tlri;hlfr*,. - unib scholar repositoryrepository.unib.ac.id/374/1/upload-1-analisa market surplus...

8
{r, Jurnal Akta Agrosia Vol. l0 No. I hlm 32 - 39 Jan - Iun 2007 ISSN t4t0-33s4 Analisa Marketable Surplus Beras (studi Kasus di Desa Dusun Muara Aman Kecamatan Lebong utara Kabupaten Lebong) Marketable Surplus of Rice Analysis (case study In Dusun Muara.A,man, Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Lebonfl Nusril, Hadi Soffan Harahap dan Ketut Sukiyono Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Llniversitas Bengkulu Jln. Raya Kandang Limun Bengkulu 3837 tA [email protected] Food needs increase along with *. ..tlri;Hlfr*,"". This condition affects agricuttural sector especially paddy becoming significant. The geographical situation and increasing food needi tead to Lebong Regency government to focus their economic development in paddy sector. This research is aimed at estimatin! marketable surplus of rice,examining factors that influencing marketable surplus. This research is conducted in Dusun Muara Aman village, North Lebong sub-district tebong district. Eifty two samples ai, ,rtectro uring stratified ra-ndgl sampling method. To analyse factor influencing marketabte surplus, mu'ltiple regression modJl is used and estimated using ordinary Least Square method. The result show ihat the peicentige marketable surplus of rice in Dusun Muara Aman is 460/o fromtotal output. Factors influencing *uikutubl. iurplus of rice in Dusun Muara Aman are total output, off-farms income, member of household,-rice price, land ownership, payment method of fertilize urea and main household incorne. Key words : marketqble surplus, paddy PENDAHULUAN Propinsi Bengkulu memiliki luas areal petanian yang ditanami padi 105.548 ha dengan produksi sebesar 413.475 ton pada tahun 2003. Selain pembangunan sektor pertanian d itujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tani dan memenuhi kebutuhan pangan, sektor inijuga diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di Begkulu yang pada tahun 2003 jumlahnya r;mencapai 740.148 jiwa (BPS, 2003). Sebagai salah satu kabupaten yang baru, Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Lebong men itikberatkan sektor perekonom ian daerahnya pada pembangunan pertanian, khususnya tanaman padi., Pemerintah daerah merencanakan kabupaten Lebong sebagai daerah lumbung padi di Propinsi Bengkulu pada lima tahun ke depan. (BPIP Lebong Utara, 2004). Kebijakan ini diambi I berdasarkan pada potensi kabupaten ini dimana tahun 2004 adalah 9.329 ha dengan produksi 42.350 ton. Pengembangan komoditipadi di daerah inijuga didukung oleh tersedianya sarana irigasi baik teknis, setgngah teknis maupun irigasi sederhana. Secara rinci, luas irigasi teknis adalah 1.586 ha, setengah teknis 2.665 ha, sederhana 5.003 ha dan usahatani padi rawa seluas 1.075 ha. Dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa jumlah produksi dari petani tidak se'muanya dapat dijual ke pasar (Suryanarayana, 1995). Petani masih mengeluarkan hasil produksinya untuk kebutuhan pangan keluarga, upah-upah tenaga kerja yang berbentuk natura (padi/beras) atau dikeluarkan untuk sewa lahan. Kelebihan produksi padi yang dapat dipasarkan

Upload: tranquynh

Post on 11-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

{r,

Jurnal Akta Agrosia Vol. l0 No. I hlm 32 - 39 Jan - Iun 2007 ISSN t4t0-33s4

Analisa Marketable Surplus Beras(studi Kasus di Desa Dusun Muara Aman Kecamatan Lebong utara

Kabupaten Lebong)

Marketable Surplus of Rice Analysis(case study In Dusun Muara.A,man, Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten

Lebonfl

Nusril, Hadi Soffan Harahap dan Ketut SukiyonoJurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Llniversitas Bengkulu

Jln. Raya Kandang Limun Bengkulu 3837 [email protected]

Food needs increase along with *. ..tlri;Hlfr*,"". This condition affects agricuttural sectorespecially paddy becoming significant. The geographical situation and increasing food needi tead to LebongRegency government to focus their economic development in paddy sector. This research is aimed at estimatin!marketable surplus of rice,examining factors that influencing marketable surplus. This research is conducted inDusun Muara Aman village, North Lebong sub-district tebong district. Eifty two samples ai, ,rtectro uringstratified ra-ndgl sampling method. To analyse factor influencing marketabte surplus, mu'ltiple regression modJlis used and estimated using ordinary Least Square method. The result show ihat the peicentige marketablesurplus of rice in Dusun Muara Aman is 460/o fromtotal output. Factors influencing *uikutubl. iurplus of ricein Dusun Muara Aman are total output, off-farms income, member of household,-rice price, land ownership,payment method of fertilize urea and main household incorne.

Key words : marketqble surplus, paddy

PENDAHULUAN

Propinsi Bengkulu memiliki luas arealpetanian yang ditanami padi 105.548 ha denganproduksi sebesar 413.475 ton pada tahun 2003.Selain pembangunan sektor pertanian d itujukanuntuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tanidan memenuhi kebutuhan pangan, sektor inijugadiharapkan mampu menyerap tenaga kerja diBegkulu yang pada tahun 2003 jumlahnya

r;mencapai 740.148 jiwa (BPS, 2003). Sebagaisalah satu kabupaten yang baru, PemerintahDaerah Tingkat II Kabupaten Lebongmen itikberatkan sektor perekonom ian daerahnyapada pembangunan pertanian, khususnya tanamanpadi., Pemerintah daerah merencanakankabupaten Lebong sebagai daerah lumbung padidi Propinsi Bengkulu pada lima tahun ke depan.

(BPIP Lebong Utara, 2004). Kebijakan ini diambi I

berdasarkan pada potensi kabupaten ini dimanatahun 2004 adalah 9.329 ha dengan produksi42.350 ton. Pengembangan komoditipadi di daerahinijuga didukung oleh tersedianya sarana irigasibaik teknis, setgngah teknis maupun irigasisederhana. Secara rinci, luas irigasi teknis adalah1.586 ha, setengah teknis 2.665 ha, sederhana5.003 ha dan usahatani padi rawa seluas 1.075ha. Dalam memenuhi kebutuhan panganmasyarakat, hal yang perlu dipertimbangkanadalah bahwa jumlah produksi dari petani tidakse'muanya dapat dijual ke pasar (Suryanarayana,1995). Petani masih mengeluarkan hasilproduksinya untuk kebutuhan pangan keluarga,upah-upah tenaga kerja yang berbentuk natura(padi/beras) atau dikeluarkan untuk sewa lahan.Kelebihan produksi padi yang dapat dipasarkan

Nusril, Hadi Sosan Harahap dan Ketut Sukiyono : Anarisa marketabre surprus beras

disebut marketable surplus. Untuk itu dalammenentukan kebijakan di bidang pangan, perludilihat seberapa besar jumlah marketaile sulplusberas suatu daerah sehingga tidak terjadikekurangan atau kelebihan pangan di daerahtersebut. Penelitian ini mencoba menganalisafaktor-faktor yang mempengaruhi I umlahproduksi padi yang dapat dipasarkan di DesaDusun Muara Aman Kecamatan Lebong UtaraKabupaten Lebong.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian dipilih secara purposive(sengaja) yaitu di Desa Dusun Muara AmanKecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebongdengan alasan lokasi ini merupakan salah satudaerah sentra produksi padi di daerah Lebong.Pertanian di desa ini sudah termasuk majudibanding daerah lain di Kabupaten Lebongdengan sistem pengairan irigasi teknis dan dengantingkat produktivitas padi sawah yang mencapai4,8 ton har.

Data pada penelitian ini bersumber daridata primer yang diperoleh melalui wawancaradengan 52 petani sampel dan pedagang sampelberdasarkan daftar pertanyaan yang telahdisiapkan. Pengambilan petani sampel d ilakukandengan metode Stratified Random Samplingdimana populasi petani dikelompokkan ke dalarntiga strata berdasarkan luas lahan. Jumlahmasing-masing sampel pada tiap strata adalahstrata I dengan luas lahan kurang dari 0,89 Hasebanyak l4 sampel, strata II luas lahan dari 0,89- 1,53 Ha sebanyak 28 sampel serta l0 petanicontoh untuk strata III luas lahan di atas 1,53 Ha.

Analisis data marketable surplus dilakukandengan analisis data kuantitatif yaitu menganalisisdata yang diperoleh di lapangan denganmenggunakan angka-angka atau perhitunganstatistik. Analisis marketable surplus padidigunakan persamaan linear berganda denganmetode kuadrat terke cil (Ordinary Least Square)yang dirumuskan.

ffi=eo+btxi+bzxz-brXr+boX o * arD, * arD, + a3D3 + e

Dimana:m = Marketable Surplus ( %)X, = Total produksi beras (kg MT-,)X, = Jumlah penerimaan luar usahatani padi

(rupiah MT'')X, = Jumlah anggota rumah tangga (Orang)X, = Harga beras (Rp kg.')D, = Status Kepemilikan LahanD, : l, kalau pemilik

: 0, kalau Non PemilikD, = Pembayaran pupuk ureaD, = 0, kalau pembayaran dengan uang

= 1, kalau pembayaran naturaD, = Penerimaan utama keluargaD, = l, kalau Penerimaan utama dari usahatani

= 0, jika Penerimaan luar usahatania,b,= Koefisien regresi&0, = Konstantae I =Variabel pengganggu

HASIL DAN PEMBAIIASAN

KarakteristikPetaniHasil Penelitian di Desa Dusun Muara

Aman menunjukkan rata-rata umur petani 43,73tahun dengan interval umur antara 25 sampai 58tahun. Persentase terbesar dari umur respondenusahatani padi di daerah penelitian terdapat padakelompok umur antara 46 sampai 5l tahun yaitusebesar 28,85% dan persentase terendah terdapatpada kelompok umur antara 25 sampai 33 tahunyaitu sebesar 15,39%. Persentase tersebutrnenunjukkan petani di Desa Dusun Muara Amanberada dalam usia produktif. Sebagian besar daripetani telah menamatkan Pendidikan SD yaitu40,38Yo.

Dari data ini dapat disimpulkan bahwatingkat pendidikan petani di daerah penelitian masihrendah. Rendahnya tin gkat pend idikan formal yangdirniliki petani disebabkan karena kondisi ekonomimasa lalu yangtidak mendukung untuk mendapatkan pendidikan yang lebih lama. Namun daridatayang diperoleh di lapangan menjelaskan bahwatidak ditemukan petani yang buta huruf karenasemua responden pemah duduk di bangku sekolah.Lebih lanjut, survai mendapatkan rata-rata jumlahtanggungan petani di daerah penelitian adalahsebanyak 4,33 orang dengan interval antara 2

Jurnal Akta Agrosia Vol. l0 No. I hlm 32 - 39 Jan - Jun 2007

sampai 8 orang. Persentase jumlah anggotakeluarga petani terbesar antara 3 sampai 4 orang,yakni 75Yo, sehingga dapat disirnpulkan bahwajumlah rata-rata anggota keluarga di daerahpenelian relatif besar.

Hasil penelitian juga didapatkan bahwarata-rata luas lahan yang diusahakan petani didaerah penelitian adalah l,l7 ha dengan intervalantara 0,25 sampai 3 ha. Secara teori luas lahanakan berpengaruh terhadap besar kecilnyaproduksi yang dihasilkan. Luas lahan di daerahpenelitian sudah lebih luas dari luas rata-ratakepemilikan lahan di Indonesia yaitu 0,65 ha(Firmansyah,'1999), Sebagian petani memilikilahan 3 ha namun masih banyak juga petani yangmemiliki lahan yang sempit. Hal ini dikarenakanlahan yang dimiliki petani kebanyakan lahanwarisan yang akan semakin sempit kepemilikannya seiring pertumbuhan jumlah penduduk

Selain dari usahatani padi, petani jugamemiliki penghasilan tambahan yaitu dari kebun.Di Desa Dusun Muara Aman kebanyakan kebunditanami kopi, karet dan nilam. Rata-ratakepemilikan kebun dari responden adalah 0,36 ha

dan luas lahan kebun terbesar ada pada interval 0

- 0,4 ha yaitu 86,54%. Persentase jumlah lahan

kebun yang sempit dinrungkinkan karena sumber

penghasilan utama keluarga responden adalah

usahatani padi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-

rata pengalaman petani padi dalam berusahatani

adalah 16,75 tahun dengan interval antara 3 sampai

33 tahun. Persentase pengalaman berusahatanipadi pada interval antara 3 sampai 12 tahun adalah

sebesar 44,23yo. Jadi dapat disimpulkan bahwapetani di daerah penelitian sudah cukupberpengalaman.

Produksi dan alokasi penggunaannyaJumlah ,rata-rata produksi dan alokasi

penggunaan pada usahatani padi di Desa Dusun

Muara Aman berdasarkan jumlah pengeluaran

yang semestinya dikeluarkan petani baik langsung

maupun tidak langsung (non riil) dan pengeluaran

yang benar-benar dikeluarkan petani secara

34

langsung (riil) lebih jelas dapat dilihat padaTabel1.

Jumlah rata-rata produksi, konsumsi, bibit,upah giling, penrbayaran pupuk urea, sewa lahan,zakat dan marketable surplus secara non riil (Tabel1). Data ini disajikan hanya untuk membandingkanrata-rata marketable surplus beras di Desa DusunMuara Aman jika dianggap seluruh petaniresponden membayar sewa lahan, membayarzakat, pembayaran pupuk urea, dan bibit dengan

natura.Di samping itu, sebagai pembandingTabel

I juga menyajikan alokasi produksi riil hal inididasari bahwa kondisi petani yang tidakseluruhnya rnengalokasikan hasil produksinyauntuk lcepentingan yang sama dan Dilihat darisisi produksi, rata-rata produksi padi sebanyak5.431,44 i(g Uf't atau 3.530,44 Kg beras UT'ldengan rendemen 65%, Rendemen 65% diperolehdari i nformasi petan i dan pen gusaha Ric e Mill in gUnit yang ada di desa tersebut, Dengan rata-rataluas lahan garapan responden l,l7 ha, makadiperoleh rata-rata produksi usahatani padi diDesaDusun Muara Aman sebesar 4.642,26 kg hrr.Rata-rata produksi di Desa Dusun Muara Amanpada rnusim tanam 2005 masih berada di bawah

standar produksi di pulau Jawa yaitu 5.730 kg

ha'r (BPS, 2000). Hal ini mungkin disebabkanpenggunaan input-input produksi yang belum

efektif, seperti ; penggunaan pupuk, bibit, dan obat-

obatansecara bersama-sama.Darihasil penelitian dapat dilihat bahwa

dari seluruh jumlah produksi rata-rata petani

mengalokasikannya untuk konsumsi sebesar

15,53oA, Jumlah produksi yang dialokasikan oleh

petani untuk konsumsi disiapkan untuk persediaan

konsumsi dalam setahun. Hal ini dikarenakankebiasaan petani pada tahun sebelumnya, dimana

melakukan kegiatan usahatani pad i d i lakukan sekali

dalarn setahun. Pada tahun ini sebagian petani

mencoba frekuensi penanaman padi menjadi dua

kali dalam setahun, namun petani masihmenyiapkan atokasi produksi untuk konsumsi

dalam setahun karena takut gagal panen pada

musim tanam berikutnya.

I

I

Nusril, Hadi Sofoan Harahap dan Ketut Sukiyonc : Anarisa marketable surplus beras 35l

rabel l' flifi"Tii:||Hi;fl|"T$Srusahatani padi diiDesa Dusun Muara Aman Kecamaran Lebong Utara

NonRiil RiirUraian ----}frffir\sLu-rnl.' , Persenlase _ Rata-rata --Errrrrt*,

Konsumsi s43t,u 3530,M 100 s:*affia 100,00Bibir 843,55 J48,31 1J,53 811,55 548,31 t5,53upahpanendankeser ?l?:1 ::tii ,l',{l ;!ji ,ryr';'^i ,l'iliupah giling 36zi,to ??t1! d,it 362,10 23s,36 6,67Pemb-ayaranpupukwoa tg3:08 , ll9:00 z',11 66,27 43,0g 1,22Sewr tahan 1810,48 t1J!,!l Sg,:: Z:31,54 1j0,50 426Zakat i s43,t4 gs:,0+ i0,00 450,gg 293,!4 g,30Mar&etatle surolus 109,43 461,t3 13,06 2J00,g0 1625,52 #,04

__Jenis padi yang ditanam oleh petani adalah

jenis IR 64 dengan pertimbangan jinis tersebutcepat masa produksinya yaitu kurang lebih I l0hari, selain rasanya enak dan tunit<. Jumlahproduksi yang dialokasikan secara riil untuk bibitadalah l,3loZ sedangkan alokasi bibit seeara nonriil sebesar 1,37o/o.perbedaan antara alokasi bibitsecara riil dan non riil ini dikarenakan 7,69% petanitidak mengalokasikan hasil produksinya untui< bibitpada musim tanam berikutnya, namunmengalokasikan keuangan ketuarga dari hasilpenjualan beras atau dari peneiimaan luarkeluarga.

Kebiasaan di Kabupaten Lebong pada saatpanen padi dilakukan dengan borongan. Tidakterkecuali di Desa Dusun Muara Aman, sistempemanenan padi dilakukan dengan borongandengan pembagian hasil panen 6:1, maksudnyadalam 6 karung disisihkan I karung untuk upahpangn dan biaya mesin perontok (Triser). Jumlahproduksi yang dialokasikan untuk upah panen dantreser rata-rata sebesar 16,67% dari jumlahprodulsi, Alokasi produksi yang dibayarkan untukupah panen dan treser sudah termasuk semuabiaya panen

U-ntuk upah giling biasanya RMUmenetapkan bagi hasil 15 :l artinya setiap hasilgil.ing padi l5 kaleng, dikeluarkan upah giling Ikaleng. Jumlah alokasi produksi urut utani puaiyang,di gunakan untuk upah gi I ing rata-rata adalah362,10 kgipadi atau 235,36 kg beras. Biasanyamasing-masing RMU menawarkan fasilitas bagi

konsumennya berupa penyediaan gudang dantempat penjemuran secara gratis. Sllainmenawarkan jasa penggilingan, RMU jugaterkadang membeli beras hasil produksi petani.

Lebih lanjut dari penelitian didapatkanbahwa jumlah petani yang mengalokasikan

tr:9{:i untuk pembayaran pupuk uiea sebanyak34,61yo. Pedagang saprodi yang ada di lokasipenelitian menawarkan paket penjualan pupukurea secara utang dengan kesepakatan pada saatpanen petani membayar pupuk urea tersebutdengan beras. Satu karung pupuk urea (50 kg)dibayar dengan beras sebesar 9,5 kaleng iSO f.glpada saat panen. Besarnya alokasi produksi untukpembayaran pupuk urea di daeiah penelitiansecara riil adalah l,ZZo/o dari total produksi dan3,37 oh untuk non riil. Alokasi produksiriilrata-rata yang digunakan untuk sewa lahan padapenelitian sebesar 4,Z6yo. Untuk sewa lahan diDesa Dusun Muara Aman bertaku sistem bagihasil dengan perbandingan 3 : I Artinya dalamtiga karung produksi padi dikeluarkan sewa lahanI k1y.ry.Hasil penelitian menunjukkan petanipadidi Desa Dusun Muara Aman terdapat 13,46%petani penyewa dan B6,S4yopetani pemilik. Untukanalisa non rii!,33,33% produksi padi dialokasi kanuntuk sewa lahan. Persentase non riil ini cukuptinggi dikarenakan seluruh responden dianggapmengeluarkan biaya sewa lahan dengan nqtura.Dari perbandingan ini jelas terlihai pengaruhantara petani penyewa dan petani pemilik dalamhal pengaloJ<asian produksi.

Jurnal AktaAgrosia Vol. l0 No.l hlm 32 - 39 Jan - Jun 2007

Hasil penelitian menunjukkan 73,O7yopetani mengalokasikan hasil produksinya untukzakat. Zakatpadi dibayar pada saat panen denganperbandingan l0 : l, artinya dalam l0 karung padidikeluarkan zakatnya 1 karung padi. Totalproduksi yan g di al okas ikan untuk zakat r ata-r atasebesar 8,30yo. Sementara pada alokasi produksinon riil terlihat persentase zakat adalah l0%dikeluarkan untuk zakat.

Setelah petani mengeluarkan hasilproduksi untuk kebutuhan konsumsi, upah yangbersifat natura dan zakat maka sisa dari hasilproduksi tersebut dijual untuk memenuhikebutuhan keluarganya. Marketabl e surp I us berasrill di Desa Dusun Muara Aman musim tanamMaret 2005 adalah 84.527,13 kg beras denganrata-rata 1.625,52 kg UT-r. Dari hasil tersebutdiperoleh persentase marketable surplus beras diDesa Dusun Muara Aman adalah 46,04yosementara 53,96yo digunakan untuk konsumsi,bibit, upah panen dan treser, upah giling,pembayaran pupuk dan zakat. Rata-ratamarketable surplus berdasarkan alokasi secara nonriil adalah sebesar 709,43 kg padi UT-' atau 461,13kg beras UT'r. Rata-rata ini jauh lebih rendah darialokasi produksi riil. Jadijelas terlihat pembagianhasil produksi mempengaruh i j umlah rnarketablesurplus.

Faktor yang Mempengaruhi MarketableSurplus Beras

Dugaan model regresi marketable surpluspadi digunakan data pengeluaran riil sesuaidengan konsep dasar marketable surplus yaitujumlah produksi yang dapat dipasarkan setelahdikeluarkan alokasi produksi yang benar-benardikeluarkan petani dalam bentuk natura. Hasilestimasi modelmarketable surplus beras di DesaDusun MuaraAman dapat dilihat pada Tabel 2.

Koefisien determinasi (R'z) dari modelpenelitian marketable surplus beras di Desa DusunMuara Aman adalah 0,85 (Tabel 2). Nilai inimenunjukkan bahwa variabel jumlah produksiberas yang dapat dipasarkan dijelaskan olehvariabel total produksi, penerimaan luar usahatanipadi, jumlah anggota rumah tangga, harga beras,

status kepemilikan lahan, pembayaran pupuk urea

dan penerimaan utama keluarga sebesar 85%.

36

Sedangkan I 5% lagi d ijelaskan o leh variabel yan gtidak dimasukkan dalam model ini, diduga sepertiharga-harga barang lain kebutuhan petani selainberas, luas lahan dan persentase pembagian hasilproduksi padi. Untuk menguji pengaruh variabelbebas secara bersama-sama terhadap variabelterikat digunakan uji F. Hasil analisa didapatkanbahwa besarnya Fhi,,ns (35,564) lebih besar dariF,"b.r(2,95) pada x1=0,01. Artinya variabel bebassecara bersama-sama berpengaruh nyataterhadap variabel terikat pada taraf keyakinan99Yo.Dari hasil estimasi dapat dinyatakan bahwamodelyang digunakan pada penelitian ini sudahcukup baik untuk digunakan dalam menganalisamarketable surplus di daerah penelitian.

Hasil estimasi model marketable surplusberas menunjukkan bahwa variabel penerimaanluar usal'ratani dan pembayaran pupuk ureamasing-masing tidak memberikan pengaruh yangsignifikan padataraf keyakinan 95%. Sedangkanvariabel total produksi, jumlah anggota rumahtangga, harga beras, status kepemilikan lahan danpenerimaan utama keluarga masing-masingberpen garu h nyata terhadap marketable surpl us.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilait

n,,unn peubah total produksi lebih besar dari t

,uou,

pada taraf keyakinan 95%. Hasil ini menyimpulkanbahwa total produksi yang memiliki tanda positifberpengaruh nyata terhadap perubahanmarketable surplus beras sesuai dengan harapanyang melatar belakangi penyusunan model ini.Menurut l(han and Chowhuryn (1962) dalqmMubyarto (1970) hasil penelitian di Pakistanmenunjukkan bahwa penambahan satu unitproduksi akan menambah tiga persepuluh unitmarketable surplus. Hal senada juga diutarakanoleh Lim (1979),penelitian di Malaysia menunjukkan perubahan produksi berpengaruh positifterhadap marketable surplus beras. Hasil penelitianini cukup beralasan karena, semakin besarjumlahprodpksi yang dimiliki petani maka semakin besarkesempatan petani untuk menjual hasil produksinya. Selain itu penelitianyangdilakukan oleh Chendan Peerlings (2003) di Cina menyatakan bahwatotal produksi mempunyai hubungan yang searah

dengan marketable surplus. Demikian jugapenolitian oleh Arteri (2003) di India menyimpulkan hal yang sama.

Nusril, Hadi Sofan Harahap dan Ketut Sukiyono : Analisa marketabre surplus beras

Tabel2. Hasil estimasi moder marketable surplus beras di Desa Dusun MuaraKabupaten Lebong Tahun 2005

37

Aman Kecamatan Lebong Utara

No I(oefisien Regresi Std Eror..,

J

45

6

7

Penerimaan Luar Usahatani padi (X2)Jumlah Anggota Rumah Tangga (X3)Harga Beras (X4)Status Kepernilikan Lahan (Dl)Pembayaran Pupuk (D2)Penerimaan Utama Keluarga (D3)lntersepR2

F.hrtung

tob.t(sYo,44)tob.r (l'%,44)

9,05 t8-04-3,080,00495729,390,8214,90-90,030,8535,564***1,6842,023

I,3438-030,750,0010263,162,244,13

0,674-4,124*"*4,735***8,999***

0,3663'61**{'

F,^^,,(5o/o;7 ,44)Keterangan : ** SigniJikan pada g, : 0,05; *** Siiidil*;i@Gi = 0,U

Variabel penerimaan luar usahatani padi(X2) merniliki tanda positif dengan marketablesurplus beras, namun variabel ini tidakberpengaruh nyata pada taraf keyakinan 9|o/o.Tanda variabel penerimaan luar usahatani padapenelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yangdilakukan oleh Dubey (1963) dalam Mubyarto(1989) di India yang menyatakan jumlahpenerimaan luar usahatani berpengaruh positifterhadap marketable surplus, namun dilihat dariuji statistika hasil penelitian ini bertentangan. Halini dimungkinkan karena petani lebih banyakmemperoleh penerimaan dari hasi I usahatan i pad idibandingkan penerimaan dari luar usahatani padi.Rata-rata penerimaan luar usahatani padi petanisebesar Rp.1.310.000,- per 4 bulan, sedangkanrata-rata penerimaan usahatani padi sebesar Rp.3.654.844,67 per musim tanam.

Lebih jauh, hasi I penel itian menunjukkanbahwa penerimaan luar usahatani masih lebihkecil perannya untuk memenuhi kebutuhankeluarga dibanding dengan penerimaan usahatanipadi. Semakin banyak penerimaan yang diperolehpetani di luar usahatani pada saat musim tanammemungkinkan petani dapat menjual hasilproduksinya lebih banyak karena upah-upah yangdibutuhkan dalam kegiatan usahatani dapatdibayar secara casft seperti pembayaran pupukurea. Mubyarto (1970) mengatakan semakin kayaseorang petani maka semakin banyak jumlah padiyang dapat dijual oleh petani. Selain itu penelitian

l

Rao (1961) dalam Mubyarto (1970) di Indianenyatakan bahwa produksi padiyang dapat dijualberasal dari petani-petani kaya. Penalitian Lim(1979) di Malaysiajuga memasukkan penerimaanluar usahatani pada model persamaannya meskihasil yang diperoleh positif namun tidakberpengaruh nyata.

Semakin banyak jumlah anggota rumahtangga maka semakin banyak jurnlah kebutuhankonsumsi akan beras sehinggajumlah beras yangdapat dipasarkan akan semakin kecil. Kesimpulanini didasarkan pada hasil uji t bahwa koefisienjumlah anggota rumah rangga (X3) memilikihubungan yang negatif dan nyata denganmarketable surplus dimana t n,,u^o lebih kecil darinilai t ,uuo p&do taraf keyakinai gg%. Jumlahrumah tangga disini diartikan sebagai kumpulanorang yang tinggal dalam satu rumah dankebutuhan konsumsinya diatasi secara bersama-sama. Sedangkan hasil penelitian Misra dan Sinha(1961) dalamMubyarto (1970) serra Muis (1990)menyatakan jurnlah anggota rumah tanggamemiliki hubungan yang negatif namun secarastatistika tidak memiliki hubungan yangsignifikan. Hal ini disebabkan rata-rata jumlahanggota rumah tangga pada daerah penelitianbelum memiliki penghasilan luar usahatani yangdapat membantu perekonomian keluarga. Jadisemua anggota keluarga masih tergantung padapenghasilan yang berasal dari kegiatan usahatani.Somda et al. (2005) mengatakan bahwa jumlah

I

I

Jumal Akta Agrosia Vol. I0 No.l hlm 32 - 39 Jan _ Jun 2002

keluarga akan berimp I i kas i pada semakin tingginyakonsumsi dalam rumah tangga pada akhirnya akanmengurangi marketable surplus dari susu yangdiproduksi rumah tangga.

Semakin tinggi harga beras pada saatpanen akan memacu petani menjual hasilproduksinya dalam jumlah yang besar. Mubyarto(1970) menyatakan faktor yang mempengaruhibesarnya marketable surplus beras salah satunyaadalah harga beras itu sendiri. Kishna (1961)dalam Mubyarto (1970) memasukkan variabelharga dalam model marketable surplus beras danmemperoleh hasil yang positif hubungan antaraharga dan marketable surplus. Hasil yang samajuga didapatkan pada peubah sewa lahan.Pembayaran sewa lahan yang bersifat nqturamenyebabkan petani yang menyewa lahanmengeluarkan sebagian hasil produksinya untuksewa lahan. Sebaliknya, jika petani memilikilahan sendiri maka kesempatan petani untukmenjual beras akan semakin banyak karena tidakperlu mengeluarkan alokasiuntuk sewa lahan.

Untuk mengatasi masalah finansial petanidalam pengadaan pupuk urea, pedagang saprodidi daerah setempat menawarkan jasa berupapembayaran pupuk urea bersifat natura yangdibayar pada saat panen. Dari hasil penelitianmenunjukkan pembayaran pupuk urea memilikihubungan yang positif dengan marketable surplus.Semakin banyak petani yang membayar pupukurea dengan uang cash, maka semakin banyakjumlah produksi yang dapat dipasarkan. Hal inidimungkinkan jumlah beras yang dikeluarkanuntuk pupuk urea tidak begitu banyak jumlahnya.

Berdasarkan uji t, variabel dummypenerimaan utama keluarga (D3) memilikihubungan positif dan nyata pada taraf keyakinan95Yo , dimana t

hi,uns (3,61) lebih besar dari t oo",

(1,684). Ini berarti, semakin banyak petaniyangsumber penerimaan utama keluarganya berasaldari usahatani padi, maka semakin banyakjumlahpadi yang dapat dipasarkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian usahatani padi

di Desa Dusun Muara Aman pada musim tanam

38

Maret 2005 dapat diambil kesimpulan bahwapersentase marketable surplus beras adalah46,04Yo dari hasil produksi. Hasil ini diperolehsetelah total produksi yang d ihas ilkan oleh petanidialokasikan untuk berbagai keperluan termasukuntuk konsumsi rumah tangga, zakat danpembayaran input yang digunakan oleh petaniuntuk berusahatani padi. Jumlah yang dapatdiproduksi ini relatif besar sehingga apabilapotensi ini dikembangkan rnelalui peningkatanintensitas tanam menjadi lebih dari sekali setahuntidak mustahil jika daerah ini dapat menjadilumbung padi di propinsi Bengkulu. tJpaya initentunya akan dapat dicapai manakala pemerintahjuga menyedia kan sarana dan prasarana produksiseperti perbaikan irigasi dan peningkatanpelayanan penyuluhan pertan ian .

Hasil penelitianjuga menyimpulkan bahwafaktor-faktor yang mempengaruhi rnarketablesurplus beras adalah; total produksi, penerimaanluar usahatani, jumlah anggota rumah tangga,harga beras, status kepemilikan lahan, pembayaranpupuk urea dan penerimaan utama keluarga.Irnplikasi kebijakan dari temuan ini adalah perlunyapemerintah menyediakan kredit usahatani yangdapat dengan mudah diakses oleh petani. Kreditusahatani ini dirnaksudkan untuk tidak menjebakpetani ke dalam sistem barter dalam pengadaan

input khususnya pupuk Urea. Penyediaan kreditusahatani secara tepat waktu dan tepat jumlah jugaakan menghindarkan petani darisistem ijon dalampemasaran paddy atau berasnya. Lebih jauh,perlunya pemberdayaan kelembagaan pemasaransehingga terjadi interaksi yang saling nrenguntungkan antara petani dan pedagang akan dapatmen ingkatkan pendapatan petani.

DAFTAR PUSTAKA

Atteri. 2003. Marketable surplus of rice and wheatand benefits of storage to the farmer inIndia. Jurnal PAMA, 44 (l):27 -31.

BPS 2000, Statistik Indonesia. Biro PusatStatistik, Jakarta. i,1

Chen and Peerling.2003. Effects of Deregulationof the Rice Market on Farm Price inChina: a Marketing Channel Model,

i

Nusril, Hadi Soffan Harahap dan Ketut Sukiyono : Analisa **t itaut, surprus beras

Agricultural Ecorromics an Rural policyGroup. Wegeningen University,Netherland.

Firmansyah. 1999. Menatap Masa Depan petani,Dinamika Petani; Edisi Juli-Agustus I 999,Jakarta

Lim, D. 1979. Marketable Surplus Functiou ofRice In Malaysia. Universitas Malaya,Kuala Lumpur. \ij

Mubyarto. 1970. Marketable Surplus Beras diIndonesia: Sebuah Studi di Djawa danMadUha. Fakultas Ekonomi UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta. v/

Mubyarto. 1989. Pengantar Ilmu EkonomiPertanian. LP3ES, Jakarta

Muis, A. 1990. Analisis Marketed Surplus danMarketable Suplay Beras di desa SidondoI l(ecamatan Sisi Biromaru KabupatenDonggala. Jurusan Sosial EkonomiPertanian Universitas Hassanudin,Makassar.

Somda, J; T. Bric; and K. Mulumba, 2005.Transaction costs and the marketablesurplus of milk in smallholder farmingsystems of The Gambia, Outlook onAgriculture, 34 (3): 189-197.

Suryanarayana, M.H. 1995. PDS: beyond

_,. Implicit Subsidy and Urban Bias - theindian Experience. Food Policy. 20 (4):259 *278.

39