teori hirarki belajar

23
Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne I. PENDAHULUAN Robert M. Gagne (1916-2002) adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ia telah banyak memperkenalkan berbagai pandangan tentang pembelajaran. Salah satunya adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada pemrosesan informasi (Andriyani, 2008). Dalam teori belajar ini, salah satu hal yang sangat penting adalah perancangan instruktusinalnya. Ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagibelajar keterampilan yang lebih rumit. Kapasitas itu diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa (Andriyani, 2008). Belajar menurut Gagne (Dahar, 2001) adalah suatu proses di mana suatu organisasi (siswa) berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan definisi ini, diketahui bahwa belajar merupakan suatu proses yang akan memerlukan waktu untuk

Upload: diansa

Post on 09-Jul-2016

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

teori belajar

TRANSCRIPT

Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne

I.       PENDAHULUAN

Robert M. Gagne (1916-2002) adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ia telah banyak memperkenalkan berbagai pandangan tentang pembelajaran. Salah satunya adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada pemrosesan informasi (Andriyani, 2008). Dalam teori belajar ini, salah satu hal yang sangat penting adalah perancangan instruktusinalnya.

Ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagibelajar keterampilan yang lebih rumit. Kapasitas itu diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa (Andriyani, 2008).

Belajar menurut Gagne (Dahar, 2001) adalah suatu proses di mana suatu organisasi (siswa) berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan definisi ini, diketahui bahwa belajar merupakan suatu proses yang akan memerlukan waktu untuk melihat perubahannya. Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah perubahan perilaku dari kurang baik menjadi lebih baik.

Seorang siswa dikatakan telah belajar jika telah terdapat perubahan dalam perilakunya. Dalam hal ini terdapat beberapa macam hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne (Driscoll, 2005), yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.

Dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah, melibatkan siswa dan guru. Siswa merupakan subjek yang akan belajar, sedangkan guru bertindak sebagai pemandu siswa dalam

proses belajarnya. Oleh karena itu, sangat perlu dipersiapkan suatu rancangan pembelajaran yang akan menjadikan siswa belajar seperti yang seharusnya.

Dalam mempersiapkan rancangan pembelajaran terdapat banyak hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah mengenai teori-teori belajar yang mendukung rancangan pembelajaran yang sedang dipersiapkan. Hal ini perlu dilakukan agar dalam pelaksanaan pembelajaran nantinya menjadi lebih efektif.

Terdapat banyak ahli yang yang mengemukakan teori mengenai pembelajaran. Akan tetapi, dalam makalah ini hanya dibahas salah satu teori yang dicetuskan oleh Robert M. Gagne mengenai “Hirarki Belajar”.

Hal-hal yang dibahas dalam makalah ini adalah:1.      Tingkatan hasil belajar;2.      Tipe belajar;3.      Objek belajar matematika;4.      Situasi belajar; dan

Kejadian-kejadian instruktusional.

II.       PEMBAHASAN

A.   Tingkatan Hasil BelajarHal mendasar yang harus diketahui sebelum merencanakan sebuah pembelajaran adalah

mengetahui apa hasil belajar yang ingin dicapai. Dalam hal ini, Bloom (Driscoll, 2005) membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah utama, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Akan tetapi, Gagnemengklasifikan hasil belajar ke dalam lima kategori, dengan membagi ranah kognitif menjadi informasi verbal, strategi kognitif, dan keterampilan intelektual.

 Lima kategori hasil belajar menurut Gagne (Driscoll, 2005), yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan psikomotor. Hal tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.

1.      Informasi VerbalInformasi verbal atau pengetahuan verbal kemampuan yang dinyatakan dengan kategori

memperoleh label atau nama-nama, fakta, dan bidang pengetahuan yang sudah tersusun (Andriyani, 2008). Fakta ini dapat diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dari ucapan orang lain, mendengar radio, televisi atau media lainnya.

2.      Keterampilan IntelektualKeterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan,

menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Keterampilan ini memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dalam simbol atau konseptualisasi. Dalam mempelajari keterampilan ini, seseorang memulainya dari hal-hal yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Gagne (Driscoll, 2005) membagi kategori keterampilan intelektual menjadi sub-subketerampilan yang terurut berdasarkan tingkat kompleksitasnya. Keterampilan ini dirincikan ke dalam lima tingkatan, yaitu belajar diskriminasi (membedakan), konsep nyata, mendefinisikan konsep, aturan, dan tatanan aturan yang lebih tinggi – menyelesaikan masalah.  

a.       Diskriminasi (membedakan)Kemampuan ini merupakan kemampuan pertama yang harus dikuasai seseorang dalam mempelajari keterampilan intelektual. Kemampuan membedakan yang dimaksudkan adalah kemampuan untuk memberikan respons yang berbeda terhadap berbagai stimulus yang diberikan antara bentuk satu atau lebih. Penjelasan sederhananya adalah, seseorang dapat menyatakan sama atau tidaknya dua stimulus yang diberikan. Hal ini dapat berupa tekstur, huruf, angka, bentuk, dan suara.

b.      Konsep NyataBelajar konsep nyata adalah mengetahui sifat-sifat umum benda nyata atau kejadian dan mengelompokkan objek-objek atau kejadian-kejadian dalam satu kelompok.

c.       Mendefinisikan KonsepSeseorang dikatakan telah belajar mendefinisikan konsep jika ia dapat menunjukkan arti dari beberapa kelas khusus dari objek, kejadian, atau hubungan. Dengan kata lain, mereka dapat membedakan contoh kejadian baru atau ide dengan definisi mereka sendiri.

d.      AturanTingkatan selanjutnya adalah belajar aturan. Yaitu menerapkan hubungan tunggal untuk memecahkan suatu bagian masalah.

e.       Tatanan Aturan Lebih Tinggi – Menyelesaikan MasalahAturan tatanan yang lebih tinggi ini disebut juga “problem solving”, atau menyelesaikan masalah. Dalam tingkatan ini seseorang menerapkan sebuah kombinasi aturan baru untuk menyelesaikan sebuah masalah kompleks.

Berikut ini contoh sederhana tingkatan keterampilan intelektual berdasarkan keterangan di atas.   

Seorang siswa harus sudah dapat membedakan segi tiga dari bentuk yang lain sebelum ia akan dapat mempelajari identifikasi macam-macam segi tiga. Dengan kata lain, jika mereka tidak dapat melihat perbedaan segi tiga dari segi empat, dan menyatakannya sebagai segi empat, mereka tidak akan dapat mengidentifikasi contoh jenis segi tiga. Sejalan dengan hal tersebut, membedakan dan mengidentifikasi sudut siku-siku  dari sudut yang lain juga diperlukan sebelum siswa dapat mengidentifikasi sebuah segi tiga siku-siku. Sehingga, untuk mengidentifikasi sebuah segi tiga siku-siku, setidaknya seorang siswa harus menguasai identifikasi segi tiga dan sudut siku-siku.

Mempelajari tingkatan ini memberikan tiga keuntungan untuk merencanakan pembelajaran. Yaitu:

         Memastikan bahwa pembelajaran lengkap dengan mengidentifikasi semua komponen dari sebuah keterampilan intelektual yang dapat dirangkum dalam sebuah pelajaran

         memungkinkan pengurutan yang tepat pada sebuah pembelajaran dengan menunjukkan komponen-komponen apa saja yang harus dikuasai sebelum yang lain diselesaikan, dan

         Memberikan pembelajaran efektif dengan memfokuskan pada komponen penting dari pada yang tidak berhubungan atau topik yang “baik untuk diketahui”.  

1.      Strategi KognitifHasil belajar ini adalah kemampuan yang menentukan pembelajaran pribadi seseorang,

mengingat, dan menentukan sikap. Memiliki teknik berpikir tertentu, cara menganalisis masalah, dan memiliki pendekatan untuk memecahkan masalah. Strategi ini desebut juga sebagai proses berfikir siswa sendiri.

Andriyani (2008) menjelaskan bahwa strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur bagaimana siswa mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berfikir dalam rangka mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan. Hal ini berpangaruh terhadap perhatian siswa dan informasi yang tersimpan dalam ingatannya serta menemukan kembali ingatan itu. Strategi ini adalah suatu proses informasi atau induksi di mana seseorang mengingat objek-objek kejadian untuk memperoleh suatu kejelasan mengenai suatu gejala tertentu untuk menghasilkan induksi.

2.      SikapHasil belajar yang berupa sikap adalah hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan tindakan

pribadi berdasarkan pemahaman intens dan perasaan. Dapat juga dikatakan sebagai kondisi mental yang mempengaruhi pilihan tindakan pribadi.

3.      Keterampilan PsikomotorikKeterampilan psikomotorik adalah keterampilan untuk melakukan kegiatan yang

berkaitan dengan penggunaan otot/tubuh (perbuatan jasmani). Indriyani (2008), menyebutkan bahwa ciri umum keterampilan ini adalah membutuhkan prasyarat untuk mengembangkan kemulusan/kehalusan dan pengaturan waktu. Dengan demikian, keterampilan ini akan bertambah sempurna jika sering dipraktekkan. Sebagai contoh adalah keterampilan menggunakan penggaris dan jangka dalam membuat bentuk lingkaran, segi tiga sama sisi, sudut siku-siku dan lain-lain.  

B.   Tipe Belajar Menurut GagneSelain mengklasifikan hasil belajar Gagne juga mengelompokkan belajar ke dalam 8 tipe

belajar. Ruseffendi (2006) memaparkan tipe-tipe tersebut,  yaitu isyarat (signal), stimulus respons, rangkaian gerak (motor chaining), rangkaian verbal (verbal chaining), membedakan (Discrimination chaining), pembentukan konsep (conceptformation), pembentukan aturan (principleformation), dan pemecahan masalah (problem solving). Penjelasan mengenai tipe-tipe belajar tersebut adalah sebagai berikut.

1.      Isyarat (Signal)Belajar isyarat adalah belajar sesuatu yang tidak diniati (disengaja) sebagai akibat dari

suatu rangsangan yang dapat menimbulkan reaksi emosional. The Robert Gordon Unversity (1998) juga menjelaskan bahwa belajar isyarat adalah bentuk paling sederhana dari pembelajaran, dan pada dasarnya terdiri dari pengkondisian klasik yang pertama kali dijelaskan oleh psikolog perilaku Pavlov. Dalam hal ini, subjek 'dikondisikan' untuk memancarkan respon yang diinginkan sebagai hasil dari stimulus yang biasanya tidak menghasilkan respon itu. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengekspos subjek terhadap stimulus yang dipilih (dikenal sebagai stimulus terkondisi) bersama dengan stimulus lain (dikenal sebagai stimulus berkondisi) yang menghasilkan respon yang diinginkan secara alami. Setelah sejumlah pengulangan dari

stimulus ganda, ia menemukan bahwa subjek memancarkan respon yang diinginkan cukup dengan pemberian stimulus yang dikondisikan.

Contoh belajar isyarat adalah reaksi emosional siswa terhadap pelajaran matematika. Dapat berupa perasaan kesal yang terjadi akibat sikap atau ucapan gurunya yang tidak menyenangkan disebabkan oleh siswa tersebut acuh tak acuh dalam belajarnya. Atau sikap positif siswa terhadap matematika karena sikap gurunya yang menyenangkan. 

2.      Stimulus ResponsPerbedaan antara belajar stimulus respons dengan belajar signal terletak pada niat dan

respons siswa. Jika dalam belajar isyarat siswa belajar tidak diniati dan responnya emosional, maka pada tipe belajar stimulus respons belajarnya diniati dan responnya jasmaniah (fisik).Contohnya siswa meniru menyebutkan segi tiga setelah gurunya menyebutkan segi tiga, siswa mengumpulkan benda segitiga setelah diminta oleh gurunya. Pada tipe belajar ini diharuskan adanya rangsangan dari luar yang akan menyebabkan timbulnya respons tertentu yang diharapkan dari siswa. Setiap adanya stimulus baru, pada diri siswa itu akan terjadi penguatan. 

3.      Rangkaian Gerak (Motor Chaining)Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan (atau lebih)

stimulus respons. Ini adalah bentuk yang lebih maju dari belajar di mana subjek mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan dua atau lebih ikatan stimulus-respon yang dipelajari sebelumnya ke dalam urutan terkait. Sebagai contoh adalah kegiatan siswa dalam belajar menggambar ruas garis melalui dua titik yang diketahui. 

4.      Rangkaian Verbal (Verbal Chaining)Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus

respons. Contohnya dalam pembelajaran matematika adalah menyatakan atau mengemukakan pendapat tentang konsep, simbol, definisi, aksioma, dalil, dan lain-lain.

5.      Memperbedakan (Discrimination Chaining)Belajar memperbedakan merupakan belajar memisah-misah rangkaian yang bervariasi.

Dalam hal  ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu membedakan tunggal misalnya pengenalan siswa terhadap lambang bilangan, dan membedakan jamak misalnya mengenal perbedaan antara lambang bilangan satu dengan lainnya.

  6.      Pembentukan Konsep (ConceptFormation) Tipe belajar ini disebut juga tipe belajar pengelompokkan, yaitu belajar melihat

(mengenal) sifat bersama benda-benda konkret atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok. Sebagai contoh adalah siswa mengamati sisi meja (yang lurus), garis pertemuan dua dinding (lurus) dari ruangan kelas, seutas tali yang direntangkan dengan kuat. Dalam hal ini ia membedakan dengan lengkungan lain (tidak lurus),  ruas garis, sinar, dan lain-lain. 

7.      Pembentukan Aturan (PrincipleFormation)

Pada tipe belajar ini siswa diharapkan mampu memberikan respons terhadap semua stimulus dengan segala macam perbuatan. Dalam hal ini terutama adalah kemampuan menggunakannya. Misalnya, seorang siswa diharapkan mampu mengaplikasikan aturan (rumus) Phytagoras dalam segi tiga siku-siku, bukan hanya mampu menyebutkannya. 

8.      Pemecahan Masalah (Problem Solving)The Robert Gordon Unversity (1998) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah

tingkat tertinggi dari proses kognitif menurut Gagne. Ini melibatkan pengembangan kemampuan untuk menciptakan aturan yang kompleks, algoritma atau prosedur untuk tujuan memecahkan satu masalah tertentu, dan kemudian menggunakan metode untuk memecahkan masalah-masalah lain yang sifatnya serupa.

Dalam pemecahan masalah biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan:a.       Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelasb.      Menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional (dapat memecahkan masalah)c.       Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk

dipergunakan dalam memecahkan masalah itud.      Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya (pengumpulan data,

pengolahan data, dan lain-lain), hasilnya mungkin lebih dari satue.       Memeriksa kembali apakah hasil yang diperoleh benar.

C.   Objek Belajar MatematikaMenurut Ruseffendi (2006),terdapat dua objek yang dapat diperoleh siswa dalam belajar

matematika, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung di antaranya kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja, dan lain-lain), bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana seharusnya belajar. Sedangkan objek langsung adalah fakta, keterampilan, konsep dan aturan (principle).

1.      Fakta, contohnya lambang bilangan, sudut, garis, simbol, dan notasi.2.      Keterampilan, adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Misalnya

membagi ruas garis menjadi dua ruas sama panjang, menjumlahkan pecahan, dan membagi bilangan dengan cara singkat.

3.      Konsep, merupakan ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan bukan contoh. Misalnya, dengan menggunakan konsep garis lurus memungkinkan kita memisahkan objek-objek apakah termasuk garis lurus atau bukan.

4.      Aturan (principle), ialah objek yang paling abstrak, dapat berupa sifat, dalil, dan teori. Contohnya aturan “dua segi tiga sama dan sebangun jika dua sisi yang seletak dan sudut apitnya kongruen”.

Dalam mempelajari objek-objek belajar, menurut Gagne (Bell, 1978) ada beberapa fase utama yang dilalui seseorang, yaitu:

1.      Fase pengenalan (apprehendingphase)Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa

bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.

2.      Fase perolehan (acqusitionphase)Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

3.      Fase penyimpanan (storagephase)Fase storage adalah fase penyimpanan informasi. Dalam hal ini ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang. Pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat memindahkannya ke memori jangka panjang.

4.      Fase pemanggilan (retrievalphase).Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.

  E.   Situasi Belajar

Untuk mencapai hasil belajar seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka diperlukan situasi belajar yang tepat untuk setiap hasil belajar yang diinginkan. Sebagai contoh situasi yang diusahakan untuk mencapai hasil belajar verbal tidak tepat jika digunakan juga pada pembelajaran dengan tujuan mencapai keterampilan psikomotor.

Gagne (ICELS, 2014), menjelaskan dua jenis kondisi yang ada dalam pembelajaran: internal dan eksternal. Yang termasuk kondisi internal adalah kemampuan yang sudah ada pada diri siswa sebelum pembelajaran baru dimulai. Hal ini menjadikan kondisi internal diperlukan untuk belajar. Kondisi internal berubah selama proses pembelajaran. Sedangkan kondisi eksternal meliputi stimulus yang berbeda yang ada di luar siswa seperti lingkungan, guru, dan situasi belajar. Ini berarti bahwa setiap situasi belajar baru dimulai dari titik yang berbeda sebelum belajar dan akan terdiri dari situasi eksternal yang berbeda, tergantung pada siswa dan lingkungan belajar.Gagne, Briggs, dan Wager (Driscoll, 2005) mengkategorikan situasi belajar berdasarkan pembagian tipe hasil belajar. Suatu rancangan pembelajaran harus dipersiapkan untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan kategori yang diharapkan.

F.   Kejadian-Kejadian InstruktusionalAda 9 kejadian belajar yang didasarkan pada pendapat Gagne (Driscoll, 2005), yaitu:

1.      Memelihara perhatian (GainingAttention)Kejadian belajar pertama adalah mendapatkan perhatian. Hal ini dimaksudkan agar siswa siap melaksanakan pembelajaran yang akan disajikan. Selain itu juga untuk membangkitkan minat siswa terhadap apa yang akan dipelajari.Contoh: Menampilkan melalui proyektor gambar bermacam-macam bangun datar yang diberi label pada masing-masing gambar. Di antaranya  terdapat beberapa segi tiga siku-siku dalam berbagai ukuran, warna, dan posisi.

2.      Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran (Informingthelearner of theobjective)

Kejadian berikutnya adalah menjelaskan kepada siswa apa tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini dimaksudkan agar siswa memahami apa saja keterampilan yang harus mereka kuasai setelah mengikuti kegiatan belajar.Contoh: Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar mengidentifikasi segi tiga siku-siku.

3.      Merangsang ingatan tentang pelajaran sebelumnya (Stimulatingrecall of priorlearning)Selanjutnya adalah merangsang ingatan mengenai pelajaran sebelumnya yang terkait dengan stimulus yang akan diberikan. Hal ini dapat berupa konsep, aturan, atau keterampilan. Andriyani (2008) menambahkan, dengan pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa dalam memori kerjanya, diharapkan siswa siap untuk membuat hubungan antara pengetahuan lamanya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.Contoh: Meninjau kembali definisi segi tiga dan pengertian sudut siku-siku.

4.      Menyajikan stimulus (Presentingthecontent)Kejadian belajar selanjutnya adalah menyajikan stimulus. Isi stimulus yang disajikan harus spesifik sesuai dengan hasil yang ingin dicapai.Contoh: Memberikan definisi segi tiga siku-siku.

5.      Menyediakan bimbingan belajar (Providing “learningguidance”)Bimbingan belajar diberikan untuk menjadikan stimulus sebermakna mungkin. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih mudah mencapai tujuan belajar.Contoh: Meminta siswa memilih salah satu gambar berlabel sebagai contoh segi tiga siku-siku dalam proyeksi yang telah disajikan.

6.      Menampilkan kinerja (Elicitingperformance)Meminta siswa menunjukkan kemampuan yang telah dipelajari. Dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk latihan.Contoh: Meminta siswa menunjukkan hasil pilihan mereka.

7.      Memberikanumpan balik (Providingfeedback)Memberikan umpan balik terhadap apa yang telah ditunjukkan siswa. Hal ini bertujuan untuk memperkuat pelajaran yang baru diperoleh. Umpan balik yang diberikan berupa informasi tentang tingkat kebenaran atau ketidaktepatan kinerja.Contoh: Menginformasikan kepada siswa apakah gambar yang dipilih sudah tepat atau belum tepat. Diiringi dengan tambahan penjelasan mengenai hal-hal yang masih belum tepat.

8.      Menilai kinerja (Assesingperformance)Setelah penampilan kinerja dan pemberian umpan balik, selanjutnya adalah menilai kinerja. Bertujuan untuk memverifikasi bahwa pembelajaran telah terjadi setelah pemberian umpan balik. Hal ini dilakukan setelah pemberian stimulus tambahan.Contoh: Meminta siswa untuk memilih kembali gambar yang lain. Kemudian memberikan penilaian terhadap hasil kerjanya.

9.      Meningkatkan retensi dan transfer (Enhacingretentionand transfer)Kejadian selanjutnya adalah meningkatkan retensi dan transfer. Hal ini mengacu pada memindahkan kemampuan belajar ke ingatan jangka panjang dan memindahkannya ke dalam situasi baru di luar lingkungan belajar. Dapat dilakukan dengan cara mengulas kegiatan belajar yang telah berlangsung dan memberikan contoh penerapan dalam kehidupan nyata.Contoh: Menyimpulkan kejadian belajar yang telah berlangsung dan memberikan contoh kejadian nyata yang berkaitan dengan bentuk segi tiga siku-siku.

Kejadian-kejadian belajar tersebut harus dilakukan sebara berurutan dan dalam tiap kejadiannya perlu didukung oleh peristiwa belajar tertentu agar menghasilkan aktivitas yang maksimal diri siswa. Hal ini sangat penting karena selalu ada dalam setiap tindakan belajar dan digunakan secara berlainan pada tingkatan hasil belajar yang berbeda (Andriyani, 2008).

III.       PENUTUP

Robert M. Gagne terkenal dengan konstruksinyamengenai  “hierarki belajar”. Hierarki belajar yang dimaksudkan adalah satu set komponen keterampilan yang harus dipelajari sebelum seseorang dapat mempelajari keterampilan yang kompleks.

Teori belajar yang dikemukakan olehGagne mengenai hierarki belajar sangat sesuai diterapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Salah satu hal utama yang mendasari adalah penggunaan prasyarat dalam pelaksaannya. Penjelasan-penjelasan mengenai hal ini telah diungkapkan dengan contoh-contoh pada pembahasan sebelumnya.

Dalam mempelajari ilmu pendidikan, sering dikemukakan pertanyaan berupa “ mengapa

seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita sependapat bahwa

didunia ini tidak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat melakukan segala

sesuatu dengan sendirinya, begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa

pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang lain.

Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa

lainnya, tentu ia akan binasa ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak terdidik oleh

manuisa. Oleh karena itu, manusia disebut makhluk sosial, manusia juga makhuk berbudaya,

sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu

memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan dan dimana saja ia berada.

Banyak ilmuwan yang telah menemukan teori belajar, untuk mempermudah seorang manusia belajar. Salah satu teori belajar tersebut adalah teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami bahas dalam makalah ini.

TEORI BELAJAR ROBERT M. GAGNE

 

Oleh :

Dedi Noviyanto dan M. Asrori

(Disampaikan dalam Seminar Mata Kuliah Teori-teori Belajar – Program Magister Manajemen Pendidikan Islam – UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tanggal 14 Juni 2011)

 

A.   PENDAHULUAN

       1.       Latar Belakang

Pada hakekatnya, belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta berlangsung seumur hidup.  Kompleksitas belajar tersebut melahirkan banyak teori-teori yang berkembang dan berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses belajar tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah.

Tiap teori belajar menitikberatkan pada tumpuan yang berbeda-beda, ada yang lebih mementingkan proses belajar, pada hasil belajar, pada isi atau konten bahan ajar, ada pula yang mengutamakan kepada pembentukan atau mengkonstruksi pengetahuan, sikap atau keterampilannya sendiri

Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak  secara tepat.  Artinya teori-teori belajar ini diharapkan dapat mengarahkan dalam merancang dan mealksanakan kegiatan pembelajaran.  Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah dalam kegiatan pembelajaran, namun akan dapat memberikan arah prioritas dalam kegiatan pembelajaran. [1] Oleh karena itu para pelaku pembelajaran baik guru, perancang pembelajaran dan para pengembang program pembelajaran yang profesional harus dapat memilih teori belajar yang tepat untuk digunakan dalam desain pembelajaran yang akan dikembangkannya.

Teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne merupakan salah satu teori belajar yang penting untuk diketahui serta diterapkan dalam belajar.  Hal-hal yang dibicarakan oleh Gagne dalam teorinya adalah mengenai peristiwa belajar, kemampuan belajar dan tipe belajar.

2.       Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah:

a.         Bagaimanakah peristiwa-peristiwa belajar menurut Robert M. Gagne?

b.         Bagaimanakah kemampuan belajar menurut Robert M. Gagne?

c.         Bagaimanakah tipe-tipe belajar menurut Robert M. Gagne?

B.   PEMBAHASAN

1.       Peristiwa-persitiwa Belajar menurut Robert M. Gagne

Pembelajaran menurut Gagne [2] adalah seperangkat    proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).  Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).  Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.

Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif.  Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar. [3]

Suciati dan Irawan menjelaskan sembilan peristiwa pembelajaran Gagne dalam bentuk bagan sebagai berikut : [4]

NoPeristiwa

PembelajaranPenjelasan

1Menimbulkan minat dan

memusatkan perhatian

Peserta didik tidak selalu siap dan fokus pada awal pembelajaran.  Guru perlu menimbulkan minat dan perhatian anak didik melalui penyampaian sesuatu yang baru, aneh, kontradiktif atau kompleks

2Menyampaikan tujuan

pembelajaran

Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak menebak-nebak apa yang diharapkan dari dirinya oleh guru.  Mereka perlu mengetahui unjuk kerja apa yang akan digunakan sebagai indikator penguasaan pengetahuan atau keterampilan

3

Mengingat kembali

konsep/prinsip yang

telah dipelajari yang

merupakan prasyarat

Banyak pengetahuan baru yang merupakan kombinasi dari konsep, prinsip atau informasi yang sebelumnya telah dipelajari, untuk memudahkan mempelajari materi baru

4Menyampaikan materi

pembelajaran

Dalam menjelaskan materi pembelajaran, menggunakan contoh, penekanan untuk menunjukkan perbedaan atau bagian penting, baik secara verbal maupun menggunakanfitur tertentu (warna, huruf miring, garisbawahi, dsb)

5

Memberikan bimbingan

atau pedoman untuk

belajar

Biimbingan diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang membiimbing proses/alur pikir peserta didik.  Perlu diperhatikan agar bimbingan tidak diberikan secara berlebihan

6Memperoleh unjuk kerja

peserta didik

Peserta didik diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari, baik untuk myakinkan guru maupun dirinya sendiri

7

Memberikan umpan

balik tentang kebenaran

pelaksanaan tugas

Umpan balik perlu diberikan untuk membantu peserta didik mengetahu sejauh mana kebenaran atau unjuk ekrja yang dihasilkan

8Mengukur/mengevaluasi hasil belajar

Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan melalui tes maupun tugas.  Perlu diperhatikan validitas dan reliabilitas tes yang diberikan dari hasil observasi guru

9Memperkuat referensi dan transfer belajar

Referensi dapat ditingkatkan melalui latihan berkali-kali menggunakan prinsip yang dipelajari dalam konteks yang berbeda.  Mondisi/situasi pada saat transfer belajar diharapkan terjadi, harus berbeda.  Memecahkan masalah dalam suasana di kelas akan sangat berbeda dengan susasana riil yang mengandung resiko

Menurut Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar bersifat kompleks.

2.       Kemampuan Belajar menurut Robert M. Gagne

Gagne mengkajji masalah belajar yang kompleks dan menyimpulkan bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang dipelajari mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit.  Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu :[5]

a.         keterampilan intelektual atau kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan penggunaan lambang.  Kemampuan ini meliputi:

(1)     asosiasi dan mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta)

(2)     diskriminasi (membedakan suatu lambang dengan lambang lain)

(3)     konsep (mendefinisikan suatu pengertian atau prosedur)

(4)     kaidah (mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara)

(5)     kaidah lebih tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan suatu masalah)

b.         strategi/siasat kognitif yaitu keterampilan peserta didik untuk mengatur proses internal perhatian, belajar, ingatan dan pikiran

c.         informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan

d.         keterampilan motorik, yaitu keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu

e.         sikap, yaitu keadaan dalam diri peserta didik yang mempengaruhi (bertindak sebagai moderator atas pilihan untuk bertindak).  Sikap ini meliputi komponen afektif, kognitif dan psikomotorik.

Untuk mempermudah pembahasan kelima kemampuan belajar ini disajikan dalam tabel sebagai berikut :

NoJenis hasil

belajarDeskripsi kemampuan Contoh

1Kemampuan intelektual

Menerapkan  konsep dan peraturan untuk mengatasi masalah dan ide-ide untuk menghasilkan produk

Mentakhrij hadits untuk mengetahui validitas hadits untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar penentuan sebuah fatwa agama

2 Strategi kognitifMengelola pikiran dan proses belajar seseorang

Secara selektif menggunakan pendekatan ushul fiqih, ilmu hadits dan ilmu tafsir dalam beristinbathhukum mengenai suatu permasalahan kontemporer yang belum pernah dibahas sebelumnya

3 Informasi verbalMenyebut, menceritakan, atau menggambarkan informasi yang telah tersimpan sebelumnya

Menyebutkan kaidah-kaidah ushul fiqih

4Kemampuan keterampilan motorik (skill)

Melaksanakan suatu tindakan dengan tepat dan cepat

Seorang yang hafal al-Quran segera dapat membenarkan bacaan ketika terjadi kesalahan yang tidak disengaja

5 Sikap Menentukan tidakan pribadi Dalam sebuah majelas taklim,

seorang ulama mendengarkan pertanyaan umat mengenai berbagai masalah agama yang mereka hadapi dan dapat merespons dalam majelis tersebut

Gagne juga menyatakan bahwa untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori kemampuan belajar tersebut di atas, ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh pendidik.  Ada kondisi belajar internal yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil belajar sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik.  Kondisi eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkan, misalnya pemanfaatan atau penggunaan berbagai media dan sumber belajar.

Berdasarkan kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.  Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan  pada teori pemrosesan informasi , yaitu sebagai berikut:

a.         Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan dikenal sebagai informasi.

b.         Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.

c.                      Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.

Didasarkan atas teori pemrosesan infromasi tersebut, Gane mengemukakan bahwa suati tindakan belajar meliputi delapan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa dan guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. [6]

       3.       Tipe-tipe Belajar menurut Robert M. Gagne

Gagne menyusun tipe-tipe belajarberdasarkan hasil belajar yang diperoleh dan bukan proses belajar yang dilalui peserta didik untuk mencapai hasil itu.  Selain itu, Gagne mencoba menempatkan delapan tipe belajar itu berada dalam suatu urutan hirakis, yaitu tipe belajar yang satu menajdi dasar atau landasan tipe belajar berikutnya.  Dengan demikian, peserta didik yang tidak menguasai tipe belajar yang terdahulu,  akan mengalami kesulitan dalam mengusai tipe belajar selanjutnya.  Selanjutnya Gagne menambahkan bahwa empat  tipe belajar pertama (nomor 1 s/d 4) kurang relevan untuk belajar di sekolah, sedangkan empat tipe kedua (nomor 5 s/d 8) lebih menonjolkan

pada belajar kognitif yang memang ditonjolkan di sekolah. [7]  Untuk lebih jelasnya, kedelapan tipe belajar ini disajikan dalam tabel berikut: [8]

No Tipe Belajar Hasil Belajar Contoh Prestasi

1Belajar sinyal(signal learning)

Memberikan reaksi pada perangsang (S-R)

Guru sejarah yang galak dikuti oleh siswa – Siswa tidak suka sejarah

2

Belajar stimulus respon(stimulus response learning)

Memberikan reaksipada perangsang (S-R)

Gurumemuji tindakan siswa – Siswa cenderung mengulang

3

Belajar merangkai tingkah laku (behaviour chaining learning)

Menghubungkan gerakan yang satu dengan yang lain

Membuka pintu mobil – duduk – kotrol persneling – menghidupkan mesin – menekan kopling – pesang persneling 1 – menginjak gas

4Belajar asosiasi verbal( verbal chaining learning)

Memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang

Nomor teleponmu? (021) 617812

5

Belajar diskriminasi(discrimination learning)

Memberikan reaksi yang berbeda pada stimulus-stimulus yang mempunyai kesamaan

Menyebutkan merek mobil-mobil yang lewat di jalan

6Belajar konsep(concept learning)

Menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu

Manusia, ikan paus, kera, anjing, adalah makhluk menyusui

7Belajar kaidah(rule learning)

Menghubungkan beberapa konsep

Benda bulat berguling pada alas yang miring

8Belajar memecahkan masalah(problem solving)

Mengembangkan beberapa kaidah menjadi prinsip pemecahan masalah

Menemukan cara memperoleh energi dari tenaga atom, tanpa mencemarkan lingkungan hidup

Dengan demikian, ada beberapa prinsip pembelajaran dari teori gagne, yaitu antara lain berkaitan dengan:

a.         perhatian dan motivasi belajar peserta didik,

b.                     keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar,

c.                      pengulangan belajar,

d.         tantangan semangat belajar,

e.         pemberian umpan balik dan penguatan belajar,

f.          adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.

Selain itu Gagne juga mementingkan akan adanya penciptaan kondisi beljaar, termasuk lingkungan belajar, khususnya kondisi yang berbasis media, yaitu meliputi jenis penyajian yang disampaikan kepada peserta didik dengan penjadwalan, pengurutan dan pengorganisasian.

C.   KESIMPULAN

1.    Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif.  Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar

2.    Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu :keterampilan intelektual atau kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan penggunaan lambang, strategi/siasat kognitif , informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap

3.    Gagne mencoba menempatkan delapan tipe belajar itu berada dalam suatu urutan hirakis, yaitu tipe belajar yang satu menjadi dasar atau landasan tipe belajar berikutnya