warisan teknologi kampung masyarakat dayak kalimantan timur

Upload: kaltim-pasifik-amoniak

Post on 10-Feb-2018

636 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    1/257

    Teknologi KampungMasyarakat Dayak Kalimantan Timur

    Wari san

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    2/257

    02

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    3/257

    03

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    4/257

    Foto Cover:

    Doh Ding, menganyam tikar di

    kampung Long Tuyoq, Kutai Barat.

    Warisan Teknologi Kampung

    Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    PT Kaltim Pasik Amoniak

    Published by:

    PT Kaltim Pasik Amoniak

    Penyunting:

    Karlina Supelli (Koordinator)Baby Ahnan

    Karina Roosvita Indirasari

    Roedy Haryo Widjono

    Design by:

    Edelman

    www.edelman.co.id

    Cetakan kedua, 2013

    294 pages; 28 x 28 cm

    Penggagas:

    Darius Pasago Pasaribu

    Penyelia:

    Bambang Adya Yatmaka

    Darius Pasago Pasaribu

    Djasli Djamarus

    Zukri Saad

    Penulis:

    Zainal Arin Anis (Koordinator)

    Asman Aziz

    Nasrullah

    Syaharuddin

    Penyunting:

    Karlina Supelli (Koordinator)

    Baby Ahnan

    Karina Roosvita Indirasari

    Roedy Haryo Widjono

    Penyunting Foto:

    Rangga Purbaya

    Peneliti:

    Djasli Djamarus (Koordinator)

    Arin Anis, MZ

    Azman Azis

    Nasrullah

    Syaharudin Arafah

    Fotografer:

    Rangga Purbaya

    Steve Pillar

    Susi Abdurahman

    Ilustrator:

    Bambang Adya Yatmaka

    Eddi B. Handono

    Desain Grafs:

    Azis Karuniawan

    Bambang Adya Yatmaka

    Wiwit

    Wari san Teknologi Kampung

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    5/257

    PT Kaltim Pasik Amoniak

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    6/257

    Daftar Isi 06

    Kata Pengantar Presiden Direktur 10

    Kata Pengantar Vice President Manufacturing 12

    Kata Pengantar Walikota Bontang 15

    Kata Pengantar Pembina Dewan Adat Dayak Kalimantan Timur 17

    I. Menyusuri Pemukiman Dayak 21

    Menyigi Teknologi Dayak 25

    Mengungkap Teknologi Dayak 29

    Susunan Laporan 40

    II. Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi

    Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung43

    Teknologi Pemukiman 45

    Lamin alias Rumah Panjang 45

    Amin Dadu Long Anai 58

    Lamin Pepas Eheng 59

    Lamin Pintuq dan Benung 61Bentuk dan Bagian-Bagian Lamin 62

    Mendirikan Lamin 62

    Pelangi, Purnama dan Pungguk 74

    Rumah Tunggal 75

    Dari Lamin ke Balai 80

    Ukiran Pembawa Pesan 90

    Teknologi Dapur 92

    Struktur Tungku Api 92

    Ragam Peralatan Dapur 93

    Teknologi Benda-Benda Tajam 93

    Teknologi Penyimpanan Air dan Beras 94

    Teknologi Pengolahan Makanan 95

    Makanan Pokok dan Lauk Pauk 96

    Pengolahan Makanan Sehari-hari 97

    Teknologi Pembuatan Gula 98

    Teknik Pembuatan Buraq 99

    Teknik Pengawetan Daging 100

    Teknik Pembuatan Garam 101

    Cara Beternak 102

    Daftar Isi

    06

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    7/257

    Teknologi Berladang105

    Teknologi Benda Tajam 114

    Mandau 114

    Kelabit 122

    Peralatan Berburu 124

    Sumpit Beracun 125

    Nyatap (Tombak) 130

    Peralatan Penangkap Ikan 134

    Serapang 134

    Jebakan Ikan 137Tuba 138

    Sepu dan Jerat 139

    Dari Tongko Hingga Apit 140

    Perangkat Isyarat 148

    Ragam Transportasi 150

    Busana dan Perlengkapannya 158

    Baju 158

    Cawat 159

    Manik-Manik 160Pelindung Kepala 162

    Tapung Puk 162

    Seraung 162

    Bluko Ne 163

    Tato yang Sarat Makna 164

    Tas Punggung 168

    Ragam Keranjang 168

    Gendongan Anak 170

    Peralatan Belian 174

    Guna-Guna 178

    Menangani Sakit Jiwa 179

    III. Temuan yang berpotensi dikembangkan 181

    Obat Sakit Mata 184

    Obat Sakit Perut 187

    Obat Demam 188

    Obat Malaria dan Tifus 189

    Obat TBC dan Asma 190

    Obat Batuk 191

    Obat Kolesterol dan Tekanan Darah Tinggi 192

    07

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    8/257

    Obat Luka Bakar dan Sengatan Lebah 193

    Ramuan Kebugaran dan Lemah Syahwat 194

    Ramuan Memperlancar Haid dan ASI 195

    Obat Asam Urat 196

    Obat Sakit Pinggang dan Patah Tulang 197

    Obat Terkilir 198

    Ramuan Penghilang Bercak di Wajah 199

    Obat Penghilang Rasa Nyeri, Pedas dan Obat Luka Luar 200

    Obat Luka Dalam Perut 201

    Obat Sakit Lambung 202Obat Pendarahan Rahim 203

    Ramuan Pembersih Setelah Melahirkan 204

    Ramuan Memperkuat Kehamilan 205

    Ramuan Kontrasepsi Alami 206

    Obat Keputihan 207

    Penyedap Masakan 208

    Pengawet Daging 209

    Racun Ikan 210

    Racun Sumpit 211Racun Ringan 212

    Sampo Anti Ketombe 213

    Minyak Rambut 214

    Penghilang Bau Mayat 215

    Pewarna 216

    Ulap Doyo 218

    Sung Baloq 223

    Kisar Penggiling Gabah 224

    IV. Jerit Sepanjang Mahakam Ceritera Lain di Sebalik Penelitian 239

    Di Lung Anai 240

    Menuju Sendawar 241

    Di Tanjung Isuy 242

    Menuju Benung 244

    Dari Tering sampai Tiong Ohang 245

    Pengangkut Batubara 246

    Di Long Pahangai dan Long Apari 247

    Daftar Pustaka 252

    Wawancara 252

    Indeks foto 253

    08

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    9/257

    Pelujuk,Kepala adat desa Lung Anai,

    Kutai Barat.(Rangga Purbaya)

    09

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    10/257

    Kata Pengantar

    Sambutan Presiden Direktur

    Saya senang sekali dapat menerbitkan buku Warisan Teknologi

    Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur oleh KPA ini.

    Seperti kita ketahui, terdapat bermacam suku, budaya dan

    bahasa di Indonesia, khususnya di sepanjang daerah aliran

    Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, yang merupakan tempat

    berakarnya berbagai budaya Dayak.

    Sayangnya, arus globalisasi di bidang ekonomi, budaya dan

    bahasa tampak mengancam warisan yang sangat berharga

    dan langka, yang semuanya itu merupakan dampak dari

    pemanfaatan sumber daya alam dan persaingan pasar. Bila kita

    berdiam diri saja maka berbagai budaya suku-suku Dayak tersebut akan lenyap. Oleh karena

    itu, kami memutuskan untuk memasukkan dalam salah satu program CSR kami, suatu upaya

    untuk mendokumentasikan sejumlah warisan teknologi yang luar biasa dari budaya Dayak ke

    dalam sebuah buku, sehingga para pemangku kita dapat melestarikannya.

    Buku ini berisi banyak budaya tradisional yang menjadi warisan suku-suku Dayak di Sungai

    Mahakam dan menggambarkan beragam makanan, festival, obat-obatan dan bahasa. Buku

    ini membuat kita menemukan kembali berbagai teknologi yang terdapat dalam kebudayaan

    Dayak. Dan bila kita tidak mengenal kebudayaan tersebut, maka kita pasti terkejut dan

    langsung berminat untuk mengenalnya.

    Kami sangat menghargai buku Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan

    Timur ini yang dapat meningkatkan upaya pelestarian alam dan teknologi dalam budaya

    Dayak yang sedang terancam.

    10

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    11/257

    Kata Pengantar

    Akhir kata, banyak staf KPA telah memberikan dukungan untuk penerbitan buku ini melalui

    berbagai kegiatan, seperti mengumpulkan informasi dan data dengan langsung terjun ke

    pedalaman, melakukan pemeriksaan naskah, dan mengerjakan tata letak gambar. Saya juga

    sangat menghargai kontribusi mereka sehingga buku ini dapat diterbitkan.

    Salam

    M. Kaneta

    President Director of Kaltim Pasik Amoniak

    11

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    12/257

    Salam Sejahtera

    Hari ini, 67 tahun sudah Bangsa Indonesia merdeka. Selama

    itu pula Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah

    melalui berbagai tahapan/orde kepemimpinan/pemerintahan

    yang berbeda, sesuai dengan tantangan zaman dan karakter

    pemimpinnya.

    Bisa dikatakan bahwa periode ini adalah periode yang sarat

    dengan tantangan sosial, politik, ekonomi, hukum dan budaya,

    baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satu tantangan dari luar negeri

    adalah maraknya pengakuan negara tetangga, Malaysia, akan budaya dan produk-produk

    tradisional Bangsa Indonesia.

    Sebagai kumpulan anak-anak bangsa yang tergabung dalam PT Kaltim Pasik Amoniak

    (KPA), kami menyadari betapa kayanya budaya bangsa ini. Sayangnya, teknologi tradisionalkhususnya yang secara umum dan luas telah diketahui oleh masyarakat Dayak Kalimantan

    Timur, sangatlah jarang diinventarisasikan dan didokumentasikan dengan baik. Sementara

    usia para ahli-ahli lokal semakin lanjut dan arus modernisasi telah membuat generasi

    muda melupakan apa yang telah dimiliki pendahulunya. Pengalihan hutan menjadi kebun

    mono-kultur yang menyebabkan hilangnya bahan baku untuk teknologi kampung juga

    merupakan faktor pendorong sirnanya pemahaman tentang teknologi kampung tersebut.

    Betapa sedikitnya minat kita untuk mematenkan produk-produk tradisional di bidang

    pengobatan, tekstil, pangan dan bahkan mungkin teknologi material yang sudah membudaya

    sejak seribu tahun yang lalu, dan mengembangkannya menjadi produk massal yang

    Kata Pengantar

    Sambutan Vice President Manufacturing

    12

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    13/257

    berkelanjutan (sustainable) dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi untuk kepentingan

    masyarakat. Di lain pihak, banyak peneliti dari negara maju seperti Jepang, Kanada dan

    Amerika yang berlama-lama bermukim di pedalaman Kalimantan Timur untuk melakukanberbagai penelitian, mengindikasikan demikian banyaknya potensi alam dan budaya Dayak

    di Kalimantan Timur yang dapat dikembangkan menjadi produk industri yang diperlukan

    oleh penghuni dunia ini.

    Mengejar ketertinggalan ini, sebagai perusahaan yang beroperasi di kota Bontang,

    Kalimantan Timur, KPA telah memfokuskan salah satu kegiatan Tanggung Jawab Sosial

    Perusahaan (Corporate Social Responsibility CSR) untuk melakukan inventarisasi teknologi

    Dayak di Kalimantan Timur.

    Kegiatan ini menghasilkan sebuah buku yang kami beri judul Warisan Teknologi Kampung

    Masyarakat Dayak Kalimantan Timur. Buku ini berupaya untuk mendokumentasikan

    berbagai teknologi kampung Masyarakat Dayak di Kalimantan Timur, yang kami nilai

    berpotensi untuk dikembangkan. Di dalam buku ini terdapat informasi dasar seperti bahan

    baku, proses tradisional, penggunaan ataupun khasiat dari produk teknologi kampung

    masyarakat Dayak Kalimantan Timur yang kami kumpulkan melalui survei, wawancara dan

    kajian pustaka yang kami uraikan dan sertakan dalam buku ini. Kami berharap buku ini

    dapat menjadi pintu masuk dan rujukan awal bagi para peneliti dan ilmuwan di universitas

    dan lembaga penelitian, pengembang produk di perusahaan, pimpinan pemerintah dan

    masyarakat ataupun siapa saja yang berkepentingan. Kami akan sangat bahagia apabila apayang telah kami lakukan ini dapat dilanjutkan dengan upaya berikutnya seperti pematenan,

    peningkatan skala produksi, peningkatan nilai tambah atau nilai dagang dari apa-apa yang

    kami inventariskan ini.

    Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para pemegang saham KPA

    (Mitsui Co. Ltd. Dan Toyota Tusho) yang mendukung program CSR kami, Bapak Gubernur

    Kalimantan Timur, Dr. H. Awang Farouk Ishak, M.Si, Bapak Ir. H. Dharma M.Si, Walikota

    Bontang yang selalu memberikan dukungan terhadap aktitas CSR kami, Bapak Drs. Yurnalis

    Ngayoh, MM selaku Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Timur yang memberikan suratrekomendasi dukungan proses pencarian data dan informasi di pedalaman Kalimantan

    Kata Pengantar 13

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    14/257

    Kata Pengantar

    Timur, juga kepada semua tim yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran mulai dari

    tahap perancangan, ide, perencanaan survei, penulisan, penyuntingan serta pencetakan

    buku.

    Kepada sahabat saya ITB angkatan 77, Yayak (Kencrit) yang kami juluki Manusia Setengah

    Dewa selama di pedalaman Kalimantan Timur dan Djasli Djamarus yang mengkoordinasikan

    pelaksanaan survei, penelitian dan penulisan buku, serta Karnila Supeli yang selalu

    memberikan dorongan dan pertimbangan-pertimbangan yang lebih luas sekaligus

    melakukan penyuntingan akhir, saya ucapkan banyak terima kasih. Saya bersyukur

    persahabatan kita tidak hanya pertemanan belaka, tetapi pertemanan yang mudah-mudahan

    bisa menghasilkan manfaat bagi masyarakat dan bangsa.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi apa yang kami perbuat ini, dan kemudian

    memberkati bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, yang bisa menjadi contoh

    kemajuan kemanusiaan secara serasi, dan megayomi seluruh bangsa di dunia.

    Darius Pasaribu

    Vice President manufacturing KPA

    14

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    15/257

    Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang

    Maha Esa, saya atas nama Pemerintah dan Masyarakat Kota Bontang

    menyampaikan ucapan terima kasih dan selamat atas penerbitan buku

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    oleh PT. Kaltim Pasik Amoniak (KPA), sebagai salah satu wujud program

    Corporate Social Responsibility (CSR). Apresiasi ini perlu saya sampaikan

    karena penerbitan buku ini merupakan bukti kepedulian KPA yang

    berupaya memberikan kontribusi untuk mengangkat nilai-nilai budaya

    masyarakat yang ada di Kalimantan Timur, khususnya masyarakat Dayak

    Kalimantan Timur.

    Pembangunan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bontang

    selama ini akan terus berlanjut dan akan semakin digalakkan, terlebih

    karena masih banyak potensi dari berbagai sumber daya yang belum termanfaatkan secara optimal. Untuk

    itu, Pemerintah Kota Bontang selalu bersinergi dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Bontang,

    salah satunya adalah KPA, dalam mewujudkan pembangunan yang berbudaya dan berwawasan lingkungan,

    dengan mengedepankan kearifan lokal.

    Sebagai anak bangsa yang terlahir dan dewasa di bumi pertiwi, kita sudah sepatutnya bersyukur atas

    segala anugerah yang dilimpahkan Allah SWT di atas hamparan tanah dan lautan yang memiliki berjuta

    macam potensi sumber daya alam yang berada di bawah kedalaman lautan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia. Kita pun patut berbangga atas kewenangan otonomi yang diberikan pemerintah pusat kepada

    pemerintah daerah, suatu kepercayaan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

    Di antara untaian anugerah tersebut, bumi Kalimantan Timur merupakan wilayah yang sangat terkenal

    akan kekayaan potensi alamnya, berupa minyak bumi, gas alam, batu bara dan berbagai bahan tambang/

    galian lainnya. Namun, kita harus menyadari bahwa di samping sumber daya alam yang sifatnya tidak

    terbarukan tersebut, kita juga memiliki potensi luar biasa yang bersifat terbarukan atau renewable, yakni

    potensi adat dan budaya.

    Sejarah peradaban umat manusia selalu meninggalkan jejak bagi generasi sesudahnya. Namun hanyagenerasi yang memiliki itikad rasa mencintai dan tekad untuk menjaga peradaban, yang akan mampu

    Sambutan Walikota Bontang

    Kata Pengantar 15

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    16/257

    menginventarisasi sekaligus mengembangkan adat dan budaya leluhurnya sebagai sebuah warisan

    agung yang memiliki nilai historis.

    Sebagai bangsa yang besar, kita sudah selayaknya mengumandangkan semangat kubangun, kujaga

    dan kubela atas hak paten dan budaya kita tersebut. Adanya pengakuan sepihak dari negeri jiran yang

    mengklaim kepemilikan adat budaya kita harus dijawab dengan cara yang berbudaya. Amarah yang

    menggelegar bukanlah sebuah solusi. Perlu kearifan dan hasil nyata yang bersumber dari kesungguhan

    untuk menampilkan rangkaian dokumentasi yang menjadi bukti literatur yang dapat dilihat oleh

    seluruh dunia.

    Tantangan ke depan akan semakin besar - arus globalisasi harus dihadapai dengan keseriusan

    dan profesionalisme dalam koridor dunia hukum internasional. Menyikapi kondisi tersebut, saya

    sangat berharap peran dari para akademisi, peneliti, politisi dan birokrat, serta seluruh pemangku

    kepentingan (stakeholder) untuk proaktif melakukan legalisasi hak paten terhadap berbagai adat,

    budaya dan produk tradisional, khususnya yang dimiliki oleh masyarakat adat Dayak Kalimantan Timur.

    Buku Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur ini, yang mencoba untuk

    memperkenalkan gambaran mengenai kehidupan, seni dan budaya masyarakat Dayak Kalimantan

    Timur beserta dengan segala potensi yang dimilikinya, akan dapat memberikan manfaat positif berupa

    informasi dan promosi yang akan menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi wisatawan maupun investor.

    Disamping itu, upaya pelestarian lingkungan yang dikupas secara detail dalam buku ini akan memberi

    pemahaman bagi kita sebagai umat manusia untuk mencintai alam beserta isinya, yang akan kita wariskankepada generasi yang akan datang, demi kelangsungan hidup yang berkualitas. Hal ini sangat sejalan

    dengan salah satu dari enam program prioritas pembangunan Kota Bontang, yaitu, Pelestarian Lingkungan

    Hidup.

    Semoga langkah yang telah ditorehkan oleh KPA ini akan menjadi lokomotif yang diikuti oleh

    perusahaan-perusahaan lain untuk memberi andil dan peran nyata terhadap nilai-nilai futuristik yang

    telah tumbuh dan berkembang di bumi ruhui rahayu tercinta ini.

    Untuk mencapai cita-cita yang dimaksud, sangat diperlukan adanya kesadaran, dukungan dan kerja

    sama dari seluruh pemangku kepentingan dalam nuansa semangat Bessai Berinta. Dan semoga dengan

    diterbitkannya buku ini, Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk bersama-samamewujudkan Kota Bontang yang berbudi luhur, maju, adil dan sejahtera. Dengan demikian, kota ini dapat

    memberikan karya terbaik bagi Kalimantan Timur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Semoga ridho Allah SWT selalu menyertai usaha kita semua.

    Bontang, Juli 2012

    Ir. H. Adi Darma, M.Si

    Walikota Bontang

    Kata Pengantar16

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    17/257

    DEW

    ANADATDA

    YA

    K

    PROP

    INSIKALIMANTAN

    TIMUR

    Sambutan Pembina Dewan Adat Dayak Kalimantan Timur

    Pertama-tama, marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan

    Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penerbitan

    buku Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan

    Timur ini dapat terlaksana. Buku ini tentu memiliki nilai dan arti

    penting bagi upaya pelestarian budaya yang unik dan khas dan

    menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Berbagai budaya tersebut

    patut dilestarikan karena kekhasan dari masing-masing budaya

    itu menunjukkan keragaman yang mengandung nilai-nilai yang

    dapat dimanfaatkan. Terlebih lagi pada perkembangan dewasa ini,era globalisasi seiring dengan kemajuan IPTEK tentu akan dapat

    mengancam pelestarian nilai-nilai seni, budaya dan adat istiadat

    yang diwariskan oleh para leluhur.

    Melalui penerbitan buku ini, saya ingin mendorong dan memacu semangat serta pemikiran kita

    semua, terutama pemikiran, semangat dan intensitas kegiatan kecendekiawan masyarakat Dayak

    dan cendekiawan-cendekiawan Dayak, untuk terus mengintensifkan penggalian, penelitian,

    pengkajian dan penerbitan seni, budaya, adat-istiadat (kearifan lokal masyarakat Dayak) sehingga

    dapat diketahui, dipelajari dan menjadi sumbangan pada upaya pembangunan budaya nasional

    yang tidak lepas dari akar, melainkan tanggap pada perkembangan zaman.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai serta memberikan hikmat dan kebijaksanaan

    bagi kita semua dalam upaya melestarikan dan membudayakan kearifan lokal masyarakat Dayak

    demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Dayak dalam bingkai Negara Kesatuan Republik

    Indonesia.

    DR. Yurnalis Ngayoh,MM

    Pembina Dewan Adat Dayak Kalimantan Timur

    Kata Pengantar 17

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    18/257

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    19/257

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    20/257

    Panyan, pembuat mandau dan alatpertanian dari Long Anai.

    (Rangga Purbaya)

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    21/257

    01. Menyusuri Pemukiman Dayak

    Guru Besar Kita AdalahNenek Moyang Kita

    (Revius Mering, Dayak Kenyah)

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    22/257

    Sebagai penduduk asli, orang Dayak menyebut pulau itu Bagawan Bawi Lewu Telo

    (Tjilik Riwut, 2003). Dalam bahasa Dayak Ngaju, Bagawan berarti Pandita Ratu,

    bawi berarti perempuan, lewu berarti kampung, sedangkan telo berarti tiga. Secara

    haraah, sebutan itu berarti Pandita Ratu yang berkuasa di Tiga Kampung Besar.

    Dalam agama Kaharingan, khususnya bagi Dayak Ngaju, dikenal seorang dewi (dewa

    perempuan) bernama Jata yang tinggal di lubuk sungai yang dalam. Penyebutan

    Bagawan Bawi Lewu Telo kiranya dapat ditafsirkan sebagai penghormatan

    terhadap dewi Jata yang menghuni lubuk sungai-sungai di tiga kampung besar.

    Kita mengenalnya sebagai Kalimantan, pulau

    paling luas di Indonesia dan ketiga terbesar

    di dunia sesudah Greenland dan New

    Guinea. Dalam bahasa setempat, Kalimantan

    juga berarti pulau yang memiliki sungai-

    sungai besar. Orang Eropa kerap menyebut

    Kalimantan sebagai Borneo.

    Kita juga mengenal Kalimantan melalui

    peninggalan purbakala yang membawa kita

    ke peradaban Hindu di Kutai, Kalimantan

    Timur; sebuah peradaban lampau yang

    memperkenalkan konsep negara pertama

    di Nusantara. Pada masa Hindu tertua di

    Kalimantan, pulau itu disebut Tanjung

    Negara. Kerajaan-kerajaan besar di

    Nusantara, seperti Majapahit dan Sriwijaya,

    memperluas jangkauannya ke sana.

    Pada abad ke-16, ketika di pantai

    selatan dan barat Kalimantan tumbuh

    berbagai kesultanan seperti Kesultanan

    Banjarmasin, Pontianak, Sambas, Pasir,

    Sukadana, Kutai, Sambaliung, Gunung

    Tabur, Bulungan dan Berau Barat. BangsaEropa pun berdatangan dan menanamkan

    Ilustrasi:pulau Kalimantan

    Pelabuhan Tering, Kutai Barat.(Rangga Purbaya)

    22

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    23/257

    kekuasaannya. Orang Eropa pertama yang

    mengunjungi Kalimantan adalah orang

    Italia bernama Ludovico (1507), disusul

    orang Portugis bernama Laurenco de

    Gomes (1518). Ada dugaan, dari merekalah

    muncul sebutan Borneo, sebuah kata yang

    berasal dari Burne, Berunai, Brunei yang

    pada mulanya merupakan nama sebuahkampung di kawasan utara Kalimatan.

    Dinamika sejarah Kalimantan terbangun

    dari interaksi penduduknya dengan orang-

    orang Tiongkok dan Melayu, selain dengan

    bangsa-bangsa Eropa.

    Pada masa pemerintahan kolonial Belanda,

    secara administratif Kalimantan dibagi

    menjadi WesterafdelingBorneo (KalimantanBarat) dan Zuider- en Oosterafdeling Borneo

    Batuan ini dinamai Batoq Tepakit Lejo (batulompatan harimau), berkaitan dengan legendaGunung Batoq Ayo. Konon batu ini digunakan

    oleh harimau peliharaan raja Batoq Ayo untukmelompat menyeberangi Mahakam.

    (Rangga Purbaya)

    (Kalimantan Selatan dan Timur). Dalam

    catatan Jan B. Ave yang dikutip Arman (1984),

    penduduk asli Kalimantan adalah Dayak.

    Mereka adalah keturunan imigran yang

    berasal dari wilayah Yunnan di China Selatan.

    Pada mulanya, para peneliti dari Eropa

    menggunakan kata Dayak untuk menyebutsecara peyoratif masyarakat pribumi di

    Borneo yang pada masa itu mereka anggap

    belum beradab. Penilaian itu tampaknya

    muncul dari penafsiran mereka atas konsep

    peradaban, yang semata-mata mengacu

    ke peradaban Eropa. Akibatnya, mereka

    mengenakan predikat tidak beradab

    kepada masyarakat yang perkembangan

    kebudayaannya berbeda.

    23

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    24/257

    August Harderland (1859) memperkenalkan

    pengertian yang berbeda bagi kata Dayak.Harderland, sebagaimana dikutip Ukur

    (1971), menunjukkan bahwa penduduk

    pribumi pada mulanya menamakan suku

    mereka sesuai dengan nama wilayah

    kediaman mereka masing-masing, yang

    umumnya berada di tepi sungai. Misalnya

    sebutan Oloh (orang) Kahayan dan Oloh

    Barito digunakan bagi komunitas yang

    menghuni kawasan sekitar Sungai Kahayan

    dan Sungai Barito, sedangkan orang Tering

    adalah sebutan untuk komunitas yang

    menetap di sekitar di Sungai Tering.

    Mikhail Coomans (1987) menggunakan

    istilah Daya, yang berarti pedalaman

    atau hulu, untuk menyebut penduduk asli

    Kalimantan Daya atau orang-orang yang

    mendiami wilayah hulu sungai. Coomans

    juga mengatakan bahwa Daya adalah

    sebutan bagi semua orang yang menghuni

    pedalaman Kalimantan yang tidak beragamaIslam, sedangkan Haloq adalah sebutan bagi

    pemeluk agama Islam.

    H. J. Mallinckrodt (1928) membagi rumpun

    suku (stammenras) Dayak menjadi enam,

    yaitu (1) Kenyah-Kayan-Bahau/Wahau, (2)

    Ot Danum, (3) Iban, (4) Murut, (5) Klementan

    dan (6) Punan. Pemilahan rumpun-rumpun

    tersebut merujuk ke persamaan dan

    perbedaan hukum adat.

    Setelah menyimak dan mengutip tulisan

    para ahli sebelumnya, dengan mengacu ke

    perbedaan budaya, bahasa, serta geogras,

    Michael Dove (1985) menyimpulkan bahwa

    ada tiga kelompok besar suku dalam

    masyarakat Dayak, yaitu (1) kelompok Utara,

    termasuk Dusun dan Murut, (2) kelompok

    Selatan termasuk Ngaju dan (3) kelompok

    Atas Kiri : Tim peneliti sedang mewawancarai Lama, kepalaadat desa Benung, Kutai Barat. (Rangga Purbaya)

    Atas Kanan : Banyak, sedang memperagakan pembuatanjebakan hewan. (Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    25M i P ki D k

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    25/257

    Bawah 1: Tim bersama kepala adat desa Damai.(Rangga Purbaya)

    Bawah 2: Tim bersiap sesaat menuju Hulu Mahakam.(Steve Pillar).

    Tengah, termasuk Kenyah, Kayan, Kayang

    dan Iban.

    Djuweng, dkk. (1994) merujuk ke Tjilik

    Riwut yang membagi masyarakat Dayak

    di wilayah Kalimantan Timur ke dalam

    empat suku besar, yaitu (1) Dayak Kenyah

    Bahau yang terdiri dari 26 suku-suku kecil

    yang mendiami kawasan sepanjang sungai

    Mahakam, (2) Dayak Benuaq, Apu Kayan

    yang terdiri dari 38 suku-suku kecil yang

    mendiami wilayah Hulu Mahakam, (3) Dayak

    Tonyooy/Tunjung Murut termasuk Dayak

    Idaan di daerah Sandakan dan Dayak Tidung

    Lenden di daerah Tarakan dan (4) Dayak

    Bentian, Tidung yang tinggal di Malinau dan

    Tidung Pale.

    Menyigi Teknologi Dayak

    Suku bangsa Dayak dikenal memiliki

    kekayaan tradisi dan budaya. Mereka

    menguasai sistem ladang berpindah

    dan memiliki hunian komunal satu atap

    yang disebut rumah panjang, atau dalam

    bahasa setempat disebut lamin (Kutai),

    lou (Benuaq), betang (Ngaju, Manyaan)

    dan umaq dadoq (Kenyah). Mereka juga

    mempunyai berbagai macam ramuan daritumbuh-tumbuhan yang dipercaya dapat

    menyembuhkan rupa-rupa penyakit.

    Bagaimanakah cara mereka membuka

    lahan untuk berladang, mendirikan rumah

    dan meramu obat dari tumbuhan sekitar?

    Mereka menerima secara lisan warisan

    berbagai macam pengetahuan dan teknologi

    yang mereka kuasai turun-temurun, tetapi

    tidak mendokumentasikannya secara

    Nenek Oey, penenun Ulap Doyo dari Tanjung Isuy,Kutai Barat. (Rangga Purbaya)

    25

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    26/257

    RP

    27Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    27/257

    Kapal penarik gelondongan kayumelintasi batu dinding Mahakam.(Rangga Purbaya)

    tertulis dan sistematis. Perlahan-lahan

    namun cukup pasti, teknologi tradisionalDayak akan tergantikan oleh teknologi

    modern. Padahal, tidak sedikit teknologi

    orang Dayak yang masih bermanfaat sampai

    sekarang. Orang Dayak juga memiliki

    beragam kearifan lokal yang sejauh ini

    terbukti telah membantu mereka mengatasi

    kendala yang mereka hadapi sehari-hari.

    Penyigian (survei) teknologi yang dimilikiorang Dayak di Kalimantan Timur ini,

    khususnya di Kutai Barat dan Kutai

    Kartenagara, kami laksanakan dengan

    harapan teknologi milik suku Dayak dapat

    dilestarikan dan terus diwariskan. Penyigian

    ini juga bertujuan untuk mengenali

    berbagai potensi dalam tradisi Dayak yang

    punya peluang untuk dikembangkan agar

    bermanfaat bagi kalangan yang lebih luas.

    27

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    28/257

    Lumbung desa Lung Anai, Kutai Barat.(Rangga Purbaya)

    29Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    29/257

    Mengungkap Teknologi Dayak

    Upaya menyigi dan mendokumentasikan

    Teknologi Dayak berlangsung dalam dua

    tahap. Tahap pertama berlangsung dari

    27 Oktober sampai dengan 8 November

    2010. Pada tahap ini, kami mendatangi

    Desa Budaya Long Anai di Kabupaten Kutai

    Kartanegara, Museum Kutai di Tenggarong,

    Kabupaten Kutai dan kelompok suku

    Tunjung serta Benuaq di Kecamatan Barong

    Tongkok, Kabupaten Kutai Barat. Kami

    juga mengamati kegiatan pengrajin ulap(tenun) doyo di Kecamatan Tanjung Isuy,

    Kabupaten Kutai Barat, serta mengunjungi

    Desa Budaya Sungai Bawang di Pampang,

    Kota Samarinda, untuk mengumpulkan

    informasi mengenai teknologi suku Dayak

    Kenyah yang tinggal di sana. Perjalanan

    kami tempuh dengan menggunakan mobil

    sewaan, ces (perahu bermesin kecil yang

    dikenal dengan sebutan ketinting), dankapal besar.

    Di Long Anai, kami mendapatkan informasi

    dari masyarakat Dayak Kenyah tentang

    teknologi pembuatan kerajinan tradisional,

    peralatan berladang, manik-manik dan

    pembuatan mandau.

    Teknik pembuatan mandau juga kami

    peroleh dari komunitas Dayak Tunjung dan

    Belawing, lambang suku Dayak Kenyah,Lung Anai, Kutai Barat.Mahakam Ulu (Rangga Purbaya)

    Benuaq di Barong Tongkok, bersamaan

    dengan informasi tentang pembuatan lamin,

    berbagai ramuan dari tumbuhan, serta

    sistem religi.

    Di Tanjung Isuy, kami mengamati teknik

    pembuatan ulap doyo yang hampir punah

    karena bahan bakunya semakin langka.

    Benang untuk menenun ulap doyo berasal

    dari tanaman doyo(Curculigo latifolia),

    sejenis perdu yang tumbuh liar di lantai

    hutan maupun di tepi sungai yang teduh.

    Pengalihan hutan menjadi lahan produksidan perkebunan monokultur merusak

    habitat tanaman ini, sehingga populasi

    di kawasan yang cukup dekat dengan

    pedesaaan menurun dengan tajam. Apalagi,

    tanaman doyo yang tumbuh di lahan-

    lahan perkebunan dianggap sebagai gulma

    sehingga dibasmi.

    Penyigian tahap kedua berlangsung mulai 5

    Maret hingga 23 Maret 2011. Pada tahap ini,

    kami memulai penyigian dari desa-desa di

    Kecamatan Long Hubung, yaitu Datah Bilang

    Hulu, Datah Bilang Hilir, dan Long Hubung.

    Lalu di Kecamatan Long Bagun, yaitu desa

    Ujoh Bilang dan Long Bagun, Kecamatan

    Long Pahangai yakni di desa Lirung Asa,

    Long Tuyoq, Long Isun, Long Pahangai dan

    Long Pakaq, serta desa-desa di Kecamatan

    Long Apari yaitu Tiong Buu, Tiong Ohang,

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    y y

    30

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    30/257

    dan Naha Buan. Kami juga mengunjungi

    Tering Seberang (Kecamatan Tering) dan

    Lambing (Kecamatan Muara Lawa). Kedua

    desa itu berada di wilayah pedalaman

    Mahakam, Kabupaten Kutai Barat. Penyigian

    berakhir di Samarinda. Penggalian informasi

    dilakukan melalui pengamatan, wawancara

    dan studi kepustakaan.

    Desa (lepoq) Datah Bilang Hulu dan Datah

    Bilang Hilir merupakan pemukiman

    komunitas Dayak Kenyah Umaq Bakung

    yang diresmikan tahun 1975 oleh Soeharto,

    Presiden Republik Indonesia saat itu.

    Di kedua desa ini kami mengamati pola

    pemukiman dan perumahan, serta kegiatan

    sehari-hari masyarakat, baik di kampung

    maupundi ladang. Kami mewawancarai Pigen

    (pandai besi di Datah Bilang Hilir), Palamu

    Alung (Kepala Adat Datah Bilang Hilir), Kulle

    (Petinggi Datah Bilang Hulu), Revius Mering

    (tokoh masyarakat Datah Bilang Hulu) serta

    Charles, guru Sekolah Menengah Pertama

    (SMP) Negeri, dan Jhonson, seorang pemuda

    Kenyah yang berasal dari Datah Bilang Hilir.

    Charles dan Jhonson berperan sebagai

    penerjemah ketika kami mewawancarai

    beberapa narasumber yang bertutur dalam

    bahasa lokal.

    Para narasumber mengisahkan riwayat

    migrasi mereka dari Apo Kayan hingga

    ke Datah Bilang, memaparkan teknik

    pembuatan alutpasa, yakni perahu panjang

    yang digunakan Suku Dayak Kenyah Umaq

    Bakung untuk perlombaan perahu. Mereka

    juga memaparkan teknik pengolahan

    getah penjebak burung, pembangunanrumah lamin, pembuatan mandau, tradis,

    pengobatan dengan tetumbuhan serta

    sistem peladangan.

    Di Datah Bilang terdapat organisasi gotong

    royong bernama Pekua untuk kegiatan-

    kegiatan yang berhubungan dengan

    kepentingan umum. Saat kami berkunjung,

    Pekua sedang melaksanakan perbaikan

    atap lamin yang rusak sehingga kami dapat

    mendokumentasikan pembuatan sirap,

    wadah makanan dan minuman, seraung

    (caping Dayak) dan kegiatan masak-

    memasak.

    Kami melanjutkan perjalanan ke Long

    Hubung, kampung hunian orang Dayak

    Bahau Saq untuk menemui Ding Hat,

    mantan kepala adat yang disegani, sertaM. Jiu, petinggi kampung Long Hubung,

    dan Cisilia, seorang bidan kampung senior.

    Kami mendapat informasi tentang ramuan

    tumbuhan obat, serta teknik pembuatan gula

    tebu menggunakan penggilingan tradisional

    kerabatang. Kami juga mencermati tiang-

    tiang panjang yang akan digunakan untuk

    membuat lamin dan bentuk-bentuk mandau

    khas Dayak Bahau Saq.

    Kapal cepat yang membawa rombongan penelitiberistirahat sejenak sebelum memasuki riam panjang,

    Mahakam Ulu. (Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    31/257

    Desa Lung Anai tampak sepi, sebagianbesar penduduknya pergi bekerja di

    ladang. (Rangga Purbaya)

    Air terjun Kenheq di tepi Riam Panjang, huluMahakam. (Rangga Purbaya)

    Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    32/257

    Dari Long Hubung kami kembali ke Datah

    Bilang untuk mengunjungi ladang milik Revius

    Mering dan Broto yang letaknya bersebelahan.

    Selama di ladang kami melakukan wawancara

    untuk mengetahui jenis padi yang dikonsumsi

    maupun yang dijadikan benih, model lepau

    (pondok) peristirahatan saat mereka tidak

    pulang ke desa dan model lepubung (lumbung)

    penyimpan padi. Kami juga ikut mencaripohon-pohon yang getahnya dijadikan

    bahan penjerat burung. Revius Mering juga

    memperlihatkan proses pembuatan obat mata

    dari tumbuh-tumbuhan di sekitar halaman

    rumahnya.

    Selanjutnya kami menuju Kecamatan Long

    Bagun di kawasan hilir riam Mahakam. Di

    penginapan kami bertemu Lenardus Janum,warga Long Apar, dari suku Dayak Penihing

    atau disebut juga Dayak Aoheng. Lenardus

    memberi informasi tentang kampung

    Long Apari dan beberapa informan yang

    dapat kami hubungi. Di Long Bagun kami

    mendokumentasikan lamin dengan corak

    Dayak Bahau.

    Tujuan berikutnya adalah Long Pahangai.

    Di dermaga tujuan, kami bertemu Peltu

    33Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    33/257

    Sugiarto, Danramil Long Pahangai dan Long

    Apari, serta Adrianus Liah Belawing, putra

    Kepala Adat Besar Bahau Busang Mahakam

    yang sudah kami kenal sejak di Samarinda.

    Sebelum memulai penyigian, kami

    mengunjungi Kantor Kecamatan untuk

    bertemu dengan Tigang Himang, Camat

    Long Pahangai. Tigang memberikan

    nama-nama narasumber yang dapat kamiwawancarai. Ia juga memberikan informasi

    tentang ramuan tetumbuhan, teknik

    pembuatan mandau dan lamin, sistem

    religi Dayak Bahau Busang serta sejarah

    komunitas Long Gelat di Mahakam Hulu.

    Esoknya, bersama Liah, adik ipar Tigang,

    kami mewawancarai Lawing, mantan Kepala

    Sekolah Dasar (SD) Long Pahangai, Y. NgauAjaat mantan raiders (klasikasi dalam

    tentara di atas infantri) pada masa Dwikora

    dan mantan Kepala Adat Kampung Long

    Pahangai. Mereka memaparkan perihal

    rumah lamin, kerajinan tangan anjat yang

    terbuat dari rotan, mandau, pengobatan

    tradisional menggunakan tumbuhan, sape

    (gitar khas Dayak) dan tradisi dangai (upacara

    daur hidup). Kami juga mendokumentasikan

    dua lamin Dayak Bahau Busang, termasuk

    kegiatan penghuninya.

    Berbekal informasi dari Y. Ngau Ajaat,

    kami menuju Lirung Asa, sebuah

    kawasan peladangan masyarakat Dayak

    Bahau Busang, menggunakan ces. Kami

    menemui Hang Beq di pondoknya. Hang

    Beq adalah seorang pembuat mandau

    dan topenghudoq. Wawancara meliputi

    teknik pembuatan mandau, topenghudoq,anyaman dari rotan, ramuan tetumbuhan

    Atas Kanan: Penginapan terapung di Datah Bilang.(Rangga Purbaya)

    34 Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    34/257

    beras dan berbagai informasi mengenai

    kegiatan sehari-hari penduduk dan

    peralatan yang mereka gunakan.

    Kami lalu mendatangi kampung Long Isun

    dan mewawancarai Lusang Aran, Kepala

    Adat Bahau Busang Kampung Long Isun dan

    Kuleh Liah, seorang guru SD. Informasi yang

    mereka berikan memperdalam pengetahuankami tentang teknik penganyaman rotan,

    obat-obatan tradisional, lamin adat, alat-

    alat penangkapan ikan dan lain sebagainya.

    Dengan menyewa kapal cepat bermesin 400

    PK kami menuju Tiong Ohang di Kecamatan

    Long Apari. Kami singgah dulu di Datah

    Suling dan Long Lunuk sambil mengantar

    Belawing. Di Long Lunuk kami membuat

    dan cara berburu. Tim fotografer membuat

    foto-foto dapur di pondok Hang Beq.

    Keesokan harinya kami menuju kampung

    Long Tuyoq pemukiman komunitas Dayak

    Bahau Long Gelat. Di lamin Long Tuyoq

    kami menemui Blawing Belareq, Kepala Adat

    Besar Bahau Busang Mahakam dan Doh

    Ding, seorang pengrajin anyaman rotan.Lewat wawancara, kami mendapatkan

    banyak informasi tentang teknologi

    pembuatan lamin, ritual adat Kayo, tato,

    pakaian adat Long Gelat, zat-zat pewarna

    dan teknik membuat anyaman dari rotan.

    Dari Long Tuyoq, kami kembali ke Lirung

    Asa untuk mendokumentasikan cara

    menempa besi menjadi mandau, menampi

    Paling kiri: M Jiu, petinggi kampung Long Hubung.Kedua dari kiri: Kulle, petinggi kampung Datah Bilang.Ketiga dari kiri: Suasana ruang dalam lamin Pepas Eheng,Sendawar, Kutai Barat.

    (Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    35Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    35/257

    dokumentasi minuman tradisional dari

    beras ketan yang bernama Balo Tau Boraaq,

    mengamati dan membuat foto lamin tua

    yang pengikatnya masih memakai tali rotan

    dan bukan paku, serta ukiran patung-

    patung Dayak Bahau Busang.

    Daerah berikutnya yang kami kunjungi

    adalah Long Pakaq, kampung suku DayakKayan. Kami mewawancarai Kepala Adat

    Kayan yang memiliki mandau tua yang dulu

    sering digunakan sebagai senjata perang

    (ayau/mengayau). Pada bilah mandau yang

    dekat ke gagang, terdapat 90 guratan yang

    menandakan mandau itu sudah memakan

    90 orang korban. Kami juga mewancarai

    seorang guru SD bernama Yakobus dan

    membuat dokumentasi berbagai jenis

    tumbuhan yang digunakan untuk obat oleh

    masyarakat Dayak Kayan di Long Pakaq.

    Dari Long Pakaq kami menuju Tiong Buu

    dan Tiong Ohang di Kecamatan Long

    Apari yang dihuni oleh Dayak Aoheng/

    Penihing. Kecamatan Long Apari merupakan

    kecamatan terujung Kalimantan Timur

    dekat perbatasan Sarawak. Kami melakukanwawancara mendalam dengan Leonardus

    Janun (pemburu), Devung Anyang (istri

    almarhum Irang Napap, seorang tokoh adat

    Penihing), A. Kaya (peladang) dan Fransiscus

    Jiu, guru Sekolah Menengah Atas (SMA)

    Negeri Long Apari, untuk mengumpulkan

    informasi mengenai teknik pembuatan

    mandau, telavang (perisai), obat-obatan

    tradisional dan baju Dayak Aohen, termasukpewarna dan pengawetnya.

    Paling kanan: Lamin Pintuq, Sendawar, Kutai Barat.Kedua dari kanan: Warga Datah Bilang bergotong royong,orang-orang tua bertugas menyiapkan makan siang.

    (Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    36 Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    36/257

    RP

    Perempuan Kenyah menganyam anjat, Lung Anai, Kutai Barat.

    (Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    37/257

    38 Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    38/257

    masih menggunakan lampu minyak yang

    mereka sebut pelita.

    Dari kampung Lambing, kami menuju

    Samarinda melalui jalan darat. Kami

    mewancarai Lukas Kapung, Panglima

    Komando Pertahanan Adat Dayak (KPAD)

    Kalimantan dan Roedy Haryo Widjono,

    pengamat budaya Dayak yang menikahdengan putri Dayak Benuaq dari kampung

    Benung, Kecamatan Damai, Kutai Barat. Dari

    wawancara ini kami memperoleh informasi

    tentang masyarakat Dayak yang bermukim

    di wilayah Kalimantan Timur bagian Utara

    (Dayak Lun Dayeh, Punan, Murut, Berusu,

    Agabaq dan sebagainya), pembuatan

    garam yang dilakukan oleh orang Dayak

    Lun Dayeh di pegunungan Krayan,

    pembuatan mandau, sumpit, dan nilai-nilai

    losos yang terkandung dalam teknologi

    Dayak. Terakhir, kami mengunjungi

    pasar Citra Niaga di Samarinda untuk

    mendokumentasikan beragam peralatan dan

    pernak-pernik Dayak yang dijual di sana.

    Sebagai tambahan informasi, hampir di

    semua desa yang kami datangi, kami melihatbanyak perempuan dan laki-laki Dayak yang

    bertelinga panjang. Bagi perempuan Dayak,

    tradisi telinga panjang adalah bagian dari

    kearifan lokal menyangkut tata rias dan

    kecantikan.

    Bagi perempuan Dayak, tradisi telinga

    panjang adalah bagian dari kearifan

    lokal menyangkut tata rias dan

    kecantikan.

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    39Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    39/257

    Anak-anak Kenyah bermain

    di sore hari, Lung Anai.(Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    40 Menyusuri Pemukiman Dayak

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    40/257

    Susunan Laporan

    biasa dimanfaatkan oleh orang Dayakdi Kalimantan Timur untuk menangani

    berbagai macam penyakit. Selain itu, kami

    juga memaparkan teknik pembuatan tenun

    doyo serta beberapa peralatan khas Dayak.

    Dalam bagian keempat yang merupakan

    bagian penutup, kami menyampaikan

    beberapa gambaran yang kiranya dapat

    menjadi cermin kecil bagi rupa-rupapermasalahan yang dihadapi orang Dayak,

    khususnya di kawasan-kawasan yang kami

    kunjungi. Sebuah ratapan yang bukan

    dimaksudkan untuk mencari-cari, apalagi

    mendakwa siapa biang keladi permasalahan,

    melainkan sebagai picuan untuk

    menemukan jalan keluar bersama.

    Untuk memudahkan pembaca mencari

    informasi lebih lanjut, buku ini kami

    lengkapi dengan sumber informasi

    penelitian dan penulisan, baik dalam bentuk

    daftar pustaka maupun rincian narasumber

    Temuan-temuan pokok penyigian ini kamiuraikan ke dalam empat bagian berdasarkan

    kedekatannya secara kategoris. Bagian

    Pertama, Menyusuri Pemukiman Orang

    Dayak, menyajikan gambaran umum lokasi

    yang kami kunjungi di Kalimantan Timur

    serta metode penelitian.

    Bagian Kedua, Kebudayaan dan Kearifan

    Lokal, berisi pemaparan tentang teknologidalam kehidupan sehari-hari mereka terkait

    dengan sistem hunian, sistem peladangan,

    sistem transportasi serta berbagai peralatan

    yang mereka gunakan untuk kegiatan yang

    berbeda-beda. Bagian ini juga memaparkan

    teknik pengolahan makanan yang mereka

    kuasai, serta teknologi punggung orang

    Dayak yang terkenal, selain busana dan

    ritual adat.

    Bagian Ketiga adalah laporan kami tentang

    Temuan-temuan yang Berpotensi untuk

    Dikembangkan. Bagian ini terutama berisi

    uraian tentang tumbuh-tumbuhan yang

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    41

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    41/257

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    42/257

    Anak-anak dilamin PepasEheng, Sendawar,Kutai Barat.(Rangga Purbaya)

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    43/257

    dari Teknologi Rumah Panjang

    sampai Teknologi Punggung

    02. Kebudayaan dan Kearifan Lokal

    44 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    44/257

    Umaq dadu, Long Anai.(Rangga Purbaya)

    Teknologi dalam arti sempit merupakan

    buah karya manusia untuk menyiasati alam

    sekitarnya. Teknologi yang berkembang

    dalam suatu masyarakat tidak dapatdilepaskan dari cara pandang tentang

    alam dan tentang sesama. Dalam arti luas,

    teknologi bukan sekadar sarana untuk

    mencapai tujuan, melainkan tempat

    beragam kegiatan kehidupan itu sendiri

    mengambil tempat. Di dalam teknologi

    terkandung cita-cita dan harapan, serta

    jerih payah manusia untuk mewujudkannya.

    Bagi kebanyakan orang Dayak, teknologi dan

    sistem pengetahuan mereka erat bertaut

    dengan peladangan yang bersifat subsisten.

    Kita dapat mengenali teknologi orang Dayak

    melalui karya-karya sik yang melekat

    dalam kehidupan mereka sehari-hari.

    Bagian ini memaparkan macam-macam

    teknologi orang Dayak di Kalimantan Timur

    yang mencerminkan kekayaan budaya serta

    kearifan lokal yang mereka miliki, mulai dari

    rumah lamin, sistem peladangan, beragam

    peralatan sehari-hari, pengolahan makanan,

    perlengkapan ritual, isyarat bunyi-bunyian,

    transportasi, sampai keunggulan melahirkan

    ulap doyo yang terkenal.

    Di dalam teknologi terkandung cita-cita

    dan harapan, serta jerih payah manusiauntuk mewujudkannya.

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    45Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    45/257

    Teknologi Pemukiman

    Ciri khas budaya material suku-bangsa

    Dayak ialah rumah lamin, rumah betang ataurumah panjang. Hampir di seluruh pulau

    Kalimantan terdapat rumah lamin. Suku-

    bangsa Dayak terdiri dari ratusan anak suku.

    Dalam kajian Charles Hose yang dirujuk oleh

    Maulani (2000), rumah lamin merupakan

    warisan peninggalan Dayak Kahayan yang

    bermigrasi kurang lebih seribu tahun yang

    lalu dari dataran tinggi Irawadi di Burma.

    Bukti kehadiran Dayak Kahayan ditunjukkansekurang-kurangnya dengan adanya empat

    sungai besar yang menggunakan nama

    Kahayan, yaitu dua di Kalimantan Tengah,

    satu di Kalimantan Timur dan satu lagi di

    Kalimantan Utara, Serawak.

    Lamin alias Rumah Panjang

    Sebagaimana terjadi dengan banyak

    peninggalan tradisional, rumah lamin

    semakin langka. Menjelang kepunahannya,

    masih berdiri rumah panjang milik

    komunitas Dayak Tamambaloh Apalin di

    Kalimantan Barat, yakni Betang Sungolo.

    Dihuni oleh lebih dari 500 jiwa (sekitar 130

    kepala keluarga) dengan struktur sepanjang

    Warga Datah Bilang bergotongroyong memperbeaiki lamin.(Rangga Purbaya)

    268 meter dan memiliki 53 bil ik (sebelumnya

    63 bilik), Betang Sungolo merupakan rumah

    terpanjang di Kalimantan yang masih berdiri

    (Wisetyo, 2007). Di Kalimantan Timurmasih tampak beberapa rumah betang

    yang disebut lamin. Beberapa lamin di

    Kalimantan Timur, khususnya di Kutai Barat,

    masih berdiri kokoh dan masih berpenghuni

    meskipun sudah mengalami peremajaan.

    Sementara di Kalimantan Tengah, rumah

    betang sudah jarang ditemukan karena

    memecah ke dalam rumah-rumah tunggal

    bagi keluarga inti (Maulani, 2000).

    Berdasarkan jenis kediamannya, masyarakat

    Dayak di Kutai Barat terbagi menjadi dua,

    yaitu yang bermukim di darat dan yang

    bermukim di kawasan sepanjang sungai.

    Rumah-rumah lamin yang dibangun di darat

    dapat dicapai melalui perjalanan darat,

    seperti di Pepas Eheng, Engkuni, Pintuq/

    Benung, Tolan, Mancong dan Tanjung Isuy.

    Sedangkan lamin yang dibangun oleh orang

    Dayak yang bermukim di sepanjang sungai,

    yaitu Amin Aya Uma Belua (Long Pahangai

    Hulu), Amin Aya Uma Baleh (Long Pahangai

    Hilir), lamin Datah Bilang Hilir dan Datah

    Bilang Hulu, harus dicapai melalui sungai.

    Sebelum memasuki kawasan Datah Bilang,

    kami melihat rumah-rumah di atas rakit

    di sungai Mahakam yang dalam bahasa

    setempat disebut lanting. Selain berfungsi

    sebagai rumah hunian, lanting juga

    berfungsi sebagai kios yang menjajakan

    barang kelontong, bahan bakar, warung

    makan, penginapan, dan bahkan sebagai

    dermaga tempat orang Dayak menanti

    transportasi sungai baik yang ke hulu

    maupun ke hilir. Selama di Datah Bilang,

    kami juga bermalam di penginapan di atas

    rakit.

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    46 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    46/257

    Dengan kata lain, hunian yang dibangun

    oleh masyarakat Dayak di sepanjang hulu

    sungai Mahakam terbagi atas rumah di

    atas rakit dan rumah panggung. Rumah

    panggung, katakan saja lamin atau balai, dan

    rumah biasa terletak di sepanjang bantaran

    sungai. Sedangkan rumah rakit terapung di

    atas permukaan air tepian sungai.

    Rumah rakit atau rumah terapung

    menggunakan kayu gelondongan jenis

    bengkirai berdiameter 60 sentimeter yang

    panjangnya mencapai 4 sampai 5 meter.

    Gelondongan-gelondongan kayu itu disusun

    secara mendatar. Jumlah gelondongan

    yang digunakan sesuai dengan kemampuan

    pemiliknya. Setelah disusun, gelondongan-

    Warung dan toko di atas rumah rakit yang banyak terdapat disepanjang Mahakam. (Rangga Purbaya)

    gelondongan itu diikat satu ke yang lain

    dengan rotan sehingga permukaannya rata.

    Di atas permukaan gelondongan kemudian

    disusun rangkaian papan kayu dengan rapidan dipaku agar tidak bergeser. Rangkaian

    papan itu berfungsi sebagai lantai rakit. Di

    atas papan lantai lalu didirikan tiang-tiang

    untuk membangun rumah. Dinding rumah

    terbuat dari rangkaian papan dan atapnya

    dari sirap kayu ulin. Agar tidak terombang-

    ambing atau terseret arus sungai, rumah

    rakit diikat ke tiang-tiang kayu ulin yang

    ditanam dengan kokoh di tepi sungai.

    Jika dibandingkan dengan rumah panggung,

    rumah rakit secara arsitektural sangat

    sederhana tanpa banyak ornamen.

    Rumah rakit biasanya bertahan sampai 20

    tahun. Namun, bahan baku berupa kayu

    gelondongan dengan diameter dan panjang

    yang disebutkan di atas kini agak sulit

    diperoleh.

    Konstruksi rumah panggung menggunakan

    beberapa tongkat kayu yang tinggi untuk

    menopang rumah, sebagaimana kami

    saksikan di kawasan penelitian kami.

    Di Datah Bilang Hilir dan Datah Bilang

    Hulu ada dua buah lamin milik orang

    Dayak Kenyah. Lamin di Datah Bilang Hulu

    yang bernama Amin Biu Lepoq dibangun

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    47Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    47/257

    Kiri: Suasana dalam lamin adat Lng Anai.

    Kanan: Warga Datah Bilang menumpuklembaran sirap (atap kayu).

    (Rangga Purbaya)

    tahun 1976. Panjanglamin ini 20 meter dan

    lebarnya 60 meter. Atapnya terbuat dari

    sirap kayu ulin (Eusideroxylon zwageri),

    dindingnya dari kayu dan lantainya dari

    papan kayu ulin. Lamin di Datah Bilang

    Hilir bernama Amin Data Bilang Hilir. Lamin

    yang dibangun tahun 1975 ini panjangnya

    16 meter dan lebarnya 50 meter. Atapnyaterbuat dari sirap kayu ulin, dindingnya dari

    papan kayu dan lantainya dari papan kayu

    ulin. Lamin ini berdiri kokoh di atas tiang-

    tiang kayu ulin yang tidak terlalu tinggi,

    tidak jauh dari tepi sungai Mahakam.

    Lamin, amin atau rumah panjang adalah

    bagian dari identitas orang Dayak.

    Lamin dapat dikatakan sebagai simbol

    yang senantiasa mengedepankan nilai-

    nilai kebersamaan dan persaudaraan,

    yang bertumpu di atas keyakinan akan

    kesetiakawanan, tolong menolong dan

    kerukunan (Sedyawati dkk., 1995). Nilai-nilai

    losos tentang keutamaan hidup bersama

    itu mereka terapkan dalam kehidupan

    sehari-hari di lamin.

    Pantulan nilai-nilai itulah yang sempat kami

    rekam dalam kerja bakti memperbaiki lamin

    Datah Bilang Hilir. Seluruh kaum lelaki

    warga Datah Bilang Hilir, baik tua maupun

    muda, seiman maupun berbeda iman,

    etnis Bugis, Banjar, Jawa maupun Dayak,

    ikut serta dalam kegiatan itu. Kegiatan itu

    juga mencerminkan pembagian kerja yang

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    48 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    48/257

    Lamin milik warga Dayak Kenyah di Datah

    Bilang Hilir dan Datah Bilang Hulu dibangun

    bukan untuk hunian bersama, melainkan

    sebagai balai tempat musyawarah dan

    kegiatan sosial-budaya. Dalam perspektif

    masa kini, sebutan lamin boleh dikatakan

    identik dengan balai karena struktur balai,

    cara membuat serta nilai-nilainya tetap

    mengacu ke lamin. Maka sebagaimanalamin, balai pun melambangkan identitas

    orang Dayak dan harus ada di setiap

    perkampungan Dayak.

    Lamin Datah Bilang Hulu dan Datah Bilang

    Hilir dimiliki oleh orang Dayak Kenyah

    Umaq Bakunq. Di halaman depan lamin

    adil. Orang-orang muda terlibat dalam

    pekerjaan berat, misalnya membuat sirap

    dari balok-balok kayu ulin yang sangat

    keras di halaman luar lamin di bawah cuaca

    terik. Sedangkan orang-orang tua bekerja

    di dalam lamin bagian belakang, tepatnya

    di dapur. Sebagian membuat wadah dari

    daun pisang untuk membungkus nasi

    serta wadah untuk menampung kuah gulaidaging dan minuman, sebagian lagi meraut

    bambu pengikat wadah dan sebagian

    lainnya memasak nasi, gulai daging serta air.

    Kegiatan gotong royong ini tidak melibatkan

    kaum perempuan karena perempuan

    bekerja dalam keluarganya masing-masing,

    yaitu menjemur padi, membuat kerajinan

    rotan, memasak, dan lain sebagainya.

    SP

    RP

    Amin Biu Lepoq, Datah Bilang Hulu.(Rangga Purbaya)

    49Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    49/257

    ada belawing berdiameter 50 sentimeter

    terbuat dari kayu ulin bertatah ukiran.

    Pada belawing terlihat torehan tanggal

    pembuatan, yaitu 24-4-1996. Lamin yangberfungsi sebagai balai ini, memiliki

    enam tiang utama berdiameter sekitar 60

    sentimeter yang diukir dengan motif Dayak

    Kenyah. Di serambi tempat bercengkrama

    terdapat panggung setinggi sekitar

    setengah meter. Di sisi depan bagian

    bawah panggung, terdapat relief yang

    menggambarkan perpindahan penduduk

    desa itu secara bertahap dari kampung Tege

    di Apokayan. Mereka mulai meninggalkan

    kampung Tege antara tahun 1861 dan 1930,

    dan tiba di kampung Datah Bilang pada

    tahun 1975.

    Sebagaimana di Datah Bilang Hilir dan

    Datah Bilang Hulu, lamin yang kami

    temukan di Long Isun, Long Nunuk, Long

    Pakaq, Long Pahangai dan Long Apari

    hanya berfungsi sebagai balai kegiatansosial-budaya, sekaligus simbol identitas

    komunitas suku Dayak setempat. Di

    lamin Long Isun, serambi tempat warga

    berkumpul dilengkapi dengan tambur,

    perahu, lesung dan berbagai perlengkapan

    upacara adat seperti hudoq, ngayau, mamat,

    dangai dan lain sebagainya. Ukiran di tiang-

    tiang serta dinding dalam dan dinding luar

    bermotif khas Dayak. Terdapat juga patung Suasana kampung Datah Suling, Mahakam Hulu.(Rangga Purbaya)

    burung enggang serta belawing.

    Berbeda dengan di Datah Bilang, dimana

    lamin telah dipergunakan bersama, lamin

    di Long Hubung masih dalam prosespembangunan. Pendududuk Long Hubung

    umumnya berasal dari suku Dayak Bahau.

    Tampak tiang-tiang berupa gelondongan

    pohon ulin sebanyak 16 buah yang telah

    berdiri dengan ketinggian kurang lebih 10

    meter dari permukaan tanah. Tiang-tiang

    itu tertanam 1,5 meter ke dalam tanah

    untuk membentuk pondasi. Jarak antarasatu tiang dengan yang lainnya kira-kira 4

    meter. Agar tetap tegak berdiri, tiang-tiang

    gelondongan itu dihubungkan satu sama

    lain dengan bambu lalu diikat dengan tali

    rotan.

    Lamin milik warga Dayak Kenyah di Datah Bilang Hilir dan Datah

    Bilang Hulu dibangun bukan untuk hunian bersama, melainkansebagai balai tempat musyawarah dan kegiatan sosial-budaya

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    50 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    50/257

    Lamin Long Tuyoq (Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    51Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    51/257

    Lebar lamin itu direncanakan sekitar 8

    meter dan panjangnya 24 meter. Di tengah-

    tengah bakal lamin terdapat sebuah tiang

    yang tingginya sama dengan tiang-tiang laintetapi diameternya lebih besar, kira-kira

    50 sentimeter. Sedangkan di bagian depan

    terdapat dua tiang kayu ulin gelondongan

    berdiameter 30 sentimeter. Di pinggir area

    bakal lamin terdapat tumpukan bahan-

    bahan untuk membangun lamin, terdiri

    dari gelondongan-gelondongan kayu ulin,

    sirap dari ulin dan kayu-kayu lainnya. Kami

    mendapat informasi bahwa lamin itu juga

    akan digunakan sebagai kantor kecamatan.

    Lamin di Long Tuyoq adalah milik orang

    Dayak Bahau Long Gelat. Saat ini, lamin

    itu dihuni oleh tiga keluarga. Lamin ini

    mempunyai keunikan tersendiri jika

    dibandingkan dengan lamin-lamin lain.

    Dapur lamin ini terletak di ruang utama

    dan hanya dipergunakan pada saat upacara

    adat. Lamin ini terdiri dari dua tingkat.

    Tingkat pertama untuk kegiatan masyarakat,

    terutama musyawarah. Penghubung antara

    lantai pertama dan lantai berikutnya adalah

    sebuah tangga yang terbuat dari balok kayu

    ulin berukir. Di lantai dua terdapat tiga pintu

    ke kamar-kamar yang dihuni oleh keturunan

    bangsawan Dayak Bahau Long Gelat. Kaum

    keturunan bangsawan disebut hipuy,

    sedangkan masyarakat biasa disebut panyin.

    Di lantai itulah kami disambut oleh Belawing

    Belareq, kepala suku Dayak Bahau Long

    Gelat di Long Tuyoq, yang merangkap

    sebagai kepala adat besar KecamatanLong Pahangai. Selain untuk hunian, lantai

    itu juga dipergunakan untuk pertemuan

    para hipuy. Sebagai tempat pertemuan,

    lantai di depan kamar dibuat berundak

    sepanjang ruangan. Tinggi undakan sekitar

    50 sentimeter dari tempat duduk kaum

    hipuy. Jika ada musyawarah dengan kaum

    panyin, biasanya kaum hipuy bertemu dulu

    di ruang ini baru kemudian mereka turun ke

    lantai bawah. Umumnya para panyin bekerja

    sebagai pengrajin anyaman rotan bahan

    pembuat anjat (tas tradisional) dan bekerja

    di ladang.

    Lamin ini terlihat sudah tua tetapi tetap

    terawat. Di depan lamin terbentang

    halaman kira-kira seluas lapangan bola

    dan ada patungbelawing yang terbuat dari

    kayu ulin berukir. Di pinggir lapangan ada

    beberapa tiang dari gelondongan kayu ulin

    yang terlihat sudah sangat tua. Lapangan

    itu, lengkap dengan tiang-tiangnya,

    merupakan arena untuk menyelenggarakan

    upacara kayau. Pada masa lampau, upacara

    kayau adalah upacara mempertontonkan

    kepala-kepala musuh yang berhasil mereka

    penggal kepada warga kampung. Tidak jauh

    dari arena itu, melintas sungai Mahakam.

    Dapur lamin ini terletak di ruang utama dan hanya dipergunakan

    pada saat upacara adat. Lamin ini terdiri dari dua tingkat. Tingkatpertama untuk kegiatan masyarakat, terutama musyawarah.

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    52/257

    53Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    53/257

    Pemukiman komunitas Dayak Bahau Busang

    Long Gelat terletak tidak terlalu jauh di kiri

    dan kanan lamin Long Tuyoq. Dengan kata

    lain, lamin Long Tuyoq berada di tengah-tengah pemukiman penduduk dan menjadi

    pusat kegiatan sosial-budaya masyarakat

    setempat.

    Lamin di Datah Dawai bisa dibilang lebih

    tua daripada lamin di Long Tuyoq. Pengikat

    dinding dan atap bukan paku, melainkan tali

    rotan. Lamin ini berdiri di atas tiang-tiang

    kayu ulin setinggi kira-kira 4 meter dengan

    diameter 30 sentimeter. Lantai lamin

    terbuat dari papan kayu yang tebal, masing-

    masing diikat dengan tali rotan. Lamin

    ini hanya dihuni oleh seorang perempuan

    berusia lebih dari 65 tahun. Kendati masih

    berdiri tegak, kekokohan lamin ini tampak

    memudar termakan usia.

    Sementara lamin Tolan Bawah dan

    Tolan Atas di Lambing, KecamatanMuara Lawa, adalah milik suku Dayak

    Benuaq. Narasumber kami, Y. Nyangkum,

    mengatakan bahwa kedua lamin itu sudah

    ada sejak zaman kolonial, sekitar tahun

    1920an. Lamin Tolan Bawah yang lebih

    muda daripada Tolan Atas tidak lagi dihuni.

    Di depan lamin terdapat patung kayu

    belontakng pertanda sudah pernah ada

    upacara adat untuk menghantar arwah

    (kwangkai). Kondisi lamin Tolan Bawah

    sangat memprihatinkan. Atapnya yang

    terbuat dari sirap sudah banyak yang bocor,

    dindingnya yang terbuat dari kulit kayubanyak yang sudah aus dan robek-robek,

    sementara lantainya yang terbuat dari rotan

    dan bambu yang ditata sudah banyak yang

    rapuh.

    Letak dapur lamin Tolan Bawah dan Tolan

    Atas tidak terpisah dari ruang utama lamin,

    tetapi posisinya lebih rendah. Sedangkan

    ruang mandi, cuci dan kakus (MCK)

    terpisah dari lamin. Di bagian bawah lamin

    terdapat kandang ayam dan tumpukan

    kayu. Lamin Tolan Bawah memiliki tiga

    kamar yang, seperti disebut di atas, tidak

    lagi dihuni karena penghuninya sudah

    meninggal dunia. Anggota keluarga yang

    ditinggal memilih membangun rumah

    pribadi di depan lamin. Sedangkan lamin

    Tolan Atas masih dihuni oleh dua keluarga.

    Dindinglamin Tolan Atas terbuat dari kulitkayu serta lantainya campuran rotan dan

    bambu. Tiangtianglamin diikat dengan

    tali rotan. Lamin itu mempunyai 12 tiang

    utama dan empat jendela. Penghuni lamin

    Tolan Atas hanya menggunakan sebuah

    pelita sebagai penerangan pada malam hari.

    Sedikit banyak, lamin Tolan Atas mewakili

    gambaran lamin-lamin pada masa lampau.

    Patung-patung di depanlamin Pepas Eheng. (Steve Pillar)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    54 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    54/257

    Tampilan sik lamin Tolan Bawah dan Tolan

    Atas mirip dengan lamin di Pepas Eheng

    tetapi ukurannya lebih kecil. Ukuran Lamin

    Tolan Bawah dan Tolan Atas kurang lebih

    sama dengan lamin di Benung. Beberapa

    lembar kasur yang tampak tergulung pada

    siang hari menunjukkan penghuni lamin

    juga menggunakan ruang utama lamin

    untuk tidur. Pada malam hari, mereka

    membentangkan kasur-kasur tersebut

    untuk alas tidur.

    Sisi depan lamin menghadap ke arah timur,

    dimana terdapat belontakng serta bentangan

    halaman yang luas dan jalan tanah sepanjang

    kira-kira 1 kilometer menuju jalan raya. Di

    bagian belakang, yang menghadap ke barat,

    ada pancuran air untuk mandi. Di bawah

    lamin terdapat hewan ternak dan peliharaan

    seperti anjing, babi, ayam, sapi dan kucing.

    Di sekelilinglamin terdapat pohon-pohonkelapa, pepaya, belimbing, pinang, jeruk

    nipis dan mangga. Rumput yang tertata

    rapi digunakan untuk menjemur tikar dan

    kelambu. Di sisi kanan lamin, di kawasan

    yang menurun, terdapat pekuburan kerabat

    penghuni lamin.

    Ketika kami berkunjung ke lamin Tolan

    Atas, dua perempuan yang menghuni

    lamin itu sedang menganyam rotan untuk

    membuat tikar, kendati remang senja telah

    turun menyapa. Mungkin, inilah ciri orang

    yang bekerja dengan intuisi, menyatukan

    tangan dan hati sehingga redup penerangan

    bukanlah hambatan untuk terus berkarya.

    Sementara, suami-suami mereka bekerja

    sebagai peladang dan petani karet.

    Doh Ding, menganyam tikar, Long Tuyoq.(Rangga Purbaya)

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    55/257

    56 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    56/257

    bernama Amin Aya Bangun yang dibangun

    tahun 1980. Panjanglamin itu 40 meter,

    lebarnya 15 meter dan tingginya sekitar4 meter dari permukaan tanah. Atapnya

    terbuat dari sirap ulin, dindingnya terbuat

    dari papan kayu lempung, sedangkan

    lantainya terbuat dari papan kapur. Lamin

    ini digunakan untuk upacara adat dan

    musyawarah adat.

    Lamin di kampung Naha Buan di Kecamatan

    Long Apari yang bernama Baang AdatHuvung Nyoaang Noha Boan, lebih kecil

    daripada lamin di Tiong Ohang. Panjangnya

    kurang lebih 20 meter dan lebar sekitar 15

    meter. Lamin memiliki 10 tiang yang terbuat

    dari kayu ulin. Tinggi lamin hanya sekitar

    1 meter dari permukaan tanah. Di serambi

    lamin ada tuwung (tambur/bedug), suan (alu)

    dan losung (lesung). Tuwung terletak dalam

    posisi terbalik di penyangganya, demikian

    pula losung tersandar di sudut serambi

    dengan posisi terbalik. Staf adat bernama

    Lasa menjelaskan, posisi benda-benda adatdalam keadaan terbalik menandakan suasana

    berkabung karena ada warga penganut

    kepercayaan leluhur (agama nenek moyang)

    yang meninggal dunia.

    Lamin di Tiong Buu letaknya berseberangan

    dengan kampung Tiong Ohang serta Naha

    Buan dan dipisahkan oleh sungai Mahakam.

    Ukuran lamin di Tiong Buu hampir samadengan lamin di Naha Buan.

    Lamin di Long Paka adalah milik orang Dayak

    Kayan. Panjang dan lebar lamin ini sama

    dengan lamin di Naha Buan dan Tiong Buu. Di

    dalam lamin ada tambur dan lesung. Lamin

    ini juga hanya berfungsi sebagai balai tempat

    pertemuan dan upacara adat. Di belakang

    lamin tinggal kepala adat Dayak Kayan.

    Kiri atas: Lesung, Noha Buan.(Rangga Purbaya)

    Kanan atas: Tambur, Lamin Baang AdatHuvung Nyoang Noha Buan.(Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    57/257

    Totem, Lamin Tiong Buu.

    (Rangga Purbaya)

    58 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    58/257

    Amin Dadu Long Anai

    Sebuah lamin kecil yang dibangun di Long Anai pada tahun 2007 dinamakan Amin Dadu.

    Amin dapat diartikan sebagai tempat tinggal (kamar) satuan keluarga dalam sebuah umaq

    dadoq (lamin). Amin Dadu itu menghadap kejananbio (jalan kampung) dan terletak di

    sebelah kanan sebuah gereja. Saat kami berkunjung, Amin Dadu dihuni oleh dua keluarga

    yang baru datang dari wilayah Apo Kayan. Warga Kenyah di Long Anai yang menghormati

    semangat persaudaraan dan kebersamaan, mengizinkan kedua keluarga itu menghuni Amin

    Dadu. Pertimbangan mereka sederhana. Kedua keluarga itu baru tiba dan belum mampu

    membuat amin tunggal (rumah sendiri).

    (Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    59/257

    60 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    60/257

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    (Rangga Purbaya)

    KamarMandi

    KamarMandi

    KamarTidur

    RuangTidur

    Dapur

    61

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    61/257

    Lamin Pintuq dan Benung

    Kepala adat Benuaq, Petrus Lama, menghuni

    lamin Pintuq di kampung Benung yang

    berdiri diatas 12 tiang utama dan memiliki

    empat jendela. Tidak seperti lamin di Pepas

    Eheng, lamin Pintuq hanya memiliki tiga

    bilik. Dindingnya terbuat dari papan yang

    sisinya bersusun sirih menghadap ke bawah.

    Seperti di lamin Tolan Atas, penghuni lamin

    Pintuq juga ada yang tidur di ruang utama

    lamin. Beberapa kasur tampak tergulung

    pada siang hari.

    Bagian depan lamin ini menghadap ke timur,

    ke arah jalan raya. Sedangkan bagian belakang

    menghadap ke barat, ke arah pancuran air

    untuk mandi. Di bawah lamin terlihat hewan-

    hewan ternak dan peliharaan seperti anjing,

    kucing, babi, ayam, dan sapi. Di bagian depan

    lamin terlihat enam tangki air, masing-masingdapat menampung 200 liter air.

    Di sekelilinglamin terlihat pohon kelapa,

    pepaya, belimbing, pinang, jeruk nipis

    dan mangga. Rumput di sekitar lamin

    tertata rapi sehingga terbentuk suasana

    taman, apalagi ada kursi panjang di bawah

    pepohonan. Halaman rumput itu juga

    digunakan untuk menjemur tikar dankelambu. Penghuni lamin Pintuq Benung

    bekerja sebagai peladang dan petani karet.

    Setiap minggu mobil pengumpul karet

    singgah ke lamin itu untuk membeli karet.

    Tidak jauh dari lamin Pintuq, terdapat lamin

    Benung. Lamin yang terdiri dari enam pintu

    ini dihuni oleh keluarga besar Pak Banyak

    sekretaris Adat Benung. Lamin Benung

    terletak di jalan simpang menuju Engkuni

    dan Mencimai. Di bagian depan, berhadapan

    dengan tangga lamin, terdapat belontakng.

    Sedangkan di depan lamin sebelah kiri

    terdapat tempelaq. Selain tampak terawat

    Denah ruang dalamlamin di Benung

    dengan bagian-bagian lapuk yang sudah

    diganti, lamin ini juga dilengkapi dengan

    antena parabola.

    KamarTidur

    RuangTamu

    RuangKeluarga

    TidurTerbukaDapur

    Teras

    Teras

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    (Steve Pillar)

    62 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    62/257

    Bawah atas: Struktur lamin di

    Long Lunuk, menggunakan rotan

    sebagai pengikat.

    Kanan bawah: Banyak petinggi

    kampung Benung menerima tim

    di kediamannya.

    Kiri bawah: Warga Datah Bilang

    Hilir, memasak didalam lamin.

    (Rangga Purbaya)

    penanda penghuninya telah menjalankan

    upacara kwangkai sebagai persembahan

    kepada leluhur. Bila di depan bilik ada banyak

    tanduk kerbau, itu tanda penghuninya sudah

    banyak menyelenggarakan upacara. Biasanya

    mereka adalah kaum bangsawan atau hipuy

    (Dayak Bahau), paren (Dayak Kenyah) dan

    mantiq (Dayak Benuaq), atau orang kaya di

    lamin tersebut.

    Ruang dapur terdiri dari tiga bagian, yakni

    ruang makan, tempat memasak dan tempatMCK. Ruang dapur memanjang mengikuti

    bentuk lamin tetapi ukurannya lebih kecil

    dibanding rumah lamin, karena hanya

    untuk keperluan masak memasak dan MCK.

    Gambaran lamin seperti ini dapat ditemukan

    di Kutai Barat, seperti di Long Tuyoq, Pepas

    Eheng, Datah Dawai, dll.

    Mendirikan Lamin

    Sebelum membangun lamin, orang Dayak

    terlebih dulu menentukan posisi tempat

    lamin akan didirikan. Posisi yang paling ideal

    adalah jika sisi depan lamin menghadap

    ke timur, ke arah matahari terbit. Dengan

    kata lain, lamin membujur di atas sebidangtanah yang datar dan kering, dengan

    sisi depan menghadap ke timur dan sisi

    belakang menghadap ke barat. Posisi ini

    memungkinkan seluruh bagian lamin

    mendapat cahaya matahari sepanjang hari.

    Orang Dayak membangun lamin dengan

    mengikuti keyakinan yang mereka warisi

    dari para leluhur. Baik ketika akan memulai,

    Bentuk dan Bagian-bagian

    Lamin

    Sesuai namanya, lamin didirikan memanjang

    mengikuti jalan raya atau dari hulu ke hilir bagi

    masyarakat Dayak yang berdiam di sekitar

    Hulu Mahakam. Lamin secara sederhana dibagi

    menjadi dua bagian, yakni lamin itu sendiri

    dan ruangan dapur yang terpisah dari lamin.

    Adapun lamin terbagi menjadi dua, yaitu ruang

    terbuka dan ruang tertutup.

    Ruang terbuka tidak berpenyekat, hanya

    tiang-tiang rumah. Ruang terbuka juga

    dapat disebut sebagai ruang publik karena

    menjadi tempat berkumpul penghuni

    lamin untuk berbagai kegiatan, mulai

    dari menganyam, rapat, menerima tamu,

    melaksanakan upacara adat penyembuhan

    penyakit (belian) ataupun upacara kematian,

    sampai upacara perkawinan. Berbagai

    perlengkapan untuk kegiatan kesenian dan

    upacara digantung di ruang terbuka.

    Ruang tertutup atau ruang privat adalah

    semacam kamar atau bilik yang dihuni oleh

    masing-masing kepala keluarga. Mengikuti

    bentuk lamin, bilik-bilik ini berderet

    memanjang. Di dalam bilik inilah terletak

    tempat tidur masing-masing penghuni laminserta barang-barang pribadi mereka. Di

    dalam bilik ini pula para kepala rumah tangga

    beserta anak dan istrinya menjalankan

    berbagai kegiatan keluarga mereka masing-

    masing. Di sisi atas ruang privat ada bagian

    mirip loteng tempat menyimpan bermacam-

    macam barang-barang pribadi seperti guci,

    tombak dan mandau. Di tiang-tianglamin

    di depan bilik digantung kepala kerbau,

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    63Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    63/257

    maupun saat sedang membangun lamin,

    mereka harus memperhatikan posisi bulan.

    Apabila bulan dalam keadaan berbagi dua atau

    bulan teng (bulan setengah) maksudnya

    bulan tidak bulat sempurna pembangunan

    tidak boleh dilanjutkan. Jika pembangunan

    tetap dipaksakan, mereka yakin musibah

    kebakaran akan datang menimpa.

    Mereka juga tidak sembarang waktu

    menebang pohon yang akan digunakan

    untuk membuat lamin. Orang Kenyah

    menebang pohon setelah bulan balik,

    yaitu pada awal bulan purnama. Dengan

    mengikuti ketentuan ini, mereka yakin akan

    memperoleh kayu yang tidak mudah lapuk

    dan tahan menghadapi serbuan rayap.

    Ketika mencari lahan untuk membuat lamin,

    mereka juga memperhatikan kawasan

    yang sudah pernah terkena banjir supaya

    bisa memperkirakan tinggi-rendah tiang

    penyangga bangunan. Dengan prakiraan

    yang tepat, lantai bangunan tidak akan

    terkena luapan air kalau terjadi banjir. Lahan

    untuk membangun sebuah lamin harus bisamenampung sedikitnya 20 kepala keluarga,

    atau sepanjang kira-kira 12 meter. Tidak ada

    ketentuan bagi lebar. Tiang-tiang atau pilar-

    pilar penyangga bangunan ditanam di tanah

    sampai kedalaman 1,5 meter agar lamin

    dapat berdiri kokoh.

    Kulle dari Datah Bilang Hulu yakin,

    ketimbang rumah-rumah pribadi yang

    cenderung menghabiskan lahan, pemukiman

    berdasarkan nilai-nilai orang Dayak lebih

    menghemat. Pandangan bijak ini sesuai

    dengan nilai-nilai losos yang sudah disebut

    (kesetiakawanan, kerukunan dan tolong

    menolong), yang dijunjung oleh orang Dayak.

    Kulle menambahkan, orang Dayak juga

    punya kepercayaan bahwa lamin ataupunrumah tidak boleh seluruhnya terbuat dari

    kayu ulin, tetapi harus dipadu dengan kayu

    lain, misalnya meranti atau kayu-kayu lain.

    Bila kepercayaan ini dilanggar, mereka yakin

    penghuni rumah akan selalu merasa tidak

    tenteram dan selalu terjadi perselisihan di

    antara anggota keluarga.

    Kiri: Suasana bagian dalam lamin Pepas Eheng; tengah: Struktur tiang lamin yang masih dalam tahap pembangunan, Long Hubung;

    kanan: Detil ukiran tiang lamin, Long Hubung. (Rangga Purbaya)

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    64/257

    65Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    65/257

    Kiri bawah:

    Doh Ding, mengupas pinang,

    Long Tuyoq.

    Kanan bawah:

    Ding Hat, membuat sarung

    mandau, Long Tuyoq.

    (Rangga Purbaya)

    Kiri: Suasana kampung Long Tuyoq.

    (Rangga Purbaya)

    Ilustrasi: Yayak Yatmaka

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    Bulan 1

    66 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    66/257

    Bulan 2Bulan 3

    Bulan 5

    Bulan 8

    Bulan 4

    Bulan 9

    Bulan 6

    Bulan 7

    Orang Dayak juga mempunyai perhitungan

    waktu yang cermat untuk memulai

    pembangunan lamin. Meskipun ukuranlamin kecil, ketentuan itu tetap berlaku.

    Mereka akan menunggu malam ke-sembilan

    bulan di langit, kendati perlu orang khusus

    untuk mengingat hitungannya. Mereka tidak

    merujuk ke tanggal kalender karena tanggal

    adalah buah perbuatan manusia, sementara

    bulan berasal dari Tuhan.

    Hitungan bulan dibuat berdasarkankesejajaran posisi bulan dengan bagian-

    bagian tertentu di tubuh manusia. Bulan

    satu malam adalah Bulan di atas kepala,

    bulan dua malam berada di mata, bulan tiga

    malam berada di telinga, bulan empat malam

    berada di mulut, bulan lima malam berada

    di bahu, bulan enam malam berada di bawah

    siku, bulan tujuh malam berada di telapak

    tangan, bulan delapan malam berada di siku,

    bulan sembilan malam berada di hati. Makna

    hitungan yang terakhir ini adalah agar segala

    sesuatu masuk ke dalam hati.

    Setelah penentuan malam ke-sembilan

    bulan di langit, lamin dibangun berdasarkan

    asas gotong-royong dengan kesadaran

    hidup bersama di bawah satu atap.

    Langkah pertama adalah mendirikan

    tiang. Mengingat tiang sangat besar dan

    tinggi, orang Dayak menanganinya dengan

    teknologi tepat guna, yaitu dengan cara

    ditarik.

    Lintasan yang akan dilewati batang pohon

    diberi hamparan batang-batang pohon

    kecil, sehingga batang pohon besar dapat

    meluncur di atasnya tanpa mengalami

    hambatan. Cara lain adalah mengangkutIlustrasi: Yayak Yatmaka

    67Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    67/257

    dengan kereta kayu. Batang dinaikkan ke

    kereta dengan cara digulingkan ke atas.

    Posisi batang kayu di sisi depan kereta lebih

    panjang sehingga terlihat lebih rendah

    daripada di sisi belakang. Posisi ini membuat

    kereta lebih mudah didorong, karena tidak

    memerlukan tenaga yang besar.

    Untuk mendirikan tiang utama yang

    disebut orinbungan, mereka terlebih

    dulu menyiapkan parit tempat menaruh

    tiang. Selain itu, juga digali lubang tempat

    memancangkan tiang sampai kedalaman 2

    Ilustrasi: Yayak Yatmaka

    meter untuk tiang-tiang yang berdiameter

    40 sampai 80 sentimeter. Fungsi parit

    adalah untuk menjaga agar tiang-tiang

    tidak melenceng dari jalur yang ditentukan

    atau tidak miring ketika sedang ditegakkan.

    Tiang ditegakkan secara bergotongroyong,

    sebagian orang mengangkat dan sebagian

    lainnya menarik dengan tali (dulu

    menggunakan rotan). Dalam proses itu

    berlangsung gerakan serentak. Semakin

    ditegakkan, semakin tiang masuk ke dalam

    lubang.

    Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    68/257

    ketentuan tertentu yaitu ukuran depa (satu

    69Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    69/257

    ketentuan tertentu, yaitu ukuran depa (satu

    depa adalah satu bentangan tangan laki-

    laki dewasa, atau sekitar 1,5 meter) orangpaling tua dalam kelompok pembuat lamin.

    Syaratnya, ujung ukuran tali atau rotan

    harus dalam genggaman. Ukuran ini punya

    makna, yaitu supaya rezeki tidak terlepas

    dan selalu dalam genggaman.

    Panjanglamin kadang-kadang mencapai

    125 meter dengan lebar berkisar antara 15

    dan 20 meter, sementara jarak antar tiangsekitar 4 sampai 5 meter. Tiang-tiang bagian

    bawah biasanya polos, kecuali tiang-tiang

    utama yang dibuat berukir atau dibubuhi

    ornamen. Tinggi tiang dari permukaan

    tanah biasanya 4 meter.

    Setelah tiang-tiang berdiri, langkah

    selanjutnya adalah membuat dasay (lantai).

    Papan lantai biasanya memiliki ketebalan 5

    sentimeter. Lantai memiliki lima komponen

    yakni susuk, sulur,

    matuq, sikar dan

    terakhir dasay (lantai)

    sehingga orang dapat

    duduk nyaman. Pada

    zaman dulu lantai

    lamin terbuat dari

    uwei taman (rotan

    berukuran besar).

    Biasanya ada bagian

    lantai yang bentuknya

    agak menonjol yang

    dinamakan benturan.

    Ukiran pada tiang lamin LongPahangai. (Rangga Purbaya)

    Ilustrasi: Yayak Yatmaka

    berdasarkan ukuran orang paling tua

    70 Kebudayaan dan Kearifan Lokal dari Teknologi Rumah Panjang sampai Teknologi Punggung

  • 7/22/2019 Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur

    70/257

    Atas: Lantai lamin Tolan, m