tanggulangi cvpd pada tanaman jeruk

29
Tanggulangi CVPD pada Tanaman Jeruk Anda Sejak Dini CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) atau sering disebut greening yang kini namanya internasionalnya disebut penyakit " Huang lung Bin" ini termasuk salah satu penyakit jeruk yang masih menjadi momok bagi para petani. Bagaimana tidak? Petani jeruk di sebagian besar sentra produksi pernah merasakan kehebatan serangan penyakit ini yang mampu memusnahkan seluruh tanaman jeruk bahkan hingga saat ini masih ada yang belum terbebas dari serangan penyakit tersebut. Dengan program upaya pengendalian terpadu kebun jeruk sehat yang diformulasikan team peneliti BPTP Karangploso Malang, diharapkan serangan penyakit CVPD yang hingga saat ini masih menyerang dapat dikendalikan. CVPD tidak lain dan tidak bukan adalah penyakit yang menyebabkan daun jeruk berwarna kuning. Penyakit ini menyerang pada hampir seluruh jenis tanaman jeruk yang ada di Indonesia seperti : jeruk keprok Pulung, jeruk keprok Batu 55, keprok Madura, jeruk manis Pacitan, jeruk nipis Perak, jeruk keprok dan jeruk Siam dan lain-lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri perusak jaringan phloem yang tidak dapat dikulturkan disebut Liberobacter asiaticum dan berbeda dengan yang berkembang di benua Afrika yaitu Liberobacter africanum. Penyebaran penyakit ini ditularkan oleh kutu loncat (pembawa patogen) dan bibit jeruk yang terinfeksi CVPD. Serangan utama penyakit ini biasanya pada kuncup daun dan tunas-tunas Daun menguning dengan tulang daun yang masih hijau, merupakan gejala awal serangan CVPD

Upload: wiwik-septiani

Post on 19-Jun-2015

3.539 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Tanggulangi CVPD pada Tanaman Jeruk

Anda Sejak Dini

CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) atau sering disebut greening yang kini namanya

internasionalnya disebut penyakit " Huang lung Bin" ini termasuk salah satu penyakit jeruk yang

masih menjadi momok bagi para petani. Bagaimana tidak? Petani jeruk di sebagian besar sentra

produksi pernah merasakan kehebatan serangan penyakit ini yang mampu memusnahkan seluruh

tanaman jeruk bahkan hingga saat ini masih ada yang belum terbebas dari serangan penyakit tersebut.

Dengan program upaya pengendalian terpadu kebun jeruk sehat yang diformulasikan team peneliti

BPTP Karangploso Malang, diharapkan serangan penyakit CVPD yang hingga saat ini masih

menyerang dapat dikendalikan.

CVPD tidak lain dan tidak bukan adalah penyakit yang

menyebabkan daun jeruk berwarna kuning. Penyakit ini menyerang

pada hampir seluruh jenis tanaman jeruk yang ada di Indonesia

seperti : jeruk keprok Pulung, jeruk keprok Batu 55, keprok Madura,

jeruk manis Pacitan, jeruk nipis Perak, jeruk keprok dan jeruk Siam

dan lain-lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri perusak

jaringan phloem yang tidak dapat dikulturkan disebut Liberobacter

asiaticum dan berbeda dengan yang berkembang di benua Afrika

yaitu Liberobacter africanum. Penyebaran penyakit ini ditularkan

oleh kutu loncat (pembawa patogen) dan bibit jeruk yang terinfeksi

CVPD. Serangan utama penyakit ini biasanya pada kuncup daun dan

tunas-tunas muda. Serangan terhadap tunas-tunas muda ini akan

mengakibatkan tunas menjadi keriting dan pertumbuhannya

terhambat. Pada tingkat serangan lebih lanjut, bagian yang terserang

secara bertahap menjadi kering kemudian mati. Serangga penular

penyakit CVPD ini akan lebih aktif pada suhu tinggi (dataran rendah)

dibandingkan suhu rendah (dataran tinggi). Tanaman inang kutu

loncat ini adalah kemuning (Muraya peniculata) dari famili

Rutaceae.

Daun menguning dengan tulang daun

yang masih hijau, merupakan gejala awal

serangan CVPD

Kutu loncat ini juga menghasilkan sekresi berwarna putih berbentuk spiral yang diletakkan di atas

permukaan daun atau pucuk tunas. Kutu daun yang memiliki nama Latin Diaphorina citri mempunyai 3

Page 2: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

siklus hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Siklus hidupnya berlangsung selama 16-18 hari pada suhu

panas atau + 45 hari pada suhu dingin. Serangga penular ini mampu bertelur sebanyak + 800 butir selama

masa hidupnya yang biasanya diletakkan secara tunggal atau berkelompok pada kuncup dan tunas-tunas

muda sehingga pola pertunasan merupakan faktor penting dalam perkembangannya.

Pengendalian dengan musuh alami juga mampu menurunkan/menekan jumlah serangan.

Penggunaan musuh alami yang mampu mengendalikan vektor penyebab penyakit ini adalah Tamarixia

radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis, sedangkan predator yang juga mampu mengendalikan vektornya

seperti Curinus coeruleus, Coccinella repanda, Syrpidae dan Chryophydae. Namun demikian, penelitian

mengenai agen hayati sebagai predator tersebut diatas masih terus dilakukan.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka mengatasi serangan penyakit ini seperti program

rehabilitasi jeruk yang menitik beratkan pada eradikasi (pemusnahan terhadap tanaman yang diserang),

pengendalian dengan infusan Oxytetrasiklin-HCl, pengendalian terpadu yang melibatkan seluruh

komponen pengendalian termasuk eradikasi, infusan dengan antibiotika, penggunaan bibit jeruk bebas

(gejala) penyakit CVPD dan pemberantasan vektor (pembawa) penyakit tersebut. Namun demikian, upaya-

upaya tersebut di atas belum memberikan hasil yang memuaskan, penyebabnya adalah penerapan teknologi

pengendalian yang dilakukan petani belum sepenuhnya, benar dan berkesinambungan.

Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat

BPTP (Balai Pengkajian Teknologi pertanian) Karangploso dalam paket rakitan teknologinya yang

disusun Arry Supriyanto dkk, merumuskan beberapa strategi/cara-cara pengendalian penyakit CVPD dalam

bentuk Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) Adapun strategi PTKJS meliputi lima macam

teknologi yang harus diterapkan secara utuh dan tidak bisa dipisahkan yaitu : (1) penggunaan bibit jeruk

berlabel bebas penyakit, (2) pengendalian serangga penular CVPD Diaphorina citri Kuw. secara cermat,

(3) melakukan sanitasi kebun secara konsisten, (4) memelihara tanaman secara optimal, dan (5) koordinasi

penerapan teknologi pengelolaan kebun dalam suatu wilayah target pengembangan. Program PTKJS ini

akan efektif/berjalan dengan baik serta mencapai sasaran bila diterapkan pada daerah pengembangan baru

atau daerah yang akan direhabilitasi yang telah bebas dari pohon jeruk yang terinfeksi CVPD pada radius 5

km.

Penggunaan Bibit Jeruk Bebas Penyakit

Bibit bermutu diartikan sebagai bibit yang bebas patogen bibit penyakit sistemik seperti CVPD,

CTV, Vein enation, Exortis, Psorosis, Xyloporosis dan Tatter leaf, sesuai induknya yaitu batang bawah dan

batang atasnya dijamin kemurniannya dan proses produksinya berdasarkan program sertifikasi jeruk yang

berlaku sesuai dengan teknologi produksi bibit jeruk bebas penyakit. Petani di daerah target pengembangan

Page 3: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

diharuskan hanya menanam bibit berlabel/bersertifikat bebas penyakit dan tetap dilarang menanam bibit

liar yang tidak diketahui asal usulnya dengan alasan apapun. Dengan menanam bibit berlabel bebas

penyakit maka wilayah target pengembangan bebas dari sumber inokulan penyakit CVPD.

Pengendalian Serangga Penular CVPD

Monitoring/pengamatan terhadap perkembangan populasi serangga penular CVPD merupakan

langkah yang tepat agar pengendalian serangan penyakit ini lebih tepat sasaran. Hal ini berkaitan dengan

fakta bahwa dinamika/pergerakan serangga pembawa penyakit yaitu D. citri tersebut sangat dipengaruhi

kondisi lingkungan setempat. Melalui pengamatan ini diharapkan kita dapat mengetahui kapan waktu yang

tepat mengendalikan serangga sebelum tanaman kita terjangkit CVPD. Monitoring dapat dilakukan dengan

menggunakan perangkap kuning ("yellow trap") yang dipasang setinggi tajuk (kanopi) tanaman.

Pengamatan itu sendiri akan berhasil bila dilakukan secara bersama-sama dan dilakukan serentak oleh

setiap anggota kelompok tani jeruk. Artinya setiap kelompok tani bertanggungjawab terhadap sistem

pengendalian serangga D. citri di wilayah masing-masing.

Diaphorina citri dapat dikendalikan secara efektif dengan metode penyaputan atau pengolesan

batang menggunakan insektisida bahan aktif imidakloprid seperti Winder 25WP dan Winder 100EC atau

pestisida sistemik lainnya. Penyaputan batang dapat dilakukan dengan interval setiap 2 – 4 minggu. Selain

itu dapat juga dilakukan penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif Dimethoate 2 cc/l pada saat

tanaman sedang bertunas. Insektisida berbahan aktif Endosulfan 0.05% ampuh untuk mengendalikan telur

D. citri sehingga efektif diterapkan pada awal pertunasan. Dengan metode penyaputan batang, diharapkan

musuh alami D. citri tidak ikut mati. Tahapan pelaksanaan penyaputan batang dapat dilakukan sebagai

berikut : (1) bagian batang di atas bidang penempelan hingga di bawah cabang utama dibersihkan dari

kotoran yang menempel, (2) disaput dengan kuas yang sebelumnya dicelupkan dalam Insektisida murni

(tidak dilarutkan) dengan tinggi saputan selebar diameter batangnya. Penyaputan batang dapat juga

menggunakan alat/mesin khusus penyaput batang. Untuk lingkar batang 18 – 20 cm dosis yang digunakan

sebaiknya 10 – 15 ml, (3) tanaman kemudian disiram. Adapun waktu dan frekuensi aplikasi disajikan pada

Tabel 1 dan Tabel 2.

Ilmu tentang Virus disebut Virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir semua virus dapat

menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang berukuran paling kecil.

Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos dari saringan bakteri (bakteri filter).

SEJARAH PENEMUAN

Page 4: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

D. Iwanowsky (1892) dan M. Beyerinck (1899) adalah ilmuwan yang menemukan virus, sewaktu

keduanya meneliti penyakit mozaik daun tembakau.Kemudian W.M. Stanley (1935) seorang ilmuwan

Amerika berhasil mengkristalkan virus penyebab penyakit mozaik daun tembakau (virus TVM).

STRUKTUR TUBUH

Tubuhnya masih belum dapat disebut sebagai sel, hanya tersusun dari selubung protein di bagian

luar dan asam nukleat (ARN & ADN) di bagian dalamnya. Berdasarkan asam nukleat yang terdapat pada

virus, kita mengenal virus ADN dan virus ARN. Virus hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada

medium yang hidup (embrio, jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Bahan-bahan yang diperlukan untuk

membentuk bagian tubuh virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi.

Page 5: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

(gambar kelompok virus)

BERBAGAI VIRUS YANG MERUGIKAN

1. Pada Bakteri :

1.1. Bakteriofage.

2. Pada Tumbuhan :

2.1. Virus TMV (Tabacco Mozaik Virus) penyebab mozaik pada daun

tembakau.

2.2. Virus Tungro: penyebab penyakit kerdil pada padi. Penularan virus

ini dengan perantara wereng coklat dan wereng hijau.

2.3. Virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) menyerang tanaman

jeruk

3. Pada Hewan :

Page 6: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

3.1. Virus NCD (New Castle Disease) penyebab penyakit tetelo pada

ayam dan itik.

4. Pada Manusia :

4.1. Virus Hepatitis, penyebab hepatitis (radang hati), yang paling

berbahaya adalah virus Hepatitis B.

4.2. Virus Rabies >> penyebab rabies

4.3. Virus Polio >> penyebab polio

4.4. Virus Variola dan Varicella >> penyebab cacar api dan cacar air

4.5. Virus Influenza >> penyebab influenza

4.6. Virus Dengue >> penyebab demam berdarah

4.7. Virus HIV >> penyebab AIDS

Cara pencegahan penyakit karena virus dilakukan dengan tindakan vaksinasi. Vaksin pertama yang

ditemukan oleh manusia adalah vaksin cacar, ditemukan oleh Edward Jenner (1789), sedangkan vaksinasi

oral ditemukan oleh Jonas Salk (1952) dalam menanggulangi penyebab polio. Manusia secara alamiah

dapat membuat zat anti virus di dalam tubuhnya, yang disebut Interferon, meskipun demikian manusia

masih dapat sakit karena infeksi virus, karena kecepatan replikasi virus tidak dapat diimbangi oleh

kecepatan sintesis interferon.

KIAT KEBERHASILAN USAHATANI JERUK

Jeruk merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura yang banyak disukai masyarakat. Sebagai

bahan pelengkap utama dalam penunjang gizi keluarga, rasanya segar dan banyak mengandung vitamin C

dan vitamin A. Karena banyak disukai dan pemasarannya cukup baik, maka upaya pengembangan jeruk ini

menjanjikan keuntungan bagi petani.

Tanaman jeruk termasuk tanaman yang peka terhadap penyakit, dan daerah-daerah sentra produksi

jeruk di Indonesia pernah mengalami kegoncangan dengan adanya serangan hama CVPD. Usahatani

merehabilitasi jeruk ini telah dilakukan, baik secara swadaya petani maupun dengan bantuan dana stimulasi

dari dana proyek.

Page 7: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Kunci keberhasilan dalam merehabilitasi usahatani jeruk terletak pada ketetapan pemilihan bibit.

Bibit yang digunakan harus bibit yang baik dan bebas penyakit yang berasal dari perbanyakan klonal

tunggal.

Syarat bibit Jeruk yang baik adalah sebagai berikut:

1. Tidak mengandung penyakit atau bebas CVPD

2. Berasal dari penangkaran yang dikontrol oleh petugas BPSB dan entresnya dari BPMT jeruk.

3. Pertumbuhan visualnya baik dan subur serta sehat.

4. Berasal dari batang atas yang mempunyai produksi tinggi dan batang bawah dengan perakaran

luas dan kuat.

Bibit sebagai cikal bakal tanaman sangat menentukan tingkat keberhasilan usahatni jeruk.

Penggunaan bibit yang bermutu memberikan peluang untuk keberhasilan budidaya jeruk.

Kesalahan dalam pemilihan bibit, dampaknya akan terlihat setelah selang beberapa waktu.

Dampaknya akan dirasakan oleh baik petani itu sendiri maupun bagi masyarakat disekitarnya yang

berusaha tani jeruk. Bibit jeruk bebas penyakit yang dibudidayakan akan memberikan hasil sesuai dengan

yang diinginkan jika kondisi lingkungan yang diinginkannya terpenuhi. Kondisi lingkungan yang

diinginkan diperoleh dengan cara:

Pengaturan jarak tanam

Pemupukan

Pengairan dan Pengendalian gulma

Pemangkasan

serta Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengaturan Jarak Tanam

Jarak tanam diatur agar cahaya cukup tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan tidak terjadi

kompetisi dalam mendapatkan cahaya matahari dan unsur hara tanaman.

Jarak tanam rapat akhir-akhir ini dianjurkan karena jeruk telah berproduksi pada umur 3-4 tahun,

saat ini tajuk belum maksimum. Menjelang tajuk maksimum umur 10 thn tanaman dapat menghasilkan 5-6

X panen secara penuh. Dengan cara demikian produksinya akan lebih tinggi dan keuntungan akan lebih

banyak. Jarak  tanam yang dianjurkan 5X5 m, 4X4 m, atau 4X5 m.

Pemupukan

Page 8: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Pemupukan sangat perlu dilakukan karena kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi

tanaman terbatas, dan pada setia periode umur tanaman jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah.

Jarak jeruk membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang/kompos) dan pupuk anorganik (urea,

TSP, dan KCL). Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan humus didalam tanah sehingga tanah yang

padat dapat diubah menjadi remah/gembur. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur

hara yang dibutuhkan tanaman. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel. Dosis pemupukan anjuran sementara tanaman jeruk

Umur

(th)

Pukan

(Kg/ph)

Urea

(gr/ph)

SP-36

(gr/ph)

ZK

(gr/ph)

120 200 25 100

240 400 50 200

360 600 75 300

480 800 100 400

5100 1000 125 500

6120 1200 150 600

7140 1400 175 700

8160 1600 200 800

>8200 1800-2000 200 800

Waktu dan Cara Pemberian

Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan 2 X setahun pada awal akhir musim

hujan, masing-masing 1/2 dosis yang ditentukan. Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah pemupukan

dilakukan 3 X setahun.

Page 9: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5 bagian dari dosis pertahunnya.

Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan

ketiga, beberapa saat setelah panen.

Penyiangan dan Perbaikan Drainase Kebun

Penyiangan gulma disekitar pokok tanaman dan gulma epipit yang sering menumpang pada tanaman

dilakukan secara berkala. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan secara manual dengan sangat hati-hati. Jika

terlalu dalam penyiangan gulma disekililing pokok tanaman akan merusak perakaran dan jika kurang hati-

hati mengendalikan epipit, tanaman akan patah dan terluka. Bagi kebun yang sering kelebihan air perlu

diatur drainase pembuangan air, agar saat musim hujan kebun tidak tergenang, kalau sering tergenang akan

mengakitkan berkembangnya cendawan akar dan gulma akan lebih panjang. Sealiknya kalau kebun berada

pada daerah kering perlu dibantu dengan pemberian air melalui penyiraman parit-parit atau secara

penyiraman langsung.

Pemangkasan, Penjarangan Buah.

Pemangkasan dilakukan untuk membentuk pohon agar tumbuh simestris, tajuk yang tumbuh

simestris dapat menangkap sinar matahari secara efisien.

Pemangkasan dilakukan sejak tanaman masih kecil agar pembentukan tajuk terarah dan terkendali,

kemudian pemangkasn dilanjutkan lagi agar cabang-cabang tumbuh simetris.

Pemangkasan dilakukan untuk membuang tunas-tunas liar dan ranting-ranting yang tumbuh

mengarah kedalam tajuk pohon. Disamping itu pemangkasan dimaksudkan untuk membuang ranting-

ranting yang mati dan terserang penyakit, terutama sekali adanya gejala terserang CVPD.

Batasi pemangkasan untuk tujuan-tujuan tertentu saja. Pemangkasan yang tidak perlu benar janga

dilakukan, karena akan melemahkan pohon. Setiap luka bekas pemangkasan sebaiknya diolesi dengan cat

agar air bersama spora cendawan tidak mudah meresap kedalam tanaman.

Buah pertama sebaiknya dibuang. jika ingin memelihara sebaiknya cukup 40% saja. Pembuangan

buah pertama ini dimaksudkan untuk mempersiapkan pohon agar benar-benar kuat pada musim

berikutnya . Tanaman muda yang dibiarkan berbuah lebat akan menjadi lemah sehingga akan mudah

terserang hama dan penyakit.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Page 10: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala utama dalam peningkatan produksi jeruk baik

kualitas maupun kuantitas. Pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit mutlak diperlukan untuk

menekan kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya.

Strategi pengendalian dan pengelolaan hama dan penyakit tanaman jeruk yang tepat perlu

diterapkan baik pada pembibitan dan tanaman dewasa dilapangan.

Bibit bebas penyakit yang dibudidayakan bukanlah berarti bibit yang tahan terhadap penyakit.

Kondisi lingkungan dimana bibit ini dibudidayakan sangat mempengaruhi bibit ini untuk dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik. Untuk itu upaya pengendalian hama dan penyakit mutlak dilakukan agar bibit

yang bebas penyakit ini dapat berproduksi sesuai dengan yang diharapkan.

Pengenalan hama dan penyakit serta gejala serangannya adalah sangat penting untuk menentukan

strategi pengendaliannya yang tepat. Kekeliruan identifikasi jenis OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

yang menyerang tanaman jeruk serta pengenalan gejala serangan berakit pada kekeliruan strategi

pengendalian sehingga akan berdampak negatif.

Dalam melakukan identifikasi/pengenalan dan pengendalian hama dan penyakit jeruk, diharapkan

petani dapat berkonsultasi dengan petugas dilapangan.

MENGENAL VEKTOR CVD 

D, citri disamping berperan sebagai vector CVPD, juga dapat menyebabkan

kerusakan langsung pad tanaman jeruk. Namun perannya sebagai vector CVPD jauh

lebih penting disbanding sifatnya sebagai hama

Tanda serangan

D. citri menyerang tangkai, kuncup bunga dan daun, tunas serta daun- daun muda.

Bagian tanaman yang terserang parah biasanya mngering secara perlahan lahan kemudian

mati. Serangan ringan mengakibatkan tunas- tunas muda mengeriting dan

pertumbuhannya terhambat. Kutu juga menghasilkan sekresi berwarna putih transpran

berbentuk spiral, biasanya diletakkan berserak diatas daun atau tunas.

Biologi dan perilaku

Page 11: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

D. citri menpunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Telur

berwarna kuning terang berbentuk seperti buah alpokat, diletakkan secara tunggal atau

berkelompok di kuncup permukaan daun daun muda, atau ditancapkan pada tangkai-

tangkai daun setelah 2-3 hari, telur menetas menjadi nimfa.

Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok ditunas- tunas dan kuncup untuk

menghisap cairan tanaman. Setelah berumur 2 atau 3 hari, nimfa menyebar dan

menyerang daun- daun muda. Nimfa berwana kuning sampai coklat dan mengalami 5

kali pergantian kulit. Nimfa lebih merusak tanaman dari pada kutu dewasanya. Stadium

nimfa berlangsung selama 17 hari.

Pada kondisi panas siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16-18

hari, sedangkan pada kondisi dingin berlangsung selama 45 hari.perkawinan segera

berlangsung setelah kutu menjadi dewasa dan segera bertelur setelah terjadi perkawinan.

Seekor betina mampu meletakkan 800 butir telur selama masa hidupnya.

D.citri mampu menghasilkan 9-10 generasi dalam 1 tahun. Stadium dewasa

ditandai oleh adanya sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Serangga

dewasa berwarna coklat tua, dengan panjang tubuh 2-3 mm. apabila sedang menghisap

cairan sel tanaman, D. citri memperlihatkan posisi menungging. D. citri lebih aktif pada

saat tanaman jeruk dalam fase istirahat, D. citri dewasa hinggap pada daun tua dan

menghisap cairan selnya. Stadium dewasa ini bisa bertahan hidup selama 80-90 hari.

Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode pertunasan sering

kali sangat infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit pada tunas- tunas baru.

Populasi D. citri yang viruliferous dari suatu populasi sangat bervariasi, tingkat penularan

yang sangat tinggi ditentukan oleh ketepatan kutu menusukkan stiletnya pada tanaman

sakit.

Pada kondisi alamiah, penyebaran CVPD tergantung pada jumlah inokulum bakteri

pada tanaman, kepadatan populasi vector, lamanya periode inoculation feeding.

TANAMAN INANG LAIN 

Page 12: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Tanaman inang patogen CVPD adalah anggota rutaceae seperti poncirus tripoliata,

murraya paniculata, swing lea glutinosa, clausena indica, atalantia missionis, triphasia

aurantiola, tapak dara dan cuscuta sp (dirjen tanaman pangan).

PENGENDALIAN 

Pengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktot- faktor yang

perlu diperhatikan dalam penanggulangan CVPD tersebut adalah :

1. Pengadaan bibit jeruk bebas penyakit

Pengadaan bibit ini mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan sertifikasi

benih (BPSB). Dalam rangka ini, pusat penelitian dan pengembangan hortikultura telah

mengembangkan teknik sambung tunas pucuk (shoot tip grafting, STG) seperti di riau,

jawa timur, sulawesi selatan, jawa barat dan bali.

2. Serangga vector

Serangga penularan yang sangat dalam penyebaran CVPD adalah D. citri. Vector

ini menularkan CVPD dipesemaian dan kebun serta terutama ditemukan pada tunas

(titrawidjaja, 1984). Agar populasinya tidak bertambah, penggunaan pestisida dapat

dipertimbangkan. Insektisida yang dapat mengendalikan populasi vector tersebut

diantaranya dimethoate (perfekthion, roxion 40 EC, rogor 40 EC, cygon) yang

diaplikasikan pada daun atau disuntikan pada batang, dan edosulfan (dekasulfan 350

EC).aplikasi insektisida hendaknya dilakukan pada saat tanaman menjelang dan ketika

bertunas.

3. Penggunaan antibiotika oksitetrasiklin

Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan, masa

produktivitasnya dapat diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI konsentrasi 200

ppm. Penyembuhan yang terjadi hanya bersifat sementara sehingga cara ini harus

diulangi.untuk memperoleh hasil optimim, tanaman yang telah diinfus harus dipupuk dan

mendapat pengairan yang cukup (tjiptono, 1984 dalam hitagalung, 1989).

Page 13: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

4. Eradikasi

Produksi tanaman yang terserang CVPD adalah rendah, tanaman ini tidak

menghasilkan buah. Tanaman sakit tersebut merupakan sumber inokulum bagi tanaman

disekitarnya. Dengan demikian, tanaman sakit harus dimusnahkan melalui eradikasi.

5. Karantina

Dalam rangka mencegah CVPD, telah dikeluarkan surat keputusan mentri pertanian

nomor 129/kpts/um/3/1982 yang isinya melarang pengangkutan tanaman / bibit jeruk dari

daerah endemic kedaerah bebas CVPD.

6. Pengairan dan pemupukan

Gejala CVPD banyak terdapat didaerah kekurangan air dan daerah daerah yang

belum biasa melakukan pemupukan jeruk. Idealnya tanaman jeruk tersebut diberi

pemupukan berimbang antara pupuk makro dan pupuk mikro (tjiptono, 1984 dalam

hutagalung,1989).

7. Pemetaan daerah serangan CVPD

Data ini sangat penting untuk penyusunan program secara lengkap. Data yang

diperlukan adalah jumlah daerah perbanyakan jeruk, jumlah tanaman yang terkena

CVPD, intensitas/tingkat serangan, penyebaran penyakit, cara pengendalian serta

pengembangan pengendalian penyakit CVPD.

PENDAHULUAN 

Jeruk termasuk jenis buah- buahan yang digemari oleh masyarakat dam memiliki

kapasitas dalam menunjang perbaikan gizi masyarakat, karena kandungan vitamin C nya

cukup tinggi dan baik dikonsumsi baik dalam bentuk segar (sebagai buah meja) maupun

lahan (jus dan sirop).

Page 14: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Salah satu jenis jeruk yang berkembang di sulawesi selatan adalah siem. Jeruk siem

tersebut merupakan salah satu komoditas andalan dikabupaten luwu utara, yakni

kecamatan malangke dan malangke barat khususnya. Luas pertanaman jeruk di

kecamatan malangke dan Malangke Barat masing- masing tercatat 10.000 ha dan 6.246

ha.

Salah satu faktor pembatas dalam pengembangan jeruk di daerah ini adalah

organisme pengganggu (OPT) termasuk penyakit CVPD (citrus vein phloem

degeneration). Penyakit ini termasuk penyebab matinya pohon jeruk secara besar-

besaran pada tahun 1980-an di kabupaten jeneponto, bantaeng dan bulukumba (sub

balithor jeneponto, 1988) selanjutnya nurjanani et, el (1992) melapotkan bahwa penyakit

CVPD telah mengancam kelangsungan hidup jeruk di kabupaten sidrapdan pada tahun

2001 kembali dilaporkan bahwa CVPD telah ditemukan pada tanaman jeruk keprok

diselayar (armiati et el, 2001)

Beberapa tahun terakhir, gejala CVPD juga telah ditemukan di kecamatan

malangke dan malangke barat, dengan perkiraan luas serangan sudah mencapai ± 1.040

ha (4.217 pohon) (diperta luwu uatar,2002). Khusus di desa baku- baku, serangan vector

CVPD (D. citri) telah ditemukan 1-5 ekor per pucuk.

Untuk menjaga kelansungan tanaman jeruk di kabupaten Luwu Utara, perlu adanya

perhatian khusus terhadap penyakit CVPD, terutama pada kebun- kebun jeruk yang

masih bebas CVPD, karena pengendalian penyakit tersebut jika sudah ada dipertanaman

sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu, pengenalan penyakit CVPD dan upaya

pengendaliannya sangat penting bagi pertugas lapangan  maupun petani, agar kehadiran

CVPD dan serangga vektornya pada tanaman jeruk dapat diketahui lebih dini. Dengan

demikian, penyebarannya dapat dibatasi.

GEJALA PENYAKIT CVPD

1. Gejala Luar 

Page 15: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Pada tanaman muda gejala yang nampak adalah adanya kuncup yang berkembang

lambat, pertumbuhannya mencuat keatas dengan daun- daun kecil dan belang- belang

kuning. Tanaman biasanya menghasilkan buah berkualitas jelek.

Pada tanaman dewasa, gejala yang sering tampak adalah cabang yang dsaun-

daunnya kuning dan kontras dengan cabang lain yang daun- daunnya masih sehat. Gejala

ini dikenal dengan sebutan greening sektoral. Daun pada cabang- cabang yang terinfeksi

menjorok keatas seperti sikat. Gejala lain adalah daun berukuran lebih sempit, lancip

dengan warna kuning diantara tulang daun. Gejala- gejala ini mirip dengan gejala

defisien Zn. Apabila gejala tersebut disebabkan oleh defisiensi Zn dalam tanah, seluruh

tanaman didalam kebun yang sama biasanya akan menunjukkan gejala. Penyebaran

gejala yang tidak merata merupakan indicator yang sangat penting bagi adanya penyakit

CVPD. Selama musim hujan, gejala defisiensi Zn biasanya tidak begitu tampak. 

Buah pada cabang- cabang terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang normal dan

berukuran kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Pada pangkal

buah biasanya muncul warna orange yang berlawanan dengan buah- buah sehat. Buah-

buah yang terserang rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna

hitam.

2. Gejala Dalam

Pada irisan melintang tulang daun tengah jruk berturut- turut dari luar hingga

ketengah daun akan terlihat jaringan- jaringan epidermis, kolengkim, sklerenkim,

phloem. Menurt tirta widjaja (1984) gejala dalam pada tanaman jeruk yang terkena

CVPD adalah :

Page 16: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Phloem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari phloem tulang daun tanaman

sehat.

Pada phloem tulang daun tanaman sakit terdapat sel- sel berdinding tebal yang

merupakan jalur- jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat xilem. Dinding

tebal tersebut adalah beberapa lapis dinding sel yang berdesak- desakan

Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara berlebihan

butir- butir halus zat pati.

PENYEBAB

Berdasarkan hasil identifikasi terakhir dilporkan bahwa penyakit CVPD disebabkan

oleh bakteri liberobacter asiaticum yang hidup dan hanya berkembang pada jaringan

phloem, akibatnya sel- sel phloem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman

menyerap nutrisi. Walaupun terdapat diphloem, tetapi penyebarannya dibagian tanaman

adalah lambat. Penyakit CVPD dapat ditemukan pada semua jenis jeruk yang terdapat d

Indonesia.

KERUGIAN

Pada tahun1983, penyakit CVPD menyebabkan kerugian senilai Rp. 26,4 milyar

(cholil mahfud, 1985). Sementara itu direktorat jenderal pertanian tanaman pangan

(1984) melaporkan bahwa CVPD telah memusnahkan jutaan pohon jeruk di Indonesia.

Kehilangan jeruk oleh penyakit tersebut ditaksir 50.000 t buah pertahun (hutagalung,

1989).   

PENYEBAB GEOGRAFIS 

Sampai tahun 1996, penyakit CVPD telah dilaporkan terdapat di aceh, sumatera

utara, riau, sumatera barat, jambi, sumetera selatan, bengkulu, lampung, DKI Jakarta,

jawa barat, jawa tengah, jawa timur, bali, sulawesi selatan, DI yogyakarta  dan sulawesi

utara.

Page 17: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Penyebaran CVPD secara geografis dari satu daerah kedaerah lain, serta masuknya

penyakit kedalam kebun disebabkan oleh bahan tanaman yang terinfeksi, terutama

berasal dari penggunaan tunas mata temple yang terinfeksi. Sedangkan penyebaran

ketanaman lain dalam satu kebun biasanya melalui vector diaphorina citri atau

penggunaan tunas mata tempepl yang terinfeksi. Penularan melalui kuncup biasanya

relative rendah (5-10%), karena bakteri penyebab penyakit tidak tersebar dalam jaringan

tanaman (nurhadi dan whittle, 1988) menurut tirta widjaja (1984) penularan CVPD selalu

melalui (a) vector (b) mata temple (c) bibit tanaman sakit, juga dapat melalui alat yang

digunakan memotong dahan ranting tanaman jeruk yang sakit karena CVPD.

Hubungan antara vector D.citri dengan penyakit CVPD belum banyak diteliti.

Cholil mahfud (1985) menyimpulkan bahwa

1. Vector D.citri baru dapat menularkan  CVPD setelah mengisap tanaman sakit selama

48 jam. Berdasarkan tunas sakit, hasil penularan makin tinggi apabila vector telah

mengisap tanaman sakit selama 72 jam

2. Penularan terjadi setelah 360 jam vector selesai menghisap tanaman sehat. Sampai 168

jam setelah menghisap tanaman sehat, vector yang viruliferous belum menularkan

CVPD.

3. Makin banyak populasi D, citri (sampai 10 ekor) semakin tinggi penularan

4. Vector yang mengandung CVPD rata- rata berumur 33 hari dan umur ini lebih pendek

dari vector yang tidak mengandung CVPD.

Gambar 1.bawah : buah jeruk sehat, atas : buah

jeruk sakit

Gambar 2.Buah jeruk yang sehat

Page 18: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Gambar 3.Serangan vector CVPD (diaphorina

citri)

Gambar 4.Gejala daun yang terkena

CVPD

MENGENAL VEKTOR CVD 

D, citri disamping berperan sebagai vector CVPD, juga dapat menyebabkan

kerusakan langsung pad tanaman jeruk. Namun perannya sebagai vector CVPD jauh

lebih penting disbanding sifatnya sebagai hama

Tanda serangan

D. citri menyerang tangkai, kuncup bunga dan daun, tunas serta daun- daun muda.

Bagian tanaman yang terserang parah biasanya mngering secara perlahan lahan kemudian

mati. Serangan ringan mengakibatkan tunas- tunas muda mengeriting dan

pertumbuhannya terhambat. Kutu juga menghasilkan sekresi berwarna putih transpran

berbentuk spiral, biasanya diletakkan berserak diatas daun atau tunas.

Biologi dan perilaku

Page 19: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

D. citri menpunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Telur

berwarna kuning terang berbentuk seperti buah alpokat, diletakkan secara tunggal atau

berkelompok di kuncup permukaan daun daun muda, atau ditancapkan pada tangkai-

tangkai daun setelah 2-3 hari, telur menetas menjadi nimfa.

Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok ditunas- tunas dan kuncup untuk

menghisap cairan tanaman. Setelah berumur 2 atau 3 hari, nimfa menyebar dan

menyerang daun- daun muda. Nimfa berwana kuning sampai coklat dan mengalami 5

kali pergantian kulit. Nimfa lebih merusak tanaman dari pada kutu dewasanya. Stadium

nimfa berlangsung selama 17 hari.

Pada kondisi panas siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16-18

hari, sedangkan pada kondisi dingin berlangsung selama 45 hari.perkawinan segera

berlangsung setelah kutu menjadi dewasa dan segera bertelur setelah terjadi perkawinan.

Seekor betina mampu meletakkan 800 butir telur selama masa hidupnya.

D.citri mampu menghasilkan 9-10 generasi dalam 1 tahun. Stadium dewasa

ditandai oleh adanya sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Serangga

dewasa berwarna coklat tua, dengan panjang tubuh 2-3 mm. apabila sedang menghisap

cairan sel tanaman, D. citri memperlihatkan posisi menungging. D. citri lebih aktif pada

saat tanaman jeruk dalam fase istirahat, D. citri dewasa hinggap pada daun tua dan

menghisap cairan selnya. Stadium dewasa ini bisa bertahan hidup selama 80-90 hari.

Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode pertunasan sering kali

sangat infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit pada tunas- tunas baru. Populasi

D. citri yang viruliferous dari suatu populasi sangat bervariasi, tingkat penularan yang

sangat tinggi ditentukan oleh ketepatan kutu menusukkan stiletnya pada tanaman sakit.

Pada kondisi alamiah, penyebaran CVPD tergantung pada jumlah inokulum bakteri

pada tanaman, kepadatan populasi vector, lamanya periode inoculation feeding.

TANAMAN INANG LAIN 

Page 20: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

Tanaman inang patogen CVPD adalah anggota rutaceae seperti poncirus tripoliata,

murraya paniculata, swing lea glutinosa, clausena indica, atalantia missionis, triphasia

aurantiola, tapak dara dan cuscuta sp (dirjen tanaman pangan).

PENGENDALIAN 

Pengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktot- faktor yang

perlu diperhatikan dalam penanggulangan CVPD tersebut adalah :

1. Pengadaan bibit jeruk bebas penyakit

Pengadaan bibit ini mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan sertifikasi

benih (BPSB). Dalam rangka ini, pusat penelitian dan pengembangan hortikultura telah

mengembangkan teknik sambung tunas pucuk (shoot tip grafting, STG) seperti di riau,

jawa timur, sulawesi selatan, jawa barat dan bali.

2. Serangga vector

Serangga penularan yang sangat dalam penyebaran CVPD adalah D. citri. Vector

ini menularkan CVPD dipesemaian dan kebun serta terutama ditemukan pada tunas

(titrawidjaja, 1984). Agar populasinya tidak bertambah, penggunaan pestisida dapat

dipertimbangkan. Insektisida yang dapat mengendalikan populasi vector tersebut

diantaranya dimethoate (perfekthion, roxion 40 EC, rogor 40 EC, cygon) yang

diaplikasikan pada daun atau disuntikan pada batang, dan edosulfan (dekasulfan 350

EC).aplikasi insektisida hendaknya dilakukan pada saat tanaman menjelang dan ketika

bertunas.

3. Penggunaan antibiotika oksitetrasiklin

Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan, masa

produktivitasnya dapat diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI konsentrasi 200

ppm. Penyembuhan yang terjadi hanya bersifat sementara sehingga cara ini harus

diulangi.untuk memperoleh hasil optimim, tanaman yang telah diinfus harus dipupuk dan

mendapat pengairan yang cukup (tjiptono, 1984 dalam hitagalung, 1989).

Page 21: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk

4. Eradikasi

Produksi tanaman yang terserang CVPD adalah rendah, tanaman ini tidak

menghasilkan buah. Tanaman sakit tersebut merupakan sumber inokulum bagi tanaman

disekitarnya. Dengan demikian, tanaman sakit harus dimusnahkan melalui eradikasi.

5. Karantina

Dalam rangka mencegah CVPD, telah dikeluarkan surat keputusan mentri pertanian

nomor 129/kpts/um/3/1982 yang isinya melarang pengangkutan tanaman / bibit jeruk dari

daerah endemic kedaerah bebas CVPD.

6. Pengairan dan pemupukan

Gejala CVPD banyak terdapat didaerah kekurangan air dan daerah daerah yang

belum biasa melakukan pemupukan jeruk. Idealnya tanaman jeruk tersebut diberi

pemupukan berimbang antara pupuk makro dan pupuk mikro (tjiptono, 1984 dalam

hutagalung,1989).

7. Pemetaan daerah serangan CVPD

Data ini sangat penting untuk penyusunan program secara lengkap. Data yang

diperlukan adalah jumlah daerah perbanyakan jeruk, jumlah tanaman yang terkena

CVPD, intensitas/tingkat serangan, penyebaran penyakit, cara pengendalian serta

pengembangan pengendalian penyakit CVPD.

Anonim. 2002. Budidaya Tanaman Jeruk. (online)

(http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=121%3Apengenalan-penyakit-cvpd-

pada-tanaman-jeruk-dan-upaya-

pengendaliannya&catid=47%3Apanduanpetunjuk-teknis--brosur-

&Itemid=53&showall=1, diakses 2 Maret 2009).

Page 22: Tanggulangi CVPD Pada Tanaman Jeruk