tanah dasar
TRANSCRIPT
3.1. TANAH DASAR
Sifat tanah dasar berperan penting dalam keseluruhan mutu dan daya tahan
konstruksi perkerasan, karena perkerasan terletak di atas tanah dasar. Sifat
masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi
lingkungan dan lain sebagainya.
Guna mempermudah mempelajari sifat tanah yang akan dipergunakan sebagai
bahan tanah dasar, maka tanah tersebut perlu dikelompokkan berdasar sifat
plastisitas dan ukuran butirnya. Daya dukung tanah dapat ditentukan dengan
menggunakan hasil klasifikasi ataupun pemeriksaan CBR (California Bearing
Ratio) dan sebagainya.
3.2.1 Klasifikasi tanah
Sistem klasiflkasi yang umum digunakan dalam perencanaan jalan adalah
Unified dan AASHTO.
A. Sistem Unified ( USCS)
Sistem ini dikembangkan oleh Casagrande dan dibagi 3 kelompok besar yaitu:
1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan no. 200. Secara visuil butir-
butirnya dapat terlihat oleh mata. Sifat teknis tanah ini ditentukan oleh
ukuran butir dan gradasi butirnya. Tanah bergradasi baik/seimbang
memberikan kepadatan yang lebih baik daripada tanah yang berbutir
seragam.
2. Tanah berbutir halus,>50% lolos saringan no.200. Secara visuil butir-butir
tanah ini tidak terlihat. Tanah ini ditentukan oleh sifat plastisitas
tanahnya, sehingga pengelompokkannya berdasar plastisitas dan ukuran
butirnya. Tanah dengan plastisitas yang tinggi mempunyai daya dukung
yang kurang dan peka terhadap perubahan yang terjadi.
3. Tanah organik ( peat/humus ), GAMBUT= PEAT, dapat dikenal dari
warna, bau dan sisa tumbuhan yang terkandung di dalamnya. Secara
laboratorium dapat ditentukan jika perbedaan batas cair tanah contoh
yang belum dioven dengan yang telah dioven sebesar >25%. .
Klasifikasi tanah sistem ini dilakukan dengan huruf seperti di bawah ini dan
kombinasinya menggambarkan satu jenis tanah. Mlsalnya GP yang berarti
tanah kerikil dengan gradasi buruk.
G = Kerikil/gravel P = Bergiadasi buruk/poor graded
S = Pasir/sand U = Bergradasi seragam/uniform graded
M = Lanau/Silt/Moam L = Plastisitas rendah/low liquid limit
C = Lempung/Clay H = Plastisilas tinggi/high liquid limit
W = Bergradasi baik/well graded O = Organik/organic
B. Sistem AASHTO
Sistem ini mengelompokkan tanah berdasar sifatnya terhadap beban roda.
Menurut sistem ini, tanah dibagi dalam 8 kelompok yang diberi kode A-1
sampai A-8. Namun kelompok A-8 (tanah organik) oleh AASHTO diabaikan
karena tidak stabil sebagai bahan konstruksi jalan.
Dan kiri ke kanan (A-I, A-2....) berdasar pemeriksaan analisa saringan dan
batasbatas Atterberg dengan kualitas tanah yang semakin berkurang ke arah
kanan sebagai lapisan tanah dasar jalan. Dan pada garis besarnya
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Tanah berbutir kasar
Kode Karateritik Tanah
A-1 Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dg sedikit atau tanpa
butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis
A-3 Terdiri dari pasir halus dg sedikit sekali butir halus lolos no.200 dan
tidak plastis
A-2 Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus dan merupakan
campuran kerikil/pasir dg tanah berbutir halus cukup banyak (<35%)
2. Tanah berbutir halus
Kode Karaktetistik Tanah
A-4 Tanah lanau dg sifat plaslisitas rendah.
A-5 Tanah lanau yang mengandung lebih banyak butir-butir plastis, shg
sifat palstisnya lebih besar dari A-4
A-6 Tanah lempung yang masih mengandung buitran pasir dan kerikil,
tetapi sifat perubahan volumenya cukup besar
A-7 Tanah lempung yang lebih bersifat plastis dan mempunyai sifat
perubahan yang cukup besar.
Lebih jelas pengelompokan tersebut dapat menggunakan tabel klasitikasi sistem
AASHTO pada Tabel 6.9 diatas.
Kemampuan memikul beban roda antara jenis tanah yang satu dengan yang lain
dalam satu kelompok, digunakan grup indeks yang dibuat berdasar asumsi
asumsi kualitas tanah Sehingga dihasilkan rumus
GI = (F - 35) [0,2 + 0,005(LL - 40)] + 0,01 (F - 15)(PI - 10)
Grup indeks dinyatakan dengan bilangan bulat dan dituliskan dalam kurung di
belakang kelompok jenis tanahnya. Jika hasil negatif maka ditulis nol. Jika 20
ditulis bilangan 20. Kualitas tanah sebagai tanah dasar konstruksi jalan
berbanding terbalik dengan GI. Tanah dengan kelompok yang sama tetapi
mempunyai grup indeks yang lebih kecil menunjukkan tanah yang lebih baik
sebagai tanah dasar jalan.
3.2.2. Kepadatan dan daya dukung tanah
Karena tanah dasar ikut menentukan kerusakan yang terjadi pada
konstruksi perkerasan maka perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi
daya dukung tanah dasar. Diantaranya adalah kepadatan. Pada tanah yang
sejenis, semakin tinggi kepadatan tanah, maka akan mengalami perubahan
volume yang kecil jika terjadi perubahan kadar air dan daya dukung yang
besar.
Daya dukung tanah dasar biasanya dinyatakan dengan nilai CBR
(California Bearing Ratio). Yaitu perbandingan antara beban yang dibutuhkan
untuk penetrasi contoh tanah sebesar 0, 1”/0,2” dengan beban yang ditahan
batu pecah standar pada penetrasi 0,1”/0,2”. Nilai ini dinyatakan dalam persen,
yang merupakan perbandingan kualitas tanah dasar dibandingkan bahan
standar batu pecah yang mempunyai CBR 100% dalam memikul beban lalu
lintas.
Berdasar cara mendapatkan contoh tanahnya CBR dibagi menjadi:
1. CBR lapangan (CBR inplace)
Digunakan untuk mendapatkan nilai CBR asli sesuai dengan kondisi tanah
dasar dan umumnya dipakai pada konstruksi perkerasan yang lapisan tanah
dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi.
Selain itu, walaupun jarang dipakai dapat digunakan untuk mengontrol
apakan kepadatan yang diperoleh sudah sesuai dengan yang diinginkan.
2. CBR lapangan rendaman (undisturb soaked CBR)
Berguna untuk mendapatkan CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air
dan tanah mengalami pengembangan rnaksimum. Uji ini biasanya
dilakukan pada daerah yang lapaisan tanah dasarnya sudah tidak akan
dipadatkan lagi daerah yang badan jalan terendam air pada musim hujan
dan kering pada musim kemarau. Pemeriksaan dilakukan pada musim
kemarau dengan menekan mold dalam tanah sesuai kedalaman yang
diinginkan, kemudian di rendam + 4 hari.
3. CBR rencana titik
Merupakan nilai CBR yang diperoleh dari sampel tanah dasar konstruksi
jalan baru yang telah dipadatkan dan merupakañ tanah asli, tanah
timbunan, atau tanah galian yang telah dipadatkan sampai 95% kepadatan
maksimum. Karena sampel ini disiapkan dilaboratorium, maka disebut
CBR laboratorium, yang dibedakan menjadi 2 yaitu CBR lap. Rendaman
dan CBR lab. Tanpa rendaman.
Pada tanah dasar yang merupakan galian yang dalam, pengambilan contoh
tanah sebanyak yang dibutuhkan sukar didapat, sehingga digunakan alat
bor. Dan pemeriksaan dilakukan secara empiris yang hanya berdasar
analisa saringan dan sifat plastisitas tanah.