ardhiegusminanda27.weebly.com · web viewsemoga ilmunya menjadi berkah dan menjadi aliran amal...

28
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. , karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Kami sangat tertarik untuk mengajukan Judul : KEBUDAYAAN FISIK Banyak kesulitan dan hambatan yang Kami hadapi dalam membuat tugas ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak Kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Kami mengucapkan terima kasih kepada : Kedua orangtua yang selalu menjadi inspirasi kita, serta mencurahkan kasih sayang tanpa pamrih. 1

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. , karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Kami sangat tertarik untuk mengajukan Judul : KEBUDAYAAN FISIK

Banyak kesulitan dan hambatan yang Kami hadapi dalam membuat tugas ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak Kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Kami mengucapkan terima kasih kepada :

· Kedua orangtua yang selalu menjadi inspirasi kita, serta mencurahkan kasih sayang tanpa pamrih.

· Bapak Ir. Djoko Darmawan, MT sebagai dosen Perkembangan Peserta Didik. Semoga ilmunya menjadi berkah dan menjadi aliran amal hingga kelak di Barzakh.

Kami menyimpulkan bahwa tugas mandiri ini masih belum sempurna, oleh karena itu Kami menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi Kami dan pembaca pada umumnya.

Semarang, September 2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

KATA PENGANTAR1

DAFTAR ISI2

BAB IPENDAHULUAN3

· Latar Belakang3

· Rumusan Masalah4

BAB IIPEMBAHASAN5

· Bali5

· Asta Kosala Kosali Arsitektur Bali 9

· Berbagai Macam Prasasti dan Patung13

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN20

DAFTAR PUTAKA8

BAB I

PENDAHULUAN

· Latar Belakang

Arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik memiliki sifat yang paling konkret diantara dua wujud kebudayaan lainnya dikarenakan dapat diidentifikasi dengan panca indera (Koentjaraningrat, 2009: 151). Putra (2011)menyatakan, sebagai wujud fisik dari kebudayaan, arsitektur merupakan manifestasi dari gagasan, bahasa, dan perilaku masyarakat di suatu daerah yang membentuk ciri khas arsitekturnya sebagai representasi dari ciri khas kebudayaan masyarakat pembangunnya.

Arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik, menurut Rapoport (1969: 46), tidak hanya sekedar struktur visual dikarenakan dalam perspektif ini arsitektur merupakan manifestasi dari kebudayaan masyarakat pembangunnya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang beragam, di mana di balik wujud fisiknya memiliki sejumlah makna untuk dikomunikasikan (Rapoport, 1979 dalam Mulyati, 1995: 44). Begitu kompleksnya arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik menjadikannya tidak dapat dijelaskan hanya dari pendekatan fungsional dan teknikal (Habraken, 1988: 3).

Arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik tidak dapat lepas dari proses perkembangan

kebudayaan manusia sebagai pihak pembangunnya dari wujudnya yang sederhana menjadi wujudnya yang semakin kompleks, dan tidak dapat lepas pula dari proses mempelajari kebudayaan lain yang disebut dengan akulturasi dan asimilasi.

Terkait dengan hal tersebut, sebuah pernyataan menarik diutarakan oleh Putra (2011)

bahwa suatu masyarakat yang telah mengalami perkembangan kebudayaan sampai pada tahap yang paling maju sekalipun tetap tidak akan dapat melupakan kebudayaan leluhurnya dan akan senantiasa mencari dan mempelajari nilai-nilai kebudayaan yang telah diwarisi oleh leluhurnya. Oleh karenanya Habraken

(1988, 3) menyatakan bahwa suatu masyarakat yang senantiasa ingin berhubungan dengan tradisi kebudayaannya haruslah dimulai dengan mempelajari arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik. Untuk mempelajari secara mendalam arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik masyarakat pembangunnya, menurut Habraken (1988: 3) hanya dapat diketahui melalui identitas kultural masyarakat pembangunnya. Perkataan Habraken tersebut dapat dipahami dalam hubungan saling mempengaruhi antara arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik dengan masyarakat sebagai pihak pembangunnya.

Tujuan mempelajari arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik melalui pendekatan

identitas kultural masyarakat pembangunnnya, sebagaimana dikatakan oleh Habraken di atas, bukanlah dimaksudkan untuk nostalgia, namun sebagai upaya mempertahankan prinsip-prinsip tradisi arsitektur seiring dengan perkembangan kebudayaan masyarakat pembangunnya yang merupakan urgensi untuk dilakukannya kajian arsitektur dalam perspektif arsitektur sebagai wujud kebudayaan fisik masyarakat pembangunnya.

· Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.

· Apa yang dimaksud dengan Budaya Fisik ?

· Bagaimana pertumbuhan budaya fisik pada masa ini ?

· Apa faktor-faktor yang mempengaruhi berkurangnya kepedulian tentang kebudayaan fisik ?

PEMBAHASAN

· Pengertian Budaya Fisik

Budaya fisik adalah suatu kebiasaan yang dilestarikan masyarakat yang sifatnya bias dilihat dan dirasakan keberadaanya.

· Pertumbuhan budaya fisik pada masa ini

Dengan kemajuan tekhnologi dan juga perkembangan moral manusia, tidak dapat dipungkiri dengan pemikiran yang bertuju pada tujuan masa depan, seringkali lupa akan adanya sejarah ataupun benda-benda prasasti yang ditinggalkan oleh kebudayaan mereka, dan tidak jarang benda prasasti yang harusnya menjadi objek pembelajaran bagi remaja, dislah gunakan, bahkan dicuri, sehingga generasi muda yang tidak tau, akan semakin tidak tau akan adanya kebudayaan fisik yang ditinggalkan nenek moyang meraka.

· Faktor berkurangnya kepedulian terhadap kebudayaan fisik

· Berkurangnya keperdulian pada sejarah

· Generasi muda yang lebih tertarik dengan kebudayaan barat disbanding dengan kebudayaan daerah mereka

· Pengaruh kemajuan tekhnologi, sehingga generasi muda yang seharusnya melestarikan kebudayaan nusantara, hilang karna kalah dengan kemajuan tekhnologi yang merubah cara berfikir mereka terhadap jiwa kepedulian terhadap kebudayaan mereka.

Bali

Pulau bali adalah salah satu dari sekian banyak pulau-pulau di Indonesia yang mempunyai kekayaan budaya dan mampu memeliharanya walaupun era globalisasi dengan segala dampaknya menerjang dengan intensitas yang tinggi, namun Bali yang dijuluki surganya wisata. Masyarakatnya tetap konsisten dengan budayanya sendiri yang sudah diwariskan oleh nenek moyangnya dari berbagai generasi. Walaupun Pulau Bali dikunjungi oleh wisatawan dari dalam negeri maupun manca Negara dimana tidak menutup kemungkinan terselipnya pola hidup barat disekitarnya, namun kehidupan masyarakat Bali dan kultur budayanya tak mengalami pergeseran. Beberapa kalangan mengatakan bahwa pulau Bali dikenal juga sebagai surganya pariwisata Indonesia bahkan para wisatawan manca Negara dari belahan dunia manapun sudah mengenalnya, dari mulut ke mulut dan anehnya mereka lebih mengenal pulau bali daripada Negara Indonesia. Dalam perspektif kepariwisataan Bali menawarkan banyak hal tentang dunia pariwisata dengan sarana dan prasarana memadai, bahkan fasilitas internasional pun tercermin dengan adanya fasilitas bintang lima yang dikemas secara menarik, hasil perpaduan konsep arsitektur modern dengan konsep lokal hindu yang bertebaran di berbagai macam titik strategis di Pulau Bali itu. Pernak pernik pariwisata juga banyak dijumpai sepanjang tempat di daratan pulau dewata itu, mulai dari pakaian santai, perhiasan buatan lokal, kerajinan, barang antik dan artefak mudah dijumpai tempatnya.

Latar Belakang

Daerah Bali sejak lama sudah merupakan suatu wadah terjadinya pergaulan nasional maupun internasional, dimana tamu-tamu mancanegara dan nusantara hadir di Bali untuk menikmati keindahan alam, budaya, yang unik dan bernafaskan agama Hindu. Ekosistem Bali tidak saja didukung oleh sumber daya alam, tetapi juga kebudayaan yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang bernuansa Hindu dengan filosofis Tri Kaya Parisuda, Artinya bahwa local genius bali terakomodasikan secara sinergis dari budaya Bali dengan kekentalan estetikanya, religious, keharmonisan, kedinamisan menunjukkan cara berpikir, berbicara dan berbuat.Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu memberikan ciri yang khas kepada masyarakat Bali sebagai komunitas yang ritualistik dalam sistem agama, sistem budaya, sistem sosial yang tumbuh subur di Bali.

Adat dan kebudayaan

Adat dan kebudayaan di Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan kehidupan religious masyarakatnya. Adat dan kebudayaan tersebut memiiki akar sejarah yang sangat panjang sehingga mencerminkan konfigurasi yang ekspresif dengan dominannya nilai religious dari agama Hindu. Konfigurasi tersebut meliputi agama, pola kehidupn, pola pemukiman, lembaga kemasyarakatan, dan kesenian pada masyarakat Bali.

Agama

Sebagian besar masyarakat di Bali menganut agama Hindu yang memiliki kerangka dasar meliputi tiga hal yaitu tatwa (filsafat), tata susila, dan upacara. Agama hindu berdasarkan pada kitab suci Wedha, yang keseluruhannya dihimpun dalam empat samhita, yaitu Reg Wedha Samhita, Sama Wedha Samhita, Yayur Wedha Samhita, dan Atharwa Wedha Samhita. Pada hakikatnya ajaran agama hindu adalah panca cradha yang artinya lima keyakinan , yaitu:Ø Widi Cradha adalah keyakinan terhadap Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa.Ø Atma Cradha adalah keyakinan akan adanya atman atau jiwa pada setiap makhluk.Ø Karma Phala Cradha adalah keyakinan terhadap hukum perbuatan.Ø Purnabhawa Cradha adalah keyakinan terhadap adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali setelah kematian.Ø Moksa Cradha adalah keyakinan terhadap moksa yaitu kebahagiaan yang kekal abadi.

Pola Kehidupan

Pola kehidupan masyarakat umat Hindu di Bali sangat terikat pada segi-segi kehidupannya yaitu diwajibkan melakukan pemujaan atau sembahyang pada pura tertentu, diwajibkan pada satu tempat tinggal bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip patrilineal, diwajibkan menjadi anggota terhadap sekeha tertentu, dan diwajibkan dalam satu kesatuan administrasi desa dinas tertentu.

Pola Pemukiman

Struktur pemukiman masyarakat Bali dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu, pemukiman pola konsentris seperti pada masyarakat Bali yang tinggal di pegunungan dan pemukiman pola menyebar seperti pada masyarakat Bali yang berada di dataran rendah. Pada pola konsentris Desa Adat menjadi titik sentral, sedangkan pada pola mnyebar desa terbagi-bagi ke dalam satu kesatuan wilayah yang lebih kecil yang disebut Banjar.

Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga kemasyarakatan pada masyarakat Bali adalah bersifat tradisional, yaitu desa Banjar, Subak, dan Sakeha. Bentuk lembaga masyarakat tradisional yang berdasarkan satu kesatuan wilayah disebut Desa. Konsep Desa memiliki pengertian pada Desa Adat dan Desa Dinas, Desa Adat merupakan satu kesatuan masyarakat hubungan adat di daerah Bali yang mempunyai kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan tersendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Landasan dasar dari Desa Adat harus berlandaskan pada konsepsi Tri Hita Karana (Tri Hita Karana yaitu suatu konsepsi yang mengintegrasikan secara selaras tiga komponen penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang diyakini oleh setiap orang Bali. Ketiga komponen tersebut adalah Parhyangan atau Tuhan yang member perlindungan bagi kehidupan, Palemahan yaitu seluruh wilayah dari lembaga tersebut dan Pawongan yaitu, sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga yang bersangkutan). Sedangkan Desa Dinas adalah satu kesatuan wilayah administrative di bawah wilayah kecamatan.

Kesenian

Daerah Bali sangat kaya dalam bidang kesenian, seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya yang meliputi seni rupa, seni pertunjukkan, dan seni suara.Seni rupa mencangkup satu cabang yang terdiri dari seni pahat, seni lukis, dan seni hias. Seni pahat pada masyarakat Bali telah mengalami suatu perkembangan yang panjang yaitu patung-patung yang bercorak megalitik yang berasal dari jaman pra Hindu yang dipandang sebagai penghubung manusia dengan nenek moyang dan kekuatan alam. Arca dewa-dewa yang dianggap sebagai media manusia dengan dewa-dewa dan jenis ini merupakan pengaruh Hindu-Budha, patung-patung yang bertemakan tokoh-tokoh dari cerita Mahabharata dan Ramayana, bentuk-bentuk relief yang dipahatkan pada tembok pintu dan tiang rumah, serta patung-patung yang berbentuk naturalis.

Begitu pula halnya dengan seni lukis di Bali yang telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, Dimulai degan lukisan-lukisan yang bersifat simbolis magis seperti rerajahan, lukisan-lukisan religious seperti lukisan parba, langit-langit dan ider-ider, serta lukisan-lukisan yang bersifat naturalis.

Untuk seni tari tradisional di Bali berdasarkan fungsinya digolongkan dalam tiga jenis yaitu Tari Wali (Tari Sakral) merupakan tarian keagamaan yang dianggap keramat, Tari Bebali merupakan tarian yang berfungsi sebagai pengiring upacara, dan Tari Balih-Balihan merupakan tarian yang berfungsi sebagai hiburan. Jenis tarian sakral atau yang dianggap keramat antara lain : Tari Sanghyang Dedari, Tari Rejang Sutri, Tari Pendet, Tari Baris Gede, Tumbak, Baris Jangkang, Baris Palung, Puisi, Seraman, Tekok Jago, Topeng Pajangan, Wayang Lemah, Wayang Sudamala, Tari Abuang, Tari Bruntuk, Tari Dakamalon, Tari Ngayab, dan Tari Kincang-Kincung. Galat pakaian atau gander yang digunakan oleh masyarakat akan disucikan atau disakralkan.Kesenian sastra di Bali merupakan hasil warisan budaya yang luhur dan merupakan referensi serta sumber dari bentuk-bentuk lainnya. Sejak zaman dahulu masyarakat Bali telah mengenal tulisan atau aksara bali. Secara keseluruhan seni sastra di Bali telah mengalami tiga zaman yaitu Kesusastraan Bali Jawa, Kesusastraan Bali Baru, dan Kesusastraan Bali Modern.

aksara Bali :

Pakaian Adat Bali

Jenis-jenis pakaian adat Tradisonal khas provinsi Bali dan umumnya di pergunakan dalam setiap kegiatan upacara keagamaan dan upacara adat tradisional terdiri dari:

Untuk perempuan terdiri dari:§ Penutup kepala§ Pusung gonjer, pusung tagel, petites, kembang kap, kembang sandat, kembang cempaka§ Kembang goyang, garuda mungkur, semi, srinata dan hiasan kuping serta subeng/giwang§ Badong tatahan dengan bahan emas atau perak§ Selendang prade atau sabuk pending§ Wastral kain prade atau songket§ Tapih atau kain kala§ Gelang kano dan cincin emas

gambar selendang prade :gambar gelang kano :

gelang bibit mata :

Untuk laki-laki terdiri dari:§ Penutup kepala destart/udeng§ Hiasan kuping rumbing§ Badong segitiga dari bahan emas/perak§ Umpal dan saput songket§ Wastra/kain panjang prade§ Gelang kano§ senjata keris

Asta Kosala Kosali Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali

 

Asta Kosala Kosali merupakan Fengshui-nya Bali, adalah sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya.

 

Menurut Ida Pandita Dukuh Samyaga, perkembangan arsitektur bangunan Bali, tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah Bali Aga berikut zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke 11, atau zaman pemerintahan Raja Anak Wungsu di Bali banyak mewarisi landasan pembanguna arsitektur Bali.

Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14, juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur.

 

Penjelasan dikatakan oleh Ida Pandita Dukuh Samyaga. Lebih jauh dikemukakan, Bhagawan Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur, sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan barunya. Dalam kisah tersebut, hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk Krisna. Kemudian secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur. Karenanya, tiap bangunan di bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan Wiswakarma. Upacara demikian dilakukan mulai dari pemilihan lokasi, membuat dasar bagunan sampai bangunan selesai. Hal ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi penghuninya. Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, bangunan memiliki jiwa bhuana agung (alam makrokosmos) sedangkan manusia yang menepati bangunan adalah bagian dari buana alit (mikrokosmos).Antara manusia (mikrokosmos) dan bangunan yang ditempati harus harmonis, agar bisa mendapatkan keseimbangan anatara kedua alam tersebut.Karena itu,mebuat bagunan harus sesuai dengan tatacara yang ditulis dalam sastra Asta Bhumi dan Atas Kosala-kosali sebagai fengsui Hindu Bali.

 

Selain itu sosial status juga menjadi pedoman.  jadi rumah di bali itu ada yang disebut Puri juga atau Jeroan, biasanya dibangun oleh warna / wangsa Kesatria. tapi karena sekarang banyak yang sudah kaya diBali, jadi siapapun boleh membuat yang seperti ini. Namun mungkin nanti bedanya di Tempat Persembahyangan di Dalamnya saja.

Warna itu merupakan sistem hirarki, di Bali Hirarkial itu juga berpengaruh terhadap tata ruang bangunan rumahnya. Dalam pembuatan rumahnya rumah akan dibagi menjadi:

· jaba untuk bagian paling luar bangunan

· jaba jero untuk mendifinisikan bagian ruang antara luar dan dalam, atau ruang tengah

 

jero untuk mendiskripsikan ruang bagian paling dalam dari sebuah pola ruang yang dianggap sebagai ruang paling suci atau paling privacy bagi rumah tinggal

Di konsep ini juga disebutkan tentang teknik konstruksi dan materialnya. ada namanya Tri Angga, yang terdiri dari:

· Nista menggambarkan hirarki paling bawah dari sebuah bangunan, diwujudkan dengan pondasi rumah atau bawah rumah sebagai penyangga rumah. bahannya pun biasanya terbuat dari Batu bata atau Batu gunung.

· Madya adalah bagian tengah bangunan yang diwujudkan dalam bangunan dinding, jendela dan pintu. Madya mengambarkan strata manusia atau alam manusia

· Utama adalah symbol dari bangunan bagian atas yang diwujudkan dalam bentuk atap yang diyakini juga sebagai tempat paling suci dalam rumah sehingga juga digambarkan tempat tinggal dewa atau leluhur mereka yang sudah meninggal. Pada bagian atap ini bahan yang digunakan pada arsitektur tradisional adalah atap ijuk dan alang-alang.

 

 

 

berikut bagian-bagian dari rumah Bali:

· Pamerajan adalah tempat upacara yang dipakai untuk keluarga. Dan pada perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang

· Umah Meten yaitu ruang yang biasanya dipakai tidur kapala keluarga sehingga posisinya harus cukup terhormat

· Bale Sakepat, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anakanak atau anggota keluarga lain yang masih junior.

· Bale tiang sanga biasanya digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu

· Bale Dangin biasanya dipakai untuk duduk-duduk membuat bendabenda seni atau merajut pakaian bagi anak dan suaminya.

· Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun lainnya.

· Paon (Dapur) yaitu tempat memasak bagi keluarga.

· Aling-aling adalah bagian entrance yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.

· Angkul-angkul yaitu entrance yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk.

Arsitektur bali atau yang buat rumah dibali disebut juga Undagi. Begitulah tradisi pembuatan rumah di Bali.

 

 

Bentuk

Dari segi perbandingan ukuran setiap unsur bangunan dan pekarangan berpangkal kepada ukuran kepala dan badan manusia terutama ukuran tubuh kepala keluarga (yang punya rumah) secara fisik dan tingkat kastanya.

Bentuk rumah Bali, pada dasarnya bukan merupakan suatu organisasi ruangan dibawah satu atap , tetapi beberapa bangunan yang masing-masing dengan fungsinya tertentu di dalam satu lingkungan atau satu tembok.

Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya. Konsep dasar tersebut adalah:

· Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga

· Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala

· Konsep keseimbangan kosmologi

· Konsep proporsi dan skala manusia

· Konsep court, Open air

· Konsep kejujuran bahan bangunan

Adapula beberapa ketentuan-ketentuan bangunan di Bali:

· Tempat/ denah berdasarkan Lontar Asta Bhumi.

· Bangunan/ konstruksinya berdasarkan lontar Asta Dewa dan lontar Asta Kosala Kosali.

· Bahan- bahan/ ramuan berdasarkan lontar Asta Dewa dan lontar Asta Kosala Kosali, seperti : kayu, ijuk, alang- alang, batu alam, bata dan sebagainya

Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya rumah. Pengukurannya pun tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti

 

 

Pintu Masuk

Selain menemukan posisinya yang tepat untuk menangkap dewa air sebagai sumber rejeki ukuran pintu masuk juga harus diatur. Jika membuat pintu masuk lebih dari satu,lebar pintu masuk utama dan lainya tidak boleh sama.Termasuk tinggi lantainya juga tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama (dibali berbentuk gapura/angkul – angkul) harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garase.jika dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sakit-sakitan.Akan sangat bagus bila di sebelah kiri (sebelah timur jika rumah mengadap selatan) diatur jambangan air (pot air) yang disi ikan.

 

BERBAGAI MACAM PRASASTI dan PATUNG

Prasasti Blanjong (atau Belanjong) adalahsebuahprasasti yang memuatsejarahtertulistertuatentangPulau Bali.Padaprasastiinidisebutkan kata Walidwipa, yang merupakansebutanuntukPulau Bali.Prasastiinibertarikh 835 çaka (913 M), dandikeluarkanolehseorang raja Bali yang bernama Sri KesariWarmadewa.

PrasastiBlanjongditemukan di dekatbanjarBlanjong, desaSanurKauh, di daerah Sanur, Denpasar, Bali.Bentuknyaberupapilarbatusetinggi 177 cm, danbergaristengah 62 cm. Prasastiiniunikkarenabertuliskanduamacamhuruf; yaituhurufPra-Nagaridenganmenggunakanbahasa Bali Kuno, danhuruf Kawi denganmenggunakan bahasaSanskerta.

Situsprasastiinitermasukdalamlingkunganpurakecil, yang melingkupi pula tempatpemujaandanbeberapaarcakuno.

Isi prasasti

“Padatahun 835 çakabulanphalguna, seorang raja yang mempunyaikekuasaan di seluruhpenjuruduniaberistana di keratonSanghadwala, bernamaÇriKesaritelahmengalahkanmusuh-musuhnya di Gurundan di Swal. Inilah yang harusdiketahuisampaikemudianhari.”

BerdasarkanisiprasastitersebutdipastikanprasastiBlanjongdikukuhkanpadatahun 835 Caka (913 M) atas Raja Adipatih Cri KesariWarmadewasebagaitandakemenangan.

BALE BENGONG ADALAH PATUNG YANG MEMPERCANTIK ARSITEKTUR BALI

Dari zaman dahulu masyarakat Bali telah mewarisi karya arsitektur unik. Karya ini sarat dengan ornamen dan dihiasi patung-patung sesuai fungsi dan maknanya.

Awalnya keberadaan patung-patung sebagai simbol tertentu diletakkan sebagai pendukung arsitektur pura dan puri. Pura sebagai simbol penguasa alam niskala (tak kasat mata). Puri sebagai simbol penguasa secara sekala (terlihat oleh mata). Peletakan patungnya pun disesuiakan dengan fungsi tertentu. Misalnya pada Pura Dalem dan Pura Prajapati yang lebih dominan penggunaan patungnya adalah patung dengan karakter seram dan menakutkan.

Adapun pada jeroan pura cenderung menampilkan karakter patung lebih lembut, widyadara, widyadari atupun karakter dewa.

Pada arsitektur puri pun tokoh-tokoh seram sebagai penjaga pintu masuk (Dwarapala) sangat sering dapat dijumpai. Adapula yang mengambil tokoh parekan dalam pewayangan seperti Merdah dan Tualen.

Perletakan, fungsi dan makna patung terus mengalami perkembangan. Patung yang biasanya hanya ada di kawasan pura dan puri kini merambah ke tempat tinggal permukiman masyarakat. Contoh paling mudah dijumpai adalah penempatan patung pada kanan kiri pintu masuk (angkul- angkul), aling-aling, sampai pintu masuk merajan atau sanggah.

Patung yang digunakan, misalnya patung Ghorakala, Nawa Sura, dan Nawa Sari. Ada pula yang menempatkan karakter Merdah Tualen atau tokoh manusia sedang menabuh gambelan, membawa senjata, sampai karakter lucu.

Secara sekala, patung-patung tersebut dapat digunakan sebagai elemen estetis penata rumah. Selain itu dari segi niskala dapat digunakan sebagai sarana proteksi dari hal-hal negatif. Angkul-angkul, aling-aling dan patung Dwarapala menjadi kesatuan fungsi proteksi secara sekala dan niskala.

Tapak Dara

Tapak Dara (Tampak Dara) adalah simbol keseimbangan secara vertikal dan horizontal sebagaimana disebutkan dalam makna simbol "tapak dara", berarti :

· secara vertikal, 

· ke atas sebagai lambang untuk berbakti kepada Tuhan, 

· ke bawah wujud kasih sayang pada semua makhluk hidup. 

· Sedangkan silang yang horizontal berarti,

· wujud pengabdian yang bersifat timbal balik kepada sesama umat manusia.

Tapak Dara yang dalam simbol modre (+) selanjutnya disebutkan perkembangannya,

· menjadi simbol Swastika yang merupakan dasar kekuatan dan kesejahteraan Bhuana Agung (Makrokosmos) dan Bhuana Alit(Mikrokosmos)

· Menjadi cerminan Sang Hyang Rwa Bineda, sehingga kelihatan

· ada siang ada malam, 

· ada laki – laki ada perempuan, 

· baik dan buruk.

· dll

Dalam daksina, Tapak dara berada didasar bedog.(ref), dibuat dari dua potongan janur lalu dijahit sehinga membentuk tanda tambah. Tampak adalah lambang keseimbangan baik makrokosmos maupun mikrokosmos. tampak juga melambangkan swastika, yang artinya semoga dalam keadaan baik.Dari segi bentuk, dalam makna simbol "tapak dara" tersebut diatas juga disebutkan bahwa, simbol ini tampaknya sangat lokal. Namun, di balik simbol dalam bentuk lokal tersebut terdapat makna yang bernilai universal yang dalam beberapa penggunaannya disebutkan sebagai berikut: 

· Tapak dara yang digunakan dalam banten pejati sebagai sarana yadnya, disebutkan pula merupakan simbol keseimbangan antara alam makro kosmos dan mikro kosmos.

· Pada setiap Sasih Kaenem umumnya terjadi wabah yang disebut gering, sasab dan merana.

· Gering, wabah yang menimpa manusia.

· (Pelaksanaan "Caru karang gering"; Bhuta Yadnya Untuk Mensucikan Palemahan untuk menghindari penghuninya selalu kesakitan)

· Sasab, wabah penyakit yang menimpa ternak, sedangkan

· Merana, wabah yang menimpa tumbuh-tumbuhan.

· (Biasanya upacara nangluk merana dilaksanakan untuk menangkal atau mengendalikan gangguan - gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit pada tanaman tersebut)

Sebelum wabah itu muncul umat Hindu Bali umumnya mengenakan simbol tapak dara di depan pintu masuk rumah masing-masing yang disertai juga daun pandan berduri yang disebut pandan wong disertai dengan benang tri dhatu yaitu benang merah, hitam dan putih dililitkan menjadi satu.

· Dalam pengobatan tradisional. Tanda tapak dara dari kapur sirih sering digoreskan oleh balian pada bagian tubuh yang dirasakan sakit,

· sesungguhnya mengandung makna universal. 

· Disebut tapak dara yang juga karena bentuknya menyerupai bekas kaki burung dara atau burung merpati. Hal ini melambangkan simbol Swastika dalam bentuk khas budaya Hindu di Bali.

Dalam ajaran Hindu alam beserta isinya ini berproses dalam tiga tahap yaitu 

· Srsti, keadaan alam baru dalam proses tercipta.

· Swastika, proses alam dalam keadaan stabil serba seimbang.

· Pralaya, proses yang alami menjadi kembali pralina menuju sumbernya yaitu kepada Sang Pencipta.

Jadi tapak dara itu sebagai lambang keseimbangan. Ini artinya, munculnya tanda tapak dara di Bali ini sepertinya untuk mengingatkan kita agar selalu bersikap dan berbuat seimbang.

Patung Indra, Dewa perang dan yang teragung diantara semua petarung, penguasa petir dan badai, terletak di desa Tegal Tugu, di timur Gianyar.

Indra terlihat mengendarai seekor penyu raksasa, dan tengah menembakkan sebuah anak panah lurus ke arah barat, dimana patung Kalarau berada, untuk mencegah Kalarau meminum Tirta Amerta, air keabadian.

Patung Gatot Kaca, terletak di persimpangan Jl. Airport dan Jl. Raya Tuban, dekat Bandara Internasional Ngurah Rai. Patung di Bali ini merupakan salah satu hasil karya I Wayan Winten, pematung piawai dari Teges Peliatan, Ubud.

Monumen ini menggambarkan sebuah kisah terkenal yang diambil dari mitos Mahabharata tentang Gatot Kaca, putera Bima, yang tengah berlaga melawan seorang musuh, yaitu Adipati Karna, yang adalah saudara tua keluarga Pandawa, dan paman Gatotkaca sendiri.

Gatotkaca dikorbankan oleh Kresna untuk menyelamatkan Arjuna dari anak panah Kunta Wijayadanu, yang diberikan kepada Karna oleh Hyang Naradha, atas bantuan Bathara Surya yang mengarahkan cahaya ke putranya itu yang sedang bersemedi untuk mendapatkan senjata sakti bagi perang Bharatayuda kelak. Namun karena melihat hal yang tidak baik pada Karna, Bathara Narada hanya memberikan anak panah kepada Karna, sedangkan sarungnya diberikan kepada Arjuna yang tengah bertapa di tempat lain untuk tujuan yang sama.

Sarung panah Kunta Wijayadanu ini kemudian dipergunakan Arjuna untuk memotong tali pusar bayi Gatotkaca yang baru lahir, yang tidak putus oleh benda tajam apa pun juga. Ketika tali pusar Gatotkaca putus, sarung anak panah pun melesat masuk dan hilang di dalam tubuh bayi Gatotkaca yang membuatnya menjadi sakti mandraguna. Patung ini diresmikan pada 30 Oktober 1993.

Patung bayi raksasa yang bisa ditemui di sekitar Ubud, Gianyar, ini melambangkan kesuburan. Menurut sebuah legenda, suatu saat lahir seorang bayi raksasa di Gianyar. Bayi ini kemudian diberi nama Kebo Iwa, dan patung ini didirikan sebagai sebuah tengara.

Ada pula Patung Dewa Ruci di persimpangan Jl. Sunset Road, Jl. Setiabudi dan Jl. Bypass Ngurah Rai, yang juga dibuat oleh I Wayan Winten. Bima, salah satu dari lima bersaudara dari keluarga Pendawa, tengah bertarung melawan seekor naga raksasa dalam legenda Dewa Ruci.

Mungkin ada benarnya bahwa semakin makmur suatu masyarakat, biasanya semakin tinggi pula apresiasinya terhadap karya seni dan budaya, baik yang klasik maupun kontemporer, dan mereka bersedia menggunakan lebih banyak waktu dan uang, serta menyediakan ruang yang cukup untuk karya semacam itu.

KESIMPULAN DAN SARAN

· Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, Kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :

· Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan manusia.

· Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan dimasyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.

· Saran

Sesuai dengan kesimpulan diatas, Kami menyarankan setiap calon peserta didik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.

DAFTAR PUSTAKA

1