bioembriohistologi.files.wordpress.com  · web viewlaporan praktikum laboratorium biologi dasar...

52
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM BIOLOGI DASAR – EMBRIOLOGI - HISTOLOGI DISUSUN OLEH: KELOMPOK 12 NAMA Dara Meilin (1302101010115) Fauzan Harun (1302101010016) Hidayatullah Dwianta (1302101010006) Ibrahim Soleh Hrp (1302101010224) Lia Permata Sari (1302101010205) Raihatul Jannah (1302101010 Raja Rachmarenca (1302101010 Rina Ismaya (1302101010145) Suryani Harahap ( 1302101010225 ) LABORATORIUM BIOLOGI DASAR – EMBRIOLOGI - HISTOLOGI 1

Upload: votruc

Post on 17-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR –

EMBRIOLOGI - HISTOLOGI

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 12

NAMA Dara Meilin (1302101010115)

Fauzan Harun (1302101010016)

Hidayatullah Dwianta (1302101010006)

Ibrahim Soleh Hrp (1302101010224)

Lia Permata Sari (1302101010205)

Raihatul Jannah (1302101010

Raja Rachmarenca (1302101010

Rina Ismaya (1302101010145)

Suryani Harahap ( 1302101010225 )

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR – EMBRIOLOGI - HISTOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2013

1

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah s.w.t. yang telah memberikan

karunia, nikmat kesehatan, kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum

ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula salawat beriringkan salam penulis hadiahkan kepada

junjungan kita nabi besar Muhammad s.a.w yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah

menuju ke zaman yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita

rasakan pada saat ini. Yang pertama sekali penulis berterima kasih kepada para dosen yang

mengajar biologi dasar di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Tak lupa pula

penulis berterima kasih kepada para asisten Laboratorium Biologi yang telah bersusah payah

menuntun serta mengajari kami selama melakukan praktikum. Tujuan dari penulisan Laporan

Praktikum Biologi ini agar pembaca dapat memahami struktur sel, sifat fisik sel, fotosintesis dan

respirasi. Penulis menghaturkan maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan

laporan praktikum ini, karena penulis hanyalah mahasiswa yang masih dalam proses

pembelajaran.

Darussalam, 16 Oktober 2013

Penulis

2

DAFTAR ISIJudul................................................................................................................i

Kata pengantar ............................................................................................... ii

Daftar isi......................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang.........................................................................................4

1.2 Tujuan......................................................................................................4

Bab II Dasar teori

2.1 Sengamatan Struktur Sel..........................................................................3

2.1.1 Sel Tumbuhan..............................................................................4

2.1.2 Sel Hewan....................................................................................6

2.2 Pengamatan Sel Batu Hidup dan Sel batu Mati.......................................9

Bab III Metodologi Pengamatan Struktur Sel

3.1 Sel Tumbuhan...........................................................................................11

3.2 Sel Hewan.................................................................................................11

3.3 Sel Batu Hidup.........................................................................................12

3.4 Sel Batu Mati,...........................................................................................13

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Pengamatan Struktur Sel.

4.1.1 Sel Tumbuhan..............................................................................14

4.1.2 Sel Hewan....................................................................................14

4.1.3 Sel Batu Hidup.............................................................................15

4.1.4 Sel Batu Mati...............................................................................15

Bab V I Kesimpilan

4.1 Kesimpulan...............................................................................................16

Daftar Pustaka……………………………………………………………....17

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dari pengertian tentang sel, Anda sudah mendapatkan sedikit gambaran yang jelas

tentang sel. Walaupun sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup, tetapi sel masih

memiliki bagian-bagian lebih kecil lagi yang menyusunnya. Di situlah terjadinya segala aktivitas

di dalam sel. Bagian sel tersebut dinamakan organela. Jenis organela-organela tersebut

bermacam-macam dan masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda. Sel

berukuran sangat kecil, yaitu berkisar antara 5-15 mikron, sehingga untuk melihatnya harus

menggunakan alat bantu yang disebut mikroskop. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas

tentang struktur sel.

Sel merupakan bagian penting penyusunan mahluk hidup.Setiap mahluk hidup tersusun oleh

sel-sel yang bentuk dan jumlahnya beraneka ragam. Sel-sel tersebut seperti halnya mahluk hidup

juga mempunyai bagian-bagian yang menunjukan kehidupan.pengetahuan tentang mahluk hidup

haruslah memadai agar dapat memanfaatkan dan menggunakan mahluk hidup dengan

baik.pengetahuan dasar tentang mahluk hidup adalah dimulai dengan mengenal sel terlebih

dahulu.kita harus membedakan sel mati dan sel hidup,serta dapat menjelaskan strukturnya

masing-masing..

1.2 TUJUAN

Tujuan dari pengamatan struktur sel yaitu agar mahasiswa dapat mengidentifikasi bagian

dari sel tumbuhan, sel hewan, sel batu hidup, sel batu mati serta dapat membedakannya satu

sama lain..

4

BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGAMATAN STRUKTUR SEL

2.1.1 SEL TUMBUHAN

Sel merupakan unit terkecil penyusun tubuh makhluk hidup. Walaupun sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup, tetapi sel masih memiliki bagian-bagian lebih kecil lagi yang menyusunnya. Di situlah terjadinya segala aktivitas di dalam sel. Bagian sel tersebut dinamakan organela. Jenis organela-organela tersebut bermacam-macam dan masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda. Sel berukuran sangat kecil, yaitu berkisar antara 5-15 mikron, sehingga untuk melihatnya harus menggunakan alat bantu yang disebut mikroskop. Sel terdapat pada tumbuhan maupun hewan. Hanya saja organelanya ada yang berbeda. Bagian dari sel tumbuhan terdiri dari :1. Dinding

Dinding sel berfungsi antara lain untuk melindungi protoplas, sebagai penguat tanaman dan

mencegah terjadinya dehidrasi. Komponen utama penyusun dinding sel adalah polisakarida.

Dinding sel tumbuhan muda masih terlihat tipis yang terdiri atas selaput zat pektin. Setelah sel

tumbuhan bertambah tua, maka dinding sel akan menebal dan zat pembentuknya adalah selulosa.

Dinding sel bagian dalam berhubungan langsung dengan membran plasma. Membran ini bisa

terlihat apabila sel berada di dalam larutan yang lebih pekat daripada larutan dalam sel, sehingga

membran plasma akan lepas. (Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

2. Sitoplasma

Sitoplasma merupakan suatu cairan sel dan segala sesuatu yang larut di dalamnya, kecuali

nukleus (inti sel) dan organela. Sitoplasma yang berada di dalam inti sel disebut nukleoplasma.

Sitoplasma bersifat koloid kompleks, yaitu tidak padat dan tidak cair. Sifat koloid sitoplasma ini

dapat berubahubah tergantung kandungan air. Jika konsentrasi air tinggi maka koloid akan

bersifat encer yang disebut dengan sol, sedangkan jika konsentrasi air rendah maka koloid

bersifat padat lembek yang disebut dengan gel. Sitoplasma tersusun atas air yang di dalamnya 5

terlarut molekul-molekul kecil (mikromolekul) dan molekul-molekul besar (makromolekul), ion-

ion dan bahan hidup (organela) ukuran partikel terlarut yaitu 0,001 – 1 mikron, dan bersifat

transparan. Bagian yang merupakan lingkungan dalam sel adalah matrik sitoplasma. Tiap-tiap

organela mempunyai struktur dan fungsi khusus. (Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

3. Inti Sel (Nukleus)

Nukleus merupakan organ terbesar sel, dengan ukuran diameter antara 10-20 nm. Nukleus

memiliki bentuk bulat atau lonjong. Hampir semua sel memiliki nukleus, karena nukleus ini

berperan penting dalam aktivitas sel, terutama dalam melakukan sintesis protein. Namun ada

beberapa sel yang tidak memiliki nukleus antara lain sel eritrosit dan sel trombosit. Pada kedua

sel ini aktivitas metabolism terbatas dan tidak dapat melakukan pembelahan. Biasanya sebuah sel

hanya memiliki satu nukleus saja, yang terletak ditengah. Namun ada sel-sel yang memiliki inti

lebih dari satu yaitu pada sel parenkim hati dan sel otot jantung, yang memiliki dua buah

nukleus. Adapun pada sel otot rangka terdapat banyak nukleus. Komposisi nukleus terdiri atas

membran nukleus, matriks, dan anak inti. (Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

2.1.2SEL HEWANStruktur sel hewan terdiri dari :

1. Membran Sel

Membran sel berupa selaput tipis, disebut juga plasmalema. Tebal

membran antara 5-10 nm (1nm = m). Apabila diamati dengan

mikroskop cahaya tidak terlihat jelas, tetapi keberadaannya dapat dibuktikan

pada waktu sel mengalami plasmolisis. S. Singer dan E.Nicolson (1972) menyampaikan teori

tentang membrane sel. Teori ini disebut teori membran mozaik cair, yang menjelaskan bahwa

membran sel terdiri atas protein yang tersusun seperti mozaik (tersebar) dan masing-masing

tersisip di antara dua lapis fosfolipid. Membran sel merupakan bagian terluar sel dan tersusun

secara berlapislapis. Bahan penyusun membran sel yaitu lipoprotein yang merupakan

gabungan antara lemak dan protein. Membran sel mengandung kira-kira 50% lipid dan 50%

protein. Lipid yang menyusun membran sel terdiri atas fosfolipid dan sterol. Fosfolipid

6

memiliki bentuk tidak simetris dan berukuran panjang. Salah satu ujung fosfolipid bersifat

mudah larut dalam air (hidrofilik), yang disebut dengan ujung polar. Bagian sterol bersifat tidak

larut dalam air (hidrofobik) yang disebut dengan ujung nonpolar. Fosfolipid tersusun atas dua

lapis. Dalam hal ini protein dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.

a. Protein Ekstrinsik (perifer)

Protein ini letaknya tersembul di antara dua lapis fosfolipid. Protein ekstrinsik bergabung

dengan permukaan luar membran dan bersifat hidrofilik yaitu mudah larut dalam air.

bProtein Intrinsik (Integral)

Protein ini letaknya tenggelam di antara dua lapis fosfolipid. Protein

intrinsik bergabung dengan membran dalam dan bersifat hidrofobik yaitu tidak mudah larut

dalam air. Penyusun membran sel yang berupa karbohidrat berikatan dengan molekul protein

yang bersifat hidrofilik sehingga disebut dengan glikoprotein. Adapun karbohidrat yang

berikatan dengan lipid yang bersifat hirofilik disebut dengan glikopolid. Sifat dari membran sel

ini adalah selektif permiabel artinya adalah dapat dilalui oleh air dan zat-zat tertentu yang terlarut

di dalamnya. Membransel memiliki fungsi antara lain:

a. sebagai pelindung sel,

b. mengendalikan pertukaran zat, dan

c. tempat terjadinya reaksi kimia.

Untuk menunjang fungsinya ini, membran sel memiliki kemampuan untuk mengenali zat.

Zat yang dibutuhkan akan diizinkan masuk, sedangkan zat yang sudah tidak digunakan berupa

sampah akan dibuang. Ada juga zat tertentu yang dikeluarkan untuk diekspor ke sel lain.

Masuknya zat dari luar melalui membran sel yaitu melalui peristiwa transpor pasif dan transport

aktif. (Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

1. Sitoplasma

Sitoplasma merupakan suatu cairan sel dan segala sesuatu yang larut di dalamnya, kecuali

nukleus (inti sel) dan organela. Sitoplasma yang berada di dalam inti sel disebut nukleoplasma.

Sitoplasma bersifat koloid kompleks, yaitu tidak padat dan tidak cair. Sifat koloid sitoplasma ini

dapat berubahubah tergantung kandungan air. Jika konsentrasi air tinggi maka koloid akan

bersifat encer yang disebut dengan sol, sedangkan jika konsentrasi air rendah maka koloid

7

bersifat padat lembek yang disebut dengan gel. Sitoplasma tersusun atas air yang di dalamnya

terlarut molekul-molekul kecil (mikromolekul) dan molekul-molekul besar (makromolekul), ion-

ion dan bahan hidup (organela) ukuran partikel terlarut yaitu 0,001 – 1 mikron, dan bersifat

transparan. Bagian yang merupakan lingkungan dalam sel adalah matrik sitoplasma. (Endang Sri

Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

2. Inti Sel (Nukleus)

Nukleus merupakan organ terbesar sel, dengan ukuran diameter antara 10-20 nm. Nukleus

memiliki bentuk bulat atau lonjong. Hampir semua sel memiliki nukleus, karena nukleus ini

berperan penting dalam aktivitas sel, terutama dalam melakukan sintesis protein. Namun ada

beberapa sel yang tidak memiliki nukleus antara lain sel eritrosit dan sel trombosit. Pada kedua

sel ini aktivitas metabolism terbatas dan tidak dapat melakukan pembelahan. Biasanya sebuah sel

hanya memiliki satu nukleus saja, yang terletak ditengah. Namun ada sel-sel yang memiliki inti

lebih dari satu yaitu pada sel parenkim hati dan sel otot jantung, yang memiliki dua buah

nukleus. Adapun pada sel otot rangka terdapat banyak nukleus. Komposisi nukleus terdiri atas

membran nukleus, matriks, dan anak inti.

a. Membran Nukleus (Karioteka)

Susunan molekul membran ini sama dengan susunan molekul membrane sel, yaitu berupa

lipoprotein. Membran inti juga dilengkapi dengan poripori yang dapat memungkinkan hubungan

antara nukleoplasma dan sitoplasma. Pori-pori ini berperan dalam memindahkan materi antara

inti sel dan sitoplasmanya. Membran inti hanya bisa dilihat dengan jelas dengan menggunakan

mikroskop elektron. Membran inti terdiri atas dua selaput yaitu selaput luar dan selaput dalam.

Selaput luar mengandung ribosom pada sisi yang menghadap sitoplasma dan sering kali

berhubungan dengan membrane retikulum endoplasma.

b. Matriks (Nukleoplasma)

Nukleoplasma terdiri atas cairan inti yang tersusun dari zat protein inti

yang disebut dengan nukleoprotein.

8

c. Anak Inti (Nukleolus)

Di dalam nukleolus banyak terkandung kromosom, yaitu benang-benang

halus DNA. Kromosom tersebut berfungsi untuk:

1) menentukan ciri-ciri yang dimilikisel;

2) mengatur bentuk sel;

3) menentukan generasi selanjutnya.

DNA tersusun dalam kromosom yang terdapat pada nukleoplasma, sedangkan tempat sintesis

RNA terjadi pada nukleolus. (Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

2.2PENGAMATAN SEL BATU HIDUP DAN SEL BATU MATI

Jaringan sklerenkim merupakan jaringanpenunjang (mekanik) yang hanya terdapat

pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan atau organ

tumbuhan yang telah tetap. Sklerenkim berfungsi untuk menghadapi segala tekanan

sehingga dapat melindungi jaringan-jaringan yang lebih lemah. Sklerenkim tidak mengandung

protoplas, sehingga sel-selnya telah mati. Dinding selnya tebal karena berlangsung penebalan

sekunder sebelumnya yang terdiri atas zat lignin. Jaringan sklerenkim dibedakan menjadi dua

a. Serat-Serat Sklerenkim (Fibers)

Serat-serat sklerenkim terdiri atas sel-sel yang berukuran panjang ± 2 mm dan samping yang

ujungnya runcing. Serat-serat sklerenkim merupakan sel-sel yang sudah mati. Dinding selnya

mengalami penebalan dari zat kayu dan mengandung lamela-lamela selulosa sehingga lumen

selnya sempit. Serat ini berbentuk poligon, yaitu segi lima atau segi enam. Noktah-noktahnya

sempit yang berbentuk bagai saluran-saluran sempit miring. Serat-serat sklerenkim pada

tumbuh-tumbuhan terbentuk bersamaan dengan saat-saat terhentinya pertumbuhan organ-organ

pada tumbuhan. Serat-serat sklerenkim terdapat dalam bentuk untaian yang terpisahpisah

atau dalam bentuk lingkaran di dalam korteks dan floem, dalam kelompok-kelompok yang

tersebar dalam xilem dan floem. Pada Gramineae, serat-serat sklerenkim tersusun dalam suatu

sistem berbentuk lingkaran berlekuk-lekuk yang dihubungkan dengan epidermis.. Ada dua

macam jenis serat sklerenkim, yaitu sebagai berikut.

9

(1) Serat di Luar Xilem (Ekstraxilari)

Serat ekstraxilari ada yang berlignin dan ada pula yang tidak. Serat ini dapat digunakan untuk

membuat tali, karung goni, dan bahan dasar tekstil untuk pakaian.

(2) Serat Xilem (Xilari)

Jenis serat ini merupakan komponen utama kayu karena dindingnya mengandung lignin yang

menyebabkan dindingnya keras dan kaku. (Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

b. Sklereid terdapat pada bagian tumbuhan, antara lain di dalam korteks, floem, buah, dan

biji. Dinding sklereid tersusun atas selulosa yang mengandung zat lignin yang tebal dan keras. Pada beberapa tumbuhan, kadang-kadang ditemukan pula zat suberin dan kutin. Sel-selnya mempunyai noktah yang sempit dan celahnya bundar, membentuk saluran yang disebut saluran noktah. Lumen sel sangat sempit karena adanya penebalan-penebalan dinding sel. (Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

10

BAB III

METODOLOGI PENGAMATAN

STRUKTUR SEL

3.1 SEL TUMBUHAN

Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengamatan sel tumbuhan adalah:

Mikroskop biologi

Kaca benda dan kaca penutup

Pinset

Pisau silet tajam

Lugol

Umbi bawang merah ( Allium cepa )

Cara Kerja

Umbi bawang merah dipotong, lapisan epidermis dalamnya diambil dengan

pinset.

Diletakkan pada kaca benda

Ditetesi dengan sedikit Lugol lalu ditutup dengan kaca penutup.

Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10x dan 40x.

3.2 SEL HEWAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan sel hewan adalah:

Mikroskop biologi

Kaca benda dan kaca penutup

Tusuk gigi

Mukosa pipi

Methylen Blue

11

Cara Kerja

Diteteskan sedikit Methylen Blue pada kaca benda.

Dikorek sedikit mukosa pipi dari mulut bagian dalam dengan menggunakan

tusuk gigi.

Diaduk ujung tusuk gigi yang berisi epitel tersebut pada Methylen Blue (jika

Methylen Blue terlalu pekat dapat ditambahkan air).

Ditutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop dengan

pembesaran objektif 10x dan 40x.

3.3 SEL BATU HIDUP

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan sel batu hidup adalah:

Mikroskop biologi

Kaca benda dan kaca penutup

Pisau silet tajam

Biji asam jawa ( Tamarindus indica )

Aquadest

Cara Kerja

Biji asam jawa dibelah dan dibersihkan kulit luarnyasampai terlihat warna

putihnya.

Bagian putih biji asam jawa tersebut disayat setipis mungkin secara melintang.

Diletakkan diatas kaca benda yang telah ditetesi aquadest.

Ditutup dengan kaca penutup dan amati dibawah mikroskop dengan

pembesaran objektif 10x dan 40x.

12

3.5 SEL BATU MATI

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan sel batu mati adalah:

Mikroskop biologi

Kaca benda dan kaca penutup

Pisau silet tajam

Tempurung kelapa ( Cocos nucifera )

Aquadest

Cara kerja

Bagian dalam tempurung kelapa dikerok atau disayat.

Diletakkan diatas kaca benda yang telah ditetesi aquadest.

Ditutup dengan kaca penutup dan amati dibawah mikroskop dengan

pembesaran objektif 10x dan 40x.

13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PENGAMATAN STRUKTUR SEL

4.1.1 SEL TUMBUHAN

Pada saat mengamati sel tumbuhan,sampel yang dipakai adalah epidermis dalam dari

umbi bawang merah (Allium cepa) dan reagen yang digunakan adalah Lugol agar inti selnya

dapat terlihat dengan jelas. Sedangkan jika menggunakan aquadest sebagai reagennya maka tidak

akan terlihat dengan jelas inti sel pada tumbuhan. Hasil yang diperoleh setelah melakukan

pengamatan yaitu, bagian dari sel tumbuhan terdiri dari :

1. Dinding sel yang terbuat dari selulosa. Berfungsi mempertahankan bentuk sel dan

memperkokoh sel.

2. Sitoplasma merupakan cairan yang mengelilingi organela yang terdapat didalam sel.

Salah salah fungsi sitoplasma yaitu, tempat berlangsungnya kegiatan pembongkaran

dan penyusunan zat-zat melalui reaksi kimia.

3. Nukleus ( inti sel ), berfungsi sebagai pengatur seluruh kegiatan sel. Didalam nukleus

ini terdapat asam nukleat (DNA) yang berperan dalam pewarisan sifat.

4.1.2 SEL HEWAN

Pasa saat mengamati sel hewan, reagen yang digunakan adalah Methylen Blue. Sehingga

inti sel pada hewan yang diamati tersebut terlihat dengan jelas. Untuk mempermudah mengamati

sel hewan, sampel yang digunakan adalah mukosa pipi. Hasil yang dipeloreh setelah melakukan

pengamatan yaitu, bagian dari sel hewan terdiri dari :

1. Membran plasma merupakan bagian terluar dari sel. Berfungsi sebagai mengatur

keluar masuknya molekul-molekul membran plasma bersifat semipermeabel, artinya

ada zat-zat tertentu yang dapat melewati membrane dan ada pula yang tidak. Pada

14

hewan tidak terdapat dinding sel sehingga bentuk sel hewan berubah-ubah. Inilah

yang merupakan salah satu pembeda antara sel hewan dan sel tumbuhan.

2. Sitoplasma pada hewan sama juga dengan tumbuhan yatu cairan yang mengelilingi

organela yang terdapat didalam sel.Fungsinya juga sama yaitu tempat berlangsungnya

kegiatan pembongkaran dan penyusunan zat-zat melalui reaksi kimia.

3. Nukleus (inti sel), berfungsi sebagai pengatur seluruh kegiatan sel. Didalam intisel

terdapat DNA yang berperan dalam pewarisan sifat.

4.1.3 SEL BATU HIDUP

Pada pengamatan ini, reagen yang digunakan adalah aquadest karena yang diamati bukan

nukleusnya melainkan bagian dari sel batu hidup tersebut sedangkan sampel yang digunakan

untu k mengamati selbatu hidup adalah biji asam jawa (tamarindus indica). Adapun hasil yang

diperoleh setelah melakukan pengamatan bahwa sel batu hidup terdiri dari :

1. Lamela luar

2. Plasmodesmata

3. Penebalan dinding sel

4. Noktah yang merupakan bakal kecambah. Inilah yang membedakan antara sel batu

hidup dan sel batu mati. Padas el batu mati tidak terdapat noktah. Terdapat diantara

dua sel yang berhimpit.

4.1.4 SEL BATU MATI

Dalam melakukan pengamatan sel batu mati sampel yang diamati adalah tempurung

kelapa (Cocos nucifera) dan reagen yang digunakan yaitu aquadest. Hasil yang diperoleh setelah

melakukan pengamatan bahwa bagian-bagian dari sel batu mati terdiri dari

1. Lamela luar

2. Lamela dala

3. Lamela tengah, terdapat diantara dua sel yang berhimpit. Pada sel batu hidup disebut

dengan noktah.

4. Plasmodesmata

15

BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu pada pengamatan struktur sel, perbedaan

antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah dinding selnya. Tumbuhan memiliki diding sel

sedangkan hewan tidak memiliki dinding sel melainkan hanya membran plasma. Kemudian

perbedaan antara sel batu hidup dengan sel batu mati adalah noktah yang akan menjadi bakal

kecambah. Noktah dimiliki oleh sel batu hidup sedangkan sel batu mati tidak memiliki noktah.

16

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, muslim. dkk. 2013. Biologi Hewan. Banda Aceh: Laboratorium Histologi

Campbell, Neil. A,dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima-Jilid 1. Jakarta : Erlangga

17

DAFTAR ISIJudul

Daftar isi.........................................................................................................

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang..........................................................................................19

1.2 Tujuan.......................................................................................................19

Bab II Dasar teori

2.1 Sengamatan Sifat Fisik Sel

2.1.1 Difusu...........................................................................................20

2.1.2 Osmosi.........................................................................................20

2.1.3 Tekanan turgor.............................................................................21

2.1.4 Plasmolisis...................................................................................21

Bab III Metodologi Pengamatan Sifat Fisik Sel

3.1 Sengamatan Sifat Fisik Sel.

3.1.1 Difusu...........................................................................................22

3.1.2 Osmosi.........................................................................................22

3.1.3 Tekanan turgor.............................................................................23

3.1.4 Plasmolisis...................................................................................24

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Difusu.......................................................................................................25

4.2 Osmosi......................................................................................................25

4.3 Tekanan turgor.........................................................................................26

4.4 Plasmolisis...............................................................................................26

Bab V I Kesimpilan dan Saran

4.1 Kesimpulan……………………………………………...……………….26

4.2 Saran…………………………………………………...………………...26

18

Daftar pustaka…………………………………………………..…………..27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Difusi terjadi atas respon terhadap perbedaan kosentrasi. Kosentrasi adalah sejumlah zat atau

partikel per unit volum. Suatu perbedaan dapat terjadi, apabila terjadi perbedaan kosentrasi dari

suatu keadaan ke keadaan lain.

Sel terdiri atas dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada di dalamnya. Selain itu pada sel

terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membrane plasma yang merupakan membrane dwilapis

yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan

sebaliknya.

1.2 TUJUANPada pengamatan sifat fisik sel bertujuan agar mahasiswa dapat memahami dan

membedakan proses difusi, osmosis, tekanan turgor serta plasmolisis. Dan yang terakhir adalah

tujuan dari pengamatan fotosintesis dan respirasi yaitu agar mahasiswa dapat membuktikan

bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen sedangkan respirasi membutuhkan oksigen dan

mengeluarkan karbon dioksida.

19

BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGAMATAN SIFAT FISIK SEL

2.1.1 DIFUSI

Semua zat dan limbah yang akan keluar masuk sel akan melewati membran sel.

Kemampuan tiap zat yang larut untuk melewati membran sel tidak sama. Sifat membran ada

tiga,yaitu:

Permeabel : dapat dilewati semua zat

Impermeabel : tidak dapat dilewati semua zat

Permeabel diferensial : hanya dapat dilalui zat tertentu

(Nuraini Latif, 2009).

Suatu substansi akan berdifusi dari tempat yang kosentrasi tinggi ke tempat yang

kosentrasinya lebih rendah. Dengan kata lain, setiap substansi berdifusi menuruni gradient

kosentrasinya, difusi merupakan proses spontan karena difusi itu menurunkan energi bebas.

Difusi zat terlarut dalam air meningkatkan entropi dengan menghasilkan campuran yang lebih

acak daripada ketika terdapat konsentrasi zat terlarut yang terlokalisir (Campbell, 2002).

2.1.2 OsmosisUntuk memahami tentang osmosis, perhatikan Gambar 1.16! Gambar 1.16 menunjukkan

proses osmosis. Air akan berpindah dari A menuju B melalui membran semi permeabel sehingga

diperoleh hasil larutan isotonis, yaitu konsentrasi air sama untuk dua larutan antara A dan B,

walaupun hasil akhirnya nanti volume antara A dan B berbeda. Setelah terjadi osmosis, maka

gambar prosesnya menjadi seperti berikut.

20

Dari ilustrasi itu dapat disimpulkan bahwa osmosis adalah proses perpindahan air dari konsentrasi

tinggi menuju ke konsentrasi rendah melalui membran semipermeabel, sehingga didapatkan larutan yang

berkonsentrasi seimbang (isotonis). Peristiwa osmosis dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari

antara lain pada penyerapan air melalui bulu-bulu akar, dan mengerutnya sel darah merah yang

dimasukkan ke dalam larutan hipertonis. (Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah, 2009)

2.1.3 TEKANAN TURGOR

peristiwa turgor adalah peristiwa masuknya cairan kedalam sel sebagai dampak dari

hipotonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di luar sel masuk dalam sel dan

akibatnya menimbulkan tekanan terhadap membran plasma dan dinding sel. (Endang Sri Lestari

dan Idun Kistinnah, 2009)

3.1.4 PLASMOLISIS

Jika sel kehilangan air cukup besar, maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun

besar sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.  Sel yang

sudah terplasmolisis dapat disehatkan kembali dengan memasukkannya ke dalam air murni

(Tjotrosomo, 1983).

Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke kondisi semula. Proses

pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan istilah

deplasmolisis (Fiktor Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo, 2002).

21

BAB III

METODOLOGI PENGAMATAN

SIFAT FISIK SEL

3.1. PENGAMATAN SIFAT FISIK SEL3.1.1 DIFUSI

Untuk melakukan pengamatan pada difusi dibutuhkan alat dan abahn sebagai berikut:

Gelas piala

Kertas saring

Methylene Blue

Air

Cara Kerja

Gelas piala diisi dengan air sampai penuh.

Letakkan sedikit Methylen Blue diatas kertas saring, lalu kertas saring

diletakkan diatas gelas piala.

Dibiarkan selama sekitar 10-15 menit.

3.1.2 OSMOSIS

Untuk melakukan pengamatan pada osmosis dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :

Cawan petri

Eosin

Kentang ( Solanum tuberosum )

Garam

Aquadest

22

Cara Kerja

Kentang dipotong menjadi dua potongan yang sama, bagian bawahnya

diratakan.

Bagian atas kentang dilubangi sehingga menyerupai cangkir.

2 buah cawan petri disediakan. Sebuah cawan petri diisi dengan air dan cawan

petri yang lain diisi dengan larutan eosin.

Garam diisi kedalam cangkir kentang hingga penuh.

Sebuah kentang dimasukkan kedalam cawan petri berisi air dan sebuah lagi

dimasukkan kedalam cawn petri yang berisi larutan eosin.

Dibiarkan selama sekitar 15 menit.

3.1.3 TEKANAN TURGOR

Untuk melakukan pengamatan terhadap tekanan turgor dibutuhkan alat dan bahan sebagai

berikut:

Pisau silet tajam

Cawan Petri

Wortel ( Daucus carota )

Aquadet

Larutan garam 10%

Cara Kerja

Wortel dipotong secara melintang dengan ketebalan 3 mm sebanyak 4 buah.

Disediakan dua buah cawan petri. Sebuah cawan petri diisi dengan air dan

sisanya diisi dengan larutan garam 10%.

23

Dimasukkan dua potong wortel kedalam cawan petri berisi larutan garam dan

sisanya dimasukkan kedalam cawan petri berisi air.

Dibiarkan selama sekitar 15 menit.

3.1.4 PLASMOLISIS

Untuk melakukan pengamatan terhadap plasmolisis dibutuhkan alat dan bahan sebagai

berikut:

Mikroskop biologi

Kaca benda dan kaca penutup

Pisau silet tajam

Larutan garam 10%

Daun adam hawa ( Rhoeo discolor )

Aquadest

Cara Kerja

Permukaan bawah Rhoeo discolor yang berwarna ungu disayat setipis mungkin.

Diletakkan diatas kaca benda yang telah ditetesi air.

Ditutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop dengan

pembesaran objektif 10x dan 40x.

Digambar beberapa sel daun tersebut.

Diberi 1-2 tetes larutan garam 10% dari salah satu sisi kaca penutup dan dihisap

dengan kertas saring disisi yang berlawanan. Agar larutan garam dapat masuk

menggantikan air sebagai reagennya.

Dibiarkan sekitar 10 menit.

Diamati kembali dibawah miroskop.

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 DIFUSI

Pada pengamatan proses difusi ini tidak menggunakan mikroskop sebagai alat bantu

karena masih dapat diamati tanpa menggunakan mikroskop. Proses difusi dapat terlihat ketika

Methylen Blue diletakkan diatas kertas saring kemudian diletakkan diatas gelas piala yang telah

diisi dengan air sampai penuh.Hasil yang diperoleh setelah 10 menit, methylene blue akan

berdifusi kedalam air yang terdapat didalam gelas piala. Dan pada akhirnya akan terjadi

homogenisasi antara methylene blue sebagai zat terlarut dengan air sebagai pelarut. Difusi terjadi

karena zat terlarut berkonsentrasi tinggi pindah ke zat pelarut yang berkonsentrasi rendah. Pada

saat terjadi homogenisasi, maka air akan berwarna biru.

4.2 OSMOSIS

Pada pengamatan osmosis, kentang yang dilubangi dibagian atasnya sehingga

menyerupai cangkir diisi dengan garam sampai penuh. Kemudian dimasukkan kedalam cawan

petri yang telah diisi dengan larutan eosin. Hasil yang diperoleh setelah 15 menit yaitu, garam

yang terdapat didalam kentang telah larut dalam air yang berasal dari larutan eosin. Eosin

sendiri mengendap dipermukaan bawah kentang. Hal ini terjadi karena sifat selektif permeabel

dari membrane plasma. Yang menyebabkan hanya zat-zat tertentu yang bisa masuk kedalam sel.

Berpindahnya air sebagai zat pelarut yang memiliki konsentrasi tinggi berpindah kedalam garam

sebagai zat terlarut yang berkonsentrasi rendah merupakan peristiwa osmosis.

25

4.3 TEKANAN TURGOR

Pada pengamatan ini sampel yang digunakan yaitu wortel (Daucus carota) yang dipotong

menjadi 4 bagian dengan ketebalan 3mm. 2 buah potongan dimasukkan kedalam cawan petri

berisi air, sisanya dimasukkan kedalam cawan petri berisi larutan garam. Hasil yang diperoleh

setelah 10 menit yaitu, secara makroskopis tekstur dari wortel yang dimasukkan kedalam air

memiliki tekstur yang lebih keras daripada sebelumnya. Sedangkan tekstur wortel yang

diletakkan didalam larutan garam lebih kaku dari pada sebelumnya. Hal ini terjadi karena air

bersifat hipotonis sehingga air masuk kedalam sel dan disimpan didalam vakuola. Sehingga

tekstur wortel menjadi keras. Sedangkan larutan garam bersifat hipertonis yang menyebabkan air

keluar dari sel yang mengakibatkan tekstur dari wortel menjadi lebih kaku dari sebelumnya.

4.4 PLASMOLISIS

Pengamatan ini menggunakan daun adam hawa (Rhoeo discolor) sebagai sampelnya.

Pada saat daun adam hawa diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan reagen air. Maka

akaan terlihat sitoplasma dalam sel daun tersebut berwarna ungu. Dan ketika reagennya diganti

menjadi larutan garam maka sitoplasma yang tadinya terlihat berwarna ungu secara keseleruhan

warna ungunya menjadi berkurang. Akibatnya hanya sebagian dari sitoplasma yang berwarna

ungu. Ini terjadi karena air yang terdapat dalam sel daun tersebut keluar dan digantikan oleh

larutan garam.

26

BAB V

KESIMPULAN

Pada pengamatan Sifat fisik sel, proses difusi yang berpindah dari konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah adalah zat terlarutnya. Sedangkan pada proses osmosis yang berpindah adalah

pelarutnya. Pada tekanan turgor air masuk kedalam sel sehingga tekstur tumbuhan menjadi keras

sedangkan plasmolisis menyebabkan air keluar dari sel sehingga tekstur tumbuhan menjadi kaku.

Yang terakhir adalah pengamatan fotosintesis menghasilkan oksigen sedangkan respirasi

membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.

27

DAFTAR PUSTAKA

Ferdinand P, Fiktor. dan Moekti Ariwibowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Visindo

Media Persada.

Latif, Nuraini. 2009. Modul Biologi Dasar. Unsyiah, Banda Aceh.

28

DAFTAR ISIJudul

Daftar isi.........................................................................................................29

Bab I Pendahuluan

1.3 Latar belakang..........................................................................................31

Bab II Dasar teori

2.1 Sengamatan Fotosintesis dan Respirasi

2.1.1 Fotosintesis..................................................................................32

2.1.2 Respirasi.......................................................................................33

Bab III Metodologi Pengamatan Fotosintesis dan Respirasi

3.1 Fotosintesis...............................................................................................34

3.2 Respirasi...................................................................................................35

Bab IV Hasil dan Pembahasan......................................................................36

Bab V I Kesimpilan

4.1 Kesimpulan...............................................................................................37

Daftar pustaka................................................................................................38

29

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 LATAR BELAKANG

Fotosintesis merupakan anabolisme, yaitu penyusunan senyawa kompleks dari senyawa-

senyawa sederhana. Reaksi fotosintesis sebagai berikut :

6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

ini menggunakan daun Hydrilla sp sebagai sampel. Pada saat pengamatan, Hydrilla sp yang

dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diisi dengan air sampai penuh. Kemudian bagian

pangkal disayat dengan kemiringan tertentu. Maka hasil yang diperoleh setelah beberapa menit

gelembung keluar dari pangkal Hydrilla sp sebanyak 51 gelembung selama 5 menit. Pengeluaran

gelembung ini dipengaruhi oleh penyayatan pada pangkal daun Hydrillah sp. Hal ini

membuktikan bahwa pada saat daun berfotosintesis menghasilkan oksigen. Faktor yang

mempengaruhi fotosintesis sendiri

berupa karbondioksida yang berasal dari udara bebas, air, klorofil serta cahaya matahari.

Pada saat daun tersebut diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan air sebagai reagennya

maka akan terlihat kloroplas berupa butiran-butiran di dalam sel yang berwarna hijau karena di

dalam kloroplas terdapat klorofil yang merupakan pigmen berwarna hijau. Kemudian terlihat

juga aliran sitoplasma yang ditandai dengan pergerakan kloroplas. Jika kloroplas bergerak hanya

didalam satu sel saja maka disebut dengan rotasi. Namun, jika kloroplas bergerak ke seluruh sel

ataupun ke sebagian sel maka dikenal dengan sirkulasi.

Respirasi merupakan proses katabolisme yaitu, perombakan senyawa kimia kompleks

menjadi senyawa-senyawa sederhana. Reaksi respirasi merupakan kebalikan dari reaksi

30

fotosintesis. Hanya saja pada reaksi respirasi tidak membutuhkan cahaya matahari dan juga

klorofil. Secara umum reaksi respirasi dapat dituliskan sebagai berikut

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energi

Pada pengamatan respirasi, reagen yang digunakan adalah KOH. Yang mana, gelas ukur

yang berisi toge yang kemudian disumbat dengan kapas kemudian gelas ukur tersebut dibalut

dengan kertas karbon. Setelah itu diikatkan pada gagang statif dengan karet. Sementara itu, gelas

piala yang berisi larutan KOH diletakkan pada dasar statif. Pengamatan dimulai dengan

menurunkan gelas ukur secara perlahan-lahan hingga masuk ke mulut gelas piala. Adapun hasil

yang diperoleh setelah dibiarkan sekitar 20 menit adalah batas permukaan KOH mengalami

kenaikan dan volumenya bertambah. KOH berfungsi sebagai pengikat CO2. CO2 dan uap air

berasal dari hasil respirasi yang menyebabkan permukaan KOH mengalami kenaikan. Sedangkan

kertas karbon sendiri berfungsi menghambat masuknya cahaya matahari karena jika ada cahaya

yang masuk maka akan terjadi fotosintesis.

31

BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGAMATAN FOTOSINTESIS DAN RESPIRASI

2.1.1 FOTOSINTESIS

Fotosintesis sebenarnya merupakan suatu proses pembentukan senyawa kimia kompleks

dari senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan sinar matahari. Hasil akhir dari

fotosintesis berupa karbohidrat yang akan digunakan sebagai sumber makanan dan oksigen yang

terlepas ke udara bebas sehingga orang yang berada di sekitarnya dapat menghirup udara segar.

Oksigen yang dihasilkan tumbuhan diperlukan manusia dan hewan untuk bernapas. Pernapasan

atau respirasi sebenarnya merupakan proses penguraian ikatan kimia molekul kompleks menjadi

molekul sederhana yang terjadi dalam sel tubuh. Untuk mengetahui proses fotosintesis dan

respirasi yang terjadi dalam sel makhluk hidup, pelajari materi berikut dengan cermat! Coba

pikirkan, dari manakah tumbuhan dan manusia mendapatkan energi? Tumbuhan merupakan

makhluk hidup yang autotrof, yaitu makhluk hidup yang mampu menghasilkan makanannya

sendiri. Makanannya itu dalam bentuk senyawa kimia, yang diperoleh melalui proses fotosintesis

dalam daun. Ingatlah kembali proses fotosintesis yang sudah Anda pelajari di SMP/

MTs! Fofosintetis merupakan suatu peristiwa penggabungan zat anorganik (seperti unsur C, H,

dan O) menjadi zat organik berupa senyawa glukosa (karbohidrat), dengan menggunakan energi

matahari. Secara sederhana, reaksi fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut:

6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

32

Peristiwa fotosintesis hanya terjadi dan berlangsung jika terdapat klorofil dan sinar

matahari. Klorofil merupakan pigmen hijau berbentuk butiranbutiran, terletak di dalam kloroplas

yang terdapat di daun. Klorofil memiliki sifat mampu menangkap dan memantulkan sinar dalam

gelombang yang berbeda (fluoresen). Klorofil kadang-kadang dapat juga dijumpai pada batang

tumbuhan, karena daunnya telah mengalami modifikasi bentuk dan fungsi dari daun ke batang,

contohnya tanaman kaktus.

2.1.2 RESPIRASI

Manusia hidup selalu membutuhkan energi, bagaimana caranya mendapatkan energi? Makan

dan bernapas (respirasi) merupakan cara yang dilakukan manusia untuk memperoleh

energy.Respirasi merupakan suatu proses menghasilkan energi yang diperlukan untuk memecah

molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana, utamanya molekul gula sederhana

menjadi karbondioksida dan uap air serta energi. Secara sederhana, reaksi respirasi dapat

dituliskan sebagai berikut.C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energy

33

BAB III

METODOLOGI PENGAMATAN

FOTOSINTESIS DAN RESPIRASI

3.1 PENGAMATAN FOTOSINTESIS DAN RESPIRASI

3.1.1 FOTOSINTESIS

Untuk melakukan pengamatan terhadap fotosintesis dibutuhkan alat dan bahan sebagai

berikut:

Gelas ukur

Pisau

Hydrilla sp.

Aquadest

Cara Kerja

Gelas ukur 100 ml diisi dengan air hingga penuh.

Diambil sebatang, dan diikat pada batang kaca pengaduk sehingga bagian

pangkal menghadap keatas. Dimasukkan Hydrillah sp yang telah diikat tadi

kedalam gelas ukur.

Didekatkan ke sumber cahaya matahari dan ditunggu hingga gelembung yang

keluar dari pangkal tumbuhan telah teratur. Bila gelembung yang keluar tidak

34

lancar dapat dibuat sayatan pada bagian pangkal Hydrillah sp. Dengan

kemiringan tertentu.

3.1.2 RESPIRASI

Untuk melakukan pengamatan terhadap respirasi dibjutuhkan alat dan bahan sebagai

berikut:

Gelas ukur

Gelas piala

Statif

KOH

Toge

Kertas Karbon

Cara Kerja

Toge diisikan kedalam gelas ukur hingga setengahnya tetapi jangan terlalu padat

lalu disumbat dengan kapas.

Gelas ukur dibalut dengan kertas karbon persis sampai batas penyumbatan kapas.

Diisikan larutan KOH kedalam gelas piala kira-kira dua pertiganya dan

diletakkan pada dasar statif.

Gelas ukur diikat pada gagang statif dengan karet sedangkan ujung gelas

mengarah kebawah.

Diturunkan perlahan-lahan gelas ukur tersebut sehingga mulut gelas ukur masuk

kedalam KOH yang berada dalam gelas piala.

Diikur batas permukaan KOH yang berada didalam gelas piala. Dibiarkan selama

sekitar 20 menit lalu diikur lagi batas permukaan KOH tersebut. Apakah terjadi

kenaikan ?

35

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASANFotosintesi meruapakan suatu pristiwa pembuatan senyawa komplek dari senyawa

sederhana dengan bantuan cahaya matahari. Adapun bahan yang digunakan untuk pengamatan

fotosintesi adalah hydrilla sp, hasil penelitian kami berupa hydirillah sp tersebut menghasilkan

gelembung dengan jumlah dalam menit pertama menghasilkan sebanyak 10 buah, menit kedua

11 buah, menit ketiga 10 buah, dan menigt ke empat 10 buah.

36

BAB VI

KESIMPULANAdapun kesimpulan yang didapat dari pengamatan fotosintesis dan respirasi adalah

fotosintesis menghasilkan oksigen sedangkan respirasi membutuhkan oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida.

37

DAFTAR PUSTAKA

Sri Lestari, endang, Kistinnah, Idun.2009. Biologi (Makhluk Hidup dan Lingkungannya).

Jakarta :Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

38