uinsyarjf jak 1426 h / 2005 m -...
TRANSCRIPT
PUTIJSNYA PERKAWINAN AIURAT PERCERAIANDAN DAMPAKNYA
TERHADAP PEMELIHARAAN ANAKDALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO.1 TAHUN 1974
Oleh:
UIN SYARJF A.U.JVn..
JAK1426 H / 2005 M
PUTUSNYAPERKA~ANAKIBATPERCERAIANDANDAMFAI(NYA
TERHADAP PEMELIlIARAAN ANAK DALAM PERSPEKTIF llUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO.1 TAllUN 1974
SKRlPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah Dan Hulclun UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Untuk Memperoleh GeJar SaIjana Hukum Islam
Oleh:
NAMA: USI SANUSI
NIM:I0I044122164
Di Bawah Bimbingan :
Asep Sya ifuddin Hidayat, S.H:
NIP. 150268783
PROGRAM STUDIPERADILAN AGAMA.JURUSAN AHWALSYAKIfSIYAII
FAKULTAS SYARl'AHDANntJI{UMUIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1426 H / 2005 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang beljudul "PUTUSNYA PERK4-WINAN AKIBAT
PERCERAIAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMELIHARAAN ANAK
DALAM PERSl)EKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
PEHKAWINAN NO.1 TAHUN 1974", lelah diujikan dalam siclang Munaqasyah
Fakullas Syari'ah clan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hiclayatullah Jakarta
pada langgal 23 Nopember 2005. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
unluk l11el11peroleh gelar Sm:iana Progran Strata 1 (S I) pada Jurusan Akhwal
Syakhsiyyah Progran Studi Peradilan Agama.
Jakarta. 23 Nopember 2005
Disahkan oleh
Bekan Fakultas Syari'ah clan Hukum
Prof. Dr. H. ·Hasanudclin Af. MANIP ISO 050 917
J_I
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. H. Hasanucldin Af, MA,NIP ISO 050 917
Sckretaris : Drs. Asep Svarifuddin Hidayat SHNIP 150 268 783
PCl11bil11bing : Drs. Asep Syarifuddin Hidayat SHNIP ISO 268 783
I'enguji I : AsmawL M AgNIP 150282 394
I'enguji lJ : Drs. Abu Tal11rin. M. HumNIP 150274761
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Tahcar,
shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikankepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya yang telah mengeltiarkankita dari alarilkesesatan
kcpada jalan yang bcnar.
Selanjutnya, penulis ucapkan terima kasihkepada yth:
1. Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum, Bapak Prof Dr. H. Hasanuddirt AF,
MA., yang selalu memberikan dukungan 1110riJ pada penuJis.
2. Kelua dan Sckretaris Jurusan al-AkhwalaJ-Syaksiyah, TbuDra. Hj.Halimah
Ismail dan Bapak Drs. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., yang selalu
mel11berikan sel11angat agar sabar dan tekun dalal11 menyelesaikan skripsi.Jt"'
3. Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi dengan
ikhlas.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah banyak
l11emberikan ilmunya kepada penulis selama lllasa perktdiahan.
5. Pctugas Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakulta" Syariah danHuklilll
sebagai sumber infonnasi penulis dalammenulis skripsi.
6. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah mendidik dan membimbing penulis
dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang, ketulusan serta
keikhlasan, juga tidak lupa kepada saudara-saudaraku serta teman-teman
lainnya yang telah memberikan motivasi, dorongan dan dukungan bagi
penyelesaian skripsi inL
7. Semua teman-teman kelas PA-B, Khususnya Sulhan, Jafar, Cecep, Zuhdi,
Rohim yang senantiasa memberikan sumbangsih pemikiran dan mendoakan
penulis agar menjadi orang yang sukses.
8. Serta teman-teman yang suka bergadang, Badoet, Bodoeng, Ating, Cubing,
Caudil, Q-uoy, Idoel, Bureung, Cilok~dan Arab yang telah memberikan
111otivasi, dorongan dan dukungan bagi penyelesaian shipsi ini.
Akhimya penulis berharap hanya kepada Allah jualah serahkan semuanya
untuk membalas segala amal baiknya. Disamping itu pula penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih t~19apat kesalahan disana
sini, maIm dalam kesempatan ini penulis mengharapkan tegur sapa, saran-saran dan
koreksi yang bersifat membangun dari
bermanfaat terutama bagi penulis ."nrltrl
DAFTARISI
KAT}, PENGANTAR , .
DAFl AR lSI
BAB! PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Batasan dan Rumusari Masalah "., ,... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian "............................. 4
D. Metode Penelitian " "................................ 5
E. Sistematika Pel1yusul1a.n
BAB n PERCERAIAN DALAM PER"lPEKTIF HffiillM ISLAM
A. Pengertian Perceraian 8
B. Alasan Terjadinya Perceraian 9
C. Sebab-sebab Putusnya Perkawinan }';"......................... 12
D. Akibat Perceraian 24
BAUru PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF UNI)ANG-UNDANGPERRAWINAN NO.1 TAHUN 1974 .. 28
A. Pengertian Perceraian 28
B. Alasan Terjadinya Perceraian 28
C. Sebab-sebab Putusnya Perkawinan " , ;.. 33
D. Akibat Perceraian " , .
BABIV AKIBAT
A. MenulUt Hukum Islam
1. Pemeliharaan Anak
2. Biaya Hidup Anak .
B. MunulUt Undang-Undang PerkawinanNo. 1 Tanun 1974 ;. 49
1. Pemeliharaan Anak .... ,............................................................. 49
2. Biaya Hidup Anak
C. Persmuaah
undang Perkawinan NO.1 Tahun 1974~.
1. PerSall1aan
2. Perbedaan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................•.............................
B n,,, _. . .J:' .. ... ':)ul an ; ; ;.. ; ; ;; ; ; ;.. ;.:;.;
DAI<TAR PUSTAKA
60
BABI
PENDAHULUAN
A. Latu!" Belakallg Masalah
Manusia adalah mahluk yang mempunyai kecendrungan untuk hidup
hersuma. Kehidupan manusia yang ingin hidup bersama, melakukan kontak
dcngan manusia lainnya tidak dapat dibatasi karella sudah menjadi kodratnya,
sehagai makhluk soaial. Bertitik tolak dari berbagai keing:inan untuk tetap selalu
hersama, tidak jarang teljadi suatu ikatan hlhir batin yang cukup kuat diantara
manusia yakni, dengan suatu jalan perkawinan. Karena dengan suatu perkawinan
dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan suami isteri yang haml0nis dalaIn
rangka memhentuk dan membina keluarga yang sejahtera dan bahagia sepanjang
luasa,i-I
Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan hidup seluruh masyarakat
dari dahulu, kini dan masa yang akan datang. Karenaperkawinana.dalah
merupakan masalah yang selalu hangat dikalallgan ma~;yarakat· dandidalanl
pecaluran hukum.
Walaupun perkawinan sudah dijalani oleh pasangan itu sendiri,yahg
namanya perselisihan, pertengkaran dan sebagainya tidak dapat dijamintidak
terjadi, sehingga menjadi perceraian.
Putusnya perkawinan disebabkan diantaranya meninggal dunia dan faktor
lainnya psikologis, biologis, ekonomi dan sehagainya.
2
Kondisi cerai kalau dibiarkan berlarut-lamt maka dapat menimblilkan
berbagai dampak negative baik bagi suami, isteri, harta dan anak-allak lllereka.
Demi kemaslahatan dan ketellteramall pihak-pihak tersebllt makapereeraiall.dajlat
dimungkinkan terjadi.
Anak adalah pihak yang paling lllellderitabaik fisikmaupul1111entalakibat
dari perpisahan kedua orang tuanya.
Kondisi keluarga yang rukun clan dalllai memungkinkan bagiallakuntak
berkembang menjadi pribadi yang utah dibawah bimbingan dan pemelihanin
orang tuanya. Sedangkan pada keluarga.yaJig beteerai, anaktidaklagi
mendapatkan pemeliharaan, pcndidikall. clallpclllbiayaan sebagai manalayakllya
atau dilelantarkan oleh orang tuanya, yang pada akhimya menciptakan anak-anak
yang broken home.
Pada dasarnya anak adalah nicrlljlalcantftipanatau amallat AllahSWT,XI
yang periu dsijaga dan dibina slI11gguh-sungguh dleh keduaorang tuallya,karella
pada hakekatnya manusia Iahir keduniaillidalamkeadaan suci,bagaikalllcairi
putih yang belum terkena noda apacapadanselllua initerl~alitungkepadakedua
orang tuallyalah yang mendidikdan melllbilllbing apakah allak terscbufakan
menjadi Yahudi, Nasari ataupun Majusi. Dari pada umllmnya orall.gtua
menginginkan anaknya mcnjadi allakyangsaleh dan salehahbcrguna (lJagi
Agama, Bagsa dan Negara. Orang tua akan bangga apabila sia.nak yang
dipelihara dan dididik dan dibillbinguya sesuaiharapari dan selanlsdel1gall
3
perintah Allah SWT. Karena anak merupakansumberkebahagianterbesarorang
tua dalam keluarga.
Karena pentingnya masalah perlindul1gal1 anak setelab perceraian dari
tujuan Hukwn Islam dan Undang~Undal1g' PerkaWinal1 yang kemudiall
dirumuskan menjadi judul skripsi yaitu "Putusl1yaPetkawinan AkibatPerceraian
Dan Dampaknya terhadap Pemeliharaan Anakdalmn Perspekiif Hukum Islam
dan Undang-undang Perkawinal1 No. I Tahun 1974".
B. l'cm batasllU Dan Pernll1l1saJ1 Masalah
Pada dasamya perka\vil1al1 bersifat 1111tllk Sela111a;,liunanya. Akmltetapi
karcna suatu hal perkawinan dapat diputuskal1dengan perceraian. Percetaian
ll1enill1bulkan berbagai akibat terhadap sllall1i, isteri, aIlak dan juga harta.
Disini penulis hanya dapat membahas akibat hukum yang til11bul setelahi-#
perceraian dan pel11biayaan anak-anak dalal11 Hukul11 Islam dan Undang-Undal1g
Perkawinan No. I tahun 1974.
Adapun pokok7pokok permasalab yang akan dibahas dalam skripsi ini
yaitu:
I. Bagail11anakab perceraial1 dalam HUknill Islal11 danUl1dang-Undallg
Perkawinan No. I tahun 1974.
2. Bagaimanakah pemeliharaan anaksetelah perceraianmenurtlt HllkUl11 Islam
dan Undang-Undang Perkawinan No. I tahun 1974.
4
3. Siapakah yang bertanggung jawab terhadap pembiayaan artak set6la.h
perceraian menurut Hukum Islam dan Undailg··Undang Perkawinan NO.1
tahlln 1974
C. Tuj uan dan Manfaat Penelitian
Tujuan mengadakan pembahasan ini adalah:
1. Mcmbcrikan pcnjelasan tcntang perccraian mcnul1.lt Hukum Islam dan
Undang-Undang Perkawinan No. I tahuIl1974
2. Mcmbcrikan penjelasan tentang bagainlana tnemelihara anak setelah terjadi
pcrcerlllan.
3. Mcnbcrikan pcnjelasan tcntang siapa yang bertanggung jawanb terha.dap
pCll1biayaan anak setelah perceraian.
Ac!apun manfaat yang diharapkan dalampenulisan ini, baik secarateoritisi-"
ll1allpllrl pmktis ac!alah :
1. Untuk kalangan akadcmis dan mahasiswa, scbagai sumber referensi untuk
ll1cndalall1i dan ll1cngkaji kcmbali tentang putusnya perkawinan akibat
perceraian dan dampaknya terhadap pemeliharaall al1ak menurut Hukull1
Islam dan Undang-Undll11g Perkawinan No. I Tahun 1974.
2. Untuk ll1emperkaya khazanah literature kepustakaan hllkl1l11 Islam, khllsusnya
mcngenai putusnya perkawinan akibat perceraian dan dampaknya terhadap
pcmelibnraan anak menurut Hukum Islam dan Undartg-Undang PerkawiIlan
No. I Tahunl974.
5
D. l\'1etode ,'cnelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
sebagai berikut :
I. Fendekatan Penelitian
Dad segi jenis, penelitian ini penelitian kualitatif. Dari segl tujuan
penditian ini merupakan penelitian deskriptif, yakni memperoleh gambaran
sebwamya tentang bagaimana putusnya perkawinan akibat pereeraian menurut
Hukllm Islam dan Undang-Undang Perkawinall No. 1 Tahllll 1974, tentang
dampaknya terhadap pemeliharaan anak menurut Hukum Islam dan Undang-
Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan tentang implikasi hukum dari kedlla
perbedaan tersebut.
Dari segi tipe studi hukwu Islam, ia merupakan penelitian komparatif,
yakni studi yang dilakukan dengan membandingkan kedua aturan Hukum Islam
dan Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Sifat data yang digunakan adalah data kualitatif,yalmi dengan: Meluilih
bllku-bllku hukum Islam yang menjelaskan tentang perceraian dan pemeliharaan
anak, memilih pasal-pasal yang mengatut masalah perceraian dan pemeliharaan
anak.
Dalam pengumpulan data digunakan Tehnik studi dm)umenter.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adaJah :
\
6
a.Sumber data primer, yaitu : buku-buku literatur, seperti: Fat/JUI Wahab karya
Abu Yahya Zakaria AI-Anshori, Bidayah Alm1{jtahidkarya Ibnu Rusyid,Fiqh
SZlJlnah karya Sayyis Sabiq, Hukum Fiqh islttm kalya Hasby Ash"Siddiqie,
Huklltn Perkawinan Menurut islam, Ull. Pel'kawiriari dan Hukum Pel'data
karya Bakri A. Rahman, KOnJpilasi Hukul11 islam dan Undallg-Undallg
Perkawman No.1 Tahun 1974.
b.Sumber data Sekunder, yaitu diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut, seperti : Hasby Ash-Siddiqe, Pedoman Rumah Tallgga,
Ismuha, Perceraiall Bersama Suami ist!},;, Djamal tatief, Aneka Hukum
Perceraian di Indonesia dan Pendh Daly, Hukullt Perkawinan Islam.
3. Analisis Data
Analisis data yang digunakalldalam pellelitian \ini yaitu telmik analisis
kualitatif dan analisis perbandillgaIlhukum./.1
Sedangkan telmis penulisandall pel1yususllanskripsi ini berpedoman pada
buku "Pedomall Penulisall Skripsi Fa/atltas Syari 'ah daN Hukum UlN Syarij
Hidayaili//ah Jakarta 2005".
E. Sistematik Penyusunan
Untuk mempermudah dalam n1emahallli peJ11b:lhasan 1ll1, penulis
mengurutkan pembahasannya menjadi lin1abab,yaitu :
7
Bab I Mengenai pendahuluan, yang terdiri dari ; latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penYllsunan.
Bab II
Bab !Il
Mengenai perceraian dalam persepektif Hukw]} Islam, yang terdiri
dari; pengertian perceraian, alasannya teljadi p,~rceraian, sebab-sebab
terjadinya perceraian, akibat perceraian.
Mengenai perceraian dalam perspektif Undang-Undang perkawinan
No. I tahWl 1974, yang terdiri dari ; pegertian perceraian, alasannya
terjadinya perceraian, sebab-seg.ab putusnya perkawinah, akibat
percerman.
Bab IV : Menjelaskan akibat perceraian yang terdiri dari ; dampaknya terhadap
anak, menllfllt Hukwn Islam, - pemeliharan anak, -biaya hidllP anak,
menurut Undang-Undang Perkawinan No. I tahun 1974, -j.I
pemeliharaan anak, - biaya hidllP anak, persamaan dan pel'bedaan
antara Hukull1 Islam dan Undahg-undartg Perkawinan No. 1 tahun
1974.
Bab V Mengenai Penutllp, yang terdiri dari ; kesimpulan dan Saran.
BARn
l'ERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM: ISLAM
A. Pegertian I'ereeraian
Menurut bahasa perkataan cerai (thalaq) itu diambil dari kata
" J)\b " , yang artinya melepaskan (menanggalkan). Sedangkan menurut istilah
agama, Thalaq artinya melepaskan ikatan perkawinan atau bubamya hubungan
k. Iper 'awl nan.
Abu Yahya Zakaria AI-Anshori dalam kitabnya Fathul Wahab
memberikan pengertian thalaq yaitu :
Artinya: "Melepas tali akad nikah dengan kata (lajaz) Thalaq dansemacamnya2
Dengan demikian pengertian cerai (Thalaq) yaitu bubarnya perkawinan
atau melepaskan ikatan tali perkawinan dengan memakai kata (lalaz) Thalaq dan
semisalnya, artinya dengan kata-kata yang pemahamannya sama dengan cerai.
Umpamanya firaq (pisah) dan sarah (lepas). Dengan mengungkapkan ketiga kata
ini maka teljadilah perceraian.
, Sayyid Sabiq, Flkih SUI/llah, (Bandllng: PT. AI-Ma'arif, 1993), eel. ICe-8, jilid 8, h. 9.
2 Abu Yahya Zakaria AI-Anshori, hI/hut Wahab, (Beirut: Daru! Fikri) , Juz. 2, h. 72
9
B. Alasan Ter.i~l(!inya Percerai:m
Perkawinan yang dimaksud oJeh agama Islam ialah perkawinan untuk
selama-Jamanya alas dasar einla dan kasih sayang antara suami isleri, sehingga
diharapkan terbenlukJah sualu keluarga yang bahag.ia yang memberikan
kedamaian bagi scmua anggola kcJuarga tcrsebut.
Perjalanan sebuah pcrkawinan lidak selamanya tenang terkadang terjadi
salah faham antara suami islcri alau dikarenakan salah satudianlara mereka sudah
lidak lagi merasa senang sehingga dapat menimbulkan perpecahan yang lebih
luas, bahkan sampai kepada perceraian. Walaupun pefC(~raian bukanlah suatu
berbualan yang disukai dan dianggap tidak terpuji. Sebagaimana Hadits Nabi Saw
berbunyi:
Artinya :"Sesualu perbualan yang halal yang p~fling dibenCi oleh Allahadalah 17zalaq (perceraicm) (H. R. Abu Daud Ibn. Majah danHakim) 3
Begilu juga pada Hadits yang lain menegaskan yang diriwayatkan oleh
Abu Daud :
Artinya :"Perempuan yang mana saja meminfa ceraidari suaminya fanpasuaHt alasan, maka haram baginya ball surga. (JI. R. AbuDaud)."
:l Halidz AJ.·Mundniry, SIll/an Abi Daud, (Beirut: Darnl Fikri, ttl Juz 2, h. 225.
10
Dari hadils ini clapal elipahami bahwa sesungguhnya perceraian perbuatan,
yang elibenci, tapi clemi kemaslahatan clan ketentraman berbagai pihak, maka
Islam mensyariatkan perceraian bagi suami isteri sebai~ai jalan keluaryang
terakhir. Perceraian baile atas inisiatif suami (Thalaq) alan isteri (dengan khllluk
atau fasakh) harus clengan alasan-alasan yang dibenarkan oleh syara'. Perceraian
yang ticlak dipergllnakan sebagai jalan keluar yang teraJr.hir aelalah perceraian
yang dimurkai Allah Swt.
Aelarun alasan-alasan yang clapat dilakuakim bercerai adalah :
I. Alasan suami boleh menjatuhkan Thalaq Cserai)
a.Isteri berbuat zina
b.lslcri NlisYlIz sudall eliberi naschat elcngan segala elay,) upaya.
c.lsteri suka mabuk, berjudi atau meJakukan kejahatan yang l1lenggangu
keamanan rul1lah tangga.
I'el.Dan lain-lain sebab berat yang tidak meniurigkinkan terjadinyu rurriah
langga yang dal1lai tentrul1l 5
2. AJasan lsleri boleh l1lenuntut cerai dari suaminya
1. Dengan Khuluk
a.Kedua suami isteri ticlale menclirikan hllkull1"hukum Allah,<yaitu bergaul
secant ma'ruf.
.j lbid, h. 227
,. i\lahmud Yunus, Hukull1 Perkawinl1n DalalJ1l~kml, (Jakarta: PustakaMllhan1ma.ctiyah,
(960), h. [13.
11
b.Isteri sangat benei kepada suaminya lantaran sebab-sebab yang tidak
disukainya, sehingga ia takut tidak akan dapat mematuhi suaminya.6
2. Dengai1 Fasakh
a.Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak melakukan akad
nikah karena sudah mempunyai empat orang isteri, sekalipun salah satu
dmi isterinya itu dalam iddah thalaq raj'i.
b.Scscorang mcnikahi bekas isterinya yang tclah dili'annya.
c.Seseorang menikahi bekas isterinya yang pemahdijatuhi tiga kali talak
olehnya, kecuali bila bekas isteri tersebut pemah menikah dengan pria
lain yang kemudian bereerai lagi ba'da al dukhul dari pria tersebut dan
telah habis masa iddahnya.
d.Perkawinan dilakukan antma dua orang mempunyal hubungan darah
semenda dan sesusuaan.)1
e.lsteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dari
isteri atau isteri-isterinya7
Isteri clapat mengajukan fv.skh kepada pengadilanbila terjadi keadaan sifat
atau sikap yang dapat menimbulkan mudharat kepada salah satu pihak. Namun
dalam pelaksaanannya fasakh lebih banyak diajukan olehpihak isteri.
" Ibid.. h. 132.
7 DL;partcmen Aguma R.I, Dircktorat PClllbinaan Badan PeradiIan Agama, KompilasiHukum Islam })f Indonesia, (Bandung ; HUl11aniora Utama Press, 1991/1992).
12
Berdasarkan UfaJan di atas bisa diketahui bahwa hal-hal yang dapat
menimbulkan ketidak tentraman dan dibolehkannya perceraran, dengan
diharapkan kedua belah pihak mendapat kctcntraman kembali scsudah perceraian.
C. Sebab-schab I'utwmya l'crlu;winlln
Didalam Islam Pernikahan itu gunanya se1ain llntuk membina suatu
kchidupan rumah tangga yang bahagia juga mcrupakan ikatan yang kuat tali
persaudaraan antara kerabat dari pihak suami maupun pihak isteri.
Tetapi kcnyataannya manusia yang mengalami kehidupan berumah tangga
tidaklah selal1lanya mulus seperti yang diharapkan, dikarenakan ada kemungkinan
saling sengketa dan kUrHngnya kepercayaan antara suami isteri, sehingga sampai-
sampai goyahnya bahtera rumah tangga tcrsebut.
Goncangan-goncangan da1am rumah tangga, bukan hanya saja datangnya
penyebab dari pihak isteri, tctapi juga dari pihak suami' Mcnurut biasanya sikap
suami yang mengakibatkan kebencian isteri itu antara lain karena sikap acuh,
karena kurangnya mel1lperhatikan hak-hak isteri. Dan ditamha.h 1agi seringnya
suami suka bergaul dengan perempuan lain dan sebagainya. Kesemuanya itu
berakibat kepada kegoncangan dalam rUl1lah tangga.
Adapun penyebab putusnya pernikahan itu didalam Islam dapat terjadi
karena beberapa hal, yaitu :
J.Thalaq
2.Keputlisan Hakim
13
3.Meninggal Dunia
4.Khuluk
5.Fasakh
6.Li'an
7.Ila'
8.Zihar
9.Murta(
1. Thalaq
Tilalaq sebagaimana sudah kita bal1as yaitu putusnya ikatan perkawinan.
Hal ini sudah ada sejak sebelum Islam dan berjalan tems sampai sekarang (zaman
Islam).
Firman Allah yang menerangkan Thalaq ialah :
Artinya : "l/w/aq yang dapal dll'llJuk Liua kali.. (A/-Baqaruh: 229).
Artinya: "Wanila-wanila yang dlcerai (/wrus) menlll1ggli (iddah) se/amaliga kali sue (.4/-Baqol'oj,: 228).
14
Artinya :" ... Dan lepaskanlah lIlereka Ilu dengan caru yang sebalkbalknya .. iAI-AII::ab: -19).
Arlinya: " .... Alau lepaskanlah mercka denga/l Iwi/c ... (AlII 77'IUlaq : 2).
Pada ayat 229 surat Al-Baqarah ini Allah SWT menerangkan bahwa
Thalaq dimana suami boleh rujuk kcpada istcrinya ilu \1anya dua kali. Atau
bilangan Thalaq yang l11asih I11cl11ungkinkan sisuall1i untuk rujuk kepada isternya,
ialah dua Ll1i, dijatuhkan satu dcmi satu, bubn sckaligus.
Thalaq dilih'lt d'lri jUl111ahjaluhnya ada dua l11acam yaitu :
( 1). Thalaq Raj' i
Thalaq Raj'l ialah suatu Thalaq cJimana suaiTIi I11cmiliki hak untuk
l11erujuk istcrinya t'lnpa kehcncJaknya. Dan Thalaq Raj'j jnj disyaratkiln pada isteri
yang telah digauli. 8
Thalaq raj'i tidak iTIclarang bckas sual11i berkul11pul dengan belms
iSlerinya, scbab aqad perkawinannya tidak l11el11pengaruhi hubungannya hak
(kepel11ilikan) dan tidak l11empcngaruhi hubungannya yang halal (kecuali
persetubuhan). Dasar dari hukul11 ini herdasarkan firl11an Allah:
'Ibnu Rusyd, Bidtouh A/-Mlljlahicl, /C'/Jall",h, .Ild.1f (Scmarang: CV. Asy-Syifa',1990), h. 476.
15
Artinya : "Thalaq ilu (vang dlJ'lifuk) dua kali, Selelah ilu boleh nyuk lagidengan cara yang lila 'rul a/au menceraikannya dengan carayang baik .. (Al-Haqarah: 229).
(2). Thalaq Ba'in
ThaJaq ba'in ialah Thalaq yang ketiga kalinya, Thalaq sebelum isterinya
dikllmpllJi, dan Thalaq dengan tebllsun oleh isteri kepacla suaminya? Thalaq
ba'in ini terbagi kepada dua macam, yaitu :
a.Thalaq ba'in shugra yaitu ThaJaq kurallg dari tiga kali. Thalaq ba'in shugra
memutuskan tali suami isteri bcgitll ThaJaq dillcapkall. Karena ikatan
perkawinannya tdah putllS, maka isterinya kembaJi mcnjadi orang asing (lain)
bagi su,,::,inya. Bekas suami bcrhak untuk kcmbali kepada isterinya yang
berthalaq ba'in shugra dengan aqad nikah dan mahar bam selama ia belum
kawin dengan laki-Iaki lain.
b.Thalaq ba'in kubro yaitu Thalaq tiga kali penllh, Dengan sendirinya
memutllskan hubungan tali perkawinan. Tetapi Thalaq ba'in kubro mantan
sllami tidak dapat lagi untuk rlljllk kcpada mantan istcrinya, k,;cuali setelah
mantan istcrinya itu slldah kawin dengan laki-Iaki lain dalam arti kawin dengan
sebenar-benarnya dan slldah disetubllhi Jalu berceI'ai. Dasar hukum ini adalah :
9 Sayyid Sabiq. , Op. Cit. , h . 66
16
Artinya :"Kemudiun jlku SISUUJJlI menlhuluqnya (I'esudah 1'lzalaq yangkeduu), lI1ul(([ perell1pUall II U lidak haled Iilgi bagillya hingga diakawin dengan SUWliI yang lain.. .. ..... (/ll-Baqarah: 230).
2. Keputltsan Hakim
Plilusnya pernikahan dengan keplltllsan hakim para fuqaha sepakat
mcnyatakan tidak ada nasnya yang shohch.
Menurul Sayid Sabiq dalam buklillya "Fiqh SUllnah" perceraian dengan
putusan hakim tersebllt dapat dibagi kepada empat macam, yaitu :
a.KaI'ena suami tidak sanggup memberi natkah.
b.Karcna suaml berbual aniaya tcrhadap lSlcrinya.
c.Karena suami ghaib (bcI'jauhan)
d.Karena suami dihukul11 penjara. lU
! '
3. Meninggal Dunia
Dengan meninggalnya salah salu baik suami maupun isteI'i, maka secara
otomatis terputuslah ikatan tali pcrnikahannya. Kalau yang mcninggal itu isteri,
maIm tidak ada masalah bagi sisuami untuk segera menikah lagi dengan
perempuan lain. Tetapi kalau suami yang mcninggal dunia, maka isteri hams
menunggu (beribadah) selama empat bulan sepuluh hari bam boleh menikah
dengan laki-Iaki lain, hal ini tennaktub dalam AI-Qur'all yang berbunyi :
10 Drs. Bakri A. Rahman, HllkuJJ1 Perkall'illo.'1 menuI'll/Islam, U U. PerkawinGl1 danHukulJI Perdtlltl, (Jakarta' PT. Hidakarya Agung, 198 I), h. 52,
17
Artinya:"()rang-orang yang meninggal dunia dianlaramu denganmeninggallwl1 isleri-Isleri (hendaklah para isleri-isleri ilu)menangguhkan dirmya (beribadah) empal bulan sepuluh hari
..... (Al-lJwfarah : 23-/).Putusnya ikatan perkawinan dengan matinya salah satu pihak dari suami
isleri menimbulkan hak saling waris l11ewarisi antal'a suami isteri alas peninggalan
yang l1leninggal dunia (tirkah) I11cnurut hukul11 waris (fiuoicl).
4. Khuluk
Khuluk yang dihcnarkan hukul1l Islam tcrschut bcrasal dari kala"bahasa
arahnya" arlinya mcnanggalkan pakaian. '1 Karcna perr:l11puan sebagai pakaian
laki-Iaki dan laki-Iaki pun pakaian hagi pcrcmpuan. Menurut ahli Fiqh, khuluk
adalah isteri mel1lisahkan diri dari suaminya dengan ganli rugi kepadanya,I2
Firman Allah dalam AI-Qur'an tentang khuluk yaitu :
Q .- /" '"
(n ~ : iyiJl) ... " Q~~I L:c,; l'~ i~G.. u.; 4.UI :;J~ I:;;// .... -.. ..
Artinya'" .... Tidak haled bagi kamu mengambil /cembali dari sesualuyang lelah kwnu berikan kepada mereka, keeuali kalau keduanyakhwalir lidak dapalmenjulankan hukum-hukum Allah. Jika kamukhawalir bahwa keduanya (.yuami iSleri) lidak dapalmenjalankan hukum-hukum Allah, maka lidak ada dosa baginya(alas keduanya) lenlang bayaran yang diberikan oleh isler!unluk menebus dirinya (Al-Baqarah : 229).
11 Sayid Sabiq. Op. Cit., h. 95
l2 Jbid., h. 95
18
Khuluk dinamakan juga tebusan. Karena isteri menebus dirinya dari
suaminya dengan mengembalikan <Ipa yang perm,!, diterimanya atau mahar
kepada isterinya. Khllluk adalah sllatu keislimewaan dalam hukum Islam dalam
perceraian "!;a terJadi alas dasar persetlljllaan kcdua belah pihak dari suami isteri.
Dalam hal ini ada pertcntanggan dengan pasal 208 BW yang tidak mengakui
terjadinya perceraian dcngan pcrsetujuan kedua belah pihak dari suami isteri.
Oleh karenanya dalam ajaran Islam khlllllk dapat diuslilkan oleh pihak isteri. Dari
isteri yang merasa slldah tidak sanggllp lagi meneruskan kelangsllngan kehidupan
perkawinan maka Islam mcmbenarkan isteri yakni melelui khuluk. Begitu juga
suami merasa sudah tidak sanggup lagi meneruskan kelangsungan kehidupan
perkawinan maka ia dapat mempergunakan hak Thalaq yang ada ditangannya
sepanjang ketcntuan-ketentuan syara tanpa mcngambil sesuatu yang telah
dibcrikan kepada islerinya.
5. Fasakh
Fasakh ialah batalnya aqad dan putllsnya ikatan anatara suamI isteri.
Fasakh itu disebabkan rusak yang terjadi dalam agad atau dengan sebab yang
datang tiba-tiba yang dapat menghalagi tetapnya agad. 13
Pisahnya sllami isteri akibat fasakh berbeda dengan Thalaq. Sebab Thalaq
ada Thalaq n0'i yang tidak mengakhiri ikatan sualIli isteri dengan seketika.
Adapun fasakh, baik karena hal-hal yang terjadi alean datang ataupun karena
i.1 Drs. Bakri A Rahman., Op. Cit., h. 44.
19
adanya syarat-syarat yang tidak terpenllhi, ia l11engakhiri ikatan perkawinan sual11i
isteri seketika itu.
Contoh fasakh dengan scbab rusak yang terjadi dalal11 agad, yaitu sudah
dilangsungkan agad nikah ternyata isleri yang dinikahinya adalah saudara
s<~susuaal1. Adapun conloh fasakh kareana hal-hal yang terjadi akan datang, yaitu
bda salah scoarang dari sllami istcri murtad dari Islam dan tidak mall kcmbali
sl111a sckali.
6. Li'an
Li'an diambil dari kala LJ\..l artinya mengutuk.1,j Scbab orang yang
Jl1el11buat li'an illl pada sUl11pahnya yang kelima kalinya dia berkala
"sesllngguhnya padanya akan jatllh laknat Allah jika ia tcrgolong orang yang
berbuat dusta"Jadi yang dimaksud li'an adalah suami menuduh iSlerinya berbuat
zina (seorang dengan laki-Iaki lain).
J ~
Mengcnai li'an termaktub dalam timan Allah sebagai berikut
(v- ~ • .)yJl) :'Yo;,t5:J1 ::,.., ~LS- 0[ 4<- Jil GS;)( :c...Wlj .2#~taJl CrSi''' .. .. .... " .... ...
Artinya ."J)an orang-orang yang menuduh i.l'lerinya (berzina) padahallIIereka Iidak ada lIIelllplinyai .I'ak.l'i-saksi selain mereka sendiri,lIIal((1 per.l'aksian orang ilil ialah einpar kali bersumpah degannama Allah, sesunggulmya dia adalah orung-orang yang benar.Dan sumpah yang kelill/a bahwa la 'nat Allah alasnya jika ialel'llw.I'uk orang-orang yang herdusla. (An-Nul' : 6 dan 7).
H H. M. YllfHI~;, Kamlls Ara!J··hldollesia, (Jaknna PT. Hidakarya Agung) h. 300.
20
Menuduh isteri berbuat Z1l1a hukumnya juga sama dengan menuduh
perempuan lain berbuat zina, yaitu harus dengan empat orang saksi. Tetapi dalam
hal menuduh isteri ini, seandainya suami tidak dapat mcnghadirkan empat orang
saksi maka suami bolch bcrsumpah dcngan nama Allah scbanyak empat kali, dan
untuk sumpah keJima kalinya dikuatkan dengan kalirnat "laknat Allah akan
menimpa dirinya, jib ia bcrbuat dusta". IniJah hakekat dari li'an itu. Makanya
akibat dari li'an ini tali pernikahan keduanya terputus unl.uk sclama-Iamanya.
Bagaimana jika istri yang menuduh suaminya berzina? lstri yang menduh
suaminya berzina dalam hal ini dinamakan dcngan istilah al ..Qadzaf.
7.11a'
!la' ialah sumpah suami bahwa ia tidak akan bl~rcampur (brsetubuh)
dengan istcrinya. 15 Lafadz sumpahnya seperti si suami berkata kepada isterinya
"Dcmi Allah saya tidak abn campuri cngkau". Dcngan sumpah ini berartiI '
seorang isteri tclah dithalaq olch suaminya. Mengenai ila' Allah jelaskan daJam
AI-Qur'an sebagai berikut :
Artinya :"Kepada ol'allg-ul'Ulzg yallg menglla' isterinya diberi tangguhempat bulan lamanya. Kemlldian jika mereka kembali (kepadaIsterillya). maka .I'eslIlIgglilmya Alfah maha pengamplln lagimaha penyayung.
21
Dan jika mereka ber 'ccam (ber/e/ap ha/I ull/uk) lImlaq. makaseszmgguhnya Allah maha mendengc.' fagi maha mengetahui ".(AI-bwla/'ah : 226 dun 227)
Ayat 'n; menjclaskan bahwa waktu tempo yang diberbolehkan bagi para
suaml memegang sumpahnya hanya cmpat bulan saja, Apabila lclah sampai
cmpat bulan, suami bolch lagi kcmbali kcpada isterinya dengan diiringi kewajiban
membayar kiElrat sumpahnya, yaitu : membcri makan sepuIuh orang miskin atau
mel11beri pakaiannya. atau mel11erdekakan seorang budak, jika semua itu tidak
mal11pu, maka ia wajib puasa riga hari berturul-lurul.
Jika tidak kel11bali setelah jangka waktu empat bulan, hendakJah ia
menthalaq isterinya itu scbagaimana mestinya, dan jib ia tidak mau, maka
"Hakim dapat menjaluhkan Thalaq tcrhadap istcri yang di iIB,' itu",
Bagaimana jika istri yang bcrbual dcmikian? Pcrmasalahan iIa' jelas
hukumnya khusus bagi suami kcpada istri tidak akan! bcrcampur. Bila tcrjadi
sebaliknya, maIm dinamakan dcngan istilah ai-Yamin atau sumpah,
8, Zihar
Zihar dari kala Zhahr, aItinya punggung. Maksudnya suaml berkata
kcpada isterinya " Engkau bagiku sepcrti punggung ibuku", 16
Scpcrli dialas zihar ini dimaksudkan bahwa suami tidak ingin Iagi bergaul
(bercampur) dengan istcrinya, scbagail11ana Allah bcrfirl11an :
22
Arlinya :"()rang-orallg yang memihar Islerinya dianlara kamu(mcnganggap islerinya schagai i/;-,:nya, padahal) tiadalahislen mcreka Ilu ihu mereka. lbu-ibu mereku tiuda lain ialahyang lelah mclahirkan mereka. Dun seszmgguhnya mereka ituslmguh-sungguh mengucapkan sualu perkalaan yang mungkardall dusta. Dan sesulIgguhnya Allah maha pemaaf lagi mahapellgampllll " (AI-Mllladalah " 2).
Bila sllami tclah mcngllcapkan zihar, maka iSlcrinya haram dicampurinya
scbagaimana ia dihararnkan mcncampllrui ibllnya. Apabila ia ingin kembali
kcpada iSlcrlinya, dia wajib mcmbayar kafarat, yaitu memcrdekakan budak, atau
berpuasa dua bulan berturut-turut, alall rncmberi makan enam plllllh orang miskin,
sebagaimana tirman Allah dalarn AI-Qllr'an :
Artinya :"Orang-orang yang mcn~ihar isleri-isleri mereka kemudianmereka hendak menarik kemhafi apa yang mereka ucapkan,maim wajib alasnya memerdekakan seorung budak sebelumkedua suami isleri ilu bercampur. Demikianlah yang diajarkankcpada IWIIIZI, dan Allah maha mCllge{tlhui apa yang kamukerjakan.Barang. slapa yang lidak mendDpalkan budak, maka (wajib{//f;tlt,'r~vr{J lH,'u'pllasf-J diu; hiilKln !U?1'Itlrul..turul {,'(f.-lJfJ!um k@t7UC4rw61
23
bCl'camplir. A/aka swpa yG:llg lidak kllasa (wajib alasnya)memberi makan enam puluh orang miskin, Demiklanlah supayakWllu ber/man kepada Allah dan rasulnya, dan ilufah hukumlmkwn Allah, dan bag/ orang kajir ada siksaan yang sangatpedih' '. (Al-Mujadalah : 3 dan -I)
DaJam ayat-ayat yang disebutkan dia:as dijelaskan bahwa suaml yang
telah menzihar isterinya haramlah baginya bereampur dengan isterinya selama
kafarat (denda) tertentu belum dibayar. Atau dalam pegertian lain wajib bayar
kafarat, dan berhak kembali lagi.
Bagaimana jika istri yang melakukan zihar? Dalam hal ini jelas dasar
hukumnya khusus bagi suami yang melakukan zihar. Jika terjadi hal demikian,
bllkan dinamakan zihar akan tetapi sllmpah seorang istri.
10. Mllrtad
Murtad ialah keluar dari agama Islam. Apabila mUliad salah seorang dari
sllami isteri, maka putuslah hubungan perkawinanJ7 , ,,
Semua lliama sepakat bahwa Il1llliad (keIuar dari Islam) seseorang dari
suaml isteri menyebabkan putusnya ikatan perkawinan, tapi mereka berbeda
pendapat dalam mcnggolongkannya apakah termasuk thalq atau temasuk fasakh.
Di Indonesia putusnya ikatan perkawinan karena lI1urtadnya seorang dari
suaml isteri tcrmasllk alasan pcrecraian dan dilakukan eli depan pengadilan
agatna.
!'J ,On;.; Bokn R RllhilHH1 Op, CiL, 11 :\4
24
Demikianlah sudah diterangkan dan diuraikan sebab-sebab putusnya
perkawinal\menurut pandangan Hukum Islam.
D. Akibat Perccraian
Scbagaimana tdah diuraikan uimuka bahwa sualu ikalan perkawinan bisa
putus kar,ma kClllatian salah satu prhak uari suami istcri, al.au kareana perceraian
an lara suallii isicri.
Sungguh tinggi akhlak Islam dalam mengalUr rumah tangga, sehingga
masalah perceraianpun tidak balch suarni bertindak sewenang-wenang.
Del11ikian pula terhadap pel11eIihatraan anak-anak yang dilahirkan akibat
pernikahan, suami berkewajiban mel11elihara anak-anaknya dengan jalan memberi
pendidikkan sehingga anak-anaknya itu l11encapai kedewasaan. Karena anak
merupakan salah satu korban dari akibat terjadinya pereeraian.J .'
Ada tiga perl11asalahan yang diel11bankan dari akibat terjadinya perceraian
adalah sebagai berikllt :
I.Mengenai hllbllngan bekas sualTli isteri
a.Pada pcrccraian yang telah l11emasuki tingkat tidak J11ul1gkin lagi dicabut
kembali (Thalaq Ba'in), persetubuhan l11enjadi tidak boleh lagi, tetapi mereka
boleh kawin lagi, saat saja belum lebih dari dua pernyataan Thalaq.
b.Dalam hal Thalaq tiga dijatllhkan, perkawinan kembali hanya dapat dilakllkan
setelah memenllhi syarat-syarat tcrtentll yang berat, seda.ng dalam perceraian
25
karena li'an, perkawinan kembali lidak mungkin Jagi diJakukan untuk
seJamanya.
c. Suami alau isleri yang meninggal dalam jangka waklu iddah thalaq yang
dapat dieabut kembali (thalaq raj'i) berhak mendapat warisan dari harta
peninggaJan yang meninggal.
d.Pada perceraian yang tidak dapal dicabul kembali (thalaq ba'in) tidak seorang
pun dari suami alau isteri berhak mendapat warisan dari harta peninggalan
yang meninggal dunia dalam iddah tersebut. 18
2.lvlengenai Anak
Kalau perceraian SlWllli isteri ldah Illelllasuki tigkat yang tidak mungkin
dicabut kelllbali, Illaka yang menjadi persoalan adalah anak-anak dibawah umur,
yakni anak yang bdulll berakal (baligh). Sekarang timbul pertanyaan siapakah
yang berhak dianlara suami alau iSleri unluk memelihara dan mengasuh anak
tersebut, yang didalam hukum lslam di sebut hadhanah. Di sini tidak diuraiakna
panjang lebar Karena pada bab IV akan dibahas kembali seeara gamblang tentang
mengenai pemeliharaan anak.
3.Mengeniai Haria Benda
Tentang harta benda di dalam Islam tidak kenaI percampuran harta
kekayaan antara suami atau isteri kareana penlikahan. Harta kekayaan isteri tetep
18 Djnmil L;]til~ Aneka l1Uklllll Perceraioll f)i IndoNesia, (Jakarta: GhaHa Indonesia,1982), h. 81
26
l11enjadi milik isteri dan dikuasai penuh olehnya, demikian pula haria kekayaan
sual11i tetap menjadi l11ilik suami dan dikuasai olehl.yct.
Karena ilu pula menurul hukum Islam perempuan yang sudah bersuami
tetap dianggap cakap bertindak dalam hukum, sehingga ia dapat melakukan
segal a perbuatan 11llkum dalal11 masyarakal, beda dengan hukul11 barat perel11puan
yang bersuami tidak cakap bertindak hukum dan hanya dapat dilakukan perbuatan
hukum secara sah,jika di banlu alau dikuasakan secara tcrlulis olch suaminya.
Akan tClapi karcna mcnurut Jslam, dcngan pcrkawinan menjadiJah sang
isteri (kongsi sckutu seorang suami dalam melayani bahtcra hidup).19 Maka antara
suami iSlcri tcrjadilah Syarikah Abdan (pcrkongsian tenaga) dan Syarikah
mufawwacllah (pcrkongsian tidak terbalas). 20
Jika selama pcrkawinan diperoleh harla, maka harta ini adalah harta
Syirkab, yaitu bmia bersall1a yang mcnjadi milik bcrsama dari suall1i isteri.
I ~
Karena ilu dalam Jslam ada harta suami isteri yang tercampur dan ada juga harta
yang tidak tcrcampuf.
Dalam harta kckayaan yang bercampur yang merupakan harta kekayaan
tambahan karena usaha bersama suami isteri selall1a perkawinan, ll1enjadi milik
bersama dari suami isteri untuk kepentingan bers"llld. Karena itu apabila ikatan
perkawinan putus baik disebabkan meninggal ataupun perceraian, maka harta ini
c1ibagi ant~ra suumi istcri.
19 Hasby Ash-Shiddiqy, Pedoman Rllmah ]{mgga, (Medan : Puslaka Maju), h. 9
20 ISITIuha, Perceraian bersama Suam! Isleri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1965), h.38 dan 61
27
Pada pasal 149 Kompilasi Hukum Islam tentang akibat-akibat perceraian
(Thalaq) yaitu :
a.Memberikan Mllt'ah yang layak kepada bdms isterinya, baik berupa uang atau
benda, kecllali bekas isteri tersebut qobla dukhul.
b Memberi nafkah, makan dan kiswah kepada isterli sclama dalam iddah, kecuali
bekas ist· .. ' telah dijatuhi Thalaq ba'in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak
hamil.
c.Melunasi mahar yang masih terhutang seillruhnya dan separuh apabila qobla
dukhlll.
d.Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur
21 tahun.21
l "
21 Departernen Agarna RI. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agarna, 01'. Cit., 11. 61
BAB !II
PERCERAIAN DALAM PERSPEKHF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
NO.1. TAHUN 1974
A. Pcngr rtian I'crccraian
Pengertian perceratan tidak terdapat didalmn Undang-Undang
Perkawinan No. I Tahun 1974 maupun didalam Pemtufan Pemerintah No.9.
1975. Olch scbab itu tidak ada pcmbcrian arti khusus untllk itu. Hanya saja
dalam hal ini pada pasal 38 Undang-Unclang Perkawinan No. I Tahun 1974
menerangkan bahwa perceraian mcrupakan salah satu sebab putusnya
pcrkawinan.
B. Alasan Terjadinya Perccraian
Mengenai alasan terjaclinya perceraian dalam ha,l}llJ dapat dijumpai pada
pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan No. I Tahun 1974 serta dipertegas
clidalam p~lljelasallllya dan PeratUfall Pemerintah No. 9 Tahun 1975 pasal 19
yaitu :
Adapun alasan yang dapat dijadikan dasar untuk perceraian aclalah :
a.Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjlldi dan lain
sebagainya yang sukar disemIJuhkan.
29
b.Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 (dua) tahun beltumt-tumt
tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal yang lain
diluar kemauannya.
).Salah satu pihak mendapat hukuman 5 (lima) tahun atau hukwnan yang lebih
berat setelah perkawinan berJangsung.
d.Salah satu pihak melakukan kekejaman alai.! pengal1layaan berat yang
mel11bahayakan terhadap pihak lain.
e.SaJah satu pihak l11endapat caeat badan atau penyakit yang mengakibatkan
tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai. sual11i atau isteri.
CAntara suami dan isteri terus l11enerus terjadi perselisihan dan pertengkaraan
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam mrnah tangga22
Berdasarkan ketentuan di atas, bahwa pereeraian harns melalui lembaga
pengadilan dapat disimpulkan bahwa undang-undang perkawinan mempersulitt j
terjadinya pereeraian. Hal ini sesllai dengan tujuan perkawinan yaitu untuk
l11el11bentuk keluarga yang bahagia kekal dan sejahtera.
Adapun makna dan makslld yang terkandung dalal11 rnmusan alasan-
alasan pereeraian adalah :
a. Tentang alasan zina, pemabllk dan lain-lain
Undang-lIndang perkawinan tidak memberikan kejelasan tentang arti
ZlI1a, sehingga penafsirannya diserahkan kepada keteIltllan-ketentuan hukum
22 Arso Sosroatll1odjo, Hllkllin Perkall'il/a/l di il/domsi", (Jakarta: Bulan Bintang,1975). h. 108
30
yang hidup di masyarakat. lvlenurut Hazairin. SH "zina adalah setiap hubungan
seksual antara dua orang yang berlainan jenis tanpa ada perkawinan yang sah
antara kedua mereka itu".23
Pengertian ini bersifat umum diambil dari agama Islam. Sedang hukwn pidana
mengarlib" ,i la dalam arti sempit, hanya terbatas pada mereka yang terikat oleh
suatu perkawinan. Hal ini menyebabkan beberapa penuJis hukum keberatan
karerm negara seolah-olah menghalalkan perselubuhan dil uar pernikahan. Karena
ilu untuk menghendaki agar penafsiran yang digunakan adalab dalam alii yang
luas mencakup bubungan kclamin antara orang yang telah kawin dengan pibak
ketiga, ataupun antara orang yang belum terikat perkawinan (pengertian zina
dalam Islam).
Pada perbuatan zina tidak perIu dilakukan berkaJi-kali, apabila banya
dilakukan satu kali saja dan dapat dibuktikan. Hal tersebut dapat dijadikanj'
sebagai alasan suatu perceraian. Sedangkan perbuatan judi, pemabuk dan lain-
lain merupakan suatu perbuatan yang sukar untuk dirubah atau merupakan suatu
kebiasaan yang sudab tidak mungkin untuk dibilangkan.
b.lvleninggalkan pibak yang lain untuk musa dua tabun atau lebih tanpa suatu
alasan yang sah dan tanpa izin dari orang yang ditinggalkan itu.
Kalau kepergian banya unluk berlibur, dinas, urusandagang dan lain-lain
demi kelangsungan bidup mereka di masa mendatang, maka sebab itu tidak dapat
23 LiIi R !~yidi, HukU/ll PerkaH'inGn dan Perceraiall di A1alaysia dan/ndonesia, (Bandung :PT. Remaja Ko;,Ja Karya 1991), h. 108
31
digunakan oleh pihak yang ditinggaJkan untllk digunakan sebagai alasan
. 2·1percerman.
c. Masllk penjara lima tahun atau lcbih.
Yang dimaksud dengan hukuman penJara lima tuhun atau lebih disini
adalah hlkuman yang tclah mempunyai kekuatan hukum tetap setelah
perkawina I berlangsung.
Un\uk menginginkan tuntutan alas dasar ini, cukup dcngan melampirkan
putusan pidana yang telah berkekllatan hukllm letap. Salman putusan itu bagi
hakim merupakan suatu bukti yang cukup untuk mcngabulkan pcrmohonan cerai.
d. Kekejaman atau penganiayaan berat.
Kekejaman atau penganiayaan berat yang bagaimana yang dapat
dijadikan alasan perceraian, dalam hal ini lllldang-nndang menyerahkan
penafsirannya kepada para hakim.j'
Dalam hal ini Lili Rasyidi menjelaskan :
Penyebutan kata "membahayakan" didalam ketentuan ini memang sudahseharusnya untuk menghindarkan suatu penafsiran, misalnya saja baru kenatanpar satu kali, lantas digunakan sebagai alasan nntuk mm110hon cerai sebaiknyadalam gugatan perceraian dilampirkan pengakuan dokter {visual dokter) yangmenyatakan betul kekejaman atau penganiayaan yang dilakukan untukmemlldahkan hakim dalam pemeriksaannya. Terserah Jlada hakim apakahpengakuan (visum) cllkup dijadikan bnkti atan tidak ...... 20
24 Ibid., h. 199
" Ibid., h. 200
32
e. Tentang cacat badan atau penderita suatu penyakit.
Undang-unclang perkawinan ticlak memberikan penjelasan tentang hal
ini, akan tetapi penafsiran ini cliserahkan scluruhnya kcpada hakim. Lili Rasyidi
mcnyatab n yang clapat mcmbahayakan pcndcrita tidak dapat mcnjalankan
kcwajiban scbagai suami istcri scbagaimana mcstinya s(:pcrti impotcnsi, gila dan
scbagainy:. dapat dijadikan alasan untuk mcmohon pcrceraian.
Btgitu pula cacat yang clisembunyikan sebclllm pcrkawinan, jika
mcngakibatkan scorang lidak dapat l11cnjalankan kcwajiban, maka dapat
dijadikan alasan unluk minta ccrai. Jika cacat lcrscbut tdah dikctahui scbclmn
perkawin m, maIm tidak dapat dijadikan alasan lmtuk ccrai. Kctcrangan dokter
akan sang 't bennanlaal bagi hakil11 dalam l1lemUlliSkan perkara ini.
f 'ferus m"nerus bersclisih dan bcrlengkar.
Pcrselisihan dan pcrlcngkaran yang terjacli sccara terus menerus dalamj'
perkawinan, mengakibatkan hilangnya kcbahagiaan dan ketcntraman bagi
scluruh anggola keluarga yang merupakan lujuan utama clari pcrkawianan.
Scbagai jalan kcluaI' l11aka mcreka dibcri kescmpatan unluk bcrpisah mclalui
pcrccraian, j ika pcngadilan berpcndapat kcrukunan tidak dapal l11ungkin
diwujudkan kembali 26
Dari uraian di alas clapal dikelahui bahwa semua alasan percerman
lerscbut mcrupakan bcntuk-bcnluk pcrbuataan dan kcadaan yang mcnghalangi
tcrcapainya lujuan pcrkawinan. Dan jika tqjuan pcrkawinan itu tidak lagi
26 Ibid., h. 20 I
33
terwujud, maka sudah sewaJarnya suatu rumah tangga tersebut tidak perIu
dipertahankan lagi.
C. Sebab-seb. t; Putllsnya Perl'awinan.
Mengenai putusnya perkawinan dcngan jelas dijumpai pada pasal 38
Undang-Undang Perkawinan No. I Tahun 1974 yang berbunyi : "Perkawinan
dapat pUIUS karena: a. kemalian, b. perceraian, c. alas keplilUsan pengadilan".27
Dari lIraian pada pasal 38 lersebul diatas dapat diambil kesimpliJan
bahwa scbab-scbab putusnya pcrkawinan ada. tiga macam, yaitll :
a. Kemahan
b. Perceraian
c. Alas keputllsan pengadilan.
Agar lebih jelas dan lInluk dapat dijadikan gambaran secara umum,J .'
berikul ini akan dibahas salu persalu :
a. Kematian
Dengan meninggalnya salah seorang dari suami isteri maka dengan
sendirinya pUllislah ikalan perkawinan. Perceraian hanya dapat dilakukan di
depan sidang pengadilan, salah satu pihak yang 1l1cnghendaki perceraian harus
mengajllkan gugatan perceraian kepada pengadilan.
27 Arso SosroatIllodjo, Op. Cit. h. 90
34
b. Perceraian
SCI"'"' ~inya Undang-Undang Pcrkawinan memandang perceraian sebagai
langkah yang kurang bijaksana sehingga memberi penekanan agar pengadialan
harus lebih dulu mengusahakan perdal11aian, 'sebelum terjadi perceraian, dan
perceraian hams l11elalui Iembaga pengadilan. Walaupun perceraian adalah
l11asalah pribadi baik alas kehendak salah satu pihak atau kehendak bersama,
yang seharusnya tidak perlu ada campur tangan pemerintah, namun untuk
l11enghindari tindakan sewenang-wenang dari suami demi kepastian hukum,
maka perceraian harus melalui Icmbaga pcngadilan.
Suami dan isteri l11empunyai kedudukan yang seimbang dalam hukum
yang bcrarli suami isteri mcmpunyai hak yang sama untuk mengajukan
perceraial1 ke pel1gadilan. Dengal1 dcmikian berpedol11al1 pada pasal 14 sampai
dengan pasal l8 dan pasal 20 sampai del1gan pasal 34 PCI'aturan Pemerintah No.
j'
9 tahun 1975 dapat disimpukIkan : perceraian terbagi dua yaitu cerai thalaq dan
cerai gugat. Dalam hal ini Peraturan Pemerintah mengglmakan istilah cerai
thalag untuk membedakan pengertian pereeraiJI1 dengan atas keputusan
pengadilan yang menggunakan istilah cerai gugat. Yang dimaksud dengan cerai
thalq ialah perceraian yang dijatuhkan oleh suami. Sedangkan yang dimaksud
dengan cerai gugat adalah perceraian yang disebabkan adanya suatu gugatan
36
Pengadilan yang berhak membatalkan suatu perkawinan yakni
Pengadilan Agal11a atau Pengaclilan Ul11Ul11 (Pengaclilan Negeri dalal11 claerah
hukul11 dil11ana pcrkawinan clilangsungkan alau lel11pal linggal suami isteri,
suami alau isleri, dan kepada pengadilan inilah permohonan pembatalan
perkawinan hams diajukan.
Pasal 28 ayat 1 menentukan batalnya suatu perkawinan dimulai setelah
kepulusan pengaclilan mcmpunyai kekuatan hukul11 yang tetap dan berlaku sejak
ber1<.ngsungnya perkawinan.tetapi ayat-ayatnya l11enentukan keputusan
pel11i)atalan perkawinan ini tidak berlaku surut terhadap :
a. ar ak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut.
b.suami atau isteri yang berlinclak dengan itikacl baik k,ecuali terhadap harta
bersal11a,bila pembatalan perkawinan diilllsar alas adanya perkawinan lain yang
dahulu.
J '
c.orang ketiga lainnya ticlak termasuk dalal11 a dan b sepanJang mereka
l11emperoleh hak-hak dengan itikad baik sebelum keputusan tentang
pel11balalan mempunyai kekuatan hukum letap.
D.Akibat Pcrccmian
Ketentuan mengenai akibat putusnya perkawinan akibat perceraIan
tersebut pada pasal 41 unclang-undang perkawinan. pacla pasal ini ditetapkan
bahwa sebagai akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah :
37
l.Ibu dan bapak telap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anak,
semala-mala berdasarkan kepenlingan anak. Bila teljadi perselisihan mengenai
penguasaan anak-anak maka pengadilan memberikan keputusannya apakah
anak itu dibawah penguasaan ibu alau bapaknya.
2. Yang bcrlanggung jawab alas scmua biaya pcmc1iharaan dan pcndidikan anak
ialah bapak. Bila bapak dalam kenyataan lidak dapat memaluhi kewajiban
lcrscbul, misalnya karcna lidak mampu, maka pcngadilan dapal I1lcncntukan
bahwa ibu dapat memikul biaya anaknya ilu.
3.Pengadilan dapal mcwajibkan kcpada bckas suami untuk l11cmbcrikan biaya
penghidupan dan alau menentukan suatu kewajiban bagi bekas isleri.
Dari ungkapan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga obyek
yang dibabas dari akibal perceraian yailu:
1. Mcngcnai hubungan suami istcri.j ..
Hubungan dari suami isteri sudah jelas bahwa akibat pokok dan
pcrccraJan pcrkawinan, persetubuhan mejadi tidak bolch lagi, tetapi mereka
bolch kawin kembali sepanjang ketcnluan hukum masing-masing agamanya dan
kepcrcayan itu. Dalal11 perccraian pcrkawinan ilu mCl11bolchkan rujuk menurut
ketentuan-ketentuan Hukum lslam usaha seorang suami kepada isterinya dapat
dilakukan. Akan letapi menurut pasal 41 ayat (3), Undang··Undang Perkawinan
No. I Tahun 1974, pengadilan dapat mewajibkan kepada. belms suami untuk
mcmberi biaya penghidupan dan atau l11encntukan suatu kewajiban bagi bckas
38
istcri. Kcv e b~Jl dan alau menentukan sesuatu kewajiban ini tentu berdasarkan
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu.
2. Mcngcnai Anak
McniJrul pasal 41 ayal (1) dan (2), baik ibu atau bapak bcrkewqjiban
mcmclihara dan mcndidik anak-anaknya, semata-mala bcrdasarkan kepentingan
anak, dimana bapak yang bClianggung jawab 2las semua biaya peme1iharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak-anak itu. Akan tetapi bilamana bapak dalam
kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat
menentukan bahwa ibu dapat ikut mem*ul biaya tersebut. Dalam hal ini
pengadilan dapat pula mcmbcrikan kcputusan tentang siapa diantara mereka
bcrdua yang mcnguasai anak yakni mcmelihara dan mcndidiknya, apabila ada
perselisihan antara kcduanya. Kcpulusan pcngadilan dalam hal ini tentu juga
didasarkan kepada kepentingan anak., ,,
3. Mengenai Harta Benda
Berdasarkan pasal 35 Undang-Undang No. I tahlln 1974 harta benda
dalam perkawinan ada yang diseblll harta bersllma yakni harta benda yang
diperoleh selama perkawinan berlangslIng. Disamping itu juga ada yang disebut
Imrta bawaan dari masing-masing sllami dan istcri dan harta yang diperoleh
scbagai hadiah atau warisan sepanjang pihak-pihak tidak menentukan lain.
Pasal 36 mcnentukan bahwa mengenai harta bersama, suami alau isteri
dapat bcrtindak alas persetujuan :,cdua belah pihak, sedang mengenai harta
bawaan dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan,
39
suami dan isteri mempunyai hak·bak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan
hukum mengenai harta bendanya.
Begitu juga lllenurut pasal 35, apabila perkawinan putus maka harta
bersama tersebut diatur menurut hukumnya masing-masing. Disni tidak
dijclaskan pcrkawinan putus karcna apa. Karcna itu perkawinan putus karena
salah satu pihak mcninggal, alau karena perceraian.
Pasal 37 I11cngkaitkan putusnya pcrkawinan itu karena pcrecraian, harta bersama
diatur mcnurul hukumnya masing-masing. Yang dimaksud dengan hukumnya
masing-masing mcnurut pcnjclasan pasal 37ini ialah hukum agama, hukum adat
dan huklllYl lain-lainnya. Apa yang dimaksud dengan hukumnya masing-masing
pada penjelasan pasal 37. Jelasnya baik perkawinan jJulus karena pcrceraian
lllaupun perkawinan pulus karena kelllatian salah satu pihak, harta bersanJa itu
diatur menurut hukumnya masing-masing, yakni hukul11 agama, hukum adat danj'
hukum lainnya.
Jadi berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas ada lagi yang ingin
dijelaskan yakni apabila tcrjadi perceraian maka mengenai harta bersama
diselesaikan menurut Hukum Islam bagi suami dan isleri yang beragama Islam
dan lllenurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata bagi suami isteri non Islam.
BABlV
AKlBAT PERCERAlAN DAN DAMl)AKNYA TERf!lADAP ANAK
Dalam sualu l11ahligai rUl11ah langga yang al11an dan damai, segala sesuatu
yar g bersangkulan kesejahleraan anak berada dibawah pengawasaan kedua orang
tua .1ya. Sual11i isleri ballU membahu untuk mel11em,hi segala keperluan anak,
seI- ingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, jasmai dan mhani.
Rumah ta, . "l yang del11ikian merupakan idaman seliap orang. Nal11un tidak
sel11ua orang berhasil mengayuh bahlera rumah tangga dan berakhir dengan
pereeraian. PerceraIan l11enimbulkan berbagai masaiah terhadap anak-anak yang
merupakan buah dari perkawinan tersebut. Diantaranya adalah masalah
pemeliharaan dan pembiayaan anak setelah pereeraian sebagaimana akan
diuraikan di bawah ini.
A. MCllurul Hukum :slam
I. Pemeliharaan Anak
Tentang pel11eliharaan anak dalal11 Islam dikenal dengan istiJah
"hadhanah" berasal dari kata~ yang berarti mengasuh anak, memeluk anak29
Menurut para ahii fiqih l11endefinisikan "hadhanah" ialah menlelihara anak-anak
yang masih keeil laki-Iaki ataupull perempuan alau yang sudah besar, tetapi
belum tamyiz, tanpa perinlah dari padanya, mcnyediakan scsuatu yang
29 H. IV!. Ylmus. Op. Cit. . h. 104
41
menjadikan kebaikannya, mel\jaganya dari sesuatu yang menyakiti dan
merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri
menghadapi hidup dan memikul tanggungjawabnyaJO
Dr. Peunoh Daly mengemukakan definisi "hadhanah" ialah suatu pekerjaan yang
b';rhubungan dengan memelihara, merawat dan mcndidik anak yang masih kecil,
l::i)doh atall IF-mah t1sik31
Berdasarkan kedua definisi di alas pemeliharaan anak adalah usaha untuk
lI1emelihara dan menjaga kelangsungan hidup anak yang masih keeil, dengan
memperhatikan segala kebutuhan hidupnya,baik jasmani maupun rohani dell1i
kesejahteraan sang anak sehingga anak mampu berdiri sendiri.
Pemeliharaan anak sctelah pereeraiaan
Islam tclah mcngatur seeara jelas mengcnai haclhanah yang merupakan
hak anak-anak yang belum mampu mengllrus clan menjaga dirinya sendiri agarI '
ticlak ditelantarkan oleh kedua orang tuanya. Karena anak sangat membutuhkan
pengawasan, penjagaan, pelaksana urusannya dan orang yang menclidiknya pada
l11asa ul1111mya yang pertama.
Apabila terjadi perceraian maka orang tua letap berkewajiban ulltuk tetap
lI1emelihara anak-anaknya. Jika anak mereka masih keeil atan menyusui lI1aka ibn
J(J Sayyid Sabiq, 01'. Cit., h. 160
JJ Peunoh J;laly, JJukum Perkawillall Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989) cet. Ke-1 h.400
42
lcbih berhak untuk memelihara, mengasuh anak tersebut dari pada bapalmya.
Kecuali apabila ibu tidak mungkin untuk menyusukan aMk itu.
Nash yang berkaitan dengan masalah penyusuan dan pemcliharaan anak
adalah:
I. Finnan Allah SWT
, ,:r:;JjJ
Artinya :"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dualahun penu!I, yailu bagi yang ingin menyempurnakun Pel~yusuan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan memberi pakaiandengan cara yang ma'l'1I/ Seorang tidak dibebani melainkanmenurul kadar kesangupannya. Jaganlah seorang ibu menderitakesengsaraan karena anaknya, dan J l:vari,lpun berkewajibandemikian. Apabi/a keduanya ingin menyapih (sebelulll dualahzlIl) dengan kerelaan keduanya dun permusyawara!an, makatidak ada dosa baginya apabila memberikan pembayaraanmenurul yang palul" (AI- f]aqarah :233).
2, Sabda Rasulullah SAW:
/ f .. /. ~ - .. /"rt tPJ. -,JL.;~ ~,LS- I,L" ~I Jl~ )ill 'J Y,~ ~ : ..:J~ '01;1 :)1 J ;.v J. I )iJl/~ ::;-.. ,. . /' " ,/
~<~ ,,/,.-,/. ,/,,,7/<,~ ...' <~ ./. ", ... / ,.'--'/''I fill Jy ~ lJ, JLA; :'c-'.~.i--'-' i! I " IJI ::, ,~; II; ~ t; I i! j 'J~I;":J <.5~J~ lA".':,J cl' ':tl
'/" " / /' p/ 'j",. ,/ ... /'
(,)b y,1 01))) ~'tL:~~;:;;-i
Artinya :"j)ari Abdullah bin AmI', bahwasannya seorang perempuanberkata: Ya Rasu/allah sesunggu!mya anakku ini adalall berasaldari kantung kandungwzku, dari susuku ia mendapat minum, dan
43
pangkllankll ada/ah lempal berlindungl(VU dan scsungguhnyabapa/01ya Ie/ali menceraikanku dan ia hem/ak l11engal11bil anakini dariku. Maka Rasu/u//ah bersabda "engakau /ebih berhakler/wdap anak ini se/al11a engakau behon l1lenikah /agi ", (H. R.Abu Daud),3]
Dari kcdua dalil ini dapat disill1pulkan bahwa :
a.Bagi anak yang masih ll1enyusu kepada ibunya, apabiJa teIjadi perceraian maka
ibulah yang lebih bcrhak untuk mengasuhl memelihara anak tersebut. ApabiJa
ibu tidak ll1ungkin untuk mcnyusukan maka bolch disusukan kepada orang lain,
dengan mcwajibkan bapak mcmbayar upah kcpada ibu yang menyusukan itu.
b.Apabila ibu anak itu telah menikah lagi dcngan lakj.·laki lain, maka hak itu
untuk mengasuh anak menjadi gugur.
Hal ini mcngapa ibu Iebih diutall1akan untuk memclihara anak adalah
karcna pada ull1ulllnya ibu Iebih mall1pu dari pada lXlpak untuk mcngurus anak
yang masih kecil, lebih lell1ah lembut, lebih sabar, lebih te:kun dan mcmpunyai
le:bih bany,j; waktu untuk anaknya. Pe:lllcliharaan ini baikdalam masa iddah (raj'i
atau ba'in) maupun scsudahnya, serta dilarang mcmisahkan anak dari ibunya
daJam usia kanak-kanak.
Apabila ibu bcrhaJangan untuk memelihara anaknya, dalam hal ini para
ahli fiqih mendahuJukan kerabat ibu dari pada kerabat bapaknya dengan urutan
sebagai berikut:
I. Ibu dari ibu (nenek) terus keatas
32 Abu Daud Sulaiman, S1I11011 Ahu Doud, (Beirut: Daru! Fikri, ttl Juz 2,jld. I, h. 283
44
2. Bapak
3. Ibu dari bapak (nenek)
4. Ibu dari ibunya bapak dan terns keatas
5. kerabat terdekat yang perempuan
6. Kerabat yang terdekat laki-Iaki33
Dan syarat-syarat seorang pengasuh anak diantaranya :
a. Sudah ~" . .igh
b. Berakal sehat
c. Sehat badan
d. Dapat dipercaya dan berakhlak muha dan tahu mengasuh anak
c.Wanila yang I11cngasuh bcrslIal11i yang I11cl11punyai hubungan mahram
dengan anak asuhnya
.I I
Adapun anak-anak yang sudah mencapai tujuh tahull keatas baik Iaki-Iald
maupun perempuan atau yang sudah baligh, maka boleh memilih apakah akan
iklll ibunya alau ikut bapaknya. Hal ini pernah teljadi cIimasa Rasulullah SAW
bcrdasarkan hadist bcrikut ini :
33 Peunoh Daly, Op. Cit. h. 403
)., Ibid., h. 404
45
Arlinya: "Dan dari Abu Hurairah bahwa seorang perempuan berkata :Ya Rasulullah sesunggulmya suamiku ingin membawa anakku.sementara ia telah memberi mWl/aat kepadaku dan mengambilair minum dari sumur abu inabah maim datanglah suaminya,lalu berkata nabi "Hai nak, ini bapakmu dan ini ibumupeganglah tangan keduanya mana yang kamu kehendaki, maimanak ilu memegang langan ibunya. lalu perempuan itu pe!gibersama anaknya' '. (H. R. Ahmad, AI-Arba 'ah dan Tarmizi).3)
l'ilihan yang dijatuhkan anak tidak bersifat bebas secara lDutlak, karena
ada kalanya anak salah dalam memilih. Dalam hal ini hakim boleh mengubah
pilihan anak dengan pertimbangan demi kemaslahatan anak tersebut dikemudian
hari. Bcrkaitan dcngan masalah pcndidikan maka orang tua yang lebih
diutamakan adalah yang lebih memperhatikan pendidikan anaknya dengan
mcngarahkan anak itu untuk taat kepada Allah berdasarkan fiirman-Nya :
~ v ~ ...",. ,. J 0 ...... " .' ... ,.... " '" .1"
\! :;I~ j;,~ ~U~ L6.:,r;:. ;~~Ij ~81 G~ jj 1~15 ~lj ~~';;11."; I~I. ~:UI ~t;"... " ... 0 ...;s .-
(i : ,..,,.p:;ll) JJ';j;' C. J ;;W~J ~;i c. :t.IJ1 J;";;
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman 15dliharalah dirimu dankeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalahmanusia batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasal', yangkeras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang telahdiperintahkan-Nya kepada mereka dan selulu mengerjakan apayang telah diperinlahkan ". (At-Tahrim : 6)
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
.'SI;:'~ ';Iy'~ ;~~I ~Jj~~~; j5-~ /.:JJI J~':; J~. j~·~~.:JJ1 ~J~;j. J:;.((,£.)~JI ol}.) )}~~Si}~I':;!jJi
35 Ibnu Ha)r ai- Asqalani, nlljamah ElIlllgllIIl Maraalll, ( : Pustaka Tamaam Bangil,2001), h. 527
46
Artinya : "Dari Abi HUrCIirah R. A. berka/a, RasulullClh SAW bersabda :seluruh Clnak yang dilClhirkan dalam keadac/fl jilrah. MaImsesungguhnya orClng luanyalah yang menyebabakan anaknya ilumenjadi yahudi, nasrani alau m(jjusi" (H. R. l3ukhari).36
Dcngan dcmikian l11asalah pCl11e1iharaan anak yang sudah tamyiz tidak
l11cngutamakan bapak atau ibu, l11e1ainkan mengacu kepada kepentingan anak.
Orang tua yang dipilih untuk memelihara anaknya adalah yang dianggap mampu
untuk mcnyclcnggarakan kcpcntingan anak dcngan sebaik-baiknya.
Dalal11 Islam kekuasaan orang tua terhadap anak tidak hapus karena
perceraian dan kedua orang tua tctap berh~k untuk mengatur anak mereka
l11eskipun tidak dipilih untuk memelihara anak tersebut.
Mengenai lamanya masa mcmelihara anak tidak terdapat ketentuan baik
dalam AI-Qur'an maupun hadist, para ahli fiqh berbeda pendapat dalam hal ini.
a.Mazhab Hanafi : Mengasuh anak itu habis l11asauya kalu anak itu sudah tidakmembutuhkan pemeliharaan wanita dan sudah /s'anggup melaksanakankeperluannya yang vital seperti makan, berpakaian dan kebersihannya.Sedangkan untuk anak perempuan berakhir sampai usia baligh. Mereka tidakmembcri . ~(as yang tegas. Adapun ulama-ulama Hanafiyah yang datangkemudian l11enetukan batas usia anak laki-Iald adalah tujuh tahun dan anakperempuan sal11pai sembilan tahun.
b.Mazhab Maliki : menyatakan masa asuhan bagi anak laki-Iaki sall1pai baligh,untuk anak perel11puan sal11pai ia kawin dan dicampuri oleh suaminya.
c.Mazhab SyafI'i : tidak ada batas tertentu untuk mengasuh anak kecil, karenatidak ada keterangan yang tegas dalall1 hal ini. Seorang tetap bersall1a ibunyasal11pai masa memilih lalu anak l11engikuti orang yang dipililmya. Bila anaktidak memilih maim anak tetap tinggal bersanla ibunya.
36 Bukhari, AI-Muhammad bin Ismail, Shahih AI-JJukhari, (Mesir : Darwa Matba'ah) juz.3., h. 114
47
D.Mazhab Hambali : mcmbcri batas mcngasuh yaitu sampai anak berumur tujuhtahun baik laki-Jaki atau percmpuan.J7
Dari urutan di atas dikctahui bahwa para ulama tidak sepakat mcngenai
batas masu pcmcliharaan anak. Namun hal ini yang sangat mendasar untuk
mcncntukan batas masa pemcliharaan anak tcrletak pada kondisi anak dan demi
kcmaslahatan si anak, dengan batas minimal yaitu sampai anak tamyiz atau
baligh.
2. 13iaya Ilidup Anak
Mcnurut Islam biaya hidup anak mcrupakan tanggung jawab bapaknya,
baik sclama pcrkawinan bcrlangsung maupun setelah perccraian. Apabila sctclah
pcrccraian, anak yang masih kccil dan mcnyusui bcrada dibawah pcmcliharaan
ibunya, Sedangkan masa iddalmya tclah habis, maka ibu berhak mcndapatkan
pckcIjaan tersebut. Hal ini karcna dia tidak lagi mcncrima nafkah dad bapak anakj'
tcrscbut. LJpah ini wajib diberikan baik dimintanya maupun tidak. Berdasarkan
firman Allah dalam AI-Qur'an :
i.- 1 " .. J ~ ~ ~ '-.- " .. J ,- - I ' °1).:,..Jlj :;~;"I :;)I; ;...s:J ~;':';'~i 0\> 06 1°,;"~ ;;.. 06:1:- lyiA;t.; s-;- c:.>UJI 0s' 0!J
.. .... "<Ie" ...I .- .-.. "
(, : SUJI) is/'1 ~ e:~- ;rJ";w12" 0!j J Jf:..;~" ",; ....
AI1inya :"Dan jika karena isleri-isleri yang sudalz dillzalaq itu sedangIzami! maka berikanlah kepada mereka najkahnya llinggamereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu, maka berikanlallkepada mereka upalznya; dan jdea kamu mengalami kesulilanmaka perempuan lain bolell menyusukan (anak ilul) untuknya"(/JI-77wlaq :6)
37 Peunoh Daly, Gp. Cit., h. 405
48
Upah tersebut dihitung sejak pemeJiharaan dilaksanakan dan jika tiOOk
dibayar dianggap sebagai hutang, kecuali apabila ibu/pengasuh membebaskan
hutang tersebllt.
BI,sar biaya yang harus ditanggllng oleh bapak untuk anaknya adalah
sesllai dengan kemampllan si bapak, berdasarkan fiL.lail Allah SWT berbllnyi :
, ~ " ;; ~/ ".;; "" "...} ,. } ;.
1.>,151< L. iJj C.;S illl JJs:: iJ illl ~151< c:.., :.fl; ~j.J ~ >1> :;:, .c:.:..:.. ::r ;;;.;... J" J,;~1" ..." .. , .. ,,/ .. P .. .... ,
(V. ,:"" 'I) 1',,:-; • ~ J.:...;' illl I:;"" ..~ ~ -~ . ~"'="""',Artinya :"Hendak1ah orang yang mampu memberi najkah menurut
kemampuwmya. Dan orang yang disempilkan rezekinyahendaklah memberi najkah dari harta yang diberikan A!!ahkepadanya. Allah tidok memikul beban kepada seseorangme1ainkan (.,ekedw) apa yang A!!ah berikan kepadanya. A!!ahkelak akan memberikan ke 1apangan sesudah kesempilan" (AtThalq: 7)
Mcngenai waktu berakhirnya pell1biayaan terhadap anak bagi anak laki-
laki sampai ia dewasa dapat bekerja dan berdiri sendiri. Sedangkan bagi anak-, ,,
anak perempuan sall1pai ia kawin. Kalau anak perempllan sudah kawin maka
natkahnya ll1enjadi kewajiban suaminya.
Jika temyata bapak tidak mampll untuk membiayai anak-anaknya, baik
karena keadaan 11sik yang tidak memungkinkan atau karena kefakirannya, maka
kewajiban tersebllt ll1enjadi gugur dan ditanggung oleh kerabat ahli waris yang
tcrdekal yang ll1ampll.
Jika bapak belum ll1endapalkan pekerjaan, maIm untuk sementara natkah
ditanggung oleh kakek, Jalu ibu dan dianggap sebagai hutang bagi bapak yang
49
hams dibayar, kecuali apabila mereka merelakamJya. Namun apabila bapak
dengan sengaja menelantarkan anaknya dengan tidak memberikan biaya
hidupnya, padahal bapak cllkup mampll, maim lslum memperingatkan bahwa
perbllatan tersebllt mempakan perbuatan dosa. Hal ini sesuai dengan Hadist
baikut:
":;'.'iJI /t't, r.::- ..1~1IJP u"J'i.; ·J·ti}/_'·~ 'lG5 011 ',,- "Y ·111~~ ,.~ <.J ;~.r; lS"" [""""'" , Y" ,) . ~ :,) rs",,) ? '! ,.. ,..' rY')
!.I J';.<~/?./( ,j I....:JI 01),) ) Q Y'! ,;-
Artinya :"Dan dari Abdullah bin Umar R. A. berkata, Rasulullah SAWbersabda : seseorang telah cukup dikatakan berbuat dosa, bilaia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungan makan danminumnya" (H. R. An-Nasa '0. 38
Dcmikian aturan Islam tentang pembiayaan anak dengan konsep
kcseimbangan, yaitu tidak mcmcberatkan dari pihak pcnanggung dan tidak
menelantarkan pihak yang ditanggung.
f '
B. Menufut Undang-Undang Perlrnweinan No.1 Tahun 19'74
I . PemcIiharaan Anak
Pemcliharaaan anak terdiri dari dua kata, yaitu kata pemeliharaan dan kata
anak. Pcmcliharaan bcrasal dari kata "pclihara" yang bcrarti jaga, rawat.
Scdangkan kata pemeliharaan berarti : proses, cara pembuatan memeliharakan;
penjagaan, perawatan pendidikan.39
.1' Muhammad bin Ismail Al Amiri, SII/JIJ/IIS Sa/am, (Jeddah), juz. 3., h. 11663" De~' Dik. Bud .. Kamlls Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balni Pustaka, 1990), h.
661
50
Pemeliharan pada dasamya menjadi tanggung jawab orang tua.
Pemeliharaan mcliputi bcrbagai masalah seperti : mengawasi, memeberi
pe!ayanan yang semestinya serta meneukupi kebutuhan hidllP dari seorang anak
oleh orang tua. Jadi pemeliharaan melipllti pengawasan, pelayanan dan
pembelaan dalam arti yang luas pengawasan, berartl membentuk lingkungan anak
dalam Sllasana yang baik jasmai mallplln rohani, sehingga anak menjadi manusia
yang sosial. Pclayanan bcrarti memberi dan menanamkan rasa kasih sayang orang
tua terhadap anak. Sedangkan kebutuhan hidup adalah kebutuhan plimer atas
tempat tinggal, makan dan pakaian menjadi kebutuhan hidup lebih ditekankan
pada soal nalkah.
Oalam hal ini Undang-Undar:g Perkawinan No. Tahun 1974
memisahkan antara pemeliharaan dcngan pendidikan. Namun keduanya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.j ,
Sedangkan pegertian anak menurut Bahasa Indonesia adalah turunan
kedua manusia yang masih kecil40 Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1
Tahun !97::, anak adalah : berdasarkan pasal 45 ayat (2) dan pasal 6 ayat (2)
berbunyi ;
Pasal 45 ayat (2) : Kewajiban orang tua yang dimasksud dalam ayat (I) pasal ini
berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kew,0iban mana berlaku
terus meskipun perkawinan antam kedua orang tua putus.
40 Ibid., h. 21
51
Pasal 6 ayat (2) : Untuk mch111gStU1gl,an pcrl,RAVilJan St;Oral1g yang bclum
mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua."l
Berdasarkan uraian di atas, pemeliharaan dan pendidikan anak pada
dasarnya adalah usaha-usaha untuk memelihara dan menjaga kelangsungan hidup
anak dengan memperhatikan segala kebutuhan hidupnya baik kebutuhan jasmani
mauplm keblltuhan rohani semata-mata demi kesejahtraan anak, sehingga anak
dewasa, telah berumur 2I tahun atau telah kawin.
2. Pemeliharan Anak Setelah Perceraian
Barangkali siapa pun tahu bahwa perceraian akan membawa kemampuan
Jlwa pihak-pihak yang bersangkutan, namlln pihak yang kerap kali paling
menderita adalah anak. Anak akan menderita jasmani clan rohani maupun sosial
kerena perceraian orang tuanya. Hal ini sering sekali menyebabkan anak menjacli
nakal danmeresahlmn masyarakat disekitarnya.
Karena demikian besarnya pengaruh perceraian terharlap anak maIm
Undang-Undang Perkawinan mengatur dan melindungi hak anak-anak setelah
percemian yang menyangkut pemeliharaan dun pendidikan anak. Hal ini diatur
pada pasal 4 I (a) Undang-Unclang Perkawinan, y~.ng berbunyi : Baik ibu atau
bapak tetap berkewajiban memelihara clan menclidik anaknya, se.mata-mata
-II Arso Sosroatmodjo, Op. Cit., .81 dan 92
52
berdasarkan kepentingan anak. Bi\amana ada perselisihan mengenai penl,'Uasaan
anak-anak, pengadilan memberikan keputusan42
I
Dari pasal ini diketahui ballwa perceraian tidak menghilangkan kewajiban
orang tua untuk tetap memelihara qan mendidik anak mereka. Pasal tersebut jugaI
menunjukan adanya hak dan kewajiiban yang seimbang pada orang tua yang telah
bercerai dalam menydengarakan pemeliharaan, pendidikan dan kesejahteraan
bagi anak-anaknya.
Namun pelaksanaannya, sering kali hal tersebut tidak mungkin
dilaksanakan oleh orang tua yang telah bercerai secara bersama-sama, sehingga
harus dicari cara yang tepat untuk merealisasikan hak yang sama agar
pembenturan dalam pemeliharaan anak dapat dihindari.
Dalam hal ini pengadilan Horus memilih dan mcnentukan siapa diantara
kedua orang tua yang akanmemelihara anak-anak mereka.
Prof. Hazairin, SH. Dalam buku yang dikaJang oleh R. Wiryono
Pridjodikoro, SH. Mengambil dasar kriteria, yakni :
"Untuk menetapkan siapa dari orang tua berhakmemelihara anak, adalahsiapakah diantara mereka yang paling melakukan kesejahteraan anak tersebut atauditangan siapa kepentingan anak lebih baik, maka orang tua t"rsebutlah yanglebih berhak untuk memelihara anak-anaknya,,43
·12 Ibid., h. 91
.1) R. Vv'iryono. P., Hukum Perka»jinan di Indonesia, (Bandung . 'SU1l1Uf Bandung, 1981)h. 86
53
Apabila anak itu masih kecil. pada umumnya ibulah yang dipilih olell
pengadilan untuk melakukan pemeliharaan. Hal ini tidak lain demi kemaslahatan
anak tcrsebut karena masih memerlukan belaian dan kasih sayang serta perawatan
seorang ibu. Dan ibu juga lebih banyak tinggal di rumah sehingga anak
mendapatkan perawatan dan perhatian yang cukup. Namun hal ini tidak Jepas dari
kriteria bahwa si ibu mempunya\ moral yang baik dan mampu memberikan
kesejahteraan untuk anaknya.
Meskipun hanya salah satu'dari orang tua yang dipilih untuk melakukan
pemeliharaan. namun kedua orangtua tetap berhak untuk ikut campur mengatur
anak tersebut Hal ini kerena Undang-Undang Perkav,Iinan l11emandang bahwa
kekuasaan orang tua tidak terhapus ,kerena perceraian.,
Bila ternyata orang tua! l11elalaikan kewajiban pemeliharaan dan
pendidikan yang merupakan hak, nlaka anak dapat l11enuntut kewajiban hukum itu
dari or~mg tua dari laki-laki atau ke<;lua-duanya.
2. Biaya Hidup Anak
Dalam Undang-Undang Perkawinan No. I tahun 1974, biaya hidup anak,
disebut biaya pemeliharaan dah pendidikan anak. Selal11a perkawinan
berlangsung, biaya pel11eliharaan dan pendidikan anak dilanggnng oleh bapak
anak krsebut Bila perceraian terjaqi siapakah yang bertanggung jawab terhadap
biaya [mak tersebut? Ini diatur pada pasal 41 (/1) Undang-Undang Perkawinan
yang berbunyi :
54
"Bapak yang bertanggung jawab alas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan
yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi
kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya
tersebut"-""
Dari isi pasal di atas diketahui bahwa setelah perceraian, bapak tetap
berkewajiban membiayi anaknya baik anak itu dipelihara olehnya atau ibunya.
Biaya tersebut hams dibayarkan pada tiap-tiap bulan untuk anak tersebut.
Apabila bapak mengingkarikewajiban, ibu yang memelihara anak tersebut
dapat menuntut biaya tersebut kepada pengadilan agar menghukum mantan suami
untuk membayar biaya yang dianggap patut oleh perusahaan.
Besamya biaya pemeliharaan dan pendidikan anak pada prmslpnya
ditentukan oleh keadaan obyektif atas dasar standar sosial ekonomi dari mantan
suami bersangkutan.
Bagi PNS (Pengawai Negeri Sipil), biaya yang hams dibayarkan untuk
anak adalah 1/3 dari gaji yang bersangkutan, yang diatur pada pasal g ayat (2)
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 tentang izin perlcawinan dan perceraian
bagi PNS.
Pada kenyataannya mengenai biaya yang telah dltetapkan oleh pengadilan
atau persetqjuan suami isteri tidak mencukupi, umpamanya semakin besarnya
biaya tmgkat pendidikan anak, maIm ibu boleh menuntut biaya tambahan tersebut
dalam arti terpenuhi kebutuhan malcanan, pengobatan, pakaian dan pendidikan,
" Arso Sosroatmodjo, Op. Cit., h. 91
55
sesuai dengan kemampuan pendapatan si bapak. Tuntutan ini dapat dipaksakan
kepada bapak atas keputusan pengadilan.
Bagaimanakah kalau bapak tidak dapat memenuhi kewajlban tersebut?
Dalam hal ini pengadilan dapat l11enentukan bahwa ibu dapat l11emikul biaya
pel11eJiharaan dan pendidikan anak tersebut. Ini harus ada bukti bahwa si bapak
benar-:::>enar tidak l11ampu atas pembiayaan.
Dalam hal ini si bapak tidak bisa lepas secara mutlak atas tanggung jawab
pembiayaan tersebut, kecuali si bapak dalam keadaan sakit gila, atau sakitnya
sangat parah sulit untuk disel11buhkan atau juga kerena tidak mempunyai harta
kekay2an. Dalam hal ini atau kondisi demikian bapak dapat dibebaskan dari
pembi:lyaan tersebut.
Ketentuan tentang keikutsertaan ibu ,mtuk memikul biaya aJJak karena
bapak tidak l11ampu l11erupakan alternative pertal11a untuk l11elindungi
kepentingan anak agar tidak menjadi terlantar akibat ketidak mal11puan bapak
untuk membiayainya.
C. Persamaan Dan Pel'bedaan antara IIukum Islam dian Undang-Undang
Perlrnwinan No.1 Talmn 1974.
I. Persal11aan
a. Hukwn Islam dan Undang-Undang Perkawinan No. I Tahun 1974
l11engatur bahwa orang tua tetap l11emiliki kewajiban untuk mel11elihara,
56
mendidik dan membiayai anak-anak mereka meski,pun orang tua mereka
sudah bercerai.
b. Orang tua yang dipiJih untuk meJakukan pemeliharaan anak setelah
bercerai, Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan mempunyai
kriteria yang sarna yaitu orang tua yang dipilih untuk memelihara anak
tersebut setelah perceraian adalah yang diarlggap cakap dalam
menyelenggarakan kebutuhan anak, baik itu kebutuhan jasmani maupun
kebutuhan rohani yang hanya sel11ata-mata demi kesejahteraan si anak,
bukan berdasarkan bapak atau ibu.
c. Dalal11 hal kekuasaan orang tua, Hukum Islam dan Undang-Undang
Perkawinan menentukan bahwa kekuasaan orang tua tidak l11enjadi hapus
karena perceraian, sehingga orang tua tetap berhak wltuk ikut serta
mengatur anaknya meskipun tidak ditunjuk sebagai pemeliharaan.
d. Ukuran yang dipakai untuk menentukan besarnya biaya hidup, Hukum
Islam dan Undang-Undang Perkawinan mempunyai ukuran yang sama
yaitu sesuai dengan kemampuan si bapak.
2. Perbedaan
a. Dalam Hukum Islam apa bila seorang sual11i rnengatakan saya cerai kanru
atau pun dengan kata lain yang berkaitan dengan cerm, maIm terjadiIah
perceraian. Sedangkan daImTI Undang-Undang Perkawi!!an No. I Tahll11
1974, perceraian hams melalui Pengadilan Agama.
57
b. Tentang berakhirnya pemeliharaan, dalam Hukul11 Islam tidak terdapat
nash yang jelas yang berkaitan dalam hal ini, s.ehingga menimbulkan
perbedaan pendapat diantara para ulama mengenai batas pemeliharaan
anak. Namun batas minimal pemeliharaan anak adalah sampai anak
tamyiz atau telah berumU1' tujuh tahun. Setelah itu anak bebas memilih
apakah akan tetap bersama ibunya atau bapaknya. Sedang dalam Undang
Undang Perkawianan memiliki batasan waktu bahwa pemeliharaan anak
terakhir bila anak telah dewasa, yaitu telah mencapai usia dua pllluh satu
tahun atau telah kawin.
c. Mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk membiayai anak setelah
perceraian. Dalam Hukum Islam apa bila bapak tidak mampu memberi
nalkah setelah perceraian, maka kewajiban tersebut beralih kepada ahli
waris yang terdekat yaitu kakek, lalu ibu. Sedangkan Undang-Undang
Perkawinan No. ! Tahun 1974 menentukan ibu ikut memikul biaya hidup
anak bila bapak tidak mampu.
Demikianlah persamaan dan perbedaan yang terdekat dalanl kedlla
Hukum diatas. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa persamaan yang
terdapat di kedua hukum tersebllt lebih banyak dibandingkan dengan perbedaan
yang ada.
Dan dapat dikatakan pula bahwa hal-hal yang ada dalam Undang-Undang
Perkawinan No. I Tahun 1974 merupakan ukuran dalam rnerealisasikan Hukum
Islam di Indonesia.
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada dasarnya Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan NO. 1 Tahun
1974 mempunyai pandangan yang sarna tentang perc:emian, bahwa perc:eraian
adalah alternative terakhir untuk menyelesaikan ketegangan rumah tangga
yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi meskiplln berbagai cara untuk
mendamaikan sudah ditempuh.
2. Pemeliharan Anak setelah perceraian adalah :
Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Perka",~nan No.1 Tahun 1974,
Daiam Hukum Islam pemeliharaan anak dikenal dengan istilah hadhanah,
hadhanah merupakan suatll kewajiban Bapak dan Ibu yang berlangsung terus
menerus walaupun Bapak dan lbu sudah bercerai. Pada pasangan suami isteri
yang bercerai, pemeliharaan anak dilakukan oleh pihak yang ditunjuk untuk
melakukan pemeliharaan anak. Orang tua yang dipilih adalah yang sanggup,
calcap dan mampu untuk menyelenggarakan kepentingan anak-anak mereka.
Olt::h karena itu anak yang ll1asih kecil biasanya dipelihara oleh ibunya sall1pai
tamyiz, sedangkan ll1enurut undang-undang perkaffinan sampai anak menjadi
dewasa yaitu berwnur 21 tahun dan setelah itu anak cljbolehkan untuk
mell1ilih tinggal bersama ibunya atau bapaknya. Kekuasaan orang tua tidak
59
menj adi hapus karena perceraian, berarti kedua orang tua tetap berhak untuk
mengatur anak-anak mereka setelah perceraian.
3. Pembiayaan hidup anak setelah perceraian.
Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan No. I Tahun 1974,
biaya hidup anak merupakan tanggung jawab bapak, baik selama perkawinan
berlangsung maupun setelah perceraian. Kecuali hila bapak temyata tidak
mampu. Maka Hukum Islam menegaskan beralih kepada ahli wmis terdekat
yang mampu yaitu kakek, lalu ibu. Sedangkan menurut Undang-Undang
Perkawinan No. I Tahun 1974 apabila bapak tidak mampu, maka ibu dapat
dii:mtsertakan dalam menanggung biaya hidup anak. Besar biaya yang
dikeluarkan sesuai dengan ukuran kemampuar. sibapak
60
B. Samn
1. Terhadap orang tua yang telah bercerai hendaklah lebih mcnyadari bahwa
tanggung jawab dan perhatian mereka sangat diharapkan oleh anak. Agar anak
dapat tumbuh dan berekembang secara wajar.
2. Orang tua seyogyanya dapat bersikap lebih dewasa dan lebih bijaksana dalam
menyelesaikan segala permasalahan dalam rumah tangga, sehingga perceraian
dapat dihindari dan anak-anak dapat tmnbuh dan berkembang dengan baik
dibawah naungan asuhan kedua orang tua mereka.
:'. Pemerintah hendaknya memberikan penyuluhanlinfonnasi kepada masyarakat
yaitu tentang dampak yang diakibatkan oleh perceraian terhadap anak-anak,
diharapkan pada orang tua benar-benar berpikir matang dan jernih sebelum
memutuskan untuk bercerai.
4. Badan Penyelesaian Perselisihan Perkawinan dan Perceraian (BP-4) hendaknya
berupaya semaksimal mungkin dalam mendamaikan dan menyelesaikan
masalah suami isteri, sehingga perceraian dapat dihindari dalam suasana
menjadi tenteram dan damai serta baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Terjamalmya, Jakarta: Bumi Restu, ]971
Ash-Siddiqie, Hasby, Hukum Fiqh Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.
Ash-Siddiqie, Hasby,Pedoman Rumah Tangga, Medan : Pustaka Ma]n, 1970.
A. Rahman, Bakri, Drs, Hukum Perkawinan lvIenurul Islam, Uu. Perkawinan danHukum Perdata, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981.
Al-Anshori, Zakaria, Abu Yahya, Falhul Wahab, Beirut: Darul Fikri
AI-Amiri, Muhammad bin Ismail, Subulus Salam, Riyadh-Mekkah
Al-Asqalani, Hajr, Ibnu, Teljemahan Bulughul Maraam, Pustaka Tamaam Bangil,2001
Bukhari, al ..Muhammad bin Ismail, Shahih Al-Bukhari, Mesir: Barwa Matba'ah
Daly, Penouh, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989
. ---:-::' Kompilasi HukumIslam di Indonesia, Bandung : Humaiora UtamaPress, 1991___, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Hafidz Al-Mundniry, Sunan Abi Daud, Beirut: Darul Fikri
Ismuha, Perceraian Bersana Suami ISleri, Jakarta: Bulan Bintang, I965
Latief, Djamal, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia,1982
Rusyid, Ibnu, Bidayah Almujlahid, Terjanah, Semarang: UsahaKeluarga, 1982
Rasyidi, Lili, Hukum Perkawinan dan Perceraian di lvIalaysia dan Indonesia,Bandung: PT. RemajaKosdeKarya, 1991
R. Wiryono. P, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Sumur Bandung, 1981
Sulaieman,Abu Daud, Sunan Abu Daud, Beirut: Daml Fikri
62
Sosroatm(\djo, Arso, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1975
Sabiq, Sayyid, Flqh Sunnah, Bandung : £01' AI-Maarif, 1993
Sumiyati, SH. , Hukum Perkawinan Islam dan Uu. Perkawinan, YOl,'YakartaLiberty,
Yunus, Mahmud, Hukum Perkawinan dalam Islam, JakmtaMuhammadiyah, 1960
Yunus, H. Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung
£Oustaka