tinjauan kritis terhadap proses penentuan lokasi minapolitan di kabupaten banyumas

16
TINJAUAN KRITIS TERHADAP PROSES PENENTUAN LOKASI MINAPOLITAN DI KABUPATEN BANYUMAS Putry Ayu Aryany Sariffudin, ST,MT Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Rencana Induk Kawasan Minapolitan merupakan rencana pengembangan kawasan yang bersifat komprehensif dan multi sektor yang memuat terutama struktur kawasan dengan pusat kegiatan minapolis, zona pengembangan dan pendukung serta zona keterkaitan (hinterland), pengembangan sistem infrastruktur, pengembangan sistem usaha minabisnis, serta memuat ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan. Penyusunan Rencana induk kawasan minapolitan di Kabupaten Banyumas didasarkan oleh keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI No. Kep.70/DJPB/2010 tentang penetapan 24 Lokasi Sentra produksi Perikanan Budidaya sebagai percontohan tahun 2011, yang salah satunya adalah Kabupaten Banyumas. Penyusunan artikel ini bertujuan untuk melakukan kritisi terhadap proses penentuan zonasi kawasan minapolitan di dalam produk rencana induk kawasan minapolitan Banyumas. Kritisi ini dilakukan dengan membandingkan antara bagaimana proses penentuan zonasi di dalam produk rencana dengan kebijakan-kebijakan dan teori-teori yang ada.Hasil dari tinjauan kritis yang dilakukan data disimpulkan pada penentuan lokasi minapolitan di Kabupaten Banyumas sebagian besar masih menggunakan pendekatan kebijakan (RTRW), analisis dari aspek-aspek lain masih belum diperhatikan. PENDAHULUAN Dokumen rencana di Indonesia pada saat ini sering kali hanya berakhir menjadi tumpukan dokumen yang dibuat hanya untuk formalitas semata. Rencana yang telah disusun hanya sebagian kecil saja yang dapat terimplementasi. Kegagalan perencanaan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : penyusunan perencanaan tidak tepat, perencanaan mungkin baik tetapi pelaksanaanya tidak seperti seharusnya, perencanaan masih mengikuti paradigma yang ternyata tidak sesuai dengan kondisi dan perkembangan, dan perencanaan seringkali diartikan sebagai pengaturan total kehidupan manusia sampai yang paling kecil sekalipun. Kegagalan dalam implementasi rencana dapat

Upload: putry-ayu-aryani

Post on 04-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

TINJAUAN KRITIS TERHADAP PROSES PENENTUAN LOKASI MINAPOLITAN DI KABUPATEN BANYUMAS

Putry Ayu Aryany Sariffudin, ST,MT

Jurusan Perencanaan Wilayah dan KotaFakultas Teknik, Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Rencana Induk Kawasan Minapolitan merupakan rencana pengembangan kawasan yang bersifat komprehensif dan multi sektor yang memuat terutama struktur kawasan dengan pusat kegiatan minapolis, zona pengembangan dan pendukung serta zona keterkaitan (hinterland), pengembangan sistem infrastruktur, pengembangan sistem usaha minabisnis, serta memuat ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan. Penyusunan Rencana induk kawasan minapolitan di Kabupaten Banyumas didasarkan oleh keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI No. Kep.70/DJPB/2010 tentang penetapan 24 Lokasi Sentra produksi Perikanan Budidaya sebagai percontohan tahun 2011, yang salah satunya adalah Kabupaten Banyumas. Penyusunan artikel ini bertujuan untuk melakukan kritisi terhadap proses penentuan zonasi kawasan minapolitan di dalam produk rencana induk kawasan minapolitan Banyumas. Kritisi ini dilakukan dengan membandingkan antara bagaimana proses penentuan zonasi di dalam produk rencana dengan kebijakan-kebijakan dan teori-teori yang ada.Hasil dari tinjauan kritis yang dilakukan data disimpulkan pada penentuan lokasi minapolitan di Kabupaten Banyumas sebagian besar masih menggunakan pendekatan kebijakan (RTRW), analisis dari aspek-aspek lain masih belum diperhatikan.

PENDAHULUAN

Dokumen rencana di Indonesia pada saat ini sering kali hanya berakhir menjadi tumpukan dokumen yang dibuat hanya untuk formalitas semata. Rencana yang telah disusun hanya sebagian kecil saja yang dapat terimplementasi. Kegagalan perencanaan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : penyusunan perencanaan tidak tepat, perencanaan mungkin baik tetapi pelaksanaanya tidak seperti seharusnya, perencanaan masih mengikuti paradigma yang ternyata tidak sesuai dengan kondisi dan perkembangan, dan perencanaan seringkali diartikan sebagai pengaturan total kehidupan manusia sampai yang paling kecil sekalipun.

Kegagalan dalam implementasi rencana dapat diminimalisir salah

satunya dengan pengembangan ekonomi lokal (PEL). Pengembangan ekonomi lokal (PEL) merupakan usaha mengoptimalkan sumber daya lokal dengan melibatkan pemerintah, swasta, masyarakat lokal, dan organisasi masyarakat utuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah. Penyusunan produk pengembangan kawasan minapolitan merupakan salah satu upaya pengembangan ekonomi lokal pada aspek perikanan budidaya. Kawasan Minapolitan merupakan kawasan yang perekonomian lokalnya berbasis pada kegiatan perikanan, yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil perikanan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.39/MEN/2011, Kabupaten Banyumas merupakan

Page 2: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yang termasuk dalam kawasan minapolitan. Untuk itu diperlukan Penyusunan rencana induk kawasan minapolitan Kabupaten Banyumas sebagai arahan para pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembangunan kawasan.

Pada penyusunan rencana pengembangan kawasan minapolitan terdapat pembagian zonasi kawasan minapolitan di Kabupaten Banyumas menggunakan pendekatan kebijakan, dimana penetapan kawasan telah ditetapkan dalam RTRW. Penggunaan pendekatan kebijakan ini memberikan dampak terdapatnya pembagian zonasi yang tidak sesuai dengan potendi wilayah. Oleh karena itu, diperlukan dilakukan peninjauan ulang terhadap penentuan zonasi kawasan mnapolitan di kawasan minapolitan ini.

Penyusunan artikel ini bertujuan untuk melakukan kritisi terhadap proses penentuan pembagian zonasi kawasan minapolitan di dalam produk rencana induk pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Banyumas tahun 2013-2018. Penentuan zonasi ini didasarkan pada pembagian zonasi kawasan minapolitan yang terdiri dari 4 kawasan yakni kawasan pembenihan, pembesaran, pengolahan, dan pemasaran

Untuk melakukan peninjauan kritis terhadap penentuan zonasi lokasi minapolitan ini langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut; menelaah teori dan kebijakan yang terkait dengan penentuan zonasi lokasi minapolitan, melakukan peninjauan proyek dokumen rencana pengembangan kawasan minapolitan banyumas, kemudian melakukan tinjauan kritis dengan membandingkan dokumen proyek dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam teori dan kebijakan tentang minapolitan.

TINJAUAN SINGKAT PROYEK

A. KAWASAN MINAPOLITAN

Pemilihan Kawasan minapolitan sebelumnya telah ditetapkan dalam peraturan Menteri. Di dalam Kawasan Minapolitan ditetapkan lagi lokasi minapolitan pada tiap-tiap Kabupaten yang menjadi kawasan minapolitan. Kawasan minapolitan merupakan Kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha-usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, dan menarik, kegiatan pembangunan perikanan (usaha perikanan) di wilayah sekitarnya. Kawasan minapolitan terdiri dari Kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintaha, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada. Suatu kawasan minapolitan harus memilki ciri-ciri yaitu sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut di dominasi oleh kegiatan perikanan dan usaha perikanan dalan suatu sistem yang utuh dan terintegrasi mulai dari :

1) Pusat Minapolitan (Minapolis) yang mencakup :a. pusat perdagangan dan

transportasi perikanan;b. penyedia jasa pendukung

perikanan, misalnya perbankan, asuransi, serta pusat penelitian dan pengembangan;

c. pasar konsumen produk non-perikanan

d. pusat industri perikanane. penyedia pekerjaan non

perikananf. pusat minapolitan dan

hinterlandnya terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten)

2) Unit-unit kawasan pengembangana. pusat produksi perikanan;b. intensifikasi prikanan;

Page 3: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

c. pusat oendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non perikanan;

d. produksi ikan siap jualn dan diversifikasi perikanan

3) terdapatnya sektor unggulan :a. sektor unggulan yang

sudah berkembang dan didukung oleh sektor hilirnya;

b. kegiatan bisnis perikanan yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat (sesuai dengan kearifan lokal);

c. mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikemangkan dengan orientasi ekspor (keluar kawasan);

4) Memiliki sistem kelembangaan yang mendukung berkembangnya kawasan minapolitan misalnya organisasi pelaku usaha perikanan, organisasi produsen bisnis perikanan, dan lain-lain

5) Memilki sarana prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengemabngan sistem permukiman dan bisnis perikanan misalnya; jalan, sarana irigasi, air bersih, pasar, terminal, telekomunikasi, listrik, pusat informasi pengembangan bisnis perikanan, fasilitas umum, dan fasilitas sosial.

B. LOKASI MINAPOLITAN DI KABUPATEN BANYUMAS

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas Tahun 2011-2031, kawasan peruntukan budidaya perikanan di Kabupaten Banyumas tersebar di 13 (tigabelas) kecamatan dengan luasan 432,05 hektar dan komoditas unggulan berupa

Ikan Gurame dan Ikan Lele. Namun, sesuai Rencana Kawasan Strategis, ditetapkan kawasan Minapolitan sebagai salah satu kawasan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Banyumas. Kawasan minapolitan di Kabupaten Banyumas meliputi 10 yang diarahkan menjadi tiga Lokasi minapolitan utama, yakni kawasan pembenihan, pembesaran, dan kawasan pengolahan.

Kecamatan yang sebelumnya sebagai kawasan pengolahan direncanakan akan dapat berkembang menjadi kawasan pembesaran pula agar para pengolah hasil ikan tidak harus menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan bahan baku ikan. Selain itu kegiatan pemasaran ikan segar dan benih ikan dapat dilakukan langsung pada kawasan pembenihan dan kawasan pembesaran. Sedangkan untuk kawasan pengolahan menjadi bahan jadi atau bahan olahan. Kegiatan pengolahan dapat dilakukan di luar Kawasan Minapolitan yang memiliki potensi berkembang sebagai kawasan kegiatan pengolahan secara cepat, yaitu di Kawasan Perkotaan Purwokerto yang telah memiliki beberapa potensi kegiatan pengolahan ikan yang besar. Sedangkan untuk kegiatan pemasaran bahan olahan tersebut juga di fokuskan pada Kawasan Perkotaan Purwokerto, yaitu dengan dijual pada pusat-pusat oleh-oleh ataupun adanya suatu took atau showroom khusus yang menjual produk olahan ikan, baik produk olahan cemilan maupun tempat makan yang keseluruhannya adalah hasil dari olahan ikan komoditas unggulan seperti gurame maupun lele.

Berikut rencana pembagian Lokasi Minapolitan :A. Kawasan pembenihan

Pusat/minapolitan : Kawasan Kedungbanteng (Desa Beji, Desa Karangsalam Kidul, Desa Karangnangka dan Desa Kebocoran).

Page 4: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

Wilayah/hinterland : Kecamatan Karanglewas (Desa Singasari dan Desa Jipang) dan Kecamatan Baturaden (Desa

Kutasari, Desa Pandak dan Desa Purwosari).

B. Kawasan Pembesaran Pusat/minapolitan : Kecamatan Sokaraja (Desa Kalikidang, Desa Wiradadi Desa Lemberang, dan Desa Karangduren).

Wilayah/hinterland : Kecamatan Kembaran (Desa Pliken, Desa Desa Bantarwuni, Desa Kembaran dan Desa Karangtengah) dan Kecamatan Sumbang (Desa Sumbang, Desa Banteran, Desa Banjarsari Kulon dan Desa Tambaksogra), Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Kemranjen, dan Kecamatan Cilongok.

C. Untuk kawasan pengolahan hasil perikanan dan pemasaran dapat dipusatkan di kawasan perkotaan Purwokerto, karena pada kondisi eksisting sudah terdapat beberapa industri rumah pengolahan ikan yang telah berdiri, dan kawasan perkotaan Purwoketo juga menjadi pusat kegiatan pemasaran oleh-oleh khas Kabupaten Banyumas

Gambar 1

Page 5: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

Pembagian Lokasi Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas

Page 6: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

TINJAUAN KRITIS TERHADAP PENETAPAN LOKASI MINAPOLITAN

Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa dan kegiatan pendukung lainnya (dalam Per 12/men/2010). Pengembangan kawasan minapolitan dilaksanakan dengan tujuan :

a. Meningkatkan produksi, produktifitas, dan kualitas produk kelautan dan perikanan;

b. meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan dan pengelola ikan yang adil dan merata; dan

c. mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

Penentuan kawasan minapolitan dilakukan dengan pendekatan kebijakan, dimana sebelumnya Kabupaten Banyumas telah ditentukan di dalam peraturan Menteri sebagai salah satu Kawasan minapolitan. Di dalam Peraturan Menteri tentang minapolitan (Per12/men/2010) pasal 8 ayat 3 dalam kawasan minapolitan perlu ditetapkan lokasi minapolitan oleh Bupati/wali Kota sesuai dengan kewenangannya. Penentuan lokasi minapolitan ini tertuang di dalam Rencana Induk minapolitan.

A. KRITERIA PENETAPAN LOKASI

KAWASAN MINAPOLITANPembagian zonasi kawasan

minapolitan didasarkan kepada pertimbangan untuk memilih lokasi yang paling potensial untuk pengembangan sektor perikanan guna menunjang percepatan perkembangan wilayah Kabupaten/Kota. Penetapan Lokasi mengacu pada kriteria sebagai berikut :

1) setiap lokasi harus memiliki infrastruktur dan pusat kegiatan yang telah berkembang yang selanjutnya ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan;

2) setiap lokasi memiliki potensi lokal dan karakteristik yang khas yang dapat membedakan dengan lokasi yang lainnya, sehingga memiliki keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif;

3) ada hubungan yang saling menguntungkan dan melengkapi (sinergi) antara satu lokasi dengan lokasi lainnya; dan

4) keberadaan lokasi tersebut dapat mempercepat pembagunan kawasan atau wilayah sekitarnya (spread effect dan multiplier effect).

Dasar pertimbangan pembagian lokasi pada kawasan minapolitan adalah :

1) kesesuaian lahan bagi pengembangan komoditas unggulan;

2) ketersediaan lahan sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan;

3) kesesuaian dengan struktur tata ruang dalam RTRW;

4) dukungan prasarana jaringan jalan, listrik, pengairan, komunikasi dan lain sebagainya;

5) akses ke pusaat-pusat pelayanan dan sentra-sentra produksi (hinterland);

6) berpotensi untuk oengembangan bisnis dan minaindustri; dan

7) Kelembagaan ekonomi produksi dan tata niaga telah berkembang.

Penetapan Zonasi untuk lokasi minapolitan dibagi menjadi 3 (tiga) lokasi penting. Lokasi tersebut dapat dibagi menjadi :

Page 7: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

1) Wilayah Minapolis yakni suatu wilayah yang berada dalam wilayah pengembangan minapolitan yang di dalamnya terdapat pusat pelayanan jasa pemasaran, lembaga keuangan mikro, kios penyedia sarana produksi, kios penyedia kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat wilayah minapolitan.

2) Wilayah Sentra Produksi Utama yakni lokasi-lokasi yang menjadi pengembangan komoditas unggulan

3) Wilayah sentra produksi Pendukung yakni lokasi-lokasi yang menjadi pengembangan komoditas yang tidak unggulan tetapi mendukung kegiaan minapolitan

B. TINJAUAN PENETAPAN LOKASI ZONA KAWASAN MINAPOLITAN

Penentuan lokasi kawasan minapolitan dilakukan dengan berbagai pertimbangan analisis, adapun pada

penentuan lokasi minapolitan di Kabupaten Banyumas ditentukan dengan beberapa analisis. Berikut tinjauan terhadap analisis-analisis yang dilakukan untuk menentuakan lokasi Minapolitan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya :1. Kesesuaian Lahan Bagi

pengembangan Komoditas Unggulan

Analisis Kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan tidak dilakukan secara spesifik, hanya saja ditetapkan kawasan pembesaran dan pembenihan. Pada kawasan pembesaran dan pembenihan tidak dibedakan yang mana lokasi untuk kawasan untuk komoditas unggulan atau untuk komoditas yang tidak unggul. Oleh karena itu, pada kawasan pembenihan maupun pembesaran diberlakukan sama antar kawasan yang memiliki produksi unggul dan tidak. Barikut Luas dan jumlah produksi tiap-tiap lokasi kawasan minapolitan :

Tabel ILuas dan jumlah produksi pada tiap-tiap lokasi minapolitan

No

KecamatanMina Padi

Kolam Pembesaran

Kolam Pembenihan

Luas (Ha)

Produksi (kg)

Luas (Ha)

Produksi (kg)

Luas (Ha)

Produksi (ekor)

1 Kemranjen - 25,76 247.229 1,54 1.569.4892 Sumpiuh - 5,11 179.648 0,02 114.9003 Ajibarang 0,10 330 27,15 502.193 0,22 90.5514 Cilongok - 27,44 322.108 0,08 1.815.0695 Karanglewas 73,11 55.574 24,98 385.081 5,63 29.790.2246 Kedungbante

ng85,39

58.87252,20

451.86815,33

76.228.444

7 Baturaden 11,68 36.541 23,50 690.762 13,88 42.348.7808 Sumbang - 16,17 241.499 0,16 118.0839 Kembaran 3,50 1.062 50,72 451.343 1,55 152.67610 Sokaraja 0,10 246 72,68 634.709 0,22 190.033

Jumlah 173,88

152.625

325,71 4.106.440

38,63 152.418.249

Sumber: Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas tahun 2013-2018

2. Ketersediaan lahan sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan; Analisis terhadap kesesuaian lahan dengan araha pemanfaat lahan sudah dilakukan dengan analisis Kesesuaian peruntukan Ruang dan

Kegiatan Minapolitan. Pada analisis ini dilakukan overlay peta-peta:a. Peta Kawasan Hutan Lindung,

dengan hasil Kawasan yang termasuk dalam kawasan hutan lindung Gunung Slamet adalah

Page 8: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

Kecamatan Cilongok, Kedungbanteng, Baturaden, Karanglewas, dan Kecamatan Sumbang. Sedangkan yang

termasuk dalan kawasan hutan di bagian barat adalah Kecamatan Ajibarang. Berikut Petanya :

Gambar 2Peta Kawasan Hutan Lindung Kawasan Minapolitan Kab. Banyumas

b. Peta Kawasan Sumber mata air. Kawasan minapolitan yang termasuk dalam kawasan sumber mata air yang dilindungi adalah Kecamatan Sumbang, Baturaden, Karanglewas, dan Kecamatan Cilongok.

c. Peta rawan bencana ; Longsor, Banjir, Angin Topan.- Kawasan yang termasuk

dalam zona berpotensi Longsor adalah:

Tabel 2Zona Berpotensi Longsor berdasarkan

Tingkat Kerawanan

No TipologiTingkat

kerawanan1 A

Sebagian Kec. Sumpiuh Kelas tinggi2 B

Kecamatan Baturaden, Kecamatan Sumbang

Kelas tinggi

No TipologiTingkat

kerawananKecamatan Kemranjen, kedungbanten,

Kelas rendah

3 CKecamatan Kembaran, Kecamatan sumbang

Kelas tinggi

Kecamatan Sukoraja Kelas sedangKecamatan Cilongok Kelas sedangKecamatan Ajibarang Kelas sedangKecamatan sumpiuh, Kemranjen, dan karanglewas

Kelas rendah

Sumber: Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas tahun 2013-2018

- Kecamatan yang termasuk dalam Zona rawan Banjir adalah Kecamatan sumpiuh dan Kemranjen

- Kecamatan rawan bencana angin topan adalah

Page 9: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

Kecamatan Kedungbanteng, Karanglewas, Baturaden, dan Kecamatan

Gambar 3Peta Kawasan zona tanah Longsor Minapolitan Kab. Banyumas

Gambar 4Peta Kawasan rawan Banjir di Kawasan Minapolitan Kab. Banyumas

Page 10: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

Gambar 5Peta Kawasan rawan angin topan di Kawasan Minapolitan Kab. Banyumas

d. Peta Rencana Kawasan Budidaya yakni dengan mempertimbangkan kawasan peruntukan pertanian, peruntukan wisata, dan peruntukan permukiman.

3. Kesesuaian dengan struktur tata ruang dalam RTRW;

Pada laporan akhir rencana induk minapolitan Kabupaten Banyumas sudah dilakukan analisis kesesuaian dengan struktur tata ruang dalam RTRW. Analisis kedudukan Kawasan Minapolitan dalam struktur tata ruang wilayah ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lokasi kawasan minapolitan dalam rencana jenjang pusat pelayanan kota, rencana sub wilayah pembangunan Kabupaten Banyumas, dengan tujuan untuk melihat fungsi dan kedudukan lokasi perencanaan dalam struktur tata

ruang wilayah Kabupaten Banyumas.

Berdasarakan rencana jenjang pusat kegiatan kota, lokasi kawasan minapolitan Kabupaten Banyumas dalam kawasan PKL (Pusat Kegiatan Kota) dan PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) dibagi menjadi;- Wilayah yang termasuk dalam

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi : Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Sokaraja, dan Wangon. PKL ini berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Kota-kota ini merupakan kota kecamatan yang mempunyai tingkat perkembangan wilayah dan tingkat kosentrasi kegiatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota di sekitarnya

- Wilayah yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Kawasan

Page 11: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

(PPK) meliputi : Kecamatan Jatilawang, Sumpiuh, Patikraja, Baturaden, Cilongok, Lumbir, Gumelar, Pekuncen, Purwojati, Rawalo, Kemranjen, Tambak, Sumbang, Kembaran, Kebasen, Somagede, Kedungbanteng, Karanglewas dan Kecamatan KalibagorBerdasarkan pembagian di

atas penentuan Kecamatan Ajibarang menjadi pusat pelayanan kawasan minapolitan sudah tepat karena merupakan salah satu Kecamatan yang menjadi PKL yang berfungsi untuk melayani kegiatan perekonomian kawasan sekitarnya

(kawasan pemasaran komositas mina).

4. Dukungan prasarana jaringan jalan, listrik, pengairan, komunikasi.

Analisis dukungan prasarana dilakukan dengan menganalisis prasana dan sarana yang telah tersedia di lokasi kawasan minapolitan, sehingga dapat dipertimbangkan peruntukkan zonasi berdasarakan sarana prasarana yang ada. Berikut hasil analisis terhadapa ketersediaan sarana prasarana pendukung kegiatan perikanan :

Tabel 3Ketersediaan Infrastruktur Pendukung Kegiatan Perikanan

di Kawasan Minaolitan Kab. Banyumas

No

Jenis Infrastruktur Pendukung

Kawasan PemasaranSentra Kawasan

Pembenihan

Sentra Kawasan

Pembesaran

Sentra Kawasan Olahan

1 Pasar Ikan Tersedia embrio pasar ikan di Kec. Ajibarang dengan tingkat pelayanan lokal dan regional. Pasar ini beroperasi mulai pada pukul 5 pagi sampai jam 3 sore

Tersedia pasar ikan di Desa Beji Kec. Kedungbanteng

Pemasaran dilakukan di sentra produksi

Belum terdapat sentra penjualan produksi

2 Kelembagaan Pembiayaan

Lembaga pembiayaan mikro atau BPR telah tersedia walaupun keberadaanya belum merata

Lembaga pembiayaan mikro atau BPR telah tersedia walaupun keberadaanya belum merata

Lembaga pembiayaan mikro atau BPR telah tersedia walaupun keberadaanya belum merata

3 Industri pengolahan ikan

Belum terdapat industri besar

Belum terdapat industri besar

Belum terdapat industri besar

Belum terdapat industri besar. namun sudah mulai berkembang industri kecil (rumahan). Industri ini belum sepenuhnya berjalan lancar, karena tidak didukung oleh jaringan pemasaran yang baik

4 Bank Tersedia satu bank umum, berupa: BRI Cabang

Tersedia dua bank Tersedia satu bank

Tersedia satu bank

5 Sarana saprokan

Fungsi pasar saprokan yang ada masih menjadi satu dengan pasar umum

Sudah terdapat saprokan, tetapi masih dikelola oleh swasta

-

Page 12: Tinjauan Kritis Terhadap Proses Penentuan Lokasi Minapolitan Di Kabupaten Banyumas

No

Jenis Infrastruktur Pendukung

Kawasan PemasaranSentra Kawasan

Pembenihan

Sentra Kawasan

Pembesaran

Sentra Kawasan Olahan

yang ada, yaitu di Kec. Ajibarang

6 Balai Benih Ikan

Berupa balai benih belum ada

Berupa balai benih, telah ada di Kec. Baturaden (BBI Pandak), Kec. Karanglewas (BBI Singasari) dan Kec. Sumbang (BBI Tambak sogra)

Belum terdapat di kawasan pembesaran

-

Sumber ; Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas tahun 2013-2018

5. Penentuan Kawasan Minapolis, Wilayah Sentra Produksi Utama, dan Wilayah Sentra Produksi pendukung.

Pada penetapan ketiga lokasi ini di Kawasan minapolitan Kabupaten Banyumas dibagi menjadi Kawasan pusat Pembenihan, Pembesaran, dan Pengolahan. a. Penentuan Kawasan Minapolis.

Pada perencanaan pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Banyumas tahun 2013-2018 di harapkan pada tiap-tiap lokasi baik itu pembenihan, pembesaran, maupun pengolahan memiliki kawasan minapolis sendiri agar memudahkan dalam melakukan pemasaran, mendapatkan sarana produksi yang dibutuhkan, dan mendapat pelayanan penyediaan lembaga keuangan mikro bagi petani ikan.

b. Wilayah setra produksi utama maupun pendukungPada Perencanaan tidak membagi kawasan menjadi kawasan produksi utama maupun pendukung. Melainkan hanya membagi berdasarkan kawasan pembenihan, pembesaran, dan pengolahan. Pada tiap-tiap kawasan memiliki produksi utama dan pendukung. Kecamatan yang sebelumnya sebagai kawasan

pengolahan direncanakan akan dapat berkembang menjadi kawasan pembesaran pula agar para pengolah hasil ikan tidak harus menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan bahan baku ikan. Selain itu kegiatan pemasaran ikan segar dan benih ikan dapat dilakukan langsung pada kawasan pembenihan dan kawasan pembesaran. Sedangkan untuk kawasan pengolahan menjadi bahan jadi atau bahan olahan.

LESSON LEARN