungsi  f  mencapai  maksimum  di  1  dan  minimum  di  1 ,  dengan  titik 

maksimum  1,2  dan titik minimum  1, 2 . 

 

 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 54   

4.3 Kecekungan Fungsi dan Titik Belok 

4.3.1 Kecekungan Fungsi 

Untuk fungsi   yang terdiferensialkan pada selang terbuka  , 

1.  cekung ke atas pada   jika fungsi   monoton naik pada  ; 

2.  cekung ke bawah pada   jika fungsi   monoton turun pada  ; 

4.3.2 Titik Belok 

Fungsi   mencapai  titik  belok  di   (domain  )  jika  di  sekitar   terjadi 

perubahan kecekungan dari  . Titik beloknya adalah  , . Kondisinya adalah fungsi 

 terdiferensialkan  pada  interval  terbuka   yang  memuat  ,  kecuali  mungkin   

sendiri. ( ∞ atau tak ada). 

4.3.3 Uji Turunan untuk Kecekungan dan Titik Belok 

Uji Turunan Kedua untuk Kecekungan 

Untuk fungsi   yang terdiferensialkan pada interval terbuka  , 

1. jika f x 0 pada I, maka fungsi f cekung ke atas pada I; 

2. jika f x 0 pada I, maka fungsi f cekung ke bawah pada I. 

Uji Turunan Kedua untuk Titik Belok  

Untuk fungsi   yang terdiferensialkan pada interval terbuka  , 

1. jika fungsi f mencapai titik belok di c I dan f c  ada, maka f c 0; 

2. jika f c 0 dan disekitar c terjadi perubahan kecekungan dari fungsi f, maka 

fungsi f mencapai titik belok di c. 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 55   

Uji Turunan Ketiga untuk Titik Belok 

Untuk  fungsi   yang mempunyai  turunan  kedua  pada  selang  terbuka   yang 

memuat  , jika  0 dan  0, maka fungsi   mencapai titik belok di  . 

Contoh 4.3: 

1. Fungsi   mencapai  titik  belok  di  0  karena   cekung  ke  atas  untuk 

0 dan   cekung ke bawah untuk  0. 

2. Tentukan  selang  kecekungan  dan  titik  belok  dari  fungsi 

3 4  

Solusi 

  2 3 1 3  

   2 2 2 1  

Dengan  menyelesaikan 2 1 0 dan 2 1 0 menunjukkan  bahwa 

 cekung ke atas pada  1,∞  dan cekung ke bawah pada  ∞, 1 . Titik belok 

nya adalah  1, . 

4.4 Beberapa Masalah Maksimum dan Minimum 

Dalam pemecahan soal cerita yang terkait dengan menentukan maksimum atau 

minimum, cobalah beberapa langkah berikut ini. 

1. Gambarkan masalahnya beserta peubah untuk besaran yang terlibat; 

2. Tuliskan fungsi  yang akan dicari maksimum/minimum mutlaknya; 

3. Gunakan kondisi yang diberikan agar   menjadi fungsi satu peubah; 

4. Tentukan titik kritis dari   dan tentukan maksimum atau minimumnya; 

5. Dalam kasus ekstrimnya tunggal, maka ekstrim ini akan menjadi maksimumatau 

minimum mutlak dari  . 

Contoh4.4: 

Sebuah  kebun  berbentuk  persegi  panjangakan  dipagari  seperti  pada  gambar. 

Bagian pojokkebun berupa  tembok  siku‐siku  sepanjang 20 meterdan 10 meter 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 56   

tak  perlu  dipagari.  Jika  tersedia40  meter  pagar,  tentukan  luas  minimum  dan 

maksimumkebun yang dapat dipagari! 

Solusi 

• Jika  ukuran  kebun  adalah   meter, maka    20 10

40 . 

Akibatnya 2 2 70, sehingga  35 . 

• Dari  20 dan  35 10 diperoleh20 25.  Luas  kebun  adalah 

35 35 , 20 25. 

• Karena  ’ 35 2 0  untuk  20 25 ,  maka   monoton  turun 

padaselang  20,25 ,  sehingga  titik  kritisnya  adalah  20  dengan 

300dan  25 dengan  250. (Ekstrim global pada selang tutup) 

• Jadi luas minimum dan maksimum kebun adalah 250m2 dan 300m2. 

4.5 Limit di Tak Hingga dan Limit Tak Hingga 

4.5.1 Limit Tak Hingga 

Beberapa Teorema limit tak hingga di antaranya adalah: 

1. lim   ∞ jika dan hanya jika: 

•  membesar tanpa batas bila   mendekati  ,    ; 

• 0  0  0 | |    

lim 

∞ 0   0  0  

lim 

∞ 0   0  0  

2. lim   ∞ jika dan hanya jika: 

• mengecil tanpa batas bila   mendekati  ,    ; 

• 0    0  0 | |    

lim 

∞ N 0   0  0  

lim 

∞ N 0   0  0  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 57   

3. Untuk lim ∞, n , maka: 

• lim ∞, n genap positif 

• lim ∞ n genap positif∞ n ganjil positif  

 

4. Jika lim   f x L 0 dan lim   g x 0, maka lim    

• ∞, dalam kasus  0 dan  0 dari atas (arah   positif) 

• ∞, dalam kasus  0 dan  0 dari atas (arah   positif) 

• ∞, dalam kasus  0 dan  0 dari bawah (arah  negatif) 

• ∞, dalam kasus  0 dan  0 dari bawah (arah  negatif) 

4.5.2 Limit di Tak Hingga  

Beberapa teorema limit di tak hingga di antaranya adalah: 

1. lim f x ℓ  jika dan hanya jika: 

•  mendekati ℓ bila   membesar tanpa batas 

• | ℓ|  untuk sebarang  0 bila   untuk suatu  0 

 

2. lim ℓ jika dan hanya jika: 

•  mendekati ℓ bila   mengecil tanpa batas 

• | ℓ|  untuk sebarang  0 bila   untuk suatu  0 

3. lim 0, n  

4. lim 0, n  

4.5.3 Limit Tak Hingga di Tak Hingga  

Notasi  lim ∞  digunakan  untuk  menunjukkan  bahwa  nilai   

menjadi  besar  seraya   menjadi  besar.  Pengertian  serupa  dikaitkan  pada  lambang‐

lambang berikut: 

lim ∞    lim ∞    lim ∞ 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 58   

Contoh 4.5: 

Carilah  lim  dan  lim  

Solusi 

lim ∞ 

lim ∞ 

4.6 Menggambar Grafik Canggih 

Grafik fungsi kontinu dapat digambarkan secara canggih berdasarkan informasi 

selang  kemonotonan,  semua  titik  ekstrim  lokal  beserta  jenisnya,  selang  kecekungan, 

semua titik belok, semua asimtot, dan beberapa titik lain yang diperlukan. 

4.6.1 Asimtot 

Asimtot grafik fungsi kontinu adalah garis lurus yang didekati oleh grafiknya tapi 

tanpa pernah saling berpotongan. Garis lurus ini dapat sejajar dengan sumbu koordinat 

(asimtot  tegak atau mendatar), atau memotong sumbu koordinat di dua  titik  (asimtot 

miring). Beberapa asimtot di antaranya: 

1. Asimptot Tegak 

Garis   disebut asimtot tegak, bila salah satu syarat berikut dipenuhi 

lim ∞  lim ∞  lim ∞  lim ∞ 

2. Asimtot Mendatar 

Garis   disebut asimtot mendatar, bila 

lim  

3. Asimtot Miring 

Garis   disebut  asimtot miring  terhadap  fungsi   bila memenuhi  salah 

satu dari: 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 59   

a) lim 0; 

b) lim 0; 

Menentukan asimtot miring: 

1. Hitung lim , bila hasilnya takhingga atau nol maka asimtot miring tidak ada, 

bila berhingga dan tak nol maka hasilnya  . 

2. Hitung  lim ,  bila  hasilnya  nol  maka  asimtot  miring  tidak  ada,  bila 

bukan nil, maka hasilnya adalah  . 

3. Lakukan kedua langkah di atas untuk  ∞ 

Langkah-langkah menggambar grafik dari sebuah fungsi  

1. Tentukan daerah definisinya; 

2. Tentukan  perpotongan   dengan  sumbu‐sumbu  koordinat  (jika  mudah). 

Tentukan titik potong grafik dengan sumbu    0  dan sumbu    0 ; 

3. Periksa kesimetrian grafik, apakah fungsi ganjil, genap, atau periodik; 

4. Dengan  uji  turunan  pertama,  tentukan  daerah  kemonotonan  dan  titik‐titik 

ekstrim lokal dan global; 

5. Dengan uji turunan kedua, tentukan daerah kecekungan dan titik beloknya; 

6. Tentukan asimtot‐asimtot dari  ; 

7. Sketsakan grafik  . 

Contoh 4.6: 

Gambarkan grafik fungsi   

Solusi 

1. Daerah definisinya adalah  |  

2. Titik potong sumbu    0 , 0      , 0 . 

Titik potong sumbu    0 0,0  

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 60   

3. Karena  , maka   fungsi ganjil dan oleh karena itu grafik dari 

fungsi   simetris terhadap titik asal 

4. Turunan pertama fungsi  : 

   15 2 2

32  

Titik kritis nya adalah: ‐2, 0, dan 2. 

 

 

diperoleh  0  pada  ∞, 2  dan  2,∞ ,  sedangkan  0  pada 

2,0  dan  0,2 .  Sehingga   monoton  naik  pada  ∞, 2  dan  2,∞ ; 

monoton turun pada  2,0  dan  0,2 . Nilai maksimum lokal:  2 2 dan 

nilai minimum lokal:  2 2. 

5. Turunan kedua fungsi  : 

 15 √2 √2

8  

 

 

Fungsi √2 cekung ke atas pada  √2, 0  dan  √2,∞ . Cekung ke bawah pada 

∞, √2  dan  0, √2 .  Terdapat  tiga  titik  belok:  √2, √ ,  0,0 ,  dan 

√2, √  

 

 

 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 61   

6. Sketsa grafik: 

 

4.7 Teorema Nilai Rata­Rata 

Teorema Rolle 

Jika  fungsi   kontinu  pada  , ,  terdiferensialkan  pada  ,  

dan , maka terdapat  ,  sehingga  0. 

Teorema Nilai Rata­Rata 

Jika  fungsi f  kontinu  pada  a, b ,  terdiferensialkan  pada  a, b ,  maka 

terdapat c a, b  sehingga 

f cf b f ab a  

Contoh 4.7: 

Tentukan bilangan   yang memenuhi TNR terhadap:  2√  pada  1, 4 . 

 

Solusi 

Diperoleh,  , 0 dan   

sehingga,  . Jadi,   

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 62   

4.8 Latihan Soal 

A. Maksimum Minimum 

1. Tentukan nilai maksimum dan minimum dari  sin  pada  ,  

2. Identifikasi  titik  kritis  dan  tentukan  titik  ekstrim  dari  6 2 

dan  | | pada interval  1,5  

3. Tentukan nilai maksimum dan minimum dari   pada  1,3  

4. Sebuah  kotak  persegipanjang  dibuat  dari  selembar  kertas  dengan  memotong 

sisi‐sisinya  sepanjang   cm  dan  melipatnya.  Tentukan   agar  volumenya 

maksimum. 

 

B. Kemonotonan Fungsi dan Titik Ekstrim 

1. Apakah fungsi  | 2 | mempunyai lebih dari satu titik kritis? (B/S) 

2. Jika  turunan  dari   adalah  1 2 ,  tentukan  selang 

kemonotonan dan titik ekstrim dari kurva   beserta jenisnya; 

3. Tentukan semua titik ekstrim dari kurva  ,   

C. Kecekungan Fungsi dan Titik Belok 

1. Tentukan selang kecekungan dan semua titik belok dari fungsi  . 

2. Jika  turunan  dari   adalah  1 2 ,  tentukan  selang 

kecekungan dan titik belok dari kurva  . 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 63   

D. Beberapa Masalah Maksimum dan Minimum 

1. Tentukan jarak terdekat dari titik A 0,3  ke parabol P: x    y  

2. Dari  sehelai  karton  akan  dibuat  sebuah  kotak  tanpa  tutup  denganalas  persegi. 

Jika  luas  permukaan  kotak  ditetapkan  432  cm2,  tentukan  ukuranyang 

mempunyai volume terbesar. 

3. Seorang  petani  bermaksud  memagari  dua  kandang  siku  empat  berdampingan 

yang  identik,  masing‐masing  seluas  900  kaki  persegi.  Berapa  ukuran  kandang 

tersebut agar kawat yang diperlukan sesedikit mungkin? 

4. Sebuah  bak  air  dengan  alas  berbentuk  bujur  sangkar  harus  dibangun  untuk 

menampung  air  12.000  kaki  kubik.  Jika  logam  untuk  tutup  atas  memerlukan 

biaya dua kali biaya untuk sisi dan alas beton tiap kaki persegi, berapa ukuran 

bak yang paling hemat? 

E. Limit di Tak Hingga dan Limit Tak Hingga 

1. Jika f x x , hitunglah: 

a) lim    

b) lim    

c) lim   , dan 

d) lim    

2. lim  

3. lim  

4. lim  

5. Carilah  limx x 

6. Carilah  lim  

7. Sketsakan  grafik y x 2 x 1 x 1  dengan  cara mencari  perpotongan 

dengan sumbu dan limitnya seraya x ∞ dan x   ∞ 

 

 

 Matematika Dasar I/FST/UNJA/2013 

Bab 4 Aplikasi Turunan| 64   

F. Menggambar Grafik Canggih 

1. Gambarkan grafik fungsi: 

a)  

b) 3 5 

c)  

d) | | 

2. Gambarlah grafik dari fungsi   yang memiliki beberapa sifat berikut: 

a) g mulus dimana‐mana; 

b) g(0)=0; 

c) g x 0 untuk setiap x; 

d) g x 0 untuk x 0dan g x 0 untuk x 0 

G. Teorema Nilai Rata­Rata 

1. Jika  √1 , tentukan nilai   yang memenuhi TNR pada interval  0,1 ; 

2. Tentukan apakah TNR berlaku untuk fungsi dan interval yang diberikan. Jika ya, 

temukan  semua  kemungkinan  nilai  ,  jika  tidak,  berikan  alasan.  Serta,  buatlah 

grafik dari tiap fungsi pada interval yang diberikan: 

a) g x |x|;   1,2  

b) h x ;  0,2  

c) T θ tan θ ;  0, π  

d) f x x |x|;   2,1  

3. Gunakan TNR untuk membuktikan: 

lim √ 2 √ 0 

4. Gunakan TNR untuk membuktikan: |sin sin | | |  

 

65   

DAFTAR PUSTAKA 

 

Hutahean, E. 1994. Seri Matematika : Fungsi Rill. Bandung: ITB. 

Leithold, L. 1991. Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik. Jakarta: Erlangga. 

Purcell, E.J. et al. 1989. Kalkulus dan Geometri Analitik. Jakarta: Erlangga.