tb adalah penyakit infeksiusyang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis

Upload: argapotter6754

Post on 19-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TB adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Biasanya penyakit ini menyerang paru-paru (TB pulmonal), tetapi penyakit ini bisa menyerang organ lain (TB ekstrapulmonal). Penyakit ini penyebarannya melalui udara. Resiko terkena TB lebih tinggi pada pasien yang menderita HIV/AIDS, TB juga lebih sering menyerang laki-laki dibandingkan wanita (WHO, 2013).Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan orang tiap tahun dan menempati rangking kedua sebagai penyebab kematian dari penyakit infeksi di dunia, setelah human immunodeficiency syndrome (HIV). Menurut data terbaru terdapat 8,6 juta kasus baru TB pada tahun 2012 dan 1,3 kasus kematian akibat TB (WHO, 2013).Indonesia menempati peringkat keempat negara dengan insidensi kejadian TB terbesar di dunia setelah India, China. dan Afrika Selatan (WHO, 2013).Berdasarkan survei, pada tahun 2006 kasus baru di Indonesia lebih dari 600.000 kasus dan sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada pada usia produktif. Angka kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi lebih dari 100.000 kematian per tahun (Saptawati, 2012).Pengobatan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis masih merupakan persoalan dan tantangan dalam bidang kemoterapi. Faktor yang mempersulit pengobatan TB ialah kurangnya daya tahan hospes terhadap mikobakteria, kurangnya daya bakterisid obat yang ada, timbulnya resistensi kuman terhadap obat, masalah efek samping obat (Istiantoro dan Setiabudi, 2007).Hepatotoksisitas yang diinduksi oleh obat-obatan antituberkulosis adalah masalah yang serius dan telah dilaporkan bahwa 2-28% pasien TB mengalami hepatoksisitas yang disebabkan oleh obat atau drug-induced hepatoxicity (DIH) selama pengobatan berlangsung (Amer, 2013).Obat anti tuberkulosis lini pertama seperti Isoniazid (INH), Rifampsin (RIF), dan Pirazinamid (PZA) berpotensi mengakibatkan hepatotoksik seperti kenaikan kadar transaminase dan gagal hati fulminan. Insiden dari obat antituberkulosis yang menginduksi hepatoksisitas didapatkan 2-28% berdasarkan kriteria diagnosis hepatotoksisitas. Faktor resiko hepatotoksisitas yang diinduksi oleh antituberkulosis meliputi konsumsi alkohol berlebih, usia tua, penyakit liver, infeksi virus hepatitis B kronis dan hepatitis C, HIV, ras Asia, penggunaan obat-obatan yang tidak tepat dan status nutrisi yang rendah (WHO, 2013).

Terapi antituberkulosis di atas telah terbukti sangat efektif dalam pengobatan TB tetapi dapat menimbulkan hepatotoksisitas. Hepatotoksisitas yang dipicu oleh obat antituberkulosis adalah efek samping tersering yang membuat terapi terganggu. Resiko terjadinya DIH meningkat saat obat-obat tersebut dikombinasikan dalam penggunaan (Singla, 2010).Rifampisin dan isoniazid jika diberikan secara bersamaan maka akan lebih sering menyebabkan hepatotoksisitas daripada penggunaan tunggal obat-obat tersebut. Terdapat variasi insiden DIH akibat obat antituberkulosis yang dilaporkan dari berbagai negara, yaitu 3% di Amerika Serikat, 4% di Inggris, 11% di Jerman, 9,9% di Argentina, 13% di Hongkong, 36% di Jepang, 26% di Taiwan dan 8-36% di India. Tingginya insiden DIH di negara-negara Asia kemungkinan disebabkan oleh kerentanan ras, keganjilan metabolism obat, dan/atau adanya berbagai faktor resiko, seperti infeksi HBV atau malnutrisi. Kematian akibat DIH setelah terjadinya ikterik yang dilaporkan bervariasi antara 4-12% (Singla, 2010).Hepatitis karena pemberian isoniazid terjadi antara 4-8 minggu setelah pengobatan dimulai. Pemberian isoniazid pada penderita dengan riwayat penyakit hati harus dilakukan dengan hati-hati. Mekanisme toksisitas isoniazid tidak diketahui, walaupun diketahui bahwa asetilhidrazin suatu metabolit isoniazid, dapat menyebabkan kerusakan hati. Umur merupakan faktor yang sangat penting untuk memperhitungkan risiko efek toksik isoniazid pada hati. Kerusakan hati jarang terjadi pada penderita yang berumur dibawah 35 tahun. Makin tinggi umur seseorang makin sering ditemui kelainan ini. Kelainan yang paling banyak ditemui ialah meningkatnya aktivitas enzim transaminase (Istiantoro dan Setibudy, 2007).Pada bulan Agustus tahun 2003, CDC melaporkan bahwa pasien yang menerima pirazinamid sejak bulan Januari 2000 sampai Juni 2002 beresiko tinggi timbulnya cedera hati berat. Dari 7737 pasien yang menerima pirazinamid, 204 pasien tidak melanjutkan terapi karena mengalami peningkatan konsentrasi serum aspartat aminotransferase sebanyak lima kali lipat dari batas normal (Chang dan Schiano, 2007).Berdasarkan data di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian perihal hubungan antara penggunaan obat antituberkulosis terhadap kadar transaminase pada pasien tuberkulosis kasus baru.