takhrij hadis tentang walimah dan mahar

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang Syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan, tidal ada satu masalah pun dalam kehidupan ini yang tidak dijelaskan, dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai islam, walau masalah tersebut Nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam. Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak, dimulai bagaimana cara mencari kriteria bakal calon pendamping hidup hingga bagaimana memperlakukannya dikala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam memiliki tuntunannya, begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapat berkah dan tidak melanggar tuntunan Rasulullah Saw. demikian halnya dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh pesona. Perkawinan salah satu sunnahtullah, hidup berpasan-pasangan, hidup berjodoh-jodohan, dan merupakan segala mahluk, khususnya manjusia. 1 Perkawinan bagi manusia, merupakan misaqan galizhahn yang bertujuan untuk membina hubingan ikatan lahir dan bathin antar seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan keluarga yang bahagia. 2 Dengan perkawinan 1 Lihat QS. al.Saiyat (51):49 2 Lihat QS. Al- Nisa (4):21 1

Upload: adidiklat

Post on 15-Apr-2017

989 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang Syumul (universal). Agama yang mencakup

semua sisi kehidupan, tidal ada satu masalah pun  dalam kehidupan ini yang

tidak dijelaskan, dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai islam,

walau masalah tersebut Nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang

memberi rahmat bagi seluruh alam.

Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak, dimulai

bagaimana cara mencari kriteria bakal calon pendamping hidup hingga

bagaimana memperlakukannya dikala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam

memiliki tuntunannya, begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan

sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapat berkah dan tidak

melanggar tuntunan Rasulullah Saw. demikian halnya dengan pernikahan yang

sederhana namun tetap penuh pesona.

Perkawinan salah satu sunnahtullah, hidup berpasan-pasangan, hidup

berjodoh-jodohan, dan merupakan segala mahluk, khususnya manjusia.1

Perkawinan bagi manusia, merupakan misaqan galizhahn yang bertujuan untuk

membina hubingan ikatan lahir dan bathin antar seorang pria dengan wanita

sebagai suami istri dengan keluarga yang bahagia.2 Dengan perkawinan maka

manusia dapat berketurunan dan dapat melestarikan kehidupannya, setelah

masing-masing pasangannya siap melakukan peranannya yang positif dan

mewujudkan tujuan perkawinan.

Nikah bisa dimanfaatkan untuk membangun keluarga salihah yang

menjadi panutan bagi masyarakat, suami akan berjuang dalam bekerja, memberi

nafkah dan menjaga keluarga, sementara isteri mendidik anak, mengurus rumah

dan mengatur penghasilan, dengan demikian masyarakat akan menjadi benar

keadaannya. Sebagai sunnah Rasulullah, maka tentu saja hal-hal yang berkaitan dengan

masalah perkawinan banyak ditentukan penjelasan dalam hadist, salah satu

yang terkait dalam perkawinan adalah masalah “Mahar dan Walimah.

sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik :

1 Lihat QS. al.Saiyat (51):492 Lihat QS. Al- Nisa (4):21

1

2

أنس سمعت قال الطويل حميد عن سفيان عن كثير بن محمد حدثنا

عليه ه الل ى صل بي الن فآخى عوف بن حمن الر عبد قدم قال مالك بن

امرأتان األنصاري وعند األنصاري بيع الر بن سعد وبين بينه م وسل

أهلك في لك ه الل بارك فقال وماله أهله يناصفه أن عليه فعرض

@ا وشيئ أقط من @ا شيئ فربح السوق فأتى السوق على وني دل ومالك

من وضر وعليه ام أي بعد م وسل عليه ه الل ى صل بي الن فرآه سمن من

فما قال ة@ أنصاري تزوجت فقال حمن الر عبد يا مهيم فقال صفرة

بشاة ولو أولم قال ذهب من نواة وزن قال إليها 3سقت

hadis diatas penulis telah melakukan analisa terdapat makna Makna

Mahar didalamya, Riwayat yang semakna dengan hadis diatas, masih dapat

ditelusuri dalam kitab rujukan melalui Mu’jam al-Hadits, yang penelusuran

melalui kata “ Namun demikian penulis tertarik menelusuri lebih jauh .”بشاة

terkait dengan hadis tesebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian pada latar belakang yang telah dipaparkan,

maka pokok permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana Status Kehujjahan hadist mengenai Mahar dan Walimah?

b. Bagaimana kehujjahan sanad dan matan hadis yang diriwayatkan Anas

bin Malik tentang Mahar dan Walimah?

c. Bagaimana Syarah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik tentang

Mahar dan Walimah?

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui Status Kehujjahan hadist mengenai Mahar dan

Walimah.

b. Untuk mengetahui kehujjahan sanad dan matan hadis yang diriwayatkan

Anas bin Malik tentang Mahar dan Walimah.

c. Untuk mengetahui Syarah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik

tentang Mahar dan Walimah

3 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Jilid VII (Bairut : Dar al-Fikr, t.th.),h. 4-5

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

a. Mahar

Mahar, secara etimologi, artinya maskawin. Secara terminologi, mahar

ialah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan

hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada

calon suaminya.

b. Walimah

Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur arab yang secara

arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak digunakan

untuk penghelatan di luar perkawinan.4 Sedangkan definisi yang terkenal di

kalangan ulama, walimatul ‘ursy diartikan dengan perhelatan dalam rangka

mensyukuri nikmat Allah atas telah terlaksananya akad perkawinan dengan

menghidangkan makanan.

B. Kehujjahan Hadis tentang Mahar dan Walimah

Dalam upaya mengetahui kehujjahan suatu hadist maka yang harus

dilakukan adalah meneliti hadis tersebut baik dari aspek sanad maupun

matannya. Namun sebelumnya, hadist yang akan diteliti harus ditakhrij

terlebih dahulu.

1. Takhrij Hadist

Takhrij Hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada bebagai

kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang didalam

sumber itu dikemukakan secara lengkap sanad dan matan hadis yang

bersangkutan.5 Dalam upaya mmpermudah kegiatan takhrij, maka

dibutuhkan Kamus Hadis yakni al-Mu’jam al-Mufahra li Alfazh al-Hadits.

maka melalui kamus hadis, penulis memusatkan pencarian pada kata

dari شاة kata tersebut ditemukan petunjuk dalam kamus hadis sebagai

berikut:

اآلنصار : قب منا خ نكاح 150 بشاة ، 69 -68 -67 -56 -54 -7

1بيوع 54 -دعوات:67 -أدب

نكاح : 81- 80 – 79، م

4Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat Dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2006), hlm. 155.

5 M.Syuyudi Ismail, Methodologi Penelitian Hadis (Cet.I, Jakarta; Bulan Bintang, 1992), h. 433

4

نكاح : 29، د

طالق : 29، ط

نكاح : 11، ت

نكاح : 23، جه

–160- 65- 190- 250- 227- 6271 3 : حم

Dari petunjuk mu’jam tersebut maka dapat diketahui bahwa hadis

tentang kuantitas dan kualitas walimah perkawinan, terdapat dalam kitab-

kitab hadis sebagai berikut:

1. Sahih Bukhari, dalam kitab Munaqib al- Anshar bab 150, Nikah bab

7,54, 56, 67, 68, 69, Adab 67, Da’wat bab 54, dan Kitab al-Buyu 1

2. Sahih Muslim, Kitab Nikah nomor hadist 79, 80, dan 81.

3. Sunan Abu Daud, kitab Nikah bab 29

4. Al- Muaththa’ Malik, Kitab nikah bab 39

5. Sunan al- Turmizi, Kitab Nikah bab 11

6. Sunan Ibnu Majah, Kitab Nikah bab 23

7. Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III halaman 160, 156, 190, 205, 227

dan 271.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dikutip Hadis-hadis :

a. Sahih Bukhari

1. Kitab Munakib al- Anshar bab 150

o ه الل رضي أنس عن حميد عن سفيان حدثنا يوسف بن محمد حدثنا

صلى بي الن فآخى المدينة عوف بن حمن الر عبد قدم قال عنه

عليه فعرض األنصاري بيع الر بن سعد وبين بينه م وسل عليه ه الل

في لك ه الل بارك حمن الر عبد فقال وماله أهله يناصفه أن

وسمن أقط من @ا شيئ فربح السوق على ني دل ومالك أهلك

من وضر وعليه ام أي بعد م وسل عليه ه الل صلى بي الن فرآه

حمن الر عبد يا مهيم م وسل عليه ه الل ى صل بي الن فقال صفرة

سقت فما قال األنصار من امرأة@ تزوجت ه الل رسول يا قال

م وسل عليه ه الل صلى بي الن فقال ذهب من نواة وزن فقال فيها

بشاة ولو 7أولم

6 Lihat Arnold John Wensinck, Concordance Et Indices De La Tradition Musulmanne, diterjemahkan dan diedit oleh Muhammad Faud Abd. Al-Baqiy dengan judul Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfazh al-Hadits al-Nabawiy juz III (Leiden : E.J.Brill, 1936), h.216

7 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Jilid III (Bairut : Dar al-Fikr, t.th.),h.651-652

5

2. Kitab Nikah bab 7, 54, 56, 67, 68, 69

o سمعت قال الطويل حميد عن سفيان عن كثير بن محمد حدثنا

صلى بي الن فآخى عوف بن حمن الر عبد قدم قال مالك بن أنس

وعند األنصاري بيع الر بن سعد وبين بينه م وسل عليه ه الل

بارك فقال وماله أهله يناصفه أن عليه فعرض امرأتان األنصاري

فربح السوق فأتى السوق على وني دل ومالك أهلك في لك ه الل

م وسل عليه ه الل ى صل بي الن فرآه سمن من @ا وشيئ أقط من @ا شيئ

فقال حمن الر عبد يا مهيم فقال صفرة من وضر وعليه ام أي بعد

ذهب من نواة وزن قال إليها سقت فما قال ة@ أنصاري تزوجت

بشاة ولو أولم 8قال

o عن الطويل حميد عن مالك أخبرنا يوسف بن ه الل عبد حدثنا

عنه ه الل رضي مالك بن إلى أنس جاء عوف بن حمن الر عبد أن

رسول فسأله صفرة أثر وبه م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول

األنصار من امرأة@ تزوج ه أن فأخبره م وسل عليه ه الل ى صل ه الل

ه الل رسول قال ذهب من نواة زنة قال إليها سقت كم قال

بشاة ولو أولم م وسل عليه ه الل 9صلى

o أنس عن ثابت عن زيد ابن هو حماد حدثنا حرب بن سليمان حدثنا

عبد على رأى م وسل عليه ه الل صلى بي الن أن عنه ه الل رضي

امرأة@ تزوجت ي إن قال هذا ما قال صفرة أثر عوف بن حمن الر

بشاة ولو أولم لك ه الل بارك قال ذهب من نواة وزن 10على

o ه الل رضي ا أنس@ سمع ه أن حميد حدثني قال سفيان حدثنا علي حدثنا

بن حمن الر عبد م وسل عليه ه الل ى صل بي الن سأل قال عنه

من نواة وزن قال أصدقتها كم األنصار من امرأة@ وتزوج عوف8 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Jilid VII (Bairut : Dar al-

Fikr, t.th.),h. 4-59 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Jilid VII (Bairut : Dar al-

Fikr, t.th.),h. 2710 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Jilid VII.

6

نزل المدينة قدموا لما قال ا أنس@ سمعت حميد وعن ذهب

سعد على عوف بن حمن الر عبد فنزل األنصار على المهاجرون

قال امرأتي إحدى عن لك وأنزل مالي أقاسمك فقال بيع الر بن

واشترى فباع السوق إلى فخرج ومالك أهلك في لك ه الل بارك

عليه ه الل ى صل بي الن فقال فتزوج وسمن أقط من @ا شيئ فأصاب

بشاة ولو أولم م 11وسل

o أولم ما قال أنس عن ثابت عن حماد حدثنا حرب بن سليمان حدثنا

على أولم ما نسائه من شيء على م وسل عليه ه الل صلى بي الن

بشاة أولم 12زينب

o بنت زينب تزويج ذكر قال ثابت عن زيد بن حماد حدثنا مسدد حدثنا

أولم م وسل عليه ه الل ى صل بي الن رأيت ما فقال أنس عند جحش

بشاة أولم عليها أولم ما نسائه من أحد 13على

3. Kitab Adab bab 67

o عبد علينا قدم لما قال أنس عن حميد عن يحيى حدثنا مسدد حدثنا

بن سعد وبين بينه م وسل عليه ه الل صلى بي الن فآخى حمن الر

بشاة ولو أولم م وسل عليه ه الل ى صل بي الن فقال بيع 14الر

4. Kitab Da’wat bab 45

o عنه ه الل رضي أنس عن ثابت عن زيد بن حماد حدثنا مسدد حدثنا

عوف بن حمن الر عبد على م وسل عليه ه الل ى صل بي الن رأى قال

وزن على امرأة@ تزوجت قال قال مه أو مهيم فقال صفرة أثر

بشاة ولو أولم لك ه الل بارك فقال ذهب من 15نواة

5. Kitab al-Buyu’ bab 1

o ه الل رضي أنس عن حميد حدثنا زهير حدثنا يونس بن أحمد حدثنا

صلى بي الن فآخى المدينة عوف بن حمن الر عبد قدم قال عنه11 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari. Jilid VII, h. 30-3112 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari. Jilid VII, h. 3113 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari. Jilid VII.14 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari. Juz VII, h.2715 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari. Juz VII, h.121

7

ذا سعد وكان األنصاري بيع الر بن سعد وبين بينه م وسل عليه ه الل

قال وأزوجك نصفين مالي أقاسمك حمن الر لعبد فقال @ى غن

ى حت رجع فما السوق على وني دل ومالك أهلك في لك ه الل بارك

ما أو ا يسير@ فمكثنا منزله أهل به فأتى @ا وسمن أقط@ا استفضل

ه الل ى صل بي الن له فقال صفرة من وضر وعليه فجاء ه الل شاء

األنصار من امرأة@ تزوجت ه الل رسول يا قال مهيم م وسل عليه

قال ذهب من نواة وزن أو ذهب من نواة@ قال إليها سقت ما قال

بشاة ولو 16أولم

b. Sahih Muslim, Kitab Nikah Nomor Hadis 79, 80, dan 81

o العتكي داود بن سليمان بيع الر وأبو ميمي الت يحيى بن يحيى حدثنا

اآلخران وقال أخبرنا يحيى قال ليحيى فظ والل سعيد بن وقتيبة

صلى بي الن أن مالك بن أنس عن ثابت عن زيد بن حماد حدثنا

فقال صفرة أثر عوف بن حمن الر عبد على رأى م وسل عليه ه الل

من نواة وزن على امرأة@ تزوجت ي إن ه الل رسول يا قال هذا ما

بشاة ولو أولم لك ه الل فبارك قال 17ذهب

o أنس عن قتادة عن عوانة أبو حدثنا الغبري عبيد بن محمد حدثنا و

ه الل رسول عهد على تزوج عوف بن حمن الر عبد أن مالك بن

رسول له فقال ذهب من نواة وزن على م وسل عليه ه الل صلى

بشاة ولو أولم م وسل عليه ه الل صلى ه 18الل

o وحميد قتادة عن شعبة حدثنا وكيع أخبرنا إبراهيم بن إسحق حدثنا و

نواة وزن على امرأة@ تزوج عوف بن حمن الر عبد أن أنس عن

بشاة ولو أولم له قال م وسل عليه ه الل صلى بي الن وأن ذهب 19من

c. Sunan Abu Dawud, Kitab Nikah Bab 29

16 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari. Juz III, h. 6917 Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Sahih Muslim, Jilid IX (Bandung: Maktabah

Dahlan, t.th), h. 215-216.18 Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Sahih Muslim, Jilid IX (Bandung: Maktabah

Dahlan, t.th), h. 2719 Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Sahih Muslim, Jilid IX.

8

o عن وحميد البناني ثابت عن حماد حدثنا إسمعيل بن موسى حدثنا

بن حمن الر عبد رأى م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول أن أنس

مهيم م وسل عليه ه الل صلى بي الن فقال زعفران ردع وعليه عوف

نواة وزن قال أصدقتها ما قال امرأة@ تزوجت ه الل رسول يا فقال

بشاة ولو أولم قال ذهب 20من

d. Al- Muaththa’ Malik, Kitab nikah bab 39

o أن مالك بن أنس عن الطويل حميد عن مالك عن يحيى حدثني و

م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول إلى جاء عوف بن حمن الر عبد

فأخبره م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول فسأله صفرة أثر وبه

سقت كم م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول له فقال تزوج ه أن

عليه ه الل ى صل ه الل رسول له فقال ذهب من نواة زنة فقال إليها

بشاة ولو أولم م 21وسل

e. Sunan Al-Turmuzi, Kitab Nikah bab 11

o ه الل رسول أن أنس عن ثابت عن زيد بن حماد حدثنا قتيبة حدثنا

أثر عوف بن حمن الر عبد على رأى م وسل عليه ه الل صلى

من نواة وزن على امرأة@ تزوجت ي إن فقال هذا ما فقال صفرة

بشاة ولو أولم لك ه الل بارك فقال 22ذهب

f. Sunan Ibnu Majah, Kitab Nikah bab 23

o أنس عن البناني ثابت حدثنا زيد بن حماد حدثنا عبدة بن أحمد حدثنا

حمن الر عبد على رأى م وسل عليه ه الل صلى بي الن أن مالك بن

ي إن ه الل رسول يا فقال مه أو هذا ما فقال صفرة أثر عوف بن

أولم لك ه الل بارك فقال ذهب من نواة وزن على امرأة@ تزوجت

بشاة 23ولو

20 Abu Dawud Sualaiman al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, Juz II (Bairut : Dar al-Fikr,t.th), h. 584

21 Malik bin Anas, al-Muwaththa, (Bairut : Dar al-Fikr,t.th), h.337-33822 Abu Isa Muhammad bin Isa al-Turmuzi, Sunan Al-Turmuzi, (Bairut : Dar al-Fikr,t.th), h. 37523 Abu Abdillah Muhammad bin Yazid Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Juz I (Bairut : Dar al-

Fikr,t.th.) h.615

9

g. Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III halaman 160, 165, 190, 205,

227, 271.

o بن أنس عن البناني ثابت عن معمر حدثنا اق ز الر عبد حدثنا

عوف بن حمن الر عبد لقي م وسل عليه ه الل صلى بي الن أن مالك

م وسل عليه ه الل ى صل ه الل رسول له فقال خلوق من وضر وبه

كم قال األنصار من امرأة@ تزوجت قال حمن الر عبد يا مهيم

عليه ه الل ى صل بي الن فقال ذهب من نواة وزن قال أصدقتها

من امرأة لكل قسم رأيته لقد أنس قال بشاة ولو أولم م وسل

دينار ألف مائة موته بعد 24نسائه

o لما قال مالك بن أنس عن الطويل حميد حدثنا إسماعيل حدثنا

عليه ه الل صلى بي الن آخى المدينة عوف بن حمن الر عبد قدم

ولي نصفين مالي أقاسمك فقال بيع الر بن سعد وبين بينه م وسل

بارك فقال فتزوجها عدتها انقضت فإذا إحداهما ق فأطل امرأتان

فما فانطلق وه فدل السوق على وني دل ومالك أهلك في لك ه الل

رسول فرآه استفضله قد وسمن أقط من شيء ومعه إال رجع

فقال صفرة من وضر وعليه ذلك بعد م وسل عليه ه الل صلى ه الل

نواة@ قال أصدقتها ما قال األنصار من امرأة@ تزوجت قال مهيم

بشاة ولو أولم فقال ذهب من نواة وزن أو حميد قال ذهب 25من

o بن حمن الر عبد قدم لما قال أنس عن حميد حدثنا معاذ حدثنا

سعد وبين بينه م وسل عليه ه الل صلى بي الن آخى ا مهاجر@ عوف

فانظر امرأتان ولي لك فنصفه مال لي سعد له فقال بيع الر بن

له فقال قال تزوجها عدتها انقضت فإذا قها أطل ى حت إليك هما أحب

السوق على وني دل ومالك أهلك في لك ه الل بارك حمن الر عبد

قال السوق من أصابه قد بشيء رجع ى حت يومئذ رجع فما قال

وضر وعليه أتاه ثم ام@ا أي م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول وفقده

24 Abu Abdillah Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III (Bairut : al-Maktab al- Islami, 1978), h.615

25 Abu Abdillah Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III (Bairut : al-Maktab al- Islami, 1978), h.165

10

قال مهيم م وسل عليه ه الل ى صل ه الل رسول له فقال صفرة

ذهب من نواة@ قال إليها سقت ما قال األنصار من امرأة@ تزوجت

عليه ه الل صلى ه الل رسول فقال قال ذهب من نواة وزن قال أو

بشاة ولو أولم م 26وسل

o عن ثابت عن زيد ابن يعني حماد حدثنا قاال وسريج يونس حدثنا

بن حمن الر عبد على رأى م وسل عليه ه الل صلى بي الن أن أنس

وزن على امرأة@ تزوجت ي إن قال هذا ما فقال صفرة أثر عوف

بشاة ولو أولم لك ه الل بارك فقال ذهب من 27نواة

o ما قال أنس عن ثابت عن زيد ابن يعني حماد حدثنا يونس حدثنا

من امرأة على أولم م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول رأيت

ذبح أو بشاة فأولم قال جحش بنت زينب على أولم ما نسائه

28شاة@

o عبد أن أنس عن وحميد ثابت أخبرنا قال حماد حدثنا عفان حدثنا

عليه ه الل ى صل ه الل رسول فآخى المدينة قدم عوف بن حمن الر

أخي أي سعد له فقال األنصاري بيع الر بن سعد وبين بينه م وسل

امرأتان وتحتي فخذه مالي شطر فانظر ماال@ المدينة أهل أكثر أنا

بارك حمن الر عبد فقال قها أطل ى حت إليك أعجب هما أي فانظر

السوق على وه فدل السوق على وني دل ومالك أهلك في لك ه الل

لبث ثم وسمن أقط من بشيء فجاء وربح وباع فاشترى فذهب

ه الل رسول فقال زعفران ردع وعليه فجاء يلبث أن ه الل شاء ما

امرأة@ تزوجت ه الل رسول يا فقال مهيم م وسل عليه ه الل صلى

بشاة ولو أولم قال ذهب من نواة وزن قال أصدقتها ما فقال

26 Abu Abdillah Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III (Bairut : al-Maktab al- Islami, 1978), h.190

27 Abu Abdillah Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III (Bairut : al-Maktab al- Islami, 1978), h.205

28 Abu Abdillah Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III (Bairut : al-Maktab al- Islami, 1978), h.227

11

أصيب أن لرجوت ا حجر@ رفعت ولو رأيتني فلقد حمن الر عبد قال

فضة@ أو @ا 29ذهب

Hasil takhrij diatas diketahui bahwa hadis-hadis tersebut semuanya

bersumber dari Anas bin Malik (sahabat Nabi Saw), dan untuk mengetahui

para periwayat yang menyampaikan hadist tersebut, maka langkah

selanjutnya adalah al- I’tibar (perbandingan), yakni menyeratakan sanad-

sanad yang lain sehinggah diketahui semua periwayatan yang terlibat dalam

periwatan hadist.30 Untuk mempermudah proses kegiatan al- I’tibar maka

diprlukan pembuatan skema Sanad untuk Seluruh hadis.

Menurut M. Syuhudi Ismail bahwa dalam pembuatan skema sanad, ada

tiga hal yang perlu mendapat perhatian, yakni;

1) Jalur seluruh sanad;

2) Nama-nama periwayat untuk seluruh sanad; dan

3) Metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing

periwayat.31 Namun untuk memenuhi ketiga hal ini, maka berikut ini

dapat diperhatikan skema sanad-sanad hadis yang menjadi objek

kajian.

29 Abu Abdillah Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III (Bairut : al-Maktab al- Islami, 1978), h.271

30 Mahmud al-Thahhan, Tafsir Mustalah al-Hadist (Bairut : Dar al-Qur’an al-Qarim, 1979), h. 140 Bandingkan dengan M.Syuyudi Ismail, op.Cit. h.51

31 M.Syuyudi Ismail, op.Cit.

12

13

Skema diatas, jumlah periwayatan keseluruhan adalah 38 orang.

Jumlah mukharrijnya adalah sebanyak 7 orang, dan metode periwayatan yang

digunakan oleh masing-masing periwayat sangat bervariasi. Diantaranya

ada yang menyampaikan; عن – – - قال أخبرنا حدثنا .

Perlu diketahui disini bahwa nama Adbul Rahman bin Auf dan Sa’ad

bin rabi’ keduanya tidak termasuk periwayat hadis karna namanya termaktub

dalam rangkaian matan hadis.

2. Kritik Sanad

Penelitian sanad dalam ilmu hadist juga naqd al-sanad ataau kritik sanad.

Kualitas sanad suatu hadist dapat diketahui setelah meneliti kepribadian

masing-masing periwayat dalam yang terlibat dalam periwayatan hadist.

Berkaitan dengan ini, maka sanad yang akan diteliti adalah melalui jalur

Anas bin Malik, Humaid ath Thawil, Sofyan, Muhammad bin Katsir. Secara

jelas dalam akan diuraikan dibawah ini.

1. Anas bin Malik Nama lengkapnya Anas bin Malik al-Nadhar bin

Dhamdham bin Zaid bin Huram bin Jundib bin Amir bin

قال

عن

حدثنا

عن

حدثنا

الطويل حميد

سفيان

كبثر بن محمد

البخاري صحيح

الحديث متنالنبي/

مالك أنسبن

13

Ghanam bin Adiy bin al-Najjar al-Anshariy, Khadim Rasulullah

(w.93 H).32

Menerima riwayat, diantaranya dari Nabi Saw., Abu Bakar, Umar

bin Khattab Usman bin Affan, Abdullah bin Rawahah, Fatimah,

Tsabit bin Qais, Abd. Rahman bin Auf Muaz bin Jabbal, Ibnu

Mas’ud. Sedang murid-muridnya diantaranya adalah al-Hasan

Sulaeman al-Tamimiy, Abd. Aziz bin SUhaib, Ishak bin Thaihah,

Qatadah, Tsabit al-Bananiy, Humaid al-Thawil, al-Zuhri.33

Anas bin Malik sahabat Nabi, telah berkali-kali mengikuti

peperangan, diantaranya perang Uhud, Badar, dan Tabuk.34 Anas bin

Malik termasuk sahabat Nabi yang sangat dekat dengan keluarga

Nabi, karna beliau adalah pelayan Nabi, oleh karnanya, kredibilitas

pribadi dan kapasitas intelektualnya tidak diragukan lagi.

2. Humaid al-Thawil merupakan salah satu murid dari Anas bin Malik

sehingga tingkat kredibilitasnya tidak diragukan lagi. Karna tingkat

kredibilitas tercermin oleh Anas bin Malik selaku gurunya, dan beliau

dikenal adil serta salah satu periwayat terkenal/ masyhur dari murid-

murid Anas bin Malik.

3. Sufyan, nama lengkapnya Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah

bin Maimun al-Hilali al-Kufi lahir 107 H/725M meninggal

198H/815M era generasi ke III (Taba’ut Tabi’in), tingkat

kredibilitasya dalam pandangan ulama adalah Tsiqoh (terpercaya)

beliau menuntut ilmu hadis selama sepuluh tahun dan penghafal al-

qur’an. Bertemen dengan 87 Tabi’in dan mendengar hadis dari 70

orang antara mereka, yang paling terkenal diantaranya adalah Ja’far

ash-Shadiq, Humaid Ath Thawil, dan Abdullah bin Dinar. Jumlah

hadis yang diriwayatkan Sufyan sekitar 7.000 hadis namun beliau

tidak memiliki karya tulis berupa buku. Pada tahun 163 H ia pindah ke

Kufa Mekkah dan menetap dikota tersebut untuk mengajar hadis dan

al-Qura’an kepada orang-orang Hijaz sampai dengan wafatnya.

Sehingga pertemuan Sufyan dan Humaid telah terbukti adanya karna

32 M.Syuyudi Ismail, op.Cit. h.242

33 M.Syuyudi Ismail, op.Cit. h.24334 M.Syuyudi Ismail, op.Cit. 243-244

14

hadis beliau banyak didengar dari Humaid. Diantaranya guru Sufyan

adalah Yahya bin Zaid, Ibrahim bin Amir dll. Sementara murid-

muridnya antaranya adalah Muhammad bin Katsir dan al-Humaidi

dll. Betapa banyak ulama berkomentar tentang dirinya, dimana semua

mengatakan kemuliaan dan keagungan Sufyan. Salah satu contoh Ali

bin al-Madini mengatakan tidak ada murid al-Zuhri yang lebih

sempurna selain sempurna selain Sufyan, maka tingkat kredibilitasnya

karna tidak diragukan lagi karna mendapat pengakuan dari beberapa

ulama.

4. Muahammad bin Katsir, dengan nama lengkapnya Muhammad bin

Katsir al-Abdi Abu Abdillah al-Bashri saudara Sulaeman bin Katsir,

dilahirkan pada tahun 133H dan Wafat pada tahun 223H, dia pernah

berguru kepada Sufyan al-Tasauri, Hamman bin Yahya, Ismail bin

Yunus, dan Sufyan bin Uyainah adapun murid-muridya termasuk al-

Bukhari, Abu Daud dan Ali bin al-Madini, ulama kritikus hadis

memiliki komentar sebagai adil.35

Berdasarkan uraian diatas, dapat diahami bahwa para periwayat hadis

tersebut pada dasarnya memiliki kredibilitas kepribadian yang baik dan

dapat diterima hadisnya. Dikatakan demikian karna mereka rata-rata Siqah

lagi dhabit, ‘adl, hujjah. Disamping itu ditemukan data yang akurat

mengenai persambingan sanad antara guru dan murid, dengan demikian

demikian dapat dipastikan bahwa sanad hadis yang diteliti ini dinilai

Sahih.

3. Kritik Matan

Matan-matan hadis yang diteliti, kelihatannya diriwayatkan secara

maknawi. Hal ini dapat dibuktikan dengan lafaz matan hadis yang

berbeda-beda akan tetapi klausa lafaz

“ ذهب من نواة وزن قال إليها سقت فما “ dan ” قال ولو أولم yang ”صدقتها“ dan penguat hadis lainnya terdapat lafaz “ بشاة

menjadi pokok penelitian diriwayatkan secara Lafzi.

Dalam kata kunci pencarian diatas ditemukan beberapa petunjuk

didalamya yakni, mengenai mahar dan walimah. Berkaitan dengan 35 Abdullah Mahdi bin Abdul Qadir bin al-Hadi, ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil Qawwaiduhu wa

Aimmatuhu, (Cet.II; Bairut Dar al-Fikri,1998), h.90

15

Pertanyaan Rasulullah Saw. kepada Abd. Rahman dalam hadis al-Bukhari,

Kitab Nikah ;

ذهب “ من نواة وزن قال إليها سقت فما ”قالArtinya:

"Lalu apa yang kamu berikan padanya?" ia berkata, "Yaitu emas yang beratnya kira-kira satu ons."Dipahami bahwa dari pertanyaan Rasulullah Saw dan jawaban

Abd.Rahman, maksudnya adalah Mahar yang berikan kepada perempuan

yang dinikahinya. Hal ini sejalan dengan al-Qur’an Surah al-Nisa ayat 4 :

ه عن شtt م ن لك فttإن ط ل دقتهن ن ttآء ص ttس لن ن�وءاتوا ء� ن� ن� ن� � ة ن� ٱ ا ا مري سا فكلوه هني ٤ن ن

Terjemahan : Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan36 kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

Hal ini dapat pula kita lihat QS. An-nisa Ayat 24

ttاح…. هن ف اتوهن أجورهن فريض وال جن تم به م ت ت �فما ة ن� ۦ ن� ن� ن� ٱفريض د تم به م ب ض فيما تر ك ��عل ة ن� ٱ ن� ن� ۦ ن� ن� ٢٤ …..ن�

Terjemahan : …………… Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban…..

Dari lafaz “ بشاة ولو dipahami ”أولم adanya petunjuk untuk

melaksanakan walimah bagi yang memiliki kemampuan atau kesanggupan

untuk memotong seekor kambing . kadar seekor kambing menjadi berupa

ukuran kuantitas dan kualitas walimah perkawinan.

Jika seekor kambing menjadi berupa ukuran kuantitas dan kualitas

walimah perkawinan, jelas bahwa kesederhanaan dalam melaksanakan

pesta sudah termaktubdalam kandungan dalam kandungan tersebut. Dalam

artian bahwa pesta perkawinan itu tidak dianjurkan bermewah-mewahan,

36 Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

16

atau bahkan menghambur-hamburkan dana, karna ditentang juga oleh al-

Qur’an Surah al-Isra ayat 26:

ا ….. ذير@ ن�وال تبذ ت ٢٦ن�Terjemahan :…… dan janganlah kamu menghambur-

hamburkan (hartamu) secara boros.

Matan hadis yang diteliti ini, sudah suudah sejalan salah satu firman Allah, maka dapat dikatakan bahwa hadis tersebut sudah berkualitas sahih dalam aspek Matannya . telah dirumuskan pula pada uraian yang lalu bahwa hadist yang diteliti ini berkualittas sahih dari aspek Sanadnya, maka hadis tentang kuantitas dan kualitas Mahar dan walimah perkawinan yang dijadikan obyek penelitian memiliki kualitas Sahih lizatihi.

C. Syarah Hadis Riwayat Anas tentang Mahar dan Walimah

1) Syrah Hadis terntang Mahar

Mahar, secara etimologi, artinya maskawin. Secara terminologi, mahar

ialah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan

hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada

calon suaminya.37 Dengan kata ( من نtواة وزن قtال إليهtا سtقت فمtا قtال

( ذهب menunjukkan Pertanyaan Rasulullah Saw. Kepada Abd. Rahman,

mengenai seorang wanita yang dinikahi yakni pemberian Mahar, dan dapat

pula kita lihat penguat hadis lainya yang riwayat Anas bin Malik mengenai

mahar dan walimah, dengan penelusuran kata ( telah ditemukan makna ,(بشاة

mahar seperti dalam kitab Sunan Abu Dawud Kitab Nikah dan Musnad

Ahmad Juz III halaman 160, 165, 271 yakni ditemukan kata, ( أصدقتها).

Kata اهقدص adalah kata yang terambil dari akar kata , قدص yang akar ,قدصا

maknanya berarti “kebenaran”. Makna “kebenaran” ini didasarkan pada

proses penetapan mahar itu didahului oleh adanya janji, maka pemberian itu

merupakan bukti kebenaran janji.38 Kata , tةقدصلا ,, , ةقدصلا tقادصلا tدصلا

37Lihat Kamus Istilah Fiqh, h. 184. Lihat Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Fiqh (Jakarta, Depag RI, 1985) Jilid 3, h. 83. Lihat pula H. Abdurrahman Ghazali, Fiqih Munakahat (Jakarta, Prenada Media, 2003), h. 84

38Thahir Ibn Asyur yang dikutip oleh Quraish Shihab menambahkan bahwa mas kawin bukan saja lambang yang membuktikan kebenaran dan ketulusan hati suami untuk menikah dan menanggung kebutuhan hidup isterinya tetapi lebih dari itu tidak membuka rahasia berdua. Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir

17

semuanya dapat berarti mahar.20 Menurut al-Mubarakfuriy ada enam kata

yang dapat diartikan mahar, yaitu: .

رهملا , , , , , ةضيرفلا ةلحنلا ربجألا ةقيلعلا 39.رقعلا

Hal ini menunjukkan dan mengisyaratkan akan hukum asal wajibnya

mahar dalam pernikahan. Apakah mahar itu mengikut kebiasaan di suatu

daerah, ataupun mahar yang telah ditetapkan syariat yang sunnahnya adalah

disebutkan (maharnya) ketika berlangsung pernikahan (ketika ijab qobul).

2) Syarah Hadis tentang Walimah.

Walimah perkawinan diistilahkan dengan walimatul ursy ( لوليمة١

”وليمة“ kata ( العEرس jamuan pesta atau dapat pula berarti berkumpul.40

Karna banyak orang yang berkumpul menghadiri jamuan pesta tersebut. Jadi

kata walimah dapat pula diartikan melaksanakan suatu jamuan makan sebagai

tanda gembira untuk acara tersebut.

Hadis yang dikaji ini secara inplisit telah termaktub asbab alwurud-nya

didalam matan hadis dimaksud yakni; ketika kaum muhajirin tiba di madinah,

Rasulullah Saw mempersaudarakan Abd. Rahman bin Auf (kaum muhajirin)

dengan Sa’ad bin Rabi’ (kaum Anshar). Dengan ikatan persaudaraan, Sa’ad

bin Rabi’ yang mempunyai harta yang banyak (kaya) dan istri yang banyak

(poligami), berhasrat membagikan harta dan istrinya kepada Abd. Rahman bin

Auf (saudaranya). Ternyata Abd. Rahman atas keluarga dan harta serta

kebaikan Sa’ad sebagai penolakannya ia terobsesi sebagai pedagang. Setelah

itu Abd. Rahman ingin mengawini wanita pilihannya, maka Rasulullah

mengajukan untuk mmengadakan perjamuan makan (walimah) sekalipun

dengan memotong seekor kambing. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikutip

kembali matan hadis tersebut:

أنس سمعت قال الطويل حميد عن سفيان عن كثير بن محمد حدثنا

عليه ه الل صلى بي الن فآخى عوف بن حمن الر عبد قدم قال مالك بن

امرأتان األنصاري وعند األنصاري بيع الر بن سعد وبين بينه م وسل

39Lihat, Muhammad Ibn Mandzur, Lisan al-Arab, Juz. XII (Beirut: Dar al-Jil, 1988), h. 63. Bandingkan dengan al-Mubarakfuriy.h.284. Bandingkan dengan Syeikh Taqyuddin Abi al-Fath al-Syahir Ibn Daqiq al-‘Iyd, yang mengatakan bahwa ada delapan sinonim kata mahar, yaitu: ,, , رقع قءالع قادصلا

, , , , رهم tةلحن tةضيرف tءابح tرجا Ahkam al-Ahkam: Syarh Umdah al -Ahkam( Mesir: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th), h. 43. Lihat juga, Syamsuddin Abi al-Faraj Abd al-Rahman Bin Abu Umar Muhammasd bin Ahmad Ibn Qudamah, Al-Mughniy wa Syarh al-Kabir, Juz. VIII( Mesir: Dar al-Fikir, 1984), h. 3

40 Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, Edisi II, Cet.XXV (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1581

18

أهلك في لك ه الل بارك فقال وماله أهله يناصفه أن عليه فعرض

@ا وشيئ أقط من @ا شيئ فربح السوق فأتى السوق على وني دل ومالك

من وضر وعليه ام أي بعد م وسل عليه ه الل صلى بي الن فرآه سمن من

فما قال ة@ أنصاري تزوجت فقال حمن الر عبد يا مهيم فقال صفرة

بشاة ولو أولم قال ذهب من نواة وزن قال إليها 41سقت

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir dari Sufyan dari Humaid Ath Thawil ia berkata; Aku mendengar Anas bin Malik berkata; Ketika Abdurrahman bin Auf datang, Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sa'd bin Rabi' Al Anshari. Seorang Anshari itu memiliki dua isteri, maka ia menawarkan satu isteri dan setengah dari hartanya kepada Abdurrahman bin Auf. Namun, Abdurrahman berkata, Semoga Allah memberkahimu dalam harta dan juga keluargamu. Cukup engkau tunjukkan padaku dimanakah pasar. Setelah itu, ia pun langsung ke pasar dan langsung memperoleh keuntungan berupa keju dan samin. Setelah beberapa hari, Rasullullah melihatnya dan padanya terdapat berkas-berkas kuning, maka beliau pun bersabda: "Selamat wahai Abdurrahman." Abdurrahman berkata, "Aku telah menikahi seorang wanita Anshariyyah." Beliau bertanya: "Lalu apa yang kamu berikan padanya?" ia berkata, "Yaitu emas yang beratnya kira-kira satu ons." beliau bersabda: "Rayakanlah dengan walimah meskipun hanya dengan seekor kambing."

Secara global, dari matan hadis tersebut ditemukan penjelasan bahwa

ketikah di Madinah, Sa’ad menawarkan bantuan berupa harta dan wanita

(istri). Atas pemberian tersebut, Abd bin Auf mendoakan sebagai manifestasi

penolakannya, karna Abd. Rahman merasa risih dan malu sekalipun pada

dasranya ia membutuhkan harta dan wanita itu. Alasan penolakan ia ingin

membangun kehidupannya dari hasil usahanya sendiri, itu lebih utama

daripada menerima bantuan dari orang lain.42

Kearifan dan jiwa dagang (bisnis) tampak pada diri Abd. Rahman bin

Auf, tanda kearifannya, yakni ketika dia mendoakan Sa’ad (saudaranya) agar

ia diberkati oleh Allah atas harta dan dan keluarganya. Jiwa dagang (bisnis)

Abd. Rahman muncul ketika ia menyatakan lokasi pasar sebagai sentra

perdagangan.sikap jantan sebagai laki-laki tampak pula diri Abd. Rahman, hal

41 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Jilid III (Bairut: Dar al-Fikr,t.th), h.4-5

42 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari (selanjutnya disebut Fath al-Bari) Jilid III (t.tp.: Dar al-Fikr wa Matba’ah wa al-salafiyah,t.th)h. 224, lihat pula Abu al-Thayyib Muh. Syams al-Haq Abadi, Aun al-Ma’bud (selanjutnya disebut Aun Ma’bud), Jilid IV (t.tp: Dar al-Fikr wa al-Matba’ah wa al-Salafiyah, 1979), h. 140

19

ini dibuktikan ketika ditawari untuk memilih salah seorang istri Sa’ad. disisi

lain, kearifan dan jiwa persahabatan muncul pada diri Sa’ad sebagai seorang

sahabat/ saudara ingin memberikan sesuatu pada saudaranya, sekalipun

istrinya sendiri, bahkan dalam rangka memperdayakan saudranya, sa’ad ingin

menawarkan modal sebagai bantuan kemanusiaan.

Khusus lafaz “… ومالك أهلك في لك ه الل , ”.. بارك menunjukkan

bahwa Abd. Rahman tidak membutuhkan pemberian Sa’ad bin al-Rabi’

berupa harta dan wanita (istrinya). Kearifan Abd.Rahman, malah ia menjawab

dengan bahasa doa agar Sa’ad tidak tampak rasa ketersinggungan pada diri

Sa’ad.43 Sedangkan lafaz “… فرة ttص من ر ttوض ….” Diartikan warna

kekuning-kuningan atau wangi-wangian, maksunya bahan yang digunakan

kecantikan untuk seorang wanita.

Lafaz ( ذهب من نواة وزن قال إليها سقت فما menunjukkan (قال

pernyataan Abd.Rahman kepada Rasulullah Saw, tentang adanya pemberian

mahar kepada wanita yang nikahinya. dalam redaksi hadis yang dimaksud,

Rasulullah menggunakan kata “lalu apa” ( ,( فما bukan ‘hal’ (apakah).

Yang ini berarti menunjukkan bahwa mahar itu telah menjadi ketetapan dan

kewajiban dalam penikahan.

Lafaz “ بشاة ولو ,” أولم sebagai anjuran untuk megadakan jamuan

makan (walimah), sekalipun dengan memotong seekor kambing, karna

kambing pada saat itu merupakan makanan sehari-hari bangsa arab. Lafaz “

berarti bukan menujukkan menunjukkan fungsi al-intina’iyah (larangan ”لو

atau mencegah), tapi menunjukkan kualitas minimal dalam pelaksanaan

resepsi perkawinan (walimah).44 Dengan mengetahui batas kuantitas tersebut,

praktis bahwa batas kualitas perkawinan ditentukan adanya menu berupa

kambing, atau dengan kata lain anjuran ini bersifat kesederhanaan dan tidak

menghambur-hamburkan dana.

Adanya lafz “أولم” pada hadist tersebut menunjukkan bahwa walimah

(pesta pernikahan) adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw.

Menurut Dr. H. Djaman Nur, walimah tersebut hukumnya sunnat mu’akkad,

43 Fath al-Bahri, op, cit, h.23344 Fath al-Bahri, op, cit, h.235, Aun al-Ma’bud, op, cit,h.140, lihat lebih lengkap dalam Abu

Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawiy, Sahih Muslim bin Syarh al-Nawawiy, Jilid IX (Mesir: al-Matba’ah al-Misriyah,1924), h.216. lihat pula Abu al- ‘Ala Muhammad bin Abd.Rahman bin Abd.Rahim, al-Mubarakfuriy Muqaddimah Tuhfah al-Ahwaz Jilid III (Madinah: Maktabah al- Salafiyah, 1387H/1967M), h.375

20

tidak ada ketentuan besar kadar jamuan dalam walimah, tetapi yang afdal

adalah memotong seekor kambing.45

Secara tekstual, kandungan hadis tersebut merupakan penetapan Nabi

Saw. Untuk melaksanakan perjamuan makan atau resepsi perkawinan dengan

ukuran kualitas minimal seekor kambing. Dapat dipahami kemutlakan seekor

kambing termasuk ukuran kualitas suatu perkawinan, artinya tanpa seekor

kambing maka perkawinan itu tidak berkualitas, jadi perlu perlu ditegaskan

bahwa kambing merupakan kadar minimal dalam melaksanakan resepsi atau

perjamuan makan perkawinan.

Secara kontekstual, kadar minimal pelaksanaan resepsi perkawinan harus

disesuaikan dengan kesanggupan dan kondisi ekonomi yang melaksanakan

acara tersebut. siapa saja yang berkehendak berpesta namaun ia tidak sanggup

memotong seekor kambing, maka pestanya tetap memiliki nilai kualitas. Hal

ini dapat dipahami, karena memotong seekor kambing hanyalah anjuran

(sunnah) yang tidak wajib hukumnya.

Walimah atau resepsi, memang lazimnya dikaitkan dengan acara

perjamuan makan atau pestadalam perkawinan (walimah al-ursy). Akan tetapi

lebih dalam lagi, maka makna walimah mempunyai makna yang lebih luas.

Makna tersebut disinonimkan pada setiap acara jamuan. Hal ini yang

mendasari al-Nawawi dan Abi al-iyadh membagi walimah, yaitu:

1) Walimah Khitanan

2) Aqiqah kelahiran

3) Aqiqah hari ketujuh

4) Pesta rujuk dari perceraian (talaq)

5) Rumah baru

6) Menyambut datangnya perantau

7) Ditimpah musibah

8) Jamuan makan tanpa sebab tertentu46

Bila pelaksanaan pesta perkawinan dikaitkan kembali “ بشاة ولو ”أولم

menunjukkan sebagai anjuran melaksanakan wlimah perkawinan, maka perlu

dipahami konteks dimana, kapan dan kondisi masyarakat yang dihadapi Nabi

Saw. Pada saat itu, Nabi Saw. Baru saja berhijrah dimadinah dan kehidupan

45 H. Djaman Nur, Fiqhi Munakahat (semarang, Dimas, 1993), h.9246 Lihat Fath al-Bari, op.cit., h.241 dan al-Nawawi, loc cit

21

para sahabatnya secara otomatis belum dalam keadaan mapan, demikian pula

dengan Abd. Rahman. Suatu kewajaran bila Nabi Saw. Menganjurkan dengan

“ بشاة ولو hal ini menunjukkan kadar kuantitas dalam pelaksanaan ,”أولم

walimah perkawinan. Akan tetapi, bukan berati adanya paksaan pelaksanaan

resepsi perkawinan, hal ini tergantung pada keadaan ekonomi bagi yang ingin

melaksanakan pesta.

Selain hal diatas, hadis yang mengisahkan pada diri Abd. Rahman bin

Auf dapat ditarik beberapa kandungan hukum, sebagai berikut ;

1) Lafz “فما” secara tekstual dapat dipahami dalam hal kata “apa”

berarti menunjukkan bahwa mahar itu telah menjadi ketetapan dan

kewajiban dalam penikahan.

2) Lafaz adalah ”أولم“ perintah (fil amr), bila tekstual dipahami

adalah kewajiban melaksanakan walimah. Akan tetapi,

mengadakan walimah itu hanyalah merupakan anjuran, karna tidak

semua orang mampu melaksanakan, tergantung pada kemampuan

ekonomi bagi kedua belah pihak, khususnya bagi suami.

3) Memotong seekor kambing, dipahami menunjukkan kadar minimal

perjamuan makan dalam pesta perkawinan. Hal ini pula

menunjukkan perlunya diadakan pesta, sebagai rasa kesyukuran

bagi keluarga kedua mempelai.

4) Persaudaraan dan saling memberi bantuan kepada sesama,

khususnya kepada saudara sendiri. Hal ini tampak ketika Sa’ad

menawarkan harta dan wanita (istrinya) kepada Abd. Rahman,

bahkan kepada sesuatu yang disayangi rela dibrikan.

5) Perlunya berusaha bagi setiap muslim. Nampak pada diri Abd.

Rahman mencari sentra perdagangan (pasar) untuk dijadikan

sebagai tempat berusaha (berdagang).

6) Kebolehan poligami. Hal ini dipahami ketika Sa’ad ingin

memberikan salah satu dari sekian banyak istrinya kepada Abd.

Rahman. Demikian pula, kejelasan status orang istri sangat

dibutuhkan, hal ini untuk menghindari permasalahan yang akan

muncul dikemudian hari.

22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai penutup pembahasan ini, maka dapat disimpulkan :

1. Hadis yang dijadikan obyek kajian, yakni riwayat Anas tentang Mahar dan

walimah perkawinan adalah dijadikan hujjah, karena ia adalah hadis yang

Sahih dari aspek Sanad, maupun Matannya. Atau dengan kata lain, hadis

ini adalah Sahih lizatihi.

2. Dari syarah hadis yang diperoleh pemahaman bahwa dalam pernikahan

diwajibkan ada Mahar.

3. Terkait dengan Walimah kadar kuantitas suatu perkawinan adalah adanya

menu kambing minimal seekor saja, hal ini dipahami sebagai kadar atau

sesuai dengan kemampuan ekonomi. Karna tujuan dari walimah itu adalah

untuk menjalin silaturrahmi dengan sesama sekaligus merayakakan suatu

pesta perkawinan dan menjadikan persaksian kepada orang banyak, atau

sejenisnya.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, masih ada kekurangan dan kesalahan disana-sini, karna

keterbatasan referensi yang kami miliki sehingga penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesalahan-kesalahan

dalam penulisan berikutnya.

22

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Abu al-Thayyib Muh. Syams al-Haq Aun al-Ma’bud, Jilid IV t.tp: Dar al-Fikr wa al-Matba’ah wa al-Salafiyah, 1979.

Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bari, Fath al-Bari, Jilid III, t.tp.: Dar al-Fikr wa Matba’ah wa al-salafiyah,t.th

Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Sahih al-Bukhari, Jilid III, VII Bairut : Dar al-Fikr, t.th.

Al-Mubarakfuriy, Abu al- ‘Ala Muhammad bin Abd.Rahman bin Abd.Rahim, Muqaddimah Tuhfah al-Ahwaz Jilid III, Madinah: Maktabah al- Salafiyah, 1387H/1967M.

Al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, Edisi II, Cet.XXV, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Al-Nawawiy, Abu Zakariya Yahya bin Syaraf, Sahih Muslim bin Syarh al-Nawawiy, Jilid IX, Mesir: al-Matba’ah al-Misriya;1924.

Al-Qusyairi , Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj, Sahih Muslim, Jilid IX, Bandung: Maktabah Dahlan, t.th

Al-Sijistani, Abu Dawud Sualaiman, Sunan Abu Dawud, Juz II, Bairut : Dar al-Fikr,t.th

Al-Thahhan, Mahmud. Tafsir Mustalah al-Hadist Bairut : Dar al-Qur’an al-Qarim, 1979

Al-Turmuzi, Abu Isa Muhammad bin Isa. Sunan Al-Turmuzi, Bairut : Dar al-Fikr,t.th.

Daradjat, Zakiyah , Ilmu Fiqh, Jakarta, Depag RI: 1985

Ibnu Anas, Malik, al-Muwaththa, Bairut : Dar al-Fikr,t.th

Ibnu Hanbal, Abu Abdillah Ahmad Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III, Bairut: al-Maktab al- Islami, 1978

Ibnu Majah, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibn Majah, Juz I, Bairut : Dar al-Fikr,t.th.

Ismail, M.Syuyudi, Methodologi Penelitian Hadis, Cet.I, Jakarta; Bulan Bintang, 1992

Nur, H. Djaman, Fiqhi Munakahat, semarang, Dimas: 1993.

23