tinjauan pulpa gigi
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
1/15
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
2/15
maksila, maka dapat mengakibatkan sinusitis bernanah, meningitis, abscess otak, cellulitis orbilat
dan cavernous sinus thrombosis, sedangkan infeksi dari gigi mandibular dapat mengakibatkan
angina Ludwig, abscess parapharingeal, mediastinitis, pericarditis, emfisema, dan thrombophebitisjugular. Selain itu, jumlah gigi yang dicabut mengakibatkan kerusakan gigi geligi, malnutrisi, dan
masalah emosional yang munkin terjadi.
Sakit gigi merupakan keluhan umum di klinik dokter gigi, dan dianosis penyakit pulpabiasanya sulit dilakukan karena gejala yang tidak jelas dan kesulitan mengakses pulpa untuk uji
klinis. Kondisi ini makin dipersulit oleh sakit gigi yang berasal dari jaringan selain pulpa.
Diagnosis yang tidak tepat dapat mengarah pada perawatan yang kurang layak sehingga berakibatmenyulitkan pasien dan membingunkan dokter giginya. Pemahaman histofisiologi terhadap pulpa
yang sehat dan kemungkinan proses pathologi yang mendasari pulpa yang sakit , penilaian
seksama terhadap riwayat nyeri, dan pemeriksaan klinis yang layak serta uji diagnosis dapat
membantu dokter gigi dalam mencapai diagnosis yang akurat dan hasil perawatan yang posistif.
Pulpa gigi dan sifatnya
Pulpa gigi berasal dari sel crest neural (ectomesenchyme). Proliferasi dan kondensasi sel-
sel ini mengarah pada pembentukan papilla gigi dari tempat dimana pulpa yang matang berasal.Pulpa yang matang menyerupai jaringan konektif, dengan lapisan sel yang sangat khusus,
odontoblas, bersama dengan perifernya. Bungkus fisik pupla gigi, inervasi saraf sensor yangsering terjadi, serta komponen yang kaya mikrosirkulatori membuat pupla gigi menjadi jaringan
yang unik. Pengetahuan mengenai fungsi pupla yang normal, komponen-komponennya serta
interaksinya sangat diperlukan untuk memberikan kerangaka guna memahami perubahan yangterjadi dalam pulpa yang terkena penyakit.
Fungsi pulpa gigi
Pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah apakah pulpa gigi penting/diperlukandalam gigi yang terbentuk secara utuh. Orang dapat berpendapat bahwa gigi dapat terus berfungsi
normal setelah pulpa dicabut dan diganti dengan tambalan root canal. Dalam situasi seperti ini,
sirkulasi dari ligamen periodontal dan jaringan disekitarnya akan mendukung pulpless atau gigiyang dirawat secara endodontik.
Penelitian saat ini mengenai invasi bakteri ke tubuli dentinal pada gigi manusia dengan atau
tanpa pulpa yang sehat telah menunjukkan bahwa gigi dengan pulpa lebih tahan terhadap invasibakteri ke tubuli dibandingkan dengan gigi dengan tambalan root canal. Nantinya, bakteri dapat
masuk ke gigi dan mencapai sistem root canal dalam periode waktu yang relatif singkat. Oleh
karena itu, pulpa memainkan peranan penting dalam proses pertahanan. Pada gigi dengan pulpa,
tubuli dentinal dikuasai oleh cairan dentinal dan proses odontoblastik, yang dapat berfungsibersamaan sebagai hidrogel muatan positif. Hidrogel dapat menangkap sejumlah bakteri yang
masuk ke pulpa. Aliran keluar dari cairan dentinal penting dalam pertahanan pulpa terhadap
masuknya substansi berbahaya karena dapat mempengaruhi tingkat pengaliran substansi toksikdari mulut ke tubuli dentinal. Selain itu, antibodi atau agen antimikrobial lainnya mungkin terdapat
dalam cairan dentinal sehubungan dengan infeksi bakteri dentin. Kemungkinan pembentukan
kompleksitas imun dan munculnya protein plasma berat molekular, seperti fibrinogen, dalamcairan dentinal dapat mengurangi radius fungsional dari tubuli dentinal dan oleh karena itu dapat
mengurangi permeabilitas dentin.
Sel khusus pulpa, yaitu odontoblas dan mungkin sen mesenchymal yang tidak berbeda
(yang dapat membedakan ke sel pembentuk-dentin jika distimulasi), menahan kemampuan untuk
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
3/15
membentuk dentin disepanjang kehidupan. Kondisi ini memungkinkan pulpa yang sehat untuk
mengganti secara sebagian hilangnya enamel atau dentin yang disebabkan oleh karies gigi atau
keauasan gigi melalui pembentukan penghalang jaringan keras yang mengisolasi irritan darijaringan pulpa yang masih ada. Dentin sekunder disimpan secara circumferential pada tingkat yang
sangat lambat disepanjang kehidupan gigi yang normal. Odontoblas mensekresi matriks dentinal
dan mundur ke pusat pulpa. Odontoblas menjadi penuh dan arahnya dapat diubah. Dengandemikian dentin menghasilkan wavier dan mengandung tubuli yang lebih sedikit. Odontoblas
juga dapat membentuk dentin sklerotik, dentin reaktionari, dan dentin reparatif sehubungan dengan
stimuli yang berbahaya, seperti caries atau prosedur operatif. Dalam dentin sklerotik, tubuli dentinmenjadi terisi sebagian atau keseluruhan dengan simpanan mineral yang mengandung
hidroksiapatite dan kristal whitlockite, sehingga mengakibatkan penurunan permeabilitas dentin.
Meskipun demikian, agar terjadi sklerosis, proses odontoblas yang sehat harus berlangsung dalam
tubuli. Dalam dentin reaktionari, tubuli bersama dengan dentin primer terus ke bawah hinggaodontoblas. Dentin reparatif terjadi pada permukaan pulpa dentin primer atau sekunder dan akan
terlokal di area iritasi. Dentin ini membentuk secara proposional dengan jumlah dentin primer yang
hancur. Tingkatnya berbanding terbalik dengan tingkat serangan karies, yaitu semakin banyak
dentin yang dibentuk terhadap lesi karies yang perkembangannya lambat. Tubuli dalam dentinreparatif tidak beraturan atau sering absen, sehingga membuatnya lebih tidak permeabel terhadap
stimuli eksternal. Sel-sel yang membentuk dentin reparatif dianggap bukan odontonblas primertetapi berasal dari sel yang lebih dalam di pulpa seperti fibroplas dalam zona yang kaya sel, sel
endothelial atau pericyte vaskulatur darah yang dibedakan terhadap stimulasi oleh faktor-
perkembangan jaringan. Dentin reparatif, terutama di zona perbatasan antara dentin primer dengansekunder mempunyai permeabilitas rendah dan dapat menghalangi ingress irritan terhadap pulpa.
Pulpa dilengkapi dengan komponen selular yang dibutuhkan untuk pengenalan awal dan
proses antigen selanjutnya, maka dari itu dapat memunculkan reaksi pertahanan imun. Sel imun
utama dalam pulpa normal adalah sel T periferal (pembantu/inducerdan cytotoxic/suppressor). Selutama yang menghasilkan antigen dalam pulpa dental adalah sel dendritik yang umumnya
berlokasi di lapisan odontoblastik. Sel ini melakukan uptake, proses dan menghasilkan antigen
sebagai antigen HLA-DR di permukaan sel hingga T-limfosit CD4+. Sel penghasil antigen lainnyaserupa dengan makrofag dan berlokasi di bagian yang lebih pusat dari pulpa. Pada insisor tikus,
antigen Class II mengaktifkan makrofag dan empat kali lebih umum dibandingkan dengan sel
dendritik. Perlu diperhatikan bahwa pulpa gigi yang normal sepertinya tidak mempunyai sel-sel B.Pulpa juga merupakan organ sensoris. Sensitifitasnya terhadap stimuli panas telah diketahui
dengan baik. Dengan mengabaikan sifatnya tehadap stimuli panas, seperti perubahan panas,
deformasi mekanik atau trauma, maka pulpa mendaftarkan impuls yang berbeda-beda sebagai
sensasi umum, yaitu nyeri. Kemampuan mendaftarkan nyeri semacam ini penting sebagai bagiandari mekanisme pertahanan pulpa. Pasien dengan pulpa yang mengalami inflamasi cenderung
mencari perawatan lebih awal sementara lukanya terbatas di dalam gigi, sebaliknya pada mereka
yang mempunyai tambalan akar maka sensasi nyerinya tidak akan terasa hingga terjadu kerusakanpenting dalam jaringan disekitar akar. Selain itu, fungsi proprioseptif pulpa membatasi muatan
yang dibebankan pada gigi oleh otot mastikatori yang kemudian melindungi gigi dari luka.
Odontoblas
Odontoblas merupakan sel yang unik. Sementara tubuh sel dari sel penghasil mineral dekat
dengan proses sel dan berada dalam matriks mengapur (calcified), proses sel odontoblas
memanjang hingga jarak tertentu ke matriks dentin dan mungkin hingga batas luar dentin dalam
beberapa kasus sementara tubuhnya tetap di pulpa, pada batas dalam dentin. Dengan kata lain,
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
4/15
proses sel memanjang dari pusat pengendali dan nutrisionalnya. Proses odontoblastik seangat baik
dan terjadi dalam tubuli dentinal, yang seperti pipa kapiler dengan diameter lebih kecil dari
eritrosit. Mikrotubuli dan mikrofilamen merupakan komponen penting dari proses yangmemberikan infrastruktur untuk transportasi dari tubuh sel ke proses sel yang terpencil.
Selain peranannya dalam pembentukan dentin, odontoblas dapat terlibat dalam transduksi
sensoris. Adanya sambungan yang sempit, melekat dan renggang dapat menekankan bahwa sel-selini berkomunikasi satu dengan lainnya. Dan jika salah satu terpengaruh, maka lainnya juga akan
terpengaruh. Sambungan ini terletak di antara dan pada odontoblas dan serabut saraf, mereka
memberikan jalur untuk hambatan elektrik yang rendah di antara dan pada odontoblas dan serabutsaraf. Efek hidrodinamik penggantian cairan dalam tubuli dentinal atau odontoblas dapat
mengaktifkan mekanoreseptor akson saraf sensoris. Odontoblas sendiri mampu melakukan
mekanotransduksi melalui saluran ion yang diaktifkan dengan rentangan dalam membran sel.
Odontoblas juga terimplikasi dalam pengaturan aliran darah pulpa dan dalam perkembanganinflamasi pulpa. NADPH-diaforase enzim yang terlibat dalam produksi nitric oxide, vasodilator
yang kuat, berada dalam odontoblas. Kapasitasnya untuk mensintesis PGI2 mediator inflamatori
telah ditunjukkan dan ia dapat merangsang saraf dalam vicinity sehingga mengasilkan hiperalgesia
singkat.Walaupun terdapat banyak informasi mengenai aspek struktural odontoblas, tetapi sedikit
yang diketahui mengenai aspek dinamik sel-sel ini, terutama pulpa yang matang. Pembentukan danpemeliharan dentin melibatkan transportasi aktif ion kalsium, pelopor kolagen atau komponen
matriks ekstraselular dari pulpa yang tepat untuk proses yang panjang, yatu aktivitas yang
sepertinya membutuhkan energi dan oksigen. Penelitian respiratori in vitro yang menggunakanmetode langsung Warburg telah menunjukkan uptake oksigen yang cukup tinggi pada bagian
periferal pulpa molar bovine. Kondisi ini mengindikasikan bahwa odontoblas dapat mempunyai
metabolisme oksidatif yang tinggi. Penelitian mengenai sistem kultur in vitro telah menunjukkan
bahwa oksigen dalam jumlah besar penting untuk memelihara fungsi odontoblas yang baik.Penggunaan mikro-elektroda sensitif oksigen telah menunjukkan bahwa sel odontoblas
memerlukan oskigen dengan jumlah yang relatif besar dalam pulpa insisor tikus in vivo. Rata-rata
tingkat konsumsi oksigen odontoblas yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah 3,2mL/O2/min/100g jaringan, sebanding dengan yang terjadi di otak. Selanjutnya, penelitian
mikroskop elektron transmisi telah menunjukkan bahwa odontoblas merupakan sel yang paling
sensitif terhadap ischaemia. Odontoblas pada tanduk pulpa molar tikus dengan hipoksia yangdipengaruhi secara eksperimental menahan tritiated misonidazole, penanda yang memberi label sel
dengan hipoksia.
Tanda awal dari reaksi pulpa terhadap ganguan (seperti karies gigi) merupakan
perubahan morfologis dan penurunan keseluruhan dalam jumlah dan ukuran tubuh sel odontoblas.Ganguan dalam lapisan sel odontoblas yang mendasari terjadi bahkan sebelum adananya
perubahan inflamatori di pulpa. Penelitan elektromikroskopik terhadap perubahan ultrastruktural
pulpa ischaemik yang dipengaruhi secara eksperimental oleh ekstrasi telah menunjukkan bahwaperubahan selular yang jelas, seperti clumping kromatin, membran nuklar tidak beraturan, dan
mitokondria yang bengkak, muncul dalam odontoblas satu jam setelah ekstraksi. Walaupun tidak
ada penjelasan terhadap kerentanan odontoblas terhadap gangguan, tetapi dapat dispekulasi bahwakurangnya oksigen karena gangguan sirkulasi selama inflamasi pulpa dapat menjadi faktor
kontribusi yang utama.
Mikrosirkulasi Pulpa
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
5/15
Kemampuan kembali ke keadaan semula terhadap gangguan berbahaya dan kemampuan
pemulihan dari pulpa gigi telah diketahui dengan baik. Karena pulpa relatif tidak dapat
dimampatkan, maka volume total darah dalam ruang pulpa tidak dapat tingkatkan secarasignifikan. Oleh karena itu, pengaturan aliran darah pulpa yang baik penting dan perubahan dalam
mikrosirkulasi pulpa merupakan yang pertama terjadi dalam onset inflamasi pulpa.
Secara umum, mikrosirkulasi pulpa disulplai melalui arteri maksilari yang merupakancabang arteri carotid eksternal. Arteri maksilari mengarah ke arteri gigi dan masuk ke gigi melalui
arterioles feedingmasing2 mikrovaskulatur pulp individu. Pembuluh pulpa tersusun dalam sistem
hierarki: arterioles munuju ke atas secara terpusat dan bercabang-cabang untuk membentukjaringan kapiler pada perifer pulpa dan darah tertarik ke venules di pusat pulpa. Jaringan kapiler
memberikan sumber yang kaya nutrisi kepada odontoblas. Vaskularitas pulp merupakan jaringan
serupa dengan yang ada pada sebagian besar bagian vaskular otak dan lidah. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa pulpa merupakan jaringan yang sangat vaskular. Salah satu penelitianmenunjukkan bahwa pembuluh pulpa pada monyet imun terhadap artherosklerosis.
Pulpa gigi mempunyai aliran darah yang relatif tinggi, yaitu diperkirakan 40-50
mk/min/100g jaringan pupl pada gigi dewasa sebagaimana ditentukan melalui teknik mikrosphere
radioaktif. Aliran ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan yang ada pada jaringan mulut lainnyadan otot skeletal. Banyak pembuluh shunt dalam pulpa gigi juga telah diteliti, walaupun fungsinya
masih kurang dipahami. Pembuluh ini dapat berupa anastomoses arteri-vena, anastomoses vena-vena, atau U-turn loop. Pembuluh-pembuluh ini memberikan komunikasi secara langsung antara
arterioles dan venules, dan maka dari itu membypass bed kapiler. Shunting terjadi pada apical
setengah dari pulpa. Saat tekanan intrapulpal naik selama inflamasi, maka pembuluh shunt initerbuka untuk mengurangi tekanan intrapulpal sehingga aliran darah normal dapat dijaga.
Sifat khusus pulpa yang berhubungan dengan sirkulasinya
Pulpa gigi mempunyai kombinasi sifat-sifat yang tidak umum. Hal ini membuatsirkulasinya sedikit unik. Pertama, komplians pulp rendah karena berada pada dinding berkapur
yang keras dan mendasari. Peningkatan yang hampir simultan pada tekanan jaringan pulpa telah
dicatat sebagai hasil dari vasodilatasi. Karena dilasi kapiler dan transudasi cairan yang meliputitahap awal inflamasi meningkatkan volume jaringan, seperti pembengkakan pada pulpa dental,
maka cenderung mengakibatkan peningkatan tekanan yang menstimulasi saraf pulpa untuk
mendaftarkan nyeri. Kedua, pulpa gigi merupakan jaringan konektif yang kokoh dan kuat,sebagian besar terdiri dari bahan semacam gelatin, seperti proteoglikan dan glikoprotein lainnya,
dan diperkuat selirihnya oleh serabut kolagen yang menyilang dan tersusun secara tidak beraturan.
Substansi dasar yang kuat membatasi tekanan intrapulpal ke bagian iritasi, dan tidak dikirimkan
keseluruh ruang pulpa. Perbedaan tekanan yang signifikan telah diteliti pada bagian-bagian yanghanya terpisah 1 hingga 2 mm. Tekanan dari cairan jaringan yang meningkat merobohkan
pembuluh darah/vein berdinding tipis dan venules hanya pada area jaringan pulpa yang
terpengaruh, sehingga menghasilkan kematian selular lokal. Matriks ekstraselular ber-gelatin jugadapat bertindak sebagai penghalang terhadap penyebaran mikro-organisme dan produk berbahaya.
Meskipun demikian, proses inflamatori dan perubahan tekanan intrapulpal yang dihasilkan dapat
berkembang secara apical melalui penambahan secara sirkumferensial dari kompartemen kekompartemen. Saat kesatuan struktural jaringan pulpa hilang karena inflamasi yang parah, maka
tekanan jaringan yang menurun dapat menyebar dan menghasilkan tekanan pembuluh darah di
apex dan mengakibatkan nekrosis. Ketiga, walaupun pulpa gigi merupakan jaringan yang kaya
vaskular, tetapi arteri terminal yang menyuplainya jatuh dalam jarak diameter mikrosirkulatori.
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
6/15
Tidak seperti jaringan pada umumnya, sirkulasi pulpa kekurangan suplai darah kolateral murni.
Sumber darah yang terbatas ini dapat disimpulkan membatasi suplai darah ke pulpa gigi, sehingga
membuatnya kurang mampu mengatasi iritan yang parah dibandingkan dengan jaringan yangdisuplai dengan lebih baik. Keempat, karena jembatan/bridge gigi antara lingkungan steril
bakteriologis dari tulang rahang dengan lingkungan mulut yang sangat terkontaminasi melalui
membran epithelial mulut, maka penyakit di pulpa akan tanpa kecuali mencapai foramen apicalhingga daerah sekitar tulang, mengakibatkan masalah lebih lanjut.
Sebagai konsekuensi dari sifat-sifat ini, tingkat inflamasi pulpa tidak perlu parah untuk
dapat menyebabkan kematian pulpa, dan jika tidak dirawat maka perkembangan tulang alveolardisekitarnya juga akan terjadi. Maka dari itu, pengaturan mikrosirkulasi pulpa yang baik sangatlah
penting untuk menjaga fungsi pulpa. Fakta bahwa sebagian besar pulpa dapat bertahan selama
pemaparan yang sangat lama terhadap berbagai serangan yang berbahaya menekankan adanya
mikrosirkulasi yang diatur dengan baik di dalam pulpa.
Fungsi mikrosirkulasi pulpa
Fungsi utama dari mikrosirkulasi pulpa secara umum dengan semua sirkulasi dalam tubuh
adalah untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke sel penyusunnya, dan juga memberikan jalan keluaruntuk produk sisa metabolisme dari jaringan. Darah dibawa ke jaringan melalui arterioles pulpa.
Oksigen, nutrisi, dan sisa meabolisme bertukar dalam kapilari melalui difusi, dan produk sisadibuang oleh venule pulpa. Secara umum, tingkat aliran darah ke organ manapun harus cukup
tinggi untuk memastikan suplai oksigen dan nutrisi yang memadai. Di sisi lain, tingkat aliran darah
yang berlebihan tidak diharapkan karena akan mengarah pada pembuangan energi. Maka dari itumasuk akal bahwa tujuan utama dari aliran darah yang relatif tinggi dalam pulpa adalah untuk
melayani sel-sel pulpa, mungkin pada umumnya adalah odontoblas dengan nutrisi penting dalam
konsentrasi yang cukup tinggi di bed kapilari.
Mikrosirkulasi pulpa juga bertindak untuk menjaga tekanan intraluminal dalam vaskulaturpulpa yang selaras dengan tekanan jaringan pulpa. Penelitan yang menggunakan teknik servo-
nulling telah menunjukkan bahwa pupla gigi mempunyai tekanan jaringan yang relatif tinggi tetapi
lebih rendah dibandingkan dengan tekanan darah di dalam pembuluh. Kumpulan aliran cairanterdapat disepanjang dinding kapilari untuk distribusi cairan ekstraselular. Tekanan filtrasi kapiler
net positif mengarah ke kumpulan aliran cairan diluar kapilari ke ruang jaringan ekstraluminal,
yang nantinya diseimbangkan oleh kembalinya limphatik yang setara. Oleh karena itu, volumecairan jaringan di pulpa tetap konstan. Tekanan jaringan pulpa yang relatif tinggi menghasilkan
aliran cairan keluar di tubuli dentinal yang membantu mengencerkan toksin dan membuang
bakteri.
Pengendalian aliran darah pulpa
Ada beberapa ketidaksepahaman mengenai apakah mikrosirkulasi pulpa mampu
melaksanakan pengaturan fungsional. Aliran darah pulpa pada hewan yang sedang berada dibawah pengaruh anastesitergantung pada perubahan tekanan darah sistemik. Pencurian perfusi
jaringan di daerah sekitar telah diimplikasikan dalam penurunan paradoxical di aliran darah pulpa
sebagai tanggapan atas infusi arterial dari vasodilator yang diketahui dengan baik dalam sirkulasilainnya. pencurian suplai darah ke pulpa gigi dianggap terjadi saat vasodilasi jaringan tetangga
menurunkan tekanan perfusi pulpa, sehingga menghasilkan penurunan dalam aliran darah ke pulpa.
Meskipun demikian, pandangan yang pasif mengenai mikrosirkulasi pulpa telah ditantang oleh
sekumpulan data in vivo: aplikasi penting atau injeksi bolus intra-arterial dekat dari berbagai
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
7/15
substansi vasoaktif mengubah aliran darah pulpa sementara tekanan darah sistemik tidak berubah.
Aliran darah pulpa pada hewan yang berada di bawah pengaruh anastesi dari beberapa spesimen
berada dalam pengaruh impuls saraf lokal yang tidak berhubungan dengan haemodinamis sistemik.Serabut saraf simpatis perivaskular membebaskan neuropeptida Y yang bersifat noradrenalin dan
memungkinkan sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah pulpa, sementara sarat sensoris
membebaskan neuropeptida sehingga mengakibatkan peningkatan aliran darah pulpa. Eksitasirefleks sistem saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi pulpa dan penurunan aliran darah pulpa.
Aktivasi refleks akson sensoris menyebabkan vasodilatasi pulpa yang menyebar hingga area yang
terstimulasi sebagai akibat dari percabangan akson sensoris. Terminal saraf yang menyerupaikancing ditemukan berhubungan erat dengan otot halus di dinding arterioles dan venules. Ujung-
ujung saraf peri-vaskular serabut saraf sebelum-ganglionik adrenergik yang mengandung substansi
P atau peptida terkait-gen kalsitonin. Oleh karena itu aliran darah pulpa dianggap berkuasa dalam
kendali neural.Belakangan ini, keberadaan pengaturan vaskular lokal yang memungkinkan dalam pulpa
telah telah diajukan. Dalam sirkulasi yang terbatas penting bagi tone mikrovaskular untuk
termodulasi secara lokal guna memenuhi kebutuhan jaringan dan aliran nutrisi. Dengan
menggunakan preparasi arteriole pulp yang diisolasi dan dikombinasikan dengan pengukuran invitro aliran darah pulpa dan tegangan oksigen pulpa, maka telah ditunjukkan bahwa vaskulatur
pulpa mampu merespon sejumlah mediator vasoaktif dan mikrosirkulasi pulpa dapat dikedalikansecara lokal oleh faktor-faktor terkait-endothelium, faktor-faktor metabolis (terkait-jaringan), dan
juga faktor-faktor humoral (berasal dari darah).
Penting untuk meneliti mikrosirkulasi pulpa karena keberaniannya tetapi sedikitkeberhasilan yang dicapai terkait luka di lingkungan terbatas dengan kepatuhan rendah. Penelitian
terhadap tegangan oksigen dalam jaringan dan sifat-sifat individu dari pembuluh pulpa akan
membantu memahami mekanisme yang mengarah pada nekrosis di hipoksia dan anoksia yang
mengikuti hancurnya pembuluh setelah penyebaran yang progresif dalam tekanan cairan intersitialyang meningkat. Dua hasil praktek dari pemahaman ini adalah penemuan agen therapeutik dan
strategi yang dapat membantu pulpa bertahan, dan pengembangan teknik untuk mengukur aliran
darah pulpa secara klinis seperti diagnosis keberadaan atau perpanjangan inflamasi pulpa yangdapat dilakukan. Kedua hasil ini memungkinkan para dokter untuk mendiagnosis dan merawat
penyakit pulpa pada tahap awal.
Saraf pulpa
Pulpa gigi mengandung saraf sensoris dan autonomik untuk memenuhi fungsi vasomotor
dan pertahanan.
Saraf sensoris
Saraf sensoris yang terlibat dalam perasa nyeri pulpa dan transduksi merupakan cabang dari
bagian maksila dan mandibular saraf trigeminal. Cabang yang kecil masuk ke foramina apikal danberkembang secara koronal dan periferal mengukuti rute pembuluh darah. Cabangnya memanjang
ke daerah yang kaya sel, membentuk pleksus Raschkow. Pleksus mengandung baik serabut A-
dan A- ter-myelinasi (2-5 m). Di sekitar tingkat daerah yang kaya sel, serabut ter-myelinasimelepas sarung myelinnya. Di daerah bebas-sel, serabut ter-myelinasi membentuk jaringan kaya
serabut saraf yang merupakan reseptor khusus nyeri. Dari sini, terminal saraf bebas dapat masuk ke
lapisan odontoblastik, dan menembus ke daerah predentin atau dentin bagian dalam setelah proses
sel odontoblastik, tetapi tidak setiap tubuli dentinal akan mengandung ujung saraf. Saraf ter-
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
8/15
myelinasi tidak mencapi perkembangan maksimalnya dan masuk ke pulpa hingga gigi terbentuk
sempurna. Hal ini menjelaskan mengapa gigi muda lebih sensitif daripada gigi dewasa.
Percabangan akson saraf telah diteliti tidak hanya dalam pulpa tetapi juga terjadi dalam bagianperiapikal dimana akson ini dapat bercabang untuk meyuplai pulpa gigi yang bersebelahan
sebelum masuk ke pulpa.
Telah didalilkan bahwa serabut A- dan A- menghasilkan nyeri awal yang tajam dancepat sebagai respon terhadap stimuli eksternal tanpa adanya luka jaringan karena lokasi
periferalnya, ambang batas rendah dari excitability dan konduksi yang cepat. Di sisilain, serabut C
yang lebih kecil menyebabkan nyeri yang lambat, tumpul dan seperti memanjat terhadap kerusakanjaringan pulpa dan proses inflamatori karena ambang batas excitability yang lebih tinggi dan
konduksi yang lambat. Hampir semua serabut A- terletak di bagian koronal pulpa, dengan
kepadatan saraf terbesar di tanduk/horn pulpa. Sebaliknya serabut C terletak di tepat pulpa,
memanjang hingga area yang kaya-sel.Pulp biasanya merespon terhadap berbagai macam stimuli sebagai satu sensasi, yaitu nyeri.
Meskipun demikian, mekanisme tepat yang mengirim stimuli melalui dentin untuk menginisiasi
nyeri masih belum diketahui.
Beberapa hipotesis mengenai pengiriman nyeri gigi telah diajukan, termasuk mekanismehidrodinamik, transduksi odontoblastik, dan inervasi dentin.
Dari semua hipotesis ini, teori hidrodinamik adalah yang paling terkenal. Ujung saraf bebaspada perifer pulpa sangat sensitif terhadap perubahan tekanan tiba-tiba dan pergerakan cairan.
Dentin mengandung ribuan tubuli seperti-kapiler yang diisi dengan cairan dentin semacam air.
Stimulus semacam dingin atau tekanan air akan mengekstrak cairan tubular dari permukaanluarnya dan mengakibatkan aliran keluar, sementara stimuli lainnya seperti panas atau tekanan
mengunyah atau lepasnya tambalan, akan mengarahkan cairan tubular ke dalam pulpa. Gerakan
cairan yang cepat ini, baik keluar atau kedalam, mendesak deformasi mekanik secara langsung
pada serabut A- ambang batas rendah dalam tubuli atau dalam jaringan pulpasubjacent.Pergerakan cairan juga dapat menyebabkan pergerakan odontoblas, yang nantinya mengubah
serabut saraf dalam hubungannya dengan prosesnya atau tubuh sel. Membran sel yang berubah
meningkatkan permeabilitasnya terhadap ion Na+. Gerakan ke dalam yang cepat dari sodium men-depolarisasi membran serabut A-, dan aksi yang potensial (impuls nyeri) dimulai.
Teori inervasi dentin mendalilkan bahwa ujung-ujung saraf memasuki dentin dan
memanjang ke perbatasan dentino-enamel. Stimulasi mekanik secara langsung saraf-safat ini akanmengawali aksi potensial. Saraf bebas ditunjukkan masuk ke dalam dentin, tetapi terbatas pada
sepertiga dentin bagian dalam. Selain itu, nyeri yang menghasilkan substansi seperti kegagalan
bradykinin untuk mempengaruhi nyeri saat diaplikasikan ke dentin, dan merendam dentin dengan
larutan anesthetik lokal tidak akan mencegah rasa nyeri.Teori transduksi menyatakan bahwa odontoblas dapat mentransduksi stimulus mekanik dan
mentransfer sinyal tersebut ke terminal saraf hampir berlawanan. Odontoblas berasal dari
puncak/crest saraf dan proses selularnya memanjang hingga tubuli dentinal yang memanjang kesambungan dentino-enamel. Odontoblas berkomunikasi satu dengan lainnya melalui sambungan
gap/pemisah, dan berhubungan erat dengan terminal saraf. Meskipun demikian, odontoblas
merupakan sel pembentuk matriks dan maka dari itu odontoblas tidak dianggap sebagai sel yangdapat dirangsang/exitable, dan tidak ada sinapsis yang terdapat diantara odontoblas dan terminal
saraf. Oleh karena itu, odontoblas tidak mempunyai carea untuk transmisi kimiawi.
Nyeri gigi juga dimodulasi dan dipengaruhi oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di dalam
tubuh. Nyeri ini merupakan pengalaman yang bersifat subjektif dan perpanjangannya bergantung
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
9/15
pada fenomena psikologis. Mekanisme yang tepat dari transmisi rasa nyeri dan jalur spesifiknya ke
pusat yang lebih tinggi belum sepenuhnya dipahami. Teorigate controltelah diajukan, tetapi
masih bersifat spekulatif. Teori ini menyatakan bahwa terdapat mekanisme seperti pintumasuk/gating dalam gelatinosa substantia urat saraf tulang belakang/spinal cord dan brainstem
dimana serabut saraf periferal dan pengaruh pusat menurunnya menggunakan efek mereka dalam
pengalaman rasa nyeri. Berdasarkan tingkat aktivitas dalam serabut saraf afferent dengan diameterbesar dan kecil, mekanisme gating menghalangi dan memfasilitasi transimisi impuls: serabut
diameter besar diaktivkan oleh stimuli tidak berbahaya dan menutup gate, sementara serabut
diameter kecil diaktivkan oleh stimuli berbahaya dan membuka gate. Mekanisme control menurundari pusat saraf sentral yang lebih tinggi, seperti proses kognitif, motivasional dan afektif, dan juga
memodulasi gate. Jalur nyeri yang naik, jalur diskriminatif-sensoris, memungkinkan lokalisasi
rasa nyeri dan jalur informasi retikulum berurusan dengan aspek nyeri yang bersifat emosional,
tidak menyenangkan, dan menentang.
Saraf simpatis
Kontrol vaskular adrenergik simpatis dalam pulpa gigi. Mediator-mediator yang saat inidiketahui adalah moradrenalin dan neuropeptida Y. Serabut saraf simpatis berasal dari ganglion
simpatis servikal, dan setelah bergabung dengan saraf trigeminal sebagai ganglionnya. Sebagianbesar dari serabut saraf ini mengikuti alur saraf sensoris ke gigi, atau mungkin juga melakukan
perjalanan melalui pembuluh darah. Vasokonstriksi simpatis biasanya diaktifkan oleh stimuli
stress dan oleh stimuli yang menyakitkan yang diarahkan pada hampir semua bagian tubuh.Vasokonstriksi simpatis dapat memodulasi excitability saraf sensoris. Dalam pulpa yang
bersangkutan, vasokonstriksi dilemahkan. Vasodilasi sensoris lokal menjadi dominan, sehingga
dapat mendukung perkembangan inflamasi pulpa.
Inflamasi Neurogenik
Aktivasi saraf sensoris di pulpa (baik oleh stimulasi elektrik saraf alveolar inferior atau
secara langsung pada mahkota gigi) mempengaruhi peningkatan aliran darah yang berlangsunglama di pulpa dan permeabilitas vaskular yang ditingkatkan. Selanjutnya, ekscitasi serabut A-
sepertinya mempunyai efek yang signifikan terhadap aliran darah pulpa (pulp blood flow/PBF),
sementara aktivasi serabut C mengakibatkan peningkatan PBF. Proses inflamasi neurogenikdianggap telah dimediasi oleh neuripeptida yang dilepaskan dari saraf sensoris, seperti substansi P
(SP) dan calcitonin-gene-related-peptides (CGRP), dan mungkin juga spesies reaktif-oksigen di
daerah inflamasi. Meskipun demikian, sedikit yang diketahui mengenai hubungan antara gejala dan
tingkat neuropeptida di dalam pulpa kecuali jumlah peningkatan SP dengan perkembangan karies.Selain itu, ekspresinya lebih tinggi secara signifikan pada pulpa yang sakit dengan lesi
karies yang besar dibandingkan pada pulpa asimptomatik dengan lesi karies yang berukuran
serupa. Untuk melepaskan CGRP, rangsangan asam amino sudah disarankan dengan caramengaktifkan saraf sensoris.
Neuropeptida juga mungkin memiliki beberapa peran modulatoris dalam sistem pertahanan
kekebalan pulpa. Sel-sel pulpa dendritik dapat berinteraksi dengan limfosit T pada generasi sitokin,yang sampai meregulasi ekspresi dari molekul adhesi pada sel endotelial vaskular untuk
memfasilitasi infiltrasi kekebalan selular. Sel-sel tersebut dapat menginduksi migrasi
transendotelial dari sel-sel imunokompeten, seperti sel CD43+ pada saat inflamasi neurogenik
akut.
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
10/15
Penyakit Pulpa
Pulpa gigi dapat terkena berbagai iritasi yang berbahaya bagi kesehatan pulpa danmembahayakan fungsi pulpa. Bisa saja iritasi ini ditemui dalam bentuk salah satu iritasi konstan
atau peristiwa tertentu yang mengganggu pasokan darah pulpa (Tabel 1). Iritasi dapat
diklasifikasikan sebagai jangka pendek, jangka panjang atau karena trauma. Setiap jenis iritasi ataucedera akan memiliki efek yang berbeda pada pulpa efek pada umumnya berupa inflamasi akut,
inflamasi kronis atau nekrosis (Tabel 2). Iritasi jangka pendek biasanya akan menyebabkan
inflamasi akut yang kemudian akan diikuti dengan resolusi inflamasi dan memperbaiki jaringanselama iritasi tidak bertahan atau tidak lagi muncul. Contoh umum iritasi jangka pendek adalah
mengeringkan gigi berlubang saat persiapan dan cedera traumatis yang tidak kehilangan gigi
sehingga pasokan darah apikal belum terganggu. Sebaliknya, iritasi jangka panjang yang tipikal
adalah karies gigi, kerusakan restorasi, retak, erosi dan zat kimia yang semuanya mengakibatkanstruktur gigi hilang. Jika dibiarkan cukup lama, iritasi jangka panjang akan menyebabkan inflamasi
kronis pada pulpa dan pulpa nekrosis yang kemudian akan diikuti oleh infeksi ruang pulpa karena
bakteri akan memiliki jalur yang bisa masuk ke gigi. Dalam situasi ini, struktur gigi yang telah
hilang akan menjadi jalur masuk bagi bakteri. Trauma yang menyebabkan perpindahan (luksasiatau avulsi) pada gigi akan mengakibatkan pemutusan pembuluh darah apikal. Pembuluh darah
tersebut seringkali tidak dapat menyembuhkan dan mevaskularisasikan pulpa kembali pada gigidengan akar yang sepenuhnya berkembang. Oleh karena itu, dalam kasus ini respon pulpa terhadap
luka adalah nekrosis langsung. Kemudian, pulpa nekrotik bisa terinfeksi tapi hal ini membutuhkan
suatu jalur untuk masuknya bakteri seperti melalui retak atau fraktur. Retak atau fraktur mungkinterbuat dalam insiden traumatis yang sama dan menyebabkan hilang gigi sehingga infeksi tidak
lazim dalam kasus ini. Tidak peduli apa penyebabnya, setelah pulpa mengalami nekrosis dan
menjadi terinfeksi, dalam semua kasus seperti bakteri dalam sistem kanal akar akan mencerna dan
membuang pulpa nekrotik sehingga kemudian gigi menjadi tanpa pulpa.
Bakteri
Infeksi bakteri adalah penyebab yang paling sering ditemui pada pulpa dan penyakitperiapikal. Bakteri dapat memasuki gigi melalui karies, anomali gigi (misalnya, lubang ivaginatus,
lingual dalam, dan lekukan palatal), kanal lateral yang terbuka atau rusaknya seme akibat penyakit
periodontal, gigi retak atau fraktur, dan kerusakan marjinal pada antarmuka restorasi gigi. Infeksibakteri dari ruang pulpa terdiri dari campuran mikroorganisme dan sebagian besar flora anaerobik.
Telah di temukan bahwa Streptococcus mutans dengan sendirinya tidak akan menyebabkan
inflamasi pulpa. Meskipun beberapa jenis bakteri yang telah diidentifikasi, tidak ada hubungan
yang absolut dengan tanda dan gejala klinis; dan perlu dicatat bahwa pulpa bisa mengalamiinflamasi jauh sebelum bakteri fisik mencapainya. Karies superfisial dalam lubang dan celah dapat
menyebabkan inflamasi pulpa. Zat seperti toksin bakterial, enzim, antigen, kemotoksin, asam
organik dan produk dari kerusakan jaringan dapat menyebar melalui tubulus dentin untukmenimbulkan iritasi pulpa.
Respon pulpa terhadap bakteri tergantung pada banyak faktor, seperti kecepatan masuknya
bakteri dan kecepatan perkembangan karies, yang bisa lambat, cepat atau benar-benar tidak aktif(karies cenderung menjadi proses intermetin, dengan periode aktivitas cepat bergantian dengan
periode keadaan tidak bergerak). Karies berlangsung cepat melalui demineralisasi email, tetapi
akan berkembang lebih lambat pada demineralisasi dan dentin organik. Pada gigi muda, bakteri
dapat menyebabkan kematian awal odontoblasts, dan tubulus dentin tersebut tanpa proses sel
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
11/15
odontoblasts menjadi saluran mati. Saluran ini sangat permeabel, dan karena itu mereka adalah
ancaman potensial bagi integritas pulpa. Untungnya, pulpa yang sehat merespon dengan
mendeposisi lapisan dentin reparatif di atas permukaan pulpa, sehingga membentenginya. Responpulpa juga terkait dengan ketebalan dan derajat klasifikasi dari dentin yang tersisa, karena
permeabilitas dentin dapat dikurangi dengan sklerosis dentin dan pembentukan dentin reparatif.
Jika jarak karies dan pulpa adalah 1.1mm atau lebih, mungkin inflamasi pulpa dapat diabaikan.Ketika karies mencapai 0.5 mm pada pulpa, ada peningkatan yang signifikan dalam tingkat
inflamasi, tetapi pulpa menjadi inflamasi akut hanya ketika dentin reparatif diinvasi oleh iritasi
seperti bakteri atau toksinnya.Masuknya bakteri melalui kantong periodontal cenderung labih kecil menyebabkan
inflamasi pulpa kecuali foramine apikal utama terlibat dalam kantong yang berisi plak bakteri.
Trauma
Trauma dari kecelakaan atau bruksisme dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Fraktur
mahkota gigi dapat memberikan jalur untuk invasi mikroba yang dapat menyebabkan nekrosis
pulpa dan infeksi pada sistem kanal akar. Fraktur akar mempengaruhi pulpa secara berbeda karena
mereka dapat mengganggu pasokan pulpa vaskular di dalam bagian gigi yang koronal ke barisfraktur dan ini dapat menyebabkan nekrosis pada p[ulpa dalam segmen gigi. Namun, tingkat
kelangsungan hidup pada pulpa mengikuti fraktur akar adalah tingi dan pulpa dapat mengawalipembentukan seperti kalus penyembuhan pada situs fraktur, terutama pada gigi dewasa. Dampak
trauma dapat menghentikan pembuluh darah pada puncak gigi dan menyebabkan gangguan
sementara pada aliran darah, mengakibatkan stasis vaskular dengan perkembangan selanjutnyapada hipoksia dan iskemia. Namun, gigi muda dengan foramen apikal yang lebar dapat pulih
dengan membentuk kembali aliran darah. Dampak yang parah (seperti intrusi) dapat merusak
pembuluh pulpa pada foramen apikal dan menyebabkan nekrosis pulpa. Tetapi, bergantung pada
parahnya pengaruh usia pasien dan status kesehatan pulpa sebelumnya, revaskularisasi dapatterjadi, terutama pada gigi dewasa. Hal ini biasanya mengakibatkan pengapuran kanal akar dalam
jangka panjang tapi terkadang resorpsi internal telah diamati.
Trauma dari oklusi dapat berperan dalam inisiasi dan perkembangan inflamasi pulpa,namun perubahan inflamasi cenderung bersifat sementara.
Faktor iatrogenik
Secara paradoks, perawatan gigi merupakan salah satu hal dapat membuat kerusakan pada
pulpa gigi. Preparasi kavitas adalah penyebab umum inflamasi pulpa. Pemotongan dengan
kecepatan tinggi lebih baik dibangkan dengan kecepatan rendah bahkan ketika pendingin udara
atau air digunakan tetapi beberapa tingkat iritasi pulpa tetap akan muncul. Panas, kedalamanpemotongan (0.5mm pada pulpa) dan dehidrasi menyebabkan kerusakan pada pulpa. Insersi pin
dapat memecahkan dentin dan mempengaruhi gigi terhadap infeksi bakteri. Restorasi besar dapat
menyebabkan keretakan pada gigi ketika berada di bawah beban. Tekanan dari mengkondensasibahan restorasi dapat mengintensifkan respon pulpa yang disebabkan oleh prosedur pemotongan.
Mengetsa asam, prosedur umum dalam kedokteran gigi adhesif, menghilangkan lapisan smear dan
ini memungkinkan bakteri untuk memasuki tubulus dentin. Gerakan ortodentik, kuretaseperiodontal, dan manipulasi prostodontik juga dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Prosedur
medis, seperti rinoplasti, dapat merusak pulpa yang berdekatan dengan area bedah atau dapat
mengganggu suplai darah ke pulpa. Teknik bedah Caldwell-Luc, yang melibatkan eliminasi lapisan
antrum rahang atas, dapat juga menyebabkan inflamasi pulpa, nekrosis, atau anestesi.
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
12/15
Kimia
Sebagian besar bahan restoratif saat ini relatif inert. Namun, biasanya bakteri menembusmargin restorasi yang menyebabkan inflamasi pulpa, bukan bahan kimia itu sendiri.
Lain-lain Pulpa berusia! Dengan usia, saraf dan suplai darah ke pulpa cenderung menurun, dan pulpa
menjadi lebih berserat dan kurang selular. Akibatnya, pulpa menjadi kurang lengkap untuk
melancarkan reaksi defensif terhadap cedera. Namun, permeabilitas dentin berkurang bersamadengan usia sebagai akibat dari pengurangan progresif dengan diameter pipa dan peningkatan
dalam pembentukan dentin peritubular. Ini memberikan lingkungan yang lebih protekif bagi pulpa.
Pulpa gigi biasanya tetap memiliki dinding yang terdiri dari lapisan dentin dan predentin
sampai akhir dalam proses penyakit resorpsi invasif eksternal. Invasi sekunder mikroorganismekedalam pulpa akan menimbulkan inflamasi pulpa ketika beberapa dentin sudah banyak
dihancurkan.
Beberapa penyakit sistemik memiliki anomali gigi. Dalam hipofosfatemia turun-menurun,
ukuran tanduk pulpa cenderung meningkat dan dentin lebih rentan terhadap masuknya bakteri.Pasien dengan anemia sel sabit cenderung lebih sering sakit gigi yang mungkin disebabkan oleh
aliran darah abnormal ke pulpa.
Patogenesis
Cedera ringan dan sedang pada prosesus sel odontoblasts bisa menghasilkan sklerosistubular dan dentin reparatif, tapi iritasi lama atau parah dapat menyebabkan kematian odontoblasts
dan inisiasi dari suatu respon inflamasi. Dinamika inflamasi pulpa tidak berbeda dengan inflamasi
pada jaringan periapikal yang lain. Tergantung pada parahnya dan durasi iritasi, rentang respon
pulpa dari pulpitis reversibel ireversibel, lalu nekrosis parsial yang mengarah ke nekrosis total. Halini dapat terjadi tanpa rasa sakit. Pulpa gigi juga dapat merespon iritasi dengan berbagai perubahan
degeneratif termasuk fibrosis dan klasifikasi.
Inflamasi
Sel inflamasi awal menyusup terutama yang terdiri dari limfosit, sel plasma, dan makrofag.
Berbagai mediator non-spesifik dari inflamasi seperti histamin, bradikinin, serotonin, interleukin(IL) dan metabolit asam arakhidonat dilepaskan sebagai respon terhadap invasi bakteri dan luka
jaringan. Selain itu banyak neuropeptida, misalnya, substansi P (SP) dan gen kalsitonin yang
terkain peptida (CGRP), juga terlibat dan dapat berinteraksi dengan mediator yang dihasilkan
selama inflamasi.Sel produksi IL-1 dan IL-2 terletak dalam stroma jaringan konektif ada pulpa. Sel mast,
yang merupakan sumber utama histamin, ditemukan dalam pulpa yang mengalami inflamasi.
Peningkatan empat kali lipat dapat dilihat pada level pulpa histamin dalam waktu 30 menit daricedera termal, memberi kesan bahwa histamin dapat memainkan peran dalam tahap awal inflamasi
pulpa. Agregasi platelet dalam pembuluh melepaskan serotonin, yang bersama dengan mediator
inflamasi lainnya meyebabkan suatu keadaan hiperalgesia pada nosiseptor pulpa. Plasma ataujaringan kallikreins menyentuh kinogen menyebabkan produksi bradikinin dan kinin lainnya untuk
menghasilkan banyak tanda dan gejala inflamasi. Fosfolipase A2 menyebabkan pelepasan asam
arakidonat dari membran sel, menghasilkan pembentukan prostaglandin, tromboksan, dan
leukotrin.
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
13/15
Sistem ketahanan kekebalan tubuh
Selain reaksi inflamasi non-spesifik, respon imunologis juga dapat memulai danmelestarikan penyakit pulpa. Sudah dilaporkan bahwa pasien dengan imunodefisiensi gabungan
turun-menurun, karies yang mendalam hanya menghasilkan inflamasi ringan dan kerusakan yang
relatif sedikit dari pulpa meskipun adanya sejumlah besar bakteri. Dalam inflamasi ringan sampaimoderat, Imunitas diperantai sel dominan. Dalam inflamasi yang parah, munculnya sel B dan sel
plasma menunjukkan produksi antibodi lokal, maka dominasi imunitas humoral. IgG spesifik telah
ditemukan pada pulpa dengan karies yang mendalam. Zat bakteri dapat memicu sistem pelengkapmelalui kompleks antigen dan antibodi, yang menjadi kemotaktik untuk leukosit polimorfonuklear.
Ada perbedaan jelas antara limfosit T-helper dan T-supresor pada pulpitis reversibel dan
ireversibel. Sel T-supresos predominan mampu menekan proses inflamasi dan membalikkan
kondisi pulpa.
Odontoblasts
Sebagaimana disebutkan di atas, tanda awal inflamasi pulpa adalah gangguan pada lapisan
odontoblastik. Bahkan sebelum munculnya perubahan inflamasi pada pulpa, ada pengurangansecara keseluruhan dalam jumlah dan ukuran tubuh sel odontoblasts. Nukleus sel bisa
diaspirasikan ke dalam tubulus dentinkarena arus keluar cairan tubular, atau mungkin selireversibel rusak yang menyebabkan pelepasan faktor cedera jaringan yang mempengaruhi
odontoblasts sekitarnya dan jaringan konektif yang mendasarinya. Sel dapat mengalami
vakualisasi, degenerasi ballooning mitokondria, dan pengurangan pada jumlah dan ukuranretikulum edoplasma. Namun, masih belum diketahui apakah odontoblasts mati karena apoptosis
atau nekrosis.
Laju penyakit
Dua komponen yang penting pada inflamasi pulpa adalah mikrosirkulasi dan kegiatan saraf
sensoris. Luka pada pulpa dapat mengaktifkan saraf sensoris intradental untuk melepaskan
neuropeptida, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan dari hemodinamik mikrosirkulatori.Respon saraf sensoris terhadap rangsangan tergantung pada tingkat keparahan cedera pulpa
dan tahap inflamasi. Dalam beberapa menit pertama cedera, kerusakan dan gangguan serabut saraf
pada dentin yang terluka dan pulpa terjadi, diikuti oleh hipersensivitas dari serat saraf yang masihhidup dan pelepasan neuropeptida ke pulpa. Mediator inflamasi, seperti bradikinin dan
prostaglandin E2, juga dapat membangkitkan neurosekresi CGRP.
Neuropeptida ini menyebabkan vasoladitasi dan permeabilitas pembuluh darah meningkat,
maka terjadi inflamasi neurogenik. Jaringan tersebut menjadi edema sebagai akibat filtrasi proteinserum dan cairan dari pembuluh. Dalam lingkungan rendah pulpa, peningkatan baik volume cairan
interstisial dan volume darah menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, yang pada gilirannya
menyebabkan kompresi dari venula berdinding tipis, mengakibatkan penurunan aliran darah danpeningkatan hambatan aliran di venula. Aliran stasis menyebabkan agregasi sel darah merah dan
peningkatan viskositas darah. Itu juga memproduksi jaringan hipoksia atau iskemia, yang menekan
metabolisme seluler di daerah yang terkena pulpa. Hal ini menyebabkan nekrosis jaringan.Peningkatan karbondioksida dan penurunan tingkat pH mengubah lingkungan mikro lokal, dan
dapat menyebabkan vasodilatasi di daerah yang berdekatan dan penyebaran inflamasi bertahap.
Namun, harus diingat bahwa pulpa mampu melokalisasi inflamasi dan jaringan yang
berdekatan kepada lesi inflamasi yang mungkin benar-benar normal. Jika penyembuhan
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
14/15
menguntungkan, peningkatan tekanan jaringan dapat membuka pembuluh shunt dan yang
kemudian mengarahkan darah sebekum mencapai daerah yang dikenai inflamasi pada pulpa. Hal
ini mencegah peningkatan lebih lanjut dalam aliran darah dan tekanan jaringan. Selain itupeningkatan tekanan jaringan dapat melakukan peningkatan aliran getah bening dan penyerapan
cairan ke kapiler di sekitar jaringan yang tidak dikenai inflamasi. Semua faktor-faktor ini akan
mengangkut cairan jauh dari bagian yang terinfeksi dan keluar dari gigi yang konsekuensinya akanmenurunkan tekanan jaringan. Selanjutnya, peningkatan tekanan jaringan akan mendorong aliran
keluar cairan melalui tubulus dentin yang terbuka dan dengan demikian mambantu melindungi
pulpa terhadap masuknya zat berbahaya.Percabangan (sprouting) pada terminal sensoris dan upregulation dari neuropeptida juga
dapat terjadi. Akan diperkirakan bahwa saraf-saraf berpartisipasi dalam proses inflamasi oleh
peningkatan pelepasan neuropeptida. Faktor pertumbuhan saraf yang dihasilkan oleh fibroblas
pulpa dapat memediasi reaksi sprouting syaraf.Jika iritasi dihilangkan atau menjadi tidak aktif, granulasi jaringan menjadi dominan karena
menggantikan inflamasi dan saraf tumbuh mereda ketika dentin reparatif menutupi daerah luka.
Ada proliferasi pembuluh darah kecil dan fibroblas bersama dengan pengendapan serat kolagen.
Sebagai alternatif, jika iritasi mengungguli kemampuan pertahanan pulpa, aliran darah kedaerah tersebut berhenti dan jaringan nekrosis mengalami luka. Neutrofil di daerah tersebut
merosot dan pelepasan enzim intraseluler lisosomal untuk mencerna jaringan sekitarnya,membentuk jaringan nekrotik. Mikrosirkulasi pulpa juga dapat terpengaruh luka kecelakaan atau
kejadian yang menyebabkan gangguan jangka panjang pada suplai darah ke pulpa.
Sebagaimana waktu berjalan, jaringan pulpa nekrotik akan terinfeksi oleh mikroorganismeoral yang melakukan penetrasi ke dalam sistem saluran akar melalui karies, retak atau kerusakan
marjinal restorasi. Mikroba akan bermigrasi secara apikal melalui akar gigi dan mencerna jaringan
pulpa yang membuat gigi tanpa pulpa.
Trombus dalam pembuluh darah pulpa dan selubung kolagen di sekitar dinding pembuluhdapat menjadi nidi untuk mineralisasi, menghasilkan klasifikasi pulpa. Klasifikasi kanal pulpa
adalah mekanisme pelindung terhadap trauma, atau rangsangan terus-menerus lainnya (seperti
karies). Ini mungkin juga merupakan respon fisiologis normal terhadap penuaan dan predisposisigenetik mungkin memainkan peran.
Selama masa transisi dari pulpitis ke nekrosis pulpa, inflamasi di pulpa dap[at
mengubahnya menjadi jaringan inflamasi vascularized dan bisa menginisiasi resorpsi dari jaringankeras yang berdekatan dengan pembentukan dan aktivasi dentinoklasts. Sel-sel ini diyakini berasal
dari sel jaringan konektif cadangan yang tidak dibedakan dalam stroma pulpa atau mungkin
direkrut dari darah dalam sirkulasi umum. Sel-sel ini bergabung untuk membentuk sel yang
mengalami multinuklear klastik yang menisap dinding dentin, bergerak maju melalui dentin daridinding saluran akar menuju pinggiran sampai perforasi akar terjadi.
Rasa sakitRasa sakit akan muncul ketika jaringan rusak atau inflamasi terjadi, bukan setelah
kerusakan selesai. Mediator inflamasi menurunkan batas saraf sensoris. Tekanan peningkatan
bekerja langsung pada reseptor saraf sensoris. Peningkatan aliran darah menyebabkan eksitasi
pulpa dari kedua serat A- dan C melalui peningkatan tekanan jaringan, sedangkan pengularan
aliran darah memiliki efek penghambatan pada serat A- keran hipoksia, tetapi tidak ada efek yang
jelas terhadap aktivitas serat C. Sebagai akibatnya, gerbang tetap terbuka dan rangsangan yang
-
7/31/2019 TINJAUAN PULPA GIGI
15/15
tidak berbahaya terhadap pulpa normal (seperti panas dan dingin) memicu respon yang lebih
menyakitkan karena aktivitas serat kecil (serat unmyelinated C).
Selama inflamasi neurogenik, ekspresi saluran sodium bergeser dari tetrodotoksin-sensitif(TTXs) ke tetrodotoksin-resistan (TTXr), mengarah pada hiperalgesia serat C. Saluran sodium
TTXr ini relatif tahan terhadap anestesi lokal dibandingkan dengan saluran TTXs. Dalam situasi
ini, bupivikaine mungkin merupakan anestesi pilihan karena ditemukan menjadi lebih kuatdibandingkan lidokain dalam memblokir saluran TTXr.
Kesimpulan
Pulpa gigi adalah jaringan unik dan penting dalam prognosis jangka panjang gigi yang
sering diabaikan oleh klinisi. Saat mengejar kesempurnaan teknis pada endodontik, penting bahwa
klinisi memiliki kesadaran dan pemahaman tentang fitur fisiologis dan patologis pulpa gigi serta
konsekuensi biologis dari intervensi pengobatan.