tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

41
TABLIGH MENGGAPAI MUBAI’IN BARU & MENGUBAH ISU “NEGATIF” MENJADI “POTISIF” Disampaikan dalam Daras Shubuh Ijtima Nasional Ansharullah, Jumat-Ahad, 15-17 November 2013, di Krucil, Banjarnegara, Jawa Tengah Oleh: H.M. Syaeful ‘Uyun Mubaligh Wilayah Jateng Timur CP: 081385946560, PIN BB:2B072EDC

Upload: arjuna-ahmadi

Post on 24-May-2015

258 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Jemaat Ahmadiyah Indonesia LOVE FOR ALL HATRED FOR NONE

TRANSCRIPT

Page 1: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

TABLIGHMENGGAPAI MUBAI’IN BARU & MENGUBAH ISU “NEGATIF” MENJADI “POTISIF”

Disampaikan dalam Daras Shubuh Ijtima Nasional Ansharullah, Jumat-Ahad, 15-17 November 2013, di Krucil, Banjarnegara, Jawa Tengah

Oleh: H.M. Syaeful ‘Uyun Mubaligh Wilayah Jateng Timur

CP: 081385946560, PIN BB:2B072EDC

Page 2: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif
Page 3: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami Allah,” kemudian mereka istiqamah, turun kepada mereka malaikat-malaikat, “Janganlah kamu takut, dan jangan pula bersedih, dan berilah khabar suka tentang surga yang telah di janjikan kepadamu. “Kami adalah teman-temanmu di dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Dan bagi kamu di dalamnya apa yang diinginkan diri kamu dan bagi kamu di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan, siapakah yang lebih baik pembicaraanya dari orang yang mengajak manusia kepada Allah dan beramal shaleh serta berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan, tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi taufik itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Ha Mim As-Sajdah, 41:31-36)

Page 4: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

TIGA KIAT KEBERHASILAN TABLIGH PERSEPEKTIF HA MIM AS-SAJDAH, 41:31-36

Istiqamah/Teguh dalam ke-imanan Mujahadah/Sungguh-sungguh dalam

bertabligh dan berserah diri kepada-Nya.

Tolak keburukan dengan cara yang sebaik-baiknya

Page 5: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

METODELOGI TABLIGH PERSPEKTIF AL-QURAN “Panggilah kepada jalan Tuhan engkau dengan

bijaksana dan nasihat yang baik, dan bertukar-pikiranlah dengan mereka, dengan cara yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhan engkau Dia lebih mengetahui siapa yang telah sesat dari jalan-Nya, dan Dia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl, 16:126)

“Dan janganlah kamu berbantah dengan Ahlikitab, melainkan dengan dalil-dalil  yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang aniaya di antara mereka. Dan katakanlah, “Kami beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kami dan yang telah diturunkan kepada kamu, dan Tuhan kami dan Tuhan kamu itu Esa, dan kami kepada-Nya berserah diri.” (Al-Ankabut, 29:47)

Page 6: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

HUKUM TABLIGH Wajib, sama wajibnya dengan shalat, puasa, zakat, dan hajji:

Hai Rasul, sampaikanlah apa-apa yang diturunkan kepada engkau dari Tuhan engkau. Dan jika engkau tidak melakukan hal itu  maka engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan, Allah  swt. akan melindungi engkau dari manusia. Sesungguhnya Allah swt. tidak akan memberi petunjuk kepada kaum kafir. (Al-Maidah, 5:68)

Imam Jemaat Ahmadiyah: “Setiap Ahmadi adalah Mubaligh”.

Imam Jemaat Ahmadiyah: “Semua pengurus Ansharullah harus membai’atkan 1 orang/tahun”. (Amanat Huzur di Singapore)

Page 7: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

TAHAPAN KEBERHASILAN TABLIGH

AUDIENS/LAWAN BICARA MENGERTI/FAHAM/SIMPATI/EMPATI

BAI’AT BERJAMAAH BERKORBAN BERDAKWAH ILALLAH

Page 8: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

KENDALA TABLIGH YANG DIHADAPI JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

ISU NEGATIF: Ahmadiyah tidak meyakini Nabi

Muahmmad saw sebagai “Khaataman-Nabiyyin”.

Ahmadiyah punya Nabi baru ke-26, bernama: “Mirza Ghulam Ahmad”.

Ahmadiyah punya kitab suci baru, bernama: “Tadzkirah”.

Ahmadiyah punya kalimah syahadat baru, tiga kalimah bukan dua kalimah.

Ahmadiyah punya kiblat baru: “Qadian-India”, bukan “Baitullah Mekah-Almukaramah”.

Page 9: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

DAMPAK ISU NEGATIF

TEROR MENTAL: Demo anti Ahmadiyah, mengancam membunuh warga Ahmadiyah, tuntutan pembubaran Ahmadiyah.

TEROR FISIK: Penutupan/penyegelan pusat-pusat kegiatan Ahmadiyah, pembakaran, pengusiran & pembunuhan warga Ahmadiyah.

TEROR POLITIK: SKB Tiga Menteri Nomor: 3 Tahun 2008, Nomor: Kep-033/A/JA/6/2008, Nomor: 199 Tahun 2008:

Page 10: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

PELUANG TABLIGH JEMAAT AHMADIYAH DI INDONESIA Isu-isu negatif, semuanya membuka peluang

tabligh bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia Demo dan aksi-aksi brutal anti Ahmadiyah,

membuka peluang tabligh bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia

SKB, membuka peluang tabligh bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Pasal 29 UUD 1945: 1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Page 11: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

CARA MENGUBAH ISU “NEGATIF” MENJADI “POSITIF”

JAI harus fokus mengklarifikasi isu-isu negatif, setiap Ahmadi harus menjadi Agen Ahmadiyah, harus menjadi lidah hidup Jemaat Ahmadiyah, dan harus bisa meyakinkan publik tanah air:

Bahwa, Ahmadiyah 100 % Islam, dan meyakini Islam sebagai agama terakhir dan tersempurna (Khaatamuddiin).

Bahwa, Ahmadiyah meyakini Nabi Muhammad sebagai “Khaataman-Nabiyyin”, dalam arti “nabi terakhir”, “penutup nabi yang membawa syari’at”, “tidak akan ada lagi nabi yang membawa agama baru, kitab suci baru dan kalimah syahadat baru”

Bahwa, Ahmadiyah “tidak pernah” meyakini “Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, sebagai nabi baru, yang membawa agama baru, kitab suci baru, dan kalimah syahadat baru”.

Bahwa, kitab suci Ahmadiyah adalah “Al-Quran” bukan “Tadzkirah”

Bahwa, kiblat Ahmadiyah adalah “Baitullah Mekkah”, bukan “Qadian-India”.

Page 12: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

CONTOH I: UPAYA MENGUBAH ISU “NEGATIF” MENJADI “POSITIF” (17/9/13/7:00-8:00)

Page 13: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

APA YANG DISAMPAIKAN KEPADA GUBERNUR JATENG?

Ahmadiyah Indonesia adalah organisasi Islam. Sama seperti NU, seperti Muhammadiyah, dll.

Ahmadiyah Indonesia adalah organisasi yang legal formal berbadan hukum dengan SK Menteri Kehakiman RI No. JA.5/23/13 Tgl.13-3-1953.

Dalam kehidupan berbangsa, Ahmadiyah menerima Pancasila sebagai Dasar Negara, dan UUD 1945. Sikap politik Ahmadiyah, sesuai dengan petunjuk Al-Quran: athii’ullaaha wa athii’urrasulla wa uulil amri minkum.

Dalam kehidupan beragama, Ahmadiyah berakidah sesuai dengan: 6 Rukun Iman, dan beribadah sesuai dengan: 5 Rukun Islam. Ahmadiyah meyakini, Nabi Muhammad Saw, adalah Khaataman-Nabiyyin, Islam adalah Khaatamuddin, dan Al-Quran adalah Khaatamul Kutuub. Ahmadiyah meyakini, Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap, dan satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan.

Tidak benar, jika ada yang mengatakan, Ahmadiyah tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Khaataman-Nabiyyin, punya nabi baru, punya kitab suci baru, dan punya kalimah syahadat baru.

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dalam keyakinan Jemaat Ahmadiyah, adalah orang yang fana fillah dan fana fir-Rasul Saw.

Ke-fana-an Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, kepada Nabi Muhammad Saw, telah mengantarkan beliau menjadi ummati – pengikut sejati, dhil – bayangan, atau buruz – cerminan, Nabi Muhammad Saw.

Page 14: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

CONTOH II: UPAYA MENGUBAH ISU “NEGATIF” MENJADI “POSITIF” (17/10/13/10:00-12:00)

Page 15: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

APA YANG DISAMPAIKAN KEPADA BUPATI BOYOLALI?

Ahmadiyah bukan agama. Ahmadiyah bukan partai politik. Ahmadiyah adalah organisasi dalam agama (Islam), sama seperti Muhammadiyah, NU, dll.

Ahmadiyah mengimani, Allah itu Esa dan Muhammad adalah Nabi dan Rasul-Nya. Ahmadiyah mengimani, Nabi Muhammad saw. adalah Khãtaman-Nabiyyîn – cap (yang mengesahkan) semua nabi, penutup nabi-nabi, nabi lama maupun nabi baru, nabi yang membawa syariat maupun nabi yang tidak membawa syariat yang terpisah dari Islam dan Nabi Muhammad saw, (tasyri’-ghairi tasyri’ mustaqil). Ahmadiyah mengimani, Islam adalah Khãtamuddîn – agama terakhir dan tersempurna, dan Al-Quran adalah Khãtamul-Kutûb – kitab suci terakhir dan tersempurna. Ahmadiyah mengimani, kenabian tasyri’-ghairi tasyri’ mustaqil telah berakhir pada diri Baginda Nabi Muhammad saw., dan kitab syari’at telah berakhir pada Kitab Suci Al-Qur’an. Ahmadiyah mengimani, semua potensi kenabian: tasyri’-ghairi tasyri’ mustaqil telah berakhir pada diri Baginda Nabi Muhammad saw, kecuali yang secara buruzi dikenakan jubah kenabian Nabi Muhammad saw.

Page 16: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

Ahmadiyah mengimani, sesudah Nabi Muhammad saw. tidak akan ada lagi nabi baru, yang membawa agama baru, kitab suci baru dan kalimah syahadat baru. Ahmadiyah mengimani, meyakini ada lagi nabi baru, yang membawa agama baru, kitab suci baru, dan kalimah syahadat baru terpisah dari Islam dan Nabi Muhammad saw, adalah sebuah kekufuran yang sekufur-kufurnya dan kesesatan yang sesesat-sesatnya serta menyimpang dari pokok ajaran Islam. Keyakinan Ahmadiyah ini final dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tidak benar, jika ada yang mengatakan, Ahmadiyah tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Khaataman-Nabiyyin, punya nabi baru, punya kitab suci baru, dan punya kalimah syahadat baru. Ahmadiyah meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as., Pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah, bukan nabi baru, yang membawa agama baru, kitab suci baru, kalimah syahadat baru, seperti yang diisukan, disangkakan, dan dipropagandakan beberapa kalangan umat Islam non-Ahmadiyah.

Page 17: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

Ahmadiyah meyakini, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, adalah orang yang fana fillah – larut tenggelam dalam kecintaan kepada Allah, dan fana fir-Rasul saw – larut tenggelam dalam kecintaan kepada Nabi Rasulullah saw.

Ke-fana-annya kepada Allah swt, dan ke-fana-annya kepada Nabi Muhammad saw, telah mengantarkan beliau mendapat amanat dari Allah swt, sebagai Mujaddid Abad XIV H, Imam Mahdi-Masih Mau’ud – Imam Mahdi-Almasih Yang Dijanjikan Kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw, dan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh seluruh umat Islam – sunni atau pun syi’ah.

Ke-fana-annya yang demikian rupa kepada Allah swt, dan Nabi Muhammad saw, tidak ada lagi hijab yang membatasi, telah menjadikan beliau sebagai ummaty – pengikut sejati, dhilly - bayangan, buruzy - cerminan, madhar kamil – penampakan sempurna, Nabi Muhammad saw, dan mendapat kehormatan mengenakan jubah kenabian Nabi Muhammad saw.

Sebagi Mujaddid, Imam Mahdi-Masih Mau’ud, sebagai ummaty, dhilly, buruzy, madhar kamil Nabi Muhammad saw, dan sebagai orang yang mengenakan jubah kenabian Nabi Muhammad saw, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, seutuhnya dan sepenuhnya mengimani Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai Agama, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, dan berpedoman kepada serta melaksanakan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw.

Page 18: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

TENTANG ISLAM SEBAGAI AGAMA TERAKHIR DAN TERSEMPURNA (KHAATAMUD-DIIN) Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as: “Inti dari mazhab kami ialah: Laa Ilaha ilallahu Muhammadur-

Rasulullahu (Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Utusan Allah). Kepercayaan kami yang menjadi pergantungan dalam hidup ini dan yang padanya kami, dengan karunia dan taufik Allah, berpegang sampai saat terakhir dari hayat kami di bumi ini ialah, Junjungan dan Penghulu kami, Nabi Muhammad saw, adalah Khaataman-Nabiyyin dan Khairul Mursalin – yang termulia dari antara Nabi-nabi. Di tangan beliau hukum syari’at telah disempurnakan. Karunia yang serupa ini pada waktu sekarang adalah satu-satunya penuntun ke jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa”. (Izala-i-Auham, hal. 137, 1891)

“Sesudahnya tidak akan datang kebenaran baru, dan tidak pula sebelumnya ada satu kebenaran yang tidak terdapat didalamnya. Sebab itu, diatas kenabian ini habislah semua kenabian. Memang, sudah sepantasnya demikian, sebab sesuatu yang ada permulaannya, tentu ada pula kesudahannya”. (Al-Wasiat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia 2006, hal. 24)

Page 19: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

TENTANG NABI MUHAMMAD SAW, SEBAGAI “KHAATAMAN-NABIYYIN”

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as: “Dengan sungguh-sungguh saya percaya bahwa

Nabi Muhammad SAW., adalah Khaatamul Anbiya. Seorang yang tidak percaya pada Khatamun Nubuwwah beliau (Rasulullah SAW), adalah orang yang tidak beriman dan berada diluar lingkungan Islam” (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Taqrir Wajibul I’lan, 1891)

“Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya kami beriman kepada Allah sebagai Tuhan, dan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang nabi, serta kami beriman, beliau adalah “Khaataman-nabiyyin”. (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Tuhfatu Baghdad : 23)

Page 20: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

TENTANG “AL-QURAN” SEBAGAI “KHAATAMUL-KUTUUB”

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as: “Tidak ada kitab kami selain Al - Qur’an

Syarif dan tidak ada Rasul kami kecuali Muhammad Mustafa shallallaahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada agama kami kecuali Islam dan kita mengimani bahwa Nabi kita, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. adalah Khaatamul Anbiya’, dan Al - Qur’an Syarif adalah Khaatamul Kutub. (Maktubaat-e-Ahmadiyyah, jld.5, No. 4)

Page 21: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

ALASAN PEMERINTAH RI MENERBITKAN SURAT KEPUTUSAN BERSAMA (SKB)

JAI tidak konsisten dengan 12 butir penjelasannya terutama butir ke-3

Dari hasil evaluasi Pemerintah RI, menjawab pertanyaan: Benarkah Mirza Ghulam Ahmad nabi? Jawaban JAI, di satu tempat, dengan tempat lain tidak sama, ada yang mengatakan benar nabi, ada yang mengatakan bukan nabi, mereka inkonsisten.

Page 22: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

BENARKAH JAI INKONSISTEN? BENARKAH HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD NABI?

Hasil Poling:1. Ya, benar, beliau adalah nabi.2. Ya, benar, beliau adalah nabi, yakni Nabi Isa yang

dijanjikan kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw.3. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang tidak

membawa syari’at.4. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi tidak membawa

syari’at dan tidak berdiri sendiri.5. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang dicapai

melalui kecintaan dan kefanaan kepada Nabi Muhammad saw.

6. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi ummati.7. Ya, benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang menjadi

bayangan (dhil), dan cerminan (buruz), Nabi Muhammad saw.

Page 23: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

EVALUASI JAWABAN ATAS PERTANYAAN: BENARKAH HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD NABI?

Benar, beliau adalah nabi ⇒ benar tetapi tidak lengkap dan rawan mengundang salah faham, polemik, bahkan vonis pengkafiran, ujungnya SKB

Benar, beliau adalah nabi, yakni Nabi Isa yang dijanjikan kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw. ⇒ benar tetapi memerlukan penjelasan lebih lanjut

Benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang tidak membawa syari’at ⇒ benar tetapi belum sempurna

Benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang tidak membawa syari’at dan tidak berdiri sendiri ⇒ benar dan sempurna

Benar, beliau adalah nabi, yakni nabi yang dicapai melalui kecintaan dan kefanaan kepada Nabi Muhammad saw. ⇒ benar dan sempurna

Benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi ummati ⇒ benar dan sempurna

Benar, beliau adalah nabi, tetapi nabi yang menjadi bayangan (dhil), dan cerminan (buruz), Nabi Muhammad saw. ⇒ benar dan sempurna

Page 24: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

JAWABAN YANG DIKEHENDAKI PEMBUAT SKB: JAI KONSISTEN DENGAN 12 BUTIR PENJELASAN PB JAI, BUTIR KE-3

Di antara keyakinan kami, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang guru, mursyid, pembawa berita gembira dan peringatan serta pengemban mubasyirat, pendiri dan pemimpin Jemaat Ahmadiyah yang bertugas memperkuat dakwah dan syiar Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Page 25: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

PERLU MEMBERIKAN JAWABAN TAKTIS UNTUK MEMPERLIHATKAN TINGKAT KEILMUAN JAI BERADA DIATAS MEREKA

Nabi macam apa yang Anda maksud?

Tasyri’? Ghairi Tasyri’? Mustaqil? Ghairi Mustaqil? Haqiqi?, atau Dhilly?

Page 26: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

KENABIAN YANG DIPROKLAMIRKAN HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as “Ringkasnya, kenabian dan kerasulan saya adalah berdasarkan kedudukan

sebagai Muhammad SAW., dan Ahmad SAW., bukan berdasarkan diri saya sendiri. Dan nama itu saya peroleh karena Fana Fir Rasul SAW, (mabuk dalam kecintaan terhdap Rasulullah SAW). Oleh karena itu makna “Khaataman-Nabiyyin”, tidak terganggu” (Ahmad, Ek Ghalati Ka Izalah, sekarang dalam Mazharnamah : 87)

“Kapan pun dan dimanapun aku telah menolak disebut sebagai Nabi atau Rasul, hal ini hanya berarti bahwa dengan mendapatkan karunia kerohanian dari junjunganku yang mulia dan mendapatkan namanya, aku telah dianugrahi pengetahuan mengenai khabar-khabar ghaib. Tetapi, aku ulangi lagi, aku tidak memperkenalkan atau membawa Syari’at baru dan aku tidak pernah menolak untuk disebut sebagai nabi dalam makna ini. Malahan dengan makna inilah Tuhan telah memanggilku dengan nama Nabi dan Rasul. Bahkan sampai sekarang pun aku tidak menolak untuk disebut sebagai Nabi dan Rasul dalam makna tersebut. Perkataanku: Man Naistam Rasool-o-Niyaa Warda Amm Ktaab, yakni aku bukanlah seorang Nabi dan tidak membawa kitab, tidaklah mengandung arti lain kecuali aku bukanlah seorang nabi yang membawa Syari’at”. (Ek Galati Ka Izalah, hal. 13-14)

Berkali-kali aku katakan bahwa menurut ayat Al-Quran: Wa Aakhariina minhum lammaa yalhaquu bihim, yakini: Dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka (62:3), aku adalah cerminan gambar sang Khaataman-Nabiyyiin dan Muhammad sendiri dalam bentuk buruz (bayangan). (Ek Galati Ka Izalah, hal. 16)

Page 27: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as, MENOLAK DISEBUT NABI YANG BERDIRI SENDIRI (MUSTAQIL)

“Tuduhan yang dilemparkan kepada saya ialah bahwa bentuk kenabian yang saya akui buat diri saya menyebabkan saya keluar dari Islam. Dengan perkataan lain saya dituduh mempercayai bahwa saya adalah nabi yang berdiri sendiri, seorang nabi yang tak perlu mengikuti Al-Quran Suci, dan bahwa kalimah saya lain dan qiblat saya berubah. Juga saya disangkakan menghapus syariat dan memutuskan tali kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW,. Tuduhan itu sama sekali palsu. Sesuatu pengakuan kenabian seperti itu adalah kufur; ini jelas. Bukan hanya kini, tetapi dari sejak permulaan sekali, saya selalu mengemukakan dalam buku-buku saya, bahwa saya tidak mengakui kenabian seperti itu untuk saya. Itu sama sekali adalah tuduhan kosong dan suatu cercaan terhadap saya” (Ahmad, Akhbar-i-Am, 26 Mei 1908 : 7; Tabligh-i-Risalat, t.t. : 132-134)

Page 28: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as, MENOLAK DISEBUT NABI HAQIQI

“Apakah pendusta bejad yang mendakwakan kerasulan dan kenabian seperti itu dapat mengimani Quran Syarif? Dan apakah orang yang beriman kepada Quran Syarif dan meyakini ayat: Wa lakir-Rasuulullaahi wa khaataman-nabiyyiina, sebagai kalam Allah, dapat mengatakan bahwa dia juga adalah rasul dan nabi sesudah Rasulullah saw? Pencari keadilan hendaknya ingat, saya tidak pernah pada waktu kapan pun menda’wakan kenabian atau kerasulan secara haqiqi”. (Ahmad, Anjam-e-Atham, catatan kaki, hal. 27-28, Mahzarnamah, hal. 83)

Namun, berkali-kali saya katakan bawa kata mursil atau rasul atau nabi yang terdapat di dalam ilham-ilham itu mengenai diri saya, itu bukanlah dalam makna-makna haqiqi”. (Ahmad, Anjam-e-Atham, catatan kaki, hal. 27-28, Mahzarnamah, hal.83)

Page 29: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as, MENOLAK DAN MENENTANG KEDATANGAN NABI BARU, YANG MEMBAWA AGAMA BARU, KITAB SUCI DAN KALIMAH SYAHADAT BARU (TASYRI’-GHAIRI TASYRI MUSTAQIL/NABI HAQIQI)

“Akidah kami adalah, seseorang yang mendakwakan kenabian secara hakiki dan melepaskan dirinya dari karunia/berkat-berkat Rasulullah SAW, serta memisahkan diri dari mata air suci itu, lalu dia ingin secara langsung menjadi nabi Allah, berarti dia itu sesat dan tidak beragama. Dan orang seperti itu akan membuat suatu kalimat syahadat tersendiri dan akan menciptakan cara baru dalam peribadatan serta akan mengadakan perubahan dalam hukum-hukum. Jadi, tidak disangsikan lagi, dia adalah saudara bagi Musailamah Kadzzab” (Ahmad, Anjam-e-Atham, catatan kaki, hal. 27-28, Mahzarnamah : 84)

“Barangsiapa berkata sesudah Rasuullah SAW., bahwa ‘Aku adalah nabi dan rasul dalam makna hakiki’, sedangkan dia berdusta dan dia meninggalkan Al-Quran serta hukum-hukum Syariat yang mulia (Al-Quran), berarti dia kafir dan pendusta”. (Ahmad, Anjam-e-Atham, catatan kaki, hal. 27-28, Mahzarnamah : 84)

Page 30: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as, MENOLAK DAN MENENTANG KEDATANGAN NABI BARU, YANG MEMBAWA AGAMA BARU, KITAB SUCI DAN KALIMAH SYAHADAT BARU (TASYRI’-GHAIRI TASYRI MUSTAQIL/NABI HAQIQI)

“Saya dengan sangat yakin dan dengan penda’waan mengatakan bahwa potensi-potensi nubuwwat/kenabian telah berakhir pada wujud Rasulullah saw. Orang yang menegakan suatu silsilah baru menentang beliau saw, lalau memaparkan suatu kebenaran dan yang meninggalkan mata air kenabian itu, adalah pendusta dan penipu. Saya katakan dengan sejelas-jelasnya bahwa terkutuklah orang yang meyakini orang lain di luar Rasulullah saw sebagai nabi sesudah Rasulullah saw, dan yang merubuhkan Khaatamun-Nubuwwat beliau saw. Itulah sebabnya sesudah Rasulullah saw, tidak bisa datang lagi nabi yang tidak memiliki cap/stempel kenabian Muhammad saw.” (Al-Hakam, 10 Juni 1905, hal. 2, Mahzarnamah : 84)

Page 31: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

Nabi Tasyri’ Mustaqil:1. Nabi Adam as.2. Nabi Nuh as.3. Nabi Ibrahim as.4. Nabi Musa as.5. Nabi Muhammad saw.

(2:253)(17:55)

(6:84-90)

PINTUNYA TOTAL TELAH TERTUTUP, KARENA

ISLAM ADALAH AGAMA YANG SEMPURNA DAN

LENGKAP,

DAN RASULULLAH S.A.W. ADALAH

“KHAATAMAN-NABIYYIN” (5:3 & 33:40)

PINTUNYA TERBUKA, BISA DICAPAI MELALUI

PINTU SIRAT-I-SHIDDIQUI (JALAN SHIDDIQIYA),

YAKNI DENGAN MELEBURKAN DIRI

SECARA SEMPURNA DAN PENUH KECINTAAN KEPADA RASULULLAH S.A.W. (4:69-70, 6:124,

3:179)

Nabi Ghairi Tasyri’i-Ghairi Mustaqil:1. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as.

GHAIRI MUSTAQIL

MUSTAQILTASYRI ’ I

HAQIQUNNABI

MUSTAQIL

GHAIRI TASYRI’I

NABI

DHILLUN /BURUZUN NABI

TEOLOGI KENABIAN HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as.

Nabi Ghairi Tasyri’ Mustaqil:1. Nabi Ishaq as.2. Nabi Yaqub as.3. Nabi Yusuf as.4. Nabi Harun as.5. Nabi Daud as .6. Nabi Sulaiman as.7. Nabi Zakariya as.8. Nabi Yahyas as.9. Nabi Isa as, dll.

Page 32: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

MIRZA GHULAM AHMAD

BUKAN NABI LAMA

BUKAN NABI BARU

PerwujudanKedatangan

Keduakali NabiMuhammad SAW

Orang yang karena

Ke-fanaan-nyadi kenakan

“Jubah Kenabian” Nabi

Muhammad SAW

NABI LAMA & NABI TASYRI MUSTAQIL (NABI HAQIQI)

TIDAK BISA & TIDAK BOLEH DATANG KARENA AKAN MERUSAK

“SEGEL KHAATAMAN-NABIYYIN” NABI MUHAMMAD SAW.

NABI BARU & NABI GHAIRI TASYRI’ MUSTAQIL (NABI HAQIQI)

TIDAK BISA & TIDAK BOLEH DATANG

KARENA AKAN MERUSAK “SEGEL KHAATAMAN-NABIYYIN”

NABI MUHAMMAD SAW.

BUKAN NABI TASYRI’

MUSTAQIL(NABI HAQIQI)

BUKAN NABI GHAIRI

TASYRI’MUSTAQIL

(NABI HAQIQI)

•Nabi Yang Tidak Membawa Syari’at dan Tidak Berdiri Sendiri

(Nabiyyun Ghairi Tasyriyun wa Ghairi Mustaqilun)

(Nabi Ummati)(Nabi Dhilli)(Nabi Buruzi)

BENTUK KENABIAN BARU

TAPI BUKAN

NABI BARU

STATUS HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD as.

Page 33: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

AHMADIYAH INDONESIA HARUS MENAMPILKAN JATI DIRINYA

Loyalty – Kesetiaan Freedom – Kemerdekaan Equality – Kesetaraan Respect – Menghargai, Menghormati Peace – Damai Love for all hatred for none –

mencintai semua orang, tidak membenci siapa pun.

Ahmadiyah Indonesia, harus menunjukan: 100 % Islam, dan 100 % Bangsa Indonesia

Page 34: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

AHMADIYAH INDONESIA HARUS JADI “ISLAM INDONESIA” BUKAN “ISLAM DI INDONESIA”

Islam Indonesia, datang dari Timur Tengah atau dari Hindustan sana. Tumbuh di Indonesia sesuai dengan iklim, adat istiadat, dan budaya Indonesia. Sebagai umat beragama, sepenuhnya berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw, sumber pokok ajaran Islam. Sebagai warga negara, sepenuhnya berpedoman kepada Dasar Negara: Pancasila dan UUD 1945. Ia 100 % Islam tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip kebangsaannya, dan 100 % Bangsa Indonesia tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip keagamaannya.

Islam di Indonesia, datang dari Arab atau Timur Tengah sana. Mengadopsi semua pola, dari pola politik, tradisi, adat istiadat Arab dan Timur Tengah umumnya, hingga ke bentuk pakaian dan penutup kepala, yang konon disebutnya sebagai pola agama.

Page 35: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

CARAKTER “ISLAM INDONESIA”

Santun, toleran dan damai. Ia menghargai, dam menghormati

agama, kepercayaan, tradisi, adat istiadat dan budaya Bangsa Indonesia.

Ia menghargai, menghormati: Indonesia sebagai sebuah Bangsa dan sebuah Negara, dan menerima Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945.

Page 36: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

CARAKTER “ISLAM DI INDONESIA”

Intoleran dan radikal. Menganggap semua orang yang tidak

sefaham adalah kafir. Dengan alasan jihad, bom bunuh diri halal. Ia Datang di Indonesia dengan ingin

mengetrapkan segala pola politik, tradisi, adat istiadat Arab dan Timur Tengah umumnya, tanpa menghargai dan menghormati sedikitpun tradisi, adat istiadat dan budaya Bangsa Indonesia, bahkan dengan Indonesia sebagai sebuah Negara.

Page 37: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

KONSEP BERAGAMA, BERBANGSA, DAN BERNEGARA BAGI “ISLAM INDONESIA”

Islam : Yes! Agama

terakhir dan tersempurna

Pancasila : Yes! UUD 1945 : Yes! UUD 1945 Perubahan : Yes! NKRI : Yes! Bhineka Tunggal Ika : Yes! Demokrasi : Oke! Yes! Pluralisme : Oke! Yes!

Page 38: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

KONSEP BERAGAMA, BERBANGSA, DAN BERNEGARA BAGI “ISLAM DI INDONESIA”

Islam : Wahyu, Yes! Indonesia : Negeri Kafir, Negeri

Thagut Pancasila : Bukan Wahyu, Haram UUD 1945 : Bukan Wahyu, Haram NKRI : Bukan Daulah Khilafah

Islamiyah, Haram Bhineka Tunggal Ika : Bukan Wahyu, Haram Demokrasi : Sistem Kufur: Haram Pluralisme : Bukan Agama, Haram Karena mereka beranggapan Indonesia negeri kafir,

Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, Demokrasi, Pluralisme: haram, maka mereka pun bercita-cita ingin merubah bentuk negara menjadi negara Islam, dan mengganti Pancasila dengan syari’ah, dengan khilafah, dll.

Page 39: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif
Page 40: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

SEBUAH PERTANYAAN UNTUK PARA PENYELENGGARA NEGARA

Pilih bersekutu dengan “Islam Indonesia”, yang santun, toleran dan damai, menghargai, menghormati agama, kepercayaan, tradisi, adat istiadat dan budaya Bangsa Indonesia, menghargai, menghormati: Indonesia sebagai sebuah Bangsa dan sebuah Negara, dan menerima Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945?, atau

Pilih bersekutu dengan “Islam di Indonesia”, yang intoleran dan radikal, menganggap semua orang yang tidak sefaham adalah kafir, menghalalkan bom bunuh diri dengan alasan jihad, ingin mengetrapkan segala pola politik, tradisi, adat istiadat Arab dan Timur Tengah umumnya, sama sekali menghargai dan menghormati tradisi, adat istiadat dan budaya Bangsa Indonesia, bahkan dengan Indonesia sebagai sebuah Negara?

Page 41: Tabligh menggapai mubai'in baru & mengubah isu negatif menjadi positif

UBAHLAH ISU “NEGATIF” MENJADI “POSITIF”

SELAMAT BERTABLIGH