moveamura.files.wordpress.com€¦ · web viewlampiran sap ... bab i. pendahuluan. latar belakang....
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
DATAR ISI
KATA PENGANTAR…..…………………………………………………………………………i
DATAR ISI……………………………………………………………………………………..…ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..
B. Tujuan………………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Hipertensi………………………………………………………………..
B. Proses Terjadinya Hipertensi pada Lansia………………………………………..
C. Proses Keperawatan………………………………………………………………
1. Pengkajian…………………………………………………………………….
2. Diagnosa………………………………………………………………………
3. Intervensi…………………………………………………………………….
4. Penatalaksanaan……………………………………………………………..
D. Metode Pendidikan Kesehatan…..……………………………………………….
E. Pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan pada lansia dengan hipertensi…….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………...
REFERENSI…………………………………………………………………………………
LAMPIRAN SAP……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh para lansia, dan dapat
memicu timbulnya penyakit degenerative seperti gagal ginjal dan gagal jantung kongestif.
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun
1980 penduduk lanjut usia berjumlah 7.7 juta jiwa atau 5.2% dari seluruh jumlah penduduk.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11.3 juta orang atau 8.9%.
Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15.1 juta jiwa pada tahun 2000 atau
7.2% dari seluruh penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 akn menjadi 29 juta orang atau
19.4%. hal ini menunjukan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari
waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data biro pusat
statistic pada tahun 1968 adalah 45.7 tahun, pada tahun 1990 adalah 61.2 tahun, pada tahun
2000 jumlah harapan hidup adalah 69.05 tahun(BPS,2000).
Berdasarkan American Heart Association (AHA,2001) terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai 1999. Secara keseluruhan
kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data riset kesehatan dasar
(Riskesdas) menyebutkan hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
stroke dan tuberkolosis, jumlahnya mencapain 6.8% dari populasi penyebab kematian pada
semua umur di Indonesia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses keperawatan pada lanjut usia yang menderita hipertensi
2. Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi proses terjadinya hipetensi pada lanjut usia
- Mengetahui definisi, tanda dan gejala, dan komplikasi pada hipertensi
- Mengidentifikasi pengkajian, diagnosa, intervensi, dan penatalaksanaan pada lansia
dengan hipertensi
- Mengimplementasikan intervensi pada lanjut usia penderita hipertensi.
BAB II
TIJAUAN TEORI
A. Definisi Hipertensi
B. Proses Terjadinya Hipertensi pada Lansia
C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas( istirahat)
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea dan
sirkulasi
b. Riwayat Kesehatan
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
cerebrovaskuler.
Tanda : kenaikan TD, nadi : denyutan jelas, frekuensi / irama : takikardia, berbagai
disritmia, bunyi jantung : murmur, distensi vena jugularis.
c. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler
mungkin lambat
d. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ), peningkatan pola bicara
e. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
f. Makanan / cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol, mual, muntah
g. Riwayat penggunaan diuretic
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP ( jugularis
vena pressure), glikosuria
h. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada satu
sisi tubuh
i. Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
j. Episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan ), respon motorik : penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic
k. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai sakit kepala oksipital berat nyeri abdomen
l. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum
m. Riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan ( krekles, mengi ), sianosis
n. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
o. Barthel Index
Barthel index adalah alat ukur yang menggambarkan kemampuan aktivitas sehari-hari
dan mobilisasi pada lanjut usia. Barthel index terdiri dari 10 pengkajian, yaitu makan,
bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali lagi ke kursi roda, berdandan,
mandiri ke toilet, mandi, berjalan, duduk dan berdiri, berpakaian, buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB).
Example form:
Patient Name: __________________ Rater: ____________________ Date: / / :
Activity Score
Feeding
0 = unable
5 = needs help cutting, spreading butter, etc., or requires modified diet
10 = independent
0 5 10
Bathing
0 = dependent
5 = independent (or in shower)
0 5
Grooming
0 = needs to help with personal care
5 = independent face/hair/teeth/shaving (implements provided)
0 5
Dressing
0 = dependent
0 5 10
5 = needs help but can do about half unaided
10 = independent (including buttons, zips, laces, etc.)
Bowels
0 = incontinent (or needs to be given enemas)
5 = occasional accident
10 = continent
0 5 10
Bladder
0 = incontinent, or catheterized and unable to manage alone
5 = occasional accident
10 = continent
0 5 10
Toilet Use
0 = dependent
5 = needs some help, but can do something alone
10 = independent (on and off, dressing, wiping)
0 5 10
Transfers (bed to chair and back)
0 = unable, no sitting balance
5 = major help (one or two people, physical), can sit
10 = minor help (verbal or physical)
15 = independent
0 5 10 15
Mobility (on level surfaces)
0 = immobile or < 50 yards
5 = wheelchair independent, including corners, > 50 yards
10 = walks with help of one person (verbal or physical) > 50 yards
15 = independent (but may use any aid; for example, stick) > 50 yards
0 5 10 15
Stairs
0 = unable
5 = needs help (verbal, physical, carrying aid)
10 = independent
0 5 10
TOTAL (0 - 100) ________
2. Diagnosa
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
b. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
c. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
adanya tahanan pembuluh darah
d. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
e. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
f. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.
g. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
h. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
- Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
- Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
- Intervensi :
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
Catat edema umum
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah
pengunjung.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasiDiuretik Tiazid
misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix, hidrodiuril ),
bendroflumentiazid ( Naturetin ),
Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ),
Bumetanic ( Burmex ). Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton
( aldactone ), triamterene ( Dyrenium ), amilioride ( midamor ).
Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ),
Atenolol ( tenormin ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine
( Serpasil ), klonidin ( catapres ).
Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker
saluran kalsium ( nivedipin, verapamil )
Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )
Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin
( Ismelin ), reserpin ( Serpasil )
Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ),
guanabenz ( wytension ), metildopa ( aldomet )
Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil,
loniten
Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid
( hyperstat ), nitroprusid ( nipride, nitropess )
Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE
inhibitor ( captopril, captoten )
b. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
- Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
- Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Pasien tampak nyaman
TTV dalam batas normal
- Intervensi :
Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas
(lorazepam, ativan, diazepam, valium )
c. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
adanya tahanan pembuluh darah
- Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
- Kriteria hasil :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada
keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil
- Intervensi :
Pertahankan tirah baring
Tinggikan kepala tempat tidur
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
Amati adanya hipotensi mendadak
Ukur masukan dan pengeluaran
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
d. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
- Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
- Kriteria hasil :
Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
- Intervensi :
Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Instruksikan pasien tentang penghematan energy/batasi aktivitas
Kaji respon pasien terhadap aktifitas
Monitor adanya diaforesis, pusing
Observasi TTV tiap 4 jam
Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau
sore
e. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
- Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
- Kriteria hasil :
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
Tampak dapat istirahat dengan cukup
TTV dalam batas normal
- Intervensi :
Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
Evaluasi tingkat stress
Monitor keluhan nyeri kepala
Lengkapi jadwal tidur secara teratur
Berikan makanan kecil (kue bolu, crackers, pudding) sore hari dan / susu
hangat
Lakukan masase punggung
Putarkan musik yang lembut
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
f. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.
- Tujuan : Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam
- Kriteria hasil :
Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
- Intervensi :
Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien
atas keberhasilannya
g. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
- Tujuan: Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 Jam
- Kriteria hasil :
Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ekspresi wajah rileks
TTV dalam batas normal
- Intervensi :
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
menyelesaikan masalah
Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidupKaji tingkat
kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
Observasi TTV tiap 4 jam
Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
Berikan support mental pada klien
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
h. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
- Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan
tindakan ekperawatan selama 1 x 24 jam
- Kriteria hasil:
Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
- Intervensi :
Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan
efek samping atau efek toksik
Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan
dokter
Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan
dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah
yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh
serta alcohol
Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
D. Metode Pendidikan Kesehatan
E. Pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan pada lansia dengan hipertensi
Pihak yang terlibat dalam pemenuhan proses keperawatan pada lansia dengan hipertensi
adalah
- Keluarga : keluarga merupakan salah satu kekuatan terpenting bagi lansia, oleh sebab itu
selain harus memenuhi kebutuhan material kepada lansia, keluarga juga harus
memenuhami kebutuhan dasar psikologis lansia seperti perhatian, kasih sayang, reward,
- Pskiater : membantu lansia dan keluarga untuk memecahkan masalah psikologis maupun
kognitif yang dialami lansia, dan kosultasi.
- Dokter : menangani penyakit fisik yang dialami lansia.
- Perawat : dapat memenuhi kebutuhan bio-psko-sosio-spiritual lansia dan keluarga.
- Pembimbing spiritual : memotivasi lansia untuk meningkatkan keimanan/keyakinan
terhadap Tuhan YME.
- Masyarakat lingungan sekitar : terangga, sahabat, dan pihak lainnya yang terlibat dalam
peningkatan intraksi social pada lansia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
REFERENSI
Mahoney Fl, Barthel DW:Functional evaluation: the Barthel Index. Md State Med J 14:2, 1965.
van der Putten JJMF, Hobart JC; Freeman JA, Thompson AJ. (1999) Measuring the change
indisability after inpatient rehabilitation; comparison of the responsiveness of the Barthel Index
and Functional Independence Measure. Journal of Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry,
66(4), 480-484. PubMed Link to abstract