tetas ubah

57
I SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PENGGUNAAN MESIN TETAS Metoda Penetasan Pengeraman/Penetasan Secara Alami Untuk beberapa sepecies unggas, pengeraman/penetasan dengan cara ini masih digunakan. Untuk ayam, kalkun, dan puyuh penetasan digunakan mesin tetas, khususnya untuk telur tetas yang diproduksi secara komersial. Keuntungan penetasan dengan mesin tetas adalah : Lebih praktis dan jumlah lebih banyak Pencegahan penyakit yang dapat ditularkan melalui telur dapat dilakukan secara lebih baik. Upah buruh dapat lebih murah Forced Natural Incubation Berbagai usaha telah dilakukan untuk memaksa unggas jantan dan betina untuk mengerami telur. Untuk mengerami dapat digunakan ayam, kalkun dan itik manila (entog). Sejarah Tahun 1813 Bose melaporkan cara-cara/teknik yang dikembangkan oleh Mademoiselle Partebois. Digunakan ayam jantan dan betina untuk mengerami sejumlah telur pada suatu sarang yang sedemikian sempit dan terutup, sehingga ayam tidak bisa bergerak dan sarang disimpan di tempat yang gelap. Penggunaan ayam betina, bebek, dan kalkun lebih mudah dipaksa. Untuk jantan perlu pemaksaan lebih lama supaya bisa mengerami. Penggunaan jantan dan betina yaitu + 3 kali periode penetasan. Tahun 1867 Di perancis yang dilaporkan Geyelin hampir sama caranya dengan yang dilaporkan Bose, terutama digunakan kalkun sebagai mesin penetas, cara tersebut dikenal dengan cara Living Hatching Machine. Teknologi Penetasan 1

Upload: rinaldynoor28

Post on 19-Jan-2016

407 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tetas Ubah

I SEJARAH PERKEMBANGAN DAN

PENGGUNAAN MESIN TETAS

Metoda Penetasan Pengeraman/Penetasan Secara Alami• Untuk beberapa sepecies unggas, pengeraman/penetasan dengan cara ini masih

digunakan. • Untuk ayam, kalkun, dan puyuh penetasan digunakan mesin tetas, khususnya untuk

telur tetas yang diproduksi secara komersial. Keuntungan penetasan dengan mesin tetas adalah : • Lebih praktis dan jumlah lebih banyak • Pencegahan penyakit yang dapat ditularkan melalui telur dapat dilakukan secara

lebih baik. • Upah buruh dapat lebih murah Forced Natural Incubation• Berbagai usaha telah dilakukan untuk memaksa unggas jantan dan betina untuk

mengerami telur. • Untuk mengerami dapat digunakan ayam, kalkun dan itik manila (entog). Sejarah Tahun 1813• Bose melaporkan cara-cara/teknik yang dikembangkan oleh Mademoiselle

Partebois. • Digunakan ayam jantan dan betina untuk mengerami sejumlah telur pada suatu

sarang yang sedemikian sempit dan terutup, sehingga ayam tidak bisa bergerak dan sarang disimpan di tempat yang gelap.

• Penggunaan ayam betina, bebek, dan kalkun lebih mudah dipaksa. • Untuk jantan perlu pemaksaan lebih lama supaya bisa mengerami. • Penggunaan jantan dan betina yaitu + 3 kali periode penetasan. Tahun 1867 • Di perancis yang dilaporkan Geyelin hampir sama caranya dengan yang dilaporkan

Bose, terutama digunakan kalkun sebagai mesin penetas, cara tersebut dikenal dengan cara Living Hatching Machine.

Teknologi Penetasan 1

Page 2: Tetas Ubah

• Prosedur : Kalkun betina dimasukkan dalam sarang di dalamnya diisi telur-telur buatan

(Plaster of Paris Eggs), sesudah 48 jam telur buatan diganti oleh + 24 butir telur tetas. Setiap hari kalkun dipaksa makan dan sarang dibersihkan.

Anak ayam dikeluarkan segera setelah keluar dari kerabang dan selanjutnya telur tetas yang baru dimasukkan.

Setiap kalkun dapat digunakan 3-6 bulan. Indonesia • Secara tradisional di daerah Subang, Indramayu banyak digunakan penetasan itik,

dengan menggunakan itik manila betina. • Digunakan itik manila betina yang telah bertelur dan telurnya diganti dengan telur-

telur itik. • Setiap pengeraman dapat berisi 20-25 butir telur itik. • Disediakan makan, entog setiap saat dapat keluar untuk makan. • Penggunaan entog dapat 2-3 tahun terus menerus mengerami telur tergantung

kondisi. Pengeraman/Penetasan Melalui Mesin Tetas• Mesin tetas buatan untuk menetaskan telur telah digunakan ribuan tahun yang lalu

dari yang sederhana hingga berkembang menjadi mesin-mesin tetas modern yang ada dewasa ini.

• Mesin tetas buatan di Mesir dan Cina mulai digunakan digunakan lebih dari 2000 tahun.

Mesir• Aristoteles menulis bahwa pada 400 SM telah melakukan penetasan dengan jalan

mengubur ke dalam timbunan kotoran hewan. • Di Mesir juga terdapat metode/cara penetasan mengunakan Hatching Oven atau

Manal-el-Firakh, ini merupakan mesin tetas yang kapasitasnya + 90.000 butir. Mesin tetas ini dilakukan melalui suatu bangunan dengan bahan konstruksi batu bata dibagi-bagi dalam ruangan-ruangan. Tidak ada kontrol otomatis, pengujian suhu di oven dilakukan berdasarkan perasaan melalui sentuhan. Mereka bekerja dengan hukum biaya yaitu 2 ekor anak ayam dikembalikan kepada peternak untuk setiap 3 butir telur tetas yang ditetaskan. Ruang pemanasnya disebut Beit-el-Nar.

Teknologi Penetasan 2

Page 3: Tetas Ubah

China • Pernah juga dikembangkan penetasan yang memanfaatkan dekomposisi/fermentasi

kotoran (Hot-Bed-Method), sebagai sumber pemanas mesin tetas. • Dikembangkan juga suatu metode penetasan yang menggunakan pemanasan batu

bara. Mesin tetas ini telah digunakan + 246 SM dan menyebar serta digunakan di Asia Tenggara dan Philipina.

• Dengan mesin tetas ini, mempunyai daya tetas 95-98 % (dari fertilitas 5-25 %). Eropa-Amerika• Tahun 1750 Reamur membuat mesin tetas degan menggunakan sumber pemanas

dari fermentasi kotoran kuda. Hal ini dilakukan, karena terkesan bahwa di Australia ada burung Leipoa ocellata yang menetaskan telurnya menggunakan sarang dari daun-daunan dan dikubur dipasir, sehingga terjadi panas dan timbul fermentasi.

• Tahun 1770 John Champion, menetaskan telur-telur dalam kamar yang dialiri oleh udara panas.

• Tahun 1777 Bonneman (ahli fisika bangsa Perancis), semacam Hatching Oven dengan sumber pemanas sirkulasi air panas.

• Tahun 1884 mesin tetas pertama dibuat di AS, sumber pemanas air panas. • Tahun 1895 Charles A Cyphers, di AS dibuat Mamoth Incubator, kapasitas

20.000 butir telur bebek dan merupakan Room Type Incubator. • Tahun 1918 Dr. S.B. Smith pertama membuat Forced draft Incubator. • Tahun 1923 The Petersine Incubator Company membuat mesin tetas yang

pertama kali memanfaatkan sumber pemanas listrik. INDONESIASecara tradisional menetaskan itik di Bali menggunakan sumber pemanas dari gabah yang dipanaskan dahulu.

Perkembangan Peralatan Mesin Tetas dan Pengontrolannya • Yang terutama dikembangkan adalah untuk mengatur/mengukur suhu, kelembaban,

ventilasi dan pemutaran telur. Kontrol Suhu• Metoda tradisional, berdasarkan perasaan melalui tangan ditempelkan pada kulit

tubuh (kelopak mata, kening)

Teknologi Penetasan 3

Page 4: Tetas Ubah

• Metode Mesir/China, membandingkan suhu mesin tetas dengan telur tetas melalui sentuhan pada kulit.

• Cornelis Drebble (1572-1633) ahli mekanik Jerman, membuat peralatan incubator dengan pemanasan air panas dan menggunakan thermostat yang menggunakan campuran alkohol dan air raksa.

• Robert Hooke (1677) orang Inggris, menggunakan sistem “Self Regulating lamp” yang digunakan pada penetasan telur.

• Bonnemain (1783), membuat thermostat dari campuran besi dan kuningan. • Sejak tahun 1900, pembuatan kontrol temperatur telah berkembang sedemikian rupa

sehingga diperoleh yang lebih canggih dan praktis. Kontrol Kelembaban• Perkembangan alat-alat yang diperlukan untuk mengontrol/mengukur kelembaban

di dalam mesin tetas setelah tahun 1900. • Penemuan hygrometer (abad 17) digunakan secara meluas termasuk pada mesin

tetas. • Dewasa ini dalam prakteknya umum dilakukan pengontrolan kelembaban yang

bergabung dengan suhu yaitu dry and wet bulb. • Dry and wet bulb tersebut menggunakan 2 thermometer yang satu dibungkus oleh

suatu bahan seperti sumbu yang dibasahi. Cara kerjanya adalah perbedaan antara kedua thermometer tersebut dapat diperhitungkan berapa kelembabannya.

Macam-Macam Mesin Tetas Design • Peti melingkar, perlengkapan sederhana (design tidak rumit) atau table type • Lemari dan ruangan, perlengkapan lengkap dan serba otomatis (design rumit) BesarDari mulai kapasitas 20 butir sampai dengan puluhan ribu butir. Sumber Pemanas• Air panas, batu bara, minyak tanah, gas, listrik. • Dewasa ini lebih populer menggunakan sumber pemanas dari listrik Cara Pemanasan• Radiasi panas langsung dari sumber pemanas

Contoh : listrik

Teknologi Penetasan 4

Page 5: Tetas Ubah

• Radiasi panas tak langsung dari sumber pemanas Contoh : pipa dialiri ai panas, pipa dialiri udara panas

Ventilasi• Mekanis, dengan kipas (Forced Draft Incubator) • Non mekanis, lubang-lubang pada mesin tetas (Still Air Machine) Supply Kelembaban• Menggunakan bak air • Menggunakan alat khusus pembuat kelembaban Peletakkan Telur Pada Tray (bak telur) • Horizontal (Flat Type Incubator) • Vertikal (Forced Draft Incubator) Jumlah/Keadaan Ruangan Dalam Mesin Tetas• Ada beberapa ruangan dalam satu mesin (Section Type Incubator) • Hanya ada satu ruangan (Cabinet Type atau Room Type Incubator) Keadaan Setter (pengeraman) dan Hatcher (penetasan)• Disatukan • Dipisahkan Room Incubator/Walking Incubator • Merupakan kamar, oarang bekerja didalamnya. • Prinsipnya setting, hatching, turning disatukan. Keuntungan : • Lebih memanfaatkan luas ruangan • Pekerjaan lebih praktis

• Menghemat biaya

Teknologi Penetasan 5

Page 6: Tetas Ubah

II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PENETASAN

Fertilitas : Prosentase telur yang fertil dari sejumlah telur yang dieramkan. Daya Tetas : Prosentase telur yang menetas dari sejumlah telur yang dieramkan. Prosentase telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertil. Fertilisasi• Fertilitas ada kaitannya dengan fertilisasi. Fetilisasi terjadi di Infundibulum, + 15

menit setelah ovulasi. • Sperma bergerak di oviduct akan tergantung pada motilitas pergerakan cilia oviduct,

adanya antiperistaltik, ada atau tidaknya telur di oviduct. • Sperma akan dibawa ke tempat yang disebut uterovaginal dan infundibular storage

gland dibagian infundibulum. Bila tidak ada telur dalam oviduct, pergerakan tersebut memakan waktu 30 menit.

• Dalam jangka waktu 15 menit setelah ovulasi, beberapa sperma menemukan jalan ke arah daerah pronucleus pada permukaan yolk, 3-4 sperma bisa masuk, tapi hanya satu yang bergabung dengan ovum membentuk zygote.

• IB pada ayam sebaiknya dilakukan malam hari, karena ada kaitannya dengan jalannya sperma.

Fertilitas• Cara penentuan fertilitas dilakukan secara candling, tetapi cara ini adalah penentuan

secara kasar, karena dilihat dari luar sering terjadi kesalahan. • Karena tidak jelas terlihat, akibat warna kerabang telur coklat. • Embryo yang mati pada periode awal tidak akan terlihat melalui candling, dan telur

tetas tersebut dikategorikan fertil. • Jadi yang pasti telur dipecahkan, tetapi secara komersial tidak praktis. Candling : Hari 5 -7 pengujian fertilitas, embryo mati Hari 18 kematian embryo Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas

1. Kualitas Sperma

Teknologi Penetasan 6

Page 7: Tetas Ubah

• Jantan dengan sperma yang baik akan menghasilkan fertilitas yang tinggi. • Pencahayaan penting untuk pejantan minimal 12 jam/hari. • Sperma yang diejakulasikan pertama yaitu + 1,0 cc • Sperma yang diejakulasikan setelah beberapa kali kawin yaitu + 0,5 cc • Dengan perkawinan yang terus menerus, volume semen dan jumlah sperma

menurun.

2. Ransum• Penting untuk produksi sperma oleh karena itu ransum harus lengkap akan zat-

zat makanan dengan jumlah yang cukup. • Terlalu lama ransum kekurangan vitamin E maka akan menyebabkan testes

atropi. • Rectricted feeding yang terlalu berat pada jantan akan menurunkan produksi

sperma dan daya membuahi (fertilitas) menurun.

3. Hormon• Dari hasil penelitian pembuangan pituitary/kelenjar hypopyse akan

menyebabkan testes atropi dan produksi sperma berhenti. • Bila jantan disuntik dengan ekstrak kelenjar tersebut maka produksi sperma

berjalan lagi dan fertilias meningkat. • Bila disuntik dengan thiouracil maka aktivitas kelenjar tyroid diblokir akibatnya

fertilitas (daya membuahi) turun. 4. Umur

• Fertlitas maksimum terjadi pada tahun pertama produksi. • Fertilitas dapat terjadi pada perkawinan jantan dan betina umur 10 minggu,

tetapi yang terbaik bila umur jantan lebih dari 6 bulan. 5. Sifat Produksi Telur

• Produksi telur meningkat maka fertilitas akan meningkat. 6. Preferential Mating

• yaitu sifat memilih pasangan. • Pergantian pejantan dari sekelompok betina dapat meningkatkan fertilitas. • Preferential mating ini kadang-kadang menyebabkan fertilitas rendah karena

pada gena-gena tertentu jika berpasangan akan menyebabkan fertilitas rendah. Untuk itu caa menghindarinya ganti pejantan.

Teknologi Penetasan 7

Page 8: Tetas Ubah

• Preferential mating ini berhubungan dengan Peck Order. 7. Suhu atau Musim

• Suhu yang rendah akan menghambat aktivitas testes yang akan menyebabkan mengurangi fertilitas.

• Temperatur optimum untuk jantan dan betina + 66 oF (19 oC). • Di luar negeri pada musim spring fertilitas tinggi, sedangkan pada musim

summer fertilitas rendah.

8. Keturunan• Pada setiap strain dan bangsa terdapat fertilitas yang berbeda. • Indikasi pengaruh keturunan terhadap fertlitas adalah kecil.

9. Peck Order Mempengaruhi fertilitas.

10. Inseminasi Buatan• Sering digunakan pada kalkun karena badannya besar sehingga sulit

mengadakan kopulasi. Dengan AI (artificial inssemination) akan meningkatkan fertilitas.

• Untuk ayam broiler AI kadang-kadang digunakan. • Semen dikeluarkan dengan cara pemijatan hasilnya dilarutkan dengan cairan

khusus. • Dosis IB + 0,025 - 0,035 cc ke dalam ovary sedalam 1 - 2 inchi (2,5 - 5 cm)

tergantung besar ayam. Pada Unggas • Semen harus dalam bentuk segar (tidak mengalami penyimpanan). • Inseminasi harus diulang setiap hari selama 5 -7 hari, untuk menjaga agar

fertilitas yang optimum. • Semen unggas sulit untuk disimpan karena mempengaruhi kualitas semen. • Pengambilan semen pada pejantan sebaiknya 3 kali/minggu, walaupun bisa

setiap hari namun volume semen akan sedikit. • Koleksi semen pada pagi hari menghasilkan volume semen lebih banyak, lebih

baik kualitasnya dan konsentrasi sperma daripada koleksi sore hari. • Pelaksanaan IB sebaiknya pada malam hari. Hasil pagi dan sore hari relatif

sama akan tetapi lebih rendah daripada malam hari.

Teknologi Penetasan 8

Page 9: Tetas Ubah

11. Perbandingan Jantan dan Betina • Terlalu banyak atau sedikit pejantan dalam flock betina akan mempengaruhi

fertilitas. • Ratio jantan dan betina yang tepat tergantung tipe dan besar. • Berdasarkan penelitian bahwa jumlah pejantan harus lebih banyak pada

kandang dengan alas slat atau slat dan wire daripada alas litter. • Ratio jantan dan betina tidak berpengaruh terhadap frekuensi perkawinan.. • Sebagai dasar sex ratio yaitu perbandingan 1 pejantan dengan beberapa ekor

induk betina, namun dewasa ini kebanyak menggunakan per 100 ekor betina untuk beberapa pejantan.

Tabel Sex Ratio pada Unggas

Tipe/Jenis Unggas Sex Ratio (Jantan : Betina)

Jumlah Jantan Per 100 ekor betina

Tipe petelur ringan (Leghorn) 1 : 6 5 - 6 Tipe petelur medium (Plymounthrock) 1 : 5 6 - 7 Tipe pedaging 1 : 4 Puyuh Bibit 1 : 2 Itik Petelur 1 : 6 - 8 Merpati 1 : 1 Ayam Buras 1 : 6

Tabel Sex Ratio pada Ayam Ras Male Mating Female

Mating Mating Produces Sex Ratio

(Male/100 Female) Litter Slat or slat

and litter Mini Leghorn Standard

Leghorn Commercial Mini Leghorn Pullet

8 9

Standard Leghorn

Standard Leghorn

Commercial Standard Leghorn Pullet

8 9

Medium Medium Commercial Medium Pullet

9 10

Teknologi Penetasan 9

Page 10: Tetas Ubah

Standard Meat Type

Standard Meat Type

Commercial Broiler 10 11

Standard Meat Type

Mini Meat Type

Commercial Broiler 10 11

Reproduksi Jantan• Setiap ejakulasi hasilnya bervariasi antara 0,1 - 1,0 cc, yang didalamnya

terkandung jutaan sperma. Jumlah ini bisa berkurang bila suhu terlalu tinggi, oleh karena itu musim kemarau dan di dataran rendah merupakan masalah.

• Pejantan mampu kawin 10 - 30 kali/hari tergantung : persaingan jumlah betina social order suhu cahaya

• Pejantan mungkin saja kawin dengan beberapa kali/hari dengan betina yang

sama, karena perkawinan lebih sering terjadi dengan betina middle social order daripada dengan social yang lebih tinggi atau rendah.

12. Jangka waktu pemasukan pejantan ke dalam flock sampai dimulainya koleksi

telur tetas • 24 jam setelah pejantan masuk sudah diperoleh telur yang fertil (masih rendah). • Fertilitas yang tinggi dicapai setelah pejantan 2 minggu di dalam flock. • Pengeluaran pejantan dari flock akan terjadi penurunan fertilitas setiap harinya,

dan penurunan akan cepat setelah pejantan dikeluarkan 4 - 5 hari. • Pada ayam setelah 3 minggu dari dikeluarkannya pejantan, telur tidak ada yang

fertil sedangkan pada kalkun setelah 6 minggu.

13. Pemakaian RangeBisa meningkatkan fertilitas karena memberi kesempatan pada pejantan dan betina yang tadinya sulit mengadakan perkawinan. Selain itu kesehatan ayam lebih baik.

14. Sistem PerkawinanStud mating : 1 pejantan : 1 betina Pen mating : 1 pejantan : sejumlah betina ( 1 : 10) Mass mating : sejumlah pejantan : sejumlah betina

Teknologi Penetasan 10

Page 11: Tetas Ubah

Dengan mass mating fertilitas lebih tinggi daripada pen mating, karena dipengaruhi oleh preferential mating dan peck order

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Tetas Berbagai faktor akan berpengaruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas diantaranya juga akan berpengaruh terhadap daya tetas. Bila daya tetas berdasarkan telur yang fertil maka terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi daya tetas yaitu : • Faktor-faktor yang termasuk mempertahankan kualitas telur tetas. • Pengelolaan mesin tetas • Penyakit dan program pencegahan 1. Breeding/Keturunan/Perkawinan

• Inbreding yang terus menerus tanpa seleksi yang intensif akan menurunkan daya tetas

• Cross dan Inn\cross Breeding akan meningkatkan daya tetas • Lethal dan semilethal akan menurunkan daya tetas. • Lethal gen pada ayam ada 19, sedangkan pada kalkun 3. • Contoh semilethal yaitu paru bengkok (parrot) bisa mati jika lingkungan tidak

menunjang. 2. Produksi Telur Induk

• Berproduksi tinggi akan mempunyai daya tetas yang tinggi • Produksi dengan clutch yang panjang maka daya tetasnya tinggi. • Telur tetas akhir clutch daya tetasnya lebih baik daripada awal clutch

3. Umur

• Daya tetas yang paling tinggi yaitu pada tahun pertama produksi. • Telur yang mula-mula ditelurkan tidak akan menetas dengan baik. • Telur tetas yang dihasilkan 2-3 minggu peneluran tidak boleh ditetaskan, karena

akan menghasilkan daya tetas yang rendah, pertumbuhan jelek dan telur kecil. • Secara normal daya tetas meningkat dari mulai saatnya telur dapat disetting

sampai berproduksi Secara normal daya tetas meningkat dari mulai saatnya telur dapat disetting sampai berproduksi + 12-40 minggu, sesudah itu secara gradual menurun.

Teknologi Penetasan 11

Page 12: Tetas Ubah

• Makin tua umur telur makin besar, kerabang makin tipis, selain itu telur yang besar lebih lama berada di oviduct sehingga memperpanjang periode preoviposital incubator period (perkembangan embryo yang berada dalam tubuh induk) sehingga daya tetas rendah.

• Telur tetas dari bibit yang tua lebih sering dikumpulkan dibandingkan dengan telur tetas dari bibit yang muda.

4. Management Flock

(a) Perbandingan jantan dan betina sama seperti pada fertilitas (b) Penggunaan range sama seperti pada fertilitas (c) Perkandangan

Temperatur yang ekstrim (panas/dingin) akan menyebabkan daya tetas turun. Bila temperatur tinggi usahakan koleksi telur sesering mungkin.

(d) Makanan Telur yang fertil merupakan suatu unit reproduksi yang lengkap, perlu semua zat-zat makanan yang diperlukan pertumbuhan embryo dan tersedia dalam ransum. Lamanya hidup dan keberhasilan perkembangan embryo tergantung pada kandungan zat-zat makanan yang terdapat di dalam telur. VitaminVitamin A • mempengaruhi pertumbuhan dan produksi telur • kekurangan vitamin A akan menurunkan daya tetas • banyak kematian pada 2-3 hari pengeraman • terjadi kegagalan pembentukan sistem peredaran darah yang normal Vitamin D • penting untuk metabolisme Ca dan P karena mempengaruhi kualitas

kerabang. Kerabang tipis akan menurunkan daya tetas. • Terjadi anak ayam yang kerdil, tulang lunak akibat dari defisiensi Ca pada

kerabang. Vitamin E • kematian yang tinggi 1-3 hari pengeraman • terjadi hemoragis pada circulatory system • exudative diathesis di mata

Teknologi Penetasan 12

Page 13: Tetas Ubah

Vitamin K • Untuk pembekuan darah • Hemoragis dan blood clots (gumpalan darah) pada embryo dan pembuluh-

pembuluh darah extra enbryonic

BB2 (Riboflavin) • Kematian yang tinggi hari 4-14 • Pada anak ayam akan terjadi oedema, clubbed down, curled toe paralysis,

kerdil dan pendek pada sayap dan kaki. Panthotenic acid • perbuluan abnormal • hemoragis sub cutan yang akan mengakibatkan dermatitis • pada anak ayam yang tidak menetas Piridoxin • penting untuk produksi telur dan daya tetas Biotin • daya tetas rendah • abnormalitas embryo : • terjadi pada selaput jari • tulang-tung pendek dan terputar • Parrot like beak • Slipped Tendon • Perosis • Banyak kematian hari 1-7 dan hari 18-21 pada pengeraman. Cholin • Penting untuk pertumbuhan dan daya tetas Nicotinie acid • Penting untuk produsksi telur dan daya tetas Folic acid • besar pengaruhnya terhadap daya tetas

Teknologi Penetasan 13

Page 14: Tetas Ubah

• gejala hampir sama dengan defisiensi biotin • kematian tinggi pada embryo pada hari 18-21 • memperpanjang saat menetas • anak ayam inferior BB12 • Banyak kepala berada diantara kaki • Oedema • Paruh pendek • curled toe • pertumbuhan otot buruk • mortalitas tinggi pada hari 8-14 Mineral Ca • daya tetas rendah • kaki pendek dan kaki kurus • sayap pendek • paruh dan kaki mudah dibengkokkan • dada menonjol P • mortalitas tinggi pada hari 14-18 • paruh dan kaki mudah dibengkokkan • daya tetas rendah Zn • pertulangan abnormal • sayap dan kaki bisa tidak ada Mn • mortalitas yang tinggi pada hari 18-21 • sayap dan kaki pendek • kepala abnormal • parrot beak • pertumbuhan dihambat • edema

Teknologi Penetasan 14

Page 15: Tetas Ubah

Se • Trace mineral, kalau kelebihan akan terjadi keracunan • kekurangan : • daya tetas rendah • exudative diathesis • cairan dibawah kulit

(e) Penyakit Berpengaruh terhadap daya tetas. Berbagai penyakit pada breeder flock akan mempengaruhi perkembangan embryo, daya tetas dan kualitas anak ayam. Penyakit-penyakit yang berpengaruh terhadap daya tetas : Pullorum disease New castle disease Arizona disease Avian encephalomyelitis Fowl typoid Mycoplasma gallisecticum Aspergillosis Mycoplasma synoviae Omphalitis Aflatoxis E. Coli infection Laryngo trachcitis Infections bronchitis

Pengaruh penyakit bisa langsung terhadap perkembangan embryo dan bisa tidak langsung. Pengaruh penyakit yang tidak langsung yaitu ND dan IB, yang akan mempengaruhi bentuk telur dan kerabang tipis/porous (cairan banyak keluar) sehingga akan menyebabkan daya tetas menurun.

Teknologi Penetasan 15

Page 16: Tetas Ubah

III MEMPERTAHANKAN KUALITAS TELUR

Mempertahankan potensi daya tetas dari telur-telur yang baru saja dihasilkan sangat penting. Berbagai kejadian dapat mempengaruhi telur tetas sampai saatnya akan ditetaskan. Kesalahan pengelolaan penetasan sering menyebabkan menurunnya kualitas telur tetas. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi potensi daya tetas tersebut yaitu : 1. Mempertahankan Kualitas Telur Dikandang a. Bahan alas pada kandang Sering telur pecah dan kotor/noda akibat bahan alas kandang kurang baik, alas

yang kotor dan basah. . Bahan alas kandang harus : - mudah menyerap - tahan lama - tidak mudah terhambur - tidak berdebu - empuk - mudah didapat - murah misal : kulit kacang, kulit gabah, serbuk gergaji, tahi gergaji, tongkol jagung, dan bekas karpet.

Penggunaan lantai sarang dari kawat akan menimbulkan telur pecah/retak meningkat dan telur terlalu cepat dingin kalau dibandingkan dengan penggunaan litter maka daya tetas rendah.

b. Floor Egg Yaitu telur yang jatuh disembarang tempat (tidak disarang) untuk itu unggas harus

dilatih agar tetap bertelur disarang. c. Pengumpulan Telur Tetas (collecting) Secara normal 4 kali sehari. Bila suhu lingkungan tinggi 5-6 kali sehari.

Teknologi Penetasan 16

Page 17: Tetas Ubah

Bila suhu tidak optimum akan melemahkan embryo. Sebetulnya lebih sering pengumpulan lebih baik, karena mengurangi telur pecah dan memelihara potensi daya tetas.

d. Penutupan Sarang Pada Malam Hari

Cegah ayam tidur di sarang pada malam hari dengan cara menutup sarang. Pagi-pagi sarang cepat dibuka, agar ayam tetap bertelur disarang kebanyakan

ayam bertelur pagi hari. e. Egg Container (tempat telur)

• Telur tetas perlu didinginkan secara bertahap dan jangan mendadak. Gunakan tempat yang baik seperti egg flats/egg trays. Dalam egg container bisa digunakan peti karton.

• Pisahkan/keluarkan telur tetas yang tidak memenuhi syarat yaitu terlalu besar/kecil atau retak/pecah.

• Plastic flats lebih baik daripada fiber flats. • Penggunaan keranjang telur tidak dianjurkan. • Corrugatea Cardboard Egg Cages yaitu peti karton yang permukaannya

bergelombang atau tidak rata. Bagian samping berlubang dengan diameter 5 cm untuk aliran udara.

• Plastic Incubator Trays yaitu rak-rak telur pada mesin tetas. • Banyak rak telur dari bahan plastik yang bisa digunakan di dalam mesin teats

oleh karena itu tidak perlu menambah pekerjaan atau tak perlu memindahkan telur tetas.

2. Pengangkutan Telur Tetas

• Breeding fram jaraknya jauh dari tempat penetasan oleh karena itu perlu transportasi yang baik.

• Telur hendaknya dimasukkan ke dalam peti yang di dalamnya mengandung flats (egg tray), atau flats and fillers (potongan-potongan kertas).

• Peti hendaknya disusun pada rak-rak dan diatur supaya aliran udara dapat berjalan lancar.

• Bila jarak cukup jauh perlu temperatur yang optimum + 65o F (18o C) dengan kelembaban 75-80 %.

• Hindarkan goncangan-goncangan yang terlalu keras.

Teknologi Penetasan 17

Page 18: Tetas Ubah

3. Seleksi Telur Tetas dan Daya Tetas A. Bobot Telur

• Bobot telur terlalu berat atau kecil dan double yolk, daya tetas rendah dibandingkan dengan bobot normal.

• Bobot minimum 22-24 oz/dozen (52.0 - 56.7 gr/butir). Bobot anak ayam ada kaitan dengan bobot telur.

• Bobot telur yang ideal : - Ayam : 55 - 65 gr (+ 23 - 28 oz/dozen) - Itik : 65 - 75 gr - Puyuh : 10 gr

B. Bentuk Telur• Bentuk telur yang baik adalah ovoid (tidak bulat dan tidak lonjong). Bentuk

terlalu lonjong atau terlalu bulat, maka daya tetas rendah. Bentuk telur berhubungan dengan keturunan tetapi dapat diperbaiki melalui seleksi.

• Telur yang abnormal daya tetasnya rendah.

Daya Tetas Telur Yang Tidak Normal

Fertilitas Daya Tetas (%) Fertil Egg (%) All Egg (%)

Normal Egg 82.3 87.2 71.7 Small Checks 74.6 52.3 39.7 Mishappen Eggs 69.1 48.9 33.8 Poor Shells 72.5 47.3 34.3 Loose Air Cells 72.3 32.4 23.4 Misplaced Air Cells 81.1 68.1 53.2 Large Blood Spots 79.7 71.5 56.3

C. Warna Telur

• Bisa menyebabkan perbedaan daya tetas. • Warna yang lebih gelap dapat menghasilkan daya tetas lebih tinggi. • Biasanya pada ayam dengan warna kerabang lebih gelap daya tetasnya lebih

tinggi, sedangkan pada itik sebaliknya. Namun demikian ayam dengan warna kerabang light brown tidak berarti daya tetasnya rendah, karena harus diingat faktor dari keturunan.

Teknologi Penetasan 18

Page 19: Tetas Ubah

Pengaruh Warna Kerabang Telur terhadap Daya Tetas

Warna Daya Tetas (dari yang fertil)

Daya tetas (dari semua telur)

Very Light Brown 71.1 64.1 Light Brown 76.1 66.9 Medium Brown 78.9 70.5 Medium Dark Brown 81.8 76.0 Dark Brown 81.8 74.5 Very Dark Brown 84.1 72.1

D. Kualitas Kerabang

• Keriput, tipis, porus, daya tetas kurang baik. Hal ini dipengaruhi faktor genetik, makanan, suhu lingkungan dan penyakit.

• Ketebalan yang baik untuk ayam ras yaitu 0,33 – 0,35 mm.

E. Kualitas Interior• Adanya blood/meat spot, bubbly air cell (bergelembung), tremulous air cell

(bergerak), waterry white (encer) maka daya tetas rendah bila dibandingkan dengan yang normal.

• HU (Haugh Unit) tinggi, maka daya tetas tinggi. Jadi ada kaitannya dengan kekentalan putih telur. Bila dicandling telur yang gambaran yolknya kurang jelas maka daya tetas lebih tinggi 10-15 % daripada gambaran yolk yang jelas.

4. Pengelolaan Telur Tetas Sebelum Dieramkan

• Telur sering dikumpulkan terlebih dahulu untuk memenuhi kapasitas mesin tetas. Yang penting telur yang sudah disimpan 1-2 minggu setelah ditelurkan jangan dieramkan. Untuk itu perlu pengelolaan sebelum dieramkan. Pertama yang harus diperhatikan : Embryonic Treshold / Physiological Zero.

• Treshold adalah suatu tingkatan suhu dimana jika lebih, embryo berkembang, tetapi jika suhu kurang perkembangan embryo terhenti. Suhu treshold + 75 oF (23,9o C).

Teknologi Penetasan 19

Page 20: Tetas Ubah

• Dalam konteks ini jika kita tahu temperatur forced draft incubator dibutuhkan suhu optimum untuk perkembangan embryo 99,5o F (37,5o C), tidak berarti bahwa bila suhunya dibawahnya maka embryo tidak berkembang. Suhu optimum mesin tetas tergantung perusahaan pembuat mesin tetas.

Suhu Ruangan Penyimpanan• Suhu yang baik untuk penyimpanan 65o F (18.3o C), embryo berhenti

berkembang. • Dalam penyimpanan, jika temperatur terlalu tinggi/rendah, maka daya tetas

rendah. Jika telur tetas masih baru hendaknya segera didinginkan pada suhu di bawah treshold embryonic development dan temperatur tersebut dipertahanklan sampai dekat dengan saatnya untuk dieramkan (setting).

• Suhu 55o - 60o F adalah untuk penyimpanan 1-7 hari. • Suhu 45o - 55o F adalah untuk penyimpanan 8-13 hari. • Suhu 51o F (10.5o C) adalah untuk penyimpanan lebih dari 14 hari. • Suhu penyimpanan secara umum < 65o F (fase dormant) • Suhu kamar adalah + 3 hari penyimpanan dengan kelembaban 75-80%. • Pengaruh yang buruk akan jelas terlihat bila telur tetas disimpan < 45 oF atau >

65 oF, dan bila disimpan lebih dari 7 hari dibandingkan dengan telur tetas yang disimpan kurang dari 7 hari.

• Bila temperatur 32 oF maka daya tetas menurun setelah penyimpanan 2 hari, dan setelah 5 - 6 hari telur tak ada yang menetas.

Hasil Penelitian

• Temperatur ruangan penyimpanan hendaknya 65 oF (18,3 oC), untuk menghentikan sama sekali perkembangan embryo.

• Bila setting dilakukan dengan interval 14 hari maka daya tetas akan turun bila temperatur sedikit dibawah 65 oF.

• Bila disimpan lebih dari 14 hari dengan temperatur 51 oF (10,5 oC) maka akan memberikan daya tetas yang lebih baik. (North, 1984)

• Menurut Nesheim et al (1974) penyimpanan telur tetas sampai 1 minggu dengan suhu 59 - 60 oF dan akan lebih lama dibandingkan suhu 50 - 55 oF.

Cara Penurunan Temperatur Telur Selama PenyimpananDirekomendasikan 65 oF (18,3 oC) sebelum dieramkan, tetapi penurunan suhu tersebut harus bertahap, yaitu dalam beberapa jam untuk menjaga daya hidup embryo.

Teknologi Penetasan 20

Page 21: Tetas Ubah

Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Daya Tetas • Dengan temperatur 65 oF (18,3 oC) embrionic development maka perkembangan

embryo terhenti sama sekali, tetapi daya tetas menurun untuk setiap hari penambahan lama penyimpanan.

• Telur tetas akan menurun daya tetasnya bila disimpan terlalu lama, walaupun penyimpanan pada suhu treshold, semakin lama penyimpanan semakin tinggi penurunan daya tetas.

• Penyimpanan pada : o 1-5 hari, pengaruhnya tidak begitu jelas terhadap penurunan daya tetas dan

kualitas anak ayam.. o Lebih dari 5 hari, penurunan jelas terlihat, yaitu daya tetas menurun untuk

setiap hari penambahan lama penyimpanan. • Lama penyimpanan juga berpengaruh terhadap jangka waktu menetas, sehingga

ada dalil sebagai berikut : “Setiap penambahan 1 hari dari 4 hari penyimpanan, daya tetas akan turun sebesar 4%, sedangkan jangka waktu menetas bertambah 30 menit”.

• Yang langsung dieramkan daya tetasnya lebih rendah daipada yang telah disimpan 1-4 hari.

Tabel Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Daya Tetas dan Jangka waktu Menetas

Lama Penyimpanan Daya Tetas (dari telur fertil) (%)

Penamabahan Jangka Waktu Menetas (Jam)

1 88 0,0 4 87 0,7 7 79 1,8 10 68 3,2 13 56 4,6 16 44 6,3 19 30 8,0 22 26 9,7 25 0 11,8

Kelembaban Ruangan Penyimpanan• Cairan/isi telur secara kontinu berkurang akibat evaporasi selama penyimpanan

dan kecepatannya tergantung pada kelembaban.

Teknologi Penetasan 21

Page 22: Tetas Ubah

• Untuk dapat secara sempurna mencegah evaporasi tidak praktis karena : o RH (kelembaban) melalui cara tersebut (komersial) akan meningkat. o Peti karton menjadi basah dan mudah robek o Merupakan problem yaitu pertumbuhan jamur.

• Sebaiknya RH antara 75-80% dapat mengurangi evaporasi dan tidak banyak menyebabkan kerusakan atau perubahan pada telur.

Posisi Telur

• Telur secara umum dieramkan dengan bagian runcing di bagian bawah, untuk menjaga supaya ruang udara secara normal pada posisinya.

• Bila ujung runcing di atas, tekanan rongga udara (tumpul) besar yang sering menyebabkan Tremulous Air Cell (Bubbly air cell) yaitu terdapat gelembung-gelembung dalam telur akibat perpindahan dari rongga udara, sehingga embryo/paruh lebih sulit mencari rongga udara dan kemungkinan telur pecah lebih banyak, bila rongga tersebut tertekan.

• Telur hendaknya disimpan pada tempat yang teguh sehingga tidak mudah goyang.

Pemutaran Telur Dalam Penyimpanan Bila penyimpanan lebih dari satu minggu maka telur perlu diputar dan sudut

pemutaran adalah 90o. Untuk mendapatkan sudut 90o pengganjalan sebaiknya 25 cm tingginya.

Pengembunan Pada Kerabang (Sweating/berkeringat)Sweating (pengembunan) disebabkan oleh perubahan suhu dingin ke suhu yang lebih tinggi, yaitu dari tempat penyimpanan yang dingin (suhu rendah) ke ruangan yang bertemperatur tinggi, maka akan timbul pengembunan pada kerabang. Bahaya sweating : • Aktivitas mikroorganisme meningkat, kontaminasi tinggi. • telur tetas mudah kotor • menyulitkan penanganan (pengelolaan sulit)

Usaha pencegahan sweating : • Dengan cara penurunan kelembaban (sulit dan tidak praktis), umumnya cara

yang biasa dilakukan dan lebih baik adalah dengan meningkatkan suhu ruangan penyimpanan, yaitu dengan preincubation/burning up (pemanasan sebelum

Teknologi Penetasan 22

Page 23: Tetas Ubah

dieramkan), sehingga kelembaban akan turun dan menurunkan terjadinya peristiwa pengembunan. Adanya sweating, akan menurunkan daya tetas.

• Lama penyimpanan telur tetas dapat mempengaruhi kualitas anak ayam dan bobot tetas broiler.

• Telur tetas dari bibit muda bisa disimpan lebih lama daripada telur tetas dari bibit tua, karena kualitas telur tetas berbeda.

• Telur tetas dari bibit tua harus segera dieramkan setelah ditelurkan.

Kebersihan Telur Tetas Sebaiknya telur yang ditetaskan adalah telur yang bersih. Telur yang kotor terutama

untuk kotoran di bagian yang tumpul maka akan menurunkan daya tetas atau tidak menetas, karena udara dari luar terhalang.

Untuk telur tetas sebaiknya dipilih yang bersih saja, yang kotor jangan ditetaskan tetapi kalau perlu : • bersihkan secara kering dengan kertas, jerami, dll. • bisa dicuci dengan desinfektan/egg washer, tetapi cara ini kurang dianjurkan

karena penambahan biaya dan tenaga.

Prinsip bahan pencuci : • mengandung bahan pembunuh mikroorganisma tetapi tidak membunuh/

mempengaruhi perkembangan embryo. • pencucian dilakukan pada suhu + 40 oC (40,5 – 43,3 oC) (cairan hangat-hangat

kuku) • setelah pencucian keringkan dahulu sebelum disimpan. Cara pencucian yaitu : • Dipping sambil digoyang-goyang • Ada yang otomatis

Kerugian pencucian terhadap daya tetas : Pada pencucian telur tetas, biasanya lapisan cuticle/cairan bloom untuk menutup

pori-pori, besar kemungkinan terangkat sehingga pori-pori terbuka, akibatnya : - evaporasi lebih cepat/lebih mudah - mikroorganisma lebih mudah masuk bila ada infeksi. 5. Sistem Grading dan Trying Telur Tetas

Teknologi Penetasan 23

Page 24: Tetas Ubah

• Termasuk unsur penting dalam mempertahankan kualitas telur tetas, karena ada penanganan-penanganan tertentu yang ada pengaruhnya terhadap telur tetas.

• Bila seleksi telur tetas berdasarkan berat diperlukan, maka lakukan sebelum telur tetas disimpan pada ruangan penyimpanan.

• Cara yang sama adalah pada grading dan trying segera sebelum dilakukan setting (pengeraman).

• Jangan meletakkan telur tetas (setelah trying) pada tempat yang mendapat angin secara langsung seperti halnya di depan kipas angin, ini bisa meningkatklan evaporasi.

• Egg grading dapat meningkatkan telur yang retak/pecah. • Sebagian besar/secara umum telur tetas broiler tidak digrading tetapi tetap

diperhatikan bahwa bobot/berat minimum terpenuhi. Seleksi Telur Tetas Trying Penyusunan ke dalam rak-rak tersebut langsung dimasukkan ke dalam mesin,

diusahakan telur punya bentuk dan besar yang sama. Bobot Minimum

• Bobot tetas dipengaruhi oleh bobot telur tetas karena bobot telur tetas semakin meningkat dengan meningkatnya umur bibit sehingga terdapat variasi berat dari telur tetas.

• Bobot tetas minimum perlu diperhatikan pada penetasan yang tergantung pada jenis unggas dan tujuan. Apakah broiler, leghorn, tujuan bibit atau komersial.

• Untuk broiler jarang dilakukan grading secara lengkap tapi bobot minimum harus diperhatikan.

• Jika arahnya ke komersial, cari telur yang berat. • Jika arahnya bibit, cari telur dengan batas-batas berat tertentu. • Ada kaitan antara bobot telur tetas dengan bobot anak ayam. • Konsumen tidak menghendaki anak ayam dengan bobot tetas yang ringan/kecil

terutama bila dicampurkan dengan yang normal dan yang besar. Oleh karena itu perlu pertimbangan berat telur yang dimasukkan ke dalam penetasan.

• Umumnya bobot telur tetas bervariasi diantara species unggas.

Bobot Telur Tetas Berbagai Species Unggas

Jenis Unggas Interval Bobot Telur Tetas Optimum Bobot Telur Tetas

Teknologi Penetasan 24

Page 25: Tetas Ubah

Ayam Ras 55 - 65 g 57 g Ayam Kampung 35 – 45 g 40 g Puyuh Petelur 9 – 11 g 10 g Itik 65 – 75 g 70 g

Hubungan Antara Bobot Telur dengan Bobot Tetas

Bobot telur (gram) Bobot tetas (gram) 52.0 33.8 54.3 35.3 56.7 36.9 59.1 38.4 61.4 39.9 63.8 41.5 66.2 43.0

6. Menghangatkan/Memanaskan Telur Sebelum Pengeraman (Warming Up) Ada dua cara : a. Menghangatkan/memanaskan telur tetas

• Telur tetas dari tempat penyimpanan (dingin) tidak boleh langsung dieramkan. • Mula-mula dihangatkan pada temperatur ruang + 75o F (23,9o F) selama 6-8

jam, tergantung pada suhu ruangan penyimpanan sebelumnya. • Bila telur langsung masuk mesin tetas dari ruang penyimpanan maka akan

menurunkan suhu mesin tetas. • Suhu turun (dingin) akan berakibat :

∗ memperpanjang jangka waktu menetas telur tetas yang baru ∗ menurunkan daya tetas bagi telur tetas yang sudah ada di dalam mesin

tetas. b. Pengeraman Pendahuluan (Pre-incubation) pada Telur Tetas

• Dengan pengeraman pendahuluan daya tetas naik 1-2 %. • Digunakan suhu 101o F (38,2o F) selama 6-8 jam, kemudian didinginkan pada

suhu kamar sebelum masuk mesin tetas. 7. Menurunkan Kontaminasi Mikroorganisma Pada Telur Tetas

Teknologi Penetasan 25

Page 26: Tetas Ubah

• Pada penetasan selalu melakukan sanitasi telur tetas, tetapi dengan program yang salah akan merugikan.

• Telur tidak mungkin steril karena telur keluar dari oviduct telah mengandung berbagai bakteri.

• Telur sebelum keluar akan melalui kloaka yang mana terdapat saluran urinary dan saluran pengeluran kotoran, sehinga begitu telur keluar terdapat 300-500 mikroorganisma menempel pada kerabang telur bahkan tak jarang jenis yang pathogen, terutama Salmonella, E. coli, Arizona organism.

• Pada temperatur dan kelembaban optimum (cukup) setelah 15 menit peneluran, jumlah mikroorganisme menjadi 1.500-3.000, dan setelah satu jam menjadi 20.000-30.000.

• Penambahan jumlah bakteri ini bisa juga dari bahan-bahan litter, kotoran, extreta, urine, dll.

Pertahanan Telur dan Penetrasi BakteriEmbryo dalam perkembangannya dilindungi dari serangan mikroorganisma secara fisik. Yang perlu diperhatikan adalah sistem mencegah serangan mikroorganisma yang ada pada telur tetas. Terdapat dua cara :

A. Fisik Cairan bloom (cuticle)

• Melapisi kerabang dan menutupi pori-pori yang nantinya akan mencegah masuknya mikroorganisma.

• Terdapat variasi mengenai ketebalan cuticle yang menyebabkan bervariasi dalam kemampuan mencegah masuknya mikroorganisma.

Pori-pori (kerabang) Besarnya diameter pori-pori berbeda-beda, sebagian besar terlalu kecil untuk

mikroorganisma, sebagian lagi ada yang besar dan penyimpangan sehingga mikroorganisma bisa masuk. Jumlah pori-pori pada telur tetas seberat 20 oz/dozen (56,7 gr) adalah 80.000 pori-pori.

Shell Membran Selaputnya merupakan penghalang yang akan menyaring mikroorganisma yang

dapat melampaui pori-pori, selain bersifat fisik shell membran ini bersifat kimiawi.

Albumen

Teknologi Penetasan 26

Page 27: Tetas Ubah

• Ada jarak sebelum sampai ke yolk sebagai pusat perkembangan embryo. • Mikroorganisma sebelum sampai ke yolk akan dihalangi oleh albumen.

Albumen ini selain bersifat fisik juga bersifat kimiawi. • Mikroorganisma akan berkembang cepat bila kuning telur telah bercampur

dengan albumen apalagi membran vitelin pecah.

B. Kimiawi • Lyzozyme, akan membunuh mikroorganisma • Avidin, akan mencegah pertumbuhan mikroorganisma • pH (basa), akan menghambat pertumbuhan mikroorganisma • Diketemukan anti bacterial action dari albumen, sehingga menyebabkan

mikroorganisma tidak mampu memanfaatkan/mencerna protein. • Avidin berupa warna kehijauan pada albumen yang pertama kali telur

dipecahkan dan merupakan antivitamin B1.

Teknologi Penetasan 27

Page 28: Tetas Ubah

IV METODE SANITASI DAN FUMIGASI PENETASAN

Metode Sanitasi Telur Tetas Sanitasi telur tetas (melalu kerabang) hanya effektif membunuh mikroorganisme yang berada pada kerabang, oleh karena itu menurunkan jumlahnya yang akan masuk. Selain itu akan mencegah penyebaran mikroorganisma dari telur ke telur bila telah disimpan dalam mesin tetas. Berbagai cara dilakukan, yang penting lakukan segera setelah ditelurkan. Lima Cara yang Umum digunakan : (1) Formaldehyde gas

• Dengan kekuatan 3 x di dalam lemari khusus. Ini sangat baik untuk membunuh mikroorganisma secara langsung, karena gas mudah untuk memfumigasi telur dalam jumlah banyak.

• Kelemahan : Tidak dapat dilakukan pada telur-telur yang telah beberapa jam dihasilkan, oleh karena itu hendaknya dilakukan segera setelah peneluran.

Konsentrasi tabel di bawah ini untuk 100 ft3 (2,83 m3)

Konsentrasi Campuran Murni Formalin 40 % KmnO4 Bubuk Para

Formaldehid

cc gram gram Single (1 x) 40 20 10 Double (2 x) 80 40 20 Triple (3 x) 120 60 30 4 x 160 80 40 5 x 200 100 50

Teknologi Penetasan 28

Page 29: Tetas Ubah

Campuran tidak perlu dipanaskan Murni Perlu dipanaskan (2) Quatenary Amonia

• Disemprotkan pada telur dengan larutan hangat-hangat kuku yang mengandung 200 ppm.

• Keuntungan : Dapat segera dilakukan setelah telur diambil dari sarang. • Kelemahan :

Mengurangi daya kerja bila telur tertutup bahan-bahan organik (telur yang kotor).

(3) Chlorine dioxide • Cara ini mungkin paling baik untuk membunuh bakteri. • Disemprotkan dengan konsentrasi 80 ppm dan dilakukan pada telur yang telah

diambil dari sarang dan ditempatkan pada flats atau tray. (4) Ozone (O3)

• Biaya dapat lebih rendah • Dilakukan pada lemari yang tertutup rapat. • Yang baik pada 1000 ppm • Kelemahan :

Sanitasi dengan cara ini tidajk dapat dilakukan dengan cepat. (5) Pencucian Telur

• Mesin cuci telur yang modern sehingga effektif untuk sanitasi telur tetas. • Bacteriocide yang khusus dapat ditambahkan pada cairan pencuci • Setelah dicuci dapat disemprot dengan cairan yang mengandung chlorine. • Pencucian hendaknya sesedikit mungkin menggunakan penyikatan karena akan

merusak lapisan cuticle. • Temperatur air pencuci yaitu + 105 - 110 oF (40.5 - 43.3 oC) untuk memperkecil

kehilangan panas dan embryo muda tidak boleh dipanaskan di atas 99 oF (37.2 oC).

Fumigasi Formaldehyde Fumigation yaitu fumigasi yang paling populer. Gas formaldehyde, secara komersial dalam bentuk cair yaitu formalin 40% dan dalam bentuk tepung yaitu praformaldehyde yang mengandung 91 % formaldehyde. Fumigasi terhadap telur tetas dan anak ayam yang baru menetas antara lain :

Teknologi Penetasan 29

Page 30: Tetas Ubah

(1) Penggunaan Formalin Penggunaan formaldehyde dari formalin dengan menggunakan panas melalui/mencampurkan KMnO4 (pottasium permanganat), dari campuran timbul panas dan keluar gas. Untuk mencampur gunakan tempat yang dibuat dari bahan tahan panas (enamelware atau eartherware). Cara mencampurnya KMnO4 dahulu bari tuangkan formalin. Perbandingan penggunaannya adalah : 2 bagian (volume) formalin : 1 bagian (berat) KMnO4 Single concentration : 40 cc formalin (40%) + 20 gr KMnO4 untuk 100 ft3 (2,83 m3). Dulu : 35 cc formalin (40%) + 17.5 gr KMnO4 untuk 100 ft3 (2,83 m3).

(2) Penggunaan Paraformaldehyde Bentuknya tepung ditempatkan pada suatu Electric Skillet atau Electric Pan dengan thermostatic control pada suhu 450 oF (232 oC). Single concentration : 10 gram paraformaldehyde untuk 100 ft3 (2,83 m3).

Untuk melakukan fumigasi sebaiknya pada suhu di atas 24 oC dan kelembaban di atas 75 %. Ada beberapa fumigasi yang perlu dinetralkan setelah perlakuan. Dapat dinetralkan oleh Ammonium Hydroxide (NH4OH) dan NH4OH merupakan larutan yang mengandung 20 - 24 % ammoniak. Pada penggunaan NH4OH harus diketahui kadar formalin yang digunakan, NH4OH yang digunakan sebanding dengan jumlah formalin yang digunakan secara dipercik. Jika digunakan paraformaldehyde gunakan 4 cc NH4OH untuk setiap gram paraformaldehyde.

TABEL KONSENTRASI FUMIGASI FORMALDEHYDE

FUMIGASI KONSENTRASI LAMANYA

FUMIGASI

PENETRALAN

(NH4OH)

(menit)

Telur tetas segera setelah ditelurkan 3 x 20 tidak

Telur tetas di dalam mesin tetas (hanya hari ke-1) 2 x 20 tidak

Anak ayam di Hatcher 1 x 3 ya

Teknologi Penetasan 30

Page 31: Tetas Ubah

Incubator Room 1 x, 2 x 30 tidak

Hatcher diantara penetasan 3 x 30 tidak

Hatcher Room, Chick Room diantara penetasan 3 x 30 tidak

Kamar cuci 3 x 30 tidak

Box anak ayam, pelapis 3 x 30 tidak

Truk/mobil 5 x 20 ya

Fumigasi Telur Tetas Setelah Ditelurkan3 x konsentrasi selama 20 menit. Brown shell eggs dapat membunuh 97.5 - 99.5 % mikroorganisma White shell eggs dapat membunuh 95 - 98.5 % mikroorganisma Yang coklat (brown) lebih banyak cuticle dan lebih tebal sehingga lebih banyak menyerap gas. Fumigasi Mesin Tetas Secara normal telur tidak perlu difumigasi pada waktu di dalam mesin tetas (1 - 19 hari). Tetapi bila ada kasus maka diperlukan. Fumigasi 1 x/minggu yaitu pada incubation section of the machine. Gas formaldehyde merupakan racun untuk embryo terutama pada umur 24-49 jam masa inkubasi dan pada waktu anak ayam pipping, oleh karena itu fumigasi harus dilakukan segera sebelum telur tetas masuk mesin tetas. Fumigasi Anak AyamFumigasi anak ayam secara umum tidak direkomendasikan, tetapi jika ada serangan omphalitis misalnya perlu adanya fumigasi. Akibat fumigasi maka bulu yang halus berwarna deep oranye. Hal ini dilakukan kalau keadaan memaksa. Fumigasi Diantara PenetasanSetelah anak ayam keluar dari mesin tetas, maka tray, hatcher, dicuci dan difumigasi. Fumigasi Truk/Mobil Karena sulit mendapatkan temperatur dan kelembaban yang optimum pada waktu fumigasi. Biasanya konsentrasi fumigasi 5 x. Yang penting dalam fumigasi semua peralatan harus bersih terlebih dahulu.

Teknologi Penetasan 31

Page 32: Tetas Ubah

Program Fumigasi (A) Cheesecloth Method Digunakan formalin 40 % dengan cabikan kain yang bersih. Dilakukan 2 kali yaitu : 1. sewaktu anak ayam menetas 10 - 20 % 2. 12 - 15 jam kemudian Kelembaban 70 % ( DB : 100 oF ; WB : 90 oF) Hitung luas ruangan berapa m3

Dosis formalin 20 cc/100 ft3

Cabikan kain celupkan pada formalin lalu gantung di depan kipas. (B) Pottasium Permanganat Menggunakan formalin 40 % dan kristal KMnO4

Kelembaban 70 % ( DB : 100 oF ; WB : 90 oF) Fumigasi dengan konsentrasi 3 x dengan interval 13 jam. Yang pertama segera setelah anak ayam yang menetas dengan lama fumigasi 1-3 jam (pintu mesin jangan dibuka).

Dosis : 40 cc formalin (40%) + 20 gr KMnO4 untuk 100 ft3 (2,83 m3). Dulu : 35 cc formalin (40%) + 17.5 gr KMnO4 untuk 100 ft3 (2,83 m3).

Teknologi Penetasan 32

Page 33: Tetas Ubah

V KEADAAN LINGKUNGAN SELAMA INKUBASI

SuhuUntuk perkembangan embryo ada beberapa fase yang memerlukan suhu optimum : a. Sebelum telur dikeluarkan :

Suhu yang diperlukan untuk proses pembelahan sel yaitu 105 - 107 oF (40,6 - 41,7 oC) dan suhu tersebut berlangsung sejak + 20-21 jam sejak terjadinya pembuahan sampai saaat telur keluar.

b. 1 hari - 18 hari inkubasi 99,5 - 99,7 oF (37,5 - 37,7 oC) c Inkubasi 19 - 21 hari 97 - 99 oF (36,6 - 37,2 oC) Suhu yang optimum atau baik untuk menghasilkan daya tetas yang tinggi maupun kualitas anak ayam yang baik berbeda, bila mesin tetas yang digunakan berbeda, walaupun dengan jenis yang sama. Hal ini mengingat desain mesin tetas setiap pabrik berbeda. Suhu lingkungan dimana telur diinkubasi bisa berpengaruh terhadap jangka waktu menetas. Suhu di atas optimum bisa menetas lebih cepat atau sebaliknya. Namun tidak berarti dengan meningkat atau menurunnya suhu akan menguntungkan, sebab dapat menyebabkan embrio lemah dan kualitas anak ayam yang ditetaskan kurang baik. Dengan menggunakan mesin tetas forced draft, untuk mendapatkan hasil tetas yang baik, suhu berkisar 95 - 100 oF (36,1 - 37,2 oF). Namun demikian suhu yang baik untuk periode pertama berbeda sampai menetas, sebab pada saat-saat menetas produksi panas dari embryo meningkat dan peningkatan ini sangat cepat dua hari menjelang menetas,

Teknologi Penetasan 33

Page 34: Tetas Ubah

oleh karena itu pada saat penetasan suhu diturunkan 0,5 - 1 oC untuk menghindarkan kematian embryo. Nesheim dkk (1979)Hari ke 1-18 : Forced Draft : 98,6 - 100,4 oF Still Air Machine : 1 o lebih rendah Hari ke 19-21 Forced Draft : 97 - 99 oF Irwin dan FunkPada mesin tetas Forced Draft : Hari ke 1-18 : 99 - 100 oF Hari ke 19-21 : 2 - 3 oF lebih rendah North (1990)Continous : 95 - 105 oF (rata-rata 100 oF) Itik : 100 - 101,9 oF Puyuh : 100,6 - 101,75 oF Agsa : 101,6 oF Suhu lingkungan selama proses inkubasi ada pengaruhnya dengan jangka waktu menetas. Pada suhu di atas optimum, anak ayam bisa menetas lebih cepat, sedang pada suhu lebih rendah dari suhu optimum anak ayam menetas lebih lama. Faktor-faktor yang berpengaruh yang perlu diperhatikan adalah bahwa suhu optimum selama inkubasi bisa tidak sama untuk setiap jenis telur, yang mana hal ini dipengaruhi : • besar telur • kualitas kerabang • genetik • umur telur • kelembaban selama inkubasi Bila suhu tingi mula-mula terjadi perkembangan embryo yang cepat, kemudian menghambat perkembangan embryo dan menghambat output CO2 dan input O2. Tanda yang khas adalah kematian yang tinggi pada akhir pengeraman, sedangkan pada suhu yang rendah akan menghambat perkembangan embryo sejak awal dan menghambat output CO2 dan input O2, sehingga terjadi kematian yang tinggi baik pada awal amaupun akhir pengeraman.

Teknologi Penetasan 34

Page 35: Tetas Ubah

Catatan : Bila listrik mati selama 12 jam dengan temperatur mesin tetas 70 oF, daya tetas turun 3 - 4%, oleh karena itu jika listrik mati beberapa jam, maka daya tetas turun tidak terlalu besar. Kelembaban Sampai dengan hari ke-19 bobot telur berkurang 10,5 % karena evaporasi. Untuk mendapatkan perkembangan embryo yang normal supaya jadi anak ayam dengan berat ideal, perlu evaporasi dari isi telur dengan kecepatan tertentu. Bila isi telur cepat kering menyebabkan anak ayam lebih kecil dari normal. Juga bila evaporasi tidak terlalu cepat, anak ayam akan lebih besar daripada yang normal. Pada kedua kasuss tersebut menyebabkan embryo lemah, daya tetas rendah dan kualitas anak ayam rendah. Kelembaban udara sekitar telur harus dijaga sekitar 50-60%, yang optimum 60-70 %. North (1984) menyatakan kelembaban pada mesin tetas untuk ayam yaitu : Hari ke 1 - 18 = 50 - 60 % Hari ke-19 - 21 = 60 - 70 % Untuk kelembaban mesin tetas pada penetasan kalkun lebih tinggi 2 - 3%. Untuk ternak puyuh dan itik memerlukan kelembaban : Hari ke 1 - 18 = 60 % Hari ke-19 - 21 = 75 % Dengan menurunkan RH samapai hari ke-18/19 akan memeperpanjang jangka waktu menetas, sedangkan dengan menaikkan RH memeperpendek jangka waktu menetas. Umumnya jika RH terlalu tinggi sampai hari ke-18/19 ayam akan lebih cepat menetas, ayam lebih besar, tapi abdomen lemah/empuk. Jika RH terlalu rendah sampai dengan hari ke 18/19 efeknya sebaliknya. Kisaran yang optimum hendaknya dipertahankan untuk mesin tetas continous yaitu suhu 100 oF dengan kelembaban 60 %. Bila RH rendah anak ayam bisa menempel pada kerabang dan terjadi dehydratasi saat keluar. Bila terlalu tinggi pada saat keluar pusar anak ayam bisa tidak tertutup rapat. Kebutuhan Udara Oksigen (O2) Dikehendaki 21 %

Teknologi Penetasan 35

Page 36: Tetas Ubah

Makin tinggi tempat makin tipis O2

Setiap penurunan 1 % dari 21 % maka daya tetas turun 5 %. Setiap peningkatan 1 % dari 21 % maka daya tetas turun 1 %. Carbondioxida (CO2) Dikehendaki = 0,5 % Setiap kenaikan 0,5 % CO2 akan menurunkan daya tetas Jika CO2 lebih dari 1,5 - 2 % maka daya tetas menurun dengan drastis. Pergerakan UdaraDikehendaki 12 cm/menit atau 2 m/detik. Fungsinya : 1. Untuk menyeragamkan suhu dan kelembaban 2. Menyediakan O2 dan pengeluaran CO2 3. Membantu mengeluarkan suhu yang terlalu tinggi. Posisis Telur Selama Inkubasi • Pembalikkan telur hanya dilakukan pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-19.

Sebaiknya posisis telur dengan ujung telur tumpul di atas, karena secara alami kepala anak ayam mengarah ke ujung tumpul dimana ada rongga udara.

• Bila ujung runcing di atas maka 60 % embryo akan berkembang dengan kepala dekat dengan bagian runcing tersebut sehingga bila ayam siap menetas paruh tidak dapat memasuki rongga udara, sehingga terjadi kegagalan menetas (Mall position of embryo).

• Hasil penelitian membuktikan bahwa 10 % dari telur tetas dengan small and up, teluar gagal menetas sehingga menghasilkan ayam yang berkualitas rendah yang disebabkan oleh kesalahan letak embryo (Mall position of embryo).

• Selama periode hatcher posisi telur adalah horizontal, tapi menurut penelitian dibanding dengan posisi vertikal hasilnya sama saja.

• Pemindahan setter ke hatcher tidak ada pengaruhnya terhadap daya tetas, dengan catatan pemindahan tidak secara kasar.

Pemutaran Telur • Pemutaran telur hanya dilakukan samapai hari ke-18/19, sedang periode hatcher

tidak perlu, sebab embryo sudah memenuhi seluruh bagian telur.

Teknologi Penetasan 36

Page 37: Tetas Ubah

• Pentingnya pemutaran telur yaitu untuk mencegah pelekatan embryo dengan shell membran atau melekatnya kuning telur dengan alantois.

• Pemutaran telur dilakukan 24 jam setelah setting, dan sudut yang baik untuk pemutaran adalah 45o.

• Jumlah pemutaran telur yang optimum 8 kali (3 jam sekali). • Beberapa penelitian dengan pemutaran 15 menit tidak ada pengaruh buruk bila

dibanding dengan 6-8 kali per hari. • Secara alami pemutaran telur oleh ayam sebanyak 10 kali per hari. • Pemutaran telur dengan mesin yang sederhana (still air machine) sebaiknya 3 - 4 x

pemutaran secara horizontal. • Dari hasil penelitian pengaruh sudut putaran berpengaruh terhadap daya tetas,

makin besar sudut putaran makin tinggi daya tetasnya. Tabel. Pengaruh sudut Pemutaran Telur Terhadap Daya Tetas

Sudut Putaran

Daya Tetas Dari Telur yang Fertil

20o 69,3 30o 78,9 45o 84,6

Pembalikkan atau pemutaran telur juga berpengaruh terhadap daya tetas. Semakinbanyak telur diputar semakin tinggi daya tetasnya.

Tabel. Pengaruh Jumlah Pemutaran Telur Terhadap Daya Tetas

Jumlah Pemutaran Telur per Hari

Daya Tetas Dari Telur yang Fertil

2 78,1 4 85,3 6 92,0 8 92,2 10 92,1

Jangka waktu menetas beberapa species unggas

Species Hari Setter Hacther

Teknologi Penetasan 37

Page 38: Tetas Ubah

Chicken (ayam) 21 1 – 18 19 – 21 Turkey (kalkun) 28 1 – 25 26 – 28 Duck 28 1 – 25 26 – 28 Muscovy duck 32 1 – 29 30– 32 Goose (angsa) 32 1 – 29 30– 32 Pigeon (merpati) 18 1 – 15 16 – 18 Bob White Quail (puyuh tipe pedaging) 23 1 – 20 21– 23 Coturnix Quail (puyuh tipe petelur) 17 1 – 14 15 – 17 Ostrich 42 1 – 39 40 – 42

VI PERKEMBANGAN EMBRYO

Untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam penetasan, perlu dibekali pengetahuan yang cukup mengenai bentuk, perkembangan dan sifat-sifat fisiologis dari perkembangan embryo unggas. Para ahli tertarik pada embriologi unggas (ayam), untuk memperoleh informasi yang sangat diperlukan dalam proses pengeraman/penetasan secara artificial/buatan secara baik. Sesungguhnya embryologi meliputi pengertian anatomi, fisiologi dan perubahan kimiawi yang terjadi sejak pembuahan hingga menetas. Faktor-faktor tersebut erat hubungannya dengan perkembangan embryo dan perlu diingat bahwa telur (kulit telur) harus dapat dengan mudah memasukkan/mengeluarkan udara/uap air dalam jumlah dan perbandingan yang baik. Selain itu proporsi keseimbangan makanan yang cocok harus tersedia. Perbedaan dengan Mammalia Perlu diketahui bahwa perkembangan/pertumbuhan embryo ternak unggas berbeda dengan binatang menyusui, yaitu : • Ovum fertil tidak pernah lagi secara langsung mempunyai hubungan organik dengan

induknya. • Hampir seluruh perkembangan embryo terjadi di luar tubuh induknya. • Embryo tidak pernah lagi mendapat makanan langsung dari induknya. Perbedaaan ini menyebabkan cara perkembangbiakkan ternak unggas sangat berbeda dengan mamalia, oleh karena itu kita harus menetaskan telur-telur lalu

Teknologi Penetasan 38

Page 39: Tetas Ubah

membesarkan anak-anaknya dengan induk buatan dan lama sekali tidak dibesarkan oleh induknya. Perkembangan embryo : - di luar tubuh induknya - di dalam tubuh induknya Di dalam Tubuh IndukTahap I Perkembangan embryo persatuan sperma dan ovum di Infundibulum ----- > telur fertil. Blastodise ---- > dalam perkembangannya melalui proses tertentu ---- > blastoderm. Pembelahan sel dimulai + 3 jam (3-5 jam) setelah fertilisasi (Isthmus), dilanjutkan pembelahan kedua 20 menit kemudian. Pembelahan sel mula-mula secara sederhana yaitu 1, 2, 4, 8, 16, 32 -----> setelah mencapai batas-batas pembelahan dan perkembangan tertentu ------> differensiasi sel -----> akan berkembang dan terbentuk tipe-tipe sel yang spesifik untuk pembentukan berbagai jaringan. Selanjutnya pembelahan sulit diikuti karena tidak teratur bidang-bidang pembelahannya. Sebelum telur keluar tubuh ----> blastoderm yang terdiri dari satu lapisan sel-sel ----> akan mendefferensiasi (berubah dan berkembang) --->2 lapisan (ectoderm & endoderm) ---> telur keluar. Proses perubahan dari blastoderm menjadi ectoderm dan endoderm ---- > gastrulasi. Bila suhu lingkungan < 75o F -----> mengalami fase dormant --- > tumbuh tetapi DOC lemah. Di luar Tubuh Induk Bila telur kemudia dieramkan ---- > differensiasi ---- > terbentuk lapisan yang ketiga yaitu mesoderm (terletak diantara ke dua lapisan terdahulu). Dari ke tiga lapisan --- >dalam perkembangan selanjutnya akan terbetuk :

Teknologi Penetasan 39

Page 40: Tetas Ubah

1. Ectoderm : sel-sel yang membentuk kulit, bulu, paruh, kuku, sistem syaraf, lensa dan retina mata, lingkaran mulut dan anus/vent.

2. Endoderm & Etoderm : alat-alat/organ respirasi dan organ-organ sekresi. 3. Mesoderm : kerangka tulang, otot, darah, organ reproduksi, sistem ekskretory. Pada saat telur dikeluarkan embryo telah mencapai tahap Early Gastrula, dan akan berhenti berkembang sebelum masuk mesin tetas tetapi hal ini akan terjadi bila suhu pada penyimpanan berkisar (60o - 65 oF = 15.6 o - 18.3 oC). Pada suhu di atas 75 oF (23.9 oC), embryo akan berkembang dan menjadi lemah karena bukan suhu optimum untuk perkembangannya. Semakin tinggi suhu penyimpanan pertumbuhan embryo akan cepat tetapi vitalis embryo semakin rendah.

PERKEMBANGAN EXTRA EMBRYONIC MEMBRAN Karena secara anatomis embryo tidak mempunyai hubungan dengan tubuh induknya, secara alamiah akan dibantu oleh membran-membran tertentu yang dapat memanfaatkan makanan yang terdapat di dalam telur. Membran-membran tersebut adalah : Yolk sacMembungkus yolk, membran ini mensekresikan suatu enzym yang merubah isi yolk ke dalam bentuk larutan, sehingga bahan makanan dapat diabsorbsi dan dimanfaatkan oleh embryo yang sedang berkembang. Yolksac bersama-sama dengan isi sisanya (yolk) sebelum terjadi penetasan akan masuk kedalam rongga tubuh dan berfungsi sebagai persediaan makanan bagi anak ayam yang baru menetas. Jumlah sisa yolk + 5-6 gram, oleh karena itu anak ayam yang baru menetas bisa tahan beberapa hari (+ 48 jam) tanpa makan dan minum. Amnion Amniotic sac membantu embryo muda dalam perkembangannya, didalamnya berisi cairan yang terlihat transparan dimana embryo berada didalamnya. Cairan amnion tersebut terbentuk setelah terbentuk amnionnya. Gunanya cairan sebagai bantalan, untuk meredam goncangan dari luar dan mencegah embryo menjadi kering atau shock. AllantoisBertindak sebagai circulatory system, fungsinya sebagai sistem : Respiratori, menyediakan O2 dan membuang CO2.

Ekskretori, mengambil eksresi dari ginjal embryo

Teknologi Penetasan 40

Page 41: Tetas Ubah

Digestive, membantu pencernaan albumen dan absorbsi Ca dari kerabang. Chorion Suatu membran dalam perkembangannya bergabung dengan inner cell membran (keluar) dan ke dalam bergabung dengan allantois yang selanjutnya berguna untuk menyempurnakan fungsi-fungsi metabolisme. Dalam perkembangannya chorion dan allantois segera bergabung membentuk chorioallantois dan chorioallantois ini membentuk hubungan dengan shell membran. Amnion SacMembungkus embryo PERKEMBANGAN-PERKEMBANGAN SELAMA PERTUMBUHAN EMBRYO Rongga udara : karena selama pengeraman terjadi kehilangan cairan maka akan mengurangi besar dan isi telur sehingga meningkatkan besar rongga udara. Setelah 19 hari pengeraman maka rongga udara + 1/3 dari bagian telur. HARI 1 4 jam : jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk 12 kam : jantung mulai berdenyut. Dimulai terjadi sirkulasi darah dengan adanya

penggabungan pembuluh darah embryo dengan yolk sac. 16 jam : tanda pertama terlihat kemiripan bentuk embryo ayam 18 jam : kehadiran saluran alimentary/Alimentary track 20 jam : kehadiran vertebral column 21 jam : awal pembentukan sistem syaraf 22 jam : kepala mulai dibentuk 24 jam : awal pembentukan mata HARI 2 25 jam : awal pembentukan telinga HARI 3 60 jam : awal pembentukan hidung 62 jam : kaki mulai berkembang 64 jam : awal pembentukan sayap, embryo mulai berputar sehingga terletak dibagian

kiri. Sistem sirkulasi cepat berkembang selama hari ke-3. HARI 4 Lidah mulai terbentuk dan sekarang semua organ-organ tubuh hadir HARI 5• organ-organ reproduksi berdifferensiasi dan jenis kelamin mulai berkembang.

Teknologi Penetasan 41

Page 42: Tetas Ubah

• jantung mulai memperlihatkan bentuk yang sebenarnya dan vascular area dari yolk sac membungkus 1/3 bagian yolk.

HARI 6Paruh dan gigi paruh (egg tooth) mulai berbentuk normal. HARI 7Tubuh mulai cepat berkembang, demikian juga kepala organ-organ tubuh nampak. HARI 8Mulai nampak awal pembentukan bulu HARI 10 Paruh mulai mengeras, jari kaki mulai nampak HARI 11Dinding abdomen nampak, dan usus dapat terlihat di dalam yolk sac HARI 13Kerangka mulai mengeras dan organ-organ tertentu (utama) berdifferensiasi hanya untuk pertumbuhan akhir. HARI 14Embryo berputar secara paralel dengan sumbu memanjang telur dan kepala secara normal mengarah kepada bagian tumpul dari telur (ada rongga udara telur). HARI 17Kepala berputar dan paruh yang berada dibawah sayap dan menghadap/mengarah pada bagaian terbawah dari air cell yang telah membesar. HARI 19Yolk sac mulai masuk ke dalam rongga tubuh dan anak ayam menempati posisi yang diperlukan untuk pipping (melubangi) kerabang. Bahan-bahan yolk yang digunakan sebagai supply makanan pada beberapa hari dari kehidupan anak ayam. HARI 20• Yolk sac semuanya sudah masuk ke rongga tubuh • Embryo telah memenuhi seluruh isi telur, kecuali air cell (rongga udara) • Selanjutnya paruh anak ayam menembus inner shell membran dan masuk ke dalam

air cell. • Secara perlahan anak ayam menghirup udara dan pernapasan pulmonary mulai

terjadi. • Selanjutnya terjadi lubang/ pip pada kerabang, udara luar masuk dan pada saat itu

jantung menjadi sepenuhnya berfungsi dan anak ayam berada pada keadaan kritis (periode kritis yang kedua).

Teknologi Penetasan 42

Page 43: Tetas Ubah

HARI 21• Setelah pipping terjadi (lubang), anak ayam istirahat untuk beberapa jam, kemudian

selanjutnya memotong jalur melingkar dari telur (kerabang) dengan arah berlawanan dengan perputaran jarum jam. Lubang normalnya dekat dengan lapisan tumpul telur.

• Dari saat kerabang pecah sampai anak ayam nampak membebaskan diri + 10-20 jam.

Terjadi Pipping Keadaan CO2 meningkat konsentrasinya, anak ayam di dalam memerlukan O2 lebih, kemudian menembus inner shell membran kemudian kerabang. Egg Tooth membantu menolong membuka selaput daripada kerabang. Pipping terjadi di daerah rongga udara. KOMUNIKASI EMBRYOPenetasan sering terjadi pada saat yang sama, walaupun ada perbedaan waktu pada saat pemasukan telur dieramkan karena adanya komunikasi. Komunikasi tersebut yaitu Clicking Noise (suara klik). Kecepatan suara tersebut dapat mempercepat atau memperlambat pertumbuhan embryo. Kalau clicking noise (suara) cepat, perkembangan embryo dihambat sehingga bisa memperlambat waktu menetas, demikian juga sebaiknya. Ini dapat dibuktikan dengan artificial clicking. METABOLISME EMBRYOPerkembangan embryo ayam memerlukan zat-zat makanan yaitu berupa karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, air dan O2 untuk mendapatkan pertumbuhan yang normal. PEMANFAATANNYA Energi Sumbernya protein, karbohidrat dan lemak tetapi sumber tersebut dimanfaatkan tergantung pada umur perkembangan. Karbohidrat dimanfaatkan 4 (empat) hari pertama, tetapi selanjutnya karbohidrat dan protein digunakan, buktinya analisa telur yang dieramkan + 6 hari ditemukan adanya urea.

Teknologi Penetasan 43

Page 44: Tetas Ubah

Lemak Dimanfaatkan pada periode akhir perkembangan embryo/pengeraman. Mineral Terutama Ca didalam metabolisme embryo ditransfer dari kerabang. Mineral lain juga diperlukan. Adanya defisiensi ransum induk maka telur akan kekurangan mineral sehingga pertumbuhan embryo terganggu. Vitamin Semua vitamin diperlukan. Kebutuhan vitamin berbeda untuk setiap tahap perkembangannya. POLA MARTALITAS EMBRYO Ada 4 periode selama perkembangan embryo dimana terjadi banyak kematian, oleh karena itu menyebabkan daya tetas yang rendah. Keempat periode tersebut yaitu : Periode I (Preoviposital Mortality) Ini terjadi dimana telur masih di dalam tubuh induknya. Gastrulasi merupakan awal periode kritis pertumbuhan embryo. Bila telur yang terlalu lama di dalam tubuh induknya atau terlalu cepat maka kematian lebih tinggi. Periode II (Early Period) Kematian yang tinggi (+ 25%) pada hari ke 3-5 pengeraman. Hal ini disebabkan ada 2 perubahan fisiologis yang penting dalam perkembangan embryo : 1. Akibat terjadi perubahan dari pulau-pulau darah menjadi sistem pembuluh darah

pada awal pengeraman (hari pertama). 2. Perubahan dari bahan makanan (hari ke 4) dari bentuk karbohidrat sederhana

kepada bentuk yang lebih kompleks dan untuk pertama kali mengandung protein dan lemak. Kesalahan pada tahap ini dapat menyebabkan penimbunan CO2, amoniak, asam laktat didalam darah. Kelebihan dari salah satunya di dalam sirkulasi darah bisa mengakibatkan kematian, selain itu embryo bisa menjadi lemah.

Beberapa faktor pendukung kematian : • Suhu pengeraman yang tidak tepat (terlalu tinggi atau rendah), pengaruh suhu tinggi

lebih buruk • Adanya goncangan yang tiba-tiba • Pemutaran telur tidak mencukupi.

Teknologi Penetasan 44

Page 45: Tetas Ubah

Periode III (Middle Period) Terjadi pada hari ke 8-18 pengeraman (umumnya pada minggu ke-2). Prosentase kematian tidak terlalu tinggi, tetapi kadang-kadang bisa meningkat. Penyebab : - kesalahan nutrisi pada breeding flock - kekurangan zat-zat makanan yang essensial di dalam telur. Contoh : Kekurangan riboflavin penyebab oedema, clubbed down embryo. Periode IV (Late Period) Terjadi setelah lebih dari hari ke 18 (hari ke-19, 20, 21) atau tiga hari sebelum menetas. Prosentase kematian bisa mencapai 50%. Penyebab : 1. genetik 2. makanan 3. kelemahan embryo sewaktu/setelah early period 4. management : suhu, kelembaban, ventilasi tidak tepat.

faktor lain : kekasaran penanganan sewaktu pengangkutan suhu yang terlalu rendah (dingin) sewaktu penyimpanan

Periode yang paling kritis biasanya pada early period dan late period.

Teknologi Penetasan 45

Page 46: Tetas Ubah

VII STANDAR MUTU BIBIT

Dalam rangka peningkatan kualitas usaha di bidang peternakan ayam ras baik

pada tipe petelur maupun pada tipe pedaging, diperlukan suatu kegiatan berupa pengawasan, dengan harapan standar mutu bibit anak ayam ras niaga yang terdistribusi dan diperdagangkan di pasaran bebas terjamin. Pengawasan adalah salah satu tugas pokok pemerintah yang berpedoman atas dasar-dasar hukum dan memiliki landasan kewenangan. Oleh karena itu, diantara sekian banyak kegiatan pengawasan, maka pengawasan kondisional anak ayam ras niaga DOC sewektu pengemasan di holding room dan di peternak perlu adanya aliran mekanisme kerja yang jelas.

Tatacara pengawasan standar mutu bibit anak ayam ras niaga. DOC menuntut suatu model kriteria pengawasan, bersifat terukur, tepat sasaran dan efektif. Berdasarkan hal tersebut sudah tentu diperlukan petugas pelaksana lapangan yang berkualitas selaku pengawas, dan pihak bersangkutan harus telah memperoleh keahlian khusus dan berfungsi sebagai teknikal servis dengan segala kewenangannya sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Pengawasan standar mutu bibit anak ayam ras niaga DOC yang dilakukan seorang pengawas pada saat pengemasan dalam box-box karton sebelum pengiriman adalah merupakan muara dari sistem pengawasan, sedangkan di peternak merupakan awal dari keberlakuan suatu pengaduan.

Teknologi Penetasan 46

Page 47: Tetas Ubah

KRITERIA PENGAWASAN

Keadaan fakta eksternal anak ayam ras niaga DOC saat akan didistribusikan atau diperjual belikan dan saat penerimaan ke tangan peternak di lapangan merupakan suatu patokan penting pada pengawasan standar mutu bibit. Adapun yang dijadikan kriteria pengawasan pada kedua kondisi tersebut berupa pengawasan secara non-fisik dan fisik.

Dalan pelaksanaan pengawasan secara non-fisik, seorang pengawas harus mampu mengenal lebih dekat akan kondisi anak-anak ayam ras niaga DOC, menyangkut : (a) abnormalitas, (b) keragaman, (c) kebersihan, (d) aktivitas, dan (a) cara penanganannya sebelum pengiriman. Dalam pelaksanaan pengawasan secara fisik, meliputi : a) Uji kuantitas, dan b) Uji kualitas mutu bibit anak ayam ras niaga DOC.

Pengawasan standar mutu bibit anak ayam ras niaga DOC pada prinsipnya bertujuan ke arah lebih transparannya keberadaan kualitas ternak bersangkutan. Hal tersebut sudah tentu dapat memberikan suatu kepercayaan kuat bagi para pelernak peternak budidaya dalam menerima dan memelihara anak ayam ras niaga DOC dari sebuah breeder. PENGUKURAN (Uji Kualitas dan Uji Kuantitas)

Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan standar mutu bibit anak ayam ras niaga DOC, baik untuk tipe petelur maupun tipe pedaging, maka diperlukan suatu acuan model pengukuran agar diperoleh nilai akurasi yang dapat dijadikan sabagai suatu kepastian dasar hukum. Bertitik tolak dari adanya kepastian dasar hukum, lalu diperoleh kewenangan hukum guna keberlangsungan operasionalisasi pengawasan.

Variabelitas berat badan anak ayam ras niaga DOC yang sering ditemukan di lapangan sesungguhnya adalah normal. Akan tetapi pada kondisi variasi yang abnormal dapat menimbulkan kesalahan berupa bentuk bias yang lebih lebar dalam penentuan metode sampling. Ketidakseragaman anak-anak ayam ras niaga DOC membuat tatalaksana pemeliharaan yang sulit dan biasanya tidak menampakkan potensial genetik.

Penarikan sampel yang dianggap dapat mewakili; dikenal istilah A representative sample, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan besaran standar deviasi suatu rataan nilai. Realitas yang ditemukan menggambarkan nilai uniformitas keadaan anak ayam ras niaga DOC yang sedang diawasi.

Konsep batasan toleransi + 10 % mengenai rataan berat badan anak ayam DOC pada industri ternak unggas adalah sudah sangat umum diterapkan di dalam penentuan tingkat keseragaman anak ayam bersangkutan. Rataan berat badan awal anak ayam ras niaga DOC tipe petelur berpengaruh terhadap masa awal peneluran, berat telur

Teknologi Penetasan 47

Page 48: Tetas Ubah

yang dihasilkan, dan konsumsi ransum, namun tidak menentukan terhadap jumlah telur yang dihasilkan.

Anak-anak ayam ras niaga DOC untuk tipe petelur yang dapat dikategorikan Saleable apabila lama waktu perjalanannya dari saat awal pengiriman di breeder sampai ke tangan peternak budidaya tidak boleh lebih 24 jam. Berbeda halnya pada anak-anak ayam aras niaga DOC untuk tipe pedaging, yaitu masih bisa berlaku ≤ 60 jam.

Adapun metode random sampling yang dijadikan acuan pengukuran, adalah seperti berikut: a. Apabila kemampuan sebuah breeder dalam menetaskan anak-anak ayam ras niaga

DOC ≤ 500.000 ekor tiap satu kali turun dari mesin penetasan, maka banyaknya sampel yang harus diambil oleh seorang pengawas 0,2 o/oo.

b. Bila breeder mampu menetaskan anak-anak ayam ras niaga DOC > 500.000 ekor tiap satu kali turun dari mesin penetasan, maka banyaknya sampel yang harus diambil oleh seorang pengawas sebesar 0,1 o/oo.. Artinya disini, banyaknya sampel yang diambil dari suatu populasi paling banyak ≤ 100 ekor sampai dengan minimal 50 ekor.

Dalam menentukan besaran suatu nilai uniformitas anak ayam ras niaga DOC, diperlukan suatu perhituncan menyangkut Koefisien Variasi rataan berat badan anak ayam. Rumus :

% 100 x x

KV2S=

Keterangan : KV = besaran nilai koefisien variasi berat badan anak ayam ras niaga DOC. X = rataan berat badan anak ayam ras niaga DOC dalam bentuk gram.

( )1 -n

n1 -

xx

S22

2∑∑

=

Ketentuan : 1. Apabila ditemukan besaran nilai koefisien variasi berat badan anak ayam ras niaga

DOC > 10 %, maka ditetapkan bahwa tingkat keseragamannya rendah. Berarti mutu bibit anak ayam ras niaga DOC diragukan dan tidak memenuhi standar.

2. Apabila ditemukan besaran nilai koefisien variasi berat badan anak ayam ras niaga DOC ≤ 10 %, maka standar mutu bibitrya dapat dipertanggungjawabkan atau Seleable.

Tatacara pengukuran yang diungkapkan terdahulu tidak menutup kemungkinan masih ditemukannya suatu kelemahan, diantaranya mengenai kondisi

Teknologi Penetasan 48

Page 49: Tetas Ubah

fisik anak ayam ras niaga DOC. Kondisi fisik yang dapat menimbulkan penurunan berat badan anak ayam ras niaga DOC yaitu tingkat kekeringan bulu, dan yang memenuhi syarat bila telah melampaui 95%. Oleh karena itu untuk mengeliminasi error, maka diperlukan tindakan lebih lanjut bagi seorang pengawas dengan melakukan pengawasan pada tahap kedua.

Pengawasan tahap kedua menyangkut cara pengambilan sampel pada kondisi anak-anak ayam ras niaga DOC berada dalam box-box karton kemasan baik sebelum maupun sesudah disegel. Pengambilan sampel pada box-box karton kemasan sebelum disegel bertujuan untuk menentukan banyaknya anak-anak ayam ras niaga DOC seperti telah ditetapkan menurut Surat Keputusan Direktorat Jenderal Peternakan No. 289/TN.220/D.JP/Deptan/ 1996. Banyaknya box karton kemasan yang berisi anak-anak ayam ras niaga DOC untuk dijadikan sampel, ditentukan : 1. Bila jumlah anak ayam yang menetas dalam satu kali masa penetasan ≤ 500.000

ekor, maka diambil 10 box dan masing-masing box dihitung jumlah anak ayam ras niaga DOC. Selanjutnya akan ditemukan rataan banyaknya/jumlah anak ayam ras niaga DOC/box.

2. Bila jumlah anak ayam yang menetas dalam satu kali penetasan > 500.000 ekor, maka diambil 20 buah box dan masing-masing box dihitung jumlah anak ayam ras niaga DOC. Selanjutnya akan ditemukan rataan banyaknya/jumlah anak ayam ras niaga DOC/box. Pengambil sampel pada point 1 dan 2 dapat diartikan 0,2 °/00 dari anak-anak ayam ras niaga DOC dilakukan secara random.

Selanjutnya adalah cara pengambilan sampei pada kondisi anak-anak ayam ras niaga DOC berada dalam box-box karton kemasan yang telah disegel. Tujuan pengawasan disini untuk diperoleh petunjuk praktis mengenai besaran rataan berat isi keseluruhan box karton kemasan. Cara pengukuran : 1. Anak Ayam Ras Niaga DOC Tipe Petelur

Rataan berat ± 4,75 kg/box memberikan petunjuk bahwa rata-rata berat bedan anak ayam ras niaga DOC ≥ 36,5 gram/ekor. Perhitungan tersebut didapat dari :

a. Berat box 0,80 kg b. Berat jejabah 0,15 kg c. 10 ekor anak ayam ras niaga DOC 3,8 kg Total = 4,75 kg/box

Teknologi Penetasan 49

Page 50: Tetas Ubah

2. Anak Ayam Ras Niaga DOC Tipe Pedaging Rataan berat ± 5,20 kg/box memberikan petunjuk bahwa rata-rata berat bedan anak ayam ras niaga DOC ≥ 41 gram/ekor. Perhitungan tersebut didapat dari:

a. Berat box 0,80 kg b. Berat jejabah 0,14 kg c. 10 ekor anak ayam ras niaga DOC 4,26 kg Total = 5,20 kg/box

Banyaknya pengambilan box, baik untuk anak ayam tipe petelur maupun tipe

pedaging yang ditimbang adalah sama. Bagi breeder yang mempu menghasilkan anak ayam ras niaga DOC ≤ 500.000 ekor setiap satu kali penetasan maka diambil secara random sederhana yaitu 10 box, sedangkan > 500.000 ekor diambil 20 box. Masing-masing box ditimbang dan kemudian akan ditemukan rataan berat tiap box, sehingga akan diperoleh pula rataan berat anak ayam ras niaga DOC.

Pengawasan standar mutu bibit anak ayam ras niaga DOC tipe petelur dan tipe pedaging di peternak budidaya dapat dilakukan dengan mengadakan pendekatan melalui uji kuantitas dan uji kualitas.

Uji Kuantitas : 1. Sebelum box karton kemasan yang masih utuh bersegel akan dibuka, maka

seorang pengawas dapat menimbang berat tiap box. Banyaknya box yang diambil sebagai sampel adalah : (a) Bila seorang peternak akan memelihara ≤ 10.000 ekor anak ayam ras niaga

DOC, maka diadakan random sederhana sebesar 10%. Artinya, paling banyak diambii 10 box karton kemasan yang berisi anak ayam ras niaga DOC. Kemudian ditimbang satu per satu dan dicatat berat masing-masing box. Akhirnya akan ditemukan baik berat tiap box maupun berat tiap ekor anak ayam ras niaga DOC.

(b) Bila seorang petenak akan memelihara > 10.000 ekor anak ayam ras niaga DOC, maka diadakan random sederhana sebesar 10%. Artinya, paling banyak diambil 20 box karton kemasan yang berisi anak ayam ras niaga DOC. Kemudian ditimbang satu per satu dan dicatat berat masing-masing box. Akhirnya akan ditemukan baik berat tiap box maupun berat tiap ekor anak ayam ras niaga DOC.

Teknologi Penetasan 50

Page 51: Tetas Ubah

Biasanya selama perjalanan terjadi penyusutan berat anak ayam ras niaga DOC ± 5.5 %, sehingga ditemukan perhitungan sebagai berikut:

• Anak ayam ras niaga DOC tipe petelur dalam tiap box telah diketahui awalnya memiliki berat 4,75 kg/box. Bila kehilangan berat badan 5,5 %, maka diperoleh berat akhir box = (4,75 – 0,20) kg = 4.55 kg.

• Anak ayam 'as niaga DOC tipe pedaging dalam tiap box telah diketahui awanya memiliki berat 5,20 kg/box. Bila kehilangan berat badan 5,5 %, maka diperoleh berar akhir box = (5,20-0,20) kg = 5,00 kg.

Biasanya selama perjalanan terjadi penyusutan beret anak ayam ras niaga DOC (5 - 5.5) %, sehingga ditemukan perhitungan sebagai berikut: • Anak ayam ras niaga DOC tipe petelur dalam tiap box diketahui bahwa

berat awalnya = 4,75 kg. Bila kehilangan berat badan 5.5 %, maka diperoleh berat akhir tiap box = (4.75 - 0.20) kg = 4.55 kg.

• Anak ayan ras niaga DOC tipe pedaging dalam tiap box diketahui bahwa berat awalnya = 5,20 kg. Bila kehilangan berat badan 5 %, maka diperoleh berat akhir box = (5,20 – 0,20) kg = 5,00 kg

2. Setelah dilakukannya penimbangan pada masing-masing box yang dijadikan sampel, maka selanjutnya diadakan perhitungan banyaknya anak-anak ayam ras niaga DOC tiap box. Akhirnya diketahui banyaknya anak ayam ras niaga DOC/box.

Uji Kualitas : 1. Pengawas menghitung berapa banyak anak ayam yang mati/box sampel. 2. Pengawas memprediksi kondisi fisik anak-anak ayam ras niaga DOC pada tiap-

tiap box yang dijadikan sampel. Penilaian disini bersifat umum dan tidak dapat dijadikan patokan apalagi dijadikan ukuran.

PENGAWASAN AYAM RAS NIAGA

Pengawasan Anak-Anak Ayam Ras Niaga Sewaktu Menetas dan Sewaktu Pemilihan— Adakah anak-anak ayam DOC yang mengalami:

a) Abnormalitas paruh b) Abnormalitas kaki c) Kebutaan mata, baik baik sebelah maupun kedua-duanya. d) Anak ayam yang tremor

Teknologi Penetasan 51

Page 52: Tetas Ubah

e) Anak ayam yang kuntet f) Anak ayam terlalu besar atau terlalu kecil diantara kelompoknya. g) Tali pusar yang masih menempel ke tubuh anak ayam. h) Kulit telur masih menempel di tubuh anak ayam. I) Perbuluan yang masih melengket sehingga pergerakannya terganggu.

— Sewaktu dikeluarkan dari dalam mesin penetasan, bulu anak ayam sudah harus kering > 95 %.

— Perhatikan warna bulu anak ayam ras niaga, baik untuk tipe petelur maupun untuk tipe pedaging, apakah muncul kelainan-kelainan warna bulunya.

— Perhatikan keaktifan anak-anak ayam ras, terutama pada tipe petelur. — Perhatikan keadaan anus anak ayam ras niaga, apakah tertutup zat

berkapur? Atau tertutup kotoran yarg lain. — Perhatikan, apakah anak-anak ayam ras niaga, yang bertemperamen looking

at the star. — Perhatikan sayap anak-anak ayam ras niaga, apakah banyak ditemukan yang

terkulai ke bawah. — Sewaktu diadakan pemilihan anak-anak ayam ras niaga DOC, baik tipe petelur

maupun tipe pedaging, perhatikan : a) Keseragaman anak ayam b) Keaktifan anak ayam c) Kelainan warna bulu d) Abnormalitas anak ayam e) Kebersihan anus f) Tali pusar telah lepas atau belum. g) Kekeringan bulu anak ayam.

— Berapa lama penanganan anak-anak ayam ras niaga sejak dikeluarkan dari mesin penetasan (hatcher) sampai ke pemilihan dan pemasukan anak ayam ke dalam kemasan box-box karton ?

— Perhatikan kebersihan setiap karyawan yang menangani penetasan, terutama pada awal dilakukannya pengeluaran anak ayam dari mesin penetasan. Pengawas, disini secara random berhak memeriksa keseluruhan aktivitas di ruangan penetasan, pemilihan dan pengepakan serta ruangan pengiriman ke truk-truk. Hal ini merupakan bahan laporan autentik untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak atasan yang berwenang.

Teknologi Penetasan 52

Page 53: Tetas Ubah

Pengawasan Penanganan Anak-Anak Ayam Ras Niaga (tipe petelur dan tipe pedaging) Sebelum Pengemasan

1. Apakah cara vaksinasi yang dilakukan pada anak-anak ayam ras niaga telah memenuhi prosedur dan persyaratan medis ?

2. Vaksin apa saja yang dipergunakan dan diberikan kepada anak-anak ayam ras niaga setiap kali turun dari mesin penetasan ?

3. Khusus kepada anak ayam ras niaga tipe petelur, apakah perusahaan bersangkutan melakukan potong paruh ?

4. Apakah anak-anak ayam ras niaga tipe petelur yang jantan dipisahkan dari yang betina pada box-box khusus ? Setelah itu dikemanakan ?

5. Berapa lama diperlukan waktu dari saat vaksinasi hingga dimasukkan ke dalam box-box karton.

6. Masih adakah ditemukan kelainan pada anak ayarn ras niaga saat vaksinasi ? a) Keseragaman anak ayam b) Keaktifan anak ayam c) Abnormalitas anak ayam d) Kelainan warna bulu anak ayam dari originalitas populasi. e) Kebersihan anus, dsb.

Pengawasan Box Karton Kemasan Anak Ayam Ras Niaga DOC1. Kualitas box mudah menyerap cairan, tidak licin dan tahan terhadap tekanan serta

higienis. 2. Kemasan berbentuk trapesium, dibagian dalam ada sekat pemisah yang membagi

kemasan menjadi empat bagian, dan bagian atasnya ada tonjolan. 3. Sanitasi kemasan dilakukan ditempat penyimpanan kemasan anak ayam

(kuri/DOC). 4. Kemasan memiliki ventilasi yang cukup dibagian kiri, kanan, depan, belakang,

dan atas, yaitu berlubang-lubang. 5. Sekat pemisah bagian dalam box harus memiliki lubang-lubang. 6. Bahan jejabah dalam box, umumnya berupa potongan-potongan kertas yang

higienis. 7. Berat kemasan kosong minimal 0,8 kg. 8. Pemakaian kemasan hanya 1 (satu) kali. 9. Ukuran box karton kemasan, minimal:

o panjang bagian bawah 64 cm o panjang bagian atas 60 cm

Teknologi Penetasan 53

Page 54: Tetas Ubah

o lebar bagian bawah 48 cm o lebar bagian atas 44 cm o tinggi kemasan 15 cm o tinggi tonjolan 3 cm o tinggi penutup kemasan 4 cm.

10. Ukuran box karton kemasar dapat menampung minimal 100 ekor anak ayam DOC.

Pengawasan Anak-anak Ay am Ras Niaga Dalam Box Karton Kemasan Sebelum Pengiriman1. Standar kualitas grading anak ayam ras niaga DOC.

1) Tidak cacat 2) Pusar tidak luka 3) Berat diatas minimum 4) Tidak dihidrasi 5) Warna bulu mewakili keturunan 6) Berdiri tegap dan "hidup".

2. Banyak anak ayam ras niaga DOC dalam tiap sekat box karton kemasan 25 - 26 ekor.

3. Anak ayam ras niaga DOC "ekstra" sebanyak 1 - 3 % dalam 1 box karton kemasan berisikan 100 ekor.

4. Dalam 1 box, paling sedikit berisi 101 ekor dan paling banyak 103 ekor. 5. DOC "ekstra" harus masuk pehitungan ekonomi perusahaan untuk

menghindari adanya kesan bahwa DOC "ekstra" berasal dari yang berkualitas kurang baik, atau berasal dari anak-anak ayam ras non-niaga.

6. Apabila baik kondisi kaki-kaki anak ayam masih lemah maupun abdomennya masih lembut, maka anak-anak ayam ras niaga DOC tersebut dibiarkan dalam box karton kemasan selama 4 - 5 jam sebelum dikirim.

7. Saat box-box yang berisi anak-anak ayam ras niaga DOC tersimpan dalam ruangan sebelum pengiriman, maka tinggi tumpukan box tidak boleh lebih dari 15 tingkat.

Pengawasan Label Kemasan 1. Setiap box karton kemasan harus diberi label, label harus terpisah dan

berfungsi sebagai segel. 2. Letak label menuturi dan.menempel antara box penutup bagian atas dan box

penutup bagian bawah, serta mudah terdeteksi.

Teknologi Penetasan 54

Page 55: Tetas Ubah

3. Label harus mudah dibaca dan tertulis dengan huruf cetak. 4. Ukuran Label box karton kemasan :

- panjang 15 cm - lebar 10 cm

5. Warna Dasar Label untuk : - anak ayam ras niaga tipe oetelur: kuning - anak ayam ras niaga tipe pedaging : coklat.

6. Setiap label berisi keterangan : - tanggal DOC keluar mesin penetasan - jumlah isi kemasan - keterangan tentang vaksinasi yang telah dilakukan - jaminan berat DOC :

o tipe petelur : 33 - 40 gram o tipe pedaging : 37 - 45 gram

- cap perusahaan pengirim 7. Selain ketentuan yang telah ditetapkan terdahulu, maka box karton kemasan

harus pula berisi keterangan : - galur (strain) - nama dagang perusahaan pembibitan - alamat perusahaan pengirim.

Pengawasan Truk-Truk Pengirim Anak Ayam Ras Niaga DOC Dalam Box- Box Karton Kemasan 1. Truk-truk pengirim harus bersih dan telah dicucihamakan. 2. Sopir dan kernet truk-truk pengirim anak ayam ras niaga DOC harus sehat

dan bebas kontaminasi penyakit. 3. Tinggi tumpukan box karton yang berisi anak ayam ras niaga DOC, di

dalam truk pengirim tidak boleh lebih dari 15 tingkat. 4. Bentuk truk-truk pengiriman anak ayam ras niaga :

1) CAB-OVER : < 20.000 ekor Bentuk truk yaitu antara "body" dan "unit box" jadi satu

2) Box-Type : > 50.000 ekor 3) CONVERTED BUSES:

Memiliki spesial ventilator, dan kadang-kadang ber-AC. 5. Truk pengiriman anak ayam ras niaga DOC hanya berlaku untuk satu nama

perusahaan pembibitan, artinya tidak boleh di dalam 1 (satu) truk berisikan anak-anak ayam berasal dari perusahaan yang berbeda.

Teknologi Penetasan 55

Page 56: Tetas Ubah

6. Temperatur box karton yang berisi anak ayam dalam truk ± 30° C (hangat). 7. Bila pengiriman via udara, 3 jam sebelum keberangkatan box-box sudah ada di

airport. Pengawasan Anak-Arak Ayam Ras Niaga DOC Dalam Box Karton Kemasan di tempat Distributor ataupun di Poultry Shop 1. Tempat penyimpanan harus memenuhi syarat kesehatan. 2. Anak-anak ayam tidak boleh lebih dari 1 (satu) hari penyimpanan di tempat

distributor ataupun di Poultry Shop. 3. Kenyamanan ranak-anak ayam terjamin dan tetap sehat. 4. Penanganan harus hati-hati. 5. Label harus masih utuh dan masih dapat dibaca dengan jelas. Pengawasan Anak-Anak Ayam Ras Niaga DOC di Tangan Peternak Pemelihara. 1. Box karton kemasan yang berisi anak ayam ras niaga DOC harus dalam

keadaan masih utuh, terkecuali bila jumlah pembelian tidak mencapai isi 1 (satu) box.

2. Anak-anak ayam ras niaga DOC sampai ke peternak harus pagi hari. 3. Petemak/pelanggan harus mencek :

1) Jumlah, sex, tipe ayam yang dikirim. 2) Waktu kedatangan anak-anak ayam ras niaga DOC di peternak (jam, hari,

tanggal, bulan dan tahun). 3) Jumlah anak ayam yang mati waktu tiba di peternak. 4) Kondisi anak ayam. 5) Kondisi fasilitas brooding di peternak. 6) Komentar lain dari peternak.

4. Apabila terjadi keganjilan-keganjilan di luar hal-hal yang berlaku normal, para peternak harus mencatat dan sepengetahuan atau dibenarkan oleh pihak pengirim.

5. Apabila anak-anak ayam ras niaga DOC secara langsung diambil oleh para peternak dari pihak distributor ataupun poultry shop, harus ada resi surat penerimaan dan pembelian (autentik).

6. Syarat pengiriman anak ayam ras niaga DOC dari perusahaan pembibitan sampai ke tangan peternak tidak boleh lebih dari ± 60 jam.

Teknologi Penetasan 56

Page 57: Tetas Ubah

Teknologi Penetasan 57