140971543 chikungunya pdf

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Demam Chikungunya Chikungunya adalah penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena penyakit ini (Suharto, 2007). Demam Chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada demam Chikungunya. Serangan demam Chikungunya dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa) sudah sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh nyamuk. Untuk mencegah serangan demam Chikungunya, maka rumah, asrama, hotel, sekolah, pasar, terminal dan tempat-tempat lainnya, harus terbebas dari media berkembang biaknya nyamuk, termasuk 200 meter sekitarnya. Ada gelombang epidemi 20 tahunan. Mungkin terkait perubahan iklim dan cuaca. Antibodi yang timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan virus selanjutnya. Oleh karena itu, perlu waktu panjang bagi penyakit ini untuk merebak kembali (Suharto, 2007). Universitas Sumatera Utara

Upload: pde-semar

Post on 13-Apr-2016

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asa

TRANSCRIPT

Page 1: 140971543 Chikungunya PDF

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Demam Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri

pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang

belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala

lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan

pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah

dan kadang-kadang disertai dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan

adanya kematian karena penyakit ini (Suharto, 2007).

Demam Chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam

berdarah dengue, dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang

penting pada demam Chikungunya. Serangan demam Chikungunya dalam bentuk

KLB (kejadian luar biasa) sudah sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh

nyamuk. Untuk mencegah serangan demam Chikungunya, maka rumah, asrama,

hotel, sekolah, pasar, terminal dan tempat-tempat lainnya, harus terbebas dari media

berkembang biaknya nyamuk, termasuk 200 meter sekitarnya. Ada gelombang

epidemi 20 tahunan. Mungkin terkait perubahan iklim dan cuaca. Antibodi yang

timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan virus

selanjutnya. Oleh karena itu, perlu waktu panjang bagi penyakit ini untuk merebak

kembali (Suharto, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: 140971543 Chikungunya PDF

2.1.1. Etiologi dan Patogenesis

Virus Chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam famili

Togaviridae. Strain Asia merupakan genotipe yang berbeda dengan yang dari Afrika.

Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type, CHIK, CK. Virions

mengandung satu molekul single stranded RNA. Virus dapat menyerang manusia dan

hewan. Virions dibungkus oleh lipid membran; pleomorfik; spherikal; dengan

diameter 70 nm. Pada permukaan envelope didapatkan glycoprotein spikes (terdiri

atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Necleocapsids isometric; dengan

diameter 40 nm (Suharto, 2007).

2.1.2. Gejala Demam Chikungunya

Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2 - 4 hari. Viremia dijumpai

kebanyakan dalam 48 jam pertama dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa

pasien. Menifestasi penyakit berlangsung 3 - 10 hari. Virus ini termasuk self limiting

disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri sendi mungkin masih

tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan (Suharto, 2007).

Gejala demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu

demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot

serta bintik – bintik merah di kulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan

demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan

(syok) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai sendi lutut, pergelangan

kaki serta persendian jari tangan dan kaki.

Gejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung,

sendi yang hebat, mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ ruam kulit. Ruam

Universitas Sumatera Utara

Page 3: 140971543 Chikungunya PDF

kulit berlangsung 2 – 3 hari, demam berlangsung 2 - 5 hari dan akan sembuh dalam

waktu 1 minggu sejak pasien jatuh sakit. Sakit sendi (artralgia atau artritis; sendi

tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien. Keluhan sakit sendi kadang –

kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang (Suharto, 2007).

Kennedy dan Feyt melaporkan terjadinya acute dan chronic arthritis akibat

infeksi Chikungunya. Acute arthritis bila dijumpai terasa sekali dan tidak

tertahankan, dan selanjutnya keluhan nyeri sendi, kaku, dan pembengkakan, dapat

bertahan 4 bulan. Dilaporkan angka 12 % yang mengalami infeksi virus Chikungunya

terjadi keluhan sendi kronis. Untuk itu dicoba pemberian chloroquin phospat. Pernah

dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya

(Suharto, 2007).

2.1.3. Diagnosis Pasti dan Pengobatan

Diagnosis pasti pada penyakit Chikungunya bila terdapat salah satu hal

berikut, yaitu :

1. Pemeriksaan Titer antibodi naik 4 kali lipat

2. Isolasi virus

3. Deteksi virus dengan PCR.

Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Dianjurkan

istirahat untuk mengurangi keluhan akut. Exercise berat dapat mengkambuhkan

gejala sendi. Belum ada obat spesifik untuk membunuh virus penyebab penyakit;

pasien yang merasa sakit Chikungunya dapat minum penghilang sakit (analgetika),

misalnya parasetamol, namun hindari pemakaian aspirin. Pasien perlu istirahat,

minum banyak air, dan memeriksa diri ke dokter (Suharto, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: 140971543 Chikungunya PDF
Page 5: 140971543 Chikungunya PDF

2.1.4. Prognosis

Penyakit ini bersifat self limiting disease, tidak pernah dilaporkan kejadian

kematian. Keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107

kasus infeksi virus Chikungunya, 87,9% sembuh sempurna; 3,7% mengalami

kekakuan sendi atau mild discomfort; 2,8 % mempunyai persisten residual joint

stiffness, tetapi tidak nyeri; dan 5,6 % mempunyai keluhan sendi yang persisten, kaku

dan sering mengalami efusi sendi (Suharto, 2007).

2.2. Nyamuk Penular Demam Chikungunya

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti(Sumber: Depkes RI, 1996/1997)

Vektor penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan

A. africanus. A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam

Chikungunya karena hidup dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga

banyak kontak dengan manusia. A. aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub

tropis (Suharto, 2007).

Nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat - tempat gelap

yang lembab, baik di dalam maupun di dekat rumah. Tempat yang sering dijadikan

sarang untuk bertelur adalah drum, batok kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga,

ember, vas bunga, tangki air tempat penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas

dan botol-botol kosong serta salah satu yang lain adalah talang atap rumah yang

tergenang sisa air hujan (Depkes RI, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Nyamuk A. aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain. Ukuran badan 3-4

mm, berwarna hitam, dengan hiasan bintik – bintik putih di badannya; dan pada

kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan – bulan. Nyamuk

jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang

menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk Aedes diletakkan

induknya menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan

berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa beberapa minggu.

Nyamuk Aedes bila terbang hampir tidak berbunyi, sehingga manusia yang diserang

tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang

sangat cepat. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat > 1

tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air

yang chlorinated (Widoyono, 2008).

Nyamuk A. aegypti merupakan vektor Chikungunya (CHIK) virus

(alphavirus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebahagian

susceptibility. Ternyata susceptibility gene berada di kromosom 3. Vektor

Chikungunya di Asia adalah A. aegypti, A. albopictus. Di Africa A. furcifer dan A.

africanus (Suharto, 2007).

2.3. Bionomik Vektor

Bionomik vektor sangat penting diketahui karena berhubungan dengan

tindakan–tindakan dalam pencegahan dan pemberantasannya yang berhubungan

dengan tempat perindukan, kebiasaan mengigit, tempat istirahat, jarak terbang dan

siklus hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: 140971543 Chikungunya PDF

2.3.1. Tempat Perindukan (Breeding Place)

Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam

dan di luar sekitar rumah. Nyamuk A. aegypti tidak berkembang biak di genangan air

yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk A.

aegypti dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperlakuan sehari-hari seperti drum,

tengki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain- lain.

2. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung,

vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan

lain-lain).

a) Tempat minum hewan piaraan

Tempat minum hewan piaraan yang dimaksud adalah tempat–tempat

minum hewan piaraan yang dimiliki oleh responden yang berada di

lingkungan sekitar rumah baik di dalam rumah maupun di luar rumah,

misalnya: tempat minum burung, tempat minum ayam, dan hewan

piaraan yang lain.

b) Barang – barang bekas

Barang–barang bekas yang dimaksud adalah barang–barang yang sudah

tidak terpakai yang dapat menampung air, yang berada di dalam

maupun di luar rumah responden. Barang – barang tersebut antara lain:

kaleng, ban bekas, botol, pecahan gelas, dll.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: 140971543 Chikungunya PDF

c) Vas bunga

Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang terletak di

dalam rumah responden yang memungkinkan nyamuk A. aegypti

berkembangbiak di dalam vas bunga tersebut.

d) Perangkap semut

Perangkap semut yang dimaksud adalah tempat perangkap semut yang

berisi air yang biasanya diletakkan dibawah kaki meja untuk mencegah

semut–semut naik keatas meja yang berisi makanan yang

dalam rumah responden.

e) Penampungan air dispenser

Penampungan air dispenser yang dimaksud adalah tempat

terletak di

penampungan air yang menyatu dengan dispenser yang terletak dibawah

alat yang digunakan untuk mengalirkan air di dalam wadah/galon

dispenser, letaknya di dalam rumah responden.

f) Pot tanaman air

Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot – pot berisi air yang digunakan

sebagai media tanaman air untuk hidup, yang terletak di dalam maupun di

luar rumah responden.

3. Tempat penampungan air ilmiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung

kelapa, talang penampungan air hujan (Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: 140971543 Chikungunya PDF

2.3.2. Kebiasaan Mengigit (Feeding Habit)

Nyamuk A. aegypti lebih menyukai darah manusia dari pada binatang

(antropofilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh

nyamuk jantan sehingga menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan

biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut satu siklus gonotropik

(Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988).

Nyamuk ini aktif pada siang hari dan mengigit di dalam dan diluar rumah.

Mempunyai dua puncak aktifitas dalam mencari mangsa yaitu mulai pagi hari dan

petang hari yaitu antara pukul 09.00 – 10.00 WIB dan 16.00 - 17.00 WIB.

2.3.3. Tempat Istirahat (Resting Place)

Tempat yang disayangi nyamuk untuk beristirahat selama menunggu bertelur

adalah tempat yang gelap, lembab dan sedikit angin. Nyamuk A. aegypti biasanya

hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian,

kelambu (Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988).

2.3.4. Jarak Terbang (Flight Habit)

Pergerakan nyamuk A. aegypti dari tempat perindukan ke tempat mencari

mangsa dan tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk A. aegypti

betina adalah rata-rata 40-100 meter. Namun secara pasif karena angin dapat terbang

sejauh 2 km (Depkes RI, 1992).

2.4. Siklus Hidup Nyamuk

Siklus hidup nyamuk A. aegypti mengalami metamorfosa sempurna dengan

tahap telur, larva, pupa dan dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: 140971543 Chikungunya PDF

2.4.1. Telur

Nyamuk A. aegypti betina suka bertelur diatas permukaan air pada dinding

vertikal bagian dalam tempat-tempat yang berisi air jernih dan terlindung dari cahaya

matahari langsung. Tempat air yang dipilih adalah tempat air di dalam rumah dan

dekat. Telur A. aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon (Soedarmo, 1988).

Telur diletakkan satu persatu di tempat yang gelap, lembab dan tersembunyi

di dalam rumah dan bangunan, termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil,

maupun dapur. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam di lingkungan

yang hangat dan lembab. Begitu poses emberionasi selesai, telur akan menjalani masa

pengeringan yang lama (lebih dari satu tahun). Telur akan menetas pada waktu yang

sama. Kapasitas telur untuk menjalani masa pengeringan akan membantu

mempertahankan kelangsungan spesies selama kondisi iklim buruk (Suroso, 2003).

2.4.2. Larva

Telur yang tidak menetas karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai

membentuk larva yang dilapisi kista dapat bertahan lebih dari setahun berbentuk oval

dan berwarna putih. Larva A. aegypti menempel di permukaan dinding vartikel

sampai pada waktu menetas (Suroso, 2003).

Perkembangan larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan

kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi yang optimum, waktu yang dibutuhkan

mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan berlangsung

sedikitnya selama 7 hari termasuk dua hari untuk masa menjadi pupa, sedangkan

pada suhu yang rendah membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk

dewasa. Habitat alami larva jarang ditemukan, tetapi dapat ditemukan di lubang

Universitas Sumatera Utara

Page 10: 140971543 Chikungunya PDF

pohon, pangkal daun dan tampurung kelapa. Selain di tempat alami larva dapat juga

ditemukan pada kendi air, kaleng, pot bunga, botol, tempat penampung air terbuat

dari logam dan kayu, ban (Suroso, 2003).

Pada daerah yang panas dan kering, tangki air diatas, tangki penyimpanan air

di tanah dan septic tank bisa menjadi tempat habitat larva yang utama dan pada

wilayah yang persediaan airnya tidak teratur, penghuni menyimpan air untuk

kegunaan rumah tangga sehingga memperbanyak jumlah habitat yang ada untuk larva

(Suroso, 2003).

2.4.3. Pupa

Pupa nyamuk A. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala

dada lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti

tanda baca ”koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat pernapasan

seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna

untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu pada ruas perut

tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah

bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang

permukaan air (Soegeng, 2006).

2.4.4. Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan disepanjang

tahun di semua kota di Indonesia sesaat setelah menjadi dewasa akan kawin dengan

nyamuk betina yang sudah dibuahi dan akan menghisap darah dalam waktu 24-36

jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur

(Depkes RI, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: 140971543 Chikungunya PDF

2.5. Ekologi Vektor

Ekologi vektor adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara

vektor dan lingkungannya. Menurut John Gordon terjangkitnya suatu penyakit

disebabkan oleh lebih dari satu faktor (multiple causal). Faktor – faktor tersebut

adalah agent, pejamu (host), lingkungan (environment) (Soedarmo, 1988).

Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa terjangkitnya suatu insiden

Chikungunya disebabkan oleh faktor – faktor di bawah ini :

2.5.1. Faktor Agent

Adalah penyebab utama untuk terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang

menjadi agent dalam penyebaran penyakit Chikungunya adalah virus chik.

2.5.2. Faktor Pejamu

Adalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit Chikungunya.

Dalam penularan penyakit Chikungunya faktor manusia erat kaitannya dengan

perilaku seperti peran serta dalam kegiatan pemberantasan vektor di masyarakat dan

mobilitas penduduk yang tinggi memudahkan penyebarluasan Chikungunya dari

suatu tempat ke tempat lain.

2.5.3. Faktor Lingkungan

Adalah segala sesuatu yang berada di luar agent dan pejamu antara lain

lingkungan fisik dan lingkungan biologi. Lingkungan biologi yang mempengaruhi

penularan Chikungunya terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman

pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah.

Kelembaban yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: 140971543 Chikungunya PDF

tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk istirahat. Lingkungan fisik yaitu seperti

ketinggian tempat, curah hujan, temperatur dan kelembaban.

2.5.3.1. Variasi Musiman

Pola berjangkit virus Chikungunya tidak jauh beda dengan virus dengue yaitu

dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32°C)

dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk

jangka waktu yang lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak

sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda di setiap

tempat. Pada musim hujan tempat perkembangbiakan A. aegypti yang pada musim

kemarau tidak terisi, mulai terisi air. Telur – telur yang belum sempat menetas pada

waktu singkat akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat –

tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan yang dapat digunakan sebagai

tempat perkembangan nyamuk ini. Karena itu pada musim penghujan popolasi

nyamuk A. aegypti meningkat. Dengan bertambahnya populasi nyamuk merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan virus Chikungunya. Faktor lain

yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Chikungunya sangat

kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana

dan tidak terkendali, tidak adanya kotrol vektor nyamuk yang efektif di daerah

endemis dan peningkatan sarana transportasi (Depkes RI, 2004).

2.5.3.2. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk. Wilayah

dengan ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan nyamuk A.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: 140971543 Chikungunya PDF

aegypti karena ketinggian tersebut suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan

bagi kehidupan nyamuk (Soedarmo, 1988).

2.5.3.3. Curah Hujan

Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan

menambah kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama musim hujan

sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk yang terinfeksi (Suroso, 2003).

2.5.3.4. Temperatur

Virus Chikungunya hampir sama dengan virus dengue yaitu hanya endemik di

daerah tropis dimana suhu memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk. Suhu

optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25°C – 27°C. Pertumbuhan akan terhenti sama

sekali bila suhu kering dari 10º C atau lebih dari 40ºC (Suroso, 2003).

2.6. Keberadaan Jentik

2.6.1. Survei Jentik

Pada Survei Entomologi DBD ada 5 Kegiatan Pokok, yaitu :

pengumpulan data terkait, survei telur, survei jentik atau larva, survei nyamuk,

dan survei lain-lain (Depkes RI, 2002). Yang mengamati perilaku dari berbagai

lingkungan, vektor, cara-cara pemberantasan vektor dan cara-cara menilai hasil

pemberantasan vektor. Survei jentik dapat dilakukan dengan cara :

Universitas Sumatera Utara

Page 14: 140971543 Chikungunya PDF
Page 15: 140971543 Chikungunya PDF

A. Metode Single Larva

Pada setiap kontainer yang ditemukan ada jentik, maka satu ekor jentik

akan diambil dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet panjang

jentik sebagai sampel untuk pemeriksaan spesies jentik dan identifikasi lebih

lanjut jenis jentiknya. Jentik yang diambil ditempatkan dalam botol kecil/vial

bottle dan diberi label sesuai dengan nomor tim survei, nomor lembar formulir

berdasarkan 1 nomor rumah yang di survei dan nomor kontainer dalam

formulir.

B. Metode Visual

Hanya dilihat dan dicatat ada tidaknya jentik didalam kontainer tidak

dilakukan pengambilan dan pemeriksaan spesies jentik. Survei ini dilakukan

pada survei lanjutan untuk memonitor indek-indek jentik atau menilai PSN

yang dilakukan (Depkes RI, 2002).

Tiga indeks yang biasa dipakai untuk memantau tingkat gangguan A.

aegypti, yaitu:

1. House Index (HI) yaitu persentase rumah yang terjangkit larva/ jentik.

HI = Jumlah rumah yang terjangkit

Jumlah rumah yang diperiksax 100

2. Container index (CI) yaitu persentase penampungan air yang terjangkit

larva atau jentik.

CI = Jumlah penampung yang positif x 100Jumlah penampung yang diperiksa

Universitas Sumatera Utara

Page 16: 140971543 Chikungunya PDF

3. Breteau index (BI) yaitu jumlah penampung air yang positif per 100 rumah

yang diperiksa.

BI = Jumlah Penampung yang positif x 100 Jumlah rumah yang diperiksa

2.6.2. Vektor Nyamuk Aedes aegypti

Virus chik ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan

nyamuk aedes dari sub genus stegomyia.Di Indonesia ada 3 jenis nyamuk

aedes yang bisa menularkan virus chik yaitu: A. aegypti, A. albopictus dan A.

scutellaris (Depkes RI, 2002). Dari ketiga jenis nyamuk tersebut A. aegypti

lebih berperan dalam penularan penyakit Chikungunya. Nyamuk ini banyak

ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat perindukanya juga lebih

banyak terdapat di dalam rumah. Keberadaan jentik berhubungan dengan

keberadaan vektor nyamuk A. aegypti juga, oleh karena itu untuk mengetahui

kepadatan populasi nyamuk A. aegypti di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa

survei di rumah yang dipilih secara acak.

Survei nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk umpan

orang di dalam dan di luar rumah, masing – masing selama 20 menit per rumah

dan penangkapan nyamuk biasanya dilakukan dengan menggunakan aspirator.

Indek – indek nyamuk yang di gunakan adalah:

1. Biting /Landing Rate = Jumlah A.aegypti betina yang tertangkap umpan orang Jumlah penangkapan x jumlah jam penangkapan

2. Re sting/ rumah = Jumlah A.aegypti betina pada penangkapan nyamuk hinggap Jumlah rumah yang dilakukan penangkapan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: 140971543 Chikungunya PDF

2.7. Paradigma Kesehatan Lingkungan

Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan komponen

lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit juga dikenal sebagai proses

kejadian penyakit. Proses kejadian satu penyakit dapat pula disebut sebagai

patogenesis penyakit. Tiap penyakit memiliki patogenesis sendiri-sendiri. Dengan

mempelajari patogenesis penyakit, kita dapat menentukan pada titik mana atau di

simpul mana kita bisa melakukan pencegahan. Tanpa memahami patogenesis atau

proses kejadian penyakit, kita tidak dapat melakukan pencegahan (Achmadi, 2008).

Dinamika perubahan-perubahan komponen lingkungan yang memiliki potensi

menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat dapat digambarkan mulai dari

sumber perubahan (munculnya komponen dengan memiliki potensi bahaya tersebut),

dinamika dan kinetika komponen tersebut dalam lingkungan disekitar manusia

(ambient), interaksi manusia proses fisiologis dan patologis, hingga komponen tersebut

tidak lagi menimbulkan bahaya kesehatan masyarakat (Achmadi, 2008).

Adapun Teori Simpul dari timbulnya demam Chikungunya tersebut sebagai

berikut :

PenderitaDemamChikungunya

Vektor yaitunyamukA.aegypti

Adanya virusChik dalamdarah penderita.

Sakit / sehat

Variabel lain yang berpengaruh

Gambar 2. Diagram Skematik Patogenesis Penyakit

Universitas Sumatera Utara

Dengan mengacu pada gambaran skematik tersebut di atas, maka patogenesis

dapat diuraikan ke dalam 4 simpul yakni :

a. Simpul 1, kita sebut sebagai sumber penyakit. Dan dalam hal ini sumber penyakit

yaitu orang yang menderita demam Chikungunya.

b. Simpul 2, yaitu komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit

yang dapat memindahkan agent penyakit. Dalam hal ini yang memindahkan agent

yaitu nyamuk A. Aegypti sebagai vektor penular.

c. Simpul 3, penduduk yang dalam darahnya terdapat virus Chik karena telah tertular

dari orang lain melalui vektor yaitu nyamuk.

d. Simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami

interaksi dengan komponen lingkungan tersebut yang telah mengandung agent

penyakit (Achmadi, 2008).

2.8. Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Chikungunya

Pemberantasan nyamuk demam Chikungunya seperti penyakit menular

lainnya, didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Beberapa cara untuk

memutuskan rantai penularan penyakit demam Chikungunya yaitu:

a. Melenyapkan virus dengan cara mengobati semua penderita dengan obat anti virus.

b. Solusi penderita agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain

c. Mencegah gigitan nyamuk/vektor.

d. Immunisasi terhadap orang sehat.

e. Membasmi/ memberantas sarang nyamuk.

Cara yang biasa dipakai adalah memberantas sumber nyamuk, penyehatan

lingkungan ataupun chemical control. Penyehatan lingkungan merupakan cara terbaik.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: 140971543 Chikungunya PDF

Untuk mencapai tujuan ini di perlukan usaha yang terus - menerus secara

berkesinambungan. Hasil yang diharapkan memang tidak tampak dengan segera.

a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan

(fogging) dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk yang

hinggap di benda-benda tergantung karena itu tidak dilakukan penyemprotan di

dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular penyakit demam

Chikungunya (Depkes RI, 2002).

Insektisida yang digunakan adalah insektisida golongan organophospat

misalnya malathion dan feritrothion, pyrectic syntetic misalnya lamda sihalotrin dan

parmietrin, dan karbamat. Alat yang digunakan untuk menyemprot ialah mesin fog

atau mesin ultra low volume(ULV), karena penyemprotan dilakukan dengan cara

pengasapan, maka tidak mempunyai efek residu (Suroso, 2003).

Penyemprotan insektisida dilakukan interval 1 minggu untuk membatasi

penularan virus Chikungunya. Penyemprotan siklus pertama semua nyamuk

mengandung virus Chikungunya (nyamuk inaktif) dan nyamuk-nyamuk lainnya akan

mati. Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi penularan

akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentik agar populasi

nyamuk dapat ditekan serendah-rendahnya (Suroso, 2003).

b. Pemberantasan Larva (Jentik)

Pemberantasan

Pemberantasan

biologi dan fisik.

terhadap jentik A. Aegypti dikenal dengan istilah

Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan tiga cara yaitu kimia,

Universitas Sumatera Utara

Page 19: 140971543 Chikungunya PDF

1. Cara kimia

Cara pemberantasan jentik A. Aegypti secara kimia dengan menggunakan

insektisida pembasmi jentik (larva) atau dikenal dengan abatisasi. Larvasida yang

biasanya digunakan adalah temephos. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10

gram (lebih kurang atau satu sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Bentuk fisik

temephos yang digunakan ialah granula (sand granula). Abatisasi dengan temephos ini

mempunyai efek residu tiga bulan (Depkes RI, 2004 dan Soedarmo, 1988).

2. Cara Biologi

Pemberantasan cara biologi dengan memanfaatkan predator alami seperti

memelihara ikan pemakan jentik misalnya ikan kepala timah, ikan gufi, ikan nila

merah dan ikan lega. Selain itu dapat pula dengan golongan serangga yang dapat

mengendalikan pertumbuhan larva (Depkes RI, 2004).

3. Cara Fisik

Pemberantasan cara fisik melalui kegiatan 3 M + 1 T yaitu mengubur atau

memusnahkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat terisinya air hujan,

menguras tempat penampungan air minimal 1 kali seminggu, menutup tempat

penampungan air, dan menelungkupkan barang – barang yang dapat menjadi tempat

perindukan nyamuk A. aegypti (Depkes RI, 2004).

Keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk hanya dapat diperoleh dengan

peran serta masyarakat untuk melaksanakannya. Oleh karena itu dilakukan usaha

penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara kontinu dalam waktu lama, sebab

keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat (Depkes RI,

1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: 140971543 Chikungunya PDF

2.8.1. Jenis Kegiatan Pemberantasan Nyamuk

Jenis kegiatan pemberantasan nyamuk penular demam Chikungunya meliputi:

1. Penyemprotan massal

Desa/kelurahan rawan dapat merupakan sumber penyebarluasan penyakit ke

wilayah lain. Kejadian luar biasa/wabah demam Chikungunya sering kali dimulai dari

peningkatan jumlah kasus demam Chikungunya di wilayah lain. Biasanya di

desa/kelurahan ini, pada tahun-tahun berikutnya akan terjadi kasus demam

Chikungunya. Oleh karena itu penularan penyakit di wilayah ini deperlukan segera

dibatasi dengan penyemprotan insektisida dan diikuti PSN oleh masyarakat untuk

membasmi jentik-jentik penular demam Chikungunya. Penyemprotan ini dilaksanakan

sebelum musim penularan penyakit demam Chikungunya di desa rawan agar sebelum

terjadi puncak penularan virus Chikungunya, populasi nyamuk penular dapat ditekan

serendah-rendahnya sehingga KLB dapat dicegah (Depkes RI, 2004).

2. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

Pemantauan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan

tempat perkembangbiakan nyamuk A. aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk

yang dilakukan di rumah dan di tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap

3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam

Chikungunya.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: 140971543 Chikungunya PDF
Page 22: 140971543 Chikungunya PDF

3. Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pencegahan yang dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan di tempat tempat

umum dengan melaksanakan PSN meliputi:

a. Menguras tempat penampungan air sekurang kurangnya seminggu sekali atau

menutupnya rapat-rapat.

b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air.

c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi).

d. Memelihara ikan dan cara-cara lain untuk membasmi jentik (Soedarmo, 1988).

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan latar belakang maka peneliti membuat suatu

kerangka konsep penelitian seperti gambar di bawah ini.

Karakteristik PendudukUmurJenis KelaminPendidikanPekerjaan

Faktor Lingkungan Fisik a.Pencahayaan

b.

c.

d.

e.

f.

Kelembaban

Suhu

Tempat perindukan nyamuk

Tempat istirahat nyamuk

Keberadaan jentik

Angka Kejadian Chikungunya

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut :

2.10.1. Hipotesis Mayor

Ho : Ada hubungan antara karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan) dan faktor lingkungan fisik (pencahayaan, kelembaban, suhu, tempat

perindukan nyamuk, tempat istirahat nyamuk, keberadaan jentik) dengan angka

kejadian demam Chikungunya di desa Tanah Raja Kec. Sei Rampah Kab.

Serdang Bedagai tahun 2009.

Ha : Tidak ada hubungan antara karakteristik responden (umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan) dan faktor lingkungan fisik (pencahayaan, kelembaban,

suhu, tempat perindukan nyamuk, tempat istirahat nyamuk, keberadaan jentik)

dengan angka kejadian demam Chikungunya di desa Tanah Raja Kec. Sei

Rampah Kab. Serdang Bedagai tahun 2009.

2.10.2. Hipotesis Minor

2.10.2.1. Ada hubungan antara karakteristik responden (umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan) dengan angka kejadian demam Chikungunya di desa

Tanah Raja Kec. Sei Rampah tahun 2009.

2.10.2.2. Ada hubungan antara pencahayaan dengan angka kejadian demam

Chikungunya di desa Tanah Raja Kec. Sei Rampah tahun 2009.

2.10.2.3. Ada hubungan antara kelembaban dengan angka kejadian demam

Chikungunya di desa Tanah Raja Kec. Sei Rampah tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: 140971543 Chikungunya PDF

2.10.2.4. Ada hubungan antara suhu dengan angka kejadian demam Chikungunya di

desa Tanah Raja Kec. Sei Rampah tahun 2009.

2.10.2.5. Ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan angka kejadian

demam Chikungunya di desa Tanah Raja Kec. Sei Rampah tahun 2009.

2.10.2.6. Ada hubungan antara tempat istirahat nyamuk dengan angka kejadian demam

Chikungunya di desa Tanah Raja Kec. Sei Rampah tahun 2009.

2.10.2.7. Ada hubungan antara keberadaan jentik dengan angka kejadian demam

Chikungunya di desa Tanah Raja Kec. Sei Rampah tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara